Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsyiah Email :
[email protected]
ABSTRAK Interaksi sosial sebagai persepsi seseorang terhadap dukungan potensial yang diterima dari lingkungan. Hubungan dengan sesamanya merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, oleh karena dengan pemenuhan kebutuhan tersebut akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya. Tanpa berhubungan dengan manusia lain manusia tidak akan dapat bertahan hidup. Hubungan timbal balik di antara manusia disebut juga sebagai interaksi sosialInteraksi sosial adalah dasar dari proses sosial,menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Salah satu hubungan sosial yang dapat ditemukan di dalam masyarakat adalah interaksi sosial antar keluarga militer dengan masyarakat sipil.Metode penelitian menggunakan
metode
pengumpulan
data
deskriptif
dengan
menggunakan
pendekatan
wawancara,
kualitatif.Teknik observasi,
dan
dokumentasi.Pemilihan informan dilakukan secara Purpose Sampling, yaitu dengan informanutama dan informan tambahan. Hasilnya menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi antara keluarga militer dengan masyarakat sipil berlangsung secara baik, terbukti dari lebih banyaknya proses asosiatif yang terjadi dibandingkan dengan proses disosiatif. Masyarakat juga cukup aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan oleh tentara, baik itu kegiatan di dalam asrama, maupun kegiatan di luar asrama.keluarga militer yang pendatang maupun bukan pendatang mengikuti norma-norma dan kebiasaan masyarakat setempat baik itu bidang keagaamaan maupun bidang lainnya. Untuk itu diperlukan sosialisasi yang lebih baik oleh pihak keluarga militer sehingga seluruh masyarakat dapat berinteraksi dengan baik tanpa adanya jarak sosial. Corresponding Author : Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 2, Mei 2017:672-696
672
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Kata Kunci: Interaksi Sosial, Keluarga Militer, Masyarakat Sipil
ABSTRACT Social interaction as someone’s perception towards potential that is accepted by the environment. Relationship among each other is a necessity for every human as the fulfillment of the necessity will make other necessities to be accomplished. Without interacting with others, human will not be able to survive. Mutual relationship among humans is also described as social interaction. Social interaction is the base of social process that refers to dynamic social relationships. One of the social relationship that can be found in society social interaction between military family and civil community. This research uses descriptive method with qualitative approach. Data were collected by using interview, observation and documentation. The informants of this research were chosen with purpose sampling which consists of main informants and additional informants. The result of this study showed that interaction between military family with civil community is done appropriately. It was shown that associative process occurs more often than dissociative process. The community are also active in activity hold by army both inside or outside the military complex. Families, whether they are new comer or not, follow the local people’s norms and customs in term of religion or others. Therefore better socialization is needed by family with military background in order all the community to be able to interact properly without social distance. Keyword: Social Interaction, Military Family, Civil Community. PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan–kebutuhan, baik kebutuhan material maupun spiritual.Kebutuhan itu bersumber dari dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
673
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP semenjak dilahirkan.Lingkungan hidup merupakan sarana di mana manusia berada
sekaligus
menyediakan
kemungkinan-kemungkinan
untuk
dapat
mengembangkan kebutuhan-kebutuhan. Oleh karena itu, antara manusia dengan lingkungan hidup terdapat hubungan yang saling mempengaruhi hubunganhubungan sosial yang terjadi secara dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok dan berhubungan satu dengan yang lain disebut dengan interaksi sosial (Gillin dan Gillin: 1954). Interaksi sosial adalah syarat utama bagi terjadinya aktifitas sosial dan hadirnya kenyataan sosial, kenyataan sosial didasarkan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosialnya, ketika berinteraksi seorang individu atau kelompok sosial sebenarnya tengah berusaha atau belajar bagaimana memahami tindakan sosial seorang individu atau kelompok sosial lain, perilaku sosial adalah hal yang dilakukan seorang individu atau kelompok sosial di dalam interaksi dan dalam situasi tertentu. Interaksi sosial akan berjalan dengan tertib dan teratur dan anggota masyarakat bisa berfungsi secara normal, yang diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak sesuai dengan konteks sosialnya, (Narwoko, 2004:21) Interaksi terjadi apabila seorang individu melakukan tindakan, sehingga menimbulkan reaksi dari individu-individu yang lain, karena itu interaksi terjadi dalam suatu kehidupan sosial. Interaksi pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur social yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan sosial. Perkembangan inilah yang merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku individu yang berbeda menurut situasi dan kepentingannya masing-masing yang diwujudkannya dalam proses hubungan sosial. Hubungan-hubungan
sosial
itu
pada
awalnya
merupakan
proses
penyesuaian nilai-nilai social dalam kehidupan sosial. Kemudian meningkat menjadi semacam pergaulan yang tidak hanya sekedar pertemuan secara fisik, Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
674
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP melainkan merupakan pergaulan yang ditandai adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak yang terjadi dalam hubungan sosial tersebut. Sudah menjadi hokum alam dalam kehidupan individu bahwa keberadaan dirinya adalah sebagai makhluk individu sekaligus sosial. Kebutuhan dasar individu untuk melangsungkan kehidupannya membutuhkan makanan, minuman untuk menjaga kesetabilan suhu tubuhnya dan keseimbangan organ tubuh yang lain (kebutuhan biologis), individu membutuhkan juga perasaan tenang dari ketakutan, keterpencilan, kegelisahan, dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya (Setiadi, 2011). Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 15 Agustus 2016, diketahui bahwa sebagian masyarakat umum jika bertemu dengan pihak militer maka kepentingan mereka lebih diutamakan, contohnya jika berpapasan dengan salah satu personil militer maka masyarakat umum harus berhenti dan mendahulukan mereka untuk berjalan. Para anggota militer menyalahgunakan status mereka jika berhadapan dengan masyarakat umum. Contohnya apabila terjadi perselisihan maka salah satu cara untuk menyelesaikan suatu masalah dengan cara meluapkan emosinya sehingga masyarakat tidak berani melawan walaupun kesalahan yang terjadi bukan berada di pihak masyarakat. Dalam asrama memiliki aturan-aturan, yaitu ada batas-batas tertentu untuk bertamu/ berkunjung, apabila bertamu harus melapor kepada penjaga piket, kemudian dari penjaga piket akan mengantarkan kepada keluarga yang ingin mereka kunjungi, di asrama keluarga dilarang menginap lewat dari 2 hari selain keluarga kandung, istri tidak boleh sembarangan keluar rumah tanpa seizin dari pemimpin apabila akan keluar harus melapor, istri wajib mengikuti kegiatankegiatan di dalam asrama (senam, darmawanita, dll), kegiatan-kegiatan sang istri di luar asrama contohnya ke pasar dan sebagainya harus diketahui atau dipantau oleh pemimpin. apakah benar secara keseluruhan semua TNI menerapkan cara atau gaya berkomunikasi yang otoriter kepada keluarga (Baramuli, 2013).
Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
675
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengungkap fenomena interaksi sosial keluarga TNI-AD di lingkungan asrama yaitu bagaimana cara atau gaya penyampaian pesan-pesan dalam berkomunikasi dengan keluarga dan bentuk interaksi apa yang terjadi dalam proses sosial dengan masyarakat. Apakah karena tuntutan profesi sebagai TNI-AD yang sangat disiplin bahkan dikatakan otoriter ataupun kemiliteran dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab di lapangan sehingga mereka menerapkan pula seperti itu dalam berinteraksi dengan masyarakat. Sama halnya dengan keluarga-keluarga pada umumnya yang memiliki aturan-aturan namun dalam konteks asrama lebih dimaknai dengan seragam atau pakaian dinas dari TNI-AD itu sendiri yang menduga atau mengira adanya sistem paksaan atau kemiliteran di dalam keluarga. Militer adalah berperilaku tegas dalam segala hal, kaku, dan otoriter selain itu juga sikap disiplin yang sangat kuat karena merupakan sikap seorang pemimpin sipil. Didalam keluarga militer kecenderungan sifat otoriter muncul di keluarga akan jauh lebih kuat karena memang jalur komando ala militer kadang kala diberlakukan oleh pimpinan dikeluargaitu dengan konsep militer, sehingga dalam memimpin keluarga akan terlihat kaku dan itu sama dengan yang dilakukan didalam lingkungan militer (Perlmutter: 2000) Keadaan interaksi yang baik dan ideal diharapkan ada dalam kehidupan antar masyarakat di lingkungan, seperti berinteraksi secara positif sesuai dengan nilai-nilai agama, hukum, budaya, dan norma atau pedoman tentang berprilaku yang diharapkan dan pantas menurut peraturan sosial dan masyarakat (Park dan Burgess dalam Abdulsyani 1992), contohnya, saling menghargai, menghormati, saling membantu, bekerja sama, dan saling bertoleransi tanpa mempersoalkan perbedaan serta mengedepankan rasa persatuan sebagai sesama warga Negara Indonesia.
Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
676
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Keluarga militer dan Masyarakat sipil juga merupakan makhluk sosial yang pasti menjalani proses sosial dengan melakukan interaksi dan adaptasi di lingkungan sosial. Sebagai suatu proses sosial, akibat dari interaksi sosial keluarga militer dan masyarakat sipil, secara umum akan melahirkan dua kemungkinan bentuk interaksi yang berbeda, yang pertama adalah bentuk interaksi asosiatif yang terdiri dari kerja sama, akomodasi dan asimilasi dan yang kedua adalah bentuk interaksi disosiatif yang terdiri dari persaingan, kontraversi dan konflik (Bungin, 2008). Oleh karena belum diketahui secara pasti dan jelas, bagaimanakah keadaan dan bentuk interaksi apa yang dijalankan oleh kedua kelompok masyarakat yang berbeda yaitu anatara keluarga militer dengan masyarakat sipil, maka peneliti melakukan penelitian lebih lanjut terhadap itu semua, guna untuk menjawab dan menjelaskan permasalahan terkait penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA Fenomenologi Alfred Schutz
Alfred Schutz adalah salah satu tokoh fenomenologi yang merupakan ahli fenomenologi yang paling menonjol. Schutz sangat tertarik untuk memahami makna subjektif yaitu yang melihat bahwa orang selalu melakukan tindakan dan sekaligus memberikan reaksi atas tindakan orang lain, juga melihat bahwa pengetahuan yang dimiliki karena adanya peranan indera. Alfred schutz merupakan orang pertama yang mencoba menjelaskan bagaimana fenomenologi dapat diterapkan untuk mengembangkan wawasan kedalam dunia sosial. Schutz memusatkan perhatian pada cara orang memahami kesadaran orang lain, akan tetapi ia hidup dalam aliran kesadaran diri sendiri. Perspektif yang digunakan oleh Schutz untuk memahami kesadaran itu dengan konsep intersubyektif. Yang dimaksud dengan dunia intersubyektif ini adalah kehidupan-dunia (life world) atau dunia kehidupan sehari-hari (Ritzer, 2005) Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
677
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Schutz meletakkan manusia dalam pengalaman subyektif dalam bertindak dan mengambil sikap dalam kehidupan sehari-hari.Dunia tersebut adalah kegiatan praktis. Manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan akan melakukan apapun yang berkaitan dengan proyeksi dirinya. Jadi kehidupan sehari-hari manusia bisa dikaitkan seperti proyek yang dikerjakan oleh dirinya sendiri. Karena setiap manusia memiliki keinginan-keinginan tertentu yang itu mereka berusaha mengejar demi tercapainya orientasi yang telah diputuskan (Ritzer. dkk,2005) Inti Pemikiran Schutz adalah bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran. Proses