KETERLEKATAN TINDAKAN EKONOMI TRANSAKSI TUNAI OLEH NASABAH BANK (Studi kasus pada bank BRI Cabang Martadinata Malang)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Erlinda Septiana Puspa 105020105111002
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
KETERLEKATAN TINDAKAN EKONOMI TRANSAKSI TUNAI OLEH NASABAH BANK (Studi kasus pada bank BRI Cabang Martadinata Malang)
Erlinda Septiana Puspa FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah keterlekatan kuat atau keterlekatan lemah tindakan ekonomi dari transaksi tunai oleh nasabah Bank (Studi kasus pada PT. Bank Rakyat Indonesia tbk Cabang Martadinata Malang). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Adapun metode pengambilan sampel yaitu dengan accidental sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapatkan dari hasil kuisioner dan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain profil Bank BRI dan Data dari Bank BRI. Hasil penelitian ini bahwa Keterlekatan tindakan ekonomi transaksi tunai oleh nasabah bank (studi kasus Bank BRI Cabang Martadinata malang) adalah keterlekatan lemah. keterlekatan lemah adalah lemahnya atau kecilnya interaksi yang terjadi dalam individu saat melakukan tindakan ekonomi. Dalam hal ini para nasabah ternyata lebih menyukai bertransaksi melalui mesin ATM daripada melalui teller. Dengan alasan nasabah merasa lebih nyaman. Kemudian tetap merasa aman, lebih cepat dan sangat efisien karena mudah di jangkau kapan saja dan dimana saja.
Kata Kunci: Keterlekatan, Teori memegang uang, Preferensi, dan Jasa jasa bank
A. PENDAHULUAN Uang merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai atau diterima untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun hutang. Uang merupakan segala sesuatu yang secara umum mempunyai fungsi – fungsi tersendiri (Nopirin 1992:2). Fungsi uang yang pertama adalah sebagai satuan pengukur nilai. Dengan fungsi ini maka nilai suatu barang dapat diukur dan diperbandingkan. Fungsi uang yang kedua adalah sebagai alat tukar. Fungsi ini memisahkan antara keputusan membeli dengan keputusan menjual. Dan fungsi yang ketiga adalah sebagai alat penimbun/penyimpan kekayaan. Fungsi ini dimana masyarakat dapat menyimpan kekayaan berupa uang tunai. Untuk membahas uang disini tidak luput dari peran lembaga keuangan bank. Dimana bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito (Kasmir 2002:23). Pelayanan atau jasa bank merupakan salah satu hal yang penting untuk menarik nasabah agar menabung di bank. Jasa – jasa bank adalah untuk mendukung dan memperlancar kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana (Kasmir 2002:135). Semakin lengkap jasa bank yang diberikan maka semakin baik bank tersebut. Jenis jasa - jasa bank antara lain yaitu salah satunya adalah transaksi tunai/kiriman uang. Dalam bank saat ini apabila nasabah ingin transaksi tunai/kiriman uang dihdapkan dengan dua pilihan. Yaitu melalui teller atau melalui mesin yang di sebut Anjungan Tunai Mandiri. Atau yang biasa disebut ATM. Nasabah dihadapkan dua pilihan ini sangat berhubungan dengan preferensi. Preferensi adalah suatu unit konsumen, baik perseorangan ataupun rumah tangga, akan mendapatkan kepuasan (statistifaction) atau guna (utility) karena mengkonsumir sejumlah komoditi yang dikonsumir oleh satu unit konsumen dalam satu periode waktu tertentu disebut seuntai komoditi (a comodity bundle) (Sudarman 1992:16). Seperti yang telah dijelaskan, contoh realitanya saat ini
adalah dalam bank para nasabah diberi dua pilihan yang berbeda apabila ingin transaksi tunai. Melalui teller di dalam bank atau melalui mesin ATM. Dan dari kedua pilihan tersebut ada kelebihan dan kekurangannya. Dan dengan adanya dua pilihan dalam bank yaitu melalu teller atau ATM ini akan mempengaruhi keterlekatan yang ada dalam nasabah bank dengan bank tersebut. Keterlekatan, menurut Granovetter (1985) dalam Damsar (2011: 139-144) merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat (embedded) dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor. Para aktor yang di bahas disini adalah para nasabah bank dengan bank itu sendiri. Dan dijelaskan juga menurut Granovetter dan Swedberg bahwa tindakan ekonomi berlangsung diantara keterlekatan lemah (underembedded) dan keterlekatan kuat (overembedded). Apabila nasbah bank melakukan kegiatan transaksi tunai melalui teller, disini keterlekatan yang terjadi sangat kuat. Karena antara teller dengan nasabah terjadi komunikasi dan interaksi. Misalnya saja, saat nomor antrian nasabah telah disebutkan, kemudian nasabah tersebut segera maju kedepan, dan yang dilakukan si teller bank tersebut adalah mengucapkan salam terhadap nasabah tersebut. Kemudian, paling tidak, teller bank menyuruh nasabah tersebut untuk menandatangani slip transaksi tunai tersebut. Di sini komunikasi dan interaksi antar nasabah dengan teller pun terjadi. Namun apabila nasabah melakukan transaksi tunai melalui mesin ATM maka nasabah tersebut hanya berhadapan dengan mesin ATM tersebut saja. Tidak ada komunikasi yang terjadi di sana. Maka ini disebut keterlekatan lemah. Gambar 1 : Jumlah Perbandingan Transaksi teller Dan ATM Tahun 2013
22% Teller ATM 78%
Sumber : Data primer diolah (2014) Bisa kita lihat diatas bahwa perbandingan transaksi melalui teller dan ATM di tahun 2013 ini sangatlah terlihat perbedaannya. Dimana transaksi melalui teller memiliki persentase sebesar 22% dan transaksi melalui ATM memiliki persentase sebesar 78%. Sehingga dapat di jelaskan bahwa di zaman sekarang ini transaksi tarik tunai lebih diminati melalui ATM. Salah satu bank konvensional yang terbesar di Indonesia adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau biasa disebut Bank BRI. Tingkat kepercayaan masyarakat untuk menabung di bank BRI terus tumbuh. Hal itu terlihat dari peningkatan yang signifikan jumlah nasabah simpanan sehingga kontribusinya kepada dana pihak ketiga (DPK) juga terus naik dengan total nasabah BRI maret 2011 mencapai 28,8 juta nasabah. Oleh sebab itu penelitian ini sangat menarik untuk mengetahui apakah keterlekatan kuat atau keterlekatan lemah tindakan ekonomi dari transaksi tunai oleh nasabah Bank (Studi kasus pada PT. Bank Rakyat Indonesia tbk Cabang Martadinata Malang).
B. KAJIAN PUSTAKA Disini peneliti membahas teori – teori pada teori preferensi dalam individu, teori memegang uang, teori jasa bank, dan hubungan keterlekatan dengan tindakan ekonomi tarik tunai
nasabah sendiri adalah pokok bahasan yang terpenting karena yang akan membantu menganalisis pada hasil pembahasan.
Teori Preferensi Dalam Perilaku Konsumen Eagle dalam Tjiptono (1997:19) dalam Fitri (2010: 11) Secara umum perilaku konsumen merupakan tindakan – tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan, dan menentukan produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan – tindakan tersebut. Dalam Sudarman (1980:16) suatu unit konsumen, baik perseorngangan ataupun rumah tangga akan mendapatkan kepuasan (satisfaction) atau guna (utility) karena mengkonsumir sejumlah kommoditi selama periode waktu tertentu. Sejumlah komoditi yang dikonsumir oleh satu unit konsumen dalam satu periode waktu tertentu disebut seuntai komoditi (a commodity bundle). Setiap konsumen bertujuan memaksimir tingkat kepuasan yang ia peroleh dari sejumlah pengeluaran uang yang tertentu. Untuk keperluan tersebut, setiap unit konsumen dianggap dapat membuat urut – urutan (rank) dari semua untaian komoditi yang ia hadapi, untaian mana yang dipilih, untaian mana yang lebih tidak dipilih dan untaian mana yang sama saja relatif dibandingkan dengan untaian – untaian komoditi yang lain. Dengan kata lain setiap unit konsumen harus dapat menentukan daftar urutn preferensi (order of preference) komoditi yang ada. Dalam Sudarman (1980: 16) dalam membuat daftar urutan preferensi ini syarat – syarat berikut harus dipenuhi: a.
b.
c.
