BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Skripsi Dio Pratama, Universitas Mulawarman, Samarinda 2012 Dalam penelitiannya yang berjudul “Eksploitasi Tubuh Perempuan Dalam Film Air Terjun Pengantin (Analisis Semiotika Roland Barthes)”. Bertujuan untuk menganalisis bagaimana makna dan tanda terhadap eksploitasi tubuh perempuan dalam film Air Terjun Pengantin. Apakah mereka setuju film horor ini merupakan film horor yang menghibur serta menganggap bahwa semua adegan yang mengekploitasi tubuh perempuan di dalamnya termasuk hal wajar. Atau justru mereka menganggap bahwa Air Terjun Pengantin merupakan film horor yang sarat dengan eksploitasi tubuh perempuan. Skripsi ini memiliki metode analisis yang sama dengan skripsi penulis dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Hasil analisis dalam film Air Terjun Pengantin tampak jelas denotasi pada scene pertama, memperlihatkan Lilo memeluk sambil mencium pacarnya Tiara dari belakang dengan mata Tiara terpecam bibir yang agak terbuka serta baju yang terbuka dibagian pundak dan mengarahkan badannya bersandar.
Sedangkan
mata
Lilo
terpecam pada saat mencium Tiara. Makna konotasi dari adegan tersebut terlihat memanfaat situasi dari ketakutan untuk merubahnya keadaan terlindungi, dengan melakukan ciuman,
baik dari laki-laki
dan perempuan menikmati dengan apa
yang mereka lakukan,mencium rambut menunjukkan pengorbanan dengan sepenuh hati, apapun yang diinginkan pasangannya akan diberikan semaksimal mungkin. Jika Tuhan mengizinkan seluruh hidupnya akan dikorbankan untuk pasangannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kesimpulan yang di dapat bahwa Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis menyimpulkan data berupa rangkaian scene dalam film Air Terjun Penganti dengan mencari eksploitasi tubuh perempuan dalam film “Air Terjun Pengantin” yakni makna denotasi dan konotasi yang dianggap bahwa eksploitasi tubuh perempuan dalam film “Air Terjun Pengantin” terlihat eksploitasi secara fisik dan non fisik, secara fisik ditunjukkan dengan adanya shot-shot yang mengeksplor beberapa bagian tubuh tertentu seperti bibir, dada, pundak, dan pinggul, serta bahkan menampilakan ciuman dengan bahasa tubuh dan ekspresi yang menunjang terbentuknya citra yang tidak pada film tersebut. Sedangkan secara non fisik ditunjukkan dengan menampilkan perempuan dalam berbagai karakter (realitas kedua) seperti mudah tergoda laki-laki, seksi, dan agresif. Film ini menampilkan sebuah realitas kehidupan dengan berlibur tentang gambaran gaya hidup perempuan zaman sekarang dengan balutan pakaian model wanita yang cenderung terbuka yakni bikini, tatanan rambut, dan juga teknik pengambilan gambar yang cenderung eksplor (close up up) terhadap beberapa bagian tubuh tertentu (bibir, dada, pundak, dan pinggul, serta adegan ciuman) dan penggunaan sudut pengambilan gambar high angle yang menunjuk perempuan sebagai objek pandang dalam hal ini bagi laki-laki. 2.1.2 Skripsi Tri Heri Kurniawan , Universitas Muhammadiyah, Surakarta, 2013 Dalam penelitiannya yang berjudul “Eksploitasi Tubuh Suster dalam Film Bangkitnya Suster Gepeng” Bertujuan
untuk
menganalisis Bagaimana
kecenderungan eksploitasi tubuh perempuan yang berperan sebagai suster dalam Film Bangkitnya Suster Gepeng. Skripsi ini memiliki konsep yang sama dengan skripsi penulis yang ingin merepresentasikan eksploitasi namun dalam film dan objek yang berbeda.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Mengangkat tema hampir sama dengan skripsi penulis yang cukup sensitif yaitu tentang eksploitais dalam dunia perfilman sangat sulit untuk di angkat, karena mungkin bisa menuai kontrofersi dari berbagai khalayak bila pengemasannya tidak sesuai dengan realita yang ada. Sifat penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu kejadian sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah semiotika.
Semiotika adalah
suatu ilmu atau metode analisis yang mengkaji tentang tanda. Tanda -tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini di tengah tengah manusia bersama-sama manusia. Dengan menggunakan triangle of meaning dari Charles Sanders Peirce, peneliti ingin mencari tahu bagaimana Toleransi Agama dan Budaya di representasikan pada film ini. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada banyak terdapat adegan yang mengeksploitasi tubuh perempuan. Kemunculan variabel eksploitasi dihitung dalam satuan pengkodian menggunakan babak atau rangkaian adegan yang didefinisikan sebagai kesatuan dalam sebuah kejadian yang sama. dalam setiap babak, yang dicatat dalam lembar koding yaitu adegan, setting cerita, dan pakaian yang menonjolkan unsur eksploitasi tubuh perempuan, dan dihitung secara ada atau tidaknya dalam setiap adegan yang mengandung unsur-unsur tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.1.3 Skripsi Permata Putri Pertiwi, Universitas Dipenegoro, Semarang 2012 Dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“Interpretasi Khalayak Terhadap
Eksploitasi Tubuh Perempuan dalam Film Horor Suster Keramas”. Bertujuan untuk menganalisis bagaimana pemaknaan khalayak terhadap eksploitasi tubuh perempuan dalam film horor Suster Keramas. Apakah mereka setuju film horor ini merupakan film horor yang menghibur serta menganggap bahwa semua adegan yang mengekploitasi tubuh perempuan di dalamnya termasuk hal wajar. Atau justru mereka menganggap bahwa Suster Keramas merupakan film horor yang sarat dengan eksploitasi tubuh perempuan. Skripsi ini memiliki metode analisis yang sama dengan skripsi penulis dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Hasil analisis dalam Suster Keramas tampak jelas perempuan ditampilkan menonjol daripada penampilan laki-laki. Penonjolan fisik tubuh perempuan ini digunakan untuk mengemas suatu sensualitas. Sensualitas yang digunakan bertujuan sebagai strategi kreatif untuk menarik perhatian khalayak. Secara umum konsep sensualitas itu sendiri berkaitan dengan ketertarikan-ketertarikan fisik, memberikan kesenangan untuk indra fisik, terutama kenikmatan seksual. Kesimpulan
yang
di
dapat bahwa dalam setiap sequence yang ditampilkan sudah terlihat makna denotatif, sedangkan pada makna konotatif dapat terlihat dari proses pengambilan sebuah gambar, mulai dari teknik videografi sampai pada arti sensualitas tubuh yang dapat menimbukan makna tertentu pada setiap sequence yang ada. Mitos dapat terlihat setelah makna dari konotasi di temukan pengaruh ideologi lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Film Pada Sub bab ini, peneliti akan memaparkan tentang pengertian film dan unsur-unsur film, Peneliti bertujuan untuk memberikan suatu pemahaman bagi pembaca skripsi ini sehingga nantinya skripsi ini menjadi karya yang bermanfaat bagi kepentingan akademi khususnya dalam sebuah penelitian yang berhubungan dengan sebuah film. 2.2.1.1 Pengertian Film Film sering juga disebut sebagai gambar hidup (motion pictures pictures), yang merupakan serangkaian gambar diam (still picture) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehinga menimbulkan kesan hidup dan bergerak.Film lebih dahulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton bioskop ini menjadi aktivitas popular bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an.1 Film atau gambar bergerak adalah bentuk domain dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Film merupakan karya seni yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang- orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna.Film ditemukan dari hasil penggambaran prinsip- prinsip fotografi dan proyektor.2 Film merupakan salah satu bentuk media massa elektronik yang sangat besar pengaruhnya kepada komunikan, dampak yang ditimbulkan bisa positif atau negative. Jadi fungsi media massa dan tugas media massa harus benar- benar diperhatikan oleh !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"#$%&'()*!+),&('-*!,('!./0&(-&!#),&'(1(2!"#$%&'()&*+())(*,$(-$*./%0(%-(12!3(',/'45!678(9(!
