HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 GORONTALO Yamin Ismail, Usman Gani, Suswati Porindo Jurusan Pendidikan MatematikaF.MIPA Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK
Hubungan antara Kemandirian Belajar dengan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Materi Volume Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Gorontalo. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika volume kubus dan Balok ? Tujuan penelitian ini adalah mengetahui terdapat atau tidaknya hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar dan memperoleh gambaran yang jelas mengenai hubungan kemandirian belajar siswa terhadap hasil belajar mereka. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional, dengan populasi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo. Pengambilan sampel dilakukan secara Proporsionate Random Sampling. Data dalam penelitian ini terdiri dari data hasil belajar siswa dan data kemandirian belajar. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan dokumentasi hasil ujian mid semester dan instrumen angket berbentuk lembar pernyataan. Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu analisis inferensial dengan menggunakan uji regresi dan korelasi sederhana. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kemandirian belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi volume kubus dan balok. Hubungan positif ini ditunjukan dengan koefisien determinasi r sebesar 0.4761atau 47.61%. Kata Kunci: Kemandirian Belajar, Hasil Belajar ABSTRACT Studying the relationship between the independence of Student Learning Outcomes in Mathematics Subject Matter Volume Cube and Blocks in Class VIII SMP Negeri 3 Gorontalo . Thesis . The Department of Mathematics and Natural Sciences . Gorontalo State University . Formulation of the problem in this study is whether there is a relationship between independent learning with student learning outcomes in mathematics volume of the cube ? Purpose of this study was to determine whether or not there is a relationship between independent learning with the learning outcomes and a clear picture of the relationship of the results of student learning independence their learning . This study used a survey method with the correlational approach , with a population of eighth grade students of SMP Negeri 3 Gorontalo . Sampling was done by Proporsionate Random Sampling . The data in this study consisted of student learning outcomes data and data independent learning . This data was collected using documentation mid term exam results and questionnaire instrument shaped sheet statement . Analysis of the data used to test the research hypothesis that inferential analysis using regression and simple correlation . The results show that there is a positive relationship between independent learning with student learning outcomes in mathematics volume of cubes and blocks of matter . This positive relationship is shown by the coefficient of determination r 0.4761atau of 47.61 % . Keywords : Independence Learning , Learning Outcomes
PENDAHULUAN Perkembangan zaman yang semakin canggih semakin harus diimbangi dengan kemampuan manusia yang berkualitas. Hal ini akan bisa dilakukan melalui pendidikan karena pada dasarnya dengan pendidikan akan merubah perilaku seseorang kearah yang lebih baik untuk memajukan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa tergantung dari tingkat ilmu pengetahuan yang berkembang dalam kehidupan warga negaranya. Salah satu ilmu pengetahuan yang erat kaitannya dengan kemajuan bangsa adalah matematika. Matematika menjadi dasar dari ilmu yang berkembang saat ini, oleh karena itu matematika memberikan peranan yang sangat besar dalam perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang semakin canggih bisa menjadi tolak ukur kemajuan suatu negara. Dalam pendidikan formal, pengajaran matematika dimulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Matematika merupakan bidang studi yang amat penting, karena berguna dalam mempelajari berbagai keahlian. Dengan belajar matematika, seseorang akan dilatih untuk berpikir jelas, tepat, dan cepat. Kesulitan yang dihadapi untuk memahami matematika, tidak mereka jadikan sebuah tantangan melainkan menjadi sebuah beban dalam belajar. Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan sikap seseorang akan terbentuk dan berkembang karena proses belajar. Seseorang dikatakan belajar, jika dirinya terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku dapat diamati dan berlaku dalam waktu lama. Dengan belajar, manusia akan mendapatkan hal-hal baru yang berguna dalam kehidupannya ke arah yang yang lebih baik. Dengan beban dalam belajar matematika, hal ini menjadikan mereka enggan untuk mempelajarinya sehingga nilai pelajaran matematika selalu lebih rendah dibandingkan dengan nilai pelajaran yang lain. Keberhasilan belajar oleh peserta didik itu sendiri tidak terlepas dari peran guru serta kemandirian belajar siswa. Di lingkup sekolah, guru selalu menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan harapan agar siswa dapat memberikan respon positif terhadap proses belajar. Faktor pendukung lainnya adalah kemauan dari siswa itu sendiri. Tujuan belajar harus timbul dari dalam diri siswa sesuai dengan kebutuhan dan bukan karena paksaan orang lain. Misalnya, Dewi yang tekun belajar matematika, bukan karena faktor Ibunya yang mengharuskan ia belajar, tetapi dia melakukan itu tak lain adalah untuk memenuhi keingintahuannya terhadap matematika dan mendapatkan nilai baik pada saat ulangan. Dengan maksud dan tujuan belajar yang jelas maka kegiatan belajar akan belajar dengan baik. Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi “Mengingat” jangka pendek akan tetapi dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang termaksud mengaplikasikan materi atau ilmu yang telah diperolehnya. Berbicara tentang proses belajar mengajar untuk mata pelajaran matematika khususnya kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo pada kenyataannya sebagian besar nilai yang diperoleh siswa pada ujian semester ganjil belum memenuhi standar ketuntasan yang ditentukan oleh sekolah yaitu 6,70. Hal ini didasarkan pada data yang diperoleh dari guru mata pelajaran matematika bahwa dari jumlah 162 siswa yang memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan sekitar 95 orang atau 58,64%, sedangkan yang memperoleh nilai di atas standar ketuntasan berjumlah 67 orang atau 41,36% ( SMP Negeri 3 Gorontalo). Rendahnya pencapaian nilai siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantarannya adalah cara belajar mereka. Siswa hanya mengandalkan materi yang diperoleh dari guru mata pelajaran bahkan kebanyakan siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan mencatat pekerjaan teman di dalam kelas sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini disebabkan karena siswa belum memahami materi yang disajikan atau juga karena enggan mengulangi pelajaran dirumah saat pulang dari sekolah misalnya dengan membuat jadwal pelajaran, mengerjakan tugas dan belajar kelompok sehingga materi yang diterima hanya bisa dipahami atau dimengerti saat di kelas. Dengan beragamnya referensi yang dimiliki siswa akan memudahkan mereka dalam menyelesaikan tugas yang diberikan baik dikerjakan sendiri maupun dalam kelompok, dan dapat membantu dalam mendalami materi yang disajikan sebagai bahan untuk menjawab soal-soal ulangan.
Hal ini penting, sebab penilaian keberhasilan siswa didasarkan pada hasil kerja mereka secara keseluruhan yaitu kegiatan diskusi, kerja kelompok, kerja mandiri dan ulangan harian. Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan keaktifan siswa dalam menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan guru untuk mencapai belajar yang maksimal merupakan suatu keharusan. Dengan kata lain untuk mencapai hasil belajar yang maksimal disekolah sangat ditentukan oleh mandirinya peserta didik dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2007: 51) mengungkapkan bahwa belajar mandiri adalah metode belajar yang sesuai dengan kecepatan sendiri. Permasalahannya adalah apakah kegiatan belajar mandiri siswa berkaitan dengan perolehan hasil belajar mereka, masih memerlukan penelitian secara empirik di lapangan. Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan di atas, penulis menduga bahwa ada hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar siswa. Oleh karenanya penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian dengan formulasi judul “Hubungan antara Kemandirian Belajar dengan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Materi Volume Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo” KajianTeori Matematika merupakan ilmu yang timbul karena fikiran-fikiran manusia yang menghubungkan dengan idea, proses dan penalaran. Soedjadi (2000: 11) berpendapat bahwa matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan. Matematika memiliki konsep struktur dan hubungan-hubungan yang banyak menggunakan simbol. Simbol-simbol ini sangat penting dalam membantu memanipulasi aturan-aturan beroperasi dalam struktur-struktur. Dengan bantuan simbol-simbol dan aturan matematika seseorang akan mudah memecahkan masalah, karena ilmu matematika memberikan kebenaran berdasarkan alasan logis dan sistematis. Disamping itu, matematika dapat memudahkan dalam pemecahan masalah karena proses kerja matematika dilalui secara berurut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Schoenfeld (dalam Uno, 2009: 112) bahwa belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam bentuk kompleks untuk memecahkan masalah. Berdasarkan pandangan ahli dapat disimpulkan bahwa belajar matematika suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan suatu simbol-simbol matematika dan aturanaturannya untuk memecahkan masalah dalam situasi yang nyata. Matematika merupakan ilmu yang timbul karena fikiran-fikiran manusia yang menghubungkan dengan idea, proses dan penalaran. Soedjadi (2000: 11) berpendapat bahwa matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan. Matematika memiliki konsep struktur dan hubungan-hubungan yang banyak menggunakan simbol. Simbol-simbol ini sangat penting dalam membantu memanipulasi aturan-aturan beroperasi dalam struktur-struktur. Dengan bantuan simbol-simbol dan aturan matematika seseorang akan mudah memecahkan masalah, karena ilmu matematika memberikan kebenaran berdasarkan alasan logis dan sistematis. Disamping itu, matematika dapat memudahkan dalam pemecahan masalah karena proses kerja matematika dilalui secara berurut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Schoenfeld (dalam Uno, 2009: 112) bahwa belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam bentuk kompleks untuk memecahkan masalah. Berdasarkan pandangan ahli dapat disimpulkan bahwa belajar matematika suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan suatu simbol-simbol matematika dan aturanaturannya untuk memecahkan masalah dalam situasi yang nyata. Matematika sangat penting untuk dipelajari bagi setiap siswa. Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap matematika, maka diperlukan alat penilaian yang dapat mengukur penguasaan siswa setelah belajar. Alat ukur ini berupa tes kemampuan, dimana guru melakukan penilaian dengan tes, baik pertanyaan lisan maupun tertulis. Hasil Belajar Matematika Penilaian dilakukan bertujuan untuk mengetahui capaian hasil belajar masing-masing siswa, apakah telah mencapai ketuntasan belajar atau belum. Hasil belajar merupakan suatu perolehan pada materi tertentu setelah siswa menjalani aktifitas belajar dalam jangka waktu tertentu seperti pada setiap pokok bahasan, bab, setengah semester, satu semester dan setelah mengikuti program tertentu. Matematika merupakan ilmu yang timbul karena fikiran-fikiran manusia yang menghubungkan
dengan idea, proses dan penalaran. Soedjadi (2000: 11) berpendapat bahwa matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan. Matematika memiliki konsep struktur dan hubungan-hubungan yang banyak menggunakan simbol. Simbol-simbol ini sangat penting dalam membantu memanipulasi aturan-aturan beroperasi dalam struktur-struktur. Dengan bantuan simbol-simbol dan aturan matematika seseorang akan mudah memecahkan masalah, karena ilmu matematika memberikan kebenaran berdasarkan alasan logis dan sistematis. Disamping itu, matematika dapat memudahkan dalam pemecahan masalah karena proses kerja matematika dilalui secara berurut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Schoenfeld (dalam Uno, 2009: 112) bahwa belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam bentuk kompleks untuk memecahkan masalah. Berdasarkan pandangan ahli dapat disimpulkan bahwa belajar matematika suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan suatu simbol-simbol matematika dan aturanaturannya untuk memecahkan masalah dalam situasi yang nyata. Matematika sangat penting untuk dipelajari bagi setiap siswa. Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap matematika, maka diperlukan alat penilaian yang dapat mengukur penguasaan siswa setelah belajar. Alat ukur ini berupa tes kemampuan, dimana guru melakukan penilaian dengan tes, baik pertanyaan lisan maupun tertulis. Penilaian dilakukan bertujuan untuk mengetahui capaian hasil belajar masing-masing siswa, apakah telah mencapai ketuntasan belajar atau belum. Hasil belajar merupakan suatu perolehan pada materi tertentu setelah siswa menjalani aktifitas belajar dalam jangka waktu tertentu seperti pada setiap pokok bahasan, bab, setengah semester, satu semester dan setelah mengikuti program tertentu Belajar Mandiri Kreativitas belajar meupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasi-kan dan menunjukan proses kreativitas tersebut. Kreativitas belajar merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan disekitar kita. Kreatifitas belajat ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh sesorang atau adanya kecenderungan untuk mencapai sesuatu.( Isjoni, 2009 : 18 ). Faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah suara, pencahayaan, temperatur, dan desain belajar. a) Suara Tiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap suara. Ada yang menyukai belajar sambil mendengarkan musik keras, musik lembut, ataupun nonton TV. Ada juga yang suka belajar di tempat yang ramai, bersama teman. Tapi ada juga yang tidak dapat berkonsentrasi kalau banyak orang di sekitarnya. Bahkan bagi orang tertentu, musik atau suara apapun akan mengganggu konsentrasi belajar mereka. Mereka memilih belajar tanpa musik atau di tempat yang mereka anggap tenang tanpa suara. Namun, beberapa orang tertentu tidak merasa terganggu baik ada suara ataupun tidak. Mereka tetap dapat berkonsentrasi belajar dalam keadaan apapun. b) Pencahayaan Pencahayaan merupakan faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara. Mungkin karena relatif mudah mengatur pencahayaan sesuai dengan yang dibutuhkan. c) Temperatur Pengaruh temperatur terhadap konsentrasi belajar pada umumnya juga tidak terlalu