KESEPAKATAN INTERNATIONAL CONFERENCE ON NUTRITION KE 2 DI ROMA DAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI (GERAKAN 1000 HPK) oleh: Deputi Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Bappenas Disampaikan pada Temu Ilmiah Internasional dan Kongres Nasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) XV Yogyakarta, 27 November 2014
SISTEMATIKA A. PENDAHULUAN B. GAMBARAN MASALAH GIZI GLOBAL DAN INDONESIA C. STRATEGI MEMBENTUK KOMITMEN GLOBAL DALAM GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI
D. DEKLARASI ROMA UNTUK GIZI E. PELAKSANAAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI 2
A. PENDAHULUAN
3
SAMBUTAN SEKJEN PBB PADA PEMBUKAAN ICN 2 • Saat ini adalah babak baru untuk mencari jalan keluar dalam menghilangkan isu kelaparan dan kekurangan gizi untuk selamanya. • Lebih dari 100 negara berkembang di Afrika, Latin Amerika dan Karibia, serta Asia Pasifik dan Timur Tengah telah menyampaikan komitmen untuk mengakhiri kelaparan pada tahun 2025. • 54 negara telah melakukan gerakan percepatan perbaikan gizi (Scalling up Nutrition/SUN) dan mengarusutamakan gizi ke dalam pembangunan sosial dan ekonomi. Diperlukan peningkatan upaya global dan komitmen nasional mengatasi masalah pangan dan gizi.
Selamat bagi negara-negara yang telah menyatakan komitmennya untuk Deklarasi Roma untuk Gizi dan Kerangka kerjanya 4
SAMBUTAN DIRJEN WHO PADA ICN 2 •
•
•
• • •
Kebijakan yang cerdas dan kuat untuk mengatur pertanian, produksi pangan dan gizi saat ini makin diperlukan. Saat ini di tingkat dunia disparitas sosial yang berdampak pada status kesehatan dan gizi adalah yang tertinggi dalam sejarah. Ekonomi tumbuh namun kebijakan lebih memihak pada kaum elit dan gagal melindungi kaum miskin. Dunia ini tidak memerlukan negara kaya yang penuh dengan penduduk miskin. Kelaparan dan kemiskinan yang diderita jutaan manusia dunia berdampak pada kekurangan gizi, penyakit seperti anemia, gondok, kebutaan, BBLR, dan anak yang kurus dan pendek. Kekurangan gizi menghambat pertumbuhan, perkembangan kognitif dan membunuh anak pada hari-hari pertama kehidupannya. Produksi pangan tradisional telah digeser oleh industri pangan yang murah namun tidak sehat. Prevalensi obesiti yang tinggi juga telah menggejala di dunia yang berdampak pada penyakit jantung, diabetes dan cancer. Oleh karena itu dunia memerlukan kebijakan yang koheren lintas sektor meliputi pertanian, produksi pangan, distribusi dan pemasaranannya dan upaya melindungi lingkungan dan kehidupan petani.
Dukungan kesepatan ilmiah tentang asupan minimum dari zat gizi mikro terkait kekurangan gizi dan asupan maksimum yang tidak boleh dilanggar untuk terlindung dari penyakit kronis yang disebabkan oleh pola diit.
5
SAMBUTAN DIRJEN FAO PADA ICN 2 • ICN 2 adalah pertemuan yang dilakukan setelah 22 tahun yang lalu dilakukan di tempat yang sama. • Dalam 2 dekade 210 juta penduduk dunia terbebas dari masalah kekurangan gizi namun 800 juta masih menderita kelaparan yang hebat; prevalensi stunting dunia turun dari 40% ke 25 % tetapi masih sekitar 160 juta anak adalah anak pendek, dan tidak diduga 22 tahun yang lalu penduduk yang menderita kegemukan naik menjadi 500 juta dewasa saat ini. • Banyak negara berkembang terutama negara berpenghasilan menengah menderita double burden of malnutrition, oleh karena itu kita harus mengatur kembali sistem pangan dunia yaitu sistem pangan yang sustainable, inclusive, dan yang lebih sehat. • Untuk itu harus dilakukan upaya bersama antara pemerintah dan dunia usaha serta masyarakat sipil untuk kepentingan para konsumen pangan terutama untuk melindungi mereka yang suaranya tidak terdengar yaitu kaum miskin yang menderita kelaparan dan kekurangan gizi.
