perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KINERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA SURAKARTA DALAM PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
SKRIPSI
Disusun untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Sosial Universitas Sebelas Maret
Di susun oleh :
Eko Apriyanto D 0105065
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing
Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si NIP. 195310091980032003
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari
:
Tanggal
: Tim Penguji
1. Ketua
: Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si NIP. 196010091986011001
2. Sekretaris : Dra. Sudaryanti, M.Si NIP. 195704261986012002 3. Penguji
: Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si NIP. 195310091980032003
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Drs. H. Supriyadi SN. SU commit to user NIP 195301281981031001
(………………)
(………………)
(………………)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama
: Eko Apriyanto
NIM
: D 0105065
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul : “KINERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA SURAKARTA DALAM PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.
Surakarta,
Januari 2011
Yang membuat pernyataan,
Eko Apriyanto
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan rasa cinta dan ketulusan hati, skripsi ini kupersembahkan untuk : v
Allah SWT atas segala limpahan nikmatNya..
v
Kedua Orang Tua Ku tercinta yang tiada putus asa akan do’a, kasih sayang dan pengorbanannya serta yang selalu mengharap keberhasilan buah hatinya ini..
v
Saudara-saudaraku tersayang “my truely inspirations”..aku belajar banyak dari kalian Guys..
v
Sahabat-sahabatku seperjuangan di FISIP AN 2005..
v
Masa Depan ku..
v
Almamater..
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”. (Q. S Alam Nasrah : 6, 7, 8)
“Pengetahuan tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan adalah buta, dan ilmu dan agama adalah wajah yang cantik dan tampan” (Albert Einstein)
“Bersunggunglah saat harapan Anda kecil, lebih bersungguhlah saat Anda mungkin kalah dan makin bersungguh-sungguhlah saat Anda tidak mungkin menang. Itulah iman. (Penulis)
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba. Karena di dalam mencoba itulah, kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk BERHASIL” (Penulis)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. Dengan mengucap Alhamdulillahi Robbil’Alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul : “KINERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA SURAKARTA DALAM PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, pengarahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1.
Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si selaku Pembimbing Skripsi dan Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan, arahan serta nasehat selama penulisan skripsi dan saat penulis menempuh kuliah.
2.
Drs. Sudarto, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Drs. Supriyadi, SN, SU. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.
Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS atas segala ilmu yang diberikan selama penulis kuliah.
5.
Drs. Toto Amanto, MM selaku Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta.
6.
Siti Khotimah, S.Sos selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta.
7.
Esti Partiwi, SE selaku Kepala Sub Bagian TU KPPT Kota Surakarta.
8.
Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan terbuka untuk perbaikan skripsi ini kedepannya. Semoga skripsi ini berguna untuk pengembangan dan penelitian selanjutnya serta bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Surakarta, commit to user
Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………………...
i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………....
ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….....
iii
HALAMAN PERNYATAAN...........................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………..
v
HALAMAN MOTTO……………………………………………....................
vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………..... vii DAFTAR ISI………………………………………………………………….... ix DAFTAR TABEL…………………………………………………………….... xi DAFTAR GAMBAR………………………………………………………....... xii ABSTRAK……………………………………….…………………………….. xiii ABSTRACT.......................................................................................................
xiv
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................
1
A. Latar Balakang Masalah……….………………………................... 1 B. Rumusan Masalah………………….……………………................ 10 C. Tujuan Penelitian...…………….……………………...................... 10 D. Manfaat Penelitian...………………….…………………................ 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………...........
12
A. Pengertian Kinerja………..……………………………………….. 12 B. Indikator Kinerja…………………………………………………..
17
C. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta….… 22 D. Izin Mendirikan Bangunan….…………………………………….. 24 E. Kerangka Pemikiran…………………….................…………......... 29 BAB III. METODE PENELITIAN……………….....………………………... A. Jenis Penelitian…………………………………………..............
32 32
B. Lokasi Penelitian............................................................................... 32 C. Teknik Pengumpulan Data……………………………...................
33
D. Metode Penarikan Sampel………………………............................ 35 commit to user E. Teknik Analisis Data ……………………………........................... 35 F. Validitas Data ………………………….......................................... 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................
40
A. Deskripsi Lokasi Penelitian……………………………………...... 40 1. Sejarah Pembentukan KPPT Kota Surakarta.………………….. 40 2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi, Visi dan Misi ………… 42 3. Susunan Organisasi KPPT Surakarta ………………………….
43
4. Kepegawaian KPPT Kota Surakarta …………………………..
56
5. Jenis Pelayanan KPPT Kota Surakarta........................................ 56 B. Pembahasan……………………………………………………….. 61 1. Indikator Produktivitas………………………………………… 61 2. Indikator Kualitas layanan……………………………………... 70 3. Indikator Akuntabilitas………………………………………… 74 C. Hambatan yang dihadapi KPPT Surakarta………………………… 89 BAB V. PENUTUP……………………………………………………………
95
A. Kesimpulan………………………………………………………..
95
B. Saran………….…………………………………………………… 99
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Judul Tabel
Halaman
Jumlah Pemohon IMB, SK IMB yang terbit dan Waktu Penyelesaian IMB di KPPT Surakarta periode bulan Januari-Mei 2010.....................................................................................................
8
1.2
Jadwal Pelayanan KPPT Surakarta………………………………….
58
1.3
Inventaris Ruang Kepala KPPT Surakarta…………………………..
58
1.4
Inventaris Ruang Staf KPPT Surakarta………………...…………...
59
1.5
Inventaris Ruang Rapat……………………………………………...
60
1.6
Rekapitulasi setoran retribusi IMB melalui KPPT Surakarta tahun 2008 dan 2009……………………………………………………...
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar
Judul Gambar
1.1
Kerangka Pemikiran……………........................................................
31
1.2
Skema Model Analisis Interaktif……................................................
37
1.3
Susunan Organisasi KPPT Kota Surakarta………………………….
44
1.4
Mekanisme Laporan Pertanggungjawaban Pelayanan IMB………...
77
1.5
Prosedur Pelayanan KPPT Kota Surakarta………………………….
79
commit to user
Halaman
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Eko Apriyanto, D0105065, KINERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA SURAKARTA DALAM PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN, Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011, 99 Halaman. Organisasi publik diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Organisasi tersebut harus selalu melakukan perubahan kinerjanya kearah perbaikan untuk mengatasi segala hambatan yang ada dan perkembangan teknologi yang semakin maju. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta diharapkan dapat memberikan pelayanan yang prima kepada mayarakat dalam memberikan pelayanan di bidang perijinan yang dibutuhkan masyarakat salah satunya adalah Izin Mendirikan Bangunan (IMB). IMB sangat penting dalam pengembangan pembangunan terutama dalam penataan bangunan dan lingkungan, hal ini penting agar sejalan dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK). Kinerja KPPT Surakarta merupakan kemampuan KPPT dalam menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan visi dan misi secara optimal untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja KPPT dalam memberikan pelayanan penerbitan ijin IMB di Kota Surakarta dan untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi KPPT dalam memberikan pelayanan perijinan IMB di Kota Surakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, sehingga dapat menggambarkan kinerja KPPT Surakarta dalam pelayanan Izin Mendirikan Bangunan. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber melalui wawancara, dokumentasi serta observasi. Wawancara dilakukan langsung dengan Kepala KPPT Surakarta, Kepala Seksi Evaluasi, Kepala Bagian Tata Usaha serta pemohon IMB. Metode penarikan sampel yang digunakan bersifat purposive sampling yaitu dengan memilih informan yang dianggap mengetahui dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi data yaitu menguji data yang sejenis dari berbagai sumber. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kinerja KPPT Surakarta dapat diukur dengan menggunakan tiga indikator yaitu produktivitas, kualitas layanan dan akuntabilitas. Dari ketiga indikator tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja KPPT Surakarta dalam pelayanan ijin IMB dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari minimnya keluhan dari masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan oleh KPPT meskipun ada keluhan hanya sebatas kesalahan manusiawi seperti salah ketik. KPPT Surakarta sudah bisa dikatakan akuntabel, karena telah melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku, serta selalu rutin membuat laporan kepada Walikota. Namun KPPT dalam memenuhi kinerjanya menemukan beberapa hambatan yang bisa mengganggu pelaksanaan kinerja KPPT dalam pelayanan IMB, hambatan ini datang dari luar KPPT diantaranya dari pihak pemohon sendiri dan pemeriksaan commitoleh to user lapangan (survey) yang masih dipegang Dinas Tata Kota (DTK), sehingga saat ini kinerjanya masih tergantung dari kerja Dinas Tata Kota. xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ruang lingkup pelayanan publik meliputi berbagai macam aspek kehidupan masyarakat yang sangat luas dan kompleks. Kinerja organisasi yang baik sangat berpengaruh terhadap pelayanan publik yang mengutamakan kepuasaan pelanggan (masyarakat). Namun, selama ini birokrasi di Indonesia belum mampu menunjukkan kondisi prima sesuai dengan harapan masyarakat. Kondisi tersebut merupakan salah satu ketidakberhasilan kinerja birokrasi dalam upaya menuju Good Governance. Good Governance itu sendiri mempunyai arti sebagai suatu cara mengatur pemerintahan yang baik dengan memberikan pelayanan publik secara efisien, memiliki sistem pengadilan yang dapat diandalkan dan memiliki akuntabilitas publik (UNDP,1997:5). Karakteristik Good Governance mencakup (1) partisipasi; (2) aturan hukum; (3) transparansi; (4) responsiveness; (5) berorientasi consensus; (6) efektivitas dan efisiensi; (8) visi strategis; (9) akuntabilitas (UNDP,1997:7). Sosok governance suatu negara dikatakan good atau bad dapat dilihat dari kemampuan suatu pemerintahan dalam melaksanakan prinsip-prinsip tersebut. Organisasi publik merupakan penyelenggara pemerintahan dan pelayan bagi warga negara. Peran organisasi publik sangat sentral dalam sistem pemerintahan yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Sehingga terciptanya suatu kinerja yang tinggi dalam organisasi publik perlu diupayakan agar penyelenggaraan pemerintahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat berjalan secara efektif, efisien dan responsif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang semakin kompleks. Karakteristik negatif tentang birokrasi di Indonesia seperti yang dikemukakan Jay M Shafritz dan E. W Russel (1997) seperti inefisiensi, kaku, prosedural, lamban, berbelit-belit dan korup terlanjur melekat dalam persepsi masyarakat tentang birokrasi yang ada di Indonesia. Meskipun setiap instansi pemerintah telah mengadakan perbaikan dan peningkatan yang signifikan setiap tahunnya, namun masih dirasa kurang. Peningkatan kinerja menjadi salah satu faktor utama untuk memperbaiki kondisi birokrasi di Indonesia. Adanya evaluasi kinerja dalam suatu organisasi menunjukkan bahwa suatu organisasi itu mulai berusaha untuk mengupayakan peningkatan kinerja yang optimal. Oleh karenanya penilaian terhadap kinerja suatu organisasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi organisasi, karena dapat dipakai sebagai ukuran penilaian keberhasilan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu bahkan penilaian tersebut juga dapat dijadikan sebagai input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja pada organisasi selanjutnya. Salah satunya adalah evaluasi kinerja terhadap Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta. Sama halnya dengan instansi publik yang lain, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta juga berusaha untuk memberikan pelayanan yang prima bagi masyarakat, yang mana didukung oleh faktor kinerja yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta adalah sebuah unit baru yang dibentuk dengan dilatarbelakangi oleh dua hal, yang pertama adalah adanya keluhan-keluhan baik dari masyarakat umum maupun dari kalangan dunia usaha mengenai penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah yang terkesan berbelit-belit, tidak transparan, dan membutuhkan waktu yang lama. Yang kedua adalah pemberlakuan otonomi daerah yang berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengelola penyelenggaraan pemerintahan di daerahnya masing-masing, termasuk dalam bidang penyelenggaraan pelayanan publik. Penerapan otonomi daerah dan dukungan kuat dari pemerintah pusat, serta tuntutan dari masyarakat, khususnya masyarakat Surakarta untuk menyelenggarakan pelayanan publik yang lebih baik dan berkualitas, telah memberi dorongan kepada Pemerintah Kota Surakarta untuk mendirikan suatu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) melalui pola pelayanan satu pintu (one stop service) dengan berdasar kemudahan pemberian pelayanan. Program one stop service merupakan kegiatan penyelenggaraan perijinan dan non perijinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat, sistem pelayanan cepat, memiliki kepastian waktu dan biaya, kejelasan informasi atau prosedur dan terbebas dari pungutan liar (pungli) jika berhubungan dengan pemerintah. (http://www.depkominfo.go.id)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal tersebut juga sejalan dengan inisiatif Walikota Surakarta yakni Ir. Joko Widodo untuk mengoperasikan Pelayanan Satu Pintu (One Stop Service) terhadap masalah perijinan dan pelayanan publik lewat Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta. (http://www.surakarta.go.id) ''Harapan kami, one stop service ini akan meningkatkan iklim usaha di Solo, terutama masuknya investasi. Dengan demikian, peredaran uang akan tinggi dan bisa mendukung tumbuh kembangnya iklim berusaha di Solo,'' kata Wali Kota saat pencanangan one stop service di kompleks Balai Kota. (http://www.suaramerdeka.com). Penerapan pelayanan satu pintu tersebut kemudian tidak hanya dijadikan sebagai sebuah program saja namun sesuai dengan Perda Kota Surakarta No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, dengan perubahan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) menjadi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) pada tanggal 31 Desember 2008. Sistem terpadu yang diterapkan oleh KPPT Surakarta yaitu permohonan ijin yang lebih dari 1 (satu), maka persyaratan hanya 1 berkas dan akan selesai semua perijinannya secara bersamaan 6 (enam) hari sejak permohonan diajukan lengkap. Program ini mempunyai arti percepatan penyelesaian perijinan, jaminan kepastian, pembayaran biaya retribusi yang fleksibel, dan proses perijinan yang transparan. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta sangat beragam, didalamnya terdapat berbagai jenis pelayanan bidang perizinan dan non perizinan, di antaranya adalah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Izin Pemanfaatan Ruang (IPR) 2. Penggantian Biaya Cetak Peta 3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 4. Izin Lokasi 5. Izin Usaha Perdagangan (IUP) 6. Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (IUP-MB) 7. Izin Usaha Industri (IUI) 8. Tanda Daftar Gudang (TDG) 9. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 10. Tanda Pendaftaran Waralaba (TPW) 11. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP) 12. Izin Usaha Toko Modern (IUTM) 13. Izin Gangguan Tempat Usaha (HO) 14. Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) 15. Izin Pemasangan Reklame 16. Izin Jasa Biro Perjalanan Wisata 17. Izin Jasa Pemandu Wisata 18. Izin Impresariat 19. Izin Jasa Informasi Pariwisata 20. Izin Jasa Konvensi 21. Izin Hotel 22. Izin Pondok Wisata 23. Izin Restoran 24. Izin Rumah Makan 25. Izin Gedung Pertemuan Umum 26. Izin Usaha Agen Jasa Angkutan 27. Izin Usaha Sekolah Mengemudi 28. Izin Usaha Bengkel Umum 29. Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta (PKMS) 30. Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS) (Sumber: KPPT Kota Surakarta)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari sekian banyak jenis pelayanan bidang perizinan yang ada di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta di atas, penulis tertarik untuk meneliti proses penyelenggaraan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Pertama, karena IMB sangat penting dalam pengembangan pembangunan terutama dalam penataan bangunan dan lingkungan, hal ini penting agar sejalan dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK), tetapi dalam kenyataannya masih banyak juga bangunan di Kota Surakarta ini yang belum memiliki IMB. Hal itu disebabkan adanya anggapan selama ini dalam masyarakat bahwa untuk mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB) diperlukan banyak sekali persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pemohon serta proses pengurusannya memerlukan waktu yang lama karena harus melalui beberapa prosedur dan tata cara kepengurusan yang panjang. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Kepala SD Cokroaminoto Pasar Kliwon Bp. Asmuni sebagai berikut : “Pengurusan IMB mulai dari memasukan syarat-syarat administrasi sampai keluar IMB ternyata tidak secepat yang diperkirakan sebelumnya. Sebelumnya diberitakan bahwa sejumlah sekolah penerima Dana Alokasi Khusus (DAK) mengeluhkan lambatnya pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan dikhawatirkan lambatnya pengurusan IMB ini bisa mengganjal proses pencairan DAK termin kedua. Pasalnya pelampiran Izin Mendirikan Bangunan menjadi salah satu syarat kelengkapan dari SPJ Dana Alokasi Khusus (DAK) termin pertama yang harus segera diajukan sekolah”. (Harian Joglosemar, Rabu 18 November 2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kedua, penulis menemukan data dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta bahwa dari bulan Januari sampai bulan Mei 2010 ternyata terdapat perbedaan jumlah pemohon IMB dengan SK IMB yang dikeluarkan oleh KPPT Kota Surakarta setiap bulannya. Dan dari SK IMB yang diterbitkan itu ternyata hampir 80% penyelesaian pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di KPPT Kota Surakarta tidak sesuai dengan standar waktu yang telah ditetapkan oleh Walikota Surakarta yaitu 6 hari. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari data pada tabel 1.1 bisa kita lihat bahwa jumlah pemohon IMB setiap bulan dengan SK IMB yang diterbitkan ternyata tidak sama. Misalnya saja seperti yang terjadi pada bulan Februari, jumlah pemohon IMB ada 106 orang, tapi SK IMB yang terbit hanya 94 SK IMB. Sama halnya dengan bulan-bulan berikutnya terjadi ketidaksesuaian antara jumlah pemohon dengan SK IMB yang diterbitkan. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa penumpukan berkas permohonan, sehingga proses pengurusan perijinannya diakumulasikan pada bulan-bulan berikutnya. Hal ini sesuai seperti yang di ungkapkan oleh Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota Surakarta berikut ini : “Kalo mas lihat memang angka-angka yang ada pada data tersebut tidak sesuai, hal ini terjadi karena ada beberapa penumpukan berkas permohonan disetiap bulannya. Ini disebabkan karena syarat-syarat yang terdapat diberkas para pemohon IMB tersebut dinyatakan kurang lengkap, sehingga kami (KPPT) menunda dulu untuk melanjutkan proses pengurusannya sampai berkas permohonan tersebut dilengkapi syarat-syaratnya gitu mas’. (wawancara, 15 Januari 2011) Dari pernyataan diatas terungkap bahwa penumpukan berkas ini terjadi karena ada sebagian sisa berkas permohonan IMB yang belum dikerjakan oleh KPPT Surakarta dikarenakan beberapa dari berkas permohonan tersebut ada syarat-syarat yang belum sesuai atau bisa dikatakan belum lengkap. Oleh karena itu KPPT sementara menunda dulu proses pengurusan permohonan IMB tersebut, sampai berkas permohonan tersebut dilengkapi. Karena itulah banyak ditemukan berkas permohonan yang hanya menumpuk saja di KPPT. Selanjutnya setelah berkas-berkas permohonan tersebut dilengkapi barulah KPPT Surakarta melanjutkan proses pengurusan IMB tersebut sampai dicetaknya SK IMB. Kemudian data pada tabel 1.1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari jumlah 512 SK IMB yang diterbitkan mulai dari bulan Januari sampai bulan Mei 2010 hanya 101 pemohon yang proses pengurusan IMB-nya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan yakni 6 hari. Sedangkan sisanya yaitu 411 pemohon yang proses penyelesaian IMB-nya lebih dari 6 hari (terlambat). Ini menunjukkan bahwa waktu penyelesaian pelayanan IMB di KPPT Kota Surakarta sebagian besar tidak sesuai dengan standar waktu pelayanan yang telah ditetapkan oleh Walikota Surakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang permasalahan yang telah penulis ungkapkan diatas, maka dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Kinerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Surakarta dalam memberikan pelayanan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ? 2. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta dalam memberikan pelayanan IMB ? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini merupakan salah satu bentuk metode ilmiah dalam rangka pemecahan masalah. Demikian pula dengan penelitian ilmiah ini, pada prinsipnya adalah usaha untuk menemukan jawaban dari suatu perumusan masalah. Untuk memberikan suatu arahan maka perlu adanya suatu tujuan dari sebuah penelitian. Dalam penelitian ini penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu : 1. Untuk mengetahui bagaimana Kinerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) dalam memberikan pelayanan penerbitan ijin IMB di Kota Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta dalam memberikan pelayanan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis a. Dapat menambah wawasan bagi penulis mengenai teori tentang kinerja sebuah pemerintahan daerah terkait masalah pelayanan perijinan. b. Sebagai referensi bagi peneliti lain dalam mengadakan suatu penelitian tentang masalah kinerja pelayanan perijinan.