dipermasalahkan orang. Namun, perlu mengetahui bahwa reaksi tiap orang terhadap temperatur berbeda. Ada yang memilih belajar di tempat dingin, atau sejuk; sedangkan orang yang lain memilih tempat yang hangat. d) Desain Belajar Jika sedang membaca, menulis, atau meringkas modul yang membutuhkan konsentrasi, coba perhatikan, apakah merasa lebih nyaman untuk melakukannya sambil duduk santai di kursi, sofa, tempat tidur, tikar, karpet atau duduk santai di lantai? Jika salah satu cara tersebut merupakan cara yang membuat lebih mudah berkonsentrasi untuk belajar, maka mungkin termasuk orang yang membutuhkan desain informal atau cara belajar tidak formal yang santai. Jika termasuk tipe yang membutuhkan desain formal, maka mungkin lebih mudah berkonsentrasi jika belajar dengan kursi dan meja belajar. Lengkapi tempat belajar dengan kalimat-
kalimat positif, foto, gambar, atau jadwal belajar yang dapat meningkatkan semangat belajarnya. Yang penting, sesuaikan dengan tipe Anda, baik tipe informal maupun tipe formal. Selanjutnya, Kozma, Belle, Williams (dalam Uno, 2007: 49) mendefinisikan belajar mandiri sebagai usaha individu siswa yang otonomi untuk belajar mencapai suatu kompetensi. (Mangindaan, 1997: 5-4). Selanjutnya, Uno (2007: 51) mengungkapkan bahwa belajar mandiri adalah metode belajar yang sesuai dengan kecepatan sendiri. Sedangkan Brookfield (1984) menyatakan bahwa belajar mandiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan tujuan belajarnya, merencanakan proses belajarnya, menggunakan sumber belajar yang dipilihnya, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang dipilihnya untuk mencapai tujuan belajarnya. Dengan melakukan pembelajaran secara mandiri,dapat memungkinkan kita untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Kemp (1994: 154) bahwa hasil belajar maksimal dapat diperoleh apabila siswa bekerja menurut kegiatannya sendiri, terlihat aktif dalam melaksanakan berbagai tugas khusus dan mengalami keberhasilan dalam belajar. Selanjutnya, Djamarah (2002: 40) mengungkapkan bahwa belajar mandiri meliputi pengaturan waktu belajar, mengulangi bahan pelajaran, menghafal bahan pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, memanfaatkan perpustakaan, berdiskusi dengan teman dan membentuk kelompok belajar. Dari beberapa uraian di atas kita dapat memahami bahwa belajar mandiri merupakan suatu kegiatan belajar yang dilakukan oleh individu dimana keseluruhan proses belajar mengajar, ditentukan oleh individu tersebut untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan dan ditandai dengan adanya jadwal kegiatan belajar, disiplin dalam belajar, mengerjakan tugas, pemanfaatan perpustakaan serta pembuatan kelompok belajar. Tinjauan Tentang Materi Volume Kubus dan Balok Sebuah bangun berbentuk persegi dan panjang rusuk-rusuknya sama dan disebut kubus. Bagain-bagian kubus yaitu rusuk, titik sudut, diagonal bidang, diagonal ruang, dan bidang diagonal.
1) Volume kubus Untuk mencari volume kubus ini misalkan, sebuah bak mandi yang berbentuk kubus memiliki pankang rusuk 1,2 m. Jika bak tersebut di isi penuh dengan air, berapak volume air yang dapat ditampung? untuk mencari solusi permasalahan ini, kamu hanya perlu menghitung volume bak mandi tersebut. Perhatikan gambar di bawah ini:
(a)
(b)
(c)
Gambar di atas menunjukan bentuk-bentuk kubus dengan ukuran berbeda. Kubus pada gambar (a) merupkan kubus satuan. Untuk membuat kubus pada gambar (b) duperlukan 2x2x2 = 8 kubus satuan dan untuk membuat kubus pada pada gambar (c) diperlukan 3x3x3x = 27 kubus satuan. Dengan demikian volume atau isi suatu kubus dapat ditentukan dengan cara mengalihkan panjang rusuk kubus tersebut sebanyak tiga kali, sehingga : Volume kubus = panjang rusuk x panjang rusuk x panjang rusuk = S x S x S = S3 Jadi volume kubus dapat dinyatakan sebagai berikut : Volume kubus = S3 2) Volume balok
Proses penurunan rumus balok memiliki cara yang sama seperti pada kubus. Caranya adalah dengan menemukan satu balo satuan yang dijadikana acuan untuk balok yang lain. Proses ini digambarkan pada gambar berikut :
(a) (b) (c) Gambar di atas menunjukan pembentukan berbagai balok dari balok satuan. Gambar (a) adalah balok satuan. Untuk membuat balok seperti pada gamabar (b) diperlukan 2 x 1 x 2 = 4 balok satuan. Sedangkan untuk membentuk balok seperti pada gamabr (c) diperlukan 2 x 2 x 3 = 12 balok satuan. Hal ini menunjukan bahwa volume suatu balok diperoleh dengan cara mengalikan ukuran panjang, lebar, dan tinggi belok tersebut. Jadi volume balok dapat dinyatakan = Panjang x Lebar x Tinggi =PxLxt Jadi volume balok dapat di rumuskan sebagai barikut : V = P x L x t Kerangka Berpikir Berbicara tentang pemahaman siswa pada pelajaran matematika, tidak lepas dari proses pembelajaran yang telah dilakukan di kelas maupun di rumah dalam mengulangi pelajaran yang telah didapatkan di sekolah. Olehnya itu, dibutuhkan sebuah proses karena inti dari pendidikan formal dan guru sebagai pemegang peranan utama serta siswa sebagai penerima. Dalam proses