.KHIR 2·0 1(}
FORMUI.ASI 1JROOUKf'EST1SlOA NABATI BERBAHAN AKTIF AZADIRACHTIN, EUGENOL, SINAMALDEHlDA, SITRONELA YANG EFEKTIF MENEKAN
SERAWGAW Aphys gossypii dan Pachyzancla stultalis(S0-60°/o) PADA NILAM, MENURUNKAN TINGKAT KERUSAKAN-OLEH LALAT BUAH {30%J,.
_Diconocoris hewettii, Spodoptera litura dan ietranychussp. {60b/o)
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN
Fokus Bidang Prioritas: Ketahanan pangan Kode Produk Target : 1.03. Pupuk Organik Kode Kegiatan : 1.U3.02. Pengembangan dan Pemanfaatan Proses Biologi untuk Pengembangan Pupuk Organik dan Pestisida Organik. Peneliti Utama : Prof. Dr. Agus Kardinan
/
DRN
KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSA T PENELITlAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN OBAT DAN AROMATIK Jalan Tent.a~a 0 e4a;ar No. 3, Bogor 16111 TELP: 025,. 832~87"9 , -'=-ax: 0251 8327Qt0,
e--a.
~:.a'"T.r~~.kom.nelid
IEN GESAHAN
LE MB 1.
Judul RPTP
PRODUK PESTISIDA NABATI AKTI F AZADIRACHTIN, EUGENOL, ·~ D~.~!·i~.LD EHIDA, SITRONELA YANG EFEKTIF SERANGAN Aphys gossypii dan :.==d;yzc:-c·a stultalis (50-60%) PADA NILAM, ~~U?.L~~KAN TINGKAT KERUSAKAN OLEH LALAT 3 U.~_:..:
~ 30 %), Diconocoris hewettii, Spodoptera .-.rc can Tetranychus sp . (60%)
Judul ROPP
• 2.
3.
4.
5.
Pe~guji an
formula umpan beracun engendali hama lalat buah Pengujian produk pestisida nabati berbahan ar
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
2.
Nama Unit Kerja
3.
Alamat Unit Kerja
Jl. Tentara Pelajar no. 3, Bogar
4.
Diusulkan Melalui DIPA
DIKTI
5
Pen angg u ngjawa b a. Nama
Prof. Dr. Agus Kardinan
b. Pang kat/ Golongan
Pembina Utama/IVe
c. Jabatan
Peneliti Utama Sumedang, Bogar, Sukabumi (Jawa
6.
Lokasi Kegiatan
Ba rat), Bangka dan Laing (Padang) 7
Jangka Waktu
2010
8
s·ava Kegiatan
Ro 191.000.000
Mengetahui, a.i. Kepala Balai Penel itian Tanaman Obat dan Aromati
enanggung Jawab RPTP,
c::s
Prof. Dr. Agus Kardinan
IP. 19570817 198603 1 001
/
KATA PEN GANTAR
Puji dan Syukur bagi Allah
s.·.T,
sehingga kami
dapat memulai kegiatan
penelitian dengan judul "FORMULAS! PRODUK PESTISIDA NABATI BERBAHAN AKTIF AZADIRACHTIN,
EUGENOL,
SINAMALDEHIDA,
SITRONELA
YANG
EFEKTIF
MENEKAN
SERANGAN Aphys gossypii dan Pachyzancla stultalis ( 50-60%) PADA NILAM, MENURUNKAN TINGKAT KERUSAKAN OLEH LALAT BUAH (30 %l Diconocoris hewettii, Spodoptera litura dan
Tetranychus sp. (60%)
Kami tim peneliti mengucapkan banyak te rima kasih kepada semua pihak yang telah bersedia berpartisipasi dalam kegiatan penelitian ini, baik dari instansi tempat para peneliti bekerja, berupa penyediaan dana penelitian serta fasilitas laboratorium dan perlengkapan lainnya, maupun tenaga-tenaga di lapangan yang telah membantu elaksanaan penelitian ini. Kami menyadari bahwa pada kegiatan penelitian ini masih banyak yang harus dikerjakan dan kemungkinan kendala-kendala yang dihadapi, untuk itu kami sangat terbuka apabila ada masukan dari pihak manapun untuk kemajuan penelitian ini.
Bogor, November 2010
?
Tim peneliti
~
2
DAFTAR lSI Hal
_ElVlBAR PENGESAHAN
1
-' ATA PENGANTAR
2
JAFTAR TABEL
4
DAFTAR GAMBAR
5
EXECUTIVE SUMMARRY
6
RINGKASAN EKSEKUTIF
6
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Kegiatan Keluaran Jangka Panjang Keluaran Tahun Berjalan
7 7
8 8 8
TINJAUAN PUSTAKA
9
PROSEDUR KERJA
10
Pengujian formula umpan beracun pengendali hama lalat buah Pengujian produk pestisida nabati berbahan aktif Azadirachtin, cinamaldehida dan sitronela terhadap kutu daun dan penggulung pucuk (50-60%) pada nilam Pengujian formulasi pestisida nabati berbahan aktif eugenol dan sitronela untuk mengendalikan Diconocoris hewetii Pengujian formulasi pestisida nabati berbahan aktif eugenol dan sitronela untuk mengendalikan Spodoptera litura Pengujian formulasi pestisida nabati berbahan aktif eugenol, cinamaldehida dan sitronela untuk mengendalikan Tetranichus sp.
1. 2.
3.
4.
5.
10 11 14 14 15
HASIL DAN PEM BAHASAN
1. 2.
3. 4. 5. 6.
Pengujian formula umpan beracun pengendali hama lalat buah Pengujian prodlfk pestisida nabati berbahan aktif Azadirachtin, cinamaldehida dan sitronela terhadap kutu daun dan penggulung pucuk (50-60%) pada nilam Pengujian formulasi pestisida nabati berbahan aktif eugenol dan sitronela untuk mengendalikan Spodoptera litura Pengujian formulasi pestisida nabati berbahan aktif eugenol, cinamaldehida dan sitronela untuk mengendalikan Tetranichus sp. Pengujian formulasi pestisida nabati berbahan aktif eugenol dan sitronela untuk mengendalikan Diconocoris hewetii
17
20 25 28 28
KESIMPULAN SEMENTARA
31
PERKIRAAN DAMPAK HASIL KEGIATAN
31
DAFTAR PUSTAKA
31
"' • 3
DAFTAR TABEL
Hal aael 1. Pengujian konsentrasi mimba di dalam metil eugenol terhadap mortalitas lalat bua h
17
Taoel 2. Jumlah lalat mati (kumulatif) pada jarin g di setiap formula
18
Taoel 3. lntensitas serangan lalat buah pada mangga
19
..,...abel 4. Populasi aphid sebelum dan sesudah perlakuan 9 minggu
20
..,...abel 5. Nilai efikasi populasi dari perlakuan 8 minggu
21
abel 6 . Pengaruh insektisida nabati mimba dan rerak terhadap
21
hasil nilam Tabel 7. Mortalitas larva penggulung daun di laboratorium
22
Tabel 8. Mortalitas larva penggulung daun di lapangan
25
Tabel 9. Populasi S. litura sebelum diaplikasi dengan insektisida nabati pada tanaman cabe.
26
aoe; "0 . Populasi S. litura setelah diaplikasi dengan insektisida nabati pada tanaman cabe
27
Tabel 11 . Persentase kerusakan tanaman cabe akibat S. Litura
28
Tabel 12. Mortalitas tungau tetranichus spp . Oleh pestisida
28
Tabel13 . Rata-rata mortalitas 0. Hewetii
29
/
~
4
GAM BAR Hal Gam bar 1.
Umpan lalat di lapanga.,
11
Gambar 2.
Net kasa penamp ung Ia a:
11
Gambar 3.
Perangkap lalat
11
Gam bar 4.
Kurungan uji
17
Gambar 5.
Pupa lalat buah
17
Gam bar 6.
Protein hidrolisat dan gula (nutrisi lalat)
17
Gambar 7.
Rata-rata populasi lalat terperang kap/perangkap
19
Gambar 8.
Variasi lamanya proses aktifitas penggulung daun
Gambar 9.
Pemindahan serangga uji dari tempat pemeliharaan ke kurungan
24
Serangga yang akan digantungkan pada tranaman lada
30
Gambar 10.
Penyemprotan formula pestisida nabati pada tajuk tanaman lada
30
Gambar 11.
Pengamatan serangga bukan sasaran
30
/
"" Q
5
E SU M MARY The objective of the research ~s :o c.::c - seven formulations of botanical insecticide containing active ingredient of azadiracr:h, e..;£e'lol, cinamaldehida and citronella which is e'Tective to suppress Aphys gossypii arc Pac...,fiancla stultalis pest attack (50-60%) on :::>atchouli, decrease damage rate ca use b/' w it "'ies (30 %)/ Diconocoris hewettii, Spodoptera litura and Tetranychus sp. (60%). Resu lt of the resea rch showed that the optimum neem concentration in the formula of poisionous ba it for fruit fl ies is 10%, mixing of attractant and neem is the best formulation, and it ca n decrea se fruit damage as much as more than 40%. The most effective of botanical insecticide formula for controlling aphid on patchouli crops is mixing of neem and Sapindus rarak in the ratio of 8 : 2, meanwhile mixing of cinamon and citronella is the best formulation to supp ress Pachyzancla stultalis. All botanical insecticdes tested (patchouli, citronella, clove, lemon grass, Myristica fragans) are effective on controlling Sp odoptera !itura on red pepper. Botanical insecticide extracted from Cinamon oil is effective on controlling Tetranichus spp., since it can ki ll more than 81% population of pest. Key words : botanical pesticides, Bractocera dorsalis/ Aphis gosypii, Pachyzancla stultalis/ Diconocoris hewett!/, Spodoptera litura and Tetranychus sp.