2.
Manfaat Praktis a. Bagi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta : Sebagai suatu bahan rekomendasi dan pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan berikutnya untuk meningkatkan kinerja khususnya yang berkaitan dengan pelayanan perijinan, umumnya pelayanan yang dilakukan pemerintah daerah. b. Bagi Penulis dan Masyarakat : 1. Digunakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana (strata satu) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dapat di gunakan untuk referensi bagi penelitian selanjutnya, yang berkaitan dengan permasalahan diatas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kinerja Kinerja adalah sebuah kata dalam Bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja" yang menerjemahkan kata dari bahasa asing “prestasi”. Bisa pula berarti “hasil kerja”. Pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja oleh Lembaga Administrasi Negara dalam Joko Widodo (2005) diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi, organisasi (Joko Widodo, 2005:206). Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan oleh para cendekiawan sebagai “penampilan untuk kerja” atau prestasi (Yeremias Keban, 2004:191). Dalam praktek pengukuran kinerja seringkali dikembangkan secara ekstensif, instensif, dan eksternal. Pengembangan kinerja secara ekstensif mengandung maksud bahwa lebih banyak bidang kerja yang diikutsertakan dalam pengukuran kinerja, sedangkan pengembangan secara eksternal diartikan lebih banyak pihak luar yang diperhitungkan dalam pengukuran kinerja. Pemikiran seperti ini sangat membantu untuk dapat lebih secara valid dan objektif melakukan penilaian kinerja karena lebih banyak parameter yang dipakai dalam pengukuran dan lebih banyak pihak yang terlibat dalam penilaian (Yeremias Keban, 2004:192).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Achmad Ruky istilah “kinerja/ prestasi” sendiri sebenarnya adalah pengalihbahasaan dari kata “PERFORMANCE”. Sebagaimana dikatakan oleh Bernardin dan Russel dalam Ahmad Ruky (2002) yang memberikan definisi tentang performance adalah sebagai berikut : “Performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specificied time period.” (Prestasi adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsifungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu). (Ruky, 2002:15) Yang ditekankan disini adalah pengertian prestasi sebagai “hasil” atau “apa yang keluar” (outcomes) dari sebuah pekerjaan dan kontribusi pada organisasi. Sedangkan menurut Yeremias Keban (2004:209) kinerja yaitu : hasil kerja yang dijanjikan kepada publik pada setiap tahun anggaran termasuk yang dijanjikan dalam pemilihan umum atau pengangkatan dalam jabatan. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target tertentu yang hendak dicapai, tanpa ada tujuan dan target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolok ukurnya (Muhammad Mahsum, 2006:25).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengertian kinerja, dari berbagai pendapat di atas, pada dasarnya menekankan apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau apa yang keluar (outcome). Apa yang terjadi dalam sebuah pekerjaan, bila disimak lebih lanjut merupakan suatu proses yang mengolah input menjadi output (hasil kerja), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja dari seseorang atau kelompok orang dalam organisasi berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah dan ditentukan dan disepakati bersama. Menurut Surya Dharma (2005) bahwa penilaian kinerja didasarkan pada pemahaman pengetahuan, keahlian, kepiawaian, dan prilaku yang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik dan analisis tentang atribut perilaku seseorang sesuai kriteria yang ditentukan untuk masing-masing pekerjaan. (Surya Dharma, 2005:101) Surya Dharma juga mendeskripsikan bahwa kriteria bagi penilaian kinerja harus berimbang di antara : · Pencapaian dalam hubungannya dengan berbagai sasaran. · Perilaku dalam pekerjaan sejauh mempengaruhi peningkatan kinerja. · Efektifitas sehari-hari. (Surya Dharma, 2005:130) Penilaian kinerja birokrasi publik tidak cukup hanya dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator yang melekat pada birokrasi itu, seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi harus dilihat juga dari indikator-indikator yang melekat pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengguna jasa, seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas, dan responsivitas. Penilaian kinerja dari sisi pengguna jasa menjadi sangat penting karena birokrasi publik sering kali memiliki kewenangan monopolis sehingga para pengguna jasa tidak memiliki alternatif sumber pelayanan. Dalam pelayanan yang diselenggarakan oleh pasar, dengan pengguna jasa yang memiliki pilihan sumber pelayanan, penggunaan pelayanan bisa mencerminkan kepuasan terhadap pemberi layanan. Dalam pelayanan oleh birokrasi publik, penggunaan pelayanan oleh publik sering tidak ada hubungannya sama sekali dengan kepuasanya terhadap pelayanan. Kinerja akan dianggap memenuhi standar apabila permintaan akan informasi ditangani dengan segera dan sangat membantu dalam semangat “can do/ will do” dan disampaikan dalam bentuk yang dikehendaki oleh pemakai informasi (Surya Dharma, 2005:82). Sedangkan menurut Salim dan Woodward dalam Agus Dwiyanto (2006) melihat kinerja berdasarkan pertimbanganpertimbangan ekonomi, efisiensi, dan persamaan pelayanan. Aspek ekonomi dalam kinerja diartikan sebagai strategi untuk menggunakan sumber daya yang seminimal mungkin dalam proses penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik (Dwiyanto, 2006:52). Penilaian terhadap kinerja bagi setiap organisasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting. Penilaian tersebut dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu. Selain itu dapat pula dijadikan input atau masukan bagi perbaikan dan peningkatan kinerja organisasi selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Radnor and Barnes (2007) dalam International Journal of Public Sector Management . Vol. 22 No. 6, 2009 pp. 478-498 : “Performance measurement is quantifying, either quantitatively or qualitatively, the input, output or level of activity of an event or process (p. 393)”. (Pengukuran kinerja dinilai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari input, output atau tingkat aktivitas dari sebuah kejadian atau proses). Sebagaimana diungkapkan oleh Agus Dwiyanto (2006) bahwa penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya (Dwiyanto, 2006:48). Untuk organisasi pelayanan publik, informasi mengenai kinerja tentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi itu memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa. Penilaian kinerja merupakan bagian dari sistem manajemen kinerja, yang mana penerapan sistem manajemen kinerja akan membawa dampak positif bagi sebuah organisasi, karena dengan melakukan penelitian terhadap kinerja organisasi baik dari level yang paling rendah maupun yang level yang tertinggi dalam organisasi, akan berpengaruh terhadap manajemen organisasi, kepemimpinan, dan juga meningkatkan kualitas dalam kehidupan kerja karyawan. Hal ini diungkapkan oleh Juhanni Ukko yang ditulis dalam International Journal of Business Performance Management, Vol 10, No 1, 2008 hal 86-98 (dalam www.inderscience.com) berikut ini : “When designing and implementing a PM system there are always some impacts on the management, leadership and further on the QWL of the employees. Hence, the successful implementation of a PM system should bring
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
out positive impact. If the PM system can support the management of the company in leadership and communication, it can enhance for example the employees’ commitment, motivation and possibilities to affect the decision making”. (ketika merencanakan dan mengimplementasikan sebuah sistem manajemen kinerja (PM) selalu berdampak pada manajerial, kepemimpinan dan juga termasuk didalamnya kualitas kehidupan pekerja (QWL) dari para pekerja. Sehingga keberhasilan dari implementasi sistem manajemen kinerja selalu membawa dampak positif. Jika dalam sistem manajemen kinerja dapat mendukung manajemen di perusahaan dalam hal kepemimpinan dan komunikasi, itu dapat dijadikan contoh sebagai komitmen karyawan, motivasi, dan tanggungjawab dalam pengambilan keputusan).
B. Indikator Kinerja Menurut Mahmudi (2005), indikator kinerja merupakan sarana atau alat untuk mengukur hasil suatu aktivitas, kegiatan, atau proses, dan bukan hasil atau tujuan itu sendiri. Indikator berfungsi untuk mengukur kinerja organisasi yang akan digunakan oleh manajemen untuk mengambil tindakan tertentu (Mahmudi, 2005:147). Indikator penyusun kinerja sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks penelitian yang dilakukan, seperti indikator yang diungkapkan oleh Lenvinne dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005) : 1) Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap providers terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan konsumen. 2) Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. 3) Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggara pelayanan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang di masyarakat (Ratminto&Winarsih, 2005:174). Penilaian kinerja adalah hal yang sangat penting karena dengan itu dapat digunakan untuk mengetahui kinerja organisasi. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja maka upaya untuk memperbaiki kinerja dapat dilakukan dengan lebih terarah dan sistematis. Sehingga untuk mengukur suatu kinerja organisasi diperlukan indikator-indikator ukuran yang baku dan relevan. Pada dasarnya menurut Agus Dwiyanto (2006) terdapat beberapa indikator yang biasanya digunakan dalam mengukur kinerja. Indikator-indikator yang biasa digunakan dalam menilai kinerja organisasi publik antara lain : 1. Produktivitas Produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektifitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan output. Konsep Produktivitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accaunting Office mencoba mengembangkan satu ukuran Produktivitas yang lebih luas dengan memasukan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting. 2. Kualitas layanan Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang terbentuk mengenai organisasi muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik. Akibat akses informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik. 3. Responsivitas Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas disini menunjukkan keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan kedalam salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut menunjukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula. 4. Responsibilitas Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Oleh karena itu responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas. (Agus Dwiyanto:2006) 5. Akuntabilitas Akuntabilitas berhubungan dengan seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan norma yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berkembang dalam masyarakat. Dalam penelitian ini, untuk mengukur kinerja KPPT Kota Surakarta dalam pelayanan IMB penulis hanya menggunakan indikator diantaranya produktivitas, kualitas layanan dan akuntabilitas. Indikator produktivitas secara luas digunakan untuk mengukur dan mengetahui output atau keluaran yang dihasilkan oleh KPPT Surakarta. Kemudian indikator kualitas layanan digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan KPPT Surakarta dalam penerbitan IMB. Dan
indikator
akuntabilitas
digunakan
untuk
mengukur
seberapa
besar
tanggungjawab KPPT dalam melaksanakan tugas dan kegiatannya dalam bentuk laporan kepada lembaga atau birokrat yang ada di atasnya dalam hal ini Walikota Surakarta. Penulis mengunakan teori-teori terkait dengan indikator kinerja dari Agus Dwiyanto dan Ratminto dkk. Dengan alasan bahwa pertama, teori-teori tersebut merupakan teori yang dinilai relevan dan kompeten dengan kenyataan dilapangan atau yang dijumpai penulis di KPPT Surakarta khususnya pada pelayanan IMB. Artinya, tidak ada unsur paksaan memasukkan teori untuk mengukur kinerja KPPT Kota Surakarta. Kedua, teori-teori tersebut merupakan teori yang baru, dengan kata lain tidak ketinggalan jaman. Sehingga dinilai sangat relevan dengan kondisi dan situasi pada saat sekarang. Ketiga, teori tersebut dinilai menggunakan indikatorindikator pengukuran yang paling praktis dan sederhana. Namun tepat atau valid dan langsung pada inti permasalahan. Sehingga dengan teori-teori tersebut diharapkan akan menghasilkan penelitian yang bermanfaat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) sesuai dengan Perda Kota Surakarta No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, merupakan perubahan dari Unit Pelayanan Terpadu (UPT). KPPT merupakan sebuah organisasi milik pemerintah yang mempunyai kewenangan dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintah di bidang perijinan di Kota Surakarta. Secara lebih tegas, tugas pokok dan fungsi KPPT dipertegas berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 36 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja KPPT Kota Surakarta. Fungsi-fungsi KPPT antara lain : 1. Penyelenggaraan kesekretariatan kantor; 2. Pelaksanaan perencanaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan; 3. Penyelenggaraan pendaftaran, verifikasi dan penerbitan perijinan; 4. Penyelenggaraan evaluasi, pelaporan dan pengaduan; 5. Penyelenggaraan sosialisasi; 6. Pembinaan jabatan fungsional. Definisi organisasi menurut Hessel Nogi Tangkilisan (2005:132): “Organisasi adalah suatu bentuk bersama-sama secara efisien dan ditentukan secara sistematis dan wewenang, dan tanggung jawab organisasi tersebut.”
kerja sama untuk mencapai tujuan efektif melalui kegiatan yang telah di dalamnya ada pembagian tugas, yang jelas dalam mencapai tujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Gibson et al. (1993:3) dalam Hessel Nogi (2005:135), dalam kaitannya dengan tujuan, organisasi itu mengejar tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang dapat dicapai secara lebih efisien dan lebih efektif dengan tindakan yang dilakukan secara bersama-sama. Organisasi merupakan suatu alat dalam mencapai tujuan dan sangat diperlukan oleh masyarakat, baik dalam bidang profit maupun jasa (pelayanan). Tujuan organisasi akan tercapai bilamana tiap-tiap individu yang ada dalam organisasi sadar akan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya sehingga pada akhirnya tujuan organisasi akan tercapai. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, sehingga KPPT sebagai organisasi pemerintah yang memiliki aktivitas ataupun kegiatan dalam memaksimalkan peran untuk meraih optimalisasi dan tujuan yang telah ditetapkan. KPPT dipercaya sebagai lembaga yang menjunjung kesederhanaan, transparansi, ketepatan waktu dan kualitas dalam pelayanan publik. KPPT mempunyai program pelayanan satu pintu (one stop service). Program ini mempunyai arti percepatan penyelesaian perijinan, jaminan kepastian, pembayaran biaya retribusi yang fleksibel, dan proses perijinan yang transparan. Pelaksanaan program telah dilakukan yaitu dengan penerapan permohonan ijin yang lebih dari 1 (satu), maka persyaratan hanya 1 berkas dan akan selesai semua perijinannya secara bersamaan 6 (enam) hari sejak permohonan diajukan lengkap. Program tersebut sesuai dengan tujuan
KPPT,
yaitu
sebagai
pelopor
kemudahan
commit to user
dan
kepastian
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyelenggaraan pelayanan publik, serta misi KPPT, yaitu meningkatkan kualitas publik, mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan publik, meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan publik, serta meningkatkan citra aparatur negara menjadi semakin positif. Sesuai dengan tujuan pembentukan organisasi publik maka Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta sebagai salah satu organisasi pemerintahan yang bertugas melayani kepentingan masyarakat dalam perijinan dinilai berhasil apabila mampu mewujudkan tujuan yang dimaksud. Kinerja KPPT berarti menunjukkan seberapa jauh kemampuan KPPT dalam melayani kebutuhan masyarakat di bidang perijinan yang disesuaikan dengan tujuan-tujuan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sebelumnya oleh pemerintah. D. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Dalam rangka pengaturan dan pengendalian serta menjaga pelestarian bangunan yang mempunyai nilai sejarah maka setiap kegiatan mendirikan dan merobohkan bangunan harus berpedoman pada Rencana Umum Tata Ruang Daerah ini, diwujudkan dengan adanya kewajiban kepada masyarakat yang melakukan kegiatan mendirikan bangunan untuk memiliki IMB. Pengertian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 8 Tahun 2009 adalah : perijinan yang diberikan oleh Walikota kepada pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan atau merawat bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan teknis yang berlaku. Selanjutnya dalam peraturan yang sama, juga dijelaskan mengenai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengertian Mendirikan bangunan yaitu pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagian, baik membangun bangunan baru maupun menambah, merubah, merehabilitasi, dan atau memperbaiki bangunan yang ada, termasuk pekerjaan menggali, menimbun, atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan. Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas dan atau didalam dan atau air yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Kewajiban memiliki IMB ini adalah sesuai dengan Perda No. 8 Tahun 2009 yang berbunyi : setiap orang yang akan mendirikan bangunan harus terlebih dahulu mendapatkan IMB dari Pemerintah Daerah. Hanya untuk hal-hal tertentu saja ada pembebasan seperti tercantum dibawah ini yang sesuai dengan Perda No. 8 Tahun 2009, yaitu : 1.
