1
KINERJA KEUANGAN AGROINDUSTRI KECAP SEGI TIGA (FINANCIAL PERFORMANCE ON AGROINDUSTRY KECAP SEGI TIGA) Tika Rostika Afriyani1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Riantin Hikmah Widi, Ir., M.Si.2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Suprianto, Ir., M.S3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] ABSTRACT The purpose of this study was to determine the company's financial performance from the aspects of liquidity, solvency and profitability. The method used in this research is the case study method on a business in the Kelurahan Tonjong Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka and site selection was done purposively. The results showed that the level of liquidity in the Triangle Ketchup company of the year 2007-2011 showed an increasing trend, in terms of the value of current ratio and quick ratio. Although for the average quick ratio not meet the standards. The average value of the current ratio of 255.16 percent, and the value of quick ratio of 140.28 percent. Solvency ratio analysis can be measured by using analysis RMSTA and RMSAT. RMSTA value in this study showed the average rat 87.81 percent, while the value RMSAT by 101.02 percent. When viewed from the trend analysis, the value RMSTA and RMSAT still fluctuate but show an increasing direction. Analysis of the profitability ratio, can be measured using NMR analysis, ROE and ROI. NMR values in this study showed an average of 5 percent, while the value of ROE of 3.62 percent and 3.16 percent of the value of ROI. And when viewed from the trend analysis, NMR value, ROE and ROI still fluctuates but shows the direction that tends to decrease. Keywords: Financial Performance, liquidity, solvability, profitability
2
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari aspek likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode studi kasus pada seorang pengusaha kecap Segi Tiga di Kelurahan Tonjong Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka dan pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat likuiditas pada perusahaan Kecap Segi Tiga dari tahun 2007-2011 menunjukkan trend yang semakin meningkat, baik dilihat dari nilai current ratio dan quick ratio. Walaupun untuk nilai rata-rata quick ratio belum memenuhi standar. Nilai rata-rata current ratio sebesar 255,16 persen, dan nilai quick rasio sebesar 140,28 persen. Analisis rasio solvabilitas dapat diukur dengan menggunakan analisis RMSTA dan RMSAT. Nilai RMSTA pada penelitian ini menunjukkan angka rata-rat 87,81 persen, sedangkan nilai RMSAT sebesar 101,02 persen. Bila dilihat dari analisis trend, nilai RMSTA dan RMSAT masih berfluktuasi namun menunjukkan arah yang semakin meningkat. Analisis rasio rentabilitas, dapat diukur dengan menggunakan analisis NMR, ROE dan ROI. Nilai NMR pada penelitian ini menunjukkan angka rata-rata sebesar 5 persen, sedangkan nilai ROE sebesar 3,62 persen dan nilai ROI sebesar 3,16 persen. Dan bila dilihat dari analisis trend, nilai NMR, ROE dan ROI masih berfluktuasi namun menunjukkan arah yang cenderung menurun. Kata Kunci: Kinerja keuangan, likuiditas, solvabilitas, rentabilitas PENDAHULUAN Sebagai motor penggerak pembangunan pertanian, agribisnis diharapkan akan dapat memainkan peranan penting dalam kegiatan pembangunan daerah, baik dalam sasaran pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. Sub sistem agroindustri adalah bagian dari sistem agribisnis yang dapat menjadi salah satu alternatif dalam diversifikasi produk hasil pertanian. Maka dari itu, pembangunan agroindustri perlu ditingkatkan agar dapat dan mampu menjamin pemanfaatan hasil pertanian dengan optimal, sehingga dapat memperkuat perekonomian nasional. Lingkup kegiatan subsistem agroindustri tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari pembangunan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud meningkatkan nilai tambah dari produk primer tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa agroindustri merupakan suatu industri yang
3
