ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN RELIGIUSITAS PADA SISWA KELAS XI (SMK Murni 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015) Indah Widyastuti, Chadidjah HA, M.Pd Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret ABSTRACT Indah Widyastuti. THE USE OF ROLE PLAYING TO IMPROVE THE RELIGIOSITY OF ELEVEN GRADE STUDENTS OF SMK MURNI 1 SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR OF 2014/2015. Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret Surakarta University. January, 2015. The objective of the research is to improve the religiosity of eleven grade students of SMK Murni 1 Surakarta in academic year of 2014/2015 through role playing group guidance. Religiosity is part of the moral values that govern good and bad deeds, governance human worship to God, faith, submission and obedience to God, as well as encourage a devout behavior embodied in the day-to-day reality on the ground that the student is still low religiosity so it needs to be improved. This classroom action research was carried out in two cycles. Each cycles consist of four steps as follows: planning, action, observation, and reflection. The subject of the research was eleven grade students of SMK Murni 1 Surakarta in the academic year of 2014/2015 which the amount is 14 students. The data of the research was gained from observation and religiosity scale. The technique of analysis data was analyzed by percentage analysis and clinical analysis. The results of the first cycle analysis showed that the students have started to pray in congregation, but if not reminded still often truant, but on the other hand began to appreciate the improvement of teachers. Powered result the percentage increase of 22.6% religiosity subject. It can be understood that in the first cycle increased but not significantly, so it is necessary to continue in the second cycle. The results of clinical analysis cycle II subject was followed prayers in an orderly, has begun to behave decently, reducing said vulgarism and slovenly, has begun to care for others who need help. In the second cycle subject religiosity increased 53.6%. The results of this analysis showed a significant increase in religiosity on the subject of research. It can be concluded that role playing is effective to improve the religiosity of eleven grade students of SMK Murni 1 Surakarta in the academic year of 2014/2015. Key words: role playing, religiosity, group guidance
akan melakukan hal-hal yang merugikan diri
A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi banyak memberikan
sendiri dan
masyarakat serta perilakunya
dampak bagi kehidupan sosial remaja.
tidak bertentangan dengan norma-norma
Dampak tersebut berupa dampak positif
agama. Di sisi lain rendahnya moral dan
maupun
dari
kesadaran beragama seringkali dituding
globalisasi bagi remaja misalnya sarana
sebagai penyebab meningkatnya kenakalan
teknologi dan
remaja di kalangan masyarakat.
negatif.
Dampak
informasi
positif
semakin
hari
semakin maju. Pergaulan remaja saat ini pun
Remaja seringkali dihadapkan pada
juga dipengaruhi oleh globalisasi, misalnya
permasalahan hidup yang kompleks dan
penggunaan internet dan alat komunikasi
membingungkan. Remaja yang memiliki
seperti handphone semakin mempermudah
agama,
menyebarkan informasi dan komunikasi. Di
religiusitas baik dalam ritual keagamaan
sisi lain dampak negatif dari globalisasi di
maupun
bidang teknologi adalah penyalahgunaan
sehari-hari. Masa remaja merupakan masa
fungsi
yang
untuk mencari identitas diri dan untuk
pornografi.
memenuhi tugas-tugas perkembangan yang
Dampak negatif tersebut dapat mengarah
ada. Havighurs (dalam Syamsu Yusuf, 2009:
pada penurunan religiusitas dan moral
93) menjelaskan bahwa terdapat sebelas
remaja.
tugas perkembangan yang harus dicapai oleh
teknologi
melanggar
untuk
norma,
hal-hal
seperti
“Religi atau keagamaan adalah kepercayaan
terhadap
suatu
zat
yang
diharapkan
perwujudan
pula
dalam
memiliki
kehidupan
remaja yang salah satu tugasnya adalah beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
mengatur dalam semesta ini adalah sebagian
Maha
dari
perkembangan tersebut adalah mencapai
moral,
sebab
sebenarnya
dalam
Esa.
