1
KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP USIA MENIKAH
FITRI SARI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dan Pengaruhnya terhadap Usia Menikah adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini
Bogor, Januari 2012
Fitri Sari NIM I24070025
4
5
ABSTRACT FITRI SARI. Readiness for Marriage among Young Adults and Its Influence on the Marriage Age. Supervised by EUIS SUNARTI. This study aimed to analyze marriage readiness factors among young adults and to analyze its influences on the marriage age. Samples are 110 college students. Qualitative data of marriage readiness was analyzed using content analysis approach, it formed seven factors: emotional, role, financial, social, age, spiritual, and sexuality readiness. Quantitative data of marriage readiness was analyzed by using statistic analysis factor, it formed ten factors: emotional control, empathy ability, financial, role, age, and sexuality readiness, communication skill, social ability, social cognitive, and tolerance. Based on the two analysis, marriage readiness factors among young adults are emotional (emotional control and empathy), social (social ability, social cognitive, and tolerance) sexual, age, role, financial, and communication skill. Marriage readiness between male dan female is different, for male the most important is financial readiness, for female is emotional readiness. Ideal marriage age for male is 26,31 and for female is 23,98 years old, but age want to marriage of male is 26,15 and female is 24,24 years old. Statistic regrestion analysis showed that marriage readiness influence on marriage age. Higher empathy ability and financial readiness, will make older marriage age. Higher age readiness, sexuality, and communication ability, will make younger marriage age. Key word: marriage age, marriage readiness, young adult ABSTRAK Fitri Sari. Kesiapan Menikah Pada Dewasa Muda dan Pengaruhnya terhadap Usia Menikah. Dibimbing oleh Euis Sunarti. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor kesiapan menikah pada dewasa muda dan menganalisis pengaruhnya terhadap usia menikah. Contoh adalah 110 mahasiswa. Data kualitatif kesiapan menikah dianalisis dengan analisis konsep, menghasilkan tujuh faktor kesiapan menikah: kesiapan emosi, sosial, finansial, peran, seksual, spiritual, dan usia. Data kuantitatif kesiapan menikah dianalisis dengan analisis faktor menghasilkan sepuluh faktor: mengelola emosi, empati, keterampilan sosial, kognisi sosial, kesiapan peran, seksual, usia, finansial, kemampuan komunikasi, dan toleransi. Berdasarkan dua analisis tersebut, faktor-faktor kesiapan menikah menurut dewasa muda adalah kesiapan emosi (mengontrol emosi, dan kemampuan empati), kesiapan sosial (keterampilan sosial, kognisis sosial, dan toleransi), kesiapn peran, kemampuan komunikasi, kesiapan usia, finansial, dan seksual. Terdapat perbedaan kesiapan menikah lakilaki dan perempuan. Kesiapan menikah paling penting bagi laki-laki adalah kesiapan finansial dan bagi wanita adalah kesiapan emosi. Usia ideal menikah bagi laki-laki 26,31 tahun dan perempuan 23,98 tahun. Usia ingin menikah lakilaki 26,15 tahun dan perempuan 24,24 tahun. Uji regresi menunjukan kesiapan menikah mempengaruhi usia menikah. Semakin tinggi kemampuan empati dan kesiapan finansial semakin tua usia menikah, semakin tinggi kesiapan usia, seksual, dan kemampuan komunikasi, semakin muda usia menikah. Kata kunci : dewasa muda, kesiapan menikah, usia menikah.
7
RINGKASAN FITRI SARI. Kesiapan Menikah Pada Dewasa Muda dan Pengaruhnya terhadap Usia Menikah. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor kesiapan menikah pada dewasa muda dan menganalisis pengaruhnya terhadap usia menikah. Tujuan khusus penelitian ini adalah (1) menganalisis faktor-faktor kesiapan menikah pada dewasa muda; (2) menganalisis perbedaan faktor-faktor kesiapan menikah menurut jenis kelamin; (3) menganalisis usia menikah dewasa muda menurut jenis kelamin; (4) menganalisis pengaruh karakteristik dewasa muda dan keluarga dewasa muda terhadap usia menikah; (5) menganalisis pengaruh faktor-faktor kesiapan menikah terhadap usia menikah. Desain penelitian adalah cross-sectional study. Lokasi penelitian adalah Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lokasi dipilih secara purposive. Waktu penelitian adalah bulan Juni sampai November 2011. Contoh penelitian adalah mahasiswa Strata Satu (S1) Fakultas Ekologi Manusia angkatan tahun 2007 sampai 2009. Jumlah contoh ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin diperoleh sebesar 110 orang. Jumlah contoh setiap angkatan ditentukan secara proporsional. Contoh dari setiap angkatan dipilih dengan metode acak sederhana. Contoh terdiri atas 32 orang laki-laki dan 78 orang perempuan. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh contoh, meliputi karakteristik dewasa muda (jenis kelamin, usia, uang saku perbulan, urutan anak, saudara yang sudah menikah, dan status hubungan), karakteristik keluarga (usia orang tua, usia orang tua saat menikah, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua perbulan, pendidikan orang tua, dan kelengkapan orang tua), persepsi contoh tentang pernikahan dan kesiapan menikah (arti pernikahan, tujuan menikah, arti kesiapan menikah, kesiapan menikah untuk lakilaki, kesiapan menikah untuk perempuan, tugas istri, tugas suami, usia ideal menikah, usia ingin menikah, kesiapan menikah saat ini, serta alasan siap atau tidak siap), dan persetujuan item-item kesiapan menikah yang terdiri atas 57 item dengan pilihan jawaban menggunakan tipe Skala Likert . Analisis data meliputi analisis deskriptif untuk data karakteristik contoh dan keluarga contoh, uji beda dan independent sample –t-test. Data kualitatif dari pertanyaan terbuka dianalisis dengan analisis konsep. Data kuantiatif (57 item tentang kesiapan menikah) dianalisis menggunakan uji validitas, uji reabilitas, dan analisis faktor. Pengaruh karakteristik dan kesiapan menikah terhapap usia menikah dianalisis dengan uji regrersi linear berganda. Definisi kesiapan menikah menurut dewasa muda yang digali dari pertanyaan terbuka dipetakan kedalam faktor-faktor kesiapan menikah menurut pendapat ahli. Faktor yang teridentifikasi adalah kesiapan emosi, kesiapan sosial, kesiapan finansial, kesiapan peran, kesiapan seksual, dan kesiapan usia, faktor yang tidak teridentifikasi adalah kemampuan komunikasi. Terdapat perbedaan faktor kesiapan menikah menurut jenis kelamin. Empat faktor kesiapan menikah yang terpenting bagi laki-laki adalah kesiapan finansial, mengelola emosi, kesiapan peran, dan kesiapan spiritual, sedangkan empat faktor kesiapan menikah yang terpenting bagi perempuan adalah kesiapana emosi, kesiapan peran, kesiapan seksual, dan kesiapan finansial.
8
Hasil analisis faktor memperoleh sepuluh faktor-faktor kesiapan menikah yaitu mengelola emosi, kesiapan seksual, kesiapan peran, kemampuan empati, keterampilan sosial, kognisi sosial, kesiapan finansial, kesiapan usia, kemampuan komunikasi dan toleransi. Berdasarkan hasil dua analisis tersebut, faktor-faktor kesiapan menikah pada dewasa muda adalah kesiapan emosi (mengontrol emosi, dan kemampuan empati), kesiapan sosial (keterampilan sosial, kognisis sosial, dan toleransi), kesiapan peran, kemampuan komunikasi, kesiapan usia, kesiapan finansial, dan kesiapan seksual. Usia ideal menikah menurut dewasa muda untuk laki-laki adalah 26,30 tahun dan untuk perempuan adalah 23,83 tahun. Usia ingin menikah contoh lakilaki adalah 26,15 tahun dan perempuan 24,24 tahun. Terdapat perbedaan antara usia ideal menikah dengan usia ingin menikah. Rata-rata usia ingin menikah contoh perempuan lebih tua dari pada rata-rata usia ideal menikah perempuan, dan rata-rata usia ingin menikah laki-laki lebih muda dari pada usia ideal laki-laki. Dewasa muda laki-laki memiliki usia menikah lebih tua dibandingkan dewasa muda perempuan. Dewasa muda yang memperoleh uang saku yang semakin tinggi memiliki usia menikah yang semakin tua pula. Dewasa muda yang merupakan anak pertama memiliki usia menikah yang lebih muda. Dewasa muda yang sedang berpacaran juga memiliki usia menikah yang lebih muda dibandingkan yang tidak sedang berpacaran. Dewasa muda perempuan dengan lama pendidikan ibu yang semakin tinggi memiliki usia menikah yang semakin tua. Dewasa muda laki-laki yang berasal dari keluarga miskin usia menikahnya lebih tua, sedangkan dewasa muda perempuan yang berasal dari keluarga miskin usia menikahnya lebih muda. Dewasa muda perempuan yang orang tuanya tidak lengkap akibat perceraian atau ayah yang sudah meninggal ingin menikah lebih tua. Semakin tinggi kesiapan finansial dan empati semakin tua usia menikah, namun semakin tinggi kesiapan usia, kesiapan seksual, dan kemampuan komunikasi maka semakin muda usia menikah.
Kata kunci : dewasa muda, kesiapan menikah, usia menikah
9
Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
11
KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP USIA MENIKAH
FITRI SARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
12
13
Judul Skripsi
: Kesiapan Menikah Pada Dewasa Muda dan Pengaruhnya terhadap Usia Menikah
Nama
: Fitri Sari
NIM
: I24070025
Disetujui:
Dr. Ir. Euis Sunarti, MS Pembimbing
Diketahui:
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
15
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga skrispsi yang berjudul Kesiapan Menikah Pada Dewasa Muda dan Pengaruhnya terhadap Usia Menikah berhasil diselesaikan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas semua bantuan yang ditujukan kepada: 1. Dr. Ir. Euis Sunarti, MS selaku dosen pembimbing. 2. Dr. Ir Diah Krisnatuti MS dan Neti Hernawati SP, MSi selaku dosen penguji. 3. Dr. Ir. Lilik Noor, MFSA selaku pembimbing akademik, dan seluruh Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen beserta staff. 4. Orang tua, Adjisli M. dan Urri Kurnia, kakak Lia Sari dan Edy Suyatno, Annisa Nurluthfiyah, Pak Angga, dan keluarga besar. 5. Dekanat Fakultas Ekologi Manusia, dan seluruh Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia yang membantu selama proses penelitian. 6. Rekan-rekan IKK 44, Pondok ACC, dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terakhir, terima kasih kepada semua pihak yang belum disebutkan namanya yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2012 Fitri Sari
17
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
v
PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................................... 1 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 6 Kegunaan Penelitian ............................................................................................ 6 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Muda ...................................................................................................... 7 Kesiapan Menikah ............................................................................................. 10 KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................. 15 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu................................................................................ 19 Teknik Pengambilan Contoh ............................................................................. 19 Jenis dan Cara Pengumpulan Data .................................................................... 20 Pengolahan dan Analisis Data ........................................................................... 21 Definisi Operasional .......................................................................................... 27 HASIL Karakteristik Dewasa Muda .............................................................................. 29 Karakteristik Keluarga Dewasa Muda .............................................................. 32 Kesiapan Menikah Dewasa Muda ..................................................................... 39 Usia Menikah Dewasa Muda ............................................................................ 53 Pengaruh Kesiapan Menikah dan Karakteristik terhadap Usia Menikah.......... 54 PEMBAHASAN .................................................................................................. 61 Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 67 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 69 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71 LAMPIRAN
75
18
19
DAFTAR TABEL Halaman 7
1. Pendapat ahli mengenai tahapan masa dewasa dan usianya 2. Ahli dan pendapatnya tentang tugas perkembangan masa dewasa muda 3. Ahli dan pendapatnya tentang faktor-faktor kesiapan menikah 4. Variabel, skala variabel, dan pengkategorian data karakteristik 5. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia 6. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan uang saku 7. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan urutan lahir 8. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan kepemilikan saudara yang sudah menikah 9. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status berpacaran 10. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan jawaban kesiapan menikah 11. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin alasan dan tidak siap menikah 12. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan besar keluarga 13. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pendapatan keluarga 14. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pendapatan per kapita keluarga 15. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaan ayah 16. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaan ibu 17. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia orang tua 18. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan lama pendidikan orang tua 19. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan formal orang tua 20. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan kelengkapan orang tua 21. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia menikah orang tua 22. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia menikah orang tua menurut ketentuan Undang-Undang No1 tahun 1974 23. Rata-rata, standar deviasi, dan nilai uji beda karakteristik contoh dan keluarga contoh berdasarkan jenis kelamin 24. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan jawaban definisi pernikahan 25. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan tujuan ingin menikah 26. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan definisi kesiapan menikah
10 14 22 29 29 30 30 31 31 32 33 33 34 34 35 35 36 36 37 38 38 39 39 40 41
20
Halaman 27. Pemetaan kesiapan menikah contoh kedalam faktor-faktor kesiapan menikah menurut ahli 42 28. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin yang menyebut komponen kesiapan menikah untuk laki-laki 43 29. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin yang menyebut komponen kesiapan menikah untuk perempun 43 30. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan jawaban tugas suami 44 31. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan jawaban tugas istri 44 46 32. Item pernyataan, statistik, dan penamaan 14 faktor 33. Item pernyataan, statistik, dan penamaan10 faktor 49 34. Item pernyataan, statistik, dan penamaan 8 faktor 50 35. Perbandingan kesiapan menikah hasil analisis faktor 14 faktor, 10 faktor,dan 8 faktor 51 36. Perbandingan Faktor kesiapan menikah berdasarkan ahli, identifikasi dan analisis faktor 52 37. Perbandingan analisis faktor 10 faktor dan analisis faktor 4 faktor 53 38. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia ideal menikah 53 39. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia ingin menikah 54 40. Rata-rata, standar deviasi, dan nilai uji beda antara usia ideal dan usia ingin menikah berdasarkan jenis kelamin 54 41. Faktor kesiapan menikah dan kakarteritsik yang berpengaruh terhadap usia menikah pada berbagai model regresi dan nilai adjusted R2 55 42. Sebaran koefisien regresi karakteristik dan faktor kesiapan menikah yang berpengaruh terhadap usia ingin menikah contoh (n=110) 57 43. Sebaran koefisien regresi karakteristik contoh dan keluarga dan faktorfaktor kesiapan menikah terhadap usia ingin menikah laki-laki (n=32) 58 44. Sebaran koefisien regresi karakteristik contoh dan keluarga dan faktorfaktor kesiapan menikah terhadap usia ingin menikah perempuan (n=78) 59
21
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Tahapan perkembangan masa dewasa Levinson 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Kesiapan Menikah Pada Dewasa Muda dan Pengaruhnya terhadap Usia Menikah 3. Kerangka pengambilan contoh 4. Prosedur Analisis Faktor
8 17 20 24
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Uji validitas dan reabilitas 2. Uji analisis faktor 3. Uji Regresi
77 79 89
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat peran dan tugas yang harus dijalani baik sebagai suami-istri dan orang tua ketika mereka memiliki anak. Pernikahan juga sering dipandang sebagai masa transisi menuju kedewasaan. Orang yang sudah menikah cenderung dianggap lebih dewasa dibanding orang yang belum menikah, contohnya pada masyarakat suku Minang, dimana lelaki yang sudah menikah biasanya memperoleh gelar sebagai bentuk kedewasaan dan panggilan pengganti nama kecil. Gelar ini biasanya dimulai dengan kata Sutan, Bagindo, atau Sidi. Perubahan status dari tidak menikah menjadi menikah akan sejalan dengan perubahan tanggung jawab baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Orang yang sudah menikah harus bertanggung jawab memenuhi kebutuhan keluarganya, mengasuh anak-anaknya, serta membangun hubungan baik dengan keluarga pasangan, karena pernikahan bukan hanya penyatuan dua individu yang berbeda saja tetapi juga penyatuan dua keluarga yang berbeda. Orang yang sudah menikah juga harus mengikuti kegiatan-kegiatan di lingkungan pertetanggaan secara aktif, seperti pengajian, arisan, atau perkumpulan lainnya guna memperoleh hubungan sosial yang positif. Dua bahkan lebih peran yang harus dijalankan dalam waktu yang bersamaan, tentu dapat menimbulkan kesulitan dan masalah. Banyak pasangan suami-istri, terutama pasangan baru menikah yang tidak menyadari ragam masalah dalam hidup berumah tangga karena mustahil terbayangkan secara jelas oleh mereka sebelum benar-benar mengalami masalah-masalah tersebut, akibatnya pernikahan idaman yang awalnya diharapkan memberi kebahagiaan justru menjadi penyebab konflik dalam hidup. Salah satu penyebab konflik rumah tangga adalah ketidakmampuan pasangan menyesuaikan diri dengan peran dan tugasnya. Hal tersebut dapat dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai dunia pernikahan, serta kurangnya kesiapan untuk menikah.
2
Kesiapan menikah diartikan sebagai keadaan siap atau bersedia dalam berhubungan dengan pasangan, siap menerima tanggung jawab sebagai suami atau istri, siap terlibat dalam hubungan seksual, siap mengatur keluarga, dan siap mengasuh anak (Duvall & Miller 1985). Selama ini banyak pasangan yang hendak menikah memandang kesiapan menikah sebagai persiapan untuk melaksanakan pesta pernikahan, padahal kesiapan menikah sejatinya adalah kesiapan lahir batin menghadapi bahtera rumah tangga. Kesiapan menikah pada diri seseorang juga sering dipandang hanya dari usia yang matang. Masyarakat umumnya menilai seseorang dianggap siap menikah ketika orang tersebut berusia di atas 18 atau 21 tahun. Setelah menikah maka ia dianggap sudah dewasa dan seketika ia dianggap mampu menjalankan fungsinya sebagai suami atau istri, atau orang tua ketika memiliki anak (L’Abate 1990). Akibat pemikiran tersebut banyak pasangan menikah hanya karena usia biologisnya dianggap sudah cukup untuk menikah. Namun di sisi lain, ada orang yang secara usia biologis sudah cukup namun masih merasa belum siap menikah, ada pula orang yang usianya masih begitu muda merasa sudah siap menikah dan berhasil menjalankan pernikahannya, ada pula yang usianya sudah tua dan siap menikah namun tak mampu menjalani pernikahannya. Pernikahan memang bukan hal yang mudah untuk dijalani, namun hampir semua orang tetap ingin menikah. Pernikahan tetap dianggap sebagai sarana memperoleh cinta dan kasih sayang, membangun hubungan dengan pasangan secara legal, dan memperoleh kebahagiaan. Bahkan ada agama yang mewajibkan umatnya menikah, sehingga pernikahan mampu memberikan kepuasan spiritual. Penelitian juga menyebutkan bahwa orang yang menikah akan lebih sehat dibandingkan orang yang tidak menikah (Olson & De Frain 2006 ). Semua orang yang menikah tentu menginginkan pernikahan yang bahagia, salah satu kunci sukses pernikahan adalah adaanya kesiapan pada diri pasangan untuk menjalankan peran dan tugasnya (Stinnet 1960). Oleh karena itu, agar pernikahan yang diidamkan dapat terwujud, calon suami dan istri hendaknya memiliki kesiapan menikah sebelum mengikrarkan diri sehidup semati dengan pasangan.
3
Setiap orang tentu memiliki beragam persepsi mengenai kesiapan menikah yang dianggap penting untuk dimiliki oleh dirinya dan calon pasangannya. Persepsi seseorang terkadang mungkin berbeda dengan persepsi orang lain. Perbedaan persepsi tersebut dapat diatasi apabila pasangan memperoleh informasi yang memadai mengenai faktor kesiapan menikah yang memang benar-benar dibutuhkan guna mencapai pernikahan yang bahagia. Informasi mengenai kesiapan menikah untuk membangun keluarga sukses mungkin tidak terlalu banyak dibandingkan informasi mengenai kesiapan membangun bisnis. Hanya sedikit sekali sekolah-sekolah atau akademi yang memberikan informasi kepada calon pasangan mengenai masalah-masalah umum yang akan dihadapi dalam suatu perkawinan dan bagaimana menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya. Informasi mengenai faktor kesiapan menikah dapat diperoleh dengan melakukan penelitian, akan tetapi penelitian mengenai kesiapan menikah juga masih belum begitu banyak, khususnya di Indonesia. Penelitian mengenai kesiapan menikah yang pernah dilakukan adalah: kesiapan menikah pada wanita dewasa awal yang bekerja (Dewi 2006), dan kesiapan menikah pada wanita dewasa madya yang bekerja (Puteri 2009), Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Kesiapan Menikah pada Mahasiswa (Oktaviani 2010). Penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan hanya membahas faktor yang mempengaruhi kesiapan menikah, bukan faktor-faktor pembentuk kesiapan menikah, sehingga perlu dilakukan suatu penelitian yang menganalisis apa saja faktor-faktor kesiapan menikah. Pengetahuan mengenai faktor-faktor kesiapan menikah bisa menjadi suatu bentuk penghematan bagi pasangan, dimana mereka bisa memprioritaskan faktor yang memang penting dan berguna terhadap keberhasilan pelaksanaan peran dan tugas dalam rumah tangga, dan bisa mengabaikan faktor lain yang tidak bermanfaat. Rumusan Masalah Banyak orang yang menyatakan “saya siap menikah” sebelum terjadinya pernikahan, tapi kenyataannya saat menjalani roda pernikahan banyak yang mengeluh akan masalah atau kesulitan yang muncul. Tidak sedikit pasangan yang akhirnya menyerah pada kondisi kehidupan rumah tangganya yang kurang harmonis dan memilih untuk bercerai.
4
Angka perceraian terus mengalami peningkatan, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan angka perceraian di Jawa Barat sejak tahun 2007 sampai 2008 mengalami peningkatan sebesar 22,63 persen dan pada tahun 2007 sampai 2009 meningkat sebesar 44,05 persen (BPS 2011). Perceraian umumnya disebabkan ketidakmampuan pasangan menyesuaikan diri dengan perubahan peran yang terjadi, mungkin hal tersebut tidak dipikirkan atau tidak dipersiapkan sebelumnya oleh calon pasangan sebelum menikah, dan hanya membayangkan yang indah-indah saja ketika akan menikah. Kesiapan diri yang kurang untuk menjalankan peran dan tugas rumah tangga menjadi salah satu penyebab sulitnya penyesuaian diri pada tugas dan peran
tersebut.
Pengetahuan
mengenai
faktor-faktor
kesiapan
menikah
diasumsikan akan membantu calon pasangan mempersiapkan diri dengan baik untuk menjalankan tugas dan perannya, sehingga pernikahan bisa memberi kebahagiaan dan perceraian bisa dihindari. Pengetahun mengenai apa saja faktor-faktor kesiapan menikah harus diketahui oleh pasangan yang hendak menikah, khususnya dewasa muda yang memiliki tugas perkembangan untuk menikah. Freud (1990) mengatakan masa dewasa muda adalah masa untuk bercinta dan bekerja. Pada tahapan ini seseorang dituntut untuk menjalin hubungan intim dengan lawan jenis dan membangun karir. Kesiapan membangun karir dan menikah haruslah seimbang, akan tetapi hingga sekarang ini hanya ada sedikit instansi khusus yang memberi pembekalan untuk membangun rumah tangga, dibandingkan dengan banyaknya instansi yang memberikan pelatihan cara membangun karir. Ketersediaan buku-buku mengenai kesiapan menikah memang banyak beredar di masyarakat namun faktor-faktor kesiapan menikah yang diutarakan di dalam buku tersebut sebagian besar ditulis hanya menurut pandangan si penulis, bukan berdasarkan penelitian ilmah yang dilakukan. Perlu diketahui bagaimana konsep kesiapan menikah di masyarakat saat ini khususnya dewasa muda, sehingga dapat diketahui apa saja faktor kesiapan menikah yang memang penting dan diperlukan pada kondisi saat ini.
5
Pernikahan juga merupakan suatu instansi, yang didalamnya
terdapat
pembagian tugas dan peran yang umumnya dibedakan menurut jenis kelamin, sehingga berpotensi menimbulkan perbedaan faktor-faktor kesiapan menikah menurut jenis kelamin, karena terdapat hubungan antara peran yang harus dijalani dengan kesiapan yang harus dimiliki (Stinnet 1969). Hal lain yang menjadi pertimbangan sebelum menikah biasanya adalah usia menikah. Republik Indonesia melalui Undang-Undang No.1 tahun 1974, dalam pasal 7 dijelaskan bahwa batas minimal usia menikah laki-laki adalah 19 tahun dan perempuan adalah 16 tahun. Kondisi usia menikah saat ini mengalami perubahan. Tahun 2002, rata-rata umur perkawinan pertama masyarakat Jawa Barat adalah 21,66 tahun dan menjadi 22,22 tahun pada tahun 2003 (BPS 2004), hal tersebut menunjukkan peningkatan pendewasaan usia kawin pertama, sehingga ada kecenderungan untuk menunda usia perkawinan pertamanya. Pandangan mengenai berapa usia menikah tentu beragam, karena perbedaan latar belakang individu dan latar belakang keluarga. Keluarga adalah lingkungan paling kecil dan merupakan sekolah pertama bagi individu mempelajari berbagai hal, termasuk mengenai usia menikah yang tepat. Usia pernikahan disebut sebagai salah satu indikator kesuksesan pernikahan (Olson & De Frain 2006), hal ini sebagian disebabkan karena semakin tua usia seseorang maka umumnya kondisi finansial akan lebih mapan dan tahu apa yang mereka harapkan dari suatu pernikahan. Banyak pasangan yang siap menikah dengan usia yang masih begitu muda, namun ada pula yang usianya sudah dewasa namun belum siap menikah dan sebaliknya. Pemaparan sebelumnya menimbulkan beberapa permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini, yaitu : 1.
Apa saja faktor-faktor kesiapan menikah pada dewasa muda?
2.
Adakah perbedaan faktor-faktor kesiapan menikah menurut jenis kelamin?
3.
Berapakah usia menikah menurut dewasa muda?
4.
Adakah pengaruh karakteristik dewasa muda dan keluarga terhadap usia menikah?
5.
Adakah pengaruh faktor-faktor kesiapan menikah terhadap usia menikah dewasa muda?
6
Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor kesiapan menikah pada dewasa muda dan pengaruhnya terhadap usia menikah. Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1.
Menganalisis faktor-faktor kesiapan menikah pada dewasa muda
2.
Menganalisis perbedaan faktor-faktor kesiapan menurut jenis kelamin
3.
Menganalisis usia menikah dewasa muda
4.
Menganalisis pengaruh karakteristik dewasa muda dan keluarga terhadap usia menikah
5.
Menganalisis pengaruh faktor-faktor kesiapan menikah terhadap usia menikah Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi yang
bermanfaat sebagai bahan masukan bagi masyarakat mengenai faktor-faktor kesiapan menikah, usia menikah, dan faktor yang mempengaruhi usia menikah. Pengetahuan mengenai faktor-faktor kesiapan menikah akan membuat masyarakat mampu mengabaikan faktor yang tidak penting bagi potensi hidup mandiri secara berkesinambungan pasca menikah. Hal ini dapat dipandang sebagai bentuk penghematan keluarga, yang pada gilirannya mampu menambah kesejahteraan keluarga. Selanjutnya, menjadi bahan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu keluarga mengenai faktor-faktor kesiapan menikah, dan menjadi bahan pembanding dan pengembangan lebih lanjut bagi para peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian sejenis.
