perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KINERJA PT. KAI (PERSERO) DAOP VI YOGYAKARTA DALAM PELAYANAN GERBONG KHUSUS WANITA KERETA API PRAMBANAN EKSPRES (PRAMEKS) (Studi Kasus Pada Stasiun Solo Balapan)
Oleh : YUNITA KURNIA SARI D 0107110 Skripsi Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Afraid to be fail is the beginning of failure. Willing to be success is the feeling that have to exist to empower your efforts. This is your life. (Mario Teguh)
Whatever you are, be a good one (Abraham Lincoln)
Obstacles are those frightening things that become visible when we take our eyes off our goals. (Henry Ford)
Live as if you were to die tomorrow, learn as if you were live forever. (Mahatma Gandhi)
The biggest adventure that u can ever take is to live the life of your dreams. (Oprah Winfrey)
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN I’m here to thank the people whom I’ve learned so much from, and the birth of this mini thesis are in large part due to the hard work and great supports of the followings: © My Lord, my Savior, Allah SWT for every blessing, may the talent that You have bestowed upon me will never go to waste. © My number one supporters, beloved mom and dad, for support me in everything I do, for being the greatest parent eventhough not perfect. © My lil’ sistah Anik and Dyah for being sweet sistahood, be good girls! Mbak love u two. © My baby boo Nur Hendra Setyawan for love and affection that u gave to me, thanks for being beside me in both happy and sorrow. Love you like there’s no tomorrow. © My besties Adya, Ria, Lisa,Farisa, Utik, Amel, and Kiki for every single cry and laugh, for a zillion silly things we did that put a big smile on my face. © All of my friends in AN 2007 for the warm friendship and togetherness which is irreplaceable. Love ya’ll. © And last but not least for those who help me to finish this in their own way, thank a bunch too.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati senantiasa penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kasih karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “KINERJA PT. KAI (PERSERO) DAOP VI YOGYAKARTA DALAM PELAYANAN GERBONG KHUSUS WANITA KERETA API PRAMBANAN EKSPRES (Studi Kasus Pada Stasiun Solo Balapan)”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas dan memenuhi persyaratan akademik dalam menyelesaikan program studi pada Universitas Sebelas Maret Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Sejak dari awal hingga akhir selesainya penyusunan skripsi ini, penulis telah menerima banyak bantuan dari semua pihak sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Dra. Hj Lestariningsih, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat bermanfaat. 2. Rina Herlina, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini. 3. Drs. Sudarto, M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Unversitas Negeri Sebelas Maret. 4. Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. 5. Pegawai PT. KAI (Persero) baik yang berada di Daop VI Yogyakarta maupun di Stasiun Solo Balapan, yang telah membantu dalam memberikan data dan informasi demi kelancaran penyusunan skripsi ini. 6. Informan yang telah membantu memberikan tanggapan dan informasi dalam penyusunan skripsi ini.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Keluargaku atas segala curahan kasih sayang, dukungan, semangat, dan dorongan baik material dan spiritual. 8. Nur Hendra Setyawan yang selalu setia menemani dan membantu dalam penyusunan skripsi ini. 9. Sahabat-sahabatku Adya, Ria, Amel, Farisa, Lisa, Utik, dan Kiki yang selalu memberikan suntikan semangat dan optimisme dalam penyusunan skripsi ini. 10. Teman-temanku, Titi, Lusy, Febri, Intan, Ike, Wulan, Ripi, Miftah dan segenap teman-teman AN ‘07 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas persahabatan dan kekompakannya selama ini. 11. Semua pihak yang telah membantu dan menemani penulis yang karena keterbatasan hal ini tidak dapat disebutkan satu persatu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila masih ada kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima sebagaimana adanya dengan segala keterbatasan dan kesederhanaan.
Surakarta,
April 2011
Penulis
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ..........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................
iii
HALAMAN MOTTO ...........................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................
v
KATA PENGANTAR ........................................................................
vi
DAFTAR ISI .......................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..............................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
xi
ABSTRAK ..........................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..
1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………
1
B. Perumusan Masalah ………………………………………….
12
C. Tujuan Penelitian……………………………………………..
13
D. Manfaat Penelitian…………………………………………....
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………… A. Kinerja…………………………………………………………
15
B. Pelayanan………………………………………………………
32
C. Gerbong Khusus Wanita..……………………………………...
34
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Kinerja PT. KAI Daop VI Yogyakarta……………………….
38
E. Kerangka Berfikir……………..……………………………...
42
BAB III METODE PENELITIAN……………………………...……
46
A. Jenis Penelitian………………………………..……………..
46
B. Lokasi Penelitian…………………………………………….
47
C. Teknik Pengambilan Sampel…………………………………
47
D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………..
49
E. Validitas Data……………………………………………….
50
F. Teknik Analisis Data…………………………………………
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………….
55
A. Hasil Penelitian……………………………………………….
55
B. Pembahasan…………………………………………………..
93
1. Tangible………………………………………………
96
2. Responsivitas…………………………………………
119
3. Responsibilitas………………………………………..
130
4. Akuntabilitas………………………………………….
137
BAB V PENUTUP……………………………………………………..
153
A. Kesimpulan……………………………………………………..
153
B. Saran……………………………………………………………
156
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel:
Halaman
Tabel 1.1
Laporan Jumlah Penumpang KA Tahun 2005-2009…….. .
6
Tabel 1.2
Jadwal Perjalanan KA Prameks………………………. ......
10
Tabel 4.1 Kepegawaian Stasiun Solo Balapan Berdasar Struktur Organisasi.............................................................................
84
Tabel 4.2 Kepegawaian Stasiun Solo Balapan Berdasar Tingkat Golongan Pegawai…………………………………………
84
Tabel 4.3 Volume Penumpang Prameks Tahun2006-2010…. ............ 144 Tabel 4.4 Target dan Realisasi Penumpang KA Prameks Tahun 2011
145
Tabel 4.5 Target dan Realisasi Pendapatan KA Prameks Tahun 2011. 145 Tabel 4.6 Biaya Pemakaian BBM dan Pelumas…………………....... 146
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Daftar Gambar:
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir…………………………............
43
Gambar 3.1 Skema Model Analisis Interaktif…………………………
54
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. KAI…………………..................
74
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Stasiun Solo Balapan………………..
87
Gambar 4.3 Cakupan Sarana dan Prasarana PT. KAI…...……………
99
Gambar 4.4 Lingkar Pelayanan di Stasiun............................................
114
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Yunita Kurnia Sari, D 0107110, “Kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres (Studi Kasus Pada Stasiun Solo Balapan) ”. Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Perkembangan dan persaingan transportasi massal khususnya di jalur darat telah menampakkan hasilnya, terutama di kawasan Solo-Yogyakarta. Hal ini sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk dan mobilitas masyarakat kedua kota yang semakin lama semakin meningkat drastis. Diharapkan dengan adanya KA Prameks ini mobilisasi masyarakat sekitar Solo-Yogyakarta akan lebih meningkat dan masyarakat dapat merasakan pelayanan yang lebih baik dan nyaman. KA Prameks dilengkapi pula dengan sebuah gerbong khusus wanita untuk menghargai kaum wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta dalam pelayanan gerbong khusus wanita KA Prameks. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori menurut Ratminto dan Atik. Indikator-indikator yang dipilih adalah tangible, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas. Indikator-indikator tersebut digunakan dengan alasan ingin mengetahui sejauh mana proses pelayanan diberikan, artinya indikator tersebut lebih menekankan pada proses. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Untuk menjamin validitas data yang digunakan penulis menggunakan teknik trianggulasi data dan analisa pemikiran yang digunakan adalah analisa model interaktif yaitu reduksi data, pengumpulan data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta masih terdapat banyak kekurangan misalnya pada indikator tangible, responsibilitas, dan akuntabilitas, sedangkan untuk indikator responsivitas sudah cukup baik. Untuk indikator tangible, sarana yang dimiliki PT. KAI masih kurang karena hanya terdapat tiga set kereta. Responsibilitas PT.KAI juga masih rendah,terlihat dari seringnya terjadi keterlambatan kereta atau mogok. Begitu pula dengan akuntabilitas, tidak ada transparansi yang jelas kepada masyarakat. Sedangkan untuk responsivitas, PT.KAI sudah berusaha untuk memenuhi keinginan penumpang.
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Yunita Kurnia Sari, D 0107110, “The Performance of PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta in Ladies Railway Service of Prambanan Exspress (Case Study at Solo Balapan Station)”. A thesis, Department of Administrative Sciences, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta. Development and competition, especially in mass transportation has appeared landline results, especially in the Yogyakarta-Solo region. This is as a result of the increased mobility of the population and the urban society increasingly improved dramatically. Hopefully with this Prameks railway, community mobilization around Solo-Yogyakarta will be increased and the public can feel better service and comfort. Prameks railway also completed with one ladies railway to give achievement for ladies. This research aim to find out how the performance of PT. KAI Daop VI Yogyakarta in Ladies Railway Service of Prambanan Exspress was. The theory that used in this research is by Ratminto and Atik. Indicators that chosen in this research are tangible, responsiveness, responsibility, and accountibility. Those indicators have been used because the author wants to find out how the service has been given to the customer, it means those indicators are process oriented. This research can be classified as descriptive qualitative research. Data colecting method was using interview, observation, and documentation. To guarantee the validity of the data used in this research, the writer used data triangulation method and the thought analysis used was Interactive Model Analysis, those was: data reduction, data colection, and taking conclusion. Based on the result of the research it was known that the performance of PT. KAI Daop VI Yogyakarta were still have some disadvantages for example on tangibles, responsiveness, and accountability,but for responsiveness it was said quite good. For tangible, the infrastructures still have some disadvantages because there was only have three set of train. Responsibility of PT.KAI still low also, it can be seen from the late and break down of the rail. And accountability as well there’s no clear transpiration to citizens. For responsiveness, there was a will from PT.KAI to fulfill what citizens wanted.
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari segala sesuatu yang berhubungan dengan sektor jasa, salah satunya adalah transportasi, baik transportasi umum maupun transportasi pribadi. Transportasi sudah menjadi suatu kebutuhan yang sudah tidak dapat dihindari lagi, mulai dari desa hingga kota semua membutuhkannya. Manusia berpergian dari satu tempat ke tempat yang lain tentunya membutuhkan alat transportasi, baik itu melalui jalur darat, laut, maupun udara. Angkutan umum merupakan salah satu penggerak roda ekonomi baik secara langsung maupun tak langsung, karena berkaitan dengan banyak unsur ekonomi. Angkutan umum yang lancar akan membuat roda ekonomi berputar lebih cepat juga secara langsung berpengaruh pada mutu penikmat jasanya. Buruknya pelayanan angkutan umum bisa mempengaruhi tingkat produktivitas manusia yang sedang menjalani proses produksi di berbagai bidang profesi. Transportasi merupakan sarana perkembangan yang penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan. Pentingnya transportasi tersebut tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan akan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang sebagai akibat meningkatnya to user pemukiman yang semakin luas. perkembangan penduduk dancommit pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka perlu adanya penyediaan jasa transportasi yang makin meningkat baik jumlah maupun kualitas yang mencakup keamanan, kenyamanan, tepat waktu dan efisien. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan jasa transportasi maka semakin banyak perusahaan yang bergerak di bidang tranportasi sehingga akan meningkatkan pula persaingan dalam bidang transportasi. Oleh karena itu setiap perusahaan yang bergerak di dalamnya harus memiliki strategi yang efektif untuk memenangkan persaingan. Kereta api merupakan salah satu sarana transportasi yang cukup banyak diminati oleh masyarakat Indonesia untuk melakukan perjalanan, juga merupakan sarana transportasi tertua karena sudah ada sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan transportasi publik dalam bidang perkeretaapian. Dalam beberapa dekade, perkeretaapian menjadi bisnis yang berkembang pesat. Karena memiliki beberapa kelebihan seperti yang tercantum pada UU No 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian, antara lain menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan Wawasan Nusantara, serta memperkukuh ketahanan nasional dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila commit to user dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. bahwa perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi dalam sistem
transportasi
nasional
yang
mempunyai
karakteristik
pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari moda transportasi lain, perlu dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun internasional, untuk menunjang, mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat; c. bahwa Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3479) tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan hukum dalam masyarakat, perkembangan zaman, serta ilmu pengetahuan dan teknologi; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu dibentuk Undang-Undang tentang Perkeretaapian. Dengan keunggulan dan karakteristik perkeretaapian tersebut, peran perkeretaapian perlu lebih ditingkatkan dalam upaya pengembangan sistem transportasi
nasional
secara
terpadu.
Untuk
itu,
penyelenggaraan
perkeretaapian yang dimulai dari pengadaan, pengoperasian, perawatan, dan pengusahaan perlu diatur dengan sebaik-baiknya sehingga dapat terselenggara angkutan kereta api yang menjamin keselamatan, aman, nyaman, cepat, tepat, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tertib, efisien, serta terpadu dengan moda transportasi lain. Dengan demikian, terdapat keserasian dan keseimbangan beban antarmoda transportasi yang mampu meningkatkan penyediaan jasa angkutan bagi mobilitas angkutan orang dan barang. Penyelenggaraan perkeretaapian telah menunjukkan peningkatan peran yang penting dalam menunjang dan mendorong kegiatan perekonomian, memantapkan pertahanan dan keamanan, memperlancar kegiatan pemerintahan, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta meningkatkan hubungan antar bangsa. Dengan adanya perkembangan teknologi perkeretaapian dan perubahan lingkungan strategis yang semakin kompetitif dan tidak terpisahkan dari sistem perekonomian internasional yang menitikberatkan pada asas keadilan, keterbukaan, dan tidak diskriminatif, dipandang perlu melibatkan peran pemerintah daerah dan swasta guna mendorong kemajuan penyelenggaraan perkeretaapian nasional. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian, kondisi perkeretaapian nasional yang masih bersifat monopoli dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain kontribusi perkeretaapian terhadap transportasi nasional masih rendah, prasarana dan sarana belum memadai, jaringan masih terbatas, kemampuan pembiayaan terbatas, tingkat kecelakaan masih tinggi, dan tingkat pelayanan masih jauh dari harapan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, peran pemerintah dalam penyelenggaraan perkeretaapian perlu dititikberatkan pada pembinaan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meliputi penentuan kebijakan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan dengan mengikutsertakan peran masyarakat sehingga penyelenggaraan perkeretaapian dapat terlaksana secara efisien, efektif, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan tetap berpijak pada makna dan hakikat yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
serta dengan
memperhatikan
perkembangan
lingkungan strategis, baik nasional maupun internasional, terutama di bidang perkeretaapian,
Undang-Undang
Nomor
13
Tahun
1992
tentang
Perkeretaapian perlu diganti. Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian, mengamanahkan perubahan fungsi pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sebagai pembina penyelenggaraan perkeretaapian semakin menonjol. Pembinaan perkeretaapian bertujuan untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional. Kementerian Perhubungan yang mempunyai kewenangan dalam meregulasi kegiatan transportasi kereta api harus melakukan standar pelayanan minimal (SPM) yang baku sehingga menguntungkan bagi semua pihak (pemerintah,operator dan pemakai jasa). Selain itu kemajuan teknologi perkeretaapian dan tuntutan globalisasi yang mengarah pada persaingan yang makin ketat menuntut peningkatan kualitas maupun kuantitas pelayanan. Berdasarkan uraian diatas, studi mengenai standar pelayanan di bidang transportasi kereta api sangat penting untuk dilaksanakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pelanggan memang harus dipuaskan agar tidak meninggalkan perusahaan atau beralih menjadi pelanggan perusahaan lain yang dapat menyediakan produk atau jasa bermutu dan pelayanan lebih baik. Kondisi ketidakpuasan pelanggan akan menurunkan penjualan dan pada gilirannya akan menurunkan keuntungan perusahaan. Dalam hal ini sering terjadi ketidaksesuaian (bias) antara apa yang sebetulnya diinginkan dan dibutuhkan pengguna jasa dengan kinerja yang dimiliki oleh produk/jasa itu sendiri. Kinerja yang diberikan perusahaan melalui produk adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan pelanggan. Namun, disisi lain pelanggan memiliki harapan (expectation) sendiri dan selalu berpengaruh terhadap penilaian apakah kinerja yang diterima dan dirasakan sudah sesuai dengan keinginana dan kebutuhannya. Sampai saat ini kereta api masih dianggap sebagai tulang punggung sistem transportasi darat di berbagai wilayah di belahan dunia, baik untuk angkutan barang ataupun penumpang. Berikut adalah tabel laporan volume penumpang Daop VI Yogyakarta selama lima tahun terakhir : Tabel 1.1 Volume Penumpang Kereta Api Tahun 2005-2009 (orang) No
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
1
Macam Eksekutif
489.086
489.086
570.562
694.467
699.129
2
Bisnis
563.009
563.009
571.562
697.727
757.246
3
Ekonomi
960.769
1.183.297 1.134.975 1.423.932 1.714.998 commit to user
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lanjutan 4
Lokal Bisnis
5
Lokal Ekonomi Jumlah
1.005.756 1.131.524 1.258.974 2.083.086 2.753.248 6.343
10.982
9.562
26.466
51.625
3.024.963 3.423.855 3.545.608 4.925.678 5.976.246
Sumber: Daop VI Yogyakarta. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penumpang kereta api semakin bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kereta api merupakan moda transportasi yang masih banyak diminati oleh masyarakat. Namun, peningkatan yang cukup signifikan tersebut sering kali tidak diikuti pula dengan kualitas pelayanan yang prima kepada penumpang. Pelayanan jasa PT. KAI (Persero) yang masih minim ini seringkali menjadi masalah bagi pengguna jasa kereta api baik pengguna jasa kereta kelas eksekutif, bisnis maupun ekonomi. Aspek operasional dan keselamatan angkutan kereta api juga mengundang keprihatinan. Frekuensi gangguan lokomotif mogok, gangguan persinyalan serta telekomunikasi, tabrakan kereta api juga keterlambatan tiba maupun berangkat cenderung meningkat. Dhal tersebutlah yang mengakibatkan kinerja PT. KAI (Persero) juga masih memprihatinkan. Dalam aspek pelayanan, selalu mengundang keluhan masyarakat pengguna jasa angkutan kereta api. Keluhan-keluhan mulai dari kondisi toilet usermengenai rasa tidak nyaman dan di atas kereta api yang tidakcommit bersih,tojuga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak aman masyarakat dalam menggunakan jasa angkutan kereta api ekselutif, bisnis dan khususnya pada kereta api ekonomi karena pada hari-hari sibuk jumlah penumpang seringkali melebihi batas maksimal yang dapat ditampung gerbong kereta api, akibatnya penumpang penuh sesak dan saling berdesakan. Kemudian sistem penjualan tiket yang masih menghadapi berbagai kendala diantaranya masalah percaloan dapat menjadi salah satu faktor yang merugikan bagi PT. KAI (Persero), yaitu dapat berupa menurunnya tingkat pengguna jasa kereta api. Dan tentu saja hal ini akan memberikan efek negatif bagi PT. KAI (Persero) untuk dapat bersaing dengan perusahaan transportasi lainnya, seperti bus, pesawat terbang, dan sebagainya. Sebagai BUMN yang berbentuk Persero, PT. KAI (Persero) memang berhak mencari keuntungan (profit oriented) dalam penyelenggaraan pengangkutan melalui kereta api komersial (eksekutif dan bisnis). Tetapi sebagai badan hukum publik, PT. KAI (Persero) juga berkewajiban untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat luas termasuk penumpang kelas ekonomi. Para penumpang kereta api banyak mengeluhkan buruknya pelayanan kereta api mulai dari pembelian tiket sampai diatas gerbong dalam perjalanan. Hal ini dapat dilihat banyaknya keluhan dari para penumpang ataupun calon penumpang tentang buruknya pelayanan para pegawai kereta api. Setiap perusahaan menginginkan konsumen merasa puas terhadap pelayanan atau barang dan jasa yang telah dibelinya. Kepuasan adalah tingkat perasaan commit to user seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil kerja yang dirasakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan harapannya. Apabila kinerja di bawah harapan, maka konsumen akan kecewa, bila kinerja sesuai dengan harapan, maka konsumen akan merasa puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, konsumen akan merasa sangat puas. Harapan konsumen dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya, serta janji dan informasi pemasar dan saingannya. Konsumen yang merasa puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan. Perusahaan harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh konsumen yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan konsumennya. Peranan kereta api sebagai sarana transportasi menjadi semakin penting untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam gerak laju bisnis, mendorong pariwisata dan lain sebagainya. Visi kereta api adalah penyedia jasa kereta api sebagai pilihan utama dari jasa transportasi, yang artinya di masa depan kereta api menjadi peran utama dalam dinamika penyediaan jasa transportasi di negara ini. Perkembangan dan persaingan transportasi massal khususnya di jalur darat telah menampakkan hasilnya, terutama di kawasan Yogyakarta - Solo. Hal ini sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk dan mobilitas masyarakat kedua kota yang semakin lama semakin meningkat drastis. Hal ini yang menjadi salah satu faktor utama penyebab kemacetan dan kecelakaan lalu lintas yang semakin meningkat pula sehingga mengakibatkan commit to user terancamnya tingkat keselamatan dan keamanan pengguna jalan raya. Adapun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak yang berwenang khususnya Kementerian Perhubungan dalam melakukan pembenahan dan pembaharuan sistem pelayanan jasa transportasi angkutan umum sebagai alternatif transportasi massal tambahan yang diharapkan mampu menangani arus mobilitas penduduk dua kota tersebut. Sementara itu PT. KAI (Persero) memiliki Kereta api Rel Diesel Elektrik (KRDE) yang bernama KA Prambanan Ekspres (Prameks) yang melayani jalur Solo-Yogyakarta-Kutoarjo. Kereta ini merupakan karya anak bangsa di PT INKA, dengan menggunakan KRDE, selain relatif lebih murah, juga lebih cepat, aman dan nyaman terutama untuk melayani angkutan perkotaan. Berikut adalah tabel jadwal perjalanan kereta api Prameks dari Solo menuju Yogyakarta: Tabel 1.2 Jadwal perjalanan KA Prameks relasi Solo-Yogyakarta-Kutoarjo per 1 Maret 2010 Berangkat Dari Stasiun Solo Balapan: Jam Berangkat No Prameks 05.35 1 Prameks 1 06.50 2 Prameks 3 08.45 3 Prameks 5 10.35 4 Prameks 7 11.45 5 Prameks 9 12.35 6 Prameks 11 15.15 7 Prameks 13 16.15 8 Prameks 15 17.54 9 Prameks 17 18.53 10 Prameks 19 Sumber : Stasiun Solo Balapan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari jadwal perjalanan kereta api Prameks tersebut diatas dapat dilihat bahwa kereta api Prameks melakukan perjalanan sebanyak 10 (sepuluh) kali dari Solo menuju Yogyakarta maupun sebaliknya. Tingginya intensitas perjalanan ini menunjukkan bahwa masyarakat masih berminat melakukan perjalanan dengan kereta api Prameks untuk bepergian antara Solo dan Yogyakarta, selain harga tiket yang cukup terjangkau baik bagi kalangan pelajar yang kebanyakan adalah mahasiswa dan pekerja baik dosen maupu akademisi yang menglajo, perjalanan yang ditempuh juga relatif lebih cepat dibandingkan dengan naik kendaraan umum lainnya seperti bus. Diharapkan dengan adanya KA Prameks ini mobilisasi masyarakat sekitar Solo-Yogyakarta akan lebih meningkat dan masyarakat dapat merasakan pelayanan yang lebih baik dan nyaman. Dan juga mampu mengurangi kepadatan lalu lintas jalan raya Solo-Yogyakarta. Selain itu diharapkan dapat mendukung pariwisata alam dan budaya Solo dan Yogyakarta sehingga dapat berfungsi meningkatkan peran transportasi kereta api secara nasional. PT. KAI (Persero) Daerah Operasional (Daop) VI Yogyakarta melengkapi rangkaian Kereta Api Prameks tujuan Solo-Yogyakarta-Kutoarjo dengan satu gerbong khusus untuk penumpang perempuan. Gerbong tersebut resmi diluncurkan mulai Sabtu 4 September 2010. Gerbong tersebut berkapasitas sekitar 106 penumpang. Penambahan gerbong tersebut dimaksudkan
untuk
meningkatkan kenyamanan commit to user bertransportasi, khususnya bagi para wanita.
konsumen
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kereta Api Indonesia serius dalam penerapan gerbong khusus wanita dan Daop VI Yogyakarta menyediakan khusus untuk tujuan Solo serta Yogyakarta. Anggota DPD GKR Hemas sekaligus Ratu Keraton Yogyakarta datang dalam acara peluncuran kereta Prameks dengan gerbong khusus untuk wanita dan didampingi Walikota Yogyakarta Herry Zudianto di stasiun Tugu Yogyakarta dan GKR Hemas menilai, setelah peluncuran ini PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta harus memiliki tanggung jawab untuk melayani konsumen dengan lebih baik. Tujuan disediakan Gerbong khusus wanita sebagai bentuk pelayanan, keamanan dan kenyaman bagi penumpang yang membutuhkan perhatian khusus seperti para wanita atau ibu yang menyusui serta lansia, dan juga untuk menghindari adanya tindak pelecehan dari penumpang lainnya. Namun dalam prakteknya tentunya tidak semudah yang dibayangkan, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi dari pihak provider serta komunikasi yang baik kepada konsumen, karena masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki untuk memberikan pelayanan yang prima kepada konsumen. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis menentukan judul penelitian ini sebagai berikut : “Kinerja PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) Studi Kasus Pada Stasiun Solo Balapan” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : ” Bagaimana Kinerja PT Kereta Api (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres (Studi Kasus Pada Stasiun Solo Balapan)?”