Perwujudan
tugas
keagamaan dan moral juga diatur nilai-nilai
kematangan
perbuatan yang baik dan buruk.” (Panuju
pengembangan
dan Umami, 2005: 155). Agama atau religi
mengamalkan
merupakan bagian yang cukup penting
ketaqwaan kepada Tuhan dalam kehidupan
dalam
sehari-hari, baik pribadi maupun sosial.
jiwa
remaja.
Sebagian
orang
sikap,
dari
kebiasaan
wawasan nilai-nilai
dan dalam
keimanan
dan
berpendapat bahwa moral atau religi dapat
Masa remaja merupakan masa yang
mengendalikan tingkah laku anak yang
banyak menarik perhatian karena sifat-sifat
beranjak pada usia remaja sehingga tidak
khasnya dan peranannya yang menentukan
dalam kehidupan individu dan masyarakat
pada kekacauan dalam perilaku keyakinan
orang dewasa. Masa tersebut dapat dirinci
yang berkaitan dengan agama yang didasari
lagi menjadi beberapa masa, yaitu masa pra
pada perilaku ketaatan beragama. Hal
remaja (remaja awal), masa remaja (remaja
tersebut menyebabkan rendahnya keyakinan
madya), dan masa remaja akhir (Syamsu
pada agama sehingga menjadikan krisis
Yusuf, 2009: 27 ). Peserta didik di
religiusitas.
SMA/SMK yang berada pada rentang usia
Pikunas (dalam Syamsu Yusuf,
16-18 tahun termasuk dalam masa remaja
2009: 184) menyatakan “Periode remaja
madya.
dipandang
Pada
masa
tersebut
remaja
sebagai
“Strom
masa
and
mengalami perubahan dalam perilaku yang
Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik
apabila tidak ditangani dengan baik akan
dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun
menimbulkan
tentang
masalah
dalam
kehidupannya..
cinta,
perasaan
teralineasi
(tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya
Erikson (dalam Syamsu Yusuf,
orang dewasa.” Hal tersebut dapat dijelaskan
2009: 188) menyatakan bahwa: “Masa
bahwa remaja sesekali sangat bergairah
remaja berkaitan erat dengan perkembangan
dalam bekerja, tiba-tiba berganti lesu,
“sense of identity vs role confusion”, yaitu
kegembiraan yang meledak bertukar rasa
perasaan atau kesadaran akan jati dirinya
sedih yang sangat, rasa percaya diri berganti
(siapa saya?), masa depannya (akan menjadi
rasa ragu-ragu yang berlebihan. Masa
apa saya?), peran-peran sosialnya (apa peran
konflik dan krisis serta keadaaan emosi yang
saya dalam keluarga dan masyarakat, dan
masih
kehidupan
harus
mengalami masa krisis, yang pada umumnya
beragama?)”. Pernyataan tersebut dapat
ditandai oleh kecenderungan munculnya
dimaknai bahwa remaja yang berhasil
perilaku-perilaku
memahami dirinya, peran-perannya, dan
menyimpang pada remaja terwujud dalam
makna hidup beragama, maka remaja akan
tindakan
menemukan jati dirinya, dalam arti remaja
kenakalan remaja.
beragama;
mengapa
akan memiliki kepribadian yang sehat.
labil
memungkinkan
menyimpang.
negatif
Salah
yang
satu
remaja
Perilaku
lazim
hal
yang
disebut
bisa
Sebaliknya apabila gagal, maka remaja akan
mengendalikan kenakalan remaja adalah
mengalami kebingungan atau kekacauan.
nilai-nilai religi yang telah diinternalisasikan
Suasana kebingungan tersebut berdampak
dalam
diri
remaja
(Fridani,
1996).
Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa
juga pada keyakinan dan perilaku taat
internalisasi nilai-nilai norma agama dapat
beragama. Keyakinan remaja akan sifat
mendidik
kaum remaja
Tuhan dapat berubah-ubah sesuai dengan
tanggung
jawab
memiliki rasa
kemasyarakatan
dan
situasi emosinya, dan akan mengalami suatu
memiliki penghayatan serta perilaku yang
keyakinan yang mundur maju (Syamsu
sesuai dengan perintah agama, sedangkan
Yusuf, 2009). Hal tersebut dapat dimaknai
terhadap larangan yang telah ditentukan oleh
bahwa keyakinan remaja terhadap Tuhan
agamanya
dapat berubah dengan cepat pada satu waktu
akan
ditinggalkan
atau
terasa seolah-olah dekat dan seolah-olah
dihindarinya. tersebut,
dapat berdialog langsung dengan Tuhan.
kenakalan remaja juga bisa dipengaruhi oleh
Sebaliknya, merasa jauh dari Tuhan, tidak
religiusitas remaja. Andisti dan Ritandiyono
dapat memusatkan pikiran waktu berdoa
dalam penelitiannya
atau sholat.
Selain
faktor-faktor
tahun 2008
yang
Remaja
berjudul Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas
pada
Dewasa
Awal
pada
sebagai
anggota
masyarakat ikut memiliki tanggung jawab
kesimpulannya menyebutkan bahwa remaja
moral
yang memiliki religiusitas rendah maka
kelompok sosialnya agar hidup, tumbuh, dan
tingkat kenakalannya tinggi, dan sebaliknya
berkembang secara positif. Pemahaman dan
semakin tinggi religiusitas maka semakin
penghayatan
rendah tingkat kenakalan pada remaja
tuntunan
karena remaja memandang agama sebagai
mewujudkan kondisi sosial yang sehat.
tujuan utama hidupnya, sehingga remaja
Apalagi
berusaha
ajaran
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
agamanya dalam perilakunya sehari-hari.
Ajaran agama memberi tuntunan dalam tata
Hal
bahwa
hubungan vertikal dan horizontal, secara
akan
vertikal berarti hubungan manusia dengan
mengakibatkan kenakalan remaja, sehingga
Tuhan, sedangkan horizontal terkandung
perlu adanya penanganan agar akibat-akibat
tuntunan hidup bermayarakat secara sehat,
yang ditimbulkan tidak semakin buruk.
kehidupan sosial yang aman, tentram, dan
menginternalisasikan
tersebut
rendahnya
dapat
religiusitas
dimaknai remaja
Kelabilan pada masa remaja bukan hanya berimbas pada perilakunya saja, tapi
terhadap
keberadaan
yang agama
jika
hal
lingkungan
mendalam
terhadap
diharapkan
tersebut
dapat
betul-betul
damai. Nila-nilai luhur yang mengatur tata hubungan
horizontal
kemasyarakatan
tersebut perlu ditumbuhsuburkan dalam
mengembangkan
kehidupan
secara
umum dapat dikatakan bahwa sebagai salah
memiliki
satu teknik bimbingan, bimbingan kelompok
keteguhan dan ketangguhan mental yang
mempunyai prinsip, kegiatan, dan tujuan
mantap.
yang sama dengan bimbingan. Perbedaan
sosial.
psikologis-religius
terjadi
Diharapkan remaja
potensi
siswa.
Secara
Pada kenyataannya, fenomena yang
hanya terletak pada pengelolaannya, yaitu
di
dalam situasi kelompok.
lapangan
berdasarkan
hasil
observasi dan wawancara dengan guru
Role
playing
atau
permainan
bimbingan dan konseling di SMK Murni 1
peranan adalah salah satu teknik dalam
Surakarta
bimbingan kelompok. Role playing atau
terdapat
siswa
yang
dinilai
memiliki religiusitas rendah. Ciri-cirinya
permainan
dilihat dari perilaku siswa, diantaranya tidak
bimbingan dan psikoterapi diartikan oleh
menjalankan ibadah, berkata perkataan jorok
Corsini (dalam Tatiek Romlah, 2001: 99)
dan kasar, tidak menghormati orang lain.