menggunakan produk dari hasil pertanian sebagai bahan baku dalam proses produksi yang dilakukan industri tersebut. Dari beragam jenis komoditas tanaman pangan yang berpotensi dapat dijadikan bahan baku dalam agroindustri dan memiliki keunggulan komparatif salah satunya adalah tanaman kedelai. Kedelai bukan tanaman yang asing lagi bagi masyarakat Indonesia, hal ini dikarenakan kedelai merupakan komoditas yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pada industri pengolahan hasil pertanian seperti pada industri kecap, tahu, tempe, minyak dan susu kedelai serta sebagai pakan ternak. Adanya industri pengolahan hasil pertanian yang berbasis kedelai, maka akan dapat menghasilkan nilai tambah yang lebih besar dari produk aslinya. Hal ini sejalan dngan pendapat dari Djumali Mangunwidjaja dan Illah Sailah (2005) yang menyatakan bahwa dengan adanya pengembangan agroindustri diharapkan dapat terjadi peningkatan nilai tambah hasil pertanian melalui pemanfaatan dan penerapan teknologi pengolahan. Berdasarkan hal diatas, maka pengembangan agroindustri kecil dan menengah yang berlokasi di pedesaan sangat diperlukan demi tercapainya keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri. Begitu pula dengan Kecamatan Majalengka yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Majalengka yang mengembangkan industri kecap. Tujuan dari perusahaan pada umumnya adalah ingin memperoleh laba semaksimal mungkin. Maka untuk dapat mencapai tujuan tersebut perusahaan harus dikelola dengan baik. Salah satu ukuran untuk menilai baik buruknya perusahaan adalah melalui penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan adalah suatu penilaian terhadap laporan keuangan perusahaan yang menyangkut posisi keuangan perusahaan serta pertumbuhan terhadap posisi keuangan tersebut (Ikatan Akuntansi Indonesia, 1999). Sehingga kinerja keuangan dapat didefinisikan juga sebagai ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Penilaian
terhadap
kinerja
perusahaan
dapat
dilakukan
dengan
menganalisa laporan keuangan, untuk mengetahui apakah kondisi keuangan
4
perusahaan dalam keadaan baik atau tidak maka dapat digunakan dengan berbagai analisa rasio, antara lain likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Dengan analisa rasio tersebut dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi (likuiditas), kemampuan perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang (solvabilitas) serta kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Bambang Riyanto, 1995). Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji tentang “Kinerja Keuangan Agroindustri Kecap Segi Tiga”, dengan mengambil lokasi penelitian di Kelurahan Tonjong Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.
METODE PENELITIAN Penelitian ini bermaksud ingin menggali informasi aspek-aspek finansial pada seorang pengusaha kecap, yaitu pengusaha Kecap Segi Tiga yang berdomisili
di
Kelurahan
Tonjong
Kecamatan
Majalengka
Kabupaten
Majalengka. Hasil penelitian ini tidak membuat generalisasi dari hasil analisis yang diperoleh. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus, hal ini selaras dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2010), yang menyatakan bahwa penelitian dengan metode studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer ialah data yang diperoleh secara langsung dari responden, yaitu pengusaha kecap Segi Tiga. Data sekunder adalah data atau informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian, namun tidak diperoleh langsung dari responden. Data sekunder ini diperoleh melalui studi dokumen dan keterangan dari institusi yang terkait dengan tema dan masalah penelitian.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengadaan Sarana Produksi Pengadaan sarana produksi dalam usaha kecap ini terdiri dari kacang kedelai hitam sebagai bahan baku utama. Sedangkan untuk bahan baku tambahan adalah gula merah dan garam serta untuk bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatan Kecap Segi Tiga ini antara lain kemiri, ebi, minyak kacang dan lainlain. Bahan baku utama yaitu kacang kedelai hitam dipasok dari wilayah Cirebon dan Majalengka sendiri tepatnya dari daerah Ciledug sedangkan jenis varietas yang digunakan ini merupakan kedelai varietas No.27. Untuk bahan baku tambahan berupa gula merah dipasok dari Bandung, Banjar dan Cianjur, sedangkan garam dipasok dari daerah Cirebon. B. Tenaga Kerja Aspek sumberdaya manusia dalam hal ini tenaga kerja yang bekerja di perusahaan Kecap Segi Tiga ini merupakan tenaga kerja yang berasal dari daerah sekitar perusahaan sehingga dapat mengurangi pengangguran di daerah tersebut. Jumlah tenaga kerja di perusahaan ini berjumlah 38 orang yang dibagi kedalam