6*:,(0()1(2!;<<=2!>($5!"?@! ;AB&,2!>($5!"@?!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
komunikator, apalagi komunikator yang menggunakan media massa elektronik. Film misalnya dalam meyampaikan pesan- pesan komunikasi, sangat berpengaruh terhadap komunikan.3 2.2.1.2 Unsur- Unsur Film Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk memebentuk sebuah film. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur sinematik atau juga sering diistilahkan gaya sinematik merupakan aspek- aspek teknis pembentuk film : a. Unsur Naratif Setiap cerita apapun bentuknya dan seberapapun pendeknya pasti mengandung unsur naratif. Dalam film yang termasuk unsur naratif yaitu:4 1. Cerita dan Plot Cerita adalah rangkaian peristiwa baik tersaji dalam film maupun tidak.Plot adalah rangkaian peristiwa baik yang disajikan secara visual maupun audio dalam film. 2. Hubungan naratif dengan ruang Hukum kausalitas merupakan dasar dari naratif yang terikat dalam sebuah ruang.Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya ruang.Ruang adalah tempat dimana para pelaku cerita bergerak dan beraktifitas.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
?!C(87:!D*'(E*2!2(1(*+/%03(4(-&*,/5$(3*6&7#2!F(1(:('!G&-)(2!"HII2!>($5!?=!
@!>&8(J('!K)(-&:-(2!+/#(3(#&*6&7#*2/-('(%*!/*82!F*41(0()-(5!>*87)&('!K/:-(0(2!;<
>($!@?M=@!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Hubungan naratif dengan waktu Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya unsur waktu.Terdapat beberapa aspek waktu yang berhubungan dengan naratif sebuah film, yakni urutan waktu, durasi waktu, dan frekuensi waktu. 4. Batasan informasi cerita Batasan informasi cerita dalam sebuah film terbagi menjadi dua jenis yakni: a. Pencitraan terbatas ((Restricted Narration Narration)) Informasi cerita dibatasi dan terikat hanya pada satu orang karakter saja b. Pencitraan tak terbatas (Omniscient Narration) Informasi cerita yang tidak terbatas hanya pada satu karakter saja. 5. Elemen pokok naratif Elemen pokok naratif terdiri dari pelaku cerita, permasalahan dan konflik, serta tujuan. 6. Pola struktus naratif Pola struktur naratif dalam film secara umum di bagi menjadi tiga yakni, permulaan, pertengahan, dan penutup. 7. Struktur tiga babak Model struktur naratif yang paling lama, popular, serta berpengaruh sepanjang sejarah film.Yang terdiri dari persiapan, konfrontasi, resolusi. 8. Alternatif struktur tiga babak Pola struktur naratif memiliki kemungkinan yang tidak terbatas.Struktur tiga babak hanyalah satu dari sekian banyak metode yang bisa ditepatkan dalam struktur naratif film, diantaranya adalah multi- plot, naratif realistic, serta pola non linier dan unsur sinematik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Unsur sinematik dalam film terdiri dari:5 1. Mise-en-scene: hal- hal yang ditampilkan atau terlihat di layar film. Elemen yang termasuk dalam mise en scene adalah: a. Setting Setting adalah seluruh latar bersama segala propertinya.Properti dalam hal ini adalah benda tidak bergerak seperti perabot, pintu, jendela, kursi dan sebagainya. b. Kostum dan tat arias wajah ( Make Up) Kostum adalha segala hal yang dikenakan pemain bersama seluruh aksesorisnya. Sedangkan tat arias wajah memiliki fungsi untuk menunjukkan usia dan untuk menggambarkan wajah non- manusia. c. Pencahayaan ((Lighting (Lighting)) Cahaya dalam film berfungsi untuk membentuk sebuah benda serta dimensi ruang. d. Performance para pemain dan pergerakannya ((Acting (Acting)) Karakter merupakan pelaku cerita yang memotivasi naratif dan selalu bergerak dalam melakukan sebuah aksi dengan memunculkan ekspresi.Hal ini lebih ditekankan pada hal body language atau komunikasi non verbal yang ditampilkan pemeran dalam film tersebut. 2. Mest En Shot (Sinematografi): memfokuskan pada teknis pengambilan gambar sebuah film. Hal- hal yang termasuk dalam mest en shot: a. Framing Framing merupakan kunci utama dalam sinematografi, yang bagaimana sebuah gambar itu terlihat baik dalam pembingkaian di layar kamera atau film. Framing memiliki hubungan kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wajah wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera, dan seterusnya. !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
=!N(-O('!+B)(8:P!A('!37$$P!,('!C('!Q,)&:2!,-$94&%0*:3/*+/9&(;*,-$94&%0*6&7#2!N7J!F*)05!RST*),!