RINGKASAN EKSEKUTIF Penelit ian bertujuan untuk memperoleh tujuh formula pestisida nabati dengan bahan aktif azad irachtin, eugenol, sinamaldehida dan sitronela yang efektif menekan serangan hama tanaman nilam Aphys gossypii dan Pachyzancla stultalis (50-60%). Menurunkan tingkat kerusakan buah-buahan yang diakibatkan hama lalat buah (30%), Diconocoris hewettii, Spodoptera litura dan Tetranychus sp. (60%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi optimal mimba didalam formula umpan beracun adalah sebsar 10%, formula terbaik adalah campur51n atraktan dengan mimba, sedangkan data intensitas serangan lalat buah terhadap mangga menunjukkan bahwa formula umpan beracun maupun atraktan berperangkap mampu menekan kerusakan buah lebih dari 40%. Formula insektisida nabati yang paling efektif untuk mengendalikan hama kutu daun pada tanama nilam adalah campuran mimba dan rerak pada perbandingan 8 : 2, sedangkan untuk menekan penggulung daun adalah campuran serai wang i dan kayu manis. Semua insektisida nabati yang diuji ( nilam, kayu manis, serai wangi, serai dapur, pala, cengkeh) terhadap hama Spodoptera litura menunjukkan efektivitas yang baik, yaitu memiliki nilai efektivitas di atas 50%. Insektisida yang berasal dari kayu manis merupakan insektisida yang terbaik diantara insektisida yang diuji dalam menekan populasi tungau Tetranichus spp, sedangkan campuran antara serai wangi dan lengkuas pada ratio 1:1 ataupun 1:2 merupakan formula terbaik untuk mengendalikan Diconocoris hewettii pada tanaman lada . Kata kunci : pestisida nabati, Bractocera dorsalis/ Aphis gosyp1i~ Pachyzanc/a stultalis/ Diconocoris hewettii, Spodoptera litura dan Tetranychus sp.
"" 6
PENDAHU LUAN _a£ar Belakang
Tanaman nilam (Pogoste mon cab/in Be11tn.) merupakan salah satu penghasil minyak atsiri yang penting di Indonesia dengan kontribusi ekspor pada tahun 2002 mencapai 1.295 on dengan nilai US$ 22 ,5 juta (Ditjen Bina Produksi Perkebunan , 2004). Produk minyak nilam banyak dipakai dalam industri parfum , kosmetik, antiseptik, insektisida dan bahan fixatif pengikat) yang belum ada produk sintetisnya (Dummond, 1960; Robin, 1982; Mardiningsih et a/., 1995; lbnusantoso, 2000) . Selain itu minyak nilam juga dipakai untuk bahan aromaterapi yang bermanfaat dalam penyembuhan fisik, mental dan emosional. Namun demikian dalam budidayanya tanaman ini tidak terlepas dari gangguan beberapa serangga hama, dua diantaranya adalah Aphis gossypii Glov. (Hemiptera : Aphididae) (Mardiningsih dan Deciyanto, 1999a) lebih dikenal sebagai kutu daun (aphid) dan Pachyzancla stulta!is (Lepidoptera: Pyra lidae) . A. gossypii menyerang pucuk daun nilam .
Gejala serangannya pada pucuk
menyebabkan daun menjadi keriting dan bila menyerang bibit maka pertumbuhan bibit nilam menj ad i terhambat (Mardiningsih dan Deciyanto, 1999b). Selain sebagai hama, kutu daun ini jug a diketahui sebagai vektor penyakit virus pada berbagai tanaman yaitu pada kacang , kubis , : . tebu , kentang , jeruk dan tembakau (Hill and Waller, 1988) .
P. stultalis biasa dikenal
Gengan ulat penggulung daun (Mathew, 2006 ; Agra , 2002) . Hama ini diprediksi dapat menurunkan produktifitas tanaman nilam lebih dari 25% , bahkan bisa mengakibatkan kematian tanaman karena terganggunya proses fisiologis pada daun , sehingga keberadaan hama ini sangat perlu ditangani secara cermat.
Hasil penelitian pada tahun sebelumnya
menunjukkan bahwa pestisida nabati cukup prospektif untuk dikembangkan dalam menekan serangan
hama
nilam,
diantaranya
mimba
(Azadirachta
indica)
dan
kayu
manis
(Cinnamomum burmanil) .
Demikian juga halnya dengan hama-hama di bidang hortikultura, khususnya lalat buah sangat merugikan , baik secara kualitas yaitu dengan busuk dan berbelatungnya buahbuahan , maupun secara kuantitas yaitu dengan rontoknya buah-buahan sehingga produksi menurun. Selain itu hama lalat buah merupakan trade barrier yaitu penghambat perdagangan ke luar negeri (ekspor), karena dapat dijadikan alasan untuk ditolaknya produk ekspor oleh suatu negara.
Oleh karena itu perlu dicari cara-cara pengendalian yang efektif dan efisien
serta ramah lingkungan, salah satunya adalah dengan pemanfaatan pestisida nabati, yaitu pestisida yang berasal dari tanaman .
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
minyak atsiri yang berasal dari tanaman selasih dan melaleuca yang dicampur dengan ekstrak buah-buahan sangat efektif dalam memerangkap hama lalat buah, bahkan lebih unggul daripada produk atraktan lalat buah yang sudah diperjualbelikan di pasaran. Namun demikian dari hasil pengamatan sementara menunjukkan bahwa yang terperangkap didominasi lalat bucfn jantan (97%) dan hanya sebagian kecil (< 3%) lalat buah betina yang terperangkap, padahal yang meletakkan telur dan kemudian telurnya menjadi belatung yang sangat merusak
7
ik pengendalian akan dipadukan dengan
·:::r::r;-ouahan adalah lalat betina . _;-:Jan beracun (tidak ditempatkan dr
oera'lgkap) yang terdiri dari bahan nutrisi lalat
;-a protein ,dll) ditambah metil eugeno a akan tertarik datang dan teracuni se
sektisida nabati mimba.
Diharapkan lalat
gga mati di sembarang tempat.
Hama-hama yang menyerang tanaman perkebu nan , seperti Diconocoris hewetti,
Soodoptera litura dan
Tetranychus sp. juga sangat berpotensi sebagai faktor pembatas
u:::>duksi. Pada TA 2009 telah dilakukan uji potensi dan bioassay beberapa jenis minyak :::s.ri. baik bentuk murni maupun diformulas ikan . Telah diperoleh beberapa kandidat minyak :::.~s i ri
untu k pengendalian OPT, antara lain akar wang i untuk Spodoptera sp, 5 jenis minyak
re'l iS
min yak atsiri yang efektif terhadap Tetranychus sp yaitu serai wangi, pala , jahe, nilam
:an akarwangi , 2 formula efektif terhadap D. hewetti yaitu cengkeh dan seraiwangi serta 2 ;~rmul a
efektif terhadap patogen penyebab penyakit budok.
Tujuan Kegiatan Untuk mendapatkan formula produk pestisida nabati berbahan aktif azadirachtin, .eugenol, sinamaldehida dan sitronela yang efektif menekan serangan Aphys gossypii dan
:Jachyzancla stultalis (50-60%) pad a nilam, menurunkan kerusakan oleh lalat buah (30 %/ 'conocoris hewettii, Spodoptera litura dan Tetranychus sp. (60%).
Keluaran Jangka Panjang Diperoleh 7 (tujuh) formula pestisida nabati berbahan aktif tanaman biofarmaka dan :::-:1arik yaitu : (1) efektif memerangkap lalat buah , (2) efektif membunuh lalat betina , seningga mampu menurunkan 30% hingga 50% tingkat kerusakan buah , (3) mampu menurunkan 50 hingga 60% serangan hama kutu daun nilam , (4) mampu menurunkan 50 hingga 60% serangan hama penggulung daun nilam , (5) efektif (60%) mengendalikan hama
Diconocoris hewetti, (6) Spodoptera litura dan (7) Tetranychus sp.
Keluaran tahun yang berjalan Diperoleh 6 (enam) formula pestisida nabati berbahan aktif tanaman obat dan aromatik yaitu efektif : (1) efektif membunuh hama lalat buah , (2) menekan serangan (50-60%) hama kutu daun nilam dan (3) hama penggulung daun nilam , (4) mengendalikan 60% hama
Diconocoris hewetti, (5) Spodoptera litura dan (6) Tetranychus sp .
.:..
. 8
TINJAUAN PUSTAKA a.,am an nilam (Pogostemon cab/in Benth .) merupakan salah satu penghasil minyak
::rog penting di Indonesia dengan kontribusi ekspor pada tahun 2002 mencapai 1.295
__-,·::::=- ;;a'1 nil ai US $ 22 ,5 juta (Ditjen Bin a Produksi Perkebunan, _
_ - ·· :::1
2004). Produk minyak nilam
pakai dalam industri parfum , kosmetik, antiseptik, insektisida dan bah an fixatif
_ a: yang belum ada produk sintetisnya (Dummond, 1960 ; Robin, 1982, Mardiningsih et SS5: lbnu santoso, 2000). Selain itu minyak nilam juga dipakai untuk bahan aromaterapi
::To ;; oerm anfaat dalam penyembuhan fisik, mental dan emosional. Namun demikian dalam t:"!.! :: cayanya tanaman ini tidak terlepas dari gangguan beberapa serangga hama, dua G~·a-:arany a adalah Aphis gossypii Glov. (Hemiptera : Aphididae) ((Mardiningsih dan Deciyanto, ~ ;s9a)
lebih dikenal sebagai kutu daun (aphid) dan Pachyzancla stultalis (Lepidoptera:
::yralidae). Tanaman biofarmaka dan aromatik selain digunakan sebagai obat juga dapat aatkan sebagai pestisida nabati . -s~gendalikan
Mimba (Azadirachta indica) digunakan untuk
Aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae), Carpophi/us hemipterus (Coleoptera:
:1JJiidae), Agrotis ipsilon (Lepidoptera: Noctuidae), Achaea janata (Lepidoptera: Noctuidae)
2ra ng e and Ahmed, 1988) . Selain itu ekstrak air biji mimba juga efektif untuk mengendalikan oersicae pada tanaman tembakau (Tukimin, 1997). ::~a 'a . .
Rerak, akar tuba, tembakau,
a'l mempunyai sifat sebagai pestisida nabati (Grainge and Ahmed, 1988). Tanaman
: 'o--:-J .:ila-
s Cinna momum burmanil) dan seraiwangi (Cymbopogon nardus), adalah 2 jenis
='"":.:-r:.::r; ceng hasil minyak atsiri yang berpeluang dikembangkan menjadi sumber bahan
r:-=::: ::·:a ootanis. Pelu ang pengembangan pestisida nabati di Indonesia (Soehardjan, 1994; Ginting eta/, • 995 dan Natawigena, 1988) dinilai sangat strategis mengingat tanaman sumber bahan sektisida banyak tersedia dengan berbagai macam kandungan kimia yang bersifat racun /
oksik). Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati. Lebih dari 1.000 tanaman mempunyai sifat sebagai pengendali hama tanaman (Grainge and Ahmed , 1988). Tanaman biofarmaka dan aromatik selain digunakan sebagai obat juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati.
