Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
KAJIAN EFEKTIVITAS PEMUPUKAN N TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI GOGO VARIETAS LOKAL DI LAHAN KERING Zainal Arifin, Indriana Ratna Dewi dan Dwi Setyorini Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso KM 4, Malang E-mail :
[email protected] HP : 0810334700210
ABSTRACT Development of upland rice on upland that had not been utilized to the optimum and can be one solution in improving food security. The purpose of this study is to know the effect of N fertilization on the growth and production of upland rice of local varieties. The research was carried out on upland with dry climate (climate type Oldeman E4) Bunbarat Village, Rubaru Subdistrict, Sumenep District on DS1 2012. Experiments designed randomized block factorial with 3 replications, the factor I (3 varieties): (1) Situ Bagendit, (2) Pendok (Tuban local varieties), and (3) Talar Menyan (Sumenep local varieties). While the factor II (3 level fertilizer N): (1) 50 kg urea/ha + 100 kg SP-36/ha + 50 kg KCl/ha, (2) 100 kg urea/ha + 100 kg SP-36/ha + 50 kg KCl/ha, and (3) 150 kg urea/ha + 100 kg kg SP-36/ha + 50 KCl/ha. Observations included: plant height, number of tillers, panicle number, panicle length, number of grain fill, the percentage of empty grains, 1000 grain weight of contents, and yield. The results showed that the location of the research has climate type Oldeman E4 (1 dry month and 8 wet months) and less fertile soils with C-organic, N, P and K classified very low. Appearance growth of upland rice of Pendok varieties shows that on average have the highest plant height is 162 cm, and Talar Menyan varieties 125 cm and Situ Bagendit 90 cm. Age harvest upland rice Situ Bagendit varieties 112 days, whereas Pendok varieties 124 days and Talar Menyan varieties 135 days. The highest yield observed in the cultivated Pendok varieties with fertilization of 100 kg urea/ha, but not significantly different to the N fertilization treatments and other varieties, except for Talar Menyan with fertilization of 50 kg urea/ha. Sense of rice from Pendok dan Talar Menyan local rice varieties is fluffier and aromatic incense. Appearance hairy grain of local rice is difficult for a milling process, so it usually is mashed unhulled into rice. Key words: upland rice local varieties, fertilization N, upland PENDAHULUAN Jawa Timur merupakan penghasil utama tanaman padi dalam pemenuhan kebutuhan beras dengan kontribusi terhadap produksi beras nasional + 20%. Selama kurun waktu lima tahun terakhir (2002-2006) produktivitas padi di Jawa Timur peningkatannya relatif melandai. Produktivitas padi pada tahun 2002 sebesar 5,22 t/ha menjadi 5,34 t/ha pada tahun 2006. Selain itu enam tahun terakhir (2000-2005) terjadi penyusutan areal lahan sawah sebesar 5,06 % (BPS, 2002 dan 2007). Namun demikian hampir seluruh kabupaten di Jawa Timur masih terdapat desa rawan pangan. Hal ini antara lain disebabkan oleh tingkat produktivitas padi dengan tingkat keragaman tinggi Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
antar lokasi, sebagai akibat dari keragaman kesuburan tanah, penerapan teknologi produksi, ketersediaan air irigasi, dan sosial ekonomi petani. Peningkatan produksi padi di Jawa Timur tampaknya sulit dilakukan melalui perluasan areal tanam padi sawah, sehingga perluasan areal tanam padi dapat dilakukan di lahan kering dengan pengembangan padi gogo melalui pendayagunaan lahan kering adalah salah satu jalan untuk mencapai swasembada beras (Fagi et al, 2004; Sumarno dan Hidayat, 2008). Rata-rata produksi padi nasional selama 5 tahun terakhir (2000-2004) mencapai 52,010 juta ton, dari produksi tersebut sumbangan padi gogo hanya 2,699 juta ton (5,2%). Hal ini erat kaitannya dengan proporsi luas areal padi gogo yang relatif lebih kecil, dan tingkat produktivitas padi sawah yang telah mencapai 5,68 t/ha, sementara padi gogo baru mencapai 2,44 t/ha atau baru mencapai 43% dari produktivitas padi sawah (BPS, 2007). Salah satu penyebab rendahnya hasil padi gogo di tingkat petani adalah penerapan teknik budidaya belum optimal diantaranya varietas yang digunakan masih