c
•
395
|PII||jBB(Bf
N
A.HASJMY e
MEUKUTA
ALAM m
ISKANDAR MUDA MEUKUTA ALAM
KARANGAN-KARANGAN/TERJEMAHAN
A. HASJMY.
Yang sudah diterbitkan oleh "Bulan Bintang". 1. Kerajaan Saudi Arabia., 2. Pahlawan-pahlawan yang Gugur di Zaman Nabi. jilid-jilid I, II dan III. 3. Dustur Da 'wah Menurut A l-Qur-
'dn.,
4. Sejarah Kebudayaan Islam, 5. Iskandar Muda Meukuta Alam, 6. Langit dan Penghuni-penghuninya (terjemahan dari buku AsSama wa Ahlus Sama, karangan Ir. Abdur Razaq Nofalj akan terbit.
C - * T
A. Hasjmy
-A/
ISKANDAR MUDA MEUKUTA ALAM
•£
Knmtt KwltanJ 1/8 Ttlp. 42883
£1
Cetakan pertama - 1975-
MVKADDIMAH Tanah airludonesia sejak ribuan tahun yang lalu telah banyak sekali melahirkan putera-puteranya, yang kemudian dalam sejamh dunia tercatat sebagai Orang-Besar. Salah seorang di antaranya, yaitu Iskandar Muda Meukuta Alam, yang lahir di daérah yang paling ujung di bahagianbarat Indonesia, yang sekarang bemama Daerah Istimewa Aceh dan yang terkenal dengan berbagai nama julukan: Serambi Mekkah, Tanah Rencong, Daerah Modal dan sebagainya. hkandar Muda yang telah mengangkat Kerajaan Aceh Darussalam kepuncak kebesarannya, pada waktu baru lahir dinamakan Raja Sulaiman, kemudian dirobah menjadi Abangta Raja dan seterusnya menjelang remaja bergelar Johan Alam, Perkasa Alam, Pancagah dan sebagainya, yang waktu menjadi sulthan Aceh bergelar Sulthan hkandar Muda Darma Wangsa Perkasa Alam Syah. Dalam kitab kecil ini, sekedar dari riwayat hidupnya ditampilkan untuk diketahui oleh bangsa Indonesia, terutama oleh Angkatan Mudanya, yang menjadi hari depan bangsanya. Kalau buku-manyak (kecil) ini dapat membantu sekedarnya dalam usaha kita membangkit batang-terendam untuk menjadi teladan dan iktibar bagi Angkatan Muda kita, maka itulah yang ': menjadi do'a dan harapan saya. Wabillahit Taufiq wal Hidayah! Banda Aceh Darussalam, 15 Juli 1975.
A. Hasjmy 5
DAFTAR ISI -
MUKADDIMAH
-
PADA SUATU SUBUH TAHUN 1593
5
9
SILSILAH RAJA-RAJA Y A N G M E N U R U N K A N ISKANDAR MUDA •
1 2
-
ABANGTA MUNAUWAR S Y A H WAKTU BAYI
15
-
PENDIDIKAN D A L A M ISTANA
25
C A R A SAIDIL MUKAMMIL MEMBINA D A N MENGEMBANGK A N B A K A T CUCUANDANYA
0
-
TERPAUT HATI PADA PUTERI SENDI R A T N A I N D R A
36
-
ISKANDAR MUDA TERTAWAN
4
-
ACEH DI BAWAH PIMPINAN ISKANDAR MUDA
-
-
0
44
A R M A D A C A K R A DONYA
5 8
ISKANDAR MUDA M A R A KE M E L A K A
6
ORGANISASI K E R A J A A N ACEH DARUSSALAM Kanun A l Asyi - Dasar dan Bentuk Negara - Rukun Kerajaan Negara Hukum - Sumber Hukum - Cap Sikureueng - Dalam keadaan perang - Lembaga-lembaga negara - Pemerintah Daerah. PEMBANGUNAN EKONOMI Balai Furdhah - Perdagangan dalam Negeri - Perdagangan Luar Negeri - Perindustrian/Pertambangan - Pelayaran - Pertanian/ Perikanan.
-
HUBUNGAN L U A R NEGERI Politik Luar Negeri - Diplomasi Aceh - Hubungan dengan Turki - Hubungan dengan Belanda - Hubungan dengan Inggeris Diplomasi Iskandar Muda.
-
A N G K A T A N PERANG A C E H Balai Laksamana - Pembangunan Angkatan Perang - Pendidikan tentara - Armada InongBale -Resimen Wanita Pengawal Istana Dipisi Kemala Cahaya ~ Industeri Perang.
-
K E A D I L A N ISKANDAR
-
KEPUSTAKAAN
6
3
tóUDA
4
70
7
7
g 5
9
2
1 0 0
]
0
4
ALAM
ATJEH
( Bendera Atjeh )
Bendera dari Kerajaan Aceh Darussalam yang hernama "Alam Peudeué'ng", artinya bendera cap pedang. (Dari buku: Tarikh Aceh dan Nusantara).
7
PENUNJUK H A L A M A N
CAMBAR
1.
Alam Cap Peudeué'ng
8
2.
Sulthanah Safiatuddin
14
3.
Rumöh Aceh
26
4.
Masjid Jami' Baiturrahman yang lama
48
5.
Masjid Jami' Baiturrahman yang baru
49
6.
Gegunungan Menara Permata
55
-
PintOKhob
56
8.
Cakra Donya
61
9. 10.
Laksamana Malahayati Teungku Fakinah
96 99
11.
Makam Iskandar Muda
103
7
8
P A D A S U A T U SUBUH T A H U N 1593 Akhir malam menjelang subuh tanggal 22 Rajab 1001 h. (1593 m.) Keraton Darud Dunia sedang dihimpit kesunyian, kecuali derap langkah perlahan perajurit-kawal yang lagi ronda dan riam sungai Krueng Daroy yang mengibau sayu. Kesunyian yang demikian seram dipecahkan alunan. suara azan yang mengambang sayup-sayup dari celah-celah jalusi jendela Mahligai Seri Warna, yang mengisyaratkan bahwa dalam Mahligai tersebut telah lahir seorang putera raja, yang telah dinanti dengan harap-harap cemas selama sembilan bulan. Memang demikianlah nyatanya, bahwa pada saat dan tanggal tersebut telah lahir ke dunia seorang makhluk luar biasa; tetesan darah dua manusia yang berasal satu: Laksamana Muda Maharaja Mansur Syah dan Puteri Raja Indra Wangsa, yang dalam sejarah dunia manusia tersebut terkenal dengan Sulthan Iskandar Muda Darma Wangsa Perkasa Alam Syah, Sulthan yang telah mengangkat Kerajaan Aceh Darussalam kepuncak kebesarannya. Ayahanda Iskandar Muda Laksamana Muda Maharaja Mansur Syah adalah putera dari Abdul Jalil, ,putera Sulthan Alaiddin Riayat Syah II Abdul Qahhar yang memerintah dalam tahun 945979 h.(l539-1571 m.), putera Sulthan Alaiddin Ali Mughaiyat Syah yang memerintah dalam tahun 916-936 h.( 151 1-1 530 m.), 9
putera Sulthan Alaiddin Syamsu Syah yang memerintah dalam tahun 902-916 h.(1497-1511 m.), putera Maharaja Munauwar Syah, putera Sulthan A l a i d d i n Husain Syah 1 yang memerintah dalam tahun 870-885 h.( 1465-1480 m,), putera Sulthan Alaiddin Mahmud II Johan Syah yang memerintah dalam tahun 811-870 h. (1408-1465 m.). Sampai disini bertemu silsilah ayahanda dengan silsilah ibundanya. Ibunda Iskandar Muda Puteri Raja Indra Wangsa (ada juga yang menulis Indra Bangsa) adalah puteri dari Sulthan A l a i d d i n Riayat Syah I V S a i y i d i l M u k a m m i l yangmemerintah dalam tahun 997-101 1 h.(1589-1604 m), putera Maharaja F i r m a n Syah, putera Sulthan Alaiddin Mudliaflar Syah yang memerintah dalam tahun 895-902 h.(1490-1497 m.), putera Sulthan A l a i d d i n Inayat Syah yang memerintah dalam tahun 885-895 h.(1480-1490 m.), putera Raja Abdullah M a l i k u l M u b i n , putera Sulthan A l a i d d i n M a h m u d II Johan Syah. Ü) Silsilah Sulthan A l a i d d i n Mahmud II Johan Syah, t e m pat titik bertemu silsilah ayahanda dengan silsilah bundaIskandar Muda, membubung ke atas sampai kepada Sulthan A l a i d d i n Johan Syah, sebagai Raja Islam pertama dari Kerajaan A c e h Darussalam, yang memerintah dalam tahun 601-631 h.( 1205-1234 m.), dan dari sini membubung terus sampai kepada Sulthan M a k h d u n Malik A b d u l Kadir Syah Johan Berdaulat, Raja Kerajaan Islam Perlak yang memerintah dalam tahun 306-310 h.(918-922 m.) dari Dinasi turunan Aceh asli, sementara Sulthan Kerajaan Islam Perlak pertama adalah peranakan Arab Quraisy, yaitu Sulthan Alaiddin Saiyid Maulana A b d u l A z i z Syah yang memerintah Perlak dalam tahun 225-249 h.(840-864 m.) dan Dinasi Saiyid Maulana ini hanya sampai kepada raja yang keempat. Demikianlah asal-usul turunan Iskandar Muda, manusia yang sejak kecil telah-mempunyai berbagai gelar dan nama.
(1)
10
M . Yunus Djamil: Tawarikh Raja-Raja Kerajaan Aceh hlm 37-45.
Selagi masih dalam kandungan bunda telah ada tanda-tanda, bahwa yang akan lahir itu adalah manusia yang akan merobah wajah sejarah, seperti yang terlukis dalam Hikayat Aceh: "Maka tatkala baginda itu dikandungkan bunda tujuh bulan, maka pada suatu malam bunda bagindapun bermimpi. Maka ada mimpi bunda baginda itu bertutup sanggulkan bulan, cahayanya amat cemerlang dan bersandangan bihtang terkarang. Kemudian dari itu, tatkala baginda dikandungkan bunda sembilan bulan, maka pada suatu malam ketika dinihari bunda bagindapun bermimpi pula. Maka ada yang dimimpi bunda baginda itu suatu cahaya rupanya bunga karang. Maka dipertunjuk oleh tuan puteri terjerlai-jerlai. Maka kemudian dari itu pada malam jum'at, bunda baginda berbaring pada kelambu peraduan di atas geta keinderaan antara tidur dan jaga, maka terlihat tuan puteri seperti bulan purnama, maka cahaya itu mengëlubungi seberhana tubuh hingga limpah cahayanya daripada kelambu itu penuh segala istana, maka laku padam olehnya segala cahaya tanglung dan dian dan kandil. Maka tuan puteripun terkejut dan tiada dikatakan kepada seorang juapun penglihat demikian. Maka pada siang harinya dipersembahkan tuan puteri kepada Syah Alam segala yang terlihat itu. Maka sabda Syah Alam akan tuan puteri Raja Indra Wangsa: "Hai anakda,bahwa alamat cahaya itu terlalu sempurna kebajikan diperoleh anakkü daripada berkat kemuliaan cucuku akan menambah bahagia anakku jua. Janganlah anakku dukacita. Bahwa rahasia ini hubaya jangan dikatakan anakku kepada seorang juapun, karena kebesaran dan kemuliaan yang diperoleh anakda daripada berkat cucuku yang dikandungkan anakda itu insya Allah ta'ala niscaya dilihat anakda kemudiannya . . . "Bahwa cucuku ini tak dapat tiadalah dijadikan Allah ta'ala dalam alam dunia ini raja yang amat besar dan ialah beroleh daulat yang keras lagi tinggi daripada segala raja-raja yang dahulu daripadanya dan yang kemudiannya "( ) 2
(2) Dr. T . Iskandar: De Hikajat
Atjeh hlm 116-117.
11
Silsilah raja-raja yang menurunkan Iskandar Muda
Demikian lukisan dalam Hikayat Aceh! Menurut catatan di halarnan lain dalam Hikayat Aceh tersebut, bahwa setelah lahir Iskandar Muda, maka datang seorang ahli hikmat menghadap Syah Alam di Istana Keraton Darud Dunia. Ahli hikmat yang bernama Hakim Mahmud itu berdatang sembah: "Tuanku, bahwa cucunda yang jadi ini menyatakan karunia Allah ta'ala yang amat besar akan tuanku. Sebermula yang dinyatakan Allah Ta'ala pada diperhamba bahwa cucunda ini tak dapat tiada beroleh kerajaan yang amat besar." Bayi yang baru lahir itu, pada mulanya dinamakan dengan Raja Sulaiman. Menurut Hikayat Aceh lagi, bahwa setelah berusia tiga tahun, nenekandanya Syah Alam memberi nama cucundanya itu dengan Abangta Raja Munauwar Syah. Selanjütnya dalam usia yang masih muda, dia mendapat bermacam nama sesuai dengan kehaibatannya, seperti Pancagah dan lain-lainnya. 0O0
13
Ratu Safiatuddin, puteri Sulthan Iskandar Muda dari Permaisuri Puteri Sani. Sulthanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat memerintah dalam tahun 1050-1085 h.(1641-1675 m.). Gambar ini adalah lukisan dari seorang pelukis Eropah yang dulu pernah menghadap Ratu di Istana Keraton Darud Dunia.
14
A B A N G T A MUNAUWAR SYAH WAKTU BAYI
Iskandar Muda yang waktu baru lahir dinamakan Raja Sulaiman, kemudian Abangta Munauwar Syah, kemudianTunPangkat Darma Wangsa dan berbagai nama lainnya, dimana bayi . tersebut hidup dalam suasana kemewahan di Mahligai Sri Warna dalam Keraton Darud Dunia. Sungguhpun kemewahan meruah-limpah, namun bayi yang masih kecil i t u tidaklah dipupuk supaya nanti waktu telah remaja dan dewasa menjadi anak raja yang rhanja dan angkuh. Sejak bayi Abangta telah diasuh dan dididik agar dia nantinya menjadi raja yang beragama, berilmu, berjiwa besar, berakhlak, mulia, adil, bijaksana dan gagah berani. Para inang-pengasuh yang mengasuhnya telah diperintahkan • agar mendendang dan membuai Abangta dengan lagu-lagu yang bersemangat agama dan nyany^n-nyanyian yang merangsang semangat kepahlawanan, seperti yang kita saksikan pada sajak-sajak di bawah i n i :
Do doda idang, Rcmgkang diblang tameh. bangka, Beurijang rayek banta sedang, Beu'ek taprang nanggro'è dumna. 15
Alah hai do, doda idi, Anoë pasi riyeuk timpa, Ngon teu rayek banta cutdi. Ulée Ui prang tapuga. Do doda idi, Bijéeh sawi dalam kaca, Beuna umu banta cutli, Gantoé doli mat ncuraca.
( 3
'
Terjemahannya:
Buai, buailah sarong, Gubuk di sawah bakau tiangnya, Lekaslah dewasa banta sedang. Tabah menyerang segala negara. Bobok, boboklah intan, Pasir pantai dilanda ombak, Bila lah dewasa muda pahlawan. Kemedan perang maju serentak. Tidur, tidurlal: hati, Bibit sawi dalam kaca, Panjanglah usia pahlawan kanii. Gayam negara ganti ayahda. Para biduwanita istana yang cantik jelita. sirih berganti ke Mahligai Sri Warna, dan dengan suara emasnya membobok-membuai Abangta dengan lagu-lagu yang membangkit menyentaknyentak semangatjihad,seperti dapat kita resapi dari syair di bawah ini:
(3)
16
H.M. Zainuddin : Singa Aceh hlm. 16.
Jak Idn timang putik rambot, Beungoh seupöt Ion peumanoë. Beurijang rayek bintang kutöb, Ek taleugöt dumna nanggroè. Jak Ion timang bungong padê, Putêh meuprê-pré dalam uwe, beupanyang umu beujroh pie, Ek tung até asoë nanggroè. Jak Ion timang putik tuphah, Meuh meutah-tah asoë petoë, Beurijang rayek banta meutuwah, Beuek takrah dumna nanggroè. Jak Ion timang putik mancang, Banta seudang rupa samlakoê, Ngon teu rayek boh até nang, Beusayang lé kaum droëS^ Terjemahannya: Mari kubuai putik rambutan, Kumahdikan petang dan pagi, Lekaslah gedang bintang cemerlang. Sanggup menggayam segala negeri. Mari kutimang bunga padi, Putih berseri disinari surya, Panjang usia, mulia pekerti, Dapat menawan hati bangsa.
(4) H.M. Zainuddin: Singa Aceh hlm 17.
17
Mari kuayun putik tupah, Emas bertatah dalam peti, Lekaslah dewasa kekasih Allah, Sanggup memerintah segala negeri. Mari kutimang putik emhacang, Banta pahlawan rupawan budi, Bila lah dewasa kekasih inang, Menjadi kesayangan penduduk negeri. 0O0
Setelah Abangta Munauwar Syah berusia dua tahun, terjadilah pertempurandahsyatdi Laut A r u antara Armada Portugis/Johor dengan Armada Aceh. Portugis yang sudah tidak sanggup dan tidak berani menghadapi sendiri Armada A c e h , maka dihasutnya Sulthan Johor untuk sama-sama memerangi Aceh, yang memang pada waktu itu Johor menaruh dendam kepada A c e h , karena dalam tahun 995 h.(1586 m.) Sulthan Mansur Syah Perak (nenekr anda Sulthan Johor yangdihasut Portugis) mati terbunuh di A c e h . Armada Portugis/Johor dipimpin oleh Laksamana Merah M i r u (nama samaran dari seorang Laksamana Portugis), sedang yang memimpin Armada gabungan A c e h , yaitu Laksamana Maharaja Mansur Syah ( A y a h n y a Abangta . Munauwar Syah atau Iskandar Muda). Armada Gabungan Aceh terdiri dari Armada Laksamana Mansur Syah dan Armada Inong Bale (Armada Wanita-Janda) di bawah pimpinan Laksamana Malahayati. Pertempuran yang terjadi di laut dan di darat. yang banyak meminta korban dari kedua belah pihak. berakhir dengan kemenangan Angkatan Perang Aceh, sekalipun harus dibeh dengan harga yang sangat mahal, yaitu syahidnya Laksamana Maharaja Mansur Syah sebagai Panglima Armada Gabungan dari Kerajaan Aceh Darussalam. Sebagai Panglima Tertinggi dari Armada Gabungan itu, yaitu Sulthan Riayat Syah IV Saidil M u k a m m i l sendiri. Selain dari Laksamana Maharaja Mansur Syah, juga syahid 18
Laksamana Muda Sa'ad Sri Udahna, wakil Panglima dari A r m a d a Inong Bale. Peperangan itu terkenal dengan Perang Teluk . A r u di lautan dan Perang Suka Mandi di daratan. Sulthan Saidil M u k a m m i l disamping bergembira karena mendapat kemenangan, juga. sangat murung karena syahidnya dua Pahlawan pilihan, yaitu menantunya Laksamana Maharaja Mansur Syah dan perwira pilihannya Laksamana M u d a Sa'ad Sri U d a h n a , suami dari Laksamana Muda Meurah Inseun, Wakil Panglima Pasukan Gabungan pengawal Keraton Darud Dunia. Kedua Mayat Perwira Tinggi dari Angkatan Laut Kerajaan Aceh Darussalam itu dibawa pulang ke Ibukota Negara Banda Aceh. dan dikebumikan di makam Baitur Rijal dalam Keraton Darud Dunia. Kerajaan Aceh Darussalam menyatakan perkabungan nasional selama 44 hari. Syahidnya Laksamana Maharaja Mansur Syah, telah membuat isterinya Puteri Maharaja Indera Wangsa berdukacita yang sangat mendalam, bukan karena dirinya telah menjadi janda daiam usia yang sangat muda, tetapi karena Tanah A i r telah kehilangan seorang pahlawan besar, disamping karena puteranya yang hanya . satusatunya itu telah menjadi yatim dalam usia dua tahun. Kalau Laksamana Muda Cut Meurah Inseun, setelah syahid suaminya Laksamana Muda Sa'ad Sri Udahna, dia menumpahkan segenap hidupnya untuk membangun terus A r m a d a Inong Bale bersama-sama dengan Panglimanya Laksamana Malahayati, maka Puteri Raja Indera Wangsa menumpahkan sebahagian besar waktunya untuk mendidik puteranya Abangta Munauwar Syah, agar dia setelah dewasa dapat menuntut bela ayahandanya, dapat membangun A c e h sehingga menjadi negara besar di Asia Tenggara dengan pemerintahannya yang setabil dan Angkatan Perangnya yang kuat. Mari kita perhatikan bagaimana Puteri Raja Indera Wangsa membuai anaknya yang baru pandai bicara patah-patah dan baru dapat befjalan langkah demi langkah. 19
Alangkah terharunya Indera Wangsa kalau kadang-kadang dengan suara yang patah-patah Abangta memanggil-manggil ayahandanya. Pada saat-saat yang demikianlah Puteri Raja Indera Wangsa bermadah merayu membuai putera kesayangannya, dengan nazam-nazam seperti yang di bawah ini: La Ilaha lllallah, Kalimah Thaibah payong page, Muhammad Rasul Allah, Kalimah Syahadah pangkee mate. Beurayek aneuklon beubagah, Tueng bila mbah jipoh le kafe, Menyo na bagi deungon tuwah, Allah neupeuhah jalan meusampe. Neng-neng bo, neng-neng bo, Peraho pawang jihana, Kenoé aneuk eh lam dodo, Ateuh kaso geuayon le ma. Dö ida idi, do ida idi, Bineh pasi aron mebanja, Teungeut eh lam dodi, Kembee bundi keuayeum mata. Do ida idang, do ida idang, Geulayang blang kaputöh taloë, Beurijang rayeuk Perkasa Alam, Jak puga prang peuaman nanggroè ;
Dö ida ido, do ida ido, Allahee do, döda idi, Teuingat untong ie mata rö, Reukung pih tho crah ngon bibi. 20
Hit sang sahit, Umong lé pade diet, Bukonlé sayang Perkasa Alam, Keubah lé ayah euntong ubit, Soe nyang papah, soë nyang sayang, Teukeudirullah ayah ka syahit. < )
,
5
Terjemahannya. La llaha illallah, Kalimah Thaibah pelindung nanti, Muhammad Rasul Allah, Kalimah Syahadah pengantar mati. Lekaslah dewasa anakku sayang, Ayahanda syahid dibunuh kafir, Belalah ayah, turun berjuang, Allah lapangkan jalan ke hilir. Neng neng lonceng berbunyi, Perahu berlayar pawang tiada, Mari anakku buah hati, Tidur dalam pangkuan bunda. Buai buai, buailah sayang, Dipasir putih berbaris cemara, Tidurlah anakku dalam buaian, Sangkar perda ayapan mata. Bobok, boboklah intan, Layang-layang putus talinya, Lekaslah gedang Perkasa Alam, Pimpin perang, bela negara.
