PENGARUH PERAWATAN KULIT TERHADAP KONDISI KULIT DAERAH PERINEAL BERDASAR NORTHAMPTON TOOL PADA BALITA DENGAN DIARE The Influence of Skin Care to Skin Conditions Of Perineal Area In Children With Diarrhea Based Northampton Tool Rusana1* 1
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap 53223
ABSTRAK Risiko kerusakan kulit perineal merupakan salah satu masalah keperawatan yang muncul pada balita dengan diare. Kebutuhan akan praktik perawatan kulit diidentifikasi dengan tujuan menurunkan trauma, mempertahankan fungsi kulit dan mencegah masalah kulit. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh perawatan kulit terhadap kondisi kulit perineal balita dengan diare berdasar Northampton Tool. Jumlah responden kelompok kontrol dan intervensi masing-masing 45. Desain penelitian quasi experiment dengan pre dan post test with control group. Hasil penelitian berdasarkan uji Mann-Whitney U menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna dimana keadaan kulit daerah perineal balita yang mengalami diare dan mendapatkan perawatan kulit sesuai standar praktik mengalami peningkatan 50% ke arah yang lebih baik daripada balita dengan diare yang mendapatkan perawatan kulit sesuai kebiasaan ruangan di RS (p=0,000). Perlunya disusun standar praktik perawatan kulit sebagai pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan. Kata kunci: perawatan kulit, kondisi kulit, balita, diare, Northampton Tool. ABSTRACT The risk of impaired perineal skin is one of the nursing problems which occurs among children under five years old with diarrhoea. The need for skin care practices identified in order to decrease trauma, maintain the function of skin and prevent skin problems. The aim of this study was to identity the influence of skin care to the perineal skin conditions among children under five years old with diarrhoea -based Northampton Tool. The numbers of control group respondent and intervention group was 45 for each group. The research design used quasi experiment with pre and post test with control group. The results based on the Mann-Whitney U test showed significant difference where the skin condition perineal area under five suffering from diarrhea and skin care according to the standard practice has increased 50% to better than children under five years old with diarrhea skin care customary room hospital (p = 0.000). This research recommends that a standard practice for skin care is necessary as a guidance in providing nursing care. Keywords: skin care, skin condition, children under five, diarrhoea, Northampton Tool.
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 1, Maret 2016
100
kerusakan kulit pada anak menurut Waterlow
PENDAHULUAN masalah
(1997) adalah di area tumit (15%) dan kaki,
kesehatan terutama pada balita di Cilacap.
siku, mata kaki serta bokong masing-masing
Berdasarkan
12% (n= 302). Hasil penelitian Suddaby,
Diare
masih
data
menjadi
rekam
medis
yang
ditemukan di rumah sakit (RS) Cilacap, pada
Barnett
bulan Januari sampai dengan Desember
menunjukkan angka tertinggi area kerusakan
2012, terdapat 789 balita dengan diare dan
kulit adalah daerah bokong (25%) diikuti
sekitar
dengan perineum (19%) dan oksiput (8%)
316
(40%)
balita
mengalami
dan
Facteau
(2005)
juga
dengan
dari 347 pasien anak di empat unit (PICU,
kemerahan pada kulit daerah perineal. Diare
medikal-bedah, onkologi dan remaja). Hasil
juga merupakan kasus nomor satu atau
analisis khususnya pasien di unit medikal-
tertinggi di ruang anak RS Cilacap tersebut.
bedah anak yang mengalami kerusakan kulit
kerusakan
kulit
yang
ditandai
Keluarnya feses yang sering pada diare akut
dapat
mengakibatkan
iritasi
atau
tersebut memperlihatkan usia yang lebih muda dengan rata-rata usia
2,8 tahun
kerusakan kulit terutama daerah sekitar
(median 1 tahun) dan mengalami kerusakan
perineal (Haugen, 1997; Schmitt, 2012).
kulit paling tinggi akibat diare (65%) di
Gray,
bokong atau perineum.
Bliss,
Dougthy,
et
al.