Mimba (Azadirachta indica) digunakan untuk mengendalikan Aphis gossypii
(Hemiptera: Aphididae), Carpophilus hemipterus (Coleoptera: Nitidulidae), Agrotis ipsilon (Lepidoptera: Noctuidae), Achaea janata (Lepidoptera: Noctuidae) (Grainge and Ahmed , 1988). Selain itu ekstrak air biji mimba juga efektif untuk mengendalikan Myzus persicae pada tan aman tembakau (Tukimin, 1997). sifat
sebagai
pestisida
nabati
Rerak , akar tuba, tembakau , kamalakian, mempunyai
(Grainge
and
Ahmed ,
1988).
Tanaman
kayumanis
(Cinnamomum burmani1) dan seraiwangi (Cymbopogon nardus), adalah 2 jenis tanaman
penghasil minyak atsiri yang berpeluang dikembangkan menjadi sumber bahan pestisida botanis. ,...Minyak kayumanis mengandung senyawa cinamaldehyde dan eugenol (cynamyl alkohol) yang dapat menghambat sistem syaraf dan pernafasan pada serangga (Huang, 1990;
9
=-= -
Ho, 2003) dan bersifat anti mikroba terhadap jamur dan bakteri (Asman, 1998;
G a. rL
=-:::;-J
:::an Stadelbrachker, 1973). Sedang kan minyak serai wangi yang mengandung
_ ::: ::: uan eugenol bersifat toksik terh adap serangga dan anti mikroba terhadap jamur ~--== ;=- ~hytophtora spp., Fusarium spp. (Asman , 1998; Bullerman et a/., 1997; John and
__ --· 2000). 2:
Selasih dan Melaleuca bracteata
mengandung bahan aktif metil eugenol
yang dapat berperan sebagai pemerangkap hama lalat buah Bactrocera
X-=:-" '· a-ena
spp.
itu potensi pestisida nabati sebagai teknik pengendalian hama yang ramah
- ~~..: "'gan perlu diteliti dan dikembangkan.
PROSEDUR KERJA ~= -==~ guji an
formula umpan beracun pengendali hama lalat buah
:Jersiapan formul a umpan beracun :Je'lyiapan bahan aktif berupa metil eugenol dari tanaman melaleuca dengan cara -Ger-vulingan yang dilakukan di bagian penyulingan Balai Penelitian Tanaman Obat dan - -' : ..... at r<. bah an nutrisi berupa gula, protein hidrolisat dari udang , serta insektisida nabati :-=m .:,~.muh
lalat. Formulasi umpan beracun dengan cara mencampur bahan-bahan dengan
--=rr::ga., Kom posisi (perbandingan) . - ~" pe-~a'luluan
penentuan konsentrasi mimba dalam formula
;::eng ....,1an pendahuluan dilakukan untuk menentukan konsentrasi insektisida nabati mimba ,j ,
aalam metil eugenol (minyak melaleuca) yang mampu membunuh lalat buah , aksanakan
di
laboratorium
Entomologi-Balittro terhadap lalat buah jantan hasil
oerbanyakan di laboratorium Entomologi Battan (berupa pupa) , yang disimpan pada urungan lalat buah yang dilengkapi dengan sumber nutrisi lalat berupa protein hidrolisat, gula, dan air.
Umpan beracun diteteskan pada segumpal kapas yang kemudian
digantungkan di dalam kurungan lalat. Jumlah lalat pada setiap kurungan adalah 20 ekor berumur 4 hari) , sedangkan pengamatan mortalitas lalat dilakukan pada jam ke 8 dan 24. Konsentrasi mimba yang diuji adalah 40% ; 20% ; 10% ; 5% ; 2,5% ; 1,25% dan 0% (kontrol/hanya metil eugenol) . Masing-masing konsentrasi diuji pada 2 kurungan . 3. Pengujian formula umpan beracun Selanjutnya dilakukan seleksi terhadap umpan beracun terbaik yang dilakukan di kebun jambu biji di Bogor. Formula umpan beracun yang diuji adalah : •
Atraktan (35%)+Protein udang (35%)+ Gula merah (10%) + Madu (10%) + Mimba (10%)
•
Atraktan (35%) + Protein hidrolisat komersial (35%) + Gula merah (1 0%) + Madu (1 0%) + Mimba (10%)
•
Atraktan (30%) +Protein udang (30%) + Gula merah (10%) + Madu (10%) + Mimba a::.
(1 0%) + Amoniak (1 0%)
10
•
Atraktan (30%) +Protein hidrolisat komersial (30%) + Gula merah (10%) + Madu (10%) + Mimba (10%) + Amoniak (10%}
•
Atraktan (60%) + Gula merah (10%) + Madu (10%) + Mimba (10%) + Amoniak (10%)
•
Atraktan (90%) + mimba ( 10%)
•
Pembanding (Umpan beracun komersial) Semua formula yang diuji diteteskan sebanyak 2 ml pada segumpal kapas yang
dibawahnya dipasang jaring/net untuk menghitung jumlah lalat yang mati. dirancang dalam acak kelompok, 7 perlakuan dan 4 ulangan.
Penelitian
Pengamatan dilakukan
selama 5 hari. Pengujian formula umpan beracun di lapangan Pengujian lanjutan berupa pengujian efikasi umpan beracun terbaik dalam menekan intensitas serangan lalat buah pada mangga, dilakukan di kebun mangga di Kabupaten Sumedang yang dibandingkan dengan atraktan lalat buah terbaik hasil pengujian sebelumnya serta kebun mangga petani yang tidak diberi perlakuan (sebagai kontrol).
Gb. 1. umpan di lapangan
Gb. 2. Net kasa penampung lalat
Gb.3. Perangkap lalat
/'
Pengujian produk pestisida nabati berbahan aktif azadirachtin, cinamaldehida dan sitronela terhadap kutu daun dan penggulung pucuk (50 - 60%) pada nilam Percobaan pada hama kutu daun
Rancangan yang digunakan adalah Acak Kelompok terdiri atas 9 perlakuan (produk insektisida dan kontrol) serta diulang sebanyak 3 kali. Tiap ulangan terdiri atas 5 tanaman. Sebagai perlakuan adalah: (1) formula minyak mimba 2%, (2) formula rerak 2%, (3) formula mimba : rerak
= 8:2,
(4) formula mimba : rerak
formula mimba : rerak
= 6:4,
(5) formula mimba : rerak
= 5:5,
(6)
= 2:8, (7) formula mimba : rerak =4:6, (8) insektisida sintetis dan (9)
kontrol. Tanaman nilam ditanam di dalam polibag.
Metode pengamatan dengan cara
menghitung populasi A. gossypii sebelum aplikasi insektisida pada setiap perlakuan. Apabila pada satu tanaman lebih dari satu pucuk yang terserang maka yang diamati populasinya adalah satu pucuk. Aplikasi dilakukan satu hari setelah pengamatan pertama yaitu apabila populasi serangga sudah ada atau kerusakan telah terlihat yaitu pucuk mulai keriting. Aplikasi 11
dilakukan sebanyak 8 kali. aplikasi insektisida.
Pengamatan populasi dilakukan satu hari sebelum dan sesudah
Interval pengamatan satu minggu sekali . Parameter lain yang diamati
ialah produksi . Data hasil pengamatan selanjutnya digunakan untuk menghitung efikasi formula. Jika pengamatan pertama populasi kutu daun tidak berbeda nyata antara petak perlakuan, maka efikasi insektisida yang diuji dihitung dengan rumus Abbot (Ciba-Geigy, 1981) yaitu :
Ca -Ta E I = ( -----------) x 100%
Ca El = efikasi insektisida yang diuji (%) Ca = populasi kutu daun pada petak kontrol setelah aplikasi insektisida Ta = populasi kutu daun pada petak perlakuan setelah aplikasi insektisida Jika pada pengamatan pertama populasi kutu daun berbeda nyata antara petak perlakuan, maka efikasi insektisida yang diuji dihitung dengan rumus Henderson & Tilton (Ciba-Geigy, 1981) :
- =
Ca A
-
---
Ca
Cb X ---- ) X 100%
Tb
El = efikasi insektisida yang diuji (%) Ca = populasi kutu daun pada petak kontrol setelah aplikasi insektisida c b = populasi kutu daun pad a petak kontrol sebelum aplikasi insektisida Ta = populasi kutu daun pada petak perlakuan setelah aplikasi insektisida Tb= populasi kutu daun pada petak perlakuan sebelum aplikasi insektisida Untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan , diuji dengan DMRT taraf 5%. /
Pengujian terhadap hama ulat penggulung pucuk nilam Rumah Kaca Dipergunakan insektisida nabati minyak kayumanis dan serai wangi dengan komposisi 1.
Kayu manis
2.
Serai wangi
3.
Kayu manis + serai wangi (8 : 2)
4.
Kayu manis + serai wangi (6 : 4)
5.
Kayu manis + serai wangi (5 : 5)
6.
Kayu manis + serai wangi (4 : 6)
7.
Kayu manis + serai wangi (2 : 8)
8. 9.
~
lnsenktisida sintetis Kontrol
12
Penelitian dirancang dalam RAL 9 oer-' aJ
Masing-masing formula
Penelitian ini memakai sistim rearing di rumah kaca
dengan konteiner plastik). Ulat yang digunakan untuk penelitian diperoleh dengan cara mengumpulkan dari lapang . penggulung
daun
nilam
Tiap kota k perlakuan memakai 10 ekor larva dari ham a
Pachyzancla
stultalis. Aplikasi
perlakuan
dilakukan
melalui
penyemprotan insektisida nabati pada daun nilam sebagai bahan makanan , biarkan kering (± 10 me nit) dan investasikan larva penggu lu ng daun memakai kwas kecil . Ada pun tahap oelaksanaan secara detail adalah sbb: 1. Siapkan daun tanaman nilam untuk makanan larva , kemudian semprot dengan bio insektisida sesuai perlakuan , bia rkan kering (10 men it) . 2. Seterusnya bagian pangkal dari daun tersebut dilapisi kapas basah untuk menjaga kelembaban , kemudian dimasukkan dalam kotak plastik yang telah disediakan . 3. Pada masing-masing kotak diinvestasikan 10 ekor larva P. stu/talis menggunakan kwas kecil. Tutu p kotak dengan lembaran plastik transparan berlobang . t.
Pengamatan dilakukan tiap hari selama 7 hari berturut-turut, dimulai hari ke 2 setelah apli ka si, yang meliputi persentase kematian (mortalitas) , konsumsi makanan dan indikasi ,ain khususnya pada larva yang mati .
~.
3ag larva yang luput dari kematian , perkembangannya tetap diamati secara terus e.,eru s sam pai jadi imago.