(5) M. Yunus Jamil: Gajah Putih hlm 108-110.
21
Buai buai, buaüah gunung, Aduhai sayang kekasih bunda, Terkenang nasib herhati murung, Patah lidah suara tiada. Hit hit suara pipit, Sawah banyak padi sedikit, Sayang anakku Perkasa Alam, Ayah pergi di masa bayi, Siapa gerangan pengasuhmu tuan, Suratan Takdir ayahda syahid Apabila menjelang senja Sulthan Saidil Mukammil melawat puterinya yang lagi berdukacita di Mahligai Sri Warna, dimana Puteri Raja Indera Wangsa sedang membuai puteranya dengan nada dan irama yang mengharukan, terharu pula Sulthan yang telah tuaitu melihat pekerti puteri bungsunya yang sedang ditawan duka nestapa. Pada saat-saat yang demikian, Sulthan Saidil Mukammil membujuk puterinya yang tercinta itu dengan madahmadah yang mengandung nasehat, seumpama: Bek that aneuk meusohsah hate, Ie mata ile peurabon mata, Langkah reuzeuki, peuteumun ngon mate. Baranggakre han ek tasangga. Takdirullah sibarang gajan, Han ek troh pham sibarang gasoë, Rahsia Allah Khaliqul Alam, Habéh sdhsah, seunang meugantoê. Beukayem taingat keu poteu Allah, Beutegoh iman di dalam dada, Bek that aneuk aloh-alah, Lam jaroè' Allah qadla-qada. 22
Brok deungon gct teükeudirullah, Seunung ngori söhsah, kina rnulia, Si jent dóhya meu-ubah-übdh, Habéh gundah teu ka r.euda. Cüco Ion nyöësang metuwah, Takalon wajah that samlakoë, Ban ruman ré tanda nyang sah Alamat meugah bak saboh roe. y
Beureukat mukjizat Rasulullah, Ngon hafwah meureuhom nyang kawoè', Perkasa Alam bak meutuwah, Khalifah Allah peutimang nanggroè. ( 6 )
Terjemahannya: Janganlah anakku bersusah hati, Irmata mengalir tiada gunanya, Langkah rezki, jodoh dan mati, Tiada siapa dapat menyangga. Qadla-qadar Allah Penyayang, Tiada seorang kuasa menerka, Rahsia Allah Khalikul Alam, Setelah susah bahagia menjelma. Hendaklah selalu ingatkan Allah, Teguhkan Iman di dalam dada, Janganlah anakku berkeluh-kesah, Di tangan Allah nasib kita.
(6)
M . Yunus Jamil: Gajah Putih 110-111.
23
Buruk dan baik takdir Allah, Senang susah, hina mulia, Sifat dunia berubah-ubah, ' Setelah gundah datang bahagia. Cucuku ini bawa tuah, Lihat wajah tampan perkasa, Di muka terbayang sinar cerah, Tanda megah di satu masa . Berkat mukjizat Rasul Allah, Dengan afwah poyang kita, Perkasa Alam pembawa megah, Khalifah Allah, Kepala Negara.
Demikianlah sekelumit tata-derita Iskandar Muda di masa bayi, hidup dengan bundanya yang berkabung sepanjang masa dalam Mahligai Sri Warna.
#
Düka-derita di bawah sayap bundanya yang janda sepanjang masa. Telah menempa Iskandar Muda menjadi Tun Darma Wangsa Meukuta Alam, Sulthan Kerajaan Aceh Darussalam yang t'erbesar dalam sejarahnya, yang kekuasaannya melebar ke utara dan ke selatan, memanjang ke timur dan ke barat, menghunjam ke urat bumi dan meninggi ke kutub langit. --0O0--
24
,
I
P E N D I D I K A N D A L A M ISTANA Sckalipun ayahandanya telah syahid dalam usia dua tahun, namun pendidikan Abangta Munauwar Syah tidak tersia-sia, karena Nenekandanya Sulthan Alaiddin Inayat Syah IV Saidil Mukammil menaruh perhatian yang cukup besar terhadap pendidikan cucuanadanya, disamping ibundanya sendiri Putera Raja Indera Wangsa yang bertekad untuk mengasuh dan mendidik puteranya supaya menjadi manusia-teladan. Disamping ibundanya, juga dua budiwati Laksamana Malahayati dan Laksamana Muda Cut Meurah Inseun turut mengasuh dan mendidik Abangta, terutama dalam hal tutur-kata dan budibahasa serta latihan ibadat. Setelah Abangta berusia enam tahun, nenekandanya Sulthan Saidil Mukammil menugaskan beberapa orang guru/ulama untuk mengajar dan mendidiknya dalam berbagai bidang. Menurut catatan satu naskah dari kitab Tabaqatus Salatin, karangan Syekh Abu bin Ismail, bahwa guru-guru dan ulama-ulama yang ditugaskan untuk mengajar/mendidik Abangta Munauwar Syah, y a i t u : (7)
1. Patih Raja Indra Abdussalam Makhdum Sani Maharaja Jeumpa, ditugaskan untuk mengajar menulis/membaca, mengaji A l Quran, keimanan, ibadat, akhlak, ilmu hisab dan adat-istiadat. (7) M . Yunus Jamil:
Iskandar Muda (masih naskah) hlm
8-10.
25
26
2. Khuja Manaseeh (Guru besar dari Turky), ditugaskan mengajar bahasa-bahasa Arab,Turky), Portugis, Belanda dan Inggeris. 3. HakimMahmudHukamaIndra,ditugaska.n mengajar ilmu hukum, baik hukum Jslam ataupun hukum Internasional. 4. Meugat Daila Syah, Ma'un Meugat Setia Jaya, Meugat Bangsi Kara, Sri Nanta Suara Daudy, kepada mereka ditugaskan mengajar seni-budaya. 5. Untuk mengajar ketangkasan kemiliteran dan olahraga diserahkan kepada Pcndekar Saiful Muluk (mempergunakan/mempermainkan senjata tajam), Meugat Ratna Indra dan Sida Umar Mansur Khan (memacu dan menunggang kuda), Tun Khuja Manai dan Sida Tuha Meugat Dilam Caya (menunggang dan mempergunakan gajah), Laksamana Maharaja Gurah dengan pembantu-pembantunya Kapitan Moer Daver Karwal (orang Inggeris), Kapitan Tjaul (Orang Gujarat) dan Kapitan Koetji (orang Malabar) khusus kemiliteran. Pengajaran/Pendidikan yang diterimanya Iskandar Muda itu bukanlah sendirian, sekalipun tempatnya dalam Keraton Darud Dunia, tetapi bersama sejumlah putera-putera bangsa yang menjadi temannya. Seperti telah dijelaskan, bahwa Abangta Munauwar Syah luar biasa cerdasnya. Salah seorang temannya yang bernama 'Kanda Sabtu, setelah dewasa pernah mengenang masa kecilnya dengan Abangta Munauwar Syah dalam bait-bait sajaknya: Meungna Abangta tameuduk sajan, Hana tatujan kaseupot uraoe, Meungho tajak dröeneuh sajan, Teubit guransang ceubeuih pitèuka. Diureung rayek meuasék ulée, Digurée-gurêe meubléek-bléek mata, Diureung tuha teuhah babah, Meukunyah-kunyah bak deungo haha.
27
Diureung inong pisaboh bangon, Teuduk-teudong meugisa-gisa, Dak jeul bekcré meu sinyawong, Nyum sinyawong ngon Abangta. Terjemahannya: Jika Abangta ngobrol bersama, Lupa kita berlalu fiari, Kemana sa/a Abangta serta, Bangkit garang, timbal berani. Orang dewasa lain pula, Ta'ajub heran para guru, Orang tua mulut terbuka, Asyik mendengar cerita Abangta. Para wanita lain lagi, Duduk berdiri ingat Abangta, Ingiu tidak herpisah diri, Rasa abadi duduk bersama. Karena budi-pekerti, keberanian dan kecerdasan yang demikian, maka Abangta Munauwar Syah kemudian setelah dewasa dirasikan lima nama keagungan, yaitu: 1. Pancagah,
lima kemegahan: cerdas, kuat hafalan, kuat badan,
tangkas dan berani. 2. Johan Alam Syah; keras hati, gagah, tampan dan rupawan. 3. Perkasa Alam Syah; tinggi cita-cita, bijaksana, berilmu, pandai bersilat kata. 4. Darma Wangsa; budiman, sopan-santun, setia-kawan, adil, cinta kebenaran, cinta agama dan bangsa.
(8) M . Yunus Jamil: Iskandar Muda (Masih naskah) hlm 1 1-12.
28
5. Iskandar Muda; bersemangat waja, cepat dan tepat dalam tindakan, teguh pendirian dan memiliki watak Iskandar Zulkarnain (Alexander the Great) atau Iskandar Akbar.
29
C A R A SAIDIL M U K A M M I L M E M B I N A DAN MENGEMBANGKAN BAKAT CUCUANDANYA Sulthan Alaiddin Inayat Syah IV Saidil Mukammil yang cakap dan arif-bijaksana, dapat melihat bakat-bakat yang ada dalam diri cucuandanya Abangta Manuawar Syah, sehingga bertambah yakinlah dia bahwa cucuandanya akan menjadi seorang Raja yang luar biasa kalau bakat-bakatnya itu dibina dan dikembangkannya. Sejak Abangta Munauwar Syah berusia lima tahun telah mulai kelihatan bakat-bakat yang terkandung dalam dirinya, yang dapat diketahui oleh kebijaksanaan dan kearifan nenekandanya. Dari tutur katanya, dari tingkah lakunya dan dari gerak perbuatannya dapat diketahui bahwa Abangta Munauwar Syah mempunyai bakat untuk menjadi Pemimpin Besar dalam arti seluas kata. Dia suka sekali bermain kuda-kudaan dan gajah-gajahan; dia senang sekali mengadakan perang-perangan dengan teman sepermainannya, baik di daratan ataupun di sungai Krueng Daroy yang mengalir di tengah-tengah Keraton Darud Dunia dengan mempergunakan sampan-sampan kecil, dia paling suka mengumpulkan puluhan teman-temannya dan kemudian memimpin mereka untuk melakukan sesuatu pekerjaan; dia selalu bekerja mengumpulkan apa-apa yang ada pada dirinya dan pada teman-temannya dari anak orang-orang besar dan kaya, kemudian diberikannya kepada teman-temannya dari anak-anak orang yang miskin. 30
Dalam membina dan mengembangkan bakat-bakat cucuandanya ini, disamping menugaskan sejumlah guru/ulama, juga Saidil Mukammil melaksanakan sendiri dengan caranya. Dalam Hikayat Aceh telah dilukiskan dengan jelas sekali bagaimana cara Saidil Mukammil melakukan itu, dan di bawah ini akan saya ikhtisarkan sebahagiannya: Saidil Mukammil melihat cucuanda senang kepada kuda dan gajah, maka disuruhlah menempa kuda dan gajah dari emas. Tetapi, kuda dan gajah emas itu tidak puas bagi Abangta Raja, karena ia tidak bisa diberi minum dan makan. Karena itu setelah Abangta berusia lima tahun maka diberikanlah kepadanya seekor anak gajah, hal mana sangat menggembirakan cucuandanya, dan anak gajah itu dinamakan Indera Jaya serta disuruh mengawalnya pada seorang ahli-gajah yang bernama si Bulbul. Indera Jaya menjadi kesayangan Abangta Raja, dan dimulai dengan Indera Jaya akhirnya pada satu waktu nanti Abangta Raja menjadi ahli gajah yang menyayangi dan disayangi gajah, seperti halnya dengan kuda. Tentang bagaimana senangnya Abangta Raja Munauwar Syah dengan gajah, Hikayat Aceh melukiskan sebagai berikut (hlm 125): " bagindapun senantiasa bermain dengan anak segala raja-raja dan anak segala ceteria dan anak segala hulubalang dan segala kanak-kanak yang mengiringkan baginda bermain itu, dan diiringkan inang-pengasuh dan nenda kakanda dan embuwai tuan. Pertama-tama kakanda itu, kakanda Seri Bangsa, kakanda Tengah, kakanda Dilansyah, kakanda Sofyan, kakanda Ab durrahman, kakanda Puteh, kakanda Hitam, kakanda Mahmud, kakandaMegat, kakandaMuhammad, kakanda Abdullah, kakanda Kamah, kakanda Ruj, kakanda Amin Khan dan beberapa kakanda yang lain dari itu dan beratus-ratus kanak-kanak yang mengiringkan kakanda bermain.
(9) Dr.T.Iskandar: De Hikayat Aceh hlm 119-157.