(2007)
menyatakan kulit perineal memiliki tingkat
Diare dapat menyebabkan cedera kulit
transepidermal water loss (TEWL) yang
akibat seringnya kontak berulang dengan
tinggi sehingga jika paparan iritasi dan
tinja berbentuk cair, yang akan merusak
peradangan
kulit
jaringan perineal jika tidak dilindungi. Pada
perineal menjadi lebih rentan terhadap
kondisi diare, urea-amonia meningkat yang
kerusakan. Area kulit perineal termasuk area
akan merusak lapisan asam kulit. Adanya
antara vulva atau skrotum dan anus, bokong
urin dan feses mengakibatkan pH kulit
dan perianal, koksigius dan bagian dalam
menjadi lebih alkali atau basa sehingga akan
atau atas paha (Brown & Sears, 1993 dalam
mengaktifkan kerja enzim proteolitik dan
Cooper, 2011).
lipolitik seperti protease dan lipase yang
berkepanjangan
maka
Penelitian Zollo et al (1996) pada 271
mengakibatkan
iritasi
serta
kerusakan
pasien di PICU menemukan area kerusakan
jaringan (Cooper, 2011; Nazarko, 2007
kulit tertinggi adalah di area hidung (28%)
dalam Bianchi, 2012).
diikuti bokong (14%) dan oksiput (12%).
Menurut Beeckman et al (2009 dalam
Sementara itu, area yang lebih umum terjadi
Flynn & Williams, 2011), kelembaban yang
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 1, Maret 2016
101
berlebihan pada kulit menyebabkan kulit
ini merupakan bagian penting dari peran
menjadi lebih permiabel terhadap bahan
perawat (Bianchi, 2012).
kimia dan akan menjadi media yang paling
Mempertahankan integritas kulit pada
baik untuk pertumbuhan bakteri. Akibat
pasien di rumah sakit merupakan tindakan
kontak dengan popok yang lama juga akan
yang sangat fundamental dan kritis dalam
menyebabkan trauma mekanik, yang disebut
mencapai
irritant contact diaper dermatitis (IDD)
Kebutuhan akan praktik perawatan kulit
(Lund, 2012).
diidentifikasi dengan tujuan menurunkan
Kerusakan jaringan kulit akibat diare
tujuan
praktik
keperawatan.
trauma, mempertahankan fungsi kulit dan
akan meningkatkan risiko infeksi dan dapat
mencegah
mempengaruhi kesehatan pasien baik fisik
meminimalkan risiko kesakitan pada anak-
maupun
2012).
anak (McGurk, Holloway, Crutchley et al.,
inkontinensia
2004). Salah satu intervensi untuk mengatasi
sebagai akibat dari diare dapat menyebabkan
masalah kerusakan kulit adalah dengan
kulit menjadi ekskoriasi, maserasi, nyeri dan
perawatan
infeksi
keterampilan dasar keperawatan (Flynn &
psikologis
Buruknya
(Bianchi,
penatalaksanaan
(Fumarola,
2011).
Kerusakan
integritas kulit yang tidak segera dicegah dengan
perawatan
yang
tepat
Jika anak dengan kerusakan kulit akibat
diare,
berkembang
mengalami
kulit
kulit
yang
untuk
merupakan
Williams, 2011). Penelitian oleh Maxwell dan Sinclair
akan
mengakibatkan berkembangnya luka tekan.
masalah
(2012) terhadap 38 kasus lesi kelembaban dilakukan pada bulan
September 2011
sampai Januari akhir 2012 pada neonatus dan
komplikasi, maka akan memperpanjang lama
anak
rawat dan biaya yang bertambah. Noonan,
perineal yang diobati dengan pelindung kulit
Quigley dan Culley (2006) menyatakan biaya
dari
untuk
menunjukkan
masalah
perubahan
kulit
adalah
yang
mengalami
Proshield
Plus. 79%
kerusakan
Hasil anak
kulit
penelitian mengalami
penting, menyangkut jangka waktu sakit dan
peningkatan kondisi kulit yang baik atau
biaya keuangan yang harus dikeluarkan
sembuh dengan waktu penyembuhan 3-21
pasien.
hari.