- ·" _=:_:;angan ;:::ormul a terbaik yang
dihasilkan dari percobaan
·::: :Ja'ldingkan dengan insektsda sintetis dan kontrol.
rumah
kaca
akan diuji dan
Penelitian ini dilakukan di lapangan
r<.ebun Percobaan La ing) dengan cara menaman nilam dalam polibag ukuran besar. Pengujian dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 9 ulangan . Tiap ulangan dengan 5 tanaman nilam dan tiap tanaman diinfestasikan 10 larva P. stultalis, biarkan 2 hari untuk adaptasi serangga. Seterusnya dilakukan penyemprotan sesuai perlakuan dengan volume semprot 25-30 ml/tanaman (basah menetes) . Pengamatan dilakukan secara berkala tiap hari selama 7 hari dimulai hari ke 2 setelah aplikasi insektisida . Parameter pengamatan meliputi jumlah mortalitas ulat penggulung daun , intensitas serangan dan indikasi lainnya yang mungkin terjadi .
~
.. 13
=>engujian formulasi pestisida nabati berbahan aktif eugenol dan sitronela untuk "'en gendalikan Diconocoris hewetti Penelitian dilakukan di sentra produksi lada yang banyak terserang 0 . hewetti yaitu di --...,oinsi Bangka Belitung.
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian adalah 2 minyak
_'::ng paling efektif dari 8 minyak (sera i wangi, seraidapur, nilam, akarwangi , cengkeh , ·::...,ulawak , lengkuas dan jahe) yang saat ini sedang diuji toksisitasnya terhadap 0. hewetti. 3a'lan tanaman sebelumnya dikeringanginkan kemudian disuling. Minyak hasil penyulingan e'"'"'udi an diformulasikan dengan pelarut, perata , dan synergist dengan komposisi tertentu 5::~
'lgga diperoleh formula pestisida nabati yang dapat terlarut dengan sempurna di dalam air. Pengujian dilakukan lang sung di kebun Iada petani. Setiap petak percobaan berisi 10
.:. ::••• an lada yang ditanam dengan jarak 2 x 2 m atau sesuai dengan kondisi setempat. Pada
<:=: ap petak percobaan akan dipilih secara diagonal 3 tanaman lada untuk diamati. Pada 5::~
ap tanaman terpilih selanjutnya dipilih 2 ranting (Utara dan Selatan) yang sedang
:e·ounga . Setiap ranting dikurung dengan sebuah kurungan kasa dan digunakan untuk ~::Melih a ra
2
~a..,
setelah itu siap digunakan sebagai bahan penelitian . Sebelum pestisida diaplikasikan ,
5S~:.:ar
t
~::.r..l!-:l; :: ~--=:.· a·
10 ekor serangga uji. Serangga dibiarkan beradaptasi di dalam kurungan selama
selu ruh bagian luar kanopi tanaman sehingga seluruh organisme yang mati karena
. . ar aKan terj atuh ke atas kain sehingga mudah untuk diamati. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan terdiri atas 2
2 ~ a'1
formula pesti sida nabati, 1 buah pestisida sintetis yang banyak dipergunakan petani
5s:Jag ai pemband ing dan kontrol , serta diulang 6 kali. Aplikasi pestisida disesuaikan dengan :.a·a petan i yaitu dengan
menyemprotkan pestisida uji
langsung
ke tajuk tanaman .
?E:ngamatan dilakukan terhadap gejala fitotoksisitas dan mortalitas serangga uji yang ada di :a am kurungan kasa dan serangga-serangga lain yang mati dan jatuh ke atas kain putih . ::::,gamatan dilakukan pada 1, 2, 4, dan 8 hari setelah perlakuan .
Pe ngujian formulasi pestisida nabati berbahan aktif eugenol dan sitronela untuk mengendalikan Spodoptera litura Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai bulan Desember 2010. Penelitian apang dilakukan pada tanaman cabe di Jawa Barat. lnsektisida yang diuji adalah formula sektisida nabati yang efektif dari hasil uji di laboratorium , insektisida sintetis dengan bahan at
7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan
yan g diuji adalah nilam , serai wangi , serai dapur, cengkeh , dan pala , dengan dosis masingmasing 10 cell dan Emamektin benzoat 5% sebanyak 1 cc/1 serta kontrol.
Ukuran petakl
~
perlakuan 8 x 5 m, jarak tanam 50 x 60 em . populasi tanaman/petak : 130 tanaman dan jumlah
14
anaman contoh/petak : 15 tanama n. Metoae oengam bilan contoh dilakukan secara diagonal. :::>engamatan
dilakukan
dengan
cara menghitung
intensitas
kerusakan
tanaman
dan
enghitung populasi S. litura . Metode pengamatan kerusakan tanaman oleh serangan S. litura oer petak dengan rumus sebagai berikut :
a = ---------a +b
X
1 00 % I : intensitas kerusakan tanaman (%) a : jumlah daun yang terserang pertanaman b : jumlah daun sehat pertanaman
Pengamatan populasi S. litura dilakukan sebelum dan sesudah aplikasi insektisida ada setiap petak perlakuan. Aplikasi pertama dilakukan satu hari setelah pengamatan oendahuluan yaitu apabila populasi hama atau kerusakan tanaman telah mencapai ambang oengendalian . Interval aplikasi satu minggu, aplikasi terakhir dilakukan dua minggu sebelum oanen. Volume semprot per hektar 500 liter.
Pen gujian formulasi pestisida nabati berbahan aktif eugenol, cinamaldehida dan satronel a untuk mengendalikan Tetranychus sp Peneliti an dilakukan di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Kegiatan penelitian terdiri dari uji aoang formul as i pestisida nabati berbahan aktif eugenol , cinamaldehida dan sitronela ·erhadap hama tungau yang
menyerang tanaman sayuran dan tanaman hias yang
: ·budidayakan di lapang dan rumah kaca. Dari penelitian ini diharapkan dapat dihasilkan 1-2 :ormula yang paling efektif terhadap tungau di lapang. Bahan pestisida nabati yang diuji terdiri :orm ula tunggal dan kombinasi minyak atsiri , yaitu nilam , serai wangi, kayumanis , cengkeh , pala, jahe dan akarwangi. /
Penelitian diawali dengan survey Tetranychus sp dari pertanaman sayuran dan bunga di daerah sekitar Jawa Barat dan DKI Jakarta untuk dijadikan lokasi penelitian. Lokasi yang dipilih adalah tanaman sayuran dan tanaman hias yang terserang oleh hama tungau
Tetranychus sp.
Tanaman sayuran dan tanaman hias ditanam sesuai dengan kebiasaan
petani/pegusaha atau mengikuti
SOP (standard operational procedures) budidaya sayuran
dan tanaman hias yang dikeluarkan oleh Ditjen Hortikultura. Percobaan dilaksanakan dengan Rancangan Acak
Kelompok, diulang 4 kali.
Perlakuan terdiri dari 8 jeniis pestisida yang diuji yaitu 1) seraiwangi , 2) nilam , 3) akarwangi, 4) cengkeh , 5) kayumanis , 6) cengkeh + seraiwangi (CEES) , 7) cengkeh + kayumanis (CEKAM), dan 8) fenpropatrin, dan air sebaga i pembanding.
~
. 1-
Suspensi pestisida nabati dengan konsentrasi 2 cc/liter disemprotkan ke seluruh
1::::: an tanaman sayuran dan tanaman hias yang terinfeksi Tetranychus sp. Aplikasi dilakukan ggu sekali selama 3 bulan atau sesua i masa kritis serangan tungau pada tanaman yang --~ ::-.;'_.
~==-e
~=:a~a
. Parameter yang diamati adalah intensitas serangan dan populasi tungau merah m dan setelah aplikasi pestisida nabati. Pengamatan dilakukan dengan mengambil acak 5 tanaman contoh
per petak dengan sistem diagonal , yaitu masing-masing 1
:r-a'"'1an contoh pada pusat dan keempat sudut diagonal petak perlakuan. Pengamatan c:: ... ,asi tungau dilakukan terhadap seluruh bagian tanaman contoh pada waktu 0, 24 , 48
::::- -2 jam setelah aplikasi. Pengamatan kerusakan tanaman contoh dilakukan 1 minggu sebelum aplikasi , masing--- .g pada bulan ke-1 , 2, 3 selama aplikasi dan 2 minggu setelah selesai aplikasi.
=:=- ;amatan
dilakukan terhadap gejala dan tingkat kerusakan akibat serangan tungau.
-=,sitas kerusakan tanaman oleh serangan tungau merah dihitung dengan rumus sebagai
a
I
=---------- X 100 % a +b
I : intensitas kerusakan tanaman (%) a : jumlah daun yang terserang pertanaman b : jumlah daun sehat pertanaman
/
... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN ujian formula umpan beracun pengendali hama lalat buah tuan konsentrasi mimba dalam formula
Sebelum dibuat formula, perlu dilakukan uji pendahuluan untuk menentukan --sentrasi mimba di dalam formula yang mampu membunuh lalat buah.
Hasil uji
uluan penentuan konsentrasi mimba dalam minyak melaleuca (metil eugenol) :.eroteh hasil sebagai berikut.
--- -
h
<;>
Perlakuan (konsentrasi mimba) 40% 20% 10% 5%
Persentase Jalat mati pada jam ke 24 8 100 10 15 100 0 100 65 10 0 40 5 15 5 5
2~5%
1,25% 0% (minya_k:Mel~~uca 100%)
amatan jam ke 8 hanya sebagian lalat yang mati.
Hal ini disebabkan karena
besar lalat masih belum mau menyentuh umpan yang digantung, diperlukan Hanya sebagian kecil yang sudah menyentuh dan mati. Pada pengamatan jam ke
eesokan harinya) terlihat bahwa kematian lalat cukup tinggi, yaitu pada konsentrasi 10% a 40% yang mencapai 100%, sedangkan konsentrasi di bawah 10% tidak mencapai -· atian 100%.
Namun demikian, terdapat kematian pada perlakuan kontrol (min yak
uca murni) sebesar 5% yang disebabkan oleh hal yang tidak diketahui. Berdasarkan
:a di atas, maka konsentrasi 10% dianggap konsentrasi optimal di dalam formula yang akan
al
;
Gam bar 4. Kurungan uji
Gambar 5. Pupa lalat buah
.:..
