KHASIAT JAMU CEKOK TERHADAP PENYEMBUHAN DIARE PADA ANAK Marni Akper Giri Satria Husada Wonogiri 081804414144,
[email protected] ABSTRAK Anak usia dibawah lima tahun sering mengalami diare, yang mengakibatkan berkurangnya asupan nutrisi sehingga berat badan menurun atau kurang dari usianya. Ada cara yang mudah dan murah untuk mengatasi diare pada anak, yaitu dengan pemberian jamu cekok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan ramuan jamu cekok serta manfaatnya terhadappenyembuhan diare pada anak. Metode penelitian yang digunakan metode penelitian kualitatif. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampel. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam kepada orang tua yang memberikan jamu cekok pada anakanya,dukun bayi/tukang jamu, herbalis dan petugas kesehatan. Penelitian dilakukan pada bulan maret sampai dengan Juni 2014, di wilayah Puskesmas Selogiri. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini didominasi oleh pendekatan kualitatif, Seluruh rangkaian dan cara kerja ataupun proses penelitian kualitatif ini berlangsung secara simultan (serentak) dilakukan dengan bentuk pengumpulan, pengolahan, dan menginterpretasikan sejumlah data dan fakta yang ada dan selanjutnya disimpulkan dengan metode induktif. Hasil Penelitian : Ramuan jamu cekok yang digunakan untuk penyembuhan diare pada anak adalah temulawak (curcuma xanthorriza robx), kunyit (curcuma domestica val),daun jambu biji(Psidium Guajava L). Alasan orang tua memberikan jamu cekok adalah khasiat jamu yang sangat efektif untuk menyembuhkan diare, dan efek samping yang ditimbulkan lebih sedikit dibanding obat-obat kimia. Kata Kunci: jamu cekok, diare, anak.
PENDAHULUAN Masa anak merupakan masa emas dimana tahap pertumbuhan dan perkembangan sangat optimal atau yang sering dikenal dengan istilah “brain growth spurt” atau masa emas pertumbuhan otak, terutama pada usia 1 – 5 tahun.
Pada masa tersebut akan terjadi
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, termasuk tingkat kecerdasan anak. Untuk mencapai proses tumbuh kembang yang optimal dipengaruhi oleh faktor Internal dan faktor eksternal.
Faktor internal
seperti usia, jenis kelamin dan keturunan, sedangkan faktor
eksternal misalnya lingkungan, status sosial ekonomi, dan nutrisi. Apabila faktor tersebut tidak seimbang atau tidak optimal maka pertumbuhan dan perkembangan anak akan mengalami gangguan. Selain penurunan nafsu makan, sebenarnya ada faktor lain yang sangat berperan, yaitu kebersihan diri dan lingkungan, seperti kebersihan sarana air bersih yang dikonsumsi, anak tidak cuci tangan sebelum makan, lingkungan kumuh dan sebagainya, yang mengakibatkan timbulnya infeksi pada anak, seperti diare. Diare akan mengakibatkan berat badan menurun, penyebab utama rendahnya nafsu makan pada anak, dan kurang berfungsinya proses
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
25
pencernaan zat-zat gizi dan metabolisme.Diare bisa terjadi karena adanya keracunan makanan atau gangguan pencernaan. Anak yang makannya mengandung bakteri bacillus atau enterotoksin dari endospora bakteri. Endospora yang terdapat pada makanan tidak dapat dimatikan sepenuhnya oleh panas selama proses pemasakan makanan (Maksum, 2011). Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengoptimalkan tumbuh kembang bayi dan anak sangat optimal. Melalui dinas kesehatan setempat, yang dijalankan oleh puskesmas di masing-masing wilayahnya, selalu dicanangkan upaya menjaga kesehatan, jumat sehat, sabtu bersih dan penyuluhan tentang pencegahan terhadap penyakit, cara cuci tangan yang benar, posyandu balita yang melayani pemeriksaan kesehatan secara berkala pada anak balita dan berbagai kegiatan lainnya. Walaupun usaha yang dilakukan oleh pemerintah sudah sangat optimal, tetap saja angka kejadian diare masih tinggi. Diare adalah frekuensi buang air besar lebih dari biasanya, lebih dari 3 kali sehari, dengan konsistensi encer atau setengah padat. Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di Negara Berkembang. Menurut WHO, Sekitar 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2, 2 juta diantaranya meninggal dunia, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun (Adisasmito, 2007).Untuk itu perlu kerjasama dengan semua pihak sangat diharapkan, misalnya penyediaan air bersih, penyediaan sarana prasarana untuk cuci tangan seperti sabun, air mengalir dan sebagainya. Selain usaha tersebut, ada juga cara yang mudah dan murah untuk mengatasi diare, yaitu dengan pemberian jamu cekok. Jamu cekok mampu meningkatkan nafsu makan, serta menyembuhkan mencret, perut kembung, cacingan, batuk dan pilek (Limananti, 2003). Selain meningkatkan nafsu makan, jamu cekok tersebut bisa meningkatkan kesehatan, menyembuhkan beberapa penyakit ringan seperti kembung, mencret dan lain sebagainya. Kemudahan lain yang diperoleh dari ramuan jamu cekok tersebut adalah cara membuat ramuan jamu cekok tersebut mudah dilakukan, alat yang dipakai sederhana, serta bahan untuk ramuan jamu ada di pekarangan rumah, tukang sayur keliling, atau di pasar. Selain alasan diatas, penggunaan jamu tradisional karena efek samping nya sedikit atau bahkan tidak ada, sehingga digemari oleh masyarakat modern (Nugrahaningtyas, 2005). Istilah cekok mengacu pada cara pemberian jamu. Jamu cekok adalah jamu tradisional yang digunakan oleh masyarakat secara turun temurun
lebih dari tiga generasi, yang
diberikan dengan cara dicekok (dicangar / diperaskan kedalam mulut anak), yang bermanfaat untuk meningkatkan nafsu makan, meningkatkan daya tahan tubuh dan menyembuhkan penyakit.