31
Dan beberapa daripada gajah-yang kecil-kecil, yang baik-baik paras akan permainan baginda itu;'ada yang sejengkal gadingnya, ada yang sehasta gadingnya, ada yang setapak gadingnya', ada yang setunjuk gadingnya. Pertama-tama gajah itu Raksyasya, kemudian Rawana, Biram Mutia, Gangsar, Mutia Sejemput, Lela Genta, Ceracap Cina, Tinggal Piatu,Caping Lunggi, Tinggal Gumit, Ratna Bundai, Bibi Kaca, Indera Jaya, Bundai Ratna, Lela Mutia, Dara Nirah, Gelang Kaca, Bibi Daulat, Bibi Patung dan Bunga Seganda. Maka ada gajah yang sebanyak itu yang sangat dikasihi baginda itu, yaitu gajah laki bernama Raksyasya dan gajah bini bernama Dang Ambar Kasturi " Pada waktu-waktu tertentu Pancagah (Nama lain dari Iskandar Muda) melakukan perang-perangan di Pulau Rahmat denganmempergunakan kendaraan gajah, dan dari Pulau Rahmat ke Pantai Cuaca, ke Pantai Cermin, ke Darul Isyki dan ke Darul Kamal, dan akhirnya mandi berkecimpung dalam sungai As Safa. Pada waktu yang lain diadakan perang-perangan di air, perang armada. Mengenai dengan latihan perang laut ini, Hikayat Aceh antara lain melukiskan: "Setelah musta'idlahsegala perahu itu, maka disuruh setengah bersama-sama dengan kakanda Sabtu, yang bergelar Kapitan Mur Damis Karwal dan kakanda Jum'at akan pengamit bernama Chung Wazir. Maka kakanda Ruah dan kakanda Munauwar dan kakanda Megat berlabuh di. Kampung Jawa yang bernama Bandar Makmur, serta Kapitan Mur dengan seratus buah angkatan. Maka Pancagah berlabuh di Pantai Cuaca dengan seratus buah angkatan. Maka disuruh Kapitan Mur yang bernama Damis Karwal dan Kapitan Caul dan Kapitan Kuci menyuruh sulu dimana angkatan Aceh berlabuh. Maka dilihat kakanda Pidir Sulu itu datang, maka kakanda Pidir berdatang sembah kepada Pancagah: "Tuanku, sulu Kapitan Mur datang berlabuh dibalik Tanjung di Selat Cibrau". Maka disuruh Pancagah lcngkapi perahu yang baik-baik kadar
32
berapa buah akan melihati sulu Kapitan Mur iut. Maka apabila bertemulah kedua sulu itu, maka berbedil-bedilanlah kedua sulu itu. Maka kedengaranlah suara bedil itu kepada Pancagah. Maka Pancagah menyuruh orang meniup nafi'ri suasa. Maka ada panjang nafiri itu sehasta. Maka berhimpunlah segala anak hulubalang dan segala kakanda menghadap Pancagah. Maka kata Pancagah: "Naiklah kamumasing-masing kepada perahu kamu, kita melanggar Kapitan Mur itu". Maka sekalian mereka itu naik perahunya serta mengisi bedil meriam dan lela dan cecorong. Maka disuruh Pancagah palu gung suasa. Maka Pancagahpun bangkit dengan segala angkatan itu, lalu ilir ke kampung Jawa yang bernama Bandar Makmur itu. Maka tatkala bertemulah Pancagah dengan angkatan Kapitan Mur, maka dipalu oranglah daripada kedua pihak angkatan itu genderang perang. Maka segala anak hulubalang dansegalakakandamasing-masingbercakap melanggar Kapitan Mur itu, maka berbedil-bedilanlah kedua pihak angkatan itu dari pada segenap perahu kecil dan besar ". Demikianlah terus menerus Saidil Mukammil menyuruh para guru untuk mengembangkan bakat-bakat dari cucuandanya dengan berbagai latihan, baik latihan perang air, latihan perang darat, latihan perang siang hari, latihan perang malam, latihan perang berkendaraan gajah atau kuda ataupun latihan perang tanpa kendaraan. Berkat latihan-latihan yang berat itu, disamping Abangta Raja memang memihki bakat luar biasa, maka dalam usia di bawah üma belas tahun Pancagah telah ahli benar mengenderai kuda dan gajah, bahkan telah menjadi ahli binatang-binatang tersebut, disamping telah sangat mahir berkelahi, bersilat dan berperang dalam arti yang sungguh-sungguh. Bukan itu saja, bahkan bakat kepemimpinannya menonjol sekali. Keahlian cucuandanya berkali-kali dicoba oleh Saidil Mukammil, umpamanya waktu dua orang utusan Raja Portugis, yang dalam Hikayat Aceh nama mereka disebut Dong Dawis dan .Dong Tumis, 33
mengantar bingkisan kepada Sulthan A l a i d d i n Riayat Syah I V Saidil M u k a m m i l yang berupa dua ekor kuda T i z i Portugali, maka diberilah kesempatan waktu itu kepada cucuandanya, untuk memacu kuda itu tanpa pelana, sehingga dalam perpacuan itu seorang ahli pacu-kuda dari Portugal dapat dikalahkannya. Mengenai hal i n i , Hikayat Aceh antara lain m e l ü k i s k a n : " maka mangmanglah Perkasa A l a m kepada kuda i t u . Maka disuruh baginda nyahkan pelananya. Maka kata Perkasa A l a m kepada antusan (Portugis) i t u : " K a r e n a kudengarorang yang tahu mengendarai kuda i t u , j i k a kuda itu berpelana perempuanpun dapat menduduki dia " M a k a Perkasa A l a m melompat ke atas kuda itu serta digertak Perkasa A l a m ke Medan K h a y a l i . Maka berkilat-kilatlah tubuh kuda,itu putih, sebab kena cahaya permata intan dan tandai delima merekah itu. Maka tubuh kuda putih itupun seperti benang raja dan serupa mega d i langit lengkap serba warna. Maka medan itupun putih berkilat-kilat seperti sinar matahari "Hatta Perkasa A l a m menggertak kudanya ke Pintu Tanni. Maka dibelayamkan Perkasa A l a m p u n kuda i t u seperti pendekar tahu belayam pedang perisai "Syahdan maka Perkasa A l a m p u n memacu kudanya seperti kilat yang maha tangkas. Maka tatkala Perkasa A l a m memacu kuda itu seraya tinggung jua. Maka dipasang baginda kuda itu dihadapan Syah A l a m diderapkannya tiga depa jaraknya daripada Syah A l a m . Setelah dihadapan Syah A l a m kuda itu , maka Syah A l a m p u n bersabda: Hai Perkasa A l a m , nyawa nenenda yang metimbang alam dunia i n i , padailah tuan mengenderai kuda. Maka Perkasa A l a m p u n turun dari atas kuda. Maka segala sida-sidapun datang mengalu-ngalukan Perkasa A l a m . Maka Perkasa A l a m p u n lalu mengadap Syah A l a m serta menyembah. Maka Perkasa A l a m p u n d i c i u m Syah Alam " Pada suatu hari Saidil M u k a m m i l menyuruh Penghulu Pendekar agar bersilat pedang dengan Perkasa A l a m , guna menguji sudah 34
sampai dimana keahlian cucuandanya, apakah sudali dapat mengalahkan gurunya Penghulu Pendekar itu. Mengenai hal ini,antara lain Hikayat Aceh melukiskannya: " tatkala dipalu Johan Alam (Johan Alam nama gelaran Iskandar' Muda) maka terbit api tersemburan daripada cetai. Maka daripada derap palu Johan Alam itu maka ranap cetai Penghulu Pendekar itu hingga sampai palu Johan Alam itu kekepalanya jatuh oengan tengkuluknya. Maka kata Penghulu Pendekar: "Syabas sekali Tuanku!" Maka Syah Alampun tersenyum serta bersabda: "Padalah kamu bermain". Maka Johan Alampun dipanggil kelepau. Maka baginda itupun naik serta menyembah. Maka Syah Alampun mendakap dan mencium Johan Alam. Maka Syah Alam menanggal destar dari ulu, maka dikenakan kepada kepala Johan Alam. Maka sabda Syah Alam: "Cucuku inilah bernama Muhammad Hanafïah akhir zaman yang mengalahkan Deli dan menangkap Merah Miru dan berhamba Raja Johor dan segala RajaRaja Melayu dan mengalahkan segala Raja-Raja yang tiada mau takluk ke Aceh. Dan cucuku inilah yang mengempukan bumi masyrik dan ialah yang menjunjung karunia Allah Ta'ala menjadi Khalifah Allah yang dalam negeri Aceh Darussalam dan negeri Tiku dan Pariaman dengan menyatakan adilnya ke atas segala isi negeri yang diserahkan Allah Ta'ala kepada tangannya danialah mengempukan dan menjadikan segala RajaRaja Melayu itu hamba padanya dengan kuasanya "
35
T E R P A U T HAT1 P A D A PUTERI SENDI R A T N A I N D R A Dalam usia telah lebih 100 tahun, Saidil Mukammil turun takhta pada hari Isnin tanggal 15 Zulka'idah 1011 h. (4 April 1604 m.) atas kehendak kedua puteranya: Raja Hussain Syah dan Raja Muda A l i , sedangkan putera tertua Maharaja Diraja telah pernah memimpin perang Batu Sawar (Johor Lama) dan menjadi Raja Muda di sana. Untuk menggantikan baginda, diangkatlah putera kedua Raja Muda A l i dengan gelar Sulthan Alaiddin Riayat Syah V , sementara Raja Hussain Syah tetap menjabat Wakil Raja di Pidie. Raja Muda A l i kurang bijaksana, bodoh dan kurang menjalankan ajaran Islam. Dalam masa pemerintahannya, politik negara menjadi kacau, ekonomi mundur dan keadaan sosial sangat gawat, sementara Angkatan Perang sudah kucar-kacir, di manaDipisi Kemala Cahaya pengawal Istana Keraton Darud Dunia yang terdiri dari perajurit-perajurit wanita dibubarkannya, dan pasukan gajah tidak diurus menurut semestinya, sehingga banyak gajah yang mati atau lari ke hutan. Johan Alam (Iskandar Muda) bersama bundanya Puteri Raja Indera Wangsa di keluarkan dari Keraton Darud Dunia dan pindah ke Merduati, ke rumah pribadi Sulthan Saidil Mukam mil yang telah turun takhta, yang kemudian Saidil Mukammil keluar pula dari istana mengikuticucuanda, serta puterinya. Dalam bulan Zulliijjah 1012 h. (Mai 1605 m.) Sulthan Alaidin Riayat 36
Syah IV Saidil Mukammil wafat, yang kemudian disusul oleh wafatnya Laksamana Malahayati. ( 1 0 )
Iskandar Muda waktu itu sudah mcningkat usia muda-remaja, dan untuk menghindarkan diri dari abang bundanya Sulthan Alaiddin Riayat Syah V (Raja Muda Ali), maka Iskandar Muda bersama bundanya dan sejumlah para perwira dan pejabat negara pindah ke Pidie, ke daerah' kekuasaan abang ibundanya juga Raja Hussain Syah. Dalam daerah Pidie Iskandar bersama bundanya Putera Raja Indra Wangsa tinggal dalam Istana Reubee dari Maharaja Lela Daeng Mansur. yang lebih terkenal dengan Teungku Chik di Reubée. Maharaja Lela Daeng Mansur adalah cucuanda dari Saidil Mukammil, yaitu putera dari anaknya yang bernama Maharaja Diraja yang diangkat menjadi Raja Muda di Johor, yang setelah Johor memberontak terhadap Aceh atas hasutan Portugis, Maharaja Diraja bersama sejumlah perwira dan pasukannya hijrah ke Makassar, dan di sana beristerikan seorang puteri dari Raja Bugis. Dari perkawinan ini, Maharaja Diraja mendapat seorang putera yang dinamakan Raja Mansur Syah atau Daeng Mansur, dan setelah dewasa Daeng Mansur kembali ke Aceh menziarahi nenekandanya Sulthan Alaiddin Riayat Syah IV Saidil Mukammil, dan menetap di Reubée dalam sebuah istana yang sengaja dibuat ' Sulthan untuk cucuandanya itu. Raja Mansur Syah atau Daeng Mansur ini kemudian terkenal sebagai seorang ulama besar dengan gelar Teungku Chik di Reubée. Jadi Ayahanda Daeng Mansur Teungku Chik di Reubee adalah abang tertua dari ibunda Iskandar Puteri Raja Indra Wangsa, dan bagi Iskandar Muda Daeng Mansur adalah abang sepupunya.
(19).
M. Yunus Jamil: Iskandar Muda (masih naskah) hlm,
(11)
M. Yunus Jamil: Gajah Putih hlm.
25-31.
108
37
Dalam Istana Reubee Iskandar Muda bersama ibundanya hidup seperti dalam- rum ah sendiri, apalagi Reubée itu berada dalam wilayah kekuasaan pamandanya Raja Hussain Syah sebagai Raja Muda untuk Pidie. Sejak masih kecil sudah kelihatan bahwa Iskandar Muda mempunyai semangat waja, tinggi cita-cita, keras hati dan pantang tunduk. Namun demikian, baru beberapa bulan Perkasa Alam tinggal dalam Istana Reubee hatinya telah terpaut pada sekuntum mawar istana yang bernama Puteri Sani, yang juga bergelar Puteri Sendi Ratna Indra, puteri dari Maharaja Lela Daeng Mansur Teungku Chik di Reubée. Hasrat cinta remaja Iskandar Muda berlabuh dengan tenang dalam jiwa Puteri Sani yang baru meningkat remaja, sehingga dalam masa hanya beberapa tahun ia telah menjelma dalam bentuk pertunangan. ( 1
2 )
Hasrat berjodoh yang semakin subur antara Iskandar Muda dengan Puteri Sendi Ratna Indra, tidak menghalangi Perkasa Alam dari cita-citanya yang hendak menambah ilmu pengetahuan dan hendak membina hari-depan Aceh yang lebih gemilang. Dari abang sepupunya Teungku Chik di Reubée dan ulamaulama lain, Iskandar Muda menuntut ii nu pengetahuan dalam berbagai bidang, sementara dengan para pejabat dan perwira yang sama-sama hijrah dari Banda Aceh, dia membuat rencana untuk menggulingkan pamannya Raja Muda A l i yang telah dilantik menjadi raja Aceh dengan gelar Sulthan Alaiddin Riayat Syah V . Kekacauan politik dan ekonomi yang telah melemahkan Aceh, sangat menggusarkan Iskandar Muda. Dilihatnya penderitaan rakyat telah melampaui batas. Dari berbagai penjuru Aceh datang ütusan-utusan ke Reubee menjumpai Teungku Chik di Reubee dan Iskandar Muda agar
(12)
38
H.M. Zainuddin: Singa Aceh hlm. 53-54.
mengambil langkah-langkah untuk membebaskan Aceh dari bencana yang semakin besar. ( 1 3 )
Dalam bulan Ramadlan tahun 1014 h. (Yanuari 1606 m). berlangsung Musyawarah Reubee yang dihadiri oleh utusanutusan yang datang dari seluruh Kerajaan Aceh Darussalam, musyawarah mana berada di bawah pimpinan Maharaja Lela Daeng Mansur Teungku Chik di Reubee. Antara keputusan yang terpenting, musyawarah menetapkan agar dengan segera dimakzulkan Sulthan Alaiddin Riayat Syah V yang dlalim itu, dan ditetapkan pula agar Iskandar Muda memimpin Angkatan yang akan menyerbu Banda Aceh itu. — 0 O 0 —
C13). M.Yunus Jamil: Gajah Putih hlm 114.
39
ISKANDAR
MUDA
TERTAWAN
Pada suatu pagi bulan Syawal 1014 h. (Februari 1606 m.) Iskandar Muda datang pamitan kepada tunangannya Puteri Sani, karena sebentar lagi dia bersama angkatannya akan berangkat menuju Ibukota Negara Banda A c e h . Alangkah
terharunya
Iskandar
Muda
waktu Puteri Sani
bertanya manja : ,
" M e u n y o cutbang neujak, pat neukeubah Ion ? (Kalau j a d i kakanda berangkat, Sani d i mana ditinggalkan ? ) " " C u t p u t r o ë Ion keubah nibak Potallah (Adinda puteri kakanda serahkan kepada A l l a h ) " jawab Iskandar M u d a dengan pasti.. Sambil berjabat tangan, Puteri Sani menitip pesan. sebagai memperingati kembali sebuah semboyan yang dicetuskan dalam Musyawarah R e u b é e : "Cutbang lön peulheuh neujak beuseulamat, teutapi neuingat: Udéep saré, maté syahid ! (Abang adik lepaskan berangkat dengan iringan doa selamat, tetapi kakanda harus selalu ingat : Hidup bersama rukun damai, mati syahid sebagai kesuma bangsa !)" "Insya A l l a h !" jawab Iskandar Muda s a m b i l m e n c i u m tangan lembut Puteri Sani dan terus berangkat, karena angkatannya telah siap. 40
Dalam perjalanan menuju, Ibukota Negara Banda A c e h Darussalam, d i ruang mata Iskandar M u d a selalu terbayang dua mata bening Puteri Sani yang m e n i t i k k a n butiran embun waktu akan berangkat pada pagi hari keberangkatannya itu, tetapi di balik i t u pesan yang berbunyi : Udép saré,' maté syahid, tetap terpateri dalam hati Perkasa A l a m Iskandar Muda, yang mendorongnya maju terlalu bergegas hendak merebut Keraton Darud Dunia, sehingga menyebabkan dia tertawan oleh pasukan pengawal keraton, dan atas perintah Sulthan A l a i d d i n Riayat Syah V , Iskandar M u d a dipenjarakan dalam Keraton Darud Dunia. (14) Setelah beberapa waktu Iskandar ditahan dalam penjara di Keraton Darud Dunia, pada suatu malam dia dapat dibebaskan dari penjara itu dengan kebijaksanaan dan tipu muslihat Laksamana M u d a Cut Meurah Inseun dan Laksamana Meurah G a n t i . (15) Menurut sumber yang lain, bahwa Sulthan A l i Riayat Syah V sendiri yang membebaskan Iskandar, karena mengharap bantuannya untuk melawan pasukan Portugis yang telah mendarat dan m e n d u d u k i benteng L u b o k yang penting itu. (16) Memang satu kenyataan yang pahit, bahwa selama Sulthan A l i Riayat Syah berkuasa, angkatan laut Portugis tidak segan-segan mengganggu A c e h , bahkan mendarat dan menduduki beberapa benteng dan menguasai pelabuhan-pelabuhan penting, seperti pelabuhan Gigieng di Pidie. Setelah Iskandar Muda dibebaskan dari penjara Keraton D a m d Dunia, dia bersama pasukannya tidak segera kembali ke R e u b e é untuk menemui tunangannya yang tercinta Puteri Sendi Ratna Indra, tetapi dia terus mengadakan serangan kilat dan penyerbuan mendadak terhadap pasukan Portugis. Pada waktu tengah malam dalam bulan Safar 1015 h. ( Y u n i 1606 m.) Iskandar Muda menyerang secara mendadak (14) (15) (16)
H.M. Zainuddin M. Yunus Jamil M. Said : Aceh H.M. Zainuddin
: Singa Aceh hlm. 69 - 70, : Iskandar Muda (masih naskah) hlm. 39 - 52. Sepanjang Abad hlm. 142 - 143. : Singa Aceh hlm. 71.
41
pasukan Portugis d i bawah pimpinan Laksamana Martin Affonso de Castro, yang telah menduduki pelabuhan Kuala Gigieng. Penyerangan mana berhasil baik, sehingga waktu matahari terbit kekuatan Portugis, telah dapat dihancur-luluhkan, dan Iskandar Muda mendapat rampasan yang banyak sekali, yang berupa alat senjata dan sebagainya. (17) Kemenangan Iskandar Muda atas angkatan perang Portugis itu, telah menyebabkan Sulthan A l a i d d i n Riayat Syah V gementar ketakutan, d e n ü k i a n pula Raja Muda Pidie Hussain. Dari Kuala Gigieng dengan membawa kemenangan dan harta serta senjata rampasan, Iskandar Muda bersama pasukannya kembali ke R e u b é e , dan kepada tunangannya Puteri Sani d i hadiahkan sebuah pestol keeil-mungil yang diambil dari pinggang seorang perwira tinggi Portugis yang tertawam Kedatangan Iskandar Muda dan angkatannya d i R e u b é e disambut dengan upacara besar-besaran. Upacara penyambutan dipimpin langsung oleh Teungku C h i k d i R e u b é e Maharaja Lela Daeang Mansur, dalam upacara mana turut serta T u a n Puteri Mahri/.a Z u h r i (isteri terakhir Sulthan Saidil M u k a m m i l , Puteri Raja Indera Wangsa (ibunda Iskandar Muda) dan tentu tidak ketinggalan Puteri Sani Seri Kandi Istana Reubee, yang selama ini tiap malam sehabis shalat mendoakan keselamatan tunangannya Perkasa A l a m . Pada saat itu Iskandar M u d a telah menginjak usia 17 tahun dan Puteri Sani 16 tahun, sehingga karenanya beberapa hari kemudian upacara penyambutan disambung dengan upacara pernikahan/perkawinan agung antara Iskandar M u d a dengan Puteri Sani. Baik berita-berita kemenangan, penyambutan, perkawinan serta banyak b e r k u m p u l utusan-utusan rakyat dari seluruh A c e h di Reubee, semua itu telah menyebabkan Sulthan A l i Riayat
(17)
42
M . Yunus Jamil
: Gajah
Putih
hlm.
115.
Syah V diserang penyakit jantung, sehingga meninggal dunia dengan mendadak pada Senin tanggal 28 Zulka'idah tahun 1015 h. (2 A p r i l 1607 m.) U n t u k menziarahi Sulthan yang telah meninggal i t u , Iskandar Muda bersama para pembesar, perwira-perwira dengan pasukannya dan para ulama, antaranya S y e k h Syamsuddin Sumatrany,Maharaja Jeumpa Abdussalam M a k h d u m Sani, berangkat ke Ibukota Negara Banda A c e h , dan rombongan Iskandar Muda disambut dengan khidmat d i Keraton Darud Dunia. Atas kehendak rakyat dan para ulama, pembesar-pembesar negara dan Angkatan Perang, maka pada hari Rabu pagi tanggal 8 Zulhijjah tahun 1015 h . (11 A p r i l 1606 ril.) dinobatlah Iskandar M u d a menjadi Sulthan Kerajaan A c e h Darussalam dalam usia 17 tahun dengan gelar Sulthan A l a i d d i n Iskandar Muda Darma Wangsa Perkasa A l a m Syah. ( ' ^ ) Waktu Iskandar Muda m e n ü j u t è m p a t penabalannya, beliau menunggang gajah kesayangannya, Gajah Putih Biramsattani.
oOo
(18)
M . Yunus Jamil : Gajah Putih hlm. 115 - 116. H . M . Zainuddin : Singa Aceh him. 74 - 78.
43 1
A C E H DI B A W A H PIMPINAN I S K A N D A R M U D A Para ahli sejarah sama sependapat, bahwa A c e h selama d i bawah pimpinan Iskandar M u d a telah mencapai kemajuan yang sangat tinggi menurut ukuran zamannya; A c e h telah berada d i puncak kegemilangannya. Bagaimana keadaan A c e h di bawah asuhan Sulthan Iskandar Muda, akan tergambar dari catatan beberapa ahli sejarah yang akan saya turunkan di bawah i n i : Syekh N u r u d d i n A r Raniry dalam kitabnya Bustanus Salatin, mengenai Iskandar M u d a antara lain menulis: " ialah yang johan pahlawan lagi perkasa, dan bijaksana pada segala barang perkataannya, dan haibat pada segala kelakuannya, dan terlalu elok sikapnya. Ialah yang termasyhur namanya pada segala negeri, dan beberapa negeri yang besar-besar d i t a k l u k k a n n y a . Pertama negeri Deli pada tatkala hijrah 1021 tahun, kemudian dari itu maka alah J o h o r pada tatkala hijrah 1022 tahun, kemudian dari itu berangkat ke Bentan pada tatkala hijrah 1023 tahun. Pada k e t i k a itulah tertawan daripada anak menantu waizuri, dan beberapa dari kapal dan ghorab dan ghali. Terlalu amat banyak Peringgi terbunuh dan tertawan tatkala perang di Baning.