Sementara
itu,
Beldon
(2008)
menyatakan berkembangnya lesi kelembaban
Berdasarkan studi dokumentasi dan
akibat diare membutuhkan terapi yang tepat
wawancara dengan kepala ruang di ruang
untuk mencegah meluasnya ukuran lesi,
rawat anak RS Cilacap, belum ada standar
sehingga meminimalkan kerusakan kulit. Hal
operasional
prosedur
(SOP)
tentang
perawatan kulit khususnya daerah perineal Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. IX. No. 1, Maret 2016
102
akibat dari lesi kelembaban karena diare.
dan penurunan sensori) (McGurk, Holloway,
Perawatan
Crutchley et al., 2004).
kulit
daerah
perineal
yang
mengalami luka pada anak yang dirawat
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti
selama ini yaitu ibu dianjurkan untuk
tertarik untuk meneliti pengaruh perawatan
membersihkan
hangat,
kulit terhadap risiko kerusakan integritas
mengeringkan dengan handuk, kemudian
kulit perineal pada anak dengan diare.
diberi salep Miconazole dan tidak disarankan
Perawatan kulit didasarkan pada prinsip awal
untuk menggunakan popok sekali pakai.
protokol dari ICSI 2007 dengan standar
Perawat melakukan perawatan kulit perineal
praktik perawatan kulit. Selain itu, untuk
anak dengan diare tanpa didahului dengan
menilai integritas kulit didasarkan pada
pengkajian integritas kulit khususnya daerah
tingkat risiko kerusakan integritas kulit
perineal. Perawatan kulit dengan cara di atas
menggunakan Northampton children’s skin
dilakukan pada semua anak yang terkena
assessment tool. Hull dan East Yorkshire
diare dan terjadi luka, sedangkan jika anak
Hospitals merekomendasikan Northampton
tidak mengalami perubahan kulit daerah
skin assessment tool for neonatus and or
perineal
dengan
air
tidak
diberikan
salep
children untuk digunakan dalam menilai
Masalah
integritas
kulit
integritas kulit di unit perawatan anak
khususnya daerah perineal belum menjadi
(Clinical Policy Group, 2006). Alat ukur
perhatian dan perawatan kulit dimaksud
Northampton telah dilakukan uji validitas
belum
melalui
maka
Miconazole.
menggunakan
penilaian
tingkat
house
trial
selama
10
tahun
(McGurk, 2013).
kerusakan integritas kulit. Salah satu alat untuk mengkaji dan merawat kulit yang sudah dikembangkan dalam praktik
METODE Penelitian ini merupakan penelitian
adalah Northampton skin
assessment tool for neonatus and or children.
jenis kuantitatif
Terdapat tujuh kategori penilaian yang
eksperiment, menggunakan rancangan pre
meliputi berat badan, status nutrisi, aktivitas,
dan post test with control group untuk
kontinensia,
mengetahui
nyeri,
keadaan
kulit,
dengan pendekatan quasi
pengaruh
perawatan
kulit
penambahan dua poin atau skor jika ada
terhadap risiko kerusakan integritas kulit
terapi atau kondisi khusus (radioterapi,
daerah perineal karena diare pada anak di
kemoterapi, terapi steroid, lebih dari dua jam
ruang rawat anak RS Cilacap. Sampel
di ruang operasi, anemia, diabetes mellitus
penelitian
berjumlah
45
responden kelompok intervensi dan 45 Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. IX. No. 1, Maret 2016
103
responden
kelompok
pengambilan
kontrol.
sampel
Teknik
menggunakan
consecutive sampling. Kelompok intervensi maupun kelompok kontrol diambil di RSUD Cilacap dan RSI Fatimah Cilacap.
intervensi digambarkan dalam tabel A.2 sebagai berikut: Tabel A.2. Distribusi Responden Menurut Status Gizi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Sebelum Intervensi, bulan April-Juni 2013 (n=90) Mean ZScore
SD
BB/U: Kontrol
-0,4
1,2
dalam penelitian. Kulit dianalisis dengan
Intervensi
-0,9
1,6
frekuensi, mean, standar deviasi, minimal-
B/U: Kontrol Intervensi BB/TB:
-0,1 -0,5
1,6 2,9
Kontrol
-0,4
1,8
Intervensi
-0,6
2,3
Status Gizi Kelompok
Teknik analisis dalam penelitian ini, menggunakan
teknik
dilakukan
untuk
analisis
univariat
mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel yang diukur
maksimal, 95% CI serta p value untuk menguji
homogenitas.