Alasan orangtua memberikan jamu cekok adalah karena anak menolak untuk
minum jamu / minum obat, sehingga orang tua memaksanya dengan dicekok supaya jamu 26
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
bisa masuk daripada penyakit bertambah parah. Berdasarkan masalah diatas, maka tulisan ini bertujuan untuk: megetahuikandungan ramuan jamu cekok serta manfaatnya terhadap penyembuhan diare pada anak.
METODOLOGI Metode penelitian yang digunakan adalah kualitaif, pengambilan sampel dengan purposive sampel. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam (in dept interview), observasi. Penelitian dilakukan dari bulan Maret 2014-Juni 2014, di Wilayah kerja Puskesmas Selogiri. Wawancara mendalam dilakukan kepada 9 informan yang terdiri dari 6 informan yang memberikan jamu cekok kepada anak balitanya, sebagai informan tambahan adalah informan kunci dukun bayi / pembuat jamu cekok. Petugas kesehatan, apoteker dan herbalis. Observasi dilakukan pada persiapan dan cara membuat jamu cekok, serta eksperimen terhadap anak yang sedang diare untuk diberi jamu cekok. Analisa data dilakukan secara deskriptif kualitatif, juga memanfaatkan referensi yang relevan terutama penelitian yang terdahulu dalam bidang farmasi dan antropologi kesehatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hampir semua informan menyatakan bahwa jamu cekok adalah pengobatan tradisional yang bahannya terbuat dari alam, dan dapat menyembuhkan mencret / diare, panas, batuk, pilek, dan khususnya meningkatkan nafsu makan. “ Cekok itu metode meminumkan jamu kepada anak, dengan cara mulut anak dicangar (dipaksa dibuka) lalu jamunya diperaskan kemulut anak, sehingga anak terpaksa menelan meskipun rasanya pahit(informan kunci tenaga kesehatan).Pemberian jamu dengan dicekok/dicangar biasanya hanya berlaku untuk anak yang menolak untuk minum jamu / minum obat. Jamu cekok dibuat oleh orang tua / dukun bayi, atau tukang jamu. Pada dasarnya tidak ada keharusan siapa yang boleh membuat jamu cekok, yang penting cara membuatnya benar dan higienis. Rata – rata orang tua tidak membuat sendiri jamu cekoknya, mereka lebih mempercayakan ke tukang jamu / dukun bayi, dengan alasan tidak tahu bagaimana cara membuatnya. Dari 6 informan, ada 3 yang membuat sendiri
jamu cekok.Informan 1
mengatakan bahwa dia tahu / bisa membuat ramuan dari tivi/ tabloid dan baca buku, alasan memberikan jamu cekok karena anaknya tidak mau minum obat, sehingga dari pada diarenya tidak sembuh-sembuh diberi jamu cekok. Informan 1 membuat jamu cekok yang sederhana, yaitu kunyit dan temulawak, tujuannya untuk mengobati diare anaknya. Sedangkan informan kunci 4 dia membuat sendiri ramuan jamu cekok karena tahu dari nenek moyangnya dulu. SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
27
Menurut informan kunci dukun bayi bahan / empon-empon yang sering dipakai untuk membuat jamucekok adalah kunyit, temulawak (curcuma xanthorriza robx), temu ireng(Curcuma Aereginosa), temu giring (Curcuma Heyneana), tempe bosok,lempuyang emprit (zingiber aromaticum),, dawung, daun jambu biji (Psidium Guajava L), sambiloto (andrographis paniculata ness),dan inggu.Sedangkan menurut informan 1 bahwa dia memberikan ramuan jamu cekokyang sederhana untuk mengobati diare anaknya, yaitu dengan kunyit dan temulawak. Untuk pengobatan, empon-emponyang dipakai adalah bagiam empu, karena bagian ini merupakan bagian utama dari empon-empon yang ukurannya besar dan bisa menumbuhkan tunas, kandungannya lebih pekat sehingga baik untuk pengobatan. Sedangkan bagian rimpang (cabang dari empu) kandungannya tidak sepekat empu, tetapi masih bisa digunakan untuk pengobatan. Jamu cekok berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit dan meningkatkan nafsu makan. Penyakit yang sering diobati dan sembuh dengan pemberian jamu cekok adalah diare, panas, batuk, pilek, kembung, dan masuk angin.