sebagai sesuatu yang berkaitan dengan
Selain itu dengan perilaku siswa yang
pendidikan, indvidu memerankan situasi
mencerminkan kurangnya religiusitas di
yang
dalam dirinya, berakibat pada rendahnya
membantu tercapainya pemahaman diri
kontrol diri, siswa mudah terpengaruh
sendiri,
dampak buruk dari lingkungan yang kurang
keterampilan, menganalisis perilaku, atau
sehat,
tersebut
menunjukkan pada orang lain perilaku
religiusitas
seseorang. Hal tersebut dapat dimaknai
remaja. Melihat fenomena tersebut, maka
bahwa role playing memfasilitasi individu
perlu dicari jalan keluar untuk memecahkan
untuk
masalah yang dihadapi siswa.
meningkatkan
pada
mengakibatkan
Tatiek “Bimbingan
akhirnya
hal
rendahnya
Romlah kelompok
berpendapat, adalah
proses
peranan
imaginatif
dengan
mencapai
pelaksanaan
tujuan
meningkatkan
menganalisis kelompok
dalam
keterampilan-
pemahaman keterampilan
perilaku melalui
untuk
dalam
diri, dan suasana
permainan
peran.
pemberian bantuan kepada individu dalam
Diharapkan dengan dinamika kelompok
situasi kelompok” (2001: 3). Pernyataan
dapat mencapai
tersebut dapat dimaknai bahwa bimbingan
mengembangkan
kelompok
ditujukan
perubahan sikap dan perilaku siswa dapat
timbulnya
masalah
untuk pada
mengatasi siswa
dan
tujuan memotivasi dan interaksi
kelompok,
menjadi lebih baik. Corsini (dalam Tatiek
Romlah, 2001: 99) menyatakan “Permainan
intervensi bimbingan kelompok teknik role
peranan dapat digunakan sebagai: alat untuk
playing. Teknik role playing diharapkan
mendiagnosis
tepat untuk meningkatkan religiusitas karena
media
dan
pengajaran,
mengerti
seseorang,
melalui
proses
pesan
yang
dimainkan
sesuai
dengan
“modeling”, metode latihan untuk melatih
masalah yang dialaminya dan dampak
tertentu.”
negatif dari rendahnya religiusitas dapat
keterampilan-keterampilan
Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa
dipaparkan
role
penyadaran bagi siswa yang bersangkutan.
playing
menyajikan
suatu
situasi
imajinatif lewat permainan peran yang
sehingga
Berdasarkan
menjadi
fenomena
upaya
tersebut
menuntut partisipasi aktif siswa, sehingga
maka perlu diadakan penelitian tindakan
dapat menganalisis tingkah laku dan nilai-
dengan
nilai yang terkandung dalam cerita.
Meningkatkan Religiusitas Siswa Kelas
Teknik role playing di dalamnya terdapat
cara
penguasaan
bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi
judul
“Role
Playing
Untuk
XI SMK Murni 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014”. B. METODE PENELITIAN
dan penghayatan yang dilakukan siswa
Metode penelitian yang digunakan
dengan memerankannya sebagai tokoh.
dalam penelitian ini adalah Penelitian
Teknik role playing lebih menekankan pada
Tindakan Kelas (PTK). Tindakan yang
masalah yang diangkat dalam pertunjukan
digunakan adalah teknik role playing, yaitu
dan bukan pada kemampuan pemain dalam
salah
melakukan permainan peran. Interaksi sosial
kelompok yang di dalamnya siswa dituntut
adalah salah satu faktor penting bagi
untuk dapat memainkan sebuah tokoh pada
perkembangan skema mental yang baru di
sebuah situasi untuk kemudian dijadikan
dalam pembelajaran metode role playing.
sebagai bahan diskusi yang tujuannya
Hasil
memfasilitasi
pembelajaran
diharapkan
lebih
satu
teknik
dalam
individu
mencapai
bermakna bagi siswa untuk memecahkan
pemahaman
persoalan,
keterampilan, dan menganalisis perilaku
berpikir
kritis,
melakukan
observasi, serta menarik kesimpulan.
diri,
untuk
bimbingan
meningkatkan
dalam suasana kelompok.
