FORMULASI MINUMAN INSTAN EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) DENGAN VARIASI BAHAN PENGISI Dhia Azmi Saputro1, Erni Rustiani2, Mira Miranti3 Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Pakuan Bogor Email :
[email protected] ABSTRAK Kelor (Moringa oleifera Lamk.) terbukti secara alamiah merupakan sumber gizi berkhasiat untuk mengatasi kekurangan gizi. Pemberian serbuk daun kelor pada tikus model kurang energi protein dengan dosis 0,72 g/hari, dapat mengembalikan kondisi fisik tikus yang kekurangan gizi. Penelitian ini dilakukan dengan cara mensubtitusi daun kelor sebagai zat aktif untuk formula sediaan minuman instan dengan berbagai variasi bahan pengisi seperti tepung ubi ungu yang dipilih berdasarkan kandungan protein dan hasil uji hedonik oleh panelis. Formula 1 mengandung ekstrak daun kelor, tepung ubi ungu, sukrosa, dan essence coklat (10%;45%;45%;qs) formula 2 dengan konsentrasi (10%;55%;35%;qs) formula 3 dengan konsentrasi (10%;65%;25%;qs). Sediaan minuman instan diuji stabilita selama 8 minggu dengan analisis kandungan proksimat, vitamin A, vitamin E, Fe dan Ca. Hasil penelitian menunjukan minuman instan ekstrak daun kelor dengan bahan pengisi tepung ubi ungu pada formula 1 merupakan yang paling disukai oleh panelis , dengan kandungan kadar air 3,77%, kadar abu 2,45%, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, vitamin E 4,64 mg/100g, Fe 32,56mg/kg, dan Ca 328,14 mg/100g. Kata Kunci ; Daun Kelor, Minuman Instan, Tepung Ubi Ungu, Stabilita. FORMULATION INSTANT DRINK MORINGA LEAF EXTRACT (Moringa oleifera Lamk.) WITH VARIATION FILLERS ABSTRACT Moringa (Moringa oleifera Lamk.) Proved naturally a source of nutrition efficacious to overcome malnutrition. Administration of Moringa leaf powder in rat models of protein energy malnutrition at a dose of 0.72 g / day, can restore the physical condition of rats undernourished. The research was done by substituting the leaves of Moringa as an active ingredient for the preparation of instant drink formula with a variety of fillers, such as purple yam flour is selected based on the content of protein and hedonic test results by the panelists. Formula 1 contains extracts of Moringa leaves, cassava flour purple, sucrose, and the essence of chocolate (10%; 45%; 45%; qs) formula 2 with concentration (10%; 55%; 35%; qs) formula 3 with concentration (10 %; 65%; 25%; qs). The preparation of instant drinks tested stabilita for 8 weeks with the content of proximate analysis, vitamin A, vitamin E, Fe and Ca. The results showed instant drink Moringa leaf extract with purple yam flour fillers in formula 1 is most preferred by the panelists, with water 3,77%, ash 2,45%, protein 6,60%, fat 0,71%, carbohydrate 84,89%, vitamin E 4.64 mg / 100g, 32,56mg Fe / kg and 328.14 mg Ca / 100g. Keywords : Moringa Leaves, instant drinks, Purple Yam Flour, Stabilita
PENDAHULUAN Kelor (Moringa oleifera L.) terbukti secara alamiah merupakan sumber gizi berkhasiat untuk mengatasi kekurangan gizi serta mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit. Kelor dikenal juga sebagai The Miracle Tree karena semua bagian tanaman mulai dari daun, buah, biji, bunga, kulit batang, hingga akar memiliki manfaat yang luar biasa (Oduro et al, 2008). Hasil penelitian Fifi dan Eddy (2011) pemberian serbuk daun kelor pada tikus model kurang energi protein dengan dosis 0,72 g/hari, dapat mengembalikan kondisi fisik tikus yang kekurangan gizi. Daun kelor memiliki nilai gizi yang bagus untuk tubuh yaitu