Q'&%7):&-1!K)7::P!A'E2!;<<"2!>($5!H?M"";!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Shot Size (ukuran pengambilan gambar) Shot size tidak terlepas dari peran framing. Shot size juga memiliki kedekatan hubungan dengan unsur naratif yang ada dalam sebuah film. Macam- macam shot size Antara lain: extreme long shot (ELS), long shot (LS), close up (CU), dan lainnya. c. Durasi Gambar Mencakup lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera. d. Pergerakan Kamera Hal-- hal yang termasuk dalam pergerakan kamera: crane shot (pergerakan kamera menggunakan crane), pan shot (pergerakan kamera secara horizontal, ke kanan dan kiri dalam lokasi yang tetap), tilt shot (pergerakan kamera secara vertical, ke atas dan bawah, dalam lokasi yang sama), tracking shot (pergerakan secara horizontal juga, tetapi berpindah lokasi dengan menggunakan alat dolly ayng berjalan di atas rel). depth of field field) e. Sudut kamera (camera angle) dan ketajaman gambar (depth 3. Editing Proses pemilihan serta penyambungan gambar- gambar yang telah diambil. Mencakup teknik- teknik yang digunakan untuk menghubungkan tiap shot-nya. Sounds) 4. Suara (Sounds) Segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indra pendengaran baik dialog, musik, dan efek suara. Sebuah audio akan memberikan banyak informasi, membantu penonton mengikuti alur cerita dan menjelaskan apa yang ditampilkan di dalam layar film. Dengan harapan apa yang ingin diberikan di dalam film bisa sampai ke penonton. Secara teori suara dalam film terbagi menjadi dua, yakni:
a. Diegetic sounds adalah suara utama atau suara asli dalam film, yaitu dialog pemeran dan suara atmosfer dalam film
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Non Diegetic sounds adalah suara yang berasal dari luar unsur narasi film, yakni music (backsound), efek suara dan narasi (voice over) 2.2.1.3 Karakteristik Film Faktor- faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah:6 1. Layar yang luas dan lebar Film dan televisi sama- sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang ukurannya luas. Layar film yang luas telah memberikan keleluasan penontonnya untuk melihat adegan- adegan yang disajikan dalam film.Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi, layar film di bioskop- bioskop pada umumnya sudah tiga dimensi, sehingga penonton seolah- olah melihat kejadian nyata dan tidak berjarak. 2. Pengambilan gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau ekstreme long shot dan panoramic shot, yakni penggambilan pemandangan menyeluruh. Shot tersebut diapakai untuk memeberi kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya, sehingga film menjadi lebih menarik. 3. Konsenterasi penuh Ketika kita menonton bioskop, kita semua terbebas dari gangguan hiruk pikuk suara di luar karena biasanya ruangan kedap suara.Semua mata hanya tertuju pada layar, sementara pikiran dan perasaan kita tertuju pada alur cerita. 4. Indentifikasi psikologis
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
U#$%&'()*!+),&('-*!,('!./0&(-&!#),&'(1(2!"#$%&'()&*+())(*,$(-$*./%0(%-(12!3(',/'45!678(9(!
6*:,(0()1(2!;<<=2!>($5!"?@!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Karena penghayatan kita amat mendalam, seringkali secara tidak sadar kita menyamakan (mengidentifikasi) pribadi kita dengan salah seorang pemeran film itu, sehingga seolah- olah kita lah yang sedang berperan.Gejala tersebut menurut ilmu jiwa sosial disebut dengan identifikasi psikologis.
2.2.1.4 Genre Film Genre film secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yakni, genre induk primer dan genre induk sekunder.Genre- genre induk ini merupakan landasan utama bagi pengembangan genre- genre yang kecil (khusus) dibawahnya. Masingmasing genre tersebut memiliki karakteristik serta pola dasar yang berbeda- beda.7 a. Genre Induk Primer Genre induk primer merupakan genre- genre pokok yang telah ada dan popular sejak awal perkembangan sinema era 1900-an hingga 1930-1n. 1. Aksi Film-- film aksi berhubungan dengan adegan- adegan aksi fisik seru, menegangkan, berbahaya, nonstop dengan cerita yang cepat.Film aksi umunya berisi adegan aksi kejar- mengejar, perkelahian, tembak- menembak, balapan, berpacu dengan waktu, ledakan, dan aksi- aksi fisik lainnya. 2. Drama Film drama umumnya berhubungan engan tema, cerita, setting, karakter, serta suasana yang memotret kehidupan nyata.Konflik bisa dipicu oleh lingkungan, diri sendiri maupun alam.Kisahnya sering kali menggugah emosi, dramatik, dan mampu menguras air mata penontonnya. !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
I!>&8(J('!K)(-&:-(2!+/#(3(#&*6&7#*2/-('(%*!/*82!F*41(0()-(5!>*87)&('!K/:-(0(2!;<
($!";!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Epic Sejarah Genre ini umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah) dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi mitos, legenda atau kisah biblikal. 4. Fantasi film fantasi berhubungan dengan tempat, peristiwa, serta karakter yang tidak nyata. Film fantasi berhubungan dengan unsur magis, mitos, negeri dongeng, imajinasi, halusinasi, serta alam mimpi.Film fantasi juga terkadang berhubungan dengan aspek religi. 5. Fiksi Ilmiah Fiksi ilmiah berhubungan dengan masa depan, perjalanan angkasa luar, percobaan ilmiah, penjelajahan waktu, invasi, atau kehancuran bumi. Fiksi ilmiah sering kali berhubungan dengan teknologi dan kekuatan yang berada di luar jangkauan teknologi masa kini serta berhubungan dengan karakter non manusia atau artifisal. 6. Horor Film horor memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut, kejutan, serta teror yang mendalam bagi penontonnya.Plot film horor umunya sederhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat dan biasanya berhubungan dengan dimensi supranatural atau sisi gelap manusia. 7. Komedi Film komedi adalah jenis film yang tujuan utamanya memancing tawa penontonnya.Film komedi biasanya berupa drama ringan yang melebih- lebihkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
aksi, situasi, Bahasa, hingga karakternya.Film komedi juga biasanya berakhir dengan penyelesaian cerita yang memuaskan (happy ending). 8. Kriminal dan Gangster Film kriminal dan gangster berhubungan dengan aksi- aksi kriminal seperti, perampokan bank, pencurian, pemerasan, perjudian, pembunuhan, persaingan antar kelompok, serta aksi kelompok bawah tanah yang bekerja di luar system hukum.Sering kali genre ini mengambil kisah kehidupan tokoh kriminal besar yang di inspirasi dari kisah nyata. 9. Musikal Genre musikal adalah film yang mengkombinasi unsur musik, lagu, tari (dansa), serta greak (koreografi).Lagu- lagu dan tarian biasanya mendominasi sepanjang film dan biasanya menyatu dengan cerita. 10. Petualangan Film petualangan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi ke satu wilayah asing yang belum pernah tersentuh. Plot film umumnya seputar pencarian sesuatu yang bernilai seperti harta karun, artefak, kota yang hilang, mineral (emas dan berlian) dan sebagainya. 11. Perang Genre perang mengangkat tema ke’ngeri’an serta terror yang ditimbulkan oleh aksi perang.Tidak seperti epic sejarah, perang umumnya menampilkan adegan pertempuran dengan kostum, peralatan, perlengkapan, serta strategi yang relative modern.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12. Western Western adalah genre orisinil milik Amerika.Genre ini memiliki beberapa ciri karakter tema serta fisik yang sangat spesifik. Setting seringkali menampilkan kota kecil, bar, padang gersang,sungai, rel kereta api, pohon kaktus, peternakan serta perkampungan suku indian. Western memiliki karakter yang khas seperti koboi, indian, kavaleri, sheriff dan lain- lain. b. Genre Induk Sekunder Genre induk sekunder adalah genre- genre besar dan popular yang merupakan perkembangan atau turunan dari genre induk primer 1. Bencana Film-- film bencana (disaster) berhubungan dengan tragedy atau musibah baik skala besar maupun kecil yang mengancam jiwa banyak manusia.Film bencana terbagi menjadi dua jenis, bencana alam dan bencana buatan manusia.Bencana alam adalah aksi bencana yang melibatkan kekuatan alam yang merusak dalam skala besar seperti angin