Melihat fenomena di lapangan,
Penelitian ini dilakukan di SMK
bahwa ditemukan permasalahan siswa yang
Murni 1 Surakarta dan dilaksanakan pada
religiusitasnya rendah, maka diperlukan
semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.
Subjek penelitian ini terdiri dari 14 siswa
tahun
yang religiusitasnya rendah.
penelitian ditentukan berdasarkan observasi
Teknik menggunakan Validasi
pengumpulan
2014/2015.
Subjek
data
yang dilanjutkan dengan pemberian skala
dan
angket.
religiusitas. Berdasarkan hasil pengerjaan
menggunakan
teknik
skala religiusitas diperoleh total 29 subjek
observasi
data
pelajaran
triangulasi data. Analisis data menggunakan
dengan skor total
teknik analisis klinis dan analisis persentase.
170. Terdapat 14 subjek dengan skor
Prosedur penelitian adalah model Kemmis
dibawah rata-rata yang berarti mempunyai
dan Mc Taggart. Tindakan yang digunakan
kecenderungan religiusitas lebih rendah
dalam penelitian ini adalah teknik role
dibanding
playing.
diberikan penanganan. Kemmis dan Mc Taggart (dalam
Hidayat
dan
sehingga
perlu
Berdasarkan hasil evaluasi proses siklus I, subjek masih malu-malu dalam
hakikatnya
membawakan peran dan masih banyak yang
penelitian berupa rangkaian kegiatan yang
kurang berpartisipasi aktif dalam diskusi
terdiri
kelompok. Berdasarkan evaluasi diskusi,
dari
bahwa
“Pada
empat
2012:
lain
12)
menyatakan
Badrujaman,
subjek
4932 dengan rata-rata
langkah
yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
dapat
refleksi”. Tindakan pada penelitian ini
sepenuhnya dapat memerankan peran peran
terdiri dari rangkaian siklus. Pelaksanaan
dirinya atau belum sepenuh hati dalam
tindakan dilaksanakan pada siklus I dan
melaksanakan role playing, serta perilaku
siklus II.
beberapa
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan
subjek
bahwa
masih
subjek
kerap
belum
tidak
mengikuti shalat berjamaah, masih sering
pelaksanaan
mengucapkan perkataan kasar dan jorok.
tindakan peningkatan pada siklus I dan II
Untuk itu perlu dilanjutkan ke siklus II. Hal
dapat
peningkatan
tersebut didukung oleh hasil perhitungan
religiusitas dengan menggunakan teknik role
persentase peningkatan post test siklus I
playing. Peneliti menggunakan penelitian
rata-rata baru mencapai 22,6%. Perubahan
tindakan bimbingan dan konseling mengenai
perilaku subjek setelah siklus I sudah
layanan bimbingan kelompok teknik role
menunjukkan perubahan ke arah yang lebih
playing untuk meningkatkan religiusitas
baik, tapi masih perlu ditingkatkan lagi
siswa kelas XI SMK Murni 1 Surakarta
untuk
dinyatakan
hasil
diketahui
terjadi
meningkatkan
religiusitas
siswa.
Peningkatan yang ditunjukkan setelah siklus
untuk lebih rajin beribadah, mengerjakan
I belum mencapai target 50%, maka perlu
amalan wajib dan sunnah, jika bertemu
dianjutkan pada siklus II. Pada siklus II,
mengucapkan salam, menghargai sesama
subjek sudah dapat berpartisipasi aktif
manusia, tolong menolong antar sesama,
dalam diskusi kelompok dan sudah dapat
berkata
memerankan peran yang dibawakan dengan
perwujudan serta pengaplikasiannya dalam
lebih baik daripada siklus I. Perubahan
kehidupan sehari-hari berupa
perilaku
kematangan
subjek
setelah
dilakukannya
perkataan
yang
sikap,
baik,
serta
mencapai
kebiasaan
dan
treatment siklus ke II sudah meningkat.
pengembangan
Subjek yang sebelum diberi treatment tidak
mengamalkan
menjalankan shalat berjamaah, menunda
ketaqwaan kepada Tuhan dalam kehidupan
melakukan
sehari-hari, baik pribadi maupun sosial.