mengandung asam amino esensial yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh dan harus disuplai dari luar tubuh seperti arginin, leusin, dan metionin. Asam amino sangat berperan dalam pembentukan protein (Mardiana, 2012). Kandungan gizi protein dalam 100 gram daun kelor yaitu 6,7 gram (Rukmana, 2005). Pemilihan bahan pengisi tepung ubi ungu berdasarkan kandungan protein yang terdapat ubi jalar ungu yaitu 0,77% (Winarti, 2010). Berdasarkan khasiat antara daun kelor dengan tambahan bahan pengisi sebagai peningkat asupan gizi dan sumber protein pada penelitian ini dibuat formulasi dari bahan tersebut untuk dijadikan minuman instan. Pemilihan bentuk minuman instan ini dipilih karena minuman instan praktis dan mudah dalam penyajiannya dengan menambahkan air panas atau dingin dan diaduk sudah dapat mendapatkan
minuman siap saji dan siap untuk dinikmati, serta diperuntukan untuk anak-anak pada usia 9-11 tahun sebagai minuman penambah zat gizi. Pengujian terhadap minuman instan ekstrak daun kelor dilakukan uji mutu sedian yang meliputi uji organoleptik, uji viskositas, uji tinggi endapan, uji laju pengendapan, uji laju alir dan uji kadar air, uji proksimar untuk mengetahui kandungan protein, lemak dan karbohidrat, selain itu uji dilakukan dengan menentukan kadar vitamin A dan vitamin E serta kadar mineral besi (Fe) dan kalsium (Ca). METOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2016 di Laboratorium Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor, Saraswanti Indo Genetech (SIG), Balai Besar Pasca Panen. Bahan Bahan yang digunakan daun kelor dari pekarangan pribadi di daerah Cibinong-Bogor, tepung ubi ungu, essence coklat, sukrosa, aquadest, asam klorida, pereaksi bouchardat, pereaksi mayer, asam sulfat pekat, serbuk magnesium, larutan besi klorida (III), larutan heksana, etanol, metanol, kalium hidroksida, n-hexane, asam nitrat pekat, THF, PTFE, aseton, asam pirogalat. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain timbangan analitik (And®), oven (Memmer®), tanur, krus, ayakan mesh 40, viskometer Brookfield,
gelas ukur, penangas air, tabung reaksi, erlenmeyer, labu kjedahl, kromatografi cair kinerja tinggi, corong flowmeter, vaccum dryer, spektrofotometer serapan atom.
tersebut diaduk dan ditambahkan maltosa serta essence coklat sampai semua bahan tercampur. Setelah itu diayak dengan menggunakan mesh 40 dan dikeringkan dengan oven pada suhu 50oC.
Cara Kerja
Uji Hedonik Uji kesukaan dilakukan terhadap 20 orang panelis yang terdiri dari anak laki-laki dan perempuan antara umur 9-11 tahun. Para panelis diminta mencicipi untuk menilai rasa, bau, dan warna dari sampel minuman instan yang dilarutkan dalam 250 ml air hangat. (Ayustaningwarno, 2014).
Pembuatan Ekstrak Kering Daun Kelor Pada proses ini digunakan ekstraksi air yaitu proses ekstraksi yang digunakan adalah metode perebusan sebanyak 50 gram serbuk simplisia direbus dalam 500 ml air suling selama sekitar sepuluh menit pada suhu 90oC, lalu disaring menggunakan kain batis. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dibiarkan dingin. Filtrat tersebut dibuat ekstrak kering dengan vaccum evaporator pada suhu 60oC (Handa, 2008). Uji Fitokimia Uji Fitokimia dilakukan terhadap ekstrak daun kelor meliputi identifikasi alkaloid, flavonoid, saponin, tanin secara kualitatif. Formula Minuman Instan Ekstrak Daun Kelor Sediaan minuman instan dari ekstrak daun kelor dibuat menjadi 3 formula dengan perbedaan konsentrasi bahan. Setiap kemasan berisi 20 gram minuman instan.