17
Gambar 6. Protein hidrolisat dan gula
e.:et
Jl efektifitas umpan beracun dilakukan di .kebun jambu biji di Bogar untuk menentukan ang terbaik yang selanjutnya akan diuji kemmpuannya dalam menekan kerusakan ::-,;;~a - -~ a~
daerah sentra produksi mangga di Kecamatan Tomo , kabupaten Sumedang . Hasil seperti pada Tabel berikut.
rn lah lalat mati (kumulatif) pada jaring di setiap formula
--
:::=; r1 ar
Jumlah lalat mati (dari 4 ulangan) pada jaring pada hari ke
1
2
3
4
5
1
-
-
2
2
5
-=-- - ~ 2
-
1
1
3
3
-=::-.::. ~
-
=-
.:~ ~
3
-
-
2
2
2
--::-.:f.~ 4
1
3
3
6
6
·-.::-_;!:;
5
-
-
-
2
4
·- c.-, -
3
3
6
6
8
10
-
-
-
-
-
:-,,:_-
~
_;_!'_':; I
-~·Gan (35%) +Protein udang (35%) + Gula merah (10%) + Madu (10%) + Mimba (10%) .:.--a . . ~an (35%) +Protein hidrol isat komersial (35%) + Gula merah (10%) + Madu (10%) + -aa 10%) ::.: ..:.:ra-
-
=
:Jari hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah lalat buah yang mati yang terdapat _ .::'lng penampung relatif sedikit dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara = ~..! an ,
namun demikian perlakuan nomor 6, yaitu campuran atraktan dengan mimba
=,:.r-Jukkan jumlah lalat mati tertinggi diantara perlakuan yang diuji , sehingga formula ini ·: ::::i ;gap formula terbaik. Sedikitnya jumlah lalat buah yang terdapat pada jaring penampung bukan dikarenakan efektifnya formula dalam membunuh lalat buah , namun ketika diamati tingkah laku lalat 1::~ ::-
pada saat mendekati dan menyentuh umpan , lalat buah tidak langsung mati dan jatuh ke
1:::: .•.ah, namun terlihat seperti mabuk dan terbang ke sembarang arah .
Disekitar umpan
::-s-acun ditemukan lalat buah yang sudah lemah di tanah , yang diduga sebagai akibat stelah
1
-::;rgkonsumsi atau menyentuh umpan beracun .
"
18
0
engujian formula di lapangan Kegiatan dilakukan di kebun mangga milik petani di daerah sentra produksi mangga di ecamatan Torno , kabupaten Sumedang . Masing- masing perlakuan, yaitu formula umpan eracun , atraktan pembanding dan lahan petan i diaplikasikan pada lahan sekitar 1 ha. Pada
11asing masing lokasi dipasangg 20 umpan beracun , ataupun 20 perangkap atraktan, sedangkan pada lahan petani tidak dilakukan pengendalian (kontrol) . Pengamatan dilakukan ·erhadap jumlah lalat buah yang terperangkap dengan atraktan, serta intensitas serangan lalat ah pada mangga.
Hasil pengamatan populasi lalat buah atau jumlah yang terperangkap
sampai dengan Oktober 2010 menunjukkan bahwa populasi lalat buah di lapangan terus ..,..,eningkat seiring dengan musim berbuahnya mangga dan diperkirakan akan mencapai :Juncaknya pada bulan Desember-Januari.
526
-oo
454
p
373
0
250
151
n
4 Sept
18 Sept
2 Okt
30 Okt
16 Okt
?
Gam bar 7. Rata-rata populasi lalat terperangkapjperangkap
lntensitas serangan lalat buah pada mangga yang dihitung dari beberapa kali panen umulatif) menunjukkan bahwa dengan perlakuan umpan beracun ataupun atraktan dengan oerangkap
mampu
menurunkan tingkat kerusakan
mangga
lebih
dari 40%,
apabila
ibandingkan dengan kerusakan mangga pada kebun tanpa diberi perlakuan (kontrol), seperti erli hat pada Tabel berikut. abel 3. lntensitas seranqan lalat buah pada mangga
Perlakuan
Kerusakan mangga (%)
Umpan beracun
6,4%
Atraktan lalat buah dengan perangkap Kontrol (tanpa perlakuan)
I I 19
6,7% 11,5%
Pengujian produk pestisida nabati berbahan aktif azadirachtin, cinamaldehida dan s itronela terhadap kutu daun dan penggulung pucuk (50- 60%) pada nilam :::Jengujian terhadap kutu daun Hasil pengujian insektisida rerak , mimba dan deltametrin terhadap populasi A. gossypii pada tanaman nilam pada delapan kal i pengamatan disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa rata-rata populasi A. gossypii pada pengamatan pertama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar petak perlakuan . Hasil pengujian sampai dengan sembilan minggu menunjukkan bahwa populasi kutu daun sebelum dan sesudah aplikasi insektisida berfluktuasi.
mimba : rerak 6 : 4 , mimba : rerak
= 5 : 5, mimba
(semua konsentrasi 2%) dan karbosulfan pengamatan .
= 8:2 , : rerak = 4 : 6
Nilai efikasi insektisida nabati mimba, rerak , mimba : rerak : rerak
=2
: 8 dan mimba
untuk mengendalikan populasi bervariasi tiap
lnsektisida dikatakan efektif bila dari hasil pengamatan berdasarkan rumus
0,5n+1 nilai efikasinya (EI ) .:::_ 50% .
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari lima kali
pengamatan nilai efikasi insektisida nabati mimba , mimba : rerak
= 8:2, mimba
: rerak 6 : 4 ,
mi mba : rerak = 5 : 5, dan mimba : rerak = 4 : 6 (semua konsentrasi 2%) dan karbosulfan nilainya .:::_ 50% sehingga dapatlah dikatakan bahwa insektisida nabati rerak dan mimba pada konsentrasi tersebut efektif mengendalikan populasi kutu daun (aphid) (Tabel 2). lnsektisida nabati yang paling tinggi efektifitasnya ialah campuran mimba : rerak 8 : 2 konsentrasi 2% (89,8%) . Senyawa yang terdapat dalam minyak biji mimba dapat mematik an serangga, juga berpengaruh terhadap perkembangan serangga , antara lain berfungsi sebagai · a ntreeda ~· sehingga serangga tidak dapat berkembang denga n sempurna yang daoa: merna:
.-a~
serangga (Saxena eta!., 1980) . Menurut Grainge dan Ahmed (1987). mimba oers;..a: se:::>a;;a anti serangga A. gossypii. Selain itu ekstrak biji mimba juga menyebaoKar mcr:a 4as 'Tlenghambat perkembangan nimfa dan menurunkan fertilitas Myzus persicae K.os·,.,a,... .... : dan Harnoto, 2006) . Menurut Aminah et a!. (1999), rerak merupakan racun s s4e,.,...-:
l...
~
a,e-a
/
dapat menembus ke seluruh jaringan tubuh serangga seh ingga mematikan serar,gga se:a-a ermal maupun oral.
Tabel 4. Populasi aphid sebelum dan sesudah perlakuan 9 minggu PerlakuAn K Karbosul Mimba Rerak MR 82 MR64 MR 55 MR 28 MR46 -~
Minggu I Sblm Ssdh 292, 3 222,3 261 ,0 8,7 456 ,3 84 ,0 302,7 44,3 131 ,7 6, 0 262 ,3 40,3 140,7 52,7 290 ,0 34 ,0 261 ,3 56 ,7
Minggu II Sblm Ssdh 172,0 122, 0 9,7 2,0 86,7 82, 3 212, 0 156,7 24,7 43 ,7 135,3 105,3 168,7 101 ,3 107,3 105,7 72 ,3 25 ,0
~
20
Ming· u Ill Sblm Ssdh 35,3 41 ,0 18,7 2,7 69,7 20,3 73,7 27, 0 58 ,3 50,0 86,3 33 ,3 46 ,3 13,0 79,7 53 ,7 43 ,3 35,3
Minggu IV Sblm Ssdh 33 ,7 13.3 6,7 0,0 64,7 59 ,3 12,3 9,0 40,7 30,0 46 ,3 14,3 14,7 19,0 42 ,3 44,0 45 ,0 19,3
1,
~
Min~19U V
Ming~
Min~IQU
PerlaKuan
Sblm
Ssdh
Sblm
VI Ssdh
Sblm
u VII Ssdh
K
40,3
55,3
114,0
109,3a
89,3
69 ,3
Karbo Mimba Rerak MR 82 MR 64 MR 55 MR 28 MR46 CV(%)
0,7 40 ,3 15,0 21,0 40 ,0 19,3 102,3 22 ,3 71 ,01
0,0 35,7 14,3 7,0 19,0 10,3 61 ,7 20 ,0 80 ,03
0,0 29 ,0 44,0 11 ,7 33,0 17,3 80,3 10,3 37,48
0,0 c 14,0bc 42 ,3bc 6,7c 17,7bc 15,3c 71 ,7ab 5,7c 59 ,68
5,7 4 1, 3 99 ,3 9,3 43 ,3 56,0 61 ,3 29,7 56,78
0,0 25 ,3 55 ,0 4,0 19,0 21 ,3 38,3 25 ,3 63 ,81
Ming~u VIII I
Sbl m 135, 0 16,7 14,0 75 ,7 12,3 21 ,0 45 ,3 39 ,7 80 ,0 57,0 6
Ming~
Ssdh
Sblm 39 ,0
52 ,0 0,3 14,3 64 ,7 4,3 11 ,0 26 ,3 39 ,7 38,7 71 ,79
u IX Ssdh 50 ,0
1,0 25,0 109,3 7,0 26,0 10,0 39,7 48,0 71 ,74
0,0 11 ,3 80,3 9,0 15,3 31 ,3 59,7 36 ,7 91,5
Tabel 5. Nilai efikasi populasi dari perlakuan 8 minggu Perlakuan
Mg I
Mg II
Mg Ill
Mg IV
MgV
Mg
Mg
Mg
VI
VII
VIII
Mg IX
Rata-rata mgVmg IX
Karbosulfan
91 ,6
98,4
93 ,4
100
100
100
100
99,4
100
99 ,9
Mimba
62 ,2
32 ,5
50 ,5
-345,9
35 ,5
87 ,2
63,5
72 ,5
77 ,4
67 ,2
Rerak
80 ,1
-28,4
34 ,2
32 ,3
74 ,1
61 ,3
20,6
-24 ,4
-60 ,6
14,2
MR 82
97 ,3
64 ,2
-21 ,9
77 ,5
87,3
93 ,9
94,2
91 ,7
82 ,0
89 ,8
MR64
81 ,9
13,7
18,8
-7 ,7
65,6
83 ,8
72,6
78,9
69 ,4
74,1
MR 55
76,3
16,9
68 ,3
-42 ,8
81,3
86.0
69.3 1 49,.!
