Teknik Pembelajaran Make a Match
PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENERAPKAN DASAR – DASAR ELEKTRONIKA DIGITAL DI SMK NEGERI 1 SIDOARJO
Yusron Alex Wijaya, J. A. Pramukantoro Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya,
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dengan menggunakan teknik pembelajaran make a match dan yang menggunakan model pembelajaran STAD pada mata diklat menerapkan dasar – dasar elektronika digital. Penelitian ini menggunakan metode Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian “Pre Experimental Design (Static group design)”. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Program Keahlian Teknik Audio Video sebanyak 2 kelas yaitu kelas X-1 TAV dan X-2 TAV yang masing-masing kelas terdiri atas 36 siswa. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengambil data penelitian. Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan yaitu pada nilai post-test menunjukkan bahwa melihat tingkat signifikansinya sebesar 5 % dengan membandingkan ttest dan tTabel. Diketahui ttest sebesar 6,419 dan ttabel = t(1-α) = t(1-0,05) = t(0,95) dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 -2 = 70. Nilai ttabel adalah 1,69. Maka nilai ttest > nilai ttabel. Sehingga dapat disimpulkan H0 di tolak dan H1 terima, yaitu hasil belajar siswa yang menggunakan teknik Pembelajaran Make a Match secara signifikan lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kata kunci : Model pembelajaran Make a Match, Hasil belajar
Abstract This study aims to determine the differences in learning outcomes using learning techniques and make a match using STAD learning model of the standart competence to apply basic training - basic digital electronics. This research method used in this research study design "Pre Experimental Design (Static group design)." Population and samples in this study were all students of class X Audio Video Engineering Skills Program classes are as much as 2 classes X-1 and X-2 TAV TAV, each class consists of 36 students. The research instrument is an instrument that is used to retrieve the research data. The results and discussion can be concluded that the value of post-test showed that seeing the significance level of 5% by comparing ttest and TTable. Given ttest for TTable = 6.419 and t (1-α) = t (1-.05) = t (0.95) with degrees of freedom (df) = n1 + n2 -2 = 70. TTable value is 1.69. The value ttest> TTable value. Therefore we can conclude H0 is rejected and H1 accepted, the student learning outcomes Learning techniques Make a Match is significantly better than the students using cooperative learning model type STAD.
Keywords: Make a Match And STAD learning models, learning result
161
Jurnal Penelitian Pendidikan Teknik Elektro. Volume 02 Nomor 1, Tahun 2013, 161-167
PENDAHULUAN Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Adapun upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah antara lain melengkapi sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan kualitas tenaga pengajar, serta penyempurnaan kurikulum yang menekankan pada pengembangan aspek-aspek yang bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup (life skill) yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi siswa untuk dapat menyesuaikan diri, dan berhasil di masa yang akan datang. Di dunia pendidikan tidaklah lepas dari proses pembelajaran, sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran yaitu suatu proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan siswa. Berdasarkan definisi pembelajaran tersebut, maka terdapat dua komponen yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran, komponen tersebut adalah guru dan siswa. Dalam pendidikan, proses merupakan kejadian berubahnya siswa yang dalam belum terdidik menjadi siswa yang terdidik. Mutu interaksi proses belajar mengajar sangat bergantung pada mutu interaksi guru dan siswa, sadangkan mutu interaksi itu sendiri bergantung pada perilaku guru dan siswa. Salah satu wujud perilaku guru di kelas adalah penggunaan variasi model pembelajaran, dimana model pembelajaran menunjukkan suatu pendekatan pembelajaran tertentu yang meliputi tujuan, sintak, lingkungan, dan sistem pengolahannya (Nur, 2003:8). Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting. Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain (Nur, 2003: 11).