Pembuatan Minuman Ekstrak Daun Kelor
Instan
Dicampurkan ekstrak kering daun kelor dengan penambahan bahan pengisi tepung ubi ungu pada masing-masing formula. Campuran
Uji Mutu Sediaan Minuman Instan Ekstrak Daun Kelor 1. Uji organoleptik Uji organoleptik pada penelitian ini dilakukan dengan pengamatan warna, rasa, dan aroma. 2. Uji Viskositas Pengukuran dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield dengan kecepatan dan no spindle tertentu hingga mencapai torsi 100% pada suhu kamar (Septiani, 2011). 3. Uji Tinggi Endapan Uji dilakukan pada masingmasing formula yang telah terbentuk endapan dengan membandingkan antara tinggi sedimentasi akhir (Hu) terhadap tinggi mula-mula (H0) sebelum mengendap (Anjani dkk, 2011). 4. Uji Laju Endapan Uji dilakukan pada masingmasing formula yang ditambahkan dengan air 200 ml dengan bobot minuman instan 20 gram kemudian diaduk hingga merata lalu dihitung waktu
terdispersi dan mulai terbentuknya endapan (Anjani dkk, 2011). 5. Uji Laju Alir Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sediaan untuk dapat melewati corong Flowmeter. Syarat untuk mendapatkan waktu alir yang baik yaitu > 10 g/det. Uji Proksimat 1. Uji Kadar Air Kadar Air `Penetepan kadar air dilakukan dengan menggunakan moisture balance. Sebanyak 2 g serbuk simplisia ditimbang dan dimasukkan kedalam alat pada suhu 105oC selama kurang lebih 10 menit dan dicatat kadar air yang tertera pada moisture balance (Voight, 1994). 2. Uji Kadar Abu Penetapan kadar abu dilakukan dengan cara sebanyak 2-3 gram serbuk ditimbang seksama, dimasukkan kedalam sebuah cawan porselen yang telah diketahui bobotnya, kemudian arangkan diatas nyala pembakar lalu abukan dalam tanur listrik pada suhu maksimum 550oC sampai pengabuan sempurna (SNI 01-2891-1992). % Abu = x 100% Keterangan : W = Bobot sebelum diabukan (gram) W1= Bobot contoh + cawan sesudah diabukan (gram) W2 = Bobot cawan kosong (gram) 3. Uji Kadar karbohidrat Pengujian kadar karbohidrat dilakukan dengan metode by difference yaitu berdasarkan dengan pengurangan total jumlah contoh dengan presentase hasil
kadar abu, kadar air, kadar protein dan kadar lemak (18-89/MU/SMM-SIG). 4. Uji Kadar Protein Pengukuran kadar dilakukan dengan metode Foss Tecator Kjeltec 8400. Sejumlah sampel ditimbang seksama 1 gram cuplikan (untuk yang protein tinggi 0.3–0.5 gram) ke dalam tabung Kjeltec dan ditambahkan dengan 2 gram campuran selen serta 12 ml asam sulfat pekat. dinyalakan digestion block yang didestruksi pada suhu 400 °C selama 1 jam. dimatikan digestion block kemudian didinginkan. Dibuat sampel sequence pada Kjeltec dengan program AN300 dan pasang tabung Kjeltec dana lalu jalankan sequence. Dilakukan penetapan tersebut terhadap blanko (18-831/MU/SMM-SIG). ( ) , %Protein =