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Operasional Untuk mengetahui bagaimanakah kinerja PT Kereta Api (Persero) Daop VI Yogyakarta dalam pelayanan gerbong khusus wanita kereta api Prambanan Ekspres (Prameks) studi kasus pada Stasiun Solo Balapan. 2. Tujuan Fungsional Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, sebagai bahan pemikiran dalam meningkatkan kinerja PT Kereta Api (Persero) Daop VI Yogyakarta dan Daop-daop lainnya secara umum, dan di Stasiun Solo Balapan secara khusus. 3. Tujuan Individual
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) berguna untuk memberi bahan pertimbangan secara ilmiah yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur kinerja dan untuk meningkatkan eksistensi PT. Kereta Api Indonesia (Persero), khususnya Daop VI Yogyakarta. 2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi instansi-instansi terkait PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VI Yogyakarta. 3. Bagi penulis, merupakan kesempatan untuk menerapkan teori yang diperoleh ke dalam praktek nyata. Sehingga dapat melatih cara berfikir sistematis di samping belajar mengembangkan kemampuan profesional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KINERJA 1. Pengertian Kinerja Pengertian kinerja menurut Bernardin dan Russel (1993 : 379) dalam Yeremias T. Keban mendefinisikan “performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during specified time period” kinerja sebagai catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. (Yeremias T. Keban, hal 192 ). Menurut kamus Illustracted Oxford Dictionary (1998 : 606) dalam Yeremias T. Keban, istilah ini menunjukkan “the execution or fulfilment of a duty” (pelaksanaan atau pencapaian dari suatu tugas), atau “a person’s achievement under test condition etc” (pencapaian hasil seseorang ketika diuji, dsb) Menurut International Journal of Public Sector Management Vol. 22 No. 6, 2009 adalah sebagai berikut: “A crucial element of a performance management system is performance measurement – monitoring that shows where change is required and which will in turn produce the desired behaviour that will produce improved performance. Performance measurement is quantifying, either quantitatively or qualitatively, the input, output or level of activity of an event or process. Performance management is action, based on performance measures and reporting, which results in improvements in behaviour, and processes and promotes commitmotivation to user innovation” (Elemen penting dalam sistem manajemen kinerja adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengukuran kinerja-yaitu suatu kegiatan monitoring atau pemantauan atas perubahan yang telah ditetapkan dalam menghasilkan hal-hal yang dapat meningkatkan kinerja. Pengukuran kinerja adalah menghitung baik secara kuantitaif maupun kualitatif, dari input maupun output dari tingkatan aktifitas kegiatan atau proses. Manajemen kinerja adalah kegiatan, berdasarkan pengukuran kinerja dan laporan dimana hasilnya akan meningkatkan sikap, motivasi, proses dan mengembangkan inovasi. (Karen Fryer, Antony, Susan Ogden www.emeraldinsight.com International Journal of Public Sector Management Vol. 22 No. 6, 2009).
Pengertian kinerja menurut Joko Widodo pada hakekatnya berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. (Joko Widodo, 2005: 79) Sedangkan
John
Withmore
dalam
Lijan
Poltak
Sinambela
mengemukakan bahwa kinerja merupakan ekspresi potensi seseorang dalam memenuhi tanggung jawabnya dengan menetapkan standar tertentu. Untuk memberikan kinerja yang optimal perlu ditetapkan standar kinerja yang jelas, yang dapat menjadi acuan bagi seluruh pegawai. Kinerja pegawai akan tercipta jika pegawai dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. (Lijan Poltak Sinambela, 2006 : 138) Menurut Bastian dalam Hessel Nogi Tangkisilan mengemukakan bahwa kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian hasil pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam upaya mewujudkan sasaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tujuan, visi dan misi organisasi tersebut. (Hessel Nogi Tangkilisan, 2005 : 25).
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Ruky dalam Tangkilisan mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut : a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut. b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi. c. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan kebersihan. d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan. e. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi. f. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi, dan lain-lain. (Tangkilisan , 2007 : 180). Soesilo dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi di masa depan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi.
b.
Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi.
c. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan untuk bekerja dan berkarya secara optimal. d. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi. e. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas organisasi. (Tangkilisan, 2007 : 180-181) Atmosoeprapto dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal berikut ini : a. Faktor eksternal yang terdiri dari : 1) Faktor
politik,
yaitu
hal
yang
berhubungan
dengan
keseimbangan kekuasaan Negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara maksimal. 2) Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu sistem ekonomi yang lebih besar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.
b.
Faktor internal yang terdiri dari : 1) Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin diproduksi oleh suatu organisasi. 2) Struktur organisasi, sebagai desain antara fungsi yang akan dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada. 3) Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota organisasi
sebagai
penggerak
jalanya
organisasi
secara
keseluruhan. 4) Budaya organisasi, yaitu gaya identitas suatu organisasi dalam pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan. (Tangkilisan, 2007 : 181-182) Menurut
Mahmudi,
kinerja
merupakan
suatu
konstruksi
multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah: a. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, ketrampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer terhadap team leader. c. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim. d. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, dan kultur kerja dalam organisasi. e. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal. (Mahmudi, 2005 : 21) 3. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Tanggung jawab utama manajer sektor publik adalah untuk mengelola kinerja organisasi. Pengelolaan kinerja meliputi perencanaan, manajemen sumber daya organisasi, penyediaan pelayanan publik, penilaian kinerja serta pelaporan kinerja. Indikator kinerja memiliki peran kunci di dalam mengelola kinerja disemua level organisasi, baik dilevel strategis maupun operasional atau teknis. Menurut Broadnax et al, dalam Arie Halachmi mengenai pengukuran kinerja adalah sebagai berikut: “Performance measurement can help you drive progress toward your goals. Resist the tendency to treat performance goals and measurements as just a legal requirement. Don’t squander a powerful lever for change” (Pengukuran kinerja dapat membantu anda untuk commit to user mencapai tujuan. Cenderung menolak untuk membahas tentang tujuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan pengukuran kinerja sebenarnya tidak masalah. Namun, jangan siasiakan pengungkit besar untuk perubahan. (Broadnax et al, dalam Arie Halachmi www.emeraldinsight.com International Journal of Productivity and Performance Management Vol. 60 No. 1, 2011). Pengukuran kinerja menjadi suatu keharusan bagi setiap unit organisasi instansi pemerintah, karena: a. Jika kinerja tidak diukur, maka tidak mudah membedakan antara keberhasilan dan kegagalan. b. Jika suatu keberhasilan tidak diidentifikasi, maka kita tidak dapat menghargainya. c. Jika keberhasilan tidak dihargai, kemungkinan besar malahan menghargai kegagalan. d. Jika tidak mengenali keberhasilan, berarti juga tidak akan bisa belajar dari kegagalan. (Widodo 2007:94) Menurut Widodo (2007:95) pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan cara: a. Membandingkan antara rencana dengan realisasi b. Realisasi tahun ini dengan tahun lalu c. Membandingkan organisasi lain yang sejenis d. Membandingkan antara realisasi dengan standarnya (Widodo 2007:95) Pengertian indikator kinerja menurut Mahmudi adalah suatu saran atau alat (means) untuk mengukur hasil suatu aktivitas, kegiatan, atau proses, commit to user dan bukan hasil atau tujuan itu sendiri (ends).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut BPKP (2000) dalam Mahsun indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Joko Widodo (2007:95) pengukuran kinerja merupakan aktivitas menilai kinerja yang dapat dicapai organisasi, dalam melaksanakan kegiatan berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Inti aktivitas pengukuran kinerja yakni melakukan penilaian dan untuk melakukan penilaian
tentunya
dibutuhkan
standar
penilaian.
Dan
menurutnya
pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan cara: a. Membandingkan antara rencana dengan realisasi b. Realisasi tahun ini dengan tahun lalu c. Membandingkan organisasi lain yang sejenis d. Membandingkan antara realisasi dengan standarnya (Widodo 2007:95). Menurut Lohman dalam Mahsun pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. (Mahsun, 2009 : 25). Whittaker dalam Mahsun menjelaskan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. (Mahsun, 2009 : 25-26). Robertson (2002) dalam Mahsun menjelaskan bahwa pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. (Mahsun, 2009 : 25-26). Pengukuran kinerja mempunyai beberapa manfaat. Simon dalam Mahsun menyebutkan bahwa pengukuran kinerja membantu manajer dalam memonitor implementasi stategi bisnis dengan cara membandingkan antara hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Dari manfaat ini dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
dan
akuntabilitas. (Mahsun, 2009 : 26). Dalam pengukuran kinerja terdapat beberapa elemen yang bersifat pokok. Elemen pokok pengukuran kinerja organisasi/instansi menurut Mahsun adalah sebagai berikut : a. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi Tujuan adalah pernyataan secara umum (belum secara eksplisit) tentang apa yang ingin dicapai organisasi, sasaran merupakan tujuan organisasi yang sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batasan waktu yang jelas, strategi adalah cara atau teknik yang digunakan organisasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk mencapai tujuan dan sasaran. Tujuan, sasaran, dan strategi tersebut ditetapkan dengan berpedoman pada visi dan misi organisasi.
b. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung. Indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai ketercapaian tujuan, sasaran, strategi. Indikator kinerja dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama dan indikator kinerja kunci, faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini menggambarkan preferensi manajerial dengan memperhatikan variabel-variabel kunci finansial dan non finansial pada kondisi waktu tertentu. Faktor keberhasilan utama ini harus segera konsisten mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi. Sedangkan indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun non finansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja. c. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan. Analisis antara hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja ini menghasilkan penyimpangan positif, penyimpangan negatif,
atau
penyimpangan
nol.
Penyimpangan
positif
berarti
pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai serta melampau indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan negatif berarti pelaksanaan kegiatan belum mencapai indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan nol berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai atau sama dengan indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. d. Evaluasi kinerja Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima informasi mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi. Capaian kinerja organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran tertentu. Informasi capaian kinerja dapat dijadikan feedback dan reward-punishment, penilaian
kemajuan
organisasi
dan
dasar
peningkatan
kualitas
pengambilan keputusan dan akuntabilitas. (Mahsun, 2009 : 26-28) Menurut Dwiyanto dkk. Pengertian kinerja organisasi publik secara lengkap dapat dilihat dari dari beberapa indikator, yaitu sebagai berikut : a. Produktivitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output. b. Kualitas Layanan Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan inidikator kinerja organisasi publik. c. Responsivitas Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat,
menyusun
agenda,
dan
prioritas
pelayanan,
dan
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan
dengan
kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas commit to user menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
organisasi organisasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas yang rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula. d. Responsibilitas Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas. e. Akuntabilitas Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat
dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan
kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang commit to user berkembang dalam masyarakat. (Agus Dwiyanto, 2006 : 50-51).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Zeithaml, Parasuraman & Berry (1990) dalam Ratminto & Atik juga mengungkapkan beberapa indikator kinerja, yaitu : tangibles, reliability, responsiveness, assurance, empathy. 1) Tangibles atau ketampakan fisik, artinya petampakan fisik dari gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh provider. 2) Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat. 3) Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas. 4) Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan kepada customers. (Ratminto & Atik, 2007: 177) Sementara itu Lenvine dalam review literatur yang diketemukan oleh Ratminto dan Atik dalam buku “Manajemen Pelayanan” mengemukakan tiga konsep yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur kinerja organisasi publik, yakni responsivitas (responsiveness), responsibilitas (responsibility) dan akuntabilitas (accountability). 1) Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap providers terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers. 2) Responsibility
atau
responsibilitas
adalah
suatu
ukuran
yang
to user pemberian pelayanan publik itu menunjukkan seberapacommit jauh proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. 3) Accountability
atau
akuntabilitas
adalah
suatu
ukuran
yang
menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang di masyarakat. (Ratminto & Atik, 2007 : 177) Menurut Ratminto dan Atik, indikator kinerja dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu indikator kinerja yang berorientasi pada proses dan indikator kinerja yang berorientasi pada hasil. Indikator-indikator tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Ukuran yang berorientasi pada hasil 1) Efektivitas Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi. Akan tetapi pencapaian tujuan ini harus juga mengacu pada visi organisasi. 2) Produktivitas Produktivitas adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan pemerintah daerah untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan oleh masyarakat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Efisiensi Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran dan masukan. Idealnya Pemerintah Daerah harus dapat menyelenggarakan suatu jenis pelayanan tertentu dengan masukan (biaya dan waktu) yang sesedikit mungkin. Dengan demikian, kinerja Pemerintah Daerah akan menjadi semakin tinggi apabila tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan dengan biaya yang semurah-murahnya. 4) Kepuasan Kepuasan,
artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah
dapat
memenuhi kebutuhan karyawan dan masyarakat. 5) Keadilan Keadilan yang merata, artinya cakupan atau jangkauan kegiatan dan pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlakukan secara adil. b. Ukuran yang berorientasi pada proses 1) Responsivitas Adalah
kemampuan
provider
untuk
mengenali
kebutuhan
masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan
program-program
pelayanan
sesuai
dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap provider terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers. 2) Responsibilitas Ini adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan hukum atau peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan.
3) Akuntabilitas Ini adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan ukuranukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang di masyarakat. 4) Keadaptasian Keadaptasian adalah ukuran yang menunjukkan daya tanggap organisasi
terhadap
tuntutan
perubahan
yang
terjadi
di
lingkungannya. 5) Kelangsungan hidup Kelangsungan hidup artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah atau program pelayanan commit dapat to menunjukkan kemampuan untuk terus user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berkembang dan bertahan hidup dalam berkompetisi dengan daerah atau program lain. 6) Keterbukaan/transparansi Adalah bahwa prosedur/tata cara, penyelenggaraan pemerintahan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta. 7) Empati Empati adalah perlakuan atau perhatian Pemerintah Daerah atau penyelenggara jasa pelayanan atau providers terhadap isu-isu aktual yang sedang berkembang di masyarakat. (Ratminto & Atik, 2007: 179) Menurut Siagian (1999) dalam Keban, sistem evaluasi kinerja yang baik akan sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan, seperti mendorong peningkatan prestasi kerja, bahan pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan, kepentingan mutasi pegawai, penyusunan program pendidikan dan pelatihan, dan membantu pegawai dalam menentukan rencana kariernya. (Keban, 2004: 197). Evaluasi kinerja dalam Widodo merupakan kegiatan untuk menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi atau unit kerja, dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang dibebankan kepadanya, karena itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
evaluasi kinerja merupakan analisis dan interpretasi keberhasilan dan kegagalan pencapaian kinerja (Widodo 2007:94). Berdasarkan pengertian di atas jelas bahwa indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu. B. PELAYANAN 1. Pengertian pelayanan Menurut Sampara dalam Sinambela pelayanan adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pelayanan adalah usaha menyediakan kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang. Gronroos (1990:27) dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih mendefinisikan pelayanan sebagai suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan. Ivancevich, Lorenzi, Skinner dan Crosby (1997:448) dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih mengartikan pelayanan adalah produk-produk yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan. Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa ciri pokok pelayanan adalah tidak kasat mata (tidak dapat diraba) dan melibatkan upaya manusia (karyawan)
atau
peralatan
lain
yang
disediakan
oleh
perusahaan
penyelenggara pelayanan. 2. Pelayanan Publik Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993 yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 mendefinisikan pelayanan publik sebagai segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (Keputusan MENPAN Nomor 63/2003). Mengikuti definisi di atas, pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai gejala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Inu Kencana (1999:17) dalam Sinambela mendefinisikan pelayanan publik adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Sedangkan Mahmudi (2010: 223) mengartikan pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. C. Gerbong Khusus Wanita 1. Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) Kereta api Prambanan Ekspres (Prameks) merupakan nama bagi layanan transportasi kereta api yang menghubungkan Kutoarjo, Yogyakarta, dan Surakarta. Saat ini beroperasi dua belas kali pulang pergi dan dikelola oleh PT Kereta Api Daerah Operasional VI Yogyakarta. Cikal bakal kereta komuter yang melayani rute Yogyakarta-Solo berawal sejak tahun 1960-an hingga akhir 1970-an. Kereta tersebut bernama "Kuda Putih" (karena ada logo bergambar kuda di bagian atas jendela masinisnya) dan merupakan KRD pertama di Indonesia. Setelah Kuda Putih tidak aktif (dihentikan pada tahun 1980-an), tidak ada lagi kereta api komuter yang menghubungkan kedua kota itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KA Prameks Solo–Yogyakarta pergi pulang (PP) kali pertama diluncurkan tanggal 20 Mei 1994, dengan hanya menggunakan empat rangkaian kereta kelas bisnis lokal yang ditarik oleh lokomotif diesel dengan tarif Rp 2000,00. Rangkaian ini memakai kereta milik KA Senja Utama Solo yang beroperasi hanya pada malam hari. Awalnya KA itu berjalan hanya dua kali sehari pergi-pulang. Dalam kurun pengoperasiannya, KA Prameks telah mengalami beberapa kali perubahan jadwal pemberangkatan maupun sarana yang dipergunakan. Bahkan untuk periode yang singkat, ke dalam rangkaian ini pernah pula ditambahkan satu gerbong KA eksekutif dengan tarif Rp 5000,00. Setelah pola keberangkatannya diubah sesuai dengan keinginan pelanggan menjadi lima kali PP sehari, maka pada masa angkutan lebaran 1998, manajemen PT KAI (Persero) mengganti rangkaian kereta yang ditarik oleh lokomotif menjadi tiga set rangkaian KRD (Kereta Rel Diesel). KRD Prameks, beroperasi sejak 1998. Sekarang rangkaian ini dipakai untuk KRD Bumi Geulis Bogor-Sukabumi. Namun karena rangkaian KRD ini dianggap uzur (buatan tahun 1980an), KA Prameks sering mengalami kerusakan yang mengakibatkan keterlambatan. Akhirnya Ditjen KA Dephub (sekarang Kementerian Perhubungan) bersama manajemen PT KA menambah satu set armada Prameks berupa KRDE prototipe pertama dari PT INKA Madiun pada 1 Maret 2006. Rangkaian ini adalah yang pertama kali dioperasikan di commit to user Indonesia. KRDE ini merupakan modifikasi dari KRL buatan BN/Holec
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
("Belgien-Nederland-Holland Electric", perusahaan KA Belanda-Belgia), Belgia, yang dimodifikasi oleh PT INKA dengan mengganti sumber daya menggunakan satu mesin diesel. Kereta Api Prameks per rangkaian KRDE tersebut terdiri atas satu unit kereta mesin (engine, KDE) diesel, satu unit kereta co-trailer, dua unit kabin trailer dan satu unit trailer ditambah kabin masinis. KRDE ini diberi kode KDE-3, yang berarti KRDE kelas ekonomi. Sejak 13 Maret 2006, ditambahlah dua perjalanan KA Prameks ini menjadi tujuh kali PP. Seiring dengan dioperasikannya jalur rel ganda Yogyakarta-Kutoarjo pada 29 September 2007 dan sekaligus untuk memenuhi permintaan masyarakat Kulonprogo dan Kutoarjo, PT KA Daop VI Yogyakarta sejak 15 Oktober 2007 mulai melakukan uji coba perjalanan KA Prameks YogyakartaKutoarjo-Solo Balapan PP dengan pola operasi dua kali perjalanan sehari. Dengan bertambahnya dua set KRDE yang diluncurkan oleh Menteri Perhubungan di Stasiun Solo Balapan, 16 Februari 2008, pola operasi KA Prameks Solo-Yogyakarta mengalami peningkatan dari tujuh kali menjadi dua belas kali PP Solo - Yogyakarta - Kutoarjo. Kereta api ini juga sekarang berhenti di Stasiun Maguwo (Bandara Adisucipto), sebagai bagian dari sistem terpadu transportasi Yogyakarta yang menghubungkan sarana transportasi umum darat (bus Trans Jogja dan taksi), kereta api, dan pesawat terbang. 2. Gerbong Khusus Wanita commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kereta Api Indonesia serius dalam penerapan gerbong khusus wanita dan Daop VI Yogyakarta menyediakan khusus untuk tujuan Solo serta Kutoarjo dalam hal ini kereta Prameks, dan tujuan disediakannya gerbong khusus wanita ini sebagai bentuk pelayanan, keamanan dan kenyaman bagi penumpang yang membutuhkan perhatian khusus seperti para wanita atau ibu yang menyusui serta lansia, untuk menghindari adanya tindak pelecehan dari penumpang lainnya. Gerbong khusus wanita akan ditempatkan di rangkaian paling depan atau belakang. Tidak ada tarif khusus bagi penumpang perempuan yang akan menaiki gerbong itu. Harga tiket sama yakni Rp 9.000 per orang. Gerbong khusus wanita didesain dengan warna-warna yang lembut, selain itu juga diberi beberapa ornamen yang menimbulkan kesan feminim. Kereta yang dipergunakan sebagai gerbong khusus wanita hanya satu unit pada masingmasing set KRDE Prameks, yaitu kereta paling belakang. Namun sayangnya, fasilitas yang ada di gerbong khusus wanita ini tidak ada bedanya dengan gerbong biasa, artinya gerbong ini tidak dilengkapi dengan apa yang menjadi kebutuhan para wanita, misalnya saja toilet, yang tentu akan menyulitkan penumpang yang ingin buang air atau sekedar mengganti pembalut wanita. Kemudian tidak tersedia pula ruang tertutup untuk ibu menyusui, dan tangga yang dapat dijangkau oleh para lansia. Kereta khusus wanita ini diluncurkan langsung oleh Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan Walikota Yogyakarta Herry Zudianto di stasiun Tugu commit to user Yogyakarta, pada tanggal 4 September 2010. Kereta dengan gerbong khusus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
wanita ini merupakan wujud apresiasi penghargaan kepada kaum wanita. Terlebih pada tahun 2009 lalu, Daop VI Yogyakarta memperoleh piagam penghargaan sebagai pembina terbaik tenaga kerja perempuan, mewakili propinsi DIY dan mendapatkan penghargaan dari presiden RI. D. KINERJA PT. KAI (PERSERO) DAOP VI YOGYAKARTA DALAM PELAYANAN GERBONG KHUSUS WANITA KERETA API PRAMBANAN EKSPRES (PRAMEKS). Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan capaian atau hasil kerja dari suatu organisasi atau instansi dalam jangka waktu tertentu. Yang dinilai dari kinerja ini adalah sejauh mana organisasi atau instansi melaksanakan tugasnya sesuai dengan target atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya atau kesesuaian pelaksanaan tugas dengan visi misi yang diemban oleh organisasi atau instansi tersebut. Sedangkan pelayanan disefinisikan sebagai suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen. Gerbong khusus wanita merupakan gerbong khusus pada kereta api Prambanan Ekspres (Prameks) sebagai bentuk pelayanan, kenyaman dan penghargaan bagi penumpang wanita Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Kinerja PT. KAI Daop VI Yogyakarta Dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres adalah kemampuan PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta dalam melakukan serangkaian
kegiatan
dalam
rangka
memberikan
pelayanan
kepada
penumpang wanita untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai perusahaan pemberi layanan. Sebagai alat pengukur kinerja PT. KAI Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres ini digunakan beberapa indikator, yaitu: a. Tangible atau ketampakan fisik, artinya penampakan fisik dari gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh provider. Tangible atau ketampakan fisik digunakan sebagai tolok ukur yang penting untuk menentukan kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres. Tangible ini dapat dilihat dari adanya sarana dan prasarana yang mendukung, seperti misalnya lokasi stasiun yang memadai dan memenuhi kebutuhan calon penumpang, ketersediaan toilet pada kereta api, kenyamanan tempat duduk, kenyamanan kereta api dan sebagainya. b. Responsiveness (Responsivitas) Responsivitas
adalah
kemampuan
organisasi
untuk
mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, dan prioritas pelayanan, dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa responsivitas berarti kemampuan dari PT. KAI dalam merespon dan menanggapi apa yang menjadi permasalahan dan keinginan dari penumpang. c. Responsibility (Responsibilitas) Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Responsibilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik yang dilakukan PT. KAI Daop VI Yogyakarta tidak melanggar ketentuanketentuan yang telah ditetapkan. d. Accountability (akuntabilitas) Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih commit to user oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
karena
digilib.uns.ac.id
dipilih
oleh
rakyat
dengan
sendirinya
akan
selalu
merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak (Agus Dwiyanto, 2006 : 50). Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Dalam penelitian mengenai kinerja PT. KAI (Persero) dalam memberikan pelayanan kepada penumpang gerbong khusus wanita. Penelitian ini lebih ditekankan kepada bagaimana para pengguna jasa layanan kereta api mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dalam gerbong khusus wanita. Dalam hal ini dinilai memiliki akuntabilitas yang
tinggi
apabila
masyarakat
yang
melakukan
pengujian
melaksanakan sesuai dengan peraturan dan prosedur yang ditetapkan. Indikator-indikator seperti yang telah disebutkan di atas digunakan oleh penulis dengan alasaan ingin melihat dan mengukur sejauh mana proses pelayanan diberikan, artinya indikator tersebut berorientasi pada proses. Seperti yang tertulis pada International Journal of Operations & Production Management Vol. 31 No. 4, 2011 oleh Jennifer A. Farris dkk :
“Process orientation means focusing on business processes ranging from customer to customer instead of placing emphasis on functional structures (Reijers, 2006).” (Orientasi proses berarti lebih memfokuskan atau menekankan pada bagaimana proses bisnis berjalan dari pengguna yang satu ke pengguna yang lain daripada commit to user Reijers, dalam Jennifer A Farris penekanan pada struktur fungsional)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dkk www.emeraldinsight.com International Journal of Operations & Production Management Vol. 31 No. 4, 2011.