6
SAMBUTAN DIRJEN FAO PADA ICN 2 (2) • Koordinasi sektor–sektor pemerintah yaitu pertanian, kesehatan, pendidikan dan perlindungan sosial harus mengatur kebijakan bersama yang bertujuan untuk mencapai status gizi yang lebih baik untuk semua (better nutrition for all). • Zero hunger yang meresonansikan ketahanan pangan dan kecukupan gizi untuk masa depan dunia yang tercakup dalam Deklarasi Roma untuk Gizi, perlu didukung karena merupakan upaya pembaruan untuk mencapai status gizi yang lebih baik untuk semua. • Marilah kita bekerjasama sebagai satu generasi manusia yang akan membuat kelaparan dan gizi salah sebagai bagian dari sejarah.
7
SAMBUTAN PAUS FRANSISKUS PADA ICN 2 • Perumusan komitmen negara-negara untuk memerangi kelaparan dan kekurangan gizi harus diinspirasi oleh keyakinan bahwa hak atas pangan hanya dapat diwujudkan bila kita menyayangi subyek aktual yaitu manusia yang menderita kelaparan dan kekurangan gizi. • Perbincangan tentang hak harus diikuti dengan pemenuhan kewajiban. Oleh karena itu rencana pembangunan dan pekerjaan dari organisasi internasional harus memperhitungkan harapan dari orang biasa atas haknya terhadap pangan. Yang diminta adalah martabat bukan belas kasihan. • ST John Paul II pada pidatonya di ICN 1 meperingatkan dunia terhadap resiko “paradox of plenty” dalam persoalan pangan dan gizi – ketika pangan cukup untuk setiap manusia, namun tidak semua bisa makan, sementara sisa makanan, konsumsi yang sangat berlebihan dan penggunaan pangan tujuan lain sangat nyata bagi kita.
8
SAMBUTAN PAUS FRANSISKUS PADA ICN 2 (2) Paus juga menekankan pentingnya manusia untuk bertanggung jawab , saling menghormati, daripada berselisih dan menghancurkan dunia. Negara sebagai kesatuan keluarga manusia harus bertindak secara nyata untuk saling menolong dengan menggunakan hukum alam yang tertulis di hati dan dimengerti oleh setiap manusia yaitu cinta kasih, keadilan dan keamanan. • Beliau juga berharap dunia mendengar Konferensi ini sebagai satu cerminan kesadaran bersama untuk memberi makan bagi yang kelaparan, menyelamatkan hidup dan dunia. •
9
GIZI MENURUT PANDANGAN TOKOH NASIONAL K.H. SALAHUDDIN WAHID • Dari sisi keagamaan, upaya perbaikan gizi masyarakat merupakan ibadah sosial disamping ibadah ritual. Artinya bila diketahui terdapat kejadian gizi buruk di masyarakat namun tidak dilakukan upaya penanganan, maka bagi yang mengetahui kejadian tersebut termasuk golongan pendusta agama. • Ajaran agama telah secara jelas mendukung upaya perbaikan gizi. Sebagai contoh, konsep gizi seimbang yang ditekankan oleh Rasulullah SAW yang diambil dari pesan implisit Al-Qur'an: “Makan dan minumlah kalian, tapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang (makan-minum) berlebihlebihan”.
