K.H. ACHMAD SIDDIQ; Aktivitas dan Pemikiran Keagamaannya
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh: AHMAD MUFID NIM: 11120135
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016
MOTTO
“Kesuksesan adalah jumlah total berbagai upaya kecil yang diulangi setiap hari”
Robert Collier
v
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, skripsi ini penulis persembahkan untuk almamaterku Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Ayahku Tohir Mustofa dan Ibuku Umi Nasihatun, adikadiku (Nurul Habibi, M. Ngafif Ma’ruf, Uswatun Mukaromah), serta seluruh sahabat seperjuanganku Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
vi
ABSTRAK Perkembangan pemikiran Islam di Indonesia khususnya dalam masalah agama telah mengalami banyak kemajuan dan pembaharuan yang sangat mengesankan. Hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya tokoh pembaharu yang bermunculan, salah satunya ialah K.H. Achmad Siddiq. Ia merupakan salah satu tokoh besar NU yang banyak memberikan pemikiran penting di dalamnya, seperti pemikiran untuk mengatasi beberapa masalah yang terjadi di internal NU sendiri maupun masalah yang dihadapi oleh umat Islam di Indonesia. K.H. Achmad Siddiq telah menyumbangkan pemikirannya baik pemikiran keagamaan maupun pemikiran kenegaraan. Dalam pemikiran kenegaraan, ia mengajak kepada para ulama NU untuk menerima Pancasila sebagai asas tunggal, walaupun pada awalnya apa yang ia usulkan sempat mendapat penolakan dari kalangan ulama NU. Dalam pemikiran keagamaan, ia mencoba untuk melakukan modernisasi dalam bidang tasawuf. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar semangat keberagamaan sebagaimana ditunjukkan oleh tasawuf dapat diterapkan dalam konteks kehidupan modern. Dalam dunia modern, tasawuf dapat dipergunakan sebagai pendekatan yang dapat memenuhi kebutuhan keberagamaan masyarakat. Pendekatan ini diambil karena menurutnya dua pendekatan yang sudah ada yaitu aqidah dan fiqhiyah dianggap sudah tidak relevan lagi ketika Islam berhadapan dengan kehidupan modern. Menurutnya, pendekatan tasawuf bisa merangkul semua manusia tanpa membedakan asal muasal suku, ras, warna kulit dan agamanya, karena dalam kehidupan tasawuf semua manusia dipandang sama. Dengan adanya pendekatan tersebut, ia ingin menghadirkan Islam yang damai dalam kehidupan masyarakat. Pemikiran dari K.H. Achmad Siddiq yang tidak kalah penting adalah pemikirannya tentang Khittah Nahdliyyah. Selain itu ia juga mengajarkan mengenai pentingnya berijtihad dan pentingnya menegakkan keseimbangan dalam kehidupan. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan nantinya bisa mengetahui bagaimana pembaharuan yang dilakukan oleh K.H. Achmad Siddiq kemudian bagaimana praktek ajaran tasawuf dari K.H. Achmad Siddiq serta bagaimana pengaruh dari pembaharuan yang ia lakukan dalam kehidupan umat Islam. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang bertujuan untuk merekonstruksi peristiwa masa lampau secara kronologis dan sistematis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan biografis intelektual, sedangkan teori yang digunakan adalah teori persepsi dari Hippolyte Tais, yaitu tentang adanya interaksi ide dan peristiwa. Maksudnya suatu gagasan ide atau pemikiran muncul karena peristiwa yang mendorongnya, sedangkan ide itu sendiri melahirkan peristiwa baru yang akan mendorong lahirnya ide lagi.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi penulis yang akhirnya dapat menyelesaikan skripsi berjudul “K.H. Achmad Siddiq; Aktivitas dan Pemikiran Keagamaannya”. Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari pertolongan Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil baik itu secara langsung maupun tidak langsung, terutama kepada: 1. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2. Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 3. Ketua dan sekertaris Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 4. Ibu Dra. Soraya Adnani, M. Si selaku Dosen Penasehat Akademik 5. Seluruh staf pengajar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan segenap ilmunya kepada penulis, khususnya staf pengajar Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam.
viii
6. Ibu Dra. Himayatul Ittihadiyah, M.Hum., M.A selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk memberikan bimbingan, kritik dan saran maupun arahan yang sangat berguna dalam prosses penulisan skripsi ini. 7. Khususnya kepada yang tercinta dan tersayang kedua orang tua saya Ibu Umi Nasihatun dan Bapak Tohir Mustofa yang telah mendidik dan membimbing anak-anaknya, mereka yang selalu mendo’akan, memberi motifasi serta pengorbanannya dari segi moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk adik-adikku Nurul Habibi, M. Ngafif Ma’ruf, dan Uswatun Mukaromah. Tidak lupa pula ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga besarku yang ada di Cilacap, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 8. Kepada seluruh sahabat-sahabatku di Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, anggota klub futsal SKI 2011 ( Wahyu, Rizki, Sholeh, Imam, trio Agus, Ebit, Miftahul Khoeri, Miftahul Huda, Ja’far, Muhammadi, Ahmad, Habib, Faris, Ifat dll). Para anggota Casper (Ayu, Farida, Tiofani, Arin, Itsna, Via), dan juga sahabat-sahabatku lainnya yang sudah lulus terlebih dahulu, semoga apa yang kalian dapatkan selama belajar di UIN Sunan Kalijaga ilmunya bisa bermanfaat. 9. Sahabat-sahabat KKN angkatan 83 dusun Pete, Margodadi, Seyegan, Sleman. Pak ketua Lutfi, Risa, Arum, Nisa, Anisa, Kak Ica, Rohman, yang sudah satu tahun lebih kita berpisah dan sudah mempunyai kesibukan masing-masing, semoga tali silaturahmi diantara kita bisa terus terjalin.