Sedangkan menurut Further adalah sebagai berikut: “A more comprehensive and detailed assessment approach and instrument focused specifically on the review process would also enable organizations to evaluate the health of their review process over time. Finally, this approach and instrument would also be beneficial for organizational researchers”. (Pendekatan yang lebih komprehensif dan penilaian yang terperinci serta instrumen yang terfokus pada proses juga memungkinkan suatu organisasi untuk mengevaluasi proses mereka. Akhirnya pendekatan dan instrumen ini akan memberikan keuntungan bagi penelitian mengenai organisasi) Further, de Waal (2003) dalam Jennifer A Farris dkk www.emeraldinsight.com International Journal of Operations & Production Management Vol. 31 No. 4, 2011.
Indikator-indikator ini nantinya akan penulis gunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres.
E. KERANGKA BERPIKIR Dalam kerangka pemikiran ini akan dijelaskan proses berpikir peneliti dalam rangka mengadakan penelitian tentang kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres. Secara
singkat
kerangka
berpikir
digambarkan dengan skema sebagai berikut: commit to user
bagi
penelitian
ini
dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.1 Kerangka berfikir Kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres.
SDM
Strategi Organisasi
Komunikasi
Kinerja pelayanan Indikator kinerja: · Tangible ·
Responsiveness
·
Responsibility
·
Accountability
Kepuasan masyarakat
Sebagai penjelasan dari kerangka berpikir tersebut bahwa dalam kondisi persaingan bisnis transportasi yang semakin ketat, mempertahankan kepuasan pelanggan merupakan langkah yang baik untuk dapat tetap bersaing dan menguasai pangsa pasar. PT. KAI (Persero) merupakan satu-satunya perusahaan pelayanan publik yang menyediakan pelayanan jasa transportasi kereta api menerima adanya keluhan dari penumpang wanita pada kereta api Prameks. Banyak penumpang wanita yang merasa tidak nyaman saat harus berdesak-desakan dengan penumpang lainnya khususnya pria pada saat kereta sedang penuh. Banyak pula ibu-ibu yang kurang nyaman bila ingin menyusui anaknya pada gerbong biasa karena tentunya banyak pria yang akan melihat. Sebagai penyedia jasa layanan, PT. KAI berkewajiban memberikan commit to user solusi atas masalah ini. Maka, strategi yang diambil oleh PT. KAI adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan membuat atau menambahkan gerbong khusus untuk penumpang perempuan sehingga mereka (para perempuan) tidak perlu lagi merasa risih atau terganggu dengan penumpang pria. Ibu-ibupun dapat dengan leluasa menyusui ankanya mengingat semua penumpang digerbong tersebut adalah sama-sama wanita. Dengan adanya strategi tersebut maka harus didukung pula dengan adanya SDM yang berkualitas dalam hal ini para pegawai yang melayani penumpang khususnya pada gerbong khusus wanita dan juga komunikasi yang berupa sosialisasi adanya gerbong khusus wanita yang ditujukan untuk kenyamanan para wanita dalam menggunakan KRDE Prameks. Dalam penelitian ini kinerja PT. KAI dalam memberikan pelayanan kepada penumpang khusus wanita ini diukur dengan beberapa indikator yaitu: a. Tangibles b. Responsiveness c. Responsibility d. Accountability Tangible atau wujud fisik digunakan sebagai tolak ukur yang penting untuk menentukan kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres ini dapat dilihat dari adanya sarana dan prasarana yang mendukung, seperti misalnya lokasi stasiun yang memadai dan memenuhi kebutuhan calon penumpang, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketersediaan toilet pada kereta api, kenyamanan tempat duduk, dan sebagainya. Responsiveness dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa responsivitas berarti kemampuan dari PT. KAI dalam merespon dan menanggapi apa yang menjadi permasalahan dan keinginan dari penumpang. Responsibility merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik yang dilakukan PT. KAI Daop VI Yogyakarta tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Sedangkan accountability digunakan untuk mengetahui seberapa besar pertanggungjawaban PT. KAI dalam pengelolaan gerbong khusus wanita. Dalam hal ini lebih ditekankan pada sejauh mana para pengguna mematuhi peraturan yang berlaku pada gerbong tersebut. Indikator-indikator itu dipilih karena dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai apakah kinerja yang telah dilakukan sudah baik atau masih belum memenuhi kriteria. Agar penelitian ini bisa dilaksanakan dengan lancar, dan mengarahkan analisisnya pada tujuan, di sini perlu dikembangkan kerangka berpikir seperti tersebut di atas akan digunakan dalam penelitian ini. Namun kerangka berpikir ini tetap bersifat lentur dan terbuka, ketepatan penggunaannya akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ditentukan dan disesuaikan dengan apa yang terjadi dan ditemukan di lapangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain (Sugiyono, 1997:5). Data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat, atau gambar yang memiliki arti lebih bermakna dan mampu memacu timbulnya pemahaman yang lebih nyata daripada sekedar sajian angka atau frekuensi. Jadi dalam mengembangkan pemahaman penelitian ini cenderung tidak memotong halaman ceritera dan data lainnya dengan simbol-simbol angka. (H.B Sutopo, 2006 : 40) Penelitian deskriptif pada umumnya bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih dengan cara menggali, mendalami, menemukan fakta-fakta dan permasalahan yang dihadapi untuk kemudian dipaparkan melalui penafsiran dan dianalisis menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini lebih menekankan pada gambaran mengenai kinerja PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dalam memberikan pelayanan kepada commit to user penumpang di gerbong khusus wanita.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Lokasi Penelitian. Lokasi yang dipilih adalah PT. KAI (Persero) dengan mengambil lokus pada Stasiun Solo Balapan yang berada di bawah cakupan Daop VI Yogyakarta. Pengambilan lokasi ini beralasan karena PT. KAI (Persero) merupakan satu-satunya perusahaan yang melayani jasa transportasi kereta api, dan Daop VI Yogyakarta selaku pengambil kebijakan penyediaan pelayanan gerbong khusus wanita pada KA Prameks. Sedangkan stasiun Solo Balapan merupakan salah satu pelaksana penyelenggaraan pelayanan gerbong khusus wanita tersebut. 3. Teknik Pengambilan Sampel Karena penulisan ini bersifat deskriptif kualitatif maka penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dimana sampel diambil beradasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti. Hal ini untuk mencari atau menentukan informan dalam wawancara. Teknik ini menggunakan berbagai pertimbangan yang berdasarkan pada konsep teoritis yang dipergunakan, keingintahuan pribadi dan karakteristik empiris. Purposive
sampling
dipandang
lebih
mampu
menangkap
kelengkapan dan kedalaman data di dalam menghadapi realitas yang tidak commit topada user sumber data yang dipandang tunggal. Pilihan sampel diarahkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memiliki data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dalam purposive sampling pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sehingga dalam mencari informasi didasarkan pada sumber atau orang-orang yang dianggap tepat, yaitu yang mengetahui dan mengerti seluk beluk mengenai informasi untuk menjadi sumber data. Jadi peneliti cenderung memilih informannya berdasarkan posisi dengan akses tertentu yang dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Bahkan di dalam pelaksanaannya pengumpulan data sesuai dengan sifat penelitian yang lentur dan terbuka, pilihan informan dan jumlahnya dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Patton, 1984 dalam Sutopo). Dalam penelitian ini lebih ditekankan pada kemampuan PT. KAI dalam memberikan pelayanan kepada penumpang di gerbong khusus wanita. Sampel yang di pilih adalah: a. Kepala stasiun Solo Balapan. b. Pegawai lain yang terkait dalam pelayanan gerbong khusus wanita baik di Daop VI Yogyakarta maupun stasiun Solo Balapan. c. Customer, untuk mengetahui kekurangan dan kelebihannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Observasi langsung Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan (lokasi penelitian). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non partisipan atau observasi berperan pasif (Spradley, 1980 dalam Sutopo). Dimana peneliti hanya melakukan pengamatan mengenai fenomena-fenomena yang diteliti dengan tidak ikut dalam peristiwa atau kegiatan yang diamati secara langsung. Observasi langsung ini akan dilaksanakan secara formal dan informal, untuk mengamati berbagai kegiatan dan peristiwa di lokasi penelitian. b. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (penulis) kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam atau tape recorder. Untuk mempermudah dalam proses wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara yang commit to user memuat garis-garis pokok pertanyaan, dan apabila dianggap perlu,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peneliti dapat mengajukan pertanyaan diluar pedoman wawancara tersebut. Dalam penelitian mengenai kinerja PT Kereta Api Indonesia ini, teknik wawancara akan dilakukan kepada pegawai di dalamnya yang dianggap menguasai seluk beluk pelayanan di gerbong khusus wanita dan masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan kereta api khusus wanita untuk mendapatkan data yang sesuai dengan penelitian ini. c. Dokumentasi (content analysis) Dokumentasi tertulis dan arsip merupakan sumber data yang sering memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif. Teknik mencatat dokumen ini oleh Yin (1987) dalam Sutopo, disebut sebagai content analysis, sebagai cara untuk menemukan beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada penelian (Soehartono, Irawan 1998 : 70 dalam Sutopo). Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan kinerja PT. KAI dalam memberikan pelayanan pada pengguna jasa gerbong khusus wanita. 5. Validitas Data Validitas data dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang diperoleh sesuai kenyataan atau fakta sehingga kesimpulan yang diperoleh commit to user dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu peneliti menggunakan cara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
trianggulasi data. Trianggulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. (HB. Sutopo, 2006:91). Menurut Patton (1984) dalam Sutopo, cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data ia wajib menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Dalam hal ini, trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasi sumber yang berarti membandingkan dan mengecek balik informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda. Ini dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan atau membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Dengan demikian data yang satu akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber lain. 6. Teknik Analisis Data Analisis penelitian kualitatif bersifat induktif, bahwa semua simpulan dibentuk dari semua informasi yang diperoleh dari lapangan. Proses analisis ini dilakukan bersamaan sejak awal dengan proses pengumpulan data, dengan melakukan beragam teknik refleksi bagi pendalaman dan pemantapan data. Setiap data yang diperoleh akan selalu dikomparasikan, setiap unit atau kelompoknya untuk melihat keterkaitannya sesuai dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tujuan penelitian. Selain itu bagi pemantapan dan pendalaman data proses yang dilakukan selalu dalam bentuk siklus, sebagai usaha verifikasi. Dalam penelitian kualitatif pada dasarnya proses analisis dilakukan bersamaan dengan proses pelaksanaan pengumpulan data. Model yang digunakan adalah model yang saling terjalin dan interaktif yang merupakan suatu model analisis yang dilakukan apabila data sudah diperoleh. Kemudian dilakukan penafsiran data dimana penulis mengungkapkan dalam bentuk uraian-uraian dan penjelasan lainnya yang pada akhirnya dapat diambil suatu kesimpulan-kesimpulan serta saran-saran sesuai dengan tujuan penelitian ini. Dalam metode interaktif ini terdapat tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasinya. Aktivitas yang dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Karena sifat penelitian kualitatif yang lentur dan terbuka, meski penelitian ini menggunakan strategi studi kasus terpancang dengan kegiatan penelitian yang dipusatkan pada tujuan dan pertanyaan yang jelas dirumuskan, namun tetap bersifat terbuka dan spekulatif karena segalanya akan secara pasti ditentukan kemudian oleh keadaan yang sebenarnya ditemukan di lokasi studi. Juga perlu dijelaskan di sini bahwa peenelitian kualitiatif ini proses anlisisnya secara keseluruhan bersifat empirico inductive, yang sangat berbeda dengan proses analisis dalam penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kuantitatif yang bersifat hypothetico deductive dengan mengajukan hipotesis penelitian (Kirk & Miller, 1986 dalam Sutopo).
a.
Pengumpulan data Pengumpulan data adalah mengumpulkan data dengan cara indepth interview dengan subyek penelitian dan observasi langsung di lokasi penelitian.
b.
Reduksi data Merupakan proses seleksi, pemusatan, penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang ada di lapangan. Reduksi merupakan kegiatan analisis yang menajamkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan riset, yang dimulai dari sebelum pengumpulan data dilakukan.
c.
Penyajian Data Yaitu menyajikan data-data yang telah diolah dalam bentuk tabel matriks, grafiks maupun teks naratif yang didesain secara sistematis sehingga memudahkan pembaca untuk memahaminya. Penyajian data-data yang memberikan informasi ini dapat digunakan untuk analisa tentang sesuatu yang terjadi, untuk selanjutnya commit to user memungkinkan menarik kesimpulan dan mengambil tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id
d.
digilib.uns.ac.id
Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan dilakukan setelah semua data berhasil dikumpulkan. Kemudian setelah menganalisis data-data tersebut dicari pola, tema, ketentuan, penjelasan dan kesamaan-kesamaan yang muncul. Dalam proses ini landasan yang kuat sangat diperlukan agar kesimpulan yang dibuat dapat dipertanggungjawabkan. Untuk lebih jelasnya, proses model analisis interaktif dapat digambarkan dengan skema berikut: Gambar 3.1 Skema Model Analisis Interaktif (HB. Sutopo, 2006 : 231)
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian data
Penarikan Kesimpulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran umum sejarah dan perkembangan PT. KAI Meskipun alat angkut kereta api saat ini dapat dijumpai di Sumatera, namun keberadaanya tidak bisa terlepas dengan andil raja di Pulau Jawa (diperkirakan Raja Mataram) tanggal 28 Mei 1842 mengusulkan agar pemerintah Hindia-Belanda membangun jaringan jalan kereta api. Memang dalam surat itu usulan lebih ditujukan pada pembangunan kawasan Semarang, Kedu serta wilayah yang menjadi kekuasaan Raja Jawa. Argo Bromo, Argo Gede, Parahyangan dan sebagainya tidak mungkin menjadi sebutan bagi sejumlah kereta api di Indonesia. Setelah melalui proses panjang, akhirnya usulan itu dikabulkan juga oleh pemerintah Hindia-Belanda. Tepatnya pada tahun 1871, Gubernur Jendral Hindia Belanda (Bose), yang tadinya merupakan salah seorang penentang dibangunnya jaringan rel kereta api di Jawa menyusun rancangan undang-undang pembangunan jalan kereta api pemerintah di Jawa. Selanjutnya, tanggal 6 April 1875, undang-undang jalan rel disetujui oleh pemerintah Hindia-Belanda. Tetapi momentum ini hanya merupakan landasan de jure pembangunan jaringan jalan kereta api di Jawa. Sebab commit user beberapa tahun sebelumnya, N. V.toNederlandsch Indische Spoorwerg Mij
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(NISM) sebuah perusahaan kereta api swasta telah membangun jalan rel sepanjang 26 kilometer pada lintas Kemijen-Tanggung yang secara de facto telah menghadirkan KA di Indonesia. Pada waktu itu kereta api telah digunakan oleh kolonialisme Hindia Belanda untuk mengangkut rempah-rempah hasil bumi. Kemudian diantarkan ke pelabuhan dan tujuan akhirnya ke negeri mereka sendiri. Oleh karena negeri kincir angin ini, rempah-rempah dijadikan barang dagangan yang dijual di pasar-pasar Eropa. Tanggal 17 Juni 1864, pembangunan rel antara stasiun Kemijen-Tanggung lintas Semarang-Solo selesai dilakukan yang ditandai dengan pembuatan tubuh jalan rel oleh Gubernur Jendral Belanda Mr.L.A.J Baroen Sloet van de Beele. Empat tahun kemudian, tepatnya tanggal 17 Juni 1868, pengoperasian perjalanan kereta api antara stasiun Kemijen-Tanggung diresmikan. Kurang dari dua tahun kemudian tepatnya pada tanggal 18 Februari 1870, ruas jalan KA ini diteruskan pembangunannya, sehingga hubungan dengan kereta api lintas Semarang-Solo dapat dilakukan. Selanjutnya, perkembangan jaringan rel KA tidak hanya dilakukan di Jawa, tetapi juga di Sumatra (Aceh dan Riau), bahkan Sulawesi, yang kemudian dibongkar lagi pada masa pendudukan Jepang yang digunakan untuk pembangunan rel di Burma. Meskipun pada mulanya pembangunan kereta api di Indonesia lebih dimaksudkan untuk kelancaran pengangkutan barang ekspor dari pedalaman ke pelabuhan, namun semasa perjuangan melawan penjajah, kereta api banyak digunakan untuk kegiatan perjuangan. Tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hanya sebagai mobilitas para pejuang, tetapi juga untuk memblokade tentara lawan ke daerah pertahanan para pejuang Indonesia. Seirama dengan proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, tepatnya pada tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian daimbil alih oleh Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA), yang didukung oleh angkatan pejuang kemerdekaan. Pengambilan kekuasaan secara terintergrasi dilakukan atas Balai Besar Kereta Api yang berkedudukan di Jl Gereja No. 1 (kini Jl. Perintis Kemerdekaan no. 1 Bandung). Dua hari setelah pengambilan kekuasaan tepatnya pada tanggal 30 september 1945, diselenggarakan “Musyawarah Pimpinan DKARI se-Jawa dan Sumatra" dipimpin oleh Mr. Soewahcjo Soemodilogo yang kemudian dipilih menjadi kepala DKARI dan SS/ VS digabungkan menjadi satu perusahaan dengan nama Djawatan Kereta Api yang kemudian dikukuhkan dengan SK Menteri Perhubungan, Tenaga Kerja, dan Pekerjaan Umum tanggal 6 Januari 1950. Berikutnya pada tanggal 6 September 1951 dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan no. 32312, pemerintah menetapkan Ir. Moh. Effendi Saleh sebagai Direktur Jendral Djawatan Kereta Api (DDKA), kemudian berdasarkan peraturan pemerintah no. 22/ 1963 status DDKA berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) dengan Ir. R. Aboe prajitno sebagai Direktur Djendral Perusahaan Negara Kereta Api. Perkembangan selanjutnya, pada tanggal 21 Mei 1964 PNKA dipimpin oleh Dewan Direksi PNKA dengan Hartono Wiriodinoto SH, sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Direktur Utama, yang kmeudian digantikan oleh Ir. The Lian Thong. Tanggal 2 Juli 1966, Ir. The Liang Thong digantikan oleh Ir. Moh Effendy Saleh. Kemudian tanggal 19 Agustus 1966
digantikan oleh H. Iman
Soebarkah. Sejalan dengan situasi politik pasca G30 S/PKI, dimana perusahaan vital harus dikuasai oleh PangKompKamtib, maka H. Iman Soebarkah digantikan oleh Brigjen Sentot Iskandardinata selaku Direksi Interim dengan Jabatan Direktur Utama disamping jabatan beliau sebagai Dirjen Perhubungan Darat sampai Juni 1968 saat jabatan direktur utama diserahkan kepada Ir. Soemali, yang kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61/1971 tentang perubahan status perusahaan dari PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), pada tahun 1975 dilantik menjadi Direktur Utama PJKA. Tahun 1978, jabatan dirut PJKA diserahterimakan dari Ir. Somali kepada Ir. Pantiarso dan pada Oktober 1981 digantikan oleh Ir. Soedjono Kramadibrata. Desember 1986 digantikan oleh Ir. Soeharso dan tahun 1988 digantikan oleh Ir. A. Harbani. Sejalan dengan tibanya era globalisasi, ketika pemerintah kain mengaharapkan efisiensi pada sejumlah BUMN, tahun 1990 dengan Peraturan Pemerintah No 57/1990, tanggal 1 Oktober
1990 status
perusahaan dirubah menjadi Perum. Pengukuhan status perusahaan ini dilaksanakan tanggal 2 Januari 1991 ditandai dengan pembacaan ikrar oleh seluruh karyawan/karyawati Perumka di berbagai daerah. Pada tahun ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
juga jabatan Dirut diserahkan dari Ir. A. Harbani kepada Drs. Anwar Suprijadi, yang pada tahun 1995 digantikan oleh Soemino Eko Saputra. Kamudian tanggal 1 Juni 1999 Perumka diubah statusnya menjadi PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Ini didasarkan pada peraturan pemerintah No. 19/1998 tanggal 3 Februari 1998 tentang pengalihan bentuk Perusahaan
Umum
Kereta
Api
menjadi
Perusahaan
Perseroan.
Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah No 19/1998, perubahan status ini menetapkan BUMN Persero Kereta Api sebagai penyelenggara usaha angkutan orang dan barang dengan kereta api, melaksanakan perawatan prasarana kereta api, serta pengusahaan usaha penunjang sarana dan prasarana kereta api. 2. Sejarah dan Perkembangan Daerah Operasi VI Yogyakarta Daerah Operasi muncul pada tahun 1998 setelah status kereta api berubah menjadi perum. Seiring dengan perubahan status ini, banyak struktur organisasi yang berubah namanya. Seperti Kantor
Inspeksi
dirubah menjadi Daerah Operasisional (Daop). Daop VI merupakan salah satu daop yang ada di pulau Jawa. Menurut SK Direksi PT. KAI (Persero) KEP.U/OT.003/VI/4/KA2009 tanggal 5 Juni 2009, Daop VI Yogyakarta adalah satuan organisasi di lingkungan PT. KAI (Persero) yang berada di bawah Direksi PT. KAI (Persero). PT. KAI Daerah Operasi VI Yogyakarta berkedudukan di Jalan commitdengan to userbatas wilayah : Lempuyangan No. 1 Yogyakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Sebelah barat
: Kampung Tukangan
2. Sebelah Selatan
: Rel Kereta Api
3. Sebelah timur
: Jalan Raya Lempuyangan
4. Sebelah utara
: gudang
3. Visi dan Misi Visi perusahaan merupakan arah dari seluruh kegiatan dan strategi yang dinyatakan dengan tegas dan jelas meliputi semua aspek dan gambaran arah masa depan yang jauh melampaui apa yang diketahui dewasa ini. Visi perusahaan sesuai maklumat Direksi No.10/PR.006/KA2003 yaitu: “Terwujudnya Kereta Api sebagai pilihan utama jasa transportasi dengan fokus keselamatan dan pelayanan” Visi Kereta Api tersebut dideskripsikan dengan statement TOP 21 yang merupakan penjabaran dari Teknologi (T), Operasi (O), dan Pelayanan Prima (P). Teknologi
bahwa
kemajuan
teknologi
dimanfaatkan
untuk
peingkatan pelayanan, peningkatan kapasitas, keandalan operasi dan nilai lebih pegawai. Operasi bahwa keselamatan, ketepatan, kenyamanan yang tinggi dari operasi kereta api menjadikan kereta api terpercaya sebagai saran transportasi utama. Pelayanan prima bahwa perbaikan yang terusmenerus atas pelayanan untuk meningkatkan kepuasan palanggan pada setiap lini produk yang menjangkau setiap lapisan masyarakat. Sedangkan nilai 21 diartikan sebagai : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Dua 1) Kereta api merupakan alat utama dalam sistem transportasi nasional untuk mendukung pembangunan nasional (public service). 2) Keuangan yang sehat, menjamin pertumbuhan yang tinggi dan meningkatkan kemampuan seluruh sumber daya perusahaan (profit). b. Satu Penyediaan jasa kereta api yang handal merupakan bukti nyata kemampuan perusahaan (reliable). Sedangkan
misi
adalah
suatu
yang
harus
diemban
atau
dilaksanakan oleh instansi pemerintah, sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi tersebut, diharapkan seluruh pegawai atau pihak yang berkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah, dan mengetahui peran dan program-programnya serta hasil yang akan diperoleh di waktu-waktu yang akan datang. Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan setiap instansi harus mempunyai misi yang jelas. Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu melalui penerapan strategi yang telah dipilih. Proses perumusan misi instansi harus memperhatikan masukan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder), dan memberikan peluang untuk perubahan atau penyesuaian sesuai dengan tuntutan perkembangan strategis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Misi perusahaan Kereta Api Indonesia sesuai dengan maklumat Direksi
No.
