Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014
EFEKTIVITAS EDUKASI KESEHATAN PERAWATAN DIARE TERHADAP KEMAMPUAN IBU DALAM MERAWAT AREA PERIANAL ANAK BALITA DENGAN DIARE Helena Golang Nuhan 1 1
Program studi S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas MH. Thamrin Alamat Korespondensi : Program studi keperawatan, Fakultas Kesehatan, Universitas MH.Thamrin, Jln. Raya Pondok Gede No. 23-25 Kramat Jati Jakarta Timur 13550 Telp : 8096411 ext 1208
ABSTRAK Penyakit diare penyebab utama kematian anak balita di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas edukasi kesehatan perawatan diare terhadap kemampuan ibu dalam merawat area perianal anak balita dengan diare. Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan rancangan pre test and post test with control group. Tehnik pengambilan sampel dengan consecutive sampling menggunakan responden di RSUD. Budhi Asih Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh edukasi kesehatan perawatan diare terhadap kemampuan ibu pengetahuan, sikap dan ketrampilan kelompok intervensi (p < 0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ada hubungan yang bermakna antara karakteristik ibu pendidikan dan pengetahuan dalam merawat anak balita dengan diare. Disarankan agar edukasi kesehatan dilakukan terus menerus dan terstruktur untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam merawat anak balita diare dan area perianal. Kata Kunci : Edukasi Kesehatan, Diare, Kemampuan ibu, Pengetahuan, Sikap, Keterampilan. Pendahuluan Anak merupakan harapan bagi setiap keluarga, dan sebagai generasi penerus suatu keluarga, bangsa dan negara. Artinya kehidupan anak saat ini menentukan kualitas generasi penerus keluarga dan bangsa dimasa mendatang. Untuk itu kesehatan anak menjadi hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian yang serius dari keluarga maupun pemerintah. World Health Organization (WHO) memberikan perhatian khusus pada negara yang sedang berkembang untuk memasukkan penyakit diare dan pneumonia dalam program kesehatan nasional karena penyebab utama kematian balita di negara yang sedang berkembang disebabkan oleh kedua penyakit itu (Tadda, 2010). Oleh karena itu arah kebijakan pembangunan kesehatan di Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2014 adalah peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dalam mempercepat target Millenium Develoment Goals (MDGs) dengan fokus kebijakan antara lain menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak serta pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan (Dirjen Bina Gizi dan KIA, 2012). Penurunan angka kematian bayi dan anak serta pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dapat menurunkan angka kesakitan bayi dan balita akibat penyakit infeksi maupun non infeksi. Diare adalah frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi feses encer atau cair dapat bercampur lendir dan darah yang menyebabkan kekurangan cairan dan kematian anak (Ngastiyah, 2005).
Akibat lanjut yang dapat terjadi pada anak balita yang menderita diare adalah kekurangan cairan (dehidrasi) yang menyebabkan shock hipovolemic, kekurangan elektrolit hiiponatremia, hipokalemia hipokalsemia, kurang gizi, gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, dan dapat menyebabkan kematian. Anak usia dibawah lima tahun (balita) sangat rentan terhadap penyakit infeksi. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor dari anak seperti daya tahan tubuh anak yang masih rendah, status gizi dan anak tidak mencuci tangan. Faktor lingkungan sarana air bersih yang kurang dan jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan serta faktor ibu antara lain pengetahuan ibu yang kurang, perilaku dan hygiene ibu yang kurang baik (Adisasmito, 2007). Berdasarkan hasil survey Sub Unit Diare Departemen Kesehatan RI tahun 2000 sampai dengan tahun 2010, menunjukkan kejadian penyakit diare mengalami peningkatan 36% yaitu 301 per 1000 penduduk meningkat menjadi 411 per 1000 penduduk. Menurut Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dan Riset Kesehatan Dasar (RisKesdas) tahun 2007,menyatakan bahwa kejadian diare meningkat pada usia bayi dan balita dan kejadian ini berhubungan erat dengan status ekonomi serta merupakan penyebab utama kematian penyakit menular. 25,2 %, pneumonia 15,5%, necrotizing entero colitis (NEC) 10,7%, dengan prevalensi diare klinis tertinggi di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (18,9%) dan terendah di provinsi DI 6