ix
Atas bantuan dari berbagai pihak diatas itulah skripsi ini dapat diselesaikan. Sekali lagi penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan kepada kalian semua lebih dari apa yang telah kalian berikan kepada penulis. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan membutuhkan kritik serta saran dari berbagai pihak.
Yogyakarta, 24 Februari 2016 Penulis,
Ahmad Mufid NIM: 11120135
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... ii HALAMAN NOTA DINAS................................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv HALAMAN MOTO ...............................................................................................v HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................1 A. B. C. D. E. F. G.
Latar Belakang Masalah .....................................................................1 Batasan dan Rumusan Masalah..........................................................5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................5 Kajian Pustaka .....................................................................................6 Landasan Teori .....................................................................................8 Metode Penelitian ...............................................................................10 Sistematika Pembahasan ...................................................................13
BAB II : PROFIL K.H. ACHMAD SIDDIQ .....................................................16 A. Profil Keluarga ...................................................................................16 B. Latar Belakang Pendidikan...............................................................20 C. Karya-karya K.H. Achmad Siddiq ...................................................22 BAB III : AKTIVITAS K.H. ACHMAD SIDDIQ ............................................28 A. Aktivitas K.H. Achmad Siddiq di Organisasi NU ...........................28 B. Aktivitas K.H. Achmad Siddiq di Pemerintahan ............................37 BAB IV : PEMIKIRAN KEAGAMAAN K.H. ACHMAD SIDDIQ ...............40 A. B. C. D.
Modernisasi Tasawuf .........................................................................40 Khittah Nahdliyyah ............................................................................48 Menegakkan Prinsip Keseimbangan ................................................54 Pentingnya Membudayakan Ijtihad .................................................57
xi
BAB V : PENUTUP .............................................................................................63 A. Kesimpulan .........................................................................................63 B. Saran ....................................................................................................65 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................66 LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................69 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................70
xii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Foto K.H. Achmad Siddiq
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi umat Islam di Indonesia, istilah kyai merupakan suatu istilah yang tidak asing lagi. Di Indonesia, kyai adalah sebutan untuk seorang tokoh dari kalangan agamawan khususnya agama Islam yang mempunyai peranan sosial penting dalam masyarakat.1 Posisi seorang kyai tidak hanya diagungkan oleh kalangan santri saja tetapi juga sangat berpengaruh pada tradisi masyarakat sebagai identitas kulturnya. Dalam prosesnya, pengembangan ini bersamaan dengan dimulainya garakan dakwah kecil-kecilan hingga pengajian kitab yang melibatkan masyarakat umum serta institusi pesantren yang telah dibuat dalam pengembangan keilmuan.2 K.H. Achmad Siddiq merupakan sosok ulama tradisional yang terkenal di kalangan pesantren, khususnya di wilayah Jember Jawa Timur. Ia lahir di Jember pada tanggal 24 Januari 1926 atau tepat satu minggu sebelum organisasi Nahdlatul Ulama lahir yaitu pada tanggal 31 Januari 1926.3 Ia adalah putra ke 16 dari 25 bersaudara, ayahnya bernama K.H. Muhammad Siddiq dan merupakan pendiri dari pesantren Shiddiqiyah. Menurut silsilah yang ada, K.H. Achmad Siddiq merupakan keturunan ke 15 dari Joko Tingkir pendiri dari Kerajaan Pajang.4
1
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, cet. 8 (Jakarta: LP3ES, 2011), hlm. 94. 2 Suismanto, Menelusuri Jejek Pesantren (Yogyakarta: Alief Press, 2004), hlm. 53. 3 Munawar Fuad Noeh, Mastuki HS, Menghidupan Ruh Pemikiran K.H Achmad Siddiq (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 31. 4 Ibid.,
1
2
Selama masa hidupnya ia telah banyak menduduki berbagai jabatan baik dipemerintahan maupun di dalam Organisasi NU. Sebagai seorang ulama dan juga politikus, ia telah banyak melahirkan ide-ide, pemikiran di bidang agama, sosial budaya maupun politik. Kebesaran nama yang dimiliki K.H. Achmad Siddiq tentunya tidak muncul begitu saja, melainkan berkaitan erat dengan kultur di mana ia hidup. Ia tumbuh dan berkembang dalam suasana interaksi sosial yang sangat kondusif bagi kematangan kepribadian dan kemunculannya sebagai tokoh besar.5 Selain itu keseluruhan pengalaman yang dilalui oleh seseorang dalam perjalanan hidupnya, ikut membentuk kepribadian diri orang tersebut.6 Demikian juga terjadi pada diri K.H. Achmad Siddiq. Ia memperoleh pendidikan pertamanya dari orang tuanya sendiri dan kemudian menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat Islam di Jember.7 Setelah ia lulus dari Sekolah Rakyat, ia kemudian masuk ke Pesantren Tebuireng. Di pesantren inilah ia mulai menunjukkan keaktifannya dalam berorganisasi sehingga pada perkembangannya ia mampu menjadi seorang organisatoris dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang luar biasa yang mampu mengantarkan dirinya menjadi pemimpin laskar Hizbullah dalam melawan Belanda. Pada saat belajar di Tebuireng, ia juga masuk ke Madrasah Nidhamiyah yang dirintis oleh K.H. Wahid Hasyim. Melalui madrasah inilah kemudian ia
5
Syamsun Ni‟am, The Wisdom, of K.H Achmad Siddiq: Membumikan Tasawuf (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 22. 6 Abdussami, Humaidy, dan Ridwan Fakla, Biografi Lima Rais „Aam Nahdlatul Ulama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan LTn-NU, 1995), hlm. 143. 7 Ibid., hlm. 145.