transportasi
10/PR.006/KA-2003 sesuai
keinginan
yaitu:
“Menyelenggarakan
stakeholders
dengan
jasa
meningkatkan
keselamatan dan pelaayanan serta penyelenggaraan yang semakin efisien” 4. Budaya Kerja Perusahaan Budaya kerja adalah sesuatu yang invisible (tak kelihatan) yang paling terkait dengan soal kinerja atau performansi. Budaya merupakan faktor internal dalam organisasi yang terpenting. Budaya dapat berupa keyakinan bersama, nilai-nilai hidup yang dianut, dan yang secara terbuka dimanifestasikan di seluruh jajaran organisasi perusahaan. Norma-norma dalam budaya sangatlah penting karena hal tersebut bisa menjelaskan alasan-alasan yang membedakan aktualisasi pengendalian diri dari dua perusahaan
yang
sebenarnya
secara
formal
mempunyai
sistem
pengendalian yang sama. Budaya kerja PT. KAI (Persero) Versi Traksi Daop VI Yogyakarta adalah RELA dalam arti keseluruhan adalah : a. Ikhlas/ridho b. Ikhlas lahir batin c. Ikhlas bekerja dengan penuh jiwa dedikasi d. Ikhlas berkorban : tenaga, waktu, dan rasa RELA dalam arti pertelaan masing-masing huruf adalah : a. R : Ramah 1) Ramah : sesama pelanggan dalam mela ksanakan tugas atau dinas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Ramah : sesama pegawai Dinas Traksi loko, kereta, gerbang dalam hubungan kerja baik secara vertikal, horizontal, maupun diagonal. Saling hormat-menghormati, saling isi-mengisi, saling ingatmengingatkan, sehingga timbul iklim kerja yang baik. Diharapkan hasil kerja dari pegawai dinas traksi mencapai hasil optimal. Yaitu loko, kereta, gerbong, dan personil betul-betul handal untuk disajikan ke pelanggan dinas traksi ialah dinas operasi. 3) Ramah : sesama karyawan PT. KAI saling mendukung dan saling mengikat diri untuk bersatu padu dalam melaksanakan tugas pokok PT. KAI di Daop VI khususnya yaitu menyediakan Jasa Angkutsn Penumpang dan barang dalam kondisi baik dan aman. 4) Ramah : kepada masyarakat pengguna jasa angkutan penumpang dan barang yang kita sajikan. b. E : Efisien dan Efektif 1) Efisien : hemat dalam penggunaan, tenaga, dan waktu. Tingkatkan ketelitian dalam melaksanakan tugas masingmasing jangan sampai terjadi kerusakan, kecelakaan, hambatan seperti: a) Bocoran bahan bakar, pelumas. b) Kelalaian pemeriksaan, pemasangan susku komponen loko, kereta, gerbong yang akibatnya jadi rusak dan hilang mempengaruhi kehandalan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Ketidakdisiplinan dalam mematuhi aturan, reglemen, juklak yang akibatnya terjadi PL/PLH yang fatal. d) Kesemuanya akan merugikan/pengeluaran biaya yang tidak diinginkan. 2) Efektif : pengaturan loko, kereta, gerbong, dan personil supaya tepat waktu dan tepat sasaran sehingga pelanggan dinas traksi dan masyarakat merasa puas dan PT. KAI mendapat untung, akhirnya kita semua akan mendapatkan pembagian laba perusahaan dengan istilah “Uang Efisiensi Perusahaan” c. L : Lancar Dalam pelaksanaan operasi kereta api dan administrasi : 1) Supaya operasi KA lancar : Program dan realisasi pengaturan , perawatan, pemeriksaan, penyediaan lokomotif, kereta, gerbong, dan personil harus betul-betul matang, tepat dan handal sesuai dengan buku M.I Juklak dan Instruksi Kaperjanka No 8 Tahun 1981. 2) Kesemuanya harus didukung dengan keberadaan, kerapian, dan kebenaran dalam pelaksanaan administrasi teknik dan keuangan yang tertib dan sempurna. d. A : Aman Dalam operasi KA dan Administrasi: 1) Aman operasi KA ialah : Kereta Api berjalan lancar dan aman, commit to user tidak terjadi gangguan hambatan, seperti lokomotif mogok,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kereta rusak, lampu padam, AC tidak berfungsi, WC tidak ada air, gerbong rusak, pencurian/penjambretan, pencopetan, tetapi sebaliknya KA harus berjalan lancar dan aman sampai tujuan. Misalnya masinis menjalankan KA dengan jalan taktis, sesuai ketentuan sehingga jalannya KA mulus, penumpang
merasa
nyaman dan tenang. 2) Semuanya melaksanakan administrasi dengan rapi, bersih, dan benar sehingga bila diperiksa oleh para pejabat/petugas pemeriksa tertentu, hasilnya membuktikan baik dan benar, tidak ada catatan yang menunjukkan teguran akibat kesalahan, kekeliruan yang berdampak merugikan nama baik PT. KAI (Persero) dalam teknik administrasi operasional, akuntansi, dam keuangan. Tata nilai yang ada pada PT. KAI adalah : a. Orientasi pada pelanggan Manajemen PT. KAI (Persero) dan jajarannya senantiasa memelihara hubungan baik saling menguntungkan dengan menjaga kepercayaan dan mutu untuk memenuhi kepuasan pelanggan. b. Inovasi Manajemen
PT.
KAI
(Persero)
dan
jajarannya
secara
berkesinambungan melakukan pembelajaran dan riset guna commit to user memberikan solusi inovatif kepada pelanggan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Kerjasama Tim Manajemen PT. KAI (Persero) dan jajarannya menjunjung tinggi kerjasama tim guna memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. d. Integritas Manajemen PT. KAI (Persero) dan jajarannya menghormati dan melaksanakan komitmen yang telah disepakati. e. Profesionalisme Manajemen PT. KAI (Persero) dan jajarannya mempunyai keahlian/profesionalisme yang dibarengi dengan penerapan nilai-nilai etika dan tindakan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi. f. Tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility) Perusahaan memiliki kebijakan disetiap lini operasi untuk berusaha memahami, berinteraksi, membangun, dan membantu pengembangan masyarakat setempat dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1) Saling menghormati 2) Kemitraan secara aktif 5. Tujuan, Tugas, dan Wewenang a. Tujuan PT. KAI (Persero) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tujuan PT. KAI (Persero) adalah mengusahakan pelayanan jasa angkutan kereta api dalam rangka memperlancar arus pulang pergi orang-orang secara massal. b. Tugas dan wewenang 1) Daerah operasi (Daop) Daerah operasi mempunyai tugas mengendalikan pelaksanaan kegiatan jasa angkutan kereta api dan pengamanan kegiatan angkutan kereta api daerahnya. Adapun fungsi dari daerah operasional adalah: a) Pelaksanaan pembinaan dan pengendalian tata administrasi personalia keuangan dan umum. b) Pelaksanaan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan rehabilitasi jalan dan bangunan. c) Pelaksanaan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan dan rehabilitasi sinyal dan telekomunikasi. 2) Bagian personalia dan umum Bagian
personalia
dan
umum
ini
mempunyai
tugas
melaksanakan pembinaan dan pengendalian administrasi personalia dan kegiatan umum. Adapun fungsi dari bagian personalia dan umum adalah menyiapkan pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian urusan kepegawaian, tata usaha personalia dan pendidikan. Bagian ini terdiri dari:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Sub bagian personalia b) Sub bagian umum 3) Bagian keuangan Bagian ini mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana anggaran, melaksanakan pembinaan dan pengendalian administrasi keuangan, akuntansi dan pengesahan pembayaran. Adapun fungsi dari bagian keuangan adalah: a) Menyiapkan pelaksanaan pembinaan dan pengendalian penyusunan. b) Penyiapan
pelaksanaan,
pembinaan
anggaran
dan
pengendalian akuntansi. c) Penyiapan pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian pengesahan pembayaran. Bagian keuangan terdiri dari: a) Sub bagian perencanaan anggaran b) Sub bagian akuntansi c) Sub bagian administrasi keuangan 4) Bagian Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Hiperkes) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bagian ini mempunyai tugas menyiapkan dan melaksanakan pembinaan dan penyusunan rencana dan program perawatan serta pelaksanaan perawatan sarana gerak, sarana untuk perawatan jalan rel secara mekanis. Adapun fungsi hiperkes adalah: a) Menyusun dan mengendalikan program perawatan sarana gerak, mesin, perawatan jalan rel secara mekanis. b) Menyusun kebutuhan perawatan dan rancang bangun lokomotif diesel. Bagian Hiperkes terdiri dari: a) Sub bagian Hiperkes b) Sub bagian Keselamatan Kerja c) Sub bagian perlindungan Ketrja 5) Bagian Jalan dan Bangunan Bagian jalan dan bangunan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan program pembangunan, pemeliharaan, dan pendayagunaan jalan rel, bangunan dan jembatan. Adapun fungsi dari bagian ini adalah: a) Penyusunan, keterpaduan
pengorganisasian pelaksanaan
dan
program
pemeliharaan dan pendayagunaan jalan rel. commit to user
pengendalian pembangunan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Pemantauan dan evaluasi keadaan konstruksi jalan rel, bangunan dan jembatan. c) Pelaksanaan pengawasan dan pemantauan pendayagunaan peralatan kerja, perawatan rel dan jembatan. Bagian jalan dan bangunan terdiri dari: a) Sub bagian penyiapan program b) Sub bagian konstruksi dan jembatan c) Sub bidang peralatan 6) Bagian sinyal, telekomunikasi dan elektrik Bagian sinyal, telekomunikasi dan elektrik tugasnya adalah menyiapkan pembinaan, pengendalian dan mengevaluasi pelaksanaan program pembangunan, pemeliharaan, dan pendayagunaan peralatan sinyal telekomunikasi dan elektrik. Adapun fungsi dari bagian ini adalah: a) Penyusunan, pengkoordinasian, pengendalian keterpaduan pelaksanaan program pembangunan, pemeliharaan peralatan sinyal, telekomunikasi dan elektrik. b) Pemantauan dan evaluasi kondisi dan pendayagunaan pemeliharaan peralatan sinyal dan pemeliharaan peralatan telekomunikasi dan elektrik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bagian sinyal, telekomunikasi dan elektrik terdiri dari: a) Sub bidang program b) Sub bidang sinyal c) Sub bidang telekomunikasi dan elektronik 7) Bagian bina operasi Bagian
bina
operasi
mempunyai
tugas
menyiapkan
pembinaan, pengendalian dan mengevaluasi kinerja angkuatan, lalu lintas dan peredaran gerbong. Adapun fungsi dari bagian ini adalah : a) Pengaturan pengendalian distribusi dan peralatan gerbong. b) Penyusunan
dan
pengkoordinasian
dan
pengendalian
operasi lalu lintas kereta api. c) Pengaturan dan evaluasi program perjalanan kereta api. Bidang bina operasi terdiri dari: a) Sub bidang operasi teknis b) Sub bidang operasi kereta api c) Sub bidang perjalanan dipimpin oleh PPKA d) Sub bidang keamanan dan ketertiban operasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8) Bagian Traksi Bagian ini mempunyai tugas mengatur dan mengendalikan kesiapan penyususnan rencana perbaikan dan perawatan lokomotif, kereta rel listrik, kereta gerbong dan kendaraan bermotor. Adapun fungsi dari bagian ini adalah : a) Penyusunan rencana sarana operasi. b) Pengaturan dan pengendalian program kesiapan operasi sarana dan pendistribusiannya. c) Pengaturan dan pengendalian rencana program perbaikan dan perawatan sarana operasi dan perlistrikan. Bagian Traksi terdiri dari: a) Sub bidang lokomotif b) Sub bidang Kereta KRD dan KRL c) Sub bidang listrik 9) Bagian Niaga Bagian niaga mempunyai tugas menyiapkan pembinaan menyusun anggaran dan melaksanakan program pemasaran jasa angkutan barang tingkat menengah dan angkutan penumpang serta angkutan pembinaan pelaksanaan penjualan jasa angkutan. Adapun fungsi dari bagian niaga adalah: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Perencanaan dan pelaksanaan analisis pasar jasa angkutan penumpang. b) Perencanaan pelaksanaan analisis pasar jasa angkutan barang. c) Perencanaan
dan
pelaksanaan
program
pembinaan
penjualan jasa angkutan penumpang barang. Bagian niaga terdiri dari: 1) Sub bidang pemasaran angkutan penumpang. 2) Sub bidang pemasaran angkutan barang. c. Struktur Organisasi Struktur organisasi menggambarkan hubungan antara fungsifungsi,
bagian-bagian
maupun
orang-orang
yang menunjukkan
kedudukan, tugas, dan tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi. Berikut adalah bagan struktur organisasi Daop VI Yogyakarta
menurut
SK.
DIREKSI
PT.
KEP.U/OT.003/IV/5/KA/2010 tanggal 19 April 2010:
commit to user
KAI
(Persero)
GAMBAR 4.1 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DAERAH OPERASI VI YOGYAKARTA
Lampiran : II.6 SK. DIREKSI PT. KAI (PERSERO) NO : KEP.U/OT.003/IV/5/KA-2010 (19 April 2010)
EVP DAOP VI YK DEPUTI EVP MANAGER HUMASDA
MANAGER SDM&UMUM
MANAGER HUKUM
ASS MANAGER INTERNAL
ASS MANAGER SDM
ASS MANAGER EKSTERNA L
MANAGER SARANA
MANAGER KEUANGAN
ASS MANAGER DOK&RT
MANAGER JALAN,REL& JEMBATAN
ASS MNJR PROG ANGGARAN PERAWATAN SARANA
UPT. DEPO
Sumber : Daop VI Yogyakarta
ASS MANAGER EKSTERNA L
ASS MNJR PROG ANGGARA N PERAWAT AN SINTELIS
ASS MNJR PROG ANGGARAN PERAWATAN JALAN,REL &JEMBATAN
ASS MNJR PERAWAT AN SINYAL
ASS MNJR KONSTRUKSI JALAN,REL & JMBTN
ASS MNJR FASILITAS SARANA PEMELIHARAAN JJ & EVALUASI
ASS MNJR PERAWAT AN TELIS
UPT. SEKTOR JJ
ASS MANAGER EKSTERNA L
ASS MNJR PERKA
ASS MNJR PELAYANA N
JUNIOR MNJR PUSDALOPKA
SENIOR SUPERVISOR RENC. EV. & TU
SENIOR SUPERVISOR DAL. OPKA
ASS MNJR KAMTIB
ASS MNJR OPERASI SARANA
SENIOR SUPERVISOR OPERATOR RADIO
SENIOR SUPERVISOR DAL. SARANA
UPT. SEKTOR SINTELIS UPT. MANAGER
SEKRETAR IS ANGGOT
MANAGER KOMERSIAL
MANAGER OPERASI JUNIOR MNJR INSPEKTOR
JUNIOR MNJR INSPEKTOR
ASS MNJR PERAWATAN LOK & KRD
ASS MNJR PERAWATAN KERETA & GERBONG
ASS MANAGER EKSTERNA L
MANAGER SINYAL, TELK & LISTRIK
JUNIOR MNJR INSPEKTOR
JUNIO R MNJR INSPE KTOR
ASS MANAGER EKSTERNA L
ASS MANAGER EKSTERNA L
MNG.PELELANG AN
ASS MANAJER PEMASARAN ANGKUTAN PENUMPANG
ASS MANAJER PEMASARAN ANGKUTAN BARANG
ASS MANAJER CUSTOMER CARE
ASS MANAJER SISTEM INFORMASI
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Struktur organisasi Daop VI Yogyakarta menurut SK. DIREKSI PT. KAI (Persero) KEP.U/OT.003/IV/5/KA/2010 tanggal 19 April 2010 adalah sebagai berikut : a) Executive Vice President (EVP) Daop VI Yogyakarta dipimpin oleh seorang Executive Vice President (EVP) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT. KAI (Persero). b) Deputy Executive Vice President (EVP) Deputy EVP mempunyai tugas pokok dan bertanggung jawab atas tercapainya visi dan misi perusahaan yang diselenggarakan melalui Daop di wilayah geografisnya. c) Manajer Sumber Daya Manusia dan Umum Manajer Sumber Daya Manusia dan Umum mempunyai tugas dan tanggung jawab: 1) Merumuskan penjabaran strategi dan kebijakan dengan tugas dan tanggung jawabnya yang telah ditetapkan kantor pusat di wilayah Daop VI Yogyakarta. 2) Terselenggaranya
proses
peningkatan
kualitas
(quality
improvement) secara berkelanjutan dan pengelolaan risiko di seksinya. 3) Menyusun programcommit pengelolaan to userdan evaluasi kinerja SDM.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Mengelola Hygiene perusahaan, Hiperkes, dan lingkungan. 5) Mengelola dokumen perusahaan serta kegiatan administrasi kerumahtanggan, protokoler dan umum. 6) Melaksankan perawatan bangunana dinas di wilayah Daop VI Yogyakarta. d) Manajer Keuangan Bagian ini mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana anggaran, melaksanakan pembinaan dan pengendalian administrasi keuangan, akuntansi dan pengesahan pembayaran. e) Manajer Sarana Manajer sarana mempunyai tugas dan tanggung jawab: 1) Merumuskan penjabaran strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab yang ditetapkan 2) Terselenggaranya proses peningkatan kualitas secara berkelanjutan, pengelolaan risiko dan terjaminnya safety di seksinya 3) Menyusun program anggaran penyiapan sarana Siap Operasi, perawatan rutin, pengendalian dan evaluasi kinerja perawatan sarana 4) Menyusun program penyiapan lokomotif dan KRD Siap Operasi, perawatan rutin, pengendalian perawatan lokomotif dan KRD commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Menyusun program penyiapan kereta dan gerbong siap operasi, perawatan rutin, dan pengendalian perawatan kereta dan gerbong 6) Melaksanakan
pemantauan,
pengawasan,
pemeriksaan
dan
pembinaan mutu pekerjaan teknis perawatan sarana, administrasi teknis perawatan sarana, keuangan dan pergudangan untuk seluruh wilayah seksi sarana Daop VI Yogyakarta 7) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di bawah seksi sarana di wilayahnya. f) Manajer Jalan, Rel dan Jembatan Bagian jalan, rel dan bangunan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan program pembangunan, pemeliharaan, dan pendayagunaan jalan rel, bangunan dan jembatan. Adapun fungsi dari bagian ini adalah: 1) Merumuskan penjabaran strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya yang telah ditetapkan Kantor Pusat, di Wilayah Daereah Operasi VI Yogyakarta. 2) Terselenggaranya
proses
peningkatan
kualitas
(quality
improvement) secara berkelanjutan, pengelolaan risiko dan terjaminnya safety di seksinya. 3) Melaksanakan
penyusunan
program
kerja/anggaran
dan
pengendalian, serta evaluasi kinerja efektivitas/efisiensi perawatan commit user jalan rel, sepur simpang dantojembatan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Melaksanakan penyusunan program kerja dan perencanaan teknis perawatan serta pemeliharaan kelaikan operasi jalan rel, sepur simpang dan jembatan. 5) Melaksanakan penyusunan program kerja/perencanaan teknis perawatan/pemeliharaan
dan
pengoperasian
sarana/mesin
perawatan jalan rel (MPJR) berikut fasilitas perawatannya serta evaluasi perawatan jalan rel, sepur simpang dan jembatan. 6) Melaksanakan
pemantauan,
pengawasan,
pemeriksaan
dan
pembinaan mutu teknis perawatan jalan rel, sepur simpang dan jembatan, serta administrasi operasional perawatan prasarana tersebut. 7) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di bawah Seksi Jalan Rel dan Jembatan di wilayahmya. g) Manajer Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik 1) Merumuskan penjabaran strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya yang telah ditetapkan Kantor Pusat, di Wilayah Daereah Operasi VI Yogyakarta. 2) Terselenggaranya
proses
peningkatan
kualitas
(quality
improvement) secara berkelanjutan, pengelolaan risiko dan terjaminnya safety di seksinya. 3) Menyusun program anggaran dan evaluasi kinerja perawatan commit to user sinyal, telekomunikasi, dan listrik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Menyusun program dan melaksanakan perawatan sinyal. 5) Menyusun program dan melaksanakan perawatan telekomunikasi. 6) Menyusun program dan melaksanakan perawatan Listrik. 7) Menjamin
ketersediaan
dan
kelaikan
peralatan
sinyal,
telekomunikasi dan listrik. 8) Melaksanakan pembinaan
pemantauan, mutu
pengawasan,
pekerjaan
teknis
pemeriksaan perawatan
dan
sinyal,
telekomunikasi, dan listrik di wilayah Daop VI Yogyakarta. 9) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di bawah Seksi Sinyal, Telekomunikasi, dan Listrik di Wilayahnya. h) Manajer Operasi 1) Merumuskan penjabaran strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya yang telah ditetapkan Kantor Pusat, di Wilayah Daerah Operasi VI Yogyakarta. 2) Terselenggaranya
proses
peningkatan
kualitas
(quality
improvement) secara berkelanjutan, pengelolaan risiko dan terjaminnya safety di seksinya. 3) Melaksanakan
pemantauan,
pengawasan,
pemeriksaan
dan
pembinaan mutu pekerjaan teknis operasi di stasiun dan dalam kereta api, administrasi teknis operasional dan keuangan di seluruh UPT stasiun, UPT Pelayanan Operasi Sarana Telekomunikasi dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPT Pengendali Operasi Kereta Api pada Wilayah Daerah Operasi VI Yogyakarta. 4) Melaksanakan pemantauan dan pengelolaan kereta dan gerbong yang siap operasi, merumuskan pemanfaatan dan pembagian lokomotif/KRD, kereta dan gerbong, pengaturan dan evaluasi kinerja
pelaksanaan
program
perjalanan
kereta
api,
serta
melaksanakan tata usaha telekomunikasi/telegram maklumat (TEM). 5) Melaksanakan pemantauan dan pengendalian keamanan dan ketertiban operasi (di atas kereta api dan di stasiun) dan di lingkungan Daerah Operasi. 6) Melaksanakan pengendalian kereta api secara terpusat dan terpadu di wilayah Daerah Operasi. 7) Melaksanakan pelayanan operasi sarana telekomunikasi dan pemberian informasi/telegram. 8) Manjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran angkutan kereta api. 9) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di bawah Seksi Operasi di wilayahnya. i) Manajer Komersial 1) Merumuskan penjabaran strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya yang telah ditetapkan Kantor commit to user Pusat, di Wilayah Daereah Operasi VI Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Terselenggaranya
proses
peningkatan
kualitas
(quality
improvement) secara berkelanjutan, pengelolaan risiko dan terjaminnya safety di seksinya. 3) Melaksanakan pengusahaan jasa angkutan penumpang, angkutan barang dan pengusahaan aset. 4) Mengelola jasa angkutan penumpang dan barang : melakukan survei atau riset pemasaran pengembangan produk/jasa termasuk pemaketan layanan, mengelola bisnis data pemasaran, membuat peramalan, administrasi
program
penjualan
pentarifan,
dan
melakukan
evaluasinya, pemantauan
menjaga pelayanan,
melaksanakan strategi promosi dan komunikasi pemasaran, mengelola logistik penjualan angkutan penumpang, mengelola saluran distrubusi, keagenan, pelanggan korporat dan paket perjalanan/wisata. 5) Mengelola customer care dan customer retention, termasuk penyelesaian klaim asuransi, service recovery serta penanganan insiden yang menimpa pengguna jasa. 6) Mengusahakan aset stasiun dan sarana, mengelola pengusahaan aset Right of Way (ROW) dan aset di luar stasiun, melakukan rencana, evaluasi dan pengendalian pengusahaan aset dan kerjasama operasi. 7) Membuat perencanaan program dan melaksanakan perawatan hardware dan jaringan yang mendukung implementasi sistem commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informasi
yang ada di
wilayahnya,
termasuk
mendukung
implementasi software-nya. j) Manajer Pelelangan 1) Manajer Pelelangan mempunyai tugas dan tanggung jawab: ·
Merumuskan penjabaran strategi dan kebijakan
yang
berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya yang telah ditetapkan Kantor Pusat, di Wilayah Daereah Operasi VI Yogyakarta. ·
Menyiapkan kelengkapan dokumen lelang.