shalat
berjamaah,
berkata
perkataan jorok dan kasar, tidak peduli pada
wawasan nilai-nilai
dalam
keimanan
dan
Peran guru dan orang tua dalam
orang lain yang membutuhkan bantuan,
meningkatkan
religiusitas
tidak menghormati guru dan orang lain,
membiasakan
perilaku
berperilaku kurang sopan, setelah diberikan
religiusitas dalam kehidupan sehari-hari
treatment bimbingan kelompok teknik role
seperti memberi contoh yang baik kepada
playing subjek sudah mengikuti shalat
siswa dalam berperilaku, berdoa sebelum
berjamaah dengan tertib,
melakukan kegiatan, menjalankan ibadah
berperilaku
sopan,
sudah mulai
mengurangi
berkata
siswa
siswa
ke
adalah arah
shalat dengan tertib, membiasakan berkata
perkataan kasar dan jorok, sudah mulai
perkataan
yang
baik,
membiasakan
peduli pada orang lain yang membutuhkan
berperilaku sopan kepada orang lain, tolong
bantuan. Peningkatan yang terjadi pada hasil
menolong antar sesama.
post test subjek siklus II rata-rata adalah
Penelitian yang telah dilakukan
sebesar 53,6%. Berdasarkan hal tersebut
menunjukkan bahwa layanan bimbingan
dapat dimaknai bahwa siklus II sudah dapat
kelompok teknik role playing efektif untuk
mencapai
keberhasilan
meningkatkan religiusitas pada siswa kelas
sebesar 50 %, oleh karenanya tidak perlu
XI SMK Murni 1 Surakarta. Hal ini relevan
dilanjutkan dengan siklus III.
dengan penelitian yang dilakukan oleh
target
Penerapan
indikator
religiusitas
dalam
Kironim Baroroh yang berjudul Upaya
kehidupan sehari-hari siswa diharapkan
meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Peserta
Didik
Melalui
Role
Playing.
Pada
kesimpulannya memaparkan bahwa metode role playing dapat karakter
peserta
penelitian
yang
dimaknai
bahwa
teknik
role
meningkatkan nilai
didik,
sehingga
pada
telah dilakukan dapat bimbingan
playing
kelompok
efektif
untuk
meningkatkan religiusitas. Permainan
pendidikan khususnya di bidang bimbingan dan konseling D. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan
hasil
penelitian
tindakan yang telah dilaksanakan dalam dua siklus, dapat disimpulkan bahwa teknik role playing dapat meningkatkan religiusitas siswa kelas XI SMK Murni 1 Surakarta
peranan
yang
tahun pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian
dibawakan berkaitan dengan religiusitas
tindakan mengenai bimbingan kelompok
rendah memberikan gambaran nyata kepada
dengan teknik role playing efektif untuk
subjek mengenai perilaku religiusitas rendah
meningkatkan religiusitas siswa kelas XI
sehingga subjek dapat mengambil amanat
SMK Murni 1 Surakarta tahun pelajaran
cerita atau nilai yang terkandung dalam
2014/2015. Hal tersebut dapat dilihat dari
drama. Subjek dapat menganalisis perilaku
hasil tindakan yang dilaksanakan. Pada
yang buruk dan sikap yang seharusnya
siklus I, subjek mengalami peningkatan
dilakukan,
dapat
sebesar 22,6%. Siklus I belum menunjukkan
mengaplikasikannya ke dalam kehidupan
peningkatan yang ditargetkan yaitu sebesar
sehari-hari. Guru BK diharapkan dapat
50%. Oleh karenanya dilakukan penelitian
menerapkan teknik role playing untuk
tindakan pada siklus II. Hasil pelaksanaan
meningkatkan
dan
siklus II terjadi peningkatan sebesar 53,6%
permasalahan lain yang mungkin terdapat di
dibandingkan sebelum diberikan tindakan.
sekolah.