varietas lokal dan berumur panjang. Usaha peningkatan produksi padi gogo dilakukan dengan intensifikasi, diantaranya dengan penggunaan varietas unggul dan perbaikan pemupukan. Varietas padi dengan sifat-sifat ungggul tertentu merupakan kunci keberhasilan peningkatan produksi padi di Indonesia (Balitpa, 1996). Penggunaan varietas unggul disertai dengan perbaikan pemupukan dan pengaturan air dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi sebesar 75% (Fagi et al, 1996). Penerapan pola tanam berbasis padi gogo di lahan kering berpeluang meningkatkan produksi padi dan sejumlah komoditas palawija dalam satu kesatuan pola tanam. Penerapan pola tanam berbasis padi gogo (tumpangsari) diperoleh hasil padi gogo 3,8 t/ha GKG (Arifin dan Toha, 1996). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan N terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo varietas lokal. METODE Penelitian dilaksanakan pada MK1 2012 di lahan kering beriklim kering di Desa Bunbarat, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep. Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok faktorial dengan kombinasi 9 perlakuan yang diulang 3 kali. Faktor I adalah varietas (V) dan faktor II adalah pemupukan N (N)(Tabel 1). Petak percobaan berukuran 4 m x 2 m dan penanaman secara tugal dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, 2-3 biji per lubang. Tabel 1. Perlakuan Varietas Padi Gogo Dan Pupuk Anorganik Di Lahan Kering, Desa Bunbarat, Kec. Rubaru, Kab. Sumenep
2
No
Kode
Varietas
1 2 3 4 5 6
V1 N1 V1 N2 V1 N3 V2 N1 V2 N2 V2 N3
Situ Bagendit Situ Bagendit Situ Bagendit Pendok (lokal Tuban) Pendok (lokal Tuban) Pendok (lokal Tuban)
Dosis Pupuk An-organik (kg/ha) Urea SP-36 KCl 50 100 50 100 100 50 150 100 50 50 100 50 100 100 50 150 100 50
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
7 8 9
V3 N1 V3 N2 V3 N3
Talar Menyan (lokal Sumenep) Talar Menyan (lokal Sumenep) Talar Menyan (lokal Sumenep)
50 100 150
100 100 100
Juni, 2012
50 50 50
Pengamatan meliputi : (a) analisis curah hujan, (b) analisis status hara tanah sebelum tanam, (c) tinggi tanaman, (d) jumlah anakan per rumpun, (e) jumlah malai per rumpun, (f) jumlah gabah isi per rumpun, (g) persentase gabah hampa per rumpun, (h) bobot 1000 butir gabah isi, dan (i) hasil gabah (t/ha). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Agroekologi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Desa Bunbarat, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep mempunyai tipe iklim E4 (Oldeman) yaitu 1 bulan basah dan 8 bulan kering (Gambar 1). Kondisi tanahnya tergolong kurang subur dengan tekstur tanah pasir berlempung dan mempunyai kandungan C-oraganik, N-total, P2O5 dan K tergolong sangat rendah (Tabel 2). mm 350
Tipe iklim E4 (Oldeman)
300
CH HH
12 10
250
8
200 6 150 4
100
2
50 0
0 NOP
DES
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
Gambar 1. Distribusi Curah Hujan di Wilayah Penelitian Kec. Rubaru, Kab. Sumenep Tabel 2. Hasil Analisis Unsur Hara Tanah Sebelum Percobaan Penggunaan Varietas Dan Pemupukan N Pada Padi Gogo Di Desa Bunbarat, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep, MH 2011/2012 Analisis Tekstur : Pasir % Debu % Liat % Kelas pH : H2O C-organik (%) N-Total (%) Nisbah C/N P-Olsen (ppm) K (cmol(+) kg-1)
Kandungan
Harkat
82 6 12 5,9 0,70 0,06 11,67 39 0,14
Pasir berlempung Agak masam Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Rendah
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Na Ca Mg KTK
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura (cmol(+) kg-1) 0,02 Sangat rendah (cmol(+) kg-1) 3,78 Rendah (cmol(+) kg-1) 0,66 Rendah (cmol(+) kg-1) 6,68 Rendah * Hasil analisis Laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur, 2012
2. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pertumbuhan dan hasil tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan tumbuhnya. Tanaman padi gogo varietas lokal Talar Menyan dari Kabupaten Sumenep dan varietas lokal Pendok dari Kabupaten Tuban mempunyai keragaan tinggi tanaman dan umur panen yang lebih panjang dengan rasa nasi lebih pulen dan aromatik dibandingkan varietas unggul Situ Bagendit (Gambar 2).