·
Melaksanakan pelelangan dan penatausahaan
administrasi
pelelangan. 2) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya Manajer Pelelangan dibantu oleh seorang Asisten Manajer Kesekretariatan dan beberapa anggota setingkat Supervisor. 6. Kepegawaian dan gambaran umum Stasiun Solo Balapan a. Kepegawaian Stasiun Solo Balapan Secara umum, komposisi pegawai PT. KAI dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1) Pegawai Organik Yaitu pegawai yang secara langsung menangani jalannya operasi perkeretaapian.commit Karyawan organik terdiri dari: to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Lintas stasiun b) Kondektur c) Masinis d) Bagian Teknik Mesin e) Karyawan Bagian Keuangan f) Karyawan Bagian Umum g) Karyawan Bagian Anggaran h) Karyawan Bagian Personalia 2) Pegawai Non Organik Yaitu karyawan yang secara tidak langsung menangani operasi perusahaan atau karyawan yang membantu kelancaran operasi perusahaan, terdiri dari: a) Pegawai Karyawan Perusahaan (PKP) yaitu pegawai yang memiliki nomor induk pegawai dan memiliki masa tugas sampai 35 tahun. b) Pegawai Kontrak (Outsourcing) yaitu pegawai yang dikontrak PT. KAI umtuk masa kontrak satu tahun dan apabila menunjukkan prestasi kerja yang baik dapat diperpanjang masa kontraknya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk lebih jelasnya berikut penulis sajikan mengenai keadaan pegawai yang ada di wilayah Stasiun Solo Balapan yang dibedakan berdasarkan golongan-golongan tertentu. 1) Jumlah menurut struktur. Tabel 4.1 Jumlah Pegawai Operasional Stasiun Solo Balapan Berdasarkan Struktur Organisasi No
Jabatan
Kepala stasiun 1 Wakil kepala stasiun 2 TU kepala stasiun 3 Staff kepala stasiun 4 Perbendaharaan 5 Pengawas Perjalanan Kereta Api (PPKA) 6 Pengawas Peron (PAP) 7 Penjaga Loket 8 Bilyetris 9 10 Polsuska 11 Juru Langsir (JRR) 12 Pembantu Juru Langsir (PLRR) 13 Penjaga Perlintasan (PJL) 14 Satpam Sumber : Bagian Personalia Stasiun Solo Balapan
Jumlah (orang) 1 1 1 2 4 4 4 4 7 7 4 6 5 46
2) Jumlah menurut tingkat golongan pegawai Tabel 4.2 Jumlah Pegawai Operasional Stasiun Solo Balapan Berdasarkan Tingkat Golongan Pegawai No
Golongan
Jumlah (orang) 1 III.b 1 2 III.a 1 3 II.d 4 4 II.a 18 5 I.c 2 6 I.b 10 commit to user Sumber: Bagian Personalia Stasiun Solo Balapan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Gambaran Umum Stasiun Solo Balapan 1) Sejarah singkat Stasiun Solo Balapan Solo memiliki banyak stasiun. Namun, stasiun besar tempat penumpang biasanya naik atau turun hanya ada dua yaitu stasiun Solo Balapan dan Solo Jebres. Stasiun lainnya adalah Palur di ujung timur kota, arah Sragen, Purwosari di Jalan Slamet Riyadi arah ke Klaten dan Solokota di tenggara, arah Wonogiri. Dari semuanya, Solo Balapan adalah yang terbesar, masuk kategori stasiun besar. Solo Balapan digunakan sebagai stasiun tempat penumpang luar kota dengan jarak jauh naik atau turun. Stasiun Solo Balapan adalah stasiun induk di kota Surakarta, tepatnya di wilayah Kelurahan Kestalan dan Gilingan, Banjarsari, Surakarta. Nama "Balapan" diambil dari nama kampung yang terletak di sebelah utara komplek stasiun. Stasiun ini terletak di jalur kereta api yang menghubungkan Kota Bandung, Jakarta, Surabaya, serta Semarang. Pembangunan stasiun ini dilakukan oleh jaringan kereta api masa kolonial NIS pada abad ke-19 (tepatnya 1873) dan merupakan salah satu stasiun besar tertua di Indonesia (setelah Stasiun Semarang Tawang). Pembangunannya dilakukan pada masa pemerintahan Mangkunagara IV, dan merupakan stasiun untuk wilayah Kadipaten Praja Mangkunagaran. Stasiun besar di Solo untuk wilayah Kasunanan adalah Stasiun Solo Jebres. Pembangunannya dirancang oleh Herman Thomas Karsten, commit to user seorang arsitek kenamaan beraliran Indisch.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Stasiun Solo Balapan memiliki dua emplasemen, utara dan selatan. Emplasemen selatan memiliki lima sepur/jalur, sedangkan emplasemen utara memiliki tujuh sepur. Emplasemen selatan umumnya dipakai untuk pelayanan KA penumpang, sementara emplasemen utara lebih diperuntukkan untuk pelayanan KA barang dan pemberangkatan kereta api Senja Utama Solo. Ke arah timur, terdapat dua jurusan, rel arah ke utara menuju ke Semarang, rel ke timur menuju Surabaya. Di sisi timur stasiun terdapat segitiga pembalik (wye) yang memungkinkan rangkaian kereta api berbalik arah seluruhnya dengan menggunakan prinsip langsir. Sisi-sisi segitiga pembalik ini juga memungkinkan kereta api dari timur (dari setasiun Solo Jebres) untuk langsung ke utar/ke Semarang tanpa lewat stasiun Solo Balapan dan sebaliknya. Di dekat segitiga pembalik ini terdapat Depo BBM Pertamina, yang rel masuknya juga dari salah satu sisi segitiga pembalik ini. 2) Struktur Organisasi Daop membawahi beberapa stasiun dan unit pelayanan teknis stasiun berada di bawah seksi Operasi dan Pemasaran. Dalam unit pelayanan stasiun, setiap stasiun dipimpin oleh seorang kepala stasiun dan wakil kepala stasiun yang dibantu oleh para pelaksana dan petugas pelayanan di stasiun. Berikut adalah gambar bagan struktur organisasi Stasiun Solo Balapan:
commit to user
Gambar 4.2 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI STASIUN BESAR SOLO BALAPAN KSB WKSB POLSUSKA
TU KSB
KEPALA GUDANG
PPKA PAP
KKBH
PORTIR
PENJAGA MALAM
MANDOR
PENGEMPLASEMENT DINAS LUAR JURU TULIS KA JURU LANGSIR
Sumber: Bagian Personalia Stasiun Solo Balapan
KONDEKT UR
PENJAGA LINTASAN
PESURUH
PENJAGA LOKET
MANDOR
L 1,2,3,4,5,6,7,8 L.PEMESANAN
BENDAHARA
JURU BAYAR HITUNG UANG SETOR BANK TRI SETORAN
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tugas dari kepala Stasiun Kereta Api (Ks/b) yaitu melaksanakan pelayanan jasa angkutan penumpang dan atau barang dari stasiunnya ke stasiun lain atau sebaliknya secara aman, cepat, tepat, nyaman, dan lancar serta melaksanakan upaya peningkatan pendapatan bagi perusahaan. Fungsi dari kepala stasiun adalah: a. Memberi
arahan
tugas
para
pegawai
di
stasiunnya
dan
mengkoordinir pegawai dan unit lain yang bertugas dilingkungan stasiunnya sesuai tugas dan fungsinya masing-masing untuk melaksanakan perjalanan kereta api sesuai peraturan yang berlaku. b. Mengarahkan dan mengatur penggunaan prasarana dan sarana kereta api di stasiunnya. c. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan atas pelaksanaan tugas dari pegawai di lingkungan stasiunnya. d. Melayani dan memberikan informasi yang diperlukan kepada masyarakat pengguna jasa di stasiunnya. e. Melaksanakan usaha pemasaran angkutan penumpang dan barang dalam usaha peningkatan pendapatan. f. Mengadakan evaluasi dan perbaikan secara bersama dengan pegawai di stasiunnya dan di unit lain yang terkait g. Melaporkan dan menyampaikan usulan kepada pimpinan secara hierarkis mengenai hal-hal yang dihadapi di luar kemampuan dan kewenangan stasiunnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan tugas seorang wakil kepala stasiun (Wks/b) yaitu membantu kepala stasiun dan melaksanakan tugas lain sesuai peraturan dari kepala stasiun dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas pelayanan. Tugas dari wakil kepala stasiun adalah: a. Membantu kepala stasiun dalam melayani dan memberikan informasi kepada penumpang atau calon penumpang. b. Membantu kepala stasiun dalam mengatur dan mengkoordinir tugas para pegawai di stasiunnya. c. Membantu kepala stasiun dalam mengatur dan mengkoordinir penggunaan prasarana dan sarana kereta api untuk kelancaran dan keamanan perka dalam rangka penerusan angkutan penumpang dan barang ke stasiun lainnya. d. Membantu kepala stasiun dalam melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas pelayanan dari pegawai stasiunnya. e. Mengerjakan tugas administrasi stasiun dan tugas lain sesuai petunjuk kepala stasiun. Sementara itu para pelaksana dan petugas stasiun terdiri dari: 1) Kepala Gudang Kapala gudang mempunyai tugas untuk menjaga aset dan semua peralatan yang dimiliki oleh Stasiun Solo Balapan. Dalam menjalankan tugasnya kepala gudang juga dibantu oleh penjaga commit to user malam dan mandor.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA) Mempunyai tugas membantu kepala stasiun dalam pelaksanaan tugas pelayanan yang berkaitan dengan pengaturan perjalanan kereta api di stasiun dan selama di jalan bebas pada petak jalan yang menjadi tanggung jawabnya secara aman, tertib, cepat, tepat, dan aman. Adapun fungsi PPKA adalah: a. Mengatur
dan
mengarahkan
persiapan
dan
penyusunan
rangkaian kereta api sesuai ketentuan peraturan yang berlaku sehingga perjalanan kereta api menjadi aman b. Mengatur dan memerintahkan penempatan rangkaian kereta api di jalur utama untuk persiapan naik dan turn penumpang c. Mengatur dan meyakinkan jalur, sinyal dan petak jalan yang akan dilalui kereta api dari stasiun dan sebaliknya d. Mengatur dan memberangkatkan kereta api sesuai peraturan yang berlaku e. Mengatur dan membantu usaha mempercepat naik dan turun penumpang atau muat bongkar barang untuk mencegah atau mengurangi
keterlambatan
kereta
api
serta
mencegah
kecelakaan f. Menyelesaikan tugas lain yang berkaitan dengan perjalanan kereta api
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Mengawasi dan memantau pelaksanaan kerja para pegawai yang berkaitan langsung dengan masalah keamanan dan kelancaran perjalanan kereta api 3) Kepala Kantor Barang Hantaran (KKBH) Tugasnya adalah mengirim dan menerima barang hantaran dari atau kepada stasiun Solo Balapan. Dalam menjalankan tugasnya KKBH ini dibantu oleh petugas pengirim atau penerima barang, porter dan mandor. 4) Pengawas peron (PAP) Tugasnya adalah membantu PPKA dalam melaksanakan tugas yang berkaitan dengan pelayanan kereta api. Fungsi dari pengawas peron adalah: a) Memantau persiapan dan penyusunan rangkaian penempatan rangkaian di spoor utama serta pemberangkatan kereta api sesuai jadwal dan peraturan perjalanan yang berlaku b) Menerima kereta api dan mengisi laporan kereta api, laporan harian
masinis,
dan
lain-lain
yang
diperlukan
dan
memberangkatkan kembali atau memerintah untuk dilangsir c) Memberi layanan dan informasi kepada penumpang/calon penumpang d) Mengawasi dan memantau pelaksanaan kerja dari petugas yang berkaitan langsung dengan keamanan dan kelancaran perjalanan commit to user kereta api dan langsir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e) Melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan pelayanan kereta api
5) Kepala Loket Kepala
loket
mempunyai
tugas
melaksanakan
kelancaran,
kemudahan, dan ketertiban pelayanan, penjualan, pemesanan karcis kereta api. Adapun fungsinya yaitu: a) Mengatur waktu pelayanan penjualan karcis kereta api sesuai jadwal perjalanan kereta api dan melayani pemesanan tiket dari tujuh hari sampai satu hari sebelum pemberangkatan kereta api b) Menyiapkan dan mengatur jadwal dinasan petugas loket dan petugas pemesanan tiket (Reservasi) Petugas Loket Penjualan Langsung/Penjualan Pemesanan Tiket (bilyetris) Bilyetris mempunyai tugas melaksanakan pelayanan penjualan dan atau pemesanan tiket kereta api dengan ramah, sopan dan murah senyum serta komunikatif. Fungsi dari bilyetris adalah: a) Melaksanakan pelayanan penjualan tiket kereta api. b) Melaksanakan pelayanan penualan karcis sesuai dengan harga yang tercantum dalam tiket. c) Mempersilakan penumpang untuk membayar dengan uang pas atau mempersilakan penumpang untuk menghitung uang commit to user loket. pembelian sebelum meninggalkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Memberikan pelayanan informasi jika diminta oleh penumpang dengan sopan, ramah, akomodatif, serta komunikatif.
6) Bendahara Bendahara mempunyai tugas mengelola dan mengatur keuangan yang ada di wilayah Stasiun Solo Balapan, baik pemasukan maupun pengeluaran
yang
dilakukan.
Dalam
menjalankan
tugasnya
bendahara dibantu oleh juru hitung, juru bayar, dan sebagainya yang berkaitan dengan keuangan. 7) Polsuska Bertugas melaksanakan fungsi pelayanan jasa keamanan dan ketertiban terhadap penumpang, pegawai yang sedang melaksanakan tugas, sarana dan prasarana serta aset perusahaan di lingkungan stasiun dan daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Polsusuka dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kasi Operasi dan Pemasaran melalui Kepala Stasiun.
B. PEMBAHASAN Daerah Operasional (Daop) VI Yogyakarta merupakan instansi pemerintah yang bertanggung jawab dalam transportasi kereta api untuk wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Salah satu jenis kereta api yang beroperasi pada daerah wilayah ini adalah Kereta Api commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Prambanan Ekspres (KA Prameks). KA Prameks merupakan sarana transportasi kereta api yang melayani pengguna jasa dengan jurusan Solo-Yogyakarta- Kutoarjo. Pada tahun 1994 kereta ini hanya menggunakan empat rangkaian kereta kelas bisnis yang ditarik oleh lokomotif diesel dengan rute Solo-Yogyakarta. Sejak 15 Oktober 2007 dilakukan uji coba rute Solo-Yogyakarta-Kutoarjo dengan pola operasi dua kali perjalanan sehari. Saat ini Daop VI Yogyakarta mengoperasikan tiga set KA Prameks yang masing-masing set terdiri dari lima gerbong dengan jumlah operasi pelayanan 10 kali per hari. Dari tahun ke tahun, jumlah pengguna jasa KA Prameks semakin meningkat. Kondisi ini antara lain disikapi dengan penyediaan gerbong khusus wanita sebagai salah satu perrwujudan upaya peningkatan pelayanan. Penerapan kebijakan penyediaan gerbong khusus wanita pada kereta api Prameks ini dimulai pada tanggal 4 September 2009. Kebijakan ini diterapkan sebagai bentuk apresiasi terhadap kaum perempuan dan menghindari pelecehan seksual yang kerap terjadi dalam sarana transportasi publik. Hal ini dilakukan juga sebagai tindak lanjut dari kebijakan pemerintah serta sebagai langkah antisipatif terhadap tuntutan masyarakat terutama yang berkaitan dengan latar belakang adanya kebijakan tersebut. Kebijakan
mengenai
penyediaan
gerbong
khusus
wanita ini
merupakan kebijakan khusus, kebijakan khusus merupakan kebijakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sementara yang keberlanjutannya akan ditentukan berdasarkan hasil evaluasi. Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai
seberapa jauh
pelanggan
terpuaskan),
hasil
kegiatan
dibandingkan dengan maksud yang diinginkan, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. Dengan adanya pengukuran kinerja maka akan diketahui mana yang harus dihargai serta dipertahankan dan mana yang harus diperbaiki oleh organisasi atau instansi tersebut. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara indikator yang dapat berbentuk rencana, sasaran, standar tertentu, ataupun harapan dengan realisasi yang sudah dilakukan oleh instansi tersebut. Bab ini menyajikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dalam hal penelitian tentang Kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks). Yang dimaksud dengan Kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) ini adalah kemampuan PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan serangkaian kegiatan dalam rangka memberikan pelayanan kepada penumpang wanita untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai perusahaan pemberi layanan. Pengukuran Kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) ini dikonsentrasikan pada beberapa indikator yaitu tangible
(ketampakan
fisik),
responsiveness
(responsivitas),
responsibility (responsibilitas), dan accountability (akuntabilitas). Pemilihan indikator-indikator tersebut beralasan karena penulis ingin melihat dan mengukur sejauh mana proses pelayanan diberikan kepada customer, artinya indikator-indikator tersebut berorientasi pada proses. 1. Tangible (ketampakan fisik) Tangible artinya ketampakan fisik dari gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh provider. Tangible atau ketampakan fisik ini digunakan sebagai tolok ukur yang penting untuk menentukan kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres. Indikator tangible ini dapat dilihat dari adanya sarana dan prasarana yang mendukung, seperti misalnya lokasi stasiun yang memadai dan memenuhi kebutuhan calon penumpang, kondisi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau keadaan kereta api, kenyamanan tempat duduk, dan sebagainya. Jika keadaan sarana dan prasarana yang ada sudah memadahi dan memenuhi standar maka kinerja PT. KAI sudah dapat dikatakan baik, karena bagaimanapun juga hal ini sangat berhubungan dengan kepuasan konsumen yang nantinya juga akan memberikan imej kepada penyedia layanan. Pelayanan merupakan suatu kegiatan atau suatu urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung dengan manusia atau mesin secara fisik untuk menyediakan kepuasan konsumen. Berdasarkan definisi tersebut maka pelayanan terkait dengan manusia atau orang yang melakukan pelayanan, dan mesin atau prasarana yang digunakan untuk melayani. Terkait dengan pelayanan perkeretaapian maka pelayanan tersebut terkait dengan sumber daya manusia, sarana prasarana dan separangkat aturan. Hal ini karena definisi perkerataapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta Api, maka agar dalam to user penyelenggaraan commit angkutan kereta api dapat diperoleh pelayanan
perpustakaan.uns.ac.id
jasa
digilib.uns.ac.id
transportasi
dengan
tingkat
keselamatan,
keamanan,
ketepatan, kelancaran dan kenyamanan yang tinggi, maka prasarana dan sarana kereta api yang dioperasikan harus mempunyai keandalan dan memenuhi persyaratan keselamatan, agar prasarana dan sarana kereta api selalu dalam kondisi siap pakai dan secara teknis laik untuk dioperasikan. Peraturan
Pemerintah
tersebut
membedakan
antara
prasarana dan sarana kereta api. Prasarana kereta api adalah jalur dan stasiun kereta api, termasuk fasilitas yang diperlukan agar sarana kereta api dapat dioperasikan. Sementara sarana kereta api adalah segala sesuatu yang dapat bergerak di atas jalan rel. Cakupan prasarana dan sarana kereta api menurut UU No 69 tahun 1998 disajikan dalam gambar berikut : Gambar 4.3 Cakupan Sarana dan Prasarana PT. KAI (Persero) Menurut UU No 69 tahun 1998
commit to user
Gambar 4.1 Cakupan Sarana dan Prasarana Kereta Api PERKERETAAPIAN PRASARANA
SARANA
Sarana penggerak
Sarana pengangkut
Sarana untuk keperluan
Jalur KA
Stasiun
Fasilitas operasi sarana KA
Jalan rel
Fasilitas pokok
Peralatan persinyalan
Rangka dasar dan badan
Rangka dasar dan badan
Rangka dasar dan
Peralatan telekomunikasi
Perangkat penggerak
Peralatan keselamatan
Perangkat penggerak
Instalasi listrik
Peralatan keselamatan
Alat perangkai
Peralatan keselamatan
Alat perangkai
Pintu dan jendela
Alat perangkai
Peralatan pengendali
Fasilitas pelayanan penumpang
Peralatan pengendali
Bidang tanah Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang
Fasilitas bongkar muat barang
Sumber: Stasiun Solo Balapan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari bagan tersebut terlihat bagaimana cakupan sarana dan prasarana perkeretaapian yang ada. Prasarana kereta api adalah jalur dan stasiun kereta api, termasuk fasilitas yang diperlukan agar sarana kereta api dapat dioperasikan. Untuk prasarana kereta api terbagi menjadi tiga bagian yaitu jalur kereta api, stasiun, dan fasilitas operasi kereta api. Menurut UU No 69 tahun 1998 jaringan jalur kereta api adalah seluruh jalur kereta api yang terkait satu sama lain yang menghubungkan berbagai tempat sehingga merupakan satu sistem. Jalur kereta api diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api yang meliputi daerah manfaat jalan kereta api, daerah milik jalan kereta api, daerah pengawasan jalan kereta api termasuk bagian bawahnya serta ruang bebas di atasnya. Jalan rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton atau konstruksi lain yang terletak di permukaan, di bawah dan diatas tanah atau bergantung beserta perangkatnya yang mengarahkan jalannya kereta api. Yang artinya jalur kereta api sendiri terdiri dari rel yang menempati sebidang tanah yang memang digunakan sebagai dasar dalam pembuatan jalur kereta api, yang juga didukung dengan fasilitas penunjangnya seperti bantalan rel, dan lain sebagainya yang dibutuhkan guna memperkokoh rel yang akan dilewati kereta api. Bagian yang kedua adalah prasarana yang berupa stasiun commit kereta api. Menurut UU to Nouser 69 tahun 1998 yakni stasiun kereta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
api sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, merupakan tempat kereta api berangkat atau berhenti untuk melayani naik dan turun penumpang dan/atau bongkar muat barang dan atau untuk keperluan operasi kereta api. Pada stasiun ini ditunjang dengan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang yang nanti akan dijelaskan lebih detail pada lingkar pelayanan stasiun pada penelitian ini. Bagian terakhir dari prasarana pada bagan tersebut adalah fasilitas operasi kereta api berupa peralatan persinyalan, telekomunikasi, dan instalasi listrik. Menurut UU No 69 tahun 1998 Peralatan persinyalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, terdiri dari: a.
sinyal, yang berfungsi untuk menunjukkan kondisi operasi sarana kereta api
b.
tanda, yang berfungsi untuk menunjukkan isyarat yang akan dilaksanakan oleh petugas yang mengendalikan pergerakan sarana kereta api
c.
marka, yang berfungsi untuk menunjukkan kondisi tertentu suatu tempat. Menurut pasal 28 UU No 69 tahun 1998 peralatan
persinyalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a.
mempunyai tingkat keamanan tinggi
b.
berkeandalan tinggi dan didukung dengan peralatan cadangan
c.
khusus untuk peralatan persinyalan yang digerakkan dengan tenaga listrik: 1) tidak saling mengganggu dengan peralatan listrik lainnya baik di jalur dan/atau stasiun maupun sarana kereta api. 2) mempunyai alat pendeteksi kesalahan/kegagalan. Peralatan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (4) huruf c UU No 69 tahun 1998, berfungsi untuk menunjang kegiatan penyampaian informasi dan/atau komunikasi bagi kepentingan operasi kereta api. Informasi dan/atau kegiatan komunikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus direkam. Namun hal ini belum memungkinkan karena belum tersedianya teknologi yang mendukung. Sedangkan instalasi listrik dipergunakan untuk menggerakkan kereta api bertenaga listrik, dan bagi berfungsinya persinyalan listrik dan peralatan telekomunikasi. Instalasi listrik terdiri dari pencatu daya listrik dan peralatan transmisi. Sarana kereta api adalah segala sesuatu yang dapat bergerak di atas jalan rel. Untuk bagian sarana perkeretaapian, menurut fungsinya terdiri dari tiga macam yaitu sarana commit to user penggerak, sarana pengangkut penumpang atau barang, dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sarana untuk keperluan khusus. Sarana penggerak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a, harus sesuai dengan spesifikasi prasarana kereta api dan memenuhi persyaratan teknis: a. rangka dasar dan badan b.
perangkat penggerak
c. peralatan keselamatan d.
alat perangkai
e. peralatan pengendali Menurut pasal 36 UU No 69 tahun 1998 sarana pengangkut penumpang atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf b, harus sesuai dengan spesifikasi prasarana kereta api dan memenuhi persyaratan teknis: a. rangka dasar dan badan b.
peralatan keselamatan dan keamanan operasi kereta api
c. alat perangkai Selain persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sarana pengangkut penumpang harus pula dilengkapi dengan: a. pintu dan jendela b.
fasilitas pelayanan penumpang Sarana pengangkut barang harus pula dilengkapi dengan
commit to user fasilitas untuk memudahkan bongkar muat barang. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sarana untuk keperluan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf c, harus sesuai dengan spesifikasi prasarana kereta api dan memenuhi persyaratan teknis: a.
rangka dasar dan badan
b.
peralatan keselamatan
c.
alat perangkai
d.
alat penggerak
e.
peralatan pengendali. Keberadaan sarana dan prasarana di stasiun tentunya
sangat penting untuk menunjang pelayanan yang diberikan. Jika fasilitas yang ada memenuhi apa yang diharapkan para pelanggan, maka untuk mencapai kepuasan konsumen bukanlah hal yang tidak mungkin. Hal ini diutarakan oleh Bapak Agus Wijayanto, selaku Kepala Stasiun Solo Balapan seperti sebagai berikut: “...ya tentunya penting sekali, pelayanan kan nggak bisa berjalan dengan baik kalau dari sisi fasilitas atau sarana prasarananya sendiri nggak menunjang. Kalau di stasiun ini sendiri itu luas lahannya 969.105 m2, kemudian luas bangunannya 2.635 m2, sisanya digunakan sebagai halaman dan tempat parkir. Lalu ada 2 (dua) ruang untuk loket, ada ruang tunggu, peron, dan hall depan. Fasilitas pendukung lainnya itu misalnya wartel dan toilet umum...” (wawancara tanggal 31 Januari 2011).