belajar mengajar sebagian besar hasil belajar siswa ditentukan oleh peranan guru serta siswa itu sendiri sedangkan guru hanya melakukan proses belajar mengajar. Baik atau tidaknya hasil belajar peserta didik ditentukan oleh kemandirian siswa dalam mengulangi pelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah. Jadi, pada dasarnya kemandirian belajar siswa merupakan suatu kegiatan belajar mengajar, di tentukan individu tersebut untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Dengan kemandirian belajar yang terjadwal, mengerjakan tugas dengan baik dan melakukan belajar kelompok, maka hasil belajar siswa dapat meningkat dan berhasil sesuai dengan standar ketuntasan belajar yang ditentukan. Kemandirian belajar meliputi pembuatan jadwal belajar, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di rumah dan membuat kerja kelompok belajar bersama teman-teman satu kelasnya. Apabila hal ini dapat dilakukan oleh setiap siswa maka setiap permasalahan yang ada pada setiap peserta didik dapat diselesaikan dengan baik, sehingga pada saat memecahkan masalah-masalah matematika dapat diselesaikan secara bersama-sama. Pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang baik pula. Berdasarkan uraian di atas, dapat diduga bahwa terdapat hubungan positif antara kemandirian belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika pada materi volume kubus dan balok, khususnya pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Negeri 3 Gorontalo pada siswa kelas VIII. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu kurang lebih 4 bulan yakni dari bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Maret 2011. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei dengan pendekatan korelasional. Ada dua variabel yang diteliti masing (1) variabel bebas atau independent variable, yakni kemandirian belajar (X), dan (2) variabel terikat atau dependent variable, yakni hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika (Y). Keterkaitan kedua variabel di atas dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1 Pola Hubungan antara Kemandirian Belajar dengan Hasil Belajar Siswa Kemandirian Belajar (X)
Hasil Belajar Siswa (Y)
Variabel Penelitian Variabel penelitian ini yang akan diukur hubungannya dalam rangka pengajuan hipotesis. Jadi (dalam Arikunto, 2002: 89) mengemukakan bahwa variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian. Berdasarkan desain penelitian maka variabel bebas (X) adalah kemandirian belajar dan variabel terikat (Y) yaitu hasil belajar siswa yang di ambil pada nilai akhir. Populasi Menurut Sugiyono (2005: 55) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Bertitik tolak dari pendapat di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo, dengan jumlah peserta didik 162 orang. Sampel Sampel adalah bagian populasi yang menjadi objek suatu penelitian. Arikunto (2002: 104), mengemukakan bahwa apabila populasi lebih dari 100 orang maka yang menjadi sampel sebanyak 10% s/d 15% atau 20% s/d 25%. Sedangkan apabila populasinya kurang dari 100 maka sampelnya adalah seluruh populasi. Berdasarkan uraian tersebut, maka sampel dalam penelitian ini diambil secara proportionate random sampling sebesar 15% dari jumlah populasi. Berdasarkan banyaknya populasi siswa yang tersebar dalam 5 kelas, maka sampel yang diambil adalah 15% dari 162 orang peserta didik, jadi jumlah sampel keseluruhan adalah sebanyak 24. Banyaknya sampel kelas VIII-1 dapat dilihat pada perhitungan berikut: Kelas VIII-1 jumlah populasi = 31 orang Sampel = jumlah populasi x 15% Sampel = 31 x 15% = 4 orang Cara yang sama untuk nomor 2 sampai dengan 5. Hasil keseluruhan nampak dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 1
Daftar Penyebaran Anggota Sampel
No
Kelas
Jumlah siswa
Sampel
31 33 33 32 33 162
4 5 5 5 5 24
1 VIII-1 2 VIII-2 3 VIII-3 4 VIII-4 5 VIII-5 Jumlah sampel
Teknik Pengumpulan Data Data kemandirian belajar dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan angket yang disusun dalam 5 (lima) alternatif jawaban. Penilaian terhadap variabel kemandirian belajar dinyatakan dalam skor dengan menggunakan skala lima tanggapan dengan kriteria yaitu skor 5 untuk pilihan pernyataan selalu, skor 4 untuk pernyataan sering, skor 3 untuk pernyataan jarang, skor 2 untuk pernyataan jarang sekali, dan skor 1 untuk pernyataan tidak pernah. Sebelum angket digunakan dalam pengambilan data penelitian, terlebih dahulu diuji cobakan kepada sebagian responden. Data hasil uji coba ini, kemudian dihitung validitas butir dan reliabilitas instrumen untuk mendapatkan gambaran tentang sejauh mana instrumen yang akan dikembangkan mampu mengukur apa yang seharusnya akan di ukur. Menurut Arikunto (dalam Riduwan 2007: 97) bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Pengujian validitas angket lebih di titik beratkan pada uji kesejajaran skor antar item, dengan skor total dari item. Rumus yang digunakan untuk pengujian validitas angket dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment.
