Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Masdiana, Tahlil, Imran
Persepsi, Sikap, & Perilaku Ibu Dalam Merawat Balita Dengan Diare Mothers’ Perceptions, Attitudes & Behaviors On Caring Children With Diarrhea Masdiana1, Teuku Tahlil2, Imran3 1
Magister Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, E-mail:
[email protected] (Korespodensi)
Abstrak Pengetahuan, persepsi, dan pengelolaan keterampilan ibu memiliki peran penting dalam meminimalkan morbiditas dan mortalitas penyakit diare. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam tentang persepsi, sikap, & perilaku ibu dalam merawat balita dengan diare. Sebuah studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif dilakukan dengan wawancara mendalam pada 20 orang partisipan yang didapatkan dengan purposive sampling. Transkripsi dianalisis dengan menggunakan content analisis untuk mengidentifikasi kategori dan tema. Berdasarkan hasil penelitian sikap ibu terhadap kejadian diare antara lain cemas, panik, tenang dan tidak peduli. Penyebab diare yang dipersepsikan adalah kesalahan mengkonsumsi makanan/minuman, malabsorbsi, defisensi imun, virus, parasit, personal hygiene & sanitasi yang buruk, dan proses tumbuh kembang. Klasifikasi diare meliputi diare ringan dan diare berat. Perilaku ibu dalam perawatan/pengobatan diare berupa mencari fasilitas kesehatan, pengobatan tradisional, merawat sendiri balita dengan diare di rumah, dan tidak melakukan apa-apa, sedangkan pencegahan diare yang dilakukan adalah menjaga makan dan minum anak, menjaga agar anak tidak terpapar dari anak lain yang sedang mengalami diare, menjaga kebersihan diri dan sanitasi lingkungan. Dibutuhkan strategi komunikasi interaktif untuk ibu dan petugas kesehatan dalam memfasilitasi perubahan positif yang berkelanjutan dalam merawat balita dengan diare dengan mempertimbangkan budaya dan sumber daya yang ada. Kata Kunci: pengalaman ibu (persepsi, sikap, perilaku)
Abstract Knowledge, perceptions, and the management skills of mother were an important role in minimizing the morbidity and mortality of diarrheal disease. This study aimed to explore the perceptions, attitudes, behaviors of mothers on caring children with diarrhea. A qualitative study with descriptive phenomenology approach, indepth interviews conducted on 20 participants who were selected by purposive sampling technique. Transcription was analyzed using content analysis to identify the categories and themes. The results showed the attitudes of mothers towards the incidence of diarrhea were anxiety, panic, calm and unconcerned. The causes of diarrhea as perceived by mothers were consumption of wrong food/beverage, malabsorption, immune deficiency, contaminations of food by viruses and parasites, poor sanitation and personal hygiene, and the growth process. Classification of diarrhea include mild diarrhea and severe diarrhea. Mothers’ behavior in caring/treating diarrhea were looking for health facilities, traditional treatments, treating the children with diarrhe by themselves at home, and did not provide any treatment. The prevention of diarrhea were keeping food and drinks children, do not let the children exposed to other children with diarrhea, maintaining personal hygiene and sanitation. Interactive communication strategy for mothers and health workers is needed in facilitating sustainable positive changes in caring children with diarrhea by considering the culture and available resources. Key Words: mothers’ experiences (perceptions, attitudes, behaviors) .
100
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Masdiana, Tahlil, Imran
Provinsi Aceh menempati urutan tertinggi
Latar Belakang Diare
merupakan
kematian
balita
penyebab di
dunia
prevalensi diare pada balita di Indonesia
kedua
yaitur 10,2% diikuti oleh Papua (9,6 %),
setelah
DKI jakarta 8,9 % , dan Sulawesi Selatan
Pneumonia dan penyebab pertama gizi
8,1 %. (Riskesdas, 2013). Data Riskesdas
buruk pada balita (WHO, 2015). CDC
memperlihatkan bahwa insidensi diare
(2012) menyebutkan 1 dari 9 kematian
tertinggi ditemukan di Kabupaten Pidie
pada balita disebabkan oleh diare. Diare
Jaya (17,9%), Aceh Tenggara (17,3%),
menjadi penyebab utama kematian pada
Aceh Timur (16,9%), Kota Subulussalam
balita di Indonesia (KEMENKES, 2011).
(16,4%), Kabupaten Aceh Utara (14,5%),
WHO (2015) memperkirakan 1,7 milyar
dan Banda aceh (5,2%). Puskesmas Batoh
kasus diare terjadi setiap tahun dan
Kecamatan Lueng Bata memiliki angka
membunuh sekitar 760.000 balita, sebuah
kejadian diare tertinggi di Kota Banda
proporsi yang signifikan padahal penyakit
aceh sebanyak 225 kasus pada tahun 2014
diare dapat dicegah melalui air minum
(Dinkes Kota Banda Aceh, 2015).
yang aman dan sanitasi yang bersih serta memadai.