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa adanya sarana dan prasarana yang baik maka akan dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menunjang pelayanan yang memuaskan pula. Sarana dan prasarana pertama-tama dilihat dari kondisi stasiunnya sendiri. Apakah sudah baik atau belum, yang kemudian diikuti oleh sarana prasarana yang lainnya. Pada Stasiun Solo Balapan sendiri sudah dilengkapi dengan prasarana sebagai berikut: a. Luas lahan 969.105 m2, luas bangunan 2.635 m2, luas halaman 8000 m2, dan luas parkir 7000 m2. b. 2
(dua)
ruang
untuk
pelayanan/loket
(penjualan
langsung/pemesanan, penjualan untuk KA lokal). c. Ruang tunggu Eksekutif, VIP, 3 peron penumpang dan hall depan. d. Wartel dan 2 (dua) toilet umum gratis. Jenis kereta yang digunakan adalah Kereta Rel Diesel Elektrik (KRDE) dan Kereta Rel Diesel (KRD). Namun, KRDE lebih nyaman (minim dari getaran) dari pada jenis KRD. Hal ini mempengaruhi juga untuk kenyamanan penumpang yang ingin menikmati perjalanan. Kereta ini dapat menempuh jarak total hingga 62 km dengan rincian ada 7 stasiun yang akan dibuat berhenti. Waktu tempuh kereta, dengan jarak total 62 km dan kecepatan kereta 80-100 km/jam maka jarak tempuh kereta ini diperkirakan sekitar 60 menit dengan hitungan 10 menit untuk berhenti di stasiun yang telah disebutkan diatas, per stasiun commit to berhenti. user kurang lebih 2 menit waktu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kereta api jenis ini adalah yang pertama di Indonesia, dan merupakan kereta api yang dimodifikasi dalam pembuatannya. KRDE ini merupakan modifikasi dari KRL Holec yang dilakukan oleh PT INKA. Satu set kereta ini berkapasitas angkut sekitar 500 penumpang. Sehingga KRDE adalah sarana transportasi massal yang memiliki daya angkut yang cukup besar dan beroperasi di dalam kota maupun luar kota dengan lintasan rel sepanjang ±50 – 100 km. KRDE juga merupakan salah satu alternatif transportasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena menggunakan sistem one way yang semakin mudah dalam pengaturan ketertiban lalu lintas di dalam kota yang padat penduduknya. Adapun beberapa faktor keunggulan KRDE yang terdiri sebagai berikut : a. Kapasitas angkut yang besar (8 pnp/m2,40 – 60.000 pnp/jam). b. Headway yang tinggi (untuk jarak antar stasiun pendek 3-6 menit). c. Umur teknis yang panjang (30 - 40 tahun) dan keandalan tinggi (90 – 100 %). d. Keamanan tinggi untuk akses penumpang dalam waktu singkat (0.5 – 1 menit). e. Biaya operasi dan perawatan rendah (2 orang kru untuk 2500 penumpang). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Standar Kereta Rel Diesel diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 158/PL 304/PHB-87. Dalam KM ini disebutkan 15 paremeter desain KRD. Kelima belas parameter tersebut adalah: 1) Badan Kereta 2) Pintu 3) Interior 4) Kursi 5) Kabin Masinis 6) Sistem Pengaturan Udara 7) Bogie 8) Peralatan Rem 9) Motor Diesel 10) Transmisi Daya 11) Sistem Kontrol 12) Roda 13) Alat Perangkai 14) Peralatan Catu Daya 15) Motor dan Kompresor Dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dioperasikan sekitar lima hingga enam rangkaian gerbong sekali jalan, dan gerbong khusus wanita biasanya berada di posisi paling belakang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jenis kereta yang digunakan adalah jenis Kereta Rel Diesel Elektrik (KRDE), seperti yang diungkapkan oleh Bapak Agus: “...kalau di Jakarta itu menggunakan KRL Mbak, tapi karena di sini tidak ada saluran listriknya jadi diberi genset, jadi pakainya ya KRDE. Kalau di Jakarta memang sudah ada dari dulu. Begitu juga dengan Gerbong Khusus Wanitanya, keretanya sama cuma ada aksen gambar wanita di luar gerbongnya, kapasitasnya ya sekitar 150 orang...” (Wawancara tanggal 22 Februari 2011). Berikut tanggapan dari saudari Afifah sebagai pengguna jasa KA Prameks khususnya Gerbong Khusus Wanita: “...kalau keretanya sih menurut saya udah cukup nyaman ya Mbak untuk harga Rp. 9000,00. Nggak terlalu bising, jadi kalau mau baca-baca buku atau dengerin musik masih bisalah. Cuma ya kadang pernah mogok di tengah jalan gitu Mbak. Nggak tau kenapa, mungkin ada yang rusak atau apa begitu...” (wawancara tanggal 4 Februari 2011).
Hal yang sama turut diungkapakan pula oleh saudari Ine yang jusa menggunakan jasa KA Prameks: “...ya lumayan sih Mbak keretanya, nggak terlalu jelek juga, untuk perjalanan dari Solo ke Jogja ya cukuplah menurut saya. Paling kan perjalanannya cuma sekitar satu jam...” (wawancara tanggal 4 Februari 2011).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa penumpang KA Prameks seperti di atas, para penumpang merasa tidak terlalu keberatan dengan keadaan KA Prameks yang beroperasi pada saat ini. Mereka merasa cukup commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nyaman dengan keadaannya. Namun, saudari Afifah mengatakan bahwa kereta pernah mengalami kemogokan. Berbicara masalah
pelayanan
transportasi,
tentunya
berkaitan langsung dengan sarana dan prasarana karena berhubungan langsung dengan customer. Dalam memenuhi tugasnya untuk memberikan pelayanan juga tidak lepas dari berbagai macam kendala atau hambatan di bidang sarana dan prasarana, termasuk pada pelayanan KRDE Prameks. Hambatan atau kendala yang ada tersebut menurut penuturan Kepala Stasiun Solo Balapan adalah sebagai berikut: “...sebenarnya ada empat rangkaian kereta Prameks tapi yang satu lagi rusak dan ditaruh di Dipo karena tidak layak jalan jadi yang dioperasikan cuma tiga rangkaian saja. Kalau kendalanya itu keretanya masih kurang perawatan, jadi sering rusak, mogok di jalan. Jadi karena kita juga memenuhi permintaan yang tinggi, jadi kadang-kadang terpaksa kereta yang belum diberi perawatan sudah dipaksa jalan. Tapi kalau misalnya dari stasiun awal keretanya memang sedang nggak memungkinkan untuk jalan ya kita sediakan kereta cadangan yang kelas bisnis supaya nggak ngganggu kepentingan penumpang...” (wawancara tanggal 22 Februari 2011).
Hal senada juga dituturkan oleh Bapak Eko selaku Manajer Humas Daop VI Yogyakarta sebagai berikut: “...iya memang sebenarnya armada KA Prameks itu kurang, kita punya lima armada, yaitu tiga KRDE (Kereta Rel Diesel Elektrik) yang keretanya warna kuning, dan dua KRD (Kereta Rel Diesel) itu yang warna ungu. Nah, yang ungu ini keretanya sudah tua, sudah uzur, ada yang bikinan tahun ‘78, ‘80, ‘81, ‘86, harusnya ini diganti, tapi to user karena PT.commit KAI kekurangan armada, maka yang sudah tua
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini dioperasikan sepanjang itu aman. Sementara yang KRDE, yang kuning itu, satu rusak di INKA, sampai sekarang belum ada perbaikan. Itu rusak di traksi motornya, terus kelemahannya juga ada di kompresornya. Jadi praktis yang operasi itu hanya dua KRDE dan satu KRD. Jadi karena kekurangan armada otomatis operasional Prameks jadi tidak optimal. Lha tapi apa daya, kemampuan kita sebatas itu saja, pemerintah juga kurang peduli, kurang perhatiannya sama kereta api...” (wawancara tanggal 17 Maret 2011)
Berdasarkan
kutipan
wawancara
di
atas,
dapat
disimpulkan bahwa PT. KAI Daop VI Yogyakarta kekurangan armada KA Prameks, kereta yang ada kebanyakan sudah tua dan perlu diganti dengan kereta yang baru. Kereta Api Prameks yang beroperasi saat ini total hanya berjumlah sebanyak tiga set kereta api yang terdiri dari dua buah kereta jenis KRDE dan satu buah yang berjenis KRD. Sementara yang lain rusak dan tidak layak untuk beroperasi. Hal tersebut cukup mengganggu kegiatan operasional kereta api, karena terkadang kereta yang belum mendapatkan perawatan sudah dipaksa untuk beroperasi untuk memenuhi tuntutan masyarakat. Sehingga sering terjadi KA Prameks mogok di jalan, atau terlambat karena kurangnya armada. Kekurangan yang lain muncul pula pada gerbong khusus wanita, karena pada rangkaian KA Prameks termasuk gerbong khusus wanita tidak dilengkapi commit to user dengan fasilitas toilet, karena
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
waktu yang digunakan untuk menempuh jarak dari Solo menuju Kutoarjo cukup lama, hal ini tentunya menyulitkan penumpang yang ingin buang air karena tidak tersedia toilet di atas kereta api tersebut.
Selain itu juga tidak ada ruang tertutup untuk ibu
menyusui di gerbong khusus wanita mengingat kondektur, satpam, dan penjual snack keliling adalah laki-laki. Hal yang tak kalah pentingya adalah tidak tersedianya tangga yang mudah digunakan oleh para lansia, tangga yang ada terlalu tinggi sehingga hal ini menyulitkan para lansia yang ingin naik atau turun dari kereta. Positioning
KRDE
Prameks
dibandingkan
dengan
angkutan publik lainya (kompetitor) yang beroperasi di daerah Solo dan Yogyakarta adalah : a. Kereta KRDE Prameks lebih cepat dari taksi dan bus antar kota dalam propinsi. Hal ini dikarenakan kereta memiliki jalur khusus (railway) yang bebas hambatan. b. Realisasi KRDE Prameks menggunakan sistem operasi yang terjadwal. Hal ini akan memungkinkan penumpang untuk berangkat tepat waktu sesuai jadwal, sebagai contoh ada kereta pagi pukul 05.30 yang berangkat dari Solo menuju ke Yogyakarta yang dijadwalkan tiba di Yogyakarta pukul 06.45. Hal ini disesuaikan dengan aktivitas masyarakat Solo dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Yogyakarta yang mobilitasnya sangat tinggi seperti karyawan
atau
pegawai,
mahasiswa
dan
para
pedagang. c. Untuk pemberlakuan tarif, KRDE Prameks memiliki tarif masih lebih murah dari tarif bus antar kota dalam propinsi maupun taksi. 1) KRDE Prameks Solo-Yogyakarta Rp. 9000,00 2) Bus antar kota dalam propinsi (Bus umum) Rp. 10.000,00 3) Taksi sekitar Rp. 5.000/Km Kesimpulannya adalah : 1. KRDE Prameks lebih cepat daripada Bus Antar Kota Dalam Propinsi dan taksi. 2. Harga tiket untuk menaiki KRDE Prameks lebih murah daripada moda transportasi lain yang juga melayani rute dari Solo menuju Yogyakarta maupun sebaliknya. 3. KRDE Prameks lebih terjadwal waktu berangkat dan waktu sampainya. 4. KRDE Prameks dapat digunakan oleh siapapun, termasuk kalangan menengah ke bawah karena basic kereta ini adalah kereta bisnis lokal. Namun sudah cukup nyaman untuk kereta api jarak dekat, karena commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak
ada
pedagang
asongan
yang
menjajakan
dagangannya di atas kereta. Saudari Afifah menuturkan pendapatnya sebagai berikut: “...kalo saya lebih pilih naek Prameks ya Mbak kalau mau ke Jogja, apalagi saya kerjanya kan di Jogja jadi ya harus pintar-pintar milih transportasi umum. Kalau naik bus atau taksi kan jelas makan banyak waktu, selain itu lebih mahal juga, Mbak. Naik Prameks kan cuma Rp 9000,00 kalau naik yang lain pasti lebih mahal dan lebih makan banyak waktu, Mbak...” (wawancara tanggal 4 Februari 2011).
Hal senada diungkapkan pula oleh saudari Ine seperti berikut ini: “...aku sih lebih suka naik kereta aja. Soalnya kan lebih murah, pas buat kantong mahasiswa kayak aku, nyampe Jogja juga lebih cepet daripada naik bus Mbak. Keretanya juga cukup nyaman kok..” (wawancara tanggal 4 Februari 2011).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa penumpang, dapat disimpulkan bahwa menggunakan kereta api lebih cepat, murah dan nyaman daripada sarana transportasi umum lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PT KAI (Persero) telah menyusun standar operasi pelayanan di stasiun. Standar operasi pelayanan di tasiun tersebut dituangkan
dalam
LL006/VIII/7/KA-99.
Keputusan
Direksi
Dalam
menyusun
PT
KAI
Nomor
standar
operasi
pelayanan menggunakan dasar yang disebut dengan Lingkar Pelayanan Penumpang di Stasiun. Lingkar pelayanan penumpang ditasiun tersebut adalah bermacam-macam pelayanan di stasiun yang diberikan kepada penumpang masuk stasiun (stasiun asal) sampai keluar dari stasiun akhir yang dapat digambarkan seperti di bawah ini. Gambar 4.4 Lingkar pelayanan di stasiun
Sumber : Stasiun Balapan commitSolo to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Gambar 4.4 tersebut maka pelayananpelayanan bagi penumpang KA di stasiun dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu (1) pelayanan pada fasilitas utama, dan (2) pelayanan pada fasilitas pendukung. Uraian masing-masing pelayanan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pelayanan fasilitas utama, meliputi : a. Pelayanan
parkir
kendaraan,
pada
pelayanan
ini
dilakukan pelayanan parkir yang berupa penyimpanan dan pengaturan pergerakan kendaraan di area parkir dengan
mempertimbangkan
kelancaran
pergerakan
kendaraan. b. Loket karcis, pada fasiliras ini diberikan pelayanan penjualan tiket langsung pada hari keberangkatan dan atau pemesanan tiket (reservasi) sesuai kebutuhan. c. Pelayanan pintu peron (portir), pada tahap ini dilakukan pemeriksaan karcis dan juga memberikan informasi kepada penumpang terkait dengan posisi kereta api yang akan digunakan penumpang (letak jalur, nomor kereta, jam pemberangkatan dan sebagainya). d. Informasi kepada penumpang, informasi ini dapat berupa (1) papan petunjuk di stasiun berupa nama stasiun dan jam, loket penjualan, information desk, dan sebagainya, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) papan pengumuman yang diletakkan di hall dalam stasiun seperti ruang tunggu, ruang kepala stasiun, musholla, toilet dan sebagainya, dan (3) informasi yang diletakkan di emplasemen seperti papan penunjuk jalur, nomor rangkaian kereta dan sebagainya. Informasi yang diperleh dapat juga mendengarkan dari pengumumanpengumuman serta infomasi yang diperoleh dari meja informasi. e. Meeting Point (tempat bertemu), merupakan ruang atau tempat bertemu antara penumpang dengan penjemput dengan persyaratan tempat mudah diketahui, mudah dilihat, mudah dicapai, dan lokasi terbuka. 2. Fasiltas Penunjang yaitu meliputi : a. Fasilitas Telepon umum, berfungsi melayani penumpang, mudah
dijangkau
dan
berfungsi
untuk
melayani
penumpang. b. Toilet, berfungsi untuk kenyamanan penumpang. Toilet ini tersedia dalam jumlah yang memadahi, tersedia cukup air, bersih dan terdapat pengharum ruangan. c. Penitipan
barang,
berguna
untuk
mempermudah
melakukan mobilitas, karena tidak perlu membawa barang-barang yang berat. Penumpang dapat menitipkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
barang
yang
sementara
tidak
diperlukan
dengan
perjanjian dan biaya tertentu. d.
Ruang Tunggu eksekutif, berguna untuk menunggu keberangkatan kereta dalam ruangan yang aman, nyaman, dan dilengkapi perlengkapan hiburan dan toilet. Di stasiun Solo Balapan diberi nama Bale Manganti.
e. Kios,
sebagai
bagian
pelayan
penunjang,
calon
penumpang dapat memperoleh barang-barang yang diperlukan dengan harga yang wajar. f. Mushola, sebagai pelayanan untuk mendukung aktivitas peribadatan
kaum
muslimin.
Fasilitas
yag
harus
disediakan adalah tempat wudhu, perangkat sholat, penitipan sepatu/sandal, dan tidak dikenakan biaya. g. Ruang kepala stasiun, persyaratan ruang ini adalah mudah dilihat, mempunyai fasilitas telepon, TOKA, HT, lemari, meja dan kursi kerja serta meja/kursi tamu. h.
Ruang PPKA, letaknya relatif dekat dengan peron, sehingga mudah memberikan pelayanan perjalanan KA.
i. Pos Keamanan, persyaratan mudah diketahui, terdapat petugas jaga, terdapat buka pencatat pengaduan dan tindak lanjutnya j. Ruang ibu menyusui bayi, persyaratan ruangan tertutup dan terdapat meja kecil dan kursi. Namun di stasiun Solo commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Balapan ruangan ini menyatu dengan ruang tunggu yang diberi sekat. Dalam rangka memberikan memberikan pelayanan yang baik terhadap para penumpang, maka fasilitas-fasilitas baik fasilitas utama maupun fasilitas pendukung tersebut harus ditata sedemikian rupa sehingga mampu memberikan kemudahan untuk mengetahui dan kemudahan untuk menfaatkannya. Oleh karena itu tata letak dari masing-masing fasilitas tersebut sangat berpengaruh pada kualitas pelayanan di stasiun kereta api. Tata letak pelayanan tersebut merupakan perpaduan antara konsep lingkar pelayanan di stasiun dengan kondisi eksisting yang ada. Dan akan lebih baik lagi apabila denah yang menunjukkan posisiposisi fasilitas stasiun tersebut diletakkan di papan informasi sehingga mampu membantu calon penumpang untuk mencapai fasilitas tersebut. Berdasarkan hasil analisis mengenai sarana dan prasarana di atas dapat disimpulkan bahwa untuk indikator tangible atau ketampakan fisik yang dimiliki PT. KAI Daop VI Yogyakarta khususnya Stasiun Solo Balapan masih kurang memadai, karena untuk sarana kereta api sendiri masih sangat kurang, mengingat traffic kereta api yang tinggi tidak didukung dengan jumlah dan perawatan kereta api yang memadai. Jumlah kereta yang dioperasikan hanya tiga rangkaian saja, sedangkan KRDE commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Prameks beroperasi selama 12 kali dalam sehari. Sehingga sering terjadi kereta mogok di tengah jalan akibat kurangnya jumlah dan perawatan kereta api. Namun, untuk segi sarana dan prasarana yang lain seperti lokasi dan kondisi stasiunnya sendiri sudah cukup baik dan terawat. Pedagang kaki lima yang berada di depan deretan restoran, ruang Kepala Stasiun hingga ruang PPKA juga sudah tidak ada sehingga tidak mengganggu pemandangan dan diganti dengan kursi untuk menunggu kereta datang. Namun masih ada kios-kios dan kafe atau lounge resmi yang berada di sebelah kiri pintu masuk. Sehingga penumpang yang menunggu kereta datang masih dapat memanfaatkan fasilitas tersebut. Maka dari itu untuk menunjang kinerja pegawai yang baik sekaligus menciptakan kualitas pelayanan prima sehingga tercipta kepuasan pelanggan, harus didukung pula dengan dengan perbaikan sarana dan prasarana. Maka sekiranya memang perlu dilakukan perbaikan sarana dan prasarana yang kurang memadai karena hal itu sangat berpengaruh dalam menciptakan kepuasan pelanggan yang menggunakan jasa layanan angkut kereta api. 2. Responsiveness (responsivitas/daya tanggap) Secara singkat responsivitas atau daya tanggap di sini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan
dengan kebutuhan commit to user
dan
aspirasi
masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena
responsivitas
secara
langsung
menggambarkan
kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa responsivitas berarti kemampuan dari PT. KAI dalam merespon dan menanggapi apa yang menjadi permasalahan dan keinginan dari penumpang, artinya indikator ini menekankan pada seberapa besar daya tanggap pegawai atau petugas pada stasiun Solo Balapan dalam menanggapi dan membantu penumpang atau calon penumpang yang mengalami kesulitan. Hal ini juga bermanfaat bagi penyedia jasa yaitu: a. Untuk mengetahui dengan baik bagaimana bekerjanya proses bisnis. b. Untuk mengetahui dimana harus melakukan perubahan dalam
upaya perbaikan
secara terus-menerus
untuk
memuaskan pelanggan, terutama hal-hal yang penting untuk pelanggan. c. Untuk mengetahui apakah perubahan yang dilakukan mengarah ke arah perbaikan (improvement). Dalam setiap aktivitas apapun juga terutama yang menyangkut dengan pelayanan kepada umum pastilah banyak commit to user kesulitan yang dihadapi. Tidak mudah untuk memberikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelayanan yang memuaskan. Dalam proses pelayanan yang diberikan tersebut banyak keluhan yang diberikan akibat kurang maksimalnya pelayanan yang diberikan. Dalam hal ini petugas yang ada harus senantiasa siap untuk mengatasi persoalan yang timbul. Mereka harus segera tanggap dengan apa yang dibutuhkan oleh pelanggan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah sikap petugas dalam
menghadapi
pelanggan.
Dari
hasil
observasi
dan
wawancara terlihat bahwa petugas selama ini cukup responsif terhadap pelanggan. Mereka kelihatan terbuka, ramah, dan bersahabat. Seperti yang diungkapkan oleh saudari Afifah sebagai berikut: “...menurut saya sih udah cukup ramahlah Mbak, paling kan berhubungan dengan petugasnya cuma pas beli karcis aja mbak. Tapi ya kalau misalnya ada kesulitan ya saya tanya ke petugasnya atau ke customer service, Mbak..” (wawancara tanggal 4 Februari 2011).
Sedangkan saudari Ine menuturkan sebagai berikut: “...ya udah cukup sih menurut saya. Sejauh ini belum nemuin petugas yang judes juga sih Mbak. Biasanya kalau ada apa-apa ya saya tanya satpam atau petugas yang ada atau tanya ke customer service ya biasanya dibantu...” (wawancara tanggal 4 Februari 2011).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari petikan wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa sikap responsif yang ditunjukkan oleh petugas kepada penumpang sudah cukup baik. Jika ada penumpang yang merasa menemui kesulitan maka petugas membantu sebisa dan semaksimal mungkin. Mengenai hal yang sama, Bapak Eko memberikan tanggapannya sebagai berikut: “...ya kami usahakan memenuhi kebutuhan penumpang seramah mungkin ya Mbak. Apalagi kan ini sifatnya public service, jadi ya memang harus begitu. Nanti kalau mbaknya ketemu petugas yang nggak ramah, laporkan saja ke sini, karena kami kan nggak bisa memantau secara langsung. Nanti akan kami tindaklanjuti pegawainya, catat saja namanya siapa kan ada nama dadanya to itu? Kemudian kerjanya di mana, nanti kami tegur pegawainya...” (wawancara tanggal 17 Maret 2011)
Keluhan-keluhan
dari
masyarakat
pengguna
jasa
ditampung oleh pihak penyedia jasa yakni PT. KAI sendiri. Hal ini nantinya digunakan untuk mengukur sejauh mana kinerja berjalan dan sejauh mana pula kepuasan penumpang yang menggunakan jasa angkutan kereta api, dalam hal ini Bapak Agus mengatakan : “...keluhan-keluhan dari masyarakat tentunya kami tampung biar nantinya jadi refleksi dan evaluasi buat kami Mbak, apacommit yang to mestinya user ditingkatkan, dan mana yang harus segera diperbaiki, supaya nantinya pelanggan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merasa puas. Keluhannya itu bisa disampaikan langsung kepada staff kami, misalnya saya, atau pegawai yang sedang bertugas. Bisa juga melalui customer service yang sudah ada di depan itu, atau bisa juga ditulis dan dimasukkan di kotak saran yang sudah tersedia di depan. Sehingga kami bisa mengetahui letak kekurangannya dimana...” (wawancara tanggal 31 Januari 2011).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap pegawai PT. KAI (Persero) baik yang berada di Daop VI Yogyakarta maupun di Stasiun Solo Balapan tersebut, terlihat adanya keinginan dari PT. KAI (Persero) untuk bersikap tanggap untuk membantu customer yang mengalami kesulitan dalam hal pelayanan kereta api. Agar masyarakat mengetahui keberadaan dan fungsi dari gerbong khusus wanita ini, maka diadakan sosialisasi pada saat peluncuran perdananya, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Agus sebagai berikut : “...dulu pada saat peluncuran perdananya itu diresmikan oleh anggota DPD GKR Hemas, yang sekaligus juga merupakan Ratu Keraton Yogyakarta dan didampingi walikota Yogyakarta juga, kita ajak rekan-rekan wartawan untuk ikut melihat dan sekaligus bisa disosialisasikan lewat media massa atau media elektronik. Selain itu juga kan di gerbongnya sendiri sudah ada gambar dan tulisan yang menunjukkan bahwa itu gerbong khusus wanita...” (wawancara tanggal 31 Januari 2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal yang sama diungkapkan pula oleh Bapak Eko seperti berikut ini: “...iya dulu itu diresmikan oleh GKR Hemas, permaisuri Sultan HB X itu dulu beliau yang gunting pita pada saat pemberangkatan pertamanya sama Pak Walikota juga. Kalau sosialisasinya ya lewat media-media massa, koran misalnya. Lewat radio ataupun televisi baik lokal maupun nasional. Jadi kan masyarakat bisa tau kalau ada gerbong yang dikhususkan buat wanita...” (wawancara tanggal 17 Maret 2011)
Berdasarkan penjelasan dari kedua pegawai PT. KAI tersebut di atas, baik Bapak Agus maupun Bapak Eko mengatakan hal senada, pada saat peluncuran perdana Gerbong Khusus Wanita yang diresmikan oleh GKR Hemas yang merupakan Ratu Keraton Yogyakarta juga oleh Bapak Walikota Yogyakarta Herry Zudianto, sosialisasi dilakukan lewat media massa maupun media elektronik seperti radio dan televisi. Diberlakukannya gerbong khusus wanita ini merupakan sikap responsif dari PT. KAI atas masuknya keluhan-keluhan dari penumpang wanita khususnya yang menggunakan jasa kereta api untuk jarak dekat seperti kereta api Prameks sebagai bentuk pelayanan, keamanan dan kenyaman bagi penumpang yang membutuhkan perhatian khusus seperti para wanita atau ibu yang menyusui serta lansia, untuk menghindari adanya tindak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelecehan dari penumpang lainnya, seperti yang diungkapkan Bapak Agus seperti berikut: “...adanya gerbong khusus wanita ini kan juga sebagai tindak lanjut dari PT.KAI atas masuknya keluhan dari penumpang wanita yang merasa risih atau tidak nyaman jika berada di gerbong biasa, atau juga dari para lansia dan ibu yang menyusui. Karena di Jakarta banyak sekali kasus pelecehan yang dialami oleh para wanita yang menggunakan jasa angkutan kereta api setiap harinya...” (wawancara tanggal 31 Januari 2011).