Mendirikan bedeng
2.
Memplester
3.
Memperbaiki retak bangunan
4.
Mempebaiki ubin bangunan
5.
Memperbaiki daun pintu dan daun jendela
6.
Memperbaiki penutup atap tanpa mengubah
7.
Memperbaiki lubang cahaya/udara tidak lebih dari satu meter persegi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8.
Membuat pemisah halaman tanpa konstruksi
9.
Memperbaiki langit-langit tanpa merubah jaringan utilitas.
Permohonan untuk pembuatan IMB harus dilampiri dengan dokumen administrasi dan dokumen rencana teknis. Dokumen administrasi meliputi : a.
Legalisasi kelurahan dan kecamatan setempat
b.
Fotocopy KTP
c.
Fotocopy PBB terbaru
d.
Salinan atau fotocopy bukti kepemilikan tanah
e.
Persetujuan/izin pemilik tanah untuk bangunan yang didirikan diatas tanah yang bukan miliknya, dan
f.
Rekomendasi teknis dari instansi berwenang sesuai fungsi bangunan.
Sedangkan untuk dokumen rencana teknis meliputi : a. Gambar arsitektur b. Gambar struktur, dan c. Gambar utilitas. Permohonan IMB dapat ditolak, apabila : a. Bangunan yang akan didirikan dinilai tidak memenuhi persyaratan dokumen administrasi dan dokumen rencana teknis, b. Pada lokasi tersebut sudah ada rencana Pemerintah, dan c. Bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan yang lebih tinggi dari Peraturan daerah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selanjutnya Walikota juga dapat mencabut Keputusan IMB apabila : a. Persyaratan yang menjadi dasar diberikannya IMB terbukti tidak benar, b. Pelaksanaan pekerjaan mendirikan atau merubah bangunan menyimpang dari rencana yang disahkan dalam IMB, c. Setelah 6 (enam) bulan diberikannya IMB pelaksanaan pekerjaan belum dimulai, d. Setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai kemudian dihentikan berturut-turut selama 6 (enam) bulan. Berdasarkan Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2009, besaran tarif retribusi IMB ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk bangunan dikenakan sebesar 1,75% dari nilai bangunan, b. Untuk bangunan fungsi keagamaan dan fungsi murni sosial budaya dikenakan retribusi sebesar 60% dari nilai retribusi IMB, c. Untuk merubah bangunan dikenakan sebesar 50% dari nilai retribusi, d. Nilai bangunan ditetapkan oleh Walikota berdasar pedoman harga permeter persegi bangunan pemerintah dan Rumah Dinas yang dikeluarkan Oleh Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Seperti yang telah disebutkan dimuka, bahwa kegiatan mendirikan bangunan harus terlebih dahulu mempunyai IMB. Oleh sebab itu apabila peraturan ini dilanggar, maka akan ada sanksi yang dikenakan. Pelanggaran terhadap peraturan IMB akan dikenakan sanksi sebagai administratif dan atau sanksi pidana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sanksi administratif yang dimaksud dapat berupa : a. Peringatan tertulis, b. Pembatasan kegiatan pembangunan, c. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan, d. Penghentian sementara pada pemanfaatan bangunan, e. Pembekuan ijin mendirikan bangunan, f. Pencabutan ijin mendirikan bangunan, g. Pembekuan sertifikat lain fungsi bangunan, h. Pencabutan sertifikat lain fungsi bangunan, atau i. Perintah pembongkaran bangunan. Sanksi pidana dapat berupa : a. Setiap orang atau badan yang melanggar akan diancam dengan kurungan 3 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000,b. Setiap orang atau badan hukum yang karena kelalainnya melanggar ketentuan mengenai bangunan yang telah ditetapkan
dalam Perda ini sehingga
mengakibatkan bangunan tidak layak fungsi dapat dipidana kurungan atau denda sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya diancam kurungan paling lama 3 bulan atau denda paling banyak 4 kali jumlah retribusi yang terutang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Kerangka Berpikir Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta sesuai dengan Perda Kota Surakarta No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, merupakan perubahan dari Unit Pelayanan Terpadu (UPT). KPPT merupakan sebuah organisasi milik pemerintah yang mempunyai kewenangan dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintah di bidang perijinan di Kota Surakarta. Prosedur pelayanan yang diselenggarakan di KPPT meliputi penerimaan berkas dari para pelanggan, pemrosesan berkas, hingga penerbitan ijin. Hal tersebut sesuai dengan sistem pelayanan satu pintu (one stop service) yang berlaku di KPPT sebagai pengganti dari sistem pelayanan satu atap. Kinerja KPPT Kota Surakarta merupakan kemampuan KPPT dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam pelayanan jasa di bidang pelayanan perijinan guna mencapai tujuan dan misi secara optimal. Kinerja ini diharapkan mampu menjelaskan apakah organisasi KPPT Surakarta mampu melaksanakan tugas-tugas dan fungsi-fungsi yang diembankan kepadanya secara optimal agar berhasil di dalam melayani masyarakat sebagai pengguna jasa, khususnya dalam pelayanan IMB. Kriteria yang digunakan di dalam mengukur kinerja KPPT Surakarta ini adalah produktivitas, kualitas layanan, dan akuntabilitas. Indikator produktivitas secara luas digunakan untuk mengukur dan mengetahui output atau keluaran yang dihasilkan oleh KPPT Surakarta. Kemudian indikator kualitas layanan digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan KPPT Surakarta dalam pelayanan IMB. Dan indikator akuntabilitas digunakan untuk mengukur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
apakah KPPT Surakarta telah melaksanakan tugas dan kegiatannya sesuai dengan prosedur/aturan yang ada dan pertanggungjawaban KPPT dalam melaksanakan tugas dan kegiatannya dalam bentuk laporan kepada lembaga atau birokrat yang ada di atasnya dalam hal ini Walikota Surakarta. Dalam penelitian ini Kinerja KPPT Surakarta dikatakan berhasil apabila Pertama, dalam melaksanakan pelayanan IMB apakah sudah dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku yaitu sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Surakarta No: 065/187/1/2005 tentang Tata Laksana Pelayanan Perijinan pada KPPT Surakarta. Kedua, pelayanan yang diberikan apakah berorientasi pada kepuasan pelanggan KPPT dalam hal ini pemohon IMB sehingga dapat diketahui apa saja keluhankeluhan yang dihadapi KPPT Surakarta dan bagaimana para pegawai menyelesaikan keluhan/masalah-masalah tersebut. Ketiga, apakah capaian penerimaan retribusi yang diperoleh dari pembayaran IMB melalui KPPT Surakarta sudah sesuai dengan hasil yang diharapkan. Keempat, apakah pertanggungjawaban yang disampaikan oleh KPPT Surakarta dalam bentuk laporan kepada Walikota Surakarta sudah dilakukan secara rutin tiap bulan dan setahun sekali. Supaya kinerja KPPT Surakarta berhasil, maka perlu diketahui hambatanhambatan apa saja yang dihadapi oleh KPPT dalam pelaksanaan pelayanan penerbitan IMB, sehingga nantinya hambatan-hambatan tersebut bisa diatasi dan pada akhirnya dapat tercapai keberhasilan kinerja dari KPPT Surakarta dalam melaksanakan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Kerangka berfikir dari penelitian ini dapat dilihat dari gambar berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Kinerja KPPT Kota Surakarta : - Produktivitas - Kualitas layanan - Akuntabilitas
Keberhasilan Kinerja KPPT Surakarta dalam melaksanaan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Hambatan-hambatan yang dihadapi KPPT dalam melaksanakan pelayanan perijinan IMB
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu
pendekatan yang berusaha untuk memberikan gambaran mengenai berbagai hal yang ada menjadi bahan penelitian dengan cara menggali, mendalami, menemukan faktafakta dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi untuk kemudian dipaparkan melalui penafsiran dan dianalisa menggunakan penelitian kualitatif. Menurut Denzin dan Lincoln (1987) penelitian kualitatif merupakan penelitian atas dasar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan menggunakan berbagai metode yang ada (Lexy J. Moleong, 2002:5). Jadi penelitian ini berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan bagaimana kinerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta dengan menggunakan beberapa indikator kinerja dalam memberikan pelayanan penebitan IMB. Sebagian besar data yang ada berupa kata-kata, namun ada pula data yang berupa angka. Data-data yang terkumpul ini dianalisis sesuai dengan apa yang ditemui di lapangan. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta yang beralamatkan di Jl. Jend. Sudirman No.2. Adapun pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
KPPT Kota Surakarta merupakan salah satu lembaga pemerintah yang melakukan fungsi pelayanan publik. KPPT Kota Surakarta sebagai instansi yang paling berwenang dalam penerbitan perijinan, dituntut mengoptimalkan kinerjanya dalam penerbitan perijinan guna menciptakan kemudahan bagi masyarakat kota Surakarta.
-
Adanya kesempatan dan ijin penelitian yang diberikan pihak KPPT Kota Surakarta kepada penulis untuk melakukan penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data a) Wawancara Pengumpulan informasi dari sumber data ini memerlukan teknik wawancara, dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada informan. Disini peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai kegiatan bertanya lebih terarah. Penulis melakukan wawancara dengan informan yang dirasa berkompeten dan tahu menahu mengenai objek penelitian. Wawancara tersebut penulis lakukan dengan: 1. Bp. Drs. Toto Amanto, MM selaku Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta. 2. Ibu. Esti Partiwi, SE selaku Kepala Sub Bagian TU KPPT Kota Surakarta. 3. Ibu. Siti Khotimah, S.Sos selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta. 4. Pelanggan KPPT yakni pemohon IMB.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Observasi Merupakan teknik pengumpulan data dari sumber data yang berupa tulisan, angka, gambar atau grafik serta rekaman gambar yang dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap obyek penelitian dengan menggunakan alat indera pendengaran dan penglihatan terhadap fenomena sosial yang terjadi di lokasi penelitian. Observasi difokuskan pada kinerja KPPT dalam pelayanan IMB dan hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi KPPT dalam memberikan pelayanan itu. Penulis mengamati bagaimana dokumen masuk ke KPPT dari para pemohon. Bagaimana proses serta urut-urutan yang terjadi dalam pelayanan IMB, namun disini penulis tidak ikut dalam pemantauan di lapangan, jadi hanya sebatas pengamatan tentang kegiatan yang terjadi di KPPT dalam proses penerbitan perijinan. c) Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mencari, mengumpulkan, dan mempelajari dokumen yang relevan dengan penelitian berupa Surat Keputusan Walikota Surakarta No: 065/187/1/2005 Tentang Tata Laksana Pelayanan Perijinan pada KPPT Surakarta, Perda No. 8 Tahun 2009 tentang Bangunan, dokumen-dokumen tentang profil KPPT Surakarta, dan brosur-brosur serta leaflet mengenai pelayanan perijinan IMB di KPPT Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Metode Penarikan Sampel Penulis dalam menentukan narasumber menggunakan purposive sampling, yaitu penulis menggunakan pertimbangan tentang informasi atau narasumber yang akan dipilih berdasarkan penilaian bahwa informasi tersebut memenuhi syarat penelitian. Dalam penelitian ini informasi berasal dari dalam instansi yakni aparat yang dianggap bisa memberikan informasi yang dibutuhkan. Informan yang dipilih oleh penulis adalah Kepala KPPT, Kepala Sub Bagian TU KPPT, Kepala Seksi Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta, dan Pelanggan KPPT (pemohon IMB). E. Teknik Analisis Data Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data model interaktif, yang terdiri dari tiga komponen analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. a) Reduksi data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi dari “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. (Miles dan Huberman, 1992:15) Pengertian diatas dengan kata lain merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang ada. Berfungsi untuk mempertegas, memperpendek dan membuang hal-hal yang tidak perlu. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan riset sampai penelitian berakhir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Penyajian data Merupakan susunan penyajian data yang baik dan jelas sistematikanya untuk merakit dan memudahkan melihat informasi dalam bentuk yang kompak. Susunan penyajian data yang baik dan jelas sistematikanya akan banyak menolong peneliti sendiri. Penyajian data harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. c) Penarikan simpulan Pada awal pengumpulan data, peneliti harus sudah mengerti apa arti dan hal-hal yang ia temui dalam melakukan pencatatan peraturan, pokok pernyataan konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan proposiproposisi. Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses pengumpulan data berakhir (Sutopo, 2002:93). Simpulan perlu diverifikasi agar bisa dipertanggungjawabkan. Verifikasi dapat berupa kegiatan yang dilakukan dengan lebih mengembangkan ketelitian dengan cara melakukan pengulangan pengecekan data untuk tujuan pemantapan, atau melihat kembali catatan-catatan lapangan pada waktu penelitian. Kesimpulan-kesimpulan yang dianalisis dan kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan proses siklus dan interaktif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Aktifitas diantara ketiga komponen tersebut dilaksanakan dalam bentuk interaktif dalam proses pengumpulan data dalam suatu proses siklus. Dalam bentuk ini penelitian berlangsung. Kemudian peneliti bergerak diantara 3 (tiga) komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Ketiga komponen tersebut diatas, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dengan model interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 1.2 Model Analisis Interaktif Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan simpulan/Verifikasi Sumber : HB. Sutopo, 2002 : 96
Dengan memperhatikan gambar tersebut, maka prosesnya dapat dilihat pada waktu pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian data. Artinya, data yang berupa catatan lapangan yang terdiri dari bagian deskripsi dan refleksinya adalah data yang telah digali dan dicatat. Dari dua bagian data tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peneliti menyusun rumusan pengertiannya secara singkat, berupa pokok-pokok temuan yang penting dalam arti pemahaman segala peristiwa yang dikaji yang disebut reduksi data. Kemudian diikuti penyusunan sajian data yang berupa cerita sistematis dan logis dengan suntingan penelitinya supaya makna peristiwanya menjadi lebih jelas dipahami, dengan dilengkapi perabot sajian yang diperlukan (matriks, gambar, dan sebagainya) yang sangat mendukung kekuatan sajian. Reduksi dan sajian data ini harus disusun pada waktu peneliti sudah mendapatkan unit data dari sejumlah unit yang diperlukan dalam penelitian. Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatan pegumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung simpulan yang ada juga bagi pendalaman data. (H.B. Sutopo, 2002:95-96) F. Validitas Data Peneliti dalam menentukan keabsahan data atau validitas data, menggunakan teknik pemeriksaan trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan yang lain untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada 4 macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam
penelitian
ini
menggunakan
trianggulasi
dengan
sumber
berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal ini menurut Lexy J. Moleong (2002) dapat dicapai dengan langkah : a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b) Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berbeda, dan orang pemerintahan. e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Berdasarkan langkah di atas maka dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dari berbagai sumber yang berbeda yang tersedia. Dengan demikian data yang satu akan dikontrol oleh data yang lain dari sumber yang berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi 1.