44
Kemudian dari itu maka baginda menaklukkari negeri Pahang pada tatkala hijrah 1026 tahun "Kemudian dari itu maka alah negeri Kedah, pada tatkala hijrah 1027 tahun, Kemudian dari itu maka alah negeri Perak pada tatkala hijrah 1029 tahun. kemudian dari itu alah Nias, pada tatkala hijrah 1034 tahun. Kemudian dari itu maka dititahkan Orang Kaya Maharaja Seri Maharaja dan Orang Kaya Laksamana untuk menyerang Melaka, pada tatkala hijrah 1308 tahun, tetapi tiada alah karena berbantah antara dua orang Panglima itu. Pada ketika itulah segala oran« Islam banyak mati syahid. Syahdan pada masa itulah wafat Syekh Syamsuddin Ibnu Abdullah As Sumatrai(Sumatrani),pada malam Isnin, duabelas hari bulan Rajab, pada hijrah 1039 tahun. Adalah Syekh itu alim pada segala ilmu, dan ialah yang termasyhur alimnya pada ilmu tasawuf, dan beberapa kitab yang dita'lifkannya "Kemudian dari itu maka wafat Syekh Ibrahim ibn Abdullah Asy-Syamy Asy-Syafi'i, pada hari Arba'a waktu asar, duabelas hari bulan Muharram, pada hijrah 1040 tahun. Adalah Syekh itu alim pada segala ilmu dan ialah yang termasyhur alimnya pada ilmu feqh. "Kemudian dari itu alah pula negeri Pahang, pada tatkala hijrah 1045 tahun. Adalah masa itu mendiami . negeri Pahang Raja Johor. Dan beberapa negeri lain dialahkannya, daripada negeri yang kecil-kecil. Dan ialah yang berbuat Masjid Baitur Rahman dan beberapa masjid pada tiap-tiap manzil. Dan ialah yang mengeraskan Agama Islam dan menyuruhkan segala rakyat sembahyang lima waktu, dan puasa bulan Ramadlan dan puasa sunat, dan menegahkan sekalian mereka itu minum arak dan berjudi. Dan ialah yang membai'atkan Baitul Mal dan 'Usyur negeri Aceh Darussalam dan cukai pekan. Dan ialah yang sangat murah kurnianya
45
akan segala rakyatnya, dan mengurniai sedekah akan fakir-miskin pada tiap-tiap berangkat sembahyang W a t " (
1
9
)
Hikayat Aceh melukiskan sekelumit dari zaman Emasnya Iskandar Muda dengan mengutip secercah lapuran dua orang celebi (utusan) yang diutus Khalifah Daulah Usmaniyah di Istambul ke Aceh, yang mana sekembalinya dari Aceh Darussalam kedua utusan tersebut antara lain melapur kepada Khalifah : " dan dalam negeri itu sebuah masjid terlalu besar dan terlalu tinggi, kemuncaknya daripada perak yang berapit dengan cermin balur. Maka ada segala yang sembahyang dalamnya terlalu banyak. Maka pada penglihat kami diperhamba yang mengatasi banyak orang sembahyang daripada dalam masjid itu hanya dalam masjid yang dalam Haram Mekkah Allah y^ng mulia itu jua. Maka masjid yang dalam segala negeri lain tiada siperti dalam masjid itu, hanya kebaruhan jua. Maka ada luas masjid itu seyojana mata memandang dan ada mimbarnya daripada mas dan kemuncak minibar itu daripada suasa. "Maka ada disebutkan pada puji-pujian di mulut orang banyak : Saiyidina as-Sulthan Perkasa Alam Johan, Berdaulat sahib al-barrain wal-bahrain, yakni tuan kami Sulthan Perkasa Alam yang mengempukan dua darat dan dua laut, yakni darat laut masyrik-maghrib. Dan ada dalam negeri itu beratus-ratus masjid jum'at. "Syahdan telah ada pekerjaan JJöhan Alam kerajaan dalam negeri Aceh Darussalam itu netiasa (senantiasa) menyuruhkan segalai hulubalang dan segala rakyat kecil besar mendirikan Agama Allah dan RasulNya. Syahdan netiasa Johan Alam itu memberi titah kepada segala wazir
(19)
46
Dr. T. Iskandar : Bustanus Salatin hlm 35-36.
baginda itu menyusun ghorab yang besar-besar diniatkan dengan niat rrtlijahid dan ghaza dengan segala kuffar 'alaihil la'na " "Tuanku, tiadalah tersifatkan kami diperhamba yang kedua ini daripada peri amat ajaib sarwa bagainya itu " (20) Mengenai dengan Aceh di bawah pimpinan Iskandar Muda, antara lain M . Yunus Jamil melukiskan sebagai berikut : Wilayah kerajaan Aceh beransur-ansur direbut kembali. Daerah Aru dan Deli dalam tahun 1020 h. (1612 m) dikuasai kembali, di mana diangkat menjadi Raja Mudanya Panglima Perkasa Alam, ialah nenekmoyang Sulthan Deli yang dalam turun temurunnya. "Dalam tahun itu, Sulthan Iskandar menerima tamu agung, yaitu utusan Sulthan Turky, yaitu Sulthan Ahmad bin Sulthan Muhammad Khan, yang memerintah Turky dalam tahun 1012-1026 h. (1603-1617 m), yaitu Celebei Ahmad dan Celebei Ridwan, dan Nakhdda Yakut Istambul serta rombongannya. Mereka diutus ke Aceh Darussalam untuk mencari minyak tanah dan minyak kamfer untuk obatnya. "Dalam tahun 1021 h. (1613 m.) Sulthan Iskandar Muda terpaksa menyerang Johor karena mereka bersekutu dengan Portugis menentang Aceh. Dalam masa itu telah dapat ditawan Sulthan Johor dan dibawa ke Aceh. Juga dibawa serta Raja Abdullah (Raja Seberang = Raja Raden) serta Puteri Pahang, yang nanti jadi Permaisuri Sulthan Iskandar Muda. Dalam tahun 1025-1028 h. (1617-1620 m.) telah dapat mengalahkan Bintan, Banan (Baning), Pahang, Kedah dan Perak. Dalam waktu itu Sulthan Ahmad Perak serta keluarga-
(20)
Dr. T. Iskandar: De Hikajat
Atjeh hlm. 166-167.
47
3 Q 6-. jf &. 3 S 2 B B H* & ff 5 = S
Si
I w I 11' *
=
3 C 3
=
|
' -
C
| E l sr «< i
I
w
lïliilII «111 * g & 1 a='3 * H
3
a-sa
3
13 8 o FS
= • •< &• S" • 2. ï «
B
5
5
^ * re O"
£ ^ * 3
K
r £ „
g
3
M 5 »
o-Trre §• 3 | T J
3
«
_ £
O T3
3.
SL
3
>
3
&
?
*
_
_ 3 re » w H. re
g.
p
yw » •o
w M
Ca.
s-'s
3
P_ 3
S S j -3 | 3
1g> | 1
S sf g" 3
3
3
5L
c
»
5
I P" & pf 6-5 ?
48
3
=
s
1.
Sri r
3 u 5
f O-
•o' re •i cr rs CA
S
O.
ba 3 Q.
•5' c
| ? BS 7T
C >
s , •
ë
3' *<
49
nya (anaknya bakal jadi Iskandar Sani) dibawa ke Aceh. "Dalam tahun 1032-1034 h. (1623-1625 m.) telah dapat menaklukkan Pulau Nias, negeri Asaiian, negeri Indragiri dan Jambi. Dalam tahun 1038-h. (1629 m.) Sulthan Iskandar mengangkat satu angkatan perang yang terbesar yang terdiri dari 400 kapal perang dan 20.000 lasykar untuk menggempur Portugis di Melaka " ( 2 1 )
Muhammad Said seorang ahli Aceh, mengenai masa pemerintahan Iskandar Muda antara lain menulis : "Semenjak Iskandar Muda naik takhta atas Wilayah Aceh sendiri di sebelah timur sampai ke Tamiang disusun kembali dan di sebelah barat, terutama di luar Aceh yang sudah dikuasai, seperti Natal, Paseman, Tiku, Pariaman, Salida dan Indrapura kembali pembesar-pembesar yang cukup berwibawa dan ahli menjalankan tugas untuk mengatur cukai-cukai dan pèndapatan kerajaan yang lainnya "Dalam masa Iskandar Muda, seluruh pantai Barat Sumatera hingga Bengkulen telah berada dalam kuasa Aceh. Di tempat-tempat tersebut, terutama di pelabuliannya seperti Pariaman, Tiku, Salida, Inderapura dan lain-lain, di tempatkan seorang Panglima. Juga di sebelah pantai timur, kekuasaan Aceh sudah meluas ke seluruh Sumatera Timur hingga Jambi. Dengan jatuhnya Pahang, Kedah, Petani, Perak boleh dikatakan masa itu Semenanjung Melayu dengan Sumatera Timur termasuk Siak, Inderagiri, Riau, Lingga dan ke seiatannya berdasar surat Iskandar Muda kepada raja Inggeris, Palembang dan Jambi sudah masuk wilayah Kerajaan Aceh
(21)
50
M . Yunus Jamil : Gajah Putih hlm. 116 - 117.
" D a l a m pada itu jelaslah bahwa masa Iskandar Muda merupakan masa kebanggaan dan kemegahan A c e h , tidak hanya dalam pengaruh dan kekuasaan tapi d i bidang penertiban susunan pemerintahan, terutama dalam hal mengadakan penertiban perdagangan, penertiban kedudukan rakyat sesama rakyat (sipil), kedudukan rakyat terhadap pemerintahan, kedudukan sesama anggota pemerintali dan sebagainya. Pun dalam soal ilmu pengetahuan atau kecerdasan terutama di bidang agama, dibanding masa lampau, masa Sulthan Iskandar M u d a itu dapat dikatakan sebagai suatu masa kesadaran. "Iskandar Muda mempunyai jasa yang besar sekali untuk mendirikan mesjid atau rumah ibadah, pesantren dan sebagainya. Mesjid terbesar dan indah telah dibangun oleh Iskandar M u d a d i Bandar A c e h Darussalam sendiri, yaitu Baitur Rahman. Sayang mesjid i n i kemudian terbakar. "Iskandar M u d a telah mengadakan perundang-undangan yang terkenal dengan sebutan Adat Makota A l a m yang disadur dan dijadikan batudasar k e m u d i a n ketika puterinya Tajul A l a m Safiatuddin dan raja-raja seterusnya memerintah. "Beberapa peraturan disempurnakan. Penertiban h u k u m yang dibangun Iskandar Muda memperluas kemasyhurannya sampai ke luar negeri, ke India, A r a b , T u r k i , Mesir, Belanda, Inggeris, Portugis, Sepanyoh dan T i o n g k o k . Banyak negeri tetangga mengambil peraturanperaturan h u k u m di Aceh untuk menjadi teladan, terutama karena peraturan itu berunsur kepribadian yang dijiwai sepenuhnya oleh h u k u m - h u k u m agama, jadinya Adat Makota A l a m adalah adat bersendi syarak. "Sebuah kerajaan yang jaya dimasa lampau di Kalimantan yang bernama Brunei (kini masuk jajahan Inggeris), ketika diperintah oleh seorang Sulthan yang bernama Sulthan Hasan, seorang yang keras dan pemeluk agama
51
yang setia, telah mengambil pedoman-pedoman untuk peraturan negerinya dengan terus terang mengatakan mengambil teladan undang-undang Makota Alam Aceh. Ini suatu bukti kemasyhuran dan nilai tinggi negeri Aceh yang sudah dimaklumi orang dewasa itu. " D i bidang ilmu pengetahuan agama (theologi), khusus Islam, masa Iskandar Muda semakin terkenal. Namanania ulama maupün pujangga seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Syekh Nuruddin A r Raniry dan Syekh Abdurrauf Singkel (Teungku di Kuala) adalah nama-nama yang tidak asing hingga kini. Kegiatan untuk mengetahui lebih dalam, tinggi dan sempurna ilmu agama, menempatkan Aceh menjadi lebih banyak pula memusatkan perhatian di bidang pendidikan >'
(22)
hncyclopaedia of Islam menceritakan bahwa dalam tahun 973 h. (1563 m.) Kerajaan Aceh Darussalam telah mengirim utusan kepada Daulah Turki Usmaniyah di Istambul untuk meminta bantuan dalam usaha menghancurkan Portugis di Melaka. Disebutkan juga bahwa beberapa kerajaan Hindu/Budha di Asia Tenggara telah berjanji akan masuk Islam, kalau Daulah Usmaniyah bersedia mcmbantu mereka. Disebutkan juga, bahwa Daulah Usmaniyah bersedia memb'antu Aceh dengan perlengkapan perang dan tenaga-tenaga ahli. Sejumlah kapal-kapal telah disediakan dengan berbagai alat perlengkapan militer untuk bersama-sama utusan Aceh kembali ke Aceh. Tetapi, di tengah perjalanan lerpaksa Armada Turki itu dibelokkah untuk memukul pemberontakan yang timbul di Yaman, hanya dua kapal perang saja yang meneruskan perjalanannya ke Aceh bersama dengan alatalat perlengkapan perang dan tenaga-tenaga ahli dalam bidang militer, dan kedua kapal perang ini tetap tinggal di Aceh. Mengenai zaman Iskandar Muda, Encyclopaedia of Islam, antara lain melukiskan: (22)
52
M. Said : Aceh Sepanjang Abad hlm. 147,
167 dan 173 - 174.
"Pada bahagian pertengahan perlania dari abad ke XVII Aceh telah sampai di puncak kemegahan dan kemajuan, dan pada saat itu Aceh berada di bawah pimpinan Iskandar yang bergelar dengan Meukuta Alam. Dalam zamannya Kerajaan Aceh Darussalam sangat luas wilayah kekuasaannya, dan dengan sebuah armada yang amat besar, Iskandar Muda telah menyerang Banang dan Melaka, sehingga riwayat penyerangannya itu diceritakan dalam sebuah buku yang bernama Hikayat Malem Dagang, buku mana telah pernah dicetak di Den Haag dalam tahun 1937. "(23) Tentang kemajuan dan kebesaran Aceh pada abad XVII itu, Anderson seorang pengarang Inggeris menceritakan, bahwa perdagangan Aceh waktu itu sangat maju, juga industrinya; Aceh menghasilkan sutera yang terbaik di dunia. Aceh sanggup membuat kapal sendiri, baik kapal perang ataupun kapal dagang, bahkan merencanakan sendiri oleh ahli-ahlinya. Juga Anderson menceritakan Armada Iskandar Muda mara ke Melaka. < ) 24
Anthony Reid, seorang sarjana dan Gurubeear bangsa Austfalia yang pernah mengajar sejarah pada Malayan University di Kuala Lumpur, melukiskan Aceh di zaman Iskandar Muda : " D i bawah pimpinan raja yang gagah-berani dan brilian Sulthan Iskandar Muda (1607-1636), kekuatan dan kebesaran Aceh, baik di dalam atau di luar negeri, telah mencapai puncaknya. Pengawasan kerajaan berjalan effektif sekali terhadap pelabuhan-pelabuhan penting di sepanjang pantai barat Sumatera, seperti halnya di pantai timur sampai-sampai ke selatan Asahan. Perjalanan penaklukannya mencapai sejauh Pahang di pantai Semenanjung Melayu, sementara perdagangan luar negerinya telah mampu merealisir segala cita-citanya,
(23) (24)
Encyclopaedia of Islam (edisi Arab) jilid I hlm. 72 - 73 Jhon Anderson : Acheen hlm. 24 - 26.
53
sedangkan istananya yang besar dan agung adalah pusat kegiatan ilmu dan kesarjanaan yang tidak ada bandingnya di kepulauan Nusantara " ( 2 5 )
Duta Besar Perancis Beaulieu yang mendapat mandat penuh dari rajanya untuk mengantar surat dan berunding dengan Sulthan Iskandar Muda, membuat catatan antara lain sebagai berikut : " bahwa banyak sekali penduduk Aceh yang tahu membaca dan berhitung. Merekapun penggemar sastera, pembersih dilihat dari pakaian dan rumahtangganya. Pertukangan adalah bakat orang Aceh, pertukangan besi, menghancurkan tembaga dan membikin kapal, kcahlian mereka adalah mengagumkan " D i laut berdiri kapal-kapal perang Aceh jauh lebih besar dari kapal-kapal perang yang pernah dibikin orang di Eropah di zaman itu "Telah kupersaksikan sendiri, bahwa kapal pertengahan saja ada 120 kaki panjangnya. Orang Aceh amatlah ahli membikin kapal perang, cantik tapi berat, terlalu lebar dan tinggi pula. Di . itu didapati bilik-bilik. Juga dayung-dayungnya panjai.g tapi enteng. Setiap dayung dikayuh oleh dua orang. Kapal-kapal perang itu dipelihara baik-baik sehabis dipakai berperang "Setiap kapal disediakan beberapa meriam besar. Setiap kapal sanggup membawa 700 sampai 800 tentara, dan mereka bisa pula bertugas berdayung berganti-ganti kalau angin tidak kuat. "Gajah-gajah cukup banyak. Binatang ini amat penting sekali dan dibutuhkan di peperangan. Kapal-kapal yang akan dinaikkan ke pantai untuk digalang dan disimpan, gajahlah yang menariknya. Ditaksir tidak kurang dari 900 ekor banyaknya gajah kepunyaan Sulthan sendiri. Semuanya tahu menjalankan tugas dalam peperangan, (25)
54
Anthony Reid : The Contest For Nourth Sumatera hlm. 3.
55
Pintu Biram Indera Bangsa. yang sekarang lebih terkenal dengan nama Pinto Khob. Pintu Biram Indera Bangsa ini juga terletak daiam Taman Gairah di tepi krueng Oaroy. Kedua bangunan kebudayaan ini (hal. 55 dan 56) didirikan waktu Sulthan Iskandar Muda dan disempurnakan Taman Gairahnya waktu Sulthan Iskandar Sani, dan pada waktu Ratu Safiatuddin Taman Gairah telah gemilang sekali.
56
sudah terlatih untuk lari, untuk berbelok, untuk berhenti, duduk berlindung dan sebagainya. "Mudab saja dijumpai tukang-tukang besi yang ahli, apalagi tukang-tukang membikin kapal banyak sekali. Pun banyak sekali dijumpai tukang-tukang yang pandai menuang tembaga. Sebagai pegawai Sulthan saja di dalam istana didapati tidak kurang dari 300 orang tukang mas, dan banyak sekali tukang-tukang kayu. Ada sejumlah 1500 hamba sahaya, yang cukup dipercayai dan yang segera dapat menjalankan perintah dengan tanpa pikir-pikir dan bimbang. Mereka itu kebanyakan asal dari orang asing (Habsyi). . "Istana dikelilingi oleh lapangan kira-kira satu setengah mil berbentuk bentuk bulat telur "Melewati istana mengalir sungai yang airnya jernih sekali. Kiri kanannya banyak tangga untuk turun mandi berkecimpung ke dalamnya. Sebelum sampai ke ruang istana sebenarnya, harus dilalui dulu empat buah pintu gerbang. Terakhir sengaja dipertebal temboknya daripada batu-batu yang tebalnya 50 langkah. D i empat penjuru didapati empat buah menara tinggi. Sesudah dinding terakhir, didapati lapangan luas. D i situlah nampak sejumlah 4000 perajurit dan 300 gajah yang bertugas di dalam " (26) Dari kutipan-kutipan yang telah dinukilkan di atas, jelaslah sudah bagaimana keadaan Aceh di bawah pimpinan Sulthan Iskandar Muda Darma Wangsa Perkasa Alam Syah.
(26)
M. Said
: Aceh Sepanjang Abad hlm. 181 - 182.