Ibu
Asih selaku staff bagian komersial di Daop VI
Yogyakarta juga mengatakan hal yang sama seperti petikan wawancara berikut: “...gerbong khusus wanita ini kan kami dapat perintah dari EVP kami untuk mengkhususkan gerbong buat wanita ya Mbak. Kan itu salah satu bentuk sikap responsif dari kami Daop VI Yogyakarta kepada pengguna jasa kami terutama untuk kenyamanan penumpang wanita yang naik KA Prameks...” (wawancara tanggal 9 Maret 2011).
Hal senada diungkapakan oleh saudari Afifah selaku pengguna KA Prameks terutama Gerbong Khusus Wanita: “...saya mewakili para perempuan, khususnya yang sering memanfaatkan jasa prameks tampaknya harus banyak berterima kasih kepada PT Kereta Api. Memang gerbong khusus wanita bukan hal yang baru. Di negara lain, seperti India, sudah lama beroperasi kereta khusus wanita. Bagaimanapun, bercampur baur dengan lelaki bejibun mudharatnya, mulai dari ancaman seksual, kekerasan, commit to user memang perempuan dengan perempuan juga mungkin
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terjadi kekerasan, tapi secara umum kekerasan dilakukan oleh kaum lelaki terhadap perempuan, setuju nggak? juga kriminal. Coba deh cek di kantor polisi, bandingkan pencopet lelaki dengan pencopet perempuan, banyak yang mana?laki-laki kan?jadi ya menurut saya gerbong ini bermanfaat banget Mbak buat saya pribadi...” (wawancara tanggal 4 Februari 2011).
Saudari Ine pun berpendapat sama dengan saudari Afifah seperti berikut ini: “...menurut aku adanya gerbong khusus wanita ini bermanfaat banget buat kaum perempuan. Kadang kan kalau pas kereta lagi penuh gitu kan nggak enak juga desek-desekan sama laki-laki ya Mbak. Kalau disini kan isinya perempuan semua, jadi lebih nyaman...” (wawancara tanggal 4 Februari 2011).
Berdasarkan wawancara dengan beberapa responden di atas maka dapat diketahui bahwa para penumpang wanita menyetujui dan mendukung keberadaan gerbong khusus wanita karena dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat sekarang ini. Sejauh ini belum ada keluhan yang berarti yang muncul dari para penumpang wanita yang menggunakan fasilitas gerbong khusus wanita. Saudari Afifah mengenai keluhan sebagai berikut: commit to user
mengatakan tanggapannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“...sejauh ini sih nggak ada ya Mbak. Cukup nyaman dan amanlah naik gerbong ini, apalagi hampir tiap hari saya pake gerbong khusus wanita ini. Kan ada petugas dan satpam yang jaga juga jadi ya saya rasa cukup bagus buat ukuran kereta jarak dekat...” (wawancara tanggal 4 Februari 2011).
Sedangkan saudari Ine berpendapat sebagai berikut: “...kalau keluhannya apa ya..mungkin kadang suka telat aja gitu datengnya. Ya mungkin itu aja sih, kalau keluhan yang lain sih kayaknya nggak ada Mbak...” (wawancara tanggal 4 Februari 2011).
Hasil wawancara terhadap penumpang di Gerbong Khusus Wanita di atas menunjukkan bahwa selama ini keluhan yang muncul dari pengoperasian Gerbong Khusus Wanita masih relatif sedikit. Keluhan yang muncul biasanya soal keterlambatan kereta saja. sementara hal yang lain dirasa sudah tidak ada keluhan lagi. Bapak Agus menjelaskan sebagai berikut: “…sejauh ini belum ada keluhan-keluhan yang begitu berarti dari para penumpang wanita yang menggunakan fasilitas gerbong khusus wanita Mbak, karena mungkin ya keadaannya tidak separah di Jakarta, jadi di wilayah sini masih termasuk cukup aman...” (wawancara tanggal 31 Januari 2011).
Ibu Asih selaku staff bagian komersial Daop VI commit to user Yogyakarta mengungkapkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“...mengenai komplain dari masyarakat ya Mbak..sejauh ini kalau komplain soal Gerbong Khusus Wanita kayaknya sih masih minim. Kalau misalnya lagi ada rapat atau ada pertemuan-pertemuan dari manajer humas pasti memberi tahu ya Mbak. Di share dan dicari solusinya begitu. Tapi selama ini sih nggak ada keluhan yang berat dari penumpang Prameks, mungkin karena keretanya juga jarak dekat ya Mbak...” (wawancara tanggal 9 Maret 2011).
Selain itu, Bapak Agus juga menambahkan sebagai berikut: “...jadi kebijakan diadakannya gerbong khusus wanita di wilayah Daop VI Yogyakarta, termasuk di stasiun Solo Balapan ini hanya sebatas meneruskan program yang ada dari atas dan bersifat antisipasi saja agar hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang ada di Jakarta tidak terjadi atau sebisa mungkin dihindari mengingat di wilayah Daop VI Yogyakarta ini kasus pelecehannya tidak separah di Jakarta yang notabene memang kota besar. Dan juga kebijakan ini sifatnya kan sementara, jadi nanti kita lihat kalau sekiranya kurang efektif ya kenapa tidak dikembalikan seperti dulu saja, tidak perlu ada gerbong khusus wanita.Tapi sejauh ini tidak ada niatan untuk ke arah situ...” (wawancara tanggal 31 Januari 2011).
Bapak Eko selaku Manajer Humas bertanggapan sebagai berikut: “...kalau dulu ada, jadi awal pertama diluncurkan Gerbong Khusus Wanita ini, yang perempuan ngeluh, kok ini ada laki-laki masuk di sini, terus ada juga dari kaum lakilakinya, ngeluhnya mbok ini nggak usah ada pembatasan laki-laki dan perempuan, wong di sana ada kursi yang kosong masak saya nggak boleh masuk, begitu. Jadi dari commit to user dua pihak. Tapi dalam prakteknya di lapangan sekarang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini, seiring intensitas kita memantau Gerbong Khusus Wanita tadi kita awasi sekarang ini total dari hari ke hari sudah tau diri semuanya. Yan Yang laki-laki kalau dia duduk di Gerbong Khusus Wanita dia malu sendiri, awalnya juga kita ikut ngoprak-oprak gitu lho. Tapi sepertinya sekarang sudah ada komitmen dengan sendirinya kalau khusus wanita ya khusus wanita, nggak boleh ada laki-lakinya. Jadi sudah jalan seperti semestinya...” (wawancara tanggal 17 Maret 2011).
Berdasarkan kutipan wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan dari diadakannya gerbong khusus wanita ini merupakan feedback dari PT. KAI atas munculnya keluhan-keluhan dari penumpang wanita yang banyak mengalami pelecehan di atas gerbong kereta api terutama pada saat gerbong penuh, para penumpang wanita merasa tidak nyaman saat harus berdesak-desakan dengan penumpang pria. Namun, di wilayah Daop VI Yogyakarta termasuk juga stasiun Solo Balapan hanya sebatas meneruskan program yang ada dari pusat dan hanya bersifat antisipatif saja untuk mencegah tindak pelecehan kepada kaum hawa. Selain itu, karena kebijakan pengadaan gerbong khusus wanita ini hanya bersifat sementara, maka jika sekiranya pengadaan gerbong khusus wanita ini kurang efektif nantinya dapat ditiadakan dan kembali menjadi gerbong biasa. Namun hingga saat ini tidak ada niat dari PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta untuk mencabut kebijakan tersebut, melihat dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
respon masyarakat yang mendukung keberadaan Gerbong Khusus Wanita tersebut. Keluhan yang ada hanya terjadi pada saat awal kemunculan Gerbong Khusus Wanita baik dari laki-laki maupun perempuan. Para laki-laki mengeluhkan mengapa harus ada pembatasan antara laki-laki dan perempuan, sedangkan kaum wanita mengeluhkan masuknya laki-laki ke gerbong khusus wanita. Namun seiring berjalannya waktu, kerena diadakan pula pemantauan, hal tersebut kini sudah relatif tidak ada. Semuanya sudah mematuhi peraturan semestinya, para laki-laki pun sekarang merasa malu jika duduk di Gerbong Khusus Wanita. Dari hasil wawancara yang dilakukan baik kepada pegawai maupun penumpang dapat disimpulkan bahwa untuk indikator resposiveness atau daya tanggap yang dimiliki oleh petugas di Stasiun Solo Balapan sudah cukup baik. Para petugas membantu semaksimal mungkin bila ada penumpang yang merasa kesulitan ataupun menemui masalah. Namun, stakeholder dan regulator terkait dengan masalah perkeretaapian seperti Kementerian Perhubungan, Kementerian BUMN dan pemerintah tetap harus memantau dan mengukur sejauh mana kinerja PT. KAI agar terlihat apakah terjadi peningkatan atau justru malah penurunan kualitas pelayanan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Responsibility (responsibilitas) Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Responsibilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik yang dilakukan PT. KAI Daop VI Yogyakarta tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Pelanggaran yang terjadi dari penumpang di atas gerbong khusus wanita juga masih cukup minim, Bapak Agus menuturkan sebagai berikut: “...kalo pelanggaran itu masih minim ya mbak, masih bisa di handle, misalnya ada penumpang pria yang menerobos masuk gerbong khusus wanita, tapi kan kita ada satpam yang menjaga jadi bisa segera dipersilakan untuk pindah ke gerbong biasa. Dan kesadaran dari penumpang juga sudah cukup baik, yang laki-laki juga tidak berusaha masuk ke gerbong khusus wanita, karena kan sudah ada tandanya juga yang menunjukkan kalau itu gerbong khusus wanita, dan satpam juga berjaga tepat di depan pintu masuk gerbong khusus wanita. Kalau pelanggaran lainnya mungkin masih ada penumpang yang tidak bertiket, itu nanti kami kenakan denda dua kali harga tiket. Sempat juga terjadi ada penumpang yang kecopetan, tapi ya langsung kita proses, dibawa ke kantor polisi kemudian nanati diurus oleh pihak kepolisiannya...” (wawancara tanggal 31 Januari 2011).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari wawancara tersebut dapat kita ketahui sejauh mana pelanggaran yang dilakukan penumpang pada gerbong khusus wanita. Pelanggaran yang terjadi antara lain misalnya adanya penumpang pria yang masuk ke gerbong khusus wanita, namun satpam yang berjaga dengan sigap dan hormat mempersilakan penumpang pria untuk pindah ke gerbong biasa, karena satpampun juga berjaga tepat di depan pintu gerbong khusus wanita. Selain itu masih ada pula penumpang yang kedapatan tidak memiliki tiket, mereka dikenakan denda sebesar dua kali dari harga tiket. Juga masih dapat dijumpai adanya tindak kejahatan
seperti
pencopetan,
namun
hal
itu
langsung
ditindaklanjuti oleh pihak PT.KAI (Persero) dan segera diproses di Kepolisian. Hal yang senada juga dituturkan oleh saudari Afifah: “...karena saya sering naik Prameks dan duduk di Gerbong Khusus Wanita ini jadi saya tau ya Mbak. Banyak laki-laki yang sering salah masuk gerbong, maklum pas kereta datang kan penumpangnya bejubel. Namun, ternyata petugas cukup sigap. Mereka dengan cepat bergerak, mengusir dengan halus para lelaki itu. Reaksi kaum yang 'terusir' itu macem-macem. Ada yang tersipu-sipu malu, ada yang kaget, namun ada juga yang cuek. Akan tetapi, tanpa perlu bersusah-payah, mungkin karena penumpang Prameks kebanyakan kalangan terpelajar..akhirnya gerbong khusus wanita ini 'steril'. Para penumpang wanita pun merasa lega termasuk saya. Aman deh rasanya. commit to user Soalnya risih juga kan misalnya jika kita tak sengaja
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bersandar dan tertidur, sementara di depan kita ada sepasang mata lelaki bukan muhrim yang mempelototi kita...” (wawancara tanggal 4 Februari 2011).
Saudari Ine mengungkapkan hal sebagai berikut: “...biasanya sih ada laki-laki yang ‘nyasar’ sampe sini gitu Mbak. Mungkin bisa jadi karena nggak tau, atau sebenernya tau cuma sengaja aja masuk sini biasanya pas kereta lagi penuh. Itu juga kadang-kadang yang jual snack itu kan kadang laki-laki, Mbak..mereka lebih sering ‘nongkrong’ disini, nggak tau kenapa...” (wawancara tanggal 4 Februari 2011).
Menurut hasil wawancara dari responden dapat diketahui pelanggaran yang biasanya terjadi adalah masuknya laki-laki ke Gerbong Khusus Wanita. Selain itu penjual snack keliling yang ada di KA Prameks lebih sering berada di Gerbong Khusus Wanita. Namun sudah ada satpam yang berjaga di depan pintu Gerbong Khusus Wanita untuk memperingatkan jika ada laki-laki yang masuk ke dalam Gerbong Khusus Wanita. Untuk masalah faktor penghambat dalam penyelenggaraan pelayanan
Gerbong
Khusus
Wanita,
Bapak
Agus
juga
menambahkan sebagai berikut: “...kalau faktor penghambatnya itu ya, kita masih susah misalnya ada pasangan, atau keluarga yang tidak mungkin duduk terpisah, apalagi gerbong khusus wanita masih commit to user sering lebih lega daripada gerbong reguler yang biasanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penuh setiap harinya. Kalau misalnya kereta sedang penuh sementara gerbong khusus wanita masih lega ya penumpang wanita kami persilakan untuk pindah ke gerbong khusus wanita, sehingga gerbong reguler bisa digunakan untuk penumpang pria. Jadi sasarannya ya misalnya wanita-wanita yang single atau hanya datang sendiri atau dengan teman wanita, ibu, atau saudara perempuannya saja. Kalau keluarga atau pasangan kan nggak mungkin duduk berjauhan. Kecuali bagi bayi dan anak-anak yang berumur kurang dari 10 tahun bisa ikut ibunya ke gerbong khusus wanita...” (wawancara tanggal 31 Januari 2011).
Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa faktor penghambat dari diadakannya Gerbong Khusus Wanita ini misalnya ada pasangan atau keluarga yang terdiri dari perempuan dan laki-laki maka tidak mungkin mereka dipisahkan, jadi pada saat gerbong reguler sedang dalam posisi penuh, para wanita yang terlihat sendiri atau dengan keluarga atau teman yang wanita dipersilakan untuk menempati Gerbong Khusus Wanita. Karena biasanya gerbong reguler selalu penuh dan Gerbong Khusus Wanita masih kosong. Sementara dari petugas yang berjaga di gerbong khusus wanita masih pegawai laki-laki, berikut tanggapan Bapak Agus: “...iya, untuk pegawai memang masih laki-laki juga, karena menurut kami memang untuk wilayah Daop VI Yogyakarta sini memang belum terlalu membutuhkan pegawai wanita di gerbong khusus wanita, jadi untuk commit to user pegawai dan satpam kami sama ratakan dengan gerbong
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
reguler. Mengingat juga kasus pelecehan juga tidak separah di Jakarta jadi ya memang belum perlu ditambah pegawai wanita...” (wawancara tanggal 22 Februari 2011).
Bapak Eko juga memberikan komentar yang senada mengenai pegawai dan satpam yang ada di Gerbong Khusus Wanita seperti hasil wawancara berikut ini: “...iya memang laki-laki semua, kan itu petugas dan satpamnya sekaligus untuk Prameks secara keseluruhan, jadi memang nggak ada petugas atau satpam wanitanya, kerena kami merasa juga belum perlu, satpam dan petugasnya masih laki-laki semua, kan nggak urgent gitu ya Mbak...” (wawancara tanggal 17 Maret 2011).
Berdasarkan penjelasan di atas menurut Bapak Agus Wijayanto maupun Bapak Eko, memang saat ini belum dibutuhkan pegawai wanita untuk bertugas di atas gerbong khusus wanita, karena kasus pelecehan yang terjadi di wilayah Daop VI Yogyakarta tidak separah kasus yang ada di Jakarta bahkan relatif tidak ada. Oleh karena itu semua pegawai dan satpam baik dari gerbong reguler hingga gerbong khusus wanita seluruhnya adalah laki-laki.
Berikut pendapat saudari Afifah mengenai hal tersebut: “...saya sih nggak masalah kalo pegawai sama satpamnya laki-laki, sejauh mereka bisa menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik saya rasa sama aja mau petugasnya laki-laki atau perempuan. Lagipula kan ini commit to user gerbongnya cuma satu ya Mbak yang khusus wanita.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cuma saran saya, jangan hanya di Prameks saja. Coba seluruh kereta api di Indonesia dibuatkan gerbong khusus wanita jadi kan kami para wanita bisa dengan nyaman pergi kemana-mana naik kereta...” (wawancara tanggal 4 Februari 2011).
Hal yang sama turut pula diurai oleh saudari Ine sebagai berikut: “...menurut saya sih sama aja Mbak, nggak ada masalah. Yang penting keamanan dan kenyamanan di gerbong (gerbong khusus wanita) ini tetep terjagalah, point pentingnya sih itu Mbak...” (wawancara tanggal 4 Februari 2011).
Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa penumpang wanita tidak merasa keberatan jika pegawai yang bertugas di Gerbong Khusus Wanita merupakan pegawai laki-laki. Karena menurut mereka tidak ada perbedaan yang berarti baik dari pegawai laki-laki maupun perempuan sejauh pegawai tersebut dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengenai masalah keterlambatan kereta api yang sering terjadi Bapak Agus mengungkapkan sebagai berikut: “...iya, itu memang kadang terjadi ya, Mbak. Soalnya kita kan nggak tau kondisinya seperti apa, kadang ada kereta eksekutif yang mau lewat, karena jalur rel yang dipakai sama jadi ya KA Prameks harus ngalah mau nggak mau mendahulukan KAtoEksekutif lewat dulu. Tapi misalnya ya commit user itu tadi keterlambatannya gara-gara masalah yang ada dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
stasiun awal ya kita udah menyiapkan kereta penggantinya...” (wawancara tanggal 22 Februari 2011).
Sedangkan Bapak Eko memberikan tanggapannya sebagai berikut: “...jadi begini, ini bukan salah KA sepenuhnya, seharusnya kalau pemerintah punya komitmen untuk membesarkan transportasi massal seperti Kereta Api, katanya kan gitu ya?Katanya sebagai tulang punggung transportasi nasional, yang bisa mengangkut ribuan orang dalam sekali waktu untuk menghindari kemacetan lalu lintas di jalan raya. Tapi kenyataan di lapangan pemerintah lebih mengedepankan jalan raya, jalan raya digawe tol, ya to?Sedangkan rel kereta api dibiarkan saja yang sudah rusak-rusak itu, terus kendaraan jalan raya seperti mobil, motor, itu masuk terus, nah akhirnya kereta api ini tersisihkan. Sehingga prasarana dan sarananya kurang, itu yang paling sering menjadi faktor keterlambatannya. Jadi pemerintah perhatiannya kurang terhadap kereta api...” (wawancara tanggal 17 Maret 2011)
Mengenai kurangnya jumlah armada KA Prameks yang beroperasi Bapak Agus menuturkan pendapatnya sebagai berikut: “...kalau dibilang jumlah armadanya kurang ya jelas Mbak. Soalnya sehari itu kan KA Prameks beroperasi sekitar 10 kali baik dari stasiun Solo Balapan maupun yang di Jogja sementara kita cuma punya tiga rangkaian kereta saja, kadang kereta belum masuk perawatan sudah dipaksa jalan kan bikin keadaan keretanya jadi tambah parah. Tapi ya gimana lagi Mbak, kami nggak bisa berbuat banyak, soalnya masalah itu kan perlu biaya yang besar dan itu biasanya yang ngurus ya yang punya jabatan tinggi, kami disini cuma menjalankan saja...” (wawancara to 2011). user tanggal 22commit Februari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterlambatan memang kerap kali terjadi pada KA Prameks, menurut hasil wawancara di atas keterlambatan sering terjadi karena kurangnya sarana dan prasarana kereta api yang beroperasi pada saat ini. Kurangnya jumlah armada dan rel kereta api saat ini cukup mengganggu pengoperasian kereta api, sehingga sering menyebabkan keterlambatan yang mengakibatkan tidak optimalnya kinerja kereta api. Kurangnya jumlah armada KA Prameks yang beroperasi menjadi salah satu penghambat dalam memberikan pelayanan prima kepada penumpang. Karena jumlah KA yang beroperasi hanya tiga rangkaian saja sementara kereta beroperasi sebanyak 10 kali dalam sehari. Dengan traffic yang demikian padat dan tidak didukung dengan sarana yang memadai tentunya akan menghambat kinerja pegawai. Memang bukan hal yang mudah untuk dapat memenuhi hal tersebut, mengingat dana yang diperlukan untuk menambah armada KA cukup besar. 4. Accountability (akuntabilitas) Konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa jauh penyelenggaraan pelayanan publik dapat dipertanggungjawabkan secara langsung atau tidak commit to user kepada publik, maupun kepada pemerintah sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini berarti bahwa akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sebarapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan petunjuk pelaksana yang menjadi dasar atau pedoman penyelenggaraan pelayanan kepada pihak yang memiliki kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban. Dalam penelitian mengenai kinerja PT. KAI (Persero) dalam memberikan pelayanan kepada penumpang gerbong khusus wanita ini, lebih ditekankan kepada bagaimana para pengguna jasa layanan kereta api mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dalam gerbong khusus wanita. Mengenai dasar hukum diadakannya Gerbong Khusus Wanita, Bapak Eko berkomentar sebagi berikut: “...tidak ada dasar hukumnya, itu hanya aksioma saja. Kalau di Iran, ini cerita saja ya Mbak, perbedaan gender laki-laki dan perempuan itu tidak boleh bercampur. Tapi di sini tidak berangkat dari situ, bukan karena masalah agama, tapi karena kita semata-mata ingin menghormati kaum wanita. Karena kita menganggap wanita itu kaum yang perlu kita jaga, karena bentuk fisiknya yang relatif kalau desak-desakan kalah sama laki-laki. Kemudian jangan sampai kaum wanita iti dijadikan obyek untuk dieksploitasi untuk perbuatan tidak senonoh. Misalnya di Jakarta, banyak yang mengeluh ketika naik angkutan umum, tidak hanya KA saja ya angkutan umum, ketika sedang penuh itu banyak yang jowal-jawil, kemudian commit to user maaf, bokongnya dicemol, tapi itu kan di Jakarta ya. Kalau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di sini hal-hal seperti itu relatif tidak ada, karena kultur orang Solo dan Jogja itu rata-rata punya etika, akhlaknya baik, cuma dengan niat PT. KAI (Persero) untuk memberikan penghargaan juga memanusiawikan kaum hawa supaya dapat tempat duduk. Apalagi yang sudah sepuh, terus ibu-ibu hamil, kan mesakke gitu, tujuannya itu, kalau dasar hukum yang seperti bagaimana gitu tidak ada...” (wawancara tanggal 17 Maret 2011).
Sedangkan Bapak Agus memberikan penjelasan sebagai berikut: “...ya adanya gerbong khusus wanita ini kan kami meneruskan peraturan dari pusat ya, Mbak. Menanggapi masalah pelecehan yang ada di Jakarta, kalau nggak ada aturan dari atas ya kita juga nggak mungkin bikin aturan sendiri, bikin gerbong khusus wanita sendiri begitu. Dari pusat juga bikin aturan seperti itu kan juga ada sebabnya jadi ya kami tinggal mengikuti saja peraturan yang ada saja. Jadi kami hanya meneruskan aturan dari pusat saja. Mengenai pelaksanaannya kami usahakan semaksimal mungkin dan mengikuti aturan yang ada...” (wawancara tanggal 22 Februari 2011).
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Asih selaku staff bagian komersial Daop VI Yogyakarta sebagai berikut: “...kalau masalah itu kami dapat instruksi dari EVP kami pada saat itu Bapak Noor Hamidi untuk memberikan tambahan layanan untuk mengkhususkan gerbong untuk wanita di KA Prameks....” (wawancara tanggal 9 Maret 2011).