7
TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Muda Tahap perkembangan dewasa muda Penentuan usia dewasa muda menurut pendapat beberapa ahli disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai usia dewasa muda, rata-rata kisaran usia dewasa muda adalah 18 sampai 42 tahun. Aspek perkembangan dewasa muda menurut Turner dan Helms (1986) adalah perkembangan
fisik,
perkembangan
mental,
perkembangan
sosial,
dan
perkembangan kepribadian. Perkembangan fisik manusia paling optimal terjadi pada masa dewasa muda. Pada tahap ini seluruh fungsi tubuh sudah berkembang sepenuhnya termasuk fungsi reproduksi. Laki-laki mencapai tinggi maksimal pada usia 21-23 tahun, dan wanita pada usia 17-21 tahun. Perkembangan
mental
dewasa
muda
adalah
kemampuan
untuk
mengumpulkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan acuan bagi pelaksanaan kehidupan nyata (actual life). Perkembangan mental selama masa dewasa muda akan menentukan daya beradaptasi seseorang, karena dalam berhadapan dengan situasi baru, yang bersangkutan harus mampu secara cepat dan tepat menentukan sikap untuk merampungkan tugas perkembangan yang harus dilaksanakan. Tabel 1 Pendapat ahli mengenai tahapan masa dewasa dan usianya Ahli Birren (1964) Romley (1974)
Havighurts (1972) Levinson (1978)
Tahapan Dewasa muda Dewasa Dewasa muda DewasaMenengah Dewasa Akhir Dewasa Muda Dewasa Madya Dewasa Muda Dewasa Madya
Usia 17-25 25-50 21-25 25-40 40-60 18-35 35-60 17-45 40-65
Sumber: Hayslip dan Panek (1989)
Tahap perkembangan sosial dan kepribadian, dijelaskan oleh beberapa teori. Teori yang pertama adalah psikoanalisis Erikson (1963). Menurut Erikson (1963) dewasa muda berada pada tahap intimasi melawan isolasi. Pada tahap ini individu harus membangun kepribadian yang mampu melebur dengan kepribadian
8
orang lain agar mampu membentuk keintiman. Proses ini membutuhkan kemampuan kontrol emosi, kompromi, dan toleransi yang tinggi. Jika gagal maka individu akan merasa terisolasi. Teori yang kedua adalah tahap perkembangan menurut Levinson (1978), beliau membagi proses perkembangan dewasa muda kedalam tiga tahap yaitu: tahap transisi dewasa muda (17-22), tahap memasuki dunia dewasa (22-28) dan tahap transisi 30 tahun (28-33). Pada tahap transisi dewasa muda, individu harus bisa mengurangi ketergantungan pada keluarga dan lebih mandiri untuk membentuk dasar kehidupan sebagai orang dewasa dengan merencanakan tujuan hidup. Tahapan yang kedua yaitu memasuki dunia dewasa. Individu dituntut untuk mencari hubungan antara nilai yang dipegang dan nilai di masyarakat, memahami kemampuan diri, bekerja, dan membangun hubungan intim. Tahap ketiga yaitu transisi 30 tahun. Pada tahap ini, kehidupan akan menjadi lebih serius, lebih ketat, dan lebih realistik, sehingga individu harus mampu menciptakan dasar-dasar yang kuat dalam hubungan intim seperti pernikahan maupun karir. Pada akhirnya dewasa muda harus mampu menunjukan kematangan fisik-emosi, serta kesiapan dan keinginan untuk menghadapi dan bertanggung jawab pada peran-peran yang berhubungan dengan karir dan pernikahan. Lebih jelas mengenai tahapan perkembangan dewasa muda menurut Levinson disajikan pada Gambar 1. Masa akhir dari kehidupan Transisi Dewasa Tua (60-65) Puncak struktur kehidupan dewasa madya (55-60)
Masa Dewasa Tua(>60)
Transisi usia 50 tahun (51-54) Memasuki struktur kehidupan dewasa madya (45-50)
Transisi Dewasa Madya (40-45)
Masa Dewasa Madya (40-65) Masa Dewasa
Madya (40-65)
Puncak struktur kehidudan dewasa muda (33-40) Transisi 30 tahun (28-33)
Masa Dewasa Muda (17-45)
Memasuki struktur kehidupan dewasa muda (22-28)
Transisi Dewasa Muda (17-22) Tahun pertumbuhan
Gambar 1 Tahapan perkembangan masa dewasa Levinson.
9
Teori yang ketiga adalah teori Gould (1978), ia membagi perkembangan dewasa muda menjadi tiga tahapan yaitu: tahap meninggalkan orang tua (16-22 tahun), tahap kemandirian (22-28 tahun), dan tahap kedewasaan (28-34 tahun). Pada tahap yang pertama individu harus mampu meninggalkan ketergantungan kepada orang tua, namun kendala yang dihadapi adalah pengaruh orang tua pada tahap ini justru sedang mendominasi. Pada tahap kedua, individu harus lebih merasakan hidup sebagai orang dewasa, contohnya bisa menentukan pilihan atau tujuan hidup tanpa campur tangan orang tua. Pada tahap terakhir individu akan mulai merefleksikan diri apakah segala hal yang sudah dilakukan merupakan hal yang terbaik dan apakah tujuan-tujuan hidup sudah tercapai. Tugas perkembangan dewasa muda Tugas perkembangan adalah tugas yang harus dijalani dan diselesaikan manusia selama rentang usia, menyangkut hasrat dan tujuan yang diharapkan, sehingga terwujud kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Hayslip dan Panek (1989) mengatakan tugas perkembangan adalah situasi atau tugas penyesuaian hidup yang membuat individu mampu menghadapi permintaan, paksaan, atau kesempatan yang disediakan oleh lingkungan sosialnya. Tugas perkembangan merupakan proses berkelanjutan, artinya bahwa realisasi tugas perkembangan pada suatu periode entah yang bersifat positif atau negatif akan berdampak pada keberhasilan atau kegagalan pada tahapan selanjutnya (Havighurst dalam Hurlock 1994). Pencapaian tugas perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kebudayaan, lingkungan tempat tinggal, dan kondisi sosial ekonomi seseorang. Beberapa pendapat para ahli tentang tugas perkembangan usia dewasa muda disajikan pada Tabel 2. Erickson (1963), menjelaskan masa dewasa muda berada pada tahapan keintiman melawan isolasi, artinya seorang dewasa harus menemukan pasangan agar bisa melakukan kegiatan intim, bukan hanya intim secara seksual, tapi juga intim dalam berbagi sumberdaya ekonomi, kegiatan rutin tanggungjawab, dan tujuan masa depan. Kegagalan membina hubungan intim akan membuat individu
terisolasi dari lingkungannya. Berdasarkan Tabel 2,
terdapat satu tugas yang selalu dikemukakan dalam semua tugas perkembangan menurut para ahli, tugas tersebut adalah menikah atau berkeluarga.
10
Tabel 2 Ahli dan pendapatnya tentang tugas perkembangan masa dewasa muda Ahli Freud (1960) Erikson (1963) Gould (1978)
Havighurst (1972)
Sheehy (1976) dalam
Turner dan Helms (1986)
Tugas perkembangan dewasa muda Masa usia dewasa muda adalah masa bercinta dan bekerja (Lieben und arbeiten) Masa dewasa muda adalah masa membina hubungan intim melawan isolasi Masa dewasa muda adalah masa: - Melatih kemandirian dari orang tua - Mengembangkan karir - Memulai sebuah keluarga Masa dewasa muda adalah masa: - Membina keintiman dan pernikahan - Menyesuiakan diri terhadap pernikahan - Memulai keluarga (orang tua) - Merawat anak - Bertanggung jawab keluarga - Mengembangkan karir - Membina tanggung jawab sosial - Membina tanggung jawab sebagai warga negara Masa dewasa muda adalah masa: - Melatih kemandirian - Membentuk pribadi yang lebih baik - Membina karir dan keluarga - Bertanggung jawab sebagai orang dewasa
Kesiapan Menikah Definisi kesiapan menikah Kesiapan adalah tingkat perkembangan kematangan atau kedewasaan individu, sehingga akan menguntungkan yang bersangkutan untuk mempraktekan sesuatu (Chaplin 1989). Kesiapan juga didefinisikan sebagai tingkat kemampuan seseorang dalam mempersiapkan diri untuk belajar dan menghadapi tugas perkembangan (Corsini 2002). Kesiapan bisa berupa keahlian khusus yang diperoleh melalui dukungan perkembangan fisik dan intelektual yang terjadi dalam pergaulan sosial yang menyediakan saat-saat untuk dapat belajar. Kesiapan menikah adalah keadaan siap berhubungan dengan seorang pria atau wanita, siap menerima tanggung jawab sebagai suami atau istri, siap berhubungan seksual, siap mengatur keluarga, dan mengasuh anak (Puteri 2010). Duvall (1971) mengatakan bahwa kesiapan menikah adalah kondisi ketika seorang wanita maupun laki-laki telah menyelesaikan masa remajanya, dan secara fisik, emosi, pendidikan, finansial, dan kepribadian, telah siap untuk memikul tanggung jawab dan hak-hak istimewa setelah menikah.
11
Kesiapan menikah bagi wanita dianggap lebih penting dibandingkan dengan laki-laki karena dua pertimbangan sebagai berikut: pertama, wanita sebagai istri yang akan menentukan asupan gizi makanan bagi keluarganya. Pakar ekonomi Inggris, Alfred Marshall (1890) telah mengingatkan mengenai isu penting ini dengan mengatakan: “Much depends on the proper preparation of food; and a skilled housewife with ten penny a week to spend on food will often do more for the health and strength of her family than an unskilled housewife with twenty penny. The great mortality of infants among the poor are largely due the lack of care and judgment in preparing their food;…” “Banyak hal bergantung pada persiapan makanan yang tepat; dan ibu rumah tangga yang terampil dengan uang sepuluh sen untuk belanja makanan selama seminggu, akan berbuat lebih banyak untuk kesehatan dan kekuatan bagi keluarganya dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang tidak terampil dengan uang dua puluh sen. Tingginya angka kematian bayi pada masyarakat miskin terutama disebabkan oleh kurangnya perawatan dan penilaian dalam menyiapkan makanan mereka…” (Terjemahan oleh penulis)
Pertimbangan yang kedua, berkaitan dengan status wanita yang akan menjadi calon ibu baik menjelang kehamilan, selama masa kehamilan, dan setelah melahirkan. Kondisi kesehatan baik fisik dan mental seorang calon ibu, senantiasa akan berhadapan dengan gangguan eksternal, misalnya gangguan penyakit, sehingga janin yang dikandung akan memiliki peluang terkena efek samping penyakit yang diderita ibunya. Selain itu, perubahan fisik janin yang begitu cepat selama masa kandungan membutuhkan keterampilan ibu yang mengandung untuk mengatur kecukupan asupan gizi sehingga kesehatan ibu dan janin bisa terjaga dengan baik. Faktor-faktor kesiapan menikah Seseorang yang hendak menikah harus memiliki hal-hal sebagai berikut: kematangan emosi yang baik, kedewasaan, perilaku komunikasi yang empati dan terbuka, kemandirian, aktivitas keagamaan yang baik, self-esteem yang baik, selfdisclosure yang baik, dan umur yang cukup (Holman, Harmer, & Larson 1994). Rapaport dalam Duvall dan Miller (1985), menyajikan kemampuan pribadi seseorang yang dinyatakan siap menikah yaitu: mampu mengendalikan perasaan diri sendiri, mampu berhubungan baik dengan orang banyak, mampu menjadi pasangan yang baik dalam berhubungan seksual yang intim, mampu menyayangi orang lain, tanggap (sensitive) terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain,
12
mampu berbagi rencana dan kasih sayang dengan orang lain, mampu menerima kelebihan dan kekurangan orang lain, mampu menerima keterbatasan orang lain, mampu menghadapi masalah terutama yang berhubungan dengan ekonomi, mampu berkomunikasi mengenai pemikiran, perasaan, harapan, dan terkahir mampu menjadi suami-istri yang bertanggung jawab. Mengacu hasil Sunarti (2001), terdapat prasyarat minimal untuk calon pasangan yang ingin menikah dan membangun keluarga. Prasyarat minimal tersebut terdiri dari tiga unsur yaitu: memiliki kemampuan untuk memperoleh sumberdaya ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) maupun kebutuhan perkembangan anggota keluarga, memiliki kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memadai untuk mengelola keluarga sebagai ekosistem mikro, dan memiliki kematangan kepribadian untuk menjalankan fungsi, peran dan tugas keluarga. Blood (1978) membagi kesiapan menikah menjadi beberapa kesiapan yaitu: 1.
Kesiapan emosi, adalah kemampuan membangun dan merawat hubungan baik dengan orang lain, mampu berbagi (sharing), menerima kekurangan serta kelebihan orang lain, mampu mencintai, berempati kepada orang lain, sensitif pada kebutuhan orang lain, dan mau memikul tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan orang tersebut. Goleman (1997), membagi dimensi kecerdasan emosi kedalam lima
dimensi yaitu: (a) kesadaran diri, yaitu mengetahui apa yang dirasakan, mengetahui kemampuan diri, dan penyebab munculnya perasaan, (b) pengaturan diri, yaitu kemampuan mengelola emosi, mampu mengendalikan amarah dan cepat pulih dari tekanan, (c) motivasi, yaitu kemampuan memanfaatkan emosi sehingga menjadi pribadi yang produktif, fokus pada tugas, dan bertanggung jawab, (d) empati, yiatu peka dan mampu membaca perasaan orang lain. Mereka yang mampu berempati biasanya mudah menyelarasakan diri dengan orang lain, dan (e) keterampilan sosial, yaitu kemampuan membangun hubungan baik dengan orang lain, menyelesaikan masalah, dan bekerja dalam tim.
13
2.
Kesiapan usia biologis, biasanya mengacu kepada ketentuan hukum yang berlaku disuatu Negara. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Pasal 6 dan 7, menjelaskan usia
minimal yang diizinkan untuk menikah adalah untuk laki-laki 19 tahun dan wanita 16 tahun, dan jika usia keduanya dibawah 21 tahun maka disyaratkan harus mendapatkan izin kedua orang tua. Usia bisa mempengaruhi kedewasaan seseorang, karena untuk menjadi pribadi yang dewasa secara emosi membutuhkan waktu, namun hitungan usia biologis manusia tidak selalu berbarengan dengan kedewasaan emosi. Hal tersebut karena kematangan emosi seseorang juga berkaitan dengan banyaknya peluang untuk belajar dan bersikap terhadap kehidupan. Banyaknya peluang sendiri, dipengaruhi oleh lingkungan tempat seseorang berada. 3.
Kesiapan sosial, terbagi menjadi dua: (a) pengalaman berkencan yang cukup (enough dating), yaitu kondisi ketika individu siap berkomitmen hanya kepada satu orang yang terbaik baginya yaitu pasangannya dan tidak merasa penasaran untuk menjalin hubungan dengan orang lain dan; (b) pengalaman hidup sendiri (enough single life), yaitu pengalaman individu memiliki waktu yang memadai untuk dirinya sendiri dalam kehidupan yang mandiri. Manfaat hidup sendiri adalah mengetahui identitas pribadi secara jelas sebelum melakukan pernikahan.
4.
Kesiapan model peran adalah siap menjalankan tugas dan peran dalam rumah tangga. Banyak orang belajar bagaimana menjadi suami dan istri yang baik dengan mencermati sosok (figure) yang paling dekat dengan mereka, yaitu orang tua mereka sendiri.
Lord Chesterfield (1750) mengatakan: “We are, in truth, more than half what we are by imitation. The great point is, to choose good models, and to study them with care..” “Sesungguhnya, lebih dari separuh apa yang ada diri kita adalah hasil meniru. Pokok masalahnya adalah, bagaimana memilih model yang baik untuk ditiru secara benar..” (Terjemahan oleh penulis)
Penting untuk mengetahui apa saja peran dan tugas sebagai suami istri, sehingga pasangan yang hendak menikah bisa menyadari hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum memasuki jenjang pernikahan dan membina rumah tangga.
14
5.
Kesiapan finansial, berhubungan dengan jumlah minimum pendapatan yang harus dimiliki seseorang yang akan menikah bergantung pada nilai-nilai yang dipegang calon pasangan karena setiap pasangan memiliki standar minimum bagaimana cara untuk hidup. Umumnya standar minimum seseorang dimulai pada level yang diraih orang tua mereka. Berdasarkan faktor-faktor kesiapan menikah menurut tokoh-tokoh diatas,
terdapat beragam faktor yang sebagian faktor memiliki beberapa kesamaan, misalnya memiliki sumber daya ekonomi dalam Sunarti (2001) sama dengan dengan faktor kesiapan finansial oleh Blood (1978). Tabel 3 menyajikan berbagai faktor-faktor kesiapan menikah menurut pendapat para ahli. Tabel 3 Ahli dan pendapatnya tentang faktor-faktor kesiapan menikah Ahli Rapaport, dalam Duvall dan Miller (1985)
Holman, Harmer, dan Larson (1994)
Sunarti (2001)
Blood (1978)
Faktor-faktor kesiapan menikah Mampu berhubungan baik Pasangan berhubungan seksual yang intim Mampu berbagi Mampu menerima kelebihan dan kekurangan orang lain. Mampu menghadapi masalah Berkomunikasi dengan baik Bersedia menjadi suami-istri yang bertanggung jawab Bisa mengendalikan perasaan Lembut dan kasih sayang Sensitif dengan kebutuhan dan perkembangan orang lain Menerima keterbatasan orang lain Kesehatan emosional Kedewasaan emosional Komunikasi yang empati dan terbuka Mandiri Aktivitas keagamaan yang baik Memiliki self disclosure yang baik Memiliki self esteem yang baik Umur yang cukup Sumber daya ekonomi Kualitas sumber daya manusia Kematangan kepribadian Kematangan emosi Kesiapan usia Kematangan sosial Kesiapan model peran Kesiapan finansial
15
KERANGKA PEMIKIRAN Pernikahan merupakan tugas perkembangan pada masa dewasa muda (Hurlock 1994). Menikah juga merupakan tujuan nomor dua, setelah bekerja, yang paling banyak disebutkan mahasiswa Strata Satu (S1) untuk dicapai setelah lulus kuliah (Oktaviani 2010). Pernikahan sebagai tugas perkembangan maupun tujuan hidup, tentu akan berpengaruh terhadap persepsi dewasa muda mengenai kesiapan menikah. Dewasa muda diasumsikan akan lebih mencari, mengolah, dan memahami informasi yang berhubungan dengan kesiapan menikah. Penggalian informasi dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kesiapan menikah yang diketahui oleh dewasa muda. Terdapat beberapa ahli yang sudah memberikan pendapatnya mengenai kesiapan menikah, contohnya Blood (1978), yang membagi kesiapan menikah kedalam beberapa indikator diantaranya kesiapan emosi, kesiapan sosial, kesiapan finansial, dan kesiapan peran. Selain Blood masih ada tokoh lain yang menyebutkan faktor kesiapan menikah, seperti Rapaport dalam Duvall dan Miller (1985) menyebutkan bahwa kesiapan menikah artinya mampu berhubungan baik, melakukan hubungan seksual, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Sunarti (2001) yang membagi kesiapan menikah kedalam tiga indikator yaitu memiliki sumber daya ekonomi, memiliki kematangan pribadi, dan kualitas sumberdaya manusia. Namun, apakah faktor-faktor kesiapan tersebut sesuai dengan pengetahuan atau persepsi dewasa muda saat ini belum bisa dipastikan, sehingga perlu dilakukan konfirmasi apakah persepsi dewasa muda sudah sesuai atau tidak dengan faktor-faktor kesiapan menikah menurut ahli yang sudah ada. Kesiapan menikah biasanya dipandang dari kedewasaan usia seseorang, akan tetapi ada orang yang siap menikah ketika usianya masih muda, ada pula yang sudah dewasa namun belum siap menikah, sehingga kesiapan menikah yang dimiliki seseorang diasumsikan dapat mempengaruhi usia menikahnya. Setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dan berasal dari keluarga dengan latar belakang yang berbeda. Perbedaan karakteristik dapat mempengaruhi usia menikah. Contohnya perbedaan usia menikah berdasarkan jenis kelamin, pada umumnya usia menikah calon suami lebih tua dibandingkan calon isteri.
16
Faktor lain yang mampu meningkatkan usia menikah adalah peluang memperoleh pendidikan tinggi yang semakin besar, meningkatnya pekerja wanita, dan adanya perubahan ideologi dengan adanya pergerakan kaum wanita yang menuntut adanya kesamaan derajat dengan laki-laki. Perempuan saat ini lebih memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi dan memiliki pekerjaan diberbagai bidang. Perempuan yang berpendidikan tinggi akan memiliki usia menikah yang lebih tua dibandingkan yang memiliki pendidikan rendah, hal tersebut karena semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi peluang untuk berkarir. Pada masa modern saat ini peluang bekerja bagi wanita lebih terbuka, perempuan dihadapkan pada pilihan yang lebih menarik yaitu gengsi (prestige) dan pendapatan (income) dibandingkan menikah dan mengurus anak. Tekanan ekonomi juga turut membuat wanita menjadi pencari nafkah dalam keluarga. Karakteristik keluarga dan orangtua juga mampu mempengaruhi usia menikah dewasa muda. Ibu yang bekerja akan memberi gambaran pada anak perempuan bahwa sebelum menikah seorang isteri juga harus bekerja untuk membantu suami memenuhi kebutuhan keluarga.Pasangan yang berasal dari keluarga besar, kemungkinan memiliki ideologi memiliki jumlah anak yang banyak setelah menikah, dan mereka akan lebih memilih untuk menikah muda. Berryman dan White (1987) menjelaskan bahwa wanita yang hidup bersama ibu tunggal, cenderung menunda pernikahan untuk mengejar karir yang mapan. Pengalaman hidup dengan single mother jauh lebih berat dibandingkan dengan orangtua yang lengkap, sehingga mereka akan melakukan semacam tindakan pencegahan apabila suatu hari mereka mengalami hal yang sama. Usia menikah orang tua kemungkinan mempengaruhi
usia menikah anaknya, karena pernikahan orang tua adalah contoh utama sebuah pernikahan bagi anak. Pada laki-laki status ekonomi keluarga lebih berpengaruh secara langsung terhadap usia menikahnya, namun pada perempuan status ekonomi berpengaruh secara tidak langsung, misalnya melalui pendidikan. Wanita dengan pendidikan yang tinggi dan sukses dengan pendidikannya akan mempengaruhi usia menikahnya. Individu yang memiliki pengalaman menjalin hubungan dengan lawan jenis (berpacaran) dapat mempengaruhi usia menikah karena dengan berpacaran akan meningkatkan peluang menemukan pasangan. Alur kerangka pemikiran penelitian ini disajikan pada Gambar 2.
17
Tugas Perkembangan Dewasa Muda: menikah
Dewasa Muda
Kesiapan menikah (hasil identifikasi dan persetujuan pernyataan faktor kesiapan menikah para ahli)
Faktor-faktor kesiapan menikah
Karakteristik Dewasa Muda: jenis kelamin, uang saku, pendidikan, urutan anak, dan status berpacaran.
usia ideal menikah Usia menikah
Karakteristik Keluarga: Besar keluarga Pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, pernikahan orang tua, usia orang tua saat menikah, pendapatan perkapita kelengkapan orangtua
Keterangan :
Usia ingin menikah
= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti Gambar 2 Kerangka Pemikiran Penelitian Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dan Pengaruhnya terhadap Usia Menikah
17
18
19
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Desain Penelitian ini adalah cross sectional study, karena data yang dikumpulkan hanya pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Nazir 2009). Lokasi penelitian adalah di Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat. Lokasi ditentukan secara pusrposive, dengan pertimbangan subjektif sebagai berikut: 1) FEMA IPB memiliki mahasiswa yang berusia dewasa muda dengan latar belakang yang berbeda 2) FEMA IPB memiliki tiga departemen yang berhubungan erat dengan dunia pernikahan dan keluarga yaitu Gizi Masyarakat, Ilmu Keluarga dan Konsumen, dan Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, sehingga diharapkan ketika penggalian informasi mengenai kesiapan menikah dapat diperoleh informasi yang lebih memadai. Waktu pengumpulan data primer adalah bulan Juni 2011. Teknik Pengambilan Contoh Populasi penelitian ini adalah mahasiswa mayor minor program sarjana Strata Satu (S1) FEMA IPB tahun ajaran 2007-2009 yang berjumlah 780 orang. Sejumlah contoh dipilih untuk mewakili populasi. Penentuan jumlah contoh menggunakan rumus Slovin berikut ini : n= Keterangan :
N 780 = = 106,5 ≈ 107 + 1 780(0.092 ) + 1
Ne2
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi mahasiswa S1 FEMA IPB Tahun 2007-2009 e = error (9%)
Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah contoh yang diteliti adalah 107 contoh. Untuk mengantisipasi data yang tidak valid maka jumlah contoh ditambah menjadi 110 orang. Jumlah contoh dari setiap angkatan (2007-2009) ditentukan secara proporsional. Selanjutnya penarikan contoh dari setiap angkatan (subpopulasi) dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling), artinya setiap anggota subpopulasi memiliki probabilitas terpilih yang sama. Untuk lebih jelas mengenai tahap pengambilan contoh disajikan pada Gambar 3 di bawah ini.
20
Mahasiswa S1 FEMA IPB angkatan 2007-2009 N=780
2007=264
2008=262
2009=254
2007=38
2008=37
2009=35
Purposive
Proportional
Simple random sampling n=110
Gambar 3 Kerangka pengambilan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Namun, pada penelitian ini hanya data primer yang diolah, sedangkan data sekunder hanya sebagai tambahan informasi saja. Cara pengumpulan data primer dengan menggunakan kuesioner dan contoh mengisi sendiri kuesioner yang telah diberikan. Data sekunder yang digunakan adalah data populasi mahasiswa diperoleh dari Dekanat Fakultas Ekologi Manusia berupa jumlah mahasiswa FEMA angkatan 2007 sampai 2009. Kuesioner penelitian ini terdiri atas empat bagian, yaitu:. 1.
Bagian A karakteristik contoh, meliputi: jenis kelamin (laki-laki atau perempuan), usia (tahun), uang saku perbulan (Rp/bulan), urutan anak, saudara yang sudah menikah, dan status hubungan contoh.
2.
Bagian B karakteristik keluarga contoh, meliputi: usia orang tua (tahun), usia orang tua saat menikah (tahun), pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua perbulan (Rp/bulan), pendidikan (lama pendidikan dan tingkat pendidikan), dan kelengkapan orang tua.
21
3.
Bagian C persepsi contoh mengenai kesialan menikah. Persepsi diperoleh melalui pertanyaan terbuka (Open-ended question), yaitu pertanyaan yang membutuhkan jawaban bebas dari responden. Responden tidak diberi pilihan jawaban, tetapi menjawab pertanyaan sesuai dengan pendapatnya. Pertanyaan terdiri atas (1) arti pernikahan, (2) tujuan ingin menikah, (3) arti kesiapan menikah, (4) kesiapan menikah untuk laki-laki, (5) kesiapan menikah untuk perempuan, (6) tugas istri, (7) tugas suami, (8) usia ideal menikah bagi lakilaki dan perempuan, (9) usia ingin menikah, (10) Alasan siap atau tidak siap menikah.