3
masuk kedalam kelompok Intelektual santri yang pengkaderannya dilakukan langsung oleh K.H. Wahid Hasyim.8 Pengkaderan yang dilakukan oleh K.H. Wahid Hasyim ini telah membuat hubungan antara K.H. Wahid Hasyim dan K.H. Acmad Siddiq menjadi semakin dekat. Pada saat K.H. Wahid Hasyim menjadi Menteri Agama pada tahun 19451952, ia ditunjuk langsung untuk menjadi sekertaris pribadinya. Berkat kedekatan antara keduanya itulah yang menjadikan K.H. Achmad Siddiq bisa mendapatkan pekerjaan tersebut.9 Karir perjuangannya dimulai ketika ia menjadi anggota dari GPII (Gabungan Pemuda Islam Indonesia) Jember. Sementara pengabdian K.H. Achmad Siddiq di pemerintahan dimulai ketika ia menjadi kepala KUA Situbondo dan Bondowoso, kemudian meningkat menjadi kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Jawa Timur sampai 1971. Pada tahun 1955-1957 dan 1971 ia pernah menjadi anggota DPR RI.10 Pada saat ia mulai berkarir di NU, ia mengawali karirnya dari wilayah Jawa Timur khususnya wilayah Jember. Pada saat NU menjadi Parpol 1952, ia menjadi anggota pengurus besar NU dibawah Rais „Aam K.H. Abdul Wahab Hasbullah dan ketua umum K.H. Masykur. Kemudian pada periode 1956-1959 ia menjadi Wakil Sekertaris Umum PBNU dengan Rais „Aam K.H. Wahab Hasbullah dan Ketua Umum H. Idham Chalid.11 Setelah sekian lama ia aktif di
8
Ibid., hlm. 146. Munawar Fuad Noeh, Mastuki HS, Menghidupkan, hlm. 38. 10 Syamsun Ni‟am, The Wisdom, hlm. 23. 11 Abdussami, Humaidy, dan Ridwan Fakla, Biografi, hlm. 148. 9
4
NU, kemudian ia diangkat menjadi Rais „Aam NU pada tahun 1984-1989 bersama dengan Gus Dur.12 Selama aktif di NU inilah ia mempunyai banyak peran penting, di antaranya ia berhasil membuat perubahan melalui perannya dalam memberikan pemikiran dengan melakukan berbagai pembaharuan guna menyelesaikan masalah yang ada di organisasi NU maupun yang berkaitan dengan Negara Indonesia. Gagasannya yang mengajak warga NU untuk menerima pancasila sebagai asas tunggal telah membuat bingung warga NU dengan keputusannya tersebut. Agar upayanya dalam menerima asas tunggal bisa diterima oleh warga NU, maka kemudian ia menggunakan metode agama (ijtihad dan tajdid) yang sudah lama dipakai untuk menyelesaikan suatu masalah. Gagasan yang tidak kalah penting dari K.H. Achmad Siddiq adalah pemikirannya mengenai khittah nahdliyyah. Pada dasarnya gagasan ini adalah untuk mengajak warga NU untuk kembali kepada Khittah 1926. Khittah 1926 merupakan landasan berfikir, bersikap, dan bertingkah laku warga NU dalam semua tindakan dan kegiatan (organisasi) serta dalam setiap pengambilan keputusan.13 Gagasan mengenai Khittah Nahdliyyah sebenarnya sudah lama dibicarakan oleh K.H. Achmad Siddiq sejak tahun 1978 dan sering didiskusikan dengan K.H. A. Muchith Muzadi.14
12
Munawar Fuad Noeh, Mastuki HS, Menghidupkan, hlm. 43. Einar Martahan Sitompul, NU dan Pancasila (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1989),
13
hlm. 197. 14
A. Khoirul Anam, dkk., Ensiklopedi Nahdlatul Ulama: Sejarah Tokoh dan Khazanah Pesantren, cet. Pertama (Jakarta: Mata Bangsa dan PBNU ), hlm. 84.