Situ Bagendit
Talar Menyan
Pendok
Gambar 2. Keragaan Tanaman Padi Gogo Umur 75 Hari,MH 2011/2012, Kab. Sumenep Tinggi tanaman dan jumlah anakan pada saat pengamatan umur 75 hst dan 105 hst terdapat perbedaan yang nyata antar varietas dengan pemupukan N yang berbeda (Tabel 3). Tabel 3. Pengaruh Penggunaan Varietas Dan Pemupukan N Terhadap Tinggi Tanaman Dan Jumlah Anakan Padi Gogo Di Desa Bunbarat, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep, MH 2011/2012 No
Kode
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah anakan per rumpun
Umur 75 hst Umur 105 hst Umur 75 hst Umur 105 hst V1 N1 85,10 b 85,93 c 20,67 a 22,47 a V1 N2 90,93 b 91,67 c 20,53 a 21,93 a V1 N3 91,13 b 93,73 c 19,00 a 18,27 b V2 N1 129,40 a 158,07 a 12,07 b 16,13 bc V2 N2 134,93 a 163,60 a 12,33 b 15,40 bcd V2 N3 134,87 a 164,67 a 13,53 b 14,73 bcde V3 N1 127,47 a 126,47 b 14,40 b 11,67 e V3 N2 116,87 a 126,73 b 12,00 b 11,93 de V3 N3 119,93 a 122,67 b 12,33 b 14,33 cde CV (%) 8,35 6,82 14,89 11,53 Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan DMRT pada taraf 5%
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Penggunaan varietas lokal Talar Menyan dan Pendok memperlihatkan perbedaan tinggi tanaman yang nyata dibandingkan varietas unggul Situ Bagendit. Demikian pula jumlah anakan per rumpun tertinggi secara nyata dijumpai pada varietas lokal Talar 4
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Menyan dan Pendok dibandingkan varietas unggul Situ Bagendit. Dari ketiga varietas padi gogo yang dicoba memperlihatkan tinggi tanaman dan jumlah anakan tertinggi dijumpai pada varietas lokal Pendok. Pemberian pupuk N dengan takaran yang beda pada padi gogo tidak menunjukkan perbedaan tinggi tanaman dan jumlah anakan yang nyata. Jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per malai dan persentase gabah hampa memperlihatkan perbedaan yang nyata antar varietas padi gogo dengan pemberian pupuk N yang berbeda, sedangkan terhadap panjang malai tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata (Tabel 4). Tabel 4. Pengaruh Penggunaan Varietas Dan Pemupukan N Terhadap Jumlah Malai, Panjang Malai, Jumlah Gabah Isi Dan Persentase Gabah Hampa Padi Gogo Di Desa Bunbarat, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep, MH 2011/2012 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kode
V1 N1 V1 N2 V1 N3 V2 N1 V2 N2 V2 N3 V3 N1 V3 N2 V3 N3 CV (%)
Jumlah malai per rumpun
Panjang malai (cm)
21,47 a 20,87 a 17,60 b 13,13 c 13,73 c 12,33 c 11,20 c 13,00 c 14,30 c 10,55
21,87 a 20,78 a 23,73 a 24,63 a 23,60 a 24,30 a 24,17 a 24,67 a 24,20 a 11,36
Jumlah gabah isi per malai
Gabah hampa (%)
72,53 abc 77,07 abc 83,73 ab 89,67 a 85,47 ab 87,33 ab 63,33 c 71,33 abc 70,00 bc 12,21
19,91 c 22,30 bc 13,54 d 21,97 bc 20,81 c 17,87 cd 31,19 a 26,11 b 33,63 a 11,89
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan DMRT pada taraf 5%
Jumlah malai per rumpun tertinggi secara nyata dijumpai pada pertanaman padi gogo varietas lokal Pendok dan Talar Menyan dibandingkan varietas unggul Situ Bagendit, sedangkan panjang malai dari ketiga varietas padi gogo tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Jumlah gabah isi per malai tertinggi dijumpai dengan menggunakan varietas lokal Pendok, sedangkan penggunaan pupuk N dengan taraf yang berbeda tidak memperlihatkan perbedaan jumlah gabah isi per malai secara nyata. Sebaliknya persentase gabah hampa tertinggi secara nyata dijumpai pada varietas lokal Talar Menyan. Bobot 1000 gabah isi dan hasil gabah menunjukkan perbedaan yang nyata dengan penggunaan varietas dan pemupukan N yang berbeda (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh Penggunaan Varietas Dan Pemupukan N Terhadap Bobot 1000 Gabah Isi Dan Hasil Gabah (T/Ha) Padi Gogo Di Desa Bunbarat, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep, MH 2011/2012 No
Kode
1 2 3 4