topan,
serta
serangan
hewan
atau
binatang
seperti
virus,
dan
sebagainya.Sedangkan bencana buatan manusia umunya berhubungan dengan tindakankriminal atau factor ketidak ssengajaan manusia seperti aksi terorisme, kecelakaan pesawat terbang, kebocoran reaktor nuklir dan sebagainya. 2. Biografi Biografi (sering dikisahkan biopic: biografi picture) secara umum merupakan perkembangan dari genre drama dan epik sejarah.Film biografi menceritakan penggalan kisah nyata atau kisah hidup seorang tokoh berpengaruh dimasa lalu maupun kini. Umunya menggambarkan kisah berupa suka duka perjalanan hidup sang tokoh atau keterlibatan sang tokoh dalam sebuah peristiwa besar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Detektif Genre detektif merupakan pengembangan dari genre criminal dan gangster.Inti cerita umumnya berpusat pada sebuah kasus criminal pelik yang belum pernah terselesaikan.Sang tokoh biasanya seorang detektif atau polisi.Alur ceritanya sulit diduga serta penuh dengan misterius. 4. Film noir Film noir (:noa) yang bermakna gelap merupakan turunan dari genre criminal dan gangster. Film noir merupakan genre dengan pendekatan sinematik yang paling unik ketimbang genre lain. Tema selalu berhubungan dengan tindak criminal seperti pembunuhan, pencurian, serta pemerasan.Alur ceritanya penuh misteri, sulit ditebak, serta kadang membingungkan.Film noir juga seering menggunakan penuturan kilas balik serta narrator. 5. Melodrama Melodrama merupakan pengembangan dari genre drama yang sering diistilahkan opera sabu atau film “cengeng” (menguras air mata).Melodrama menggunakan cerita yang mampu menggugah emosi penonton secara mendalam dengan dukungan unsur “melodi” (ilustrasi music)
6. Olahraga Film olahraga mengambil kisah seputar aktifitas olahraga, baik atlet, pelatih, agen maupun ajang kompetisinya sendiri.Film olahraga biasanya diadaptasi dari kisah nyata baik biografi maupun sebuah peristiwa olahraga besar. 7. Perjalanan Genre perjalanan atau sering di istilahkan road films merupakan genre khas milik Amerika yang sangat popular di era klasik. Film perjalanan sering bersinggungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan genre aksi, drama, serta petualangan.Biasanya mengisahkan perjalanan darat (umumnya menggunakan mobil). 8. Roman Roman seperti halnnya melodrama merupakan pengembangan dari drama.Film roman lebih memusatkan cerita pada masalah cinta, baik kisah percintaannya sendiri maupun pencarian cinta sebagai tujuan utamanya. 9. Superhero Superhero adalah sebuah genre fenomenal yang merupakan perpaduan Antara genre fiksi ilmiah, aksi, serta fantasi. Film superhero adalah kisah klasik perseteruan Antara sisi baik dan sisi jahat, yakni kisah kepahlawanan sang tokoh super dalam membasmi kekuatan jahat. Karakter superhero memiliki kekuatan serta kemampuan fisik maupun mental jauh diatas manusia rata- rata. 10. Supernatural Film-- film supernatural berhubungan dengan mahluk- mahluk gaib seperti hantu, roh halus, keajaiban, serta kekuatan mental seperti membaca pikiran, masa depan, masa lalu, telekinetis dan lainnya. 11. Spionase Spionase atau agen rahasia adalah salah satu genre popular kombinasi Antara genre aksi, petualangan, thriller, serta politik, dengan karakter utama seorang mata- mata atau agen rahasia. 12. Thriller Film thriller memiliki tujuan utama memberi rasa ketegangan, penasaran, ketidak pastian, serta ketakutan pada penonton. Alur ceritanya sering kali berbentuk aksi nonstop, penuh misteri, kejutan, serta mampu mempertahankan intensitas ketegangan hingga klimaks filmnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2.1.5 Jenis Film Film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film dokumenter, dan film kartun8 1. Film Cerita film cerita (story film), adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazimnya dibintangi oleh bintang- bintang tenar. Cerita diangkat menjadi topik film bisa berupa fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi sehingga ada unsusr menarik, baik dari jalan cerita maupun dari segi gambarnya. 2. Film Berita Fillm berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar- benar terjadi.Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news value).Kriteria berita itu penting dan menarik.Film berita dapat langsung terekam dengan suaranya, atau film beritanya bisu, pembaca yang membacakan narasinya.Bagi peristiwa- peristiwa tertentu, perang, kerusuhan, pemberontakan dan sejenisnya, film berita yang dihasilkan kurang baik.Dalam hal ini terpenting adalah peristiwa teerekam secara utuh.
3. Film Dokumenter Film dokumenter (documentary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan” (creative treatment of actuality).Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman film kenyataan, maka film dokumenter merupakan hasil interpretasi.Berbeda dengan film berita yang merupakan interpretasi !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
L#$%&'()*!+),&('-*!,('!./0&(-&!#),&'(1(2!"#$%&'()&*+())(*,$(-$*./%0(%-(12!3(',/'45!678(9(!
6*:,(0()1(2!;<<=2!>($5!"@L! ! !
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut. Misalnya, seorang sutradara ingin membuat film dokumenter mengenai pembatik di Pekalongan, maka ia akan membuat naskah yang cerianya bersumber pada kegiatan para pembatik sehari- hari dan sedikit merekayasa agar dpat menghasilkan kualitas film ceerita dengan gambar yang baik. Banyak kebiasaan masyarakat Indonesia yang dapat diangkat menjadi film dokumenter, diantaranya upacara kematian orang Toraja, upacara ngaben di Bali.Biografi seseorang yang memiliki karya pun dapat dijadikan sumber bagi dokumenter.
4. Film Kartun Film kartun (cartoon film) dibuat untuk konsumsi anak- anak. Dapat dipastikan, kita semua mengenal tokoh Donal Bebek ((Donal Donal Duck Duck), ), Putri Salju (Snow White White), Miki Mickey Mouse) yang diciptakan oleh seniman Amerika Serikat Walt Disney. Tikus (Mickey Sebagian besar film kartun, sepanjang film itu akan diputar membuat kita tertawa karena kelucuan para tokohnya. Sekalipun tujuan utamanya menghibur, film kartun bisa juga mengandung unsur pendidikan. Minimal akan terekam kalau ada tokoh jahat dan tokoh baik, maka tokoh baiklah yang menang.