Analisi
bivariat
digunakan uji Mann-Whitney U. HASIL A. Karaktersitik Responden
distribusi usia responden dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok kontrol dan intervensi.
Distribusi
usia
responden diuraikan dalam tabel A.1 berikut ini:
Intervensi
Mean
SD
MinMaks
16,51
13,737
1-50
15,58
10,325
1-36
95% CI
Kontrol (45)
12,3820,64 12,4818,68
0,168
kelompok
kelompok
intervensi
-1,93,9 -4,52,3
-0,8(-0,1) -1,4(-0,4)
0,014
-4,1(4,1) -7,1-(5,5) -2,94,7 -4,28,9
-0,60,4 -1,30,4 -1,00,2 -1,20,1
0,003
0,725
kontrol
sebelum
Kondisi Kulit
Intervensi (45)
Me an
Minmaks
Me an
1,3
1-2
1,6
Min mak s 1-3
p valu e
Total (90)
Me an 0,00 4
1,4
Min mak s 1-3
Tabel B.2
gizi berdasarkan BB/Usia, TB/Usia dan antara
Kompo nen
p value
Distribusi responden menurut status
BB/TB
p value
Distribusi responden tentang kondisi kulit perineal berdasarkan Northampton tool sebelum dilakukan intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi juga pada kelompok di RSUD dan RSI Fatimah Cilacap, terdapat pada tabel B.1 serta tabel B.2: Tabel B.1
Tabel A.1. Distribusi Usia Responden pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi bulan April-Juni 2013 (n=90) Usia Kelompok Kontrol
95% CI
B. Kondisi Kulit Perineal Responden
Hasil analisis univariat menunjukan
kelompok
MinMaks
dan
Komponen
Kondisi Kulit
RSUD (53) MinMean Maks 1,5
1-3
RSIF (37) MinMean Maks 1,4
1-2
p value 0,068
Total (90) MinMean Maks 1,4
dilakukan
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. IX. No. 1, Maret 2016
104
1-3
Tabel B.3. Analisis Perbedaan Skor Selisih kondisi Kulit Perineal Berdasarkan Komponen Northampton Tool Sebelum dan Setelah Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi (n= 90)
Kompo nen
Kelom pok Kontrol
Kelompok Intervensi
Selisih Sebelu m dan Setelah
Selisih Sebelum dan Setelah
-0,3
0,5
Kondisi Kulit
Kesehatan
RI,
2011).
Hasil
penelitian
menunjukkan adanya kesamaan dengan data nasional dan penelitian sebelumnya. Ackley dan Ladwig (2010) dan Klopp, Storey dan Bronstein (2012) menyatakan
Perbeda an Selisih
p* val ue
Efe k Inte rve nsi (%)
bahwa usia yang ekstrim (neonatus atau lanjut usia) merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya risiko kerusakan integritas kulit. Masalah keperawatan risiko
0,8
0,0 00
50 %
kerusakan integritas kulit dapat terjadi pada balita dengan diare karena meningkatnya
*p value Mann Whitney U
urea-amonia yang akan merusak lapisan asam kulit, sehingga mengaktifkan kerja
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
enzim proteolitik dan lipolitik yang akan
usia balita pada dua kelompok hampir sama,
mengakibatkan
dimana rentang usia kelompok kontrol lebih
jaringan (Cooper, 2011). Suraatmaja
tinggi (12,38- 20,64 bulan) dibandingkan
iritasi
serta
(2007)
kerusakan
menyatakan
kelompok intervensi (12,48- 18,68 bulan).
