Terapi Jamu pada Satu Kasus Proses Penyembuhan Lesi Stomatis Aftosa Rekuren Sri Wendari A. Hartono* dan Soeherwin Mangundjaja** *Bagian Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran **Bagian Biologi Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Abstract A lot of Indonesian people used to drink of "jamu ", it has been inherited from their ancestor to cure every kind of diseases. Nevertheless. medical justification quite needed in this matter, investigation must be carried on. Objectives: The aim of the present study was to determine the effect of the jamu (Aquanar) on the healing process of recurrent aphthous stomatitis. Method: Treatment of jamu was given to a young female aged 17 years old, two times mouth rinses and swallow it for over two months. Evaluation was recorded on day 1, day 3 and day 7. Results : showed that one week after using Aquanar the lesion started to heal and subjective symptoms was gone. Conclusion: It was concluded that the use of Aquanar affect the healing process of recurrent aphthous stomatitis. Key words: Jamu- Stomatis Aftosa Rekuren PENDAHULUAN Persentase penyakit infeksi di Indonesia tampaknya masih relatif tinggi. yang berakibat kebutuhan akan obat-obat anti infeksi masih tinggi pula. Tingginya kebutuhan akan obat-obatan anti infeksi ini mengakibatkan meningkatnya pola resistensi kuman terhadap berbagai jenis antibiotika. Dewasa ini banyak ditemukan beredar di masyarakat luas cairan kemasan dengan berbagai merek yang menyandang predikat obat tradisional yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit infeksi. Salah satu obat tradisional yang beredar di masyarakat secara resmi adalah jamu merek Aquanar yang berbentuk cairan dan berwarna bening. yang bertujuan untuk menjaga kesehatan keluarga. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. obat tradisional atau jamu telah digunakan secara turun temurun untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit pada manusia. Namum demikian apakah pemakaian jamu tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara medis. perlu dikaji lebih cermat dan mendalam untuk mengelahui secara tepat apa efek sesungguhnya dari jamu tersebut.
Salah satu jamu yang diuji daiam penilaian ini adalah jamu Aquanar yang dipakai untuk menjaga kesehatan. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana daya kerja jamu Aquanar dalam mempercepat proses penyembuhan lesi Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR). T1NJAUAN PUSTAKA “Back to nature” adalah anjuran dari WHO, untuk menggalakkan kembali pemakaian obat tradisional dalam rnenjaga kesehatan masyarakat, maka sudah saatnya Indonesia mengembangkan dan meningkatkan produksi obat tradisional dengan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi mutahir. Sejalan dengan anjuran WHO, Direktorat Jendral POM Departemen Kesehatan mengembangkan program beberapa jenis abat tradisional untuk mendampingi pemakaian obat modern. Guna menunjang program pemerintah tersebut. institusi pendidikan berkewajiban untuk melakukan penelitian-penelitian ilmiah terhadap jamu yang banyak dipakai oleh masyarakat (Hutapea, 1998). Satu upaya untuk menyambut anjuran pemerintah tersebut. telah dilakukan suatu penilaian klinis dari satu merek jamu yaitu Aquanar yang telah beredar luas di masyrakat. Jamu Aquanar ini mengandung komposisi gypsum fibrosum dan hasil penyinaran alat Sinkar dengan formula Sunaryo .Menurut penelitian instansi pemerintah yang terkait. menunjukkan bahwa Aquanar mengandung komposisi isotop stabil. dan berdasarkan aspek isotop hidrologi bahwa Aquanar tidak ada anomaly/kelainan. Jamu dapat dikatakan sebagai hasil budaya masyarakat. produksi rumahan dan diuji oleh masyarakat sendiri. Mereka memanfaatkan jamu yang berkhasiat serta berguna bagi kesehatan. Karena itu perkembangan jamu memang bukan dari jalur penelitian ilmiah tetapi seeara empiris dan jamu yang banyak beredar dipasaran luas belum sepenuhnya dilengkapi dengan pengujian klinis. Jamu Aquanar diketahi bukan terdiri dari bahan kimia atau antibiotika dan ini untuk menjawab pertanyaan mengapa warna jamu Aquanar bening seperti air aqua. Pada penilaian klinis ini terapi jamu Aquarar dipakai untuk penyakit Stomatitis Aftosa Rekuren(SAR). Stomatitis aftosa rekuren sering kali disebut sebagai luka kanker dan merupakan lesi yang paling umum terdapat di mulut.