Keterangan : W = bobot cuplikan V1= volume HCl 0,01 N yang diperlukan pada penitaran contoh V2= volume HCl 0,01 N yang diperlukan pada penitaran blanko N = Normalitas HCl 5. Uji Kadar Lemak Pengukuran kadar lemak dilakukan dengan metode weibull. Sampel Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 2 gram kedalam gelas piala. Ditambahan 15 ml asam klorida 25% dan 10 ml air serta beberapa butir batu didih. Tutup gelas piala dengan kaca arloji dan didihkan selama 15 menit. Saring dalam keadaan panas dan cuci dengan air panas sehingga tidak bereaksi asam lagi. Dikeringkan dengan kertas saring berikut isinya pada suhu 100oC-105oC. Masukkan kedalam kertas saring pembungkus (paper thimble) dan ekstrak dengan heksana atau
pelarut lemak lainnya 2-3 jam pada suhu lebih kurang 80oC, disulingkan larutan heksana atau pelarut lemak lainnya dan keringkan ekstrak lemak pada suhu 100oC-105oC kemudian dinginkan dan timbang (SNI 012891, 1992). % Lemak = 100% Keterangan : W = Bobot cuplikan (gram) W1 = Bobot labu lemak sesudah ekstraksi (gram) W2 = Bobot labu kosong (gram) 6. Uji kadar Vitamin A Sampel yang telah dihomogenkan ditimbang 5 gram kedalam erlenmeyer 100 ml dan ditambakan 3 ml air untuk sampel yang mengandung gula tinggi. Ditambahkan etanol 95% sebanyak 40 ml dan ditambahkan asam pirogalat sebanyak 50 mg dan dilewatkan gas nitrogen sebelum dipanaskan. Ditambahkan kalium hidroksida 50% sebanyak 10 ml, lalu kocok larutan dan dipanaskan dalam waterbath pada suhu kurang lebih 80oC selama 45 menit, dikocok larutan tiap 10 menit sekali lalu dinginkan larutan. Setelah larutan dingin ditambahkan 10 ml asam asetat glasial dan dinginkan kembali hingga suhu ruang. Dipindahkan larutan kedalam labu ukur 100 ml dan himpitkan larutan dengan THF-etanol 95% (1:1) kemudian homogenkan. Diamkan selam 1 jam pada suhu ruang atau selama 24 jam dalam kulkas. disaring larutan tersebut dengan PTFE 0,45µm dan diinjeksikan ke sistem HPLC. 7. Uji Kadar Vitamin E Sampel yang telah dihomogenkan ditimbang 5 gram kedalam erlenmeyer 100 ml dan
ditambakan 3 ml air untuk sampel yang mengandung gula tinggi. Ditambahkan etanol 95% sebanyak 40 ml dan ditambahkan asam pirogalat sebanyak 50 mg dan dilewatkan gas nitrogen sebelum dipanaskan. Ditambahkan kalium hidroksida 50% sebanyak 10 ml, lalu kocok larutan dan dipanaskan dalam waterbath pada suhu kurang lebih 80oC selama 45 menit, dikocok larutan tiap 10 menit sekali lalu dinginkan larutan. Setelah larutan dingin ditambahkan 10 ml asam asetat glasial dan dinginkan kembali hingga suhu ruang. Dipindahkan larutan kedalam labu ukur 100 ml dan himpitkan larutan dengan THF-etanol 95% (1:1) kemudian homogenkan. Diamkan selam 1 jam pada suhu ruang atau selama 24 jam dalam kulkas. disaring larutan tersebut dengan PTFE 0,45µm dan diinjeksikan ke sistem HPLC. Pengujian dengan menggunakan HPLC kondisi kromatografi yang digunakan yaitu : Kolom
: Lichrospher (RP-18)
Laju alir : 1 ml/menit Vitamin A : 325 nm Vitamin E : 292 nm Fase Gerak : Metanol : aquabidest (86;14) Volume injeksi : 20 µL (18-5-1/MU/SMM-SIG) Csp = x C st x
Keterangan : Csp = konsentrasi contoh, dinyatakan dalam ug/g (ppm); Asp = area contoh Ast = area standar Cst = konsentrasi standar, dinyatakan dalam ug/ml (ppm) Vsp = volume pelarutan sampel, dinyatakan dalam ml
Wsp = bobot contoh, dinyatakan dalam g.