Sejarah Pembentukan KPPT Kota Surakarta Masyarakat sering mengeluhkan proses pelayanan perijinan oleh pemerintah
yang berbelit dan perlu biaya ekstra. Ada yang harus bolak-balik mengurus surat perijinan dari satu kantor ke kantor lainnya. Sehingga kinerja pelayanan umum dinilai tidak efisien oleh masyarakat. Pemerintah pusat mulai menyadari kecenderungan praktek semacam itu sehingga mulai merintis upaya-upaya untuk memperbaiki kualitas pelayanan publik. Penyelenggaraan pelayanan publik mulai memperhatikan dan menerapkan pola penyelenggaraan, prinsip, standar, biaya pelayanan, tingkat kepuasan masyarakat, pengawasan penyelenggaraan serta evaluasi kinerja pelayanan publik. Pola penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan secara fungsional, terpusat, terpadu satu pintu dan terakhir gugus tugas. Merespon masalah tersebut, Pemerintah Kota Surakarta membentuk Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Pemkot Surakarta, yang dibentuk berdasar Keputusan Walikota Surakarta No. 04 Tahun 1998 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Terpadu Kotamadya Surakarta yang pada saat pembentukannya masih menggunakan pola satu atap. Berselang kemudian karena dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan kebijakan baru di bidang pelayanan umum, Walikota
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta mengeluarkan Surat Keputusan Walikota No. 65/187/1/2005 tentang Tata Laksana Pelayanan Perijinan pada Unit Pelayanan Terpadu Surakarta, yang dimana pada intinya UPT berwenang melaksanakan pemrosesan dan penyelenggaraan pelayanan perijinan yang berada pada semua instansi perangkat daerah Kota Surakarta. Dengan tata laksana yang baru tersebut UPT Surakarta menggunakan pola pelayanan satu pintu. Dan kemudian untuk memberikan kewenangan kepada UPT mengenai masalah pembinaan dan pertimbangan perijinan di UPT, Walikota Surakarta menerbitkan Keputusan Walikota Surakarta No. 006/188/2005 tentang Tim Pembina dan Tim Pertimbangan Perijinan UPT Kota Surakarta dan Peraturan Walikota Surakarta No. 13 Tahun 2005 tentang Pelimpahan sebagian Kewenangan Walikota kepada Koordinator UPT Kota Surakarta. Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Surakarta dibentuk sejak 08 September 1998 dengan menggunakan pelayanan satu atap. Baru pada 07 Desember 2005 menggunakan pelayanan satu pintu. Pelayanan satu pintu tersebut direalisasikan dalam Perda Kota Surakarta No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, dengan perubahan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) menjadi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) pada tanggal 31 Desember 2008. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) berlokasi di dalam kompleks Balaikota Surakarta, di Jl. Jenderal Sudirman No. 2 Surakarta 57111, telepon (0271) 653693.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi, Visi dan Misi a. Kedudukan KPPT Surakarta Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Surakarta merupakan kantor
pelayanan perijinan satu pintu. KPPT adalah lembaga pelayanan daerah yang kedudukannya dibawah Pemerintah Kota dan bertanggungjawab langsung kepada Walikota. KPPT dipimpin seorang Kepala yang bertanggungjawab atas sebagian kewenangan yang dilimpahkan kepadanya. Pertanggungjawaban disampaikan oleh Kepala melalui Sekretaris Daerah kepada Walikota. b. Tugas Pokok dan Fungsi KPPT Surakarta Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) mempunyai tugas pokok yaitu melayani masyarakat umum dibidang perijinan di lingkungan Pemerintah Kota Surakarta (meliputi wilayah Kecamatan Jebres, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Serengan, Kecamatan Laweyan dan Kecamatan Pasar Kliwon). Dan untuk meyelenggarakan tugas pokok tersebut KPPT mempunyai fungsi : Menerima berkasberkas pengajuan ijin, dan memproses perijinan. c. Visi dan Misi KPPT Surakarta Visi yang di emban, yaitu : “Dipercaya sebagai lembaga yang menjunjung kesederhanaan, transparansi, ketepatan waktu dan kualitas dalam pelayanan publik”. Untuk merealisasikan visi tersebut, UPT mempunyai misi : 1. Meningkatkan kualitas publik, 2. Mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan publik,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan publik, 4. Meningkatkan citra aparatur Negara menjadi semakin positif. 3. Susunan Organisasi KPPT Surakarta Sesuai dengan Perwali No. 36 Tahun 2008, tentang Penjabaran TUPOKSI dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu, dan sesuai dengan SMM ISO 9001 KPPT Kota Surakarta, menguraikan tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari pejabat dan staf struktural KPPT sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Kepala KPPT. Ø Tugas dan Tanggungjawab : 1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai KPPT 2. Menjaga dan memperbaiki efektivitas dan kinerja SMM perusahaan 3. Menetapkan dan mengkaji ruang lingkup penerapan dari SMM 4. Mengesahkan kebijakan dan sasaran mutu perusahaan 5. Mengesahkan kebijakan dan sasaran mutu perusahaan 6. Menyediakan sunber daya yang diperlukan untuk penerapan, pemeliharaan, dan perbaikan dari SMM 7. Menetapkan uraian tugas masing-masing karyawan 8. Mengesahkan pedoman SMM 9. Memimpin rapat tinjauan manajemen Ø Kewenangan : 1. Menunjuk wakil Manajemen dan anggota-anggota tim ISO 2. Merubah : -
Lingkup penerapan
-
Pedoman SMM
-
Elemen-elemen SMM
-
Kebijakan Mutu
-
Sasaran Mutu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Wakil Manajemen SMM. Ø Tugas dan Tanggungjawab : 1. Memastikan bahwa SMM telah diterapkan dengan benar disemua dep/fungsi dan sesuai dengan persyaratan-persyaratan ISO 9001 2008 dan peraturan-peraturan yang berlaku 2. Merencanakan dan menerapkan system komunikasi internal 3. Memastikan bahwa dokumen-dokumen SMM telah dikendalikan dan didistribusikan sesuai prosedur 4. Memastikan bahwa pengendalian operasi telah ditetapkan untuk semua aktivitas-aktivitas yang berdampak terhadap mutu layanan dan kepuasaan pemohon dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku 5. Memastikan bahwa pemantauan dan pengukuran terhadap kinerja-kinerja SMM telah dilaksanakan termasuk pencapaian sasaran mutu 6. Memastikan bahwa catatan-catatan mutu di masing-masing fungsi telah dipelihara sesuai prosedur 7. Menyelenggarakan audit SMM internal 8. Menyiapkan dan menyelenggarakan rapat tinjauan mamajemen sesuai prosedur 9. Memeriksa dan mengesahkan prosedur-prosedur SMM Ø Kewenangan : 1. Mengusulkan perbaikan-perbaikan sistem manajemen muyu kepada Ka KPPT
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Mengusulkan Tim dan pengendali dokumen kepada Ka KPPT 3. Menerbitkan nota permintaan perbaikan/pencegahan untuk ketidaksesuaian yang ditemui 4. Menolak dan menyetujui permintaan untuk perubahan dokumen SMM c. Pengendali Dokumen. Ø Tugas dan Tanggungjawab : 1. Pengendalian dan distribusi dokumen-dokumen SMM baik internal ataupun eksternal 2. Menyusun draft dokumen 3. Menyimpan master dokumen, menggandakan dan mendistribusikan dokumen terkendali 4. Menarik dan memusnahkan dokumen kadaluarsa d. Ka Si Pendaftaran. Ø Tugas dan Tanggungjawab : 1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Ka Si Pendaftaran 2. Menjaga dan memperbaiki efektivitas dan kinerja SMM Seksi Pendaftaran 3. Mensosialisasikan dan mengukur pencapaian sasaran mutu 4. Ikut memastikan bahwa dokuman-dokumen SMM, baik internal maupun eksternal, telah tersedia di bagian-bagian yang membutuhkan 5. Ikut menetapkan persyaratan kompetensi karyawan dan memastikan bahwa setiap personel telah memenuhi persyaratan kompetensi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ø Kewenangan : 1. Menerbitkan nota permintaan perbaikan/pencegahan untuk ketidaksesuaian yang ditemui 2. Merubah instruksi kerja dan sasaran sesuai kebutuhan e. Staf Pendaftaran. Ø Tugas dan tanggungjawab : 1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Staf Pendaftaran 2. Mematui prosedur/instruksi kerja/ketentuan yang berlaku Ø Kewenangan : 1. Menghentikan/menolak
berkas
permohonan
yang
tidak
memenuhi
persyaratan 2. Mengusulkan perbaikan sarana/prasarana yang diperlukan f. Ka Si Verifikasi. Ø Tugas dan tanggung jawab : 1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai ka Si Verifikasi 2. Menjaga dan memperbaiki efektivitas dan kinerja SMM Seksi Verifikasi 3. Mensosialisasikan dan mengukur pencapaian sasaran mutu 4. Ikut memastikan bahwa dokumen-dokumen SMM, baik internal maupun eksternal, telah tersedia di bagian-bagian yang membutuhkan 5. Ikut menetapkan persyaratan kompetensi karyawan dan memastikan bahwa setiap personel telah memenuhi persyaratan kompetensi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ø Kewenangan : 1. Menerbitkan nota permintaan perbaikan /pencegahan untuk ketidaksesuaian yang ditemui 2. Merubah intruksi kerja dan sasaran sesuai kebuutuhan g. Staf Verifikasi. Ø Tugas dan tanggung jawab : 1. Mempelajari berkas permohonan ijin sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku 2. Menyampaikan informasi tentang penolakan dan pemrosesan berkas izin lebih lanjut kepada petugas untuk disampaikan kepada pemohon, setelah mendapat persetujuan dari Kasi Verifikasi 3. Menyerahkan berkas yang sudah lengkap dan benar kepada Tim Teknis untuk diadakan Pemeriksaan dan Peninjauan Lapangan dengan persetujuan Kasi Verifikasi, 4. Menghitung skor dan menghitung biaya retribusi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan berpedoman kepada berita acara pemeriksaan lapangan 5. Menyerahkan berkas permohonan ijin yang sudah lengkap kepada petugas seksi penerbitan 6. Menyerahkan berkas yang sudah lengkap kepada tim teknis 7. Mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan rapat, baik yang diadakan oleh tim teknis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan 9. Mematuhi prosedur/instruksi kerja/ketentuan yang berlaku Ø Kewenangan : 1. Menghentikan/menolak
berkas
permohonan
yang
tidak
memenuhi
persyaratan 2. Mengusulkan perbaikan sarana/prasarana yang diperlukan h. Ka Si Penerbitan. Ø Tugas dan tanggung jawab : 1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Staf Penerbitan 2. Mematuhi prosedur/instruksi kerja/ketentuan yang berlaku Ø Kewenangan : 1. Menghentikan/menolak
berkas
permohonan
yang
tidak
memnuhi
persyaratan 2. Mengusulkan perbaikan sarana/prasarana yang diperlukan i. Ka Subbag TU Ø Tugas dan tanggung jawab : 1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Ka Subbag TU penerbitan 2. Menjaga dan memperbaiki efektivitas dan kinerja SMM Seksi Subbag TU 3. Mensosialisasikan dan mengukur pencapaian sasaran mutu 4. Ikut memastikan bahwa dokumen-dokumen SMM, baik internal maupun eksternal, telah tersedia dibagian-bagian, yang membutuhkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Ikut menetapkan persyaratan kompetensi karyawan dan memastikan bahwa setiap personel telah memenuhi persyaratan kompetensi Ø Kewenangan : 1. Menerbitkan nota permintaan perbaikan/pencegahan untuk ketidaksesuaian yang ditemui 2. Merubah instruksi kerja dan sasaran kebutuhan j. Staf Kepegawaian. Ø Tugas dan tangung jawab : 1. Melaksanakan
Uraian
Tugas
yang
telah
ditetapkan
sebagai
Staf
Kepegawaian 2. Mengkoordinir pelaksanaan analisis kebutuhan pelatihan, setahun sekali 3. Menyusun dan melaksanakan program pelatihan mutu Ø Kewenangan : 1. Menerbitkan nota permintaan perbaikan/pencegahan untuk ketidaksesuaian yang ditemui 2. Mengusulkan program pelatihan tahunan k. Bendahara Barang. Ø Tugas dan tanggung jawab : 1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Bendahara Barang 2. Sarana/prasarana pelayanan dan pendukunganya dipelihara/diperbaiki dengan rutin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Catatan-catatan telah dipelihara sesuai prosedur 4. Mengontrol dan mengendalikan barang habis pakai Ø Kewenangan : 1. Menerbitkan nota permintaan perbaikan/pencegahan untuk ketidaksesuaian yang ditemui 2. Mengusulkan perbaikan sarana/prasarana yang diperlukan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja. l. Bendahara Pengeluaran/Staf Pengadaan. Ø Tugas dan tanggung jawab : 1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Staf pengadaan 2. Pengadaan infrasruktur dilakukan dengan memperhatikan mutu layanan dan peraturan perundangan yang berlaku 3. Memastikan bahwa Peraturan-peraturan yang relevan telah dipahami dan ditaati 4. Uraian
tugas
masing-masing
karyawan
telah
ditetapkan
dan
dikomunikasikan 5. Persyaratan kompetensi telah ditetapkan dan dipenuhi 6. Dokumen-dokumen SMM yang relevan telah tersedia ditempat kerja 7. Catatan-catatan telah dipelihara sesuai prosedur Ø Kewenangan : 1. Menerbitkan nota permintaan perbaikan/pencegahan untuk ketidaksesuaian yang ditemui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Mengusulkan perbaikan sarana/prasarana yang diperlukan untuk menjaga mutu pelayanan m. Petugas Informasi. Petugas Informasi bertanggungjwab kepada Kasi Pendaftaran, dengan Uraian Tugas sebagai berikut : 1. Menerima dan melayani warga masyarakat/pemohon izin yang datang ke KPPT dengan ramah dan sopan serta memberikan penjelasan berbagai pelayanan KPPT dengan baik dan benar. 2. Mengarahkan pemohon kepada loket sesuai dengan kebutuhan pemohon. 3. Memberikan penjelasan kepada pemohon tentang kebutuhan yang diharapkan oleh pemohon. 4. Menyelesaikan berbagai permasalahan yang ditemui di loket informasi, dan memberikan upaya pemecahannya serta melaporkan setiap kejadian yang penting kepada atasan untuk dicarikan solusinya. 5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan. n. Petugas penerima pengaduan. Petugas penerima pengaduan bertanggung jawab kepada Kasi Evaluasi, dengan Uraian Tugas sebagai berikut: 1. Menerima berbagai oengaduan dari masyarakat maupun aparat pemerintah mengenai berbagai pelayanan yang ditimbulkan dengan adanya KPPT, baik secara lisan maupun tertulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Memberikan jawaban kepada warga masyarakat, pemohon ataupun aparat pemerintah terhadap pertanyaan/permasalahan yang dipertanyakan dengan baik, jelas, benar, ramah, dan sopan. 3. Mengadakan konsultasi dan koordinasi dengan Petugas Teknis dan melaporkannya kepada atasan langsung untuk dicarikan jalan keluarnya, apabila pertanyaan yang muncul tidak mampu untuk diberi jawaban seketika atau jawabannya membutuhkan koordinasi lebih dahulu. 4. Mengkoordinasi semua pertanyaan yang muncul kepada Dinas/Instansi terkait untuk dibuatkan jawabannya, dengan persetujuan Kepala Kantor. 5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan. o. Petugas Penerima Pembayaran Retribusi. Petugas Penerima Pembayaran Retribusi bertanggung jawab kepada Kasub Bag TU, dengan Uraian Tugas sebagai berikut : 1. Menerima berkas yang akan dibayar /SKRD dari pomohon. 2. Menghitung SKRD yang harus dibayar. 3. Menerima uang dari pemohon dan menghitungnya. 4. Mencatat laporan keuangan ke dalam buku penjagaan. 5. Membuat setoran ke Kas Daerah. 6. Membuat laporan harian dan laporan bulanan. 7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
p. Petugas Pengadministrasi Dokumen Ijin. Petugas Pengadministrasi Dokumen Ijin bertanggung jawab kepada Kasi Penerbitan, dengan Uraian Tugas sebagai berikut : 1. Menerima berkas yang sudah lengkap dan benar serta telah dilakukan Pemeriksaan/Peninjauan
Lapangan
dari
petugas
verifikasi,
untuk
selanjutnya disampaikan kepada petugas entry data. 2. Menerima dan menyusun draft/konsep dokumen ijin dari petugas entry data dan menyampaikan kepada Kasi Penerbitan untuk diadakan pengecekan dan persetujuannya. 3. Memintakan tanda tangan ke Kepala Kantor atas Draft/konsep ijin yang sudah diparaf oleh Kasi Penerbitan. 4. Mencatat pengadministrasian proses pencetakan dokumen izin dalam Buku Register Pencetakan Ijin. 5. Menbuat laporan bulanan. 6. Menyampaikan berbagai
permasalahan
yang
timbul
administrasi izin dan melaporkan kepada atasan langsung.
commit to user
dalam
proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Kepegawaian KPPT Surakarta Kepegawaian Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Surakarta merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) berjumlah 29 personel, yang diperbantukan mewakili unit kerja organisasi Pemerintah Kota Surakarta. Pejabat struktural sebanyak 6 orang, dan 23 orang pegawai yang bertugas sebagai staf operasional. Mereka direkrut melalui pelatihan kepribadian, kepribadian yang dimaksud diantaranya memiliki inovasi, berkepribadian ramah dan berpenampilan menarik. Pegawai KPPT ini secara sruktural masih bertanggungjawab kepada unit kerja organisasi masing-masing, tetapi secara fungsional mereka bertanggungjawab kepada Kepala KPPT. Koordinator Sub Bagian Tata Usaha dan Seksi Pelayanan diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi dan sikronisasi secara vertikal dan horizontal dalam lingkungan kerja KPPT dan unit kerja terkait sesuai dengan bidang tugasnya. 5. Jenis Pelayanan KPPT Kota Surakarta Jenis pelayanan perijinan yang diselenggarakan KPPT meliputi jenis-jenis pelayanan perijinan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu. Sesuai peraturan Walikota Surakarta No. 2 Tahun 2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Walikota Surakarta No. 13 Tahun 2005 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Walikota Kepada Koordinator Unit Pelayanan Terpadu Surakarta, jenis perijinan yang ditangani oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Surakarta berjumlah 30 perijinan, meliputi :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Izin Pemanfaatan Ruang (IPR) 2. Penggantian Biaya Cetak Peta 3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 4. Izin Lokasi 5. Izin Usaha Perdagangan (IUP) 6. Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (IUP-MB) 7. Izin Usaha Industri (IUI) 8. Tanda Daftar Gudang (TDG) 9. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 10. Tanda Pendaftaran Waralaba (TPW) 11. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP) 12. Izin Usaha Toko Modern (IUTM) 13. Izin Gangguan Tempat Usaha (HO) 14. Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) 15. Izin Pemasangan Reklame 16. Izin Jasa Biro Perjalanan Wisata 17. Izin Jasa Pemandu Wisata 18. Izin Impresariat 19. Izin Jasa Informasi Pariwisata 20. Izin Jasa Konvensi 21. Izin Hotel 22. Izin Pondok Wisata 23. Izin Restoran 24. Izin Rumah Makan 25. Izin Gedung Pertemuan Umum 26. Izin Usaha Agen Jasa Angkutan 27. Izin Usaha Sekolah Mengemudi 28. Izin Usaha Bengkel Umum 29. Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta (PKMS) 30. Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS) (Sumber: KPPT Kota Surakarta)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pelayanan pembuatan perijinan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Surakarta dilaksanakan setiap hari dengan waktu pelayanan : Tabel 1.2 Jadwal Pelayanan KPPT Kota Surakarta No
Hari
Jam Layanan
1.