MR 28
84 ,7
13,4
-30 ,9
-232 ,6
-11 ,5
34 ~ 1 u. ,l
MR46
74 ,5
79 ,5
13,9
-45 ,0
63 . 8
9L-- 8
.
--
-~---
I ~
-
~:J..:! , ::
Perlakuan Kontrol
Produksi (gr/tanaman) 3,72
Karbosulfan
23,88
Mimba
15,69
Rerak
11 , 56
MR82
6,42
MR64
25,23
MR55
13,68
MR28
4,71
MR46
4,52
""" "' 21
i
3, A
1 23 ,~
-· ~.:
-- ~= ~·=
..!.::·,·=
I
-----
Tabel 6. Pengaruh insektisida nabati mimba da n reraK rerraaap
r
l ~as
-
~
5.t '_.
1- .,-I
=~.·=
Pengujian insektisida nabati mimba dan rerak terhadap hasil nilam tidak berhasil karena tanah sebagai media tumbu h ta naman nilam terserang penyakit layu bakteri. Telah dilakukan penyulaman berulang-ulang dan perlakuan bakterisida , tetapi tidak berhasil diselamatkan sehingga tanaman hasil penyulamanpun hanya berbobot ringan (Tabel 5).
Pengujian terhadap penggulung daun
Hasil uji skala rumah kaca diketahui bahwa formulasi campuran minyak kayumanis dan minyak seraiwangi dalam komposisi (8:2) memiliki toksisitas paling tinggi dengan kematian larva penggulung daun mencapai 67,30% atau 2,88% lebih tinggi dari toksisitas formulasi minyak kayumanis secara tunggal. Keadaan diatas juga menunjukkan bahwa formulasi campuran minyak kayumanis dan seraiwangi (8:2) dapat meningkatkan kematian larva penggulung daun P. Stu!ta!is sebesar 62,65% dibanding kematian alami pada kontrol, namun demikian efektifitas tersebut masih rendah 5,55% dibanding pemakain insektisida sintetis decis (tabel 7).
I abel 7. Mortalitas larva penggulung daun pada berbagai perlakuan Komposisi insektisida kayumanis dan Seraiwangi skala rumah kaca Perlakuan F-MK F-MS F-MK+MS (8:2) F-MK+MS (6:4) F-MK+MS (5:5) F-MK+MS (4:6) F-MK+MS (2:8) Decis 4 ml/1 • ,on/kontrol KK(%) eteran gan a.
Kisaran 58-71 46-67 56-74 55-68 37-46 41-52 40-55 67-75 3-&
I
I
Kematian (%) Rata-rata Peningkatan 64,42 cd 59,77 52, 15 be 47.50 62.667,30 d 58,25 c 53 .60 37.-42,20 b 45 ,61 b -+0.96 46,10 b 4Lr 72,85 d 68.20 4,65 a 15,78
Waktu kematian Gam) kisaran Rata-rata 36-72 5-tOO = 2.4 7 36-72 5-t. OO =2.6 1
(±) standar deviasi
b. Angka diikuti hurufya ng sama ti ap ko lom tidak berb eda nyata pacta tarafuji 5°o 0 1\l)..'RT . Dalam anali sa data di tranformas i ke arc sin ,J%
Berdasarkan hasil diatas dapat diasumsikan bahwa penca mpuran dan seraiwangi
untuk bahan
insektisida maksimal dalam
mr. c·
·~C.V'.!.M :: :::.::
komposisi (8:2 1 ,
oenggunan seraiwangi yang lebih tinggi akan menurunkan tingkat toksis'tas. Nakamura (1997), bahan aktif bio pestisida dapat berupa komposit dari beberapa bc"a il c:'!df, namun demikian komposisi yang kurang sesuai akan berdampak menurunkan tingkat ~ol-~ !s .Ies bio pestisida.
"" "'
22
Kalau diperhatikan lebih jauh (tabel 7), waktu kematian larva pada kedua dosis rata-ata berlangsung 36-84 jam, paling cepat pada perlakuan F-MK, F-MS dan F-MK+MS (8:2) .Jerlangsung 54 jam, hal ini berarti lebih lam bat 26 jam dibanding dengan kematian larva pada sektisida sintetis yang hanya berlangsung selama 28 jam. Kondisi tersebut disebabkan arena sistim toksit pada senyawa sinamaldehyde, sinamyl-alkohol dan Citronelal bersifat anti -orm onal yang mengganggu keseimbangan harmon dalam tubuh larva, hal ini bisa diketahui :ari indikasi antara lain aktifitas pergerakan menjadi lambat bahkan cenderung lim puh, sehi ngga kemampuan untuk menggulung daun sangat rendah, kulit tubuh mengalam i retak-etak, bahkan ada beberapa larva yang menunjukkan kegagalan molting. Menurut Borror eta/
:993); Chapman (1969) dan Yoshishara eta! (1980), pertumbuhan larva serangga dikontrol ·:.. .eh hormon Protorasikotropik (PPTH) yang dihasilkan oleh sel neurosekretorik dengan fungsi _.,erangsang kelenjer protorak dan corpora alata untuk menghasilkan harmon Ekdison dan : ~rve nil. Gangguan yang terjadi pad a harmon PPTH ataupun harmon Ekdison dan juvenil, .-nengakibatkan kematian, kegagalan molting, perpanjangan siklus, perobahan konsumsi ....,akan dan gangguan lainnya. Adanya gangguan hormonal pada larva P. stultalis secara nyata bisa terlihat dari 2r:!fitas larva dalam melakukan penggulungan daun tanaman. Pada formulasi camporan --yak kayumanis dan serai wangi (8:2), prosen penggulungan daun terjadi selama 9,85 jam,
r.:: ini berarti 4,60 lebih lambat dari keadaan alami (kontrol) yang hanya berlangsung selama 5,25 jam serta 3,55 jam lebih cepat dibanding proses penggulungan daun pada perlakuan sektisida sintetik decis yang berlangsung selama 13,40 j am (gambar 2). Hal diatas jelas enunjukkan bahwa semangkin tinggi daya toksisitas akan menurunkan aktifitas larva. ·1en urut Cheung et al (1989); Nakamura (1997), serangga yang luom car :<e.....,a"Ja"' a:<:::>a: :enggunaan pestisida akan mengalami : 1). Aktifi ta s menjad· 7
:;erakir dengan kematian, 2). Terjadi perobaha n mendasar pac:c: s's · emungkinkan terjadinya kekebalan.
~
. 23
-----= I W - .=
E'
~1 c ro
::J "0
c ro c
Ol
::J
:; Ol Ol
c
Q)
(l_
Perlakuan
Ill F-MK l!::l MK+MS/6:4 D MK+MS/2 :8
mn F-MS £21 MK+MS/5:5 IE Decis
13 MK+MS/8:2 liD MK+MS.'4 :6 G Kontrol
Gambar 8. Variasi lamanya proses aktifitas penggulungan daun oleh larva P. stultalis pada perlakuan minyak kayumanis dan seraiwangi
Dari uji lapangan diketahui bahwa formulasi terbaik pada skala rumah kaca (F-KM+MS- ·2) menyebabkan kematian larva penggulung sebesar 51,74% dalam jangka waktu 54 jam
= 2,45),
hal ini berarti terjadi peningkatan mortaliti larva 45,54% dibanding kontrol dan
_.5 ,71 % lebih rendah dari efektifitas insektisida sintetik decis dengan tingkat mortaliti larva ::enggulung daun mencapai 67,45% (tabel 8). Kalau dicermati lebih jauh pada tabel 1 dan 2, terlihat bahwa terjadi penurunan tingkat efektifitas pada perlakuan (F-KM+MS-8:2) sebesar 15,56%, sedangkan pada insektisida sintetik decis hanya mengalami penurunan efektifitas sebesar 5,4%. Terjadinya penurunan ·ngkat efektifitas pada perlakuan (F-KM+MS-8:2) disebabkan karena komposisi formulasi asih kurang stabil, sehin,_gga mudah terpengaruh oleh kond isi lingkungan (hujan dan :Jenyinaran tinggi) yang mengakibatkan liching (pencucian) atau terurai menjadi komponen ain. Dalam hal ini diduga penurunan efektifitas pada penguj ian skala lapang dipengaruhi oleh curah hujan yang dinilai relatih tinggi. Menurut Nakamura (1997); Cheung et al (1 989), efektifitas suatu pestisida terletak dari komposisi formulasinya, ketepatan komoosisi antara Jahan aktif, pelarut dan pembasah akan memberikan efek sangat bagus terhadap efe:
~
.. 24
_..., ~1
8. Mortalitas larva penggulung daun pada berbagai perlakuan Komposisi insektisida kayumanis dan Seraiwangi skala lapang
Kisaran 45-56
F-~-IK+MS
Waktu kematian (jam) kisaran Rata-rata 48-84 66,00 ± 2,45
Kematian (%) Rata-rata Peningkatan 51 ,74b 45,54
Perlakuan
~) ~~.is
4 ml/1
~ :-n kontrol r..·.- 01) ~-...1 ' O
~o::~rangan
64-70 4-11
1
I
67,45 c 6,20 a 11,79
61,25
28,00 ± 2,76
12-48 acak
I
I
I
=) stan dar deviasi -'vlgka di ikuti huruf yang sama ti ap kolom tidak berbeda nyata pacta taraf uji 5% DMNRT am ana li sa data di tranfonnasi ke arc sin --J%
::lengujian formulasi pestisida nabati berbahan aktif eugenol dan sitronela untuk en gendalikan Spodoptera litura =::oulasi Spodoptera litura sebelum aplikasi Berdasarkan hasil pengamatan minggu ke satu sebelum aplikasi populasi S. litura :ada perlakuan insektisida nabati yang diuji rata-rata antara 15,50-27 ,0 ekor, sedangkan pada rol mencapai 47 ,50 ekor. Populasi S. litura pada semua perlakuan insektisida nabati yang ·: ...Jji cenderung menunjukkan perbedaan dengan kontrol. Pengamatan minggu ke dua sebelum aplikasi terjad i pen urun an jumlah populasi S. ·ura ya itu antara 13,0-23 ,25 ekor, juga pada kontrol menurun se hingga popu lasinya mencapai -=. ~ ekor, namun demikian perlakuan insektisida nabati yang diuji se
a rn asi., ce"ce'"t.."g
....,enunjukkan perbedaan dengan kontrol. Pengamatan minggu ke tiga dan ke empa 1sektisida nabati yang diuji mengalami penurunar .
a 1:a:a
OOu1aS
ra~a-·a:a
::;,:=;asa i a::::::
s=z-~ a ~=~~ =
~
,> ·A
.0- 15,50 ekor, sedangkan pada kontrol yaitu menca:Ja
:::engamatan tersebut perlakuan insektisida nabat
/a~;;
-: :-_'"J C<J.: ::_a::-
: ari kontrol dan cenderung menunjukkan perbedaa Pengamatan minggu ke lima dan ke ena a'1tara 12,50-14,50 ekor dan 13,75-22 ,50 ekor. seaa!'lg·-:a,.., L5 ,50 dan 31,25 ekor. Walaupun demikian kedua pel"lga"'a:a~
:e-sst:J:
·: ·::: -.:. ~:: .