kebanyakan episode diare terjadi pada usia 2
Menurut
dasar
tahun pertama kehidupan. Hal ini mungkin
(Riskesdas) tahun 2007, diare pada anak di
dikarenakan pada masa tersebut anak sudah
Indonesia bila dilihat per kelompok usia,
diberikan makanan pendamping serta mulai
tersebar di semua kelompok usia dengan
aktif
prevalensi paling tinggi terdeteksi pada anak
meningkatkan
usia
16,7%
terjangkitnya diare (Iswari, 2011). Diare
2011).
terjadi pada anak usia sekitar 12-23 bulan
Penelitian Suddaby, Barnett dan Facteau
karena anak mulai aktif bermain sehingga
(2005) menunjukkan bahwa pasien yang
lebih berisiko terkena infeksi.
1-4
data
riset
tahun
(Kementerian
kesehatan
yaitu
Kesehatan
sebesar RI,
bermain.
Perilaku risiko
ini anak
akan untuk
dirawat di unit medikal bedah anak dengan
Salah satu faktor risiko terjadinya
diare dan mengalami kerusakan integritas
kerusakan integritas kulit adalah keadaan
kulit rata-rata berusia 2,8 tahun. Berdasarkan
nutrisi (Ackley & Ladwig, 2010; Klopp,
survey demografi dan kesehatan Indonesia
Storey & Bronstein, 2012) yang dapat dilihat
(SDKI) tahun 2007 prevalensi diare tertinggi
dengan status gizi. Status gizi balita yang
adalah anak usia 12-23 bulan (Kementerian
dimaksud
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. IX. No. 1, Maret 2016
dalam
penelitian
ini
adalah 105
Suplementasi
berdasarkan indeks BB/ Usia, TB/ Usia dan
zinc
merupakan
BB/ TB atau PB. Status gizi merupakan
intervensi baru untuk mengobati diare yang
keadaan kesehatan individu yang ditentukan
terjadi pada anak-anak. Penelitian Walker,
oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan
Fontaine,
zat lain yang dampak fisiknya dapat diukur
menunjukkan bahwa pemberian zinc bersama
secara antropometri. Standar antropometri
dengan rehidrasi oral solution/ garam dengan
penilaian status gizi anak menurut kategori
osmolaritas rendah dapat mengurangi durasi
dan ambang batas (Z-Score) dapat diukur
dan tingkat keparahan episode diare selama
berdasarkan indeks BB/ U, TB/ U, BB/ TB
tiga bulan.
Young
dan
Black
(2009)
Penelitian ini sesuai dengan penelitian
dan IMT/ U (Kemenkes, 2011). Hasil penelitian menunjukkan antara
yang dilakukan oleh Debi (2006 dalam
kelompok kontrol dan kelompok intervensi
Iswari, 2011) yang menjelaskan bahwa diare
mempunyai status gizi sebagian besar sama
pada balita lebih banyak terjadi pada balita
yaitu berada pada Z-Score -2 SD s.d. 2 SD
dengan status gizi baik (62,3%). Hal ini
(status gizi baik). Balita dengan status gizi
dapat terjadi kemungkinan karena sebelum
sebagian besar baik namun mengalami diare
masuk rumah sakit status gizi balita tersebut
pada balita dalam penelitian ini, mungkin
sudah baik. Perawatan kulit dalam penelitian ini
karena faktor lain seperti imunitas. Hasil penelitian Noviyanti dan Sarbini (2010)
dilakukan
pada
menunjukkan tidak ada hubungan yang
kelompok intervensi. Perawatan kulit pada
signifikan antara status gizi dengan imunitas
kelompok kontrol dilakukan sebagaimana
pada balita. Artinya bahwa meskipun status
yang biasa dilakukan di ruangan anak rumah
gizi normal, tetapi status imunitas balita tidak
sakit yaitu dibersihkan dengan air besih,
normal. Hal ini terjadi karena status imunitas
dikeringkan dan akan diberi salep Mico-Z
tidak hanya dipengaruhi status gizi tetapi ada
jika terjadi kemerahan. Perawatan kulit pada
faktor lain seperti asupan zat micro, infeksi
kelompok intervensi dilakukan dengan cara
atau penyakit dan kelengkapan imunisasi.