Berdasarkan hal tersebut dapat dimaknai
sehingga
subjek
religiusitas
Peneliti
mungkin
bahwa siklus II sudah dapat mencapai target
berminat meneliti meningkatkan religiusitas
indikator keberhasilan sebesar 50%. Hal
siswa, dapat menerapakan cara atau teknik
tersebut menunjukkan diterimanya hipotesis
bimbingan lainnya sehingga didapatkan
yang menyatakan bahwa layanan bimbingan
hasil
khasanah
kelompok teknik role playing efektif untuk
pengetahuan bertambah luas dan lebih
meningkatkan religiusitas pada siswa kelas
mengembangkan
XI SMK Murni 1 Surakarta Tahun Pelajaran
yang
lain
siswa
bervariasi
yang
dan
pengetahuan
dan
2014/2015.
Penerapan
religiusitas
dalam
Guru bimbingan dan konseling
kehidupan sehari-hari siswa diharapkan
sebaiknya menggunakan hasil penelitian
untuk lebih rajin beribadah, mengerjakan
bimbingan kelompok teknik role playing
amalan wajib dan sunnah, jika bertemu
untuk
mengucapkan salam, menghargai sesama
sebagai
manusia, tolong menolong antar sesama,
dijadikan bahan layanan untuk diberikan
berkata
serta
kepada siswa. Untuk pengembangan layanan
perwujudan serta pengaplikasiannya dalam
bimbingan dan konseling, guru BK dapat
kehidupan sehari-hari berupa
memberikan materi layanan melalui teknik
perkataan
kematangan
yang
sikap,
pengembangan mengamalkan
baik,
mencapai
kebiasaan
dan
wawasan nilai-nilai
dalam
keimanan
dan
meningkatkan materi
bermain
bimbingan
peran.
memfasilitasi
religiusitas yang
Teknik
individu
pemahaman
siswa
role
playing
untuk
diri,
dapat
mencapai
meningkatkan
ketaqwaan kepada Tuhan dalam kehidupan
keterampilan dan menganalisis perilaku
sehari-hari, baik pribadi maupun sosial.
dalam suasana kelompok melalui permainan
Peran guru dan orang tua dalam meningkatkan
religiusitas
membiasakan
perilaku
siswa
siswa
ke
adalah
peran.
Diharapkan
kelompok
dapat
dengan
dinamika
mencapai
tujuan
arah
memotivasi dan mengembangkan interaksi
religiusitas dalam kehidupan sehari-hari
kelompok, sehingga siswa dapat berperilaku
seperti memberi contoh yang baik kepada
lebih baik.
siswa dalam berperilaku, berdoa sebelum
2. Kepada Guru Mata Pelajaran
melakukan kegiatan, menjalankan ibadah
Guru mata pelajaran bisa berperan
shalat dengan tertib, membiasakan berkata
dalam
meningkatkan
perkataan
dalam
pengaplikasiannya
yang
baik,
membiasakan
religiusitas di
siswa
kehidupan
berperilaku sopan kepada orang lain, tolong
sehari-hari. Guru mata pelajaran dapat
menolong antar sesama.
membiasakan untuk berdoa sebelum dan
Berdasarkan tindakan
yang
telah
hasil
penelitian
dilakukan
untuk
sesudah pembelajaran berlangsung, menegur siswa
apabila
menjumpai
siswa
yang
meningkatkan religiusitas melalui teknik
mengucapkan kata-kata kasar dan jorok, bila
role playing, maka terdapat saran yang dapat
tidak
diajukan sebagai berikut:
pelajaran, maka bisa diserahkan kepada guru
1. Kepada Guru Bimbingan dan Konseling
BK,
bisa
serta
ditangani
turut
oleh
guru
mengawasi
mata
dalam
pelaksanaan sholat
berjamaah sehingga
pelaksanaan shalat berjamaah dapat berjalan lancar. 3. Kepada Siswa Bagi siswa sebaiknya sadar akan pentingnya religiusitas untuk memperkuat kontrol diri siswa yang sedang berada pada usia remaja. Siswa diharapkan semakin dapat meningkatkan religiusitasnya, dengan cara lebih rajin beribadah, jika bertemu mengucapkan salam, menghargai sesama manusia, tolong menolong antar sesama, berkata
perkataan
yang
baik,
serta
perwujudan serta pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari berupa kematangan
sikap,
pengembangan
mencapai
kebiasaan
wawasan
mengamalkan
nilai-nilai
dan dalam
keimanan
dan
ketaqwaan kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, baik pribadi maupun sosial. 4. Kepada Peneliti Lain Peneliti lain yang akan meneliti tentang bimbingan kelompok teknik role playing
dapat
mencontoh
penelitian
bimbingan kelompok dengan teknik role playing untuk meningkatkan religiusitas ini. Peneliti ini dapat meneliti teknik role playing lainnya, karakter,
untuk seperti
mengatasi perilaku
motivasi,
permasalahan membolos, keterampilan
bersosialisasi, kerjasama, interaksi sosial.