tiga divisi yaitu divisi produksi sebanyak 24 orang, divisi pemasaran sebanyak 11 orang dan untuk divisi keuangan dan SDM berjumlah tiga orang. C. Proses Pembuatan Kecap Peralatan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan kecap ini adalah wajan atau kawali, ember plastik, jolang, saringan, bakul besar, anyaman bambu, tampir, tungku dan kayu bakar. Proses pembuatan kecap pada perusahaan kecap Segi Tiga ini terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1) Persiapan bahan baku dan bahan penunjang Sebelum proses produksi dimulai semua bahan baku berupa kedelai hitam dan bahan penunjang seperti gula aren, garam, kemiri, minyak kacang, ebi dan benzoat terlebih dahulu disiapkan. 2) Pencucian dan perendaman Kacang kedelai yang telah memenuhi syarat untuk diolah selanjutnya dicuci dengan air hingga air cuciannya tidak keruh lagi. Setelah itu kedelai direndam
6
selam ± 12 jam, dengan tujuan untuk melunakkan struktur selulernya dan menaikkan kadar air biji kedelai. 3) Penirisan Kacang kedelai yang sudah direndam selama ±12 jam tersebut ditiriskan dengan tujuan untuk mengurangi kandungan air sisa perendaman kedelai. 4) Perebusan 1 Kemudian kecap direbus selama 3 jam dalam wajan besar sampai keempukan kedelai mencapai tingkat yang diinginkan. 5) Penjemuran 1 Kedelai yang sudah direbus, ditiriskan dalam bakul lalu dipindahkan dalam tampir. Kemudian dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari sampai tingkat kadar air tertentu (setengah kering). 6) Fermentasi kacang Langkah selanjutnya adalah melakukan fermentasi selama 1 minggu, dengan tujuan untuk mengeluarkan enzim-enzim yang dapat menguraikan senyawasenyawa yang terkandung dalam biji kedelai agar menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana diantaranya senyawa protein, lemak dan karbohidrat yang mudah larut dalam cairan sehingga akhirnya terekstraksi dalam kecap. 7) Penjemuran 2 Setelah proses fermentasi kedelai sempurna, kemudian dilakukan penjemuran kedua. Penjemuran ini dilakukan kurang lebih satu hari, dengan sesekali dilakukan pengadukan dan penggosokan, untuk membersihkan kedelai dari jamur-jamur yang menempel. 8) Fermentasi larutan garam Perendaman dalam larutan garam selama 2 minggu yaitu dengan mencampurkan air bersih dengan garam lalu direbus sampai mendidih, dengan tujuan agar sari-sari makanan pada kedelai terserap dalam larutan. Larutan garam yang digunakan adalah pelarutan 29,6 kg garam dalam 112 liter air, dan dapat digunakan untuk merendam 80 kg kedelai. Pengadukan dilakukan seminggu sekali agar proses perendaman merata. Pengaturan suhu dilakukan dengan cara membuka tutup tong pada siang hari dan ditutup pada
7
malam hari. Proses perendaman ini juga bertujuan agar mikroorganisme yang hanya bertahan dalam larutan garam saja yang dapat tumbuh, sehingga mikroorganisme yang merugikan dapat dihilangkan. 9) Perebusan 2 ( pewedangan ) Setelah proses perendaman selesai, maka kedelai yang ada dalam tong-tong kayu kemudian diangkat, sehingga yang tertinggal adalah air rendaman saja atau disebut dengan wedang. 10) Penyaringan 1 Air rendaman atau wedang tadi kemudian disaring menggunakan ayakan. 11) Pemasakan 1 Kedelai hasil rendaman tadi masih harus direbus kembali dengan air tawar sampai mendidih, agar sari-sari kedelai dapat terserap sempurna ke dalam air rebusan. Perebusan ini dilakukan selama dua jam. 12) Penyaringan 2 Setelah perebusan selesai, kedelai dipisahkan dari air rebusannya dengan cara disaring memakai kain halus, kedelai hasil saringan ini dinamakan ampas kecap. Sedangkan air rebusan dicampurkan dengan air hasil dari rendaman tadi. 13) Pemasakan 2 Campuran air rebusan dan air rendaman kemudian dimasak selama empat jam hingga mencapai kekentalan yang diinginkan. Pada proses ini pun dilakukan pencampuran dengan gula aren yang terlebih dahulu telah dimasak guna memisahkan kotoran yang terdapat dalam gula. Selain itu dicampurkan pula garam dan bahan pembantu lainnya. Kecap kemudian dimasukkan kedalam tong-tong kayu yang telah disiapkan untuk selanjutnya dilakukan pendinginan. Proses pendinginan ini dilakukan selam 2-3 hari, agar kecap benar-benar dingin. 14) Pembotolan dan penutupan Tahapan terakhir adalah pengemasan atau pembotolan. Kecap yang telah melalui proses pendinginan kemudian dimasukkan kedalam botol dengan berbagai ukuran, kemudian ditutup dan disegel.