Untuk setiap dua untai komoditi, misalnya A dan B, bila A memberi kepuasan yang lebih besar dibanding B maka A harus dipilih dan bukan B. Dan begitu juga sebaliknya. Bila antara A dan B memberi kepuasan yang sama, maka konsumen sama saja dapat memilih A atau B. Bila harus A dipilih dan bukan B, sedang B harus dipilih bukan C, maka A harus dipilih dan bukan C. Jadi dalam menentukan preferensi, berlaku hubungan yang bersifat transitif. Bila untaian komoditi A terdiri unsur – unsur yang sama dengan B sedangkan untuk setiap unsurnya untai A lebih besar dari B, maka A harus dipilih dan bukan B. Tetapi bila hanya sebagian unsur – unsur saja yang lebih besar sedang unsur – unsur yang lain lebih kecil atau sama, maka tidak dapat dikatakan begitu saja bahwa A harus dipilih dan bukan B.
Teori Memegang Uang Teori Moneter Klasik (Teori Cambridge (Marshall – Pigou)) Teori Cambridge dalam Boediono (1975:7) mengatakan bahwa kegunaan dari pemegang kekayaan dalam bentuk uang adalah karena uang (berbeda dengan bentuk kekayaan lain) mempunyai sifat likuid sehingga dengan mudah ditukarkan dengan barang lain; uang dipegang (atau diminta) oleh seseorang karena sangat mempermudah transaksi atau kegiatan – kegiatan ekonomi lain dari orang tersebut (sering disebut sebagai faktor “convience”). Menurut paham klasik, uang tidak mempunyai pengaruh terhadap sektor riil, tidak ada pengaruhnya terhadap tingkat bunga, kesempatan kerja atau pendapatan nasional (Nopirin 1992 :72). Pendapatan nasional ditentukan oleh jumlah dan kualitas daripada tenaga kerja, jumlah daripada modal yang dipakai serta teknologi. Tanpa perubahan dari faktor – faktor produksi, maka pendapatan nasional tidak akan berubah. Permintaan akan uang selain dipengaruhi oleh volume kegiatan transaksi dan faktor – faktor kelembagaan (ala Fisher), juga dipengaruhi oleh tingkat bunga, besar kekayaan masyarakat, dan ekspektasi dalam masyarakat. Sehingga ada kecenderungan masyarakat untuk lebih menabung, apabila tingkat bunga sedang naik, walaupun volume transaksi yang mereka
rencanakan tetap. Demikian juga dengan faktor expectation, apabila dimasa yang akan datang diharapkan akan ada kenaikan tingkat bunga (berarti adanya penurunan harga surat berharga atau obligasi) maka orang akan cenderung untuk mengurangi jumlah surat berharga yang dipegangnya dan menambah jumlah uang tunai yang mereka pegang. Contoh kasus diatas adalah salah satunya yang dapat mempengaruhi individu atau seseorang untuk memegang uang. Teori Moneter dari Keynesian Teori uang Keynes adalah teori yang bersumber pada teori Cambridge. Ada beberapa perbedaan teori Keynes dengan teori klasik. Pada hakekatnya perbedaan ini terletak pada penekanan Keynes pada fungsi uang yang lain yaitu sebagai store of value dan bukan hanya menjadi medium of exchange. Teori ini disebut teori liquidity Preference. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi teori liquidity Preference, yaitu motif Transaksi dan Berjaga – jaga dan motif spekulasi. Menurut Keynes permintaan akan uang untuk tujuan transaksi inipun tidak merupakan suatu proporsi yang selalu konstan, tetapi dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya tingkat bunga (seperti halnya dalam teori Cambridge) (Boediono 1980:12). Keynes menyatakan bahwa mekanisme pasar tidak dapat secara otomatis menjamin adanya full employment dalam perekonomian. Dan menyarankan adanya peranan/campur tangan pemerintah dalam perekonomian (Nopirin 1992 : 77) Keynes tidak menekankan tingkat bunga sebagai faktor permintaan uang. karena Keynes membedakan permintaan akan uang untuk tujuan pembayaran – pembayaran yang tidak reguler atau diluar rencana transaksi terduga namun Keynes tetap menerima pendapat dalam teori Cambridge bahwa masyarakat memegang uang guna memperlancar transaksi – transaksi yang dilakukan, dan permintaan akan uang dari masyarakat untuk tujuan ini dipengaruhi oleh tingkat nasional income dan tingkat bunga. Contoh pembayaran kecelakaan, sakit, dan pembayaran urgen lainnya. Motif ini disebut motif berjaga – jaga. Masyarakat akan mendapatkan keuntungan dari memegang uang untuk menghadapi keadaan yang penting tersebut karena uang memiliki sifat likuid yaitu mudah untuk ditukarkan dengan barang lain.
Perkembangan Teori Moneter Keynes Setelah Keynes Setelah Keynes, teori moneter berkembang lebih lanjut. Salah satunya yang muncul yaitu permintaan untuk transaksi menurut Boumol – Tobin. Boumol dan Tobin mencapai kesimpulan – kesimpulan yang serupa mengenai permintaan transaksi akan uang. Namun dalam menganalisa permintaan uang, keduanya menggunakan pendekatan yang berbeda, sehingga implikasikebijaksanaannya pun berbeda. Dalam Nopirin (192: 124) teori ini diperkembangkan oleh Boumol (1952) dan juga Tobin (1956) yang masing – masing ingin menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan uang untuk tujuan transaksi. Boumol menggunakan pendekatan teori penentuan persediaan barang yang bisa dipakai dalam dunia perusahaan. Dia menganalisa tingkah laku individu (rumah tangga atau perusahaan), dan menganggap bahwa pendapatan mereka diterima sekali (misalnya tiap bulan). Namun, individu tersebut harus membelanjakan sepanjang waktu (satu bulan). Untuk menyederhanakan analisanya, Boumol menganggap bahwa penghasilan tadi dibelanjakan merata setiap saat dalam mana ongkos/biayanya paling rendah. Hal ini mengingat bahwa kekayaan individu tersebut selain berupa uang kas dapat berupa surat berharga yang menghasilkan bunga, serta adanya ongkos/biaya untuk menukarkan surat berharga tersebut dengan uang kas. Jasa – Jasa Bank Jasa Jasa menurut Rambat Lupyoadi (2013:7) merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang umumnya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah atau pemecahan atas permasalahan yang dihadapi oleh konsumen. Rangkuti (2006:26) dalam Mulyani (2008: 7) merumuskan jasa adalah pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari satu pihak
kepada pihak lain, yang pada umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, dimana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut. Menurut Kotler dan Keller (2008) dalam Ratnasari dan Mastuti (2011:3) mengartikan jasa sebagai setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Produksi jasa bisa berkaitan dengan fisik atau tidak. Pengertian Jasa – Jasa Bank Dalam Kasmir (2002:135) jasa – jasa bank merupakan kegiatan perbankan yang ke tiga. Tujuan pemberian jasa – jasa bank ini adalah untuk mendukung dan memperlancar kegiatan penghimpunan dana dan menyalurkan dana. Semakin lengkap jasa bank yang diberikan, maka semakin baik, dalam arti jika nasabah hendak melakukan suatu transaksi perbankan, cukup disatu bank saja. Demikian pula sebaliknya jika jasa bank yang diberikan kurang lengkap, maka nasabah terpaksa untuk mencari bank lain yang menyediakan jasa yang mereka butuhkan. Lengkap atau tidaknya jasa bank yang diberikan sangat tergantung dari kemampuan bank tersebut. Dari segi modal, perlengkapan, fasilitas sampai kepada personel yang mengoperasikannya. Semakin lengkap tentunya semakin banyak modal yang dibutuhkan untuk melengkapi peralatan dan personelnya. Keuntungan Jasa – Jasa Bank Keuntungan pokok perbankan adalah dari selisih bunga simpanan dengan bunga kredit atau pinjaman. Keuntungan ini dikenal dengan istilah spread based (Kasmir 2002:136). Keuntungan dari transaksi