5
Selain itu, ia juga menganjurkan mengenai pentingnya membudayakan Ijtihad dan menegakan prinsip keseimbangan. Ia juga melakukan pembaharuan dalam bidang tasawuf dengan cara memodernisasikan tasawuf. Hal itu dilakukan karena menurutnya, modernisasi yang terjadi pada masyarakat saat itu lebih mengarah pada mudhirunisasi atau lebih mengarah kepada hal-hal yang mudharat.15 Dengan demikian maka pengembangan jiwa agama atau suasana religius merupakan hal penting dan mendasar untuk diprioritaskan. Kemudian ia juga berupaya untuk membawa NU kembali pada Khittah NU 1926 dengan harapan jalur perjuangan NU bisa kembali pada jalur sosial keagamaan sebagaimana NU 1926. Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul keinginan penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemikiran dari K.H. Achmad Siddiq dalam bidang pemikiran keagamaan. B. Batasan dan Rumusan Masalah Pokok permasalahan yang akan di
bahas dalam skripsi ini adalah
mengenai pemikiran keagamaan yang dilakukan oleh K.H. Achmad Siddiq. Agar penulisan skripsi ini lebih terarah, maka perlu dicantumkan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Siapa K.H. Achmad Siddiq? 2. Apa aktivitas K.H. Achmad Siddiq? 3. Bagaimana pemikiran keagamaan K.H. Achmad Siddiq? 15
Syamsun Ni‟am, The Wisdom, hlm. 149.
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Secara umum sejarah digunakan untuk merekonstruksi kejadian masa lampau umat manusia.16 Begitu juga dengan penelitian ini yang bertujuan untuk merekonstruksi peristiwa masa lampau terutama kaitannya dengan pemikiran keagamaan yang dilakukan oleh K.H. Achmad Siddiq. Dengan dilakukan penulisan yang sistematis, diharapkan bisa menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah: 1. Mendeskripsikan biografi dari K.H. Achmad Siddiq . 2. Menganalisis pemikiran keagamaan K.H. Achmad Siddiq. Kegunana dari penulisan ini adalah: 1. Menambah ilmu pengetahuan mengenai sejarah pemikiran Islam yang akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zamannya, terutama pemikiran Islam yang ada di Indonesia. 2. Untuk menambah khasanah kepustakaan di Indonesia terutama mengenai sejarah tokoh dan pemikirannya. D. Tinjauan Pustaka K.H. Achmad Siddiq adalah tokoh ulama besar yang sering memberikan pemikirannya guna kepentingan umat Islam di Indonesia. Hal itu dibuktikan
16
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995),
hlm. 17.
7
dengan pemikirannya mengenai penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal serta pemikirannya yang mengajak para ulama NU untuk kembali kepada Khittah Nahdliyyah. Meskipun demikian, kajian-kajian yang membahas mengenai pemikiran K.H. Achmad Siddiq khususnya dalam pemikiran keagamaan masih sedikit. Terkait dengan penelusuran terhadap penelitian atau pustaka terdahulu, penulis mendapatkan beberapa buku mengenai K.H. Achmad Siddiq diantaranya: buku yang berjudul “Menghidupkan Ruh Pemikiran K.H Achmad Siddiq” yang ditulis oleh Munawar Fuad Noeh dan Mastuki HS, diterbitkan oleh PT. Logos Wacan Ilmu tahun 1999. Kemudian skripsi dari Muhibin mahasiswa Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga tahun 2009 yang berjudul “ Pemikiran Kenegaraan K.H. Achmad Siddiq”. Buku yang ditulis oleh Munawar Fuad Noeh berisi mengenai pemikiran K.H. Achmad Siddiq baik pemikirann kenegaraan, masalah pancasila, serta hanya sedikit membahas mengenai pemikiran keagamaan yang dilakukan oleh K.H. Achmad Siddiq. Sedangkan dalam skripsi yang ditulis oleh Muhibin lebih fokus mengenai pemikiran K.H. Achmad Siddiq terutama mengenai penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal, dan hanya sekilas saja membahas mengenai pemikiran keagamaannya. Buku yang berjudul “Biografi Lima Rais „Aam Nahdlatul Ulama”, yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar tahun 1995. Buku ini menjelaskan mengenai lima tokoh Rais „Aam NU seperti K.H Hasyim Asy‟arie, K.H. Wahab Hasbullah, K.H. Bisri Syansuri, K.H. Ali Ma‟shum dan K.H. Achmad Siddiq. Dalam buku ini dijelaskan sekilas mengenai biografi, aktifitasnya selama berada dalam
8
pemerintahan maupun Organisasi NU termasuk pemikiran yang ia berikan di dalamnya sampai akhirnya ia menjadi salah satu Rais „Aam NU menggantikan K.H Ali Ma‟sum. Buku berjudul “The Wisdom of K.H. Achmad Siddiq” yang ditulis oleh Syamsun Ni‟am, diterbitkan oleh Erlangga tahun 2009. Pembahasan dalam buku ini hanya terfokus mengenai tasawuf termasuk tasawuf menurut K.H. Achmad Siddiq. Sedangkan pembahasan lainnya mengenai pentingnya berijtihad, menegakan prinsip keseimbangan, serta mengenai Khittah Nahdiyyah tidak dibahas di dalamnya. Berdasarkan hal tersebut, maka hal inilah yang menarik penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan menjelaskan lebih rinci mengenai pemikiran yang dilakukan oleh K.H. Achmad Siddiq terutama mengenai pemikiran keagamaan yang dilakukan olehnya. E. Landasan Teori Sebuah penelitian akan dapat dipertanggung jawabkan apabila dilandasi dengan kerangka teori yang jelas. Sebab dalam pengertian yang lebih luas, teori adalah suatu perangkat kaidah yang memandu seorang sejarawan dalam menyusun data yang diperoleh dari analisis sumber dan juga dalam mengevaluasi penemuannya.17 Penelitian ini merupakan kajian tentang sejarah pemikiran. Penelitian sejarah memerlukan pendekatan yang relevan untuk membantu mempermudah usaha dalam mendekati realitas masa lampau. Yang akan menjadi fokus dalam 17
Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 32.