penafsiran dapat digunakan untuk memperjelas atau memeriksa makna yang sesungguhnya, sehingga dapat memberikan konsep kepekaan yang implisit. Schutz meletakkan hakekat manusia dalam pengalaman subjektif, terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap terhadap dunia kehidupan seharihari.dalam hal ini, Schutz mengikuti pemikiran Husserl, yaitu proses pemahaman actual kegiatan kita, dan pemberian makna terhadapnya, sehingga terrefleksi dalam tingkah laku. Dalam pandangan Schutz, manusia adalah makhluk sosial, sehingga kesadaran akan dunia kehidupan sehari-hari adalah sebuah kesadaran sosial. Dunia individu merupakan dunia intersubjektif dengan makna beragam, dan perasaan sebagai bagian dari kelompok. Manusia dituntut untuk saling memahami satu sama lain, dan bertindak dalam kenyataan yang sama. Dengan demikian ada penerimaan timbal balik, pemahaman atas dasar pengalaman bersama, dan tipikasi atas dunia bersama.Melalui tipikasi inilah manusia belajar menyesuaikan diri kedalam dunia yang lebih luas, dengan juga melihat diri kita sendiri sebagai orang yang memainkan peran dalam situasi tipikal. Hubungan-hubungan sosial antar manusia ini kemudian membentuk totalitas masyarakat.Jadi dalam kehidupan totalitas masyarakat, setiap individu Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
678
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP menggunakan symbol-simbol yang telah diwariskan padanya, untuk memberi makna pada tingkah lakunya sendiri. Singkatnya pandangan deskriptif atau interpretatif mengenai tindakan sosial, dapat diterima hanya jika tampak masuk akal bagi pelaku sosial yang relevan (Zeitlin, 1995) Schutz membuat model tindakan manusia ini melalui proses yang dinamakan “tipikasi”. Konsep tipikasi ini merupakan penggabungan Schutz terhadap pemikiran Weber dan Husserl. Dalam tipikasi ia menggabungkan “tipetipe ideal” Weber dengan “pembuatan makna”-nya Husserl. Tipikasi ini berlangsung sepanjang hidup manusia.Adapun jenis tipikasi bergantung pada orang yang membuatnya, sehingga kita dapat mengenal tipe aktor, tipe tindakan, tipe kepribadian sosial, dsb. Bagi Schutz, jenis tipikasi dibuat berdasarkan kesamaan tujuan, namun dalam struktur yang relevan dengan tujuan penelitian. Singkatnya, tipikasi ini menyediakan seperangkat alat identifikasi, klasifikasi, dan model perbandingan dari tindakan dan interaksi sosial.Dengan menggunakan kriteria yang telah didefinisikan untuk penempatan fenomena kedalam tipe-tipe khusus (Poloma M, 2013). Fenomena yang dijumpai di Asrama Rindam adalah interaksi sosial keluarga militer dengan masyarakat sipil, manusia sejak lahir sudah membutuhkan interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya, hingga terciptanya sebuah persepsipersepsi antara sesama manusia sehingga dengan berinteraksi sosial yang baik dapat memenuhi kebutuhan emosional manusia serta meningkatkan kesehatan mental dengan bermaksud untuk memberi gambaran kepada pihak tentang peran militer untuk melaksanakan interaksi sosial yang baik dalam masyarakat dengan tujuan agar terciptanya hubungan yang harmonis dengan masyarakat dengan semangat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Proses dan Interaksi Sosial Proses sosial yang dimaksud adalah dimana individu, kelompok, dan masyarakat bertemu, berinteraksi, dan berkomunikasi, sehingga melahirkan sistem-sistem sosial dan pranata sosial serta semua aspek kebudayaan. Proses sosial ini Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
679
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP kemudian mengalami dinamika sosial serta semua aspek kebudayaan. Proses sosial ini kemudian mengalami dinamika sosial lain yang disebut dengan perubahan sosial yang terus menerus dan secara simultan bergerak dalam sistemsistem sosial yang lebih besar. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, sedangkan bentuk khususnya adalah aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto, 2002:62, dalam Bungin, 2009 :55) -
Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial Menurut Soerjono Soekanto (2012:71-73) mengungkapkan suatu interaksi
sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu: Kontak Sosial Kata kontak berasal dari bahasa Latin con cum (yang artinya bersamasama) dan tanngo (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, konntak baru terjadi apabila terjadi hubungna badaniah, sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah oleh karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya. Komunikasi Arti terpenting dalam komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran dan perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.
Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
680
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP Sosiologi menjelaskan komunikasi sebagai sebuah proses memaknai yang dilakukan seseorang (I) terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang (II) lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik, atau sikap, perilaku dan perasaan-perasaan, sehingga seseorang (I) membuat reaksi-reaksi terhadap informasi, sikap, dan prilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dia (I) alami (Marshall, 1999 dalam Bungin, 2009: 57). Dengan demikian, hal penting dalam komunikasi yaitu bagaimana seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain seperti
pembicaraan,
gerakan,
sikap,
dan
simbol-simbol
yang
digunakannya agar tidak salah dalam memahami informasi yang disampaikan. -
Bentuk-bentukinteraksi sosial Ada dua proses sosial sebagai akibat dari bentuk-bentuk interaksi sosial,
yaitu bentuk interaksi dari proses asosiatif dan proses disosiatif. (Gillin dan Gillin dalam Bungin,2009) Proses Asosiatif Proses asosiatif adalah sebuah proses yang terjadi saling pengertian dan kerja sama timbal balik antara orang per-orang atau kelompok satu dengan lainnya, dimana proses ini menghasilkan pencapaian tujuan bersama. Secara keseluruhan asosiatif sangat baik dan diharapkan ada di dalam setiap hubungan pergaulan antara keluarga militer dengan masyarakat sipil. Bentuk-bentuk interaksi dari proses asosiatif antara lain yaitu kerja sama(cooperation), akomodasi (accommodation) dan asimilasi (asimulation), Proses Disosiatif Proses sosial disosiatif merupakan proses perlawanan (oposisi) yang di lakukan oleh individu-individu dan kelompok dalam proses sosial diantar mereka pada suatu masyarakat. Oposisi diartikan sebagai cara berjuang melawan Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
681
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP seseorang atau kelompok tertentu atau norma dan nilai yang dianggap tidak mendukung perubahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Secara keseluruhan disosiatif tidak membuahkan suatu kebaikan dalam hubungan sosial, terutama seperti keadaan kehidupan masyarakat di lingkungan Asrama dan Gampong. Bentuk-bentuk interaksi dari proses disosiatif antara lain yaitu persaingan (competition), kontravensi (contravention) dan pertentangan (conflict). METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang memberikan gambaran secara jelas dan sistematis terkait dengan objek yang diteliti. Penelitian deskriptif kualitatif juga merupakan penelitian yang memberikan informasi dan data yang sesuai dengan fenomena di lapangan. Hal ini sejalan dengan pendapat dari (Muhammad Idrus, 2009) bahwa penelitian kualitatif akan melakukan gambaran secara mendalam tentang situasi atau proses yang diteliti. Lokasi penelitian dilakukan di Gampong Leu Ue dan Komplek Asrama Rindam Mata Ie. Pemilihan lokasi ini dikarenakan di Gamponng Leu Ue terdapat Asrama militer yang ditempati Keluarga Militer. Di kalangan peneliti kualitatif, istilah subjek penelitian disebut dengan istilah informan, yaitu orang yang memberi informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan (Muhammad Idrus, 2009). Adapun jumlah informan dalam penelitian ini adalah5 orang keluarga militer dan 5 orang masyarakat sipil dengan total informan sebanyak 10 orang pada lingkungan komplek Asrama dan lingkungan Gampong Leu Ue, berikut rinciannya: 1) Keluarga Militer, yaitu keluarga yang sudah lama atau keluarga pendatang yang tinggal di lingkungan asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie. Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
682
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP 2) Masyarakat Sipil, yaitu orang yang sudah dituakan dan telah menetap selama lima tahun lebih serta yang telah memiliki KTP Aceh di Gampong Leu Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
Kemudian dalam penelitian ini peneliti mengambi 2 sumber data diantaranya: 1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti (Bagong Suyanto dan Sutinah, 2006). Dengan data primer, peneliti dapat memperoleh data secara langsung dari informan dan pihak terkait. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara secara mendalam dengan informan penelitian. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu (Bagong Suyanto dan Sutinah, 2006). Data sekunder sebagai data pendukung dalam penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari catatan, buku, artikel, internet dan tulisan ilmiah yang relevan dengan topik penelitian yang dilakukan. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, sumber dan pengaturan. Dalam penelitian perolehan data sangat luas serta mendalam, maka perlu diklasifikasikan upaya yagdilakukan dalam penelitian ini melalui wawancara mendalam, observasi, studi kepustakaan. Dalam rangka menjawab perumusan masalah yang ditetapkan penulis maka analisis data yang menjadi acuan dalam penelitian ini mengacu pada beberapa tahapan yang dijelaskan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono2010;91) yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
1. Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap keyinforman yang compatible
terhadap penelitian kemudian observasi langsung di
Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
683
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP lapangan untuk menunjang penelitian
yang
dilakukan
agar
mendapatkan sumber data yang diharapkan. 1. Reduksi
data
yaitu
proses
pemilihan,
pemusatan
perhatian
pada
penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan selama meneliti. Tujuan diadakan transkrip data (transformasi data) untuk memilih informasi mana yang