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014 Yogjakarta (4,2%). Melihat hasil survey tersebut, DKI Jakarta termasuk didalam propinsi yang memiliki angka kejadian diare yang masih tinggi dibandingkan dengan provinsi DI Yogjakarta yaitu 8%. Data statistik Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2012, menunjukkan 3 (tiga) penyakit infeksi yang banyak melanda penduduk DKI Jakarta adalah diare, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan demam thypoid. Hal ini disebabkan karena sumber air tanah di Jakarta tercemar limbah bakteri coliform dan koli tinja. Angka kejadian diare di DKI Jakarta tahun 2010 menunjukkan 18,470 kasus dengan 8.455 kasus diare dengan dehidrasi dan 10,015 diare tanpa dehidrasi. Kejadian diare tahun 2011 terdapat 16.938 dengan dehidrasi 6.652 kasus dan tanpa dehidrasi 10.286 kasus . Pada tahun 2012 terdapat 18.964 kasus dengan dehidrasi 6.754 dan tanpa dehidrasi 12.210 kasus (http//dinkes.dki.go.id.diundu tanggal 26/10/2013). Melihat data tersebut menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit diare mengalami peningkatan dan merupakan salah satu penyebab morbiditas anak balita di Jakarta. Anak balita yang menderita diare dimana pengeluaran tinja lebih dari 3 kali sehari menyebabkan kontak kulit yang lama dengan popok yang basah dan adanya asam laktat dalam feses dapat mengakibatkan iritasi jaringan kulit disekitar anus, genitalia dan bokong yang menyebabkan infeksi di area perianal (Wong, 2009). Iritasi pada area perianal bila tidak ditanggulangi dengan baik dapat menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri dan jamur seperti candida albicans (Fermaline, 2003) yang dapat mempengaruhi morbiditas, dan mempengaruhi lama rawat anak balita yang dirawat dirumah sakit. Iritasi jaringan kulit area perianal dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada anak seperti nyeri yang mempengaruhi kesakitan anak, dan memerlukan perawatan secara individual setiap anak. Iritasii jaringan kulit di area perianal dapat menimbulkan demam atau infeksi lanjut sehingga akan memperpanjang lama hari rawat anak dengan diare. Iritasi area perianal dapat disebabkan oleh dermatitis popok. Menurut penelitian Marty (2009) teridentifikasi bahwa beberapa penyebab terjadinya dermatitis popok adalah overhidration, iritasi, gesekan, peningkatan PH kulit, diit, diare dan penggunaan antibiotika. Penelitian ini merekomendasikan perawatan bertujuan untuk mengurangi dehidrasi dan melindungi kulit dari iritasi oleh komponen feses.. Gangguan integritas kulit di area perianal akibat diare pada anak balita dapat dicegah apabila ibu pasien mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam merawat area perianal anak balita dengan diare. Perawatan anak balita dengan diare adalah rehidrasi cairan melalui oral maupun parenteral untuk mencegah syock hipovolemic, pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak, dan
perawatan di area perianal l yang baik dan benar untuk mencegah infeksi lebih lanjut, meningkatkan rasa nyaman dengan meminimalkan nyeri akibat iritasi jaringan kulit area perianal, serta peningkatan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan ibu dalam hal perawatan anak balita dengan diare. Penelitian Shrifired, Kamran, Mirkarini dan Farahani (2011) tentang efektifitas pendidikan menyusui ibu terhadap berat badan anak dengan menggunakan metode quasi eksperimen menunjukkan bahwa kelompok eksperimen secara signifikan lebih baik dalam hal pengetahuan dan sikap dibandingkan dengan kelompok kontrol dan pemberian ASI eksklusif secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol. Penelitian ini merekomendasikan perlunya memproduksi paket pendidikan kesehatan untuk meningkatan pengetahuan dan sikap yang baik terhadap masalah kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Lesrari, Krisdiana dan Suwarni (2012) tentang hubungan pengetahuan dan perilaku ibu dalam pemberian makanan pengganti (MP) ASI dengan kejadian gastroenteritis pada anak usia 0-6 tahun, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku ibu dengan kejadian gastroenteritis yaitu 80% ibu kurang tahu/tidak tahu terhadap hubungan kejadian diare dengan pemberian makanan pengganti (MP) ASI serta 77% perilaku ibu yang memberikan makanan tambahan sebelum 6 bulan. Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya pemberian pendidikan/promosi kesehatan tentang perawatan anak dengan diare merupakan salah satu intervensi keperawatan untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan orang tua dalam merawat anak dengan diare. Menurut Pender yang dikenal dengan Health Promotion Model (HPM) mengembangkan promosi kesehatan dalam hal peningkatan dan pencegahan terhadap penyakit dari pada pengobatan yang berfokus pada 3 (tiga) hal utama yaitu karakteristik dan pengalaman individu, perilaku spesifik termasuk pengetahuan dan sikap serta perilaku yang diharapkan (outcome) dari perilaku promosi kesehatan yakni peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Model promosi kesehatan ini menjelaskan perilaku promotion dan preventive untuk meningkatkan status kesehatan. Salah satu strategi promosi kesehatan yang bisa digunakan adalah dengan memberikan edukasi kesehatan. Edukasi kesehatan adalah suatu usaha sadar dan secara terus menerus dilakukan yang bertujuan mengubah perilaku individu, kelompok masyarakat dari kehidupan tidak sehat menjadi sehat (sugihartono, 2007). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di ruang anak RSUD Budhi Asih Jakarta, selama 1 tahun terakhir (Januari sampai dengan Desember 2012) teridentifikasi ada 5 (lima) penyakit utama yang dirawat diruang anak RSUD Budhi Asih yaitu penyakit Diare, 7