dalam jasa – jasa bank ini disebut juga fee based. Keuntungan dari jasa bank dewasa ini semaikin dibutuhkan. Hal ini disebabkan keuntungan dari spread based semakin kecil mengingat persaingan yang semakin ketat dalam bidang jasa bank. Adapun keuntungan yang diperoleh dari jasa – jasa bank antara lain (1) biaya admisnistrasi, (2) biaya kirim, (3) biaya tagih, (4) biaya provisi dan komisi, (5) biaya sewa, (6) biaya iuran, dan (7) biaya lainnya. Jenis Jasa – Jasa Bank Kelengkapan jenis – jenis jasa bank yang dapat dilayani oleh tiap – tiap bank sangat tergantung dari kemampuan bank itu sendiri. Berikut jenis jasa bank yang dapat dikatakan lengkap untuk ukuran perbankan di Indonesia, yaitu: 1. Kiriman Uang (Transfer) 2. Kliring 3. Inkaso (Collection) 4. Safe Deposit Box (SDB) 5. Bank Card 6. Bank Notes 7. Travellers Cheque 8. Letter Of Credit (L/C) 9. Bank Garansi dan Referensi Bank 10. Memberikan Jasa – Jasa di Pasar Modal 11. Menerima Setoran – Setoran 12. Melakukan pembayaran 13. Dan Kegiatan Lainnya Hubungan Keterlekatan dengan Tindakan Ekonomi Keterlekatan keterlekatan merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat (embedded) dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara para aktor.tidak
hanya terbatas pada tindakan aktor individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas (Damsar 2009:139). Granovetter melihat bahwa dkhotomi oversocialized – under socialized bukanlah suatu penggambaran yang tepat terhadap realitas tindakan ekonomi. Ketidaksetujuan Granovetter dan Swedberg berkenaan dengan tingkat atau drajad dari keterlekatan. Ditegaskan bahwa tindakan ekonomi dalam masyarakat industri juga melekat dalam jaringan hubungan sosial dan institusi sosial lainnya seperti agama, politik, pendidikan, keluarga, dan lain – lain. Selain itu tindakan ekonomi dalam masyarakat modern seperti perekrutan pegawai di berbagai perusahaan dan lembaga formal dengan memperhatikan refrensi, corporate social responsibility dan community development oleh perusahaan terhadap komunitas di lingkungan pabrik atau perusahaan, atau pelayanan eksklusif dari pemegang kartu kredit tertentu dari suatu perbankan merupakan beberapa contoh dari bagaimana keterlekatan terjadi. Oleh karena itu, Granovetter dan Swedberg mengusulkan bahwa tindakan ekonomi berlangsung di antara keterlekatan lemah (underembedded) dan keterlekatan kuat (overembedded) (Damsar 2011:144) Hubungan Keterlekatan dengan Transaksi Tunai Oleh Nasabah Bank Tindakan ekonomi bukan berlangsung dalam kontinum antara kutub keterlekatan dan kutub tidak keterlekatan, namun berada dalam garis kontinum kutub keterlekatan lemah dan kutub keterlekatan kuat. Gambar 2 : Keterlekatan lemah dan Keterlekatan Kuat Dari Suatu Tindakan Ekonomi
Keterlekatan Lemah (underembedded)
Keterlekatan Kuat (Overembedded)
Tindakan Ekonomi Sumber : Damsar, 2011 : 144 Disini nasabah bank dihadapkan oleh dua pilihan. Namun pilihan ini pun bisa mengarah menjadi keterlekatan lemah atau keterlekatan kuat. Nasabah bank menarik dananya melalui pemotongan saldo dari kartu tabungan lewat teller di kantor suatu bank maka keterlekatannya lebih kuat dibandingkan dengan menarik uang lewat kartu ATM diberbagai anjungan. Penarikan uang melalui kantor suatu bank, nasabah melakukan interaksi sosial dengan teller bank. Antara nasabah dan teller menjalin komunikasi, paling tidak, kasir mempersilahkan nasabah menandatangani slip pengambilan uang. Namun tidak jarang interaksi sosial tersebut menjadi hubungan sosial, yaitu saling mengetahui identitas diri, saling menanyakan kabar, atau bahkan saling tegur sapa. Sedangkan jika melakukan penarikan uang melalui ATM, nasabah hanya berhubungan dengan mesin. Kalaupun ada hubungan, mereka para nasabah, bersama menunggu giliran dalam suatu antrian, yang dalam hal tertentu bisa menjadi pintu masuk bagi terbentuknya suatu interaksi. Atau bisa saja sebelum masuk ke dalam anjungan seseorang nasabah mengeluarkan dompet kartu sambil memperlihatkan untaian berbagai jenis kartu ATM yang dimilikinya kepada nasabah lain yang sedang mengantri. Kegiatan mempertontonkan berbagai kartu ATM tersebut merupakan suatu tindakan sosial dimana sinyal status sosial dipancarkan melalui aktivitas tersebut. Bentuk hubungan ini lebih lemah dibandingkan dengan melalui teller. Hubungan Keterlekatan Dengan Komunikasi Para Nasabah Menurut Haryani (2002:6) dalam Dewi (2009:19) Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi kepada pihak lain untuk mencapai tujuan tertentu. Dan menurut Mulyana (2004:73) dalam Sasanti (2013:1) komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)adalah
komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain atau pasangan secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Dalam konteks tatap muka, komunikasi tidak saja diperlihatkan melalui penggunaan bahasa semata – mata, tetapi menggunakan juga tanda – tanda tubuh yang membutuhkan intrepretasi tentang apa yang dikatakan dan dibuat oleh orang lain. Dengan berkembangnya media tulisan dan elektronik, komunikasi mengubah relasi tatap muka dengan cepat. Seperti radio, televisi, komputer, atau teknologi yang lainnya. Dalam hal perbankan teknologi yang berkembang dan digunakan adalah mesin ATM. Dalam perbankan komunikasi antara nasabah bank dengan teller bank sangat penting. Karena teller bank memberikan informasi penting seperti menjelaskan satu persatu apa saja yang harus dilakukan agar bisa tarik tunai atau menjelaskan dan memberikan bukti transaksi kepada nasabah bank. Tetapi, selain itu teller bank tidak hanya menjelaskan tentang tarik tunai saja, teller bank juga bisa berkomunikasi tentang hal lain seperti menanyakan kabar, keadaan, dan lain – lain kepada nasabah bank. Dan apabila nasabah bank sering datang ke bank untuk melakukan transaksi seperti tarik tunai, maka keterlekatan pun bisa terjadi. Karena seringnya nasabah bank bertemu dengan teller bank. Distu lah komunikasi pun terjadi dan kemudian terjadi interaksi. Hubungan keterlekatan dengan Nyaman para nasabah Ketiga adalah Pengaruh Nyaman Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank. Menurut Kasmir (2004) dalam Wardani (2013:2) nasabah umumnya mempunyai perilaku bangga apabila dilayani secara baik oleh petugas bank, untuk itu harus menjadikan pelayanan sebagai alat untuk menarik nasabah, sehingga tugas bank adalah mempelajari apa yang diinginkan nasabah, bagaimana perilaku nasabah dan bagaimana cara melayani nasabah dengan baik. Dalam melayani nasabah, pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan etiket perbankan yaitu tata cara melayani nasabah dengan baik. Bank juga harus memiliki fasilitas untuk menunjang kenyamanan nasabah dalam menabung dan melaksanakan transaksi dengan bank tersebut. Setiap bank harus dapat menyediakan berbagai macam fasilitas yang dapat memudahkan nasabahnya dalam melakukan transaksi serta dapat memberikan tingkat kepuasan kepada mereka. Tersedianya fasilitas-fasilitas yang menunjang kelancaran dalam transaksi, nasabah tentunya akan merasa puas dan akan terus menggunakan jasa bank tersebut. Oleh karena itu tersedianya fasilitas yang memudahkan nasabah akan dapat mempengaruhi nasabah dalam memilih bank sebagai tempat menabung (Sugiarto, 1999:26) Nyaman disini adalah rasa suka dan rasa senang yang dirasakan oleh nasabah bank dengan melakukan suatu transaksi tunai. Apabila nasabah