57
ARMADA CAKRA DONYA Dalam bulan Mai 1613 sebuah Armada Aceh di bawah pimpinan Iskandar Muda menuju ke Johor untuk menaklukkan kerajaan tersebut karena telah bersekongkol dengan Portugis dan Belanda untuk menyerang Aceh. Dalam waktu yang tidak begitu lama dan dengan tidak menghadapi perlawanan yang seru, Johor dapat ditaklukkan, dan sulthannya Alauddin Riayat Syah sempat meloloskan diri, seda'ngkan adiknya Raja Bungsu atau Raja Abdullah alias Raja Seberang dapat ditawan, setelah Benteng Batusawar dan Benteng Seberang dapat dihancurkan. D i antara tawanan-tawanan yang lain termasuk Puteri Pahang, Tun Sri Lanang (pengarang sejarah Melayu), ipar Sulthan Alauddin Raja Siak yang kebetulan sedang berada di sana, sejumlah keluarga sulthan lainnya, para pembesar dan 20 orang Belanda. (27) Pada awal bulan Yuli 1613 seluruh Armada Aceh itu telah kembali ke Aceh dengan membawa. kemenangan dan tawanan, yang salah seorang di antaranya bernama "Puteri Pahang" kemudian menjadi Permaisuri dari Sulthan Iskandar Muda, ister^ kedua. Raja Bungsu atau Raja Abdullah kemudian menjadi insaf akan kesalahannya membantu Belanda untuk menyerang Aceh, setelah dia tiba di Aceh. Raja Bungsu yang telah insaf itu dikawinkan dengan adik Iskandar Muda, kemudian dia dikirin 58
kembali ke Johor untuk menjadi Sulthan. Bersama dengan 30 buah kapal yang penuh dengan berbagai perbekalan yang disediakan Iskandar Muda, maka Raja Bungsu bersama isterinya (adik Iskandar Muda) dan para pembesar Johor lainnya yang tadinya ditawan, berangkatlah ke Johor. Bersama mereka ikut juga 2000 orang perwira dan tenaga ahli Aceh untuk membantu bangun Johor kembali. Setibanya di Johor, Raja Bungsu dinobatkan menjadi Sulthan Johor dengan gelar Sulthan Abdullah Maayat Syah. Dalam tahun 1615 Sulthan Iskandar mempersiapkan suatu Armada Aceh yang besar untuk menyerang Kekuatan Portugis yang menjajah Melaka, artinya untuk memerdekakan Ummat Islam di Malaya dari penjajahan imperialis Portugis, apalagi Iskandar Muda mendapat lapuran bahwa iparnya Sulthan Johor Maayat Syah telah mengadakan hubungan rahsia dengan Portugis. Persiapan dan mara ke Melaka ini diceritakan dengan indah sekali oleh Hikayat Malém Dagartg, salah satu karya sastera Aceh yang terbaik. (28) Hikayat Malem Dagang menceritakan, bahwa pada permulaan Pemerintahan Iskandar Muda datanglah ke Aceh dari Johor Raja Raden bersama dengan isterinya yang bernama PuteriPahang. Dia datang ke Aceh untuk meminta perlindungan dari gangguan adiknya yang bernama Raja Si Ujut, seorang raja yang kejam dan ganas. Raja Raden mengatakan bahwa Puteri Pahang adalah adiknya, dan ditawarkan untuk menjadi permaisuri Sulthan Iskandar Muda, tawaran mana diterima baik, dan sebagai balas budi Iskandar Muda mengawinkan adiknya sendiri dengan Raja Raden. (28)
Menurut ketenagan yang saya peroleh waktu melakukan riset untuk mencari bahan-bahan buat buku Sejarah Kebudayaan Aceh, bahwa pengarang Hikayat Malem Dagang, yaitu Teungku Chik Pante Geulima, seorang ulama besar dari Dayah (Pesantren) Pante Geulima di daerah Merdu (Pidieï Dayah Pante Geulima termasuk salah satu pusat pendidikan Islam yang besar dalam Kerajaan Aceh Darussalam.
59
Tiada berapa lama kemudian, datang pula ke Aceh Raja Si Ujut menyusul abangnya. Penerimaan baik oleh Iskandar Muda dibalasnya dengan pengacauan dan perampokan, penganiayaan terhadap rakyat, dan setelah penggarongan yang hebat Si Ujut lari dengan kapalnya pulang ke negerinya. Untuk menebus arang yang telah lercoreng di mukanya itu, Sulthan Iskandar Muda memimpin sendiri sebuah armada besar untuk menghajar Si Ujut di negerinya atau di mana saja. Armada Besar ini bernama " A R M A D A C A K R A D O N Y A " , karena kapal pemimpinnya yang ditumpangi Iskandar Muda bernama Cakra Donya. Tentang Raja Raden dan Raja Si Ujut yang dilukiskan dalam Hikayat Malem Dagang terdapat berbagai pendapat. Ada yang mengatakan bahwa kedua tokoh dari Semenanjung Melayu itu adalah orang yang sebenarnya, yaitu Sulthan Alauddin Riayat Syah (Raja Johor) yang dimaksud dengan si Ujut dan saudara sanak ibunya Raja Bungsu atau Raja Abdullah yang dimaksud dengan Raja Raden. D i samping itu ada pula yang berpendapat, bahwa dua tokoh tersebut adalah perlambang; yang dimaksud dengan Raja Raden yaitu raja-raja dan Ummat Islam Semenanjung Tanah Melayu, sedangkan yang dimaksud dengan Raja Si Ujut yaitu penjajah Portugis, yang pada hakekatnya menjadi Sulthan Johor dalam praktek. Saya lebih condong untuk meyakinkan pendapat yang kedua, mengingat bahwa waktu Puteri Pahang menasehatkan Sulthan Iskandar Muda agar mengejar Raja Si Ujut sampai dapat; kalau tidak dapat di Johor agar dikejar sampai ke Banang, kalau tak ada di Banang agar dicari sampai ke Melaka; kalau tak dapat juga di Melaka agar dikejar sampai ke Guha. Menurut seorang sarjana Belanda Gowan, bahwa yang dimaksud dengan Guha yaitu GOA pusat kekuasaan imperialis Portugis di Asia, letaknya di India sekarang. (29) (29)
60
H.K.J. Gowan : De Hikajat Malem Dagang hlm. 2
... . «
Inilah Ionceng >_aNra Donya, yang sekarang terletak dalam komplek B A P K R I S Banda Aceh dengan Rumoh Aceh. Menurut riwayat, bahwa ionceng besar ini hadiah dari Raja Cina kepada Iskandar Muda. Waktu Sulthan Iskandar Muda akan mara ke Melaka dengan sebuah Armada Aceh yang besar, Ionceng ini ditempatkan dalam Kapal Perang Pemimpin, dimana Iskandar Muda duduk. Lonceng ini diberi nama Cakra Donya. Karena itulah , maka armada ini juga dinamakan dengan armada Cakra Donya.
61
Atas dasar penafsiran Guha dengan Goa oleh G o w a n , maka beralasanlah untuk d i y a k i n k a n bahwa yang dimaksud d è n g a n Si Ujut dalam Hikayat Malem Dagang y a i t u "imperialis Portugis", sementara yang dimaksud dengan Raja Raden yaitu U m m a t Islam Semenanjung Tanah Melayu, yang dalam Hikayat Malem Dagang dilambangkan oleh Raja Bungsu atau Raja A b d u l l a h alias Raja Raden. Berpijak atas pendapat ini, maka tujuan A r m a d a Cakra D o n y a adalah membebaskan saudara seagamanya dari penjajahan bangsa kulit putih yang beragama lain. Tentang penamaan armada A c e h yang mara ke Melaka ini dengan Armada
Cakra Donya, H i k a y a t M a l e m Dagangmenceritakan
sebagai berikut : Pada waktu Sulthan Iskandar Muda sibuk mengadakan persiapan perang, dengan membangun kapal-kapal, membuat alatalat persenjataan, melatih tentara dan lain-lain perlengkapan, hanyutlah sebuah kapal besar yang masih kerangka. .datangnya dari Guha (Goa), dari pusat kekuasaan Si Ujut. Kapal yang masih kerangka tersebut terus berlabuh di Kuala, hal mana dilapurkan orang kepada Sulthan Iskandar Muda. Sulthan dengan para penasehat. para ahli dan para ulama datang ke Kuala untuk menyaksikan kapal yang masih kerangka tersebut, yang hanyutnya dari Guha. Waktu datang Iskandar Muda ke dekat kapal itu, maka makhluk halus yang menyertai kapal menyatakan, bahwa kapal yang belum siap itu datangnya dari G u h a , yang sedang dipersiapkan oleh Raja Si Ujut untuk mcmerangi Aceh. Kalau kapal itu siap dan si Ujut sentpat mempergunakannya, pasti A c e h akan takluk dan hancur. K a m i yang berbicara ini adalah " J i n Islam", yang memaksa k a m i melarikan kapal yang masih belum siap i n i , demikian kata makhluk halus itu selanjutnya. Hcndaklah tuanku siapkan kapal ini, dan T u a n k u sendiri yang memakainya. Dengan kapal ini T u a n k u akan dapat mengalahkan Raja Si Ujut. K e m u d i a n Iskandar M u d a memerintahkan para ahli kapal untuk segera menyelesaikan 62
kapal yang datang dari G u h a itu. Ini satu perlambang lagi, yang harus dicari artinya. Setelah selesai dan dalam upacara penurunan kapal itu ke air, Iskandar Muda menamakannya dengan C A K R A D O N Y A , sehingga A r m a d a A c e h yang berada d i bawah k o m a n d o kapalperang Cakra Doriya dimasyhurkan dengan nama A R M A D A CAKRA DONYA ( > 30
A p a b i l a segala perlengkapan telah musta'id, maka A r m a d a Cakra D o n y a bertolaklah dari pangkalannya menuju Melaka d i bawah pimpinan Iskandar Muda sendiri, dan- dalam bulan N o vember 1615 perintah menggempur benteng Portugis d i Melaka dikeluarkan, sehingga terjadilah pertempuran yang amat seru — 0 O 0 —
(30)
H.K.J. Gowan : De Hikajat Malem Dagang hlm. 23.
63
ISKANDAR MUDA MARA KE MELAKA Telah dijelaskan pada pasal yang lalu, bahwa menjelang akhir tahun 1615 m. Armada Cakra Donya di bawah pimpinan Iskandar Muda sendiri telah meninggalkan pangkalannya di Aceh menuju Semenanjung Tanah Melayu. Diantara orang-orang penting yang turut dalam Armada Cakra Donya itu, yaitu Kadli Malikul Adil Syekh Syamsuddin Sumatrany, Malem Dagang, Ja Pakeh, Panglima Pidie dan lain-lainnya. Pada suatu malam menjelang akhir tahun 1615, dibahagian belakang Istana Cahaya Kemala yang menghadap ke Krueng Daroy dalam Keraton Darud Dunia, Sulthan Iskandar Muda menyampaikan dengan resmi kepada permaisurinya Puteri Pahang niatnya akan menyerang kekuatan imperialis Portugis di Melaka, yang berarti hendak membebaskan rakyat di Semenanjung Tanah Melayu dari penjajahan asing. Memang hampir setahun ini, Iskandar Muda merahsiakan tujuan dari pembinaan armada yang sibuk disiapkan, juga kepada permaisurinya Puteri Sani dan Puteri Pahang. Dengan indah dan romantis sekali, Hikayat Malem Dagang . melukiskan percakapan Iskandar Muda dengan Puteri Pahang pada malam itu, dimana sinar bulan purnama sedang bermain ria diatas riam Krueng Daroy, yang ditatap dengan gairah oleh dua pasang mata bening tajam, yang akan berpisah dalam satu dua hari mendatang. 64
•Pada waktu itu, dengan disaksikan bulan purnama dan dirayu deru nam Krueng Daroy yang melanda batu, terjadilah percakapan yang indah, terharu dan romantis sekali antara Iskandar Muda dengan Puteri Pahang, yang sebahagiannya kalau dipuisikan dalam bahasa Indonesia akan berbunyi: Bersabda baginda merayu adinda: "Dimana gerangan ratuku tuan, Semanyam dimana kemala negara, Mari berperi puteri rupawan!" Tuan puteri menjawab peri: "Kami disini daulat mahkota, Mengapa tuanku memanggil kami Gerangan apa salah adinda ? Tiada biasa mengajak bicara, Kini begini mengapa gerangan, Takdir terjadi apa kiranya, Dipanggil kami puteri buangan?" "Kakanda memanggil adindaku sayang, Hasrat jiwa menyampaikan berita: Andai izin Allah Penyayang, Akan mara ke Johor Lama. Kalau takdir umurku panjang, Akan menyerang Si Ujut celaka." Menjawab puteri berhati bimbang, Tersedu-sedan cucurkan irmata. Irmata duka mengembun dimata, Bagaikan hujan titik berlinang; "Baru sekarang diajak bicara, Hina kiranya Puteri Pahang. "
65
Selanjutnya Puteri Pahang menangisi dirinya yang jauh dari orang-tua dan sanak saudara, jauh dari tanah tempat lahirnya; menyesali suaminya Sulthan Iskandar Muda, karena terlambat bermusyawarah dengannya dalam hal hendak berangkat ke Semenanjung Tanah Melayu untuk mengejar Raja Si Ujut. Setelah Iskandar Muda memberi penjelasan, bahwa itu rahsia perang yang harus ditutup rapat, lebih-lebih dalam masa persiapan, barulah Puteri Pahang merasa puas dan rela meiepaskan Sulthan pergi. Akhir pembicaraan sampai kepada suatu klimak yang sangat romantis, yang kalau dipuisikan dalam bahasa Indonesia akan berbunyi: "Andai tuanku jadi berangkat, Tinggalkan dimana puteri yang hina, Sebelum pasti kami bertempat, Tuanku pergi rela tiada. Dimana kami tuanku tinggalkan, Kakanda pergi memerangi Melaka, Ampun tuanku daulat syah alam, Kupegang tangan lepas tiada. Bila kami tiada pasti, Menyesal nanti wahai mahkota. " Meukuta Alam menjawab peri, Bijak bestari adil bicara: "Adik kutitip kepada Allah, Kebawah lindungan Maha kuasa, Kepada Tuhan puteri terserah, Sejak kita hidup bersama. Adik bertakhta dalam istana, Tuhan Esa pelindung utama." Puteri Pahang menjawab kata, Muda jauhari bijak bicara: 66
"Kalau Allah tempat menyerah, Rela tuanku beranglcat pergi, Andai bukan kepada Allah, Kami takrela wahai mahkota!" Yang lebih mengharukan lagi ketika Sulthan Iskandar Muda menolak kebendak Puteri Pahang yang hendak mengantar sulthan sampai ke kuala: Berkata manja puteri andalan, Bijak bestari tutur merayu: "Andai tuanku jadi berjalan, Izinkan di kuala kami lepaskan ... !" Menjawab haru raja perkasa: "Janganlah puteri bersusah diri, Dipintu istana berpisah kita, Selamat tinggal puteri jauhari
!" (31)
Hikayat Malem Dagang menceritakan selanjutnya Armada Cakra Donya yang mara ke Melaka singgah di Pidie, Merdu, Gelumpang Dua Peusangan, Samudra/Pasai, Asahan dan terus ke Semenanjung Tanah Melayu, di mana diserangnya Johor Lama sampai hancur dan ditawan Sulthan Alauddin Riayat Syah yang telah kembali ke Johor sebagai kaki-tangan imperialis Portugis, sementara Raja Bungsu sempat melarikan diri ke Lingga dan kemudian ke Tembelan. Sulthan Alauddin Riayat Syah bersama tawanan-tawanan lainnya dibawa ke Aceh dan di sana dihukum mati. (32) Menurut hernat saya, berdasarkan analisa H . K . J . Gowan, bahwa yang dimaksud dengan Raja Si Ujut dalam Hikayat Malem Dagang ialah Alauddin Riayat Syah ini yang menjadi kaki-tangan dan perlambang dari imperialisme Portugis.
(31) (32)
M.KJ, Gowan : De Hikajat Malem Dagang hlm. 25 - 27. M. Said : Aceh Sepanjang Abad hlm. 159.
67
* Dalam penyefangan kali ini, menurut Hikayat Malem Dagang, Sulthan Iskandar Muda dapat menawan Raja Si Ujut (Raja Johor Sulthan Alauddin Riayat Syah) dan dibawa ke Aceh, di mana dia menghadapi hukuman mati dengan menuangkan timah mendidih ke dalam mulutnya, karena dia tidak bisa mati dengan cara yang lain, dan penuangan timah itu atas permintaannya sendiri. ( > Hal ini untuk menggambarkan, bahwa Raja Si Ujut hebat sekali, kebal dalam segala bentuk: tidak termakan oleh senjata tajam, tidak tertembus oleh peluru, tahan dibenam dalam lautan dan sebagainya. Akhirnya karena tidak tahan derita lagi, maka dikatakan bahwa dia hanya akan mati dengan menuangkan timah panas mendidih ke dalam mulutnya. Dilukiskan demikian hebatnya Raja Si Ujut, untuk mengesankan bahwa imperialis Portugis pada waktu itu memang mempunyai kekuatan yang tangguh, yang sukar untuk dikalahkan, sehingga kalau dalam penyerangan kali ini juga Iskandar Muda tidak berhasil merebut Melaka, sekalipun penyerangan tersebut telah banyak meminta korban, antaranya tangan-kanannya sendiri Qadli Malikul Adil Syekh Syamsuddin Sumatrany. Pulangnya Armada Cakra Donya dengan membawa tawanan Raja Si Ujut disambut dengan meriah di Banda Aceh, dan Puteri Pahang sendiri yang memimpin upacara penyambutan. Tentang ini. Hikayat Malem Dagang melukiskan, yang kalau dipuisikan dalam bahasa Indonesia akan berbunyi: 33
Berlabuh dikuala Cakra Donya. Jangkar turun kapal berhenti, Meukuta Alam mendarat segera, Diikuti hulubalang para panglima. Raja Si Ujut tawanan utama, Diangkat kedarat tangan terikat, Iskandar Muka menuju istana, Johan Berdaulat disambut rakyat. (33)
68
H.K.J. Gowan : Hikajat Malem Dagang hlm. 74.
Meriam berdentum membahana alam, Puteri Pahang menyambut raja, Suara pelor gemparkan insan, Gemuruh suara gegap gempita. Tersiarlah berita bahwa kabaran Si Ujut tertawan dinegeri Guha, Sulthan pulang bawa kemenangan, Rakyatpun datang menyambut Mahkota. Rakyat berduyun dari dusun, Sunyi kampung, kosong desa, Dalam kota rakyat berhimpun, Rayakan kemenangan Iskandar Muda. Tiga bulan telah berlalu, Keluarlah titah Mahkota Alam, Kepada Panglima sabda tertuju, Amaran raja Iskandar Muda. "Dengarlah titah Malem Dagang, Oh Panglima Perang laksanakan segera, Raja Si Ujut musuh yang garang, Haruslah sekarang dicabut nyawa." Setelah Si Ujut nyawanya hilang, Rakyat pulang bawa kepuasan, Meukuta Alam masuk ke Dalam, Puteri Pahang sambut gembira. < ) Demikianlah Hikayat Malem Dagang mengakhiri kisahnya tentang Armada Cakra Donya mara ke Melaka dibawah pimpinan Iskandar Muda. Dalam pasal-pasal berikutnya, saya akan uraikan dengan ringkas pembangunan yang dilakukan Iskandar Muda dalam berbagai bidang. 34
— 0 O 0 — (34)
Yang dimaksud dengan D A L A M di sini yaitu Keraton. Dalam istilah bahasa Aceh dahulu Keraton disebut Dalam. (Baca Dr. Hoesein Djajadiningrat: Atjehsch-Nederlandsch Woordenboek jilid 1 h. 274).
69
ORGANISASI KERAJAAN ACEH
DARUSSALAM
Kanun AI Asyi. Sulthan A l a i d d i n A l i Mughaiyat Syah dicatat dalam sejarah sebagai Pembangun Kerajaan Aceh Darussalam, dan Sulthan Alaiddin Riayat Syah II A b d u l Qahhar Pembina Organisasi Kerajaan dengan menyusun undang-undang dasar negara yang diberi nama Kanun Al Asyi, yang kemudian oleh Sulthan Iskandar Muda K a n u n A l A s y i i n i disempurnakannya. Dalam perjalanan sejarah kemudian, Kanun A l A s y i ini adakalanya disebut Adat Aceh dan juga seringkali disebut juga Adat Meukuta Alam atau Kanun Meukuta Alam. Dengan adanya undang-undang dasar yang bernama K a n u n A l A s y i atau Kanun Meukuta A l a m i n i . maka Kerajaan A c e h Darussalam telah berdiri atas satu landasan yang teratur dan kuat. Dalam hal i n i , Sulthan Iskandar Muda telah berbuat banyak sekali. A d a p u n organisasi dari Kerajaan Aceh Darussalam seperti yang tersebut dalam Kanun A l A s y i , adalah sebagai berikut: i
Dasar dan bentuk negara. Dalam Kanun A l A s y i ditetapkan, bahwa dasar Kerajaan A c e h Darussalam yaitu Islam dan bentuknya kerajaan, yang dengan ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: (35) (35)
70
D i Meulak
: Kanun Meukuta
A l a m hlm. 40
-
46.
a. Negara berbentuk kerajaan, di mana Kepala Negara bergelar sulthan yang diangkat turun temurun. Dalam keadaan dari keturunan tertentu tidak ada yang memenuhi syarat-syarat, boleh diangkat dari bukan turunan raja. b. Kerajaan bernama Kerajaan Aceh Darussalam, dengan Ibukota Negara Banda Aceh Darussalam. c. Kepala Negara disebut Sulthan Imam Adil, yang dibantu oleh Sekretaris Negara yang bergelar Rama Setia Kerukon Katibul Muluk. d. Orang kedua dalam kerajaan, yaitu Qadli Malikul Adil, dengan empat orang pembantunya yang bergelar Mufti Empat. e. Untuk membantu sulthan dalam menjalankan pemerintahan, kanun menetapkan beberapa pejabat tinggi yang bergelar Wazir (Perdana Menteri dan Menteri-Menteri).