4.
Bagian D persetujuan contoh terhadap kesiapan menikah menurut pandangan ahli. Terdiri atas 57 item pernyataan dengan pilihan jawaban skala Likert, 5=sangat setuju, 4= setuju, 3= ragu-ragu, 2=tidak setuju, dan 1= sangat tidak setuju, yang merupakan pengembangan dari delapan faktor kesiapan menikah menurut pendapat para ahli. Kedelapan faktor tersebut adalah: (1) kesiapan emosi (Blood 1978 dan Goleman 1997), (2) kesiapan usia (Blood 1978), (3) kesiapan sosial (Blood 1978), (4) kesiapan peran (Blood 1978), (5) kesiapan seksual (Duval & Miller 1985), (6) kemampuan berkomunikasi (Duval & Miller 1985), Kesiapan spiritual (Holman, Bolby, & Larson 1994), dan kesiapan finansial (Blood 1978). Pengolahan dan Analisis Data Proses pengolahan data meliputi pengeditan, pengkodean, entry ke
komputer, pengecekan data, dan selanjutnya dianalisa. Data karakteristik contoh dan keluarga contoh dikategorikan berdasarkan standar tertentu
maupun
berdasarkan sebaran data kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi silang (cross tabulation) dan dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif berkenaan dengan bagaimana data digambarkan atau disimpulkan secara numerik (misalnya menghitung rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam bentuk tabel atau grafik) sehingga mudah dibaca dan bermakna. Selain analisis deskriptif, pengolahan data juga menggunakan Uji independent-samples t-test. uji reabilitas, uji validitas, analisis faktor, dan uji regresi linear berganda. Cara pengkategorian untuk variabel karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh beserta skalanya tersaji pada Tabel 4.
22
Tabel 4 Variabel, skala variabel, dan engkategorian data karakteristik Variabel Jenis kelamin contoh
Skala Nominal
Usia contoh
Rasio
Uang saku (Rp/Bulan)
Rasio
Urutan anak
Nominal
saudara yang sudah menikah
Nominal
Status hubungan
Nominal
Usia orang tua
Rasio
Usia orantua saat menikah
Rasio
Pendidikan Orang tua
Ordinal
Lama Pendidikan Orang tua
Ratio
Besar Keluarga
Interval
Pekerjaan Orang tua
Nominal
Kategori 1. 2. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 1. 2.
Laki-laki Perempuan 18-20 21-22 23-24 Rendah (<700.000,00) Sedang (700.000,00-1.150.000,00) Tinggi (>1.150.000,00) Sulung Tengah Bungsu Tunggal Ada Tidak ada Tidak sedang berpacaran Sedang berpacaran
1. Dewasa muda (18-40 tahun) 2. Dewasa Madya (41-60 tahun) 3. Tua (>60tahun) Hurlock (1994) Ayah 1. Tidak diizinkan nikah (<19 tahun) 2. Diizinkan nikah (≥19 tahun) Ibu 1. Tidak diizinkan (<16 tahun) 2. Diizinkan (≥ 16 tahun) UU No.1 Tahun 1974 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Diploma 5. S1 6. S2 7. S3 1. ≤ 9 tahun 2. < 9 tahun Program Wajib Belajar 9 tahun 1. Kecil (≤ 4 orang) 2. Sedang (5-6) 3. Besar (> 6 orang) BKKBN
1. PNS 2. Polisi/ABRI 3. Pegawai Swasta 4. Wirausaha 5. Pensiunan 6. BUMN 7. IRT/Tidak bekerja 8. Dosen 9. Guru 10. Buruh/petani 11. Lainnya
23
Variabel Pendapatan Orang tua(Rp/bulan)
Skala Rasio
Pendapatan Per kapita (Rp/bulan)
Rasio
Kondisi Pernikahan Orang tua
Ordinal
Usia ideal menikah
Ratio
Usia ingin menikah
Ratio
Kesiapan menikah
Ordinal
Kategori 1. <1000. 000,00 2. 1000.000,00-2.000.000,00 3. 2.000.000,01-3.000.000 4. 3.000.000,01-4.000.000,00 5. >4.000.000,00 (sebaran data) 1. Sangat miskin (≤212.210,00) 2. Cukup miskin (>212.210,00) BPS (2010) 1. Bercerai 2. Keduanya meninggal 3. Salah satu meninggal 4. Utuh 1. 20-22 2. 23-25 3. 26-38 4. 29-31 (Levinson 1978) 1. 20-22 2. 23-25 3. 26-28 4. 29-31 (Levinson 1978) 1. Ya 2. Tidak
Independent-samples t-test Independent-samples t-test digunakan untuk melihat adanya perbedaan rata-rata pada karakteristik antara contoh laki-laki dan perempuan, untuk data usia, uang saku, usia orang tua, besar keluarga, pendapatan keluarga, lama pendidikan orang tua, usia menikah orang tua, usia ideal menikah, dan usia ingin menikah. Serta melihat perbedaan antara rata-rata usia ideal dengan rata-rata usia ingin menikah. Perbedaan rata-rata pada variabel karakteristik ditunjukan dengan nilai signifikansi yang rendah (sig<0,05). Uji reabilitas dan validitas Uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui kekonsistenan suatu alat ukur, yang pada penelitian ini adalah 57 item pernyataan tentang kesiapan menikah. Sehingga ketika dilakukan pengukuran ulang maka akan diperoleh hasil yang sama, sehingga alat ukur tersebut dapat dipercaya atau diandalkan. Reabilitas suatu alat ukur dapat ditentukan dengan melihat nilai cronbach alpha pada hasil uji statistik.
24
Alat ukur reliabel jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6. Untuk uji validitas, juga dilakukan terhadap 57 item pernyataan kesiapan menikah. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu alat ukur mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara masingmasing pernyataan dengan skor total setiap faktor kesiapan menikah. Item pernyataan yang valid adalah yang memiliki nilai korelasi diats 0,3 terhadap total skor seluruh pernyataan yang membangun suatu faktor. Analisis faktor Uji analisis faktor pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi data, yaitu proses meringkas item-item menjadi faktor yang lebih sedikit dan menamakannya. Analisis faktor digunakan untuk menganalisis 57 item pernyataan yang akan direduksi kedalam set atau kelompok atau faktor yang lebih kecil, dan dinamai setiap faktornya. Langkah untuk melakukan analisis faktor adalah sebagai berikut: Menghitung korelasi antara indikator yang diobservasi
Ekstraksi Faktor
Rotasi Faktor
Gambar 4 Prosedur Analisis Faktor (Sumber: Widarjono 2010) Sebelum masuk pada proses analisis faktor, terdapat asumsi-asumsi yang harus dipenuhi untuk menilai tepat tidaknya menggunakan analisis faktor, asumsi tersebut adalah: (1) besar korelasi antar pernyataan harus cukup kuat, diatas 0,3, ditujukan dengan nlai Barlett’s Test of Sphericity yang harus lebih kecil dari 0,05 (sig<0,05); (2) Kecukupan contoh, yang ditujukan dengan nilai Kaiser-MeyerOlkin (KMO), dan Measure of Sampling Adequency (MSA). Analisis faktor bisa dilakukan jika Angka KMO lebih dari 0,5 dan nilai MSA untuk setiap pernyataan diatas 0,5. Jika data sudah layak untuk dilakukan analisis faktor maka tahap selanjutnya adalah memilih metode ekstraksi untuk menentukan jumlah faktor.
25
Ekstraksi faktor bertujuan untuk menghasilkan sejumlah faktor dari data yang ada. Dalam penelitian ini untuk menentukan jumlah faktor yang diinginkan sebagai hasil ekstrak, digunakan dua kriteria: 1.
Kriteria Latent Root, yaitu faktor-faktor yang terbentuk berdasarkan eigenvalue minimum 1 yang akan dipertahankan atau hanya faktor dengan eigenvalue > 1 yang dianggap signifikan.
2.
Kriteria Aproriori Criterion, yaitu jumlah faktor kesiapan menikah ditentukan sendiri oleh peneliti, karena peneliti sudah memiliki pengalaman sebelumnya tentang berapa jumlah faktor yang tepat atau sesuai. Pada setiap pernyataan yang membentuk faktor akan memiliki suatu nilai
yang disebut nilai factor loading. Nilai factor loading adalah nilai yang memberitahukan seberapa besar setiap pernyataan termasuk (belongs) kedalam setiap faktor. Semakin tinggi nilai faktor loading maka semakin kuat pernyataan dimiliki oleh faktor tersebut. Factor loading harus memenuhi kriteria signifikansi yaitu lebih besar dari 0,5 kerena semakin besar factor loading, maka semakin mudah mengintrepretasikan faktor tersebut. Jika factor loading suatu pernyataan sama-sama cukup tinggi pada beberapa faktor maka akan sulit memutuskan ke faktor mana pernyataan tersebut dimasukan, untuk itu setelah ekstraksi faktor, dilakukan rotasi faktor. Rotasi faktor bertujuan agar dapat diperoleh struktur faktor yang lebih sederhana agar faktor mudah diintrepretasikan. Setelah setiap pernyataan sudah terkumpul kedalam faktor-faktor, tahap selanjutnya adalah intrepretasi atau penamaan terhadap faktor yang terbentuk. Intrepretasi faktor dapat dilakukan dengan mengetahui pernyataan-pernyataan yang membentuknya. Untuk data yang berasal dari pertanyaan terbuka mengenai pernikahan dan kesiapan menikah dianalisis dengan metode analisis konsep. Analisis konsep yang digunakan didasarkan kepada pola deduktif (umum-khusus), dimana peneliti sudah memiliki hipotesis yang akan duji (Strauss dan Corbin 1990 dalam Bernard 2000). Tujuan analisis konsep adalah menguji apakah faktor-faktor kesiapan menikah menurut para ahli sesuai dengan faktor-faktor kesiapan menikah yang teridentifikasi berdasarkan persepsi contoh.
26
Uji regresi linier berganda Regresi adalah suatu analisis bagaimana satu variabel yaitu variabel dependen dipengaruhi oleh satu (sederhana) atau lebih variabel independen (berganda), dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi nilai rata-rata variabel dependen didasarkan pada nilai variabel independen yang diketahui (Widarjono 2010). Pada uji regresi, model layak digunakan untuk memprediksi variabel terikat jika nilai signifikansi lebih rendah dari 0,05 (sig<0,05). Uji regresi berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabelvariabel bebas terhadap variabel terikat. Regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor kesiapan menikah dan karakteristik contoh terhadap usia menikah. Uji regresi menggunakan program computer yang sesuai dan pemilihan model dilakukan secara otomatis. Metode yang digunakan pada uji regresi berganda adalah metode Backward. Metode backward adalah memasukan semua variabel independen kedalam model regresi (metode enter), selanjutnya mengeliminasi satu persatu variabel indipenden sehingga variabel indipenden yang tersisa pada model hanya variabel yang signifikan saja. Eliminasi dilakukan pada variabel yang memiliki nilai signifikansi yang besar, yaitu diatas 0,1 (sig>0,1). Dalam pemilihan model regresi yang tepat juga dengan melihat nilai koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menukur seberapa baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya. Nilai koefisien determinasi nilainya selalu naik jika dilakukan penambahan variabel independen, walaupun variabel independen yang ditambahkan tidak sesuai teori terhadap variabel dependen yang diuji. Oleh karena itu, sebagai alternative digunakan R2 yang disesuaikan (Adjusted-R2). Pemilihan model regresi pada akhirnya dengan melihat nilai Adjusted-R2 yang terbesar.
27
Definisi Operasional Contoh adalah dewasa muda mahasiswa S1 Fakultas Ekologi Manusia tahun ajaran 2007/2009 dan belum menikah. Dewasa muda adalah individu yang berusia 18-42 tahun. Karakteristik contoh adalah ciri-ciri dan aspek sosial ekonomi yang melekat pada contoh berupa jenis kelamin, usia, uang saku urutan anak, saudara menikah, dan status hubungan contoh Usia menikah adalah usia ideal menikah dan usia ingin menikah Usia ideal menikah adalah lama hidup seseorang dianggap tepat untuk menikah Usia ingin menikah adalah lama hidup seseorang yang dirasa sudah tepat bagi dirinya untuk menikah Uang saku perbulan adalah jumlah nilai rupiah yang diperoleh contoh dalam satu bulan Urutan anak adalah status contoh dibedakan menjadi anak sulung, tengah, bungsu dan tunggal, sesuai kelahiran. Saudara yang sudah menikah adalah ada tidaknya kakak atau adik contoh yang statusnya kawin Status hubungan adalah keberadaan kekasih dalam kehidupan contoh saat ini. Karakteristik keluarga contoh adalah ciri-ciri aspek sosial ekonomi yang melekat pada orang tua berupa usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan status pernikahan orang tua. Pendapatan keluarga adalah akumulasi gaji, upah, atau hasil yang diperoleh orang tua dari pekerjaan yang dinilai dengan uang selama satu bulan. Pendapatan per kapita adalah pendapapatan keluarga dibagi besar keluarga Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri atas ayah,ibu, dan anak. Pekerjaan orang tua adalah setiap kegiatan yang dilakukan orang tua yang menghasilkan uang sebagai sumber penghasilan utama Pendidikan orang tua adalah sekolah terakhir dari orang tua contoh mendapatkan pendidikan formal Lama pendidikan orang tua adalah jumlah tahun orang tua contoh memperoleh pendidikan formal
28
Kelengkapan orang tua adalah kondisi ayah dan ibu kandung contoh sampai dengan waktu penelitian apakah masih utuh, bercera, atau meninggal Kesiapan menikah adalah kesiapan untuk memasuki dunia pernikahan dengan memiliki kematangan emosi, kematangan usia, kematangan sosial, kesiapan model peran, kesiapan berhubungan seksual, kemampuan berkomunikasi, kesiapan spiritual, dan kesiapan finansial yang baik Kematangan emosi adalah kedewasaan seseorang yang bisa dilihat dari cara orang tersebut menyelesaikan masalah dalam tumah tangga dan berhubungan dengan orang lain terutama pasangan. Kesiapan usia adalah usia yang dipandang ideal untuk menikah. Kematangan sosial adalah kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan sebelum menikah baik sebagai single maupun sebagai pasangan kekasih (berkencan) Kesiapan model peran adalah mampu menjalankan tugas dan peran yang diperoleh setelah menikah baik sebagai isteri maupun suami Kesiapan berhubungan seksual adalah mampu melakukan hubungan jenis kelamin (seks) dengan pasangan. Kemampuan berkomunikasi adalah mampu mengungkapkan secara verbal dan non verbal dan menerima pesan atau perasaan kepada atau dari pasangan secara efektif dan efisien Kesiapan spiritual adalah mampu menjalankan ibadahnya dengan baik kepada Tuhan dan kepada mahkluk citaan Tuhan Kesiapan finansial adalah jumlah harta yang harus dimiliki seseorang yang siap menikah untuk bisa membiayai standar hidup dirinya dan pasangannya bisa uang tunai, rumah, investasi, maupun tabungan.. .
29
HASIL PENELITIAN Karakteristik Contoh Jenis kelamin dan usia Dewasa muda yang menjadi contoh dalam penelitian ini terdiri atas 32 orang laki-laki (29,10%) dan 78 orang perempuan (70,90%). Contoh laki-laki memiliki rentang usia antara 18-24 tahun, sedangkan contoh perempuan 18-23 tahun. Usia digolongkan kedalam tiga kategori menurut hasil sebaran data. Berdasarkan Tabel 5 lebih dari setengah contoh laki-laki (53,12%) dan lebih dari setengah contoh perempuan (51,28%) berusia 21-22 tahun. Rata-rata usia contoh laki-laki adalah 20,80 tahun dan contoh perempuan 20,60 tahun. Secara keseluruhan, contoh memiliki rata-rata usia 20 tahun. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia Usia (tahun) 18-20 21-22 23-24
Laki-laki (n=32) % 40,63 53,12 6,25
Perempuan (n=78) % 47,44 51,28 1,28
Total (n=110) % 45,45 51,82 2,73
Uang saku Uang saku perbulan dalam rupiah yang diperoleh keseluruhan contoh berjumlah minimal Rp250.000,00 dan maksimal Rp1.600.000,00. Uang saku contoh laki-laki memiliki rentang Rp350.000,00-Rp1.600.000,00 sedangkan contoh perempuan Rp250.000,00-Rp1.500.000,00. Lebih dari separuh contoh laki-laki (53,12%) memiliki uang saku yang rendah, sedangkan lebih dari separuh contoh perempuan (53,85%) memiliki uang saku yang tergolong sedang. Rata-rata uang saku contoh laki-laki adalah Rp745.000,00 dan rata-rata uang saku contoh perempuan adalah Rp717.000,00. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan uang saku Uang saku perbulan ( Rp) Rendah (<700.000,00) Sedang (700.000,00-1.150.000,00) Tinggi (>1.150. 000,00)
Laki-laki (n=32) % 53,12 31,25 15,63
Perempuan (n=78) % 41,03 53,85 5,13
Total (n=110) % 44,55 47,27 8,18
30
Urutan lahir Hampir setengah contoh laki-laki (40,63%) dan setengah contoh perempuan (50,00%) merupakan anak sulung
atau anak pertama didalam
keluarganya (Tabel 7). Santrock (2007) menyebutkan bahwa urutan kelahiran anak dapat mempengaruhi perilaku anak, karena urutan lahir dapat membedakan tugas dan tanggung jawab seorang anak. Pada umumnya anak sulung lebih dituntut untuk menikah paling awal dibandingkan adik-adiknya. Selain tugas, sikap orang tua dan kebudayaan masyarakat terkadang juga masih membedakan anak berdasarkan urutannya (Gunarsa & Gunarsa 2008). Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan urutan lahir Urutan Kelahiran Sulung Tengah Bungsu Tunggal
Laki-laki (n=32) % 40,63 28,12 28,12 3,13
Perempuan (n=78) % 50,00 30,77 17,95 1,28
Total (n=110) % 47,27 30,00 20,91 1,82
Saudara menikah Contoh yang memiliki saudara kandung yang sudah menikah, laki-laki hanya seperempat (25,00%), dan perempuan hampir seperempatnya (22,73%). Pernikahan saudara kandung diasumsikan akan memberikan gambaran mengenai kehidupan pernikahan secara nyata kepada contoh, selain daripada pernikahan orang tua contoh, dengan memberikan simbol-simbol bermakna maupun interaksi baik secara verbal maupun nonverbal. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan kepemilikan saudara yang sudah menikah Saudara menikah Tidak ada Ada
Laki-laki (n=32) % 75,00 25,00
Perempuan (n=78) % 78,21 21,79
Total (n=110) % 77,27 22,73
Menurut Santrock (2007) hubungan saudara kandung merupakan hubungan yang sangat kuat setelah hubungan orang tua dengan anak. Dalam mendiskusikan beberapa hal saudara lebih dipercaya daripada orang tua, terutama hal-hal yang dianggap tabu untuk dibahas dengan orang tua seperti seks.
31
Status berpacaran Kehidupan contoh sebagai dewasa muda, tak lepas dari hubungan dengan lawan jenis, atau secara khusus disebut “pacar”. Pacar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807), adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berdasarkan Tabel 9 lebih dari setengah contoh laki-laki (62,50%) tidak sedang berpacaran, dan lebih dari seperempatnya (37,50%) sedang berpacaran. Untuk contoh perempuan lebih dari setengahnya (56,41%) tidak sedang berpacaran dan hampir setengahnya sedang berpacaran (43,59%). Pada usia dewasa muda yang memiliki tugas perkembangan untuk menikah, status berpacaran berpotensi mempengaruhi usia ingin menikah contoh. Keberadaan pacar diasumsikan akan mempermudah dewasa muda untuk mencapai tugas pernikahan, karena umumnya seseorang akan berpacaran dahulu sebelum menikah. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status berpacaran Status berpacaran Tidak sedang berpacaran Sedang berpacaran
Laki-laki (n=32) % 62,50 37,50
Perempuan (n=78) % 56,41 43,59
Total (n=110) % 58,18 41,82
Kesiapan menikah dan alasannya Dari keseluruhan contoh hanya tujuh orang contoh (6,36%) yang merasa sudah siap menikah, terdiri atas sebagian kecil contoh laki-laki (3,13%) dan contoh perempuan (7,69%). Hampir seluruh contoh baik laki-laki dan perempuan (93,63%) merasa tidak siap jika harus menikah dalam waktu dekat. Hasil penelitian ini
menandakan bahwa banyak
contoh
yang masih
belum
mempersiapkan diri untuk menjalankan tugas perkembangannya. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan jawaban kesiapan menikah Kesiapan menikah Tidak siap Siap
Laki-laki (n=32) % 96,87 3,13
Perempuan (n=78) % 92,31 7,69
Total (n=110) % 93,64 6,36
32
Alasan tidak siap menikah yang paling banyak disebutkan contoh adalah belum siap secara materi dan belum memiliki pekerjaan (31,94%). Alasan kedua karena belum siap secara emosi atau mental, dan karena belum lulus kuliah (16,67%). Sebagian kecil contoh yang siap untuk menikah, mengatakan alasannya karena sudah siap secara emosi, memiliki pendidikan yang cukup, mampu menjalankan peran dalam rumah tangga, orang tua mengizinkan untuk menikah muda, dan sudah memiliki calon pasangan. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan alasan tidak siap menikah Alasan tidak siap menikah Belum siap secara materi dan belum punya pekerjaan Belum siap secara emosi atau mental Belum lulus kuliah Belum siap menjalankan peran suami atau istri Belum cukup dewasa Belum siap secara fisik Belum siap hidup mandiri atau berpisah dari orang tua Belum dewasa usia Belum terpikirkan untuk menikah Belum memiliki calon pasangan Ingin membahagiakan orang tua dulu, dan meraih cita-cita Karena anak sulung, sehingga bertanggungjawab kepada adik
Laki-laki (n=32) %
Perempuan (n=78) %
Total (n=110) %
Jawaban (n=216) %
78,13 37,50 21,88
56,41 33,33 37,18
62,73 32,73 32,73
31,94 16,67 16,67
9,38 12,50 6,25
17,95 6,41 8,97
15,45 8,18 8,18
7,87 4,17 4,17
3,13 9,38 9,38 9,38
8,97 6,41 6,41 6,41
7,27 7,27 7,27 7,27
3,70 3,70 3,70 3,70
0,00
7,69
5,45
2,78
0,00
2,56
1,82
0,93
Karakteristik Keluarga Contoh Besar keluarga Keluarga terdiri atas anggota keluarga yang akan menentukan besar keluarga. Kategori besar keluarga dikelompokkan berdasarkan kategori besar keluarga oleh Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN). Rata-rata besar keluarga contoh laki-laki adalah 5 orang, dan perempuan 4,9 orang. Rentang besar keluarga seluruh contoh adalah 3 sampai 9 orang. Lebih dari separuh contoh laki-laki (59,38%) dan contoh perempuan (51,28%) memiliki keluarga sedang. Keluarga contoh yang tergolong keluarga kecil atau Keluarga Berencana (KB) secara keseluruhan hanya 36,37 persen.
33
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan besar keluarga Ukuran keluarga (orang) BKKBN Kecil (≤4 ) Sedang (5-6) Besar (≥7)
Laki-laki (n=32) % 31,25 59,38 9,37
Perempuan (n=78) % 38,46 51,28 10,26
Total (n=110) % 36,37 53,63 10,00
Pendapatan keluarga Pendapatan keluarga contoh laki-laki berkisar antara Rp500.000,00Rp8.000.000,00
sedangkan
contoh
perempuan
antara
Rp350.000,00-
Rp7.000.000,00. Pada contoh laki-laki, lebih dari seperempatnya (37,35%) memilki pendapatan keluarga sebesar Rp2.000.000,01-Rp3.000.000,00. Contoh perempuan lebih dari seperempatnya (32,00%) memiliki pendapatan keluarga di atas empat juta rupiah. Rata-rata pendapatan keluarga contoh laki-laki adalah Rp3.630.000,00 dan keluarga contoh perempuan adalah Rp3.340.000,00. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pendapatan keluarga Pendapatan keluarga (Rp/perbulan) < 1000.000,00 1000.000,00-2.000.000,00 2.000.000,01-3.000.000,00 3.000.000,01-4.000.000,00 > 4.000.000,00
Laki-laki (n=32) % 9,38 12,50 37,50 9,38 31,25
Perempuan (n=78) % 5,13 28,21 19,23 15,38 32,00
Total (n=110) % 6,36 23,64 24,45 13,64 31,81
Pendapatan per kapita Penggolongan pendapatan per kapita keluarga perbulan menggunakan garis kemiskinan provinsi Jawa Barat tahun 2010. Berdasarkan Tabel 14 terdapat sebagian kecil contoh laki-laki (12,50%) dan contoh perempuan (10,26%) yang tergolong kedalam keluarga miskin. Hampir seluruh contoh laki-laki (87,50%) dan perempuan (89,74%) memiliki pendapatan per kapita keluarga diatas Rp212.210,00 sehingga tergolong keluarga tidak miskin. Kisaran pendapatan per kapita keluarga contoh laki-laki adalah Rp85.714,00-2.000.000,00
dengan
rata-rata
Rp769.000,00.
Pada
contoh
perempuan kisaran pendapatan per kapita keluarganya adalah antara Rp85.700,00Rp1.750.000,00 dengan rata-rata Rp710.000,00.
34
Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pendapatan perkapit keluarga Pendapatan per kapita keluarga (Rp/perbulan) Miskin (≤ 212.210,00) Tidak miskin (>212.210,00)
Laki-laki (n=32) % 12,50 87,50
Perempuan (n=78) % 10,26 89,74
Total (n=110) % 10,91 89,09
Jenis pekerjaan orang tua Lebih dari seperempat contoh laki-laki (37,50%) dan hampir seperempat contoh perempuan (21,79%) memiliki ayah yang bekerja sebagai PNS. Pada contoh laki-laki jenis pekerjaan ayah yang banyak setelah PNS adalah wirausaha (25,00%), sedangkan pada contoh perempuan jenis pekerjaan ayah yang banyak setelah PNS adalah tidak memiliki pekerjaan atau tidak bekerja (20,51%). Sebagian kecil ayah contoh laki-laki (12,51%) juga tidak bekerja. Penyebab ayah tidak bekerja adalah ayah sudah pensiun, sudah meninggal, dan usia yang sudah tua (>50 tahun), sehingga tidak mampu lagi bekerja. Secara kesleuruhan lebih dari seperempat (26,36%) ayah contoh bekerja sebagai pegawai negeri sipil, dan hampir seperempatnya (19,09%) bekerja sebagai wirusahawan. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaan ayah Pekerjaan Ayah PNS Polisi/ABRI Pegawai swasta Wirausaha BUMN Dosen Guru Petani/buruh Tidak bekerja Lainnya (notaris, industrial design)
Laki-laki (n=32) % 37,50 0,00 6,25 25,00 3,13 3,13 3,13 6,25 12,51
Perempuan (n=78) % 21,79 5,13 17,95 16,67 3,85 6,41 2,56 3,85 20,51
Total (n=110) % 26,36 3,64 14,55 19,09 3,64 5,45 2,73 4,55 18,18
3,13
1,28
1,82
Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaan ibu tersaji pada Tabel 16. Lebih dari setengah contoh perempuan (56,41%), dan hampir setengah contoh laki-laki (37,50%) memiliki ibu yang tidak bekerja atau
Ibu Rumah
Tangga (IRT). Selain IRT, hampir setengah contoh ibu laki-laki (31,25%) adalah PNS, dan hampir seperempat ibu contoh perempuan (21,79%) juga PNS.