9
penelitian ini adalah mengenai pemikiran keagamaan K.H. Achmad Siddiq. Dalam penelitian ini, digunakan teori persepsi dari Hippolyte Tais, yaitu tentang adanya interaksi antara ide dan peristiwa. Maksudnya suatu gagasan ide atau pemikiran muncul karena peristiwa yang mendorongnya, sedangkan ide itu sendiri melahirkan peristiwa baru yang akan mendorong lahirnya ide lagi.18 Persepsi adalah proses pengorganisasian dan proses penafsiran seorang terhadap stimulasi yang dipengaruhi oleh berbagai pengetahuan, keinginan dan pengalaman yang relevan terhadap stimulasi yang dipengaruhi oleh perilaku manusia dalam menentukan pilihan hidupnya. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh suatu penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Persepsi seseorang terhadap suatu peristiwa atau masalah akan mempengaruhi prilaku dan tindakan selanjutnya, sesuai dengan asumsi dasar dari teori presepsi. Teori ini berasumsi bahwa tingkah laku orang dipengaruhi oleh cara ia melihat, menafsirkan, serta menilai lingkungannya baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya, serta bagaimana ia menilai kedudukannya sendiri di dalam lingkungan tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan biografi intelektual. Pendekatan ini berusaha untuk menelusuri perkembangan tokoh terutama dalam hal pemikiran secara individual untuk menemukan sumber dan perilaku keagamaannya, serta pemikirannya dalam bidang agama. selain itu, pendekatan ini juga bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam 18
Nourouzzaman Shidiqi, Tamadun Muslim ( Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hlm. 139. Juga dalam Taufik Abdullah dan Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama ( Tiara Wacana, 1989), hlm.70.
10
mengenai kepribadian seseorang dirunut berdasarkan pengetahuan, latar belakang sosial, kultur, latar belakang pendidikan, dan orang yang ada disekitarnya yang mempengaruhi pemikirannya.19 Menurut Sidi Gazalba, pendekatan biografis adalah pendekatan yang mengarah pada usaha untuk mengungkapkan kenyataan-kenyataan subyek yang sedang diteliti, pengaruh yang diterima subyek itu dalam masa formatif kehidupannya, sifat, dan watak subyek itu terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan.20 Sedangkan pendekatan Intelektual yaitu pendekatan yang difokuskan pada hasil pemikiran, ide-ide tokoh yang mempengaruhi tindakan seseorang. Seorang sejarawan idealis berpendapat bahwa pikiran-pikiran seseorang akan mempengaruhi tindakannya.21 Hal itu karena semua tindakan dan perbuatan manusia pasti dipengaruhi oleh pikiran. F. Metode Penelitian Dalam proses penelitian skripsi ini, penulis menggunakan metode sejarah. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis atas rekaman dan peninggalan terhadap peristiwa masa lampau.22 Sedangkan menurut G.J Garaghan yang telah dikutip oleh T. Ibrahim Alfian, metode historis ialah seperangkat aturan atau prinsip yang sistematis untuk mengumpulkan sumber-
19
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1992) hlm. 77. 20 Sidi Gazalaba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu ( Jakarta: Bhatara, 1996), hlm. 177. 21 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah ( Yogya: Tiara Wacana, 2003), hlm. 177. 22 Louis Gouschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta: UI Press,1986), hlm. 32.
11
sumber secara efektif, menilai secara kritis dan menyajikan sintesa dari hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis.23 Dalam penelitian ini digunakan beberapa tahapan untuk melacak informasi sejarah agar penelitian ini dapat tersusun secara sistematis dan teruji kredibilitasnya. Tahapan-tahapan tersebut meliputi: 1. Heuristik atau pengumpulan sumber Heuristik adalah teknik atau cara memperoleh, menangani, memperinci, mengklasifikasi dan merawat sumber.24 Dalam hal ini ditempuh teknik kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan data baik yang berupa buku, jurnal, artikel, majalah, dan surat kabar
yang
berkaitan dengan K.H. Achmad Siddiq, baik mengenai biografi maupun pemikiran-pemikirannya, serta dengan ditambah data lain yang berkaitan dengan permasalahan atau topik. Dalam tahap ini, peneliti mendapatkan sumber berupa buku, ensiklopedi, artikel, dan juga surat kabar. 2. Verifikasi Setelah
sumber
terkumpul,
langkah
selanjutnya
adalah
melakukan verifikasi atau kritik sumber untuk memperoleh keabsahan sumber. Kritik yang dilakukan pada tahap ini adalah kritik intern dan ekstern. Kritik ektern yaitu menyelidiki keaslian data, sedangkan kritik
23
Gilbert J. Garraghan, A Guide to Historical Method, dalam Dari Babad dan Hikayat Sampai Sejarah Kritis (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992), hlm. 411. 24 Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 55.