Rukun Kerajaan.
Kanun menetapkan empat Rukun Kerajaan, yaitu: (36) a. Pedang Keadilan; Jika tiada pedang, maka tidak ada kerajaan. b. Q a lam. Jika tidak ada kitab undang-undang, tidak ada kerajaan. c. / / m u . Jika tidak mengetahui ilmu dunia-akhirat, tidak bisa mengatur kerajaan. d; K a l a m . Jika tidak ada bahasa, maka tidak bisa berdiri kerajaan. Untuk dapat terlaksana keempat rukun tersebut dalam kerajaan, maka kanun menetapkan empat syarat, yaitu: a. Ilmu yang bisa memegang pedang, b. Ilmu yang bisa menulis. c. Ilmu yang bisa mengetahui mengatur dan menyusun negeri. d. Ilmu bahasa.
(36)
Di Meulak
: Kanun
Meukuta
A l a m hlm.
73.
71
Negava Hukum. " Dalam kanun ditetapkan, bahwa Kerajaan Aceh Darussalam adalah Negara Hukum yang mutlak sah, dan rakyat bukan patung yang terdiri ditengah padang, akan tetapi rakyat seperti pedang sembilan mata yang amat tajam, lagi besar matanya, lagi panjang sampai ke timur dan ke barat. (37) Sumber Hukum. Kanun menetapkan bahwa sumber hukum bagi Kerajaan Aceh Darussalam, yaitu: a. A l Quran. b. A l Hadis. c. Ijmak Ulama. d. Qias. (38) Cap Sikureueng. Dalam kanun ditetapkan, bahwa cap (setempel) negara yang tertinggi, yaitu Cap Sikureueng (Setempel Sembilan), berbentuk bundar bertunjung keliling, ditengah-tengah nama sulthan yang sedang memerintah, dan kelilingnya nama delapan orang sulthan yang memerintah sebelumnya. Menurut kanun, bahwa delapan orang sulthan kelilingnya melambangkan empat dasar hukum ( A l Quran, A l Hadis, IjmakUlama dan Qias) dan empat jenis hukum (Hukum, Adat, Kanun dan Resam), yang berarti bahwa sulthan dikelilingi oleh hukum. (39) Dalam Keadaan Perang. Kanun menetapkan hukum negara dalam keadaan perang sebagai berikut: Bahwa jika negeri Aceh diserang oleh musuh, maka sekalian anak negeri atas nama rakyat Aceh dan bangsa Aceh, diwajibkan menolong yang kebajikan kepada negeri dan kepada kerajaan dengan tulus ikhlas berupa apapun juga, yaitu harta dan perbuatan (37) . Di Meulek : Kanun Meukuta Alam hlm (38) . Ibid hlm. 38. (39) . Ibid hlm. 30
72
73 - 76
I
dan run dan serta akal dan pikiran. Sekalian rakyat hendaklah memperhutangkan derham kepada Raja bila masa perlu, dan jika menang maka kerajaan berhak mutlak membayar kembali kepada rakyat dan anak negeri seluruhnya. (40) Lembaga-Lembaga Negara. Kanun menetapkan adanya lembaga-lembaga negara dan pejabat-jabat tinggi yang m e m i m p i n n y a , yang ikhtisarnya sebagai berikut: (41) a. Balai Rong Sari, yaitu lembaga yang dipimpin oleh sulthan sendiri, yang anggota-anggotanya terdiri dari Hulubalang Empat dan Ulama Tujuh. Kira-kira semacam B A P E N A S kalau sekarang. b. Balai Majelis Mahkamah Rakyat, yang d i p i m p i n oleh Qadli M a l i k u l A d i l , yang beranggotakan 73 orang. Kira-kira semacam Dewan Perwakilan Rakyat. c. Balai Gading, yang d i p i m p i n oleh Wazir M u ' a z z a m Orangkaya Perdana M e n t c r i . Kira-kira seperti Kabinet Perdana Menteri. d. Balai Furdhah, dibawah pimpinan seorang wazir yang bergelar Menteri Seri Paduka, kira-kira sama dengan Departemen Perdagangan. e. Balai Laksamana, dibawah pimpinan seorang wazir yang bergelar Orangkaya Laksamana A m i r u l Harb. Kira-kira sama dengan Departemen Pertahanan. f. Balai Majlis Mahkamah, dibawah pimpinan seorang wazir yang bergelar Seri Raja Panglima Wazir Mizan, kira-kira seperti Departemen K e h a k i m a n . g. Balai Baitul Mal, di bawah pimpinan seorang wazir yang bergelar Orangkaya Seri Maharaja Bendahara Raja Wazir Derham, kira-kira seperti Departemen Keuangan. Kecuali balai-balai tersebut di atas, masih ada sejumlah wazir-wazir yang mengurus sesuatu urusan, kira-kira kalau sekarang disebut Menteri Negara. Wazir-wazir tersebut, y a i t u : (40) . (41) .
Di Meulek : Kanun Meukuta Alam hlm. 48. Ibid hlm. 39 - 44, 64 - 67 dan 69 - 77.
73
a. Seri Maharaja Mqngkubumi, yaitu wazir yang mengurus segala hulubalang (pamongpraja), kira-kira seperti Menteri Dalam Negeri. b. Wazir Badlul Muluk, yaitu wazir yang mengurus perutusan keluar negeri dan perutusan yang datang dari luar negeri, kirakira seperti Menteri Luar Negeri. c. Wazir Kun Diraja, yaitu wazir yang mengurus urusan Dalam (Keraton Darud Dunia) dan merangkap menjadi Syahbandar (Walikota) Banda Aceh. d. Menteri Raina Setia, yaitu wazir yang mengurus urusan cukai pekan seluruh kerajaan. e. Seri Maharaja Gurah, yaitu wazir yang mengurus hal ikhwal kehutanan, kira-kira Mênteri Kehutanan. Disamping itu masih ada lembaga-lembaga yang juga bernama Balai, tetapi bukan kementerian, hanya semacam Jawatan Pitsat kalau sekarang, dan pejabat yang memimpinnyu bukan bergelar wazir, hanya Tuha. Lembaga-lembaga tersebut yaitu: a. Balai Setia Hukama, tempat berkumpulnya para Hukama dan Ulama. b. Balai Ahli Siyasah, kira-kira seperti Biro politik. c. Balai Musafir, kira-kira seperti Biro Turisme. d. Balai Safinah, semacam kantor Urusan Pelayaran. e. Balai Fakir-Miskin, kira-kira Jawatan Sosial. Pemerintah Daerah. Kerajaan Aceh Darussalam, selain dari Pemerintah Pusat. juga terdiri dari wilayah-wilayah sampai pada tingkat yang paling rendah, yang susunannya seperti yang diatur dalam kanun sebagai berikut: (42) a. Gampong. Tingkat pemerintahan terendah yaitu Gampong atau kampung (Pemerintah Desa). Pimpinan Gampong terdiri dari Keuchik dan Teungku Meunasah yang juga disebut Imam Rawatib, dan dibantu oleh Tuha Peut (empat orang cerdik-pandai), kira-kira seperti Badan Pemerintah Harian (BPH). (42)
74
D i Meulek: Kanun Meukuta A l a m hlm 44-46.
b. Mukim. Mukim merupakan federasi dari gampong-gampong, yang satu mukim paling kurang terdiri dari delapan gampong. Federasi Mukim dipimpin oleh seorang lmeum Mukim dan Qadli Mukim. c. Nanggroè. Wilayah Nanggroè (Negeri) kira-kira sama dengan daerah kecacamatan sekarang. Nanggroè dipimpin oleh seorang Uleébalang (Hulubalang) dan seorang Qadli Nanggroè. Uleébalang mempunyai gelar yang berbeda, menurut nanggroënya masing-masing; umpamanya ada yang bergelar Teuku Laksamana, ada yang bergelar Teuku Bentara, ada yang bergelar Teuku Bendahara dan sebagainya. d. Sagoë. Dalam wilayah Aceh Besar dibentuk tiga buah federasi yang bernama Sagoé, yang di bawah masing-masing Sagoë terdapat beberapa buah Nanggroè. Tiap-tiap Sagoé (Sagi) dipimpin oleh seorang Panglima Sagoë dan seorang Qadli Sagoë. Pertama, Sagoë Teungoh Lheeploh (Sagi 25), terdiri dari 25 Mukim: Panglima Sagoënya bergelar Qadli Malikul Alam Seri Setia Ulama. Kedua, Sagoé Duaploh Nam (Sagi 26), yang terdiri dari 26 Mukim; Panglima Sagoënya bergelar Seri Imam Muda 'Oh. Ketiga, Sagoë Duaploh Dua (Sagi 22), yang terdiri dari 22 Mukim; Panglima Sagoënya bergelar Panglima Polem Seri Muda Perkasa. Mata Uang Aceh. Sebelum berdiri Kerajaan Aceh Darussalam,Kerajaan Islam Samudra/Pasai telah pernah mencetak mata-uangnya sendiri yang bernama derham, yang dibuat pada awal abad X I V ; yang mana mata uang Samudra/Pasai ini adalah mata-uang asli yang pertama di Kepulauan Nusantara. (43) Kerajaan Aceh Darussalam membuat mata uang sendiri pada masa Pemerintahan Sulthan Alaiddin Riayat Syah II Abdul Qahhar (43)
M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 52.
75
yang memerintah dalam tahun 945-979 h. (1539-1571 m.) dan terdiri dari tiga jenis: (44) a. Keueti, yaitu mata-uang yang dibuat dari timah. Pada satu sisi ditulis dengan huruf Arab tahun pembuatannya, dan pada sisi yang lain ditulis nama Ibukota Negara Benda Aceh Darussalam. b. Kupang, yaitu mata-uang yang dibuat dari perak. Pada sisi pertama ditulis tahun pembuatannya, dan pada sisi kedua ditulis nama ibukota negara Banda Aceh Darussalam, dan ada juga yang ditulis nama Sulthan yang memerintah waktu pembuatannya. c. Derham, yaitu mata-uang yang dibuat dari emas. Pada sisi pertama ditulis nama Sulthan waktu pembuatannya dan pada sisi yang lain ditulis tahun pembuatannya, dan ada juga yang ditulis bersama-sama dengan Banda Aceh Darussalam.
(44)
76
H.M. Zaimiddin: Tarikh Aceh dan Nusantara hlm 71-74.
PEMB A N G U N A N EKONOMI Balai Furdhah. Telah dijelaskan pada pasal yang lalu, bahwa salah satu lembaga negara yang tertinggi, yaitu Balai Furdhah yang dipimpin oleh seorang Wazir yang bergelar Menteri Seri Paduka. Balai ini bertugas untuk mengurus masaalah-masaalah ekonomi. Balai Furdhah ini termasuk lembaga yang penting sekali dalam kerajaan, karena bukan saja hanya mengurus soal-soal perdagangan dalam dan luar negeri, tetapi juga mengurus dan mengawasi bidang-bidang usaha yang menghasilkan bahan-bahan perdagangan, seperti pertanian, peternakan, pertambangan, perindustrian, perkapalan/pelayaran dan sebagainya. Agar dapat terlaksana tugas-tugas yang begitu penting dan amat luas bidang-bidangnya, maka banyak pejabat-pejabat penting yang ditugaskan pada Balai Furdhah, pejabat-pejabat mana mempunyai gelar-gelar antara lain: (45) 1. Orangkaya Seri Maharaja Lela, orang kedua dalam kementerian, kira-kira Sekjen kalau sekarang. 2. Penghulu Kawal, (45)
Di Meulek: Kanun Meukuta Alam hlm 95. The Adat Aceh: hlm 48-49.
77
3. Syahbandar Muktabar Khan, pcjabat yang mengepalai pelabuhan-pelabuhan. 4. Syahbandar Saiful Muluk, pejabat tinggi yang mengurus urusan tera. 5. Syahbandar Seri Rama Setia, 6. Syahbandar Mu'izzul Muluk. 7. Penghulu Kerukon. 8. Seri Purba Khan. 9. Nadhar Majlis Khan. 10. Nadhar Maharaja Indera Dewa. 11. Nadhar Seri Maharaja Purba. 12. Nadhar Seri Muda Setia. 13. Nadhar Mahsur Diraja. 14. Seri Indera Suwara. 1 5. Keurukon Seri Indera Muda. 16. Kerukon Empat. 17. Kerukon Enam. 18. Bujang Tujuh. 19. Penghulu Kunci. 20. Penghulu Dacing. 21. Penghulu Furdhah. 22. Bendahara. 23. Tandil Ka wal. 24. Sagi Panglima. 25. Sagi Kawal. 26. Tandil Dacing. 27. Penghulu Cap. 28. Kerukon Bauwab. 29. Kejrun Kawal. 30. Bujang Dalam. 31. Tandil Menteri Dagang. 32. Lasykar Raja Tun Guna Setia Tandil.
78
Perdagangan Dalam Negeri. Agar perdagangan dalam negeri berjalan dengan lancar, maka telah ditetapkan berbagai macam peraturan dan adat, umpamanya: a. Hukum Wase Adat, yaitu peraturan yang mengatur adat (cukai) pekan, adat blang, adat hariya, adat kamsen, wase kuala, wase lhok, wase gle dan lain-lain. (46) b. Hukum Adat Ukuran, yaitu peraturan yang mengatur jenis-jenis ukuran, timbangan dan suka tan, cara-cara pemakaiannya. (47) c. Hukum Larangan, yaitu peraturan yang mengatur bahwa para menteri, para panglima, para pejabat tinggi lainnya dalam kerajaan, tidak boleh sekali-kali berniaga, juga tidak boleh memberi modal kepada para saudagar. (48) Perdagangan Luar Negeri. Karena penting dan vitalnya perdagangan luar negeri, maka telah ditetapkan undang-undang dan peraturan-peraturan pelaksanaan sampai mendetail. Undang-undang pokok perdagangan luar negeri yang terdiri dari 10 pasal, telah mengatur segala hal ikhwal perdagangan luar negeri secara umum dan prinsipil, di mana ditetapkan yang mana-mana pelabuhan internasional, barang-'barang yang boleh dieksport atau diimport, besarnya bea-cukai, ketentuan-ketentuan bagi kapal-kapal yang berlabuh dan lain-lainnya. (49) Mengenai dengan undang-undang pokok ini, telah ditanggapi dengan positif oleh Governor Fullerton (Gubernur Pulau Penang), dimana beliaumemuji kebaikannya, dengan katanya bahwa undangundang itu dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip undang-undang orang Eropah. (50) (46)
M. Husin: Adat Aceh hlm 116-117.
(47) (48)
H.M. Zainuddin: Tarikh Aceh Dan Nusantara hlm 373-374. Di Meulek: Kanun Meukuta Alam hlm 61.
(49) (50)
John Anderson: Acheen hlm 45-46 Ibid hlm 47.
79
Tentang peraturan pelaksanaannya telah diatur sedemikian mendetail, sehingga rasa-rasanya tidak ada sesuatii yang tinggal lagi. (51) Dalam peraturan tersebut telah dicantumkan sebanyak 73 macam barang-barangyang boleh dieksport atau/dan diimport serta ditetapkan jumlah bea-cukainya. (52) Anderson mencatat, bahwa dalam musim lada tahun 1823, telah berlabuh di pelabuhan-pelabuhan Aceh sebanyak 27 buah kapal dari Amerika, yang membawa pedagang-pedagang dari enam negara; empat buah kapal Perancis, disamping sejumlah besar kapal-kapal kepunyaan East India Company, serta kapal-kapal dan perahu-perahu penduduk pribumi dari Penang. (53) Sebelum 1784,sebelum Penang dibangun oleh Inggeris, pengaruh perdagangan luar negeri Aceh terasa sangat, karena hasil bumi Aceh yang sangat banyak itu merupakan kebutuhan mutlak di luar negeri. (54) Perindustrian/Pertambangan. Ahli sejarah telah mencatat hal ikhwal pertumbuhan perindustrian dalam Kerajaan Aceh Darussalam. Yang berkembang di Aceh waktu itu tidak saja industr,' ringan (kerajinan rumahtangga), juga industri berat menurut ukuran zamannya, bahkan sampai-sampai kepada industri perang. Ahli-ahli dalam bidang industri dinamakan " p a n d é " (artinya orang ahli-pandai); tersebutlah "pande-meueh" (pandai-emas). "pande-besoe" (pandai-besi), "pande-kayee" (pandai-kayu), "pandé-kapay" (pandai-kapal) dan sebagainya. Tempat-tempat industri itu disebut dengan nama "teumpeün",- umpamanya "teumpeun-meueh", "teumpeun-Besoe" dan sebagainya. (51) (52)
D i Meulek: Kanun Meukuta A l a m hlm 92-126. G.J.W. Drewes: Adat Aceh hlm 47-63. D i Meulek: Kanun Meukuta A l a m : 127-130.
(53) (54)
John Anderson: Acheen hlm 160. M . Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 243.
80
Dalam Ibukota Kerajaan A c e h Darussalam Banda A c e h terdapat satu daerah sebagai daerah industri, yaitu Gampong Pandé, kira-kira sama dengan yang disebut sekarang industrial-area. Anderson mencatat, bahwa orang A c e h tidak saja sebagai ahli pelayaran yang sangat mahir, juga terkenal sebagai pembuat kapal dari hasil perencanaan (design) oleh ahli-ahlinya sendiri, baik kapal dagang ataupun kapal perang . Juga dikatakan, bahwa Rakyat Aceh menghasilkan sendiri bahan-bahan pakaian dari kapas, bahkan dari sutera, sehingga kain sutera A c e h sangat indah dan mahal. (55) Sebagaimana diakui Anderson, memang benar bahwa industri sutera A c e h sangat terkenal dan maju, sehingga sutera A c e h tidak saja untuk dipakai sendiri dalam negeri, bahkan juga untuk dieksport. Pertambangan di A c e h sudah mulai dibuka semenjak zaman Kerajaan Pasai, terutama sekali tambang emas. (5 6) Pelayaran. Seperti telah diakui dunia, bahwa rakyat Aceh adalah bangsa pelaut yang mahir mengarungi lautan. Pengakuan ini d i b u k t i k a n oleh kenyataan, bahwa semenjak zaman Perlak dan Samudcra/ Pasai, A c e h telah melayari lautan dengan kapal-kapalnya, baik kapal dagang ataupun kapal perang. Menurut catatan Ibnu Batutah, bahwa kapal-kapal dagang A c e h (Samudera/Pasai) telah melayari lautan kearah barat sampai ke negeri-negeri Arab dan Parsia, dan ke arah timur sampai ke negeri Cina. Beliau sendiri waktu kembali dari negeri Cina menumpang kapal dagang kepunyaan Aceh (Samudera/Pasai) yang berukuran besar. (57) Menurut Pinto (seorang Petualang Portugis) bahwa Kerajaan Aceh Darussalam telah memiliki armada kapal yang cukup besar, sehingga pernah satu armada kapal dagang Aceh sebanyak empat buah sampai ke T u r k i membawa barang dagangan dan pulang dengan selamat membawa senjata. (
5
8
)
(55)
John Anderson: Acheen hlm 24-25.
(56) (57)
H.M. Zainuddin: Tarikh Aceh Dan Nusantara hlm 75-83 Rihlah Ibnu Batutah jüid II hlm 171-172.
(58)
M . Said: A c e h Sepanjang A b a d hlm 101-102.
81
Suatu catatan Anderson lagi yang membuktikan bahwa A c e h telah memiliki kapal dagangnya sendiri yang cukup banyak, dimana dia menyatakan pada 6 Desember 1815 Sulthan A c e h Jauhar A l a m telah tiba d i Penang dengan sebuah armada dagang sendiri,yang terdiri dari beberapa buah kapal, dengan tujuan hendak mengadakan pembicaraan dengan Gubernur Penang. ( 5 8 )
Karena i t u , tidaklah heran kalau pada masa itu kapal-kapal dagang A c e h mengharungi lautan menuju delapan penjuru angin.
Pertanian/Perikananj Sudah tidak dapat diragukan lagi, bahwa pertanian dan perikanan telah mencapai kemajuan yang pesat di zaman Kerajaan Aceh Darussalam terbukti dengan eksport Aceh yang terdiri dari lada, padi.ikan asin, kayu, pinang, damar, gambir dan sebagainya.