yang
hampir
kelompok
sama
yaitu
kontrol
dan
dibersihkan,
Diare akut bisa terjadi pada pasien
dikeringkan kemudian diolesi dengan minyak
yang mengkonsumsi obat seperti antibiotik
kelapa yang dibuat secara tradisional pada
dan laksatif. Pemakaian antibiotik dapat
area kulit yang iritasi dan dipijat pada area
mempengaruhi flora normal dalam saluran
kulit sekitar perineal yang tidak mengalami
pencernaan
iritasi/ lecet.
yang
dapat
menyebabkan
inflamasi mukosa usus (Wilson, 2008). Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. IX. No. 1, Maret 2016
106
Hasil penelitian dilihat dari komponen
Penggunaan air putih sebagai terapi
kondisi kulit skor Northampton Children’s
serta usapan yang lembut atau ditepuk, bukan
Skin Assessment Tool memiliki perbedaan
digosok adalah cara untuk menghindari
skor
paparan gesekan lebih lanjut (Livre, 2002
setelah
kelompok
dilakukan kontrol
tindakan dan
pada
intervensi.
dalam
Beldon,
2008).
Pendapat
lain
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U
menyatakan bahwa pembersihan sederhana
menunjukkan terdapat perbedaan kondisi
dengan air dan kain yang lembut cenderung
kulit perineal yang bermakna sebelum dan
mengurangi
setelah dilakukan intervensi antara kelompok
menggunakan tisu sekali pakai (Mersch &
kontrol dan kelompok intervensi dengan p=
Shiel, 2012). Pendapat ini didukung oleh
0,000. Penelitian ini sesuai dengan penelitian
Langemo, Hanson, Hunter, Thompson dan In
Lestari (2012) bahwa perawatan kulit dengan
(2011), untuk menghindari trauma mekanik
menggunakan minyak kelapa mempunyai
seperti gesekan dan tekanan pada kulit maka
peluang 6 (enam) kali untuk mencegah
saat
terjadinya iritasi daerah perineal bayi dengan
dilakukan dengan hati-hati dan lembut untuk
diare.
mengurangi Gerakan yang tepat saat perawatan
iritasi
melakukan
praktik
kulit
perawatan
trauma
dalam
daripada
kulit
dimaksud.
penelitian
harus
Standar
ini
telah
kulit memberikan dampak terhadap kulit
menerapkan prosedur tersebut sehingga hasil
terutama daerah perineal anak dengan diare.
penelitian menunjukkan adanya peningkatan
Hal ini sesuai dengan protokol ICSI (2007)
kondisi kulit ke arah yang lebih baik guna
bahwa untuk intervensi skin safety meliputi
menurunkan
meminimalkan atau menghilangkan gesekan,
integritas
tekanan, mengatur kelembaban. Gerakan
mengalami diare.
yang tidak tepat saat perawatan kulit dapat menimbulkan daya gesekan dan geseran terhadap kulit sehingga dapat menimbulkan iritasi. Hess (2011) mengatakan bahwa tekanan dapat mengakibatkan vaskularisasi terganggu, menghambat aliran darah menuju jaringan
dan
akhirnya
memperlambat
penyembuhan luka karena suplai darah terganggu.
masalah kulit
risiko
perineal
kerusakan
balita
yang
Kulit pada balita masih cukup sensitif terhadap rangsangan dari luar yang berupa sentuhan maupun terapi lain. Ackley dan Ladwig (2010) menyatakan bahwa salah satu intervensi untuk
terapeutik
mengatasi
indepeden masalah
perawat kerusakan
integritas kulit adalah meningkatkan perfusi jaringan
dengan
pijatan
sekitar
area
kemerahan, membersihkan, mengeringkan serta melembabkan kulit. Penelitian Maxwell
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. IX. No. 1, Maret 2016
107
dan
Sinclair
(2012)
pada
anak
yang
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat
mengalami kerusakan kulit perineal yang diobati
dengan pelindung dari Proshield
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
terjadi
1. Usia balita yang mengalami diare adalah
peningkatan kondisi kulit yang baik atau
pada rentang usia 12,38 bulan sampai
sembuh dengan waktu penyembuhan 3-21
dengan 20,64 bulan (mean= 16,04 bulan)
hari. Perawatan kulit dengan menggunakan
dengan sebagian besar status gizi baik
minyak kelapa sebagai pelembab adalah
berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/TB.