dianggap
sesuai
dengan
masalah yang menjadi pusat penelitian dilapangan. 2. Penyajian data (data display) yaitu kegiatan sekumpulan informasi dalam bentuk teks naratif, grafik jaringan, tabel dan bagan yang bertujuan mempertajam pemahaman
penelitian terhadap informasi
yang dipilih kemudian disajikan dalam
table
ataupun uraian
penjelasan. Namun yang akan paling sering digunakan untuk penyajian data penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. 3. Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi, yang mencari arti pola-pola penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. Penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan dilapangan sehingga data-data teruji validasinya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Interaksi Sosial antara Keluarga Militer dengan Masyarakat Sipil Hubungan timbal balik yang dinamis antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok baik dalam kerja sama, persaingan, ataupun pertikaian. Interaksi sosial melibatkan proses-proses sosial yang bermacam-macam yang menyusun unsur-unsur dinamis dari masyarakat, yaitu proses-proses tingkah laku yang dikaitkan dengan struktur sosial.Interaksi sosial, yaitu hubungan saling mempengaruhi. Hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
684
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP kelompok yang dapat menimbulkan pengaruh satu sama lain (Koentjoro, 2003:25). Hubungan interaksi keluarga militer dengan masyarakat sipil merasakan banyak hal-hal yang mendukung dalam beradaptasi sehingga memudahkan dan memperlancar adaptasi sosial yang akhirnya melahirkan hubungan dan interaksi sosial yang baik antara keluarga militer dengan masyarakat sipil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya saling tegur-sapa yang menambah keakraban, adanya kegiatan orientasi, saling menghargai satu sama lain dan terakhir adanya toleransi. Walaupun keluarga militer terkadang di segani dan memiliki peraturan-peraturan yang kaku namun tidak menjadi penghambat untuk berinteraksi dengan masyarakat, kemampuan masyarakat dalam membina hubungan yang baikberdampak positif karena masyarakat menerima dengan terbuka dan interaksi yang terjadi antara kedua kelompok masyarakat tersebut dapat berjalan dengan harmoni, penuh toleransi, saling menghormati, dan saling membantu sehingga terjalin hubungan yang diikat oleh rasa emosional yang positif. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan Soekanto yaitu kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami kemauan orang lain. Orang berhasil dalam pergaulan karena adanya interaksi sosial dilingkungan sekitar mampu berkomunikasi dengan lancar dengan orang lain (Soekanto, 2007:51). Terkait wawancara peneliti dengan responden terhadap rasa nyaman masyarakat tidak memandang dimana orang tersebut berasal dari suku Aceh maupun bukan suku Aceh, keluarga militer maupun keluarga dari kalangan sipil dan hal yang paling mendasar adanya kebersamaan antara masyarakat dalam berbagai kegiatan baik bidang keagamaan maupun adat istiadat. Kebiasaan atau tingkah laku sehari-hari masyarakat sipil maupun keluarga militer tidak ada yang Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
685
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP luar biasa secara umum karena masyarakat sibuk dengan urusan masing-masing dan sejauh ini tidak adanya masalah atau gesekkan antara keluarga militer dengan masyarakat sipil baik bidang keagamaan maupun budaya. Kemajemukan budaya yang beragam di Gampong Leu menjadikan masyarakat lebih menerima kebudayaan dari luar, hal ini dapat dilihat dari perkawinan yang diselenggarakan di Gampong Leu, masyarakat saling tolongmenolong tanpa melihat latar belakang budaya yang digunakan. Hubungan interaksi keluarga militer dengan masyarakat sipil tidak jauh berbeda dengan kebiasaan orang dimana saja hal ini juga berlaku di Gampong Leu dan Komplek Asrama Rindam, yang terpenting kita dapat mengikuti rambu-rambu yang telah ditetapkan di Lingkungan Asrama dan Gampong itu saja tidak ada hal yang aneh disini, namun pandangan masyarakat untuk keluarga militer jauh lebih baik setelah masa konflik, pemikiran masyarakat sekarang lebih terbuka dan menerima keluarga militer. Interaksi yang dilakukan oleh masyarakat sipil dengan keluarga militer terjadi dalam bidang keagamaan seperti hari besar Islam, tujuh bulanan, dan hari kematian. Oleh karena itu, perlu pembahasan mengenai hubungan keluarga militer dengan masyarakat sipil yang majemuk guna untuk mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat di lingkungan Komplek Asrama dan Gampong, kemudian mengetahui keadaan hubungan interaksi yang terjadi, mengetahui bentuk-bentuk interaksi apa saja yang telah terjadi di Komplek Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie selama menjalin hubungan sosial. Keadaan Hubungan Interaksi Keluarga Militer dengan Masyarakat Sipil
Didalam Keluarga Militer ada sikap-sikap keras atau otoriter, itu disebabkan oleh berbagai hal seperti faktor Profesi karena sudah dilatih dilapangan mengenai kedisiplinan dan kepemimpinan, maupun factor mengenai karakter bawaan dari sang kakek yang juga seorang anggota militer. Sedangkan demokratis yaitu orang tua selalu berembuk dan berdiskusi mengenai tindakan-tindakan yang harus Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
686