12
intern mencari kebenaran isi sumber tersebut.25 Teknik ini dilakukan dengan cara membandingkan dan mengkritisi beberapa sumber yang telah terkumpul untuk kemudian dicari data yang paling teruji kredibilitasnya. Seperti membandingkan isi antara buku Menghidupkan Ruh Pemikiran K.H. Achmad Siddiq, The Wisdom of K.H. Achmad Siddiq, dan juga artikel yang berjudul K.H. Achmad Siddiq Pencetus Kembali ke Khittah Nahdlatul Ulama yang didapatkan setelah melakukan pengumpulan sumber. 3. Interpretasi Interpretasi atau penafsiran data sejarah sering juga disebut dengan analisis sejarah. Analisis sejarah bertujuan untuk melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah.26 Sumber sejarah yang telah terkumpul dan melalui proses verifikasi kemudian peneliti tafsirkan menggunakan pendekatan dan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Tahap ini sangat penting karena merupakan upaya untuk mengkronologiskan peristiwa sejarah, sehingga menghasilkan konstruksi sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan. Fakta sejarah tidak dapat menjelaskan apapun kepada kita tanpa dibarengi dengan tafsiran manusia.27 Dengan menggunakan teori persepsi, maka diharapkan bisa menjelaskan lebih luas lagi mengenai
25
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknik (Bandung: Tarsito, 1982), hlm. 135. 26 Dudung Abdurahman, Metode Penelitian, hlm. 64. 27 Frederick, Wiliam H, dan Soeri Soeroto, Pemahaman Sejarah Indonesia (LP3ES, 1982), hlm. 10.
13
pemikiran keagamaan K.H. Achmad Siddiq terutama mengenai faktor yang melatar belakangi pemikirannya. 4. Historiografi Historiografi merupakan penyusunan sejarah yang didahului oleh
penelitian-penelitian
terhadap
peristiwa
masa
lampau.28
Historiografi merupakan tahapan akhir dalam penulisan sejarah. Tahap ini merupakan pemaparan hasil penulisan yang telah dilakukan berdasarkan sistematika yang telah dibuat oleh penulis. Setiap pembahasan ditempuh melalui deskripsi dan analisis, dengan selalu memperhatikan aspek kronologi suatu peristiwa.29 Pada tahap ini penulis menyajikan hasil dari tahap-tahap sebelumnya dengan cara menyususn menjadi sebuah bentuk tulisan yang baik dan utuh. Untuk memaparkan hasil penelitian secara sistematis, penulis memaparkan dalam lima bab yang saling berkaitan satu sama lain agar mudah dipahami oleh pembaca. Dalam lima bab tersebut terdiri dari satu bab pendahuluan, tiga bab pembahasan, serta satu bab penutup atau kesimpulan. G. Sistematika Pembahasan Penyajian penelitian ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Agar pembahasan ini dapat dibaca secara mudah dan dapat dipahami, maka kajian ini perlu disusun secara sistematis sehingga tidak terjadi 28
Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos, 1995), hlm. 5. Nugroho Notosusanto, Hakekat Sejarah dan Metode Sejarah (Jakarta: Pusat Sejarah angkatan Bersenjata, 1964), hlm. 22-29. 29
14
kerancuan di dalamnya. Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, penulis menyusun dengan sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Dalam bab ini diungkap gambaran umum tentang seluruh rangkaian penelitian sebagai dasar pijakan bagi pembahasan dalam bab-bab selanjutnya. BAB II membahas mengenai biografi K.H. Achmad Siddiq yang meliputi latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, kiprahnya didalam NU serta karya-karyanya. Pembahasan dalam bab ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai siapa K.H. Achmad Siddiq dan lebih mendekatkan kita pada tokoh tersebut. BAB III berisi mengenai aktivitas K.H. Achmad Siddiq, baik di pemerintahan maupun di organisasi NU. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana serta apa saja aktivitas dari K.H. Achmad Siddiq, baik di pemerintahan maupun di organisasi NU. BAB IV merupakan fokus utama dari pembahasan mengenai pemikiran keagamaan K.H. Achmad Siddiq yang meliputi masalah pembaharuan tasawuf, khittah nahdliyyah, ijtihad serta tentang perintah untuk menegakkan prinsip keseimbangan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pemikiran keagamaan dari K.H. Achmad Siddiq dan untuk melihat kemungkinan adanya
15