Senin - Kamis
07.15-14.00
2.
Jum’at
07.15-11.00
3.
Sabtu
07.15-12.00
Sumber : KPPT Kota Surakarta
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, KPPT Surakarta mempunyai peralatan yang mendukung proses pelayanan yang antara lain dapat diketahui dari data inventaris barang yaitu sebagai berikut : 1. Ruang Kepala Tabel 1.3 Inventaris Ruang Kepala No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama Barang AC Ruangan Gambar Presiden Gambar Wapres Meja Kerja Kursi Kerja Gambar Burung Garuda Kursi Tamu (merah) Meja Panjang (arsip) Meja Telepon Telepon
Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sumber : KPPT Kota Surakarta
commit to user
Keadaan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Ruang Staf Tabel 1.4 Inventaris Ruang Staf No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Nama Barang Meja Kerja Kursi Kerja (biru) Kursi Kerja Beroda Kursi kerja (merah) AC Ruangan Mobil Kijang AD 370 AA Mobil Kijang AD 9505 FA Tempat Leaflet Kursi Panjang Pemohon Anjungan Informasi Meja Cap Reklame Filling Cabinet Layar Komputer Printer Canon Printer Oki Microline Meja Komputer Scanner IMB Mesin Tik Double Mesin Tik Manual Meja Telepon Staples Besar Perforator Besar Kalkulator 12 digit Kalkulator 16 digit Duty Printer Dr-120LB CPU Telepon Almari Stavol UPS Vertical Banner Televisi 21’ Speaker pemanggil Mesin Fotocopy
Sumber : KPPT Kota Surakarta
commit to user
Jumlah 26 24 7 15 6 1 1 2 6 2 1 2 6 4 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1 2 1 4 1 1 1
Keadaan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Ruang Rapat Tabel 1.5 Inventaris Ruang Rapat No 1. 2.
Nama Barang Meja Rapat dan White Board Kursi Rapat (biru)
Sumber : KPPT Kota Surakarta
commit to user
Jumlah 1 9
Keadaan Baik Baik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Pembahasan Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah diperoleh penulis. Pengumpulan data diperoleh melalui teknik wawancara dengan beberapa sumber, observasi ke lapangan dan studi dokumentasi. Hasil penelitian tentang kinerja KPPT Surakarta dalam pelayanan IMB ini terfokus pada kriteria penilaian yaitu produktivitas, kualitas layanan, dan akuntabilitas serta menjelaskan mengenai hambatan yang dihadapi KPPT dalam pelayanan IMB di Kota Surakarta. 1. Produktivitas KPPT Surakarta Produktivitas dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat apakah kinerja suatu organisasi itu baik atau buruk, dalam hal ini satu ukuran produktifitas yang lebih luas dengan memasukan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting. Indikator produktivitas dalam hal ini digunakan untuk mengukur dan mengetahui output atau keluaran yang dihasilkan oleh KPPT Surakarta. Sasaran atau target yang ingin dicapai oleh KPPT Surakarta dalam pelayanan IMB tidak hanya dalam hal peningkatan pelayanan administrasi perkantoran saja, atau peningkatan sarana dan prasarana saja tetapi KPPT Surakarta juga mempunyai target tertentu selain target-target yang diprogramkan untuk kelancaran aktivitas pelayanan secara teknis, yaitu pencapaian jumlah retribusi IMB yang masuk di KPPT Surakarta. Diantaranya capaian target dari pemasukan retribusi IMB per tahun yang diperoleh melalui KPPT Surakarta dalam 2 tahun terakhir. Dan berikut ini disajikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tabel capaian retribusi IMB dari tahun 2008 dan 2009. Tabel 1.6 Rekapitulasi Setoran Retribusi IMB melalui KPPT Surakarta Periode Tahun 2008 dan 2009
No
Bulan
Tahun Capaian Tahun 2008 (Rp)
Tahun 2009 (Rp)
1
Januari
408.338.300
188.991.600
2
Februari
365.380.200
170.283.700
3
Maret
165.525.900
120.667.500
4
April
1.241.716.023
126.644.800
5
Mei
299.857.900
173.872.500
6
Juni
124.252.900
327.187.600
7
Juli
199.112.400
306.415.600
8
Agustus
419.723.900
104.410.800
9
September
639.228.800
220.890.400
10
Oktober
157.147.900
328.448.100
11
November
524.485.600
408.707.600
12
Desember
310.980.600
825.122.000
4.855.750.423
3.301.642.200
140,32%
95,51
Jumlah Persentase
Sumber : KPPT Kota Surakarta
Dari data yang terdapat dalam tabel tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah retribusi IMB yang berhasil disetor ke kas daerah melalui KPPT tahun 2008 mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebesar 40,32% dan melebihi target
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
retribusi yang ditetapkan. Hal itu dikarenakan ada beberapa ijin IMB yang nilai retribusinya cukup besar dibayarkan pada tahun 2008, yakni Apartemen Solo Paragon, Solo Center Point, dan Kusuma Mulia serta Hotel Ibis (hotel bintang 3). Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota Surakarta berikut ini : “Di tahun 2008 capaian retribusi yang diperoleh KPPT terjadi peningkatan yang signifikan yakni pada pertengahan tahun 2008, karena terdapat retribusi yang masuk kesini cukup besar, mas..Diantaranya retribusi yang dibayarkan hotel berbintang 3 yaitu hotel Ibis dan Kusuma mulia. Selain itu juga pemasukan dari Apartemen Solo Paragon dan Solo Center Point”. (wawancara, 26 Oktober 2010) Retribusi IMB ini merupakan penyumbang kas daerah terbesar diantara perijinan yang lain yang ada di KPPT Surakarta. Sedangkan capaian retribusi di tahun 2009 terjadi sedikit penurunan daripada tahun 2008, pada tahun 2009 persentase penurunannya sebesar 4,49% karena di tahun 2009 tidak ada pembayaran retribusi dari bangunan-bangunan yang tergolong besar seperti yang terjadi di tahun 2008. Tetapi untuk target tahunan KPPT Surakarta pada tahun 2009 sudah tercapai meskipun tidak sebesar pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas KPPT Surakarta cukup baik dilihat dari pemasukan yang didapat dari retribusi pembayaran Izin Mendirikan Bangunan (IMB) setiap tahunnya. Tingkat produktivitas yang dihasilkan oleh KPPT Kota Surakarta berjalan dengan baik meskipun tidak secara keseluruhan karena adanya beberapa kendala. Seperti yang terlihat dalam pelaksanaan proses penyelesaian berkas permohonan sampai diterbitkannya SK IMB oleh KPPT Surakarta. Dan berikut ini disajikan tabel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jumlah pemohon IMB dari bulan Januari - Mei 2010 : Tabel 1.1 Jumlah Pemohon IMB dan SK IMB Yang Diterbitkan KPPT Kota Surakarta Dari Bulan Januari - Mei 2010 No
Bulan
Jumlah Pemohon
SK IMB Yang Diterbitkan
1.
Januari
80
94
2.
Februari
106
94
3.
Maret
88
92
4.
April
112
90
5.
Mei
98
142
484
512
Jumlah
Sumber : KPPT Kota Surakarta 2010
Dari data yang terdapat dalam tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dari Bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2010 jumlah permohonan IMB yang telah masuk ke KPPT Surakarta dengan jumlah SK yang diterbitkan tidak seimbang atau masih terdapat selisih jumlah. Sebagai contoh saja di bulan Januari terdapat pemohon yang mengajukan berkas permohonan IMB sebanyak 80 pemohon, tetapi disini SK yang terbit mencapai 94 SK dan terdapat selisih 14 pemohon. Ini bisa terjadi karena ada sisa berkas dari bulan Desember 2009 sebanyak 14 berkas yang baru diselesaikan pada bulan Januari 2010. Begitu pula pada bulan Februari 2010 terdapat sejumlah 106 pemohon yang mengajukan berkas permohonan IMB, tapi ternyata hanya sekitar 94 SK yang terselesaikan. Sehingga sisa berkas tertumpuk di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bulan berikutnya. Hal tersebut juga terjadi pada bulan-bulan berikutnya. Sehingga cenderung terdapat selisih antara jumlah pemohon dengan SK yang terbit. Mengenai hal tersebut Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota Surakarta memberikan penjelasan sebagai berikut : “Permasalahannya pemohon sekian dan SK yang keluar sekian itu bukan karena kami tidak menjalankan prosedur pelayanan. Yang perlu diketahui SK itu hanya bisa keluar jika pemohon sudah membayar retribusi. Nah, SK yang tidak keluar itu karena pemohon yang belum membayar retribusi. Biasanya kendala mereka yang tidak bisa membayar itu kaget melihat nominal nilai retribusinya. IMB itu perijinan yang paling mahal retribusinya, bisa sampai 10 juta, 20 juta bahkan ada yang sampai 50 juta. Buktinya berkas-berkas permohonan yang belum dibayar kebanyakan retribusinya diatas 10 juta. Mungkin pemohon tersebut saat mengajukan IMB tidak siap dengan nominal yang harus dibayar. Mereka sudah ditagih bahkan sampai tiga kali tapi belum juga datang ke KPPT untuk membayar. Padahal syarat-syarat semua sudah kami proses sesuai prosedur lho mas, mereka tinggal bayar thok tapi ya itu kembali lagi kepada masing-masing pemohon gitu mas.” (wawancara, 26 Oktober 2010) Dari wawancara dengan Kepala KPPT di atas, ternyata ada sebagian besar dari pemohon yang waktu memasukkan berkas permohonan IMB, syarat-syarat sudah lengkap dan benar semua tetapi sewaktu pemohon akan membayar retribusi mereka tidak sanggup karena nilai retribusi yang harus di bayar cukup tinggi. Karena alasan tersebut, sebagian dari mereka tidak mengurus lagi ijinnya, sehingga dari pihak KPPT pun untuk sementara juga menunda proses pencetakan IMB, sampai si pemohon melunasi biaya retribusi tersebut. Jika pemohon itu kembali lagi ke KPPT bulan berikutnya, saat itu juga KPPT melanjutkan proses pencetakan dokumen ijin. Hal inilah yang menjadikan proses kepengurusan IMB menjadi tertunda, sehingga menyebabkan penumpukan berkas permohonan dan baru diselesaikan di bulan-bulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
selanjutnya, karena pihak KPPT juga menunggu pemohon untuk menyelesaikan kewajiban membayar retribusinya terlebih dahulu. Sehingga terjadinya perbedaan jumlah pemohon dengan SK IMB yang diterbitkan disetiap bulan bukan karena kinerja KPPT Surakarta yang tidak produktif, justru KPPT Surakarta sudah menjalankan semua proses sesuai dengan prosedur pelayanan yang berlaku. Selisih antara jumlah pemohon yang masuk dengan SK yang diterbitkan tersebut diantaranya disebabkan faktor adanya pemohon yang tidak sanggup membayar retribusi yang telah diberitahukan kepada pemohon lewat Surat Permohonan Pembayaran (SPP), sehingga cukup banyak juga berkas permohonan yang sudah masuk ke KPPT Surakarta tidak dapat diproses lebih lanjut sampai pada diterbitkannya SK. Sebab salah satu syarat SK IMB dapat diterbitkan adalah pemohon terlebih dahulu membayar retribusi yang dibebankan kepada mereka. Selain itu Ibu Siti Khotimah, S.Sos, selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta menambahkan keterangan sebagai berikut : “Selain faktor pemohon yang tidak mau bayar kesini, ada faktor lainnya yang jadi sebab adanya selisih jumlah pemohon dan SK yang dicetak itu karena adanya pemohon yang sudah daftar ngajuin IMB kesini tetapi pas disurvey ternyata data-data yang ada diberkas permohonan dengan kondisi dilapangan tidak sesuai seperti misalnya bangunannya menyalahi GSB (Garis Sempadan Bangunan) lalu kami suruh mereka untuk benerin dulu terus kesini lagi dan sementara proses lebih lanjut kami tunda. Kalo sudah beres baru kami lanjutkan. Nah ternyata cukup banyak juga mas, pemohon yang tidak kembali lagi kesini untuk ngelanjutin proses sampai SK keluar. Akhirnya berkas permohonannya pun macet nggak bisa dilanjutin cuma numpuk di meja. Itulah penyebab lain mengapa bisa terjadi perbedaan jumlah tersebut, mas.” (wawancara, 28 Oktober 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pemohon yang sudah memasukkan berkas permohonannya ke KPPT Surakarta dan untuk selanjutnya disurvey ke lapangan untuk menyesuaikan denah bangunan. Tetapi ternyata terdapat ketidaksesuaian antara syarat-syarat dalam berkas permohonan dengan kondisi bangunan dilapangan. Oleh pihak KPPT Surakarta pemohon tersebut diminta membenahi syarat-syarat yang belum sesuai tersebut dan untuk sementara pemrosesan berkas permohonannya ditunda dahulu. Bila syarat-syarat sudah dibenahi maka petugas KPPT Surakarta meminta mereka untuk segera kembali lagi ke KPPT untuk melanjutkan proses selanjutnya sampai pada proses pencetakan SK IMB. Namun kemudian banyak ditemui pemohon yang tidak kembali lagi untuk melanjutkan proses pelayanan IMB dengan alasannya masing-masing. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya perbedaan antara jumlah pemohon IMB yang telah masuk ke KPPT Surakarta dengan jumlah SK IMB yang sudah diterbitkan. Dalam kesempatan yang berbeda Bp. Drs. Toto Amanto, MM selaku Kepala KPPT Surakarta menambahkan keterangan sebagai berikut : “Kendala lain juga datang pada unit teknis (petugas lapangan) dari DTK saat melakukan survey lapangan, mas. Sebenarnya pihak KPPT dan DTK sudah berkoordinasi dan membuat persetujuan bahwa waktu yang diberikan untuk petugas lapangan saat survey sampai menyerahkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) adalah 2-4 hari. Namun realitanya sering lebih dari 4 hari. Hal itu dikarenakan Dinas Tata Kota (DTK) hanya punya 2 petugas survey dalam satu kecamatan. Sehingga banyak berkas permohonan yang ngantri menunggu untuk disurvey dari pihak DTK. Sehingga berkas yang belum digarap oleh DTK, ya menumpuk dulu mas di KPPT sampai dokumen-dokumen tersebut di garap oleh DTK gitu mas. Hal inilah yang menyebabkan di KPPT sering terjadi penumpukan berkas-berkas permohonan.” (wawancara, 26 Oktober 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa proses pemeriksaan lapangan masih dipegang oleh petugas dari DTK (Dinas Tata Kota). Pelaksanaan pemeriksaan (survey) lapangan sampai saat ini belum dilaksanakan oleh KPPT Surakarta sendiri, tetapi masih dipegang oleh petugas dari Dinas Tata Kota. Meskipun dari pihak KPPT Surakarta sendiri telah bekerja dengan maksimal, tapi terkadang petugas atau pegawai dari Dinas Tata Kota (DTK) baru menyerahkan berita acara pemeriksaan (BAP) melebihi dari waktu yang telah ditentukan, yaitu 2-4 hari. Apalagi pegawai dari DTK yang bertugas melakukan survey lapangan hanya dua orang untuk satu kecamatan. Dari hasil wawancara dan pembahasan-pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa produktivitas kinerja dari KPPT Surakarta bisa dikatakan cukup baik. Hal ini dilihat dari capaian target retribusi IMB per tahun yang diperoleh melalui KPPT Surakarta dalam 2 tahun terakhir yaitu tahun 2008 dan 2009. Meskipun capaian retribusi di tahun 2009 terjadi sedikit penurunan daripada tahun 2008, karena di tahun 2009 tidak ada pembayaran retribusi dari bangunan-bangunan yang tergolong besar seperti yang terjadi di tahun 2008. Tetapi untuk target tahunan pada 2009 KPPT Surakarta sudah tercapai. Selain itu juga bisa dilihat dari proses penyelesaian berkas pemohonan sampai diterbitkannya SK IMB oleh KPPT. Meskipun ada beberapa faktor yang menyebabkan kinerja KPPT bisa menjadi tidak produktif yang berasal dari pihak eksternal dalam hal ini Dinas Tata Kota (DTK) sebagai petugas survey (pemeriksa lapangan). Karena hanya ada dua petugas survey disetiap kecamatan. Ini sangat kurang sekali jika dibandingkan dengan jumlah berkas permohonan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diterima oleh KPPT Surakarta setiap bulannya, dan ini menyebabkan sering terjadi penumpukan berkas permohonan karena proses pengurusan selanjutnya juga masih menunggu kerja dari Dinas Tata Kota (DTK) sendiri. Hal inilah yang menyebabkan KPPT “menunggu” untuk melanjutkan proses sampai penerbitan IMB. Faktor lain juga datang dari pihak pemohon IMB sendiri, seperti tidak lengkapnya berkas permohonan dan ada juga pemohon yang tidak menyelesaikan pembayaran retribusi, padahal sebenarnya IMB tersebut tinggal dicetak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Kualitas layanan KPPT Surakarta Pengukuran kinerja KPPT Surakarta dalam menerbitkan IMB juga dapat dilihat dari bagaimana kualitas layanan yang diberikan oleh KPPT Surakarta kepada pelanggannya. Kualitas layanan itu sendiri menggambarkan mutu pelayanan yang diberikan dan kecocokan pengguna jasa terhadap pelayanan yang diberikan oleh KPPT Surakarta, oleh karena itu pengukuran kualitas layanan