Tatalaksana penderita diare yang tepat dan efektif merupakan bagian penting dalam
Salah satu tujuan MDG’s (Millenium Development
Goals)
yaitu
pemberantasan penyakit diare khsususnya
penurunan
dalam upaya menurunkan angka kematian
angka kematian anak menjadi 2/3 bagian
diare dan mengurangi komplikasi akibat
dengan menjadikan 97 per kelahiran hidup
diare (Arvero, Degollado, & Alvarez,
di tahun 2015 (UNFPA, 2003). Hal ini
2013).
tidak mudah dilakukan mengingat m asih tingginya angka kematian pada balita. Data
menunjukkan
8.790.000
Carusso, Stephenson, & Leon (2011)
anak
dibawah usia 5 tahun meninggal di seluruh dunia setiap tahun dan 15 % atau 1,5 juta
menyatakan bahwa
pengalaman ibu
memberikan
positif
dampak
kesehatan anak
dari kematian tersebut disebabkan oleh
dengan diare,
pada karena
dunia anak sebagian besar dikendalikan
penyakit diare (WHO & UNICEF, 2009).
oleh pengalaman ibu. Kemampuan ibu dalam merawat anak dipengaruhi oleh
101
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Masdiana, Tahlil, Imran
berbagai faktor termasuk faktor keluarga,
wilayah
kerja
sosial, dan budaya. Peran ini semakin
Lueng Bata.
Puskesmas
Kecamatan
penting karena mengingat diare adalah penyakit yang dapat dicegah. Ibu perlu mengidentifikasikan
dan
Metode
memahami Penelitian
faktor-faktor tertentu dalam melindungi
ini
menggunakan
desain
penelitian kualitatif dengan melakukan
atau menghindari anaknya dari risiko
pendekatan
morbiditas dan mortalitas akibat diare.
fenomenolgi
deskriptif.
Wawancara mendalam dilakukan pada 20 orang partisipan yang pernah merawat
Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh
balita dengan diare yang dilakukan pada
Yalew, E (2014) di wilayah Barat Ethiopia
tanggal 16 Agustus sampai 19 September
tentang persepsi penyebab dan manajemen
2015.
ibu dalam merawat diare pada anak
menggunakan
menyebutkan pemahaman persepsi diare
pengobatan
balita
dengan
diare
tradisional
dianalisis
content
analisis
dengan untuk
mengidentifikasi kategori, sub tema, dan
oleh pengasuh sangat penting dalam merawat
Transkripsi
tema.
dan
merupakan
Hasil
pertolongan pertama yang dapat dilakukan sebelum anak mereka dibawa ke rumah
Penelitian ini melibatkan 20 orang ibu
sakit/klinik.
juga
yang pernah merawat balita dengan diare.
dilakukan Ansari M, et al (2012) di
Karakteristik partisipan dalam penelitian
wilayah Nepal yang menyebutkan ada
ini
keyakinan yang berbeda terhadap jenis,
berasal dari suku Aceh, dengan proporsi
penyebab dan tingkat keparahan diare,
terbesar adalah individu yang berusia
klasifikasi
dalam
antara 25-29 tahun (50%), berpendidikan
mencegah atau mengobati diare pada
terakhir SMA (60%) bekerja sebagai IRT
balita.
