Khutbah Jum’at – Menghilangkan Fanatisme Kesukuan Oleh: M. Taufik NT
ِ ِ َِاْل ِّق َالْمب ِ َاَ ْْلم ُد ِ َاْل ْدي ِ َِ﵁ َالْمل ِْ َِحبَانَا َب َان ْ ُ َْ ك َْ َ َالَّذي،ْي َ ِ ِ ِ ِِ َ.﴾ْي َ ََ﴿وَماَأ َْر َسلْن: َ اكَإََِّّل ََر ْْحَ ًةَللْ َعالَم ِّ َِوقَ َالَللن، َ َِّب َ واليَق ْْي َّ َوأَ ْش َه ُد،ُيك َلَو ََأن َ أَ ْش َه ُد َأ ْن َََّل َإٰل َو َإََِّّل َا﵁ُ ََو ْح َد ُه َََّل َ َش ِر ََع ٰلى َ َص ِّل ََو َسلِّ ْم ََوبَا ِرْك ْ ُُمَ َّم ًدا َ َ َاَللّـٰ ُه َّم.َور ُسولُو َ َعب ُده ٍ ُ حبِيبِناَوَش ِفيعِن ِِ ََص َحابِِو ََوَم ْن َتَبِ َع ُه ْم َ َ َ َ ْ اَُمَ َّمد ََو َع ٰلى َآلـو ََوأ ِ ِ اَعباد ِ ٍ ََأ ُْو ِصْي ُك ْم،َا﵁ َ َ ََأ ََّماَبَـ ْع ُد؛َفَـي.بِِإ َْح َسانَإِ ََلَيَـ ْومَالدِّيْ ِن ِ بِتـ ْقو َََيَاأَيُّهاََالَّ ِذيْ َن َءَ َامنُواَاتـَّ ُقواَا﵁:َقَ َال َا﵁ُ َتَـ َع َاَل،ىَا﵁ ََ َ .َم ْسلِ ُم ْو َن ُّ َح َّقَتـُ َقاتِِو ََوَّلَ َََتُْوتُ َّنَإَِّلَّ ََوأَنتُ ْم Ma’âsyirol muslimin rahimakumullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Dengan berupaya menjalankan segenap perintah-Nya dan menjauhi segenap larangan-Nya. Salah satu pemahaman yang menyatu dalam diri orangorang Arab jahiliyyah adalah fanatisme kesukuan. Mereka akan mempertaruhkan hidupnya untuk membela suku
mereka, tanpa melihat pokok permasalahan, tanpa melihat benar atau salah. Salah satu petikan sya’ir yang cukup terkenal dikalangan mereka, sebagaimana pernah didendangkan oleh Duroid bin Shimmah:
ِ َتَ َوإِ َْنَتَـ ْر ُش َْدَ َغ ِزيََّةَُأ َْر ُش ِد َُ ْت***َ َغ َوي ْ َوَى َْلَأَنَاَإَََِّّلَم َْنَ َغ ِزيََّةَإِ َْنَ َغ َو “Aku ini tiada lain adalah warga suku Ghaziyyah, apabila mereka sesat, aku (ikut) sesat. Kalau suku Ghaziyyah benar, aku pun turut benar.” (Nasywatut Tharbi fy Târîkhi Jâhiliyyatil ‘Arab, hal. 510) Tidak heran jika peperangan bisa terjadi hanya karena hal yang sepele. Perang Basus (Harb al-Basus), antara Bani Taghlib dan Bani Bakr yang berlangsung sekitar 40 tahun (dari 494-534 M) hanya dipicu terbunuhnya unta milik seorang Bani Bakr. Suku Aus dan Khazraj di Yastrib (Madinah) juga terlibat dalam peperangan turun-temurun selama 120 tahun karena fanatisme kesukuan, begitu juga Suku Quraisy dan sekutunya, Bani Kinanah, berperang selama empat tahun dengan Suku Hawazin dalam perang Fijar1. Ma’âsyirol muslimin rahimakumullah
1
Lihat Akar Nasionalisme di Dunia Islam, hlm. 14, dengan sedikit koreksi.