KPPT Surakarta ditentukan oleh penilaian pengguna jasa. Pengguna jasa dapat menilai pelayanan yang diberikan, apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Pengguna jasa, dalam hal ini pelanggan atau pemohon ijin KPPT, akan merasa puas jika pelayanan yang diberikan telah sesuai dengan yang diharapkan, begitu pula sebaliknya, jika pelayanan yang diberikan belum sesuai dengan yang diharapkan maka pengguna jasa belum merasa puas. Kualitas layanan dapat dilihat dari banyak tidaknya keluhan dari para pengguna jasa, kemudahan pelanggan KPPT dalam memperoleh informasi mengenai syarat-syarat tentang pengajuan permohonan penerbitan ijin. Pengguna jasa KPPT Surakarta berharap setiap mereka datang ke KPPT Surakarta mereka mendapatkan informasi yang mereka cari dan mendapatkan pelayanan yang tepat dan cepat. Seperti yang dikemukakan Bapak Permana dari CV. Jaya Teknik : “Kalau di KPPT malah diberi info lengkap tentang syarat-syarat buat pengajuan ijinnya mas, nggak kayak di kelurahan, malah dipersulit.” (wawancara, 25 November 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal yang sama juga dikatakan oleh Bapak Tofik dari CV. Bumi Maju Mapan : “Informasi mengenai syarat-syarat pegajuan ijin hingga besarnya biaya dan lamanya waktu jadinya ijin sudah terperinci dan sangat jelas, jadi saya bisa tau kira-kira habisnya biaya buat bikin ijin tu totalnya berapa.” “Pegawai disini juga sangat teliti mengenai kelengkapan syarat-syarat permohonan ijin, kurang satu syarat saja pelanggan disuruh pulang untuk segera melengkapi agar nantinya ijin bisa keluar tepat pada waktunya.” tambahnya. (wawancara, 25 November 2010) Bapak Permana dari CV. Jaya Teknik juga menambahkan : “Kalau disini pegawainya cekatan, cepet banget gitu, yang lama tu ngantrinya mas, mungkin gara-gara pegawainya cuman sedikit ya.” (wawancara, 25 November 2010) Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Hadi Santosa dari Gamatrans : “Disini pegawainya ramah-ramah mas, kerjanya juga cepet kok, lha wong ngantrinya kaya gini aja, nyelesaiin ngurusi ijin orang-orang itu ya lumayan cepat juga.” (wawancara, 25 November 2010) Pernyataan yang diungkapkan oleh Ibu. Esti Partiwi, SE selaku Kepala Sub Bagian TU KPPT Kota Surakarta berikut ini : “Pegawai KPPT telah mendapatkan pelatihan khusus tentang kepribadian, yaitu bagaimana menyapa pelanggan, melayani dengan cepat, tepat dan tentu saja ramah, setelah itu baru diseleksi untuk menjadi pegawai KPPT.” (wawancara, 29 November 2010) Organisasi di bidang jasa dalam memberikan pelayanan tidak luput dari komplain atau keluhan pelanggan. Hal ini terjadi karena karakteristik pelanggan yang berbeda-beda. Pelanggan akan merasa senang terhadap sikap petugas pelayanan yang serius menangani setiap keluhan yang disampaikan serta bersama-sama mencari jalan keluar. Pegawai dalam situasi seperti ini harus mempunyai kemauan untuk memecahkan masalah dan kendala secara cermat, tepat, dan bijaksana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keluhan oleh pelanggan adalah salah satu ungkapan penilaian akan kualitas yang didapatkannya. Keluhan timbul karena rasa ketidakpuasan pihak pelanggan. Bagaimanapun keluhan itu datang dan tujuannya tiap petugas pelayanan harus mempersiapkan mental dalam menghadapi keluhan. Berikut kutipan pernyataan Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota Surakarta mengenai keluhan pelanggan : “Selama ini KPPT jarang sekali ada komplain dari pemohon ijin, tetapi bila pemohon ijin ingin mengajukan komplain, mereka bisa langsung memasukkan komplain ke kotak saran atau langsung disampaikan kepada KPPT lewat petugas yang ada di depan, atau bisa langsung SMS ke Walikota melalui SMS gateway, karena KPPT ini tanggung jawabnya kepada masyarakat dan Walikota. Langkah kami jika ada komplain ya kami segera mengatasinya, kadang kami juga mengadakan briefing untuk membahas permasalahan dalam memberikan pelayanan sehingga pelayanan prima bisa terwujud.” (wawancara, 29 November 2010) Tanggapan dari Ibu Siti Khotimah, S.Sos, selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta adalah sebagai berikut : “Kalau ada pemohon yang komplain lebih sering langsung pada petugas yang melayani mas, dan kami akan menanggapinya dengan sabar dan ramah, misalnya kesalahan manusiawi (human error) seperti salah ketik, bisa langsung kami benarkan, tapi kalau ada yang mendesak sampai butuh penyelesaian langsung biasanya Kepala KPPT ikut turun langsung juga, pokoknya ya tetap dengan kepala dingin tapi juga memberikan jalan keluar terbaik pada pemohon (customer) gitu mas.” (wawancara, 29 November 2010) Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan bahwa untuk mengajukan komplain/keluhan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, pelanggan dapat menyampaikan langsung kepada petugas KPPT yang bersangkutan, kotak saran atau SMS ke Walikota. Langkah yang dilakukan untuk mengatasi komplain yang ada yaitu segera mengatasi permasalahan yang ada jika dinilai urgent dengan mengadakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rapat membahas permasalahan-permasalahan yang ada dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Berikut kutipan pendapat Bapak Toufik dari CV. Bumi Maju Mapan mengenai ketanggapan pegawai KPPT dalam menghadapi komplain : “Saya belum pernah komplain ke KPPT, soalnya sejauh ini saya sudah cukup puas dengan kerja Petugas KPPT. Saya rasa mereka cukup tanggap juga mas, ngerjain tugasnya dengan terampil dan cekatan.” (wawancara, 25 November 2010) Pendapat senada juga disampaikan oleh Bapak Watijo Warga Jl. Tulang bawang selatan RT.03/03 Kadipiro Banjarsari dan Bapak Sutrisno Warga Begalon, RT.05/04 Panularan Laweyan mengungkapkan : “Saya belum pernah komplain, soalnya dari awal petugas sudah menjelaskan syarat dan bagaimana prosedurnya, jadi ya baik-baik saja menurut saya mas.” (wawancara, 27 November 2010) “Saya sih belum pernah komplain, pelayanannya bagus mas, sampai sejauh ini saya merasa puas, pelayanan yang diberikan disini (KPPT) sangat professional mas.” (wawancara, 27 November 2010) Pernyataan-pernyataan dari pelanggan dan dari pihak KPPT di atas menunjukkan bahwa kemudahan mendapatkan informasi dan kemampuan pegawai KPPT dalam melayani para pelanggan serta penanganan penyelesaian masalah seperti komplain atau keluhan sudah sesuai dengan harapan para pelanggannya karena sejauh ini pelanggan merasa puas dengan pekerjaan para pegawai KPPT Surakarta. Minimnya keluhan atau komplain dari para pengguna jasa akan pelayanan di KPPT Surakarta, juga menggambarkan bahwa kualitas layanan di KPPT Surakarta bisa dikatakan sangat baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Akuntabilitas KPPT Surakarta KPPT Surakarta dalam melaksanakan tugas dan kegiatannya harus jelas dan wajib mempertanggungjawabkan kegiatannya dalam bentuk laporan kepada lembaga atau birokrat yang ada di atasnya dalam hal ini Walikota Surakarta atau kepada pihak yang memerlukan pertanggungjawabannya, misalnya kepada pihak-pihak terkait yang bekerja sama dengan KPPT Surakarta. Pertanggungjawaban yang dilakukan secara langsung kepada instansi yang ada di atasnya, akan mudah melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan
tugasnya,
sehingga
kemungkinan
akan
terjadinya
penyelewengan-penyelewengan bisa diperkecil. KPPT Surakarta mempertanggungjawabkan secara vertikal kepada Walikota Surakarta, sedangkan pertanggungjawaban secara horizontal dilakukan kepada masyarakat. Berikut ungkapan Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota Surakarta: “Masalah pertanggungjawaban secara rutin kita melaporkan ke Walikota. Biasanya ada laporan setiap bulan dan tiap tahun. Tanggung jawab KPPT juga ditujukan pada masyarakat.” (wawancara, 29 November 2010) Materi laporan pertanggungjawaban pelayanan IMB ini berisi tentang rekapitulasi jumlah pemohon IMB yang masuk dan jumlah SK IMB yang telah diterbitkan. Selain itu dalam laporan tersebut juga dicantumkan tentang data dan keterangan dari pemohon seperti : nama dan alamat pemohon, alamat bangunan, peruntukan bangunan, tanggal masuknya permohonan, tanggal ditetapkannya SK beserta nomor SK nya, serta jumlah retribusi yang dibayar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Bp. Drs. Toto Amanto, MM selaku Kepala KPPT Kota Surakarta di bawah ini : “Poin-poin yang dilaporkan dalam laporan pertanggungjawaban itu meliputi: rincian retribusi yang didapat lewat KPPT Surakarta, banyaknya pemohon yang masuk dan banyaknya IMB yang telah diterbitkan beserta keterangannya seperti nama, alamat pemohon, tanggal masuknya pemohon dan keluarnya SK dan sebagainya.” (wawancara, 29 November 2010) Laporan ini disusun dan dipertanggungjawabkan oleh Kepala KPPT Surakarta kepada Walikota Surakarta setiap bulan sekali dan tiap tahun, tembusannya ditujukan kepada unit kerja terkait, dalam hal ini berarti kepada Dinas Tata Kota (DTK) Surakarta. Sedangkan mekanisme laporan pertanggungjawabannya untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dari keterangan yang disampaikan oleh Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota Surakarta berikut ini : “Untuk mekanisme laporan pertanggungjawabannya sendiri gini mas pertama koordinator bagian pelayanan IMB memberikan materi laporan yang berisi data terakhir apa saja yang telah dikerjakan, apa yang telah didapat kemudian diserahkan kepada koordinator bagian Tata Usaha (TU) untuk kemudian direkapitulasi secara keseluruhan. Setelah itu diberikan kepada saya selaku kepala KPPT Surakarta untuk diperiksa dan ditandatangani. Kemudian laporan tersebut disampaikan kepada pemberi kewenangan yaitu Walikota Surakarta dan tembusannya kepada unit kerja terkait dalam hal ini jika mengenai IMB maka dikasih ke Dinas Tata Kota (DTK) gitu mas”. (wawancara, 29 November 2010) Keterangan yang disampaikan oleh Kepala KPPT Surakarta tersebut senada dengan penjelasan yang diberikan oleh Ibu. Esti Partiwi, SE selaku Kepala Sub Bagian TU KPPT Kota Surakarta sebagai berikut : “Laporan pertanggung jawaban itu dibuat sebulan sekali paling lambat tanggal 5 awal bulan. Mengenai alurnya seperti ini mas, pada awal bulan yaitu tanggal 1 petugas bagian IMB memberikan print out daftar pemohon IMB yang sudah masuk dan sudak dicetak SK beserta jumlah retribusinya. Untuk lebih detail
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nya juga disertakan keterangan seperti data pemohon, tanggal masuknya permohonan dan keluarnya SK, nomor SK dan keterangan lain yang menunjang. Kemudian semuanya itu diserahkan kepada Saya selaku Kepala bagian TU melalui koordinator bagian IMB. Kemudian Saya menghimpunnya untuk diberikan kepada Pak Totok (Kepala KPPT) yang kemudian diserahkan kepada Pak Wali dengan tembusan kepada Dinas Tata Kota (DTK).” (wawancara, 25 November 2010) Dari keterangan yang telah disampaikan oleh Kepala KPPT dan Kepala Sub Bagian
TU
KPPT
Kota
Surakarta
di
atas
maka
mekanisme
laporan
pertanggungjawaban tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : Setiap tanggal 1 awal bulan koordinator bagian IMB memberikan materi laporan kepada Kepala Tata Usaha (TU). Materi laporan tersebut berisi antara lain jumlah pemohon IMB yang masuk dan jumlah SK IMB yang terbit dalam waktu sebulan beserta keterangan-keterangan lainnya seperti nama dan alamat pemohon, alamat bangunan, peruntukan dan luas bangunan, tanggal masuk permohonan dan tanggal diterbitkannya SK, serta tarif retribusi yang dibayar. Kemudian Kepala Sub Bagian TU akan menghimpun dan memeriksa kembali materi laporan tersebut. Setelah itu materi laporan tersebut diserahkan kepada Kepala KPPT selambat-lambatnya tanggal 5 awal bulan. Laporan tersebut akan ditandatangani oleh Kepala KPPT Kota Surakarta untuk kemudian disampaikan kepada Walikota Surakarta dengan tembusan kepada Dinas Tata Kota (DTK).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Uraian panjang mengenai mekanisme laporan pertanggungjawaban tersebut di atas dapat dirangkum dalam gambar di bawah ini : Gambar 1.4 Mekanisme Laporan Pertanggungjawaban Pelayanan IMB KPPT Kota Surakarta
Walikota Surakarta
Dinas Tata Kota (DTK)
Kepala KPPT Kota Surakarta
tembusan
Sumber : KPPT Kota Surakarta
Kepala Sub Bagian TU
Koordinator bagian IMB
Selain itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta dalam melaksanakan tugas dan kegiatannya harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. KPPT Surakarta dalam melaksanakan kegiatannya, khususnya dalam pelayanan IMB sudah di atur prosedur pelaksanaannya sesuai dengan peraturan yang ada, yaitu berdasarkan dari Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 065/187/1/2005 tentang Tata Laksana Pelayanan Perijinan pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seperti yang diutarakan oleh Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota Surakarta berikut ini : “Prosedur pelayanan di KPPT ini dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang ada, yaitu Keputusan Walikota Surakarta Nomor 065/187/1/2005. Disitu sudah dijelaskan alur yang harus dilalui pemohon ijin. Dan sebagian besar pemohon ijin tidak merasa kesulitan dengan prosedur pelayanan yang ada.” (wawancara, 26 Oktober 2010) Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Siti Khotimah, S.Sos, selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta : “Prosedur perijinan di sini sederhana dan mudah dilaksanakan, sehingga para petugas pun merasa diuntungkan dengan prosedur yang sederhana tersebut.” (wawancara, 28 Oktober 2010) Pernyataan yang diungkapkan oleh Ibu. Esti Partiwi, SE selaku Kepala Sub Bagian TU KPPT Kota Surakarta berikut ini : “Dalam memberikan pelayanan kepada pemohon, pegawai disini selalu bekerja sesuai tata urutan sebagaimana yang ada dalam prosedur yang telah ditetapkan di SK Walikota. Nanti mas bisa lihat sendiri prosedur tersebut dilampirannya”. (wawancara, 28 Oktober 2010) Prosedur pelayanan yang digunakan oleh KPPT Surakarta adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 1.5 Prosedur Pelayanan KPPT Surakarta Pemohon datang
Berkas masuk (1)
Penelitian validasi (2)
Entry data komputer (3)
Tim Pemeriksa Lapangan (4)
Rapat Tim Pertimbangan (5)
Output : a. Ditolak b. Ditunda c. Diterima
Penyerahan dokumen (11)
Dikembalikan berkasnya (6a)
Agenda/ administrasi (10)
Diberi waktu melengkapi syarat (6b)
Proses tanda tangan Pejabat (9)
Cetak dokumen (8)
Pembayaran di Kas Daerah (7)
Sumber : Keputusan Walikota Surakarta No: 065/187/1/2005
commit to user
Dihitung biayanya (6c)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari bagan alur prosedur pelayanan tersebut berikut penjelasan kegiatan masing-masing prosesnya : 1) Proses pertama disebut proses masuk. Dalam proses ini kegiatan yang dilakukan antara lain : a. Pemohon mengambil formulir permohonan pengajuan pengurusan IMB. b. Pemohon mengisi formulir dengan lengkap. c. Pemohon menyerahkan berkas permohonan kepada petugas penerima. d. Pemohon menunggu informasi dari petugas, e. Petugas penerima menyerahkan berkas permohonan kepada petugas teknis. 2) Proses kedua disebut proses penelitian validitasi, kegiatannya antara lain : 1. Petugas teknis meneliti berkas-berkas permohonan. 2. Petugas teknis membubuhkan paraf apabila berkas lengkap/membuat catatan kekurangan kelengkapan berkas, 3. Petugas teknis menyerahkan catatan kekurangan kelengkapan berkas kepada petugas penerima, 4. Petugas teknis menginfomasikan kepada petugas penerima bahwa berkas sudah lengkap 5. Petugas penerima mencatat dan membuat tanda terima berkas, 6. Petugas penerima menginformasikan kepada pemohon bahwa berkas permohonan lengkap/tidak lengkap 7. Petugas penerima mengirim berkas yang telah lengkap kepada Tim Pemeriksa Lapangan yang sebelumnya telah di entry data dalam komputer.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3) Proses
ketiga
digilib.uns.ac.id
adalah
entry
data
komputer.
