MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP PERAN DAN KEDUDUKAN ANGGOTA KELUARGA MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS II SDN NO. 87 KOTA TENGAH KOTA GORONTALO Oleh : Serli Lamrunga 1. Pembimbing I Dra. Hj. Hakop Walangadi,M.Si 2. Pembimbing II Nurhayati Tine, S.PdI, M.HI Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar ABSTRAK The problem in this study is Whether Student Understanding Of The Role and Status of Family Members by Using make a match Model at Class II B SDN No. 87 Kota Tengah be increased? The purpose of this research is to increase understanding of the role and the position of members of the family by Using make a match Model at Class II B SDN No. 87 Kota Tengah. The method used in this research is a classroom action research method. With the number of students 24 people consisting of 13 men and 11 women. From the results of research on the learning cycle I diproleh data is still there 2 4 indicators with percentage indicator is 66.66% accuracy and response time, while two indicators of cooperation and discipline each with a percentage of 75% and 70.83%. While the second cycle of the 4 indicators have been successful and increased when compared with the results obtained in cycle I. On indicators of response accuracy 83.33%, while 83.33%, 91.66% and disciplined cooperation 91.66%. From the results of research and discussion conducted by the authors to conclude that the use of the by using make a match students' understanding of the role and position of members of the family Model at Class II B SDN No. 87 Kota Tengah increase. Key Word
: Comprehension,, Make a match
1
1.
PENDAHULUAN Dewasa ini yang masih menjadi pembicaraan hangat dalam masalah
mutu pendidikan adalah pemahaman belajar siswa dalam suatu bidang ilmu tertentu. Menyadari hal tersebut, maka pemerintah bersama para ahli pendidikan, berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. . Saat ini banyak siswa yang hanya menerima begitu saja pengajaran IPS di sekolah, tanpa mempertanyakan mengapa dan untuk apa IPS harus diajarkan. Tidak jarang muncul keluhan bahwa IPS pelajaran yang membosankan bagi siswa. Permasalahan dalam proses belajar mengajar juga terjadi di SDN No. 87 Kota Tengah Kota Gorontalo, sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan guru SDN No. 87 Kota Tengah bahwa pemahaman siswa terhadap pelajaran IPS masih tergolong masih rendah. Dari hasil observasi awal tersebut ditemukan bahwa sebagian besar siswa belum memahami secara mendalam mengenai peran dan kedudukan anggota keluarga yang merupakan materi atau bahan ajar pada mata pelajaran IPS. Masalah yang telah dikemukakan di atas, guru SDN No. 87 Kota Tengah Kota Gorontalo perlu melakukan perbaikan proses pengajaran. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa untuk mengembangkan potensi secara maksimal. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis mencoba melakukan penelitian untuk diajukan sebagai proposal dengan judul : " Meningkatkan Pemahaman siswa materi Peran dan Kedudukan Anggota Keluarga Melalui Model Make A Match Di kelas II SDN No. 87 Kota Tengah Kota Gorontalo.”
2
2. PEMBAHASAN 2.1 Hakikat Pemahaman (
Sugono,
2007:67)
Pemahaman
setiap
pembelajaran
selalu
diperhatikan, karena dari konsep, siswa akan labih cepat mengerti. Untuk itu setiap pembelajaran setiap guru harus menanamkan konsep pembelajaran sebelum masuk pada materi. Sebagai contoh pada tugas dan kedudukan anggota keluarga, Menurut Bejamin ( dalam Hamzah Uno dkk, 2004:191) pemahaman ( conprehension) diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterima. Ranah kognitif yang dikembangkan Bejamin S Bloom ( Wahidin. Dkk, 2010:109) dalam mengukur prilaku siswa adalah (1) ingatan diantaranya; menyebutkan, menentukan, menunjukkan, mendefinisikan. (2) pemahaman diantaranya; membedakan, mengubah, memberi contoh, memperkirakan, mengambil kesimpulan. (3) penerapan diantaranya ; mengguanakan, menerapkan,. (4) analisis diantaranya;menganalisis. (5) sintesis diantaranya; menghubungkan, mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun. (6) evaluasi diantaranya; menafsirkan, menilai memutuskan. 