bank melakukan transaksi tunai dan nasabah bank merasa nyaman dengan pelayanan teller bank yang memuaskan, maka nasabah tersebut akan melakukan transaksi tunai lagi di teller bank tersebut. Dalam hal ini nasabah bank merasa nyaman dalam melakukan transaksi tunai sangat penting bagi bank tersebut. Karena dengan nasabah bank sudah merasa nyaman dengan pelayanan bank, maka bank tersebut sudah berhasil dalam memberikan pelayanannya. Sehingga akan banyak nasabah bank yang tertarik dan akan memiliki tabungan di bank tersebut. Pelayanan bank disini adalah dengan ramahnya teller bank, tidak mengantri lama atau cepat untuk melakukan transaksi tunai, dan lain – lain. Hubungan keterlekatan dengan pendapatan para nasabah Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: p955) dalam Dewi (2009: **) “pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode, jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Pendapatan memiliki banyak nama seperti sales, feess, interest,dividens, and royalities. Menurut Keynes dalam Dewi (2013:*^), konsumsi yang dilakukan oleh satu orang dalam perekonomian akan menjadi pendapatan untuk orang lain pada perekonomian yang sama. Sehingga apabila seorang memberika uangnya, ia membantu meningkatkan pendapatan orang lain. Siklus ini terus berlanjut dan membuat perekonomian dapat berjalan secara normal.
Pengaruh Pendapatan Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank. Pendapatan adalah dimana adanya aliran dana (kas) yang terjadi dari satu pihak ke pihak yang lain dalam satu bulannya. Dimana pendapatan tersebut akan digunakan untuk konsumsi dan ditabung ke dalam bank. Sehingga apabila pendapatan tiap bulan nasabah bank semakin tinggi maka mobilitas hidup mereka semakin tinggi. Dimana mereka semakin sibuk dan hanya punya sedikit waktu pergi ke bank untuk melakukan transaksi tunai. Sehingga mereka yang memiliki pendapatan tinggi akan melakukan transaksi melalui mesin ATM untuk efisiensi waktu dan tempat. Dan nasabah bank yang berpendapatan rendah melakukan transaksi melalui teller bank karena apabila menggunakan kartu ATM maka akan menjadi boros sehingga uang mereka di bank bisa cepat habis. Maka dari itu nasabah bank yang berpendapatan rendah tidak melakukan transaksi tunai di mesin ATM.
Hubungan keterlekatan dengan usia para nasabah Pengaruh Usia Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank. Menurut Putri (2012: 31) penduduk Indonesia termasuk dalam struktur umur muda, ini dapat dilihat dari bentuk piramida penduduk Indonesia. Meskipun pertambahan penduduk dapat ditekan tetapi penawaran tenaga kerja semakin tinggi karena semakin banyaknya penduduk yang memasuki usia kerja, dengan demikian penawaran tenaga kerja juga akan bertambah. Usia produktif atau usia kerja adalah usia ketika seseorang masih mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu. Menurut Payaman Simanjuntak (1998) dalam Dewi (2012: 31), umur mempunyai hubungan terhadap responsibilitas seseorang akan penawaran tenaga kerjanya. Semakin meningkat umur seseorang semakin besar penawaran tenaga kerjanya. Sedangkan selama masih dalam usia produktif, semakin tinggi usia seseorang semakin besar tanggung jawab yang harus ditanggung. Meskipun pada titik tertentu penawaran akan menurun seiring dengan usia yang bertambah tua. Usia adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan di dunia. Usia diukur dalam satuan tahunan. Diamana usia ada yang muda, dewasa, dan tua.
C. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis apakah adanya keterlekatan kuat atau keterlekatan lemah dalam transaksi tunai nasabah bank studi kasus Bank BRI Cabang Malang Martadinata. Penelitian menggunakan jenis penelitian kuantitatif. , dengan format penelitian Kuantitatif Deskriptif Studi Kasus Bidang pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu fakta nyata masyarakat, data statistik dan kuisioner. Penelitian ini bertempat di Bank BRI Cabang Martadinata Malang terletak di jalan Laksamana Martadinata no. 80 Malang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret tahun 2014.
Populasi dan Penentuan Sampel Menurut Sugiyono (2003) dalam Sentosa (2013: 44) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi penelitian ini adalah nasabah Bank BRI yang berperan sebagai pengguna produk dan layanan perbankan dalam periode penelitian terdapat populasi sebesar 55.000 nasabah. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 100 responden nasabah bank BRI Cabang Martdinata Malang. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Conveniece sampling atau Accidental sampling. Atau dalam bahasa indonesia disebut insidental Sampel. Menurut Sugiyono (2003) dalam Sentosa (2011: 46) menyatakan bahwa Accidental Sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Metode Pengumpulan Data dan Metode Analisis Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data promer yang diperoleh dari hasil wawancara kepada produsen keripik tempe di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Malang mengenai perubahan kuantitas keripik tempe yang ditawarkan akibat adanya perubahan harga kedelai, harga tempe, dan upah pekerja. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data sekunder mengenai data luas panen kedelai, produksi kedelai, produktivitas kedelai, dan perkembangan ekspor impor kedelai yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain BPS tahun 2012-2013, BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) tahun 2011, dan Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian tahun 2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan penyebaran kuisioner kepada 100 nasabah bank BRI Cabang Malang Martdinata Malang dan kemudian data sekunder yaitu profil dan data dari bank BRI Cabang Malang Martadinata. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Binary Logistic Regression. yaitu variabel dependen bersifat kualitatif dimana variabel kualitatif ini bisa mempunyai dua kelas atau kategori (binary) (Widarjono 2010:133). Mengkuantitatifkan variabel kualitatif di dalam regresi juga berlaku untuk variabel dependen bersifat kualitatif. Setiap variabel kualitatif di dalam regresi baik variabel independen maupun variabel dependen, akan mengambil nilai 1 jika variabel memiliki atribut dan nilai 0 jika tidak mengandung atribut. Dengan demikian, akan memberi angka 1 untuk variabel dependen kualitatif yang mempunyai atribut dan angka 0 untuk variabel dependen yang tidak mempunyai atribut. Secara sistematika, model estimasi dalam penelitian ini dapat ditulis seperti pada persamaan yaitu:
Dimana : P = Keterlekatan tindakan ekonomi transaksi tunai oleh nasabah bank atau tidak = Konstanta , , , , , = Koefisien X1 = Komunikasi X2 = Aman X3 = Nyaman X4 = Pendapatan X5 = Usia Dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode menyeluruh karena variabel independen akan dimasukan terlebih dahulu, kemudian baru dievaluasi. Adapun langkah – langkah yang harus dilakukan antara lain: 1. Metode Estimasi Maximum Likehood 2. Penilaian seberapa baik (goodness of fit) model regresi 3. Omnibus Test of Model Coefficients 4. Uji Hosmer dan Lemeshow 5. Uji Statistika Wald 6. Odds Ratio
D. PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini merupakan bagian dimana akan menjelaskan mengenai tabel responden, hasil uji statistik, dan analisis dari Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank.