10
B. GAMBARAN MASALAH GIZI GLOBAL DAN INDONESIA
11
•
178 Million Children Under 5 Suffer from Stunting
Prevalence of Stunting
Source : The Lancet Maternal and Child Undernutrition Series (2008)
BASELINE STUNTING RATE AND ANNUAL REDUCTION IN STUNTING
13
COUNTRIES WITH OVERLAPING UNDERFIVE STUNTING, ANEMIA IN WOMEN OF REPRODUCTIVE AGE, AND ADULT OVERWEIGHT(1) Overlap /indicator group
Under-five stunting only WRA anaemia only Adult overweight only Under-five stunting and WRA anaemia only
Number of countries 3
Under-five stunting≥20%, WRA anaemia≥20%, Adult overweight ≥35% Total Countries Population (millions) 194 Ethiopia, Rwanda, Viet Nam
3
102
Senegal, Sri Lanka, Thailand
12
873
47
2758
Argentina, Brazil, Chile, Colombia, Costa Rica, Germany, Mexico, Paraguay, Peru, The former Yugoslav Republic of Macedonia, United States of America, Uruguay Angola, Bangladesh, Benin, Bhutan, Burkina Faso, Burundi, Cambodia, Central African Republic, Chad, Comoros, Congo (Republic of the), Cote d’Ivoire, Democratic People’s Republic of Korea, Democratic Republic of the Congo, Djibouti, Eritrea, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea-Bissau, Haiti, India, Indonesia, Kenya, Lao People’s Democratic Republic, Liberia, Madagascar, Malawi, Mali, Mozambique, Myanmar, Namibia, Nepal, Niger, Nigeria, Pakistan, Philippines, Sierra Leone, Somalia, Sudan, Tajikistan, Timor-Leste, Togo, Uganda, United Republic of Tanzania, 14 Zambia, Zimbabwe
COUNTRIES WITH OVERLAPING UNDERFIVE STUNTING, ANEMIA IN WOMEN OF REPRODUCTIVE AGE, AND ADULT OVERWEIGHT(2) Overlap /indicator group
Under-five stunting≥20%, WRA anaemia≥20%, Adult overweight ≥35% Countries
Number of countries
Total Population (millions)
Adult overweight and Under-five stunting only
2
14
Honduras, Nicaragua
WRA anaemia and Adult overweight only
29
438
WRA Anaemia and Adult overweight and Under-five stunting Below cut-off for all 3 indicators
24
321
2
1426
Algeria, Belarus, Belize, Bosnia and Herzegovina, Dominican Republic, Gabon, Georgia, Guyana, Iran, Jamaica, Jordan, Kazakhstan, Kuwait, Kyrgyzstan, Malaysia, Mongolia, Montenegro, Morocco, Oman, Panama, Republic of Moldova, Saint Lucia, Saudi Arabia, Serbia, Suriname, Tunisia, Turkey, Uzbekistan, Venezuela Albania, Armenia, Azerbaijan, Bolivia, Botswana, Cameroon, Ecuador, Egypt, El Salvador, Equatorial Guinea, Guatemala, Iraq, Lesotho, Libya, Maldives, Mauritania, Papua New Guinea, Sao Tome and Principe, Solomon Islands, South Africa, Swaziland, Syria, Vanuatu, Yemen. China, Republic of Korea
Total with data
122
Missing data for at least one of the three indicators
71
Total
193
Indicator Sources: - United Nations Children’s Fund, World Health Organization, The World Bank. UNICEF-WHO-The World Bank: 2013 Joint child malnutrition estimates - Levels and trends. UNICEF, New York; WHO, Geneva; The World Bank, Washington, DC; 2014.Population. Data are from 2005-2013 - Stevens GA et al (2013). Global, regional, and national trends in haemoglobin concentration and prevalence of total and severe anaemia in children and pregnant and non-pregnant women for 1995-2011: a systematic analysis of population-representative data. The Lancet Global Health 2013;1:e16-e25 - World Health Organization Global Health Observatory Data Repository, 2014. Data is from 2008. Available from: http://apps.who.int/gho/data/node.main.A896?lang=en Population source: United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population 15 Division. World Population Prospects: The 2012 revision, 2013.