Ketika Islam datang, suku-suku tersebut tetap ada, hanya saja fanatisme )(ashobiyyah kesukuan/kebangsaan berupaya dibuang jauh-jauh dari diri mereka. Berkaitan dengan ini, Rasulullah bersabda:
َّهاَ ُمْنتِنََةٌ َ َد ُعَْوَىاَفَِإنـ َ “tinggalkanlah fanatisme kesukuan itu, karena fanatisme )kesukuan itu busuk” (HR. Bukhari dan Muslim Dalam hadist lain Rasulullah bersabda:
ت َراي ٍَة َ ِع ِّميٍََّة َيـغْض َ ِ صبٍََة َأ ََْوَ صبٍََة َأ ََْو َيَ ْد ُعو َإِ ََ َل َ َع َ ب َل َع َ َوَم َْن َقَاتَل َ ََْت ََ َ َ َ َ ُ يـْنص َرَعصب َةًَفَـ ُقتِلَفَِقْتـلََةٌَج ِ اىلِيَّةٌََ 2 َ َ ُ ُ َ ََ Dan barangsiapa mati di bawah bendera kefanatikan, dia marah karena fanatik kesukuan atau menyeru kepada kefanatikan atau menolong (berperang) karena kefanatikan
َ2شرحَُممدَفؤادَعبدَالباقيَ(َ:عمية)َىيَبضمَالعْيَوكسرىاَلغتانَمشهورتانَوامليمَ مكسورةَوالياءَمشددةَأيضاَقالواَىيَاألمرَاألعمىََّلَيستبْيَوجهوَكذاَقالوَأْحدَبنَ حنبلَواجلمهورَقالَإسحاقَبنَرىويوَىذاَكتقاتلَالقومَللعصبية َ (لعصبة)َعصبةَالرجلَأقاربوَمنَجهةَاألبَمسواَبذلكَألهنمَيعصبونوَويعتصبَهبمَأيَ حييطونَبوَ ويشتدَهبمَواملعىنَيغضبَويقاتلَ ويدعوَغريهَكذلكََّلَلنصرةَالدينَواْلقَبلَ ﵀ضَالتعصبَلقوموَوهلواهَكماَيقاتلَأىلَاجلاىليةَفإهنمَإمناَكانواَيقاتلونَ﵀ضَ العصبيةَ(فقتلة)َخربَملبتدأَُمذفَأيَفقتلتوَكقتلةَأىلَاجلاىلية َ
kemudian dia terbunuh, maka matinya seperti mati jahiliyah. (HR. Muslim). Bintu Watsilah Ibnul Asqa' pernah mendengar Bapaknya bertanya kepada Rasulullah:
ِ ََ ياَرس َكَ َعلَىَالظُّْل ِم ََ ْيَقَـ ْوَم ََ َِأَ َْنَتُع:ال ََ َصبِيَّةُ؟َق َ َ َماَالْ َع،ولَاللَّو َُ َ "Wahai Rasulullah, Ashabiyah (fanatik kesukuan) itu apa?" beliau menjawab: "Engkau tolong kaummu dalam kezhaliman." (HR. Abu Dawud) Ma’âsyirol muslimin rahimakumullah Dalam pandangan Islam, wala’ (loyalitas) hanya diberikan untuk kebenaran, bukan untuk suku, keluarga, madzhab, kelompok, kebangsaan maupun yang lainnya. Jika anggota keluarga kita, anggota suku kita, bangsa kita, atau bahkan semua manusia berbuat dzalim, maka kita dituntut untuk meluruskannya dan mengingkari kedzaliman tersebut siapapun pelakunya dan atas nama apapun kedzaliman itu dilakukan. Rasulullah saw bersabda:
3 ََّاَوإِ ْن َظَلَ ُمواَظَلَ ْمنَا ْ َّاس َأ ْ ََّل َتَ ُكونُواَإِ َّم َع َةً َتَـ ُقولُو َن َإِ ْن َأ َ َح َسن ُ َح َس َن َالن ِ ِ ََت ِسنُو ََساءُواَفَ ََل ْ َولَك ْن ََوطِّنُواَأَنْـ ُف َس ُك ْم َإِ ْن َأ َ اَوإ ْن َأ َ ُْ َّاس َأَ ْن ُ َح َس َن َالن َ تَظْلِ ُموا