pengaruh dari lingkungan dan latar belakang pendidikan terhadap pemikiran keagamaannya. BAB V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Dalam bab ini akan disampaikan pernyataan singkat yang merupakan jawaban atas masalah yang telah diteliti melalui tahap analisis historis masing-masing bab yang sudah dibahas sebelumnya, di akhiri dengan saran untuk penelitian selanjutnya.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan K.H. Achmad Siddiq yang mempunyai nama kecil Achmad Muhammad Hasan, ia lahir di Jember pada tanggal 24 Januari 1926
tepat satu minggu
sebelum lahirnya organisasi Nahdlatul Ulama yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari. Ia adalah putra ke 16 dari K.H. Muhammad Siddiq yang merupakan pendiri dari Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah Jember. Sejak kecil ia dikenal sebagai orang yang cerdas, sehingga banyak teman-teman dan juga guru-guru yang segan kepadanya. Ia juga menjadi seorang santri yang mendapatkan didikan khusus dari K.H. Wahid Hasyim yang kemudian membuatnya pandai dalam berorganisasi. Berkat kecerdasannya dalam berorganisasi, maka tidak heran jika pada akhirnya ia mampu menduduki posisi tertinggi di dalam organisasi Nahdlatul Ulama. Sebelum ia menjadi pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah, ia merupakan seorang yang sangat aktif di dalam organisasi NU. Aktifitasnya di dalam organisasi NU dimulai sejak ia menjadi sekretaris pribadi K.H. Wahid Hasyim dan kemudian ditunjuk menjadi dewan harian PBNU yang merupakan hasil dari Muktamar ke 20 yang dilaksanakan di Surabaya, Selain itu ia juga aktif sebagai pengurus GP.ANSOR. Selama aktif di dalam organisasi NU, ia telah menduduki berbagai kursi jabatan, sampai pada puncaknya ketika ia ditunjuk sebagai Rais ‘Aam Nahdlatul Ulama bersama dengan K.H Abdurrahman Wahid
63
64
yang menjadi ketua Tanfidziyahnya dalam Muktamar yang dilaksanakan di Situbondo pada tahun 1983. Selain aktif di dalam organisasi NU, ia juga aktif di pemerintahan. Ia pernah beberapa kali menjabat sebagai anggota DPRDP sebelum pemilu pada tahun 1955, kemudian menjadi anggota parlemen DPR RI hasil dari pemilu tahun 1955. Jabatannya sebagai anggota parlemen DPR RI diembannya sampai keluarnya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959. Pada tahun 1957, ia mengundurkan diri dari DPR RI karena ia menentang konsep Nasakom sebelum akhirnya ia kembali aktif di DPR RI pada tahun 1971. Pada tahun yang sama, ia juga pernah diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia serta menjadi anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional sampai tahun 1977. Di samping dikenal sebagai seorang ulama, ia juga dikenal sebagai seorang pemikir yang sangat ahli. Namanya menjadi semakin terkenal setelah ia menyampaikan pemikirannya mengenai Khittah Nahdliyyah. Hal itu disampaikan karena ia merasa khawatir dengan nasib NU kedepannya sebab banyak dari anggota NU yang sibuk dengan dunia perpolitikan dan melupakan tujuan utama dari organisasi NU itu sendiri. Selain itu, ia juga mengajarkan kepada umat Islam khususnya untuk menjaga keseimbangan antara jasmani-rohani, material-spiritual, akal-wahyu, duniawi-ukhrowi. Semuanya harus dilakukan secara wajar dan seimbang dalam kehidupan sehari-hari. Dalam masalah tasawuf, ia mencoba untuk
melakukan
modernisasi.
Hal
ini
dilakukan
karena
ia
hendak
mengembalikan semangat keberagamaan dalam konteks kehidupan modern. Menurut K.H. Achmad Siddiq, kehidupan modern lebih cenderung mengarah
65
pada hal-hal yang membawa mudarat, jadi perkembangan pemahaman agama seseorang perlu untuk diprioritaskan. Kemudian, dalam masalah ijtihad, ia mengajak agar umat Islam terus berijtihad dan tidak taqlid serta bersikap jumud. Hal itu dikarenakan seiring perkembangan zaman, banyak masalah-masalah baru yang bermunculan dan memerlukan hukum yang jelas. B. Saran Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan seperti yang diinginkan. Oleh karena itu diperlukan koreksi, kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun. Meskipun demikian, dalam penyusunan ini penulis telah berusaha dengan
semaksimal
mungkin
dan
menggunakan
data
yang
bisa
dipertanggungjawabkan. Harapan penulis semoga masih ada pihak-pijak lain yang akan meneliti lebih dalam lagi mengenai K.H. Achmad Siddiq dan juga pemikirannya untuk melengkapi apa yang telah penulis teliti, sehingga obyek penelitian ini bisa lebih sempurna lagi.