Tabel 1: Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Laki – Laki Perempuan
64 36
Sumber: Data primer (diolah), 2014 Dijelaskan pada tabel 2 bahwa: Tabel 2: Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan Jenis Pekerjaan Jumlah Pegawai Swasta 40 Wirausaha 14 PNS 22 Pegawai BUMN 10 Mahasiswa 10 Ibu Rumah Tangga 4 Sumber: Data primer (diolah), 2014 Dijelaskan pada tabel 3 bahwa: Tabel 3: Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Perkawinan Status Perkawinan Jumlah Belum Menikah 15 Menikah 85 Sumber: Data primer (diolah), 2014 Dijelaskan pada tabel 4 bahwa: Tabel 4: Profil Responden Berdasarkan Pendapatan Pendapatan Frekuensi < Rp1.000.000,00
8
Persentase (%) 8
Rp1.000.000 – Rp 2.500.000
28
28
Rp 2.600.000 – Rp 4.000.000
36
36
Rp 4.100.000 – Rp 6.000.000
19
19
Rp 6.100.000 – Rp 8.000.000
5
5
>Rp 8.000.000
4
4
TOTAL
100
100
Sumber: Data primer (diolah), 2013 Dijelaskan pada tabel 5 bahwa: Tabel 5: Profil Responden Berdasarkan Usia Usia (Tahun) Frekuensi Persentase 19 – 25
25
33
26 – 32
32
27
33 – 39
16
13
40 – 46
14
14
47 – 53
10
10
54 - 60
3
3
Usia (umur)
Frekuensi
Persentase
Total
100
100
Sumber: Data primer (diolah), 2014 Dijelaskan pada tabel 6 bahwa: Tabel 6: Profil Responden Berdasarkan Transaksi Tunai Oleh Nasabah Bank Transaksi Frekuensi Persentase Melalui teller 30 30 Melalui Mesin 70 70 ATM Total 100 100 Sumber: Data primer (diolah), 2014 Hasil Statistik Dijelaskan pada tabel 7 bahwa: Tabel 7: Hasil Statistik Odds ratio B .324
S.E. .686
Wald .223
1
Sig .637
Exp (B) 1.383
X2
.690
.306
5.093
1
.024
1.994
X3
.962
.675
2.028
1
.154
2.616
X4
.356
.973
.134
1
.714
1.428
X5
.050
.109
.210
1
.647
1.051
-43.826
14.106
9.652
1
.002
.000
Step 1 X1
Constant
df
Sumber: Data primer (diolah), 2014
Ln
= -43,826 + 0,324X1 + 0,690X2 + 0,962X3 + 0,356X4 + 0,050X5 + e
Pengaruh Komunikasi (X1) Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank (Y) Pertama adalah Pengaruh komunikasi (X1) terhadap Keterlekatan tindakan ekonomi transaksi tunai nasabah bank (Y). Dalam perbankan komunikasi antara nasabah bank dengan teller bank sangat penting. Karena teller bank memberikan informasi penting seperti menjelaskan satu persatu apa saja yang harus dilakukan agar bisa tarik tunai atau menjelaskan dan memberikan bukti transaksi kepada nasabah bank. Tetapi, selain itu teller bank tidak hanya menjelaskan tentang tarik tunai saja, teller bank juga bisa berkomunikasi tentang hal lain seperti menanyakan kabar, keadaan, dan lain – lain kepada nasabah bank. Dan apabila nasabah bank sering datang ke bank untuk melakukan transaksi seperti tarik tunai, maka keterlekatan pun bisa terjadi. Karena seringnya nasabah bank bertemu dengan teller bank. Distu lah komunikasi pun terjadi dan kemudian terjadi interaksi. Dengan sesuai penjelasan diatas maka hipotesis awal yang dapat diambil adalah menerima H1. Karena dimana adanya komunikasi antara teller bank dan nasabah bank maka terjadi interaksi.dan kemudian keterlekatan kuat pun bisa terjadi. Namun, hasil diatas menunjukan bahwa dalam tabel signifikansi nya adalah 0,637. Dimana berarti hasil diatas tidak signifikan. Tidak signifikan dikarenakan hasil pada tabel signifikansi sebesar 0,637. Berarti hasil signifikansi lebih dari 0,05.
Pengaruh Aman (X2) Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank (Y) Melakukan transaksi melalui teller bank jauh lebih aman daripada melakukan transaksi melalui mesin ATM. Karena melakukan transaksi melalui teller bank apabila ada kesalahan, teller bank dapat langsung mengetahuinya dan akan langsung segera diurus. Sehingga resiko yang dialami oleh nasabah pun sangat kecil. Sedangkan melakukan transaksi melalui mesin ATM dengan keunggulannya adalah dapat melakukan transaksi tunai dimana saja dan kapan saja, namun mesin ATM juga memiliki resiko yang besar. Apabila terjadi pembobolan ATM atau kartu ATM tertelan maka sangat merugikan nasabah bank. Karena itu sangat membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk memprosesnya Dengan sesuai penjelasan diatas maka hipotesis awal yang dapat diambil adalah menerima H1. Karena dimana adanya aman dalam transaksi tunai yang dilakukan nasabah bank maka akan membuat mereka menjadi tenang akan uang yang mereka simpan di bank. Namun, hasil diatas menunjukan bahwa dalam tabel signifikansi nya adalah 0,024. Dimana berarti hasil diatas signifikan. Signifikan dikarenakan hasil pada tabel signifikansi sebesar 0,024. Berarti hasil signifikansi kurang dari 0,05. Pengaruh Nyaman (X3) Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank (Y) Ketiga adalah Pengaruh Nyaman (X3) Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank (Y). Dalam hal ini nasabah bank merasa nyaman dalam melakukan transaksi tunai sangat penting bagi bank tersebut. Karena dengan nasabah bank sudah merasa nyaman dengan pelayanan bank, maka bank tersebut sudah berhasil dalam memberikan pelayanannya. Sehingga akan banyak nasabah bank yang tertarik dan akan memiliki tabungan di bank tersebut. Pelayanan bank disini adalah dengan ramahnya teller bank, tidak mengantri lama atau cepat untuk melakukan transaksi tunai, dan lain – lain. Dengan sesuai penjelasan diatas maka hipotesis awal yang dapat diambil adalah menerima H1. Karena dimana adanya nyaman dalam transaksi tunai yang dilakukan nasabah bank maka akan membuat mereka akan melakukan transaksi tunai lagi sehingga tidak merasa kapok. Namun, hasil diatas menunjukan bahwa dalam tabel signifikansi nya adalah 0,154. Dimana berarti hasil diatas tidak signifikan. Tidak signifikan dikarenakan hasil pada tabel signifikansi sebesar 0,154. Berarti hasil signifikansi kurang dari 0,05. Pengaruh Pendapatan (X4) Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank (Y) Keempat adalah Pengaruh Pendapatan(X4) Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank (Y). Pendapatan adalah dimana adanya aliran dana (kas) yang terjadi dari satu pihak ke pihak yang lain dalam satu bulannya. Dimana pendapatan tersebut akan digunakan untuk konsumsi dan ditabung ke dalam bank. Dengan sesuai penjelasan diatas maka hipotesis awal yang dapat diambil adalah menerima H1. Karena dimana semakin tinggi pendapatan nasabah maka semakin tinggi mobilitas hidup mereka sehingga tidak memiliki waktu untuk melakukan transaksi melalui teller bank sehingga mereka lebih sering transaksi di mesin ATM. Namun, hasil diatas menunjukan bahwa dalam tabel signifikansi nya adalah 0,714. Dimana berarti hasil diatas tidak signifikan. Tidak signifikan dikarenakan hasil pada tabel signifikansi sebesar 0,714. Berarti hasil signifikansi kurang dari 0,05. Pengaruh Usia (X5) Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank (Y) Kelima adalah Pengaruh Usia(X5) Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank (Y). Usia adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan di dunia. Usia diukur dalam satuan tahunan. Diamana usia ada yang muda, dewasa, dan tua. Karena mesin ATM zaman sekarang dapat digunakan dengan mudah maka nasabah bank yang berusia muda saja yang mengerti cara menggunakan mesin ATM. Dan nasabah bank yang berusia tua karena belum berpengalaman menggakan mesin ATM dan pada zaman dahulu tidak ada mesin