"Janganlah kalian menjadi ‘imma’ah, (yakni) kalian mengatakan jika manusia berbuat baik, maka kami juga akan berbuat baik. Dan jika mereka berbuat zhalim, maka kami juga akan berbuat zhalim.’ Akan tetapi mantapkanlah hati kalian, jika manusia berbuat baik kalian (hendaknya) juga berbuat baik, namun jika mereka berlaku buruk, janganlah kalian berbuat zhalim." (HR. at Tirmidzi) Ma’âsyirol muslimin rahimakumullah Syari’at Islam, telah menjamin keberlangsungan hidup manusia dengan mensyari’atkan hukum qishos, yakni luka dibalas luka, dan nyawa dibalas nyawa untuk pembunuhan yang disengaja, atau jika pihak korban bersedia bisa diganti dengan diyat (tebusan), atau dima’afkan sama sekali. Hukum ini berfungsi sebagai pencegahan sekaligus penghapusan dosa. Allah swt berfirman:
ِ َ َِولَ ُك َم َابَلَ َعلَّ ُك َْمَتَـتَّـ ُقو َن َِ َُولَ ْاألَلْب َ ِ اصَ َحيَاَةٌَيَاَأ َِ ص َ فَالْق ْ َ ََاملهم،َىوَالرجلَالذيَيكونَلضعفَرأيوَمعَكلَأحد:َواْلمعةَكماَقالَأىلَاللغة3 َ أَّلَيستقلَبرأيَوأَّلَخيالفَمنَفوقوَوإنَاعتقدَبطَلنَمذىبو
Dan dalam kisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (Al Baqarah 179) Imam as Suyuthi, dalam Tafsir Jalalain menjelaskan maksud ayat ini:
َ ََحيَاَنَـ ْفسوَ َوَم َْنَأ ََر ََادَقَـْتلو َ ِألَ ََّنَاْل َقاتِلَإ َذاَ َعلِ ََمَأَن ََّوَُيـُ ْقتَلَ ْارتَ َد ْ َفَأ،َع “karena jika seseorang yang akan membunuh itu mengetahui bahwa ia akan dibunuh pula, maka ia akan merasa takut lalu mengurungkan rencananya sehingga berarti ia telah memelihara nyawanya dan nyawa orang yang akan dibunuhnya tadi.” Begitu juga jika dia nekat membunuh, lalu dia dikenai hukum bunuh, atau dimaafkan ahli warisnya maka juga akan menghindarkan terjadinya balas dendam berupa pembunuhan semisal, atau bahkan melibatkan banyak korban dari kedua belah pihak. Lebih dari itu, hukuman yang dijatuhkan ini akan menggugurkan siksaan di akhirat terhadap pelaku kejahatan, jika dia bertaubat dan menerima dengan ikhlas. Diriwayatkan Imam Bukhari dari Ubadah bin Shamit, yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:
“Kalian berbai’at kepadaku untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anakmu, tidak membuat-buat dusta yang kalian ada-adakan sendiri, dan tidak bermaksiat dalam perkara yang makruf.