(60)
Untuk memajukan pertanian, kerajaan membuat berbagai peraturan dan mengangkat pejabat-pejabat ahli dalam bidangnya masing-masing, antara lain: 1.
Hukum Adat Blang, yaitu peratunjn mengenai persawahan yang mengatur masaalah pengairan, sewa-menyewa tanah, pembagian hasil, pemakaian air, pajak hasil bumi, menghidupkan tanah mati, rriawah (bagi hasil) dan sebagainya. . Pejabat-pejabat ahli yang diangkat dalam bidang i n i , y a i t u : a. Keujrun Luug (ahli pengairan) b. Keujrun Blang, (ahli persawahan/pertanian). Hukum AdatSeuneubök, yaitu peraturan mengenai perkebunan, terutama perkebunan lada, yang mengatur masaalah pengi/.inan pembukaan tanah mati, yaitu tanah negara yang dikerjakan untuk dijadikan kebun, pengangkatan pejabat-pejabat, penglolaannya dan sebagainya. ( 6 1 )
2.
(59)
John Anderson: Acheen hlm 64.
(60)
n, | hlm 161-163. ic
(61)
U . M . Z u i n u d d i n : Tarikh Aceh Oan Nusantara hlm 376-378. • M . Husin: Adat Aceh h l m 109-112 dan 176-177.
82
'
Yang dibolehkan membuka tanah mati untuk membuat s e u n e u b ö k , hanyalah orang-orang Islam. Pelopor yang membuka tanah mati untuk menjadi s e u n e u b ö k , diangkat menjadi pemimpinnya dengan gelar Peutuwa Seuneubok; artinya setelah ada beberapa kebun dalam seuneubok tersebut. Yang mengepalai beberapa buah gabungan dari beberapa buah seuneubok, disebut Peutuwa Chik S e u n e u b ö k , yang di bawahnya ada beberapa orang Peuteuwa Seuneubok. ( > 62
3.
Hukum Adat Laat. yaitu peraturan-peraturan mengenai pe~ nangkapan ikan di laut, yang mengatur masaalah penangkapan ikan, alat-alat penangkap ikan, para nelayan, upah kerja, pembahagian untung antara yang punya al at dengan pekerja, pimpinan, tugas-tugas pimpinan, mengambil p e n y u , c u k a i l a u t dan sebagainya. A d a dua -pejabat ahli yang diangkat untuk memajukan perikanan, yaitu: a. Panglima Loot, yang penguasa perikanan laut. »
tertinggi dalam bidang
b. Keujrun Kuala, yaitu pejabat yang mengurus kuala yang menjadi pangkalan dari perahu-perahu pukat. c. Pawang Pukat, yaitu tenaga ahli (pemimpin teknis) dari peraitu pukat dan bersama-sama anak pukat turun ke laut. Di bawah Panglima Laot ada beberapa orang Keujrun Kuala, artinya ada beberapa kuala yang menjadi pangkalan perahu pukat, dan yang berpangkalan pada satu kuala ada beberapa perahu pukat. ( 6 3 )
4.
(62)
Hukum Adat Glé, yaitu peraturan-peraturan mengenai kehutanan, yang mengatur kedudukan/tugas Keujrun Glë (pejabat ahli tentang kehutanan), pembahagian hasil usaha wasé-glé, larangan memotong kayu, adat merusa, kedudukan Pawang-Glé (pejabat ahli tentang_ kehidupan rimba), cara M . Husin: Adat A c e h hlm 177 H . M . Zainuddin: Tarikh Aceh dan Nusantara hlm 2 6 3 - 2 6 6 .
(63)
H . M . Zainuddin: Tarikh Aceh dan Nusantara hlm 3 7 8 - 3 8 3 .
83
mengambi-1 madu lebah dan sebagainya. Adapun pejabat-pejabat yang diangakt untuk itu, yaitu: a. Keujrun Gle, yaitu tenaga ahli kehutanan yang ditugas mengepalai urusan-urusan kehutanan.
5.
b. Pawang Glé, yaitu tenaga ahli kehidupan rimba yang ditugas memimpin dan melindungi para pemburu, mengatur daerah-daerah pemburuan, juga ditugas untuk melindungi binatang rimba. (64) Hukum Adat Geumeubeu, yaitu peraturan-peraturan me ngenai peternakan, yaitu mengatur masaalah mawahuntung (bagi untung), mawah aneuk (bagi untung anak hewan), pemasaran hewan, tempat-tempat pemeliharaan te mak dan sebagainya. Pada suatu tempat yang telah ditetapkan menjadi daerah pemeliharaan ternak, dilarang disitu untuk bertani, tempat tersebut dinamakan Padang Geumeubeu (Padang Gembala), dalam padang mana didirikan berpuluh-puluh " w e ü e " (kandang ternak berpagar kawat dan beratap langit), tempat ternak gembalaan berteduh waktu malam. Masing-masingpemilik ternak mempunyai weue, dan petugas yang disuruh menggembala bernama si Geumeubeue (Penggembala), dan yang menjadi pemimpin dari Padang Geumeubeue itu, yaitu seorang pejabat yang bergelar Pawang Geumeubeue, tenaga ahli dalam hal pcnggembalaan ternak. ( 6 5 )
— 0 O 0 - -
(64) (65)
H . M . Z a i n u d d i n : Tarikh Aceh dan Nusantara hlm 3 8 4 - 3 8 6 . Ibid hlm 387
389
M . Husin: Adat Aceh hlm 107 -
84
109.
HUBUNGAN LUAR
NEGERI
Seperti telah dijelaskan, bahwa untuk mengurus hal-hal yang bersangkutan dengan luar negeri, ditetapkan seorang pejabat tinggi yang bersetatus menteri dengan gelar Wazir Badlul M u l u k . Sudah semenjak Kerajaan Islam Perlak dan Kerajaan Islam Samudra/Pasai, hubungan dengan luar negeri telah diadakan, yang dalam istilah sekarang disebut hubungan-diplomatik. Setelah Kerajaan Aceh Darussalam d i p r o k l a m i r k a n , maka hubungan luar negeri lebih ditingkatkan lagi, sehingga dalam susunan Kabinat Perdana Menteri (Balai Gading) terdapat seorang menteri yang bergelar Wazir Badlul M u l u k , yang tugasnya mengurus urusan perutusan kerajaan ke luar-negeri dan wakil-wakil dari luar negeri, serta segala hal yang berhubungan dengan luar negeri. Politik Luar negeri. Sulthan A l a i d d i n A l i Mughaiyat Syah, Pembangun Kerajaan A c e h Darussalam, telah meletakkan batu dasar terhadap keyakinan dan kenyataan: 1. Bahwa suatu negara tidak bisa berdiri kalau hanya seluas kampung, seluas kota ataupun hanya beberapa ratus kilometer saja. Berdirinya baru dapat dipelihara, kalau daerah wilayahnya luas, sekurang-kurangnya seluas A c e h y a n g dibangunnya, bahkan lebih luas lagi. 85
2. Walaupun Kerajaan Melayu yang jaya di Malaka sudah tumbang oleh Portugis dan kepercayaan telah mu'lai retak bahwa orang-orang Timur akan dapat mempertahankan diri dari imperialisme Barat, tetapi hancurnya Portugis di Aceh telah mengembalikan kepercayaan dan keyakinan bahwa penjajahan asing selalu bisa dihalau. 3. Untuk menghadapi agressi imperialisme asing, perlu dibangun armada yang kuat. 4. Ekonomi harus dipersehat dan terhadap soal ini -sesuatu negara harus dapat menguasai sendiri. < 6 6 )
Di atas prinsip-prinsip yang bertujuan menyusun kekuatan di dalam negeri ini, maka Kerajaan Aceh Darussalam meletakkan dasar-dasar politik luar negeri yang akan dijalankannya, yaitu : 1. 2. 3.
4. 5.
Tidak menggantungkan nasib, baik ekonomi ataupun militer, kepada luar negeri. Bersahabat erat dengan Negara-Negara Islam di Indonesia, India, Arab, Malaya dan Turki. Selalu waspada terhadap negara-negara barat yang mempunyai nafsu penjajahan, dan sebaüknya bersahabat dengan negara-negara barat yang ingin hidi-p damai. Bantuan Luar negeri lebih diutamaka i yang berupa tenagaahli. Perluasan Dakwah Islamiyah di seluruh Kepulauan Nusantara pada kususnya dan di seluruh Asia Tenggara pada umumnya. < > 67
Diplomasi Aceh . Apabila kita rrteneliti sejarah perjalanan "Diplomasi Aceh" sejak zaman Kerajaan Islam Perlak dan Samudra/Pasai, terutama sekali dalam zaman Kerajaan Aceh Darussalam, dapatlah kita mengambil suatu kesimpulan bahwa Aceh telah menjalankan (66)
M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 96-97.
(67)
M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 100.
86
empat macam diplomasi, yang merupakan " D i p l o m a s i Klassik", yang dipakai dan diperbaharui oleh banyak negara di abad ke X X ini, y a i t u : 1.
Diplomasi Kancil, yaitu diplomasi kelihaian yang dalam K e rajaan A c e h Darussalam kemudian terkenal dengan istilah " T i p é e A c e h " dalam dunia internasional.
2.
Diplomasi Meubisan, yaitu diplomasi perkawinan antar negara, suatu diplomasi yang sangat klassik.
3.
Diplomasi Kekuatan, yaitu diplomasi yang diandalkan pada kekuatan Angkatan Bersenjata, atau yang sering disebut sekarang "diplomasi m i l i t e r " .
4.
Diplomasi Ekonomi, yaitu diplomasi yang didasarkan pada kekuatan e k o n o m i untuk mencapai pengaruh dan kekuasaan politik. Keempat macam diplomasi i n i dipergunakan oleh Sulthan Iskandar Muda dalam menjalankan 5 pasai program politik luar negerinya, y a i t u : ^
agung
6 8 )
1.
Menguasai seluruh negeri dan pelabuhan'sebelah-menyebelah Selat Melaka, dan menetapkan terjaminnya wibawa atas negeri-negeri, sehingga tidak mungkin kemasukan "divide et impera" oleh negara A S I N G . Usaha i n i dijalankan dengan cara mupakat, dan kalau tidak tercapai dengan drastis.
2.
M e m u k u l Johor, supaya tidak dapat lagi ditunggangi oleh Portugis dan Belanda.
3.
M e m u k u l negeri-negeri sebelah timur Malaya, sejauh yang merugikan A c e h dan lain usahanya untuk mencapai kemenangan dari musuh, seperti, Pahang, Petani' dan lain-lainnya
4-
M e m u k u l Portugis dan merampas Melaka.
5.
Menaikkan harga pasaran hasil-bumi untuk ekspor, dengan memusatkan pelabuhan samudra ke satu pelabuhan d i A c e h , atau sedikit-dikitnya mengadakan pengawasan yang sempurna sedemikian rupa, sehingga kepentingan kerajaan tidak dirugikan.
(68).
M. Said : Aceh Sepanjang Abad hlm. 146 - 147.
87
Iskandar Muda menetapkan lima pasai politik luar negerinya ini, adalah untuk menghadapi bahaya agressi yang haus penjajahan dari Portugis, Belanda dan Inggeris. ( ) 69
Hubungan Dengan Turki. Waktu mula pecah perang antara Aceh Belanda (1875), sebuah surat kabar yang terbit di Istambul menceritakan, bahwa tahun 1516 Sulthan Aceh Firman Syah telah menghubungi Siman Pasya, Wazir dari Sulthan Salim I Turki untuk mengikat tali persahabatan. Permintaan Aceh disetujui oleh Turki dan semenjak itu hubungan keduanya telah dimulai. ) 70
Hubungan yang telah ada ini dijalankan terus dan diperteguh lagi oleh Sulthan Alaiddin Riayat Syah II Abdul Qahhar di mana dalam tahun 952 h. (1545 m.) baginda mengirim utusan ke Turki untuk memperbaharui hubungan diplomatik di samping untuk meminta bantuan senjata dan tenaga ahli untuk melawan Portugis. Sulthan Turki yang berkuasa waktu itu, yaitu Sulthan Sulaiman Khan yang memerintah dalam tahun 926-974 h. (1523-1566 m.): Permintaan Aceh dikabul Sulthan Turki, dengan memberi sejumlah besar alat- senjata dan kira-kira 300 orang tenaga ahli (ahli teknik, militer, ekonomi dan hukum tatanegara). Di antara alat senjata, yaitu meriam besar yang terkenal dengan nama Meriam Lada Secupak. ) 71
Hubungan Dengan Belanda. Untuk pertama kali secara resmi, pada tanggal 21 Yuni 1599 tibalah di Banda Aceh Darussalam dua bersaudara Cornelis dan Frederik Houtman, utusan Kerajaan Belanda, untuk mengadakan perundingan dengan Sulthan Aceh dalam rangka mengikat hubungan diplomatik dan hubungan dagang. Missi Houtman bersaudara mengalami kegagalan, karena datang dengan penuh rahsia tersembunyi, ditambah lagi oleh (69)
M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 145-146.
(70) (71)
Ibid hlm 102. M. Yunus Jamü: Tawarikh Raja-Raja Aceh hlm 42-4J.
88
propokasi perwakilan dagang Portugis yang telah berada di Aceh; hal mana mengakibatkan terbunuhnya Cornelis de Houtman dan ditawan saudaranya Frederik de Houtman bersama delapan orang pengikutnya. Belanda menghadapi kegagalan ini dengan dingin dan bertekad untuk mengirim perutusan yang lain yang lebih bijaksana. ) 72
Demikianlah, dalam tahun 1600, Prins Maurits Pembangun dan Kepala Republik Belanda, mengirim sebuah perutusan lagi ke Aceh, yang terdiri dari diplomat-diplomat yang cakap, untuk merundingkan pengikatan hubungan diplomatik dan dagang dengan Kerajaan Aceh. Perutusan ini dibekali dengan sebuah surat berbahasa Sepanyol (bahasa internasional waktu itu), yang isinya sangat baik dan diplomatis sekali. Perutusan Belanda ini berangkat dengan empat buah kapal, yaitu Zeelandia, Middelbofgh, Langhe Bracke dan De Sonne, pada tanggal 28 Januari 1601 dari pelabuhan Zeeland. Pada tanggal 23 Agustus 1601 tibalah perutusan tersebut di Pelabuhan Internasional Banda Aceh; perutusan mana berada di bawah pimpinan Komisaris Gerard de Roy dan Laksamana Laurens Boeker. Hasilnya baik sekali, tawanan-tawanan Belanda dibebaskan dan hubungan diplomatik dan dagang dinyatakan berlaku. Untuk membaias kunjungan Missi Gerard, Sulthan Aceh mengirim sebuah perutusan muhibbah di bawah pimpinan Orang kaya Abdulhamid dan anggota-anggotanya terdiri Panglima Angkatan Laut Aceh Laksamana Seri Muhammad dan Mir Hasan, bersama seorang juru bahasa bernama Leonard Werner. Ketua Delegasi Aceh Abdulhamid meninggal di negeri Belanda pada tanggal 10 Agustus 1602 dan dikebumikan di Middelberg. Delegasi Aceh tinggal di negeri Belanda selama 16 bulan, selain untuk berunding juga untuk meninjau. (72)
M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 118-120.
89
Pada waktu itulah dengan resmi Kerajaan A c e h Darussalam mengakui Republik Belanda yang baru dibangun sebagai kerajaan berdaulat pertama yang mengakuinya. Hubungan Dengan Inggeris. Tidak berapa lama setelah diikat hubungan dengan Belanda, datang pula ke Banda A c e h perutusan Inggeris di bawah pimpinan Sir James Lancaster dengan rombongannya yang terdiri dari tiga buah kapal, yaitu Dragon, Hector dan Ascention. W a k t u mereka berlabuh d i pelabuhan A c e h , mereka dapati kapal-kapal banyak sekali yang datang dari berbagai negara. Setelah diadakan pertukaran utusan antara Istana dengan kapal, maka pada hari ketiga Delegasi Landcaster diteri.ma menghadap Sulthan, di mana kepada mereka diberi penghormatan yang cukup wajar, karena mereka akan mempersembahkan Surat R a t u Inggeris kepada " H i s Majesty King of Acheen and Sumatra" (istilah mereka). Landcaster menghadap Sulthan dengan 30 orang anggota delegasi. Selama mereka di Banda A c e h , telah diberi bermacam penghormatan, antaranya jamuan kenegaraan, , malam kesenian dan sebagainya. Sir James Landcaster m e r . y t a k a n bahwa tujuan missinya, yaitu untuk membangun perdamaian dan persahabatan antara yang dipertuannya R a t u Inggeris dengan kakandanya yang tercinta, Raja A c e h yang besar dan perkasa. Hasil perkunjungan perutusan Landcaster baik sekali, antara lain diikatnya hubungan diplomatik dan dagang antara dua kerajaan, diadakan surat-menyurat lanjutan antara R a t u Inggeris dengan Sulthan A c e h , dalam surat-surat mana dinyatakan maksud baik kedua belah pihak untuk tetap berhubungan dan bermuhibbah, juga sama-sama memuji satu sama l a i n . ) 73
Diplomasi Iskandar Muda. Telah dijelaskan, bahwa setelah Iskandar Muda menjadi Sulthan A c e h , dia telah mengambil langkah-langkah penting untuk (73).
90
M. Said : Aceh Sepanjang Abad hlm. 126 • 140.
membangun Aceh dalam segala bidang, termasuk bidang luar negeri. D i samping beberapa prinsip yang telah diuraikan pada pasal-pasal yang lalu, Iskandar Muda menganut dua filsafat : L. 2.
Kemajuan suatu negara bergantung pada kemajuan ekonominya. Siapa kuat hidup, siapa lemah tenggelam. Dengan berpedoman kepada dua filsafat ini, Iskandar Muda menjalankan diplomasi-diplomasi berikut :
1.
Perjanjian antara Aceh-Belanda yang memberi hak kepada Belanda untuk membuat " L o j i " d i ' A c e h (ditandatangani 17 Januari 1607) yang merugikan ekonomi dan militer Aceh, dibatalkannya
2.
Kerajaan-kerajaan di Malaya yang pro dan membantu Portugis ditaklukkannya dan rajanya serta pembesar-pembesar lainnya ditawan serta dibawa ke Aceh, umpamanya Raja Bungsu dari Johor dan Tun Seri Lanang (Pengarang Sejarah Melayu.)
3.
Setelah ternyata Raja Bungsu tidak pro Portugis lagi, maka dia dikembalikan ke Johor untuk menjadi Raja kembali. Bersama dengan kembalinya Raja Bungsu diberangkatkan pula 30 buah kapal penuh berisi beberapa bahan/alat untuk membangun Johor kembali. 2000 tenaga ahli di bawah pimpinan Orangkaya Lelawangsa menyertai Raja Bungsu untuk membantunya.
4.
Menolak permintaan Raja Inggeris James I untuk mendirikan kantor dagang Inggeris di Pariaman. Dalam hal ini, telah terjadi suatu surat-menyurat diplomatik yang sangat menarik. Dari surat penolakan Iskandar Muda jelaslah kelihatan sekaligus dia mempergunakan Diplomasi Kekuatan dan Diplomasi Ekonomi. Panglima Thomas Best, keiua Delegasi Inggeris yang mengantar surat Raja Inggeris kepada Iskandar Muda diberi penghormatan besar, yaitu diberinya gelar tertinggi dalam kerajaan, yaitu Orangkaya Putih.( ) 74
(74)
M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 145-147, 155-157 dan 161-163.
91
ANGKATAN
PERANG
ACEH
Balai Laksamana
Menurut Kanun Meukuta Alam, di antara lembaga-lembaga negara tertinggi, terdapat Balai Laksamana Amirul Harb (Departemen Pertahanan), di mana pejabat tinggi. yang memimpinnya bergelar Orangkaya Laksamana Amirul Harb (Menteri Pertahanan), yang mengepalai Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Kanun selanjutnya menyebutkan gelar-gelar perwira. tinggi pada Balai Laksamana/ yaitu: 75)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. -12. (75)
92
Seri Bentara Laksamana. Tandil Amirul Harb. Tandil Kawal Laksamana. Bujang Kawal Bentara Siyasah. Bujang Laksamana. Tandil Bentara Semasat. Bujang Bentara Sidik. Tandil Raja. Bujang Raja. Megat Sekawat. Bujang Akiyana. Tandil Gapunara Siyasah. D i Meulek: K a n u n Meukuta A l a m hlm 70-71.