ATM maka nasabah bank yang berusia tua bertransaksi tunai melalui teller ATM atau hanya menyimpan uang mereka di dalam rumah saja. Dan ada juga nasabah bank dengan usia yang sudah tua juga takut untuk melakukan transaksi tunai melalui mesin ATM karena takut salah tekan atau kartu tertelan. Dengan sesuai penjelasan diatas maka hipotesis awal yang dapat diambil adalah menerima H1. Karena dimana semakin tua usia yang dimiliki oleh nasabah bank maka mereka akan melakukan transaksi tunai melalui teller bank. Mereka tidak berani melakukan transaksi tunai d mesin ATM karena teknologi yang digunakan tidak pernah digunakan sebelumnya. Namun, hasil diatas menunjukan bahwa dalam tabel signifikansi nya adalah 0,647. Dimana berarti hasil diatas tidak signifikan. Tidak signifikan dikarenakan hasil pada tabel signifikansi sebesar 0,647. Berarti hasil signifikansi kurang dari 0,05. Analisis Setelah di dapat hasil seperti yang dijelaskan di atas, maka disini penulisdapat menjelaskan satu persatu bagaimana pengaruh Keterlekatan tindakan ekonomi transaksi tunai nasabah bank terhadap komunikasi, aman, Nyaman, Pendapatan, & usia. Tabel 8 : Tabel Signifikansi Variabel Variabel Komunikasi
Koefisien 0.324
Nilai Signifikansi .637
Aman
0.690
.024
Nyaman
0.962
.154
Pendapatan
0.356
.714
Usia
0.050
.647
Signifikansi Tidak berpengaruh secara signifikan Berpengaruh secara signifikan Tidak berpengaruh secara signifikan Tidak berpengaruh secara signifikan Tidak berpengaruh secara signifikan
Sumber: Data primer (diolah), 2014
Pengaruh Komunikasi Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank Pertama adalah Pengaruh komunikasi terhadap Keterlekatan tindakan ekonomi transaksi tunai nasabah bank. Menurut Haryani (2002:6) dalam Dewi (2009:19) Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi kepada pihak lain untuk mencapai tujuan tertentu. Dan menurut Mulyana (2004:73) dalam Sasanti (2013:1) komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)adalah komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain atau pasangan secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Dalam konteks tatap muka, komunikasi tidak saja diperlihatkan melalui penggunaan bahasa semata – mata, tetapi menggunakan juga tanda – tanda tubuh yang membutuhkan intrepretasi tentang apa yang dikatakan dan dibuaTidak berpengaruh secara signifikant oleh orang lain. Dengan berkembangnya media tulisan dan elektronik, komunikasi mengubah relasi tatap muka dengan cepat. Seperti radio, televisi, komputer, atau teknologi yang lainnya. Dalam hal perbankan teknologi yang berkembang dan digunakan adalah mesin ATM. Dalam perbankan komunikasi antara nasabah bank dengan teller bank sangat penting. Karena teller bank memberikan informasi penting seperti menjelaskan satu persatu apa saja yang harus dilakukan agar bisa tarik tunai atau menjelaskan dan memberikan bukti transaksi kepada nasabah bank. Tetapi, selain itu teller bank tidak hanya menjelaskan tentang tarik tunai saja, teller bank juga bisa berkomunikasi tentang hal lain seperti menanyakan kabar, keadaan, dan lain – lain kepada nasabah bank. Dan apabila nasabah bank sering datang ke bank untuk melakukan transaksi
seperti tarik tunai, maka keterlekatan pun bisa terjadi. Karena seringnya nasabah bank bertemu dengan teller bank. Distu lah komunikasi pun terjadi dan kemudian terjadi interaksi. Disini nasabah bank betul menyetujui bahwa komunikasi dengan teller bank dapat terjadinya interaksi sehingga dapat saling kenal dan bisa menjadi dekat. Namun, itu apabila nasabah bank melakukan transaksi tarik tunai melalui teller bank. Nasabah harus datang ke bank, kemudian mengambil nomor antrian dan menunggu nomor antrian dipanggil agar bisa melakukan transaksi. Membutuhkan waktu yang tidak singkat agar hal tersebut terjadi. Namun tiap nasabah memiliki waktu yang berbeda – beda. Ada yang sibuk sehingga melakukan transaksi tunai melalui teller bank sangat tidak mungkin bisa dilakukan. Akan tetapi ada juga nasabah bank yang memiliki waktu dan menyempatkan datang untuk melakukan transaksi tunai di teller bank atau bisa juga nasabah bank lebih mempercayakan transaksi tunai kepada teller bank. Disini para nasabah bank (responden) menjawab darri 100 responden ada 70 rensponden menjaab bahwa mereka ingin lebih cepat untuk melakukan transaksi tunai untuk efisiensi waktu. Sehingga untuk melakukan transaksi melalui teller bank itu sangat tidak mungkin terjadi. Karena butuh mengantri untuk melakukan transaksi tunai. Selain itu, pada saat tanggal merah atau weekend bank akan tutup sehingga nasabah yang ingin melakukan transaksii tarik tunai ke bank tidak bisa. Sehingga para nasabah lebih memilih melakukan transaksi melalui mesin ATM. Karena dapat di jangkau dimana saja dan kapan saja transaksi tunai dapat terjadi. Sehingga keterlekatan pun menjadi keterlekatan lemah. Pengaruh Aman Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank Kedua adalah Pengaruh Aman Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank. Menurut Rahardjo (2001:5) ada usaha pengamanan yang dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat keamanan dan pada saat yang sama meningkatkan kepercayaan (trust) dari nasabah. Secara teknis sistem dapat diproteksi dengan menggunakan firewall, Intrusion Detection System (IDS), dan produk cryptography (untuk encryption dan decryption seperti penggunaan SSL). Selain hal teknis yang tidak kalah pentingnya adalah usaha untuk meningkatkan awareness (baik dari pihak management, operator, penyelenggara jasa, sampai ke nasabah), membuat policy (procedure) yang baik dan mengevaluasi sistem secara berkala. Pengamanan di atas pada prinsipnya merupakan usaha untuk memenuhi aspek keamanan seperti authentication, confidentiality / privacy, non-repudiation, dan availability. Adanya pengamanan ini tidak membuat sistem menjadi 100% aman akan tetapi dapat membuat sistem dipercaya (trusted). Potensi lubang keamanan dapat dianggap sebagai resiko. Maka masalah ini dapat diubah menjadi masalah risk management Aman disini adalah tidak meragukan atau tidak mengandung resiko. Aman dalam hal ini adalah keamanan nasabah dalam transaksi tunai. Dimana nasabah tidak perlu ragu dan takut untuk melakukan transaksi tunai. Beberapa aspek juga sangat di pertimbangkan dalam hal ini yaitu keamanan transaksi melalui teller dan transaksi melalui mesin ATM. Melakukan transaksi melalui teller bank jauh lebih aman daripada melakukan transaksi melalui mesin ATM. Karena melakukan transaksi melalui teller bank apabila ada kesalahan, teller bank dapat langsung mengetahuinya dan akan langsung segera diurus. Sehingga resiko yang dialami oleh nasabah pun sangat kecil. Sehingga dengan demikian dapat terjadilah interaksi antara nasabah bank dengan teller bank dimana nasabah bank mempercayakan transaksi tunai kepada teller bank, dan teller bank pun siap membantu para nasabah untuk mengurusnya. Sehingga keterlekatan pun dapat terjadi. Sedangkan melakukan transaksi melalui mesin ATM dengan keunggulannya adalah dapat melakukan transaksi tunai dimana saja dan kapan saja, namun mesin ATM juga memiliki resiko yang besar. Apabila terjadi pembobolan ATM atau kartu ATM tertelan maka sangat merugikan nasabah bank. Karena itu sangat membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk memprosesnya. Disini nasabah melakukan transaksi dengan mesin. Tidak ada satu teller bank pun yang membantu mengurusnya apabila terjadi kartu ATM yang tertelan.