8. Uji Kadar Fe Sampel diuji kandungan mineral diproses pengabuan basah terlebih dahulu sebanyak 5 g dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 25 ml asam nitrat dan diamkan selama 1 jam. Sampel dipanaskan diatas hotplate selama 5 menit, kemudian didinginkan. Sampel yang telah dingin kemudian diencerkan menjadi 50 ml dalam labu takar dan dihomogenkan serta saring dengan kertas whatman no 1. Sampel yang telah disaring dianalisis mineralnya menggunakan atomic absorption spectrophotometer (AAS) pada panjang gelombang 238 nm (SNI-19-2896-1998). % Fe = ( )
10. Uji Kadar Ca Pengujian kadar mineral Ca dilakukan dengan menggunakan metode ICP-OES. Sebanyak 0.5 gram contoh ditambah 10 ml asam nitrat pekat, didestruksi selama 20 menit 190 °C dan dimasukan kedalam labu ukur 50 ml kemudian dihimpitkan dengan aquabidest dan disaring. Diukur oleh ICP OES pada panjang gelombang logam Ca yaitu 317 nm (18-13-1/MU/SMM-SIG). Uji Stabilita Uji stabilitas dilakukan untuk formula minuman instan ekstrak daun yang terpilih berdasarkan uji hedoniik (uji kesukaan) dengan cara mengukur parameter stabilitas yaitu pengujian organoleptis meliputi pengamatan secara visual dan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada sediaan yakni
warna, bau dan rasa, uji viskositas, uji tinggi endapan, uji volume sedimentasi, uji laju pengendapan, uji protein dan karbohidrat, uji penetapan kadar vitamin A dan E, uji mineral Fe dan Ca, uji kadar air. Uji stabilitas juga dilakukan pada masing-masing formula minuman instan sebanyak 20 gram ditempatkan pada suhu ruang selama 2 bulan, serta diamati parameter fisika dan kimia pada hari 0, 2, 4, 6, 8 pada suhu 15o-30oC dan 40o-45oC (Tiradisuci, 2014). Keterangan : (*) = Uji organoleptik, laju alir, viskositas, laju pengendapan, tinggi endapan. (**) = Uji organoleptik, laju alir, viskositas, laju pengendapan, tinggi endapan, protein dan karbohidrat, lemak, vitamin A dan E, mineral Fe dan Ca. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembuatan Ekstrak Kering Daun Kelor Diperoleh ekstrak kering sebanyak 501 gram dengan nilai rendemen 3,71%. Karakteristik ekstrak kering daun kelor yaitu memiliki warna coklat, aroma khas, rasa agak pahit, asam dan sepat serta bersifat higroskopis. Rendemen ekstrak kering daun kelor digunakan untuk dosis minuman instan ekstrak daun kelor. Hasil Uji Fitokimia Berdasarkan uji fitokimia mengandung senyawa seperti alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin. Hasil Uji Hedonik Berdasarkan uji hedonik bahwa sediaan minuman instan
ekstrak daun kelor untuk parameter warna, rasa, dan aroma panelis lebih menyukai formula 1 sehingga digunakan untuk uji stabilita. Hasil Uji Mutu Sediaan Minuman Instan Ekstrak Daun Kelor Nilai viskositas minuman instan ekstrak daun kelor 29,6 Cp. Tinggi endapan yang terdapat pada sediaan minuman instan ekstrak daun kelor 1,8 cm dengan laju pengendapan 13 menit. Laju alir sediaan minuman instan ekstrak daun kelor sangat kohesif karena nilai yang didapat < 1,4 yaitu 1,29 g/det. Pengujian lain dari sediaan minuman instan ekstrak daun kelor juga dapat dilihat pada Tabel.
Hasil Uji Stabilita Sediaan Minuman Instan Ekstrak Daun Kelor 1. Hasil Uji Organoleptik Penampilan fisik sediaan minuman instan ekstrak daun kelor pada suhu 25oC-30oC dan suhu 40oC45oC menunjukan perubahan warna, bau dan aroma pada seluruh pengujian stabilita, hal ini dapat terjadi karena adanya pertumbuhan
mikroba dalam sediaan mempunyai kadar air tinggi.