r
xy
Ket :
N X i .Y ( X i )( Y )
N X X
Y
X2 Y 2
2 i
( X i) 2 N Y 2 ( Y ) 2
(Arikunto, 2002: 67)
= Skor total setiap butir soal = Skor total responden = Kuadrat skor total setiap butir
= Kuadrat skor total XY = Korelasi skor dengan skor total setiap faktor N = Jumlah responden rxy = Indeks korelasi Sedangkan untuk menguji reliabilitas angket dengan menggunakan rumus Alfa Cronbach sebagai berikut.
k r11 k 1
b2 1 2 1
Dimana: r11
= Reliabilitas angket
k
= Banyaknya soal
b2
= Jumlah varian butir
(Arikunto, 2002: 167)
12
= Varian total
Kriteria pengujian validitas butir: Jika r butir lebih besar dari r tabel maka butir dinyatakan dengan valid (diterima) dalam hal lain ditolak. Untuk memberikan penafsiran terhadap koofisien reliabilitas yang diperoleh maka dapat berpedoman berdasarkan patokan Guilford (dalam Sulistiawati, 2009: 70) adalah sebagai berikut. Tabel 2 Pedoman Penafsiran Koefisien Reliabilitas Interval koefisien
Tingkat reliabilitas
r < 0,20
tingkat reliabilitas sangat rendah
0,20 r < 0,40
tingkat reliabilitas rendah
0,40 r < 0,70
tingkat reliabilitas sedang
0,70 r < 0,90
tingkat reliabilitas tinggi
0,90 r < 1,00
tingkat reliabilitas sangat tinggi
langkah-langkah pengembangan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. 1. Definisi Konseptual 2. Definisi Operasional 3. Kisi – kisi kemandirian belajar
4. Hasil Uji Coba Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif dilakukan untuk menyajikan data setiap variabel dalam besaran-besaran statistik seperti rerata (mean), nilai tengah (median), frekuensi terbanyak (modus), simpangan baku (standar deviasi) dan menfisualkan dalam tebel distribusi frekuensi dan histogram, sedangkan analisis inferensial digunakan menguji hipotesis penelitian pada regresi dan korelasi dengan asumsi populasi berdistribusi normal. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian menunjukan bahwa persyaratan analisis regresi dan korelasi sederhana yang meliputi uji normalitas taksiran galat regresi Y atas X terpenuhi. Dengan demikian, maka data yang telah dikumpulkan dalam penelitian layak menggunakan analisis regresi korelasi sederhana. Dengan hipotesis yang akan diuji adalah hubungan antara kemandirian belajar siswa (X) dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika (Y). Dari hasil perhitungan analisis regresi sederhana data variabel kemandirian belajar siswa dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika menghasilkan arah regresi b sebesar 0,67 dan konstanta a sebesar 23,29. Dengan demikian bentuk hubungan kedua variabel tersebut digambarkan oleh persamaan regresi
Yˆ 23,29 0,67 X .
Sebelum digunakan untuk menarik kesimpulan penelitian maka persamaan regersi ini harus memenuhi syarat signifikansi regresi dan linieritas regresi. Untuk mengetahui derajat keberartian
regresi dan linieritas regresi digunakan uji F. Diperoleh nilai F seperti yang tampak pada tabel ANAVA. (hasil perhitungan disajikan pada lampiran 7). Tabel 8 ANAVA Untuk Pengujian Linear Regresi Hasil Belajar Siswa atas Kemandiri Belajar F tabel Sumber varians
dk
JK
RJK
Fhitung
-
Total
24
96350
Regresi a
1
95004,17
95004,17
Regresi a/b
1
343,75
343,75
Residu
22
711,56
32,34
Tuna cocok
12
367,81
30,65
Galat
10
343,75
34,38
= 0,05
= 0,01
-
-
-
-
-
-
19,61
4,96
10,04
0,85
2,76
4,30
Ket : dk = derajat kebebasan JK = jumlah kuadrat RJK = rerata jumlah kuadrat ** = regresi berbentuk linier (Fhitung = 0,85 < Ftabel = 2.63 pada = 0,01) ns = sangat signifikan (Fhitung = 19,16 > Ftabel = 7,27 pada = 0,01)
Berdasarkan hasil uji signifikansi regresi pada tabel ANAVA bahwa persamaan regresi
Yˆ 23,29 0,67 X sangat signifikan pada α = 0.05. Hal ini menyebabkan hipotesis nol ditolak yang berbunyi koefisien arah regresi Yˆ 23,29 0,67 X tidak signifikan (berarti), sebab harga F hitung = 19,61 > harga F tabel = 4,96 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 22 pada α = 0.01 karena itu persamaan
Yˆ 23,29 0,67 X sangat signifikan pada α = 0.05.