2
Prevalensinya sekitar 20 % dari yang dibporkan dan mengenai masyarakat menengah dan atas (Sonis.dkk. 1984). sedang menurut Axell dan Henricsson, 1985 RAS terjadi pada 17 % populasi dan diklasifikasi dalam tiga kategori tergantung dari gambaran klinisnya : (1) luka minor, (2) luka major (Sutton's disease; periaadenitis mucosa necrotica recurrens) dan (3) luka herpetiform l (Lynch, dkk. 1994). Luka minor diameternya kurang dari 1 cm dan sembuh tanpa bekas. luka major diameter lebih dari 1 cm, untuk sembuh waktunya lama dan kadang-kadang ada bekas luka (parut). Sedangkan luka herpetiform merupakan luka-luka kecil berjumlah banyak yang terdapat di dalam mulut.. Etiologi SAR berdasarkan studi selama 40 tahun terahir dipastikan bukan disebabkan oleh HSV (Herpes Simplex Viru:s) seperti yang diduga sebelumnya. Konsep terbaru SAR yaitu mempunyai sindrom klinis dengan berbagai kemungkinan penyebab. Faktor-faktor utamanya yang dapat diidentifikasi adalah keturunan (herediter),allergi. defisiensi hematologi. dan kelainan imunologi (Sonis dkk.: 984. Lynch, 1991). Miller. dkk 1991. mendapatkan 1303 anak dari 530 keluarga, menunjukkan adanya kepekaan yang meningkat terhadap SAR diantara anak-anak yang orang tuanya mempunyai SAR positif. Pada pasien yang orang tuanya SAR positif hampir 90 % berkembang menjadi SAR dibandingkan pasien yang orang tuanya SAR negatif hanya mempunyai 20 % kesempatan untuk menjadi SAR. Miller. dkk 1991 melakukan penelitian efek obat kumur Listerin pada penderita SAR. Hasilnya Listerin dapat mengurangi lama dan keparahan lesi SAR akibat berkurangnya mikroorganisme rongga mulut Gambaran klinis dari SAR yaitu lesi yang terjadi hanya pada mukosa mulut saja. dimulai dengan adanya rasa terbakar 2 sampai 48 jam sebelum lesi tirnbul. Pada saat ini. pada daerah yang terlokalisir tampak eritema, diikuti dengan terjadinya papule putih. ulserasi akan terus membesar mulai dari 48 sampai 72 jam kemudian. Pada SAR tipe minor. diameter lesi antara 0,3 - 1,0 cm, bentuk lonjong. simetris. dangkal dan mulai sembuh seminggu kemudian tanpa parut dan betul-betul sembuh dalam 10-14 hari. Luka major dengan diameter lebih besar dari 1 cm sampai 5 cm yang sangat sakit sehingga menyulitkan untuk berbicara dan makan-minum. RAS tipe herpetiform paling jarang terjadi, biasa terdapat pada orang dewasa, dengan luka-Iuka kecil yang tersebar di mukosa mulut (Lynch. 1994).
3
Penentuan diagnosis SAR berdasarkan gambaran klinis lamanya lesi. dan sejarah kejadiannya (rekurensi). Harus dapat dibedakan dengan stomatitis virus atau pempigold, ulser rekuren lainnya yaitu penyakit jaringan ikat, reaksi karena obat, dan kelalinan kulit. Riwayat sistemik menekankan pula pada kelainan darah, keluhan sistemik, dan yang berhubungan dengan kulit, mata, lesi genital atau rektal (Lynch, 1994) Pengobatan SAR harus bertujuan untuk mengurangi peradangan, menghilangkan sakit. dan penyembuhan yang cepat. Sayangnya belum ada pengobatan yang mencakup ketiga hal tersebut. Walaupun demikian. steroid topikal tampaknya efektif untuk menangani SAR dalam bentuk krem atau oral base ointment (triamsinolone) (Sonis, dkk.., 1984). Hasil studi Avi SS. 1994 di RS Cipto Mangunkusumo dari penyakit mu!ut yang ada, 26,6 % adalah SAR, dimana etiologinya belum diketahui secara pasti. Altman, 1998 menyatakan bahwa terapi dengan isotop statil dalam kandungan air merupakan modulator imunologik. Pada studi ini dipakai jamu Aquanar yang mengandung gypsum fibrosum dan kandungan isotop stabil dari penyinaran alat Sinkar dan formula Sunaryo, yang diduga mampu membangkitkan sistem imun respon pada tubuh manusia. Karena belum adanya pengobatan yang pasti untuk SAR perlu mengantisipasinya yaitu dengan pengobatan alternatif sebagai terapi awal untuk penyembuhan lesi SAR Makalah ini melaporkan satu kasus pengobatan lesi stomatitis aftosa rekuren dengan kumur-kumur jamu Aquanar dan dievaluasi pada hari 1. hari ke 3. dan hari ke 7 setelah perawatan dan enam bulan setelah perawatan.
LAPORAN KASUS Nama OS Umur Sex Keluhan utama
: : : :
SR 17 tahun Perempuan Luka pada lidah (sariawan) sudah satu minggu. sangat sakit dan perih.Sariawan sering terjadi sejak beberapa tahun yang lalu.
4
Pemeriksaan klinis : Ekstra oral Intra oral
: ada pembengkakan kelenjar submandibuler. : kebersihan mulut baik, ada karies, tidak ada gigi yang hilang, gusi norma1,terdapat lesi pada lidah sebelah kiri seluas 8 mm. dalam 2 mm. sekeliling lesi ,warna merah. sangat sakit baik ada sentuhan atau tidak .