(55%). Tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa
Penelitian
kualitatif
makanan/cairan
adalah semua responden (100%)
kebanyakan anak yang mengalami diare Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti
adalah pada usia 1-2 tahun (70%) dan
tertarik melakukan suatu penelitian dengan
merupakan anak pertama (45%). Deskripsi
metode fenomenologi deskriptif untuk
karakteristik partisipan diringkas dalam
mengeksplorasi pengalaman ibu dalam
Tabel 1 sebagai berikut:
merawat pada balita dengan diare di 102
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Masdiana, Tahlil, Imran
Tabel 1. Distribusi frekuensi partisipan berdasarkan
panik seperti yang disampaikan oleh salah
karakteristik demografi (n=20) No. Kategori 1. Usia ibu (tahun) a. 20 - 24 b. 25 – 29 c. 30 – 34 d. 35 – 39 e. ≥ 40 2. Usia anak (tahun) a. 1 – 2 b. 3 – 4 3. Urutan anak a. Pertama b. Kedua c. Ketiga d. ≥ keempat 4. Suku a. Aceh 5. Pendidikan Terakhir a. Sekolah Dasar (SD) b. Sekolah Menengah Pertama (SMP) c. Sekolah Menengah Atas (SMA) d. Perguruan tinggi 6. Pekerjaan a. Ibu Rumah Tangga (IRT) b. Pegawai Negeri Sipil (PNS) c. Wiraswasta
satu partisipan berikut:
Frekuensi
(%)
1 10 5 3 1
5 50 25 15 5
“gimana yaa.. dibilang bahaya gak juga,, kan biasa diare tu,, bisa dibilang semua anak-anak pasti pernah mengalami diare gak mungkin ada anak yang gak pernah diare.. “ (P15)
14 6
70 30
Persepsi ibu tentang penyebab diare
9 7 3 1
45 35 15 5
Penyebab
20
100
hygiene & sanitasi yang buruk, (50%)
pertanyaan
yang
dipersepsikan
partisipan menunjukkan sebagian besar (70%) diare disebabkan oleh personal
kesalahan
mengkonsumsi
makanan/minuman, (20%) proses tumbuh
1
5
1
5
disebabkan oleh virus, defisensiimun, dan
12
60
parasit, seperti yang disampaikan oleh
6
30
partisipan berikut
11
55
4
20
5
25
kembang, (10%) malabsorbsi, dan (5%)
“...hehehe pakek sabun kalo mandi aja,, kalo gak mandi gak pakek sabun hahaha,, hahaha kadang ada kadang gak ada.. karena kalo minta susu harus langsung ada.. mana teringat lagi cuci-cuci tangan..”(P5) “...makan yang pedas atau makan yang asam-asam kali,, kek kemaren gara-gara makan rujak.. kan lagi musim mangga.. adek kakak buat rujak dari mangga jadi minta juga anak kakak.. gak banyak cuma sekitar 3 potong dia makan,, itupun mangganya dipotong kecil-kecil.. mencret pulaa..” (P20)
Sikap ibu terhadap kejadian diare Menanggapi
diare
“Bagaimana
persepsi itu terhadap diare pada balita” sebagian partisipan menunjukkan sikap yang berbeda terhadap kejadian diare. sebanyak (45%) partisipan menunjukkan
“menular dari anak tetangga,, kan anak tetangga kakak diare hari itu,, emang lagi musim diare laa.. kakak jenguk laa bawa
sikap tenang, (20%) cemas dan tidak peduli, dan (15%) menunjukkan sikap 103
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Masdiana, Tahlil, Imran
anak kakak pula,, jadi pas besoknya anak kakak juga kenak diare..” (P19)
Perilaku dalam perawatan/pengobatan
Persepsi ibu terhadap klasifikasi diare
Pengobatan yang dilakukan partisipan
diare
ketika anak mengalami diare menunjukkan
Partisipan membedakan diare menjadi
sebanyak (75%) merawat sendiri diare di
diare ringan dan diare berat. Diare ringan
rumah, (65%) mencari fasilitas kesehatan,
ditandai dengan tinja cair yang berwarna
(15%)
kuning dengan frekuensi BAB kurang dari
tidak
melakukan
pengobatan/perawatan apapun dan (10%)
4 kali sehari seperti yang disampai oleh
mencari
partisipan berikut ini.
pengobatan tradisional seperti
yang disampaikan oleh partisipan berikut:
“...mencret biasa laa dek gak kenapakenapa,, yang seringnya 2 sampe 3 kali sehari,, BABnya warna kuning agak pucat gitu,,kadang kuning aja gitu lengket di pampers..” (P17)
gangguan integritas kulit dan dehidrasi
“...tergantung sih dek,,, tapi biasanya kakak gak pernah langsung bawa anak ke rumah sakit,, pasti kakak rawat dulu sendiri,, kalo gak sembuh baru bawa ke rumah sakit.. kan gak bagus juga obat yang dikasi dokter itu, banyak mengandung bahan kimia,, walaupun obat tapi bahaya juga kalo banyak-banyak kali diminum,,,bagus kita kasih obat kampung yang gak banyak efek sampingnya.. kecuali kalo udah gak mempan baru kita kasih obat rumah sakit...” (P8)
seperti yang disampaikan oleh partisipan
Partisipan juga menyebutkan mengurangi
berikut ini.