.5
erlakuan insektisida yang diuji semuanya masih lebin re'laan can :-; ::.J~-: . --....,enunjukkan perbedaan dengan kontrol (Tabe l 9).
~
" 25
Tabel 9. Populasi S. litura sebelum diaplikasi dengan insektisida nabati pada tanaman cabe.
I
Perlakuan/ Konsentrasi Nilam 10 cc/1 Serai wangi 10 cc/1 Serai dap_ur 10 cc/1 Cengkeh 10 cc/1 Pala 10 cc/1 E. benzoat 5% 1 cc/1 Kontrol
1 25,50 27 ,00 15,50 26 ,50 20,00 19,30 47,50
Popu lasi rat a-rata (ekor) minggu 4 2 3 13,00 12,75 12,25 21 ,75 11 ,00 11 ,50 18,75 11 ,00 12,25 21 ,00 16,00 15,50 22,25 13,75 13,25 15,75 12,75 23,25 41 ,00 27 ,75 26,00
ke .. . 5 13,75 14,50 13,50 13,75 14,25 12,50 25,50
6 16,50 22,50 21,50 17,50 21 ,50 13,75 31 ,25
Populasi S. litura setelah aplikasi Hasil pengamatan pada minggu ke satu dan ke dua setelah aplikasi populasi S. litura rata-ratanya hampir sama pada perlakuan insektisida nabati yang diuji yaitu berkisar antara 4,75-11 ,50 ekor dan 4,25-12,25 ekor, sedangkan pada kontrol sebesar 36,75 ekor dan 35,25 ekor. Dari kedua pengamatan setelah aplikasi tersebut perlakuan insektisida yang diuji semuanya cenderung menunjukkan perbedaan dengan kontrol.
Pengamatan minggu ketiga dan keempat setelah aplikasi populasi S. litura menurun yaitu pada perlakuan insektisida nabati yang diuji berkisar antara 5,0-7,50 ekor dan 4,50-6,0 ekor, tetapi pada kontrol kedua pengamatan tersebut adalah 20 ekor dan 25 ekor. Dari kedua pengamatan tersebut perlakuan insektisida yang diuji cenderung menunjukkan perbedaa dengan kontrol. Pengamatan minggu ke lima dan ke enam sete la'"' ao -<:as ::::_as ..)
uu1c . :: "::-
ratanya masih rendah pada perlakuan insekstisida 4, 50-7 ,50 ekor dan 7,0-11 ,25 ekor, seda ngkan pada
:rcr :.e-c ua
mencapai sebesar 21 ,50 ekor dan 26,25 ekor. Wa laup diuji pada kedua pengam~tan tersebut cenderu ng menunJ (Tabel 10) . Berdasarkan nilai Ei dari empat kali pengamata n tera insektisida nabati yang diuji dan insektisida sintetis berba han sem uanya efektif terhadap S. litura , rata-rata nilai Ei untuk perlakua11 "Se.·-: s::a ~.a':-:: diuji berturut-turut : nilam 79,47%, serai wangi 71,91%, serai dapur 74.87% , ceng':~:t 1?- ~~ pala 68,39% dan sebagai pembanding Emamektin benzoat 5% 73,57%.
"" Q
26
=
Tabel 10. Populasi S. litura setel ah diaplikasi dengan insektisida nabati pad a tanaman cabe . 1 Perlakuan/
Nilam 10 cell Serai wangi 1 0 cc/1 Serai dapur "0 cc/1 Cengkeh • J cc/1 =>ala 10 cc/1 =. benzoat 5% 1 cc/1 :-<.antral ~et e rangan
7,0
Ei (%) 73 ,3
Ratarata Ei(%) 79,4
75 ,5
11 ,2
57 ,1
71 ,9
5,7
73 ,2
7,7
70,4
74 ,8
76
5,7
73 ,2
7,5
71 ' 1
72 ,2
4 ,5 5,2
82 79
7,5 5,2
65 ,1 75 ,5
9,7 5,0
63,9 80 ,9
68 ,3 73 ,5
25
0
21 ,5
0
26,2
0
0
11 ,5
Ei (%) 68 ,7
Populasi rata-rata (ekor) , minggu ke ... Ei ' 3 4 Ei Ei 5 Ei (%) (%) (%) (%) 4 ,2 79 ,7 4 ,5 87,9 6,5 67, 5 4,7 82
7,5
79 ,5
7,0
80 ,1
5,0
75 ,0
5,0
80
5,2
4 ,7
87 ,0
7,2
79,4
5,2
73 ,7
4 ,5
82
8,0
78 ,2
9,7
72 ,3
6,2
68 ,7
6,0
10,5 8,0
71,4 78 ,2
10,0 12,5
71 ,6 65 ,2
7,5 8,2
62 ,5 58 ,7
36 ,7
0
35 ,2
0
20
0
Konsentrasi ~
2
----·- -
6
:-Rata-rata Ei = Y2 n + 1 dari pengamatan terakhir - Ei (%) = kontrol - perlakuan insektisida X 100% Kontrol - Nilai Ei yang efektif ~ 50%
=>ersentase kerusakan tanaman cabe akibat S. litura Berdasarkan hasil pengamatan minggu ke satu , kerusakan tanaman cabe akibat S . litura pada perlakuan insektisida nabati yang diuji kel ihatan ha mpir sa ma yaitu berkisa r antara 22,50 sampai 26,25%, sedangkan pada kontrol me nca pai se besar 27.50°'o uan ca:a nas pengamatan pada perlakuan insektisida nabati yang diuji cenae".... 'lg i.lda~ perbedaan dengan kontrol. Pengamatan minggu ke dua dan ke tiga , kerusakan ta'la'T'a" cabe a· : ·a: S oerlakuan insektisida nabati yang diuji semuanya naik yaitu antara 28 75-35.m;, da_-L ::.3.'c---:;.:etapi pada kontrol mencapai sebesar 4 1% dan 45%. Dari hasil Ke /
ffura pada perlakuan insektisida nabati yang diuji semuan1 a ce:-'::s~~•;;; oerbedaan dengan kontrol. Pengamatan minggu ke empat dan ke lim a, kerusa ... ar. i:a ri a ~-::::.:-~ :: engalami penurunan walaupun tidak terlalu drastis , ya
i ....
ce.
23,75-28 ,75% , sedangkan pada kontrol mencapai se:Jssa~ ~3. T.: data pengamatan tersebut
perlakuan insektis1da ~a:::·
:::>erbedaan dengan kontrol. Pengamatan minggu ke enam , ker... sa· a:erlakuan insektisida nabati yang diuji rne~;;a·. a38 ,75% sedangkan pada kontrol mencaoa .::J :an aman akibat S. litura, perlakuan inseK: st::a :~en gan
koi:trol (Tabel11) .
. . . .,,-
abel 11. Persentase kerusakan tanaman cabe akibat S. Litura Kerusakan tanaman rata-rata per petak (%), minggu ke ... Perlakuan/ ., .) :.:.onsentrasi 4 5 6 7 1 2 25 a 35 ab 25 b 33 a 20 b :'\ilam I 0 cc/1 35 b 30 b 25 a 31 ab 27 ab 38 a 20 b 33 ab 33 b Sera i wangi 10 cc/1 20 b 28 b 23 b 35 a Serai dapur 10 cel l 22a 35 ab 33 b Cengkeh 10 cell 25 a 34 ab 31 ab 28 ab 32 a 12 b 33 b Pala 10 cc/1 26 a 28 b 34 b 31 ab 25 b 32 a 15 b 23 b E. benzoat 5% I cc/1 21 a 35 ab 27 a 12 b 30 b 33 b 27 a 41 a 43 a 37 a 40 a :...:.ontrol 45 a 37 a . _ngka yang ddikuti huruf sama pada kolom yang sam a tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji DMRT
8 15 20 15 15 12 10 36
be b be be be c a
Pengujian formulasi pestisida nabati berbahan aktif eugenol, cinamaldehida dan sitronela untuk mengendalikan Tetranychus sp Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua formula pestisida nabati yang diuji mampu rn embunuh tungau Tetranychus spp dengan mortalitas berkisar 64.00 - 81.33 persen (Tabel 9).
Dari delapan jenis pestisida nabati yang diuji
terlihat bahwa minyak kayumanis
rne nyebabkan mortalitas tertinggi dan konsisten pada pengamatan 24 , 48 dan 72 jam setelah aplikasi. Usa) . Minyak cengkeh dan seraiwangi juga potensial karena menyebabkan mortalitas > 70 persen pada 72 jsa. Sementara itu , kombinasi cengkeh dan serai wangi (CEES) maupun
:engkeh dengan kayumanis (CEKAM) bekerja agak lambat dan baru menyebabkan mortalitas -5 .33 dan 70.67 persen berturut-turut pada pengamatan 72 jsa . 'ormula
tersebut
dapat
dipertimbangkan
untuk
Dengan demikian kelima
direkomendasikan
guna
pengendal ian
Te tranychus sp.
Tabel 12. Mortalitas tung au T ertranychus spp oleh pestis ida nabatL No 1
2 3
4 5 6 7 8 9
Perlakuan Akarwangi Cengkeh Nilam Seraiwangi Kayumanis CEES CEKAM Fenpropathrin Kontrol
/
24 jam 55.33 72.67 44.00 68.67 70.00 64.00 45 .33 53.33 0
I
Mortalitas t:!~) 48 jam . ~ 65 33 -2 6"""' 50.66 69 .33 75 .33 66 .67 65 .33 59.33 0
i2 j~7J
6-:1~= --, · !. 6
6!;
---!2(;
L~
6
8L~3
I
15_33
I I
t 0i5f
l
..