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014 Dengue Hemorrargic Fever (DHF), Tuberkulosis (TBC) paru, Thypoid. dan Broncho Pneumonia Wawancara yang dilakukan terhadap kepala ruangan dan perawat ruangan anak RSUD Budhi Asih menunjukkan bahwa di ruang rawat belum terstrukturnya program pemberian edukasi kesehatan tentang perawatan penyakit diare terhadap pasien anak yang dirawat. Pemberian informasi kesehatan sudah dilakukan oleh perawat ruangan selama pasien dirawat dan apabila pasien diperbolehkan pulang dari ruang rawat namun masih berbentuk lisan sehingga mudah dilupakan oleh keluarga ,tidak ada lembar balik/ leaflet yang tersedia untuk memberikan edukasi kesehatan, anak balita yang menderita diare. Selain itu juga didapatkan bahwa sebagian besar anak dengan diare mengalami gangguan integritas kulit di sekitar area perianal. Mencermati angka kejadian diare yang setiap tahun mengalami peningkatan dan merupakan penyebab utama kematian balita (Rikesdas, 2007) serta sebagian besar anak balita yang dirawat di ruang anak RSUD Budhi Asih mengalami gangguan integrritas kulit di area perianal maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul efektivitas edukasi kesehatan perawatan diare terhadap kemampuan ibu dalam merawat area perianal anak balita dengan diare. Tujuan penelitian ini agar teriidentifikasi efektivitas edukasi kesehatan perawatan diare terhadap kemampuan (pengetahuan, sikap dan keterampilan) ibu dalam merawat area perianal, yang kedua adalah teridentifikasi karakteristik responden (berdasarkan usia, tingkat pendidikan ibu, usia dan jenis kelamin anak, pengalaman ibu merawat anak dengan diare dan merawat area perianal) dan terakhir teridentifikasi perbedaan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu dalam melakukan perawatan area perianal anak balita pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol idalam melakukan perawatan area perianal anak balita dengan diare. Manfaat penelitian untuk pelayanan kesehatan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya perawatan anak balita dengan diare, dan dapat menetapkan program pendidikan kesehatan, sebagai suatu kebijakan yang harus dilakukan khususnya pada keluarga dan anak dengan diare sehingga angka kesakitan dan kematian akibat diare menurun. Manfaat untuk perawat ruangan dalam memberikan perawatan diare kepada balita untuk mencegah terjadinya gangguan integritas kulit di area perianal. Manfaat yang lain untuk pasien dan keluarga yaitu menambah pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga tentang perawatan diare khususnya perawatan di area perianal agar dapat mencegah terjadinya gangguan integritas kulit disekitar area perianal dan pencegahan terhadap berulangnya kejadian diare bagi anak., sehingga dapat menurunkankan angka kesakitan, kematian dan lama rawat anak dengan diare.
Metode Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantittatif dengan desain quasi eksperimen. Pendekatan yang digunakan adalah pre test and post test control group design. Sebelum penelitian dilakukan pre test pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol kemudian diberikan edukasi kesehatan pada kelompok intervensi, setelah itu dilakukan post test. baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. . Sesudah itu dilakukan perbandingan antara hasil pre test dan post test kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang anaknya dirawat di rumah sakit RSUD Budhi Asih dengan diare. Tehnik pengambilan sampel dengan pendekatan consecutive sampling yaitu dengan cara memilih subyek yang ditemui sesuai dengan kriteria inklusi sampai pada jumlah sampel yang diinginkan (Dharma, 2011). dengan kriteria inklusif : Anak yang dirawat dengan diagnosa medis diare , usia 0 -59 bulan, Ibu atau keluarga bersedia menjadi responden, Ibu atau keluarga menunggu anaknya selama dirawat serta Ibu bisa membaca dan menulis. Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan uji hipotesis beda mean 2 kelompok dengan rumus sebagai berikut ( Dharma, 2011). n = 2σ² ( Z 1-α/2 + Z 1-β )² (ų1 - ų2)² Total sampel adalah 44 ibu yang mempunyai anak balita yang dirawat dengan diare yang terdiri dari kelompok intervensi 22 ibu dan kelompok kontrol 22 ibu yang mempunyai anak balita yang dirawat dengan diare. Etika penelitian yang perlu diperhatikan adalah menghormati harkat dan martabat manusia, responden berhak mendapatkan informasi yang lengkap tentang pelaksanaaan penelitian (informed concent) dan apabila setuju ikut dalam penelitian maka responden menandatangani lembaran persetujuan untuk menjadi responden dari penelitian. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek/responden.Menghormati keadilan dan inklusivitas serta memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan terhadap responden. Hasil Karakteristik responden (usia ibu, usia anak, jenis kelamin anak dan tingkat pendidikan ibu. 1. Usia ibu Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan bahwa ratarata usia responden pada kelompok intervensi adalah 27,14 dengan standar deviasi 4,098 Usia responden termuda 21 dan usia tertua 35. Rata – rata usia responden pada kelompok kontrol 28,68 dengan standar deviasi 5, 402 Usia responden termuda 19 8
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014 dan usia responden yang tertua 42. Tabel 1. Distribusi Usia Ibu di RSUD. Budhi Asih Variabel Intervensi Kontrol
Mean
SD
Min - Max
27,14 28,68
4,098 5,402
21 - 35 19 - 42
perineal pada anak balita dengan diare. Tabel 4 Distribusi Pendidikan, Pengalaman Merawat Anak Diare, Mendapatkan Pendidikan Kesehatan dan Pengalaman merawat Area Perianal Di RSUD. Budhi Asih Jakarta Intervensi (n=22)
Variabel
2. Usia anak balita. Tabel 2. Distribusi Usia (dalam bulan) Anak Balita Diare Di RSUD. Budhi Asih Jakarta Variabel
Mean
SD
Min - Max
20,05 14,68
15,77 11,08
03 -56 03 -50
Usia Anak Intervensi Kontrol
Intervensi n=22 F
Jenis Kelamin laki-laki Perempuan
%
Kontrol n=22 F
%
Total n=44 F
SLTP(rendah) SLTA (sedang) Tinggi
59 41
10 12
45 55
23 21
F
%
F
%
5 17
22.7 77.3 14.5
6 15
27.3 68.2
11 32
25 72.7
%
6 1
27.3 72.7
8 36
6 4
14 30
31.8 8.2
12
54.5
4
18,2
16
36,4
10
45.5
18
81.8
28
63.6
27.3 72.7
11 33
25 75
Pendidikan Kesehatan Pernah Tidak Pernah
Pengalaman Ibu merawat area perianal Pengalaman tidak pengalaman
5 17
22.7 77.3
6 16
5. Analisis perbedaan pengetahuan responden pre test dan post test kelompok intervensi dan kontrol. Tabel 5 Hasil Analisis Perbedaan Pengetahuan Responden Pre Test dan Post tes tKelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Di RSUD. Budhi Asih Jakarta Variabel
13 9
%
Pendidikan Ibu
Pengalaman Tidak pengalaman
Jenis kelamin anak balita Tabel 3 Distribusi Jenis Kelamin Anak Balita Di RSUD. Budhi Asih
Variabel
Total
(n=22)
Pengalaman Ibu merawat Diare
Hasil analisis tabel 2. menjelaskan bahwa rata- rata usia anak balita pada kelompok intervensi 20 bulan dengan standar deviasi 15,77, usia termuda 3 bulan dan usia terbesar 56 bulan. Usia balita pada kelompok kontrol rata-rata 15 bulan dengan standar deviasi 11,08, usia balita termuda 3 bulan dan tertua 50 bulan. 3.
F
Kontrol
Mean
52 48
SD
SE
Pvalue
Selisih Mean
Pengetahuan Intervensi
Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa jenis kelamin anak balita yang menderita diare sebanyak 52 % berjenis kelamin laki – laki dan 48 % berjenis kelamin perempuan. 4.
Tingkat Pendidikan Ibu, Pengalaman Merawat Anak Diare, Mendapatkan Pendidikan Kesehatan dan Pengalaman Merawat Area Perineal Anak Balita Diare Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan responden (ibu) sebagian besar yaitu 72,7 % memiliki latar belakang pendidikan sekolah menegah atas (SLTA). Sebesar 68,2 % responden tidak memiliki pengalaman dalam merawat anak balita dengan diare. Sebagian besar responden 63,6 % tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang perawatan diare dan sebesar 75 % tidak mempunyai pengalaman dalam merawat area
Pre test Post test
54,77 79,32
28,38 6,951
6,052 1,482
0
24,545
44,32 61,82
28,96 6,994
6,175 1,491
0,01
17,5
Kontrol Pre test Post test
Analisis Tabel 5. menjelaskan bahwa rata – rata pengetahuan pre test kelompok intervensi adalah 54,77 dengan standar deviasi 28,38 mengalami peningkatan setelah diberikan pendidikan kesehatan adalah 79,32 dengan standar deviasi 6,951. Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan nilai p 0,000 yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skor rata – rata pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Rata-rata pengetahuan pre test kelompok kontrol adalah 44,32 dengan standar deviasi 28,96 mengalami peningkatan (p:0,007 < 0,005) 9
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014 setelah diberikan booklet tentang perawatan diare dan perineal anak balita dengan diare adalah 61,82 dengan standar deviasi 6,994 menunjukkan ada peningkatan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan booklet perawatan diare. 6.