35
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaan ibu Laki-laki (n=32) % 31,25 6,26 9,38 6,25 6,26 0,00 3,13 37,50
Pekerjaan Ibu PNS Pegawai swasta Wirausaha Dosen Guru Petani/buruh Pensiunan Tidak bekerja (IRT)
Perempuan (n=78) % 24,36 5,13 8,97 2,56 1,28 1,28 0,00 56,41
Total (n=110) % 26,36 5,45 9,09 3,64 2,73 0,91 0,91 50,91
Usia orang tua Usia
orang
tua
contoh
digolongkan
kedalam
kategori
tahapan
perkembangan masa dewasa menurut Hurlock (1994). Usia ayah contoh laki-laki berkisar antara 40-66 tahun dengan rata-rata 51,80 tahun. Pada contoh perempuan, usia ayah berada pada rentang usia 41-77 tahun, dengan rata-rata usia 51,40 tahun. Hampir seluruh contoh laki-laki (81,25%) dan contoh perempuan (85,90%) memiliki ayah yang tergolong dewasa madya (Tabel 17). Hanya sebagian kecil ayah contoh laki-laki (6,25%) yang masih berusia dewasa muda. Terdapat sebaian kecil contoh secara keseluruhan (9,09%) yang tidak memiliki ayah karena sudah meninggal. Usia ibu keseluruhan contoh memiliki rentang usia antara 38-58 tahun, pada contoh laki-laki rata-rata usia ibu adalah 48,60 tahun dan contoh perempuan 47,30 tahun. Hampir seluruh contoh laki-laki (96,88%) dan hampir seluruh contoh perempuan (93,59%) memiliki ibu yang tergolong dewasa madya. Hanya sebagian kecil contoh laki-laki (3,13%) dan contoh perempuan (6,41%) yang memiliki ibu berusia dewasa muda. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia orang tua. Usia (tahun) Hurlock (1994) 18-40 (Dewasa muda)
41-60 (Dewasa Madya)
>60 (Dewasa lanjut)
Meninggal
Ayah
%
Total (n=110) %
Laki-laki (n=32) %
Ibu Perempuan (n=78) %
6,25
0,00
1,82
3,13
6,41
5,45
81,25
85,90
84,44
96,88
93,59
94,55
6,25
3,85
5,55
0,00
0,00
0,00
6,25
10,26
9,09
0,00
0,00
0,00
Laki-laki (n=32) %
Perempuan (n=78)
Total (n=110) %
36
Pendidikan orang tua Lama pendidikan yang pernah ditempuh ayah dan ibu contoh secara keseluruhan adalah minimal 6 tahun dan maksimal 21 tahun. Rata-rata lama pendidikan ayah seluruh contoh adalah 14,07 tahun, dan rata-rata lama pendidikan ibu seluruh contoh adalah 13,12 tahun. Hampir seluruh contoh laki-laki (90,63%) dan hampir seluruh contoh perempuan (92,80%) memiliki ayah yang lama pendidikannya diatas sembilan tahun (Tabel 18). Lama pendidikan ibu, hampir seluruh contoh laki-laki dan perempuan (85,45%) adalah di atas sembilan tahun. Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan lama pendidikan orang tua Lama pendidikan (tahun)
≤9 >9
Laki-laki (n=32) %
Ayah, contoh: Perempuan (n=78) %
Total (n=110) %
Laki-laki (n=32) %
Ibu, contoh: Perempuan (n=78) %
Total (n=110) %
9,38 90,63
7,69 92,31
8,20 91,80
18,75 81,25
12,82 87,18
14,54 85,45
Berdasarkan jenjang pendidikan formal (Tabel 19), lebih dari seperempat ayah contoh laki-laki (31,25%) memiliki jenjang pendidikan SMA, dan lebih dari seperempatnya S1 (31,25%). Ayah contoh perempuan lebih dari seperempatnya (35,90%), memiliki jenjang pendidikan SMA. Lebih dari seperempat ibu contoh laki-laki (34,38%) memiliki jenjang pendidikan S1, sedangkan hampir setengah ibu contoh perempuan (46,44%) memiliki jenjang pendidikan SMA. Untuk jenjang pendidikan terendah yaitu Sekolah Dasar (SD), persentase ibu contoh (9,09%) lebih besar dibandingkan ayah contoh (5,45%). Sedangkan jenjang pendidikan tertinggi (S2-S3), jumlah ayah contoh lebih besar (16,36%) dibandingkan ibu contoh (7,27%). Tabel 19 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan formal orang tua Pendidikan formal SD SMP SMA Diploma S1 S2 atau S3
Ayah, contoh: Laki-laki Perempuan (n=32) (n=78) % % 9,38 3,85 0,00 3,85 31,25 35,90 12,50 21,79 17,95 31,25 15,63 16,67
Total (n=110) % 5,45 2,73 34,55 19,09 21,82 16,36
Laki-laki (n=32) % 15,63 3,13 25,00 12,50 34,38 9,38
Ibu, contoh: Perempuan (n=78) % 6,41 6,41 46,44 11,54 21,79 6,41
Total (n=110) % 9,09 5,45 40,91 11,82 25,45 7,27
37
Kelengkapan orang tua Pernikahan orang tua merupakan contoh kehidupan pernikahan yang paling sering dilihat dan dirasakan oleh contoh. Perceraian dalam keluarga, terutama perceraian orang tua, bisa menjadi salah satu faktor bagi anak untuk menunda bahkan menghindari pernikahan (Thornton 1989). Hal tersebut disebabkan rasa sakit akibat perceraian orang tua dapat menimbulkan keyakinan bahwa pernikahan tidak perlu selamanya, sehingga kemauan untuk menghadapi resiko dalam membangun komitmen pernikahan bisa berkurang. Berdasarkan Tabel 20, orang tua contoh laki-laki dan perempuan hampir seluruhnya (87,27%) masih utuh. Hanya sebagai kecil contoh (8,18%) yang ayahnya meninggal, dan sebagian kecil contoh (4,55%) yang orang tuanya bercerai. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan kondisi pernikahan orang tua Kelengkapan orang tua Bercerai Salah satu meninggal Utuh
Laki-laki (n=32) % 3,12 6,25 90,63
Perempuan (n=78) % 5,13 8,97 85,90
Total (n=110) % 4,55 8,18 87,27
Usia menikah orang tua Usia menikah orang tua dibagi kedalam enam kategori berdasarkan sebaran data (Tabel 21). Rata-rata usia menikah ayah keseluruhan contoh adalah 26,80 tahun. Rata-rata usia menikah ayah laki-laki adalah 26,50 tahun dengan kisaran 18-38 tahun. Rata-rata usia menikah ayah perempuan adalah 26,90 tahun dengan kisaran 20-45 tahun. Lebih dari seperempat ayah contoh laki-laki (37,50%) menikah pada usia 23-25 tahun, dan lebih dari seperempat ayah contoh perempuan (34,62%) menikah pada usia 26-28 tahun. Terdapat sebagian kecil ayah contoh laki-laki (3,12%) yang usia menikahnya dibawah 20 tahun. Untuk usia menikah ibu, kisaran usia secara keseluruhan contoh adalah 16-31 tahun. Rata-rata usia menikah ibu contoh laki-laki adalah 22,80 tahun, sedangkan ibu contoh perempuan adalah 22,60 tahun. Lebih dari seperempat ibu contoh laki-laki (34,37%) dan ibu contoh perempuan (33,33%) menikah pada usia 20-22 tahun.
Sebagian kecil ibu contoh laki-laki (6,25%) dan ibu contoh
perempuan (5,13%) menikah di usia 29-31 tahun.
38
Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia menikah orang tua Usia nikah (tahun) 16-19 20-22 23-25 26-28 29-31 >31
Laki-laki (n=32) %
Ayah Perempuan (n=78) %
Total (n=110) %
3,12 6,25 37,50 25,00 18,75 9,38
0,00 14,10 21,79 34,62 19,23 10,26
0,91 11,82 35,45 31,82 19,09 10,00
Laki-laki (n=32) %
Ibu Perempuan (n=78) %
Total (n=110) %
18,75 34,37 25,00 15,63 6,25 0,00
17,95 33,33 29,49 14,10 5,13 0,00
18,18 33,64 28,18 14,55 5,45 0,00
Pengelompokan usia menikah orang tua selanjutnya mengacu pada hukum perkawinan yang berlaku di Republik Indonesia yaitu UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Terdapat sebagian kecil (3,13%) ayah contoh laki-laki yang menikah dibawah usia minimal yang diizinkan oleh Undang-Undang (Tabel 26). Untuk contoh perempuan seluruh ayah (100,00%) menikah pada usia yang sesuai menurut Undang-Undang. Untuk usia menikah ibu contoh, seluruh contoh (100%) memiliki ibu yang menikah pada usia yang sudah diizinkan oleh aturan pemerintah, yaitu sudah berusia 16 tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa masih ada orang yang menikah pada usia diluar aturan pemerintah. Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia menikah orang tua menurut ketentuan Undang-Undang No.1 tahun 1974 Usia menikah (UU No 1 tahun 1974) Ayah Tidak diizinkan menikah (< 19) Dizinkan menikah (≥ 19) Ibu Dizinkan menikah (≥ 16 tahun)
Laki-laki (n=32) %
Perempuan (n=78) %
Total (n=110) %
3,13 96,88
0.00 100,00
0,91 99,09
100,00
100,00
100,00
Uji beda karakteristik Berdasarkan uji statistik antara rata-rata karakteristik contoh berdasarkan jenis kelamin contoh mulai dari usia dan uang saku tidak terdapat perbedaan. Uji rata-rata karakteristik keluarga mulai dari besar keluarga, pendapatan keluarga, pendapatan per kapita, usia orangtua, usia menikah orangtua, dan lama pendidikan orang tua juga menunjukan tidak ada perbedaan antara contoh laki-laki dan contoh perempuan, dimana nilai signifikansi seluruh variabel karakteristik diatas 0,05.
39
Tabel 23 Rata-rata, standar deviasi, dan nilai uji beda karakteristik contoh dan keluarga contoh berdasarkan jenis kelamin Variabel Karakteristik Usia uang saku Besar keluargs Pendapatan keluarga Pendapatan per kapita Usia ayah Usia ibu Lama pendidikan ayah Lama pendidikan Ibu Usia menikah ayah Usia menikah ibu
Laki-laki (n=32) Rata-rata ± SD 20,80 ± 1,30 745.000±338.487 5,00 ± 1,30 3.630.000±2.147.382 769.000 ± 483.430,5 51,80±6,00 51,50±5,60 14,00 ± 3,50 13,34 ± 3,93 26,50 ± 4,10 22,80 ± 3,70
Perempuan (n=78) Rata-rata ± SD 20,60 ± 1,00 717.000±246.879 4,90 ± 1,20 3.340.000±1.782.247 710.000 ± 412.189,2 51,40±5,50 48,60 ± 4,80 14,10 ± 3,10 13,03 ± 2,94 26,90 ± 4,30 22,60 ± 3,20
Uji beda (sig) 0,48 0,67 0,79 0,49 0,54 0,71 0,17 0,93 0,64 0,66 0,83
Kesiapan Menikah Definisi pernikahan Lebih dari tiga perempat contoh laki-laki (81,25%) dan contoh perempuan (82,05%) mendefinisikan pernikahan sebagai ikatan yang sah laki-laki dan perempuan menurut hukum dan agama (Tabel 24). Definisi pernikahan yang paling banyak dijawab selanjutnya adalah pernikahan sebagai sarana membentuk keluarga (26,45%) dan pernikahan sebagai sarana untuk memperoleh cinta, kasih sayang, dan dukungan dari pasangan (11,73%). Sebagian kecil contoh (2,04%) menyebut pernikahan sebagai warisan budaya, dengan melakukan pernikahan sama artinya dengan melestarikan budaya kepada generasi selanjutnya. Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan jawaban definisi pernikahan Definisi Pernikahan Ikatan yang sah laki-laki dan perempuan menurut hukum dan agama Sarana membentuk keluarga dan mendapat keturunan Sarana memperoleh cinta, kasih sayang, dan dukungan dari pasangan Sarana beribadah kepada Tuhan Sarana menciptakan kekerabatan dua keluarga Sesuatu yang membutuhkan tanggungjawab dan kedewasaan Sarana melestarikan tradisi dan budaya
Laki-laki (n=32) %
Perempuan (n=78) %
Total (n=110) %
jawaban (n=196) %
81,25
82,05
81,82
45,41
37,50
53,84
48,10
22,45
15,63
23,08
20,91
11,73
18,75
17,94
18,18
9,18
6,25
8,97
8,18
4,59
6,25
6,41
6,36
4,59
9,38
1,28
3,64
2,04
40
Beberapa jawaban contoh berisi pernyataan bahwa pernikahan merupakan sarana memenuhi kebutuhan dan kewajiban sebagai umat beragama. Penelitian Hall (2006) menyebutkan bahwa seseorang yang memandang pernikahan sebagai suatu kewajiban dan sarana untuk mendapatkan kebutuhan baik fisik maupun kebutuhan psikologis, biasanya lebih memiliki pandangan “klasik ideal” (classically idealistic) mengenai pernikahan. Tujuan Menikah Seluruh contoh laki-laki (100,00%) menikah dengan tujuan ingin memiliki keluarga, pendamping, dan keturunan, dan selanjutnya menikah untuk beribadah (65,63%). Pada contoh perempuan, hampir sama dengan contoh laki-laki, seluruhnya (100,00%) menikah dengan tujuan ingin memiliki keluarga, pendamping, dan keturunan, dan lebih dari dua pertiga (71,79%) menikah karena ingin beribadah. Sebagian kecil contoh, laki-laki (3,13%) dan perempuan (1,28%) menikah karena ingin menjaga warisan budaya (Tabel 25). Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan tujuan ingin menikah Tujuan Menikah Untuk mendapatkan keluarga, pendamping, dan keturunan. Untuk beribadah kepada Tuhan. Untuk memenuhi kebutuhan psikologis (cinta dan dukungan) Untuk memperoleh status sosial Untuk mencukupi kebutuhan hidup Untuk memenuhi kebutuhan sesksual Untuk menjaga warisan budaya
Laki-laki (n=32) %
Perempuan (n=78) %
Total (n=110) %
Jawaban (n=295) %
100,00
100,00
100,00
37,28
65,63
71,79
70,00
26,10
18,75
37,18
31,82
11,86
28,12 3,13 9,38 3,13
16,67 12,82 2,56 1,28
20,00 10,00 4,55 1,82
7,46 3,73 1,69 0,68
Definisi Kesiapan Menikah Defisini kesiapan menikah menurut contoh dikelompokan kedalam 21 kategori yang sesuai dengan jawaban contoh. Kategori diurutkan berdasarkan jawaban terbanyak disebutkan oleh contoh (Tabel 26). Kesiapan menikah adalah kesiapan psikologis, mental atau emosi, dijawab lebih tiga perempat contoh lakilaki (78,13%) dan lebih tiga perempat contoh perempuan (75,64%). Jawaban kedua kesiapan menikah adalah kesiapan fisik dan kesehatan, dijawab oleh hampir setengah contoh laki-laki (40,63%) dan lebih dari dua pertiga contoh perempuan (61,54%).
41
Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan definisi kesiapan menikah Definisi kesiapan menikah Kesiapan psikologis/mental/emosi Kesiapan Fisik dan kesehatan Kesiapan materi kesiapan menjalankan peran Bertanggung jawab Memiliki Pengetahuan agama dan keimanan Kesiapan membangun hubungan sosial Memiliki pengetahuan pernikahan dan pengasuhan Kesiapan organ reproduksi (seksual) Siap berkomitmen Siap menghadapi dan memecahkan masalah Memiliki Kedewasaan Kesiapan menerima kekurangan orang lain Kesiapan beradaptasi dengan lingkungan Kematangan usia Memiliki calon pasangan dan restu orang tua Kemampuan merencanakan masa depan Kesiapan mencintai Memiliki Pekerjaan Kemandirian Memiliki tabungan
Laki-laki (n=32) % 78,13 40,63 65,63 15,63 12,50
Perempuan (n=78) % 75,64 61,54 43,59 21,79 12,82
Total (n=110) % 76,36 55,45 50,00 14,55 12,73
Jawaban (n=320) % 26,25 19,06 17,19 6,25 4,38
9,38
11,54
10,91
3,75
9,38
7,69
6,36
2,19
6,25
7,69
7,27
2,50
6,25 0,00
7,69 5,13
7,27 5,45
2,50 1,88
3,13
6,41
5,45
1,88
6,25
3,85
4,55
1,56
3,13
5,13
4,55
1,56
6,25
3,85
4,55
1,56
6,25
3,85
4,55
1,56
3,13
3,85
3,64
1,25
3,13
2,56
3,64
1,25
3,13 0,00 0,00 0,00
3,85 3,85 2,56 1,28
2,73 2,73 1,82 0,91
0,94 0,94 0,63 0,31
Hasil jawaban contoh selanjutnya dimasukan kedalam faktor-faktor kesiapan menikah menurut ahli Tabel 27. Pemetaan dilakukan berdasarkan dengan melihat kedekatan konten-konten jawaban dengan faktor-faktor kesiapan menikah para ahli. Faktor-faktor yang terkonfirmasi berdasarkan jawaban contoh adalah kesiapan emosi oleh enam item jawaban, kesiapan sosial sebanyak tiga item, kesiapan peran sebanyak tiga item, kesiapan finansial dengan dua item jawaban, kesiapan spiritual, kesiapan seksual sebanyak dua item jawaban, terakhir menyatakan kesiapan usia. Faktor yang tidak terkonfirmasi oleh jawaban contoh adalah kemampuan komunikasi. Sedangkan jawaban memiliki calon dan restu dari orang tua tidak dipetakan kedalam faktor kesiapan menikah ahli.
42
Tabel 27 Pemetaan kesiapan menikah contoh kedalam faktor-faktor kesiapan menikah menurut ahli Definisi kesiapan menikah contoh 1. Kesiapan psikologis/mental/emosi/batin 2. Siap berkomitmen 3. Siap menghadapi dan memecahkan masalah 4. Kedewasaan 5. Kesiapan menerima kekurangan orang lain 6. Kesiapan mencintai 1. Kemampuan beradatasi dengan lingkungan 2. Kesiapan membangun hubungan sosial 3. Kemandirian 1. kesiapan menjalankan peran 2. Pengetahuan tentang pernikahan dan pengasuahan 3. Kemampuan merencanakan masa depan 4. bertanggung jawab 1.Pekerjaan atau penghasilan 2.Memiliki tabungan 3. Materi Pengetahuan agama dan keimanan 1.Kesiapan Fisik dan kesehatan 2. Kesiapan organ reproduksi Kematangan usia -
Faktor-faktor kesiapan menikah ahli
Kesiapan emosi
Kesiapan sosial
Kesiapan peran
Kesiapan finansial Kesiapan spiritual Kesiapan seksual Kesiapan usia Kemampuan berkomunikasi
Kesiapan Menikah Menurut Jenis Kelamin Kesiapan menikah laki-laki Menurut contoh laki-laki, seluruhnya (100,00%) menjawab kesiapan finansial sebagai faktor paling penting untuk dipersiapkan oleh laki-laki, tiga perempat (75,00%) menjawab kesiapan emosi, dan hampir setengahnya (40,62%) menjawab kesiapan menjalankan peran, lebih dari seperempatnya (34,38%) menjawab kesiapan fisik yang sehat, dan seperempatnya (25,00%) menjawab kesiapan sosial. Sedangkan menurut contoh perempuan, seluruhnya (100%) menjawab faktor kesiapan menikah yang penting bagi laki-laki adalah kesiapan finansial, lebih dari tiga perempatnya (89,74%) menjawab mengelola emosi lalu hampir dua pertiganya (70,51%) menjawab kesiapan peran, lebih dari seperempatnya (30,77%) menjawab kesiapan spiritual, dan seperempatnya (26,92%) menjawab kesiapan fisik (Tabel 28).
43
Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin yang menyebut faktor kesiapan menikah untuk laki-laki Faktor kesiapan menikah laki-laki Kesiapan finansial Kesiapan emosi Kesiapan peran Kesiapan fisik (sehat) Kesiapan spiritual Kesiapan sosial Kesiapan seksual Kesiapan usia Kemampuan komunikasi
Laki-laki (n=32) % 100,00 75,00 40,62 34,38 21,87 25,00 15,62 3,13 0,00
Perempuan (n=78) % 100,00 89,74 70,51 26,92 30,77 7,69 3,87 1,28 0,00
Total (n=110) % 100,00 85,45 62,81 29,10 28,18 12,72 7,27 1,82 0,00
Kesiapan menikah perempuan Kesiapan menikah untuk perempuan menurut seluruh contoh lebih dari tiga perempatnya (84,55%) menjawab kesiapan emosi, lebih dari setenganya (53,63%) menjawab kesiapan menjalankan peran, hampir setenganya (45,45%) menjawab kesiapan finansial, lebih dari seperempatnya (29,10%) menjawab kesiapan secara fisik yang sehat dan lebih dari seperempatnya (25,45%) menjawab kesiapan seksual (Tabel 29). Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin yang menyebut faktor kesiapan menikah untuk perempuan Faktor kesiapan menikah perempuan Kesiapan emosi Kesiapan peran Kesiapan finansial Kesiapan fisik (sehat) Kesiapan seksual Kesiapan spiritual Kesiapan sosial Kesiapan usia Kemampuan komunikasi
Laki-laki (n=32) % 84,38 50,00 40,63 37,50 34,38 21,88 15,63 0,00 0,00
Perempuan (n=78) % 84,62 55,13 47,44 25,64 21,79 20,51 17,59 2,56 0,00
Total (n=110) % 84,55 53,63 45,45 29,10 25,45 20,91 17,27 1,82 0,00
Tugas suami dan istri Stinnet (1969) percaya bahwa kesiapan menikah berhubungan dengan kompetensi menikah. Ia mendefinisikan kompetensi menikah sebagai kemampuan untuk melakukan peran dan tugas dalam rumah tangga. Kesimpulannya, kesuksesan pernikahan ditentukan oleh kesiapan individu untuk menjalankan peran atau tugasnya.
44
Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan jawaban tugas suami Tugas suami
Laki-laki (n=32) %
Perempuan (n=78) %
Total (n=110) %
Memimpin keluarga. Mencari nafkah. Mengasuh anak. Mendampingi pasangan, Memberi cinta, kasih sayang, dan dukungan. Melakukan pekerjaan rumah tangga. Bertanggung jawab pada keluarga. Memberi kebutuhan seksual. Menjaga keharmonisan Menjalin hubungan dengan lingkungan sosial.
100,00 87,50 37,50 18,75 9,38 3,13 15,63 3,13 6,25 3,13
93,59 94,87 30,77 12,82 16,67 19,23 10,26 12,82 10,26 6,41
95,45 92,73 32,73 14,55 14,55 14,55 11,82 10,00 9,09 5,45
Seluruh contoh laki-laki (100,00%) dan hampir seluruh contoh perempuan (95,45%) menyebut tugas suami adalah memimpin keluarga. Tugas suami selanjutnya adalah mencari nafkah, disebutkan oleh hampir seluruh contoh lakilaki (87,50%) dan perempuan (94,87%). Untuk tugas mengasuh anak dijawab hampir sepertiga contoh secara keseluruhan (32,73%). Sebagian kecil contoh (14,55%) menjawab tugas suami adalah mendampingi pasangan. Tugas melakukan pekerjaan rumah tangga sebagai tugas suami hanya disebut oleh sebagian kecil contoh laki-laki (3,13%) dan sebagain kecil contoh perempuan (19,23%). Untuk jawaban tugas istri tersaji pada Tabel 31. Tugas isteri menurut lebih hampir seluruh contoh laki-laki dan perempuan (87,27%) adalah melakukan pekerjaan rumah tangga, hampir dua pertiga contoh (73,64%) menyebut mendampingi pasangan Lebih dari separuh contoh (65,45%) menyebut mengasuh anak, dan lebih dari seperempatnya (28,18%) menjawab mencari nafkah. Tabel 31 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan jawaban tugas istri Tugas istri Melakukan pekerjaan rumah tangga. Mendampingi pasangan, Mengasuh anak. Mencari nafkah. Menjalin hubungan dengan lingkungan sosial. Memberi cinta, kasih sayang, dan dukungan Menjaga keharmonisan Memberi kebutuhan seksual.
Laki-laki (n=32) %
Perempuan (n=78) %
Total (n=110) %
68,75 78,13 75,00 28,13 21,88 15,63 9,38 9,38
94,87 84,62 61,54 28,21 17,95 14,10 6,41 5,13
87,27 73,64 65,45 28,18 19,09 14,55 7,27 6,36
45
Faktor-Faktor Kesiapan Menikah Identifikasi faktor kesiapan menikah selanjutnya menggunakan uji statistik Analisis Faktor. Sebelum melakukan uji analisis faktor dilakukan uji reabilitas dan validitas kepada item-item pernyataan yang akan dianalisis. Hasil uji reabilitas (Lampiran 1) menghasilkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,907 (>0,6), artinya item-item pernyataan reliable. Hasil uji validitas menghasilkan nilai korelasi dari 57 item yang diuji terhadap total skor kesiapan menikah. Terdapat dua item yang tidak valid, dimana nilai korelasinya dibawah 0,3 (Lampiran 1). Sisa 55 item itulah yang digunakan kedalam uji lanjutan yaitu analisis faktor. Kelayakan analisis faktor ditentukan oleh nilai KMO (Kiser Meyer Olkin) dan Barlett Test of Spherecity. Nilai KMO SMA adalah 0,712 (Lampiran 2), nilai ini diatas 0,5 sehingga pernyataan bisa dianalisis lebih lanjut. Sedangkan hasil perhitungan anti-image correlation pada masing-masing pernyataan, hanya terdapat dua pernyataan yang nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy) dibawah 0,5 sehingga harus dikeluarkan, akhirnya tersisa 53 pernyataan. Nilai signifikasin pada Barlett’s Test of Sphericity adalah 0,000 (<0,05), angka ini menunjukan terdapat hubungan yang sangat kuat antara item pernyataaan. Hasil uji KMO,MSA, dan nilai signifikansi menyatakan analisis faktor layak dilakukan. Tahap selanjutnya adalah ekstraksi faktor dengan kriteria Latent Root, serta rotasi faktor. Hasil ekstraksi faktor menghasilkan 14 faktor (Lampiran 2). Faktor 1 memiliki nilai total eigenvalues sebesar 11,59 (21,87%), artinya faktor 1 mampu menjelaskan varian indikator 21,87 persen dari keseluruhan total indikator atau faktor kesiapan menikah. Total kumulatif dari ke empat belas faktor adalah 71,15 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa total varians atau informasi yang dapat digali dari empat belas faktor yang terbentuk adalah sebesar 71,15 persen (Tabel 32). Pada tabel hasil Rotasi terdapat factor loading, yaitu korelasi antara item pernyataan dengan faktor yang terbentuk. Semakin tinggi nilai factor loading maka semakin kuat ikatan item dengan faktor. Dari 53 item yang memiliki factor loading diatas 0,5 sebanyak 44 item. Setelah diperoleh faktor dengan item-item pernyatan yang valid. Tahap selanjutnya yaitu interpretasi atau penamaan faktor sesuai dengan karakteristik masing-masing pernyataan yang membentuk faktor.