Hasil uji linearitas diperoleh Fhitung sebesar 0,85 dan Ftabel sebesar 2,76 pada α = 0.05 dengan dk pembilang 12 dan dk penyebut 10 pada α = 0.01 karena F hitung lebih kecil dari Ftabel maka H0 yang menyebabkan model regresi Y atas X yaitu
Yˆ 23,29 0,67 X
berbentuk tidak linier ditolak. Ini
Yˆ 23,29 0,67 X berbentuk bahwa persamaan regresi Yˆ 23,29 0,67 X berbentuk
berarti menerima H1 yang menyatakan model regresi Y atas X yaitu
linier. Dengan demikian, dapat disimpulkan linier. Persamaan regresi ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan satu unit skor kemandirian belajar siswa maka akan diikuti peningkatan skor hasil belajar siswa sebesar 0,85 unit pada kostanta 17,63.
Untuk uji korelasi sederhana menggunakan Program Excel For Windows 2007 dari hasil analisis korelasi sederhana skor kemandirian belajar siswa (X) terhadap skor hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika (Y) diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar = 0,69 artinya ketergantunga hasil belajar siswa secara positif dipengaruhi kemandirian belajar siswa. Koefisien korelasi sederhana ini ternyata berarti (signifikan) setelah dilakukan pengujian keberartian korelasi dengan menggunakan uji-t pada α = 0.05 dengan derajat kebebasan (dk) = 22. Hasil pengujian menunjukan bahwa thitung = 4.471> t(0,05)(22) = 2.074 pada taraf signifikansi α = 0.05. Ini berarti koefisien korelasi kemandirian belajar siswa (X) dengan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika(Y) adalah signifikan (analisis uji signifikansi korelasi disajikan pada lampiran 7). Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kemandirian belajar siswa dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika diterima. Pengaruh positif antara kemandirian belajar siswa (X) dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika (Y) didukung oleh koefisien determinasi (r xy2) sebesar 0.4761atau 47.61%. Hal ini bahwa variasi yang terjadi pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika (Y) dapat ditentukan oleh variasi kemandirian belajar siswa (X) melalui persamaan Yˆ 23,29 0,67 X . Rangkuman hasil pengujian koefisien korelasi antara kemandirian belajar siswa dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dan kontibusinya disajikan pada Tabel 9 serta disajikan pada lampiran 7. Tabel 9 Rangkuman Hasil Koefisien Korelasi Antara Kemandirian Belajar dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika dan Kontribusinya N
r2xy
rxy
ttabel
Kontribusi thitung %
24
0,69
0.4761
47.61%
4.471**
= 0,05
= 0,01
2.074
2.819
Keterangan : n = jumlah responden rxy = koefisien korelasi antara kemandirian belajar dengan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika. r2xy = koefisien determinasi antara kemandirian belajar dengan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika. ** = koefisien korelasi sangat signifikan (thitung = 4.471 > ttabel = 2.074 pada = 0,05
Pembahasan Dari hasil analisis diperoleh bentuk persamaan regresi antara kemandirian belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika adalah Yˆ 23,29 0,67 X . Model regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu skor kemandirian belajar siswa akan diikuti oleh naiknya skor hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika sebesar 0,67 unit pada kostanta 23,29 dengan kata lain makin tinggi kemandirian belajar, makin tinggi pula pula hasil belajar. Pada kemandirian belajar siswa ini, makna kata ”tinggi” dalam hal unjuk kemandirian siswa seperti adanya jadwal kegiatan belajar, mengerjakan tugas, kelompok belajar. Dalam pencapaian hasil belajar yang maksimal di sekolah bukan hanya ditentukan oleh peran guru dalam memberikan materi tetapi harus didukung oleh kemandirian belajar siswa itu sendiri, baik di sekolah maupun di rumah.