Analisis Perbedaan Sikap Responden Pre Test dan Post test Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol. Tabel 6 Hasil analisis Perbedaan Sikap Responden Pre Test dan Post test Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Di RSUD. Budhi Asih Jakarta
Variabel
Mean
SD
SE
Pvalue
Selisih Mean
Pengetahuan Intervensi (n=22) Pre test Post test Kontrol (n=22) Pre test Post test
54.4 66.4
45.32 55.86
17.44 10.60
11.85 8.073
3.718 2.261
2.526 1.721
0.005
0.000
12.04
10.54
Pada Tabel 6. menunjukkan bahwa rata-rata skor sikap kelompok intervensi pre test adalah 54,41 dengan standar deviasi 17,44 mengalami peningkatan sebesar nilai post test adalah 66,45 dan standar deviasi 10,60 setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan nilai p 0,005. Rata-rata skor sikap kelompok kontrol pre test adalah 45,32 dengan standar deviasi 11,85 mengalami peningkatan setelah diberikan booklet perawatan diare dan perawatan perineal anak balita dengan diare adalah 55,86 dengan standar deviasi 8,073. (p : 0,000) 7. Analisis observasi ketrampilan responden kelompok intervensi dan kelompok kontrol terhadap perawatan area perianal balita diare. Pada tabel 7. menjelaskan bahwa rata-rata keterampilan responden pada kelompok intervensi mengalami peningkatan dari hari pertama sampai dengan hari ke tiga perawatan anak balita dengan diare. Terlihat dari hari pertama rata –rata keterampilan yang dilakukan dengan benar 8,23 dan pada hari ketiga 11 keterampilan dapat dilakukan dengan baik dan benar dengan nilai p 0,000. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan keterampilan hari pertama dan hari ketiga. Hasil analisis kelompok kontrol didapatkan bahwa rata-rata keterampilan responden dihari pertama perawatan 6,50 dan pada hari ketiga perawatan anak balita dengan diare adalah 6,68 atau 7 keterampilan yang dapat dilakukan dengan baik dengan nilai p 0,213 tidak ada perbedaan yang signifikan
antara hari pertama dan hari ketiga. Tabel 7 Hasil Analisis Observasi Keterampilan Responden Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol terhadap Perawatan Area Perineal Balita Diare Di RSUD. Budhi Asih Jakarta. Variabel Ketrampilan Intervensi (n=22) Hari pertama Hari Kedua Hari ketiga Kontrol (n=22) Hari pertama Hari Kedua Hari ketiga
Mean
SD
SE
MinMax
8.23 10.00 11.00
1.602 1.48 0.82
0.341 0.167 0.174
06-11 07-12 09-12
0.000
6.5 6.59 6.68
1.66 1.79 1.7
0.353 0.358 0.363
04-10 04-10 04-10
0.213
P Value
Pembahasan Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan, pengalaman merawat anak dengan diare, pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang diare dan pengalaman dalam merawat area perianal anak balita dengan diare. Usia responden dalam penelitian kelompok intervensi dibawah 27 tahun adalah 63,6% dan usia diatas 27 tahun 36,4%. Kelompok kontrol usia dibawah 27 tahun 41% dan usia diatas 27 tahun 59%. Menurut Wong (2009) usia orang tua yang paling ideal (memuaskan) untuk membesarkan anak adalah antara 19 sampai 35 tahun dimana pada usia tersebut orang tua (ibu) dalam kondisi kesehatan yang optimum untuk merawat anak. Pada rentang usia ini merupakan usia dewasa muda (Notoatmodjo, 2009) ibu dalam keadaan sehat dan produktif dan dapat mengurus semua kebutuhannya maupun keluarga dalam merawat anak. Pada usia dewasa muda, mulai terjadi proses pembentukan keluarga baru dimana responden (ibu) belum mempunyai pengalaman secara khusus dalam merawat anak diare sehingga pembentukan pengetahuan,sikap dan keterampilan dalam merawat anak diare belum maksimal. Usia anak balita yang mengalami diare dalam penelitian ini rata-rata 14,68 sampai 20,05 bulan dan jenis kelamin anak yang dirawat yakni 52 % laki-laki dan 48% perempuan. Menurut penelitian Yilgwan (2012) rata-rata usia anak balita mengalami diare adalah 6 -11 bulan berbeda dengan hasil temuan dalam penelitian ini yakni rata – rata usia anak yang mengalami diare 14 – 20 bulan. Bila dianalisis lebih lanjut usia minimal anak terkena diare dalam penelitian ini adalah 3 bulan. Hal ini disebabkan karena terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak, dimana menurut Freud dalam 10
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014 Wong (2009) terjadi fase oral yakni anak sering memasukan tangan atau mainan kedalam mulut sehingga dapat terjadi infeksi, atau dapat disebabkan oleh karena kekebalan pasif yang didapat anak dari ibunya mulai berkurang. Penyebab lain membuat anak mengalami diare adalah paparan agen infeksius meningkat terhadap anak dan mulai diberikan makanan pendamping ASI (Juffrie, 2011). Tingkat pendidikan responden yang anaknya dirawat di RSUD Budhi Asih dengan diare sebagian besar (72,7%) berpendidikan sekolah menengah atas sehingga pemberian pendidikan kesehatan maupun pemberian booklet perawatan diare pada anak tidak mengalami hambatan karena seluruh responden dapat membaca dan memahami dengan baik. Pengalaman responden dalam merawat anak balita yang menderita diare dalam penelitian ini menjelaskan bahwa 31,8% responden mempunyai pengalaman dalam merawat anak dengan diare dan sebagian besar responden yakni 68,2% tidak mempunyai pengalaman dalam merawat anak balita dengan diare. Mayoritas responden tidak mempunyai pengalaman (75%) dalam merawat area perianal pada anak balita dengan diare dan 25% responden mempunyai pengalaman dalam merawat anak balita dengan diare. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata ibu masih berusia dewasa muda dan sebagian besar responden baru mulai hidup berkeluarga sehingga kurang terpapar dengan keadaan anak yang mengalami diare. Tidak berpengalamannya sebagian besar responden memungkinkan mereka untuk melakukan sesuai pengetahuan mereka, sehingga perlu diberikan pendidikan kesehatan yang merubah perilaku responden dari tidak tahu tentang masalah kesehatan, menjadi tahu dan melaksanakan dengan baik dan benar sehingga terbentuk pengalaman hidup dalam merawat anak dengan diare. Penelitian yang dilakukan Supono (2008) menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pengalaman kontak balita dengan diare dan persepsi ibu terhadap diare pada balita. Hasil penelitian ini menunjukkan 63,6% responden belum pernah mendapatkan edukasi kesehatan dan 36,4% pernah mendapatkan edukasi kesehatan. Belum terpaparnya edukasi kesehatan tentang diare terhadap responden karena tidak sesuai dengan kebutuhan responden, sehingga edukasi kesehatan dirasakan tidak penting. Jika sesuai dengan kebutuhan responden maka edukasi kesehatan tersebut menjadi penting. Hasil penelitian ini menjelaskan kemampuan responden pada saat post test kelompok intervensi mengalami peningkatan pengetahuan dan sikap secara signifikan dengan hasil yang ditunjukkan yaitu pengetahuan nilai rata – rata 79,32 dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan nilai rata-rata 61,82 dan variabel sikap kelompok intervensi rata-rata 66, 45 dan kelompok kontrol 55, 86.
Hasil penelitian ini menjelaskan adanya peningkatan pada saat post test variabel kelompok intervensi setelah diberikan edukasi kesehatan serta booklet perawatan diare dan demonstrasi cara perawatan area perianal anak balita dengan diare, dan kelompok kontrol setelah diberikan booklet tentang perawatan diare dan perawatan perianal pada anak balita dengan diare. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Riyantini (2010) tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu serta kejadian bayi hiperbilirubin dengan menggunakan booklet didapatkan hasil ada pengaruh yang bermakna terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu. Keterampilan merawat area perianal pada anak balita yang mengalami diare pada pre test hari pertama, hari kedua dan hari ketiga yang merupakan post test pada kelompok intervensi mengalami peningkatan secara signifikan (91,6%) setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diare dan demonstrasi perawatan area perianal pada anak balita dengan diare dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya meningkat 1,8 % setelah diberikan booklet perawatan diare dan perawatan area perianal pada anak balita dengan diare. Implikasi hasil penelitian terhadap edukasi kesehatan keluarga adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dalam merawat anak balita dengan diare. Mayoritas keluarga dalam penelitian ini (Ibu) tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup dalam merawat anak dengan diare atau masalah kesehatan yang lain, oleh karena itu edukasi kesehatan penting dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan (terus menerus) untukmeningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat anak dengan diare. Implikasi hasil penelitian ini terhadap pelayanan keperawatan agar setiap perawat menyadari pentingnya edukasi kesehatan yang diberikan secara terstruktur, terus menerus dan sesuai dengan kebutuhan pasien sehingga dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat anak dengan diare ataupun anak sakit dengan berbagai masalah kesehatan. Implikasi hasil penelitian ini terhadap pembuat kebijakan agar dapat menyiapkan sarana dan fasilitas untuk menunjang pelaksanaan proses pembelajaran keluarga dan pasien terhadap berbagai masalah kesehatan di rumah sakit khususnya penyakit diare. Kesimpulan Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi usia kedua kelompok responden (Intervensi dan Kontrol) memiliki rata-rata 27,91 tahun dengan tingkat pendidikan mayoritas pendidikan sekolah menengah atas. Responden kedua kelompok sebagian besar belum memiliki pengalaman dalam merawat 11
