POLA PEMANFAATAN DAN ……..(25 ):55-61
POLA PEMANFAATAN DAN KONTRIBUSI HASIL HUTAN NON KAYU TERHADAP PENDAPATAN TOTAL RUMAH TANGGA MASYARAKAT SUKU BUKIT DAYAK PEGUNUNGAN MERATUS Oleh/By HAFIZIANOR Laboratorium Agroforestri, Fakultas Kehutanan Unlam ABSTRACT The research is conducted to studi the utilization pattern of Non Timber Forest Product (NTFPs) by Dayak Bukit Cummunity and to find out the contribution value of the product to the total income of the community, living in Lok Lahung at Meratus mountain area. The research discover that the utilization pattern of NTFPs can be grouped into the NTFPs for subsisten need and the NTFPs for house holds income as cash (money). The type of forest product they gather are bamboo, latex, cassie vera, sintuk tree bark, rattan exudates crust (dammar), honey, aleurites seeds, edible fruits ,hunted animals, mashroms, young bamboo shoots orchid plants. Important factors possibly affecting the utilization of NTFPs are households income status, oicking season, or fruiting of forest trees and the market price of the forest products. The average income of household sampled received from NTFPs is Rp. 4.834.666,- Where ada the average income without NTFPs Rp. 1.657.577 percapita in on years.The contribution of NTFPs to the income of Lok Lahung village is 66,65%, while the contribution other income generating activities is 33,35%. It can be concluded that the share of NTFPs to the community income is very large which make the NTFPs dominant as the source of income for people of Lok Lahung village. Keywors: Timber Forest Product (NTFPs), household income, contribution Penulis untuk korespondensi : E-mail sakr_1972 @yahoo.co.od Tel.+62811512773
PENDAHULUAN Hutan dan masyarakat di sekitar hutan merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan. Secara turun temurun kehidupan masyarakat di sekitar hutan secara langsung (berburu dan menangkap ikan) maupun tidak langsung (berladang) sangat bergantung pada hutan. Selain sebagai penyedia bahan pangan, hutan juga dapat memberi Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009
penghasilan tambahan yaitu dari hasil hutan non-kayu misalnya berburu, mencari ikan, damar, gaharu, rotan, madu dan membuat barang-barang kerajinan. Masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan banyak bergantung dengan sumberdaya hutan, terutama hasil hutan non-kayu. Selama berabad-abad mereka 55
POLA PEMANFAATAN DAN ……..(25 ):55-61
menerapkan pengetahuan lokal dalam pemanfaatan dan pengelolaan hasil hutan non-kayu. Pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya hutan berbasiskan hasil hutan non-kayu mencerminkan salah satu aspek dari strategi penghidupannya. Potensi hasil hutan non-kayu meliputi rotan, getah, madu lebah, dan lain-lain yang belum banyak diketahui dengan pasti karena hingga pertengahan Pelita IV kegiatan produksi lebih banyak ditujukan pada hasil kayu bulat untuk ekspor dan industri kayu yang semakin berkembang. Namun demikian hasil hutan non-kayu tetap memegang peranan penting dalam dunia perdagangan, selain itu juga berarti banyak dalam penyerapan tenaga kerja. Peranan hasil hutan non-kayu semakin penting bagi perekonomian masyarakat, dimana perekonomian tersebut telah teradaptasi oleh komersialisasi kehidupan desa. Di saat pembangunan perekonomian yang dijalankan pemerintah menemui jalan buntu yang pada akhirnya masyarakat tetap tergantung kepada sektor tradisional, seperti perladangan berpindah, perburuan, pengumpulan