2.2 Hakikat Model Make A Match Pengembang metode ini adalah Lorry Curran, tahun 1994. Metode make a match adalah metode pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Setiap siswa menerima satu kartu. Kartu itu bisa berisi pertanyaan, bisa berisi jawaban. Selanjutnya mereka mencari pasangan yang cocok sesuai dengan kartu yang dipegang. Perkembangan berikutnya, para pengguna metode ini berusaha memodifikasi dan mengembangkannya. Saat ini, Anda dapat menemukan beberapa variasi dari
3
metode ini. Ada 3 hal yang perlu Anda pemahami dan lakukan, jika Anda ingin menerapkan metode ini dengan baik. Pertama adalah tujuan pembelajaran make a match. Ke dua, persiapan yang perlu Anda lakukan. Ke tiga, sintaks atau langkah-langkah pembelajaran ketika menerapkan metode ini di kelas. 2.3 Tujuan penggunaan model Make A Match Tujuan yang ingin
Anda capai dalam pembelajaran, sangat
mempengaruhi Anda dalam memilih metode pembelajan. Setidaknya, ada tiga tujuan penerapan metode make a match, yaitu: 1) Pendalaman materi; 2) menggali materi; dan 3) Untuk selingan. Pengembang metode make a match pada mulanya merancang metode ini untuk pendalaman materi. Siswa melatih penguasanaan materi dengan cara memasangkan antara pertanyaan dan jawaban. Jika tujuan ini yang Anda pakai, maka Anda harus membekali dulu siswa Anda dengan materi yang akan dilatihkan. Anda dapat menjelaskan materi , atau Anda memberi tugas pada siswa untuk membaca materi terlebih dahulu, sebelum Anda menerapkan metode ini. Prinsipnya, siswa Anda harus mempunyai pengetahuan tentang matari yang akan dilatihkan terlebih dahulu. Baru setelah itu Anda menggunakan metode ini. Lain halnya, jika Anda ingin memakai tujuan ke dua, untuk menggali materi. Anda tidak perlu membekali siswa dengan materi, karena siswa sendiri yang akan membekali dirinya sendiri. Cara yang Anda tempuh adalah Anda menulis pokok-pokok materi pada potongan kertas. Lalu, Anda bagikan potongan kertas itu pada siswa Anda secara acak. Mintalah siswa Anda untuk mencocokkan/memasangkan potongan kertas tersebut menjadi satu materi utuh. Siswa yang sudah
4
menemukan pasangannya, secara otomatis menjadi satu kelompok. Selanjutnya, Anda minta agar setiap kelompok bekerja sama menysusun materi secara utuh. Setelah semua kelompok selesai menyusun materi, Anda minta setiap kelompok untuk melakukan presentasi. Jangan lupa, Anda menekankan agar semua kelompok memperhatikan dan memberikan tanggapan pada kelompok yang sedang presentasi. 2.4 Penerapan model Make A Match pada materi peran dan kedudukan anggota keluarga 1. Pertama-tama Anda menyampaikan/mempresentasikan materi atau memberi tugas kepada siswa mempelajari materi peran dan kedudukan anggota keluarga di rumah. 2. Pecahlah siswa Anda menjadi 2 kelompok, misalnya kelompok A dan kelompok B. Mintalah mereka berhadap-hadapan. 3. Bagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B. 4. Sampaikan
kepada
siswa
Anda
bahwa
mereka
harus
mencari/mencocokkan kata yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Anda perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang Anda berikan kepada mereka. 5. Mintalah semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah menemukan pasangannya, mintalah mereka melaporkan diri kepada Anda. Catatlah mereka pada kertas yang sudah Anda persiapkan. 6. Jika waktu sudah habis, sampaikan kepada mereka bahwa waktu sudah habis. Bagi siswa yang belum menemukan pasangan, mintalah mereka untuk berkumpul tersendiri.
5
7. Panggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak. 8. Terakhir, Anda memberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan tersebut. 9.
Panggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Make A Match Kelebihan Model make a match adalah sebagai berikut: 1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik; 2. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan; 3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari; 4. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, terutama jika; 5. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi; 6. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar; Kekurangan Model Make a Match : 1. Jika Anda tidak merancangnya dengan baik, maka banyak waktu terbuang; 2. Pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu bisa berpasangan dengan lawan jenisnya; 3. Jika Anda tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang kurang memperhatikan; 4. Anda harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu;
6
5. Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, mulai bulan April sampai dengan bulan Juni di kelas II SD No. 87 Kota Tengah Kota Gorontalo pada tahun ajaran 2012/2013. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah semester II tahun ajaran 2012/2013. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakuakan di kelas II. Siswa yang menjadi subjek penelitian berjumlah 24 orang dengan rincian 13 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan yang terdafatar pada semester II Tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini melibatkan seorang guru wali kelas yang bertindak sebagai partisipasi penelitian. Variabel yang digunakan adalah variabel input ( masukan ), proses dan output ( hasil ). Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui 4 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pemantauan dan evaluasi dan tahap analisis dan refleksi. Sedangkan untuk tahap evaluasi dilakukan melalui evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilaksanakan sementara proses pembelajaran berlangsung dan evaluasi akhir dilakukan dalam bentuk tes tertulis.Untuk mengetahui
bagaimana
pemahaman
belajar
siswa
dalam
proses
pembelajaran, maka peneliti bersama guru mitra sebagai partisipan melakukan pemantauan. Pemantauan akan dilakukan dengan menggunakan instrument berupa lembar observasi dan tes. Lembar observasi berupa lembar pengamatan untuk menilai kegiatan guru dan kegiatan siswa. Pada tahap ini kegiatan analisis dan refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus. Pelaksanaan tindakan ini dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil yang dicapai pada setiap siklus. Apabila hasil analisis
7
dan refleksi pada siklus I belum menunjukan indikator kinerja maka ditindak lanjuti pada siklus II. Pada pelaksanaan siklus I Jika dilihat dari hasil yang diperoleh secara keseluruhan dari 4 indikator capaian yaitu hanya 69,78 % maka pemahaman siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan 80 %. Dengan demikian tindakan ini akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Setelah melakukan pembelajaran dengan melihat lambar observasi kegiatan guru, lembar observasi aktivitaas siswa sekaligus soal evaluasi, Maka selanjutnya peneliti dan partisipan menganalisa hasil evaluasi siswa dan kemudian menghubungkan hasil pengamatan kegiatan guru dan siswa dari diskusi dengan partisipan. Beradasarkan hasil belajar siswa dan hasil konsultasi peneliti dengan partisipan , dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dikenakan belum memenuhi indikator kinerja sehingga perlu diadakan siklus berikutnya dengan terlebih dahulu mengadakan perbaikan proses pembelajaran secara optimal pada beberapa komponen. Pada pelaksanaan siklus II pemahaman belajar semakin naik Jika dilihat dari hasil yang diperoleh secara keseluruhan dari 4 indikator capaian adalah 87,49 % maka pemahaman siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan 80 %. Hasil pengamatan guru mitra pada pelaksanaan tindakan dalam hal ini peningkatan pemahaman peran dan kedudukan anggota keluarga melalui metode Make A Match. Dengan demikian hipotesis tindakan yang berbunyi “Make A Match maka pemahaman peran dan kedudukan anggota keluarga pada siswa kelas II SDN No 87 Kota Tengah Kota Gorontalo akan meningkat , maka pemahaman terhadap peran dan kedudukan anggota keluarga pada siswa kelas II SDN No 87 Kota Tengah Kota Gorontalo akan meningkat”.
8
Untuk menggambarkan per olehan data dari observasi awal hingga siklus 2 berikut disajikan perbandingan dalam bentuk diagram lingkaran :
observasi awal siklus I siklus II
Hal ini terbukti setelah melalui penelitian tindakan kelas pemahaman peran dan kedudukan anggota keluarga meningkat. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa pemahaman peran dan kedudukan anggota keluarga dapat ditingkatkan melalui metode Make A Match.
3. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Siklus I Jika dilihat dari hasil yang diperoleh secara keseluruhan dari 4 indikator capaian yaitu hanya 69,78 % maka pemahaman siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan 80 %. Pada pelaksanaan siklus II pemahaman belajar semakin naik Jika dilihat dari hasil yang diperoleh secara keseluruhan dari 4 indikator capaian adalah 87,49 % maka pemahaman siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan 80 %. Dengan demikian, maka model pembelajaran Make A Match sangat tepat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap peran dan kedudukan anggota keluarga pada siswa kelas II SDN No. 87 Kota Tengah Kota Gorontalo.
9
3.2 Saran 1. Untuk sekolah pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat dilakukan oleh semua guru mata pelajaran sebagai tindakan kelas,
ini
merupakan
upaya
meningkatkan
kwalitas
pendidikan.Dalam proses belajar mengajar. 2. Untuk Penulis penelitian ini menggunakan model Make A Match, untuk itu penulis mengharapkan peneliti lain dapat meninjau atau meneliti dengan metode lain.
DAFTAR PUSTAKA Asra dan Sumiati. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima. Basrowi, Sukidin dan Suranto.2010. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Insan Cendikia. Baharudin. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Dimyati dan Mudjiono.2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :Rineka Jaya Fatirul, Ahmad. 2008. Model-Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Rineka Jaya Hakim, Lukmanul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima
10