46
Tabel 32 Item pernyataan, statistik, dan penamaan 14 faktor Item pernyataan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44.
Tidak suka membesarkan masalah yang kecil Tidak pendendam Tidak melampiaskan amarahnya ke orang-orang terdekat Tahu kelebihan dan kekurangan diri sendiri Tidak mengeluarkan kata-kata kasar ketika marah Tidak minum minuman beralkohol Mengetahui apa yang dibutuhkan oleh orang lain Bersedia berkorban untuk orang lain Mengetahui alasan penyebab timbulnya perasaan senang, sedih, dll Mampu membedakan perasaan yang dirasakan Tidak memotong pembicaraan orang lain Bisa bekerja didalam tim Mudah bergaul dengan teman sebaya Senang mengikuti kegiatan masyarakat Berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan sabar Mampu menyelesaikan persoalan dengan orang lain Sudah berusia 19 tahun bagi laki-laki Sudah berusia 21 tahun bagi wanita Sudah berusia 21 tahun bagi laki-laki Sudah berusia16 tahun bagi wanita Memiliki pekerjaan Tidak merokok Memiliki tabungan untuk masa depan Mencari informasi cara berumah tangga Memiliki tempat tinggal terpisah dari orang tua Perempuan sudah mampu hamil Lak-laki sudah mampu membuahi Siap berhubungan seksual Hubungan seksual penting dalam pernikahan Pendengar yang baik Memberikan respon positif ketika berkomunikasi Mengkritik seseorang dengan cara yang baik Tahu tugas dan peran suami Tahu tugas dan peran istri Mampu mengambil keputusan sendiri Memiliki pengalaman hidup sendiri (terpisah dari orang tua) Siap tinggal dengan keluarga pasangan (mertua) Harus memiliki figure pernikahan yang dapat Memberi tanpa mengharapkan balasan Tidak bersenang-senang diatas penderitaan orang Melaksanakan ibadah agama dengan teratur Mencintai diri sendiri (self esteem) Mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi Berfikir positif terhadap orang lain
Total : 44 item pernyataan
Faktor loading 0,72 0,60 0,57 0,57 0,56 0,55 0,75 0,63 0,62 0,60 0,54 0,78 0,77 0,60 0,59
Faktor
Keragaman (%)
Mengelola emosi
21,88
Empati
7,64
Ketermpilan Sosial
6,13
Kematangan usia
5,28
Kesiapan finansial
5,01
Kesiapan seksual
4,02
Kemampuan komunikasi
3,39
Kesiapan peran
3,25
Kognisi Sosial
2,98
Toleransi
2,72
Keagamaan Self esteem Tidak egois
2,38 2,34
0,54 0,87 0,84 0,84 0,84 0,71 0,71 0,71 0,58 0,57 0,89 0,88 0,79 0,70 0,78 0,77 0,51 0,85 0,84 0,76 0,72 0,53 0,52 0,81 0,71 0,72 0,73 0,62 0,59
Berfikir Positif
Total Kumulatif:
2,15 1,98
71,15
47
Penamaan faktor dilakukan berdasarkan item yang diwakilinya. Faktor pertama terdiri atas pernyataan tidak suka membesarkan masalah yang kecil, tidak pendendam, tidak melampiaskan amarahnya ke orang terdekat, tahu kelebihan dan kekurangan, tidak mengeluarkan kata-kata kasar ketika marah, dan tidak minum minuman beralkohol, diberi nama Mengelola Emosi. Faktor kedua terdiri atas item mengetahui apa yang dibutuhkan orang lain, bersedia berkorban untuk orang lain, mengetahui alasan penyebab timbulnya perasaan, mampu membedakan perasaan yang dirasakan, dan tidak memotong pembicarran orang lain, sehingga diberi nama Kemampuan Empati. Empati adalah mampu menempatkan diri sendiri pada posisi orang lain, sehingga bisa merasakan yang dirasakan orang lain. Faktor yang ketiga terdiri atas pernyataan bisa bekerja dalam tim, mudah bergaul dengan teman sebaya, senang mengikuti kegiatan masyarakat, berusaha menyelesaikan masalah dengan sabar, dan mampu menyelesaikan masalah dengan orang lain, faktor ini dinamai Keterampilan Sosial. Faktor keempat terdiri atas item yang berhubungan dengan usia menikah sehingga diberi nama Kesiapan Usia. Faktor kelima terdiri atas pernyataan memiliki pekerjaan, tidak merokok, memiliki tabungan untuk masa depan, mencari infromasi cara berumah tangga, dan memiliki tempat tinggal yang terpisah dari orang tua, sehingga dinamai Kesiapan Finansial. Faktor keenam dinamai Kesiapan Seksual karena terdiri atas pernyataan wanita sudah mampu hamil, laki-laki sudah mampu membuahi, siap berhubungan seksual, dan hubungan seksual penting dalam pernikahan. Faktor ketujuh terdiri atas item pernyataan pendengar yang baik, memberikan respon positif ketika berkomunikasi, dan mengkritik seseorang dengan cara yang baik, sehingga dinamai Kemampuan Komunikasi. Faktor kedelapan terdiri atas pernyataan tahu tugas dan peran suami, tahu tugas dan peran istri, dan mampu mengambil keputusan, dinamai faktor Kesiapan Peran. Faktor kesembilan terdiri atas item pernyataan memiliki pengalaman hidup sendiri, siap tinggal dengan keluarga pasangan, dan memiliki figure pernikahan yang bisa ditiru, faktor ini dinamai Kognisi Sosial. Kognisi sosial adalah pengetahuan serta kemampuan menganalisis bagaimana dunia sosial bekerja serta mengetahui apa yang diharapkan dalam kebanyakan situasi sosial (Goleman 2007).
48
Faktor yang kesepuluh terdiri atas dua item pernyataan yaitu memberi tanpa mengharapkan balasan dan tidak bersenang-senang diatas penderitaan orang lain, faktor ini disebut Toleransi. Toleransi adalah menghargai perbedaan kualitas pada diri seseorang, berpandangan terbuka terhadap sudut pandang dan keyakinan orang lain, serta menghargai dan menghormati orang lain. Pada hasil analisis faktor yang pertama ini terdapat empat faktor yang hanya terdiri atas satu pernyataan. Faktor tersebut sebaiknya dihilangkan dengan pertimbangan dalam penelitian biasanya data yang diperoleh merupakan data sampel (bukan populasi), maka kemungkinan akan terjadi kesalahan pengukuran (tidak valid atau tidak reliabel), jika hanya ada satu item pada satu faktor maka jika satu item tersebut tidak valid, maka faktor tidak bisa diuji lanjut. Oleh karena itu dilakukan analisis faktor yang kedua, dengan teknik ekstraksi apriori criterion, yaitu jumlah faktor ditentukan sendiri. Jumlah faktor yang ditentukan adalah 10 faktor, sesuai jumlah faktor valid yang diperoleh melalui kriteria latent factor. Pada Tabel 33 tersaji hasil analisis faktor pengelompokan item pernyataan kedalam faktor-faktor yang terbentuk. Jumlah item pernyataan yang tersiolasi menjadi lebih kecil yaitu 36 item. Penamaan faktor dilakukan berdasarkan item yang diwakilinya, penamaan sama dengan penamaan pada faktor 14 faktor, hanya urutan faktornya saja yang berbeda. Faktor pertama diberi nama Mengelola Emosi. Faktor kedua Kesiapan Peran. Faktor ketiga Empati. Faktor keempat Kesiapan Usia. Faktor kelima Kemampuan Komunikasi. Faktor yang keenam Keterampilan Sosial. Faktor ketujuh dinamai Kesiapan Seksual. Faktor kedelapan disebut Kesiapan Finansial, yang menarik adalah masuknya item tidak merokok pada faktor Kesiapan Finansial. Faktor Kesembilan dinamai Kognisi Sosial. Faktor yang kesepuluh dinamai Toleransi. Beberapa item pernyataan yang terhapus pada analisis faktor ini adalah empat item yang merupakan empat faktor dengan satu item pernyataan, pada analisis faktor sebelumnya (14 faktor). Item mencari informasi cara berumah tangga dan memiliki tempat tinggal yang terpisah dari orang tua pada faktor kesiapan finansial, tahu kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan tidak melampiaskan amarahnya ke orang-orang terdekat pada faktor mengelola emosi. Kedua item tersebut diganti dengan item tidak putus asa ketika menghadapi
49
masalah yang sangat berat dan berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan sabar. Item senang mengikuti kegiatan masyarakat pada faktor keterampilan sosial digantikan dengan menikmati waktu ketika bersama orang lain. Item siap tinggal dengan keluarga pasangan pada faktor kognisi sosial.Model analisis faktor yang kedua ini memiliki total kumulatif 62,29 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa total varians atau informasi yang dapat digali dari empat belas faktor yang terbentuk adalah sebesar 62,29 persen. Tabel 33 Item pernyataan, statistik, dan penamaan 10 faktor Item pernyataan
Faktor loading 0,66 0,64 0,62 0,61 0,57 0,53 0,89 0,85 0,63 0,74 0,62 0,58 0,56 0,50 0,87 0,85 0,84 0,83 0,78 0,77 0,55 0,62 0,61
Faktor
1. Tidak putus asa ketika menghadapi masalah t berat 2. Berusaha menyelesaikan masalah dengan sabar 3. Tidak melampiaskan amarahnya ke orang- terdekat Mengelola emosi 4. Tidak suka membersarkan masalah yang kecil 5. Tidak mengeluarkan kata-kata kasar ketika marah 6. Tidak minum minuman beralkohol 7. Tahu tugas dan peran istri Kesiapan 8. Tahu tugas dan peran suami peran 9. Mampu mengambil keputusan sendiri 10. Mengetahui apa yang dibutuhkan oleh orang lain 11. Mengetahui alasan penyebab timbulnya perasaan 12. Mampu membedakan perasaan yang dirasakan Empati 13. Bersedia berkorban untuk orang lain 14. Tidak memotong pembicaraan orang lain 15. Sudah berusia 19 tahun bagi laki-laki 16. Sudah berusia16 tahun bagi wanita Kesiapan usia 17. Sudah berusia 21 tahun bagi wanita 18. Sudah berusia 21 tahun bagi laki-laki 19. Pendengar yang baik 20. Memberikan respon positif ketika berkomunikasi Komunikasi 21. Mengkritik seseorang dengan cara yang baik 22. Mudah bergaul dengan teman sebaya 23. Bisa bekerja didalam tim Keterampilan 24. Mampu menyelesaikan persoalan dengan orang sosial 0,59 lain 25. Menikmati waktu ketika bersama orang lain 0,57 26. Lak-laki sudah mampu membuahi 0,87 27. Perempuan sudah mampu hamil 0,86 Kesiapan seksual 28. Siap berhubungan seksual 0,79 29. Hubungan seksual penting dalam pernikahan 0,73 30. Tidak merokok 0,54 Kesiapan 31. Memiliki tabungan untuk masa depan 0,87 finansial 32. Memiliki pekerjaan 0,84 33. Memiliki figure pernikahan yang dapat ditiru 0,84 Kognisi Sosial 34. Memiliki pengalaman hidup sendiri (terpisah dari 0,84 orang tua) 35. Tidak bersenang-senang diatas penderitaan orang 0,71 lain Toleransi 36. Memberi tanpa mengharapkan balasan 0,71 Total : 36 item pernyataan Total kumulatif:
Keragaman (%)
21,88
7,64
6,13
5,28
5,01
4,02
3,39
3,25 2,98
2,72 62,29
50
Ekstraksi faktor selanjutnya adalah delapan faktor, sesuai dengan jumlah faktor-faktor kesiapan menikah menurut ahli (Tabel 34). Jumlah item yang terisolasi 36 item dengan total kumulatif sebesar 56,58 persen. Penamaan faktor sesuai dengan item pembentuknya. Tabel 34 Item pernyataan, statistik, dan penamaan 8 faktor Item pernyataan 1. 2.
Faktor loading 0,68
Faktor
Tidak putus asa ketika menghadapi masalah berat Tidak melampiaskan amarahnya ke orang-orang 0,66 terdekat 3. Berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi Mengelola 0,64 dengan sabar Emosi 4. Tidak suka membersarkan masalah yang kecil 0,62 5. Tidak minum minuman beralkohol 0,58 6. Tidak mengeluarkan kata-kata kasar ketika marah 0,54 7. Mengetahui apa yang dibutuhkan oleh orang lain 0,81 8. Bersedia berkorban untuk orang lain 0,64 9. Mengetahui alasan penyebab timbulnya perasaan 0,63 senang, sedih, dll Empati 10. Tidak memotong pembicaraan orang lain 0,61 komsniksi 11. Pendengar yang baik 0,58 12. Memberikan respon positif ketika berkomunikasi 0,54 13. Orang yang penyayang 0,54 14. Mengkritik seseorang dengan cara yang baik 0,50 15. Tahu tugas dan peran istri 0,87 16. Tahu tugas dan peran suami 0,85 Kesiapan peran 17. Mampu mengambil keputusan sendiri 0,60 18. Melaksanakan ibadah agama dengan teratur 0,55 19. Sudah berusia 19 tahun bagi laki-laki 0,86 20. Sudah berusia16 tahun bagi wanita 0,86 Kesiapan Usia 21. Sudah berusia 21 tahun bagi wanita 0,85 22. Sudah berusia 21 tahun bagi laki-laki 0,83 23. Memiliki tabungan untuk masa depan 0,75 24. Tidak merokok 0,69 Kesiapan 25. Memiliki tempat tinggal yang terpisah dari orang tua 0,61 Finansial 26. Memiliki pekerjaan 0,58 27. Mencari informasi cara berumah tangga 0,52 28. Perempuan sudah mampu hamil 0,87 Kesiapan 29. Laki-laki sudah mampu membuahi 0,86 seksual 30. Siap berhubungan seksual 0,81 31. Hubungan seksual penting dalam pernikahan 0,68 32. Bisa bekerja didalam tim 0,56 33. Mudah bergaul dengan teman sebaya 0,53 Keterampil an sosial 34. Menikmati waktu ketika sendiri maupun ketika 0,50 bersama orang lain 35. Harus memiliki figure pernikahan yang dapat 0,59 Kognisi Sosial 36. Memiliki pengalaman hidup sendiri 0,57 36 item pernyataan Total kumulatif:
Keragaman (%)
21,88
7,64
6,13
5,28
5,01
4,02
3,37 3,25 56,58
51
Faktor pertama diberi nama Mengelola Emosi. Faktor kedua Kemampuan Empati dan Komunikasi. Faktor ketiga Kesiapan Peran, keempat Kesiapan Usia. Faktor kelima Kesiapan Finansial. keenam Kesiapan Seksual. Faktor ketujuh Keterampilan Sosial, dan Faktor kedelapan dinamai Kognisi Sosial. Terjadi penambahan pernyataan melaksanakan ibadah agama, pada kesiapan peran dan berkurangnya item pernyataan mampu menyelesaikan persoalan dengan orang lain, pada keterampilan sosial, serta bertambahnya item orang yang penyayang pada empati, dan muncul item memiliki tempat tinggal yang terpisah dari orang tua pada kesiapan finansial. Pada uji 8 faktor, terdapat faktor yang akhirnya melebur dengan faktor lain adalah kemampuan komunikasi yang menyatu dengan faktor empati, dan menghilangnya faktor toleransi. Perbandingan hasil analisis faktor 14,10, dan 8 dilakukan untuk memiliih faktor-faktor yang akan digunakan pada pengujian regresi usia menikah. Faktor 14 tidak digunakan, walaupun kumulatifnya cukup besar namun terdapat empat faktor yang tidak valid. Pada faktor delapan item yang terisolasi sama dengan pada 10 faktor, namun mempertimbangkan nilai kumulatif maka yang memberikan informasi lebih banyak mengenai kesiapan menikah adalah faktor 10. Tabel 35 Perbandingan kesiapan menikah hasil analisis faktor 14 faktor, 10 faktor, dan 8 faktor Faktor (14)
Faktor (10)
Faktor (8)
Mengelola emosi (6 item)
Mengelola emosi(6 item) Kesiapan peran (3 item)
Mengelola emosi (6 item) Empati & komunikasi (8 item) Kesiapan peran (4 item) Kesiapan usia (4 item) Kesiapan finansial (5 item) Kesiapan seksual(4 item) Keterampilan sosial (3item) Kognisi sosial (2 item)
Empati (5 item) Keterampilan Sosial (5 item) Kesiapan usia (4 item) Kesiapan finansial (5 item) Kesiapan seksual (4 item) Kesiapan Komunikasi (3 item) Kesiapan peran (3 item) Kognisi Sosial (3 item) Toleransi (2 item) Keagamaan ( 1 item) Self esteem ( 1 item) Tidak egois( 1 item) Berfikir Positif ( 1 item)
Empati (5 item) Kesiapan usia (4 item) Komunikasi (3 item) Keterampilan sosial (4 item) Kesiapan seksual (4 item) Kesiapan finansial (3 item) Kognisi sosia (2 item) Toleransi (2 item)
Total item =44 Total Kumulatif=71,15
Total item =36 Total Kumulatif=62,29
Total item =36 Total Kumulatif=56,58
52
Pada Tabel 35 faktor yang konsisten terbentuk dari hasil analisis faktor adalah Mengelola emosi, Kemampuan Empati, Keterampilan Sosial, Kognisi Sosial, Kesiapan peran, Kesiapan finansial, Kesiapan usia, Kesiapan Seksual, dan Kemampuan komunikasi. Perbandingan faktor kesiapan menikah menurut para ahli, identifikasi, dan hasil analisis faktor (10 faktor) dapat dilihat pada Tabel 36. Jika dibandingkan hasil kesiapan menikah menurut para ahli, identifikasi jawaban contoh, dan analisis faktor, maka terlihat bahwa beberapa faktor sebenarnya mewakili suatu faktor besar, misalnya Mengelola Emosi dan Kemampuan Empati tergolong kedalam kesiapan emosi, lalu Keterampilan Sosial, Kognisi sosial, dan Toleransi tergolong kedalam kesiapan sosial (Tabel 36). Tabel 36 Perbandingan Faktor kesiapan menikah berdasarkan ahli, identifikasi dan analisis faktor Faktor kesiapan menikah para ahli Kesiapan Emosi
Faktor kesiapan menikah Identifikasi Kesiapan Emosi
Kesiapan sosial
Kesiapan sosial
Kesiapan reproduksi (seksual) Kesiapan peran Kesiapan finansial Kesiapan usia Kemampuan komunikasi Kesiapan spiritual
Kesiapan reproduksi (seksual) Kesiapan peran Kesiapan finansial Kesiapan usia Kesiapan spiritual
Faktor kesiapan menikah (Analisis Faktor) Mengelola emosi Empati Keterampilan sosial Kognisi sosial Toleransi Kesiapan seksual Kesiapan peran Kesiapan finansial Kesiapan usia Kemampuan komunikasi -
Oleh karena itu dilakukan suatu uji analisis faktor kembali untuk membentuk faktor yang lebih kecil guna melihat apakah ada faktor lain yang memiliki kesamaan sehingga dapat digabungkan menjadi satu faktor. Hasil analisis faktor 10 dan 8 selanjutnya diuji lanjut menggunakan ekstraksi faktor Apriori Criterion, ditentukan sebanyak 4 faktor. Hasil analisis 4 faktor menghasilkan gabungan faktor Kesiapan Emosi dan Kemampuan Komunikasi bergabung membentuk satu faktor, selanjutnya Kesiapan Peran dan Kesiapan Finansial juga melebur menjadi satu faktor (Tabel 37), artinya antara kesiapan finansial dan kesiapan peran memiliki kedekatan. Faktor yang tetap konsisten berdiri sendiri adalah kesiapan seksual dan kesiapan usia.
53
Tabel 37 Perbandingan analisis faktor 10 faktor dan analisis faktor 4 faktor 10 faktor Mengelola emosi(6 item) Kesiapan peran (3 item) Kemampuan Empati (5 item) Kesiapan usia (4 item) Kemampuan komunikasi (3 item) Keterampilan sosial (4 item) Kesiapan seksual (4 item) Kesiapan finansial (3 item) Kognisi sosial (2 item) Toleransi (2 item) Total item=36 Total Kumulatif=62,29
4 faktor dari 10 faktor Kesiapan emosi dan komunikasi (15 item) Kesiapan peran dan finansial (5 item) Kesiapan seksual (4 item) Kesiapan usia (4 item)
Total item=28 Total Kumulatif=48.80
Total kumulatif untuk 4 faktor ini hanya 48,80 artinya, keempat faktor tersebut hanya memberikan informasi sebanyak 48,80 persen tentang kesiapan menikah. Semakin tinggi nilai kumulatif maka semakin baik, oleh karena itu penggunaan 10 faktor tetap lebih baik memberikan informasi tentang kesiapan menikah karena nilai kumulatifnya lebih tinggi dan seluruh faktornya valid. Usia Menikah Dewasa Muda Usia ideal menikah Rata-rata usia ideal menikah bagi laki-laki menurut contoh laki-laki dan perempuan adalah 26,30 tahun dengan kisaran 23-30 tahun, sedangkan rata-rata usia ideal menikah perempuan menurut contoh laki-laki adalah 23,70 tahun dan menurut contoh perempuan adalah 23,98 tahun dengan kisaran 20-27 tahun. Usia ideal menikah bagi laki-laki menurut lebih dari setengah contoh (59,09%) berada pada 26-28 tahun, sedangkan usia menikah ideal bagi perempuan menurut lebih dari setengah contoh (81,82%) adalah 23-25 tahun. Uji statistik menunjukan tidak terdapat perbedaan usia ideal menikah berdasarkan jenis kelamin (sig>0,05). Tabel 38 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia ideal menikah Usia ideal menikah (tahun) 20-22 23-25 26-28 29-31
Laki-laki menurut contoh: Laki-laki Perempuan Total (n=32) (n=78) (n=110)
Perempuan, menurut contoh: Laki-laki Perempuan Total (n=32) (n=78) (n=110)
%
%
%
%
%
%
0,00 40,63 56,25 3,13
0,00 38,46 60,26 1,28
0,00 39,09 59,09 1,82
25,00 65,63 9,38 0,00
8,97 88,46 2,56 0,00
13,64 81,82 4,55 0,00
54
Usia ingin menikah Usia ingin menikah untuk contoh laki-laki memiliki rentang antara 24-30. Menurut Tabel 43 Lebih dari setengah contoh laki-laki (53,13%) ingin menikah pada usia 26-28 tahun, dan hampir setengahnya (43,47%) ingin menikah pada usia 23-25 tahun. Rentang usia ingin menikah contoh perempuan adalah 22-28 tahun. Hampir seluruh contoh perempuan (84,62%) ingin menikah pada usia 23-25 tahun, dan sebagian kecil contoh perempuan (10,26%) yang ingin menikah pada usia 26-28 tahun (Tabel 39) Tabel 39 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia ingin menikah Usia ingin menikah (tahun) 20-22 23-25 26-28 29-31
Laki-laki (n=32) % 0,00 43,75 53,13 3,13
Perempuan (n=78) % 3.64 84,62 10,26 0.00
Total % 3,63 72,72 22,72 9,09
Perbandingan usia ideal dengan usia ingin menikah Rata-rata usia ideal menikah laki-laki menurut contoh laki-laki adalah 26,31 tahun dan rata-rata usia ingin menikah contoh laki-laki adalah 26,15 tahun. Pada contoh perempuan, rata-rata usia ideal adalah 23,98 tahun, dan rata-rata usia ingin menikah adalah 24,24 tahun. Terdapat perbedaan antara rata-rata usia ideal dengan usia ingin menikah berdasarkan jenis kelamin (sig<0,01). Laki-laki ingin menikah lebih muda dibandingkan dengan usia idealnya, sedangkan perempuan usia ingin menikah lebih tua dibandingkan usia idealnya. Tabel 40 Rata-rata, standar deviasi, dan nilai uji beda antara usia ideal dan usia ingin menikah berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
Usia ideal 26.31 ± 1.50 23,98 ± 1.20
Usia ingin menikah 26.15 ± 1.50 24.24 ± 1.10
Uji beda (sig) 0,000 0,000
Pengaruh Faktor Kesiapan Menikah dan Karakteristik Contoh terhadap Usia Menikah Uji pengaruh faktor-faktor kesiapan yang mempengaruhi usia menikah menggunakan beberapa model untuk mengetahui model terbaik yang mampu menjelaskan usia menikah. Pada Tabel 41 merupakan rekapan seluruh model regresi yang telah dilakukan.
55
Tabel 41 Faktor kesiapan menikah dan kakarteritsik yang berpengaruh terhadap usia menikah pada berbagai model regresi dan nilai adjusted R2 Model regresi (Y) Usia ingin menikah Usia ideal menikah bagi Faktor kesiapan menikah
Mengelola emosi Kesiapan peran Empati Kesiapan usia Kemampuan komunikasi Keterampilan sosial Kesiapan seksual Kesiapan finansial Kognisi sosial Toleransi Karakteristik Jenis Kelamin Uang saku Urutan anak Jlh anggota keluarga Saudara menikah Status pacar Usia menikah ayah Usia menikah ibu Lama pendidikan ayah Lama pendidikan ibu Pekerjaan ayah Pekerjaan ibu Pendapatan ayah Pendapatan ibu Pendapatan perkapita Kelengkapan orangtua Adj R2 Keterangan
Seluruh contoh (N=110) Y1 Y2
laki-laki (N=32)
perempuan (N=78)
laki-laki (N=110)
perempuan (N=78)
Y3
Y5
Y7
Y9
Y10
√ √ √
√
Y4
Y6
Y8
√ √ √
√ √
√ √ √
√ √
√ √
√ √
√
√
√
√
√ √
√ √
√ √ √
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√ √ √ √
√
√
√ √ 0,12
0,53
0,21
0,57
√ √ 0,13
0, 54
0,05
0,13
0,13
Y1 (usia ingin menikah n=110)= f (faktor-faktor kesiapan menikah) Y2 (usia ingin menikah n=110)= f (faktor-faktor kesiapan menikah dan karakteristik) Y3 (usia ingin menikah laki-laki n=32)= f (faktor-faktor kesiapan menikah) Y4 (usia ingin menikah laki-laki n=32)= f (faktor-faktor kesiapan menikah dan karakteristik) Y5 (usia ingin menikah perempuan n=78)= f (faktor-faktor kesiapan menikah) Y6 (usia ingin menikah perempuan n=78)= f (faktor-faktor kesiapan menikah dan karakteristik) Y7 (usia ideal menikah laki-laki n=110)= f (faktor-faktor kesiapan menikah) Y8 (usia ideal menikah laki-laki n=110)= f (faktor-faktor kesiapan menikah dan karakteristik) Y9 (usia idealn menikah perempuan n=110)= f (faktor-faktor kesiapan menikah ) Y10 (usia idealn menikah perempuan n=110)= f (faktor-faktor kesiapan menikah dan karakteristik)
0,26
56
Berdasarkan Tabel 41, faktor kesiapan menikah yang mempengaruhi usia ingin menikah seluruh contoh pada model Y1 adalah kesiapan peran dan kesiapan usia, sedangkan pada model Y2 faktor kesiapan menikah yang mempengaruhi usia ingin menikah adalah empati, kesiapan usia, kesiapan seksual, dan kesiapan finansial. Pada usia ingin menikah laki-laki, faktor yang konsisten berpengaruh pada model Y3 dan Y4 adalah kesiapan finansial.