COUNTRIES WITH OVERLAPING STUNTING, WASTING, AND OVERWEIGHT IN UNDERFIVE (1) Overlap/ind icator group
Under-five stunting≥20%, Under-five wasting≥5%, Under-five overweight ≥7% Number of countries (Total: 193)
Total population (millions)
Stunting only
12
212
Wasting only Overweight only
6
68
25
603
38
2462
Stunting and wasting only
Countries
Democratic People’s Republic of Korea, El Salvador, Guatemala, Honduras, Liberia, Nauru, Nicaragua, Solomon Islands, Togo, Uganda, Viet Nam, Zimbabwe Guyana, Oman, Saudi Arabia, Senegal, Sri Lanka, Suriname
Algeria, Argentina, Belarus, Belize, Bosnia and Herzegovina, Brazil, Chile, Costa Rica, Dominican Republic, Gabon, Georgia, Kazakhstan, Kuwait, Kyrgyzstan, Mexico, Mongolia, Montenegro, Morocco, Paraguay, Peru, Serbia, The former Yugoslav Republic of Macedonia, Tunisia, Uruguay, Uzbekistan Bangladesh, Burkina Faso, Burundi, Cambodia, Cameroon, Central African Republic, Chad, Congo (Republic of the), Cote d'Ivoire, Democratic Republic of the Congo, Eritrea, Ethiopia, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea-Bissau, Haiti, India, Kenya, Lao People’s Democratic Republic, Maldives, Mali, Mauritania, Myanmar, Namibia, Nepal, Niger, Nigeria, Pakistan, Philippines, Somalia, South Sudan, Sudan, Tajikistan, Timor-Leste, United Republic 16of Tanzania, Vanuatu, Yemen
COUNTRIES WITH OVERLAPING STUNTING, WASTING, AND OVERWEIGHT IN UNDERFIVE (2) Overlap/in dicator group
Under-five stunting≥20%, Under-five wasting≥5%, Under-five overweight ≥7% Number of countries (Total: 193)
Total population (millions)
Countries
Stunting overweight only
7
45
Armenia, Bolivia, Equatorial Guinea, Lesotho, Malawi, Rwanda, Swaziland
Wasting and overweight only Stunting, wasting and overweight Below cutoff for all three indicators Total with data
2
70
Republic of Moldova, Thailand
17
468
Albania, Azerbaijan, Benin, Bhutan, Botswana, Comoros, Djibouti, Egypt, Indonesia, Iraq, Libya, Mozambique, Papua New Guinea, Sao Tome and Principe, Sierra Leone, Syria, Zambia
10
1914
China, Colombia, Germany, Jamaica, Jordan, Republic of Korea, Saint Lucia, Tuvalu, United States of America, Venezuela
117
5842
Indicator Source: United Nations Children’s Fund, World Health Organization, The World Bank. UNICEF-WHO-The World Bank: 2013 Joint child malnutrition estimates Levels and trends. UNICEF, New York; WHO, Geneva; The World Bank, Washington, 17 DC; 2014. Data are from 2005-2013.
70 60 50 40 30 20 10 0 Afghanistan Yemen Guatemala Timor-Leste Madagascar Malawi Burundi Ethiopia Rwanda Nepal India Lao People's… Bhutan Niger Guinea-Bissau Democratic Republic… Zambia Democratic People's… United Republic of… Mozambique Eritrea Comoros Bangladesh Benin Papua New Guinea Central African… Equatorial Guinea Pakistan Cambodia Somalia Lesotho Nigeria Myanmar Chad Sudan Cote d'Ivoire Guinea Tajikistan Liberia Uganda Mali Indonesia Vietnam Cameroon Burkina Faso Sierra Leone Kenya Philipines Zimbabwe Djibouti
PREVALENCE OF STUNTING : INDONESIA’S POSITION
60 54
50
59
Prevalence of Stunting in countries part of ASEAN 48 42
Timor-Leste Laos
World Average26,9 Cambodia
41
40
Myanmar
(2003-2008) 37
Indonesia
(Tahun 2003-2008)
36
Vietnam
34
World Average 26,9
30
20 16
10 4
0 Philipines Thailand
37
Singapore
Prevalence of Stunting in 50 Countries Indonesia rank 42 (37 percent)
33
Sumber : UNICEF 2009 20
NTT DIY Sulteng Babel Sulut Papua Jateng Sumsel Kalbar Sulsel Malut Lampung Kalteng Jambi Banten Jabar Indonesia Sulbar DKI Sumut Pabar NTB Sultra Kaltim Kep.Riau Jatim Riau Sumbar Gorontalo Kalsel Aceh Maluku Bengkulu Bali
PROPORSI BAYI LAHIR PENDEK (<48 CM), 2013*)
35.0
30.0 28.7
25.0
20.0 20.2
15.0
10.0 9.6
5.0
0.0
*) Berdasarkan 45% sampel balita yang punya catatan
PREVALENSI STUNTING DI INDONESIA BERDASARKAN PROVINSI
Laut Sulawesi
Laut Jawa
Laut Banda Laut Arafuru
Lautan Hindia
Laut Timor
Indonesia : 35,6 % 0 200 0
400 km 200
400 mm
Sumber Data : Riskesdas 2010
< 20 % (0 province)
30-39,9 % (18 province)
20-29,9 % (8 province)
>= 40 % (7 province) 22
C. STRATEGI MEMBENTUK KOMITMEN GLOBAL DALAM GERAKAN PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI (SUN MOVEMENT)
23
BENEFIT-COST RATIOS OF SCALING UP NUTRITION-SPECIFIC INTERVENTIONS FOR STUNTING REDUCTION, SELECTED COUNTRIES (HODDINOTT ET AL., 2013)