V1 N1 V1 N2 V1 N3 V2 N1
Bobot 1000 gabah isi (g)
23,30 d 24,86 cd 26,84 bcd 32,02 a
Hasil (t/ha GKP)
Umur panen (hari)
5,83 ab 6,33 ab 6,33 ab 6,42 ab
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
112
124
Juni, 2012
5 6 7 8 9
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
V2 N2 V2 N3 V3 N1 V3 N2 V3 N3 CV (%)
30,00 ab 30,98 ab 23,60 cd 28,06 abc 27,54 bcd 8,56
7,08 a 6,17 ab 5,35 b 6,38 ab 6,35 ab 13,19
135
-
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan DMRT pada taraf 5%
Bobot 1000 gabah isi tertinggi secara nyata dijumpai pada padi gogo varietas lokal Pendok dengan berbabagai taraf pemupukan N, namun tidak berbeda nyata terhadap varietas lokal Talar Menyan dengan pemupukan 100 kg Urea/ha. Hasil gabah tertinggi dijumpai pada padi gogo varietas lokal Pendok dengan pemupukan 100 kg Urea/ha (7,08 t/ha GKG), namun tidak berbeda nyata terhadap penggunaan varietas unggul Situ Bagendit dengan pemupukan 50-150 kg Urea/ha (5,836,33 t/ha GKG) maupun terhadap varietas lokal Talar Menyan dengan pemupukan 100150 kg Urea/ha (6,35-6,38 t/ha GKG). Padi gogo varietas lokal Pendok maupun Talar Menyan mempunyai tekstur nasi punel dan aromatik, namun mempunyai umur panen yang dalam yaitu varietas lokal Pendok 124 hari dan varietas lokal Talar Menyan 135 hari, sedangkan varietas unggul Situ Bagendit hanya 112 hari dengan rasa nasi punel. Selain mempunyai umur panen dalam, kedua varietas lokal tersebut mempunyai bentuk gabah agak bulat dan berbulu sehingga kesulitan dalam proses penggilingan menjadi beras, sehingga biasanya gabah tersebut ditumbuk menjadi beras KESIMPULAN 1. Keragaan pertumbuhan padi gogo menunjukkan bahwa varietas Pendok rata-rata mempunyai tinggi tanaman tertinggi yaitu 162 cm, kemudian varietas Talar Menyan 125 cm dan Situ Bagendit 90 cm. 2. Umur panen padi gogo varietas Situ Bagendit 112 hari, sedangkan varietas Pendok 124 hari dan varietas Talar Menyan mencapai 135 hari. 3. Hasil gabah tertinggi dijumpai pada varietas lokal Pendok yang dipupuk N sebanyak 100 kg Urea/ha (7,08 t/ha GKG), namun tidak berbeda nyata terhadap penggunaan varietas unggul Situ Bagendit dengan pemupukan 50-150 kg Urea/ha (5,83-6,33 t/ha GKG) maupun terhadap varietas lokal Talar Menyan dengan pemupukan 100-150 kg Urea/ha (6,35-6,38 t/ha GKG) 4. namun tidak berbeda nyata terhadap perlakuan varietas dan pemupukan N lainnya. 5. Rasa nasi dari padi lokal varietas Pendok dan Talar Menyan sangat pulen serta aromatik. 6. Keragaan gabah yang berbulu dari padi lokal tersebut menyulitkan selama proses penyelepan gabah menjadi beras, sehingga biasanya gabah tersebut ditumbuk menjadi beras
6
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z. dan H.M Toha, 1996. Perbaikan Pola Tanam Tanaman Pangan Untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Kering. Jurnal Penelitian Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara. 15 (3) : 174-180. BPS. 2002. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta. ------. 2007. Statistik Indonesia 2006. Badan Pusat Statistik , Jakarta. 608p Balitpa, 1996. Rencana Strategis Balai Penelitian Tanaman padi Tahun 1997-2005. Balai Penelitian Padi. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian. P : 10-37 Fagi, A.M., I. Las, dan A. Hasanuddin. 1996. Keterpaduan Penelitian Dan Pengembangan Lahan Sawah Beririgasi. Rapat Kerja Badan Litbang Pertanian 1996. --------------, H. M. Toha, dan J. S. Baharsyah. 2004. Potensi Padi Gogo Dalam Swasembada Beras. Dalam F. Kasryno, E. Pasandaran, dan A.M. Fagi (Penyunting): Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. 347-372. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. Sumarno dan J. R. Hidayat. 2007. Perluasan Areal Padi Gogo sebagai Pilihan Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Iptek Tanaman Pangan 2(1) :26-40
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012