162 62
Metode Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match merupakan suatu teknik pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan pemahaman peserta didik, dengan melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah dan memahami isi materi pada pelajaran dasar – dasar elektronika digital. Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Curran (1994). Salah satu Kelebihan dari tipe pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah , mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan, materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa lebih menarik perhatian, mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal. Penulis mengambil metode pembelajaran Make a Match, karena menurut Penelitian yang dilakukan oleh Nur Indahwati dan rina andriani dapat meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar. Hasil penelitian nur Indahwati menunjukkan bahwa metode Make Amatch dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, meskipun belum mencapai 100%. Pada siklus 1 aktivitas belajar siswa dilihat dari proses pembelajaran mencapai 76,67% meningkat pada siklus 2 mencapai 88,33%. Sedangkan aktivitas siswa ditinjau dari aspek afektif siswa pada siklus 1 mencapai 60,9% meningkat pada siklus 2 mencapai 91,3%. Sedangkan pada hasil belajar juga mengalami peningkatan, sebelum tindakan diberikan skor ratarata hasil belajar sebesar 65,7% dengan ketuntasan belajar 52,2%. Pada siklus 1 hasil belajar ditinjau dari aspek kognitif sebesar 65,2% meningkat pada siklus 2 mencapai 87%. Sedangkan hasil belajar dilihat dari aspek psikomotorik pada siklus 1 sebesar 65,2% meningkat pada siklus 2 mencapai 87%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Make A Match (mencari pasangan) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA Kertanegara Malang. Penerapan pembelajaran kooperatif metode make-a-match untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran akuntansi pokok bahasan jurnal umum di SMA Kertanegara Malang / Nur Indahwati. Dan dari hasil analisis yang dilakukan oleh rina andriani, data dapat
Teknik Pembelajaran Make a Match
disimpulkan bahwa penerapan metode make a match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V B pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Sunan Kalijogo Karangbesuki Malang. Pada siklus 1 aktivitas belajar siswa pada pembelajaran dengan menggunakan metode make a match mencapai 90 % dan meningkat pada siklus 2 mencapai 100 %. Dengan persentase peningkatan mencapai 10 %. Hasil belajar siswa juga meningkat, pada siklus I persentase ketuntasan belajar mencapai 48 % dan meningkat pada siklus II persentase ketuntasan belajar mencapai 81 %. Di SMK Negeri 1 Sidoarjo standar kompetensi Menerapkan dasar – dasar elektronika Digital disampaikan dengan model pembelajaran yang membuat siswa merasa jenuh dan kurang aktif, yaitu sistem blok dan menggunakan teknik pembelajaran STAD. Dari hasil pengamatan penulis, ada beberapa siswa yang merasa standar kompetensi Menerapkan dasar – dasar elektronika Digital sangat sulit untuk difahami. Dengan demikian diharapkan dengan penerapan teknik pembelajaran Make a Match siswa dapat aktif secara lansung dalam proses belajar mengajar sehingga siswa bisa membangun pemahanannya sendiri serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam model pembelajaran ini guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba melakukan penelitian tentang bagaimanakah pengaruh penerapan model pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar siswa dengan judul “Pengaruh teknik pembelajaran MAKE a MATCH terhadap hasil belajar siswa mata diklat menerapkan dasar – dasar elektronika digital di SMK Negeri 1 Sidoarjo”. Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan yaitu: Adakah perbedaan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran make a match dan yang menggunakan model pembelajaran STAD pada mata diklat menerapkan dasar – dasar elektronika digital? Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dengan menggunakan teknik pembelajaran make a match dan yang menggunakan model
pembelajaran STAD pada mata diklat menerapkan dasar – dasar elektronika digital. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pada diri seseorang. Nana Sudjana( 1989 :5). Kegiatan belajar mengajar tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan proses belajar dan hasil belajar. Tanpa memahami hakikat proses belajar dan hasil belajar orang akan sulit untuk memahami dan melaksanakan kegiatan belajar dengan baik. Semua proses belajar terjadi dalam dua macam hubungan, yaitu hubungan material dan hubungan sosial (Abdurrahman, 1999: 32). Hubungan material ditandai dengan pertemuan anak dengan materi pelajaran, sedangkan hubungan sosial ditandai oleh adanya hubungan antar anak dengan guru dan hubungan antarsesama anak/siswa. Menurut Gagne yang dikutip oleh Komalasari (2010: 2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja). Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lama tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya (Oemar Hamalik, 2001: 27-28). Dibandingkan dengan pengertian yang dijabarkan sebelumnya maka jelaslah tujuan belajar itu memiliki prinsip yang sama, yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapainnya. Pengertian ini menitik beratkan pada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar. William Burton yang dikutip oleh Oemar Hamalik, Mengemukakan, bahwa: A good learning situation consist of rich and varied series of
163