28
D. DEKLARASI ROMA UNTUK GIZI (ROMA, 19-21 NOVEMBER 2014)
37
Rome Declaration on Nutrition We reaffirm that: 1. the elimination of malnutrition is an imperative for health, ethical, political, social and economic reasons 2. nutrition policies should promote a diversified, balanced and healthy diet at all stages of life 3. coordinated action needs to be supported through cross-cutting and coherent policies, programmes and initiatives 4. food should not be used as an instrument for political or economic pressure; 5. volatility of prices of food and agricultural commodities can negatively impact food security and nutrition; 6. improvements in diet and nutrition require relevant legislative frameworks 7. nutrition data and indicators need to be improved 8. empowerment of consumers is necessary 9. national health systems should integrate nutrition 10. special attention to women and empower women and girls
38
Rome Declaration on Nutrition (1) We commit to: 1. 2. 3.
4.
5.
Eradicate hunger and prevent all forms of malnutrition worldwide Increase investments for effective interventions and actions Enhance sustainable food systems by developing coherent public policies from production to consumption and across relevant sectors Raise the profile of nutrition within national strategies, policies, actions plans and programmes, and align national resources accordingly Strengthen human and institutional capacities to address all forms of malnutrition through, inter alia, scientific and socioeconomic research and development, innovation and transfer of technologies
39
Rome Declaration on Nutrition (2)
6. Strengthen and facilitate contributions by all stakeholders and promote collaboration within and across countries 7. Develop policies, programmes and initiatives for ensuring healthy diets, in particular during the first 1,000 days of life 8. Empower people and create an enabling environment through improved information and education; 9. Implement the commitments of this Declaration through the Framework for Action; 10. Integrate the vision and commitments of this Declaration into the post-2015 development agenda
40
E. PELAKSANAAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI
41
KERANGKA PIKIR PENYEBAB MASALAH GIZI PADA 1000 HPK
Penanganan masalah gizi merupakan upaya lintas sektor untuk mengatasi penyebab langsung, tidak langsung, dan akar masalah melalui upaya intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif 42
SUN MOVEMENT Menyatukan komponen pemerintah, masyarakat madani, donor, PBB, swasta, media massa dan peneliti/akademisi dalam upaya perbaikan gizi secara kolektif.
54 member countries
SUN MOVEMENT (2) • Indonesia telah menjadi bagian dari SUN Movement melalui surat keikutsertaan dari Menteri Kesehatan kepada Sekjen PBB pada bulan Desember 2011. • Saat ini jumlah negara yang bergabung dalam Gerakan SUN sebanyak 50 negara, termasuk Indonesia. • SUN Movement bukanlah inisiatif baru, maupun pendanaan baru, tetapi merupakan peningkatan efektivitas dari berbagai inisiatif dan program/kegiatan yang sudah ada melalui dukungan dari kepepimpinan nasional, penetapan prioritas, dan harmonisasi program. • Dilakukan melalui upaya KOORDINASI dan dukungan teknis, advokasi tingkat tinggi, serta kemitraan. 44
SUN MOVEMENT (3) SUN Global Stewardship
SUN Global networks
UN Secretary General
Country
SUN Lead Group
UN
SUN Secretariat
Donor
Civil society
SUN Countries Government SUN focal point
Multi-sector Multi-stakeholder platform Government Donor Knowledge
Business Knowledge 45
CSOs
UN
Business
PENERAPAN SUN MOVEMENT DI INDONESIA SUN Movement di Indonesia di terapkan dalam Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
46
PRINSIP DASAR INTERVENSI DALAM GERAKAN 1000 HPK 1. Intervensi Fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), yaitu dimulai dari 270 hari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun (730 hari). 2. Intervensi didasarkan kepada bukti (evidence based) 3. Intervensi harus dilakukan lintas sektor melibatkan pemerintah dan swasta Karena fokus SUN Movement pada 1000 HPK, maka disebut juga Gerakan 1000 HPK 47
STRATEGI NASIONAL 1. Tahap Pertama: Membangun komitmen dan kerjasama antar pemangku kepentingan.