Plus
menunjukkan
79%
anak
efektif dan aman sehingga pada pasien yang
2. Ada perbedaan yang bermakna antara
kulit
kelompok yang mendapatkan perawatan
(xerosis) dapat mengalami penurunan risiko
kulit sesuai kebiasaan ruangan di RS dan
kerusakan (Agero & Rowell, 2004). Hal ini
kelompok yang mendapatkan perawatan
sejalan
kulit
mengalami
kerusakan
dengan
integritas
langkah
peneliti
dalam
sesuai
standar
praktik
dalam
memberikan minyak kelapa murni secara
penelitian ini terhadap kerusakan kondisi
tradisional
kelembaban
kulit (p= 0,000). Pengaruh perawatan kulit
daerah perineal balita dengan diare. Terbukti
sesuai standar praktik dalam penelitian ini
bahwa dalam waktu 3 hari perawatan, balita
pada balita dengan diare meningkat 50%
yang mengalami lecet/ kemerahan/ iritasi
ke arah yang lebih baik pada komponen
pada kulit perineal mengalami penurunan
kondisi kulit
untuk
menjaga
skor dengan rata-rata selisih skor sebelum dan setelah intervensi 0,5 dari skor 1,6
UCAPAN TERIMAKASIH
menjadi 1,1 dan secara statistik bermakna. Perawatan kulit sesuai standar praktik dalam penelitian ini dapat meningkatkan 50% kondisi kulit ke arah yang lebih baik. Artinya bahwa balita yang semula rata-rata mengalami lecet/ iritasi pada kulit perineal akibat
diare
dapat
disembuhkan
atau
diturunkan skornya menjadi lebih rendah dan
Peneliti
mengucapkan
terimakasih
kepada pihak RS dan RSI Fatimah Cilacap yang telah memberikan izin penelitian ini. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap dan Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) yang telah bersedia memuat hasil penelitian ini.
balita yang kondisi kulit awalnya utuh maka tidak akan mengalami lecet/ kemerahan akibat iritasi.
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. IX. No. 1, Maret 2016
108
DAFTAR PUSTAKA Ackley, B., J. & Ladwig, G., B. (2010). Nursing diagnosis handbook: An evidence-based guide to planning care. (9th ed). USA: Mosby Elsevier. Agero, A.L. & Rowell, V.V.M. (2004). A randomized double-blind controlled trial comparing extra virgin coconut oil with mineral oil as moisturizer for mild to moderate xerosis. Available at: www.ncbi.nlm.gov/pubmed/15724344 Beldon, P. (2008). Moisture lesions: the effect of urine and faeces on the skin. Journal of Wouns Essentials, (3), 1-3. Bianchi, J. (2012). Causes and strategies for moisture lesions. Journal of Nursing Times, 108 (5). 20-22, January 31. Clinical Policy Group. (2006). Pressure ulcer risk assessment & prevention resource file. United Kingdom: Northampton Hospital Science. Cooper, P. (2011). Skin care: Managing the skin of the incontinent patient. Wound Essentials Journal, 6, 69-74. Flynn, D. & Williams, S. (2011). Barrier creams for skin breakdown. Nursing & Residential Care Journal, 13 (11), 553558. Fumarola, S. (2011). Moisture lesions assesment & management. www.healthcareferencesuk.co.uk/prese ntation/downloads/5_Fumarola_%5BC ompatibility_Mode%5D.pdf. Gray, M., Bliss, D.Z., Doughty, D.B., Seltun, E.J., Evans, K.K.L. & Palmer, MH. (2007). Incontinence associated dermatitis: a consensus. Journal of Wound Ostomy Continence Nursing, 34 (1), 45-54. Haugen, V. (1997). Perineal skin care for patients with frequent diarrhea or fecal incontinence. Gastroenterology Nursing Journal, 20 (3), 87-90, Hess, C., T. (2011). Checklist for Factors Affecting Wound Healing. Advance in Skin & Wound Care, 24 (4). 192. ICSI. (2007). Health care protocol: Skin safety protocol risk assessment and prevention of pressure ulcer. Available