Pada usia ingin menikah
perempuan, pada model Y5 faktor yang berpengaruh adalah kesiapan usia dan kemampuan empati, sedangkan pada model Y6 faktor yang muncul berepngaruh adalah mengelola emosi dan kemampuan komunikasi, dan kesiapan usia. Pada usia ideal menikah bagi laki-laki menurut seluruh contoh, faktor kesiapan menikah yang mempengaruhinya adalah kesiapan usia dan finansial (model Y7) dan toleransi (model Y8). Untuk faktor kesiapan menikah yang mempengaruhi usia ideal menikah bagi perempuan menurut seluruh contoh adalah pada model Y9 dan Y10 adalah kemampuan empati dan kemampuan komunikasi, serta kesiapan usia dan finansial (model Y9). Berdasarkan nilai adjusted R2, model yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel independen terhadap usia menikah adalah model Y2, Y4, dan Y6 karena ketiga model tersebut memiliki nilai adjusted R2 diatas 50 persen, sehingga bisa menjelaskan lebih dari setengah informasi mengenai usia menikah. Pada ketiga model tersebut variabel independen yang dimasukan adalah faktor kesiapan menikah dan karakteristik contoh serta keluarga. Pengaruh faktor kesiapan menikah dan karakteristik terhadap usia ingin menikah seluruh contoh. Model Y2 merupakan uji regresi pengaruh faktor kesiapan menikah dan karakteristik terhadap usia menikah keseluruhan contoh. Untuk faktor kesiapan menikah yang berpengaruh adalah semakin tinggi Kemampuan Empati dan Kesiapan Finansial, maka semakin tua usia ingin menikah sedangkan semakin tinggi Kesiapan Usia dan Kesiapan Seksual maka semakin muda usia ingin menikah. Berdasarkan hasil regresi karakteristik yang berpengaruh adalah jenis kelamin, dimana usia ingin menikah laki-laki lebih tua dari perempuan, selanjtnya uang saku, yaitu semakin tinggi uang saku maka semakin tua usia ingin menikah.
57
Tabel 42 Sebaran koefisien regresi karakteristik dan faktor kesiapan menikah yang berpengaruh terhadap usia ingin menikah contoh (n=110) Variabel Bebas Konstanta Kemampuan empati Kesiapan usia Keterampilan sosial Kesiapan seksual Kesiapan finansial Jenis kelamin Uang saku Urutan anak (1=pertama, 0=tidak) Status pacar (1=ada, 0=tidak ada) Usia nikah ayah Lama pendidikan ayah Usia menikah ibu Lama pendidikan ibu Pekerjaan ibu (1=kerja, 0=tidak bekerja) R2 Adjusted R2 Sig
ß (terstandarisasi) 0,179 -0,211 -0,116 -0,185 0,178 0,668 0,204 -0,122 -0,149 -0,108 -0,227 0,133 0,276 -0,184
Sig 0,000 0,030* 0,004* 0,144 0,014* 0,021* 0,000* 0,006* 0,082 0,036* 0,195 0,009* 0,137 0,007* 0,018*
0,59 0,53 0,00
Keterangan *= signifikansi 95%
Contoh yang memiliki pacar memiliki usia ingin menikah lebih muda dibandingkan yang tidak memiliki pacar. Pendidikan orangtua baik ayah dan ibu yang semakin tinggi membuat usia ingin menikah contoh semakin tua. Contoh yang ibunya bekerja memiliki usia ingin menikah lebih muda dibandingkan contoh yang ibunya tidak bekerja. Model regresi memiliki nilai adjusted R2 sebesar 0,53. Angka tersebut artinya sebesar 53 persen usia ingin menikah contoh dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel yang berpengaruh yang telah disebutkan, Sedang sisanya yaitu 47 persen dipengaruhi variabel bebas lain yang tidak diteliti. Regresi usia ingin menikah selanjutnya dipisahkan antara contoh laki-laki dan perempuan. Pengaruh faktor kesiapan menikah dan karakteristik terhadap usia ingin menikah laki-laki. Regresi selanjutnya menguji pengaruh kesiapan menikah dan karakteristik contoh
terhadap usia ingin menikah contoh laki-laki tersaji pada Tabel 43.
Semakin tinggi Kemampuan Komunikasi, dan Kesiapan Finansial, dan uang saku, maka semakin tua usia ingin menikah laki-laki. Semakin tinggi jumlah anggota keluarga maka semakin muda usia ingin menikah laki-laki (Tabel 43).
58
Tabel 43 Sebaran koefisien regresi karakteristik contoh dan keluarga dan faktorfaktor kesiapan menikah terhadap usia ingin menikah laki-laki (n=32) Variabel Bebas Konstanta Kemampuan empati Kesiapan usia Kemampuan komunikasi Kesiapan seksual Kesiapan finansial Kognisi sosial Uang saku Urutan anak (1=pertama,0=bukan pertama) Jumlah anggota keluarga Status pacar (1=ada, 0=tidak ada) Usia menikah ayah Usia menikah ibu Lama pendidikan ibu Pendapatan perkapita (1=tidak miskin, 0=miskin) Orang tua (1=lengkap, 0=tidak lengkap) R2 Adjusted R2 Sig
ß (terstandarisasi) -0,361 -0,284 0,590 -0,308 0,356 0,213 0,360 -0,452 -0,439 -0,219 -0,328 0,299 0,263 -0,541 0,245
Sig 0,000 0,171 0,105 0,036* 0,134 0,058* 0,297 0,027* 0,015* 0,030* 0,183 0,089 0,106 0,108 0,006* 0,155
0,77 0,57 0,01
Keterangan *= signifikansi 95%
Contoh laki-laki yang merupakan anak pertama memiliki usia ingin menikah lebih muda dibandingkan yang bukan anak pertama, contoh laki-laki yang berasal dari keluarga miskin memiliki usia menikah yang lebih tua. Model memiliki nilai Adjusted R-square yang cukup baik yaitu 0,57, artinya usia ingin menikah laki-laki dapat dijelaskan oleh model sebesar 57 persen, sedangkan sisanya 43 persen dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Pengaruh faktor kesiapan menikah dan karakteristik terhadap usia ingin menikah perempuan. Pengaruh karakteristik dan faktor-faktor kesiapan menikah terhadap usia ingin menikah perempuan disajikan pada Tabel 44. Faktor kesiapan menikah yang mempengaruhi usia ingin menikah contoh perempuan adalah Mengelola emosi, semakin tinggi maka usia ingin menikah semakin tua. Semakin tinggi Kesiapan Usia dan Kemampuan Komunikasi maka semakin rmuda usia ingin menikah. Semakin tinggi uang saku, dan pendidikan ibu maka semakin tua usia ingin menikah perempuan, tetapi semakin tinggi pendidikan ayah semakin muda usia ingin menikah perempuan.
59
Tabel 44 Sebaran koefisien regresi karakteristik contoh dan keluarga dan faktorfaktor kesiapan menikah terhadap usia ingin menikah perempuan (n=78) Variabel Bebas Konstanta Mengelola emosi Kemampuan empati Kesiapan usia Kemampuan komunikasi Kesiapan seksual Uang saku Status pacar (1=ada, 0=tidak ada) Usia menikah ayah Lama pendidikan ayah Pekerjaan ayah (1=kerja, 0=tidak bekerja) Lama pendidikan ibu Pekerjaan ibu (1=kerja, 0=tidak bekerja) Pendapatan perkapita (1=tidak miskin, 0=miskin) Orang tua (1=lengkap, 0=tidak lengkap) R2 Adjusted R2 Sig
ß (terstandarisasi) 0,271 0,168 -0,194 -0,268 -0,149 0,356 -0,250 -0,141 -0,438 -0,142 0,509 -0,463 0,273 -0,275
Sig 0,000 0,022* 0,122 0,056* 0,030* 0,131 0,001* 0,009* 0,166 0,000* 0,191 0,000* 0,000* 0,014* 0,023*
0,54 0,44 0,00
Keterangan *= signifikansi 95%
Contoh perempuan yang memiliki pacar memiliki usia ingin menikah lebih rendah. Contoh yang ibunya bekerja ingin menikah lebih cepat. Contoh perempuan yang berasal dari keluarga miskin ingin menikah lebih muda. Perempuan dengan orang tua yang tidak lengkap ingin menikah lebih tua dibandingkan yang orang tuanya lengkap.
61
PEMBAHASAN Hampir seluruh dewasa muda dalam penelitian ini belum siap untuk menikah, alasannya adalah karena usia yang dirasa masih terlalu muda. Padahal ketentuan dalam UU No.1 tahun 1974, seharusnya di usia 20 tahun menjadi usia yang cukup untuk menikah. Penyebab lainnya karena masih mengenyam pendidikan, artinya pendidikan mampu menghambat seseorang untuk menikah. Bahkan terdapat sebagian dewasa muda yang menyatakan belum terfikirkan untuk menikah, padahal menikah merupakan tugas perkembangan dewasa muda yang seharusnya sudah difikirkan dan dipersiapkan dengan baik. Dewasa muda juga merasa belum bisa hidup mandiri dan terpisah dari orang tua, padahal usia 20 tahun merupakan masa dimana seorang indivdu harus bisa mengurangi ketergantungan pada keluarga dan harus hidup lebih mandiri (Levinson 1978). Dewasa muda juga merupakan masa untuk membangun hubungan intim dengan lawan jenis (Erickson 1963), terbukti hampir setengah dewasa muda sedang berpacaran. Sebagian besar ayah dewasa muda memiliki pekerjaan, sedangkan hampir setengah ibu contoh tidak bekerja. Hal ini menunjukan bahwa suami masih menjadi tulang punggung utama dalam keluarga yang bertugas mencari nafkah, tetapi saat ini ibu sudah mulai menjadi pencari nafkah keluarga, dimana setengah ibu dewasa muda juga bekerja. Rata-rata lama pendidikan ayah dewasa muda lebih tinggi dibandingkan rata-rata lama pendidikan ibu contoh. Hal tersebut menunjukan bahwa laki-laki cenderung memperoleh akses pendidikan yang lebih baik dibandingkan perempuan. Terdapat sebagian kecil ayah dewasa muda yang menikah pada usia dibawah 19 tahun . Hal itu bukan berarti melanggar ketentuan, karena pada Pasal 7 ayat 2 disebutkan penyimpangan terhadap ayat 1 bisa dilakukan dengan meminta dispensasi kepada pejabat terkait yang dilakukan oleh orang tua. Namun perlu disadari bahwa batas usia minimal yang ditetapkan pemerintah sudah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bahwa pada usia tersebut seseorang dianggap siap secara fisik dan mental untuk membangun keluarga, memilik reproduksi yang sudah matang, dan memiliki pengetahuan yang memadai tentang keluarga sejahtera dan peraturan perundang-undangan.
62
Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi, kesiapan sosial, kesiapan seksual, kesiapan peran, kesiapan usia, kesiapan finansial, dan kesiapan spiritual. Faktor yang sama sekali tidak disebutkan adalah kemampuan berkomunikasi, padahal kemampuan komunikasi penting dimiliki sebagai salah satu kesiapan menikah, seringkali suami istri terlibat pertengkaran karena kesalahan dalam komunikasi. Faktor kesiapan emosi lebih penting dimiliki oleh perempuan. Perempuan umumnya memiliki kemampuan membaca sinyal emosi verbal dan nonverbal lebih baik dari pada laki-laki, dan lebih mahir dalam mengungkapkan perasaannya, akibatnya secara rata-rata wanita lebih mudah berempati dari pada pria (Goleman 1997). Faktor Kesiapan Finansial, lebih penting dipersiapkan oleh laki-laki terkait dengan tugas suami sebagai pemimpin keluarga yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan anggota keluargany. Kesiapan Finansial juga penting bagi perempuan. Contoh Kesiapan Finansial bagi perempuan adalah memiliki pekerjaan untuk membantu suami meningkatkan pendapatan keluarga. Kesiapan Peran lebih penting dipersiapkan oleh perempuan karena berhubungan dengan tugas istri yang lebih banyak berada pada sektor domestik seperti mengerjakan pekerjaaan rumah tangga, mendampingi suami dan mengasuh anak. Kesiapan fisik yang sehat sama-sama penting bagi laki-laki dan perempuan, hal ini terkait dengan tujuan pernikahan yaitu memiliki keturunan. Mereka yang memiliki kondisis fisik yang kurang sehat misalnya kurang subur atau memiliki riwayat penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, hendaknya lebih mempersiapkan kesehatan diri misalnya dengan menjalankan pola hidup sehat. Kesiapan Seksual lebih penting dipersiapkan oleh perempuan. perubahan fisik janin yang begitu cepat selama masa kandungan membutuhkan keterampilan ibu yang mengandung untuk menjaga kesehatan dengan mengontrol kondisi organ reproduksi dan mengatur kecukupan asupan gizi ketika hamil dan setelahanya sehingga kesehatan ibu dan janin bisa terjaga dengan baik. Kesiapan spiritual lebih penting dipersiapkan oleh laki-laki karena seorang suami apalah imam dan pemimpin keluarga.
63
Kesiapan berikutnya adalah kesiapan sosial lebih penting dipersiapkan oleh
laki-laki.
Laki-laki
sebagai
pemimpin
keluarga
harus
mampu
mengorganisasikan keluarganya untuk bekerja sama guna mencapai tujuan bersama. Pada masyarakat matrilokal (matrilocal societies) dimana umumnya pengantin wanita membawa suami tinggal bersama keluarganya, membuat lakilaki dituntut memiliki keterampilan sosial yang baik (Schelegel dan Barry 1991). Hasil analisis faktor menghasilkan faktor Mengelola Emosi sebagai faktor pertama yang terbentuk, mengelola emosi diperlukan karena masalah-masalah dalam pernikahan bisa menimbulkan frustrasi dan tekanan pada pasangan, terutama yang baru menikah. Kemampuan mengelola emosi akan menghindari pasangan untuk melakukan tindakan agresif maupun merusak diri sendiri, apalagi saat ini banyak terjadi kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Pada faktor Kesiapan Finansial, terdapat item tidak merokok. Salah satu masalah keuangan rumah tangga bukan hanya pendapatan rendah tapi juga salahnya pengalokasian pendapatan. Banyak keluarga miskin yang lebih memprioritaskan belanja rokok dari pada kebutuhan gizi keluarga. Hasil survey Sosial Ekonomi Nasional (2006) mencatat bahwa alokasi belanja rokok pada keluarga miskin perokok menempati urutan kedua setelah beras (YLKI 2011)1. Pada faktor Kesiapan Peran, kemampuan untuk mengambil keputusan merupakan salah satu pernyataan penting. Dalam pernikahan suami-istri harus mampu mengambil keputusan dengan bijak, misalnya keputusan penting mengenai pendidikan anak, tujuan yang ingin dicapai keluarga, maupun hal-hal kecil misalnya seorang istri harus mampu membuat keputusan mengenai barangbarang kebutuhan yang harus dibelanjakan yang diperlukan oleh keluarga. Kesiapan Seksual berarti bahwa organ reproduksi seksual perempuan sudah matang dan sudah tepat untuk hamil. Hal ini terkait dengan tujuan menikah yaitu ingin memperoleh keturunan. Kesiapan untuk hamil tidak hanya persiapan fisik tetapi juga kesiapan mental, yang harus dipersiapkan sebelum hamil. Kondisi kesehatan seorang calon ibu, senantiasa akan berhadapan dengan gangguan, misalnya gangguan penyakit, hal tersebut akan memberikan efek samping kepada janin yang sedang dikandung. Kesiapan untuk hamil akan membuat perempuan lebih siap baik secara fisik dengan mengatur kecukupan gizi, maupun mental.
1. Warta Konsumen Yayasan Lemabaga Konsumern Indonesia (YLKI) edisi 2/xxxviii/2011. Jakarta: YLKI
64
Faktor Keterampilan Sosial juga diperlukan, hubungan sosial paling penting dalam pernikahan tentu saja hubungan antar pasangan, dengan memiliki hubungan yang baik pasangan akan mampu bekerja sama dengan baik. Selain itu, setelah tinggal di lingkungan yang baru, pasangan harus mampu membina hubungan dengan tetangga. Kognisi Sosial juga penting untuk dimiliki. Kognisi Sosial adalah mengetahui apa yang diharapkan dalam kebanyakan situasi sosial misalnya etiket dan mampu mengartikan isyarat sosial dan memahami norma yang tersirat (Goleman 2007). Norma yang dipegang pasangan terkadang berbeda dengan norma yang kita pelajari, dan norma jarang ada yang tertulis. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kognisi sosial adalah melihat figure pernikahan yang bisa ditiru, dan merasakan bagaimana hidup mandiri lepas dari orang tua, sehingga bisa melihat beragam contoh atau model pernikahan, diluar pernikahan orang tua. Hurlock (1994) mengemukakan bahwa memiliki teladan akan mendorong dewasa muda untuk menguasai tugas-tugas perkembangannya. Faktor yang terakhir terbentuk adalah kemampuan Toleransi. Menurut Erikson (1963) dewasa muda berada pada tahap intimasi melawan isolasi. Pada tahap ini individu harus membangun kepribadian yang mampu melebur dengan kepribadian orang lain agar mampu membentuk keintiman. Proses ini membutuhkan kontrol emosi dan kompromi atau toleransi yang tinggi. Jika gagal maka individu akan merasa terisolasi. Sehingga toleransi juga dibutuhkan dalam membangun hubungan intim seperti pernikahan. Rata-rata usia ingin menikah perempuan lebih tinggi daripada usia ideal, laki-laki sebaliknya usia ingin menikah justru lebih muda dibandingkan usia idealnya. Dewasa muda yang merupakan mahasiswa memiliki pendidikan yang tinggi. Pada wanita pendidikan yang tinggi akan membuka peluang mereka untuk mengejar karir sebelum menikah, sedangkan pada laki-laki justru menjadi peluang untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik, sehingga lebih cepat memperoleh kesiapan finansial.
65
Usia ingin menikah perempuan lebih muda dari pada usia ingin menikah laki-laki, salah satu penyebab hal ini terjadi karena masa pubertas perempuan memang lebih cepat dari laki-laki (Hurlock 1994). Perbedaan usia ini berhubungan dengan pengendalian fertilitas, wanita yang menikah lebih muda akan memiliki masa reproduksi yang lebih lama dibandingkan wanita yang menikah lebih tua (Schelegel dan Barry 1991). Semakin tinggi uang saku maka semakin tua usia ingin menikah. Perempuan yang memiliki kondisi finansial keluarga yang cukup, tidak akan mencari keamanan finansial dengan menikah, sedangkan yang berpendapatan rendah bisa mengharapkan memperoleh dukungan finansial dengan menikah. Bagi laki-laki, pendapatan keluarga besar akan membuat mereka berusaha lebih keras untuk mencapai standar yang sama dengan keluarganya (Thornton, 1989). Dewasa muda laki-laki yang merupakan anak pertama memiliki usia ingin menikah yang lebih muda. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian oleh Murdoch (2011). Penelitian yang berjudul “Birth Order and Age at Marriage” (Urutan Lahir dan Usia Menikah) menunjukan rata-rata usia menikah anak sulung laki-laki lebih rendah dari pada rata-rata usia menikah anak laki-laki yang bukan anak sulung. Pada contoh laki-laki yang berasal dari keluarga besar, maka ada peluang yang lebih besar untuk membangun keluarga baru dengan jumlah anak yang juga banyak. Pasangan yang memiliki keinginan memiliki anak yang banyak, akan menikah lebih muda. Contoh yang sedang berpacaran memiliki usia ingin menikah lebih muda. Pengalaman berpacaran akan mengajarkan seseorang mengenai komitmen, toleransi, dan belajar berkompromi, serta sarana mengenal pasangan dan kelurganya. Penelitian yang dilakukan oleh Karadag (2006) menghasilkan bahwa mereka yang memiliki pengalaman berpacaran (dating) akan lebih sering membicarakan isu mengenai pernikahan. Mereka yang memiliki pasangan juga lebih memiliki inisiatif untuk menikah. Contoh laki-laki yang berasal dari keluarga miskin ingin menikah lebih lama karena ingin memiliki kondisi ekonomi yang lebih mapan, karena laki-laki bertanggung jawab atas kebutuhan hidup keluarga.
66
Perempuan yang berasal dari keluarga miskin justru ingin menikah lebih cepat, karena mengharapkan adanya pegangan ekonomi yang berasal dari suami. Usia ingin menikah perempuan juga dipengaruhi kondisi orang tua, dimana perempuan yang memiliki orang tua yang tidak lengkap akibat meninggal atau bercerai memiliki usia ingin menikah yang lebih tua. Pengalaman akibat perceraian akan membuat anak merasa trauma dan berfikir bahwa pernikahan bukanlah sumber kebahagiaan, selain itu pengalaman hidup bersama ibu tunggal akan membuat dewasa muda perempuan mengejar karir yang mapan dahulu sebelum menikah, hal tersebut merupakan tindakan prefentif apabila dewasa muda mengalami kondisi yang sama seperti ibunya. (Berryman dan Waite 1987). Semakin tinggi pendidikan orang tua akan membuat semakin tua usia ingin menikah dewasa muda perempuan. Pendidikan ibu yang tinggi akan memberikan gambaran kepada contoh bahwa perempuan juga memiliki peluang untuk memperoleh pencapaian dalam pendidikan. Ibu yang berpendidikan tinggi juga memiliki pekerjaan yang lebih baik, dan akan memberikan gambaran pula bahwa perempuan harus bekerja dahulu sebelum menikah. Faktor kesiapan menikah yang mempengaruhi usia ingin menikah adalah kesiapan usia, kemampuan empati, kemampuan komunikasi, kesiapan seksual dan kesiapan finansial. Usia masih dipandang sebagai hal mempengaruhi kesiapan menikah, semakin tinggi kesiapan usia maka akan lebih cepat menikah. Orang yang usianya cukup matang akan dipandang lebih siap secara finansial. Semakin tinggi kesiapan empati semakin tinggi menikah. Empati merupakan kemampuan memahami perasaan orang lain, serta menerima kekurangan dan kelebihan orang lain. Semakin dewasa usia seseorang maka empatinya akan semakin baik. Semakin seseorang siap berhubungan seksual, maka semakin muda ingin menikah. Kemampuan komunikasi berpengaruh pada usia menikah. Kemampuan komunikasi memang diperlukan dalam pernikahan. Banyak kasus pertengkaran rumah tangga terjadi hanya karena kesalahan berkomunikasi. Kesiapan usia berpengaruh negatif pada usia ingin menikah perempuan. Perempuan yang menganggap kesiapan usia sebagai faktor pernting dalam pernikahan ingin menikah lebih muda, dibandingkan perempuan yang tidak terlalu mengaanggap usia sebagai salah satu kesiapan pernikahan.
67
Keterbatasan penelitian Oleh karena luasnya cakupan masalah yang perlu ditelaah untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang kesiapan menikah, maka dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada variabel-variabel berikut: 1.
Masalah-masalah yang terkait dengan dewasa muda yang meliputi: karaketristik dewasa muda dan latar belakang sosial ekonomi keluarga
2.
Masalah-masalah yang terkait dengan persepsi tentang dunia pernikahan, kesiapan menikah, tujuan menikah, tugas suami dan istri, dan usia menikah. Keterbatasan lain adalah data yang dikumpulkan berasal dari contoh yang
merupakan mahasiswa, sehingga tingkat pendidikan contoh homogen. Penelitian juga tidak mengukur tingkat kesiapan menikah contoh secara nyata. Contoh cenderung homogen karena antara contoh laki-laki dan perempuan ketika dilakukan uji beda karakteristik contoh maupun keluarga contoh antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan.
69
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Faktor kesiapan menikah yang teridentifikasi dari persepsi contoh terdiri atas kesiapan emosi, kesiapan sosial, kesiapan finansial, kesiapan peran, kesiapan reproduksi (seksual), dan kematangan usia. Terdapat perbedaan antara kesiapan menikah bagi laki-laki dan kesiapan menikah perempuan. Faktor kesiapan menikah laki-laki adalah kesiapan finansial, kesiapan emosi, kesiapan peran, kesiapan fisik, kesiapan spiritual, dan kesiapan sosial. Faktor kesiapan menikah untuk perempuan adalah kesiapan emosi, kesiapan peran, kesiapan finansial, dan kesiapan fisik, kesiapan seksual, dan kesiapan spiritual. Faktor-faktor kesiapan menikah hasil analisis faktor memperoleh sepuluh faktor yaitu faktor mengelola emosi, kesiapan peran, empati, kesiapan seksual, kemampuan komunikasi, keterampilan sosial, kognisi sosial, kesiapan finansial, kesiapan usia, dan toleransi. Usia ideal menikah untuk laki-laki berkisar antara 24-30 tahun dengan rata-rata adalah 26,31 tahun. Untuk usia ideal perempuan berkisar antara 20-27 tahun dengan rata-rata 23,98 tahun. Rata-rata usia ingin menikah contoh laki-laki adalah 26,15 tahun dan perempuan 24,24 tahun. Terdapat perbedaan antara usia ingin menikah dengan usia ideal, pada perempuan usia ingin menikah lebih tua dibandingkan usia idealnya, sedangkan pada laki-laki usia ingin menikah lebih muda dari usia idealnya. Karakteristik dewasa muda dan keluarga berpengaruh pada usia ingin menikah. Karakteristik dewasa muda yang mempengaruhi usia ingin menikah adalah jenis kelamin, uang saku, status berpacaran, dan urutan anak. Karakteristik keluarga yang mempengaruhi adalah pendidikan orangtua, pendapatan perkapita, dan kelengkapan orang tua. Kesiapan menikah juga berpengaruh pada usia menikah. Semakin tinggi kesiapan usia dan kemampuan komunikasi maka semakin muda usia menikah, namun semakin tinggi kesiapan finansial dan kemampuan empati maka semakin tua usia menikah.
70
Saran Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka saran yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Saran bagi dewasa muda yang hendak menikah baik laki-laki dan perempuan harus menyiapkan emosi secara matang, terutama mengelola emosi dan empati. Hal ini bisa dilakukan dengan banyak membaca referensi buku, serta mempelajari pernikahan dari dilingkungan keluarga, maupun lingkungan sosial.
2.
Dewasa muda sebaiknya memiliki figur pernikahan yang bisa ditiru, sehingga bisa mendapatkan gambaran mengenai masalah dalam pernikahan dan solusi yang tepat untuk mengatasinya. Kesiapan peran juga penting dipersiapkan terutama perempuan. Terkait peran perempuan yang lebih banyak pada sector domestik. Perempuan harus belajar mengerjakan berbagai tugas dalam rumah tangga dan pengasuhan anak.