2.2.1.6 Fungsi Film Fungsi film ada tiga, yakni:9 1. Fungsi Hiburan Dalam mensejahterakan rohani manusia karena membutuhkan kepuasan batin untuk melihat secara visual serta pembinaan. !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
H!3/0/!V79()(O!KK>!QA2!C(0()-(2!"HLL2!>($5!@L!
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Fungsi Penerangan Dalam film segala informasi dapat disampaikan secara audio- visual sehingga dapat mudah dimengerti. 3. Fungsi Pendidikan Dapat memberikan contoh suatu peragaan yang bersifat mendidik, tauladan di dalam masyarakat dan mempertontonkan perbuatan- perbuatan yang baik. 2.3
Film dan Realitas Dewasa ini menjadi suatu kenyataan yang tidak terbantahkan dan sangat
mempengaruhi komunikasi dalam masyarakat modern adalah keberadaan media massa (cetak ataupun elektronik). Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi massa dan ketergantungan manusia terhadap media massa sudah sedemikian sedemikian besar. Demikian Luhmann seorang tokoh sosiologi modern mengemukakan betapa media massa memepengaruhi realitas manusia, yakni menurutnya apapun yang kita ketahui mengenai masyarakat, atau tentang dunia yang kita tinggali, kita mengetahuinya melalui media massa. Demikian kita seringkali menggunakan media massa sebagai landasan dan titik awal kita dalam mendefinisikan realitas10 . Film merupakan salah satu produk media massa yang memiliki kemampuan dalam mekonstruksi realitas. Pada awal perkembangannya film memiliki sejarah yang panjang yakni sebagai pembentuk realitas sosial. Melalui film ide-ide mengenai lingkungan sebagaimana adanya ditanamkan kepada masyarakat. Baik itu realitas mengenai hubungan antar masyarakat beragama di citrakan di dalam film, bagaimana pemerintah
menggunakan
film
sebagai
media
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
propaganda
dengan
"
;<
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tujuan pemebentukan realitas yang sesuai dengan ideologi pemerintah yang berkuasa. Terakhir mengenai bagaimana film di dalam wacana postmodern disajikan melampaui realitas sosial. 2.4 Representasi Eksploitatif Dalam Media Media mengkontruksikan berbagai representasi terhadap kelompok- kelompok sosial dengan membentuk berbagai tipe orang tertentu. Representasi- representasi terhadap orang- orang ini mengungkapkan banyak hal dengan budaya kita dan kepercayaan kita.Representasi- representasi ini dapat mempresentasikan nilai- nilai dan dapat memperkukuh nilai- nilai tersebut.11 Representasi dapat berwujud kata, gambar, sekuen, cerita, dan sebagainya yang mewakili ide, emosi, fakta dan sebagainya.Representasi bergantung pada tanda dan citra yang sudah ada dan dipahami secara kultural, dalam pembelajaran bahasa dan penandaan yang bermacam- macam atau sistem tekstual secara timbal balik.Hal ini melalui fungsi tanda mewakili yang kita tahu dan mempelajari realitas.12 Orang- orang dapat dipresentasikan dengan cara- cara tertentu lewat perangkat- perangkat tertentu tanpa menjadi stereotip- steereotip yang sesungguhnya. Terdapat tiga level kategorisasi orang berkaitan dengan representasi ini yaitu berdasarkan tipe, stereotip dan archetype/ tipe utama. Pada masing- masing level representasi tersebut menjadi lebih sederhana, lebih kasar, lebih umum, lebih klise, lebih mencemaskan dalam hal- hal pesan- pesan tentang nilai yang mendasari apa yang kita lihat atau baca.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
""!W)7(87!3/)-*'2!>(%0*:/1)/#5$%4&*9&*?(7&'*+/9&(@*./%0(%-(1*!/A(9(*!(B&(%*+/9&(2F*41(0()-(!
,('!3(',/'42!C($('!V/-)(2!;<($!"@L!
";!C*O'!>()-$712!2"##$%&C(-&"%@*2$7-$1(7*D*+/9&(*,-$9&/);*:3/*2"%C/A-*E19*/9&-&"%2!F*41(0()-(5!
C($('!V/-)(2!;<<@2!>($5!;U=!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Representasi berdasarkan tipe: level paling umum yaitu mengenali suatu kategorisasi tokoh dalam suatu kisah. Namun untuk berbagi alasan tokoh ini tidak muncul sebagai stereotip. 2. Representasi berdasarkan stereotip: representasi yang disederhanakan dari penampilan manusia, karakter dan kepercayaan. Stereotip memiliki kualitas dapat dikenali engan cepat, biasanya lewat berbagai rincian kunci dan penampilan. 3. Representasi berdasarkan archetype (tipe utama): tipe- tipe yang paling mendalam ditanamkan dalam budaya kita. Archetype ini mungkin menyenangkan dalam ceritanya, apapun medianya, tetapi juga membawa kita ke alam fantasi. Media mengorganisasikan pemahaman kita tentang berbagai kategori orang dan mengapa orang- orang tertentu hendaknya dimasukkan ke dalam kategorikategori tertentu. Kategori- kategori ini menjadi bagian dari proses berpikir kita yang digunakan untuk menilai orang- orang di dunia nyata serta di media. Representasirepresentasi juga dikontruksikan lewat media yang digunakan.Ysng dimaksud adalah terdapat Bahasa tertulis atau visual yang menceritakan kisahnya dan demikian membentuk tipe dan sikap tertentu terhadap tipe tersebut.13 Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara masyarakat dan filmselalu dipahami secara linier.Artinya, film selalu mempengaruhi bentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan di baliknya, tanpa berlaku sebaliknya.Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar. Graeme Turner, menolak perspektif yang melihat film sebagai refleksi masyarakat. Makna film sebagai representasi dari realitas masyarakat, bagi Turner berbeda dengan film !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"?W)7(87!3/)-*'2!F('4!X7):78B/'1&!,&!3($&0!D7,&(P!K7'4('-()!Y7Z(,(!Y(9&('!D7,&(2!F*41(0()-(!