8
D. Pemasaran Pada saat ini perusahaan Kecap Segi Tiga sedang mempersiapkan diri untuk merubah sifat produksi dari MTQ (Make to Order) menjadi MTS (Make to Stock). Daerah pemasaran kecap produk dari perusahaan Kecap Segi Tiga ini yaitu meliputi Kabupaten Majalengka, Subang, Indramayu, Cirebon, Sumedang, Kuningan, Bandung dan Tangerang. Akan tetapi, untuk hampas kecap dan gendek selalu habis terjual di pabrik. Sasaran pasar untuk tahap awal pihak perusahaan lebih menekankan masyarakat konsumen tingkat menengah ke bawah, selanjutnya tidak menutup kemungkinan pemasaran dan jaringan pasar perusahaan akan dikembangkan secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan tingkat konsumen lainnya seperti mensuplai ke supermarket, perhotelan, dan sebagainya. Sistem pembayaran yang dilakukan dalam pemasaran kecap antara perusahaan dengan pedagang di pasar dilakukan dengan sistem konsinyasi untuk pedagang lama dan cash untuk pedagang baru. E. Analisis Likuiditas Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Hasil perhitungan likuiditas berdasarkan current ratio dan quick ratio ditunjukkan dalam tabel berikut: Tabel 1. Likuiditas Perusahaan Kecap Segi Tiga dari Tahun 2007-2011 Periode 2007 2008 2009 2010 2011
Current Ratio (%) 172,75 173,6 227,54 338,91 363
Quick Ratio (%) 85 83,3 131,74 181,82 219,51
Melihat tabel diatas, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan perusahaan kecap Segi Tiga dari sisi Current Ratio dapat dikatakan baik karena sudah memenuhi standar 200 persen yaitu dengan nilai rata-rata 255,16 persen. Ini berarti Ini berarti setiap Rp. 100,00 hutang lancar yang dimiliki perusahaan
9
dijamin dengan Rp. 255,16 aktiva lancar. Sedangkan apabila dilihat dari sisi Quick Ratio, kinerja keuangan perusahaan masih dikatakan kurang baik karena belum memenuhi standar 150 persen yaitu hanya memiliki nilai rata-rata sebesar 140,28 persen. Artinya setiap Rp. 100,00 hutang lancar dijamin dengan Rp. 140,28 aktiva lancar yang dimiliki perusahaan tanpa memperhitungkan persediaan. 400 350 300 250 200
Current Ratio (%)
150
Quick Ratio (%)
100 50 0 2007
2008
2009
2010
2011
Gambar 1. Likuiditas Perusahaan Kecap Segi Tiga dari Tahun 2007-2011 Berdasarkan gambar grafik di atas, terlihat bahwa nilai Current Ratio dan Quick Ratio perusahaan Kecap Segi Tiga dari tahun 2007-2011 menunjukkan trend yang terus meningkat. F. Analisis Solvabilitas Solvabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya. Hasil perhitungan solvabilitas berdasarkan rasio modal sendiri dengan total aktiva dan rasio modal sendiri dengan total aktiva tetap ditunjukkan dalam tabel berikut:
10
Tabel 2. Solvabilitas Perusahaan Kecap Segi Tiga dari Tahun 2007-2011 Periode 2007 2008 2009 2010 2011
RMSTA (%) 85,32 92,01 83,64 87,56 90,5
RMSAT (%) 96,88 100,3 96,5 104,23 107,2
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan perusahaan kecap Segi Tiga dari sisi RMSTA dapat dikatakan baik karena sudah memenuhi standar 50 persen yaitu dengan nilai rata-rata 87,81 persen. Artinya setiap Rp 100,00 total aktiva mampu dijamin dengan Rp 87,81 modal sendiri. Sedangkan apabila dilihat dari sisi RMSAT, kinerja keuangan perusahaan masih dikatakan kurang baik karena belum memenuhi standar 150 persen yaitu hanya memiliki nilai rata-rata sebesar 101,02 persen. Ini berarti setiap Rp. 100,00 aktiva tetap mampu dijamin dengan Rp. 101,02 modal sendiri.