Keamanan dalam melakukan transaksi tunai menurut nasabah bank itu adalah hal yang terpenting. Dan satu – satunya cara adalah melakukan transaksi tunai melalui teller bank. Terutama nasabah yang melakukan transaksi tunai dalam jumlah besar. Walaupun sebagian besar mereka lebih memilih melakukan transaksi tunai melalui mesin ATM karena lebih cepat dan dapat dijangkau dimana saja, namun apabila nasabah bank tersebut melakukan transaksi tunai dalam jumlah besar, mereka melakukan transaksi melalui teller bank karena jauh lebih aman. Mereka bersedia mengantri untuk melakukan transaksi tunai dalam jumlah besar. Pengaruh Nyaman Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank Ketiga adalah Pengaruh Nyaman Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank. Menurut Kasmir (2004) dalam Wardani (2013:2) nasabah umumnya mempunyai perilaku bangga apabila dilayani secara baik oleh petugas bank, untuk itu harus menjadikan pelayanan sebagai alat untuk menarik nasabah, sehingga tugas bank adalah mempelajari apa yang diinginkan nasabah, bagaimana perilaku nasabah dan bagaimana cara melayani nasabah dengan baik. Dalam melayani nasabah, pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan etiket perbankan yaitu tata cara melayani nasabah dengan baik. Bank juga harus memiliki fasilitas untuk menunjang kenyamanan nasabah dalam menabung dan melaksanakan transaksi dengan bank tersebut. Setiap bank harus dapat menyediakan berbagai macam fasilitas yang dapat memudahkan nasabahnya dalam melakukan transaksi serta dapat memberikan tingkat kepuasan kepada mereka. Tersedianya fasilitas-fasilitas yang menunjang kelancaran dalam transaksi, nasabah tentunya akan merasa puas dan akan terus menggunakan jasa bank tersebut. Oleh karena itu tersedianya fasilitas yang memudahkan nasabah akan dapat mempengaruhi nasabah dalam memilih bank sebagai tempat menabung (Sugiarto, 1999:26). Nyaman disini adalah rasa suka dan rasa senang yang dirasakan oleh nasabah bank dengan melakukan suatu transaksi tunai. Apabila nasabah bank melakukan transaksi tunai dan nasabah bank merasa nyaman dengan pelayanan teller bank yang memuaskan, maka nasabah tersebut akan melakukan transaksi tunai lagi di teller bank tersebut. Dalam hal ini nasabah bank merasa nyaman dalam melakukan transaksi tunai sangat penting bagi bank tersebut. Karena dengan nasabah bank sudah merasa nyaman dengan pelayanan bank, maka bank tersebut sudah berhasil dalam memberikan pelayanannya. Sehingga akan banyak nasabah bank yang tertarik dan akan memiliki tabungan di bank tersebut. Pelayanan bank disini adalah dengan ramahnya teller bank, tidak mengantri lama atau cepat untuk melakukan transaksi tunai, dan lain – lain. Ternyata menurut nasabah bank dalam responden bahwa mereka merasa nyaman apabila tidak mengantri atau menunggu lama untuk melakukan transaksi tunai. Mereka lebih nyaman apabila transaksi tunai lebih cepat / efisien waktu. Jadi tidak dengan datang ke bank, mengambil nomor antrian menunggu sesuai nomor antri, dan kemudian dipanggil untuk melakukan transaksi tunai. Sehingga melakukan transaksi tunai dengan nyaman apabila melakukan transaksi tunai di mesin ATM. Karena bisa dijangkau kapan saja dan dimana saja. Selain itu, tidak perlu membawa uang banyak didalam dompet. Hanya secukupnya saja. Dan apabila mereka melakukan pembelanjaan dan uang yang dibutuhkan lebih banyak maka mereka tidak perlu khawatir. Hanya mencari ATM terdekat di dalam mall dan mereka dapat melakukan transaksi tunai saat itu juga. Sehingga tidak perlu datang ke bank. Selain itu pada saat hari besar atau hari libur, mereka bisa melakukan transaksi tunai melalui mesin ATM terdekat. Sehinga, nyaman yang dimaksud para nasabah bank saat ini adalah dengan cepatnya proses transaksi dan terjangkau kapan saja dan dimana saja ada. Pengaruh Pendapatan Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank Keempat adalah Pengaruh Pendapatan Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: p955) dalam Dewi (2009) “pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal entitas selama suatu periode, jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Pendapatan memiliki banyak nama seperti sales, feess, interest,dividens, and royalities. Menurut Keynes dalam Dewi (2013), konsumsi yang dilakukan oleh satu orang dalam perekonomian akan menjadi pendapatan untuk orang lain pada perekonomian yang sama. Sehingga apabila seorang memberika uangnya, ia membantu meningkatkan pendapatan orang lain. Siklus ini terus berlanjut dan membuat perekonomian dapat berjalan secara normal. Dalam hal ini pendapatan adalah dimana adanya aliran dana (kas) yang terjadi dari satu pihak ke pihak yang lain dalam satu bulannya. Dimana pendapatan tersebut akan digunakan untuk konsumsi dan ditabung ke dalam bank. Sehingga apabila pendapatan tiap bulan nasabah bank semakin tinggi maka mobilitas hidup mereka semakin tinggi. Dimana mereka semakin sibuk dan hanya punya sedikit waktu pergi ke bank untuk melakukan transaksi tunai. Sehingga mereka yang memiliki pendapatan tinggi akan melakukan transaksi melalui mesin ATM untuk efisiensi waktu dan tempat. Dan nasabah bank yang berpendapatan rendah melakukan transaksi melalui teller bank karena apabila menggunakan kartu ATM maka akan menjadi boros sehingga uang mereka di bank bisa cepat habis. Maka dari itu nasabah bank yang berpendapatan rendah tidak melakukan transaksi tunai di mesin ATM. Ternyata nasabah bank dalam responden yang berpenghasilan kecil maupun yang berpenghasilan besar tetap melakukan transaksi tunai di mesin ATM. Sehingga nasabah bank yang berpenghasilan kecil tetap lebih memilih melakukan transaksi tunai melalui mesin ATM karena lebih efisien waktu dan dapat dijangkau dimana saja. Pengaruh Usia Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank Kelima adalah Pengaruh Usia Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank. Usia Terhadap Keterlekatan Tindakan Ekonomi Transaksi Tunai Nasabah Bank. Menurut Putri (2012: 31) penduduk Indonesia termasuk dalam struktur umur muda, ini dapat dilihat dari bentuk piramida penduduk Indonesia. Meskipun pertambahan penduduk dapat ditekan tetapi penawaran tenaga kerja semakin tinggi karena semakin banyaknya penduduk yang memasuki usia kerja, dengan demikian penawaran tenaga kerja juga akan bertambah. Usia produktif atau usia kerja adalah usia ketika seseorang masih mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu. Menurut Payaman Simanjuntak (1998) dalam Dewi (2012: 31), umur mempunyai hubungan terhadap responsibilitas seseorang akan penawaran tenaga kerjanya. Semakin meningkat umur seseorang semakin besar penawaran tenaga kerjanya. Sedangkan selama masih dalam usia produktif, semakin tinggi usia seseorang semakin besar tanggung jawab yang harus ditanggung. Meskipun pada titik tertentu penawaran akan menurun seiring dengan usia yang bertambah tua. Dalam hal ini usia adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan di dunia. Usia diukur dalam satuan tahunan. Diamana usia ada yang muda, dewasa, dan tua. Semakin bertambahnya tahun teknologi semakin modern. Dimana dahulu mesin ATM peratma kali muncul sangat susah sekali digunakan. Tidak semudah sekarang. Dan juga tidak tersebar dimana – mana. Karena mesin ATM zaman sekarang dapat digunakan dengan mudah maka nasabah bank yang berusia muda saja yang mengerti cara menggunakan mesin ATM. Dan nasabah bank yang berusia tua karena belum berpengalaman menggakan mesin ATM dan pada zaman dahulu tidak ada mesin ATM maka nasabah bank yang berusia tua bertransaksi tunai melalui teller ATM atau hanya menyimpan uang mereka di dalam rumah saja. Dan ada juga nasabah bank dengan usia yang sudah tua juga takut untuk melakukan transaksi tunai melalui mesin ATM karena takut salah tekan atau kartu tertelan. Ternyata saat ini teknologi dapat diterima oleh siapa saja dan oleh yang tua maupun yang muda. Mesin ATM sudah ada sekitar 20 tahun lamanya, namun dahulu mesin ATM sangat terbatas dan sangat susah untul digunakan oleh para nasabah bank. Sehingga jarang atau bahkan tidak ada yang menggunakan mesin ATM tersebut. Namun sekarang teknologi semakin canggih dan mesin
ATM dibuat semudah mungkin dan senyaman mungkin agar para nasabah bank yang muda maupun tua dapat mempelajari dan menggunakannya.