DAFTAR PUSTAKA Ahyadi,
A.A. 1991. Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung: CV. Sinar Baru Ancok, D. dan Suroso, N.F. 1995. Psikologi Islami: Solusi Islam Atas ProblemProblem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Andisti, Miftah A. dan Ritandiyono. 2008. Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas pada Dewasa Awal. Jurnal Psikologi. Vol. 1. No. 2. Hlm. 170176 Anshari, E.S. 1990. Wawasan Islam. Jakarta: CV. Rajawali Atika Oktaviani Palupi. 2013. Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi. Kabupaten Tegal. Skripsi. Diterbitkan. Universitas Negeri Semarang Daradjat, Z. 1989. Psikologi Agama. Bandung: Tarate Dister, N.S. 1994. Psikologi Agama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius D.L. Godwin dan T.J. Coates. 1976. Helping Student Help Themselve. New Jersey: Prentice Hall Fridani, L. 1996. Orientasi Religius dan Kemampuan Mengontrol Diri pada Mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Hamdani, M.A. 2011. Stategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika Hidayat, D.R. dan Badrujaman, A. 2012. Penelitian Tindakan dalam Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Indeks. Jalaluddin, H. 2009. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Jalaluddin, H. 2002. Psikologi Agama Edisi Revisi 2002. Jakarta: PT Raja Grafindo Joyce. B., Weil. M., dan Chalhoun. E. 2009. Model-Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kironim Baroroh. 2011. Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik Melalui Penerapan Metode Role Playing. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol. 8, No. 2. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Lestari, Rini, dan Purwati. 2002. Hubungan Antara Religiusitas Dengan Tingkah Laku Koping. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol.6. No. 1 Mangunwidjaya, Y.B. 1991. Menumbuhkan Sikap Religius Anak-Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Muthoharoh, H. (2009). Model Bermain Peran (Role Playing) dalam Pemmbelajaran Partisipatif. Online http://alhafizh84.wordpress.com/20 09/12/21/model-bermainperandalam-pembelajaranpartisipatif/ (akses 4 Juni 2014) Octarina, F. C. dan Nashori, H. F. 2008. Hubungan Religiusitas Dengan Berpikir Positif Pada Remaja Putri. Naskah Publikasi. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Palupi, A.O. 2013. Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal. Skripsi. Diterbitkan. Universitas Negeri Semarang. Panuju, P. dan Umami, I. 2005. Psikologi
Remaja.
Tiara Wacana
Yogyakarta :
Pratiwi, S. Y. 2009. Hubungan Antara Tingkat Religiusitas dan Pengetahuan Seksualitas Dengan Intensitas Mastrubasi Pada Mahasiswa Yang Tinggal di Kos. Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi. Vol. 11, No. 2. Hlm. 88104 Ramayulis, H. 2003. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia Roestiyah. N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Sanjaya, W. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semster (SKS). Jakarta: Bumi Aksara Syamsu Yusuf. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya Tatiek Romlah. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang Thouless, R.H. 2000. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Widiyanta, Ari. 2005. Sikap Terhadap Lingkungan dan Religiusitas. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi. Vol. 1 No. 2. Hlm. 80