asupan makanan dan minuman seperti
“waktu itu terparah laa dia kena diarenya,, harus dirawat di rumah sakit untuk diinfus... sampe 4 hari kalo gak salah,, BABnya enceer,, enceeerr kali,, berlendir,, BABnya udah warna putih bukan kuning lagi dek,, hari pertama tu emang sampe berdarah juga,, sehari ada sampe 10 kali sehari mungkin sebentar-sebentar harus ganti popok,, paraaah kalii pokoknya.. anak kakak pun model diam kalo sakit gak cengeng dia,, jadi diaam aja,,gak tidur jugaa,, lemaaas gitu aja mungkin karena demam juga dek..” (P19)
menghentikan
Sedangkan diare berat ditandai dengan tinja berwarna putih berlendir dengan frekuensi diatas 4 kali sehari, berdarah,
muntah,
demam,
tinja lemas,
makanan
pemberian
lainnya,
ibu
ASI
meyakini
atau jika
mengurangi makanan dan minuman anak dapat menghentikan diare seperti yang disampaikan oleh partisipan berikut ini: “... tulaa,, kami dari dulu kalo anak mencret emang jangan kasih apa-apa dulu jadi kalo gak ada makanan masuk jadi keras BABnya..” (P19)
104
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Sedangkan
Masdiana, Tahlil, Imran
partisipan
yang
tidak
telah
memiliki
ketrampilan
dalam
melakukan apa-apa ditunjukkan karena
memberikan perawatan diare selama di
menganggap diare adalah penyakit yang
rumah. Penelitian yang dilakukan oleh
tidak berbahaya atau sembuh sendiri
Mwambete & Joseph (2010) menyatakan
sehingga
dasar pengetahuan ibu dalam merawat
tidak
perlu
melakukan
pengobatan/perawatan seperti disampaikan
anak
oleh partisipan berikut ini:
pendidikan,
Persepsi
(Usfaret
sebelumnya
ibu
terkait
diare
memiliki
et
al.,
2010).
Sikap
ibu
mempengaruhi keputusan dalam memilih
mencegah anak mengalami diare sebagian
perawatan/pengobatan balita dengan diare.
besar (45%) ditunjukkan dengan menjaga anak,
pengalaman
status
sikap ibu terhadap pengelolaan diare
Pencegahan yang dipersepsikan ibu untuk
minum
oleh
implikasi serius yang berhubungan dengan
Perilaku dalam pencegahan diare
dan
dipengaruhi
mengelola penyakit dan etnis.
“karena kan cuma diare jadi gak kakak peduliin kali kayak sakit lain,, emang selalu gitu asal diare sembuuh sendiri.. hehehe” (P5)
makan
diare
Amare dan Mullu (2015)
menjaga
menyebutkan
sikap ibu yang baik memberi keuntungan
kebersihan diri dan sanitasi lingkungan
terhadap penanganan diare pada anak.
(35%), menjaga agar anak tidak terpapar
Studi lain juga menemukan penanganan
dari anak lain yang sedang mengalami
diare pada balita sangat dipengaruhi oleh
diare (10%).
bagaimana
sikap
ibu
dalam
“...jaga makannya laa yang penting,,
mempersepsikan diare (Ansari, Ibrahim, &
nyesal kali ibu duluu kok bisa ibuk kasih
shankar, 2012).
nasi keras untuk dia..” (P2) Penyebab diare “kalo lagi musim diare atau kalo ada anak tetangga lagi diare kakak batasin kontak mereka,, kayak gak kakak biarin dulu dia main di luar,, (P19)
Personal hygiene sanitasi yang tidak memadai dapat dilihat dari kebiasaan ibu yang jarang mencuci tangan dengan sabun dan merebus botol susu. Khanal, Bhandari,
Pembahasan
& Karkee (2013) menyebutkan 44% dari total kasus kejadian diare di Nepal
Sikap ibu terhadap kejadian diare
disebabkan Ibu yang sudah memiliki pengalaman
oleh
perilaku
ibu
tidak
mencuci tangan dengan benar. Mencuci
merawat anak dengan diare seharusnya 105
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Masdiana, Tahlil, Imran
tangan dapat mengurangi episode diare
menyebabkan diare pada anak (Usfar,
sekitar 30% (Ejemot., et al 2012) dan
Iswarawanti, Davelyna, & Dillon, 2010).
mencuci tangan dengan sabun mengurangi
Meskipun
risiko penyakit diare hingga 42-47%
diare namun ditemukan sebagaian ibu
Mumtaz (2014) di Karachi, Pakistan
mengkonsumsi air yang tidak dimasak.
menemukan sebagian besar kasus diare
Othero
berasal dari botol susu. Penelitian di Sa-o
balita
et
al.
(2008)
menyebutkan
penyebab diare yang paling umum terjadi
Paulo, Brasil menyebutkan merebus botol melindungi
kebersihan
yang tepat sebagai pencegahan penyakit
yang dilakukan oleh Mumtaz, Zafar, &
efektif
menyadari
makanan dan minuman adalah tindakan
(Curtis & Cairncross, 2003). Sebuh studi
susu
ibu
adalah air yang terkontaminasi
dari
(58,2%)
diikuti oleh makanan yang buruk (52,9%).
penyakit diare (Sobel et al., 2004).