Operator
komputer
merekam/memasukan data di berkas ke dalam aplikasi ijin IMB. 4) Proses keempat adalah proses pemeriksa lapangan yaitu Tim Pemeriksa lapangan yang terdiri dari petugas-petugas dari unit kerja terkait mengadakan pencocokan berkas di lapangan dengan ketentuan : a. Pemeriksaan lapangan dilaksanakan setiap hari/sesuai kebutuhan, b. Anggota Tim Pemeriksa Lapangan sebelum melaksanakan pemeriksaaan lapangan harus hadir terlebih dahulu pukul 08.00, c. Membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Berita Acara Pemeriksaan dan Rekomendasi Persetujuan disampaikan kepada Koordinator KPPT setelah pemeriksaan lapangan. Dalam proses ini biasanya dilaksanakan keesokan harinya setelah penerimaan berkas di KPPT lengkap. 5) Proses kelima adalah rapat tim pertimbangan, kegiatannya adalah : 1. Tim Pertimbangan atas undangan Kepala KPPT mengadakan rapat untuk memutuskan permohonan ijin. 2. Rapat dilaksanakan setiap hari/sesuai kebutuhan, 3. Tim pertimbangan menyusun rekomendasi penerimaan/penolakan yang didalamnya berisi pertimbangan teknis, yuridis dan sosial, 4. Tim Pertimbangan menyusun alasan penolakan dan atau alasan penundaan proses permohonan. Dalam proses ini dilaksanakan esok hari setelah pemeriksaan di lapangan/pada hari yang sama setelah pemeriksaan lapangan sesuai kebutuhan, rapat diadakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di KPPT Surakarta. 6) Proses keenam adalah output, dilakukan setelah Rapat Pertimbangan selesai. Tim Pertimbangan menyerahkan kepada Kepala KPPT : 1. Rekomendasi penolakan beserta alasan-alasannya, 2. Rekomendasi penundaan disertai catatan-catatan yang harus dipenuhi, 3. Rekomendasi penerimaan untuk diproses lebih lanjut kepada petugas cetak. 7) Proses ketujuh adalah pembayaran di kas daerah, kegiatannya antara lain : 1. Petugas menghitung biaya yang harus dibayar serta mencetak SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah), 2. Petugas menyerahkan SKRD kepada pemohon, 3. Pemohon membayar di kas daerah kepada petugas penerima, 4. Petugas menerima resi pembayaran dan memasukan ke dalam berkas kepada petugas penerima, 8) Proses kedelapan adalah cetak dokumen, kegiatannya diantaranya : 1. Petugas pencetak menerima berkas permohonan yang telah dilengkapi rekomendasi penerimaan dan resi pembayaran. 2. Petugas penerima mencetak dokumen ijin dan dokumen pelengkap lainnya, 3. Dokumen yang telah dimintakan paraf Kepala KPPT untuk selanjutnya diproses permohonan tanda tangan ijin Pejabat yang berwenang, 4. Petugas
mengirimkan
kembali
berkas
permohonan
ijin
yang
ditolak/ditunda. 9) Proses kesembilan adalah proses tanda tangan pejabat, kegiatan yang dlakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yaitu : 1. Dokumen ijin dimintakan paraf Kepala KPPT sebelum ditandatangani oleh Kepala yang berwenang/Pejabat yang ditunjuk menandatangani ijin oleh Walikota 2. Tata Usaha KPPT memonitor proses penandatanganan ijin. 10) Proses kesepuluh yaitu proses agenda atau administrasi. 1. Dokumen ijin yang telah ditandatangani, di agenda oleh Tata Usaha KPPT, 2. Dokumen ijin diserahkan kepada petugas Front Office. 11) Proses kesebelas adalah penyerahan dokumen, kegiatan yang dilakukan adalah : 1. Petugas menyusun tanda terima dokumen ijin 2. Petugas menyerahkan dokumen ijin kepada pemohon dan membuat rekap pengambilan ijin pada hari itu, serta menyerahkan kepada Tata Usaha KPPT 3. Kepala KPPT membuat laporan ke Walikota. Bapak Permana dari CV. Jaya Teknik dan Bapak Toufik dari CV. Bumi Maju Mapan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut : “Prosedur penerbitan ijin di KPPT sekarang sudah sesuai dengan aturan, beda dengan yang dulu, prosedurnya bertele-tele, mas kalau nggak bayar gede jadinya ijin lama. Sekarang udah beda, aturannya sangat ditaati, jadi kalau menurut saya ya tidak bertele-tele lagi mas, nggak tau itu namanya lama apa nggak, tapi memang semuanya saya lihat sudah sesuai aturan.” (wawancara, 25 November 2010) Bapak Toufik juga menambahkan : “Prosedur pelayanannya cukup sederhana ya mas, pokoknya kalau datang menuhin syarat-syaratnya yang dikasih tau sebelumnya. Kalau sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lengkap semua juga lancar-lancar saja, akhirnya juga jadi. Nggak ada yang dipersulit disini tu, mas.” (wawancara, 25 November 2010) Ibu Siti Khotimah, S.Sos, selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta mengatakan : “Kami berusaha melakukan pelayanan sesuai dengan prosedur administrasi yang diterapkan, dengan kesederhanaan dan kemudahan, dengan begitu bisa menghilangkan paradigma lama bahwa pelayanan perijinan itu selalu berbelit-belit dan dipersulit.” (wawancara, 29 November 2010) Mengenai kesesuaian prosedur dengan pelaksanaannya, Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota Surakarta memberi tanggapan seperti berikut : “Di KPPT sudah tertulis dengan jelas bagaimana prosedur pemberian layanan kepada para pelanggan, prosedur tersebut sudah dicantumkan lamanya pemrosesan ijin, mulai dari masuknya berkas-berkas sebagai syaratsyarat permohonan ijin hingga penerbitan ijinnya, jadi dari pihak KPPT sendiri semua sebisa mungkin dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Sedangkan kegiatan di luar prosedur sangat jarang dilakukan, atau bisa dikatakan belum pernah dilakukan.” (wawancara, 29 November 2010) Selain itu untuk mengetahui apakah KPPT Surakarta sudah menyelengarakan pelayanan IMB secara taat prosedur atau tidak, penulis juga menggunakan indikator durasi waktu penyelesaian dari ijin IMB tersebut. Berikut ini akan disajikan data statistik waktu penyelesaian IMB sampai diterbitkannya dari bulan Januari - Mei 2010 :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1.1 Jumlah SK IMB yang diterbitkan dan Waktu Penyelesaiannya Dari Bulan Januari - Mei 2010 No
Bulan
Jumlah SK IMB yang diterbitkan
Proses Penyelesaian IMB dalam waktu 6 hari
Proses Penyelesaian IMB lebih dari 6 hari
1.
Januari
94
27
67
2.
Februari
94
14
80
3.
Maret
92
17
75
4.
April
90
21
69
5.
Mei
142
22
120
512
101
411
Jumlah
Sumber : KPPT Kota Surakarta 2010
Kesimpulan yang di dapat pada tabel diatas adalah dari jumlah 512 SK IMB yang diterbitkan mulai dari bulan Januari sampai bulan Mei 2010 hanya 101 pemohon yang proses pengurusan IMB-nya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan yakni 6 hari. Sedangkan sisanya yaitu 411 pemohon yang proses penyelesaian IMB-nya lebih dari 6 hari. Menanggapi data statistik tersebut, Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota Surakarta memberikan penjelasan sebagai berikut : “Kalo mas lihat data-data tersebut memang durasi waktu yang dibutuhkan untuk memproses SK sampai jadi lebih banyak yang molor dari 6 hari sebagaimana yang sudah ditetapkan Bapak Walikota. Tetapi hal tersebut bukannya kami (KPPT Surakarta) tidak taat prosedur. Pada dasarnya secara administratif kami sudah sangat taat pada prosedur tetapi dari segi teknis dalam hal ini Dinas Tata Kota (DTK) yang berwenang untuk cek lapangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belum bisa dikatakan taat. Jadi dari pihak KPPT sendiri boleh dikatakan tepat waktu. Terkadang juga mas, kendala justru ditemukan dari pihak pemohon sendiri yang terlalu lama melengkapi syarat-syarat yang kurang sehingga menjadikan waktu pengurusan IMB bisa molor lebih dari 6 hari.” (wawancara, 26 Oktober 2010) Tanggapan yang hampir sama juga diungkapkan oleh Ibu Siti Khotimah, S.Sos, selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta berikut ini : “Kami akui sampai saat ini kami belum bisa menyelesaikan pengurusan permohonan IMB yang masuk dalam waktu 6 hari. Tetapi faktor yang menyebabkan mundurnya kepengurusan IMB ini berasal dari luar KPPT. Seperti dari pihak Dinas Tata kota (DTK) yang mengembalikan berkas pemeriksaan lapangan (BAP) yang terlambat dan juga pemohon yang memang sulit sekali dalam melengkapi persyaratan permohonan, mereka biasanya membutuhkan waktu yang lama dalam melengkapi kekurangan persyaratan. Akhinya itu semua membuat penyelesaian IMB bisa molor menjadi kira-kira 10 hari. (wawancara, 28 Oktober 2010) Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota Surakarta juga menambahkan pernyataan sebagai berikut : “Aturannya memang 6 hari tetapi dalam realitanya memang banyak yang lebih dari 6 hari, mas. Yang menyebabkan itu terjadi sekali lagi saya tekankan karena adanya kendala pada teknis atau petugas lapangan dari DTK saat melakukan survey lapangan. Sebenarnya pihak KPPT dan DTK sudah berkoordinasi dan membuat persetujuan bahwa waktu yang diberikan untuk petugas lapangan saat survey sampai menyerahkan BAP adalah 2-4 hari. Namun realitanya sering lebih dari 4 hari. Hal itu dikarenakan DTK hanya punya sekitar 2 petugas survey dalam satu kecamatan. Padahal kalo mas tau, kami (KPPT) setiap bulan rata-rata menerima 70-90 permohonan IMB. Kendala yang kedua datang dari pemohon. Pemohon biasanya sulit sekali melengkapi syarat-syarat yang masih kurang, padahal syarat yang masih kurang tersebut merupakan syarat yang penting bagi proses pelayanan selanjutnya, atau dapat dikatakan tanpa syarat tersebut maka proses pelayanan IMB tidak dapat kami lanjutkan gitu, mas.” (wawancara, 26 Oktober 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Ada juga mas, pemohon yang sudah kami kirimi SPP (surat pemberitahuan pembayaran) beserta nominal retribusi yang harus dibayar tapi membayarnya ke KPPT lama sekali. Kadang pemohon yang sudah kami kirimi SPP itu baru datang dua atau tiga minggu kemudian. Sehingga durasi waktu yang dibutuhkan dari masuknya berkas permohonan sampai tanggal ditetapkannya SK menjadi lebih lama.” tambah beliau. (wawancara, 26 Oktober 2010) Dari keterangan hasil wawancara tersebut diatas terungkap bahwa sebenarnya pihak KPPT Kota Surakarta sudah menjalankan prosedur pelayanan IMB secara administratif dengan benar, hanya saja unit teknis terkait yakni dari Dinas Tata Kota (DTK) belum bisa melaksanakan tugasnya secara tepat waktu. Jadi yang menyebabkan banyaknya proses penyelesaian IMB yang melebihi waktu yang telah ditentukan yaitu 6 hari bukan berasal dari pihak KPPT Surakarta sendiri, melainkan berasal dari pihak luar yaitu dari tim survey Dinas Tata Kota (DTK) dan dari pihak pemohon sendiri. Tim survey lapangan dari Dinas Tata Kota sering kali bekerja lebih dari waktu yang telah disepakati bersama dengan KPPT Surakarta yaitu 2-4 hari. Hal tersebut dikarenakan pihak Dinas Tata Kota hanya menempatkan dua petugas survey lapangan pada setiap kecamatan saja. Sedangkan rata-rata jumlah pemohon yang masuk ke KPPT Surakarta bisa mencapai 70-90 pemohon. Dari pihak pemohon sendiri banyak yang terlalu lama dalam melengkapi syarat-syarat yang masih kurang. Terkadang syarat-syarat yang belum dipenuhi tersebut merupakan syarat yang sangat dibutuhkan dalam proses pengurusan IMB selanjutnya. Selain itu cukup banyak juga pemohon yang sudah mendapat Surat Pemberitahuan Pembayaran (SPP) beserta nominal retribusi yang harus dibayar tetapi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mereka baru datang ke KPPT beberapa hari atau minggu kemudian. Hal tersebut akhirnya menyebabkan durasi waktu yang dibutuhkan dari tanggal pertama kali pemohon memasukkan berkas permohonan sampai pada tanggal diterbitkannya SK menjadi lebih lama. Dari hasil wawancara dan pembahasan-pembahasan mengenai akuntabilitas diatas bisa dikatakan KPPT Surakarta sudah mempertanggungjawabkan kinerjanya sebaik mungkin kepada Walikota maupun kepada masyarakat (pelanggan KPPT). Selain itu KPPT Surakarta dalam melaksanakan tugas dan kegiatannya sudah dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sudah sesuai dengan kebijakan atau aturan yang telah ditetapkan. Jadi untuk prosedur pelayanan, KPPT Surakarta sudah sangat transparan dan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini akuntabilitas KPPT Surakarta bisa dikatakan cukup baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Hambatan-hambatan yang dihadapi KPPT Surakarta dalam Pelayanan IMB 1.
Pemeriksaan lapangan masih dipegang oleh petugas dari DTK (Dinas Tata Kota). Pelaksanaan pemeriksaan (survey) lapangan sampai saat ini belum dilaksanakan oleh KPPT Surakarta sendiri, tetapi masih dipegang oleh petugas dari DTK sehingga ketepatan waktu penyelesaian masih tergantung dari kinerja mereka (DTK). Walaupun dari pihak KPPT Surakarta sendiri telah bekerja dengan maksimal, tapi kadang kala petugas/pegawai dari DTK baru menyerahkan berita acara pemeriksaan (BAP) melebihi dari waktu yang telah ditentukan, yaitu 2-4 hari. Apalagi pegawai dari DTK yang bertugas melakukan survey lapangan hanya dua orang untuk satu kecamatan. Padahal rata-rata permohonan IMB yang masuk tiap bulannya di KPPT Surakarta bisa mencapai 70-90 permohonan. Hal tersebut seperti apa yang dijelaskan oleh Bp. Drs. Toto Amanto, MM selaku Kepala KPPT Kota Surakarta dibawah ini : “Kendala ada pada unit teknis (petugas lapangan) dari DTK saat melakukan survey lapangan. Sebenarnya pihak KPPT dan DTK sudah berkoordinasi dan membuat persetujuan bahwa waktu yang diberikan untuk petugas lapangan saat survey sampai menyerahkan BAP adalah 2-4 hari. Namun realitanya sering lebih dari 4 hari. Hal itu dikarenakan DTK hanya punya 2 petugas survey dalam satu kecamatan. Padahal tiap bulan KPPT Surakarta rata-rata menerima 70-90 permohonan.” (wawancara, 26 Oktober 2010)
2.