DAFTAR PUSTAKA Abdussami, Humaidy, dan Ridwan Fakla. Biografi Lima Rais ‘Aam Nahdlatul Ulama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan LTn-NU, 1995. Achmad Farid. Mensucikan jiwa: Konsep Ulama Salaf, terj. M. Anshari Hatim. Surabaya: Risalah Gusti, 1997. Achmad Siddiq. Khittah Nahdliyyah. Surabaya: Balai Buku, 1980. ________. Fungsi Tasawuf: Ruhul Ibadah, Tahdzibul Akhlaq, dan Taqarrub Ilallah. Surabaya: PWNU, 1977. ________. Detik Sejarah Kenabian dan Timbulnya Peradaban Baru Yang Mengubah Wajah Baru. Jember: UNEJ, 1978. ________. Kepemimpinan NU dan Tajdid. Jakarta: Yayasan Saefudin Zuhri, 1999. ________. Pedoman Berfikir Nahdlatul Ulama. Surabaya: FOSSNU, 1992. Aboe Bakar Aceh. Sejarah Hidup K.H. A. Wahid Hasyim dan Karangan Tersiar. Jakarta: Panitia Buku Peringatan Almarhum K.H. A. Wahid Hasyim, 1957. A. Khoirul Anam, dkk. Ensiklopedia Nahdlatul Ulama: Sejarah Tokoh dan Khazanah Pesantren. Cet. I. Jakarta: Mata Bangsa dan PBNU, 2014 Amin Mu’alim, Yusdari. Ijtihad dan Suatu Kontroversi antara Teori dan Fungsi Yogyakarta: Titipan Illahi Press, 1997. Arief Mudatsir. Dari Situbondo Menuju NU Baru: Sebuah Catatan Awal. Jakarta: Prisma, 1984. Badri Yatim. Historiografi Islam. Jakarta: Logos, 1995. Bibit Suprapto. Ensilopedi Ulama Nusantara: Riwayat Hidup, Karya dan Perjuangan 157 Ulama Indonesia. Jakarta: Gelegar Media Indonesia, 2009. Choirul Anam. Jejak Langkah Sang Guru Bangsa Suka Duka Mengikuti Gus Dur Sejak 1978. Jakarta: PT Duta Aksara Mulia, 2010. Dudung Abdurahman. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos, 1999.
66
67
________. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007. ________. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: OMBAK, 2011 Einar Martahan Sitompul. NU dan Pancasila. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1989. Frederick Wiliam. H, Soeri Soeroto. Pemahaman Sejarah Indonesia. Jakarta: LP3ES, 1982. Harun Nasution. Falsafat dan Mistisisme dalam Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang, 1973. Imam Bernadib. Arti dan Metode Sejarah Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP, 1982. Ja’far Shodiq. Pertemuan Antara Tarekat dan NU. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Khoirul Fathoni, Muhammad Zen. Nu Pasca Khittah: Prospek Ukhuwah dengan Muhammadiyah. Yogyakarta: Media Widya Mandala, 1992. Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003. ________. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995. Louis Gouschalk. Mengerti Sejarah. terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press,1986. Mastuhu. Tiga Ulama Termahsyur di Jawa Timur, Developmen Studies: Penelitian Tentang Pandangan dan Sikap Hidup Ulama Indonesia. Jakarta: LIPI, 1987. Mohammad Damami, Tasawuf Positif dalam Pemikiran Hamka. Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2000. Munawar Fuad Noeh, Mastuki HS. Menghidupkan Ruh Pemikiran K.H Achmad Siddiq. Jakarta: Logos wacana Ilmu, 1999. Nugroho Notosusanto, Hakekat Sejarah dan Metode Sejarah (Jakarta: Pusat Sejarah ngkatan Bersenjata, 1964), ________.masalah penelitian sejarah kontemporer. Jakarta: Yayasan Idayu, 1978. Nourouzzaman Shidiqi. Tamadun Muslim. Jakarta: Bulan Bintang, 1986.
68
PBNU. Buku Panduan, Nahdlatul Ulama Kembali ke Khittah 1926. Situbondo: Risalah, 1995. Saefullah Ma’sum. Kharisma ulama: kehidupan ringkas 26 tokoh NU. Bandung: MIZAN, 1998. Sartono Kartodirjo. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia, 1992. Sidi Gazalba. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhatara, 1996. Soeleiman Fadeli, Mohammad Subhan. Antologi NU: Sejarah Istilah Amaliyah Uswah. Surabaya: Khalista, 2010. Suismanto. Menelusuri Jejak Pesantren. Yogyakarta: Alief Press, 2004. Syamsun Ni’am, The Wisdom of K.H Achmad Siddiq: Membumikan Tasawuf, Jakarta: Erlangga, 2009. T. Ibrahim Alfian, dkk. Dari Babad dan Hikayat Sampai Sejarah Kritis. Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1992. Taufik Abdullah dan Rusli Karim. Metodologi Penelitian Agama. Tiara Wacana, 1989. Tim Penyusun IAIN Syarif Hidayatulloh. Ensiklopedi Islam. Cet I. Jakarta: Djambatan, 1992. Winarno Surakhmad. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknik. Bandung: Tarsito, 1982. Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. cet. 8. Jakarta: LP3ES, 2011. http://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/.
http://www.rmi-nu.or.id/featured/kh-achmad-siddiq-pencetus-kembali-ke-khitahnahdlatul-ulama-1926-123.
69
K.H. Achmad Siddiq
70
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ahmad Mufid
Tempat/Tanggal Lahir
: Cilacap, 11 Januari 1993
Alamat Asal
: Jln. Teuku Umar, Desa Layansari, Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah.
Orang Tua: Bapak
: Tohir Mustofa
Pekerjaan
: Buruh
Ibu
: Umi Nasihatun
Pekerjaan
: Pedagang
Alamat
: Jln. Teuku Umar, Desa Layansari, Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah.
Riwayat Pendidikan: 1. Madrasah Ibtidaiyah Darwata Layansari, lulus tahun 2005. 2. Madrasah Tsanawiyah Ma’arif NU 01 Gandrungmangu, lulus tahun 2008 3. Madrasah Aliyah Negeri Cilacap, lulus tahun 2011 4. Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, masuk tahun 2011.