Penelitian serupa juga di ditemukan oleh
Diare yang disebabkan oleh kesalahan
File & McLaws (2015) di Pedesaan Ni
mengkonsumsi
makanan/minuman
Vanuatu yang menyebutkan air yang
dipersepsikan sebagai kesalahan dalam
terkontaminasi sebagian besar berasal dari
memberikan
makanan/minuman
air yang tidak dimasak, dan malas menjadi
seperti memberikan makanan padat, pedas
alasan sebagian besar ibu tidak memasak
atau terlalu asam, makanan yang banyak
air.
jenis
mengandung penyedap, minuman manis.
Diare yang disebabkan oleh tumbuh gigi
Nielsen et al. (2001) menyebutkan jenis
diyakini
makanan atau kombinasi makanan tertentu
Ethiopia, Pakistan, Iran, Kenya, Nepal,
pada balita dikarenakan kesalahan ibu
Jamaika,
seperti
oleh
serupa juga ditemukan di Tangerang yang bahwa
ketika
sehingga
yang
tumbuh
gigi.
Hasil
penelitian
penyebab diare yang biasa dialami. Diare pada balita akibat intoleransi laktosa harus
terlalu asam akan menyebabkan ASI dari buruk
Bangladesh
menyebutkan bahwa alergi susu sapi
ibu
mengkonsumsi makanan yang pedas atau
payudara
dan
menyebutkan diare pada balita disebabkan
makan pedas atau terlalu asam. Temuan
menyebutkan
tumbuh
belahan dunia lain seperti di Negeria,
menyebutkan ASI juga menyebabkan diare
makanan
proses
ini juga banyak ditemukan di berbagai
anak sehingga menyebabkan diare. Ibu
mengkonsumsi
sebagai
kembang yang dianggap normal. Temuan
memiliki pengaruh buruk pada lambung
yang
ibu
mendapat
dapat 106
perhatian
khusus
karena
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Masdiana, Tahlil, Imran
penyebab diare yang cukup sering terjadi
diketahui ibu sebagai rujukan awal dalam
(Gaffey et al., 2013).
mengambil tindakan pengobatan yang tepat untuk mengindari komplikasi atau
Hasil penelitian disebutkan balita di
kematian anak akibat diare (Merga &
tempat penelitian mengalami diare setelah
Alemayehu, 2015).
sakit sebelumnya seperti demam, ataupun batuk dan menular dari anak lainnya yang
Perilaku dalam perawatan/pengobatan
sudah
diare
mengalami
diare
sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Amare & Mayoritas
Mullu di Ethiopia (2015) menunjukkan
dari
Namun ada juga ibu yang langsung
oleh bakteri. Kebiasaan anak bermain di
mengunjungi fasilitas kesehatan tanpa
tanah juga diyakini ibu mengalami infeksi mengakibatkan
bantuan
rumah atau tradisional tidak berhasil.
oleh virus dan 2,3% dapat disebabkan
yang
mencari
fasilitas kesehatan jika pengobatan di
bahwa ibu percaya 6,6% diare disebabkan
cacing
ibu
mempertimbangkan obat tradisional dan
diare.
perawatan di rumah. Alasan utama ibu
Beberapa partisipan di Negerian juga
mengunjungi fasilitas kesehatan adalah
percaya infeksi cacing dapat menyebabkan
karena keyakinan atau sikap ibu yang
diare pada anak (Olakunle et al., 2012).
percaya bahwa diare merupakan penyakit Klasifikasi Diare Pengelompokan sebagai
yang harus segera ditangani. Penelitian ini diare
landasan
dijadikan
dalam
sejalan dengan temuan Goldman, Pebley,
ibu
& Gragnolaty (2002) yang menyebutkan
mengambil
perawatan fasilitas kesehatan memainkan
tindakan ketika anak mengalami diare.
peran utama dalam pengobatan penyakit
Diare ringan dipersepsikan sebagai sakit
menular
biasa yang dialami anak sehingga tidak
di
kalangan
anak-anak
di
pedesaan Guatemala.
memerlukan tindakan pengobatan atau sakit yang bisa dirawat sendiri di rumah.
Pengobatan tradisional dengan membawa
Sedangkan diare berat yaitu penyakit yang
anak ke tabib atau dukun meskipun telah
memerlukan tindakan pengobatan seperti
membawa anak ke sarana kesehatan
menjumpai tenaga kesehatan profesional
seperti Rumah Sakit dan Puskesmas.
ataupun non tenaga kesehatan profesional.