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP diambil, Perpaduan Pola Asuh otoriter dan demokratis yaitu, tidak semua keluarga TNI menerapkan sistem kemiliteran atau keras dalam artian harus mengikuti setiap aturan-aturan yang diterapkan. Dalam berinteraksi keluarga militer dan masyarakat sipil, maupun sebaliknya masyarakat sipil dan keluarga militer dengan menggunakan berbagai cara/gaya, simbol-simbol, sehingga membentuk model tindakan seseorang melalui proses yang dinamakan tipikasi. Menurut Alfred Schutz inti dari pemikirannya adalah bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran. Proses penafsiran dapat digunakan untuk memperjelas atau memeriksa makna yang sesungguhnya, sehingga dapat memberikan konsep kepekaan yang implisit. Schutz meletakkan hakekat manusia dalam pengalaman subjektif, terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap terhadap dunia kehidupan sehari-hari. Dihubungkan dengan landasan teori dalam konteks fenomenologis dari Alfred Schutz yaitu pandangan, pengamatan atau penafsiran kebanyakan orang mengenal TNI yaitu bersifat Keras atau otoriter dikarenakan tuntutan pekerjaan dilapangan seperti itu ataupun seringkali masyarakat melihat tindakan atau cara yang dilakukan dari seorang tentara sangat kemiliteran. Namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti realita yang terjadi dalam berkomunikasi dengan keluarga tidak seperti anggapan dari masyarakat pada umumnya, hanya terkadang ada sikap-sikap keras atau otoriter dalam artian tegas dan disiplin didalam keluarga agar setiap aturan-aturan yang berlaku dapat dipatuhi namun bukan berarti keras dalam artian kekerasan secara fisik atau tangan besi. Setiap aturan-aturan yang diterapkan didalam keluarga sangat bermanfaat dan berguna untuk membentuk setiap karakter dari diri kita.dengan demikian jenis tipikasi yang terjadi dalam proses komunikasi dan interaksi antara keluarga militer dan masyarakat sipil yaitu tipe tindakan atau tipe kepribadian sosial. Dari proses tipikasi dapat menggambarkan model perbandingan dari tindakan dan interaksi sosial serta dalam berkomunikasi menggunakan simbol-simbol untuk memberi makna pada tingkah lakunya sendiri. Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
687
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Dari hasil data penelitian, keadaan hubungan interaksi yang selama ini terjadi di Asrama Rindam Iskandar Muda antara keluarga militer dengan masyarakat sipil sudah berjalan dengan baik serta umunnya keluarga militer sudah menjalankan interaksi yang ideal dan sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di Gampong, hal tersebut terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan seperti mayoritas keluarga militer pernah ditolong atau dibantu oleh masyarakat sipil dan begitu juga sebaliknya dengan masyarakat sipil, keluarga militer dan masyarakat sipil saling menyapa jika bertemu dijalan atau di suatu tempat, semua keluarga militer dan masyarakat baik yang berbeda asal daerah, adat, budaya, suku bangsa, bahasa, ras maupun agama semuanya saling hormat- menghormati dan menghargai perbedaan yang ada diantara mereka. Keadaan hubungan interaksi keluarga militer dengan masyarakat yang umunya telah berjalan dengan sangat baik sebelum masa konflik maupun sesudah masa konflik. -
Jarak sosial Jarak sosial merupakan suatu bentuk kesediaan atau ketidaksamaan suatu
kelompok untuk berinteraksi atau menjalin hubungan dengan kelompok lain (Banton, 1967 dalam Sunarto, 2004), begitu juga halnya dengan kelompok keluarga militer dengan masyarakat sipil. Dari hasil penelitian yag telah dilakukan diketahui bahwa keadaan jarak sosial antara keluarga militer dengan masyarakat sipil sudah menunujukkan suau keadaan yang sangat baik dan ideal, karena adanya penerimaan dan kesediaan dari keluarga militer untuk berinteraksi dan menjalin hubungan dengan masyarakat sipil, keluarga militer tidak ada menghindari masyarakat sipil dalam pergaulan. Dengan demikian keluarga militer dapat berbaur dan berinteraksi
dengan
masyarakat sipil tanpa adanya kendala, Jadi dapat disimpulkan bahwa dari kedua kelompok masyarakat yang berbeda tersebut tidak terjadi saling menhindari, membatasi atau membuat jarak dalam pergaulan di lingkungan Asrama maupun Gampong. Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
688
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP -
Komunikasi Syarat terjadinya interaksi sosial adalah harus adanya kontak sosial (social
contact) dan komunikasi ( communication), komunikasi sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi terhadap satu sama lain yang pada gilirannya akan tiba saling pengrtian (Rogers dan Kincaid dalam Cangara, dalam Bugin,2009). Jadi komunikasi sangat diperlukan dalam berinteraksi guna saling mengerti tentang hal yang ingin disampaikan karena komunikasi yang baik juga merupakan sebuah cerminan dari pada sebuah interaksi yang baik pula.Untuk melakukan komunikasi yang baik dan ideal maka diperlukan adanya sebuah bahasa penghubung untuk memudahkan komunikasi, adanya rasa pengrtian dan saling menghormati perbedaan seperti perbedaan logat bicara atau kejanggalan yang terjadi dalam berkomunikasi. Dari data hasil penelitian yang penulis lakukan, juga menjelaskan al-hal terkait komunikasi yang juga sejalan dengan apa yang dijelaskan diatas, yaitu umumnya keluarga militer tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan masyarakat sekitar, walaupun diantara mereka umunya memakai logat daerah masing-masing ketika berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, akan tetapi mereka tetap saling memahami dan menghormati perbedaan tersebut. Dengan adanya kemudahan komunikasi antara keluarga militer dengan masyarakat sipil maka dapat dipastikan bahwa hubungan interaksi antara keluarga militer dengan masyarakat sipil juga bertambah mudah dan baik pula.