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa keberadaan Gerbong Khusus Wanita merupakan suatu instruksi dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Executive Vice President Daop VI Yogyakarta yang ketika itu masih dijabat oleh Bapak Noor Hamidi untuk menambahkan satu gerbong khusus wanita disetiap rangkaian gerbong KA Prameks untuk memberikan kenyamanan kepada penumpang wanita sekaligus sebagai suatu bentuk penghormatan dan penghargaan bagi kaum wanita dengan harapan supaya wanita mempunyai tempat khusus dan tidak perlu berebut dengan kaum lelaki yang relatif lebih kuat. Jadi pada intinya tidak ada dasar hukum yang menjadi pijakan diadakannya gerbong khusus wanita ini. Sebagai satu-satunya provider yang menyediakan layanan dalam hal perkeretaapian di Indonesia, PT KAI merupakan stakeholder yang berada di bawah Kementerian Perhubungan dan Kementerian
BUMN.
Dalam
kaitannya
menyangkut
soal
pertanggungjawaban dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat berhubungan dengan layanan dibidang perkeretaapian maka dibutuhkan kinerja pegawai yang penuh ketelitian, profesionalisme pegawai, dan kedisiplinan, dedikasi yang tinggi dan mengutamakan kepentingan penumpang. Untuk menggunakan jasa KA Prameks tujuan SoloYogyakarta atau sebaliknya, penumpang harus membeli tiket seharga Rp. 9.000,00 untuk sekali jalan. Dalam penentuan besarnya harga tiket KA Prameks Ibu Asih mengatakan sebagai commit to user berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“...kalau masalah harga tiket atau pricing itu sudah diatur dari kantor pusat Mbak. Karena kan mereka lebih tahu soal perhitungan dari harga pokok, biaya operasi, biaya perawatannya seberapa besar, jadi kami hanya tinggal menjalankan saja. tapi sejauh ini belum ada penumpang yang komplain soal harga tiket KA Prameks, karena masih termasuk terjangkau oleh semua lapisan...” (wawancara tanggal 9 Maret 2011).
Mengenai masalah penetapan harga tiket, Bapak Eko memberikan tanggapannya seperti di bawah ini: “....ya dihitung biaya operasionalnya berapa. Karena sebenarnya kami tetapkan harga segitu kami rugi jika dikalkulasi dengan biaya operasional, biaya pokok dan lain sebagainya. Kalau kami tetapkan harga sebesar Rp. 9.000,00 dengan okupansi 100%, artinya semua kursi penuh, dengan 20 kali trip itu artinya kami baru mencapai BEP (Break Event Point). Karena dengan harga segitu diiringi juga dengan kenaikan harga spare part, Kalau misalnya Rp. 10.000,00 itu baru kami bisa untung dan spare part yang sudah tua-tua itu bisa diganti. Karena harga sebuah traksi motor KA Prameks saja mencapai sembilan ratus juta, padahal kan Prameks ada empat traksi, kan repot kalau rusak, karena rusak satu pasti rusak semua, keretanya nggak bisa jalan...” (wawancara tanggal 17 Maret 2011)
Hasil kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa harga tiket KA Prameks yang beroperasi saat ini yaitu sebesar Rp. 9.000,00 ternyata baru mencapai BEP (Break Event Point) saja, artinya dalam hal ini tidak mendapatkan laba, namun biaya untuk tenaga sudah terbayar. Karena dengan harga sebesar itu diikuti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
juga dengan kenaikan harga spare part yang yang mencapai Rp.900.000.000,00 per traksi. Sedangkan saudari Afifah selaku penumpang menuturkan pendapatnya sebagai berikut mengenai harga tiket KA Prameks: “...saya sih nggak keberatan harga tiket segitu asal keretanya tetep dijaga kebersihannya, terus nggak mogokmogok di jalan lagi, nggak suka telat-telat lagi, saya sih bersedia bayar berapa aja asal pelayanan yang diberikan juga memuaskan Mbak...” (wawancara tanggal 4 Februari 2011).
Hal yang sama turut diungkapkan oleh saudari Ine: “...kalau harga segitu masih bisa ditoleransi ya Mbak. Masih terjangkau apalagi buat mahasiswa seperti saya yang tiap minggu pasti balik ke Jogja...” (wawancara tanggal 4 Februari 2011). Dari pernyataan di atas, para penumpang tidak merasa keberatan atas harga tiket KA Prameks yang ada sekarang ini. Namun, tentunya mereka menginginkan kualitas pelayanan yang baik dan memuaskan, seperti terjaganya kebersihan kereta api, dan tidak ada lagi kereta yang mogok maupun terlambat. Namun, bagi mereka yang menggunakan jasa angkutan KA Prameks setiap harinya dapat menggunakan KTB (Karcis Tarif Bulanan) semacam kartu yang dapat digunakan untuk naik KA Prameks selama satu bulan dengan membayar sejumlah uang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tertentu dan tentunya lebih murah bila dibandingkan harga tiket yang biasanya dibeli di loket. Seperti yang diutarakan oleh Bapak Agus berikut ini: “...iya itu namanya KTB (Karcis Tarif Bulanan), jadi semacam kartu bulanan yang bisa digunakan untuk naik KA Prameks selama satu bulan ya Mbak. Kalau mau membuat langsung saja hubungi petugas yang ada di loket, biaya pembuatannya sekitar Rp 317.000,00 dan setiap bulan warna kartunya berbeda, misalnya bulan ini warnanya merah, bulan depan kuning, itu untuk membedakan apakah kartu tersebut masih berlaku atau tidak...” (wawancara tanggal 22 Februari 2011).
Dari pernyataan Bapak Agus di atas, KTB atau Karcis Tarif Bulanan digunakan untuk berlangganan naik KA Prameks selama satu bulan. Dengan membayar sebesar Rp 317.000,00 penumpang dapat memiliki KTB tersebut dan berlaku selama 30 hari atau sebulan. Tentunya harga tersebut lebih murah jika dibandingkan dengan menggunakan tiket biasa yang dibeli langsung dari loket, karena jika kita hitung tiga puluh hari dikalikan harga tiket KA Prameks yaitu
Rp 9.000,00 dikalikan
dua untuk pulang pergi maka jumlahnya adalah Rp 540.000,00 sehingga penumpang dapat menghemat sebanyak Rp 223.000,00. Bagi mereka yang setiap hari menggunakan KA Prameks sebagai alat transportasi sehari-hari, hal ini tentu sangat meringankan beban yang harus dibayar untuk menaiki KA Prameks. Dan pada setiap bulan warna kartunya commit to user dibuat berbeda, hal ini untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memudahkan membedakan apakah kartu tersebut masih berlaku atau tidak. Selain itu kejelasan tentang sejauh mana suatu program dijalankan dan bagaimana pula hasil yang dicapai merupakan sesuatu yang penting sebagai tolok ukur dalam pengukuran kinerja suatu organisasi. Untuk itulah diperlukan adanya laporan pertanggungjawaban sebagai bukti pelaksanaan tugasnya dalam periode waktu tertentu. Berikut ini progres volume penumpang KA Prameks selama lima tahun terakhir: Tabel 4.3 Volume Penumpang KA Prameks Tahun 2006-2010 Tahun
Volume
Harga tiket
Pendapatan
(orang)
(Rp)
(Rp)
2006
1.045.117
7.000
7.315.819 000
2007
1.197.592
8.000
9.580.736.000
2008
1.955.042
8.000
15.960.336.000
2009
2.697.564
8.000
21.580.512.000
2010
2.701.576
9.000
24.314.184.000
Sumber : Daop VI Yogyakarta Dilihat dari tabel di atas terlihat bahwa KA Prameks mengalami peningkatan volume penumpang setiap tahunnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meskipun terjadi peningkatan harga tiket pada tahun 2006 sebesar Rp 1.000,00 dari
Rp 7.000,00 menjadi Rp 8.000,00 dan pada
tahun 2009 yaitu dari Rp 8.000,00 menjadi Rp 9.000,00 yang tentunya diikuti dengan peningkatan pendapatan setiap tahunnya. Sedangkan berikut di bawah ini merupakan target dan realisasi volume penumpang tahun 2011 yang pada saat penelitian berlangsung baru berjalan dua bulan Tabel 4.4 Target dan Realisasi Penumpang Kereta Api Prameks Tahun 2011 Stasiun Solo Balapan No
Bulan
Target (orang)
Realisasi (orang)
Persentase (%)
1
Januari
47.360
48.310
102
2
Februari
40.865
44.325
108
Sumber : Stasiun Solo Balapan Tabel 4.5 Target dan Realisasi Pendapatan Kereta Api Prameks Tahun 2011 Stasiun Solo Balapan No
Bulan
Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Persentase (%)
-1
Januari
458.525.035
474.870.000
104
2
Februari 395.642.505
432.127.000
109
Sumber : Stasiun Solo Balapan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa setiap bulannya penumpang di KA Prameks pada tahun 2011 yang baru berjalan dua bulan saat penelitian ini terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa peminat KA Prameks sejauh ini memang cukup banyak dan mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Karena pengoperasian KA Prameks ini merupakan suatu langkah tepat dalam bidang transportasi. Masyarakat diberikan satu lagi alternatif transportasi yang murah dan cepat sebagai sarana untuk berpergian yang menghubungkan antara Solo-Yogyakarta-Kutoarjo. Dengan pendapatan yang demikian besar setiap tahunnya sudah seharusnya PT. KAI memberikan layanan yang prima kepada penumpang. Namun yang terjadi saat ini sangat belum memenuhi
keinginan
dan
bahkan
sering
mengecewakan.
Misalnya saja soal keterlambatan kereta yang sering terjadi, hal ini tentunya sangat merugikan penumpang. Selain itu soal kemogokan kereta yang juga kerap terjadi saat kereta dalam perjalanan, sehingga penumpang harus menunggu beberapa lama hingga kereta selesai diperbaiki. Selain pendapatan, tentunya pihak PT. KAI juga mengeluarkan biaya yang digunakan untuk perawatan kereta api. Berikut adalah biaya yang dikeluarkan untuk memberikan commit to user perawatan KA Prameks:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6 Pemakaian Bahan Bakar dan Pelumas Lokomotif Tahun 2011 No
Kriteria
1
Pemakaian BBM
2
Pemakaian minyak pelumas
Jumlah
Harga
(liter)
(Rp)
760.710
3.481.691.768
27.168
552.601.188 Bersambung
Lanjutan 3
Pemakaian BBM Genset Kereta
8
35.151
Sumber : Bagian Sarana Daop VI Yogyakarta Tabel yang tersaji di atas merupakan daftar jumlah biaya pemakaian BBM dan pelumas bagi KA Prameks dalam waktu setahun. Untuk kereta yang berjenis KRD, yang masih beroperasi adalah KRD yang bertipe 78201, 80201, 82208, 82212, dan 82231. Untuk KRDE 052-an yang masih beroperasi adalah KRDE 05201, 05201, 05203, 05204, dan 05205. Yang terakhir yaitu KRDE 072-an yang beroperasi adalah KRDE 07206, 07207, 07208, 07209, dan 07210. Mengenai masalah pertanggungjawaban, Bapak Agus Wijayanto menjelaskan sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“...iya,ini yang kami laporkan sebagai bukti pertanggungjawabannya ya Mbak. Kalau di kami, di stasiun Solo Balapan ini kami laporkan ke bagian komersial Daop VI Yogyakarta, baik volume penumpang maupun pendapatannya, pertama kami lakukan pembukuan terlebih dahulu setiap empat hari sekali bentuk laporannya itu namanya bentuk laporan 680, kemudian tiap bulan kita laporkan, begitu juga tiap triwulan, semester hingga tahunannya kami rekap semua, ya kami laporkan kondisi yang ada di lapangan saja, seperti apa yang terjadi ya itu yang kami laporkan...” (wawancara tanggal 22 Februari 2011).
Laporan pertanggungjawaban di wilayah cakupan Daop VI Yogyakarta dilakukan secara berkala yaitu setiap bulan sekali seperti yang diungkapkan oleh oleh Ibu Asih seperti berikut ini: “...kalau pertanggungjawaban kami itu dilakukan setiap bulan baik dari sisi pendapatan, volume penumpang, labanya kami laporkan selain kepada EVP kami juga ke kantor pusat di Bandung. Nanti yang selebihnya, pertanggungjawaban ke regulator itu dilakukan oleh kantor pusat. Jadi bisa diketahui hasil yang dicapai maupun hambatan-hambatan yang dihadapi sehingga untuk selanjutnya dapat dilakukan perbaikan untuk program selanjutnya...” (wawancara tanggal 9 Maret 2011). Dari
pernyataan
di
atas
terlihat
adanya
pertanggungjawaban kegiatan yang dilakukan secara berkala setiap bulan sekali ke EVP dan kantor pusat yang berlokasi di Bandung. Setelah itu barulah dari pertanggungjawaban tersebut dilaporkan kepada Kementerian Perhubungan, Kementerian BUMN dan pemerintah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sementara itu Bapak Eko selaku Manajer Humas Daop VI Yogyakarta menuturkan sebagai berikut: “....iya, kami pertanggungjawabkan, Direksi mempertanggungjawabkan setiap tahun pasti itu ada laporannya, begitu juga di setiap semester, maupun triwulan. Kami laporkan terus perkembangan kereta api, baik labanya, kelemahan-kelemahannya apa, misalnya terjadi kecelakaan juga, kemudian berapa devidennya. Kan itu ada RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) setiap tahun sekali Mbak. Nah, dari Daop ini kami laporkan ke kantor pusat di Bandung, baru kemudian dari kantor pusat dilaporkan juga ke Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan, jadi ada dua...” (wawancara tanggal 17 Maret 2011)
Sedangkan untuk pertanggungjawaban PT. KAI kepada masyarakat, Bapak Eko menambahkan sebagai berikut ini: “...oh iya, pertanggungjawaban kepada masyarakat tentunya secara moral ya Mbak, tidak secara tertulis. Tapi jika masyarakat merasa ada yang dikecewakan ya apa daya, kemampuan kami hanya segitu. Yang pasti kami jelaskan apa yang terjadi, minta maaflah minimal kalau ada kereta yang terlambat atau ada pembatalan perjalanan karena kondisi yang ada kita ngomong apa adanya kepada masyarakat, bisa lewat media cetak, radio, televisi atau kelompok-kelompok Pramekers, begitu...” (wawancara tanggal 17 Maret 2011)
Dari apa yang telah dijelaskan di atas terlihat bahwa penyelenggaraan pelayanan telah dapat dipertanggungjawaban commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepada stakeholder terkait dan juga pemerintah, begitu pula pertanggungjawaban
kepada
masyarakat
dalam
bentuk
pertanggungjawaban moral melalui media cetak misalnya pada surat kabar Tribun Jogja pada hari Rabu, 22 Desember 2010. Juga media elektronik seperti televisi lokal Jogja TV, radio dan situssitus berita yang terdapat di internet. Selain itu juga kepada kelompok-kelompok Pramekers, yaitu suatu kelompok atau komunitas yang menggunakan jasa angkutan KA Prameks sebagai transportasi sehari-hari. Tidak jarang pula kelompokkelompok Pramekers ini mengadakan pertemuan dengan pihak PT. KAI untuk sharing mengenai kekurangan dan memberikan masukan-masukan dan saran kepada pihak PT.KAI terutama untuk peningkatan pelayanan kereta api Prameks yang mereka gunakan setiap harinya. Sebagai stakeholder yang memegang monopoli dalam bidang perkeretaapian sudah seharusnya PT. KAI (Persero) memberikan pelayanan prima kepada penumpangnya, karena hal tersebut merupakan hak dari penumpang. Secara umum, akuntabilitas PT. KAI (Persero) dalam memberikan laporan pertanggungjawaban sudah dilakukan secara berkala baik kepada Kementerian BUMN maupun Kementerian Perhubungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MATRIK HASIL PENELITIAN KINERJA PT. KAI (PERSERO) DAOP VI YOGYAKARTA DALAM PELAYANAN GERBONG KHUSUS WANITA KERETA API PRAMBANAN EKSPRES (PRAMEKS) (Studi Kasus Pada Stasiun Solo Balapan) No 1.
Indikator Tangible
Hasil Penelitian a. Kondisi dan fasilitas stasiun sudah cukup memadai. b. Kurangnya perawatan terhadap kereta api Prameks. c. Kurangnya jumlah armada kereta api Prameks yang beroperasi. d. KA Prameks merupakan jenis kereta bisnis, namun pada kenyataannya kereta yang dioperasikan adalah kereta jenis ekonomi. e. Tidak tersedianya toilet maupun ruang ibu menyusui wanita,
di
dalam
serta
tangga
gerbong
khusus
yang
mudah
dijangkau oleh lansia. 2.
Responsiveness
a. PT. KAI berusaha menanggapi keluhan penumpang dengan menyediakan kotak saran atau siap menerima dan mendengar keluhan. b. Keberadaan
Gerbong
Khusus
Wanita
merupakan sikap responsif dari PT.KAI dalam menanggapi keluhan soal pelecehan dari kaum perempuan. c. Keluhan
dari
para
wanita
tentang
pelayanan di atas Gerbong Khusus Wanita masih rendah. d. Sikap responsif yang ditunjukkan oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
petugas kepada penumpang sudah cukup baik. 3.
Responsibility
a. Pelanggaran yang terjadi di atas gerbong khusus wanita masih dapat di atasi. b. Petugas / satpam berjaga di depan pintu gerbong
khusus
mengingatkan
wanita
penumpang
pria
untuk yang
masuk ke gerbong khusus wanita. c. Penumpang
laki-laki
saat
ini
sudah
mengerti dan mematuhi aturan untuk tidak masuk ke gerbong khusus wanita. 4.
Accountability
a. Para penumpang tidak merasa keberatan dengan harga tiket KA Prameks yang telah ditetapkan. b. Pertanggungjawaban
dilakukan
secara
berkala setiap bulan dari setiap bagian kepada Kadaop dan kantor pusat. c. Daop
VI
Yogyakarta
memberikan
pertanggungjawaban kepada Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan. d. Pertanggungjawaban kepada masyarakat secara moral disampaikan lewat media cetak, media elektronik dan kelompok Pramekers.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kereta api merupakan salah satu sarana transportasi yang cukup banyak diminati oleh masyarakat Indonesia untuk melakukan perjalanan, juga merupakan sarana transportasi tertua karena sudah ada sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan transportasi publik
dalam
bidang
perkeretaapian.
Dalam
beberapa
dekade,
perkeretaapian menjadi bisnis yang berkembang pesat. Peningkatan jumlah penduduk dan mobilitas masyarakat baik dari kota Solo maupun Yogyakarta yang semakin lama semakin meningkat drastis otomatis membuat mobilitas antara kedua kota tersebut juga semakin tinggi. Untuk itu PT. KAI (Persero) menyediakan kereta komuter yang menghubungkan kedua kota tersebut yang bernama KA Prambanan Ekspress atau KA Prameks. PT Kereta Api (Persero) Daerah Operasional (Daop) VI Yogyakarta melengkapi rangkaian Kereta Api Prameks tujuan Solo-Yogyakarta-Kutoarjo dengan satu gerbong khusus untuk penumpang perempuan. Hal ini sebagai suatu bentuk penghormatan dan penghargaan dari PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta kepada kaum wanita untuk commit to user memberikan kenyamanan khususnya pada penumpang yang membutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perhatian khusus seperti para wanita atau ibu yang menyusui serta lansia, untuk menghindari adanya tindak pelecehan dari penumpang lainnya khususnya kaum laki-laki. Pengukuran Kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) ini dikonsentrasikan pada beberapa indikator yaitu tangible (ketampakan
fisik),
responsiveness
(responsivitas),
responsibility
(responsibilitas), dan accountability (akuntabilitas). 1. Tangible (Ketampakan Fisik) Tangible atau wujud fisik digunakan sebagai tolak ukur yang penting untuk menentukan kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres. Tangible atau wujud fisik ini dapat dilihat dari adanya sarana dan prasarana yang mendukung. Namun pada cakupan Daop VI Yogyakarta jumlah sarana dan prasarana yang ada sangat kurang memadai. Kurangnya jumlah armada kereta api Prameks yang beroperasi saat ini jauh dari cukup, karena hanya terdapat tiga set kereta api untuk beroperasi selama 28 kali trip setiap harinya. Selain itu juga, kereta api Prameks umurnya sudah tua dan seharusnya diganti. Namun karena terbatasnya dana, PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta belum dapat
menambah
armada lagi. Sehingga hal ini mengakibatkan kurang optimalnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelayanan
misalnya
sering
terjadi
keterlambatan
maupun
kemogokan kereta api. 2. Responsiveness Responsivitas dalam hal ini berarti kemampuan dari PT. KAI dalam merespon dan menanggapi apa yang menjadi permasalahan dan keinginan dari penumpang, artinya indikator ini menekankan pada seberapa besar daya tanggap pegawai atau petugas pada stasiun
Solo
Balapan
dalam
menanggapi
dan
membantu
penumpang atau calon penumpang yang mengalami kesulitan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa penumpang, daya tanggap atau responsivitas pegawai di PT. KAI Daop VI Yogyakarta dan Stasiun Solo Balapan sudah cukup baik dalam melayani penumpang di Gerbong Khusus Wanita. Terdapat satpam yang berjaga di depan pintu Gerbong Khusus Wanita untuk memastikan bahwa tidak ada laki-laki yang masuk ke dalam gerbong yang dikhususkan untuk kaum hawa tersebut. Keberadaan Gerbong Khusus Wanita juga merupakan salah satu bentuk sikap responsif dari PT. KAI Daop VI Yogyakarta kepada para wanita sebagai sebuah penghargaan dan penghormatan dimana para wanita tidak perlu bersaing dengan laki-laki untuk mendapatkan tempat duduk, terutama bagi para lansia dan ibu hamil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Responsibility Responsibilitas yang dimiliki pegawai PT. KAI (Persero) Stasiun Solo Balapan dalam memberikan pelayanan kepada penumpang sudah cukup baik. Pelanggaran yang muncul dari penumpang masih dapat diatasi oleh pegawai. 4. Accountability Akuntabilitas yang dimiliki oleh PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta dalam memberikan laporan pertanggungjawaban secara vertikal kepada Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan
telah
dilakukan
secara
berkala.
Sementara
pertanggungjawaban kepada masyarakat dilakukan dalam bentuk pertanggungjawaban moral yang disampaikan melalui media massa, media elektronik, maupun kelompok-kelompok Pramekers. B. Saran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bagaimana kinerja PT Kereta Api (PERSERO) Daop VI Yogyakarta dalam pelayanan gerbong khusus wanita Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) Studi Kasus Pada Stasiun Balapan Solo. Dalam beberapa aspek, kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta memang sudah cukup baik, namun masih banyak pula hal-hal yang masih jauh dari harapan yang diinginkan oleh penumpang, terutama di Gerbong Khusus Wanita, sehingga pelayanan yang diberikan masih belum optimal. Untuk itu ada beberapa saran yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bisa diperhatikan dan bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi, yaitu antara lain adalah sebagai berikut : 1. Kondisi sarana dan prasarana yang masih belum maksimal, dan cenderung memprihatinkan, misalnya saja kurangnya jumlah armada kereta api yang beroperasi. Hal ini sudah selayaknya mendapatkan perhatian yang lebih, diperlukan adanya kerja sama yang baik dari pihak pemerintah dan PT. KAI (Persero) sendiri untuk melakukan penambahan jumlah armada dan pemberian perawatan yang cukup pada armada kereta api yang sudah ada. 2. KA Prameks yang seharusnya beroperasi adalah jenis kereta api kelas bisnis, yang mana pada kereta kelas bisnis semua penumpang dijamin mendapatkan tempat duduk, namun pada kenyataanya yang dioperasikan selama ini adalah kereta kelas ekonomi. Hal ini tentunya tidak sesuai, oleh karena itu sudah seharusnya PT. KAI mematuhi peraturan yang ada dengan memberikan pelayanan dengan jenis kereta yang semestinya. 3. Seharusnya disediakan fasilitas toilet di dalam KA Prameks termasuk gerbong khusus wanita, agar para penumpang yang ingin buang air tidak perlu turun di stasiun untuk mencari toilet. 4. Tidak tersedianya ruang tertutup bagi ibu menyusui di gerbong khusus wanita, mengingat di gerbong tersebut masih banyak petugas atau satpam laki-laki, sehingga para ibu enggan menyusui anaknya meskipun sudah berada di gerbong khusus wanita. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Tangga khusus untuk para lansia seharusnya disediakan, karena sering kali para lansia tidak dapat mencapai tangga yang cukup tinggi jika ingin naik ataupun turun dari kereta. 6. Keterlambatan kereta api seharusnya dapat diminimalisir dengan melakukan pengecekan setelah kereta api selesai beroperasi, maka jika terdapat kerusakan segera dapat ditangani. Sehingga tidak perlu terjadi keterlambatan akibat kerusakan yang terjadi pada kereta api. 7. Bagi penumpang laki-laki sebaiknya mematuhi peraturan yang ada dengan tidak duduk di Gerbong Khusus Wanita tanpa disuruh atau diperingatkan oleh satpam yang bertugas. Jika semuanya sudah mematuhi aturan yang ada maka akan tercipta kenyamanan bagi semua penumpang. 8. Menurut salah satu penumpang yang penulis wawancarai, ia menginginkan agar semua jenis kereta api penumpang yang beroperasi di Indonesia diberikan Gerbong Khusus Wanita untuk menambahkan kenyamanan bagi kaum wanita. Karena menurutnya, keberadaan Gerbong Khusus Wanita sangat memberikan rasa nyaman dan aman dalam bertransportasi menggunakan jasa angkutan kereta api.
commit to user