3.
Untuk kesiapan finansial harus lebih dipersiapkan oleh calon pasangan lakilaki, karena laki-laki adalah pemimpin dan pencari nafkah utama dalam keluarga. Sebelum menikah laki-laki sebaiknya memiliki pekerjaaan yang halal dan mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
4.
Kesiapan seksual (reproduksi) harus dipersiapkan lebih baik oleh perempuan, hal ini terkait dengan peran perempuan sebagai calon ibu yang akan mengandung dan melahirkan. Misalnya melakukan pengecekan kesehatan organ reproduksi sebelum menikah. Saran bagi pemerintah, hendaknya membuat program pendidikan tentang pernikahan, agar dewasa muda lebih memiliki kesiapan untuk menikah.
71
DAFTAR PUSTAKA Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional [BKKBN]. Pendewasaan Usia Perkawinan dan Hak-Haka Reproduksi Remaja. 2010. Jakarta Badan Pusat Statistik [BPS].Statistik Indonesia 2010. 2010. Jakarta: BPS Bernard H.R. 2000. Social Research Methode. London: Sage Publication Blood M.B. 1978. Marriage (3rd ed.). New York: Free Press Chaplin J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Chesterfield L. 1750. Letter. London: Macmillan&Co Ltd Corsini R. 2002. The Dictionary of Psychology. London: Brunner/Route Kedge Dewi IS. 2006. Kesiapan Menikah pada Dewasa Mudaa yang Bekerja. www.library.usu.ac.id. [terhubung berkala]. [9 Desember 2010] Duvall EM. 1971. Family Development (4th ed). New York: J.B Lipincott Company Miller B.C. 1985. Marriage and Family Development (9th ed) New York: Harper and Row Publisher Erikson EH. 1963. Childhood and Society 2nd Edition. New York:Norton Freud S. 1960. Civilization and Its Discontent. New York: Free Press Goleman Daniel.1997. Kecerdasan Emosional.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Goleman D. 2007. Social Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Gould RL. 1978. Transformation: Growth and Change in Adult Life. New York: Simon & Schuster Gunarsa S.D, Gunarsa Y. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia Hall S. 2006. Marital Meaning, Exploring Young Adulth Belief Systems About Marriage [Journal of Family Issues Vol.27 No.10). Indiana: Sage Publication Havighurts RJ. 1972. Development Task and Education 3th ed. New York: Mac Kay Hayslip Jr, Panek Paul E.. 1989. Adulth Development and aging, Harper&Row Publisher: New York
72
Holman T B, Hermer SL, Larson JH. 1994. The Development and Predictive Validity of a New Premarital Assessment Instrument the Preparation of Marriage Instrument. [Journal of Family Relation Vol.43 (hal.46-52)] Hurlock EB. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terj Istidiwayanti dan Soejarwo. Jakarta: Erlangga Karadag S. 2006. Dating Behaviour, views og Marriage, and Marital preparation among University Student. [ Journal of Social Science. No 16. Turkey: Ege University] L’Abate L. 1990. Building Family Competence. California: Sage Publication Levinson D.J. 1978. The season’s of man’s life. New York: Knopf Marshall A. 1890. Principle of Economics. London:Macmillan & Co Ltd Murdoch, J Peter. 2011. Birth Order and Age at Marriage. [British Journal of Social and Clinical Psychology, Vol:5 page 24-29.] Nazir M. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Oktaviani V. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Kesiapan Menikah pada Mahasiswa [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Olson D, De Frain John. 2006. Marriage and Families: Intimacy, Diversity & Strenght (5th ed). New York: Mc.Grow Hill Papalia D.E, Olds S.W. 1981. Human Development (2nd ed). New York: Mc.Grow Hill Feldman R.D (1998). Human Development (7th ed) New York: Mc. Grow Hill Puteri SO. 2010. Kesiapan Menikah pada Dewasa Madya yang Bekerja. www.library.usu.ac.id. [terhubung berkala]. [9 Desember 2010] Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarat: Penerbit Erlangga Schelegel, Aliece. Barry, Herbert. 1991. Adolescent: An Antrhopological Inquary. New York: The Free Press. Sunarti E. 2001. Theorical and Methodological Issues on Family Resilience (Presented at Senior Official Forum, Part of East Asian Ministrial Forum on Families). Bali. Departement of Family and Cosumer Science. Faculty of Human Ecology. Bogor Agricultural University
73
Stinnet, N. 1969. Readiness for marital competence. Journal of Home Economics, Vol:61, page 683-686. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga).2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka Turner Jeffrey, Helms Donald. 1986. Contemporary Adulthood (3rd ed). New York: CBS Collage Publishing. Thornton, A. 1989. Changing attitudes towards family issues in the United States.Journal of Marriage and Family Vol: 51, page: 873-895. Widarjono. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Yogyakarta: Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan & Kompilasi Hukum Islam. 2007. Bandung: Citra Umbara.
75
LAMPIRAN
76
77
LAMPIRAN 1 Reabilitas dan Validitas 1.
2.
Uji Reabilitas item pernyataan (57 item) Ringkasan proses Reabilitas Jumlah contoh Valid Jumlah contoh yang tidak valid Total contoh Cronbach Alpha Jumlah item
110 0 110 0,907 57
Uji Validitas (nilai korelasi) item E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 E14 E15 E16 E17 E18 E19 E20 E21 E22 E23 E24 E25 E26 E27 E28 E29
Nilai korelasi 0,345 0,090 0,395 0,493 0,579 0,504 0,359 0,244 0,585 0,605 0,681 0,618 0,517 0,572 0,649 0,623 0,389 0,550 0,563 0,470 0,606 0,617 0,548 0,577 0,394 0,309 0,403 0,462 0,401
Keterangan Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Pernyataan U30 U31 U32 U33 S34 S35 S36 S37 P38 P39 P40 P41 SEK42 SEK43 SEK44 SEK45 KOM46 KOM47 KOM48 KOM49 KOM50 AG51 AG52 FIN53 FIN54 FIN55 FIN56 FIN57
item 0,883 0,874 0,852 0,861 0,723 0,761 0,661 0,410 0,741 0,779 0,721 0,598 0,853 0,746 0,914 0,894 0,770 0,811 0,740 0,795 0,780 0,785 0,931 0,566 0,760 0,641 0,512 0,689
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
79
LAMPIRAN 2 Analisis Faktor KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square df Sig.
.713 3.607E3 1378 .000
a. Ekstraksi Laten Root (14 Faktor) Communalities Initial
Extraction
Initial
Extraction
E1
1.000
.770 U2
1.000
.784
E3
1.000
.750 U3
1.000
.792
E4
1.000
.618 U4
1.000
.829
E5
1.000
.758 S2
1.000
.570
6
1.000
.601 S3
1.000
.643
E9
1.000
.670 S4
1.000
.813
E10
1.000
.748 P1
1.000
.860
E11
1.000
.723 P2
1.000
.897
E12
1.000
.731 P3
1.000
.662
E13
1.000
.589 P4
1.000
.676
E14
1.000
.615 SEK1
1.000
.784
E15
1.000
.749 SEK2
1.000
.756
E16
1.000
.785 SEK3
1.000
.897
E17
1.000
.633 SEK4
1.000
.851
E18
1.000
.637 KOM1
1.000
.726
E19
1.000
.696 KOM2
1.000
.669
E20
1.000
.597 KOM3
1.000
.636
E21
1.000
.679 KOM4
1.000
.759
E22
1.000
.573 KOM5
1.000
.828
E23
1.000
.554 AG1
1.000
.782
E24
1.000
.622 AG2
1.000
.782
E25
1.000
.646 FIN1
1.000
.750
E26
1.000
.756 FIN2
1.000
.804
E27
1.000
.689 FIN3
1.000
.569
E28
1.000
.649 FIN4
1.000
.569
E29
1.000
.713 FIN5
1.000
.653
U1
1.000
.815
Extraction Method: Principal Component Analysis.
80
Total Variance Explained Initial Eigenvalues % of Variance
Extraction Sums of Squared Loadings
Cumulative %
Total
1
11.596
21.879
21.879
11.596
21.879
21.879
3.761
7.096
7.096
2
4.048
7.638
29.517
4.048
7.638
29.517
3.554
6.705
13.802
3
3.246
6.125
35.641
3.246
6.125
35.641
3.547
6.693
20.495
4
2.797
5.278
40.919
2.797
5.278
40.919
3.516
6.633
27.128
5
2.657
5.013
45.932
2.657
5.013
45.932
3.386
6.388
33.516
6
2.128
4.015
49.948
2.128
4.015
49.948
3.286
6.199
39.716
7
1.796
3.388
53.336
1.796
3.388
53.336
3.249
6.129
45.845
8
1.720
3.246
56.581
1.720
3.246
56.581
3.098
5.845
51.690
9
1.580
2.981
59.562
1.580
2.981
59.562
2.128
4.015
55.705
10
1.444
2.724
62.287
1.444
2.724
62.287
1.852
3.495
59.200
11
1.260
2.378
64.664
1.260
2.378
64.664
1.780
3.358
62.558
12
1.242
2.344
67.009
1.242
2.344
67.009
1.708
3.222
65.780
13
1.142
2.154
69.163
1.142
2.154
69.163
1.575
2.972
68.751
14
1.051
1.983
71.146
1.051
1.983
71.146
1.269
2.395
71.146
15
.978
1.845
72.991
16
.959
1.810
74.801
17
.872
1.645
76.445
18
.812
1.531
77.977
19
.787
1.485
79.462
20
.754
1.423
80.885
21
.738
1.393
82.278
22
.692
1.306
83.584
23
.659
1.242
84.826
24
.620
1.170
85.997
25
.586
1.105
87.102
26
.559
1.056
88.157
27
.523
.986
89.143
28
.484
.913
90.056
29
.475
.897
90.953
30
.439
.829
91.782
31
.400
.754
92.536
32
.369
.697
93.233
33
.357
.674
93.907
34
.337
.635
94.542
35
.317
.598
95.140
36
.291
.549
95.689
37
.258
.486
96.176
38
.239
.451
96.627
39
.222
.419
97.046
40
.198
.374
97.420
41
.191
.360
97.781
42
.177
.333
98.114
43
.171
.322
98.435
44
.139
.261
98.697
45
.129
.243
98.940
46
.111
.209
99.149
47
.104
.195
99.344
48
.095
.179
99.524
49
.079
.150
99.673
50
.067
.127
99.800
51
.046
.087
99.887
52
.034
.064
99.951
53
.026
.049
100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total
% of Variance
Cumulative %
Rotation Sums of Squared Loadings
Component
Total
% of Variance
Cumulative %
Rotated Component Matrixa
81
Component 2
3
4
12
13
E20
.716
1
.084
.141
.023
-.089
5
6
.107
7
.001
-.003
8
9
.010
10
.106
11
-.020
.094
-.024
.128
E21
.597
.125
.328
-.075
.171
.032
.178
.061
-.034
.137
-.079
-.188
.256
-.011
E23
.570
.050
.028
-.093
.079
.151
.347
.146
.025
.037
.188
.029
.078
-.037
E9
.569
.402
.165
.050
.084
.127
-.160
.112
.051
-.075
.131
.255
-.054
-.014
E24
.561
.271
.083
-.050
.208
.091
.071
.273
-.004
.021
.268
-.116
-.073
.040
E25
.550
-.084
.193
-.056
.270
.075
.190
-.085
-.105
-.058
-.121
.014
-.381
.013
E22
.489
.193
.112
.134
.172
.004
.355
.183
-.152
.046
.035
.161
.156
-.008
AG2
.453
.052
.077
.137
.206
.023
.411
.033
.347
.145
.419
-.075
-.012
-.118
E18
.444
.080
.422
.134
.216
.091
.100
.065
-.315
.055
.203
.000
-.126
.094
E5
.132
.751
-.004
.016
.174
.060
.271
-.066
.064
.184
-.068
.018
.021
.146
E6
.029
.629
.188
.125
-.179
.134
.145
.073
.035
.243
.005
-.005
.108
.070
E11
.151
.617
.316
.052
.236
-.004
.230
.050
-.123
-.009
.011
.206
.179
-.128
E10
.269
.602
.177
-.029
.223
-.032
.000
.400
.211
.056
-.019
.034
.105
-.107
KOM3
.216
.540
.178
.064
.116
.194
.387
-.083
.166
-.043
.084
-.066
-.115
.028
E16
.141
.163
.779
.053
.045
.055
.176
.099
.145
.008
.031
.131
-.165
-.131
E15
.169
.194
.774
-.067
.044
.077
.186
.074
.112
-.030
-.068
.013
.113
.023
E29
.056
.052
.603
.050
.107
.043
.023
-.083
.337
.358
.004
-.172
-.055
.215
E19
.353
.159
.591
.008
-.075
.064
.008
.177
-.193
-.026
.286
.002
.026
.188
E14
.231
.054
.542
.125
.033
.056
.082
.034
-.152
.197
.005
.234
.319
.137
E12
.125
.202
.388
-.084
.288
.067
.336
.163
.112
.240
.194
.154
.142
-.372
U1
.028
.046
-.079
.866
.012
.030
-.020
-.033
.070
.073
.182
.015
.089
.037
U3
.042
-.012
.100
.844
.173
.073
.088
-.059
.028
-.063
-.099
-.057
-.019
.050
U4
-.004
.063
.101
.844
-.062
-.024
.109
-.003
.055
.021
-.238
.096
-.063
-.117
U2
-.102
.021
-.057
.842
.014
.052
.094
-.077
.038
.010
.149
-.058
.073
.105
FIN1
-.005
-.026
.024
.102
.714
.128
-.007
.285
-.011
.034
.336
.109
.045
-.046
E26
.178
.010
.060
.025
.714
.061
.135
-.045
-.109
-.099
-.332
-.021
-.173
.153
FIN2
.161
.013
.001
.019
.706
.022
.008
.440
.092
-.079
-.050
.211
-.020
-.151
P3
.258
.296
.120
.053
.581
.143
.035
.121
.234
.011
.084
-.191
.133
.006
FIN3
-.012
.312
.044
.020
.575
.120
-.113
-.093
.235
-.127
.083
.152
.040
.009
FIN5
.106
.114
.138
-.285
.375
.020
.330
.297
.269
-.207
-.141
.128
.006
.196
SEK4
.158
-.038
.050
.098
-.068
.889
.101
.031
.005
.044
.006
-.044
-.001
-.053
SEK3
.046
-.014
.071
.112
.253
.878
.061
.052
.029
.061
-.037
.107
.045
-.128
SEK1
.104
.134
.090
-.011
.181
.796
.202
.023
.102
.074
.028
.104
-.098
.040
SEK2
.055
.350
-.024
-.090
-.034
.705
-.015
-.012
-.011
-.019
.205
.092
.127
.236
KOM4
.118
.252
.141
.118
-.045
.120
.783
.050
.003
.088
.034
.063
.044
-.033
KOM5
.120
.161
.210
.058
-.044
.127
.774
.132
.066
.239
.123
.157
.018
.061
KOM2
.214
.304
.140
.307
.080
.174
.510
.131
-.083
.078
.044
-.038
-.074
.285
KOM1
.117
.233
.142
.206
.298
.353
.444
.183
-.112
-.072
.063
-.032
.115
.340
P1
.160
.100
.046
-.076
.133
.046
.092
.846
-.066
-.095
.165
-.144
-.095
.051
P2
.118
.094
.030
-.083
.238
.049
.035
.844
-.016
-.105
.230
-.126
-.089
.072
S4
-.018
-.120
.171
-.003
-.030
.012
.171
.762
.135
.149
-.162
.289
.071
.054
S3
-.217
.115
.005
.056
.182
.026
.009
-.018
.722
-.016
.086
.118
.030
.030
FIN4
.144
.057
.126
.402
-.114
.036
-.031
.216
.533
-.038
-.076
.102
.056
-.027
P4
.141
.026
.110
.040
.229
.123
.098
.020
.516
.093
-.078
-.297
.345
.276
E1
.115
.109
.004
-.045
-.126
-.007
.156
-.081
.035
.807
.047
.141
.053
.136
E3
.059
.243
.216
.099
-.071
.209
.108
.008
-.096
.706
-.113
-.073
-.178
-.115
AG1
.233
-.033
.158
.014
-.007
.160
.276
.200
-.004
-.095
.721
-.009
-.129
.113
E27
.121
.067
.040
-.025
.164
.232
.102
-.050
.138
.082
-.093
.734
.018
.030
E13
-.050
.277
.375
.023
.114
-.032
.206
.073
-.074
.000
.165
.487
.111
.156
E17
.067
.272
.179
.047
.054
.072
.136
-.142
.205
-.064
-.111
.165
.619
.065
E4
.094
.488
.192
-.070
.076
.099
.135
.016
.029
.115
.006
.209
-.488
.006
S2
-.214
-.017
.071
.103
-.081
.155
.279
-.161
.317
-.158
-.311
.152
.344
-.105
E28
.165
.102
.230
.088
-.010
-.038
.136
.222
.190
.164
.154
.197
.091
.590
Extraction Method: Principal Component Analysis, Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. Rotation converged in 14 iterations.
14
82 b. Analisis Faktor (Apriori Criterion 10 Faktor) Communalities Initial
Extraction
Initial
Extraction
E1
1.000
.526 U2
1.000
.769
E3
1.000
.692 U3
1.000
.778
E4
1.000
.489 U4
1.000
.772
E5
1.000
.729 S2
1.000
.524
E6
1.000
.565 S3
1.000
.526
E9
1.000
.538 S4
1.000
.718
E10
1.000
.670 P1
1.000
.794
E11
1.000
.673 P2
1.000
.863
E12
1.000
.510 P3
1.000
.633
E13
1.000
.496 P4
1.000
.623
E14
1.000
.530 SEK1
1.000
.776
E15
1.000
.651 SEK2
1.000
.743
E16
1.000
.629 SEK3
1.000
.871
E17
1.000
.569 SEK4
1.000
.811
E18
1.000
.612 KOM1
1.000
.614
E19
1.000
.664 KOM2
1.000
.605
E20
1.000
.418 KOM3
1.000
.550
E21
1.000
.574 KOM4
1.000
.733
E22
1.000
.497 KOM5
1.000
.815
E23
1.000
.474 AG1
1.000
.542
E24
1.000
.608 AG2
1.000
.609
E25
1.000
.567 FIN1
1.000
.552
E26
1.000
.634 FIN2
1.000
.770
E27
1.000
.417 FIN3
1.000
.524
E28
1.000
.386 FIN4
1.000
.417
E29
1.000
.595 FIN5
1.000
.581
U1
1.000
.787
Extraction Method: Principal Component Analysis.
83 Total Variance Explained Initial Eigenvalues
Extraction Sums of Squared Loadings
% of Variance Cumulative %
Total
Total
1
11.596
21.879
21.879
11.596
21.879
21.879
4.605
8.689
8.689
2
4.048
7.638
29.517
4.048
7.638
29.517
3.542
6.682
15.372
3
3.246
6.125
35.641
3.246
6.125
35.641
3.526
6.652
22.024
4
2.797
5.278
40.919
2.797
5.278
40.919
3.516
6.634
28.658
5
2.657
5.013
45.932
2.657
5.013
45.932
3.447
6.503
35.161
6
2.128
4.015
49.948
2.128
4.015
49.948
3.362
6.344
41.505
7
1.796
3.388
53.336
1.796
3.388
53.336
3.288
6.204
47.709
8
1.720
3.246
56.581
1.720
3.246
56.581
3.020
5.698
53.407
9
1.580
2.981
59.562
1.580
2.981
59.562
2.639
4.979
58.386
10
1.444
2.724
62.287
1.444
2.724
62.287
2.067
3.901
62.287
11
1.260
2.378
64.664
12
1.242
2.344
67.009
13
1.142
2.154
69.163
14
1.051
1.983
71.146
15
.978
1.845
72.991
16
.959
1.810
74.801
17
.872
1.645
76.445
18
.812
1.531
77.977
19
.787
1.485
79.462
20
.754
1.423
80.885
21
.738
1.393
82.278
22
.692
1.306
83.584
23
.659
1.242
84.826
24
.620
1.170
85.997
25
.586
1.105
87.102
26
.559
1.056
88.157
27
.523
.986
89.143
28
.484
.913
90.056
29
.475
.897
90.953
30
.439
.829
91.782
31
.400
.754
92.536
32
.369
.697
93.233
33
.357
.674
93.907
34
.337
.635
94.542
35
.317
.598
95.140
36
.291
.549
95.689
37
.258
.486
96.176
38
.239
.451
96.627
39
.222
.419
97.046
40
.198
.374
97.420
41
.191
.360
97.781
42
.177
.333
98.114
43
.171
.322
98.435
44
.139
.261
98.697
45
.129
.243
98.940
46
.111
.209
99.149
47
.104
.195
99.344
48
.095
.179
99.524
49
.079
.150
99.673
50
.067
.127
99.800
51
.046
.087
99.887
52
.034
.064
99.951
53
.026
.049
100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
% of Variance
Cumulative %
Rotation Sums of Squared Loadings
Component
Total
% of Variance
Cumulative %
84 Rotated Component Matrixa Component 1
2
3
4
5
6
7
E18
.661 .135 .095
.137
.106
.200
.086
8 .175
-.178
9
.090
E19
.642 .225 .134
.015
.017
.383
.053
-.176
-.042
.009
E21
.623 -.018 .091
-.098
.225
.172
-.018
.154
.239
.079
E20
.607 -.027 .089
-.001
.079
.102
.104
-.015
.044
.104
E24
.571 .363 .291
-.055
.133
-.088
.084
.145
.087
.034
E25
.526 -.063 -.076
-.069
.156
.026
.060
.455
-.146
.136
E9
.478 .157 .448
.039
-.104
.193
.149
.108
.011
-.022
E23
.468 .179 .063
-.112
.407
.010
.153
.095
.093
.000
S2
-.354 -.306 -.067
.090
.236
.314
.141
.004
.310
-.146
P2
.162 .890 .081
-.079
.063
-.013
.029
.141
.034
-.078
P1
.190 .851 .057
-.079
.122
.009
.013
.082
-.022
-.043
S4
-.156 .630 -.164
-.019
.175
.459
.002
.018
.084
.146
AG1
.432 .445 .009
.036
.288
-.048
.200
-.156
-.004
-.079
E5
.085 -.074 .741
.016
.327
.028
.056
.091
.130
.175
E11
.193 .020 .615
.046
.236
.403
-.005
.190
-.021
-.001
E10
.183 .362 .584
-.039
.034
.214
-.055
.178
.267
.102
E6
.081 .021 .560
.123
.189
.194
.110
-.265
.100
.252
KOM3
.251 -.032 .502
.067
.376
.052
.177
.113
.168
.117
E4
.106 .080 .477
-.061
.088
.145
.109
.167
-.173
.377
U1
.029 .022 .075
.870
.028
-.075
.048
-.079
.089
-.019
U2
-.038 -.028 .028
.851
.121
-.083
.061
-.084
.077
-.059
U3
.080 -.078 -.025
.844
.077
.049
.056
.190
.068
-.022
U4
-.077 -.101 .010
.829
.085
.184
-.048
.073
-.032
.136
KOM4
.095 .016 .184
.106
.777
.202
.104
.001
.019
.151
KOM5
.114 .132 .115
.052
.772
.280
.128
-.043
.070
.265
KOM2
.281 .135 .261
.306
.547
.093
.159
.035
.000
.105
KOM1
.231 .193 .225
.212
.485
.139
.346
.165
.081
-.141
AG2
.408 .192 .090
.137
.424
-.103
.036
.151
.371
.162
E22
.402 .148 .206
.111
.421
.213
.006
.182
-.040
-.033
E15
.387 .008 .117
-.065
.110
.625
.032
.047
.249
.124
E16
.341 .101 .099
.060
.057
.610
.027
.125
.111
.292
E14
.376 -.031 .057
.119
.106
.587
.060
-.059
.057
.065
E13
.047 .115 .328
.035
.198
.570
.024
.016
-.069
-.052
E27
-.122 -.054 .167
-.033
.112
.448
.312
.240
-.029
.035
E12
.164 .197 .209
-.086
.288
.371
.066
.252
.180
.269
E28
.219 .267 .136
.101
.206
.292
.000
-.190
.270
.030
SEK3
.029 .041 -.008
.110
.048
.113
.872
.262
.070
.080
SEK4
.165 .007 -.085
.090
.111
.002
.862
-.028
.033
.103
SEK1
.101 .057 .133
-.007
.193
.085
.797
.182
.093
.150
SEK2
.112 .046 .369
-.079
.056
.019
.729
-.189
.062
-.107
E26
.165 -.065 .059
.026
.104
.013
.050
.763
-.005
-.053
FIN2
.016 .463 .101
.016
-.005
.138
.040
.711
.104
-.087
FIN1
.069 .449 .102
.125
-.008
.008
.174
.519
.102
-.098
FIN3
-.022 .016 .416
.041
-.130
.065
.160
.458
.266
-.145
P3
.285 .184 .337
.061
.052
-.040
.128
.438
.433
-.026
FIN5
.014 .276 .123
-.285
.305
.252
.021
.389
.283
-.142
P4
.131 -.006 .014
.045
.131
-.010
.092
.069
.757
-.023
S3
-.326 .071 .159
.077
-.039
.063
.058
.110
.601
.040
E29
.295 -.054 .014
.072
-.039
.286
.011
.003
.464
.449
FIN4
-.020 .169 .024
.392
-.037
.210
.025
-.048
.426
.064
E17
.004 -.244 .280
.038
.185
.389
.079
-.058
.410
-.258
E3
.124 -.047 .175
.093
.106
.077
.168
-.057
-.066
.763
E1
.058 -.082 .129
-.048
.232
.046
.015
-.230
.086
.616
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. Rotation converged in 13 iterations.
10
85 c. Analisis Faktor (Apriori Criterion 8 Faktor)
Communalities Initial
Extraction
Initial
Extraction
E1
1.000
.362 U2
1.000
.764
E3
1.000
.358 U3
1.000
.778
E4
1.000
.394 U4
1.000
.756
E5
1.000
.728 S2
1.000
.445
E6
1.000
.505 S3
1.000
.500
E9
1.000
.396 S4
1.000
.690
E10
1.000
.603 P1
1.000
.781
E11
1.000
.627 P2
1.000
.840
E12
1.000
.471 P3
1.000
.627
E13
1.000
.424 P4
1.000
.587
E14
1.000
.493 SEK1
1.000
.764
E15
1.000
.642 SEK2
1.000
.595
E16
1.000
.590 SEK3
1.000
.847
E17
1.000
.422 SEK4
1.000
.803
E18
1.000
.606 KOM1
1.000
.542
E19
1.000
.551 KOM2
1.000
.570
E20
1.000
.414 KOM3
1.000
.544
E21
1.000
.542 KOM4
1.000
.551
E22
1.000
.443 KOM5
1.000
.660
E23
1.000
.402 AG1
1.000
.515
E24
1.000
.605 AG2
1.000
.498
E25
1.000
.493 FIN1
1.000
.538
E26
1.000
.556 FIN2
1.000
.743
E27
1.000
.411 FIN3
1.000
.499
E28
1.000
.371 FIN4
1.000
.388
E29
1.000
.474 FIN5
1.000
.515
U1
1.000
.765
Extraction Method: Principal Component Analysis.