dan perdagangan hasil hutan nonkayu maupun pemanfaatan hasil hutan non-kayu untuk keperluan rumah tangga atau subsisten. Desa Loklahung salah satu desa yang berada di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan, yang masyarakatnya mayoritas berasal dari Suku Bukit Dayak hampir sebagian besar dari masyarakatnya tinggal di sekitar dan berada dalam kawasan hutan Pegunungan Meratus. Secara nyata kehidupan masyarakat Suku Bukit Dayak tersebut sangat tergantung dengan hutan. Untuk menilai peranan hasil hutan non-kayu dalam peningkatan pendapatan masyarakat perlu dilakukan terutama pada wilayah yang secara nyata ketergantungan masyarakatnya terhadap sumberdaya hutan secara langsung masih tinggi. Maka untuk itulah penelitian ini dilaksanakan untuk mengkaji seperti apa pola pemanfaatan hasil hutan non kayu oleh masyarakat dan seberapa besar kontribusi yang diberikan hasil hutan non-kayu terhadap pendapatan total masyarakat Bukit Dayak Meratus di Desa Lok Lahung.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan, yang meliputi tahap persiapan, observasi lapangan, pengambilan data di lapangan, pengolahan dan analisis data serta penyusunan laporan. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Lok Lahung Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan. Obyek Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009
penelitian ini adalah masyarakat di Desa Lok Lahung Kecamatan Loksado di Pegunungan Meratus yang hidup di dalam dan di sekitar hutan. Jumlah penduduk Desa Lok Lahung adalah sebanyak 686 jiwa atau 109 KK. Jumlah responden diambil sebanyak 20% dari jumlah KK yang ada dengan cara purposive 56
POLA PEMANFAATAN DAN ……..(25 ):55-61
sampling atau pengambilan secara sengaja. Pertimbangan jumlah responden tersebut berdasarkan homogenitas mata pencaharian masyarakat sehingga jumlah yang diambil dianggap representatif atau cukup mewakili dari populasi yang ada. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan pengisian kuisioner yang diberikan kepada responden dan ditambah dengan hasil wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur dan laporan atau informasi dari pihak Instansi Pemerintahan setempat dan pihak lain yang bersangkutan. Data mengenai pola pemanfaatan hasil hutan non kayu yang meliputi data jenis hasil hutan non-kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat,cara pemanfaatan hasil hutan non kayu oleh masyarakat dan faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi pemanfaatan hasil hutan non kayu oleh masyarakat diolah dan dianalisisi secara diskriptif dan tabulasi. Analisis diskriptif bertujuan untuk melukiskan suatu objek penelitian berdasarkan faktafakta yang ada (realitas), diiringi dengan interpretasi yang rasional dan ilmiah. Sedangkan pengolahan dan penyajian dalam bentuk tabulasi adalah dalam bentuk tabel-tabel dan angka-angka, kemudian dibuat uraian dan penafsiran dari analisis yang sifatnya non-statistik. Data mengenai kontribusi hasil hutan non kayu dalam peningkatan pendapatan masyarakat akan dinalisis secara kuantitatif. Untuk mendapatkan gambaran tingkat pendapatan dari kegiatan pemanfaatan hasil hutan non-kayu pengolahan datanya menggunakan persamaan-persamaan atau rumus seperti yang dikemukakan Hadisapoetra (1973).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Pemanfaatan Hasil Hutan Non Kayu Pola pemanfaatan hasil hutan non kayu yang dimaksudkan pada penelitian ini meliputi kajian mengenai jenis hasil hutan non-kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat, cara pemanfaatan hasil hutan non kayu oleh masyarakat dan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pemanfaatan hasil hutan non kayu oleh masyarakat. Jenis-jenis hasil hutan non kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Lok Lahung terdiri Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009
dari getah karet, kayu manis, getah damar, rotan, kemiri, madu, kulit kayu sintuk, bambu, buah-buahan serta hasil hutan non kayu lainnya yang tidak dikomersilkan sperti akarakaran, jamur, rebung bambu, hewan buruan dan lain-lain. Pemanfaatan hasil hutan non kayu tersebut merupakan kegiatan yang telah dilakukan secara turun menurun, dan hingga saat ini tetap dipertahankan oleh masyarakat Desa Lok Lahung. 57