Jamu cekok berkhasiat terhadap
penyembuhan diare. Tanaman obat yang berperan adalah kunyit,temulawak dan jambu biji. Menurut Suharmiati dan Mulyanidalam Zulaikha (2005) jenis tanaman yang berkhasiat untuk menyembuhkan mencret adalah kunyit, temulawak dan jeruk nipis (Citrus aurantia L). Bahan jamu yang juga bermanfaat terhadap penyembuhan diare adalah kunyit (Curcuma domestica). Tanaman obat sejenis empon-empon ini sering digunakan secara turun-temurun sebagai obat mencret, radang, sakit perut dan sebagainya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jain dkk (2007) bahwa ekstrak kunyit menunjukkan efek antiinflamasi, antibakteri, antioksidan, antiulkus dan gastroprotektif. Penelitian lain yang dilakukan oleh Limananti (2003) bahwa kunyit mempunyai sifat mengobati gangguan lambung (stomakhikum), merangsang keluarnya gas diperut (karminativum), dan memiliki zat antiradang, sehingga dapat digunakan untuk mengobati perut kembung, mencret dan sebagai zat anti radang. Penelitian yang telah dilakukan oleh Warnaini (2013)menunjukkan bahwa ekstrak kunyit memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Baccilus dan Shigella dysentriae. Menurut Maksum (2011) bahwa diare pada anak disebabkan adanya bakteri baccilus atau enterotoksin dari endospora bakteri.Sehingga pada anak sakit baik diberikan kunyit untuk mengobati diarenya. Unsur-unsur pada kunyit akan lebih stabil bila bertemu dengan zat asam, sehingga sebaiknya pengolahan kunyit diberikan asam sedikit untuk menstabilkan zat-zat pada kunyit.
28
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
Kandungan temulawak yang berfungsi sebagai anti peradangan dan antiinfeksi mampu menyembuhkan infeksi pada anak yang mengalami diare. Informan 1 mengatakan bahwa dengan memberikan temulawak dan kunyit pada anak yang mengalami diare, dalam satu hari sudah terlihat hasilnya. Alasan ibu memberikan jamu dengan dicekok karena anak sulit minum jamu, dari pada penyakitya tambah parah lebih baik dicekok agar jamu bisa masuk. Penelitian lain yang mendukung adalah Afifah & Tim Lentera (2004) yang mengatakan bahwa temulawak juga memiliki efek farmakologis zat aktif sebagai antiinflamasi (anti peradangan) dan menghambat edema (pembengkakan), Selain kandungan kurkuminoid pada temulawak bersifat menetralkan racun, sehingga bisa menghentikan diare. Tanaman obat lain yang juga berkhasiat menyembuhkan diare adalah daun jambu biji. Jambu biji (Psidium Guajava L) merupakan tanaman obat asli Indonesia sangat dikenal sejak nenek moyang. Secara turun temurun daun jambu biji diyakini bisa menyembuhkan diare, sariawan, diabetes, keputihan dan luka bakar. Daun jambu biji mengandung minyak atsiri, lemak, damar, garam-garam mineral, triterpenoid, flavonoid yang diyakini berkhasiat menyembuhkan diare. Menurut Sukardi, dkk (2007) Jambu biji banyak mengandung tanin, kuersetin, guayaverin, leukosianidin. Tanin Merupakan senyawa utama yang berperan sebagai obat diare. Menurut Nursiyah (2013) daun jambu biji untuk mengobati penyakit diare.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darsonodan Artemisia (2003) bahwa ekstrak daun jambu biji dari kultivar dengan daging buah merah ternyata memiliki aktivitas antimikroba yang paling besar terhadap Staphylococcus Aureus ATCC 25923 dibanding kultivar lain.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fiqhri (2011) bahwa ekstrak daun jambu biji berefek antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi dan berat feses, pada semua dosis tanpa memperbaiki konsistensi feses. Jamu cekok dibuat dengan cara: pemilihan bahan yang baik sebesar ibu jari empu temulawak, empu kunyit dicuci sampai bersih, diparut /dihaluskan kemudian direbus dengan tambahan air kurang lebih 4 sendok sampaimatang, kira-kira air tinggal setengahnya, jamu diberikan dua kali sehari,
satu sendok setiap kali pemberian. Pada hari pertama sudah
kelihatan hasilnya. Cara lain yang digunakan untuk mengobati diare adalah dengan pemberian daun jambu biji. Caranya yaitu : daun jambu biji dicuci bersih, rebus sampai mendidih, minum airnya. Sedangkan cara kedua yaitu dengan meremas-remas /menumbuk sampai halus 3 daun jambu biji yang sudah dicuci, beri air ½ cangkir dan tambahkan sedikit garam, saring dan minum airnya.