Memilih
pengobatan
tradisional
Memiliki pengetahuan yang baik tentang
dikarenakan
ketidaksabaran
ibu
tanda-tanda bahaya penyakit diare penting
kondisi anak yang belum stabil. Ibu yang 107
atau
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Masdiana, Tahlil, Imran
memilih merawat sendiri balita dengan
Alemayehu, 2015).Intervensi
diare di rumah biasanya dilakukan pada
diare di rumah dengan benar dapat
kasus diare ringan. Alasan lain juga
mengurangi kematian anak hingga 40%
dikarena untuk menghindari efek samping
(Othero et al., 2008).
dari obat yang diresepkan, ibu meyakini bahwa
tidak
baik
terlalu
Pemberian ORS adalah tindakan pertama
sering
yang dilakukan ibu dalam perawatan diare
mengkonsumsi obat jika anak sakit, serta
di rumah untuk mencegah timbulnya
budaya atau ibu yang biasa menunggu satu atau
dua
fasilitas
hari
sebelum
kesehatan,
dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah
mengunjungi
ketersediaan
terjadi
obat
dapat dikelola
biasa digunakan secara turun temurun. ibu
dilaporkan
dehidrasi
(Goldman,
Pebley,
Gragnolati, 2002). Diare tanpa komplikasi
tradisional (obat kampung) yang sudah
Banyak
perawatan
di rumah dengan terus
memberi makan anak, memberikan lebih
menggunakan
banyak
cairan
dan
pemberian
Oral
pengobatan sendiri untuk anak mereka
Rehidrasi Solution (ORS) dengan benar
sebagai pilihan pertama ketika anak jatuh
(Othero et al., 2008). Cairan rehidrasi oral
sakit, jika anak tidak sembuh mereka akan
yang biasa digunakan ibu yaitu air tajin,
mencari perawatan di fasilitas kesehatan
sop dan larutan gula garam (LGG).
masyarakat (Le Hoan et al., 2011). Etea
Pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan
(2014) menyebutkan (16,2%) pengobatan
pada pencegahan timbulnya dehidrasi.
di
pengobatan
Namun bila anak banyak mengeluarkan
tradisional, (25,1%) pengobatan tradisional
cairan dianjurkan untuk memberi oralit
diikuti
fasilitas
pada anak. Sedangkan obat tradisional
kesehatan, (16,2%) pengobatan pertama di
yang biasa digunakan oleh ibu antara lain
rumah langsung diikuti oleh kunjungan ke
pisang ayam (mengkal/masak), jambu biji
fasilitas
kunjungan
(daun/buah), daun merak, daun tahi ayam
pertama ke fasilitas kesehatan diikuti oleh
(lantana camara), serei, buah pala, gambir,
pengobatan tradisional, dan (25,1%) ibu
bubuk kopi, dan madu. Ibu lebih menyukai
meminta
tempat
menggunakan obat tradisional dengan
pengobatan. Pengobatan kasus diare selalu
alasan mudah didapat dan tidak memiliki
berdampingan
efek samping. Meskipun demikian pada
rumah
diikuti
oleh
oleh
kunjungan
kesehatan,
tradisional,
bantuan
ke
(7,8%)
ke
semua
dengan fasilitas
pengobatan
kesehatan,
dan
kasus diare metode tradisional jarang
perawatan sendiri di rumah (Merga &
mengelola dehidrasi dengan baik sehingga 108
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Masdiana, Tahlil, Imran
penggunaan paket oralit lebih disarankan
menyebabkan diare. Penelitian lain juga
karena konsentrasi yang tepat sehingga
menjelaskan bahwa 73% dari ibu percaya
dapat memenuhi tujuan untuk menghindari
penurunan frekuensi makanan / minuman
anak dari dehidrasi (Arvelo et al., 2013).
pada saat diare bermanfaat bagi anak (Ogbo, Aina, & Aderemi, 2014).
Obat anti diare juga biasa digunakan ibu ketika merawat anak dengan diare di
Perilaku dalam pencegahan diare
rumah. Ibu mendapatkan obat anti diare dari
depot
obat
dekat
rumah
Tindakan pencegahan yang dipersepsikan
atau
ibu untuk menghindari anak mengalami
pemberian dari tetangga. Ibu meyakini
diare adalah menjaga makan & minum
anaknya akan langsung sembuh bila diberi obat
tersebut.
Penyalahgunaan
anak seperti kesalahan memberi makanan
dan
pada anak dapat menyebabkan anak diare
kesalahpahaman tentang penggunaan obat
sehingga
menimbulkan masalah yang cukup besar
pemberian
makanan
sesuai
dengan usia anak harus diperhatikan.