,('!3(',/'45!C($('!V/-)(2!;<($5!""HM!";
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sekedar sebagai refleksi dan realitas.Sebagai refleksi dari realitas, film sekedar memindahkan realitas ke layar tanpa mengubah realitas itu. Sementara itu sebagai representasi dari realitas film membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode- kode, konvensi- konvensi dan ideologi dari kebudayaannya.14 2.5 Peran Sutradara Dalam Film Sutradara adalah orang yang bertanggung jawab pada hasil karya berupa pertunjukan / audio visual yang mengandung visi misi yang ingin disampaikan secara teknik / artistik melalui media yang dianggap bermanfaat secara positif bagi khalayak banyak ataupun bagi dirinya sendiri. Beberapa istilah sutradara: 1. Sutradara ( Film & Televisi ) 2. Pengarah Acara ( Televisi ) 3. Program Director ( Televisi ) 4. Producer Director ( Televisi & Film ) Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Di lapangan seorang sutradara berperan sebagai manajer, kreator, dan sekaligus inspirator bagi anggota tim produksi dan para pemeran. Peran yang sedemikian besar mengharuskan sutradara memahami benar konsep cerita, memahami situasi lingkungan maupun psikologis para pelibat produksi, dan juga harus memahami bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan semua pelibat produksi. Ibarat tubuh manusia, sutradara adalah otaknya, dan yang lain adalah seluruh anggota badan. Otak memerlukan anggota badan untuk mewujudkan gagasan, badan memerlukan otak untuk mengendalikan. 1. Tugas Sutradara Menurut sutradara berbakat, Harry Suharyadi, tugas seorang !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"@!+$7S!V*B/)2!,/#&"-&'(*!"#$%&'()&2!3(',/'45!KX!678(9(!6*:,(0()1(2!;<($5!";IM!";L!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sutradara adalah menerjemahkan atau menginterpretasikan sebuah skenario dalam bentuk imaji/gambar hidup dan suara. Pada umumnya, seorang sutradara tidak merangkap sebagai produser, meskipun di Amerika cukup banyak sutradara yang merangkap produser seperti beberapa kali Kevin Costner merangkap sutradara sekaligus produser. Pada umumnya, apa pun bentuk produksi audio visual selalu terbagi menjadi tiga tahap, yakni: 1) praproduksi, 2) produksi atau shooting, 3) pascaproduksi. Tugas sutradara adalah pada tahap produksi. Namun bukan berarti sutradara tidak perlu mengetahui aspek praproduksi dan pasca produksi. Pemahaman praproduksi akan mencegah sikap arogan dan tutuntutan yang berlebih atas peralatan dan aspek-aspek penunjang produksi yang notabene merupakan tugas tim praproduksi. Misalnya, sutradara tidak terlalu menuntut disediakan pemeran yang honornya mahal apabila ia menyadari bahwa tim budgeting tidak menganggarkan dana berlebih untuk honor pemeran. Pemahaman pascaproduksi akan mencegah sutradara menginstruksikan pengambilan gambar dengan komposisi atau enggel yang penyambungannya mustahil dilakukan oleh editor. 2. Rumus 5-C Sebelum seorang sutradara mengarahkan semua pemain dalam sebuah produksi, ada baiknya sutradara memiliki kepekaan terhadap Rumus 5 –C, yakni close up (pengambilan jarak dekat), camera angle (sudut pengambilan kamera), composition (komposisi), cutting (pergantian gambar), dan continuity (persambungan gambar-gambar) (Hartoko 1997: 17). Kelima unsur ini harus diperhatikan oleh sutradara berkaitan dengan tugasnya nanti di lapangan. Close Up Unsur ini diartikan sebagai pengambilan jarak dekat. Sebelum produksi (shooting d I lapangan) harus mempelajari dahulu skenario, lalu diuraikan dalam bentuk shooting script, yakni keterangan rinci mengenai shot-shot yang harus
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dijalankan juru kamera. Terhadap unsur close up, dia harus betul-betul memperhatikan, terutama berkaitan dengan emosi tokohnya. Gejolak emosi, peradaban gundah sering harus diwakili dalam shot-shot close up. Bagi seorang kritikus film, sering unsur menjadi poin tersendiri ketika menilai sebuah film. Untuk itu, unsur ini harus menjadi perhatian sutradara. Camera Angle Unsur ini sangat penting untuk memperlihatkan efek apa yang harus muncul dari setiap scene (adegan). Jika unsur ini diabaikan bisa dipastikan film yang muncul cenderung monoton dan membosankan sebab camera angle dan close up sebagai unsur visualisasi yang menjadi bahan mentah dan harus diolah secermat mungkin. Harry mencontohkan, untuk film-film opera sabun sering ada pembagian kerja antara pengambilan gambar yang long shot d a n close up untuk kemudian diolah dalam proses editingnya. Variasi pengambilan gambar dengan camera angle dapat mengayakan unsur filmis sehingga film terasa menarik dan memaksa penonton untuk mengikutinya terus. Composition Unsur ini berkaitan erat dengan bagaimana membagi ruang gambar dan pengisiannya untuk mencapai keseimbangan dalam pandangan. Composition merupakan unsur visualisasi yang akan memberikan makna keindahan terhadap suatu film. Pandangan mata penonton sering harus dituntun oleh komposisi gambar yang menarik. Tidak jarang para peresensi film memberikan penilaian terhadap unsur ini karena unsur inilah yang akan menjadi pertaruhan mata penontonnya. Jika aspek ini diabaikan, jangan harap penonton akan menilai film ini indah dan enak ditonton. Seorang sutradara harus mampu mengendalikan aspek ini kepada juru kamera agar tetap menjadi komposisi secara proporsional berdasarkan asas komposisi. Cutting Diartikan sebagai pergantian gambar dari satu scene ke scene lainnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Cutting termasuk dalam aspek pikturisasi yang berkaitan dengan unsur penceritaan dalam urutan gambar-gambar. Sutradara harus mampu memainkan imajinasinya ketika menangani proses shooting. Imajinasi yang berjalan tentunya bagaimana nantinya jika potongan-potongan scene ini diedit dan ditayangkan di monitor. Continuity Unsur terakhir yang harus diperhatikan sutradara adalah continuity, yakni
unsure
persambungan
gambar-gambar.