86 Total Variance Explained Initial Eigenvalues Component
Total
% of Variance
Extraction Sums of Squared Loadings
Cumulative %
Total
21.879 11.596
% of Variance Cumulative %
Rotation Sums of Squared Loadings Total
% of Variance
Cumulative %
1
11.596
21.879
21.879
21.879
5.140
9.698
9.698
2
4.048
7.638
29.517
4.048
7.638
29.517
5.007
9.447
19.145
3
3.246
6.125
35.641
3.246
6.125
35.641
3.705
6.991
26.136
4
2.797
5.278
40.919
2.797
5.278
40.919
3.570
6.736
32.871
5
2.657
5.013
45.932
2.657
5.013
45.932
3.513
6.627
39.499
6
2.128
4.015
49.948
2.128
4.015
49.948
3.373
6.365
45.863
7
1.796
3.388
53.336
1.796
3.388
53.336
2.916
5.502
51.366
8
1.720
3.246
56.581
1.720
3.246
56.581
2.764
5.216
56.581
9
1.580
2.981
59.562
10
1.444
2.724
62.287
11
1.260
2.378
64.664
12
1.242
2.344
67.009
13
1.142
2.154
69.163
14
1.051
1.983
71.146
15
.978
1.845
72.991
16
.959
1.810
74.801
17
.872
1.645
76.445
18
.812
1.531
77.977
19
.787
1.485
79.462
20
.754
1.423
80.885
21
.738
1.393
82.278
22
.692
1.306
83.584
23
.659
1.242
84.826
24
.620
1.170
85.997
25
.586
1.105
87.102
26
.559
1.056
88.157
27
.523
.986
89.143
28
.484
.913
90.056
29
.475
.897
90.953
30
.439
.829
91.782
31
.400
.754
92.536
32
.369
.697
93.233
33
.357
.674
93.907
34
.337
.635
94.542
35
.317
.598
95.140
36
.291
.549
95.689
37
.258
.486
96.176
38
.239
.451
96.627
39
.222
.419
97.046
40
.198
.374
97.420
41
.191
.360
97.781
42
.177
.333
98.114
43
.171
.322
98.435
44
.139
.261
98.697
45
.129
.243
98.940
46
.111
.209
99.149
47
.104
.195
99.344
48
.095
.179
99.524
49
.079
.150
99.673
50
.067
.127
99.800
51
.046
.087
99.887
52
.034
.064
99.951
53
.026
.049
100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
87 Rotated Component Matrix
a
Component 1
2
3
4
5
6
7
8
E18
.681
.151
.146
.140
.140
.084
.122
-.193
E21
.662
.183
.051
-.072
.101
.021
.094
.208
E19
.644
.136
.237
-.007
-.110
.009
.223
.005
E20
.616
.139
.012
.000
-.040
.110
.000
.037
E25
.576
.028
-.040
-.031
.298
.116
.053
-.229
E24
.538
.272
.390
-.061
.213
.079
-.175
.057
E9
.469
.301
.103
-.013
.257
.074
.017
.055
E23
.457
.225
.294
-.064
.058
.214
.005
.049
AG2
.426
.272
.299
.182
.080
.113
-.086
.305
E22
.414
.356
.230
.150
.174
.043
.188
-.048
E5
.098
.806
-.052
.004
.178
.049
-.045
.175
E6
.100
.638
.023
.089
-.176
.072
.094
.186
E11
.231
.625
.007
.030
.302
-.043
.296
.048
KOM3
.264
.610
.027
.078
.151
.196
-.004
.183
KOM4
.135
.575
.178
.186
-.106
.203
.288
.016
KOM5
.180
.543
.283
.130
-.181
.228
.383
.062
E4
.167
.536
.010
-.092
.155
.079
.129
-.150
KOM2
.287
.502
.243
.349
.008
.210
.103
-.001
E10
.214
.485
.298
-.087
.330
-.115
.104
.305
E3
.239
.409
-.098
.075
-.251
.183
.130
-.072
E1
.144
.398
-.061
-.043
-.397
.057
.096
.087
P2
.122
.019
.866
-.092
.259
.002
.001
.002
P1
.153
.048
.846
-.083
.172
-.003
.030
-.052
S4
-.075
-.029
.602
-.010
-.019
.001
.559
.088
AG1
.367
.110
.545
.061
-.109
.222
-.078
-.021
E28
.235
.213
.313
.101
-.131
-.008
.224
.308
U1
.002
.067
.026
.856
-.025
.030
-.115
.114
U2
-.068
.067
.006
.855
-.049
.063
-.094
.097
U3
.099
.000
-.078
.850
.169
.062
.046
.064
U4
-.022
.098
-.126
.828
.017
-.051
.206
-.007
FIN2
.067
-.016
.375
.011
.747
.025
.191
.045
E26
.221
.036
-.091
.055
.689
.087
.069
-.086
FIN3
-.006
.194
-.069
.001
.607
.105
-.014
.277
FIN1
.079
-.011
.387
.115
.584
.155
.035
.053
P3
.301
.225
.165
.047
.523
.119
-.107
.396
FIN5
.058
.163
.310
-.250
.417
.052
.290
.254
SEK4
.165
.006
.034
.096
-.063
.872
.019
.022
SEK3
.068
.014
.008
.106
.243
.864
.150
.054
SEK1
.134
.221
.061
-.003
.163
.805
.112
.081
SEK2
.050
.307
.063
-.111
-.014
.676
-.091
.125
KOM1
.215
.361
.293
.253
.214
.381
.134
.080
E16
.469
.188
.049
.044
.059
.005
.555
.140
E15
.490
.186
.005
-.070
.030
.017
.527
.289
E13
.094
.374
.104
.026
.102
-.016
.503
.014
E14
.449
.139
-.024
.117
-.072
.040
.489
.111
E27
-.042
.208
-.098
-.037
.241
.291
.461
.009
E12
.268
.358
.193
-.074
.188
.086
.395
.172
S2
-.301
.030
-.249
.125
-.010
.174
.355
.346
P4
.158
.014
.056
.059
.089
.127
-.049
.727
S3
-.277
.077
.028
.053
.182
.041
.065
.612
E17
.021
.257
-.187
.041
.072
.064
.270
.487
E29
.419
.092
-.091
.051
-.107
.014
.239
.459
FIN4
.023
-.005
.140
.368
.000
-.002
.169
.452
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.Rotation converged in 11 iterations.
88
89
LAMPIRAN 3 (Uji Regresi dengan Metode Backward) 1. Y2(Usia ingin menikah N=110)=F(Faktor kesiapan menikah dan karakteristik) Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
1
tottole, totper, lmpday, totkog, totus, cerai, pertama, pacar, totsek, pekib, nikay, totket, anggota, totfin, uangsak, pkrjay, jk, totlola, saumen, VAR00001, totemp, nikaib, totkom, a pdpay, lmpddib, pdpib
b
Variables Removed
Method . Enter
2
. VAR00001
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
3
. totkog
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
4
. pkrjay
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
5
. pdpib
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
6
. saumen
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
7
. cerai
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
8
. totlola
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
9
. totkom
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
10
. pdpay
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
11
. totper
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
12
. anggota
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
13
. tottole
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
14
. nikay
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
15
. nikaib
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
16
. pertama
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
17
. totket
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
a. All requested variables entered. Dependent Variable: inginnik
89
90
r
model Summary Model
Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate
R
1 2 3
.780
a
.780
b
.780
c
4
.780
d
5
.780
e f
.608
.486
.608
.492
.608
.498
1.072 10
.776
j
.603
.529
1.025
1.066 11
k
.600
.531
1.024
1.059 12
l
.772
.596
.532
1.023
m
.504
1.053 13
.770
.593
.533
1.022
.608
.509
1.048 14
.765
n
.586
.530
1.025
.763
o
.582
.530
1.025
.757
p
.573
.525
1.030
.751
q
.563
.519
1.037
.780
7
.779
g
.779
h
.607
.524
1.032 17
i
.606
.528
1.027
9
.778
.775
.608
6 8
Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate
Model R
.608
.514
.607
1.042 15
.519
1.037 16
ANOVAr Model 1
Regression Residual
2
Regression
148.218
25
5.929 1.135
95.382
84
243.600
109
Regression
148.214
24
6.176
8
1.122
95.386
85
243.600
109
Regression
148.179
23
6.443
9
1.110
95.421
86
243.600
109
Regression
148.123
22
6.733 1.097
95.477
87
243.600
109
Regression
148.072
21
7.051
F
Sig. 8.214
.000j
8.718
.000k
9.263
.000l
9.888
.000m
10.976 10.441
.000n
146.850
17
8.638
96.750
92
1.052
5.221
.000b 11
146.158
16
9.135
97.442
93
1.048
5.503
.000c 12
145.302
15
9.687
98.298
94
1.046
5.806
.000d 13
144.459
14
10.319
99.141
95
1.044
1.086
6.135
.000e 14
142.684
13
100.916
96
1.051
243.600 109
95.528
88
Total
243.600
109
Regression
147.959
20
7.398 1.075
6.495
.000f 15
141.788
12
101.812
97
11.816 11.257
.000o
1.050
243.600 109
95.641
89
Total
243.600
109
Regression
147.762
19
7.777 1.065
6.884
.000g 16
139.549
11
104.051
98
12.686 11.948
.000p
1.062
243.600 109
95.838
90
Total
243.600
109
Regression
147.612
18
8.201
95.988
91
1.055
243.600
109
Total
.000a 10
Mean Square
df
243.600 109
Total
Residual
4.961
Sum of Squares
243.600 109
Total
Residual
Sig.
243.600 109
Total
Residual
F
243.600 109
Total
Residual 7
1.149
83 109
Residual 6
5.701
95.382
Residual 5
26
243.600
Residual 4
148.218
Mean Square
df
Total Residual 3
Sum of Squares
7.303
.000h 17
137.224
10
106.376
99
243.600 109 7.775
.000i
13.722 12.771 1.075
.000q
91 Coefficientsa Model 1
(Constant) jk
13
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Beta
Std. Error 24.029
2.189
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
10.976
.000
VIF
2.075
.292
.633
7.100
.000
.593
1.687
uangsak
1.138E-6
.000
.210
2.424
.018
.631
1.584
pertama
-.418
.272
-.140
-1.537
.128
.567
1.764
anggota
-.091
.114
-.072
-.795
.429
.577
1.734
saumen
-.084
.345
-.023
-.245
.807
.515
1.941
pacar
-.376
.234
-.125
-1.609
.111
.781
1.280
nikay
-.032
.033
-.092
-.977
.331
.534
1.872
lmpday
-.120
.047
-.258
-2.580
.012
.472
2.117
pkrjay
-.066
.374
-.017
-.177
.860
.524
1.908
pdpay
7.963E-8
.000
.079
.743
.459
.415
2.409
nikaib
.065
.043
.146
1.497
.138
.494
2.026
lmpddib
.101
.055
.221
1.834
.070
.326
3.068
pekib
-.564
.440
-.189
-1.281
.204
.216
4.636
pdpib
3.985E-8
.000
.033
.205
.838
.187
5.362
VAR00001
.001
.488
.000
.001
.999
.488
2.050
cerai
.140
.442
.030
.317
.752
.512
1.952
totlola
.022
.057
.036
.388
.699
.548
1.824
totper
-.064
.075
-.076
-.854
.395
.594
1.685
totemp
.097
.056
.173
1.716
.090
.465
2.151
totus
-.071
.032
-.183
-2.208
.030
.686
1.459
totkom
-.052
.100
-.054
-.515
.608
.426
2.348
totket
-.078
.062
-.117
-1.260
.211
.551
1.815
totsek
-.130
.053
-.201
-2.441
.017
.698
1.433
totfin
.152
.076
.181
2.000
.049
.577
1.732
totkog
-.005
.081
-.005
-.064
.949
.701
1.426
tottole
.129
.128
.089
1.009
.316
.602
1.660
23.660
1.397
16.942
.000
(Constant) jk
2.187
.246
.668
8.903
.000
.762
1.312
uangsak
1.105E-6
.000
.204
2.834
.006
.831
1.204
pertama
-.363
.207
-.122
-1.756
.082
.887
1.127
pacar
-.450
.211
-.149
-2.127
.036
.868
1.152
nikay
-.038
.029
-.108
-1.304
.195
.623
1.605
lmpday
-.106
.040
-.227
-2.658
.009
.587
1.703
nikaib
.059
.039
.133
1.501
.137
.545
1.835
lmpddib
.126
.046
.276
2.768
.007
.431
2.319
-.547
.228
-.184
-2.398
.018
.730
1.370
.100
.045
.179
2.204
.030
.653
1.532
totus
-.082
.027
-.211
-2.985
.004
.857
1.167
totket
-.077
.052
-.116
-1.474
.144
.693
1.443
totsek
-.120
.048
-.185
-2.515
.014
.789
1.267
totfin
.149
.064
.178
2.342
.021
.741
1.349
pekib totemp
a. Dependent Variable: inginnik
92 2. Y4(Usia ingin menikah laki-laki N=32)=F(Faktor kesiapan menikah dan karakteristik) Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
1
tottole, anggota, pdpib, totkog, nikay, totlola, totper, lmpdday, pacar, totus, uangsak, cerai, pertama, totfin, totsek, totket, nikaib, VAR00001, a totemp, lmpddib, pdpay, totkom, pekib, saumen, pkrjay
b
Variables Removed
Method . Enter
2
. pekib
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
3
. lmpdday
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
4
. pdpay
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
5
. tottole
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
6
. pdpib
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
7
. totper
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
8
. saumen
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
9
. pkrjay
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
10
. totlola
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
11
. totket
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
12
. totkog
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
13
. totemp
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
14
. pacar
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
15
. totus
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
16
. nikay
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
17
. totfin
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
18
. totkom
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
19
. lmpddib
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
20
. totsek
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: inginnik
92
93 u
Model Summary Model
Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate Model
R .895
a
2
.895
b
.801
.121
1.371 12
3
.895
c
.801
.230
1.283 13
1
4 5
.895
d
.895
e f
.801
.801 .800
1.480 11
.313
1.149 15
.567
.961
.868
.754
.552
.978
m
.741
.554
.977
.854
n
.729
.558
.971
.841
o
.707
.546
.985
.833
p
.694
.549
.982
q
.672
.538
.994
r
.647
.525
1.007
s
.631
.523
1.010
t
.608
.514
1.019
.894
7
.893
g
.797
.475
1.059 17
.820
8
.891
h
.794
.508
1.026 18
.805
9
.890
i
.792
.540
.991 19
.794
10
.888
.788
.436
.777
l
.861
1.211 14
.382
k
.881
6
j
.800
-.026
Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate
R
1.098 16
.562
.968 20
.780
u
ANOVA Model 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sum of Squares
Mean Square F
df
Sum of Squares
Sig. a
Regression
53.071
25
2.123
.969 .572 11
Residual
13.148
6
2.191
Total
66.219
31
Regression
53.070
24
Residual
13.148
7
Total
66.219
31
Regression
53.056
23
Residual
13.163
8
Total
66.219
31
Regression
53.019
22
Residual
13.200
9
Total
66.219
31
Regression
53.007
21
Residual
13.211
10
Total
66.219
31
Regression
52.966
20
2.648 2.198
Residual
13.252
11
1.205
Total
66.219
31
Regression
52.769
19
2.777 2.478 .056 17
Residual
13.450
12
1.121
Total
66.219
31
Regression
52.546
18
2.919 2.776 .033 18
Residual
13.673
13
1.052
Total
66.219
31
Regression
52.457
17
Residual
13.762
14
Total
66.219
31
Regression
52.174
16
Residual
14.045
15
Total
66.219
31
Mean Square
df
51.433
15
14.786
16
66.219
31
2.211 1.177 .441 12
49.947
14
1.878
16.272
17
b
66.219
31
2.307 1.402 .322 13
49.054
13
1.645
17.165
18
66.219
31
2.410 1.643 .223 14
48.299
12
1.467
17.920
19
66.219
31
2.524 1.911 .145 15
46.820
11
1.321
19.399
20
66.219
31
45.970
10
20.249
21
66.219
31
44.502
9
21.717
22
66.219
31
42.876
8
23.343
23
66.219
31
41.759
7
24.460
24
66.219
31
40.253
6
25.966
25
66.219
31
c
d
e
f
.090 16
g
h
3.086 3.139
i
.018 19
.983 3.261 3.483 .936
j
.010 20
F
Sig.
3.429 3.710 .007
k
.924 3.568 3.727
l
.006
.957 3.773 3.957 .004
m
.954 4.025 4.267 .002
n
.943 4.256 4.388 .002
o
.970 4.597 4.768 .001
p
.964 4.945 5.009 .001
q
.987 5.360 5.281 .001
r
1.015 5.966 5.854 .000
s
1.019 6.709 6.459 1.039
.000
t
94
94 Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1
B (Constant)
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig.
Tolerance VIF
29.446
9.056
3.251
.017
uangsak
1.774E-6
.000
.411
1.474
.191
.426
2.349
pertama
-1.345
1.482
-.464
-.907
.399
.127
7.897
anggota
-.690
.555
-.536
-1.244
.260
.178
5.614
saumen
.250
1.900
.075
.132
.900
.101
9.884
pacar
-.615
.998
-.210
-.616
.560
.285
3.508
nikay
-.112
.153
-.314
-.729
.493
.179
5.585
lmpdday
-.011
.130
-.025
-.081
.938
.347
2.885
pkrjay
1.171
3.203
.237
.366
.727
.079
12.728
pdpay
-7.948E-8
.000
-.072
-.122
.907
.095
10.489
nikaib
.110
.162
.279
.679
.523
.196
5.096
lmpddib
.092
.177
.252
.521
.621
.141
7.086
pekib
-.017
1.685
-.006
-.010
.992
.103
9.715
pdpib
7.262E-8
.000
.068
.119
.909
.102
9.781
-2.138
2.484
-.492
-.861
.422
.101
9.856
cerai
.988
2.358
.200
.419
.690
.145
6.897
totlola
-.047
.226
-.070
-.208
.842
.291
3.432
totper
-.056
.225
-.092
-.250
.811
.247
4.056
totemp
-.196
.301
-.337
-.652
.539
.124
8.096
totus
-.114
.193
-.253
-.588
.578
.179
5.582
totkom
.435
.421
.553
1.032
.342
.115
8.662
totket
.126
.196
.200
.640
.546
.339
2.947
totsek
-.228
.302
-.369
-.754
.480
.138
7.231
totfin
.211
.209
.361
1.011
.351
.260
3.853
totkog
.133
.279
.149
.476
.651
.336
2.973
tottole
-.124
.911
-.079
-.136
.897
.098
10.187
27.716
3.145
8.813
.000
uangsak
1.556E-6
.000
.360
2.436
.027
.638
1.568
pertama
-1.312
.482
-.452
-2.723
.015
.506
1.977
anggota
-.565
.237
-.439
-2.389
.030
.413
2.421
pacar
-.641
.461
-.219
-1.392
.183
.564
1.773
nikay
-.117
.065
-.328
-1.808
.089
.425
2.355
nikaib
.118
.069
.299
1.716
.106
.461
2.170
lmpddib
.096
.069
.263
1.383
.186
.387
2.582
-2.354
.747
-.541
-3.149
.006
.473
2.115
cerai
1.207
.808
.245
1.494
.155
.521
1.919
totemp
-.210
.147
-.361
-1.432
.171
.219
4.556
totus
-.128
.074
-.284
-1.718
.105
.511
1.957
totkom
.465
.203
.590
2.294
.036
.211
4.746
totsek
-.191
.121
-.308
-1.580
.134
.366
2.733
totfin
.208
.102
.356
2.041
.058
.459
2.180
totkog
.190
.150
.213
1.268
.223
.493
2.030
VAR00001
11
Std. Error
(Constant)
VAR00001
a. Dependent Variable: inginnik
95 3. Y6(Usia ingin menikah Perempuan N=32)=F(Faktor kesiapan menikah dan karakteristik) Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
1
tottole, nikaib, totus, totfin, totkog, pacar, pertama, totper, pdpay, totsek, totemp, uangsak, pekib, VAR00001, pkrjay, anggota, nikay, totket, lmpday, saumen, cerai, totkom, totlola, a lmpdib, pdpib
b
Variables Removed Method . Enter
2
. totket
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
3
. totfin
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
4
. saumen
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
5
. tottole
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
6
. pertama
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
7
. totkog
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
8
. anggota
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
9
. pdpib
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
10
. totper
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
11
. pdpay
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
12
. nikaib
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
13
. pkrjay
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
14
. nikay
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
15
. totemp
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
16
. totsek
Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: inginnik
95
96
q
model Summary Model
Adjusted R R Square Square
R
Std. Error of the Estimate Model
Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate
R
1
.764
a
.584
.385
.869 9
.751
2
.764
b
.584
.396
.860 10
.748
3
.764
c
.584
.407
.852 11
.742
4
.764
d
5
.763
e f
.584
.417
.845 12
.582
.425
.839 13
i
.565
.441
.827
j
.559
.444
.826
k
.551
.442
.827
l
.736
.542
.440
.828
m
.529
.434
.833
.728
6
.760
.578
.430
.836 14
.720
n
.519
.430
.836
7
.757
g
.573
.433
.833 15
.707
o
.500
.417
.846
8
.755
h
.569
.438
.830 16
.694
p
.482
.405
.854
q
ANOVA Sum of Squares
Model 1
2
3
4
5
6
7
8
Mean Square F
df
Regression
55.148
25
Residual
39.224
52
Total
94.372
77
Regression
55.146
24
Residual
39.226
53
Total
94.372
77
Regression
55.133
23
Residual
39.238
54
Total
94.372
77
Regression
55.079
22
Residual
39.293
55
Total
94.372
77
Regression
54.914
21
Residual
39.458
56
Total
94.372
77
Regression
54.543
20
Residual
39.829
57
Total
94.372
77
Regression
54.092
19
Residual
40.280
58
Total
94.372
77
Regression
53.743
18
Residual
40.628
59
Total
94.372
77
Sum of Squares df
Sig. a
2.206 2.924 .001 9 .754 b
2.298 3.105 .000 10 .740 c
2.397 3.299 .000 11 .727 d
2.504 3.504 .000 12 .714 e
2.615 3.711 .000 13 .705
2.727 3.903
f
.000 14
.699 g
2.847 4.099 .000 15 .694 h
2.986 4.336 .000 16 .689
Mean Square F
53.287
17
3.135
41.085
60
.685
94.372
77
52.784
16
3.299
41.588
61
.682
94.372
77
51.965
15
3.464
42.407
62
.684
94.372
77
51.167
14
3.655
43.204
63
.686
94.372
77
49.969
13
3.844
44.403
64
.694
94.372
77
48.975
12
4.081
45.397
65
.698
94.372
77
47.185
11
4.290
47.187
66
.715
94.372
77
45.502
10
4.550
48.870
67
.729
94.372
77
Sig. i
4.578
.000
4.839
.000
5.065
.000
5.329
.000
j
k
l
m
5.540
.000
5.844
.000
n
6.000
.000
o
6.238
.000
p
97 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model 1
(Constant)
Std. Error
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
24.366
2.213
11.012
.000
uangsak
1.526E-6
.000
.340
2.759
.008
.525
1.905
pertama
.179
.275
.081
.650
.519
.510
1.960
anggota
.090
.117
.098
.764
.448
.487
2.053
.038
saumen
.103
.348
.297
.768
.489
2.043
pacar
-.466
.231
-.210 -2.014
.049
.736
1.358
nikay
-.049
.033
-.191 -1.495
.141
.488
2.050
lmpday
-.193
.049
-.540 -3.965
.000
.431
2.320
pkrjay
-.598
.352
-.220 -1.697
.096
.478
2.094
pdpay
1.226E-7
.000
.173
1.186
.241
.377
2.653
nikaib
.063
.049
.186
1.282
.205
.381
2.627
.415
2.380
.021
.263
3.798
-.591 -2.668
.010
.163
6.129
lmpdib
12
B
.156
.066
pekib
-1.306
.489
pdpib
2.146E-7
.000
.222
.927
.358
.139
7.171
VAR00001
1.093
.485
.284
2.251
.029
.502
1.991
cerai
-.888
.459
-.270 -1.933
totlola
.126
.065
.287
totper
-.105
.118
totemp
.077
.053
totus
-.049
totkom totket
.059
.410
2.439
1.943
.057
.366
2.735
-.111
-.894
.376
.521
1.918
.186
1.455
.152
.491
2.037
.031
-.181 -1.600
.116
.622
1.609
-.197
.113
-.257 -1.736
.089
.366
2.734
-.004
.075
-.008
-.054
.957
.383
2.608
totsek
-.076
.053
-.157 -1.421
.161
.658
1.520
totfin
.016
.120
.017
.132
.896
.470
2.127
totkog
-.072
.081
-.095
-.895
.375
.709
1.410
tottole
.060
.117
.058
.515
.609
.621
1.611
16.429
.000
3.403
.001
.663
1.508
(Constant)
24.370
1.483
1.597E-6
.000
pacar
-.555
.206
-.250 -2.695
.009
.843
1.186
nikay
-.036
.026
-.141 -1.402
.166
.721
1.386
lmpday
-.156
.041
-.438 -3.778
.000
.540
1.851
pkrjay
-.388
.294
-.142 -1.322
.191
.626
1.599
lmpdib
.192
.051
3.743
.000
.393
2.543
-.463 -4.275
uangsak
pekib
-1.025
.240
VAR00001
1.052
.418
cerai
-.905
.389
totlola
.119
.051
totemp
.356
.509
.000
.619
1.617
2.517
.014
.616
1.622
-.275 -2.327
.273
.023
.520
1.924
.271
2.351
.022
.547
1.829
.168
.069
.044
1.569
.122
.632
1.583
totus
-.053
.027
-.194 -1.945
.056
.731
1.368
totkom
-.206
.093
-.268 -2.220
.030
.497
2.013
totsek
-.072
.047
-.149 -1.528
.131
.765
1.307
a. Dependent Variable: inginnik
99
RIWAYAT PENULIS Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 1989. Penulis merupakan anak kedua dari
pasangan Adjisli M dan Uri
Kurnia. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Jatiwaringin Asri II, dan lulus pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 06 Bekasi, lulus tahun 2004, lalu melanjutkan sekolah ke SMAN 05 Bekasi, hingga lulus tahun 2007, di tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis mendapatkan mayor Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, dan minor Manajemen Fungsional, Fakultas Ekonomi Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif pada beberapa organisasi kemahasiswaan, yaitu menjadi anggota Koperasi Mahasiswa (2008-2010), pengurus organisasi Desa Mitra Fakultas Ekologi Manusia (SAMISAENA) divisi pendidikan (2008-2010), pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) sebagai anggota Divisi Human Resources (2008-2010). Selain itu, penulis juga aktif diberbagai kepanitiaan yang diadakan di dalam lingkup kampus. Penulis mendapatkan beberapa prestasi Akademis maupun Nonakademis selama kuliah baik didalam maupun diluar kampus, yaitu Juara 1 Lomba Business Plan Badan Eksekutif Mahasiswa FEMA (2008), Penerima Beasiswa Supersemar (2009), dan Penerima Beasiswa Yayasan Goodwill International (2010-2011). Pada tahun 2010, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Nagari Balah Aie, Kecamatan Tujuh Koto, Padang Pariaman, Sumatera Barat.