Perawatan: Pemberian Aquanar untuk kumur-kumur lalu ditelan hanya pada malam hari sebelum tidur. Aquanar diberikan untuk dua bulan. Hasil pemeriksaan darah (lg A) normal dan dilakukan pemotretan hari pertama dan dua minggu kemudian. Hasil : Hari pertama
: tidak sakit dan tidak perih kecuali pada saat bangun tidur pagi. Tidak sakit pada waktu makan dan minum.
Hari ketiga
: tidak sakit. sekeliling lesi masih agak merah.
Hari ketujuh
: tidak sakit, kemerahan sekeliling lesi mulai menghilang Lesi mengecil
Dua minggu kemudian . tidak ada lesi dan tidak meninggalkan bekas luka. dalam waktu enam bulan setelah sembuh. SAR terjadi lagi hanya satu kali, lesi kedl dan tidak membesar. PEMBAHASAN Kuman Streptococcus sanguis dilaporkan mempunyai peranan yang penting sebagai pencetus stomatitis aftosa rekuren (Donatsky dan Bendixen, 1972). Dengan kumur jamu Aquanar kuman Streptococcus mutans yang berasal dari saliva akan berkurang, sehingga derajat infeksi pun akan menurun. Hal ini berdasarkan hasil penelitian awal dari 12 subjek terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans yang berasal dari saliva, dan diduga Aquanar mengandung suatu bahan aktif yaitu bahan isotop stabil yang mampu menghambat pertumbuhan kuman dengan jalur sistem imunologik (Mangundjaja S, 1998).
5
Pengobatan SAR pada umumnya untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses penyembuhan lesi, tetapi tidak dapat mencegah timbulnya rekurensi.Pengobatan yang diberikan tergantung dari tingkat keparahan SAR. Jamu Aquanar dengan komposisi gypsum fibrosum dan formula Sunaryo telah banyak beredar di pasaran luas, dan berdasarkan data empiris amu Aquanar telah dikonsumsi untuk mengatasi berbagai nacam jenis penyakit. Dapat dikatakan bahwa sebagai dugaan sementara bahwa jamu Aquanar mempunyai bahan aktif yang berhubungan dengan respon imunologik. Laporan kasus ini merupakan penelitian pendahuluan, belum dapat dipastikan bahwa jamu Aquanar dapat mencegah timbulnya rekurensi. Walaupun demikian, dengan adanya jumlah kuman yang berkurang setelah kumur dengan jamu Aquanar serta pengeluaran debri dari rongga mulut, diasumsikan dapat mencegah dan mengurangi terjadinya infeksi di rongga mulut seminimal mungkin. Penelitian lebih lanjut dengan jamu tradisional untuk pengobatan SAR perlu ditingkatkan, disamping penetapan parameter imunologik atau kelainan kekebalan (Bachtiar Endang,W. 1996) KESIMPULAN SAR arialah suatu penyakit dengan ciri rekurensinya dan terjadi pada mukosa mulut. Pengobatan SAR dengan jamu Aquanar dapat menghilangkan rasa sakit serta mempercepat proses penyembuhan lesi. Hal ini karena adanya bahan aktif dalam jamu Aquanar yang diduga berhubungan dengan respon imunulogik. DAFTAR PUSTAKA Axell T. Henricsson V. 1985 Association between recurrent aphthous ulcers and tobacco habits. Scand J Dent Res 1985;93:234.Dalam Burket's oral medicine diagnosis an treatment. Lynch, et al. 1994. Bachtiar Endang, W. 1996. Penetapan kelainan kekebnlan seluler pada stomatitis aftosa rekuren dengan analisis subpopulasi limfosit menggunakan sedian limfosit yang dimurnikan. Program Pasca Sarjana UI. Jakarta . Donatsky 0, Bendixen G. In vitro demonstration of cellular hypersensitivity To Strep 2A in recurrent aphthous stomatitis by means of the leukocyte Migration test. Acta AllergoI 1972;27:137. Dalam Burket;s oral medicine diagnosis dan treatment. Lynch et al. 1994. 6
Hutapea. J. R. 1998. Kembali ke obat nenek moyang. Majalah D&R Maret.1998 Lynch. M. A 1994. Burket's oral medicine diagnosis and treatment. 9th ed. JB. Lippinctt Company. Philadelphia. Mangundjaja, S. 1998. Pengaruh kumur jamu terhadap kuman Streptococcus mutans asal Saliva. Seminar sehari trend pengobatan alternatif 1998 Surabaya. Miller.T.F et al. 1991. Effect of an antimicrobial mouth rinse on recurrent Aphthous ulcerations. Oral Surgery Oral Med. Oral Pathol 72:559-561 Sonis. S. T., Fazio, R C, Fang, L.1984. Principle and practice of oral medicine. W.B. Saunders Company, Philadelphia. ----000--Journal PDGI EDISI KHUSUS MARET 1999; 97 – 100 ISSN 0024 - 9548
7