yang
2. Hasil Uji Viskositas Hasil pengujian viskositas yang telah dilakukan selama 8 minggu menunjukan bahwa suhu o o penyimpanan 25 C-30 C hasil nilai Cp lebih besar dari suhu 40oC-45oC, hal tersebut dapat terjadi karena pada penambahan zat aktif dan viskositas akan turun apabila temperatur tinggi 3. Hasil Uji Tinggi Endapan Hasil uji tinggi endapan yang telah diamati selama delapan minggu menunjukan bahwa semakin lama penyimpanan baik suhu 25oC-30oC dan suhu 40oC-45oC tidak terjadi penambahan tinggi endapan. 4. Hasil Uji Laju Endapan Hasil uji laju endapan yang telah diamati selama delapan minggu menunjukan bahwa laju endapan semakin lama penyimpanan dan peningkatan suhu laju endapan sediaan minuman instan daun kelor semakin lama waktu laju pengendapannya. 5. Hasil Uji Laju Alir Hasil uji laju alir menunjukan bahwa minuman instan ekstrak daun kelor memiliki nilai laju alir sangat kohesif pada suhu 25oC-30oC, s. pada penyimpanan suhu 40oC-45oC yang kohesif. Berdasarkan nilai dari uji alir tersebut kemungkinan karena sediaan mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang jelek. Mudah tidaknya sifat aliran sediaan dapat dipengaruhi oleh bentuk, bobot jenis, keadaan permukaan dan kelembabannya. Hasil Uji Prokimat 1. Hasil Uji Kadar air Hasil uji kadar air minuman instan ekstrak daun kelor stabil pada suhu
simpan suhu 25oC-30oC dan suhu 40oC-45oC, tetapi kadar air tidak memenuhi syarat SNI 01-4320-1996 tentang serbuk minuman tradisional yaitu bahwa kadar air tidak boleh lebih dari 3 %. Kadar air yang tidak memenuhi syarat ini dapat disebabkan oleh sifat zat aktif ekstrak daun kelor yang bersifat higroskopis dan mampu menyerap kandungan air lebih banyak. Sediaan ekstrak daun kelor yang memiliki kadar air harus disimpan di wadah yang tertutup rapat dan diberi silika gel untuk mencegah penyerapan air yang berlebihan. 2. Hasil Uji Kadar Abu Hasil pengujian kadar abu terhadap sampel minuman instan ekstrak daun kelor yang dilakukan pada minggu ke 0,4 dan 8 menunjukan bahwa sediaan memiliki kadar abu lebih dari 1,5 %. Kadar abu yang diperoleh melebihi batas maksimum disebabkan oleh kandungan mineral pada serbuk dan ekstrak daun kelor, selain itu kadar abu dari tepung ubi ungu dan ekstrak daun kelor yang tinggi. 3. Hasil Uji kadar Karbohidrat Hasil kadar karbohidrat yang telah diamati pada minggu ke-0,4 dan 8 hasil kadar karbohidrat minuman instan ekstrak daun kelor yang disimpan pada suhu 25o-30oC dan suhu 40o-45oC keduanya stabil dan tidak mengalami perubahan yang besar. Tingginya kadar karbohidrat minuman instan ekstrak daun kelor dibandingkan dengan kadar ekstrak daun kelor karena penggunaan bahan pengisi tepung ubi ungu yang memeiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. 4. Hasil Uji Kadar Protein Hasil pengujian kadar protein minuman instan ekstrak daun kelor yang dilakukan selama delapan
minggu menunjukkan bahwa sediaan minuman instan ekstrak daun kelor yang disimpan pada suhu 25o-30oC dan suhu 40o-45oC mengalami penurunan kadar protein dari ekstrak daun kelor, hal ini disebabkan oleh denaturasi atau sedikitnya kandungan ekstrak daun kelor yang dipakai dalam satu sachet sediaan yaitu 2 gram ekstrak sehingga pada saat pengujian ekstrak yang tercampur dalam sediaan hanya sedikit yang terambil. 5. Hasil Uji Kadar Lemak Hasil pengujian kadar lemak minuman instan ekstrak daun kelor yang dilakukan selama delapan minggu mengalami penurunan jumlah kadar lemak dari jumlah kadar lemak ekstrak daun kelor, hal ini disebabkan oleh sedikitnya kandungan ekstrak daun kelor yang dipakai dalam satu sachet sediaan yaitu 2 gram ekstrak sehingga pada saat pengujian ekstrak yang tercampur dalam sediaan hanya sedikit yang terambil. 6. Hasil Uji Kadar Vitamin E Hasil pengujian kadar vitamin E minuman instan ekstrak daun kelor pada suhu simpan 25o-30oC mengalami penurunan yang disebabkan oleh pengolahan yang akan menyebabkan kehilangan vitamin E seperti temperatur tinggi, penyimpanan yang lama juga tingkat kelembaban tinggi (Eitenmiller dan Junsoo, 2004). 7. Hasil Uji Kadar Fe Hasil uji kadar Fe pada suhu simpan 25o-30oC dan suhu 40o-45oC mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh sedikitnya kandungan ekstrak daun kelor yang dipakai dalam satu sachet sediaan yaitu 2 gram ekstrak sehingga pada saat pengujian ekstrak yang tercampur dalam sediaan hanya