(Omotade et al., 2000). Menurut CDC
Menjaga anak agar tidak terpapar dengan
obat-obat anti diare yang dijual bebas tidak
anak lain yang sedang mengalami diare
direkomendasikan untuk diberikan kepada
juga dilakukan ibu agar anak tidak
balita dengan d iare tanpa resep dari dokter
mengalami diare. Menjaga kebersihan diri
(Le Hoan et al., 2011).
dan sanitasi lingkungan adalah tindakan menemukan
yang paling penting dilakukan ibu untuk
kesalahpahaman ibu dalam merawat balita
mencegah terjadinya diare seperti mencuci
dengan diare seperti mengurangi asupan
tangan dengan sabun, merebus botol susu,
makanan/minuman
merebus air serta menjaga anak agar tidak
Hasil
penelitian
juga
dan
menghentikan
pemberian ASI saat anak mengalami diare.
bermain di lingkungan yang kotor.
Hal
karena
Khanal, Bhandari, & Karkee (2013)
di tingkat pendidikan ibu,
menyatakan intervensi non medis paling
ini
mungkin
perbedaan
disebabkan
kurangnya pengalaman dan sifat ikut-
efektif
ikutan ibu melihat orang lain atau faktor
mengendalikan penyakit diare pada anak-
orang tua di rumah yang lebih dominan
anak yaitu menerapkan program saniya
mengambil
(kebersihan),
keputusan.
Penelitian
ini
untuk
mencegah
mencuci
tangan
dan
secara
sejalan dengan temuan Papikyan (2009) di
intensif di tempat yang berisiko tinggi
Armenia yang menyebutkan 46,3% dari
terjadinya diare pada anak, menciptakan
ibu-ibu
sepakat
jika
ASI
dapat 109
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
sanitasi
lingkungan
Masdiana, Tahlil, Imran
yang
mempromosikan
baik,
cuci
dan
its management in Morang district,
tangan
Nepal. BMC Research Notes, 5, 576.
menggunakan sabun. Arvelo, W., Degollado, J., Reyes, L.,
Kesimpulan
Álvarez,
A.
(2013).
Perceptions
Anak dengan diare dianggap sebagai
regarding oral rehydration solutions for
penyakit
the
yang
umum
terjadi
di
management
of
diarrhea
in
masyarakat. Oleh karena itu terdapat
Guatemalan children: implications for
berbagai persepsi ibu terkait dengan
diarrheal management in the Americas.
penyebab dan penatalaksaan diare pada
Rev Panam Salud Publica, 34(2), 121–
balita. Dibutuhkan strategi komunikasi
6.
interaktif untuk ibu dan petugas kesehatan dalam
Caruso, B., Stephenson, R., & Leon, J.
memfasilitasi perubahan positif
yang berkelanjutan dalam merawat balita
(2010).
Maternal
dengan diare dengan mempertimbangkan
experience, careaccess, and agency as
budaya dan sumber daya yang ada.
determinants
of
behavior
child
diarrhea
and
in
Bolivia. Revista Panamericana De Salud Publica, 28(6), 429-439. Referensi Curtis, V., & Cairncross, S. (2003). Effect
Amare, D., & Mullu, G. (2015). Mothers’ attitude towards childhood diarrhea
of
management and prevention in under
diarrhoea risk in the community: a
five children in Fenote Selam Town,
systematic review. Pubmeb Lancet
West
Infect Dis, 3(5):275-81.
Gojjam,
Amhara,
Northwest
Ethiopia. Science Journal of Public Health,
3
(3),
398-403.
washing
hands
with
soap
on
Ejemot, N.R.I., Ehiri, J.E.,Meremikwu,
doi:
M.M., & Critchley, J.A. Hand washing
10.11648/j.sjph.20150303.25
for preventing diarrhoea. Cochrane Database
Ansari, M., Ibrahim, M.I.M, Hassali,
of
Systematic
Reviews,
2,4265. doi: 10.1002/14651858.
M.A., Shankar, P., Koirala, A., & Thapa, N. (2012).Mothers’ beliefs and
File, K., &
barriers about childhood diarrhea and
McLaws, M.L. (2015). Ni-
Vanuatu health-seeking practices for
110
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Masdiana, Tahlil, Imran
general health and childhood diarrheal
study. Journal of Multidisciplinary
illness:
Healthcare, 4,329–336
results
from
a
qualitative
methods study. File and McLaws BMC Research
Notes,
8,189.
doi
Millennium Development Goals (MDGs).
10.1186/s13104-015-1151-7
(2003). Population and development strategis, UNFPA
Gaffey, M.F., Wazny, K., Bassani, D.G., &
Bhutta,
Z.A.
(2013).
Merga, N., & Alemayehu, T. (2015).
Dietary
Knowledge,
management of childhood diarrhea in
perception,
and
management skills of mothers with
low- and middle-income countries: a
Under-five children about diarrhoeal
systematic review. BMC Public Health,
disease in Indigenous and Resettlement
13(3),17.