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
29
KESIMPULAN Jamu cekoktelah terbukti secara empiris menyembuhkan diare dan memperbaiki proses pencernaan pada anak. Uji klinis juga telah dilakukan bahwa Ekstrak Daun Jambu biji dengan kultivar daging buah merah ternyata memiliki aktivitas antimikroba yang paling besar terhadap Staphylococcus Aureus ATCC 25923 dibanding kultivar lain. Bahan jamu / empon – empon yang efektif untuk mengobati diare adalah kunyit (Curcuma domestica), temulawak (curcuma xanthorriza robx), dan daun jambu biji (Psidium Guajava L).Alasan orang tua memberikan jamu cekok adalah khasiat jamu yang sangat efektif untuk menyembuhkan diare, dan efek samping yang ditimbulkan lebih sedikit dibanding obat-obat kimia.
SARAN Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan mengidentifikasi diare terlebih dahulu, apakah diare disebabkan oleh bakteri atau virus, atau mungkin penyebab lain, dengan cara kultur feses untuk bakteri dan untuk virus. Sehingga bisa dilakukan eksperimen bahan jamu mana yang lebih efektif untuk mengobati diare.
Ucapan Terimakasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ditjen dikti atas bantuan moril, pendanaan sehingga penelitian ini berjalan lancar.Penulis juga menyampaikan terimakasih Kepada Direktur, Ketua LPPM dan teman sejawatAkper Giri Satria Husada Wonogiri yang telah membantu sehingga penelitian ini selesai tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, W. 2007. Faktor Risiko diare pada bayi dan balita di Indonesia: Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara Kesehatan, Vol. 11. No.1:1-10. Universitas Indonesia. Jakarta. Darsono, F.L, Artemisia, S. D. 2003. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Jambu Bij Dari Beberapa Kultivar Terhadap Staphylococcus Aureus ATCC 25923 Dengan “HolePlate Diffusion Method.Berk. Penel. Hayati: 9(49-51).Unika Widya Mandala. Surabaya.
Fiqhri, R. 2011. Efek Antidiare Jamu Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L) Terhadap Mencit (Mus musculus) Jantan Swiss Webster Dewasa. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha. Bandung. 30
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
Jain, S. Shrivastava, S. Nayak, S. Sumbhate, S. 2007. Plant review recent in Curcuma longa Linn.
Pharmacognosy
Reviews.
6);1(1):119-28.
Diunduh
dari
http://www.phrogrev.com/issue1/14. Limananti & Triratnawati. 2003. Ramuan Jamu Cekok sebagai peneyembuhan kurang nafsu makan pada anak: suatu kajian etnomedisin. Makara. Kesehatan. Vol. 1. Diunduh di www.digilip.ui.ac.id Maksum. Radji, 2011. Buku Ajar Mikrobiologi (Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran), EGC, Jakarta. Nursiyah, 2013. Studi Deskriptif Tanaman Obat Tradisional Yang Digunakan Orang Tua Untuk Kesehatan Anak Usia Dini Di Gugus Melati Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo. Skripsi. UNNES. Semarang. Sukardi, Mulyarto, A.R. Safera, W. 2007. Optimasi Waktu Ekstraksi terhadap kandungan tanin pada Bubuk Ekstrak daun jambu biji (Psidi Folium) serta biaya produksinya. Jurnal Teknologi Pertanian, Vol 8 No. 2: 88-94. Universitas Brawijaya. Malang. Warnaini, C. 2013. Uji Efektifitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri Terhadap Pertumbuhan Bakteri Baccilus sp. Dan Shigella dysentriae Secara Invitro. Universitas Padjajaran. Bandung. Zulaikhah, S. T. 2005. Analisis Faktor - Faktor yang berhubungan dengan pencemaran Mikroba Pada Jamu Gendong Di Kota Semarang. Tesis. Pascasarjana. UNDIP. Semarang.
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
31