sedikit yang terambil serta bedanya perlakuan dari analis yang berbeda. 8. Hasil Uji Kadar Ca Hasil uji kadar Ca pada minuman instan ekstrak daun kelor yang disimpan pada suhu 25o-30oC dan suhu 40o-45oC tidak stabil, hal ini disebabkan oleh sedikitnya kandungan ekstrak daun kelor yang dipakai dalam satu sachet sediaan yaitu 2 gram ekstrak sehingga pada saat pengujian ekstrak yang tercampur dalam sediaan hanya sedikit yang terambil serta bedanya perlakuan dari analis yang berbeda. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Formula dengan mutu paling baik dan paling disukai oleh panelis yaitu formula 1 . 2. Minuman instan ekstrak daun kelor dengan bahan pengisi tepung ubi ungu yang disimpan pada suhu 25oC-30oC lebih stabil dibandingkan dengan yang o disimpan pada suhu 40 C-45oC. Saran Perlu dilakukan uji mikroba untuk mengetahui jumlah cemaran mikroba sediaan minuman instan ekstrak daun kelor. DAFTAR PUSTAKA Anjani, M.R, Ika, T.D.K, Peni I dan Anita S. 2011. Formulasi Suspensi Siprofloksasin dengan Suspending Agent Pulvis Gummi Arabici dan Daya Antibakterinya. Sukoharjo; Universitas Muhamadiyah Surakarta. Aulton, M E. 1998. Pharmaceutics: The Science of Dosage from Design. Churvill living stone, edinburghc.
Ayustaningwarno, Fitriyono. 2014. Teknologi Pangan: Teori Praktis dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Badan Standarisasi Nasional. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman (SNI 01-28911992). Jakarta; Badan Standarisasi Nasional Badan Standarisasi Nasional. 1998. Cara Uji Cemaran Logam (SNI 19-2896-1998). Jakarta; Badan Standarisasi Nasional Cahyono, B. 2009. Pisang Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Revisi kedua. Yogyakarta; Kanisius. Eitenmiller. R dan Junsoo Lee, 2004. Vitamin E Food Chemistry, Composition, and Analysis. New York; Marcel Dekker Inc. Fifi L dan Eddy W. 2011. Serbuk Daun Kelor Memulihkan Kondisi Fisik Gizi Buruk pada Tikus Model Kurang Energi Protein. Malang; Universitas Brawijaya. Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 26(3); 131-135 Handa, S.S. 2008. Extraction Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. Italy; ICS-UNIDO. Mardiana, L. 2012. Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta; Penebar Swadaya Murtiningsih dan Suyanti.. 2011. Membuat Tepung Umbi dan Variasi Olahannya. Jakarta; PT.Agro Media Pustaka
Oduro W, Ellis O, Owusu D. 2008. Nutritional Potential of Two Leafy Vegetables; Moringa oleifera and Ipomea batatas leaves. Kumasi-Ghana; Kwame Nkrumah University of Science and Technology 3(2); 57-60. Rukmana, H. R. 2005. Bertanam Sayuran Dipekarangan. Yogyakarta; Kanisius Saraswanti Indo Genetech. 2015. Uji Logam dan Mineral dengan ICP OES (18-13-1/MU/SMMSIG). Bogor; Saraswanti Group. Saraswanti Indo Genetech. 2015. Uji Vitamin A,D, dan E secara HPLC (18-5-1/MU/SMMSIG). Bogor; Saraswanti Group. Septiani, S. N, Wathani dan S.R Mita. 2011. Formulasi Sediaan Masker Gel
Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetum gnemon Linn). Bandung; Universitas Padjajaran 1(1); 4-24. Simanjuntak, T. P. T. 2012. Komponen Gizi dan Terapi Pangan Ala Papua. Yogyakarta; Deepublish. Tiradisuci, M. 2014. Skripsi: Formulasi dan Uji Stabilitas Granul Eferevesen Sari Buah Sirsak (Annona muricata L.). Bogor; Universitas Pakuan. Voight, T. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi IV. Terjemahan oleh Soewandhi, S.N. dan Widianto, M.B. Yogyakarta; Universitas Gajah Mada. Winarti, Sri. 2010. Makanan Fungsional. Surabaya; Graha Ilmu.