Communities Goldman, N., Pebley, A.R.,Gragnolati, M.
in
Assosa
District,
Western Ethiopia. J Health Popul Nutr,
(2002).Choices about treatment for ARI
33(1),20-30.
and diarrhea in rural Guatemala. Soc Sci Med, 55(10),1693-712.
Mumtaz, Y., Zafar, M., & Mumtaz, Z. (2014).
KEMENKES, RI (2011). Situasi diare di Indonesia.
Jakarta,
Kementrian
Dow University of Health Sciences, 8(1), 3-6.
R.(2013). Non medical interventions for control:
and
children under 5 years. Journal of the
Khanal, V., Bhandari, R., & Karkee,
diarrhoea
attitude
practices of mothers about diarrhea in
Kesehatah Republik Indonesia.
childhood
Knowledge
Mwambete, K.D., & Joseph, R. (2010).
way
Knowledge and perception of mothers
forward in Nepal. Kathmandu Univ
and caregivers on childhood diarrhoea
Med J, 11(43), 256-261.
and
its
management
municipality,
Le, T.H., Ottosson, E., Nguyen, T.K.C.,
in
Tanzania.
Temeke
Tanzan
J
Health Res, 12(1), 47-54.
Kim, B.G., & Allebeck, P. (2011). Drug use and self-medication among children with respiratory illness or diarrhea in a
Neilsen, M., Hoogvorst, A., Konradsen, F.,
rural district in Vietnam: a qualitative
Mudasser, M., & Van der Hoek, W. (2001). 111
Childhood
diarrhea
and
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Masdiana, Tahlil, Imran
hygiene: Mothers’ perceptions and
Nigeria:Need for adaptation of health
practices in the Punjab, Pakistan:
policy and programmes to ultural
Working Paper 25. Colombo, Sri
norms. J Health Popul Nutr, 18(3),139-
Lanka:
144.
International
Water
Management Institute. ISBN: 92-9090451-8
Othero, D.M., Orago, A.S., Groenewegen, T., Kaseje, D.O., & Otengah, P.A.
Njume, C., & Goduka, N.L. (2012).
(2008). Home management of diarrhea
Treatment of diarrhoea in Rural African
among underfives in a rural community
Communities:
of
in Kenya: household perceptions and
measures to maximise the medicinal
practices. East African Journal Of
potentials of indigenous plants, Int. J.
Public Health, 5(3), 142-146.
An
overview
Environ. Res. Public Health, 9, 39113933. doi:10.3390/ijerph9113911
Papikyan, S. (2009). The association of maternal knowledge and management
Ogbo, P.U., Aina, B.A., & Aderemi, R.I.
with
prevalence
and
duration
of
(2014). Management of acute diarrhea
childhood diarrheal disease in Yerevan.
in children by community pharmacists
Master of Public Health Integrating
in Lagos, Nigeria. Pharmacy practice,
Experience Project, College of Health
12, 376.
Sciences Armenia.
Olakunle,
J.M.,
Valentine,
O.U.,
Assessment
of
University
Retrieved
of from
http://aua.am/chsr/PDF/MPH/2009/Papi
Kamaldeen, A., & Abusaeed, M.A. (2012).
American
kyan,%20Satenik.pdf
mothers’
knowledge of home management of
Riskesdas Provinsi Aceh. (2013). Badan
chilhood diarrhea in a Nigerian setting.
penelitian & pengembangan kesehatan.
International
Kementrian Kesehatan RI.
Journal
Pharmaceutical
Research
Of And
Bio
Sobel et al. (2004). Pathogen-specific risk
Science, 1(4), 168-184.
factors and protective factors for acute diarrheal illness in children aged 12–59
Omotade, O.O., Adeyemo, A.A., Kayode, C.M.,
&
Oladepo,
O.
months in Sa˜o Paulo, Brazil. Oxford
(2000).
Treatment of childhood diarrhoea in 112
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Masdiana, Tahlil, Imran
Journals Clinical Infectious Diseases, 38, 1545–51.
Usfar, Iswarawanti, Davelyna, & Dillon, 2010. Food and Personal Hygiene Perceptions
and
Caregivers
Whose
Diarrhea:
Practices
among
Children
AQualitative
Have
Study
of
UrbanMothers in Tangerang, Indonesia, Journal of Nutrition Education and Behavior,
42(1),
33-40.
doi:10.1016/j.jneb.2009.03.003 WHO & UNICEF. (2009, January 1). Diarrhoea:Why children are still dying and what can be done. Retrieved January
8,
from
http://www.who.int/maternal_child_ado lescent/documents/9789241598415/en/ Yalew, E. (2014). A qualitative study of community perceptions about childhood diarrhea and its management in Assosa District, West Ethiopia. College of Medicine and Health sciences BMC Public Health, 14, 975.
113