Jurnal Penelitian Pendidikan Teknik Elektro. Volume 02 Nomor 1, Tahun 2013, 161-167
learning experiences inified around a vigorious purpose and carried on in interaction with a rich, varied and propocative environment. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan motoris. Unsur subjektif adalah unsur jasmaniah. Bahwa seseorang sedang berfikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bias kita lihat. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menerapkan siswa dalam kelompok kecil yang saling membantu untuk memahami suatu materi pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai hasil belajar tertinggi. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompoknya belum menguasai bahan pelajaran. Dalam interaksi kooperatif, guru menciptakan suasana belajar yang mendorong anak-anak untuk saling membutuhkan. Interaksi yang saling membutuhkan inillah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif (positive interdependence). Interaksi kooperatif menuntut semua anggota dalam kelompok belajar dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru tetapi dengan sesame mereka. Interaksi semacam itu diharapkan dapat memungkinkan anak-anak menjadi sumber belajar bagi sesamanya. Interaksi semacam itu diperlukan anak-anak sering merasa lebih mudah belajar dari sesamanya dari pada guru. Menurut Ibrahim (2005:7) model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Model Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran Mencari Pasangan. model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan
tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut: (1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban, (2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal /jawaban, (3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang, (4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah), (5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, (6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama, (7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya, (8) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok., dan (9) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. Kelebihan dari make a match diantaranya adalah Dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, baik secara kognitif maupun fisik,
ada unsur permainan, meningkatkan pembelajaran, model pembelajaran ini menyenangkan, pemahaman peserta didik dapat meningkatkan motivasi belajar terhadap materi yang dipelajari peserta didik, serta efektif sebagai sarana melatih keberanian peserta didik untuk tampil presentasi. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) merupakan model pembelajaran yang menerapkan siswa dalam kelompok kecil heterogen yang saling membantu untuk memahami suatu materi pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai hasil belajar tertinggi dan menuntut sebuah ketuntasan belajar (Komalasari, 2011:63). Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti bersikap sopan
164 62
Teknik Pembelajaran Make a Match
terhadap teman, mengkritik ide orang lain, berani mempertahankan pikiran yang logis dan berbagai keterampilan yang bermanfaat untuk menjalin hubungan interpersonal secara sengaja diajarkan dan dilatihkan. Menurut Abdurrahman (1999:121) terdapat empat elemen dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu : (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan menjalin hubungan interpersonal.
oleh para ahli. Dalam penelitian ini, para ahli terdiri dari dua Dosen Teknik Elektro UNESA dan dua guru SMK Negeri 1 Sidoarjo yang kemudian akan di analisis menggunakan V-Aiken, (2) Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang kemudian akan dianalisis menggunakan uji-t dua pihak, sebelum soal di terapkan pada subjek terlebih dahulu akan dilakukan analisis butir soal untuk mengetahui kelayakan soal yang akan digunakan.
METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian Pre-Experimental yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik pembelajaran Make a Match pada mata diklat Menerapkan dasar – dasar elektronika. Dikatakan Pre-Experimental, karena deisgn ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh (Sugiyono, 2010: 74). Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Sidoarjo pada Semester Gasal 2012/ 2013. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Program Keahlian Teknik Audio Video. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-1 TAV dan X-2 TAV yang masing-masing kelas terdiri atas 36 siswa. Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian “Pre Experimental Design (Static group design)” Rancangan ini digambarkan sebagai berikut (Arikunto, 2010: 125) : Pola:
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil validasi akan dihitung nilai validitas dengan rumus Aiken dari tiap-tiap indikator dan hasil perhitungan akan dikategorikan menurut kriteria validitas instrumen. Perhitungan secara rinci terdapat pada lampiran dan hasil perhitungan disajikan pada Grafikl 4.1 berikut: 0.95 0.9 0.85 0.8 0.75 0.7 RPP
Modul
Soal Posttest
Gambar 4.1 Grafik Analisis Validitas Instrumen Penelitian Pada Gambar 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa nilai validitas instrumen RPP adalah 0,773 termasuk dalam kriteria validitas yang valid, nilai validitas instrumen Modul adalah 0,91556 termasuk dalam kriteria validitas sangat valid, dan nilai validitas instrumen Soal Postest adalah 0,87484 termasuk dalam kriteria validitas sangat valid. Jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian tersebut layak digunakan. Pada penelitian dilakukan analisis hasil belajar dari soal post-test pada kelas eksperimen (X/AV 1) dengan 36 siswa dan kelas kontrol (X/AV 2) dengan 36 siswa, maka dapat dilihat hasil rata-rata kelas. Perhitungan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa menggunakan SPSS 17.0
Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan : X1 = Treatment (pengaruh teknik Make a Match) X2 = Treatment (pengaruh teknik STAD) O1 = kelas eksperiment (diberi treatment) O2 = kelas kontrol (tidak diberi treatment) Data dikumpulkan dengan menggunakan beberapa metode (1) Metode validitas instrument digunakan untuk mengetahui tingkat keabsahan instrument yang akan digunakan dalam penelitian dan akan di teliti
165
Jurnal Penelitian Pendidikan Teknik Elektro. Volume 02 Nomor 1, Tahun 2013, 161-167
dengan perhitungan uji-t satu pihak yaitu pihak kanan adalah sebagai berikut. 1. Analisis Data 1) Hipotesis Statistik H0 : µ1 = µ2; hasil belajar siswa menggunakan teknik Make a Match sama dengan model STAD. H1 : µ1 ≠ µ2; hasil belajar siswa menggunakan teknik Make a Match tidak sama dengan model STAD. Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, untuk mengetaui hasil data dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Pengujian Uji-t Menggunakan SPSS
Dari tebel dapat diatas didapat sig. (2tailed) adalah 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar yang menggunakan teknik pembelajaran Make a Match dan yang menggunakan metode pembelajaran koopertif tipe STAD dengan taraf signifikan 5%. Std Error Difference adalah selisih standar deviasi dua data yakni antara kelas TAV 1 dan TAV 2. 95% confidence interval of the difference adalah rentang nilai perbedaan yang toleransi. Pada toleransi ini menggunakan taraf kepercayaan 95%, dengan rentang selisih kelas eksperimen dan control adalah sebesar 7,11200 sampai 7,11137. Mean difference adalah selisih mean. Seperti data yang diperoleh pada tabel 4.8 mean kelas TAV 1 adalah sebesar 8,0556, sedangkan TAV 2 adalah sebesar 8,0556.
(dk) = n1 + n2 -2 = 70. Nilai ttabel adalah 1.69. Maka nilai ttest > nilai ttabel.
Gambar 4.4 Distribusi Uji-t Dari Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa Ttest terdapat pada daerah tolak H0, sehingga prioritas H0 ditolak dan H1 diterima. Ttest menunjukkan nilai positif, maka ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan teknik pembelajaran Make a Match dengan hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model STAD. Sehingga hasil belajar dengan teknik pembelajaran Make a Match lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. PENUTUP Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan yaitu pada nilai post-test menunjukkan bahwa melihat tingkat signifikansinya sebesar 5 % dengan membandingkan ttest dan tTabel. Diketahui ttest sebesar 6,419 dan ttabel = t(1-α) = t(1-0,05) = t(0,95) dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 -2 = 70. Nilai ttabel adalah 1,69. Maka nilai ttest > nilai ttabel. Sehingga dapat disimpulkan H0 di tolak dan H1 terima, yaitu hasil belajar siswa yang menggunakan teknik Pembelajaran Make a Match secara signifikan lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Saran Berdasarkan simpulan, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:
1.
Selanjutnya melihat tingkat signifikansinya sebesar 5% dengan membandingkan ttest dan ttabel. Diketahui ttest sebesar 6,419 dan ttabel = t(1-α) = t(1-0,05) = t(0,95) dengan derajat kebebasan
Bagi Pengguna Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan salah satu referensi untuk pembelajaran pada kompetensi dasar selanjutnya khususnya pada mata pelajaran dasar-dasar kelistrikan. 2.
166 62
Bagi Peneliti Selanjutnya Dalam penelitian ini masih banyak kekurangan, terutama pada
Teknik Pembelajaran Make a Match
terbatasnya referensi untuk materi ajar. Diharapkan ada pihak lain yang meneruskan penelitian ini dengan menambah referensi materi ajar agar mendapatkan perangkat pembelajaran yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Mudjiono, Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sudjana,Nana.1989. Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung : Sinar Baru Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Rasindo
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulita Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Ali, Muhammad. 1987. Guru dalam Proses Belaja Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Andriani, Rina. Penerapan Metode Make A Match dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VB pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI Sunan Kalijogo Karangbesuki Malang. (Online), (http://UINMALIKI , diakses pada 16 April 2012) Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Curran, Lorna. 1994. Languabe arts cooperative learning lessons for little ones Lorna Curran. (Online), (Tarmizi Ramadhan’s Blog, diakses 29 mei 2012) Ginnis, Paul. 2008. Trik & Taktik Mengajar. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar.jakarta:PT Bumi Aksara. Huda, Miftahul. 2011. Coopertive Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Ibrahim, dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya - University Press. Indahwati, Nur. 2009. Penerapan pembelajaran kooperatif metode make a match untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran akuntansi pokok bahasan jurnal umum di SMA Kertanegara Malang.(Online), http://www.unm.ac.id, diakses 16 April 2012). Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Konstektual : Konsep dan Aplikasi. Bandung : P.T. Refika Aditama
167