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014 anak dengan diare. 63,6% dari responden kedua kelompok belum pernah mendapatkan edukasi kesehatan tentang diare dan mayoritas responden tidak mempunyai pengalaman dalam merawat area perianal anak balita dengan diare. Kemampuan responden pengetahuan, sikap dan keterampilan sebelum diberikan pendidikan kesehatan baik kelmmpok intervensi maupun kelompok kontrol tidak jauh berbeda karena belum terpapar dengan edukasi kesehatan dan booklet perawatan anak balita diare. Ada perbedaan yang signifikan kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan responden (Ibu) sesudah diberikan edukasi kesehatan diare dan booklet perawatan diare pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol Ada perbedaan yang signifikan kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan keterampilan) pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kcontrol dalam merawat area perianal pada anak balita dengan diare. Ada hubungan yang bermakna antara karakteristik ibu usia dengan pengetahuan responden pada kelompok intervensi dan pendidikan ibu dengan pengetahuan ibu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Saran 1. Bagi keluarga dan masyarakat Agar setiap keluarga dan masyarakat memahami dengan baik pentingnya upaya pencegahan penyakit dari pada mengobati penyakit dengan cara hidup sehat, lingkungan bersih dan nyaman, pemberian ASI secara eksklusif dan mencuci tangan dengan menggunakan sabun, makan makanan bergizi. Hal ini dapat dilakukan melalui paparan media masa baik televisi, radio maupun majalah sehingga kelurga dan masyarakat tahu tentang perawatan dan pencegahan penyakit diare. Bagi keluarga yang mempunyai anak dirawat di rumah sakit karena diare sebaiknya pulang dari rumah sakit jika telah diperbolehkan pulang oleh dokter, sehingga dapat sembuh dengan baik. 2. Bagi institusi pelayanan. Rumah sakit sebagai pemegang kebijakkan sebaiknya menyiapkan saran dan fasilitas yang memadai dalam proses pembelajaran untuk edukasi kesehatan seperti ruang untuk edukasi kesehatan atau terapy bermain, menyiapkan leaflet maupun booklet, tentang semua masalah kesehatan yang dapat digunakan perawat dalam memberikan edukasi kesehatan kepada pasien dan dapat dibaca oleh keluarga pasien sehingga dapat meningkatkan pengetahuan keluarga tentang berbagai masalah kesehatan khususnya diare. Pemberian edukasi kesehatan yang berkaitan dengan keterampilan merawat pasien anak sebaiknya dikelompokkan menurut tingkat perkembangannya (bayi, batita, balita)
sehingga lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaanannya. 3. Bagi institusi pendidikan Kurikullum institusi pendidikan yang dapat menyiapkan peserta didik yang kompeten dalam melakukan edukasi kesehatan melalui latihan, persiapan media dan kemampuan dalam memberikan edukasi kesehatan. Daftar Pustaka Adisastono,W.(2007)Faktorsikodiarepadabayi dan balita di Indonesia : systematic review penelitian akademik di bidang kesehatan masyarakat. Makara, kesehatan, vol 11 no. 1, Juni 2007 : 1 -10 di unduh tanggal 21 Oktober 2013 jam 14.00 Wib dari http://lontar,ui.ac.id. Adriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan terapi bermain pada anak. Jakarta : Salemba Medika. Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Betz L.C dan Sowden L.A. (2002). Keperawatan Pediatri. Ed 3. Jakarta : EGC Bockowski, S. (2004). Diaper rash care and managemen. Journal Nursing Pediatric. Diundu Tanggal 21 Oktober 2013 jam 15.00 wib http//search, proquest.com Dahlan,Sopiyudin,M. (2010). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Jakarta : Sagung seto Depkes RI. (2010). Profil kesehatan Indonesia 2009. Jakarta : Depkes. RJ. Depkes RI. (2008). Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta : Dep.Kes.RI Dharma, Kelana K. ( 2011 ). Metodologi penelitian keperawatan. Jakarta : Trans Info Media Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (2012). Penyakit Diare di Jakarta MasihTinggi. Diundu tanggal 26 Oktober 2013, jam 14.30 wib dari dinkesdkijakarta.com Fayas, et.al. ( 2007). Management of diarrhea in under fives at home and health facilitie Kashmir. Di unduh tanggal 20 Oktober 2013pkl 20.00 wib Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2005). Buku Kuliah llmu Kesehatan Anak. Buku I. Jakarta : Bagian llmu Kesehatan Anak FKUI Hariandja, M. (2007) Manajemen sumber daya manusia. Jakarta : Grasindo Hastono, S.P. (2007). Analisis data kesehatan. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat. Heather, M. (2012). Getting to the botton of nappy rash: The Journal of The Health Visitor Association. 85 (2) 3742. Heimall, LM, Storey Beth, Stellar, Judith J, and Finn O.K. (2012). Beginning at the botton evidence based care of diaper dermatitis. American journal of maternal child 12
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014 nursing Vol. 37, number 1, pages 10-16 Hidayat,A.A. (2005). Pengantar ilmu keperawatan anak I. Jakarta : Salemba Medika Hossein, M, Nadrian, H, Rahaei, Z. (2009). The effects of education on formula and bottle feeding behaviors. Yazd : Journal of nursing mothers bassed on model. Ijaz, S.M, Afzal M. and Ahraf S ( 2012). Controlled Trial of Hypo Osmolar versus WHO ORS: Solution in Children with acute watery diarrhea. Departemen of Pediatric Mayo Hospital University Lahore. Di undu tanggal 21 Oktober 2013 jam15.15Darihttp //proquest.Nursing.Com. Julfrie, M. (2011). Gastroenterologi hepatologi. Jilid 1. Jakarta : IDAI. Kholdi, et.al. (2012). A study of grouth failure and its related factors in children from 0 to 2 years in Teheran. Iran. University of medical sciences Teheran The Turkish Journal Pediatrics. January - february 33-44 Kompyang, NL. (2011). Efektifitas pendidikan kesehatan keluarga terhadap peningkatan kemampuan ibu dalam merawat anak diare di RSUP Sanglah dan RSUD Wangayah Denpasar. Tesis FIK.UI (tidak dipublikasikan) Langermo, D, Hanson, D, Hunter, S., Thomson, P. (2011). Advance in skin & wound care. The journal for prevention and Healing. Vol 24 number 3, pages 126140. Lestari, Krisdiana, Suwarni. (2012). Hubungan pengetahuan dan perilaku ibu tentang pemberian MP.ASI dengan kejadian gastroenteritis pada anak usia 0-6 tahun di RS. Dr. R. Soeprapto Cepu. Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol 1, No 2 Juli 2012. Lia Dewi,V. (2010). A$uhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika Lukacik,M, Ronald, T and Aranda, J. (2007). A meta analysis of the effects and zinc in the Treatment of a cut and persisten diarrhea American Journal of Pediatrics 121 ~ 126 Markum.A.H. (1991/ Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI Marty C, Visscher . (2009). Recent advances in diapper dermatitis, etiology and treatment. Cincinati.USA. Journalpediatric health.issue I, pages 81-98 Mohamed. S.A. & Wafa, A.M. (2011). The effects of an educational program nurse Knowledge and practice related to hepatitis C virus : A pretest and posttest Quasi eksperimental design. Australian Journal of basic & apllide science 5 (11) 564-570 Mulyana A. Nugraha P, & Adi S. (2008). Faktor-faktor ibu balita yang berhubungan dengan kepatuhan follow up penderita pneumonia balita di puskesmas Cisage ciamis,
Jawa barat. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. I (2). 120-128 Nelson dkk. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Ed. 15. Jakarta : EGC Ngatiyah (2005). PerawatanAnakSakit. Ed 2. Jakarta : EGC Notoatmodjo. Soekidjo. Prof.Dr.( 2007 ). Promosi kesehatan dan ilmuperilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam, Susilaningrum, Utami. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : Salemba medika Pumamasari, E. R.W. (2012). Pengaruh pendidikan kesehatan pada orangtua terhadap Pengetahuan dan kepatuhan kunjungan ulang balita dengan pneumonia di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu. Tesis : FIK UI (tidak dipublikasikan). Riantini,Y. (2010). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan, sikap dan Keterampilan ibu serta kejadian hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir di RSAB Harapan Kita. Tesis : FIK UI (tidak dipublikasikan). Rudolph. A.M, Hoffman.J.I.E, Rudolph C.D (2006). Buku Ajar Pediatri. Vol 1 Ed .20. Jakarta : EGC Rudolph. A.M, Hoffman.J.I.E, Rudolph C.D (2006). Buku Ajar Pediatri. Vol 1 Ed .20. Jakarta : EGC Salzrman, Warren, Lioyd.S, Otupiri, Hale. (2012). Limitations of health education barriers to oral rehydration use among Ghana mothers. University of Utah. Departemen of infections disease Shah,D. et.al. ( 2009). Promoting appropriate management diarrhea.: a systematic review of literature for advocacy and action UNICEF. Departement of pediatrics university of New Delhi, diundu tanggal 15 Oktober 2013. Shrifirad, G , Kamran, A Mirkarim, S.R and Faraham, A (2012). Effectiveness of breast feeding education on the weight of child and self efficacy of mothers. Journal health education. Iran Department of health Isfahan University Soetjiningsih (2005). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Suddaby E.G., Barrnet,S and Facteau L. (2005). Skin Breakdowns in Acute Care Pediatrics Journal nursing Pediatric. Di undu tanggal 5 Oktober 2013 jam 14.00 wib dari http:// issue.com. Sugiyono. (2011). Bandung : Alfabeta
Metode
Penelitian
Kombinasi.
Sugiono (2007). Metode Penelitian Ktujntitatiffdan Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
13
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014 Sujaeweni, V.M., Endaryanto P. (2012). Statistik untuk penelitian. Jogjakarta : Graha Ilmu Supartini, Y. (2004). Konsep dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC Supono, J. (2008). Faktor prediksi persepsi ibu tentang diare pada balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2 (4). 179 - 185. Suraatmaja (2007). Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto Suriadi , Yulianni Rita. ( 2006 ). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : Penebar Swadaya Tomey. Ann M, Alligood. Martha R. ( 2004). Nursing Theorist and Their Work. 6.ed. Post Mosby Winlar, W. (2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak usia 0-2 tahun di kelurahan turangga. Diundu tanggal 13 Oktober 2013, pkl 19.30. wib.http//litbang.depkes.go.id.2002. Wulandari, J.P. (2009). Hubungan antara faktor lingkungan dan factor sosiodemografi Dengan kejadian diare pada balita di desa blimbing, kecamatan sambirejo Sragen. Di unduh tgl 12 Oktober 2013 pk 18.30 dari hpht//sprints.ums.ac.id. Wong, Donna L (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatric. Ed 4. Jakarta : EGC Wong, Donna L, Hockenberry M, Wilson D, Winkelstein, M.L. & Schwartz P. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik vol 2. Jakarta : EGC Xue, Y. (2010). Perineal care clinician information. Adelaide : Joanna Briggs Institute. Diundu tanggal 5 Oktober 2013 jam15.00 dari hpht://search, proquest.com. Yilgwan, Christopher. Okolo S. (2012). Prevalence of diarrhea disease and risk factor . Jos university teaching hospital Nigeria. Journal of african medicine
14