E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis terhadap data penelitian yang dilakukan dengan menggunakan binary logistic regression dapat ditarik kesimpulan bahwa Keterlekatan tindakan ekonomi transaksi tunai oleh nasabah bank (studi kasus Bank BRI Cabang Martadinata malang) adalah keterlekatan lemah. keterlekatan lemah adalah lemahnya atau kecilnya interaksi yang terjadi dalam individu saat melakukan tindakan ekonomi. Adapun alasannya adalah dalam hal ini para nasabah ternyata lebih menyukai bertransaksi melalui mesin ATM daripada melalui teller yaitu nasabah merasa lebih nyaman. Kemudian tetap merasa aman, lebih cepat dan sangat efisien karena mudah di jangkau kapan saja dan dimana saja. Dan yang terakhir adalah variabel aman berpengaruh secara signifikan terhadap keterlekatan tindakan ekonomi transaksi tunai oleh nasabah bank. Dan variabel komunikasi, nyaman, pendapatan, dan usia tidak berpengaruh signifikan terhadap keterlekatan tindakan ekonomi transaksi tunai oleh nasabah bank. Saran Dengan dapat diterimanya bahwa nasabah bank untuk zaman saat ini lebih memilih melakukan transaksi tunai melalui mesin ATM dikarenakan dapat dijangkau dimana saja dan kapan saja. Sehingga saran dari peneliti adalah bank harus menambah lebih banyak fasilitas ATM dan kemudian disebar di mana saja agar nasabah bank dapat menjangkau lebih dekat dan lebih cepat. Kemudian teknologi fitur ATM harus dipermudah. Karena ternyata nasabah bukan dari kalangan muda saja namun kalangan tua pun juga lebih memilih menggunakan transaksi tunai melalui mesin ATM.
DAFTAR PUSTAKA Boediono. 1980. Teori Moneter. Yogyakarta: BPFE. Damsar. 2011.Pengantar Sosiologi Ekonomi. Edisi revisi. Jakarta: Prenada Media Group. Dewi, Mery Kusuma. 2009. Pengaruh Intensitas Komunikasi, Lama kerja, Dan Pelatihan Terhadap Peningkatan Produktivitas Agen Asuransi. Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya. Malang. Fitri. 2010. Presepsi Masyarakat Penabung Dalam Menentukan Pemilihan Antara Bank Syariah Dan Bank Konvensional (Studi kasus pada Perum. Dosen dan Karyawan POLTEKNES Surabaya Selatan). Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi & Bisnis. Universitas Brawijaya. Malang. Kafi, Dliyauddin. 2013. Tindakan Ekonomi Dan Keterlekatan Pondok Pesantren Dengan Santri Karyawan (Studi kasus Santri Karyawan yang Bekerja Pada Unit Usaha AIDRAT, di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Banjaranyar, Paciran, Lamongan). Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Brawijaya. Malang. Kasmir. 2002. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi keenam.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Masruhin. 2013. Kompetensi Kerja Calon Sarjana Menurut Kebutuhan Pasar Tenaga Kerja (Studi kasus Mahasiswa Akuntansi UB T.A 2009). Jurusan Ilmu Ekonomi. Universitas Brwaijaya. Malang. Mulyani, Indah. 2008. Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa Perbankan Terhadap Kepuasan Nasabah (Studi pada Nasabah Bank X Cabang Malang). Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya. Malang. Nanda, Ramadya Angan. 2013. Keterlekatan Tindakan Ekonomi Pelaku Usaha Mikro Terhadap Rentenir (studi kasus pedagang Pasar Merjosari Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Brawijaya. Malang. Nophirin. 1992. Ekonomi Moneter Buku 1. Edisi ke 4. Yogyakarta: BPFE. Nazir, Moh Ph. D. 2003. Metode Penelitian. Edisi kelima. Jakarta: Gahalia Indonesia. Putri, Nadia Maharani. 2012. Analisis Penawaran Tenaga Kerja Wanita Menikah Dan Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Brebes. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang. Rahardjo, Budi. 2001.Aspek Teknologi Dan Keamanan Dalam Internet Banking. Version 1. PT INDOCISC.-Rahmadhania, Citra. 2013. Analisis Pendapatan Para Migran Sektor Informal Untuk Bertahan Hidup (studi kasus pedagang Berstatus Migran di Kota Malang). Jurusan Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya. Malang. Rambat, Lupiyoadi. 2013. Manajemen Pemasaran Jasa Berbasis Kompetensi. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. Salvatore, Dominick.1992. Teori Mikro Ekonomi. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga. Sasanti, Yunita Titi. 2013. Adaptasi Dalam Komunikasi Antarbudaya (Studi pada Individu Dewasa Muda Perempuan Yang Berpacaran Jarak Jauh Dengan Pria Eropa). Jurusan Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Brawijaya. Malang. Sentosa, Karuniawati Putri. 2011. Pengaruh Kualitas Pelayanan Menggunakan Sistem On Line Terhadap Kepuasan Nasabah (Studi pada Nasabah Bank BCA Cabang Pembantu Batu Malang). Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya. Malang. Sudarman M.Ec, Drs. Ari. 1992. Teori Ekonomi Mikro. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Tri Ratnasari, S.E., M.Si, Ririn & H. Aksa, S.IP., Mastuti. 2011. Manajemen Pemasaran Jasa. Bogor: Ghalia Indonesia. Wardani, Aisya. 2013. Pengaruh Kepercayaan, Pelayanan, dan Fasilitas Bank Terhadap Perilaku Menabung (Studi Pada Nasabah Bank Purworejo). Manajemen. Widarjono, Agus. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Edisi Pertama. Yogyakarta: STIM YKPN Wiratha, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta : C.V Andi Offset