Masih terbatasnya jumlah pegawai di KPPT Surakarta. Pelanggan yang datang setiap hari di KPPT Surakarta seringkali dalam jumlah banyak, hal ini tidak diimbangi dengan jumlah petugas pelayanan di KPPT Surakarta, sehingga terkadang petugas kewalahan dalam melayani pelanggan. Hal tersebut sama seperti yang diungkapkan oleh Ibu. Esti Partiwi, SE selaku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kepala Sub Bagian TU KPPT Kota Surakarta berikut ini : “Pegawai KPPT ini hanya 30 orang, jadi rata-rata setiap orang harus bisa melayani 4 permohonan ijin, padahal setiap ijin itu syarat-syaratnya harus di teliti kevalidannya, masih berlaku atau tidak, baru kemudian di masukkan ke dalam data komputer, berkas dari syarat-syarat yang masuk itu pun tidak sedikit, dan kegiatan ini sebenarnya membutuhkan orang lebih dari satu.” (wawancara, 29 November 2010) Hal yang sama pun juga dikatakan oleh Bp. Drs. Toto Amanto, MM selaku Kepala KPPT Kota Surakarta mengenai kekurangan tenaga di KPPT berikut ini : “Tenaga disini masih kurang mas, terutama untuk tenaga dari sarjana tehnik sipil dan tehnik arsitektur, tenaga ini dibutuhkan untuk pelayanan perijinan seperti IMB yang membutuhkan pengukuran tanah atau bangunan.” (wawancara, 29 November 2010) Jumlah pegawai yang mengerti masalah teknis bangunan ataupun yang merupakan sarjana tehnik sangat dibutuhkan untuk pelayanan perijinan seperti IMB. Karena pegawai yang berkompeten dibidang teknik sangat dibutuhkan pada saat proses validasi. Pada proses validasi pegawai bagian IMB akan meneliti berkas permohonan yang telah masuk. Salah satu yang harus diteliti adalah gambar atau sketsa bangunan yang telah dibuat oleh pemohon. Namun hanya ada tiga orang saja yang mengerti masalah teknis mengenai bangunan khususnya masalah gambar atau sketsa bangunan padahal sebagian besar masalah dan kesulitan yang dihadapi oleh para pemohon saat mengajukan syaratsyarat permohonan adalah pada denah bangunan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Ibu Siti Khotimah, S.Sos selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta sebagai berikut “Kebanyakan itu pemohon bermasalah pada gambar mas. Tekadang banyak gambar bangunan yang diajukan pemohon tidak sesuai dengan aturan. Untuk itu alangkah baiknya jika bagian IMB mempunyai sarjana tehnik yang lebih banyak lagi. Sebab IMB itu kan penuh perhitungan teknis khususnya teknis mengenai bangunan. Jadi nanti kita tidak perlu kerepotan lagi saat meneliti berkas permohonan khususnya masalah gambar teknis bangunan. Selain itu juga kita bisa mensurvey ke lapangan sendiri tanpa perlu bergantung lagi pada petugas atau pegawai dari Dinas Tata Kota (DTK). Dengan itu nggak perlu lagi berkas permohonan harus nunggu disini dulu sebelum diambil dan dibawa ke Dinas Tata Kota”. (wawancara, 28 Oktober 2010) 3.
Kepala KPPT Surakarta yang terkadang tidak berada ditempat juga dapat menghambat proses penyelesaian pengurusan IMB. Karena bila Kepala KPPT Surakarta sedang melakukan tugas dinas di luar kota atau berhalangan datang maka untuk sementara waktu SK IMB maupun dokumen ijin lainnya yang seharusnya ditandatangani, akhirnya terpaksa ditunda sampai beliau hadir kembali. Hal tersebut akhirnya bisa menyebabkan proses penyelesaian pelayanan IMB menjadi terhambat dan bisa melebihi waktu 6 hari.
4.
Adanya pemohon yang kurang mengerti syarat-syarat permohonan IMB terutama masalah gambar atau sketsa bangunan. Banyak sekali ditemui oleh pegawai KPPT pemohon yang tidak mengerti secara benar mengenai masalah teknis gambar bangunan. Akibatnya mereka harus bolak-balik ke KPPT hanya untuk mengurusi masalah gambar bangunan. Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Ibu Siti Khotimah, S.Sos selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Sebagian besar pemohon saat menyerahkan syarat permohonan khususnya denah bangunan banyak yang tidak pas. Kebanyakan pemohon kurang mengerti dalam hal teknis tersebut. Akhirnya mereka harus berulang kali kesini hanya untuk memperbaiki gambar bangunan saja. Hal itulah terkadang yang membuat proses pelayanan IMB bisa terhambat”. (wawancara, 28 Oktober 2010) Hal tersebut seperti penuturan yang dialami oleh Bapak Watijo seorang pemohon IMB yang bertempat tinggal di jalan Tulang bawang selatan RT.03/03 Kadipiro Banjarsari sebagai berikut : “Saya memang sudah kesini (KPPT) dua kali. Tepatnya sudah dua mingguan ini. Pada waktu pertama datang kata petugasnya gambar denah bangunan saya tidak sesuai aturan main. Setelah dijelasin lalu saya perbaiki dirumah. Eh, ternyata salah lagi. Memang denahnya saya coba-coba gambar sendiri. Terus tadi dikasih saran untuk pakai jasa konsultan bangunan atau arsitek juga bisa”. (wawancara, 27 November 2010) Ada juga pemohon yang tidak mengerti bagaimana mekanisme perhitungan retribusi secara jelas. Akibatnya mereka ada yang tidak mau datang ke KPPT lagi untuk membayar dan ada pula yang mengajukan protes kepada pihak KPPT Surakarta. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diterangkan Ibu Siti Khotimah, S.Sos selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta sebagai berikut : “Kadang saya temui pemohon yang datang kesini ngeyel mas nggak mau bayar, alasannya terlalu mahal. Padahal sudah diterangkan dengan jelas lho mas, lagipula mekanisme perhitungannya sudah ada. Pemohon tinggal lihat sendiri di brosur/leaflet yang ada di depan. Kalo sudah ketemu pemohon yang kayak gitu ya sudah mau gimana lagi tinggal pilih kalo mau bayar ya prosesnya dilanjutin tapi kalo tetep tidak mau bayar ya terpaksa berkas permohonannya kami kembalikan. Selain itu ada juga pemohon yang tidak datang-datang kesini untuk bayar. Padahal surat pemberitahuan pembayaran (SPP) nya sudah diterima sejak lama. Kebanyakan yang kaya’ gitu itu pemohon yang kena biaya sampai puluhan juta mas. Mungkin mereka tidak siap atau tidak punya cukup uang untuk bayar. Akhirnya berkas permohonan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mereka mandeg dan cuma numpuk di meja nggak bisa diproses dan SK nya tidak bisa diterbitkan. (wawancara, 29 November 2010) Selain itu terdapat juga pemohon yang kurang lengkap syarat-syaratnya tetapi tidak mau melengkapi. Hal tersebut seperti ungkapan yang disampaikan oleh Bp. Drs. Toto Amanto, MM selaku Kepala KPPT Kota Surakarta dibawah ini : “Salah satu kendala yang dihadapi oleh KPPT Surakarta saat memberikan pelayanan adalah dari pihak pemohon sendiri. Banyak juga pemohon yang sukar sekali untuk melengkapi persyaratan. Padahal pegawai disini (KPPT) sudah mengingatkan syarat-syarat apa saja yang kurang dan meminta mereka untuk segera melengkapinya. Jangankan melengkapi mas, pemohonnya dihubungi saja sulit.” (wawancara, 27 November 2010) 5.
Sarana dan prasarana seperti komputer dan printer kurang memadai. Komputer dan printer tersebut berfungsi untuk menyimpan data pemohon dan juga untuk mencetak dokumen-dokumen perijinan. Di bagian IMB hanya terdapat dua buah komputer dan satu buah printer saja. Hal itu jelas sekali bisa menghambat para pegawai untuk bekerja dengan optimal. Bila terjadi lonjakan permohonan maka akan merepotkan petugas/pegawai dan bisa menyebabkan pelayanan IMB menjadi terganggu. Hal tersebut sama seperti apa yang disampaikan oleh Ibu. Esti Partiwi, SE selaku Kepala Sub Bagian TU KPPT Kota Surakarta berikut ini : “Fasilitas seperti komputer dan printer di bagian IMB saya rasakan masih perlu penambahan. Agar nanti pegawai tidak kewalahan apabila terdapat banyak dokumen IMB yang harus dicetak, kalo printernya cuma satu kan malah repot nanti mas. Apalagi kalo itu rusak, malah pengurusannya bisa molor lagi waktunya.” (wawancara, 29 November 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6.
digilib.uns.ac.id
Ruang tunggu yang sempit dan terbatasnya kursi tunggu. Terbatasnya ruangan yang ada di KPPT Surakarta juga menjadi salah satu hambatan yang dihadapi oleh KPPT Surakarta dalam memberikan pelayanan terhadap para pelanggannya. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sutrisno Warga Begalon, RT.05/04 Panularan Laweyan berikut ini : “Kalau masalah ruang tunggu pelanggan mas, KPPT masih termasuk kurang, apalagi ditambah dengan adanya pelayanan PKMS, para pencari PKMS itu jumlahnya lebih banyak daripada pencari ijin lainnya, sampai-sampai sebagian pelayanannya dilaksanakan di luar ruangan. Fasilitasnya memang bagus mas tempatnya juga bersih, tapi sayangnya ruang tunggu kursinya kurang kalau pas banyak pemohon, umpek-umpekan gitu rasanya, sampe berdiri nungguin di luar, mas.” (wawancara, 27 November 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan di dalam BAB IV tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) dalam pelayanan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Surakarta dikatakan sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari ketiga indikator, yaitu produktivitas, kualitas layanan, dan akuntabilitas. KPPT Surakarta bisa dikatakan cukup produktif hal ini bisa dilihat dari capaian target retribusi IMB per tahun yang diperoleh melalui KPPT Surakarta dalam 2 tahun terakhir yaitu tahun 2008 dan 2009. Meskipun capaian retribusi di tahun 2009 terjadi sedikit penurunan daripada tahun 2008, karena di tahun 2009 tidak ada pembayaran retribusi dari bangunan-bangunan yang tergolong besar seperti yang terjadi di tahun 2008. Tapi untuk target tahunan pada 2009 KPPT Surakarta sudah tercapai. Selain itu produktivitas KPPT Surakarta cukup baik dilihat dari penyelesaian proses pengurusan IMB meskipun tidak keseluruhan, karena masih ada faktor yang menghambat yang datang dari luar KPPT seperti dari Dinas Tata Kota dan juga dari pemohonnya sendiri. Kualitas layanan KPPT Surakarta secara keseluruhan bisa dikatakan baik. Hal itu bisa kita lihat dari kesediaan dan ketanggapan pegawai KPPT Surakarta dalam melayani para pelanggannya serta minimnya keluhan yang masuk ke KPPT Surakarta, meskipun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ada keluhan hanya sebatas kesalahan manusiawi seperti salah ketik, tetapi hal itu bisa langsung dengan cepat diselesaikan oleh pegawai KPPT Surakarta. KPPT Surakarta dalam memberikan pertanggungjawaban juga sudah sangat akuntabel. Hal tersebut bisa dilihat dari pelaksanaan kegiatan dan tugas-tugas KPPT Surakarta sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan menurut peraturan yang berlaku yaitu berdasarkan pada SK Walikota Surakarta No.65/187/1/2005 tentang Tata Laksana Pelayanan Perijinan pada KPPT Kota Surakarta. Pertanggungjawaban juga dilakukan secara rutin dan transparan dalam waktu tertentu oleh KPPT Surakarta dalam bentuk laporan pertanggungjawaban kepada Walikota Surakarta yaitu setiap bulan dan tiap tahun sekali. Materi laporan tersebut berisi antara lain jumlah pemohon IMB yang masuk dan jumlah SK IMB yang terbit dalam waktu sebulan beserta keterangan-keterangan lainnya seperti nama dan alamat pemohon, alamat bangunan, peruntukan dan luas bangunan, tanggal masuk permohonan dan tanggal diterbitkannya SK, serta tarif retribusi yang dibayar. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pelayanan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di KPPT Surakarta ditemui berbagai permasalahan, yaitu : 1. Pemeriksaan lapangan masih dipegang oleh petugas dari DTK (Dinas Tata Kota). Pelaksanaan pemeriksaan (survey) lapangan sampai saat ini belum dilaksanakan oleh KPPT Surakarta sendiri, tetapi masih dipegang oleh petugas dari DTK sehingga ketepatan waktu penyelesaian masih tergantung dari kinerja mereka (Dinas Tata Kota). Walaupun dari pihak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KPPT Surakarta sendiri telah bekerja dengan maksimal, tapi kadang kala petugas/pegawai dari DTK baru menyerahkan berita acara pemeriksaan (BAP) melebihi dari waktu yang telah ditentukan, yaitu 2-4 hari. Apalagi pegawai dari DTK yang bertugas melakukan survey lapangan hanya dua orang untuk satu kecamatan. Padahal rata-rata permohonan IMB yang masuk tiap bulannya diKPPT Surakarta bisa mencapai 70-90 permohonan. 2. Masih terbatasnya jumlah pegawai di KPPT Surakarta. Pelanggan yang datang setiap hari di KPPT Surakarta seringkali dalam jumlah banyak, hal ini tidak diimbangi dengan jumlah petugas pelayanan di KPPT Surakarta, sehingga
terkadang
petugas
kewalahan
dalam
melayani
para
pelanggannya. Khususnya lagi jumlah pegawai yang mengerti masalah teknis bangunan sangat sedikit sekali padahal itu dibutuhkan untuk pelayanan perijinan seperti IMB. Karena pegawai yang berkompeten dibidang teknik sangat dibutuhkan pada saat proses validasi dokumen perijinan IMB. Pada proses validasi pegawai bagian IMB akan meneliti berkas permohonan yang telah masuk. Salah satu yang harus diteliti adalah gambar atau sketsa bangunan yang telah dibuat oleh pemohon. Namun hanya ada tiga orang saja yang mengerti masalah teknis mengenai bangunan khususnya masalah gambar atau sketsa bangunan padahal sebagian besar masalah dan kesulitan yang dihadapi oleh para pemohon saat mengajukan syarat-syarat permohonan adalah pada denah bangunan. 3. Kepala KPPT Surakarta yang terkadang tidak berada ditempat juga dapat menghambat proses penyelesaian pengurusan IMB. Karena bila Kepala commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KPPT Surakarta sedang melaksanakan tugas dinas di luar kota atau berhalangan datang, maka untuk sementara waktu SK IMB maupun dokumen ijin lainnya yang seharusnya ditandatangani, akhirnya terpaksa ditunda sampai beliau hadir kembali. Hal tersebut akhirnya bisa menyebabkan proses penyelesaian pelayanan IMB menjadi terhambat dan bisa melebihi waktu 6 hari. 4. Adanya pemohon yang kurang mengerti syarat-syarat permohonan IMB terutama masalah gambar atau sketsa bangunan. Banyak sekali ditemui oleh pegawai KPPT pemohon yang tidak mengerti secara benar mengenai masalah teknis gambar bangunan. Akibatnya mereka harus bolak-balik ke KPPT hanya untuk mengurusi masalah gambar bangunan. 5. Sarana dan prasarana seperti komputer dan printer kurang memadai. Komputer dan printer tersebut berfungsi untuk menyimpan data pemohon dan juga untuk mencetak dokumen-dokumen perijinan. Di bagian IMB hanya terdapat dua buah komputer dan satu buah printer saja. Hal itu jelas sekali bisa menghambat para pegawai untuk bekerja dengan optimal. Bila terjadi lonjakan permohonan maka akan merepotkan petugas/pegawai dan bisa menyebabkan pelayanan IMB menjadi terganggu. 6. Ruang tunggu yang sempit dan terbatasnya kursi tunggu. Terbatasnya ruangan yang ada di KPPT Surakarta juga menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh KPPT Surakarta dalam memberikan pelayanan terhadap para pelanggannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang akan penulis sampaikan sehubungan dengan kinerja KPPT dalam memberikan pelayanan penerbitan IMB di Kota Surakarta, yaitu antara lain : 1. Untuk menunjang kinerja para pegawai KPPT Surakarta khususnya dalam pelayanan IMB hendaknya diadakan penambahan sarana dan prasarana yang terasa masih kurang terutama penambahan komputer dan printer. Apalagi komputer dan printer tersebut merupakan sarana yang sangat vital yang berfungsi untuk menyimpan data pemohon IMB dan juga untuk mencetak dokumen-dokumen perijinan IMB. Di KPPT Surakarta sendiri saat ini hanya terdapat dua unit komputer dan satu printer untuk pelayanan IMB. Untuk menunjang kinerja pegawai dan mengantisipasi lonjakan pemohon hendaknya perlu diadakan penambahan dua unit komputer dan tiga unit printer lagi. Dengan ditambahnya beberapa unit komputer dan printer tersebut maka diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kinerja para pegawai. 2. Selain itu perlu juga dilakukan penambahan kursi tunggu bagi para pelanggan KPPT Surakarta. Karena kursi tunggu yang ada saat ini dirasa masih kurang mencukupi, apabila terjadi antrian yang panjang banyak sekali dari pelanggan KPPT Surakarta yang harus menunggu antrian dengan berdiri bahkan diantaranya juga ada yang sampai menunggu diluar kantor. Untuk itu penambahan kursi tunggu juga sangat diutamakan demi kenyamanan pelanggan di KPPT Surakarta. commit to user