ِ ََ فَم َنَو َ َِج ُرَهَُ َعلَىَاللََّو ْ فَمْن ُك َْمَفَأ َ َْ Siapa saja diantara kalian yang menepatinya maka pahalanya ada pada Allah
ُّ َف َ َُّارَةٌَلََو َ َِب ََ ِكَ َشْيئًاَفَـ ُعوق ََ ِابَ ِم َْنَذَل ََ َص َ َوَم َْنَأ َ الدنْـيَاَفَـ ُه ََوَ َكف dan siapa saja yang melanggarnya kemudian dihukum di dunia, maka itu adalah kaffarat (penebus) baginya.
َاءََ َع َفا َ َإِ َْنَ َش،َِلَاللَّو ََ ِكَ َشْيئًاَ َُثََّ َستَـَرَهَُاللََّوَُفَـ ُه ََوَإ ََ ِابَ ِم َْنَ َذل ََ َص َ َوَم َْنَأ َ ُاءََ َعاقَـبََو َ َعْن َوَُ َوإِ َْنَ َش Dan siapa saja yang melangggarnya kemudian Allah menutupinya (tidak sempat dihukum di dunia), maka urusan itu diserahkan kepada Allah. Jika Allah berkehendak, maka Dia akan menyiksanya. Dan jika Allah berkehendak, maka Dia akan memaafkannya.” Oleh karena itu, tidak aneh jika kita jumpai dalam sejarah, kaum muslimin berbondong-bondong meminta hukuman
dunia, walaupun hanya dia dan Allah sajalah yang mengetahui perbuatan dosa yang dilakukannya. Mereka rela menahan sakitnya cambuk, bahkan hukuman mati, demi mendapatkan keridloan Allah di akhirat. Sebaliknya, manusia dengan kekurangan akalnya kadang menganggap hukuman qishos (mati) itu kejam, namun fakta menunjukkan justru tanpa diberlakukannya hukum Islam kekejaman dan pertumpahan darah terjadi tiap hari. Di Jawa Timur saja, dalam kurun waktu satu tahun bisa terjadi 1357 kasus pembunuhan (hampir 4 orang per hari)4. Belum termasuk yang bunuh diri dan over dosis obat terlarang yang jumlahnya jauh lebih besar. Sungguh, tidak ada hukum yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang berakal. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang meyakininya, dan diberikan kesempatan untuk memperjuangkannya dan hidup didalam naungannya.
َ
ِ ْئَالْ ُقرآ َُنَفَاستَ ِمعواَلََوَوأَن -ن َ صتُواَلَ َعلَّ ُك َمَتُـر َْحُو ََ وإِ َذاَقُ ِر ُ ُ ْ ْ ْ
َ
ْ
َ
ِ ِ ِ ِ ِ ْ َ ْم َْما َلَِق ْوٍَم ََ ﴿ َأَفَ ُحك ْ اجلَاىليََّة َيَـْبـغُو َنۚ َ َوَم َْن َأ ً َح َس َُن َم ََن َاللََّو َ ُحك َن َ َواِيَّا ُك َْم َِِبَا َ ِ َ َونـَ َف َع،ف َالْ ُق ْراَ َِن َالْ َع ِظيم َ َِ ل َ َولَ ُك َْم َ َُِا﵁ َ َ يُوقِنُو َن َ﴾َبَ َارََك ِ ِ ِِ ِّ اتَو َيم َْ ا﵁ََالْ َع ِظ َ َلَ َى َذاَ ََوَاَ ْستَـ ْغ ِف َُر َ ِالذ ْك َِرَاْلَ ِكْيمَاَقُـ ْو َُلَقَـ ْو َ َ َفْي َوَم ََنَاَّلَي ِ َ ْيَفَاستـغ ِفر ِِ ِِ ِ الرِحي َِم َ َِ– َّ َوهَُان ََّوَُ ُى ََوَالْغَ ُف ْوَُر ُ ْ َ ْ ََ لَ َولَ ُك َْمَ َول َسائ َرَالْ ُم ْسلم 4
TribunNews.com, 31 Des 2012.