Interaksi Sosial melalui Bentuk Interaksi Yang Terjadi Antara Keluarga Militer dengan Masyarakat Sipil
Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
689
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Ada dua proses sosial sebagai akibat dari bentuk interaksi sosial, yaitu bentuk interaksi dari proses asosiatif dan bentuk interaksi dari proses sosial disosiatif.(Gilin dan Gilin dalam Sunarto, 2004) Proses asosiatif adalah sebuah proses yang terjadi saling pengertian dan kerja sama timbal balik antara orang per-orang atau kelompok satu dengan lainnya, dimana proses ini menghasilkan pencapaian tujuan bersama. Adapun bentuk-bentuk interaksi dari proses asosiatif yang pertama yaitu kerja sama (cooperation) atau usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kedua yaitu Akomodasi (accommodation) atau suatu keadaan interaksi sosial yang stabil sesuai dengan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Ketiga yaitu Asimilasi yang merupakan usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan antar-individu atau kelompok guna mencapai suatu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan bersama. Proses sosial disosiatif merupakan proses perlawanan (oposisi) yang dilakukan oleh individu dan kelompok dalam proses sosial diantara mereka pada suatu masyarakat. Oposisi diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang dan kelompok tertentu atau norma dan nilai yang dianggap tidak mendukung perubahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Secara keseluruhan disosiatif tidak membuahkan suatu kebaikan dalam hubungan sosial. Adapun bentuk-bentuk interaksi dari proses asosiatif yang pertama yaitu persaingan untuk mencari keuntungan pada hal-hal tertentu yangmenjadi pusat perhatian umum dengan cara tertentu atau mempertajam prasangka yang telah ada, namun tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Kedua yaitu kontroversi atau proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan pada tataran konsep dan wacana, sedangkan yang Ketiga yaitu pertentangan atau konflik adalah proses sosial dimana individu atau kelompok menyadari memiliki perbedaan dengan pihak lain sehingga dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi pertentangan yang melahirkan ancaman atau kekerasan fisik.
Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
690
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Dari hasil data penelitian menunjukkan bahwa semua bentuk interaksi seperti dari proses asosiatif ( kerja sama, akomodasi, asimilasi) dan dari proses disosiatif ( persaingan, kontravensi, konflik) telah terjadi antara keluarga militer dengan masyarakat sipil, akan tetapi dari segi wawancara menunjukkan bahwa mayoritas bentuk interaksi yang dilakukan oleh keluarga militer dengan masyarakat sipil umumnya lebih kepada bentuk-bentuk interaksi yang berasal dari proses asosiatif saja, seperti saling melakukan kerja sama, adanya akomodasi dan melakukan asimilasi dan adapun bentuk interaksi dari proses disosiatif, hanya dialami oleh beberapa orang masyarakat saja yang terlibat persaingan, kontravensi dan berkonflik dengan keluarga militer. Artinya mayoritas interaksi keluarga militer dengan masyarakat sipil tidak menunjukkan bentuk interaksi dari proses disosiatif yang berdampak negatif bagi hubungan masyarakat yang majemuk di lingkungan. Mayoritas keluarga militer umumnya sudah saling melakukan kerja sama dengan masyarakat sipil, kemudian juga terdapat akomodasi yaitu mayoritas keluarga militer memiliki upaya untuk menjaga dan memelihara hubungan baik yang sudah terjadi secara harmoni serta menghindari dan menyelesaikan masalah dengan masyarakat sipil. Terakhir yaitu, mayoritas keluarga militer sudah melakukan asimilasi yang diartikan dari segi interaksi yaitu usaha untuk menghilangkan suatu perbedaan dengan cara meniru atau menerapkan hal-hal yang dianggap positif dari masyarakat atau dari agama, adat dan budaya lokal daerah Aceh serta menerimanya dalam kehidupan sosial yang baru di Aceh. Adapun bentuk interaksi dari proses disosiatif hamper tidak dilakukan sama sekali, karena mayoritas keluarga militer da masyarakat sipil tidak melakukan bentuk-bentuk interaksi dari disosiatif ( persaingan, kontravensi dan berkonflik) dilihat dari segi data hasil penelitian menjelaskan bahwa yaitu : mayoritas keluarga militer tidak pernah terlibat persaingan dengan masyarakat sipil, mayoritas keluarga militer tidak pernah terlibat masalah yang berlanjut
Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
691
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP menjadi sebuah konflik ( kontravensi), mayoritas keluarga militer tidak pernah berkonflik dengan masyarakat sipil. Jadi dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk interaksi yang umunnya dilakukan oleh keluarga militer dengan masyarakat sipil adalah bentuk-bentuk interaksi yang asosiatif ( positif) dan mayoritas keluarga militer tidak melakukan bentuk-bentuk interaksi dari proses disosiatif yang bersifat negatif. KESIMPULAN Dari pembahasan pada bagian terdahulu disimpulkan bahwa keadaan hubungan interaksi sosial yang terjadi antara keluarga militer dengan masyarakat sipil umumnya sudah berjalan dengan sangat baik dan ideal karena sudah menampakkan interaksi yang positif sebagai mana sebuah hubungan interaksi yang sesuai dengan nilai agama, moral, adat budaya dan aturan yang berlaku. Selain itu juga, cara/gaya yang melatar belakangi penyampaian pesan dalam berkomunikasi dengan keluarga militer dan masyarakat sipil, dari setiap cara/gaya yang diterapkan dapat membentuk sebuah pola komunikasi.Pola tersebut yaitu pola Asuh demokratis dan pola Asuh otoriter.Pada kenyataannya tidak semua keluarga militer yang menerapkan cara/gaya yang keras atau otoriter, seperti yang kita lihat secara kasat mata.Ada yang menerapkan Pola Asuh Demokratis namun ada pula yang menerapkan perpaduan antara Pola Asuh otoriter dan demokratis.Walaupun profesi sebagai seorang TNI faktanya didalam keseharian berkomunikasi dengan masyarakat mereka meninggalkan kesan sebagai seorang TNI dan berperan selayaknya seorang masyarakat biasa. Berdasarkan pandangan masyarakat terhadap tindakan atau cara yang dilakukan dari seorang tentara sangat kemiliteran. Namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti realita yang terjadi dalam berkomunikasi dengan masyarakat tidak seperti anggapan dari masyarakat pada umumnya, hanya terkadang ada sikap-sikap keras atau otoriter dalam artian tegas dan disiplin
Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
692
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP didalam keluarga agar setiap aturan-aturan yang berlaku dapat dipatuhi namun bukan berarti keras dalam artian kekeras. Selanjutnya, terdapat dua bentuk interaksi yang terjadi antara keluarga militer dengan masyarakat sipil yaitu bentuk-bentuk interaksi dari proses asosiatif (positif) yang terdiri dari kerja sama, akomodasi dan asimilasi dan bentuk-bentuk interaksi dari proses disosiatif (negatif) yang terdiri dari persaingan, kontravensi dan konflik. Walaupun terdapat dua bentuk interaksi yaitu asosiatif dan disosiatif, namun bentuk interaksi yang lebih dominan atau yang umumnya terjadi antara keluarga militer dan masyarakat sipil adalah bentuk-bentuk interaksi yang berasal dari proses asosiatif (positif), karena mayoritas keluarga militer melakukan kerja sama, akomodasi atau memelihara keadaan hubungan baik serta menghindari penyebab konflik dan juga mayoritas keluarga militer juga melakukan asimilasi dengan masyarakat sipil, asimilasi yang dimaksud sebagai sebuah usaha untuk saling berbaur dan menghilangkan perbedaan yang ada baik dengan menerapkan hal-hal yang positif dan menerima adat budaya yang baik dari masyarakat sipil di lingkungan Komplek Asrama dan Gampong. Jadi dapat disimpulkan bahwa, walaupun keluarga militer merupakan kelompok yang sebagian menjadi pendatang dan memiliki berbagai perbedaan, namun hal tersebut tidak berdampak negatif bagi interaksi mereka di lingkungan Asrama maupun Gampong, karena masyarakat sipil menerima mereka dengan terbuka dan interaksi yang terjadi antara kedua kelompok masyarakat tersebut dapat berjalan dengan baik dan ideal secara harmoni, penuh toleransi, saling menghormati, dan saling membantu sehingga terjalin hubungan pergaulan yang diikat oleh rasa emosional yang positif.
DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani.(1992). Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara
Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
693
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Baramuli, L.E.l. (2013). Fenomena Komunikasi Keluarga TNI Angkatan Darat Asrama Sapta marga IV Kelurahan Sario kotabaru diunduh melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/view/2883
Bungin, B. (2009). Sosiologi Komunikasi,Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana
Culla, A.S. (1999). Masyarakat Madani; pemikiran, teori, dan relevansinya dengan cita-cita reformasi.Jakarta: Raja GrafindoPersada Dayakisni. (2009). Sosiologi: Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.. Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Gampong (RPJMG) Tahun 2016.
Gunawan, A. H. (2010). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Hendra (2012) .Sejarah terbentuknya rindam Iskandar Muda. Diunduh melalui: http://rindamiskandarmuda.mil.id/profil/
Hermawan, N. (2006). Interaksi Sosial Antara Masyarakat Islam Dengan Masyarakat Kristen Dalam Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama.Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Huntington, S. P. (2003).Teori dan Hubungan Militer-sipil.Jakarta: Grasindo
Idrus, M. (2009).Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
694
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP
KamusBesarBahasaIndonesiaEdisiKetiga,TimRedaksi.(2007).KamusBesarBahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:Balai Pustaka
Koentjoro.(2003). Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Jakarta: Setia Purna Inues
Maya, N. (2010). Interaksi Sosial Antara Etnis Jawa dengan Etnis Gayo di kecamatan Bukit Kabupaten BenerMeriah.Skripsi.FKIP Unsyiah. Murdiyatmoko, J. (2007). Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Bandung: Grafindo Media Pratama Narwoko,
J
&
Suyanto,
B.
(2004).Sosiologis
Teks
Pengantar
dan
Terapan.Jakarta: Kencana
Perlmutter, A. (2000). Militer dan Politik.Jakarta: PT. Grafindo Persada
Poloma, M. M. (2013). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers
Rahman, D. T. (2000).Panduan Belajar Sosiologi. Bogor: Yudhistira
Ritzer, G & Goodman. D. J. (2005). Teori Sosiologi Modern.Jakarta : Kencana. Diterjemahkan oleh Alibama
Sabrina
D.
(2008).
Cerita
Dari
Istri
Tentara.
Diunduh
melalui:
https://dinnasabriani.wordpress.com/2008/12/01/cerita-dari-istri-tentara/. Santoso, S.(2010). Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Setiadi, E. M & Kolip, U. (2011).Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
695
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:672-696 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP Setiadi, E. M. (2007). Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Soekanto, S. (2012).Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Sugiyono.(2010).Memahami Penelitian Kualitatif.Jakarta: Alfabeta Sunarto, K. (2000). Pengantar Sosiologi Edisi Kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Suryohadiprojo,
S.
(1999).Hubungan-Sipil
Militer
di
Indonesia:
Suatu
Pembahasan,Sebuah Makalah yang disajikan dalam Seminar Nasional Mencari Format Baru Hubungan Sipil-Militer. Jakarta: FISIP UI
Suyanto, B& Sutinah. (2006). Metode Penelitian Sosial:berbagaialternative pendekatan. Jakarta: PernadaMedia Wafik, I. (2012).Interaksi
Sosial
Antar
Kelompok
Islam.Skirpsi
tidak
diterbitkan.Yoygyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset Wulansari, D. (2009). Sosiologi: Konsep dan Teori. Bandung: PT Refika Aditama. Zeitlin, I. M. (1995).Memahami Kembali Sosiologi : Kritik terhadap teori sosiologi kontemporer. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil : Studi Kasus Di Asrama Rindam Iskandar Muda Mata Ie (Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:672-696
696