Sejak
awal,
sutradara
bisa
memproyeksikan pengadegan dari satu scene ke scene lainnya. Unsur ini tentunya sangat berkaitan erat dengan materi cerita. Sering penonton merasa film yang ditontonnya loncat ke sana atau ke mari tidak karuan sehingga membuat bingung. Terhadap kasus ini karena sutradara tidak mampu memperhatikan aspek kontinuitas dari film yang digarapnya. 3. Unsur Visual (visual element) Selanjutnya masih dalam tahap persiapan penyutradaraan, seorang sutradara juga harus memahami unsur-unsur visual (visual element) yang sangat penting dalam mengarahkan seluruh krunya. Ada enam unsur visual yang harus diperhatikan, sikap pose (posture), gerakan anggota badan untuk memperjelas (gesture), perpindahan tempat (movement), tindakan/perbuatan tertentu (purpose action), ekspresi wajah (facial expression), dan hubungan pandang (eye contact) (Hartoko, 1997:25). Sikap/Pose Jika anda mengarahkan para pemain dalam film yang anda buat, hal pertama yang menjadi arahan adalah sikap/pose (posture) pemainnya. Ini sangat erat kaitannya dengan penampilan pemain di depan kamera. Dengan monitor yang tersedia, sutradara harus mampu memperhatikan pose pemainnya secara wajar dan memenuhi kaidah dramaturgi. Sebelum pose sesuai dengan tuntutan skenario usahakan sutradara jangan putus asa terus mencoba. Apalagi untuk kalangan indie yang cenderung pemainnya masih baru atau belum pernah main sama sekali (tetapi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
gratis). Gerakan Anggota Badan Sesuai dengan shooting script, tentunya seorang atau beberapa pemain harus menggerakkan anggota tubuhnya. Namun, gesture yang mereka mainkan harus betul-betul kontekstual. Artinya, harus betul-betul nyambung dengan gerakan anggota tubuh sebelumnya. Misalnya, setelah seorang pemain minum air dari gelas tentunya gerakan berikutnya mengembalikan gelas tersebut dengan baik. Jangan sampai ada gerakan-gerakan tubuh yang secara filmis dapat menimbulkan kejanggalan. Perpindahan Tempat Seorang Sutradara dengan jeli akan memperhatikan dan mengarahkan setiap perpindahan pemain pendukungnya. Perpindahan pemain ini tentunya dalam rangka mengikuti shooting script yang dibuat sang sutradara sendiri. Di sini, sutradara yang baik harus mampu mengarahkan pemainnya melakukan perpindahan secara wajar dan tidak dibuat-buat. Perpindahan pemain harus alami sesuai dengan jalan cerita yang telah tersusun. Improvisasi bagi pemain memang tidak jadi masalah, tetapi tetap dalam perhatian sutradara. Untuk itu, menonton pertunjukan teater bagi seorang sutradara dapat mengasah ketrampilan penyutradaraannya dan juga sering memberikan penilaian terhadap akting pemain dalam sebuah film dapat memperkaya kepiawaiannya dalam mengarahkan pemain. Tindakan Tertentu Aspek ini tentunya dikaitkan dengan casting yang diberikan kepada seseorang. Casting di sini diartikan peran yang dijalankan pemain film dalam menokohkan karakter seseorang yang terlibat dalam cerita film tersebut. Selain ada casting ada juga yang disebut cameo, yakni penampilan seseorang dalam sebuah film tetapi membawakan dirinya sendiri (tidak menokohkan orang lain). Dalam hubungan dengan casting, seorang pemain film harus diarahkan sang sutradara agar melakukan tindakan sesuai dengan tuntunan skenario. Terkadang dalam proses
http://digilib.mercubuana.ac.id/
produksi ada pemain yang mencoba menawar kepada sutradara sehubungan dengan akting yang harus dijalankan. Tidak semua sutradara mau meluluskan keinginan kemauan pemain, tetapi juga tidak semua pemain mau meluluskan kemauan sutradara. Pada kondisi seperti ini tinggal dua pilihan, pemain diganti atau mengganti adegan. Mengapa casting dalam kegiatan produksi film cukup lama karena karena persoalan tersebut? Saat film Boy’s Don’t Cry diproduksi, dilakukan casting yang memakan waktu bertahun-tahun. Hal ini dilakukan agar siapa pun yang menjadi pemain film tersebut sesuai dengan keinginan sutradara dan tuntutan skenario. Ekspresi Wajah Unsur ini sering berkaitan dengan penjiwaan terhadap naskah. Wajah merupakan cermin bagi jiwa seseorang. Konsep inilah yang mendasari aspek ini harus diperhatikan betul oleh sutradara. Terutama untuk genre film drama, unsur ekspresi wajah memegang peran penting. Banyak juga film action semacam Gladiator menajamkan aspek ekspresi wajah. Shot-shot close up yang indah dan pas dapat mewakili perasaan sang tokoh dalam sebuah film. Contoh kecil sering ditampilkan dalam perfilman India. Jika seseorang sedang jatuh cinta ukuran gambar big close up bergantian antara pria dan wanita. Namun sutradara juga harus memperhatikan penempatannya serta waktu yang tepat. Jika tidak tepat, komunikasi dalam film tersebut gagal. Di sini, ada pedoman time is key, waktu adalah kunci. Hubungan Pandang Hampir sama dengan ekspresi wajah, hubungan pandang di sini diartikan adanya kaitan psikologis antara penonton dan yang ditonton. Untuk membuat shot-shot-nya, biasanya sutradara selalu memberikan arahan kepada pemain film agar menganggap kamera sebagai mata penonton. Dengan cara seperti ini, biasanya kaidah hubungan pandang ini akan tercapai. Dengan mengibaratkan kamera sebagai mata penonton, berarti pemain harus berlakon sebaik mungkin untuk berkomunikasi dengan penonton lewat lensa kamera. Dengan demikian, apa pun yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
akan dilakonkan pemain seolah-olah ada yang mengawasi, yakni kamera sebagai representasi dari penonton. Dengan menguasai Rumus 5 C dan Visual Element secara baik dan benar bisa dipastikan seorang sutradara akan mampu membuat film menjadi tontonan menarik dan munculnya situasi komunikatif antara tontonan dan penonton. Di sinilah alasan mengapa sebuah film dianggap sebagai produk komunikasi massa periodik.
2.6 Analisis Semiotika 2.6.1 Semiotika dan Tanda Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvesi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap memiliki sesuatu yang lain. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek- objek, peristiwa- peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.15 Van Zoest mengartikan semiotik sebagai ilmu tanda dan segala yang berhubungan
dengannya:
cara
berfungsinya,
hubungan
dengan
kata
lain,
pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya.16 Dick Hartoko memberi batasan semiotik adalah bagaimana karya itu ditafsirkanp oleh Para pengamat dan masyarakat melalui tanda- tanda atau lambanglambang. Sedangkan Luxemburg menyatakan bahwa semiotik adalah ilmu yang
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"=!+$7S!V*B/)2!F%(7&)&)*:/')*+/9&(*,$(-$*./%0(%-(1*G%-$'*F%(7&)&)*H(C(%(@*F%(7&)&)*,/#&"-&'*9(%*
F%(7&)&)*61(#&%02!3(',/'45!KX!678(9(!6*:,(0()1(2!;<($5!H=!