POLA PEMANFAATAN DAN ……..(25 ):55-61
Cara pemanfaatan hasil hutan non kayu dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu pemanfaatan HHNK untuk kebutuhan rumah tangga atau sub-sisten dan pemanfaatan HHNK untuk dijual guna menambah pendapatan keluarga. Pemanfaatan HHNK untuk kebutuhan sub-sisten dikelompokan menjadi 2 kategori, yaitu pemanfaatan untuk kebutuhan materi atau makanan dan untuk kebutuhan obat-obatan ataupun kebutuhan kontruksi/kerajinan. Kebutuhan akan protein hewani diperoleh dari hasil perburuan binatang dan penangkapan burung, ikan, maupun dari kepompong lebah. Pemanenan untuk keperluan rumah tangga atau subsisten dilakukan hampir setiap hari seperti untuk keperluan pembuatan alat-alat bantu untuk pertanian, penangkapan ikan atau untuk mencari makanan dan sayuran. Salah satu alat yang dominan untuk keperluan pertanian dan rumah tangga yang terbuat dari HHNK yang berasal dari bahan bambu, dimana dari jenis tersebut dapat dibuat berbagai macam anyamanyaman (butah, bakul, lanjung) untuk keperluan pengangkutan hasil-hasil pertanian seperti buah, sayuran dan bahan makanan. Pemanfaatan HHNK untuk dijual sistem pemasarannya meliputi berbagai tahapan dengan sistem
jaringan yang berbeda. Secara umum pemasaran hasil hutan non kayu prosesnya melalui pedagang pengumpul, pedagang perantara, kemudian ke pengecer atau ke pedagang besar di kota Banjarmasin. Ada beberapa komoditi yang melalui proses pengolahan yang dilakukan pedagang pengumpul di desa Loksado, Hulu Banyu dan Tanuhi. Peramu hasil hutan non kayu biasanya lebih suka memilih menjual barang dagangannya langsung ke pedagang pengumpul di kampung maupun yang datang dari luar. Kota tujuan pemasaran hasil hutan non kayu adalah Kandangan, Banjarmasin, Palangkaraya, Samarinda dan kota-kota di wilayah Kalimantan Selatan. Faktor-faktor sosial ekonomi maupun alam yang diduga mempengaruhi pemanenan dan pemanfaatan serta pemasaran hasil hutan non kayu, baik untuk kebutuhan rumah tangga/subsisten maupun untuk keperluan sumber pendapatan atau komersil antara lain; keadaan ekonomi rumah tangga responden, musim berbuah atau panen dari hasil hutan non kayu, harga pasar dari hasil hutan non kayu yang dipanen dan ketersediaan barang-barang pengganti fungsi hasil hutan non kayu.
Kontribusi Hasil Hutan Non Kayu Terhadap Pendapatan Dari hasil perhitungan data yang diberikan responden menunjukan bahwa pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat (rata-rata per-kepala keluarga) dari pemungutan hasil hutan non kayu adalah getah Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009
karet Rp. 3.309.426-, kayu manis Rp.762.840,-, kulit sintuk Rp. 163.720,-, kemiri Rp. 160.740,- , Madu Rp. 121.600,- Buah-buahan Rp. 79.160,- , bambu Rp. 77.400,- , rotan Rp. 109.980,- , damar Rp.49.800,-. 58
POLA PEMANFAATAN DAN ……..(25 ):55-61
Besarnya kepala keluarga yang memanfaatkan hasil hutan non kayu sebagai sumber pendapatan dari getah karet sebanyak 25 kepala keluarga, kulit kayu manis 25 kepala keluarga, kulit sintuk 19 kepala keluarga, kemiri 24 kepala keluarga, madu 22 kepala keluarga, buahbuahan 19 kepala keluarga, bambu 8 kepala keluarga, rotan 14 kepala keluarga, damar 14 kepala keluarga. Sedangkan pendapatan rata-rata masyarakat responden di desa Lok Lahung diluar dari hasil hutan non kayu adalah sebesar Rp. 2.419.000 ,. Jumlah kepala keluarga yang memiliki pendapatan diluar hasil hutan non kayu adalah sebagai berikut, bertani/berladang 25 kepala keluarga, pedagang 1 kepala keluarga, buruh 1 kepala keluarga dan menjadi aparat desa 3 kepala keluarga. Kemudian dapat diketahui pula pendapatan ratarata perkapita sebesar Rp. 1.657.577,- /kepala keluarga/tahun. Dari pendapatan perkapita tersebut, bila disetarakan dalam bentuk beras yang berlaku saat ini adalah 275,25 kg setara dengan beras. Harga beras di desa Lok Lahung sekarang ini