2. Tahap Kedua: Mempercepat pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi, meningkatkan efektifitas dan meningkatkan sumber pembiayaan.
3. Tahap Ketiga: Memperluas pelaksanaan program, meningkatkan kualitas pelaksanaan dan memelihara kesinambungan kegiatan untuk mencapai indikator dampak yang sudah disepakati. 48
INTERVENSI GIZI SPESIFIK I.
II.
Ibu Hamil Suplementasi besi folat PMT pada ibu hamil Kurang Energi Kalori (KEK) Penanggulangan kecacingan Suplemen kalsium Pemberian kelambu dan pengobatan bagi ibu hamil yang positif malaria
Ibu Menyusui Promosi menyusui Komunikasi perubahan perilaku untuk memperbaiki pemberian makanan pendamping ASI 49
III. Bayi 0-23 Bulan Suplementasi zink Zink untuk manajemen diare Suplemen vitamin A Pemberian garam iodium Pencegahan kurang gizi akut Pemberian obat cacing Fortifikasi besi dan kegiatan suplementasi Pemberian kelambu
INTERVENSI GIZI SENSITIF No
Kegiatan
1
Penyediaan air bersih dan sanitasi
2
Ketahanan pangan dan gizi
3
Keluarga Berencana
4
Jaminan Kesehatan Masyarakat
5
Perlindungan Sosial, termasuk PNPM
6
Fortifikasi Pangan
7
Pendidikan gizi masyarakat, termasuk PAUD
8
Intervensi untuk remaja perempuan, termasuk pemberdayaan perempuan
9
Pengentasan Kemiskinan, termasuk BLT bersyarat/PKH 50
GUGUS TUGAS GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI (TIM GERAKAN NASIONAL 1000 HPK) TIM PENGARAH
2 3
SK Menko Kesra No.11 Tahun 2014 Tentang Keanggotaan Tim Teknis
Perpres No.42 Tahun 2013 Tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Gerakan 1000 HPK)
1
TIM TEKNIS
SK Deputi SDM&K Selaku Ketua Tim Teknis Gerakan 1000 HPK No.37 Tahun 2014 Tentang Kelompok Kerja Gerakan 1000 HPK
KELOMPOK
AHLI
POKJA I: Kampanye Nasional & Daerah
POKJA II: Advokasi dan Sosialisasi Lintas Sektor dan Lintas Lembaga
POKJA III: Pelatihan
51
POKJA IV: Perencanaan dan Penganggaran
POKJA V: Kemitraan
POKJA VI: Kajian Faktor Risiko Lingk.
PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN
PARLEMEN
ORGANISASI PROFESI & AKADEMISI Think Tank
UN NETWORK memperluas dan mengembangkan kegiatan
PEMERINTAH PEMDA inisiator, fasilitator dan motivator
GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI
ORGANISASI KEMASYARAKATAN analisa kebijakan serta pelaksana pada tingkat masyarakat 52
MITRA PEMBANGUNAN memperkuat kolaborasi
DUNIA USAHA pengembangan produk
MEDIA MASSA menyebarluaskan informasi terkait pangan dan gizi secara terus menerus
INDIKATOR HASIL 2025 No Indikator Hasil 1.
Menurunkan proporsi anak balita yang stunting sebesar 40 persen.
2.
Menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus (wasting) kurang dari 5 persen.
3.
Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30 persen.
4.
Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih.
5.
Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50 persen.
6.
Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan paling kurang 50 persen. 53
54