at: http://www.njha.com/qualityinstitute/p df/226200833420PM63.pdf Iswari, Y. (2011). Analisis faktor risiko kejadian diare pada anak usia dibawah 2 tahun di RSUD Koja Jakarta. Tesis. http://www.lontarui.ac.id/pdf. Kementerian Kesehatan RI. (2011). Situasi Diare di Indonesia. Buletin jendela data dan informasi kesehatan triwulan II. Jakarta. http://www.depkes.go.id/ Klopp, A., Storey, V.M., & Bronstein, K.S. (2012). Skin integrity, impaired: Risk for-pressure sores; pressure ulcers, bed sores; decubitus care. EHS: nursing diagnosis care plans. Churchill Livingstone: Elsevier Saunder Mosby. Available at: www.vs.eslevierhealth.com/MERLIN/ Gulanick/archive/Constructor/gulanick 47,html. Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: A vision for holistic health care and research. Canada: Springer Publishing Company. Langemo, D., Hanson, D., Hunter, S., Thompson, P., & In E., O. (2011). Incontinence & incontinence associated dermatitis. Advances in skin & wound care 24 (3), 126-140. Lestari, T.T. (2012). Efektifitas Perawatan Perineal dengan Minyak Kelapa terhadap Pencegahan Iritasi pada Infant usia 0-1 tahun dengan Diare di ruang Aster RSD dr. Soebandi Jember. Universitas Muhammadiyah Jember. Diambil dari http://fikes.unmuhjember.ac.id/index.p hp/publikasi/17-publikasi/. Lund, C. (2012). Neonatal Skin Science 2012. Available at: www.ncann.net/wpcontent/uploads/2012/09/lund.skin. Maxwell, J. & Sinclair, D. (2012). Treatment of moisture related lesions in children. Presented at EWMA 2012. Vienna. Austria. McGurk, V. Holloway, B., Crutchley, A., & Izzard, H. (2004). Skin integrity
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. IX. No. 1, Maret 2016
109
assessment in neonates and children. Paediatric Nursing, 16 (3), 15-18. Mersch, J. & Shiel, W.C. Jr. (2012). Diaper rash. http://www.medicinenet.com/diaper_ra sh/article.htm. Noonan, C., Quiqley, S., & Curley, M.A.Q. (2006). Skin integrity in hospitalized infants and children: A prevalence survey. Journal of Pediatric Nursing, 21 (6), 445-453. Noviyanti, R.D. & Sarbini, D. 2010. Hubungan status Gizi Dengan Status Imunitas Anak Balita Di RW VII Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Jurnal Kesehatan. Volume 3 (1) : 58-65 Schmitt, B.D. (2012). Diarrhea: Toddler (age 1 to 3 years). Pediatric Advisor. Relay Health. http://www.cpnonline.org/CRS/CRS/pa _diarrto_hhg.htm
Suddaby, E.C., Barnett, S. & Facteau, L. (2005). Skin breakdowns in acute care of pediatrics. Journal of Paediatric Nursing, 31 (2), 132-138. Suraatmaja. (2007). Gastroenterologi anak. Jakarta: Sagung Seto. Walker, C.L.F., Fontaine, O., Young, M.W., Black, R.E. (2009). Zinc and low osmolarity oral hydration salt for diarrhea: A renewed can to action. Bull World Health Organ, 87 (10); 780-786. Wilson, M. (2008). Diarrhea and its possible impact on skin health. Nursing Times. 104 (18), 49-52. Zollo, M.B. Gostisha, M.L., Berens, R.J., Schmidt, J.E. & Weigle, C.G.M. (1996). Altered skin integrity in children admitted to pediatric intensive care unit. Journal of Nursing Care Quality, 11 (2), 62-67.
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. IX. No. 1, Maret 2016
110