adalah Rp 5.985/kg. Maka berdasarkan standar Sayogyo pendapatan perkapita tersebut masih berada dalam kategori miskin. Sumbangan pendapatan dari pemanfaatan hasil hutan non kayu mempunyai nilai kontribusi sebesar 66,65 % dari total pendapatan masyarakat, sedangkan dari luar hasil hutan non kayu memberikan kontribusi sebesar 33,35% dari total pendapatan masyarakat. Kontribusi hasil hutan non kayu didesa Lok Lahung memberikan peranan yang sangat besar bagi sumber pendapatan masyarakat. Dari angka tersebut diatas hasil hutan non kayu merupakan sumber pendapatan yang utama bagi kelangsungan hidup warga Desa Lok Lahung. Untuk mengetahui pendapatan masyarakat secara pasti dan akurat dari masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan non kayu memang sulit, hal ini disebabkan masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan tidak bekerja secara teratur dan Banyak fakttor yang mempengaruhi kegiatan pemungutan hasil hutan non kayu di desa Pegunungan Meratus.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Lok Lahung untuk meningkatkan pendapatan adalah getah karet, kulit kayu manis, kulit kayu sintuk, rotan, damar, madu, kemiri, bambu, buah-buahan, binatang buruan, jamur, rabung, dan anggrek. 2. Pemanfaatan hasil hutan non kayu dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu pemanfaatan hasil hutan Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009
non kayu untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau digunakan sendiri (konsumsi, konstruksi, kerajinan) dan pengelompokan hasil hutan non kayu untuk dijual sebagai pendapatan keluarga. 3. Sistem pemasaran hasil hutan non kayu dari masyarakat Desa Lok Lahung dijual langsung ke pedagang pengumpul di kampung dan di Loksado. Dalam proses 59
POLA PEMANFAATAN DAN ……..(25 ):55-61
jual beli pedagang pengumpul mendatangi ke tempat-tempat produksi. Sedangkan untuk hasil hutan non kayu yang tidak kontinyu permintaannya masyarakat Desa Lok Lahung memakai sistem pemasaran melalui pesanan dan bayar dimuka sebagai tanda ikatan kerja. Masyarakat Desa Lok Lahung lebih menyukai menjual langsung ke pedagang pengumpul dari pada ke pedagang besar, karena masyarakat kurang menguasai sistem pemasaran dan informasi harga pasar. 4. Faktor-faktor penting yang diduga mempengaruhi pemanfaatan hasil hutan non kayu oleh masyarakat diantaranya adalah musim, kebutuhan keluarga, musim gawi (musim tugal dan musim panen) musim berbuah hasil hutan non kayu, prasarana transportasi, permintaan pasar serta harga pasar dari hasil hutan non kayu. 5. Pendapatan rata-rata yang diperoleh masyarakat responden dari pemanfaatan hasil hutan non kayu adalah Rp. 4.834.666,- dan
pendapatan rata-rata di luar pemanfaatan hasil hutan non kayu sebesar Rp. 2.419.200,sedangkan pendapatan rata-rata perkapita adalah sebesar Rp. 1.657.577,- per tahun. Dari pendapatan rata-rata perkapita tersebut, bila dinyatakan dalam bentuk beras yang berlaku adalah 276,95 kg setara beras. Pada saat penelitian ini dilakukan harga beras yang berlaku di Desa Lok Lahung Rp. 5.985,- per Kg. Hal ini menunjukan bahwa dari segi standar kemiskinan, pendapatan perkapita masyarakat responden Desa Lok Lahung dapat dinyatakan berada pada garis kemiskinan. Kontrubusi hasil hutan non kayu terhadap pendapatan masyarakat Desa Lok Lahung sebesar 66,65% sedangkan kontrubusi di luar hasil hutan non kayu sebesar 33,35%. Dengan demikian kontribusi hasil hutan non kayu terhadap pendapatan masyarakat begitu dominan terhadap sumber pendapatan masyarakat di Desa Lok Lahung.
DAFTAR PUSTAKA
Akhdiyat, M. 1996. analisis Kontribusi Hutan Terhadap Pendapatan Masyarakat Desa Sekitar Suatu Studi di Kecamatan Kelumpung Hulu Kabupaten Kota Berau Kalimantan Timur. Skripsi Sarjana Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda. Angi, Eddy Mangopo. 2001. Masyarakat Merap dalam Konteks Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009
Hutan di Kalimantan Timur. Dalam : menyingkap Tabir Kelola Alam : Pengelolaan Sumberdaya Alam Kalimantan Timur dalam Kacamata Desentralisasi (hal. 79 – 90). APKSA Kalimantan Timur. Samarinda. Dephut. 1991. Industri Kehutanan di Indonesia. Kerjasama Departemen Kehutanan RI dengan PT Herzol Agrokarya Pratama. Jakarta. 60
POLA PEMANFAATAN DAN ……..(25 ):55-61
BAPPEDA. 1992. Kalimantan Timur Peluang dan Tantangan. Badan Perencana dan Pembangunan Daerah Tingkat I Kalimantan Timur. Samarinda. Dephut. 1999. Undang-undang No. 41 Tahun 1999. Tentang Ketentuan-ketentuan Kehutanan. Jakarta. Fahutan Unmul. 1999. Laporan penelitian :Kajian pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan Kalimantan Timur. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman dan Balai Penelitian Kehutanan Samarinda. Samarinda. Beratha, J. M. 1991. Pembangunan Desa Berwawasan Lingkungan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Muhammad, Aqla. 2002. Studi Pengembangan Ekowisata pada Kawasan Hutan Konservasi di Loksado Kalimantan Selatan (Tesis) Program Pasca Sarjana UGM Yogyakarta 2002 Partadireja, Ace. 1983. Metode perhitungan Nasional. LP3ES. Jakarta. Rudjehan. 1999. Ketergantungan Masyarakat Tradisional Terhadap Hutan, dan Fungsi Sosial, Ekonomi dan Budaya dalam Rangka Sertifikasi pengelolaan Hutan Alam Produksi. Asosiasi Pengusahaan Hutan Indonesia. Samarinda. Saragih, B. Paulus Matius dan Jhony Hangkueng. 2000. Potensi Pengembangan Hasil Hutan
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009
Non-Kayu (NTFPs) Sebagai Sumber pendapatan Alternatif Bagi Masyarakat Sekitar Hutan. BFMP – Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda. Sarjono, M. A., K. Sutrisno dan Subroto. 1994. Laporan Penelitian Potensi Hasil Hutan Non-Kayu pada Areal Hutan Bekas Perladangan di Kecamatan Long Iram. Balai Penelitian Kehutanan. Samarinda. Situmeang, dkk. 1984. Survey dan Penelitian Perdagangan komoditas Ekspor Damar dan Lada di Kalimantan Timur dengan Universitas Mulawarman. Samarinda. Srigunari, E. 1996. Nilai Harga Dasar Ganti Rugi Tanah dan Tanam Tumbuh Milik Masyarakat Desa Jahab Kecamatan Tenggarong. Skripsi Sarjana Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda. Sukirno. 1981. Ekonomi pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan. Fekon UI. Jakarta. Yunida. 2007. Analisis Perkembangan Penduduk Dan Pengaruhnya Terhadap Kelestarian Kawasan Hutan Lindung Loksado. Tesis Pasca Sarjana Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Winardi. 1982. Kamus Ekonomii Pertanian. Alumni Bandung.
61