Pembangunan Angkatan Perang Sulthan A l i Mughaiyat Syah, Pembangun Kerajaan Aceh Darussalam, telah menetapkan empat dasar program negara, yang salah satu di antaranya yaitu: membangun angkatan laut yang kuat, di samping Angkatan Darat yang telah dibangun semenjak Kerajaan Islam Perlak dan Samudra/Pasai. (76)
Sulthan Alaiddin Riayat Syah II yang lebih terkenal dengan Abdul Qahhar, segera merealisir rencana A l i Mughaiyat Syah dengan membangun Armada Aceh yang kuat, sementara tenagatenaga ahli teknik untuk keperluan zeni dan ilmu didatangkan dari Turki, Arab dan I n d i a . (77)
Sulthan Iskandar Muda yang mendasarkan kerjanya pada filsafat: "Siapa kuat hidup, siapa lemah tenggelam" terus memperk nat dan mempermodern Angkatan Perang Aceh, darat dan laut/ > 78
Pendidikan Tentara Pembangun Kerajaan Aceh Darussalam, Sulthan Alaiddin Ali Mughaiyat Syah dan para pelanjutnya: Sulthan Abdul Qahhar, Iskandar Muda, Iskandar Sani, Safiatuddin dan lain-lainnya, menyadari bahwa Angkatan Perang yang dapat diandalkan untuk menaikkan martabat negara, hanyalah Angkatan Perang yang berpendidikan dan terlatih baik. Oleh karena itu, dalam membangun Angkatan Perang, sektor pendidikannya mendapat tempat istimewa. Untuk mendapat tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman, Kerajaan Darussalam mendatangkan para guru dan instruktur dari negara-negara sahabat, terutama dari negara-negara Islam, umpamanya dari Kerajaan Turki Usmaniyah. (79)
Sulthan Iskandar Muda lebih jauh lagi dalam usahanya mempermodern Angkatan Perang Aceh, telah mengadakan tem(76) (77)
M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 96-97. Ibid hlm 100-103.
(78) (79)
M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 146-147. Anthony Reid: The Contest For North Sumatra hlm 3. M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 100.
.pat-tempat latihan d i berbagai tempat d i A c e h . tempat-tempat pendklikan/latihan mana dinamakan "Blang Si P a - i " dan " B l a n g P e u r a d é " . Anak-anak muda yang sedang dididik untuk menjadi anggota tentara dinamakan " R a k a n Syarikai Raja" yang kalau sekarang disebut " c a d e t " . ( 8 0 )
Atas permintaan Sulthan A b d u l Qahhar, maka Sulthan T u r k i Usmaniyah, Sulthan Sulaiman K h a n , telah mengirim ke Aceh sebanyak 300 atau 400 orang perwira-perwira tentara Turki, masing-masing dalam bidang barisan meriam (artileri). barisan kuda (kavaleri) dan barisan jalan-kaki (invantri), dan juga ahli-ahli pembuatan senjata, untuk mendidik dan melatih Angkatan Perang A c e h . ' 8 1 )
Kecuali tempat-tempat pendidikan/latihan yang dinamakan Blang Si Pa-i dan Blang Peurede, juga d i Ibukota Negara Banda A c e h didirikan sebuah A k a d e m i Militer yang bernama Darul Harb. ( 8 2 )
Hasil dari pendidikan/latihan yang teratur itu. maka Angkatan Perang A c e h pada waktu itu adalah satu-satunya angkatan perang yang terbaik di Kepulauan Nusantara. seperti yang d i akuinya oleh seorang perwira tinggi Perancis, Laksamana Beaulieu, yang antara lain tuhsnya: ". . . setelah Sulthan Iskandar Muda memerintah, maka orang Aceh telah menjadi perajurit terbaik di Kepulauan Nusantara." <
3 )
A r m a d a Inong Bale Semenjak pertama kali di masa Sulthan A b d u l Qahhar mengirim A r m a d a A c e h ke Malaka untuk menghancurkan kubu kolonialis Portugis, sampai-sampai kepada para Sulthan pehggantinya yang silih berganti mengirim angkatan laut/darat ke daerah-daerah timur dan barat Sumatera serta ke Malaya, maka (80) (81) (82)
H . M . Zainuddin: Singa Aceh hlm 79. H . M . Zainuddin: Tarikh Aceh Dan Nusantara hlm 272, Singa Aceh h. 1 14. Majalah Sinar Darussalam, r.o.17/September 1969 hlm 9.
(83)
M . Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 181-182.
94
banyak sudah perajurit yang syahid dengan isterinya menjadi janda atau "inong bale". , Pada zaman Sulthan Alaiddin Riayat IV Saidil Mukammil yang memerintah dalam tahun 997-1011 h. (1589-1604 rn.J, dibentuklah sebuah armada yang sebahagian perajurit-perajuritnya terdiri dari janda-janda (inong-balé) pahlawan-pahlawan yang telah tewas. Armada ini dinamakan dengan Armada Inong Balé di bawah pimpinan Laksamana Malahayati, yang suaminya telah syahid dalam suatu pertempuran laut. Berkali-kali Armada Inong Bale ikut bertempur di Selat Malaka dan pantai-pantaj timur Sumatera dan Malaya. Seorang .Pengarang wanita Belanda, Marie van Zuchyelen, dalam bukunya "Vrouwolijke Admiral Malahayati" sangat memuji-muji Laksamana Malahayati dengan Armada Inong Balénya, yang terdiri dari 2000 perajurit wanita yang gagah-gagah dan tangkas. Laksamana Malahayati pula yang diserahkan oleh Sulthan Alaiddin Riayat Syah IV untuk menerima dan menghadapi utusan Ratu Inggeris, Sir James Lancaster, yang datang ke Banda Aceh Darussalam pada tanggal 6 Yuni 602 dengan surat dari Ratu Inggeris.
(84)
Resimen Wanita Pengawal Istana. Dalam masa pemerintahan Sulthan Muda A l i Riayat Syah V, yang memerintah dalam tahun 1011-1015 h. (1604-1607 m.) dibentuklah Sukey Kaway Istana (Resimen Pengawal Istana) yang terdiri dari Si Pa-i Inong (Perajurit Wanita) di bawah pimpinan dua pahlawan wanita : Laksamana Meurah Ganti dan Laksamana Muda Cut Meurah Inseuen. Kedua pahlawan puteri inilah yang telah berjasa membebaskan Iskandar Muda dari penjara tahanan Sulthan Muda A l i Riayat Syah V , seorang sulthan yang bodoh dan bejat moral. ( 8 5 )
(84
M. Yunus Jamil: Sulthan Iskandar Muda hlm 4, Tawarikh Raja-Raja Kerajaan Aceh hlm 45. H.M. Zainuddin: Serikandi Aceh hlm 8-15.
(85)
M. Yunus Jamil: Gajah Putih hlm 114.
95
Laksamana Malahayati, yang menjadi panglima dari Armada Inong Balé (Armada Wanita Janda). Pangkalan dari Armada Inong Balé diteluk Krueng Raya, yang pada waktu dulu pernah bernama Teluk Malahayati. Disana sekarang sedang dibangun sebuah pelabuhan samudra yang dinamakan Pelabuhan Malahayati. Gambar Laksamana Malahayati ini, menurut lukisan seorang wanita Belanda yang dulu pernah berkunjung ke Pangkalan Armada Inong Bale.
96
Dipisi Kemala Cahaya. Sulthan Iskandar Muda Darma Wangsa Perkasa A l a m Syah, yang memerintah dalam tahun 1 0 1 6 - 1 0 4 5 h. ( 1 6 0 7 - 1 6 3 6 m,)' yang telah memperbesar dan mempermoderen Angkatan Perang' A c e h , yang telah membentuk suatu dipisi pengawal istana, yang terdiri dari perajurit-perajurit wanita melulu dan panglimanyapun seorang jenderal wanita, Jenderal Kemala Cahaya. Menurut catatan sejarah, satu bataliyun dari dipisi wanita yang bernama Dipisi Kemala Cahaya i n i , dijadikan Bataliyun Kawal Kehormatan yang perajurit-perajuritnya dipilih dari dara-dara yang ramping semampai dan berwajah rupawan. Bataliyun inilah yang ditugaskan untuk menyambut tamu-tamu agung dengan barisan kehormatannya. ( 8 6 )
Industeri Perang. Pada waktu Sulthan T u r k i Sulaiman Khan menawarkan senjata dan perlengkapan perang lainnya kepada Sulthan A l a i d d i n Riayat Syah I V A b d u l Qahhar, beliau hanya menerima untuk satu kali saja, dan untuk selanjutnya beliau meminta bantuan tenaga ahli yang sanggup membantu pembangunan industeri perang. A b d u l Qahhar yang berpandangan jauh, melihat bahwa antara T u r k i dengan A c e h terlalu jauh, yang sangat sulit membina perhubungan laut, sehingga terjamin apabila kapal-kapal mengangkat alat-alat perlengkapan perang ke A c e h . Karena itulah, A b d u l Qahhar, berpendapat bahwa A c e h perlu memiliki industeri perangnya sendiri. Maka demikianlah untuk pertama kali, Sulthan Sulaimanpun mengirimkan tenaga-tenaga ahli sebanyak 300 orang teknisi ke A c e h , seperti yang diceritakan petualang Portugis Pinto. ( 8 7 )
A b d u l Qahhar yang memusatkan perhatiannya untuk membangun Angkatan laut yang kuat dan A r m a d a Niaga yang besar, 86)
M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 193.
87)
M. Said: Aceh Sepanjang Abad.
97
logislah kalau dengan cepat membina industri perkapalan dengan mendirikan galangan-galangan kapal yang sanggup membuat kapal perang dan kapal niaga, yang juga direncanakan oleh tehnisi-tehnisi A c e h sendiri, seperti yang d i akui oleh Anderson. (88) A h l i sejarah M . Said mencatat, bahwa pembangunan kapal digiatkan. Suatu masa A c e h dapat menginsafkan ahli Portugis dari Malaka supaya belut dari pemerintahnya. Tenaga ahli i n i yang sesudah memeluk Agama Islam di A c e h bernama K h o y a Zainal A b i d i n , dapat dipergunakan untuk m e m b i k i n kapal-kapal yang moderen. Demikianlah, hampir semua barang-barang dari pertukangan dan kerajinan yang dikerjakan orang-orang d i luar negeri, sudah dapat dibuat sendiri d i A c e h masa A b d u l Qahhar i t u . Kemajuan industeri meriam dan senjata di A c e h telah sedemikian meningkatnya, sehingga pesanan-pesanan dari negeri lain, di antaranya dari Demak dan Banten, dapat dipenuhi. < >89
Davis, Kapitan kapal berbangsa Belanda yang sempat mengunjungi Aceh dalam tahun 1959, antara lain mencatat tentang hasil industeri perang A c e h sebagai berikut : " B a h w a Sulthan mempunyai juga banyak sekali meriam-meriam dari waja. Kekuatan pertahanan dapat diperhebat pula dengan adanya barisan g a j a h . (90)
Seorang teknisi A m e r i k a yang telah masuk islam dan telah naik haji, bekerja pada Kerajaan A c e h Darussalam, yaitu membantu membuat dan memimpin pembuatan senjata pada industeri perang d i daerah Samalanga, namanya F . J . S h e p p a r d . (91)
-0O0-
(88) (89) (90)
John Anderson: Aeheen hlm 24. M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 109-110. Ibid hlm 124.
(91)
Anthony Reid: The Contest for North Sumatra hlm 137.
98
l e u n g k u Hakman, yaitu pahlawan wanita dalam perang Aceh, yang juga Ulama besar sehingga bergelar Teungku Chik Fakinah. Fakinah menjadi Panglima dari sebuah Sukey (Resimen) yang kemudian terkenal dengan nama Sukey Fakinah Dibawah behau ada empat buah balang(Bataliyon), yang tiga diantara bataliyon itu komandannya pria. .ladi dibawah Panglima Fakinah terdapat tiga orang komandan bataliyon yang pria. Keistimewaan Fakinah dari Pahlawan-pahlawan wanita yang lain, karena Fakinah setelah habis perang terus mendirifcan Dayah (pesantren).
99
KEADILAN
ISKANDAR
MUDA f
Sudah menjadi keharusan mutlak bagi Kerajaan A c e h D a russalam yang telah menjadikan dirinya sebagai "Negara H u kum" , berusaha untuk membina dan menegakkan h u k u m . ( 9 2 )
Agar pelaksanaan h u k u m terjamin sesuai dengan ketentuan K a n u n Meukuta A l a m , maka dibentuk sebuah lembaga tinggi dalam tingkat kementerian yang bernama Balai Majlis M a h k a m a h di bawah pimpinan seorang menteri yang bergelar Seri Raja Panglima Wazir Mizan, yang bertugas membina dan memelihara h u k u m dalam arti seluas kata. D i bawah Balai Majlis Mahkamah, d i tiap-tiap merintahan, oleh seorang
dibentuk
badan-badan
tingkat pe-
pengadilan, yang
dipimpin
Qadli.
Para pejabat negara, sejak dari Sulthan Imam A d i l , Q a d l i M a l i k u l A d i l , para wazir, dan sampai-sampai kepada pejabatpejabat. yang lebih rendah, diwajibkan untuk menegakkan dan melaksanakan h u k u m dalam negara dengan melakukan atas dirinya sendiri terlebih dahulu, untuk menjadi c o n t o h kepada rakyat. Sulthan A l a i d d i n Riayat S y a h II A b d u l Qahhar, telah melakukan h u k u m bunuh terhadap puteranya sendiri Abangta, d i (92)
100
Di Meulek: Kanun Meukuta Alam hlm 73-74.
tangkap, karena zalim, membunuh orang dan melawan hukum/ adat yang berlaku. (93)
Pada akhir pemerintahannya, Sulthan Iskandar Muda melakukan hukuman mati terhadap puteranya dari salah seorang isteri yang bukan permaisuri, yaitu putera tersayang yang bernama Meurah Peupök, yang ternyata bersalah berzina dengan isteri orang. Duduk perkaranya sebagai berikut: Salah seorang perwira muda waktu pulang dari tempat latihan (Blang Peurade), didapatinya di rumah Meurah Peupök sedang berzina dengan isterinya yang cantik itu. Waktu perwira muda kita itu sampai di rumah, si Pangeran Meurah Peupök terus melarikan diri, sehingga karena aib dan marahnya si Perwira kita itu terus menghunus pedang-perwiranya dan dibunuhlah isterinya itu yang selama ini sangat dicintainya. Kemudian dia -bersama-sama dengan ayah isterinya (mertua) pergi ke istana untuk melapor kepada Sulthan Iskandar Muda, dimana oleh Sulthan segera diperintahkan Menteri Kehakiman (Seri Raja Panglima Wazir Mizan) untuk melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap hal tersebut. Dalam waktu yang amat singkat para pejabat yang bertugas dalam bidang kepolisian dan kehakiman selesai melakukan penyelidikan dan pemeriksaan, dimana ternyata Meurah Peupök bersalah atas pengakuannya sendiri. Hasil pemeriksaan itu dilaporkan oleh Menteri Mizan kepada Sulthan Iskandar Muda, yang kemudian oleh Sulthan dilaksanakanlah hukum bunuh terhadap puteranya itu di depan umura.' ' 94
Dengan demikian, hidup dan tegaklah keadilan. Inilah satu contoh dari Keadilan Sulthan Iskandar Muda, disamping beribu-ribu contoh yang lain.
(93)
H.M. Zainuddin: Singa Aceh hlm 185.
f94)
H.M. Zainuddin: Singa Aceh hlm 185-188.
101
Iskandar Muda Wafat
Setelah pelaksanaan hukum bunuh terhadap puteranya yang tercinta itu, maka Sulthan Iskandar Muda jatuh sakit, yang dari hari ke hari bertambah berat. Dalam keadaan baginda sakit itu. para pembantunya menanyakan mengapa sampai hati beliau melakukan hukum bunuh terhadap puteranya. Dengan tenang dan penuh rasa tanggung jawab, beliau menjawab: "Mate aneuk na jeurat, maté adat ho tamita", yang artinya: Mati anak ada makamnya, tetapi kalau mati adat atau hukum kemana akan d i c a r i ? (95)
Setelah lebih sebulan jatuh sakit, maka pada hari Sabtu tanggal 29 Rajab 1046 h. (27 Desember 1636 m.), Iskandar Muda berpulang ke rahmatullah, dan dimakamkan di sebelah selatan Mesjid Baiturrahim dalam Keraton Darud D u n i a . <96)
Inna lillahi wainna ilaihi raji'un ! Dengan rahmat Allah dan bimbihgannya, hari Isnin tanggal 5 Rajab 1395 bertepatan dengan 14 Juli 1975 pada pukul 6.45 pagi, selesailah saya menyusun kitab kecil ini. Wabillahit Taufiq wal Hidayah ! TAMMAT »
(95) (96)
102
Ibid hlm 182. Ibid hlm 181. M. Yunus Jamil: Gajah Putih hlm 118.
MAKAM SULTAN ISKANDAR MUDA. Makam Iskandar Muda yang asli, yang terkenal dengan Kandang Emas, sudah dirubuhkan Belanda setelah Banda Aceh didudukinya. Diatas makam Iskandar Muda didirikan kantor Gubernur Belanda di Aceh. Sekarang kantor Gubernur kolonial itu telah diruntuhkan, dan daerah itu termasuk dalam komplek BAPERIS. Jadi makam yang diatas ini bukanlah asli, hanya yang dibangun kembali diatas tempat yang lama pada beberapa tahun yang lalu. Sudah tentu sama sekali tidak sama seperti yang asli. Yang asli tentu jauh lebih cantik dan mempunyai nilai seni yang tinggi.
103
K E P U S T A K A A N
Muhammad Said. , , 1. Aceh Sepanjang Abad, cetakan pertama, penerbit pengarang sendiri, Medan ï y b l . M. Yunus Jamil. 2. Gajah Putih, penerbit Lembaga Kebudayaan Aceh, Banda Aceh 1959. 3. Tawarikh Raja-raja Kerajaan Aceh, penerbit Ajdam 1 Iskandar Muda, Banda Aceh w
1968. H.M. Zainuddin. 4. Tarikh Aceh dan Nusantara, penerbit Pustaka Iskandar Muda, Medan 1961. 5. Singa Aceh, penerbit Pustaka Iskandar Muda, Medan 1957. 6. Srikandi Aceh, Pustaka Iskandar Muda, Medan 1966. M. Husin. 7. Adat Aceh, penerbit Dinas P . D . K . Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh 1970. Dr. T. Iskandar. 8. De Hikajat Atjeh, penerbit N . V . Nederlandsche Boek E n Steendrukkrij S-Gravenhage Nederland 1959. 9. Bustanus Salathin, penerbit Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala L u m p u r 1966. John Anderson. 10. Acheen, penerbit Oxford University Press, London-New Y o r k 1971. Prof. Dr. Anthony Reid. 11.
77ie Contest For North
Sumatra,
penerbit University of Malaya Press, Kuala
Lumpur 1969. Prof. Dr. Drewer. , 12. The Adat Atjeh, With Introduction and Notes, penerbit S-Gravennage-Martmus Nijhoof, Nederland 1958. Yang ada dalam perpustakaan pribadi saya, yaitu salinan dari buku asli yang dicetak; jadi nomer halaman yang tersebut dalam buku i n i , yaitu nomer halaman dari salinan itu, bukan nomer halaman dari buku asli yang dicetak. Ibnu Batutah. 13. Rihlah Ibnu Batutah, penerbit Mathba'ah A l A z h a n y a h , Kaïro 1927. Di Meulek. 14. Kanun Meukuta Alam, naskah lama tulisan tangan huruf Arab, Perpustakaan A . Hasjmy Banda Aceh. H.K.J. Gowan. 15. De Hikajat Malém Dagang, penerbit het Koningklijk voor de Taal, Land end Volkenkunde van Nederland-lndie, 1937. Lain-lain. 16. Encyclopaedia of Islam edisi bahasa Arab jilid I, penerbit AsySya'bu, Kairo 1969. 17. Majallah Sinar Darussalam, Yayasan Pembina Darussalam, Banda A c e h Darussalam.
104