"U!AB&,2!>($5!HU!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
secara sistematis mempelajari tanda- tanda dan lambang- lambang, sistem- sistemnya, dan proses perlambangan.17 Batasan yang lebih jelas dikemukakan Preminger, dikatakan semiotik adalah ilmu tentang tanda- tanda.Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/ masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda- tanda. Semiotik itu mempelajari sistem- sistem, aturan- aturan, konvensi- konvensi yang memungkinkan tanda- tanda tersebut mempunyai arti. Menurut Preminger, meskipun merefleksikan tentang tanda itu mempunyai sejarah filsafat yang patut dihargai, namun semiotik atau semiologi dalam arti modern berangkat dari seorang filsuf America Charles Sander Pierce dan ahli Bahasa Swiss, Ferdinand de Saussure.18 Charles Sander Pierce memiliki teori yang seringkali disebut sebagai grand theory dalam semiotika. Pierce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktut tunggal. Semiotik ingin membongkar Bahasa secara keseluruhan untuk menunjukkan bagaimana semuanya bertemu didalam sebuah struktur.19 Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Pierce terhadap tanda memiliki kekhasan meskipun tidak bisa dibilang sederhana. Pierce membedakan tipe- tipe tanda menjadi tiga yang kesemuanya didasari atas relasi di antara kemiripan rupa hingga tanda itu mudah dikenali, yaitu:20 1. Ikon (icon) adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penandaan yang serupa dengan bentuk objeknya (terlihat pada gambar atau lukisan); !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! "I!AB&,2!>($5!HU! "L!AB&,2!>($5!HU!
"H!+$7S!V*B/)2!F%(7&)&)*:/')*+/9&(*,$(-$*./%0(%-(1*G%-$'*F%(7&)&)*H(C(%(@*F%(7&)&)*,/#&"-&'*9(%*
F%(7&)&)*61(#&%02!3(',/'45!KX!678(9(!6*:,(0()1(2!;<($5!HI! ;($5!"L!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Index
adalah
sesuatu
yang
melaksakan
fungsi
sebagai
penandaan
yang
mengisyaratkan petandanya; 3. Symbol adalah sesuatu yang melaksakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam masyarakat. Pierce juga memilih tipe- tipe tanda menjadi kategori lanjutan, yakni kategori firstness, secondness, dan thirdness. Tipe- tipe tanda tersebut meliputi (1) qualisign, (2) signsign, (3) legisign.Begitu juga dibedakan menjadi (1) rema (rheme), (2) tanda dicent sign), dan (3) argumen (argument).21 disen (dicent Ferdinand de Saussure memiliki pandangan berbeda tentang tanda dengan pada ahli linguistik di jamannya.Saussure justru menyerang pemahaman historis terhadap Bahasa yang dikembangkan pada abad 19.Saat itu studi bahasa hanya berfokus pada perilaku linguistik yang nyata. Studi tersebut menelussuri perkembangan kata- kata dan ekspresi sepanjang sejarah, mencari faktor- faktor yang berpengaruh seperti geografi, perpindahan pendudukan dan faktor lain yang mempengaruhi perilaku linguistik manusia.22 Saussure justru menggunakan pendekatan anti historis yang melihat Bahasa sebagai sebuah sistem yang utuh dan harmonis secara internal atau dalam istilah Saussure sebagai langue.Saussure mengusulkan teori bahasa yang disebut dengan struktualisme
untuk
menggantikan
pendekatan
historis
dari
para
pendahulunya.Bahasa dimata Saussure tak ubahnya sebuah karya musik (simponi)
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ;"!AB&,2!>($5!"H! ;;!AB&,2!>($5!;
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan bila kita ingin memahaminya kita harus memperhatikan keutuhan karya musik secara keseluruhan dan bukan kepada pemain individual dari setiap pemain musik.23 Setidaknya ada lima pandangan Saussure yang terkenal, yaitu :24 1. Signifier (penandaan) dan signified (penanda); 2. Form (bentuk) dan content (isi); 3. Langue (Bahasa) dan parole (tuturan/ ujaran); 4. Synchronic (sinkronik) dan diachronic; 5. Syntagmatic dan addociative atau paradigmatik. 6. 2.7. Semiotik Roland Barthes Selain Pierce dan Saussure, kancah penelitian semiotika tak begitu saja bisa melepaskannama Roland Barthes (1915- 1980) ahli semiotika yang mengembangkan kajian yang sebelumnya punya warna kental strukturalisme kepada semiotika teks.25 Barthes berpendapat jika bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi- asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.26 Barthes melontarkan konsep tentang konotasi dan denotasi sebagai kunci dari analisisnya. Saat menggunakan versi yang jauh lebih sederhana saat membahas glossematic sign (tanda glossematik), Barthes mengabaikan dimensi bentuk dan subtansi. Barthes mendefinisikan suatu tanda (sign) sebagai sebuah sistem yang terdiri
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
;?!A',&(J('!V7-*![(O1/![&B*J*2!,/#&"-&'(*!"#$%&'()&*FA7&'()&*.1('-&)*?(0&*./%/7&-&*9(%*,'1&A)&*
!"#$%&'()&IC(0()-(5!D&-)(![(E('(!D7,&(2!;<""2!>($5!;
;@!AB&,2!>($5!;($5!;"!
;U!+$7S!V*B/)2!,/#&"-&'(*!"#$%&'()&2!3(',/'45!KX!678(9(!6*:,(0()1(2!;<($5!U?!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dari (E) sebuah ekspresi atau signifier dalam hubungannya (R) dengan content ( atau signified) C:ERC.27 Sebuah sistem tanda premier (primary sign system) dapat menjadi sebuah elemen dari sebuah sistem tanda yang lebih lengkap dan memiliki makna berbeda ketimbang semula.28
Studi ini mengkaji sisgnifikasi yang terpisah dari isinya (content) (content). Semiotika tidak hanya meneliti mengenai signifier dan signified signified, tetapi juga hubungan secara keseluruhan. Teks yang dimaksud Roland Barthes adalah dalam arti luas.Teks tidak hanya berarti berkaitan dengan aspek linguistik saja.Semiotika dapat meneliti teks di mana tanda-tanda terkodifikasi dalam sebuah sistem.Dengan demikian, semiotika dapat meneliti bermacam-macam teks seperti, berita, film, iklan, fashion, fiksi, puisi pu dan drama. Pandangan Roland Barthes yang terkenal, yaitu :29 1. Signifier (Penanda) 2. Signified (Petanda) 3. Denotative Sign (tanda denotatif) 4. Connotative Sign ( Tanda Konotatif ) 5. Connotative Signifier ( Penanda Konotatif ) 6. Connotative Signified ( Petanda Konotatif ) !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ;IRZE&-2!>($5!;"!
;L!A',&(J('!V7-*![(O1/![&B*J*2!,/#&"-&'(*!"#$%&'()&*FA7&'()&*.1('-&)*?(0&*./%/7&-&*9(%*,'1&A)&*
!"#$%&'()&IC(0()-(5!D&-)(![(E('(!D7,&(2!;<""2!>($5!;
;H!A',&(J('!V7-*![(O1/![&B*J*2!,/#&"-&'(*!"#$%&'()&*FA7&'()&*.1('-&)*?(0&*./%/7&-&*9(%*,'1&A)&*
!"#$%&'()&IC(0()-(5!D&-)(![(E('(!D7,&(2!;<""2!>($5!;
http://digilib.mercubuana.ac.id/
!
http://digilib.mercubuana.ac.id/