~s~ _-: o ~
C•
Pengujian formulasi pestisida nabati berbahan aktif eugenol dan sitrone la un mengendalikan Diconocoris hewetti Penelitian pendahuluan formula pestisida nabati berbahan aktif kombinasi minyak sereh wangi dan lengkuas dengan perbandingan 1:1 dan 2:1 masing-masing pad a 8 tingkat onsentrasi menunjukkan bahwa konsentrasi optimal pestisida untuk diuji lebih lanjut di tingkat ::8ang adalah 1.5% . Pada tingkat konsentrasi tersebut kedua formula pada 24 hari setelah
28
perlakuan masing-masing mampu membunuh 70 dan 75% serangga uji dan pada 48 hsp mortalitas masing-masing meningkat menjadi 85 dan 90%. (Tabel 13). Tabel 13. Rata-rata mortalitas D. hewetti pada uji formula pestisida berbahan aktif kombinasi minyak serehwangi dan lengkuas pada 81 tingkat konsentrasi No
1
Formula
Serehwangi : lengkuas 1 : 1
I I I
2
Serehwangi : lengkuas 1 :2
Konsentrasi Uji (%)
0.00 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 1.75 2.00 0.00 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 1.75 2.00
Rata-rata mortalitas
24 hsp Oa Oa 20 b 50 c 60 d 70 d 70 d 100 e Oa Oa 10 b 60 c 65 c 80 d 90 d 100 e
1 hsp Oa Oa 20 b 45 c 60 cd 65 cd 70 d 100 e Oa Oa 10 b 50 c 60 c 75 d 90 e 100 f
48 hsp Oa Oa 20b
SOc 65d 85e 80e 100f Oa Oa 20 b 60 c 70 c 90 d 90 d 100 e .
Hasil aplikasi formula pestisida nabati berbahan aktif minyak serehwangi dan lengkuas di kebun lada petani menunjukkan hasil yang menjanjikan. Pengamatan mortalitas serangga uji pada 1 jam seteleh aplikasi serta pada ting~at o
s=:
rnenun iuo
kedua formula berhasil membun uh rata-ra~a -s= : se·a n;;::: '..f, se::a:-.; ffi:-:a . as pada perlakuan deltametrin adala h 65%. Per;ga'la:a:~. 9::::;:: n asu
c-=-
:: ~:::
Data ini tidak berbeda nyata dengan daia ::>a::a c-=ria
efektif dipergunakan untuk mengendalikan
1 : ;:·-
:: i:
o. he;-.~e ...
Pengamatan toksisitas formu la pestis oa ;; ::.:: bukan sasaran yang hidup dan berasos ias jelas. Hal ini disebabkan karena popu lasi car : :ver::.:.:3. ·~-=:s:-'=setelah aplikasi hanya ditemukan beberapa e-:c.r ss: a 7i.;;a _ Formula berbahan aktif serehwa ng i da- e-; membunuh 2 ekor laba-laba srigala (Lycosidae
3 e
hanya 1 ekor semut rangrang (Oecophylla smaragdina aktif serehwangi dan lengkuas dengan perband inga
.. 2
(Locusta migratoria) , 4 ekor semut hitam (Dolichoderus sp).,
"" piperis), dan 1 ekor jamping spider (Salticidae) (Lophobaris 29
,.......
__ _
a
_...,
1 eKor ;>eil~~e·e ·
...
:a::a .!.:; r.:-
·- ·-=-.. ------== -·==
setelah aplikasi menunjukkan bahwa tingo
deltametrin. Hasil penelitian ini me ngind'Kas "'an
se'a--~~a
Gambar 9. Pemindahan serangga uji dari tempat pemeliharaan 'ke kurungan serangga yang akan digantungkan pada tanaman lada
Gambar 10. Penyemprotan formula pestisida nabati pada tajuk tanaman lada ?
Gambar 11. Pengamatan serangga-serangga bukan sasaran yang mati dan jatuh pada bentangan kain setelah penyemprotan pestisida uji
30
KESIMPULAN
•
Konsentrasi mimba optimal pad a formula umpan beracun adalah 10%, formula yang dianggap terbaik adalah campuran atraktan dengan mimba, data intensitas serangan pada mangga belum diperoleh , menunggu panen raya mangga di lapangan
•
Formula insektisida nabati (mimba : rerak = 8:2) merupakan formula terbaik yang mempunyai nilai efikasi sekitar 90% , hampir menyamai insektisida sintetis
•
(karbot~.,;ra
Semua insektisida nabati konsentrasi 10 cc/1 yang diuji efektif mengendalikan S 7ura pada tanaman cabe dengan nilai Ei lebih besar dari 50%, juga dapa kerusakan akibat S. litura antara 51-78,5% .
•
Formulasi pestisida nabati berbasis cengkeh , seraiwang i dan kayumar .s e&e ~: pengendalian Tetranychus spp karena mampu menimbulkan kematian > - o% oada -2 jsa.
Kinerja terbaik dijumpai pada minyak kayumanis yang mampu menyebabkan
mortalitas 81 .33 persen pada 72 jsa. •
Formulasi campuran minyak kayumanis dan minyak seraiwang i dalam komposisi (8:2) merupakan hasil terbaik untuk menekan populasi penggulungan daun P. stultalis.
•
Formula pestisida nabati berbahan aktif minyak serehwangi dan lengkuas pada perbandingan 1:1 ataupun 1:2 di kebun lad a petani menunjukkan hasil yang baik.
PERKIRAAN DAMPAK HASIL KEGIATAN
Dengan semakin berkembangnya slogan Back to Nature maka penggunaan produk :)estisida nabati akan semakin berkembang dan dibutuhkan masyarakat luas.
Manfaatnya
ad alah dengan menggunakan produk pestisida nabati , selain produknya relatif aman Jikonsumsi , juga lingkungan lebih terjaga . ?
DAFTAR PUST AKA gra.B. 2002 . Plantation of Patchaouli . http://translate.google .co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.bota t/plant02.htm&sa=X&oi=translate&resnum=1 &ct=result&prev=/searc ancla%2Bstultalis%26hi%3Did. Accses 25-01-2009, jam 23 .15 -"a roni , Y.; Stadelbacher, G. J. The toxicity of acetaldehyde vapors to postharves: :JaU..:·fS.L:: of fruits and vegetables. Phytopathology 1973, 63, 544-545 . .;sman, A. 1998. Diversifikasi produk cengkeh sebagai pestisida nabati. RUT III. Kerjasama antara Menristek dan Balittro.
Lapora n Pene ~c c:
3ullerman, LA., F.Y. Lien and S.A. Seir. 1977. Inhibition o crowd and aflatoxin protection cinnamon and clove oil. Cinnamomy and eugenol. Y.Fd. Sei. 42: 1107- 1109 .
....
r" -ristopher, S.R. 1960. Aedes aegypti (L), the yellow fever mosquito. Cambridge University, London. 27 pp.
31
Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004. Nil am. Statistik Perkebunan Indonesia. 2001-2003. 23 hal. Dummond, H.M., 1960.Patchouli oil. Journal of Perfumery and Essential Oil Record. 484-492 p. Ginting, C.U, A. Djamin dan Hartanta. 1995. Efikasi berbagai konsentrasi emulsi ekstrak daun nimba (Azadirachta indica) dan daun Mindi (Melia azedarach) terhadap Sentothosea asigna. Jurnal penelitian kelapa sawit. Vol.3. No.2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Hal 119-125. Grainge, M. and S. Ahmed. 1988. Handbook of Plants with Pest Control Properties. John Wiley and Sons. 470 pp. ill, D.S. and J.M. Waller. 1988. Pests and Diseases of Tropical Crops. Handbook. Longman Group (FE) Ltd. Hongkong. 432p.
Vol. 2.
Field
-l uang, 1990. The Plant toxic for botanical inscticide. Journal of the Entomological Society of Southern Africa 38: 125-155. Ibnusantosa, G., 2000. Kemandegan pengembangan minyak atsiri Indonesia. Makalah disampaikan pada seminar "Pengusahaan Minyak Atsiri Hutan Indonesia". Fak. Kehutanan IPB Darmaga Bogar, 23 Mei 2000.21. :ohn, H. B. , C. L. James. 2000. Effect of botanical extract on the population density of fusarium oxipomum in soil and control of fusarium will in the greenhouse. Plant disease. Vol 84. no.3 : 300 - 304 2rdinan, A., T.L. Mardiningsih, Adria dan S. Suriati. 2009. Produk pestisida nabati berbasis tanaman biofarmaka dan aromatic yang efektif menekan serangan hama nilam, menurunkan kerusakan buah dan mengendalikan nyamuk demam berdarah. Laporan hasil penelitian. Balittro, 60 hal. 'ardiningsih, Tri. L., Triantoro, S.L. Tobing dan S. Rusli 1995. Patchouli oil products as insec: repelllent. Ind. Crops Res. Journal Vol. 1 (3): 152- 158. - ------------------ dan Deciyanto Soetopo. 1999a. I nventarisasi (Homoptera: Aphidoidea) pada beberapa tanama n rempan cc: Seminar Nasional "Peranan Entomologi da lam P en~e Lingkungan dan Ekonomis di Bogar, 16 Pebrua ri 1999. - ------------------- dan Deciyanto Soetopo. 1999b. Biolog· A.rs ;:::s... dan preferensinya pada beberapa tana man rer!Jc" Seminar Biologi Menuju Milenium III, Fa kultas Bio oc ' uG ... ··athew. G. 2006. An inventory of Indian Pyra lids (Le::>ido::n:e12: t--)•;:: edition). Vol. 21 nomor (5). Zoo outreach orgarisctior-. ~= · J- ;~2- ~~ =s http: /(www .zoosprint.org/ZooPri ntJournal, 2006 2009 jam 22.45 atawigena, H. 1988. Dasar-dasar Padjadjaran . Bandung. 118 hal.
perlin dunga n tanaman.
Fa
Fe;u:;-i:=-
obin, S.R.J., 1982. Selected market for the essential oils of patchou li and vetiver. Tro::>1ca ProduQt Institute Ministry of Overseas Development. Great Britain G. 167: 7-20 .
. 32
Soehardjan, M. 1994. Konsepsi dan strategi penelitian dan pengembangan pestisid nabati. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogar. Hal. 11 - 18. -ukimin, S.W. 1997. Pengaruh ekstrak biji nimba (Azadirachta indica) terhadap mortalitas dan keperidian kutu Myzus persicae Sulz pada tembakau. Prosiding Kongres Perhimpunan Entomologi Indonesia V dan Symposium Entomologi.
:!ee H.T and Ho S.H. 2003. Contact Toxicity and Repellency of trans-Anethole a'"'c Cinnamaldehyde to 8/atte//a germanica (L.) Department of Biological Sciences, Nacon a University of Singapore. 4 p. ·.uryadi,S.1994. Entomologi kedokteran. Buku kedokteran, Jakarta, hal. 59 -1 05.
?
.:.
~
33