120 100 80 RMSTA (%)
60
RMSAT (%)
40 20 0 2007
2008
2009
2010
2011
Gambar 2. Tingkat Solvabilitas Perusahaan Kecap Segi Tiga dari Tahun 2007-2011 Berdasarkan gambar grafik di atas, terlihat bahwa nilai RMSTA dan RMSAT perusahaan Kecap Segi Tiga dari tahun 2007-2011 menunjukkan trend yang berfluktuatif namun menunjukkan arah yang semakin meningkat.
11
G. Analisis Rentabilitas Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Hasil perhitungan rentabilitas ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 3. Rentabilitas Perusahaan Kecap Segi Tiga dari Tahun 2007-2011 Periode 2007 2008 2009 2010 2011
NMR (%) 5,65 5,15 4,95 5,12 4,13
ROE (%) 3,71 3,52 3,76 3,87 3,25
ROI (%) 3,17 3,14 3,15 3,4 2,94
Kinerja keuangan perusahaan bila berdasarkan ROE dan ROI dapat dikatakan kurang baik karena masih belum memenuhi standar yang telah ditentukan namun apabila dilihat dari sisi NMR maka kinerja keuangan perusahaan sudah dikatakan baik karena telah memenuhi standar. Nilai NMR pada penelitian ini menunjukkan angka rata-rata sebesar 5 persen, sedangkan nilai ROE sebesar 3,62 persen yang berarti setiap Rp 100,00 modal sendiri mampu menghasilkan laba sebesar Rp. 3,62. Nilai ROI sebesar 3,16 artinya setiap Rp. 100,00 investasi dapat menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 3,16.
6 5 4 NMR (%)
3
ROE (%) ROI (%)
2 1 0 2007
2008
2009
2010
2011
Gambar 3. Tingkat Rentabilitas Perusahaan Kecap Segi Tiga dari Tahun 2007-2011
12
Berdasarkan gambar grafik di atas, terlihat bahwa nilai NMR dan ROE perusahaan Kecap Segi Tiga dari tahun 2007-2011 menunjukkan trend yang berfluktuatif namun menunjukkan arah yang cenderung menurun sedangkan nilai ROI menunjukkan trend ynag cenderung menurun. Nilai rata-rata pada rasio tingkat pengembalian modal sendiri yaitu 3,62 persen yang berarti setiap Rp 100,00 modal sendiri mampu menghasilkan laba sebesar Rp. 3,62. Sedangkan untuk nilai rata-rata rasio tingkat pengembalian investasi yaitu 3,16 persen, artinya setiap Rp. 100,00 investasi dapat menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 3,16. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan karena perusahaan lebih banyak menginfestasikan modalnya kedalam tanah dan bangunan yang tidak berkorelasi secara langsung dengan proses produksi. Hal ini karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan keluarga yang mana asset tanah dan bangunan adalah warisan keluarga yang dimasukan kedalam asset perusahaan sehingga penggunaan tanah dan bangunan masih belum optimal.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan-pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila dilihat dari sisi current ratio, equity to total asset ratio dan net margin ratio dari tahun 2007-2011, maka kinerja keuangan perusahaan sudah dapat dikatakan baik. Namun apabila berdasarkan likuiditas yang dilihat dari sisi quick ratio, solvabilitas dari sisi RMSAT dan rentabilitas dari sisi ROE dan ROI maka kinerja dari perusahaan Kecap Segi Tiga ini masih dapat dikatakan kurang baik, hal ini dapat dilihat pada ketiga analisis rasio tersebut menunjukkan nilai yang rendah dan belum memenuhi standar. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan Kecap Segi Tiga yaitu agar perusahaan diharapkan dapat meningkatkan dan memperbaiki lagi kinerja keuangan perusahaan sehingga dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan sejenis
13
lainnya. Diantaranya, dengan melakukan pemangkasan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan, mencari pemasok bahan baku dari daerah sekitar yang lebih dekat sehingga dapat mengurangi biaya transportasi yang harus dikeluarkan, meningkatkan intensitas produksi dan meningkatkan promosi daripada produk yang dimiliki sehingga kemungkinan untuk terjadinya peningkatan penjualan dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA Bambang Riyanto. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE UGM. Yogyakarta. Djumali Mangunwidjaja dan Illah Sailah. 2005. Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia. 1999. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Penerbit Rineka Cipta. Yogyakarta