Hal tersebut senada dengan pendapat Djamarah (2002: 20) mengemukakan cara membuat jadwal pelajaran yang baik adalah (1) memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan-keperluan tidur belajar, makan, mandi, olahraga; (2) menyelidiki dan menentukan waktu yang tersedia setiap hari. Merencanakan penggunaan belajar itu dengan cara menetapkan jenis-jenis mata pelajarannya dan urutan- urutan yang seharusnya dipelajari; (3) menyelidiki waktu-waktu mana yang dapat dipergunakan untuk belajar dengan hasil terbaik; (4) sesudah waktu itu diketahui, kemudian dipergunakan untuk mempelajari pelajaran yang dianggap sulit. Pelajaran yang dianggap mudah dipelajari pada jam pelajaran yang lain; dan (5) berhematlah dengan waktu, setiap siswa janganlah ragu-ragu untuk memulai pekerjaan termaksud belajar. Selanjutnya, tugas yang diberikan guru harus dikerjakan dan tidak boleh diabaikan ataupun ditunda untuk mengerjakannya. Bermalas-malasan atau menunda untuk mengerjakan tugas sama halnya dengan menumpuk persoalan dalam diri. Sehingga bisa saja terjadi tugas-tugas yang diberikan oleh guru tidak mengerjakan tinggal menyalin jawaban dari pelajar yang lainnya. Hal ini merupakan sikap yang kurang baik (Djamarah, 2002: 90). Senada dengan pendapat di atas, bila dikaitkan dengan hasil analisis, bahwa semakin tinggi kemandirian belajar siswa semakin baik pula hasil belajar siswa. Hal ini dapat tercapai apabila pihak siswa tetap konsisten dalam melakukan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar dengan maksimal. Dari hasil analisis statistik, koefisien determinasi (r2) sebesar 0.4761 atau sebesar 47.61%. Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian belajar sebesar 47.61% dapat menentukan hasil belajar siswa sedangkan sisanya 52,36% dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti kemampuan siswa dalam menerima materi, kreativitas guru dalam mengajar. Variasi hasil belajar yang dapat dijelaskan oleh kemandirian belajar hanya 47.61% namun demikian, kemandirian belajar tidak bisa diabaikan karena dapat memberikan hubungan yang kuat dan positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Keterbatasan Peneliti Meskipun penelitian ini dilaksanakan berdasarkan prosedur dan metode yang sesuai, namun tidak bisa dihindari bahwa dalam penelitian ini masih memiliki kekurangan dan keterbatasan yang perlu peneliti kemukakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kesimpulan hasil penelitian yang telah diperoleh. Keterbatasan itu bukan hal yang disengaja oleh peneliti tetapi karena kemampuan peneliti dan pihak-pihak lain yang turut mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterbatasan tersebut antara lain: 1. Data kemandirian belajar siswa yang diperoleh melalui kuesioner dengan menggunakan skala lima tanggapan bukan merupakan satu-satunya yang mampu mengungkap keseluruhan data yang diperoleh apalagi instrumen hanya dijaring melalui siswa. 2. Meskipun telah mengadakan uji coba lapangan dan menghasilkan tingkat reliabel sedang namun peneliti tidak bisa mengontrol adanya spekulasi siswa dalam mengisi angket 3. Instrumen yang digunakan hanya hasil uji coba lapangan KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Semakin tinggi kemandirian belajar siswa semakin baik pula hasil belajar siswa pada SMP Negeri 3 Kota Gorontalo. Hal ini dapat tercapai apabila pihak siswa tetap konsisten dalam melakukan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar dengan maksimal. 2. Dalam pencapaian hasil belajar yang maksimal di sekolah bukan hanya ditentukan oleh peran guru dalam memberikan materi tetapi harus didukung oleh kemandirian belajar siswa itu sendiri, baik di sekolah maupun di rumah. Saran Berdasarkan hasil simpulan penelitian, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut.
1. Siswa hendaknya melakukan kegiatan belajar bukan hanya pada saat masuk sekolah atau mengikuti proses pembelajaran di sekolah melainkan harus mandiri di luar sekolah, baik belajar sendiri maupun membentuk kelompok belajar. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika, hendknya siswa memanfaatkn waktu lowong untuk melakukan kegiatan belajar, baik di sekolah maupun di rumah. 3. Bagi peneliti yang ingin meneliti lebih jauh tentang kemandirian belajar supaya lebih memperhatikan instrumen yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan dan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta. Cunayah, Cucun dkk. 2007. Pelajaran Matematika Untuk SMP/MTS. Kelas VIII. Bandung: Trama Widya. Dimyati, dkk. 1999. Belajar dan Pembelajaran. : Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineke Cipta. Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Http://Www.Ut.Ac.Id/Html/Belajar-Mandiri -Bjj/ Belajar-Mandiri.Htm.2010,akse 12 Januari 2010 Isjoni, 2009. Guru sebagai Motivator Perubahan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kemp. 1994. Proses perancangan pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Mudjiono dan Suhana C. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Mulyasa. 2004. Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional. Pautina, Titi. 2009. Hubungan Gaya Kognitif dan Motivasi Belajar Peserta Didik dengan Hasil Belajar Matematika. Tesis. UNG : Pasca Sarjana Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Riduwan. 2007. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru dan Peneliti Pemula. Bandung : CV. Alfabeta Sardiman, AM. 2007. Interaksi dan Motivasi. Jakarta: Grafindo. Simangsung, Wilson dan Sukino. 2006. Buku Matematika untuk Kelas VIII.Jakarta: Erlangga. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soedjadi R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen Dikti Depdiknas Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian (cetakan ke Delapan). Bandung: Alpabeta. Sudjana. 2002. Metode Statistik: Bandung. Tarsiko Sulistiawati, 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Ditinjau Dari Keterampilan Berpikir Kritis. Tesis. UNG. Pasca Sarjana. Uno, Hamzah. B. dkk. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara