HEALTH MESSENGER
PEMBAWA PESAN
KESEHATAN
Air, Higiene dan Sanitasi WATER, HYGIENE AND SANITATION
Dermatitis Kontak/Contact Dermatitis — Diare/Diarrhea — Kolera/Cholera Promosi kebersihan/Hygiene promotion — Demam tipus/Typhoid fever Manajemen limbah medis/Medical waste management Kebersihan kewanitaan/Feminine hygiene
MAJALAH KESEHATAN UNTUK PEKERJA KESEHATAN INDONESIA DIPUBLIKASIKAN OLEH AIDE MÉDICALE INTERNATIONALE THE HEALTH MAGAZINE FOR INDONESIAN HEALTH WORKERS PUBLISHED BY AIDE MÉDICALE INTERNATIONALE
EDISI JUNE 11 ISSUE 2009 JUNI
HM TEAMTIM P2K Manager Publikasi/ Publication Manager Chloé Forette
CONTENTSDAFTAR ISI
1
EDITORIAL EDITORIAL
2
BERITA NEWS Hari Kesehatan Dunia World Health Day Aceh bebas dari Malaria pada tahun 2015 Aceh free from Malaria by 2015 Flu Babi Swine Influenza Hari Perawat Internasional International Nurse Day
5
PERISTIWA EVENTS Acara Pembukaan PIDA The Opening Ceremony of PIDA
7
LEBIH DEKAT ZOOM Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Community-Based Water Supply and Environmental Sanitation Eumpang Breuh
13
LAPORAN KHUSUS SPECIAL REPORT Air, Higiene Dan Sanitasi Water, Hygiene and Sanitation
Ikonografi/ Iconography Tim P2K/HM Team
14
PENGANTAR INTRODUCTION Pengembangan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Development of Water and Sanitation Facilities
Tata Letak/ Layout Chloé Forette
15
DI TANAH AIR KITA IN OUR COUNTRY Indonesia Sehat 2010 Healthy Indonesia 2010
16
DARI LAPANGAN FROM THE FIELD Wawancara Yopie Pangkey Interview Yopie Pangkey
21
KESEHATAN MASYARAKAT PUBLIC HEALTH Membangun Air, Sanitasi, Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di Aceh Building Water, Sanitation, Hygiene and Healthy Lifestyle in Aceh Air Dan Sanitasi: Suatu Joint Venture Water and Sanitation: A Joint Venture
27
KESEHATAN UMUM GENERAL HEALTH Dermatitis Kontak Contact Dermatitis Penyakit Yang Berkaitan Dengan Air Water Related Diseases Program Manajemen Limbah Medis Medical Waste Management Program
42
IBU & ANAK MOTHER & CHILD Kebersihan Kewanitaan pada Kehamilan Feminine Hygiene During Pregnancy
44
PSIKOSOSIAL PSYCHOSOCIAL Air dan Sanitasi : Sebuah Pemenuhan Hak Water and Sanitation: A Right Fulfilment Instruksi Tentang Kebersihan, Sanitasi dan Air di Rumah Sakit Instructions on Hospital Hygiene, Water and Sanitation. Wawancara Perawat Bambang Interview Nurse Bambang
51
LEBIH DALAM IN DEPTH Panduan Praktis untuk Diare Practical Guideline for Diarrhea Pengetahuan, Sikap dan Perilaku terhadap Air, Sanitasi dan Higiene di Aceh Knowledge, Attitudes and Practices on Water, Sanitation and Hygiene in Aceh
62
TAKARIR GLOSSARY
Editor Kepala/ Editor in chief Anne Broggi Penyunting Medis/ Medical Editor dr. Nurjannah Penerjemah/ Translators Denni Rajagukguk Endrani Sulistyowati Mahdani A. Hamid Dewan Penyunting/ Editing Committee Tim P2K/HM Team
CONTRIBUTORS KONTRIBUTOR Hasrati (Staf Penanggung Jawab untuk Peningkatan Kepedulian dan Penyadaran/ Sensitization and Awareness Raising Officer Handicap International) ■ Erlina Marlinda (Fasilitator Komunikasi/ Communication Facilitator, Handicap International) ■ Marthunis Muhammad (Focal Point Pokja AMPL/ AMPL Working Group Focal Point - Bappeda Aceh) ■ Joni Kapluk (Aktor Aceh/ Acehnese actor) ■ Sijawati & Tharuddin (Seksi Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Provinsi Aceh/ Enviromental Health Department, Provincial Health Office of Aceh) ■ dr. T.H. Makmur Mohd. Zein (Fakultas Kedokteran Syiah Kuala/ Medical Faculty of Syiah Kuala University) ■ Yopie Pangkey (Petugas Sanitasi Air - Pendidikan Hygiene/ Watsan Officer - Hygiene Education, Irish Red Cross) ■ Moris Monson (Delegasi Watsan – Kontruksi/ Watsan Construction Delegate, Irish Red Cross) ■ Basilius Kris Cahyanto (Spesialis WASH/ WASH specialist, UNICEF Banda Aceh) ■ Manuela Peters (Proyek Kesehatan Palang Merah Swiss cabang Sigli/ Sigli Health Project Swiss Red Cross) ■ dr. Dina Lidadari (Bagian Kulit Kelamin/ Dermatology Department, Unsyiah RSUZA) ■ dr. Kurnia F. Jamil (Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropik Infeksi/ Internist Consultant Tropical Infection Diseases, Unsyiah - RSUZA) ■ Yayat Kurniawan (Manajer Teknik Program Kesehatan Lingkungan/ Environmental Health Technical Program Manager, Canadian Red Cross) ■ Katherine Mueller (Delegasi Masyarakat dan Informasi/ Information & Community Outreach Delegate, Canadian Red Cross) ■ Rahmi Wardhani (Bidan/ Midwife, RSU Cut Mutia Lhokseumawe) ■ dr. Nur Fardian (Program Studi Pendidikan Dokter/ Medical Studies Program, Malikussaleh University) ■ Ibu Hasniah (Politeknik Kesehatan – Keperawatan Depkes Banda Aceh/ Nursing School Banda Aceh) Bambang Isnur Imanto (Perawat, Puskesmas Kopelma Darussalam/ Nurse Puskesmas Kopelma Darussalam) ■ Sasimar Sangchantr, Riza Adirza, Damaris Monteiro & Soegeng Afriyanto (Tim Kesehatan Masyarakat/ Public Health Team, IOM) ■
EDITORIAL EDITORIAL
Air, higiene dan Sanitasi Water, Hygiene and Sanitation
S
etiap 8 detik sekali seorang anak meninggal dunia karena air yang terkontaminasi; ada lebih dari 25 bakteri yang terdapat dalam air yang terkontaminasi dan lain-lain. Data ini sangat menakutkan namun inilah realita yang menyedihkan.Air merupakan kebutuhan dasar dan vital, tetapi akses terhadap air yang layak minum masih menjadi isu global sampai saat ini. Setidaknya terdapat 2,6 miliar orang tidak memiliki akses terhadap air leding. Sebagian besar dari mereka bahkan tidak mempunyai jamban dan harus buang air besar di ruang terbuka sehingga dapat mengkontaminasi sungai dan sistem saluran air. Hal ini kemungkinan besar menjadi penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang disebarkan melalui air. Terlepas dari pembangunan ekonominya, Indonesia masih merupakan salah satu dari negara berkembang dimana sistem Air, Higiene dan Sanitasinya harus ditingkatkan. Rekonstruksi provinsi Aceh setelah terjadinya Tsunami telah mengarah ke perbaikan yang cukup baik. Namun masih banyak yang harus dilakukan. Penyakit yang disebarkan melalui air umumnya terdeteksi di Puskesmas, banyak anak-anak menderita diare yaitu suatu penyakit yang dapat mengancam jiwa terutama anak-anak yang rentan. Dan bagaimana mengenai Malaria, tipus dan lainlain? Masyarakat harus belajar mengenai langkah-langkah dasar pencegahan penyakit.Anak-anak harus mengetahui bahwa tangan serta gigi harus dibersihkan dengan sabun dan pasta gigi. Banyak penyakit dapat dicegah dengan menerapkan cara ini. Ini adalah masalah edukasi. Karena itu Pembawa Pesan Kesehatan edisi ke-11 ditujukan untuk membahas masalah Air, Higiene dan Sanitasi, disini kami menggaris bawahi peranan penting para petugas kesehatan dalam mentransfer dan membagi informasi mengenai higiene dan kami menyoroti beberapa alat survei yang ada seperti survei pengetahuan, sikap dan perilaku. Lebih dari sekedar sebuah majalah kesehatan, informasi yang disampaikan dalam edisi ini sebaiknya dibagikan juga kepada semua anggota masyarakat. Namun kami sangat yakin, bahwa anda para pembaca, para petugas kesehatan adalah penghubung bagi masyarakat. Jadi, mari kita baca, belajar dan berbagi pengetahuan!
E
very 8 seconds a child dies because of contaminated water; there are more than 25 pathologies related to contaminated water, etc. These data are frightening but this is a sad reality. Water is a basic and vital need but access to drinkable water is still a global issue. At least 2,6 billion people do not have access to running water. Most of them do not even have toilets and have to defecate in open air, thus, contaminating rivers, air and sewer systems. This is probably the cause of high morbidity and mortality rates. In spite of its economic development, Indonesia is still one of these developing countries where Water, Hygiene and Sanitation need to be improved. The reconstruction of the Aceh province after the Tsunami led to a sharp improvement. But many things remain to be done. Waterborne diseases are commonly detected in the puskesmas, too many children are suffering diarrhea which is a life threatening disease for a child vulnerable organism. And what about Malaria, typhoid, etc? People have to learn about the basic preventive measures. Children must know that hands as well as teeth should be cleaned with soap and toothpaste. Many diseases could be prevented this way. This is a matter of education. For this HM 11 dedicated to Water, Hygiene and Sanitation, we underline the key role of health workers in transmitting and sharing information about hygiene and we highlight some of the numerous tools that exist like the Knowledge, Attitudes and Practices. More than a medical magazine, the information published in this issue should be shared between all citizens. But we truly believe that you, readers, health workers, are the link with the community. So lets read, learn and share the knowledge!
Anne Broggi
pembawa pesan kesehatan 1
NEWS BERITA
Hari Kesehatan Dunia World Health Day Tim P2K/ HM team Hari Kesehatan Dunia diperingati setiap tahun tanggal 7 April. Fokus tahun ini adalah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan menjadi lebih baik dan aman pada saat bencana dan tanggap darurat.Tema Hari Kesehatan Dunia tahun 2009 adalah ”Fasilitas Kesehatan saat Darurat”, dengan motto “Selamatkan Jiwa, Ciptakan Rumah Sakit Aman saat Darurat”. Masa darurat tidak hanya merenggut banyak jiwa dan kesehatan manusia, tetapi juga merusak fasilitas-fasilitas kesehatan. Sebagai contoh, bencana Tsunami di Aceh dan Gempa bumi di Nias dan Yogyakarta secara keseluruhan telah merusak sedikitnya 713 fasilitas kesehatan. Fasilitas-fasilitas yang rusak tersebut kehilangan kapasitas dalam menyediakan layananlayanan kesehatan selama masa tanggap darurat. Dengan bantuan WHO, Indonesia saat ini melaksanakan penilaian keamanan fasilitasfasilitas kesehatan yang penting pada saat persiapan dan mitigasi bencana. Tugas mengembangkan rumah sakit yang aman bukan hanya merupakan tanggung jawab pemerintah atau sektor kesehatan saja. Hal tersebut membutuhkan keterlibatan dari pihak masyarakat, pengambil keputusan di tingkat lokal, pekerja-pekerja kesehatan serta para professional lainnya. Dengan bekerja bersama-sama, kemungkinan di masa depan ketika bencana menghadang, fasilitas-fasilitas kesehatan Indonesia akan bertahan kuat dan tetap berfungsi untuk dapat menyelamatkan jiwa. ■
Penting untuk diingat: Membangun rumah sakit yang aman dapat menyelamatkan banyak jiwa saat bencana datang.
2 health messenger
The World Health Day is celebrated annually on 7 April. This year's focus is to strengthen health facilities to be better prepared and safe in case of emergencies and disasters. The theme of World Health Day 2009 is "Health Facilities in Emergencies", and its motto "Save Lives, Make Hospitals Safe in Emergencies". Emergencies not only can take a heavy toll on human life and health, but also damage health facilities. For instance, the Tsunami in Aceh and the earthquakes in Nias and Yogyakarta have together damaged at least 713 health facilities. These damaged facilities lost their capacity to provide health services during these emergency periods. With the help of WHO, Indonesia is currently undertaking a safety assessment of health facilities, which is important for preparedness and mitigation. Developing safe hospitals is not merely the responsibility of the government or the health sector alone. It needs the involvement of communities, local decision makers, health workers and other professionals. By working together, it is possible that in the future, when disaster strikes, Indonesia's health facilities will stand strong and stay functional to save lives. ■
Good to remember: Developing safe hospitals can save lives when disaster strikes.
NEWSBERITA
ACEH BEBAS DARI MALARIA PADA TAHUN 2015 Aceh free from Malaria by 2015 Tim P2K/ HM team
H
ari Malaria Dunia 2009 diperingati pada tanggal 25 April, 2009. Dinas Kesehatan Provinsi dengan dukungan dari UNICEF mengadakan rapat perencanaan di Banda Aceh untuk mempersiapkan sebuah rencana strategis untuk memberantas malaria di Provinsi Aceh pada tahun 2015.Terdapat 7.060 kasus positif malaria pada tahun 2007. Hal ini merupakan tantangan besar bagi masyarakat Aceh. Rapat tersebut dihadiri oleh perwakilan dari berbagai kabupaten/kota dan pelaksana program multi-sektor serta pemangku kepentingan lainnya yang bekerja bersama-sama mengembangkan rencana strategis. Tema dari pertemuan tersebut adalah “Aceh bebas dari Malaria pada tahun 2015”. Fokus utama dari rencana strategis termasuk kegiatan operasional, kelompok sasaran, anggaran dan pelaksanaan alat-alat evaluasi berdasarkan standar nasional dan WHO. ■
W
orld Malaria Day 2009 was celebrated on April 25, 2009. PHO with support from UNICEF held a planning meeting in Banda Aceh to prepare a strategic plan to eliminate malaria from Aceh Province by 2015. There were 7,060 cases of positive malaria in 2007. This is still a major challenge for Aceh. The meeting was attended by representatives from districts/cities and multi-sectoral program implementers and stakeholders who work together to develop the strategic plan. The theme of this meeting was “Aceh Free from Malaria by 2015.” The main focus of the strategic plan includes operational activities, target groups, budget and implementation of evaluation tools based on the national and WHO standards. ■
FLU BABI, SEBUAH ANCAMAN BARU DI INDONESIA Tim P2K/ HM team
S
ebuah penelitian baru-baru ini oleh Universitas Kobe, Jepang, menemukan bahwa babi-babi di Indonesia tampaknya dapat menularkan sebuah jenis flu baru bagi manusia, jauh lebih berbahaya dibanding jenis yang saat ini sedang merajalela di Meksiko. Para peneliti melakukan penelitian pada lebih dari 400 babi di 4 kota di Indonesia dan menemukan bahwa 50 babi mengandung virus. Sebagaimana babi dapat mengandung virus burung serta virus manusia, para peneliti tersebut mencemaskan bahwa H5N1 dapat merubah dirinya sendiri menjadi bentuk baru berupa virus babi yang dapat ditularkan kepada manusia yang disebut H1N1. Di Indonesia, pengembangbiakan dan penjualan babi dilaksanakan dengan pengawasan steril. Menteri Kesehatan menyatakan bahwa Pemerintah akan menyembelih babi-babi yang terinfeksi oleh virus H1N1. Sejauh ini belum ada kasus yang terdeteksi. ■
Swine Influenza, a new threat in Indonesia
A
recent research by University of Kobe, Japan, found that Indonesian porks are likely to transmit a new type of influenza to human beings, much more dangerous than the one which is raging in Mexico. They performed a research on more than 400 pigs in 4 States in Indonesia and found out that more than 50 pigs carried the virus. As pork can carry avian virus as well as human virus, they fear that H5N1 transform itself into a new form of swine virus that could be transmitted to human beings called H1N1. In Indonesia, swine breeding and trading are under sanitary surveillance. The Ministry of Health declared the Government will slaughter pigs infected with the virus H1N1. No case has been detected so far. ■
pembawa pesan kesehatan 3
NEWS BERITA
Hari Perawat Internasional International Nurse Day Tim P2K/ HM team
Hari Perawat Internasional diperingati setiap tanggal 12 Mei dalam rangka mengingat semua kerja dan kontribusi penting perawat terhadap masyarakat.
International Nurse Day is celebrated every 12 May in order to remind all the valuable work and contribution nurses make to society.
Ini juga hari yang tepat untuk mengingat tantangan-tantangan yang dihadapi oleh tenaga-tenaga kesehatan di negara berkembang seperti Indonesia yang tenaga kesehatannya dapat menghadapi banyak keterbatasan-keterbatasan kerja: paparan penyakit menular, peralatan yang terbatas, obat-obatan yang terbatas.
It is also an appropriate day to consider the challenges faced by health workers in developing countries such as Indonesia where health workers can face a lot of working constraints: exposure to infectious diseases, limited equipment, limited access to medicine.
History of this event Sejarah peringatan hari perawat internasional Konsil Perawat Internasional (KPI) sudah memperingati hari perawat ini sejak tahun 1965. Pada januari 1974, keputusan dibuat untuk memperingati hari perawat ini pada 12 Mei karena pada tanggal tersebut merupakan hari lahirnya Florence Nightingale, yang kita ketahui sebagai pencetus keperawatan modern. Setiap tahun, KPI mempersiapkan dan mendistribusikan peralatan hari perawat internasional. Peralatan ini terdiri dari bahanbahan yang bersifat edukatif dan memberikan informasi kepada masyarakat, serta dapat digunakan oleh perawat dimana saja. Banda Aceh dan seluruh propinsi Aceh bergantung pada banyak fasilitas kesehatan dan perawat. Terdapat 5 sekolah perawat di Banda Aceh. Untuk memperingati hari ini, umumnya pelajar dari sekolah perawat ini berkumpul pada tanggal 12 Mei, di Rumah Sakit Jiwa untuk mengadakan upacara yang dihadiri juga oleh direktur Rumah Sakit Jiwa. Setelah pidato dari direktur, para pelajar turun ke jalan-jalan di Banda Aceh untuk menyebarkan alat-alat komunikasi (selebaran, poster) dan bunga kepada masyarakat. Cara ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran petugas kesehatan. ■ 4 health messenger
The International Council of Nurses (ICN) has celebrated this day since 1965. In January 1974, the decision was made to celebrate the day on 12 May as it is the anniversary of the birth of Florence Nightingale, who is widely considered as the founder of modern nursing. Each year, ICN prepares and distributes the International Nurses' Day Kit. The kit contains educational and public information materials, for use by nurses everywhere. Banda Aceh and the whole Aceh province count on many health facilities and nurses. There are five nursing schools in Banda Aceh. To celebrate this day, most of the students gathered on Tuesday 12 May, 2009 in Rumah Sakit Jiwa for an official ceremony held by the hospital’s director. After the speeches, the students went in the streets of Banda Aceh to distribute communication tools (flyers, posters) and flowers to people. This way, they raised people’s awareness on the importance the health workers play here. The students were really glad to join this event to promote this medical career. ■
EVENT PERISTIWA
ACARA PEMBUKAAN PIDA
The Opening Ceremony of PIDA Hasrati, Staf Penanggung Jawab untuk Peningkatan Kepedulian dan Penyadaran/ Sensitization and Awareness Raising Officer - Erlinda Marlinda, Fasilitator Komunikasi/ Communication Facilitator - Handicap International
Pada tanggal 30 April 2009, Handicap International menyelenggarakan pembukaan PIDA. Kesempatan yang sangat baik sekali buat kita untuk mengingat kembali sejarah dan tujuan pusat informasi ini untuk orang-orang cacat.
On 30 April 2009, Handicap International celebrated the opening of the PIDA. It is a great opportunity to remind you the history and the goal of this information center for disabled people.
Apa itu PIDA?
What is the PIDA?
PIDA (Pusat Informasi Disable Aceh) merupakan pusat dan sumber informasi untuk orang-orang cacat. PIDA bertujuan untuk memberikan akses terhadap berbagai fasilitas bagi Organisasi Orang-orang Cacat (OOC) dan penyebaran informasi tentang masalah orang-orang cacat kepada semua pihak dalam masyarakat.Organisasi ini juga memfasilitasi hubungan antar pihak yang berkaitan dengan inklusi orang cacat. Fokus utama PIDA adalah untuk membantu Organisasi Orang Cacat (OOC) tetapi juga terbuka untuk semua orangorang cacat dan keluarganya dan bagi orang-orang yang tertarik dengan masalah kecacatan. Ada 3 layanan yan disediakan oleh PIDA yaitu Sumber Daya & Fasilitas, Informasi & Orientasi dan Penyebaran Informasi.
The PIDA (Information Center for disabled acehnese people) is a center of resources and information on disability. It aims at providing access to different facilities and tools for Disabled People Organizations (DPOs) and disseminating information on disability amongst all actors in the community. It also facilitates the link between actors regarding the inclusion of people with disability. The main focus of PIDA is to support DPOs but is open for all Persons With Disability (PWDs), their family and any other persons or organization interested in the thematic of disability. The three main services provided by PIDA are: Resources & Facilities, Information & Orientation, and a Dissemination of Information.
Sejarah Singkat PIDA
Brief PIDA’s history
PIDA dibentuk pada tanggal 21 September 2006. Panitia Kegiatan dibentuk pada bulan Juli 2007 untuk meningkatkan partisipasi Organisasi Orang Cacat, Orang Cacat dan masya-
The PIDA has been inaugurated on 21st September 2006. An Activity Committee has been created in July 2007 in order to develop DPOs, PWDs and
pembawa pesan kesehatan
5
EVENT PERISTIWA
rakat dalam proses dan pemilihan kegiatan. Pada awalnya, nama yang digunakan adalah DIRC (Pusat Sumber Informasi Orang Cacat), kemudian Rakan (artinya persahabatan dalam bahasa Aceh). Tetapi nama ini tidak mencerminkan bahwa itu merupakan tempat pusat informasi orang-orang cacat. PIDA diambil sebagai nama terakhir pada bulan Septemer 2007 setelah dipilih oleh panitia kegiatan.
Kegiatan Utama Kegiatan utama yang dikembangkan oleh PIDA adalah: Untuk Organisasi Orang Cacat: ◗ Memudahkan koordinasi dan kerjasama antar Organisasi Orang Cacat ◗ Memfasilitai seminar dan pelatihan ◗ Memudahkan akses terhadap fasilitas PIDA oleh Organiasi Orang Cacat ◗ Membantu orang cacat dalam advokasi dan lobi pada pihak yang berwenang pada berbagai tingkatan ◗ Meningkatkan kesadaran orang cacat akan Hak Asasi dan Konvensi Hak Asasi orang cacat
Untuk orang cacat dan keluarganya yang bukan anggota Organiasi Orang Cacat: ◗ Menyediakan informasi umum kepada orang cacat ◗ Mempromosikan hak orang cacat untuk mengakses IT ◗ Meningkatkan kesadaran orang-orang cacat beserta keluarganya tentang Hak Asasi mereka dan Konvensi Hak Asasi orang cacat ◗ Memberikan informasi kepada orang cacat tentang petunjuk rujukan
community participation in the process and the selection of activities. At first, the name was Disability Information Resource Center, followed by Rakan (friendship in Bahasa Aceh). But this name was not reflecting that the place was an information center focusing on disability. The Activity Committee selected the final name in September 2007.
Good to remember: People With Disability have the right to accessible information. Main activities The main activities developed by the PIDA are: For DPOs: ◗ Ease the coordination and collaboration between the different DPOs ◗ Facilitate seminars and trainings ◗ Ease the access to PIDA’s facilities to DPOs ◗ Support DPOs in advocating and lobbing local authorities at any level ◗ Raise DPOs awareness about their Human Rights and the Convention on the Rights of PWD For PWDs and their families not members of DPOs: ◗ Provide PWDs with a general information ◗ Promote PWDs right to accessible IT ◗ Raise PWDs and their family’s awareness on their Human Rights and the Convention on the rights of PWDs ◗ Inform PWDs about disability referral directory
Available services
Penting untuk diingat: Orang-orang cacat mempunyai hak terhadap informasi yang mudah diakses. Layanan yang tersedia Fasilitas yang disediakan oleh PIDA termasuk akses internet, kursus komputer (pengenalan dan menggunakan komputer dengan JAWS, software untuk orang buta) perpustakaan, ruang pertemuan, kursus bahasa Inggris dan bahasa isyarat yang akan diatur pada tahun ini karena adanya permintaan dari para pengguna PIDA. ■
6 health messenger
Facilities provided by the PIDA include internet access, computer courses (introduction and using computer with JAWS, a software for blind people), library, meeting room. English and Sign Language courses will be organized later in the course of the year as it has been requested by the PIDA users. ■
PIDA HASRATI: Staf penanggung jawab untuk peningkatan kepedulian dan penyadaran / Sensitization and Awareness Raising Officer Jl. Residen Danubroto, Samping Sonic Net, Lamlagang, Banda Aceh Telp: 0651 741 46 77
ZOOM LEBIH DEKAT
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat COMMUNITY-BASED WATER SUPPLY AND ENVIRONMENTAL SANITATION Marthunis Muhammad, Focal Point Pokja AMPL,Bappeda Provinsi Aceh/AMPL Working Group Focal Point, Bappeda Aceh Province.
Kelompok kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Provinsi Aceh merupakan sebuah wadah koordinasi pembangunan di sektor air minum dan penyehatan lingkungan secara terpadu dan menyeluruh yang berbasis masyarakat guna meraih tujuan pembangunan millennium. The water supply and environmental sanitation (AMPL in bahasa) working group of Aceh Province is a coordinating institution for the construction of integrated community-based water supply and environmental sanitation in order to achieve the Millenium Development Goals (MDGs).
Mengapa harus berbasis masyarakat?
Why should the community be involved?
Hal ini berdasarkan pengalaman, contohnya saja kita lihat betapa banyaknya fasilitas air bersih dan sanitasi seperti MCK yang menjadi monumen (tidak digunakan hingga rusak atau rusak kemudian ditinggalkan). Hal ini disebabkan pembangunan yang tidak berdasarkan kebutuhan dan juga karena tidak melibatkan masyarakat sehingga rasa kepemilikan masyaraka akan fasilitas yang dibangun rendah. Ada 11 prinsip kebijakan dalam AMPL-BM seperti yang terdapat pada tabel berikut:
According to the past experiences and surveys, it has been found that many facilities for clean water and sanitation such as public bathing, washing facilities and latrines have been neglected (not optimally used then at last broken or being left). It is because the constructions were not based on community needs and the community was not involved which led to a low sense of ownership of the facilities. AMPL-BM1 set up 11 policy principles as illustrated in the following table :
1. AMPL-BM: Community Based Water Supply and Environmental Sanitation.
pembawa pesan kesehatan 7
ZOOM LEBIH DEKAT
Prinsip dalam Kebijakan AMPL-BM
Policy principles of AMPL-BM
1
Air Merupakan Benda Sosial dan Benda Ekonomi
2
Pilihan yang Diinformasikan sebagai Dasar dalam Informed choice is the basis for demand-responsive approach Pendekatan Tanggap Kebutuhan
3
Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Enviromentally-based development
4
Pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Health and hygiene behaviour education
5
Keberpihakan pada Masyarakat Miskin
Poverty focus
6
Peran Perempuan dalam Pengambilan Keputusan
Active role of women in decision-making
7
Akuntabilitas Proses Pembangunan
Accountability in the development process
8
Peran Pemerintah Sebagai Fasilitator
Government is a facilitator
9
Peran Aktif Masyarakat
Active community participation
10
Pelayanan Optimal dan Tepat Sasaran
Optimal and target-oriented service
11
Penerapan Prinsip Pemulihan Biaya
Application of the cost-recovery principle
Water is an economic and social good
Apa yang seharusnya dilakukan pemerintah?
What should the government do?
Dari sisi pemerintah daerah, kebijakan nasional AMPL-BM ini mensyaratkan perubahan paradigma bahwa pemerintah bukan penyedia tetapi lebih pada fasilitator pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan. Karena itu tugas pemerintah adalah menciptakan kebutuhan atas fasilitas air minum dan penyehatan lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat melalui sosialisasi, kampanye, pendidikan dan lain sebagainya. Selain itu, pemerintah juga harus menciptakan sebuah peluang agar masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan fasilitas AMPL dimana penyiapan dan pemberdayaan masyarakat menjadi prioritas utama.
For the local government of Aceh, the national policy of AMPL-BM aims at socializing the change of the paradigm that the government is not a provider but more a facilitator regarding the development of water supply and environmental sanitation. Therefore the role of the government is to fulfill the needs of the population with providing water supply and environmental sanitation facilities as well as to promote health and hygiene behaviours and education through communication, campaigns, etc. Moreover, the government must create opportunities for the community to actively participate in the development of AMPL facilities where the community education and empowerment is the main priority.
Relevansi penerapan kebijakan AMPL-BM? Kebijakan AMPL BM ini menjadi tidak realistis apabila diterapkan di dalam sebuah masyarakat yang telah mendapatkan akses fasilitas air minum dan sanitasi dari berbagai institusi yang sudah mapan seperti PDAM dan perusahaan pengolah sampah/limbah cair dan lain sebagainya. Keterlibatan aktif masyarakat disini ditunjukkan dengan membayar jasa atau fee kepada institusi tersebut. Dilihat dari karakter geografis, kebijakan AMPL-BM lebih cocok diterapkan didaerah dimana belum tersedianya institusi penyedia akses AMPL. Daerah tersebut terutama daerah perdesaan dimana mewakili sebagian besar wilayah Aceh. Atas kenyataan ini pula, Pemerintah Aceh seharusnya mengambil perhatian lebih terhadap pelaksanaan kebijakan AMPL-BM ini.
8 health messenger
Is AMPL-BM policy relevant? The AMPL-BM policy is not efficient if it is applied in a community that already has access to sanitation and water supply facilities from well-structured institutions such as PDAM (state-owned water supply company) and solid/water waste treatment company, etc. Active community involvement in this area is showed by the fee people pay for the related companies. AMPL-BM policy is more likely to be applied in the areas where there are still no service providers for water supply and enviromental sanitation. These areas are mainly villages (most of the Aceh province
ZOOM LEBIH DEKAT
is composed of villages). Based on this reality, the Aceh government should pay more attention on the implementation of this AMPL-BM policy.
What is the role of AMPL working group in the Aceh province?
Peran Pokja AMPL provinsi Aceh? Pokja ini adalah koordinator dari seluruh stakeholder pembangunan AMPL di Aceh. Melalui pokja ini diharapkan lahir kesamaan visi dan keseragaman langkah dari semua pihak dalam rangka pemenuhan target MDGs di sektor AMPL, yaitu mengurangi separuh penduduk Aceh yang belum mendapatkan akses air minum dan sanitasi yang bersih dan sehat. Artinya pada tahun 2015, sekitar 80% penduduk perkotaan dan 60% penduduk perdesaan mendapat akses tersebut. Untuk mencapai target tersebut, tidak cukup dengan hanya membangun fasilitas air bersih dan sanitasi oleh Dinas Bina Marga Cipta Karya, tetapi juga dibutuhkan membangun perilaku hidup bersih dan sehat, mempersiapkan masyarakat, menjaga lingkungan, serta mengembangkan perekonomian masyarakat. Hal ini membutuhkan kontribusi peran dari Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Dinas Koperasi dan UKM dan dinas/badan lainnya. ■
Penting untuk diingat: Program Air Minum dan Penyehatan Lingkungan berbasis masyarakat dilakukan didaerah dimana belum tersedianya institusi penyedia akses AMPL.
This working group is the coordinator of all AMPL development stakeholders in Aceh. Through this working group, a common vision and action from all parties is expected in order to achieve the MDGs which is to halve the number of acehnese population who do not yet have access to clean sanitation and water supply. It means that in 2015, around 80% of the urban population and 60% of the rural population of aceh should have access to these vital needs. To achieve the goal, constructing facilities through the Department of Bina Marga Cipta Karya (public construction) is not enough. Education on hygiene and health need to be improved, the community needs to know how to take care of the environment and how to develop its economy. The contribution of public institutions is also needed: Provincial Ministry of Education, Provincial Health Office, community empowerment body, the Agency of Environmental Impacts Control, Co-operative and Small Medium Enterprises Department, and other governmental bodies. ■
Good to remember: Water supply and environmental sanitation program is conducted in the areas where there are still not service providers for clean water and sanitation.
pembawa pesan kesehatan 9
ZOOM LEBIH DEKAT
EUMPANG BREUH Tim P2K/ HM team
2008 adalah tahun sanitasi internasional. Pada kesempatan ini, sekelompok LSM yang aktif di Aceh memutuskan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap air dan sanitasi dengan membuat sebuah film: EUMPANG BREUH, karena ini merupakan cara yang inovatif untuk belajar tentang tentang air, hygiene dan sanitasi. Film ini diluncurkan secara resmi pada November 2008. Karena ruang lingkup P2K 11 adalah Watsan dan untuk mencapai lebih banyak masyarakat, AMI bekerjasama dengan IOM, memutuskan untuk mendistribusikan DVD EUMPANG BREUH bersama dengan majalah ini pada fasilitas-fasilitas kesehatan. Anda dapat menemukan keterangan pres dibawah ini yang menjelaskan tujuan film ini dan pernyataan dari aktor lokal yang terkenal, Joni Kapluk.
2008 was the International Year of Sanitation. On this occasion, a group of NGOs active in Aceh decided to raise people awareness on Water and Sanitation by handling a movie: EUMPANG BREUH, as it is an original way to learn about water, hygiene and sanitation.The movie has been officially launched in November 2008. In the scope of the HM 11 on WatSan and in order to reach further more people, AMI in collaboration with IOM, decided to distribute the DVD of EUMPANG BREUH along with the magazine in the health facilities. You can find below the press release explaining the goals of this movie and a testimony of the famous local actor, Joni Kapluk.
Joni Kapluk, Yusniar, Haji Umar dan kawan-kawan dari kelompok lawak Eumpang Breuh, mengajak masyarakat Aceh untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam film Empang Breuh edisi spesial bertema air, sanitasi dan higienitas.Kelompok lawak paling terkenal di Aceh ini meluncurkan film di Lapangan Sudirman, Korem 11 Lilawangsa, Lhokseumawe, pada hari Sabtu, 15 Nopember 2008.
In the Eumpang Breuh special edition movie, themed on water, sanitation and hygiene, Joni Kapluk, Yusniar, Haji Umar and friends from the Eumpang Breuh commedian team, ask the Aceh community to improve hygiene behaviors. The most famous commedian group in Aceh has launched the Film at Sudirman Stadiom, Korem 11 Liliwangsa, Lhokseumawe, on Saturday 15 November 2008.
Film ini merupakan salah satu upaya mendukung kampanye Pemerintah Daerah Propinsi Aceh untuk meningkatkan kepedulian masyarakat Aceh akan perilaku hidup bersih dan sehat dalam mencapai Tujuan Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals/MDGs) 2015. Film ini merupakan kolaborasi dari 14 organisasi internasional, Badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Palang Merah Dunia yang bekerja untuk perbaikan fasilitas air minum & penyehatan lingkungan dan perilaku hidup bersih & sehat di propinsi Aceh.
10 health messenger
This movie is a part of the efforts to support the government of Aceh Province’s campaign to improve the community’s awareness in good hygiene behaviors, and to achieve the MDG 2015. This film is a collaboration of 14 international organizations in Aceh Province, UN agencies, and Red Cross which worked together to improve access to water, environmental sanitation, as well as hygiene behaviors in Aceh Province.
ZOOM LEBIH DEKAT
Diharapkan film ini dapat memberi informasi dan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai cara-cara menjaga kebersihan dan kesehatan, membangun fasilitas sanitasi seperti jamban, dan melaksanakan gotong royong untuk menerapkan perilaku hidup bersih yang benar.
It is expected that the movie will share some information and increase people’s knowledge on health and hygiene constructing sanitation facilities such as toilets, and making community work to implement good hygiene behaviors.
Dalam film ini, Joni Kapluk dan kawan-kawan menunjukkan bahwa minimnya fasilitas sanitasi seperti toilet dan kebiasaan buang air sembarangan dapat memicu penyebaran penyakit diare yang terutama menjangkiti anak-anak yang rentan terhadap penyakit infeksi. Di bagian lain, para aktor tersebut memperagakan cara mencuci tangan dengan sabun dan memberi berbagai tips untuk membuat dan merawat fasilitas sanitasi di rumah serta tips untuk membuat obat diare dari bahan-bahan yang mudah didapat di dalam rumah.
In this movie, Joni Kapluk and friends show that poor sanitation facilities and defecation in open air could trigger the presence of diarrhea especially for children, who are vulnerable to infectious diseases. In another scene, the actor also shows the right procedure to do wash hands with soap and gives several tips to make and to maintain the sanitation facilities at home, and to create medicine for diarrhea from local ingredients within the house and its environment.
pembawa pesan kesehatan 11
Kegiatan Peluncuran Film WASH di Lhokseumawe dan kotakota lain di Aceh dilakukan sekaligus untuk mendukung pelaksanaan Hari Cuci Tangan Sedunia pada tanggal 15 Oktober 2008, yang didukung penuh oleh pemerintah provinsi Aceh dan 14 organizasi internasional tersebut. Di dalam event ini, terdapat beberapa acara lain yang dilakukan, antara lain demonstrasi cuci tangan pakai sabun, kompetisi, kuis dan lomba mewarnai, yang diikuti oleh anak-anak dan orang tua mereka.
The launching of WASH movie in Lhokseumawe and other cities in Aceh, was done to support the Global Hand Washing Day on 15 October 2008, supported by the Government and 14 international organizations in Aceh Province. During this event, several activities have been done, such as demonstration of handwashing with soap, competition, quiz, and coloring competition, participated by children and their parents.
Tahun 2008 telah ditetapkan sebagai Tahun Sanitasi Internasional, untuk mempercepat kemajuan pencapaian target MDGs 2015, yaitu untuk mengurangi setengah dari populasi penduduk dunia yang tidak terjangkau akses ke sanitasi yang baik.
The year 2008 has been declared the International Year of Sanitation, to accelarate the progress toward MDGs 2015, to reduce the number of people without water supply and improved sanitation facilities.
Ke-14 organisasi yang telah bekerjasama dalam produksi film ini adalah IOM, UNICEF, the Mentor Initiative, Care International, Palang Merah Indonesia, IFRC, Palang Merah Amerika, Palang Merah Australia, Palang Merah Canada, Palang Merah Irlandia,, Palang Merah Norwegias, Palang Merah Spanyol, Save the Children dan Kelompok Kerja AMPL Provinsi Aceh. ■
The 14 organizations who worked together in the movie production are: IOM, UNICEF, the Mentor Initiative, Care International, Indonesian Red Cross, IFRC, American Red Cross, Australian Red Cross, Canadian Red Cross, Irish Red Cross, Norwegian Red Cross, Spanish Red Cross, Save the Children and Water & Environmental Sanitation Working Groups in Aceh Province. ■
Tim HM mendapat kesempatan untuk mewawancarai Abdul Hadi (sebagai Joni Kapluk dalam Eumpang Breuh) via telepon mengenai film ini. Beliau mengatakan bahwa film ini berbeda dengan fillm-film komersial mereka lainnya karena idenya itu berasal dari LSM dan mereka bekerja sama untuk membuat film yang tidak hanya menarik untuk ditonton tetapi juga menyebarkan pesan-pesan kesehatan. Joni Kapluk juga mengakui bahwa dengan membuat film ini telah meningkatkan pengetahuannya akan air, hygiene dan sanitasi. Mereka memutuskan untuk membuat film ini karena mereka percaya bahwa meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang WatSan adalah sangat penting karena berhubungan erat dengan kesehatan. HM team had the opportunity to interview Abdul Hadi (as Joni Kapluk in Eumpang Breuh). He said that this film is different from their usual and commercial movies because the idea of this film is to target the whole community. It is a common project between NGOs which work together to produce it in order to entertain people but also to promote hygiene practises and health messages. He also admitted that by making this film, he has improved his knowledge on water, hygiene and sanitation. All the actors agreed to make this film because they believe that it is important to improve community’s knowledge towards WatSan which is closely related to health.
12 health messenger
INTRODUCTION PENGANTAR
PENGEMBANGAN SARANA AIR BERSIH DAN SANITASI DEVELOPMENT OF WATER AND SANITATION FACILITIES Sijawati, SKM, M.Kes dan Tharuddin, SKM, M.Kes/Seksi Penyehatan Lingkungan/Enviromental Health - Dinas Kesehatan Provinsi Aceh/Provincial Health Office Aceh Province
Penduduk pedesaan dan pinggiran perkotaan di Indonesia pada umumnya memiliki derajat kesehatan yang rendah.Penyakit utama yang menyerang adalah penyakit yang berkaitan dengan air dan sanitasi, misalnya diare, cacingan, penyakit kulit dan mata, serta malaria.
Generally, rural and suburban people in Indonesia have a low level of health. Main detected diseases are water and sanitationrelated diseases such as diarrhea, worms, skin and eye diseases as well as malaria.
Kelompok yang paling rentan terhadap penyakit-penyakit tersebut adalah anak-anak dan penduduk lanjut usia. Prevalensi diare digunakan sebagai indikator yang mewakili penyakit yang berkaitan langsung dengan air dan sanitasi. Hasil survey dari National Demographic and Health Surveys (NDHS), menggambarkan terjadinya peningkatan prevalensi diare cukup signifikan pada balita dari tahun 1993 sebanyak 11% meningkat menjadi 12.1% pada tahun 2003. Kondisi di atas terutama disebabkan oleh rendahnya akses terhadap air minum dan sanitasi dan rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat.
The most vulnerable groups prone to these diseases are children and the elderly. Diarrhea prevalence is an indicator representing diseases that are directly related with water and sanitation. The result of National Demographic and Health Surveys (NDHS) indicates that the increase of diarrhea prevalence in children under five was quite significant: from 11% in 1993 to 12.1% in 2003. This condition is mainly due to the lack of access to drinking water, sanitation and poor clean and healthy lifestyle.
Cakupan air minum untuk provinsi Aceh tahun 2007 sebanyak 52% sedangkan cakupan air bersih dan sanitasi sebesar 51%. Ini menggambarkan bahwa kondisi masyarakat untuk mendapatkan air bersih masih rendah. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, Dinkes provinsi Aceh melalui dana bantuan ADB melaksanakan program penyehatan air dan lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat dilakukan di 5 Kabupaten yaitu: Kabupaten Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Nagan Raya dan Aceh Jaya dengan target 325 desa.
In 2007 in the Aceh province, only 52% of the population could access to drinking water and 51% could access to clean water and sanitation. This shows that the condition of people in getting clean water is still low. Given this reality, Health Service of Aceh province has launched a program of healthy water and environment through community empowerment (funded by the Asian Development Bank). This program is conducted in 5 districts: Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Nagan Raya and Aceh Jaya districts and targeting 325 villages.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah di pedesaan dan pinggiran perkotaan dengan pendekatan berbasis masyarakat melalui: ◗ penyediaan air minum yang berkualitas dan sarana sanitasi yang lebih memadai
This program aims at improving the level of health and quality of life of people with low income in rural areas and suburbs with a community-based approach through: ◗ the provision of quality drinking water and sufficient sanitation facilities
14 health messenger
INTRODUCTION PENGANTAR
◗ perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat dan pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan Pelaksanaan program harus bertindak dengan berpedoman pada prinsip-prinsip partisipasi masyarakat, transparansi, sensitif terhadap gender dan kemiskinan, desentralisasi dan berkelanjutan. Tabel 1. Pembangunan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Melalui Pemberdayaan Masyarakat di 5 Kabupaten tahun 2009 Table 1. Development of Clean Water and Sanitation Facilities through Community Empowerment in 5 districts in 2009 Kabupaten/SAB + Sanitasi Aceh Aceh Nagan Bireuen Pidie Total District / Clean Water+ Sanitation Utara Jaya Raya Facilities Perpipaan (Km) 38 21 54 42 5 160 Piping (Km) Hidran Umum 66 1 27 53 92 239 Public Hydrant Kran Umum 79 78 192 11 69 429 Public Tap Sumur Gali 1.139 936 353 262 810 3.500 Well Sumur Bor 5 — 24 — 19 48 Artesian well PAH Jamban di sekolah Latrines at schools Jamban di Masyarakat Latrines in the community
93
—
—
—
—
93
73
6
12
5
29
125
60
56
38
12
3
169
◗ the improvement of clean and healthy lifestyle and environment-related diseases prevention The implementation of this program should be done in accordance with community participation principles, transparency, sensitiveness to gender and poverty, decentralization and sustainability. The progress of physical development of clean WatSan facilities in February 2009 in the 5 targeted districts can be seen in Table 1. It is very effective in Aceh province to improve access to clean water and sanitation through community empowerment because the community contribution in planning and implementing the program can raise the community sense of ownership as they have to keep and maintain the facilities for a better future. ■
Good to remember: Development of clean water and sanitation should be through a community based approach.
Perkembangan pembangunan fisik Sarana Air Bersih dan Sanitasi hingga Februari 2009 di 5 kabupaten diatas dapat dilihat pada tabel 1. Peningkatan sarana air bersih dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat sangat efektif untuk di laksanakan di Provinsi Aceh, karena kontribusi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program membuat masyarakat merasa memiliki sehingga timbul rasa ingin menjaga dan memelihara sarana tersebut untuk selanjutnya. ■
Penting untuk diingat: Pengembangan sarana air bersih dan sanitasi harus berbasis masyarakat.
pembawa pesan kesehatan 15
OUR COUNTRY TANAH AIR
INDONESIA SEHAT 2010 Healthy Indonesia 2010 dr. T.H. Makmur Mohd. Zein, MPH, PKK/ Bagian IKK/IKM FK Unsyiah/ Public Health Dept Medical Faculty Unsyiah
Pembangunan kesehatan bertujuan antara lain untuk tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap warganegara, sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
One of the goals of the health development aims at achieving healthy living capacity for all citizens, thus the optimal level of health could be obtained.
Keadaan masyarakat saat ini belum semuanya memenuhi persyaratan. Penyebab penyakit menular belum semuanya dapat diatasi,dipihak lain penyakit tidak menular juga semakin meningkat. Penyakit menular umumnya berkaitan dengan rendahnya hygiene dan sanitasi masyarakat, air minum dan jamban keluarga yang belum memenuhi syarat kesehatan.
The community’s conditions of life do not all fulfill healthy conditions. The causes of infectious diseases cannot be entirely overcome, and on the other hand, the non-infectious diseases are increasingly growing. In general, the infectious diseases are related to the low-level of hygiene and sanitation of the community, drinking water and latrines which do not match the health standard.
Menurut UU No. 23 Tahun 1992,“kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”. Dalam upaya tetap sehat, maka banyak faktor yang harus diperhatikan. Kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor (H.L Blum, 1974), yaitu : faktor lingkungan, faktor sarana pelayanan kesehatan, faktor perilaku dan genetik. Faktor lingkungan memberikan pengaruh terbesar terhadap status kesehatan dimana ekosistem ikut berperan.
Penting untuk diingat: Indonesia Sehat 2010 bertujuan untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang sehat dan lingkungan yang berwawasan kesehatan. Pembangunan kesehatan sekarang berorientasi pada paradigma sehat tahun 2010. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Sedangkan lingkungan yang diharapkan adalah
16 health messenger
According to the law No. 23 of the year 1992, “health is a prosperous state of physical, mental and social well being that enables a person to live productively in social and economic terms”. In the effort to remain healthy, many factors have to be considered. Community’s health is influenced by 4 factors (H.L Blum, 1974): environmental factors, health services factor, behavior and genetic factors. The environmental factors have the biggest influence on the health status as the ecosystem plays an important role. Now, the development of health is focusing on the paradigm of Healthy Indonesia 2010. To reach this goal, people are expected to be proactive to keep and increase the level of health, to prevent the risk and protecting themselves from the threats of illnesses as
Good to remember: Healthy Indonesia 2010 aims at up-bringing the healthy and environmental behaviors of the community that have health impacts.
OUR COUNTRY TANAH AIR
Parameter kesehatan yag harus dicapai pada “Indonesia Sehat 2010” Health parameters to be achieved for “Healthy Indonesia 2010” Indikator Indicators
No Parameter/Parameters
1
Umur harapan hidup (tahun)/Life expectancy rate at birth (years)
70
2
Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup/Infant mortality rate per 1000 births
40
3
Angka kematian balita per 1000 kelahiran hidup (kematian anak dibawah 5 tahun) Child mortality rate per 1000 births (probability of dying under 5 year old)
58
4
Angka kematian akibat penumonia per 1000 anak/Pneumonia mortality rate per 1000 children
2
5
Angka kematian balita akibat diare per 1000 anak/Diarrhea mortality rate per 1000 children under 5 years old
1
6
Angka kematian ibu per 1000 kelahiran hidup/Maternal mortality rate per 100,000 life births
150
7
Angka penyakit dengue per 100.000 penduduk/Dengue disease rate per 100,000 inhabitants
<1
8
Angka penyakit kusta (malaria) per 100.000 penduduk/Leprosy (malaria) disease rate per 1000 inhabitants
0,5
9
Angka kesembuhan tuberkulosis per 1000 penduduk/Tuberculosis recovery rate per 1000 inhabitants
>85
10
Angka HIV/AIDS (%) per kelompok resiko tinggi/HIV/AIDS rate (%) per high risk groups
yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.1 Indonesia sehat 2010 ini ditentukan oleh pencapaian pembangunan kesehatan setiap propinsi dan kabupaten. Setiap propinsi harus mengadopsi indikator yang digunakan untuk menilai Indonesia Sehat 2010 sesuai dengan keadaan lingkungan daerah masing-masing. Pencapaian target-target ini dipantau setiap tahun dan dievaluasi pada tahun 2010 nanti. Program ini bukan milik departemen kesehatan semata, akan tetapi milik semua bangsa Indonesia. Untuk mencapai target ini diperlukan komitmen dan kerjasama dari berbagai pihak terutama masyarakat luas. Ditambah lagi, ini menyangkut lingkungan dan perilaku sehat yang memerlukan kesadaran dari masyarakat untuk berubah kearah yang lebih baik. Untuk itu, karena tahun 2010 sudah didepan mata, marilah sama-sama kita wujudkan tujuan ini dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai Indonesia Sehat 2010. ■
<1
well as actively participating in community health movements. Whereas the expected environment is the conducive environment in order to attain the healthy situation of pollution-free, the availability of clean water, adequate environmental sanitation, housing and healthy infrastructures, regional plans that have healthy concept as well as the realization of the “help each other” community by keeping the values of the culture.1 Healthy Indonesia 2010 is determined by the achievement of health development in each province and each district. Every province has to adopt the indicators used in order to match the principles of Healthy Indonesia 2010 according to the state of the regional environment. The achievement of these targets will be monitored every year and will be evaluated later in the year 2010. This program does not belongs to the department of health only but also belong to the whole population of Indonesia. In order to reach this, the commitment and cooperation from various sectors especially from the community is required. In addition, it is related with the environment and healthy behaviour which need the community awareness to be better in the future. In fact, the deadline of 2010 is already very close, let us together implement these purposes in the everyday’s life to achieve Healthy Indonesia 2010. ■
1. Depkes RI, April 1999, Indonesia Sehat 2010, Jakarta.
pembawa pesan kesehatan 17
FROM THE FIELD DARI LAPANGAN
WAWANCARA INTERVIEW
YOPIE PANGKEY PETUGAS SANITASI AIR-PENDIDIKAN HYGIENE - PALANG MERAH IRLANDIA WATSAN OFFICER - HYGIENE EDUCATION - IRISH RED CROSS
Promosi kebersihan, sebuah permasalahan pendidikan. Hygiene promotion, a matter of education. Tim P2K/ HM team
Air dan Sanitasi sangat berhubungan erat dengan kebersihan dan kesehatan. Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kebersihan, hal tersebut perlu sekali untuk dipromosikan dan diajarkan. Tim P2K bertemu dengan Yopie Pangkey, salah seorang petugas Watsan Palang Merah Irlandia yang bertanggung jawab untuk pendidikan kebersihan dalam masyarakat dan sekolah.
Water and Sanitation is deeply linked to hygiene and health. In order to increase people knowledge on hygiene, it needs to be promoted and taught. HM Team met Yopie Pangkey, one of the Irish Red Cross WatSan Officer who is responsible for Hygiene Education in communities and schools.
Palang Merah Irlandia memulai Program Promosi Kebersihannya setelah tsunami di barak-barak sementara. Yopie telah bekerja dengan IRC sejak tahun 2006. Sebagai pendidik kebersihan, saat ini dia bekerja dengan anggota masyarakat, pihak yang berwenang dari sekolah dan pelajar. Sekolah sasarannya adalah: SMP 4 & 9; SMA 7 dan SMP 13. Ada juga 4 desa operasional (Deah Mamplam, Labuy, Lampineung dan Lheut) yang mewakili lebih dari 5500 penerima manfaat proyek.
The Irish Red Cross started the Hygiene Promotion Program after the tsunami in temporary shelters. Yopie has been working with IRC since 2006. As a hygiene educator, he currently works with community members, school authorities and students. The three targeted schools are: SMP 4 & 9; SMA 7 and SMP 13. There are also four operational villages (Deah Mamplam, Labuy, Lampineung and Lheut) which represent more than 5500 project beneficiaries.
HM: Apa tanggung jawab utama anda? YP: Tugas saya adalah untuk memberikan pelatihan kepada
HM: What is your main responsibility? YP: My task is to provide the community with training
masyarakat untuk meningkatkan tingkat pengetahuan tetapi juga untuk mengurangi angka diare, melalui pencegahan dan pendidikan masyarakat dan anak-anak sekolah.
to increase the level of knowledge but also to reduce the incidence of diarrhea, through the prevention and the education of the communities and schooled children.
HM: Bagaimana cara kerjanya? YP: Pertama-tama, masyarakat atau sekolah mengirimkan
HM: How does it work? YP: First of all, the community
permintaan mereka. Kami mempelajari proposal mereka; mengevaluasi kebutuhan mereka melalui survey KAP (Pengetahuan, Sikap dan Perilaku) yang menjadi dasar untuk mengetahui tingkat pengetahuan mereka: apa yang mereka yang ketahui dan apa yang mereka tidak ketahui tentang kesehatan, kebersihan dan sanitasi? Kemudian saya mencari anggota masyarakat yang penting yaitu orang-orang yang tertarik untuk mengikuti pelatihan dan kegiatan secara penuh secara sukarela (bisa saja menjadi kesulitan atau keterbatasan). Ketika terpilih, mereka mengikuti pelatihan saya selama lebih atau kurang satu minggu (tergan-
18 health messenger
or the school send their request. We assess their proposal, evaluate their needs through a knowledge, attitude and practices (KAP) survey which is a baseline to establish their level of knowledge: what do they know, they do not know about health, hygiene and sanitation? Then, I identify the community key members: the persons who are motivated to attend training and complete activities on a voluntary basis (can be a difficulty or a constraint). Once selected, they attend my training during more or less one week (depending on their needs). I use a lot of communication tools
FROM THE FIELD DARI LAPANGAN
Langkah-langkah Proyek Watsan di sekolah/The Step s of Watsan project in school :
1
Survey dasar sekolah: melalui partcipatory needs assessment yang melibatkan pelajar, guru, orang tua dan anggota masyarakat / Baseline survey of the school: participatory needs assessment involving students, teachers, parents and community members.
2
Kesadaran sekolah/ IEC: tentang Suplai Air ke Sekolah, Sanitasi dan Kebersihan dan mencari partisipasi / School awareness / IEC: about School Water Supply, Sanitation and Hygiene and seeking participation.
3
Motivasi dari anggota komite sekolah, pelajar dan masyarakat umum untuk memperbaiki lingkungan sekolah dengan pembangunan pagar, penanaman pohon dan menjaga fasilitas sanitasi dengan tepat dengan konstribusi mereka sendiri / Motivation of the school committee members, students and the public to improve the school environment with fencing, planting trees and maintaining the sanitary block properly with their own contribution.
4
Organisasi kampanye di desa melalui sekolah untuk pemakaian air, kebersihan kakus, tempat sampah, lubang air area, bebas rokok, tangki penyimpanan air dan perlengkapan kebersihan dalam rumah tangga sebagai suatu paket / Organization of a campaign in the village through the school for adoption of water points, sanitary latrines, garbage pit, soakage pit, non smoking area, water storage tank and other sanitary provisions in the household as a package.
5
Pelatihan dan orientasi masyarakat dan kelompok orang tua seperti Komite Manajemen dan Promotor Kebersihan Masyarakat / Training and orientation of community and parent groups such as Management Committees, Community Hygiene Promoters.
6
Pembentukan klub kesehatan sekolah untuk membahas, bertanggung jawab dan ikut serta dalam penyediaan air dan fasilitas sanitasi di sekolah-sekolah dan juga menjaganya / Formation of school health clubs to discuss, take responsibility and participate in making provision of water and sanitation facilities in the schools as well as to maintain these facilities.
7
Kesehatan dan Kegiatan Pendidikan Kebersihan untuk anak-anak sekolah tentang penggunaan air dan jamban, mencuci tangan, cara membuang sampah yang benar, memakai alas kaki, pengawasan air dan makanan / Health and Hygiene Education Activities among school children on use of water and toilets hand washing, safe disposal of waste, use of footwear, water and food handling.
tung kebutuhan mereka). Saya menggunakan banyak sekali alat komunikasi (poster, selebaran...) dan mengajarkan mereka pesan-pesan penting dan metode-metode pengajaran. Diantara anggota masyarakat kami mencari petugas kesehatan karena mereka telah mengetahui dasar-dasar ilmu kesehatan dan kebersihan. Mereka bisa menjadi komunikator yang baik karena mereka barangkali telah mempunyai kebiasaan pelatihan semacam ini. Metoda pelatihan juga tergantung pada masyarakat itu sendiri. Di sekolah sebagai contoh, saya akan menggunakan metoda CHAST yang lebih diadaptasikan untuk anak-anak. Setelah pelatihan ini, saya meyakinkan bahwa mereka memunyai tingkat pendidikan yang mencukupi untuk menyebarkan pesan kebersihan dan melakukan kegiatan promosi kesehatan untuk seluruh masyarakat. Pengaruh dan efesiensi kelompok tersebut akan dipantau, tetapi sesuai dengan pengalaman saya, satu kali pelatihan PHAST tidak mencukupi. Merubah kebisaan masyarakat merupakan proses yang panjang. Untuk pemantauan kita melakukan survey KAP berkala lainnya. Itu merupakan alat ukur utama kami.
HM: Apa gambaran kelompok yang bekerja sama dengan anda? YP: Saya bekerja dengan semua gender, tetap saya harus mengakui bahwa perempuan lebih mudah menerima.
HM: Apakah program ini berhasil? YP: ya, ini berhasil karena di dalam masyarakat saya bekerja,
(posters, leaflets…) and deliver them important messages and pedagogical tools. Among the community members we are looking for health workers as they already know the basics of health and hygiene. They can be good communicators as they may have the habit of this kind of training. The training method also depends on the community itself. In a school for example, I will use a CHAST method more adapted to children. After this training, I make sure they have a sufficient level of knowledge to spread hygiene messages and conduct health promotion activities in the whole community. The impacts and the efficiency of the group will be monitored, but according to my experience, one PHAST training is not enough. Changing the attitude of a community is a long process. For the monitoring we do another periodic KAP survey. It is our main measuring tool.
HM: What is the profile of the groups you work with? YP: I work with all gender, but I must admit that women are more receptive. pembawa pesan kesehatan 19
FROM THE FIELD DARI LAPANGAN
Penting untuk diingat: Petugas kesehatan harus menyampaikan pesan-pesan promosi kebersihan. Mereka adalah anggota masyarakat yang penting. Good to remember: Health workers should communicate hygiene promotion messages. They are key community members. tidak ada wabah diare. Lebih lanjut, berbicara dengan masyarakat tentang kesehatan, mereka mengetahui arti dari pencegahan diare dan kadang-kadang mereka akan menceritakan kepada anda bahwa mereka membutuhkan lebih banyak dukungan. Mereka ingin sekali untuk belajar lebih lanjut dan menjadi penyebar tentang perilaku kebersihan yang baik.
HM: Apa perubahan utama sejak tahun 2006? YP: Kita bekerja erat sekali dengan LSM internasional dan LSM lokal. Kebanyakan dari mereka telah membangun fasilitas, jamban,sistem distribusi air,sumur dangkal.Terima kasih untuk pelatihan dan kesabarannya, sekarang mereka menggunakan fasilitas ini dengan cara yang benar.
HM: Is it successful? YP: Yes, it is successful as in the community I work with, no diarrhea outbreaks have been noticed. Moreover, chatting with people about health, they know the means of preventing diarrhea and sometimes they will tell you they need more support. They are eager to learn more and to be the vectors of hygiene good practises.
HM: What are the main changes since 2006? YP: We work closely with INGOs and local NGOs. Many of them have built facilities, latrines, water distribution system, shallow wells. Thanks to the training and patience, now they use it the right way.
HM: Your goals and expectations? YP: Many things remain to be done but my personal and professional expectations are: - Improved access to safe drinking water and improved sanitation in the next twenty years. - Mitigation of water borne diseases - Community empowerment through capacity building such as trainings and support with tools - Handing over and exit with effective communication systems in place of problem identification and solutions. ■
HM: Tujuan dan pengharapan anda? YP: Banyak hal yang masih harus dilakukan tetapi harapan pribadi dan profesional saya adalah: -Peningkatan akses terhadap air minum yang aman dan peningkatan sanitasi dalam dua puluh tahun mendatang -Penurunan angka kejadian penyakit yang disebarkan melalui air -Memperdayakan masyarakat melalui peningkatan kemampuan seperti pelatihan dan bantuan alat-alat -Komunikasi efektif akan dilakukan untuk mencari jalan keluar dan solusinya bila ditemukan adanya masalah. ■ Terimakasih kepada Moris Monson (Delegasi Watsan/Kontruksi) atas bantuannya dalam wawancara/ Thanks to Moris Monson (Watsan / Construction delegate) for his help in handling the interview.
20 health messenger
PUBLIC HEALTH KESEHATAN MASYARAKAT
MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN Membangun Air, Sanitasi & Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Aceh
HAND WASHING WITH SOAP
Building Water, Sanitation, Hygiene and Healthy Lifestyle in Aceh Kris Cahyanto, Spesialis WASH/WASH Specialist, UNICEF Banda Aceh
Air yang layak, sanitasi yang baik serta perilaku hidup bersih dan sehat adalah kunci penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan anak-anak.
Clean water, good sanitation as well as hygiene and healthy lifestyle are important keys for life sustainability and children’s growth.
WHO menyebutkan bahwa 17% kematian anak balita di seluruh dunia pada umumnya disebabkan oleh diare. Di Indonesia, dari 161.000 kematian anak balita pada tahun 2005, 18% diantaranya disebabkan oleh diare. Menurut data Dinkes Aceh, pada tahun 2006 saja ditemukan sekitar 62.091 kasus diare di Puskesmas di seluruh propinsi Aceh, dan merupakan penyakit umum kedua yang menyerang masyarakat Aceh setelah influenza (178,286 kasus baru).
WHO mentioned that 17% of children under five’s mortality all over the world is commonly caused by diarrhea. In Indonesia, out of 161,000 children under five died in 2005, 18% are due to diarrhea. According to the data from Provincial Health Office (PHO) of Aceh, in 2006 alone 62,091 diarrhea cases were found in all Puskesmas all over Aceh Province, and it is the second most common disease affecting people of Aceh after influenza (178,286 new cases).
Dalam kurun waktu 1990 - 2004, diperkirakan sekitar 2.6 milyar orang, termasuk 980 juta anak-anak dibawah usia 18 tahun masih membutuhkan akses ke sanitasi yang baik, meskipun lebih dari 1.2 milyar telah memiliki akses ke sanitasi yang baik. Di Indonesia, sampai dengan tahun 2004, hanya 55% orang Indonesia yang terjangkau oleh fasilitas sanitasi yang baik. dan angka ini tidak memadai untuk mencapai target Millennium Development Goals (MDGs/Tujuan Pembangunan Millennium) pada tahun 2015, yaitu mengurangi setengah dari populasi penduduk yang tidak terjangkau akses ke sanitasi yang baik pada tahun 2015. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006 menunjukkan bahwa hanya 60.38% dari kepala keluarga di Indonesia yang memiliki sarana pengelolaan sampah skala rumah tangga,40.67% dari rumah tangga tidak memiliki sarana tangki septik dan 77.2% keluarga mendapatkan sumber air selain PDAM, yang kurang terjamin kelayakannya sebagai air minum.
Between 1990 and 2004, it was estimated that 2.6 billion people, including 980 million of children aged under 18 still needed access to good sanitation, even though more than 1.2 billion people already have access to good sanitation. In Indonesia, until 2004 there were only 55% of the population who were able to access good sanitation, and this data is far from reaching the target of MDGs (Millenium Development Goals) in 2015, which is to halve the population who cannot access to good sanitation by 2015. In 2006, data from Bureau of Satistics (BPS) showed that only 60 % of households in Indonesia had facilities for waste management, 41% do not have septic tank, and 77% get water from another source than PDAM, whose quality as drinking water could not be guaranteed.
pembawa pesan kesehatan 21
PUBLIC HEALTH KESEHATAN MASYARAKAT
In Aceh Province, approximately 67% of the population get water from digging well, and only 19% get water from the urban running water service. Other research mentioned that 68.5% of the population have toilet facilities at home, but only 38% of population have good home sewerage system. One of the main key to achieve the MDGs is to improve hygiene and healthy lifestyle, by hand washing with soap, not littering stop defecating in inappropriate places and have good waste management.
Hand Washing with Soap Penyebab kematian Balita/Causes of mortality of Children under five (Sumber/Source WHO).
Di Provinsi Aceh, kurang lebih 67.24% dari penduduk mendapatkan air minum dari Sumur Gali, dan hanya 19.41% yang mendapatkan air dari pelayanan perpipaan kota. Laporan lain menunjukkan bahwa 68.54% penduduk telah mempunyai fasilitas jamban di rumahnya, dan hanya 38.36% penduduk yang memiliki tempat pengolahan air limbah dalam skala rumah tangga. Salah satu kunci utama untuk mencapai target pembangunan MDG adalah dengan memperbaiki atau meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, antara lain mencuci tangan pakai sabun, menghentikan praktek BAB sembarangan, membuang sampah pada tempatnya dan mengelola sampah/limbah dengan baik.
Cuci Tangan Pakai Sabun Penelitian yang dilakukan oleh UNICEF menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat adalah kunci utama untuk kesehatan dan tumbuh kembang anak-anak balita. Salah satu perilaku hidup bersih dan sehat adalah selalu mencuci tangan dengan sabun. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun terbukti mampu mengurangi resiko penyakit diare pada anak-anak sebesar 44%. Berikut adalah pentingnya kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun: ◗ Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup ◗ Mencuci tangan dengan sabun bisa mencegah penyakit yang menyebabkan kematian jutaan anak-anak setiap tahunnya ◗ Waktu-waktu kritis Cuci Tangan Pakai Sabun adalah sebelum makan, sebelum menyuapi balita, setelah Buang Air Besar (BAB), setelah memegang binatang peliharaan dan setelah melakukan aktivitas lapangan
22 health messenger
Research conducted by UNICEF showed that hygiene and healthy lifestyle are important keys for children’s growth and health. It starts with always washing hands with soap. Hand washing with soap is proven to reduce by 44% the risk of diarrhea in children. The importance of hand washing with soap: ◗ Hand washing with water only is not enough ◗ Hand washing with soap could prevent diseases that can cause millions of children deaths every year ◗ Critical time for hand washing with soap is: before eating, before feeding babies/toddlers, after defecating, after touching animals and after outdoor activities ◗ Hand washing with soap is the most cost-effective healthy intervention ◗ Promoting hand washing with soap needs a social marketing approach focus on the target/actor and the motivation of each individual to do hand washing with soap
Prepare the Future Water, sanitation, as well as hygiene and healthy lifestyle could reduce our vulnerability towards various diseases and prepare our children to have a better future. ◗ Safe water, good sanitation as well as hygiene and healthy lifestyle will prevent the transmission of infectious diseases, especially those that particularly affect children such as diarrhea ◗ Improvement of water facilities and good sanitation will bring positive impact on economic growth and poverty reduction: a reduction of the risk of diseases leads to a reduction of the medication expenses and improves productivity and helps the economic growth
PUBLIC HEALTH KESEHATAN MASYARAKAT
◗ Cuci Tangan Pakai Sabun adalah satu-satunya intervensi kesehatan yang paling “cost-effective” ◗ Untuk meningkatkan Cuci Tangan Pakai Sabun memerlukan pendekatan pemasaran sosial yang terfokus pada si pencuci tangan dan motivasi masingmasing yang mendorongnya untuk Cuci Tangan Pakai Sabun
Menyiapkan Masa Depan Air, sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat dapat mengurangi kerentanan kita terhadap berbagai penyakit dan mempersiapkan anak-anak kita untuk masa depan yang lebih baik
Penurunan angka kesakitan akibat diare dengan melakukan tindakan hygiene dan sanitasi yang baik/Reduction of diarrhea morbidity by conducting good hygiene and sanitation.
◗ Air yang aman, sanitasi yang baik serta perilaku hidup bersih dan sehat akan mencegah penularan penyakit infeksi, terutama yang mudah menyerang anak-anak seperti diare ◗ Perbaikan terhadap kondisi fasilitas air dan sanitasi yang baik akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengurangan angka kemiskinan, karena mengurangi resiko terkena penyakit sehingga mengurangi biaya pengobatan, meningkatkan produktivitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi ◗ Air & sanitasi yang baik, didukung dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) akan mendorong perkembangan sosial. Sekolah-sekolah yang dilengkapi dengan fasilitas air bersih dan sanitasi yang baik akan mendorong anak-anak untuk lebih rajin ke sekolah ◗ Ketersedian air dan fasilitas sanitasi yang layak membantu menjaga kualitas lingkungan dan menjamin ketersediaan sumber daya alam dalam waktu yang panjang
Pahlawan di bidang Air, Sanitasi & Hygiene Semua orang dapat menjadi pahlawan air, sanitasi & hygiene di lingkungan tempat tinggal mereka dengan mempromosikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Bersama-sama kita bisa membantu pihak Pemerintah dan masyarakat untuk memastikan mereka memberikan pelayanan yang baik dan membangun fasilitas sanitasi bagi masyarakat, serta mempersiapkan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak kita di kemudian hari. ■
◗ Safe water and sanitation, hygiene and healthy lifestyle will support the social development. Schools equipped with clean water and good sanitation will be a motivation for children to go to school ◗ Water supply and good sanitation will support the quality of the environment and keep the natural resources in long term period
Heroes on Good Hygiene, Water and Sanitation Everybody can be a hero on hygiene, water and sanitation in the place where they live by promoting the hygiene and healthy lifestyle. Together, we can support the government and community to ensure they provide good services and build sanitation facilities for community, and also to prepare better future for our children. ■ Untuk informasi lebih lanjut mengenai Water, Sanitation & Hygiene (WASH), dapat menghubungi For further information on Water, Sanitation & Hygiene (WASH), please contact Kris Cahyanto, WASH Specialist, UNICEF Banda Aceh Jl. Masdjid Sadaqah No. 2, Lamlagang. Banda Aceh 23243 Telp/Phone: (0651) 40004 pesawat/ext 322. Email:
[email protected]
pembawa pesan kesehatan 23
PUBLIC HEALTH KESEHATAN MASYARAKAT
Air dan Sanitasi: Suatu joint venture Water and Sanitation: a joint venture Manuela Peters, Proyek Kesehatan Palang Merah Swiss Cabang Sigli/Swiss Red Cross Sigli Health Project
Palang Merah Swiss (SRC), bekerja sama dengan Depkes, PMI, sektor swasta dan masyarakat di Desa Siaga untuk meningkatkan fasilitas air dan sanitasi dan meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap air dan sanitasi untuk merespon kebutuhan kesehatan ibu dan anak.
The Swiss Red Cross (SRC), in collaboration with MoH, PMI, private sector and community in Desa Siaga, works to improve watsan facilities and enhance community’s knowledge towards watsan in order to respond maternal and children’s health need.
Program Kesehatan SRC,yang didanai oleh Swiss Solidarity, berusaha meningkatkan fasilitas Air dan Sanitasi di 15 desa di Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya dengan cara bekerja sama secara erat dengan kelompok masyarakat dan juga berkoordinasi dengan Palang Merah Indonesia (PMI), Departemen Kesehatan serta sektor swasta. Kegiatan peningkatan Air dan Sanitasi ini merupakan bagian dari kegiatan program kesehatan ibu dan anak. Sementara klinik kesehatan ibu di desa dengan fasilitas ruang melahirkan dibangun di masyarakat yang sebagian besar terkena dampak konflik dan bidan desa dilatih mengenai metode asuhan persalinan normal dan manajemen terpadu balita sakit, masyarakat juga digerakkan untuk membentuk panitia Desa Siaga yang digalakkan oleh Departemen Kesehatan untuk merespon kebutuhan kesehatan ibu dan anak.
The SRC health project, funded by Swiss Solidarity, is enhancing WatSan in 15 communities in Pidie and Pidie Jaya Districts by working closely with the communities and in coordination with the Indonesian Red Cross (PMI), the Ministry of Health (MOH) and the private sector. The WatSan activities are integrated to the Maternal and Child Health’project activities. While village maternal health clinics with delivery rooms are constructed in the largely conflict affected communities and village midwives are trained in improved delivery methods and integrated management of childhood illnesses, communities are mobilized to establish Desa Siaga (Alert Villages) committees promoted by the MOH to respond to maternal and child health needs.
Jaminan akses terhadap Air dan Sanitasi (konsumsi air yang layak diminum) merupakan hal yang sangat penting bagi kesehatan masyarakat dan terutama bagi kesehatan ibu dan anak.Wanita hamil perlu banyak minum air yang layak untuk menjamin cairan ibu dan janin dapat berganti secara terus menerus, sama halnya dengan ibu-ibu yang menyusui juga
24 health messenger
Ensuring enhanced WatSan access (consumption of drinkable water) is essential for community health and in particular for maternal and child health. Pregnant women need to drink plenty of drinkable water to ensure that fetal-maternal fluids are continuously exchanged, as do breast-feeding women to ensure milk production. Moreover, infants and children
PUBLIC HEALTH KESEHATAN MASYARAKAT
perlu banyak minum untuk menjamin produksi air susu ibu. Demikian pula, bayi dan anak-anak yang menderita diare harus dianjurkan untuk minum oralit untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
Penting untuk diingat: Komite Desa Siaga bertujuan untuk merespon kebutuhan-kebutuhan kesehatan ibu dan anak. Untuk mendorong respon masyarakat terhadap kebutuhan Air dan Sanitasi, maka program-program kesehatan disiarkan melalui radio, masalah kebersihan dipromosikan di sekolahsekolah oleh para relawan PMI dan promosi kebersihan kepada penduduk dilaksanakan oleh anggota Desa Siaga. Pelatihan anggota Desa Siaga terdiri dari:
that have diarrhea must be encouraged to replace lost fluids ideally by drinking ORS.
Good to remember: Alert village committee aims at responding maternal and children’s health needs. To enhance the communities’ response to WatSan needs, health programs are broadcasted on radio, hygiene is promoted at schools by PMI volunteers and household hygiene promotions are conducted by trained Desa Siaga members. Trainings of the Desa Siaga members consist of: ◗ How to prepare drinkable water and ORS
◗ Bagaimana mempersiapkan air yang layak minum dan oralit
◗ How to avoid waterborne diseases through personal and household hygiene practices
◗ Bagaimana mencegah penularan penyakit-penyakit yang disebarkan melalui air dengan cara berperilaku hidup bersih baik individual maupun keluarga
◗ How to construct household latrines
◗ Bagaimana membangun jamban keluarga
Kebersihan pribadi dan penggunaan jamban yang benar adalah hal yang sangat penting untuk memutuskan rantai penularan faecal-oral yang dapat menyebabkan diare dan penyakit-penyakit lainnya terutama yang menyerang bayi dan anak-anak. Pesan-pesan kunci yang berisi informasi:
Personal hygiene and the correct use of latrines are essential to break the faecal-oral route of infections causing diarrhea and other diseases that affect infants and children particularly. The key messages are laminated on colorful, easyto-read sheets and distributed to each household containing the information of how to build latrines, how to maintain wells, etc.
pembawa pesan kesehatan 25
PUBLIC HEALTH KESEHATAN MASYARAKAT
bagaimana cara membangun jamban, bagaimana merawat sumur dan informasi lainnya dilaminating pada kertas berwarna yang mudah dibaca dan disebarluaskan pada setiap keluarga.
Apa tujuan dari pelatihan ini? Dengan adanya pelatihan tersebut para peserta Desa Siaga dapat lebih mendalami masalah-masalah Air dan Sanitasi dan sekaligus memberikan pandangan bagi para fasilitator mengenai kebiasaankebiasaan terhadap Air dan Sanitasi yang ditemukan didalam masyarakat. Pemahaman bahwa tubuh terdiri dari 60 70% cairan membantu anggota Desa Siaga untuk menghargai kebutuhan tubuh akan cairan yang telah hilang lewat keringat, air seni dan pembuangan kotoran,terutama pada kasus diare. Sehubungan dengan hal tersebut Proyek Kesehatan SRC saat ini membangun jamban-jamban umum dan merehabilitasi sumur-sumur sesuai dengan standar Depkes bagi keluargakeluarga yang paling rentan dalam masyarakat. Bersama dengan PMI dan Depkes, proyek ini mengadakan pertemuanpertemuan dengan masyarakat untuk merencanakan dan mempersiapkan kegiatan Air dan Sanitasi. Komite Desa Siaga membantu dalam mengidentifikasi keluarga yang rentan untuk mendapatkan rehabilitasi sumur dan lokasi-lokasi untuk pembangunan jamban umum. Jamban umum yang dibangun harus menjamin kesetaraan gender dalam penggunaannya dan untuk itu telah dibuat suatu kesepakatan desa secara formal termasuk pihak-pihak yang ikut ambil bagian. Pekerjaan para tukang bangunan dimonitor oleh proyek ini setiap hari dan demikian pula Depkes secara aktif mengajak anggota masyarakat. Hal ini terbukti berhasil dalam mengurangi masalah dengan para pekerja bangunan dan masyarakat dan menumbuhkan rasa kepemilikan anggota masyarakat. Respon Proyek Kesehatan SRC terhadap kebutuhan Air dan Sanitasi merupakan joint venture yang merangkul masyarakat dan bekerjasama secara erat dengan PMI, Depkes dan sektor publik. ■
26 health messenger
What is the goal of the training? The trainings allow the Desa Siaga participants to explore WatSan issues and give the facilitators insight on common WatSan practices found in the communities. Understanding that the body is made of 60 to 70 % of fluids helps the Desa Siaga members to appreciate the need to replenish the body of fluids lost through perspiration, urination and defecation, particularly in case of diarrhea. Correspondingly, the SRC Health Project is constructing public latrines and rehabilitating wells to MOH standards for the most vulnerable households in the communities. Together with the PMI and the MOH, the project holds meetings with the communities to plan and prepare the WatSan activities. Desa Siaga committees assist in identifying of the vulnerable households for well rehabilitation and the sites for public latrines constructions. Public latrines should ensure gender equality of use, and a formal village agreement including all the partakers is made. The works of the constructors are monitored on a daily basis by the project and the MOH vis-à-vis, actively integrating the household members. It has proven to be successful in mitigating problems with the contractors and the communities and towards enhancing the household members’ sense of ownership. The SRC Health Project’s response to the WatSan needs of communities is therefore a joint venture that embraces the communities and works in close cooperation with the PMI, the MOH and the public sector. ■
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
Dermatitis Kontak CONTACT
DERMATITIS
dr. Dina Lidadari, Sp.KK - Bagian Kulit & Kelamin RSUZA/Unsyah/Dermatology Department of RSUZA/Unsyiah
Dermatitis kontak adalah suatu peradangan noninfeksius pada kulit dimana faktor pencetusnya merupakan bahan yang berasal dari luar (masuk melalui kulit) bukan melalui inhalasi ataupun oral. Dermatitis kontak merupakan kasus kedua tersering diantara kasus-kasus dermatitis dan sering dialami oleh mereka yang menggunakan air yang tidak layak.
Contact dermatitis is a non-infectious inflammation of the skin caused by a skin exposure to an external substance (not by inhalation or oral). Among various dermatitis, contact dermatitis is the second most common skin disease and is mostly experienced by people using unclean water.
Definisi
Definition
Ada 2 tipe dermatitis kontak:
There are 2 types of contact dermatitis:
◗ Dermatitis kontak iritan: suatu peradangan pada kulit akibat kontak dengan bahan iritan
◗ Irritant contact dermatitis: skin inflammation due to direct contact with the irritant substance
◗ Dermatitis kontak alergika: suatu peradangan pada kulit akibat kontak dengan bahan alergen
◗ Allergic contact dermatitis: skin inflammation due to direct contact with the allergen substance
Berbagai macam bahan allergen,serbuk bunga,kotoran unggas dan lain-lain bisa terdapat di sumber air. Demikian juga bahan-bahan yang dapat menyebabkan timbulnya dermatitis kontak iritan seperti bahan-bahan kimia terutama yang di pakai di lingkungan rumah tangga dan industri dapat mencemari sumber air.
Various allergen substances such as pollen, bird feces etc, can be found in the water resources. Similarly, the substances causing irritant contact dermatitis such as chemical substances used by industry and household may contaminate water sources.
Gejala dan tanda-tanda klinis Gejala dari dermatitis kontak alergika tidak berbeda dengan dermatitis lainnya yaitu didominasi oleh rasa gatal yang selanjutnya diikuti dengan timbul bercak merah (macula eritematus dengan batas tidak jelas) ataupun bintik-bintik merah (papulae eritematus), disertai skuama. Pada kasus yang akut, dapat dijumpai vesikel dan pustule bila disertai
Symptoms and clinical signs Symptoms of allergic contact dermatitis are not different from other dermatitis: itchiness followed by red spots (macular erythema with unclear boundary) or red stains (papular erythema), along with squama. For acute cases, we may find vesicles and pustules along with secondary infection. Irritant contact dermatitis is generally chronic. General symptoms
pembawa pesan kesehatan 27
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
Diagram hipersensivitas tipe IV/ Hypersensitive type IV chart
infeksi sekunder. Pada dermatitis kontak iritan, umumnya bersifat kronis. Gejala umumnya kulit yang mengering yang menimbulkan rasa perih.Tampak makula eritematus dengan skuama-skuama, atau bila lebih berat akan terlihat fisurefisure. Selanjutnya bila tetap terpapar dengan penyebab, terjadi erosi bahkan bisa terjadi vesikel dan pustule. Kalau sampai pada tahap ini akan susah membedakan antara dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergika.
are dried off skin which causing pain. We may find macular erythema with squama, or for more acute cases we may find fissures. If there is a continuous contact with the causal factor, erosion of the skin will occur even with vesicles and pustules. Until this stage it is difficult to differentiate the irritant contact dermatitis from the allergic contact dermatitis.
Etiopathogenesis Etiopatogenesis Dermatitis kontak iritan terjadi akibat kulit terpapar dengan bahan iritan kuat yang menyebabkan sel-sel epidermis akan langsung mengalami nekrosis yang dapat kita lihat reaksinya dalam beberapa jam. Kontak langsung bahan iritan ini juga dapat merusak barier kulit. Disini pada awalnya tidak terjadi reaksi imunologis, namun karena prosesnya berulang terus menerus, reaksi hypersensitifitaspun akan terjadi. Sedangkan dermatitis kontak alergika digolongkan sebagai reaksi kulit yang terjadi akibat dari reaksi hypersensitifitas tipe IV, yaitu reaksi tipe lambat. Kontak awal dengan bahan alergen tidak menimbulkan reaksi apapun. Bahan alergen (antigen) yang masuk akan ditangkap oleh sel-sel Langerhan yang berada di epidermis. Sel-sel langerhans ini dapat meneruskannya ke kelenjar limfe yang selanjutnya mengalami proses sehingga terbentuklah sel-sel T yang sensitif yang kemudian di kemba-
28 health messenger
Irritant contact dermatitis is the clinical result of direct contact between the skin and a strong irritant substance. It may cause a necrosis of the epidermis cells which develops within few hours. It also may damage the skin barrier. At the beginning there would not be immunological reaction, however as it is repetitive, a hypersensitive reaction of the skin can occur. Allergic contact dermatitis is characterized as hypersensitivity type IV, which is called slow reaction type. First contact with the allergen substance (antigen) will not affect the skin. The antigen will be bind with Langerhans cells which are situated at epidermis level. Langerhans cells can migrate from the epidermis to the regional draining lymph nodes which form the T cell sensitization. If the skin is exposed to similar allergens (antigen) again, the hypersensitivity reaction can occur where various cytokines can be released.
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
likan ke kulit. Apabila alergen yang sama terpapar kembali dan dapat dikenali, maka dimulailah reaksi hipersensitifitas dimana berbagai macam cytokin akan dikeluarkan.
Diagnosis Diagnosis suatu dermatitis sudah dapat ditegakkan hanya berdasarkan gejala dan gambaran klinis. Namun untuk membuat diagnosis suatu dermatitis kontak tidaklah mudah. Gambaran klinis antara dermatitis kontak alergika dan dermatitis kontak iritan sangatlah mirip. Anamnesis yang cermat dapat sangat membantu. Tes tempel dilakukan untuk membantu mengetahui alergen-alergen yang diduga menjadi penyebab dari dermatitis kontak alergika.
Diagnosis banding Dermatitis kontak sukar di bedakan dengan psoriasis dan dermatofitosis. Dermatitis kontak akut di wajah, kadangkadang mirip dengan erisipelas atau angioedema.
Penting untuk diingat: Dermatitis kontak sering dialami oleh mereka yang menggunakan air yang tidak layak atau sudah tercemar dengan bahan-bahan kimia tertentu. Good to remember: Contact dermatitis affects people who use unclean water or water contaminated with chemical substances. Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang paling utama adalah menghindari penyebabnya. Terapi topical pada lesi yang basah dan disertai infeksi sekunder berupa pustule sebaiknya di kompres secara terbuka dengan sodium chloride 0,9% selama 1-2 hari atau sampai lesi mengering, selanjutnya dapat di berikan topical steroid. Apabila lesi kering, dapat diberikan topical kortikosteroid, dan pada lesi yang luas dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid oral. Oral antibiotika (sebaiknya bukan dari golongan penicillin) dapat di berikan hanya bila ada infeksi sekunder.Antihistamin dapat diberikan pada dermatitis kontak alergika. ■
Diagnosis Dermatitis can be diagnosed according to symptoms and clinical signs. However it is not easy to make a diagnosis of a contact dermatitis. Clinical signs between allergic contact dermatitis and irritant one are very similar. A precise anamnesis will be very helpful. Patch test is conducted to help to find out the allergens which are supposed to be the cause of the allergic contact dermatitis.
Differential Diagnosis It is very difficult to differentiate contact dermatitis from psoriasis and dermatophytosis. Acute contact dermatitis on the face can look like erysipelas or angioedema.
Treatments The main action is to avoid the causal factor. Topical therapy on wet lesion with secondary infection and pustule should be given by applying moist compresses soaked with sodium chloride 0,9% for 1-2 days or until the lesion dries up. Then topical steroid can be given. If the wound is dried up, topical corticosteroid can be given, and for the extensive lesions, health workers can consider giving oral corticosteroid. Oral antibiotics (not penicillin type) can be given only if there is a secondary infection. Antihistamine can be given to allergic contact dermatitis. ■
pembawa pesan kesehatan 29
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
Penyakit yang berkaitan dengan air WATER RELATED DISEASES dr Kurnia F. Jamil, M.Kes, SpPD-KPTI, Spesialis Penyakit Dalam / Internist - RSUZA
Banyak penyakit berkaitan dengan air terutama di negara berkembang seperti Indonesia (khususnya di Provinsi Aceh) dimana sistem air dan sanitasi mengalami banyak perubahan dalam beberapa tahun terakhir.Tsunami telah menghancurkan keseluruhan sistem Air dan Sanitasi, akan tetapi ratusan LSM dan institusi baik lokal dan internasional telah melaksanakan proyek-proyek untuk membangun kembali dengan sistem yang bahkan lebih baik lagi. Namun demikian, penyakit yang berkaitan dengan air masih menjadi permasalahan saat ini. Banyak penyakit, kontaminan dan kerusakan yang berkaitan dengan air, hygiene dan sanitasi. Penyakit yang berkaitan dengan air disebabkan oleh organisme yang secara langsung disebarkan melalui air dan diklasifikasikan ke dalam kategori: bakteri, parasit dan virus.
Many diseases are related to water, especially in the developing countries such as Indonesia (Aceh Province in particular) where the water and sanitation systems have faced many changes in the last few years. The tsunami destroyed the whole existing WatSan system, but hundreds of local and international NGOs and institutions led projects to re-build something even better. Nevertheless, waterrelated diseases are still a current issue. Many illnesses, contaminants, and injuries can be water, sanitation, or hygiene-related. Waterborne diseases are caused by organisms that are directly spread through water and classified in categories: bacterial, parasitic and viral.
JENIS-JENIS PENYAKIT DARI BAKTERI BACTERIAL TYPE OF DISEASES KOLERA
CHOLERA
Kolera merupakan suatu penyakit diare akut yang disebabkan oleh infeksi usus karena bakteri Vibrio cholerae.
Cholera is an acute, diarrheal illness caused by infection of the intestine with the bacterium Vibrio cholerae.
Penyebab dan cara penularan
Causes and contamination routes
Minum air atau makan makanan yang terkontaminasi bakteri kolera (biasanya ditemukan pada kerang-kerangan mentah). Dalam suatu wabah, sumber kontaminasi biasanya adalah kotoran dari orang yang terinfeksi. Penyakit dapat menyebar dengan cepat di wilayah yang tidak memiliki sistem pembuangan kotoran dan air minum yang memadai. Kontaminasi makanan dapat juga terjadi karena air, tangan dan lalat yang terkontaminasi.
Drinking water or eating food contaminated with the cholera bacterium (usually found in raw shellfish). In an epidemic, the source of the contamination is usually the feces of an infected person. The disease can spread rapidly in areas with inadequate treatment of sewage and drinking water. Contamination of food by contaminated water, hands and flies can also occur.
30 health messenger
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
Titik konsumsi/Point of consumption
Titik konsumsi/Point of consumption
Ikan, kerang-kerang/Seefood, shellfish
Ekskresi kuman Pathogen excretion
Air Minum/Drinking water
Irigasi tanaman/Irrigated crops plants
Air laut/Costal water
Saluran pembuangan/Sewage discharge
Air permukaan dan air sumur/Surface and ground water
Gejala
Symptoms
Sekitar satu dari 20 orang yang terinfeksi mengalami penyakit yang parah yang ditandai dengan adanya diare yang sangat banyak, muntah dan kram kaki. Pada orang yang terinfeksi, hilangnya cairan tubuh dengan sangat cepat dapat menyebabkan dehidrasi dan shock.Tanpa penanganan dapat menyebabkan kematian dalam beberapa jam.
Approximately one out of 20 infected persons suffers severe disease characterized by profuse watery diarrhea, vomiting, and leg cramps. In these persons, rapid loss of body fluids leads to dehydration and shock. Without treatment, death can occur within hours.
Langkah-langkah pencegahan dasar Sanitasi yang baik, persediaan air yang aman dan higiene secara umum akan membantu mencegah kolera. Minum air yang direbus dan dipurifikasi (diberi klorin dan yodium) Makanlah makanan yang telah dimasak dengan benar dan masih panas atau makan buah yang sudah dikupas, hindari ikan atau kerang-kerangan yang kurang matang atau mentah, cuci sayuran mentah dengan air bersih.
Basic prevention measures Good sanitation, safe water supply and general hygiene will help to prevent cholera. Drink boiled water or purified water (treated with chlorine or iodine), eat only foods that have been thoroughly cooked and are still hot, or fruits that you have peeled yourself, avoid undercooked or raw fish or shellfish, wash the raw vegetables with clean water.
Treatments Pengobatan Kolera dapat ditangani dengan mudah dan berhasil dengan segera mengganti cairan dan garam yang hilang karena diare dengan menggunakan Oralit (suatu campuran gula dan garam dicampur dengan air). Kasus yang parah juga memerlukan penggantian cairan ke dalam pembuluh darah. Dengan rehidrasi yang cepat, kurang dari 1% pasien kolera meninggal. Antibiotik memperpendek proses penyakit dan mengurangi keparahan penyakit. KASUS KOLERA HARUS DILAPORKAN KEPADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN atau/dan PROPINSI
Cholera can be simply and successfully treated by immediate replacement of the fluids and salts lost through diarrhea using oral rehydration solution (a prepackaged mixture of sugar and salts to be mixed with water). Severe cases also require intravenous fluid replacement. With prompt rehydration, less than 1% of cholera patients die. Antibiotics shorten the course and diminish the severity of the illness. CHOLERA CASES MUST BE REPORTED TO THE DHO or/and PHO
pembawa pesan kesehatan 31
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
DEMAM TIPUS
TYPHOID FEVER
Demam tipus merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Demam tipus masih merupakan penyakit yang umum ditemukan di negara-negara berkembang dimana penyakit ini menyerang sekitar 21,5 juta orang setiap tahunnya.
Typhoid fever is a life-threatening illness caused by the bacterium Salmonella Typhi. Typhoid fever is still common in developing countries, where it affects about 21.5 million persons each year.
Causes and contamination routes Penyebab dan cara penularan Bakteri S.Typhi hanya hidup di tubuh manusia. Orang yang terserang tipus membawa bakteri di dalam aliran darah dan saluran usus mereka. Selanjutnya, sejumlah kecil orang yang disebut carrier sembuh dari tipus namun tetap membawa bakteri tersebut. Baik orang yang terserang maupun carrier tetap mengandung bakteri tersebut di dalam kotoran mereka. Kotoran atau urin orang yang terserang dapat mengkontaminasi makanan atau air minum. Hal ini dapat terjadi jika mereka mengolah makanan atau jika mereka tidak menggunakan jamban yang benar. Bisa juga terjadi jika suplai air tidak aman atau terkontaminasi dengan kotoran atau minum air yang belum diolah.Lalat juga dapat membawa bakteri dari kotoran ke makanan.
Gejala Begitu bakteri S.Typhi masuk kedalam tubuh manusia, bakteri tersebut langsung berkembang biak dan menyebar ke dalam aliran darah.Tubuh bereaksi dengan munculnya demam dan tanda serta gejala lainnya. MINGGU 1: gejala umum (rasa tidak enak badan, sakit kepala, sakit perut, konstipasi, dan demam) MINGGU 2: keadaan semakin memburuk (diare, muncul sejumlah titik-titik merah) MINGGU 3: gejala dan tanda menjadi lebih parah. Pasien bisa jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri dan dapat meninggal.Dapat dilihat terjadinya perforasi dan pendarahan di usus kecil.
Langkah-langkah pencegahan dasar Tiga tindakan dasar dapat melindungi anda dari demam tipus:
1. Pasien dan carrier tidak boleh mengolah makanan untuk orang lain 2. Suplai air masyarakat yang aman, pembuangan kotoran dan urin dengan benar merupakan hal yang sangat penting. 3. Imunisasi menggunakan vaksin tipus dapat direkomendasikan oleh para petugas kesehatan Menghindari makanan beresiko juga akan membantu melindungi Anda dari penyakit lain termasuk diare, kolera, disentri dan hepatitis A. Setelah mendapat vaksinasi tipus, maka dalam beberapa tahun efektifitasnya akan berkurang;
32 health messenger
S. Typhi lives only in humans. Persons with typhoid fever carry the bacteria in their bloodstream and intestinal tract. In addition, a small number of persons, called carriers, recover from typhoid fever but continue to carry the bacteria. Both ill persons and carriers shed S. Typhi in their feces (stool). The faeces or urine of an infected person may contaminate food or drinking water. This may occur if they handle food or if they do not use a proper toilet. It may also occur if the water supply is not safe or contaminated with excreta or remains untreated. Flies can also carry the bacteria from faeces to food.
Symptoms Once S. Typhi bacteria are in the organism, they multiply and spread into the bloodstream. The body reacts with fever and other signs and symptoms. WEEK 1: general symptoms of infection (malaise, headache, abdominal pain, constipation and fever) WEEK 2: condition gets worse (diarrhea, rash of red spots) WEEK 3: symptoms and signs become more severe. Patient can faint remains unconscious and die. Perforation of intestines may be seen and hemorrhage may occur in small intestine.
Basic prevention measures Three basic actions can protect you from typhoid fever:
1.
Patients and carriers should not be allowed to handle food for others 2. Safe community water supply, proper disposal of faeces and urine is essential 3. Immunization using typhoid vaccine may be recommended for health staff Avoiding risky foods will also help protect you from other illnesses, including diarrhea, cholera, dysentery, and hepatitis A. Getting vaccinated: Typhoid vaccines lose effectiveness after several years; if you were vaccinated in the past, check with your doctor to see if it is time for a booster vaccination. Taking antibiotics will not prevent typhoid fever; they only help to treat it.
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
:
jika anda dulunya sudah pernah divaksin, periksalah ke dokter anda apakah sudah saatnya untuk mendapatkan vaksinasi booster. Minum antibiotik tidak dapat mencegah demam tipus; itu hanya dapat membantu mengobatinya.
Bahaya demam tipus tidak berakhir walaupun gejalanya sudah hilang Walaupun gejala telah hilang, pasien masih mungkin membawa bakteri S. Typhi. Jadi, penyakit dapat muncul lagi atau ditularkan ke orang lain. Berikan saran-saran berikut kepada pasien: Cuci tangan dengan seksama menggunakan sabun dan air setelah menggunakan kamar mandi dan jangan mengolah atau menyajikan makanan untuk orang lain untuk mengurangi peluang terjadinya penularan ke orang lain. Penting untuk melakukan pemeriksaan kotoran secara berkala untuk memastikan bahwa tidak ada lagi bakteri S. Typhi dalam tubuh anda.
Typhoid fever's danger doesn't end when symptoms disappear Even if the symptoms fade away, patient may still be carrying S. Typhi. So, the illness could reappear or be transmitted to other people. Advice patients to do the following things: Wash your hands carefully with soap and water after using the bathroom, do not prepare or serve food for other people in order to reduce the possibility of transmission to other people. A series of stool cultures to ensure that no S. Typhi bacteria remain in your body can be necessary.
Good to remember: Waterborne diseases can be classified in 3 categories: viral, parasitic and bacterial.
Penting untuk diingat: Penyakit yang berasal dari air dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kategori: virus, parasit dan bakteri.
pembawa pesan kesehatan 33
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
Jenis penyakit yang berasal dari parasit/Parasitic Type of Diseases ASCARIASIS
ASCARIASIS
Ascaris adalah cacing yang hidup di usus kecil. Infeksi akibat Ascaris disebut ascariasis. Ini merupakan penyakit cacing yang biasa dialami manusia. Infeksi terjadi di seluruh dunia dan paling biasa terjadi di daerah tropis dan sub tropis dimana sanitasi dan higienenya buruk.Anak-anak lebih sering terserang dibanding orang dewasa.
Ascaris is a worm that lives in the small intestine. Infection with ascaris is called ascariasis which is the most common human worm infection. Infection occurs worldwide and is found in tropical and subtropical areas where sanitation and hygiene are poor. Children are more prone to this infection.
Transmission
Cara penularan = Fase Infektif/Infective Stage
Cacing betina dewasa meng The adult female = Fase Diagnosis/Diagnostic Stage worm lays thouhasilkan ribuan telur di sands of eggs in the dalam usus yang dikeluarintestine which kan melalui kotoran. Telur pass in the faeces. menjadi bersifat menular Eggs become infecsetelah dua minggu masa tive after two weeks inkubasi di tanah yang lemof incubation in bab. Begitu berada di usus damp soil. Once in kecil, cacing akan menetas. the small intestines, Larva dibawa melalui paruTinja immature worms Feces paru dan kemudian ke tenghatch from the gorokan dimana mereka eggs. The larvae are ditelan. Begitu tertelan, carried through the mereka akan tiba di usus lungs and then to dan tumbuh menjadi cacing the throat where dewasa. Cacing betina they are swallowed. telur yang dewasa bertelur dan diketidak dibuahi Once swallowed, telur yang tidak akan berkembang luarkan melalui kotoran; they reach the dibuahi unfertilized egg will not undergo Fertilized egg biological development siklus ini makan waktu 2-3 intestines and bulan. Penularan terjadi develop into adult ketika tertelan telur cacing yang terkontaminasi dari koto- worms. Adult female worms lay eggs that are then ran, air atau makanan.Anak-anak yang bermain di tanah atau passed in faeces. This cycle can take between 2-3 air yang terkontaminasi merupakan penyebab utama infeksi. months. Transmission happens when an infective egg is swallowed from dirt, water or food. Many children playing in contaminated soil or water are infectTanda dan gejala ed this way. Anak-anak lebih sering terinfeksi dan lebih parah dibanding orang dewasa.Tidak ada tanda dan gejala yang jelas tetapi bila Signs and symptoms cacingnya banyak, dapat diiringi dengan diare ringan, perut tidak nyaman dan distensi dapat muncul. Dalam sejumlah Children are infected more often and more severely kecil kasus, penyakit ini dapat menyebabkan obstruksi usus than adults. There are no obvious signs and symptoms but if there are many worms, mild diarrhea, abdominal atau pneumonia dan asma jika larva-larva tersebut masuk ke discomfort and distension may appear. In few cases, dalam paru-paru. it can cause intestinal obstruction or pneumonia and asthma if larvae travel to the lung.
Langkah-langkah pencegahan dasar Hindari kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi kotoran manusia, jangan buang kotoran sembarangan, cuci tangan dengan sabun dan air sebelum mengolah makanan, cuci, kupas atau masak semua sayuran dan buah mentah sebelum dimakan atau cuci syauran mentah dengan air bersih sebelum dimakan.
34 health messenger
Basic prevention measures Avoid contacting soil that may be contaminated with human faeces, do not defecate outdoors, wash your hands with soap and water before handling food, wash, peel or cook all raw vegetables and fruits before eating or clean raw vegetables with clean water before eating.
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
MALARIA
MALARIA
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit dan disebarkan oleh nyamuk. Setiap tahun 350-500 juta kasus malaria terjadi di seluruh dunia dan lebih dari satu juta orang meninggal. Penyakit yang kadang-kadang berakibat fatal ini dapat dicegah dan disembuhkan.
Malaria is a mosquito-borne disease caused by a parasite. Every year, 350-500 million cases of malaria occur worldwide, and over one million people die. This sometimes fatal disease can be prevented and cured.
Transmission
Cara penularan Nyamuk terinfeksi ketika menyedot darah manusia yang menderita malaria. Setelah berkembang di usus nyamuk, sporozoit dapat ditularkan ke orang lain melalui gigitan nyamuk betina (Anopheles). Nyamuk biasanya menggigit waktu subuh dan senja. Nyamuk anopheles hidup dihutan dan daerah pegunungan termasuk pesisir hutan bakau.
Mosquitoes are infected by sucking the blood of an infected person. After development in the midgut of the mosquito, sporozoites can be transmitted to another person through the bite of a female mosquito (Anopheles). The mosquitoes usually bite at dawn and dusk. The anopheles mosquito likes forest and mountain areas including coastal mangroves.
BREAK THE CYCLE WITH VACCINES
MEMUTUSKAN RANTAI PENULARAN DENGAN VAKSIN
Sporozoit/Sporozites
Kelenjar liur yang terinfeksi dengan sporozoit/Salivary gland infected with sporozites Perut/Gut Ookista/Oocyst
Merozoit/Merozoites
Ookinet/Ookinete
Sel-sel hati/Liver cells
Gamet/Gametes
Vesikel/Vesicles
Betina/Female Gametosit/Gametocytes
Sel darah merah/Red blood cells Jantan/Male Gejala mulai terjadi disini/Symptoms start here
Tanda dan gejala
Signs and symptoms
Biasanya dimulai dengan gejala yang samar-samar selama beberapa hari. Kemudian timbul demam yang diiringi menggigil dan banyak berkeringat dibarengi sakit kepala, muntah dan delirium. Kemudian penyakit mencapai tahap kronis yang dapat berlangsung bertahun-tahun sampai pasien membentuk kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh yang penuh sulit terbentuk di daerah penularan yang rendah seperti Asia Tenggara namun biasa terdapat di daerah penularan yang lebih tinggi di Afrika sub sahara.
Usually begins with a few days of vague ill health. Then peaks of fever occur with chills and heavy sweating followed by headache, vomiting, delirium. Then the disease leads to a chronic stage that may last years before the patient develops immunity. Fully developed immunity is rare in areas of low transmission like most of South-East Asia but common in higher transmission areas of Sub-Saharan Africa.
pembawa pesan kesehatan 35
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
Langkah-langkah pencegahan dasar
Basic prevention measures
Perlindungan dari gigitan nyamuk, menggunakan kelambu dan melindungi tubuh dengan baju lengan panjang dan celana panjang, serta menghilangkan tempat-tempat perindukan nyamuk.
Protecting from mosquito bites, using of mosquito nets and covering the skin with long sleeves and trousers, eliminating mosquito breeding grounds.
Diagnosa
Diagnosis
Malaria dapat didiagnosa berdasarkan gejala pasien dan pemeriksaan fisik. Namun demikian, untuk mendapatkan hasil diagnosa pasti, maka uji laboratorium harus dilakukan untuk mendeteksi adanya parasit malaria atau komponennya.
Malaria can be suspected according to the patient's symptoms and the physical findings during examination. However, for a definitive diagnosis, laboratory tests must done to detect the malaria parasites or their components.
Pengobatan
Treatments
Sebagian besar obat yang digunakan adalah aktif melawan bentuk-bentuk parasit di dalam darah (bentuk yang menyebabkan penyakit). Pengobatan pasien malaria bergantung pada:
Most drugs used in treatment are active against the parasite forms in the blood (the form that causes the disease). Treating a patient with malaria depends on:
◗ Jenis (spesies) parasit yang menginfeksi ◗ Daerah tempat terinfeksi dan status resistensi obatnya ◗ Status klinis pasien ◗ Penyakit atau kondisi yang muncul bersamaan ◗ Kehamilan ◗ Alergi obat atau pengobatan lain yang telah dilakukan oleh pasien
◗ The type (species) of the infecting parasite ◗ The area where the infection was acquired and its drug-resistance status
Penyakit malaria terdiri 4 tipe. 2 tipe diantaranya paling sering ditemukan di Indonesia. Tabel berikut menjelaskan pengobatan malaria yang disebabkan oleh P. falciparum and P.vivax:
There are 4 types of Malaria. Among the 4 types, 2 of them are commonly found in Indonesia.
◗ The clinical status of the patient ◗ Any accompanying illness or condition ◗ Pregnancy ◗ Drug allergies, or other medications taken by the patient
Explanation of the treatments for P. falciparum and P.vivax forms of Malaria:
P. FALCIPARUM
P.VIVAX
Malaria tanpa komplikasi Uncomplicated form of malaria Tanpa konfirmasi pemerik- Dengan konfirmasi saan lab pemeriksaan lab Unconfirmed by lab test
lab-confirmed malaria
CQ+PQ
AS+AQ+PQ
Pada kasus dengan pengobatan yang gagal In case of treatment failure
QN+D+PQ
Malaria berat severe malaria
QN/AM
Malaria pada kehamilan Malaria during pregnancy
QN; (AS+AQ -2nd +3rd trimester)
pengobatan treatment
CQ+PQ(14d)
AQ= Amodiakuin/Amodiaquine, AM = Artemeter/Arthemehter, AS=Artesunat/Artesunate, CQ=Klorokuin/Chloroquine D= Doksisiklin/Doxycycline, PQ=Primakuin/Primaquine, QN= kina/Quinine
Selanjutnya, Primaquine tidak boleh diminum oleh wanita hamil atau orang yang kekurangan G6PD (glucose-6-phosphate dehydrogenise). Pasien tidak boleh minum primaquine sebelum uji penyaringan menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami defisiensi G6PD.
36 health messenger
In addition, primaquine should not be taken by pregnant women or by people who are deficient in glucose-6-phosphate dehydrogenize (G6PD). Patients should not take primaquine until a screening test has excluded G6PD deficiency.
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
Jensi Penyakit dari Virus
Viral Types of Diseases
DEMAM BERDARAH
DENGUE FEVER
Organisme penyebab penyakit ini adalah virus. Ini merupakan penyakit mematikan bagi anak-anak dan orang dewasa.
The causative organism is a virus. This is a killer disease of children and adults.
Transmisi
Transmission
Demam berdarah berasal dari gigitan nyamuk (Nyamuk Aedes Aegypti). Nyamuk Aedes menggigit pada siang hari dan hidup di sekitar rumah dan berkembang biak di wadahwadah air seperti ban bekas yang tidak dipakai dan batok kelapa. Demam berdarah merupakan penyakit yang dapat mewabah yang menyebabkan sejumlah kasus pada periode tertentu setiap tahun (musim hujan).
Dengue fever comes from a mosquito bite (Aedes Aegypti Mosquito). Aedes mosquito is a day biter and lives around the house and breeds in water containers such as old discarded tires and coconut shells. Dengue is an epidemic disease causing an increased number of cases at certain period of the year (rainy season).
Tanda dan gejala
Signs and symptoms
Serangan demam secara mendadak, sakit kepala yang parah, myalgia dan arthralgias, leukopenia, thrombocytopenia (sakit persendian dan punggung). Biasanya ada bercak-bercak merah di kulit (bercak berdarah). Kadang-kadang penyakit ini meyebabkan shock dan pendarahan yang dapat menyebabkan kematian.
Sudden onset of fever, severe headache, myalgias and arthralgias, leucopenia, thrombocytopenia (joint and back pains). Usually there are rashes on the skin (bleeding spots). Occasionally the disease produces shock and hemorrhage, leading to death.
Spektrum Demam Berdarah Dengue/The Spectrum of Dengue Haemorrhagic Fever Infeksi dengue/Dengue Infection Deman Fever
Tes torniket positif Positive tourniquet test
Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah Increase vascular permeability
Pembesaran hati Hepatomegaly
Trombositpenia Thrombocytopenia
Stadium I Grade I
Manifestasi perdarahan yang lain Other haemorrhagic manifestations Peningkatan hematokrit/Rising haemotacrit Hipoproteinemia/Hypoproteinemia Efusi serosa/Serous effusion
}
Stadium II Grade II
Kebocoran plasma Leakage of Plasma
Hipovolemia/Hypovolaemia* Koagulopati/Coagulopathy
Koagulasi intravaskular menyeluruh/Disseminated intravascular coagulation*
Syok/Shock
Perdarahan hebat/Severe bleeding * see the glossary p.62 - 63 Sumber/Source: WHO
Stadium III Grade III
Stadium IV Grade IV
Kematian/Death
Langka-langkah pencegahan dasar
Basic prevention measures
Langkah-langkah pencegahan kurang lebih sama dengan langkah-langkah pencegahan malaria. (Untuk mendapatkan informasi lebih banyak silakan lihat P2K 9, ZOOM mengenai demam berdarah). ■
Preventive measures are more or less similar to malaria preventive measures. (For more information refer to HM 9, ZOOM on dengue fever). ■
pembawa pesan kesehatan 37
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
PROGRAM MANAJEMEN LIMBAH MEDIS MEDICAL WASTE MANAGEMENT PROGRAM Yayat Kurniawan, Manajer Teknik Program Kesehatan Lingkungan, Palang Merah Kanada / Environmental Health Technical Program Manager, Canadian Red Cross
Kegiatan medis di sejumlah fasilitas seperti rumah sakit, puskesmas dan pustu dapat menghasilkan limbah. Sangat penting bagi para petugas kesehatan untuk belajar bagaimana melindungi tidak hanya diri mereka sendiri tetapi juga masyarakat umum dari bahaya yang disebabkan oleh penanganan limbah medis yang tidak benar. Dibawah ini adalah beberapa efek samping limbah medis terhadap lingkungan hidup dan kualitas kesehatan: ◗ ◗ ◗ ◗ ◗
Kerusakan estetika lingkungan hidup Kerusakan properti Kerusakan tumbuhan dan hewan Kerusakan terhadap kesehatan manusia Kerusakan genetik dan reproduksi
Karakteristik limbah medis Secara umum, ada dua jenis limbah: limbah non medis dan limbah medis. Limbah non medis termasuk kertas, kaleng, botol, sisa makanan, bungkus makanan dan sampah dari kamar pasien. Sampah medis berasal dari penanganan medis dari berbagai sumber mulai dari bagian gigi sampai veteriner, obat-obatan, terapi, penelitian serta pelatihan dan pendidikan. Berdasarkan potensi bahayanya maka limbah medis dapat diklasifikasikan sebagai berikut: ◗ Limbah tajam ◗ Limbah yang infeksius ◗ Limbah patologi dan anatomi
38 health messenger
Medical activities in facilities such as hospitals, puskesmas and pustu can produce medical waste. It is critical that health care providers learn to protect not only themselves, but also the general public from harm caused by the improper handling of medical waste. Below are some of the known side effects medical waste can have on the environment and quality of health: ◗ ◗ ◗ ◗ ◗
Damage Damage Damage Damage Damage
to to to to to
the esthetics of the environment property plants and animals the health of humans genetics and reproduction
Medical waste characteristics In general, there are two different types of waste; non-medical waste, and medical waste. Non-medical waste includes paper, cans, bottles, food remnants, food wrapping, and garbage from a patient’s room. Medical waste results from medical treatment from various sources ranging from dental, to veterinary, pharmaceutical, therapy, research and training and education. Based on potential hazards, medical waste can be classified as follows: ◗ ◗ ◗ ◗
Sharp waste Infectious waste Pathological and anatomical waste Cytotoxic waste
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
◗ ◗ ◗ ◗
Limbah sitotoksik Limbah obat-obatan Limbah kimia Limbah radioaktif
Dampak limbah medis bagi kesehatan Kontak langsung dengan sampah berbahaya dari pusat-pusat kesehatan dapat menyebarkan penyakit. Hal ini dapat disebabkan oleh salah satu atau lebih dari hal-hal berikut: ◗ Limbah yang mengandung penyebab-penyebab penyakit infeksi ◗ Limbah yang mengandung racun atau obat-obatan dan bahan kimia berbahaya ◗ Limbah yang mengandung bahan radioaktif ◗ Limbah yang mengandung bahan-bahan yang tajam
Penting untuk diingat: Dari limbah tajam hingga limbah radioaktif, fasilitas kesehatan harus memisahkan limbah medis mereka yang dilakukan sebagai kegiatan harian Orang yang bekerja di pusat-pusat layanan kesehatan serta para pengunjung dapat beresiko terhadap bahaya-bahaya tersebut diatas. Limbah infeksius dapat mengandung berbagai mikroorganisme patogen yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia dengan berbagai cara: ◗ Kulit yang luka, lepuh atau goresan di kulit (misal: HIV, HBV, HCV, demam berdarah) ◗ Selaput lendir (misal, anthrax, infeksi kulit) ◗ Melalui udara (misal, bronchitis) ◗ Melalui mulut (misal, gastroenteritis)
Orang yang beresiko tinggi Petugas sanitasi dan perawatan termasuk petugas yang bekerja di daerah lembab atau di insinerator dan pengambil sampah. ◗ ◗ ◗ ◗
Petugas layanan pendukung: pekerja binatu, supir, dll. Pemulung Pasien rawat inap Pengunjung
◗ Pharmaceutical waste ◗ Chemical waste ◗ Radioactive waste
Impact of medical waste on health Direct contact with dangerous waste from health centers can cause disease to spread. This could be caused by one or more of the following: ◗ The waste contains infectious agents ◗ The waste contains poisons, or dangerous pharmaceuticals and chemicals ◗ The waste contains radioactive material ◗ The waste contains sharp materials People, who work in health care centers, as well as visitors, are at risk from these potential dangers. Infectious waste can contain various microorganism pathogens which can enter the human body in various ways: ◗ Stabbing, blistering or skin scratches (ex. HIV, HBV, HCV, Hemorrhagic fever) ◗ Membrane mucosal (ex. anthrax, skin infection) ◗ Air borne (ex. bronchitis) ◗ Orally (ex. gastroenteritis)
pembawa pesan kesehatan 39
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
◗ Petugas medis: dokter, perawat, dll.
Manajemen limbah medis Lebih dari 20% limbah fasilitas layanan kesehatan dapat menyebabkan infeksi. Kurangnya penanganan limbah dapat melipatgandakan resiko kontaminasi. Dalam penanganan limbah klinis, bahan-bahan perlu dipisahkan, dimasukkan ke dalam wadah, dipindahkan dan diolah. Cara-cara penanganan limbah medis yang umum dilakukan saat ini di Indonesia antara lain: ◗ ◗ ◗ ◗
Autoclav uap Dekontaminasi bahan kimia Penimbunan tanah Insinerasi
Those who are at high risk ◗ Sanitary and maintenance staff, including those working in the dump area or in the incinerator, and pickers ◗ Support services personnel: laundry workers, drivers etc ◗ ◗ ◗ ◗
Good to remember: From sharp waste to radioactive waste, medical facilities must segregate their medical waste generated by daily activities.
MANAJEMEN LIMBAH MEDIS OLEH CRC Program Manajemen Limbah Medis yang sedang dilaksanakan oleh CRC merupakan salah satu cabang program Manajemen Limbah Solid padat difasilitasi oleh tim Kesehatan Lingkungan.
Cakupan kegiatan manajemen limbah medis Ada dua komponen pada kegiatan ini: penyediaan fasilitas dan infrastruktur untuk menangani limbah medis serta peningkatan kapasitas para petugas layanan kesehatan. Fasilitas dan infrastruktur terdiri dari alat pelindung diri, fasilitas pengumpulan limbah, insinerator dan needle pit. Peningkatan kapasitas petugas diperoleh melalui pelatihan untuk meningkatkan keahlian mereka dan membangun kesadaran mengenai topik penanganan limbah medis secara aman. Target program CRC adalah fasilitas-fasilitas layanan kesehatan di Kabupaten Aceh Jaya.
Pendekatan program Program ini dimulai pada bulan Januari 2009 dan akan berakhir pada bulan Desember 2009. Program ini meliputi: ◗ Penilaian: data dikumpulkan dalam dua tahapan. Tahap pertama, kondisi fasilitas yang ada saat ini didokumentasikan demikian juga kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung. Tahap yang kedua dilakukan pemeriksaan terhadap volume dan karakteristik limbah yang dihasilkan. ◗ Tahap 1 pelatihan: tahap pertama dilaksanakan di Calang dan Lamno pada bulan Maret 2009 dengan 33 peserta yang berasal dari Dinkes Aceh Jaya, PMI cabang Aceh Jaya, staf Puskesmas dan Pustu di Aceh Jaya.Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan keahlian dan membangun kesadaran mengenai manajemen limbah medis. Untuk kesinambungan program, peserta membuat suatu “Tindak Lanjut Rencana
40 health messenger
Scavengers In-patients Visitors Medical staff: doctors, nurses, etc.
Medical waste management More than 20% of waste from health care facilities is infectious. Insufficient waste treatments can double the contamination risk. In clinical waste treatment, material needs to be segregated, contained, transported and treated. General medical waste treatment practices in Indonesia currently include: ◗ ◗ ◗ ◗
Steam autoclaving Chemical decontamination Land filling Incineration
MEDICAL WASTE MANAGEMENT BY CRC The Medical Waste Management program being implemented by CRC constitutes one branch of the solid waste management program, facilitated by the Environmental Health team.
Scope of medical waste management activity There are two components to this activity: providing facilities and infrastructure to handle medical waste, as well as capacity building for health care staff. The facilities and infrastructure consists of personal protective gear, waste collecting facilities, incinerator and needle pit. Staff capacity building occurs through training, to increase their skills and build awareness
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
on the topic of safe handling of medical waste. The CRC program targets health care facilities in Aceh Jaya District.
Program approach This program began in January 2009 and will finish in December 2009. It includes: ◗ Assessment: data is collected in two stages. In the first stage, the conditions of existing facilities were documented, as well as current practices. The second stage involves auditing the volume and characteristics of waste generated.
Kegiatan Limbah Medis”. Untuk menentukan tingkat pengetahuan selama dua hari pelatihan, maka para peserta diuji pada awal pelatihan dan akhir pelatihan.Hasilnya cukup dramatis, seperti ditunjukkan pada diagram di atas. ◗ Desain infrastruktur dan pemilihan alat: Hal ini mencakup penyediaan sebuah insinerator dan needle pit,alat pelindung diri (sarung tangan, masker, sepatu bot, sepatu, dll) dan fasilitas pengumpulan limbah (tempat sampah yang diberi label, pemotong jarum, kotak keselamatan dll) ◗ Konstruksi infrastruktur dan suplai alat-alat: dimulai bulan Mei dan akan selesai bulan Juli ◗ Pelatihan mengenai operasional dan perawatan fasilitas dan peralatan: akan dilaksanakan pada akhir bulan Juli. Dari Juli sampai dengan Desember, CRC bekerjasama dengan Dinkes Kabupaten akan memonitor dan mengevaluasi efek dari pelatihan tersebut.
◗ Training stage 1: the first stage was implemented in Calang and Lamno on March 2009 with 33 participants who came from the DHO of Aceh Jaya, PMI branch of Aceh Jaya, staff of puskesmas and pustu in Aceh Jaya. The goal of the training was to improve skills and build awareness regarding medical waste management. For the sustainability of the program, participants created a ‘Follow-Up Medical Waste Action Plan’. To determine the amount of knowledge gained during the two day training session, participants were tested at the beginning of the training, and again at the end. The results, as indicated in the chart above, are dramatic. ◗ Infrastructure design and selection of tools: This includes the provision of an incinerator and needle pit, personal protective gear (gloves, masks, boots, shoes, etc.) and collection facilities (labeled bins, needle cutters, safety boxes, etc.) ◗ The infrastructure construction and supply of tools: started in May and will be completed in July ◗ Training on the operation and maintenance of facilities and tools: will be conducted at the end of July. From July until December, CRC, in association with the DoH, will monitor and evaluate the effects of this training
Penerima manfaat
Beneficiaries
Jumlah penerima manfaat dari kegiatan ini adalah 73 petugas kesehatan dan 81 pasien setiap harinya. Jumlah ini tidak termasuk orang yang mengunjungi berbagai fasilitas layanan kesehatan. Diperkirakan jumlah penerima manfaat secara tidak langsung ada sebanyak 6.400 orang. ■
The number of direct beneficiaries from this activity is 73 health care staff and 81 patients per day. This number does not include those visiting the various health care facilities. The estimated number of indirect beneficiaries is 6,400. ■
pembawa pesan kesehatan 41
MOTHER & CHILD IBU & ANAK
Kebersihan kewanitaan pada kehamilan FEMININE HYGIENE DURING PREGNANCY Rahmi Wardhani AmKeb, SPd/Bidan RSU Cut Mutia Lhokseumawe/Midwife, Cut Mutia hospital, Lhokseumawe
Saat hamil, tubuh wanita mengalami banyak perubahan baik fisik dan hormon. Perubahan juga terjadi pada organ kewanitaan, sehingga perlu adanya perhatian khusus terhadap kebersihan organ kewanitaan pada saat hamil.
During pregnancy, woman’s body experiences many physical and hormonal changes. Changes also occur on feminine organ, therefore it needs special attention and cares during pregnancy.
Para peneliti di Inggris menemukan bahwa bakterial vaginosis berbahaya bagi kesehatan kandungan. Bakteri ini menyebabkan radang vagina yang dapat mengakibatkan wanita hamil mengalami keguguran kandungan. Riset yang dilakukan terhadap 771 wanita ini menunjukkan bahwa risiko keguguran pada tiga bulan pertama masa kehamilan terjadi dua kali lebih besar pada wanita hamil yang terinfeksi bakteri ini, dibandingkan dengan wanita yang sehat. Peneliti mengungkapkan bahwa bakterial vaginosis sejatinya tidak selalu diidap setiap wanita. Bakterial vaginosis ini terjadi apabila bakteri komensal vagina digantikan oleh bakteri lain yang dapat menyebabkan radang pada vagina karena perubahan lingkungan dan keseimbangan PH vagina berubah (PH vagina normal: 3,8 – 4,2)1.
Researchers in England found that bacterial vaginosis is dangerous for the reproductive health. This bacteria can lead to a vagina inflammation that may cause abortion. Research conducted on 771 women showed that the risk of abortion during the first trimester of pregnancy is twice higher for pregnant women who are infected with bacterial vaginosis. Researchers revealed that bacterial vaginosis is not merely carried by every women. The bacterial vaginosis will appear when vagina commensal bacteria is replaced by a bacteria that may inflame the vagina due to environmental changes and vagina PH (acide level) balance (normal vagina PH: 3.8–4.2)1.
Perubahan tubuh dan hormon selama hamil juga membuat keseimbangan PH vagina berubah. Akibatnya infeksi jamur juga mudah terjadi pada ibu hamil yang menyebabkan iritasi dan keputihan. Karena itu, untuk para ibu hamil disarankan untuk menjaga kebersihan organ kewanitaan diantaranya dengan cara berikut: ◗ Menjaga supaya daerah di sekitar vagina dalam kondisi selalu kering ◗ Gunakan sabun tanpa parfum ◗ Gantilah pakaian dalam setiap hari ◗ Gunakan celana dalam katun dan pakaian longgar agar daerah vagina tidak lembab
42 health messenger
Physical and hormonal changes during pregnancy also result in changes of vagina PH balance. This can cause fungus infection for pregnant women which may have irritation and fluor albus effect. Therefore, it is suggested that pregnant women pay attention to their feminine organ by following these advices: ◗ Keep the vagina always dry ◗ Use non-perfume soap ◗ Change underwear every day ◗ Wear cotton underwear and loose clothes so that vagina is not humid ◗ Using antiseptic soap is not recommended. Antiseptic soap can only be used to treat infection on the genital labia
MOTHER & CHILD IBU & ANAK
◗ Tidak disarankan pemakaian antiseptik secara berlebihan. ◗ Antiseptik hanya boleh dipakai seandainya terjadi infeksi di bibir vagina ◗ Cucilah organ kewanitaan dari depan kebelakang bukan sebaliknya saat setelah buang air besar ◗ Hindari pemakaian bedak atau parfum pada vagina karena akan merusak keseimbangan keasaman vagina ◗ Tidak dianjurkan untuk melakukan bilas vagina (tindakan yang dilakukan untuk membersihkan vagina dengan menyemprotkan air atau cairan lain ke dalam liang vagina untuk membersihkan cairan vagina dan lender-lendir lainnya) karena bilas vagina dapat membuat PH (tingkat keasaman) dalam vagina menjadi tidak seimbang apalagi kalau bilas vagina itu sering dilakukan. Ketidakseimbangan pH ini akan menyebabkan bakteri-bakteri komensal menjadi mati sehingga vagina dapat terserang bakteri dari luar. Dilaporkan pada perempuan yang melakukan bilas vagina paling sedikit 1 kali seminggu mempunyai risiko 2 kali menderita kehamilan di luar kandungan. Risiko tersebut akan meningkat menjadi 4,4 kali jika menggunakan bahan bilas vagina komersial. Penelitian di Amerika membuktikan bahwa perempuan yang secara rutin melakukan bilas vagina lebih besar kemungkinan terkena masalah kesehatan dari pada perempuan yang tidak rutin melakukannya. Dilaporkan bahwa perempuan yang melakukan bilas vagina 3 kali atau lebih dalam sebulan akan mempunyai risiko 3,6 kali menderita penyakit radang panggul dibandingkan dengan mereka yang melakukannya kurang dari 1 kali sebulan. Pada wanita hamil yang melakukan bilas vagina 2 sampai 3 kali seminggu 40% lebih besar kemungkinannya untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak melakukan bilas vagina2,3. ■
Penting untuk diingat: Bilas vagina tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan infeksi pada vagina. Good to remember: Vaginal douching is not recommended as it may cause infection on vagina.
◗ After defecation, wash the genital organ from the front side to the back side, and not the contrary and with clear water ◗ Avoid the use of powder or perfume on vagina because it may ruin the acid balance on vagina ◗ Not recommended to do vaginal douching (process of rinsing or cleaning the vagina by forcing water or another solution into the vaginal cavity to flush away vaginal discharge or other contents) as it may result to an imbalance of PH in the vagina. It can lead to the destruction of the commensal bacteria so then the vagina can get infected by the outside bacteria. It was reported that women who do vaginal douching at least once a are running twice the risk of getting an ectopic pregnancy. This risk can be increased to 4.4 times if women use commercial vaginal douching. Research in America found out that women who do regular vaginal douching run a higher risk of having health problems compared to women who don’t. It has been stated that women practising vaginal douching 3 times or more in a month are 3.6 times more likely of getting pelvic infection compared to women who do vaginal douching once a month. Pregnant women who do vaginal douching twice up to three times a week have 40% possibility to deliver a low birth weight baby compared to pregnant women who do not proceed to vaginal douching2,3. ■
1. TEMPO (NO. 27/XXVIII/6 - 12 September 1999) 2.Fiscella, K., Franks, P., Kendrick, J.S., & Bruce, F.C.(1998).The risk of low birth weight associated with vaginal douching.Obstetrics & Gynecology, 92(6), 913-917. 3. Cottrell BH. (2003). Vaginal douching. Journal of Obstetric, Gynecologic, & Neonatal Nursing, 32(1),12-8.
pembawa pesan kesehatan 43
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
Air dan Sanitasi : Sebuah Pemenuhan Hak Water and Sanitation: A Right Fulfillment dr. Nur Fardian, Program Studi Pendidikan Dokter Univ. Malikussaleh / Medical Studies Program Univ. Malikussaleh
Anda sedang berada dalam perjalanan ke luar kota dengan menggunakan pesawat. Selama menunggu di bandara, anda harus ke belakang. Namun keinginan untuk dapat memenuhi hajat urung karena tidak ada air, serta WC yang kotor dan berbau. Itu baru di satu bandara saja, yang berarti tidak seramai orang yang menggunakan kamar kecil di terminal bus antar kota antar propinsi. Bagaimana dengan akses terhadap air dan sanitasi di sarana publik lainnya baik di kota maupun desa di Aceh? Lingkungan menjadi salah satu indikator penentu dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat.Akses terhadap air minum dan sanitasi merupakan dua hal dari faktor lingkungan dimaksud. Air dan sanitasi merupakan salah satu persoalan di Indonesia.Tidak hanya di tingkat masyarakat, sektor ini juga minim perhatian dari para pengambil kebijakan baik di pusat dan daerah. Ini dapat dilihat dari rendahnya kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana sanitasi serta pemenuhan kebutuhan akan air bersih yang akan berdampak negatif bagi kesehatan. Menurut WHO, lebih dari 1,1 milyar orang baik di desa mapun kota mengalami kekurangan akses terhadap air minum dan 2,6 milyar orang tidak memiliki akses terhadap sanitasi dasar. Riset oleh Water and Sanitation Program yang
44 health messenger
You are travelling by plane. While waiting in the airport, you need to go to the toilets. But that need could not be fulfilled since there is no water, and the toilets are also dirty and stinky. That is only in one airport, which is not as crowded as the provincial bus terminal. But, what about access to water and sanitation in other public facilities, either cities or villages in Aceh? Environment is one of the indicators determining the condition of public health. Along with the behavioral factor, genetic factor and public services, environment determines the degree of the community health whether it is good or bad. Access to water and sanitation are two main components of the environmental factor. WatSan is a big issue in Indonesia. Not only at the community level, this sector also has minimum attention from the policy makers either at central or provincial level. Qualitative and quantitative facilities and infrastructures are lacking as well as access to clean water and it leads to negative impacts on health. According to WHO, more than 1.1 billion people either in cities or villages do not have access to water and 2.6 billion people do not have access to basic sanitation. Research by Water and Sanitation Program supported by the World Bank showed that Indonesia has suffered an important economical loss
Copyright UNICEF
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
didukung oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa Indonesia mengalami kerugian ekonomi akibat buruknya sanitasi dan hygiene hingga US$ 6,3 miliar atau Rp 56 triliun di tahun 2006. Sanitasi yang buruk menyebabkan setidaknya 120 juta kejadian jangkitan penyakit dan 50.000 kematian prematur/tahun.Dampak ekonomi dari hal tersebut mencapai US$ 3,3 miliar (Rp 29 triliun)/tahun. Sanitasi yang buruk juga mengakibatkan pencemaran air: menambah beban biaya pengadaan air bersih untuk rumah tangga, dan mengurangi produksi ikan di sungai dan danau. Besarnya kerugian ekonomi dari tercemarnya air yang diakibatkan oleh buruknya sanitasi melebihi US$ 1,5 miliar (Rp 13 triliun) setiap tahunnya. Sebuah harga yang mahal untuk hal yang selama ini dianggap kotor dan menjijikkan, karena hanya terkait dengan air, sumur, jamban, sampah atau comberan. World Bank menyebutkan, hingga 2006, investasi yang diberikan pemerintah hanya Rp 200/orang/tahun. Padahal jika investasi untuk infrastruktur sanitasi sebesar Rp 51.254/orang/tahun, diperkirakan akan mengurangi biaya kesehatan antara 6 -19%.Termasuk biaya pengobatan sebesar 2-5%. Kondisi air dan sanitasi yang buruk, berdasarkan pengukuran Disability Adjusted Life Years (DALY), menyumbang 5,7% dari total beban penyakit. Diare menjadi penyebab kematian yang cukup besar akibat buruknya kondisi air dan sanitasi. Mengacu pada Riskesdas 2007 propinsi Aceh terkait air dan sanitasi, konsumsi air/orang/hari di Provinsi Aceh pada
due to bad hygiene and sanitation (up to US$ 6.3 billion or Rp 56 trillion in 2006). Bad sanitation causes at least 120 million contagious diseases cases and 50.000 premature deaths per year. The economical impact may reach US$ 3.3 billion (Rp 29 trillion) per year. Bad sanitation may also cause water pollution: increasing the expense of water supply for households, and reducing fish production both in the river and sea. The economical loss from polluted water that is due to bad sanitation can be over than US$ 1.5 billion (Rp 13 trillion) every year. Such an expensive cost for something told to be dirty and disgusting as related to water, wells, toilets, or waste. World Bank mentioned that until 2006, government investment allocation was only Rp 200/person/year. Whereas if the investment for sanitation infrastructures would be Rp 51,254/person/year, it is estimated the health expenses would be reduced by 6-19%, including medication expenses reduced by 2-5%. According to the measurement of Disability Adjusted Life Years (DALY), bad sanitation and water condition cause 5.7% of the total disease burden. Diarrhea is one of the most important water related diseases making quite a lot of deaths. Refer to Riskesdas 2007 Aceh Province, the consumption of water/person/day in Aceh province is generally >100 liters (optimum access). Few
pembawa pesan kesehatan 45
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
umumnya >100 liter (akses optimal). Masih terdapat beberapa kabupaten/kota yang pemenuhan kebutuhan airnya di bawah rata-rata Nasional, sedangkan berdasarkan dan ketersediaan air bersih, secara umum di provinsi Aceh sebanyak 21,8% rumah tangga mengalami kesulitan air bersih pada musim kemarau. Dalam hal jarak dan waktu, pada umumnya rumah tangga dapat menjangkau sumber air dalam waktu kurang dari 30 menit dan jarak kurang dari 1 km. Masalah kualitas fisik air bersih yang cukup banyak adalah kekeruhan dan warna. 45,5% rumah tangga di Aceh mempunyai akses baik terhadap air bersih dan 32,5% akses baik terhadap sanitasi.
Penting untuk diingat: Akses terhadap air bersih dan sanitasi yang aman adalah hak dasar manusia Angka di atas menunjukkan bahwa belum semua orang memiliki akses yang sama atas air dan sanitasi yang baik. Terlebih bagi mereka yang harus berjalan jauh berjam-jam demi mendapatkan air bersih, atau buang air besar di tempat terbuka.Tentu ini menjadi beban karena kebutuhan akan air dan sanitasi yang baik menjadi hak bagi semua orang. Layanan air dan sanitasi dasar merupakan hal yang vital untuk kehidupan manusia dan martabatnya, dan pada saat ini, semua orang tidak terkecuali seharusnya menikmati layanan tersebut. Perlu kontribusi positif dari berbagai elemen untuk dapat mewujudkan kondisi air dan sanitasi yang baik. Kesadaran akan makin minimnya air sehat dan layanan sanitasi yang baik sepatutnya menjadi perhatian semua pihak. Kiranya kita para petugas kesehatan pun dapat berperan aktif dalam memberi informasi, dan mengajak masyarakat untuk peduli terhadap kondisi air dan sanitasi yang baik. Kita juga sebagai warga negara dapat berperan dalam advokasi kebijakan terkait air dan sanitasi, karena sehat menjadi harga yang mahal, ketika air dan akses terhadap sanitasi yang tidak baik menjadi sebuah hal yang dianggap benar karena wajar terjadi dan menjadi kebiasaan. Masyarakat harus menyadari bahwa air bersih dan akses terhadap sanitasi adalah hak semua orang yang harus dipenuhi. ■
46 health messenger
cities/municipalities still have an access to water under the national average, while according to the water availability in Aceh province, 21.8% of households face difficulties to access clean water during dry season: talking about time and distance, generally they can reach well/water sources in a 1 km area (less than 30 minutes). The common problem is that most of the time, the water is turbid and unclean. Only 45.5% of Acehnese households have good access to clean water and only 32.5% have good access to sanitation.
Good to remember: Access to clean water and safe sanitation is a basic human right. The figures show that not everybody has equal access to good water and sanitation. Especially for people who have to walk hours just to get clean water, or to defecate in open air. This is a real problem whereas the need of good water and sanitation is a basic right for everybody. Basic sanitation and water services are vital for human life and dignity, and in the mean time, everyone without exception should be able to enjoy this basic service. Everyone, every member of the society, whatever the social level, should positively act to realize good sanitation and water condition. All parties should pay attention to this issue of clean water access and sanitation. Health officers should actively take part in giving information, and encouraging the community to be careful about hygiene, sanitation and water condition. We, as citizens, can also participate in the advocacy for policy related to clean water and sanitation, since health is expensive when water and sanitation are not safe and assumed as something common, normal and part of the habits. People have to realize that clean water and access to sanitation is a basic human right everyone should fulfill. ■
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
Instruksi tentang kebersihan, sanitasi dan air di rumah sakit INSTRUCTIONS ON HOSPITAL HYGIENE, WATER AND SANITATION Ns. Hasniah, S.Kep/Staf pengajar pada Sekolah Keperawatan Poltekkes Provinsi Aceh / Teaching staff at Nursing School - Poltekkes Aceh Province.
Setiap fasilitas kesehatan harus dilengkapi dengan sistem air dan sanitasi yang baik, aman dan bersih. Petugas kesehatan harus menjadi orang pertama yang mematuhi peraturan kebersihan di puskesmas dan rumah sakit. Kebersihan tangan dan kebersihan diri adalah hal yang paling pokok.
Every health facility should be equipped with good, safe, clean water and sanitation system. Health workers should be the first persons to follow the rules of hygiene in puskesmas and hospitals. Hand hygiene and personal hygiene are the basics.
1. Kebersihan tangan
1. Hand hygiene
Anda harus mencuci tangan, ketika hendak dan setelah selesai melakukan pekerjaan, sebelum makan dan jika ada cairan atau kotoran yang terlihat di telapak tangan anda.Air hangat dan sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan. Anda harus mencuci tangan paling tidak selama 30 detik. Tangan dikeringkan dengan seksama dan di disinfeksi dengan menggunakan desinfektan tangan.
You have to wash your hands, when you go on and off duty, before meals and if you get secretions or visible dirt on your hands. Warm water and soap is used in washing. You should wash your hands for at least 30 seconds. The hands are dried carefully and disinfected with a hand sanitizer.
Disinfeksi tangan harus dilakukan setelah merawat tiap pasien dan ketika akan memasuki dan meninggalkan ruangan isolasi. Cairan disinfektan tangan yang mengandung alkohol dapat mengurangi pertumbuhan bakteri. Kecuali pada spora Clostridium (antibiotik diare) yang bisa dihilangkan hanya dengan mencuci tangan. Cairan desinfektan tangan digosokgosokkan pada tangan selama 30 detik dan dibiarkan kering. Sarung tangan digunakan, ketika membersihkan kotoran pasien, nanah pada luka atau nanah lainnya atau saat anda merawat pasien diare atau ketika berada dalam ruang isolasi. Sarung tangan dapat digunakan untuk sekali pakai dan merupakan prosedur khusus.Lepaskan sarung tangan segera setelah prosedur tersebut selesai dan buang ke dalam tong sampah. Lalu disinfeksi tangan anda. Anda harus merawat tangan anda. Keringkan tangan anda secara seksama untuk menghindari iritasi dan infeksi kulit yang disebabkan oleh tangan yang lembab. Disamping itu, cobalah untuk menjaga tangan anda supaya tidak terlalu kering dan pecah-pecah. Rawatlah jika ada luka pada kulit
The disinfection of hands must be carried out after each patient and when entering and leaving the isolation room. Hand disinfectants which include alcohol decrease the bacterial strain. Closiridium spores (antibiotic diarrhea) make an exception, since they can be removed only through washing. Hand disinfectant is rubbed in the hands for 30 seconds and left to dry. Gloves are used, when exposed to the patient’s excretions, pus from a wound or other pus or when you are nursing a patient with diarrhea or in isolation. The gloves are disposable and procedure-specific. Remove the gloves immediately after the procedure and throw them into the bin. Disinfect your hands. You have to take care of your hands. Dry them carefully to avoid rashes and infections caused by moisture. But try to keep your hands from getting too dry and chapped. Take care of ulcers and have chronic skin manifestations examined and treated. Infections, such as infection around the nails, must be treated appropriately before working with
pembawa pesan kesehatan 47
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
serta periksa dan obati jika terdapat penyakit kulit yang kronis. Infeksi, seperti infeksi di sekitar kuku, harus dirawat dengan cara yang tepat sebelum bekerja dengan pasien. Cincin, perhiasan tangan, gelang dan kuku palsu harus dipindahkan karena akan mengganggu pembersihan tangan yang tepat selama kegiatan sehari-hari.
2. Kebersihan diri Pakaian pelindung yang disediakan oleh rumah sakit dipakai didalam ruang rawat inap dan klinik rawat jalan. Pakaian tersebut harus dijaga supaya tetap bersih dan harus diganti ketika kotor atau paling tidak seminggu sekali. Anda harus memakai pakaian pelindung ketika bertugas atau jika berada dikamar bedah. Lebih lanjut, topi harus digunakan dalam ruang bedah. Masker penutup mulut-hidung dan pakaian steril harus dipakai pada prosedur yang membutuhkan teknik yang aseptik. Setiap petugas harus memakai sepatu sendiri yang rapi yang sesuai dengan peraturan kebersihan dan keamanan kerja. Mantel pelindung atau pakaian kerja lain tidak boleh dipakai di luar rumah sakit. Pakaian pelindung harus menutupi pakaian yang ada dilapisan dalam. Celana ketat sebaiknya dipakai didalam pakaian pelindung bila pakaian pelindung dalam bentuk rok atau baju panjang. Rambut harus bersih dan rapi dan rambut yang panjang harus diikat. Pada kebanyakan selama prosedur medis, rambut harus ditutup dengan penutup kepala yang steril. Jika kebersihan tangan dan kebersihan diri ini dipatuhi saat bekerja difasilitas kesehatan tidak diragukan lagi ini merupakan strategi yang paling penting dalam memberantas meningkatnya insiden organisme multi-drug resisten pada pelayanan kesehatan. ■
Penting untuk diingat: Petugas kesehatan harus mengetahui peraturan kebersihan dan sanitasi di puskesmas dan rumah sakit untuk mencegah dari infeksi nosokomial. 48 health messenger
patients. Rings, hand jewellery, bracelets and artificial nails prevent hands from getting sufficiently clean and should be removed during your daily practises.
2. Personal hygiene Protective clothing provided by the employer is used in every health facility. The clothing must be kept clean and it must be changed when it gets dirty or at least once a week. You must use protective clothing when on call or in an operating theatre. In addition, a cap must be used in the operating theatre. A surgical oralnasal mask and sterile clothing must be worn in procedures requiring aseptic technique. The staff uses their own, tidy footwear, which should comply with the requirements of hygiene and occupational safety. Protective coats or other work clothes must not be used outside hospital grounds. Protective clothing must cover the clothing underneath. Tights should be used with skirt or dress model protective clothing. Hair should be clean and tidy and long hair must be tied up. During most of the medical procedures, hair should be covered with a sterile cap. Hand and personal hygiene measures, if they are respected in the health facilities are undoubtedly the most important strategies in combating the increasing incidence of multidrug-resistant organisms in healthcare. ■
Good to remember: Health staff should know the hygiene and sanitation rules in puskesmas and hospital to prevent from nosocomial infection.
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
Wawancara Interview
PERAWAT BAMBANG
NURSE BAMBANG Tim P2K/ HM team
Makin lama semakin banyak pria yang bekerja sebagai perawat. Bagaimana tanggapan perawat pria yang bekerja di puskesmas yang lingkungannya didominasi oleh wanita? Team HM bertemu saudara Bambang Isnur Imanto, seorang perawat pria yang bekerja di puskesmas Kopelma Darussalam sejak tahun 2005 di Unit Surveillance Penyakit Menular. Beliau lulus sekolah perawat pada tahun 1997.
HM: Bagaimana tanggapan anda bekerja dilingkungan yang didominasi oleh wanita? NB: Biasa saja, saya tidak canggung, karena sejak dari sekolah dulu sudah melihat hal seperti ini. Dari 40 murid hanya ada 4 laki-laki. Sekarang pun, di puskesmas ini hanya ada 3 perawat pria. Tapi menurut saya, saat bekerja ada sedikit perbedaan antara perawat pria dan wanita. Perawat wanita umumnya lebih teliti, lebih teratur, dan lebih sabar. Sedangkan perawat pria lebih gesit dan lebih cepat sehingga lebih cocok ditempatkan untuk kegiatan-kegiatan dilapangan. HM: Apakah anda menikmati bekerja di unit surveillance penyakit menular?
NB: Ya, walaupun dasar pendidikan saya bukan disini, tetapi saya banyak mengikuti pelatihan-pelatihan tentang surveillance penyakit menular sehingga saya jadi banyak mendapat ilmu yang dapat saya gunakan dalam unit kerja saya ini.
HM: Bagaimana tanggapan anda terhadap air dan sanitasi di Puskesmas dan di desa-desa wilayah kerja puskesmas anda?
Nowadays increasingly more men work as nurses. What do male nurses think about working in puskesmas (community health center), a field dominated by women? HM team met HM Bambang Isnur Imanto, a male nurse who has been working in the Infectious Diseases Surveillance Unit of the puskesmas Kopelma Darussalam since 2005. He graduated from nursing school in 1997.
HM: What do you think about working in an environment which is dominated by women?
NB: I do not face any difficulty because since school time I have seen this situation. There were only 4 boys out of 40 students. But according to me, when it comes to work there is a difference between male and female nurses. Female nurses are usually more detailed, more organized and more patient. Male nurses are usually more energetic. Most of the time, male nurses are appointed to field activities.
HM: Do you enjoy working in the surveillance unit of infectious diseases? NB: Yes, although this is not my basic education but I have received many trainings on infectious diseases surveillance that allowed me to gain a lot of knowledge. I can use in my working unit. pembawa pesan kesehatan 49
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
NB: sekarang sudah lebih baik. Pembangunan saluran pembuangan, jamban dan air semakin baik terutama setelah tsunami baik itu di puskesmas maupun di desa-desa wilayah kerja puskesmas (Desa Rukoh, Kopelma Darussakam, Lamgugob, Ie Masen Kayee Adang dan Deah Raya).
HM: What do you think about water and sanitation in puskesmas and villages in your working area? Today it is getting better. The development of drainage, latrines and access to water are improving especially after tsunami both in puskesmas and in villages within this puskesmas working areas (Desa Rukoh, Kopelma Darussakam, Lamgugob, Ie Masen Kayee Adang and Deah Raya).
NB:
HM: Bagaimana pendapat anda tentang program Air & Sanitasi di puskesmas? Apakah berhasil? NB: Menurut saya program watsan di puskesmas dapat dibilang cukup berhasil. Walaupun kami masih mendapat beberapa kasus diare tetapi belum pernah ada wabah diare.
HM: Is the WatSan progam in the puskesmas succesful? NB: Yes, we can say it is successful in the puskesmas.
Penting untuk diingat: Petugas kesehatan tidak hanya memberikan pengobatan kepada masyarakat tetapi juga mengajari mereka tentang dasar-dasar higiene dan sanitasi.
Good to remember: Health workers not only give medication to people, they also educate them on the basics of hygiene and sanitation.
HM: Apakah anda yakin air yang anda minum di rumah dan di puskesmas sudah memenuhi syarat kesehatan? NB: Ya, karena umumnya sekarang kita minum air isi ulang. Khususnya di wilayah kerja puskesmas saya ada unit yang bertugas untuk memeriksa kualitas air minum isi ulang ini secara berkala.
HM: Menurut anda, apakah setiap perawat harus tahu masalah air dan sanitasi serta kaitannya dengan kesehatan?
NB: Ya, tentu. Karena banyak sekali penyakit-penyakit yang disebabkan oleh buruknya sanitasi dan tidak adanya akses terhadap air bersih. Misalnya, bila ada pasien diare datang berobat, kita bukan hanya memberikan pengobatan, tetapi juga harus memberikan edukasi kepada pasien cara-cara mencegah diare misalnya mencuci tangan pakai sabun, membersihkan tempat sampah, BAB pada tempatnya dan sebagainya.
HM: Pelatihan apa saja yang pernah anda ikuti? NB: Pelatihan yang terkait dengan surveilans penyakit menular seperti surveilans TB, Kusta, Flu Burung dan sebagainya.
HM: Apa anda ingin ikut pelatihan lagi? Tentang apa? NB: Ya, saya ingin ikut pelatihan tentang Program Konseling Permasalahan Remaja karena saya sedang melanjutkan pendidikan di psikologi. Saya pernah mengikuti pelatihan ini tapi saya ingin lebih mendalaminya. ■
50 health messenger
We are still facing some diarrhea cases but no diarrhea outbreak has been noticed.
HM: Are you sure that drinking water in the households and puskesmas are matching healthy requirements? NB: Yes, because generally we drink refill water. Specifically, within the working areas of my puskesmas, there is one unit which regularly examine the quality of the refill drinking water. HM: According to you, should every nurse know about WatSan and its relation with health? NB: Yes, absolutely. There are so many diseases caused by poor sanitation and lack of access to clean water. For instance, if a diarrhea patient comes for medication, we give not only medication but also education to the patient on measures to prevent diarrhea such as washing hands with soap, cleaning up garbage bin, defecation in latrines and so forth. HM:
What are the trainings you have attended already? NB: Trainings related to surveillance of communicable diseases such as surveillance of TB, Leprosy, Avian flu etc.
HM:
Do you feel like needing additional training? About what? NB: Yes, I want to attend an Adolescent Problems Counseling Program because currently I am pursuing psychology studies. Actually, I participated in this training once but I would like to deepen my knowledge. ■
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
Panduan praktis untuk Diare Practical guideline for Diarrhea dr Kurnia F. Jamil, M.Kes, SpPD-KPTI/ Spesialis Penyakit Dalam, RSUZA / Internist, RSUZA
Diare akut bisa terjadi di negara-negara yang sistem sanitasi dan airnya berkualitas rendah. Panduan ini akan membantu anda untuk menangani kasus-kasus diare baik yang disebabkan atau berhubungan dengan air.
Acute diarrhea can happen in countries where Water and Sanitation system are still poor. This guideline will help you to manage with diarrhea cases either transmitted by or linked to water.
Apa itu diare?
What is diarrhea?
Diare adalah BAB encer atau tinja berair 3 kali atau lebih per hari, atau lebih sering dibandingkan dari biasanya. Ini dapat menjadi penyakit yang mengancam jiwa khususnya anak-anak yang berusia dibawah 5 tahun yang mudah sekali terserang. Ada dua jenis diare: diare akut yang terjadi tiba-tiba dan bisa berlanjut untuk beberapa hari dan diare kronis yang terjadi lebih dari dua minggu. Diare bisa disebabkan oleh infeksi usus oleh berbagai bakteri, virus dan organisme parasit.
Diarrhea is the passage of 3 or more loose or liquid stools per day, or more frequently than normal for the individual. It may represent a life threatening illness especially for children under 5 years old who are vulnerable. There are two types of diarrhea: acute diarrhea which starts suddenly and may continue for several days and chronic diarrhea that lasts for more than two weeks. Diarrhea may be caused by an infection of the gastrointestinal by a variety of bacterial, viral and parasitic organisms.
Diare itu berbahaya Kehilangan cairan karena mencret bisa menyebabkan kekurangan gizi dan kematian. Kematian disebabkan oleh diare akut atau disentri (mencret berdarah) lebih banyak disebabkan oleh kehilangan air dan garam yang berjumlah besar. Kehilangan cairan ini disebut dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
Diarrhea is a danger The loss of watery stools can lead to under nutrition and death. Death caused by acute diarrhea or dysentery (bloody diarrhea) is most often due to the loss of a large amount of water and salts. This loss is called dehydration and electrolytes imbalance.
Dehidrasi Tubuh biasanya mendapatkan masukan (input) air dan garam melalui minuman dan makanan dan tubuh mengeluarkan air dan garam (output) melalui tinja, urin, dan keringat. Ketika usus sehat, air dan garam melewati usus besar ke dalam darah. Ketika terjadi diare, usus besar tidak bekerja seperi biasanya.Air dan garam masuk ke dalam darah berjumlah lebih sedikit, dan lebih banyak dari dalam darah yang masuk ke usus besar. Oleh karena itu, air dan garam keluar melalui tinja lebih banyak dari jumlah biasanya.
Dehydration The body normally takes in (input) water and salts through drinks and food and loses water and salts (output) through stool, urine and sweat. When the bowel is healthy, water and salts pass from the bowel into the blood. When there is diarrhea, the bowel does not work normally. Less water and salts pass into the blood, and more pass from the blood into the bowel. Thus, more than the normal amount of
pembawa pesan kesehatan 51
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
Kehilangan air dan garam lebih dari jumlah normal menyebabkan tubuh menjadi dehidrasi. Ini terjadi ketika jumlah air dan garam lebih banyak keluar dibandingkan dengan jumlah yang masuk. Dehidrasi juga bisa disebabkan karena banyak sekali muntah, yang sering terjadi ketika diare. Dehidrasi terjadi lebih cepat pada bayi dan anak-anak, pada cuaca panas dan ketika ada demam.
water and salts are passed in the stool. A important loss of water and salts results in dehydration. Dehydration can also be caused by vomiting, which often accompanies diarrhea. Dehydration occurs faster in infants and young children, in hot climates, and when patients have fever.
Assessment of patient with diarrhea Menilai pasien yang diare Bagian terpenting dalam pemeriksaan adalah untuk mengetahui derajat dehidrasi. Petugas kesehatan harus MENANYAKAN (membuat riwayat medis), MEMPERHATIKAN, MERASAKAN tanda-tanda dehidrasi dan MEMERIKSA jika ada permasalahan medis yang lainnya.
Menanyakan ◗ Berapa lama pasien telah menderita diare? Apa itu akut (<14 hari) atau kronis (>14 hari)? ◗ Apakah tampak adanya darah atau nanah di dalam tinja (pemeriksaan mikroskopis kalau perlu)? Ini menunjukkan shigella disentri, atau apakah mencret berair seperti air cucian beras? Mungkin saja kolera ◗ Apakah ada demam?
Pertanyaan tambahan: ◗ Apakah ada tenesmus? Terkesan bahwa dubur telah terinfeksi atau ulserasi? ◗ Apakah ada sakit perut? Tidak pada kolera ◗ Apakah pasien muntah-muntah? Menjadikan dehidrasi lebih buruk dan membuat lebih sulit diobati ◗ Apakah ada banyak orang pada daerah yang sama yang mempunyai gejala yang sama? Apakah itu wabah?
Pengobatan diare Bagian yang paling penting dalam penanganan diare adalah: ◗ Mencegah terjadinya dehidrasi jika memungkinkan ◗ Jika terjadi dehidrasi, segera diobati ◗ Berikan suplemen zinc selama 10/14 hari (tergantung ketersediaan cadangan dan kebijakan nasional untuk mengurangi keparahan diare dan untuk mengurangi angka insiden diare susulan 2 hingga 3 bulan berikutnya) ◗ Berikan ASI untuk anak-anak
Tindakan pencegahan dehidrasi Dehidrasi biasanya bisa dicegah dengan minum lebih banyak air sesegara mungkin ketika mulai diare.Untuk melakukannya, berikan cairan di rumah yang disarankan atau berikan makanan yang tersedia yang berbahan dasar air ( bubur, sup
52 health messenger
The most important is to assess the level of dehydration. The health worker should ASK (to establish the medical history), LOOK, FEEL for the signs of dehydration and CHECK if there is any other medical trouble.
Ask ◗ How long has the patient been suffering from diarrhea? Is it acute (<14d) or chronic (>14d)? ◗ Is there any visible blood or pus in the faeces (microscopy if necessary)? It suggests a Shigella dysentery, or is it a watery diarrhea like rice water? It could be cholera. ◗ Is there fever? Additional questions: ◗ Is there tenesmus? Suggests that the rectum has been affected by inflammation or ulceration ◗ Is there abdominal pain? Not with cholera ◗ Is the patient vomiting? Makes dehydration worse and makes therapy more difficult ◗ Are there a many people in the same area with the same symptoms? An epidemic?
Treating diarrhea The most important parts of treatment of diarrhea are: ◗ Prevent dehydration if possible ◗ Treat dehydration quickly if it does occur ◗ Give zinc supplements for 10/14 days (depending on the availability of supplies and national policy to reduce the severity of the episode and to reduce the incidence of diarrhea episodes in the following 2 to 3 months) ◗ Breastfeeding for children Dehydration preventive measures Usually it can be prevented by drinking more fluids as soon as the diarrhea starts. To do this, give the recommended home fluids or give available foodbased fluids (gruel, soup or rice-water). Tell the mother to increase the frequency of breastfeeding, or
PERHATIKAN LOOK
TANYAKAN ASK
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
Diare
< 4 kali mencret/hari
4 - 10 kali mencret/hari
10 kali mencret/hari
Diarrhea
<4 liquid stools/day
4 to 10 liquid stools/day
10 liquid stools/day
Muntah-muntah
Tidak atau dalam jumlah kecil
Kadang-kadang
Sangat sering
Some
Very frequent
Vomiting Rasa haus/minum
Normal
Lebih banyak dari biasa
Tidak sanggup minum
Thirst
Normal
Greater than normal
Unable to drink
Kencing
Normal
Sedikit dan berwarna gelap
Tidak kencing selama 6 jam
Urine
Normal
Small amount and dark
No urine for 6 hours
Kondisi umum
Sadar
General conditions
Well alert
Mengantuk, mudah terangsang, tampak tidak sehat
Sangat mengantuk, tidak sadar, terkulai lemah
Sleepy, irritable, not well
Very sleepy, unconscious, floppy
Air mata
Nampak
Tidak nampak
Tidak Nampak
Tears
Present
Absent
Absent
Mata
Normal
Cekung
Sangat kering, cekung
Eyes
Normal
Sunken
Very dry, sunken
Mulut dan lidah
Lembab
Kering
Sangat kering
Mouth & tongue
Humid
Dry
Very dry
Nafas
Normal
Lebih cepat dari normal
Breathing
Normal
Faster than normal
Cepat dan dalam Fast and deep
Kulit (turgor)
Cubitan kembali dengan cepat
Cubitan kembali dengan lambat
Cubitan kembali dengan sangat lambat
Skin (turgor)
RASAKAN FEEL
Non or small amount
Pinch goes back quickly Pinch goes back slowly
Pinch goes back very slowly Sangat cepat, atau lemah (sukar di raba)
Nadi
Normal
Lebih cepat dari biasanya
Pulse
Normal
Faster than normal
Very fast, or weak (not able to feel it)
Ubun-ubun kepala (anak-anak)
Normal
Cekung
Sangat cekung
Normal
Sunken
Very sunken
Fontanelle (children)
PUTUSKAN DECIDE
PERIKSA CHECK
Ukur suhu Take temperature Berat Weight
Kehilangan < 25 gram/ Kehilangan 25 -100 gram/ kg berat badan kg berat badan Loss of < 25 grams/ kg of weight
Loss of 25 -100 grams/ kg of weight
Kehilangan > 100 gram/ kg berat badan Loss > 100 grams/kg of weight
Jika pasien memperlihatkan Jika pasien memperlihatkan Tidak ada tanda-tanda 2 atau lebih tanda-tanda ini, 2 atau lebih tanda ini, dehidrasi pasien tersebut dehidrasi ringan dehidrasinya berat If the patient presents 2 or No sign of dehydration more of these signs, he has a slight dehydration
If the patient presents 2 or more of these threats, the dehydration is severe
pembawa pesan kesehatan 53
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
atau air tajin). Beritahukan kepada ibu untuk lebih sering memberikan ASI, atau berikan susu bubuk yang dipersiapkan dengan jumlah air dua kali lebih banyak dari biasanya. Perawatan Dehidrasi Pengobatan terbaik untuk dehidrasi adalah minum air larutan gula garam. Namun demikian, petugas kesehatan dapat memberikan terapi cairan infus (Ringer Lactat) pada pasien dengan dehidrasi berat di puskesmas atau rumah sakit. Suplemen Zinc Suplemen Zinc diberikan selama terjadinya diare untuk mengurangi lamanya diare dan tingkat keparahannya pada 2-3 bulan berikutnya. Seluruh pasien yang terkena diare harus diberikan suplemen zinc sesegera mungkin. Memberi makan anak yang kena diare Berilah makan anak dalam jumlah yang sedikit tetapi sering dengan makanan yang bergizi dan mudah dicerna. Coba tingkatkan frekuensi dan lamanya waktu pemberian ASI. Hal tersebut akan memberikan nutrisi yang anak butuhkan dan akan mencegah hilangnya berat badan selama diare. Cairan yang diberikan kepada pasien tidaklah menggantikan kebutuhan akan makanan. Untuk itu setelah diare berhenti, dapat diberikan makanan harian tambahan selama seminggu untuk membantu mengembalikan berat badan. Anak-anak yang menderita diare Anak-anak adalah korban pertama diare karena tubuhnya mudah diserang dan lebih lemah dibandingkan orang dewasa. Anda bisa melihat tabel dibawah ini yang dapat digunakan untuk menyarankan ibu yang anaknya menderita diare dan cara membuat larutan gula garam.
give powder prepared milk with twice the usual amount of water. Dehydration treatments The best treatment for dehydration is oral therapy with an ORS solution. However, health workers should give an intravenous therapy (Ringer Lactat) to patients with severe dehydration in puskesmas or hospital. Zinc supplementation Zinc supplements given during an episode of diarrhea reduce its duration and severity in the following 2–3 months. All patients with diarrhea should be given zinc supplements as soon as possible. Feeding a child with diarrhea Frequently feed the child with small amount of nutritious, easily digestible food. Try to increase the frequency and duration of breastfeeding. It will provide nutrients the child needs and will prevent from loosing weight during diarrhea. Fluids given to the patient do not replace the need for food. After the diarrhea has stopped, an extra daily meal for a week will help to regain weight. Children with diarrhea Children are the first victims of diarrhea as their body is vulnerable and weaker than adults. You can find below a table you can use to advise a mother whose baby is suffering diarrhea and the recipe of ORS.
Perawatan Rumah: Larutan Gula Garam (LGG) Home Cares: Oral Rehydration Salts (ORS)
ORALIT/ORS Usia Anak Age of the child
Dalam ml In ml
Hingga 4 bulan Up to 4 months
200-400
4- 12 bulan 4-12 months
400-700
12 bulan hingga 1 tahun 12 months to 1 year
700-900
2 hingga 5 tahun 2 to 5 years
54 health messenger
900-1040
8 sendok teh gula = 8 teaspoons of sugar 1 liter air = 1 litre of water 1 sendoh teh garam = 1 teaspoon salt
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
Jika anak anda menderita diare: ◗ Berikan cairan tambahan sebanyak mungkin sesanggup anak minum seperti susu, oralit, air, sup sayuran, air tajin ◗ Berikan ASI sesering mungkin ◗ Setiap setelah BAB berikan cairan ekstra sebagai tambahan cairan yang biasa diminum ◗ Rujuklah anak anda ke pusat kesehatan jika anak anda tidak bisa minum, sakitnya bertambah parah, jika ada darah dalam tinja
PENTING UNTUK DIINGAT: Ada 2 jenis diare: Akut (<14 hari) dan kronis (>14 hari). Obat Pada umunya penyebab diare adalah virus (Rotavirus).Tidak ada obat yang mampu dengan aman dan efisien menghentikan diare. Antibiotik tidak disarankan kecuali untuk diare yang disebabkan oleh bakteri. Obat-obatan anti motilitas (seperti loperamide) bisa membahayakan, khususnya untuk anak yang berusia dibawah 5 tahun. Obat-obatan tersebut mengurangi kram dan rasa sakit sementara tetapi memperlambat dari pembersihan organisme oleh sebab itu sakit bisa sembuh lebih lama. ■
If your children has diarrhea: ◗ Give extra fluids as much as the child can take such as milk, ORS, water, vegetable soup, boiled rice ◗ Breast feed frequently ◗ After each stools give additional fluids in addition to the usual fluid intake ◗ Refer to the health center if your child can not drink, is getting sicker, if there is blood in the stool.
GOOD TO REMEMBER: There are 2 kinds of diarrhea: Acute (<14 days) and Chronic (>14 days). Medicines The common cause of diarrhea is a virus (Rotavirus). There are no drugs able to safely and efficiently stop diarrhea. Antibiotics are not recommended except for diarrhea caused by bacteria. Anti motility drugs (such as loperamide) may be harmful, especially for children under 5 years old. They temporarily reduce cramps and pain but delay elimination of organisms thus, the illness could last longer. ■
Rujukan pasien dengan diare/Referal of patients with diarrhea - Diare terus-menerus (>2 minggu) / Persistant diarrhea (>2 weeks) - Disentri / Dysentry - Pasien tidak sanggup minum / Patient unable to drink - Cubitan kulit kembali sangat lambat / Very slow skin pinch
- Rujuklah segera ke rumah sakit terdekat Refer urgently to the closest hospital
- Minum lebih banyak / Drink eagerly - Cubitan kulit kembali lambat / Slow skin pinch
- Obati dehidrasi dengan oralit / Treat the dehydration with ORS - Rawat rumah / Home cares
- Minum normal / Drink normally - Cubitan kulit kembali normal / Normal skin pinch
- Rawat rumah / Home cares
pembawa pesan kesehatan 55
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP AIR, SANITASI DAN HIGIENE DI ACEH Knowledge, Attitudes and Practices on Water, Sanitation and Hygiene in Aceh Sasimar Sangchantr, PhD MPH, Riza Adirza, Damaris Monteiro and Soegeng Afriyanto - Tim Kesehatan Masyarakat/Public Health Team, International Organization for Migration
Proyek Air dan Sanitasi Masyarakat International Organization for Migration (IOM) adalah proyek perbaikan kembali pasca tsunami dengan target 2,854 keluarga di 83 komunitas di 11 kabupaten wilayah pesisir pantai di Aceh. Proyek ini didanai oleh American Red Cross, tujuannya untuk meningkatkan ketersediaan air dan sanitasi yang aman bagi masyarakat yang ditargetkan, untuk meningkatkan perilaku higiene yang baik di tingkat keluarga dan untuk membangun kapasitas masyarakat dalam mengelola, melaksanakan dan memelihara suplai air dan sistem sanitasi.
The International Organization for Migration (IOM) Community Water and Sanitation Project is a post-tsunami recovery project that targets 2,854 households in 83 communities across 11 coastal districts of Aceh. It is funded by the American Red Cross with objectives to increase availability of safe water and sanitation for targeted communities, to improve good hygiene practices at the household level, and to build capacity of targeted communities to administer, operate and maintain safe water supply and sanitation systems.
Pada bulan Desember 2007 dan Januari 2008, IOM melaksanakan sebuah studi untuk menilai Pengetahuan, Sikap dan Perilaku masyarakat yang ditargetkan mengenai isu-isu yang berkaitan dengan air, sanitasi dan higiene. Hasil studi tersebut ditujukan untuk menilai kondisi dasar dari populasi target, untuk memberikan panduan dalam pengembangan dan implementasi strategi kesehatan masyarakat dan selanjutnya untuk memungkinkan mengukur perkembangan yang diperoleh setelah implementasi intervensi kesehatan yang bertujuan untuk mempengaruhi perubahan perilaku.
In December 2007 and January 2008, IOM conducted a study to assess the Knowledge, Attitudes and Practices (KAP) of targeted communities on issues related to water, sanitation and hygiene. Results of the study serve to document baseline conditions of the target population, to guide the development and implementation of public health strategy, and later to enable measurement of progress achieved after implementation of health interventions aiming to affect behavior change.
56 health messenger
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
Sebuah survei keluarga dilakukan secara acak dan observasi langsung yang mencakup 1.102 keluarga di 75 dari 83 tempat di 11 kabupaten/kota (Tabel 1). Pertanyaan-pertanyaan survei diarahkan kepada para ibu atau wanita dewasa dalam setiap keluarga karena biasanya mereka adalah orang utama yang bertanggung jawab untuk mengolah dan menyimpan air minum, memasak makanan, merawat anak, dll, untuk seluruh anggota keluarga.
A randomized household survey and direct observations covered 1,102 households in 75 of 83 sites in 11 districts (Table 1). Survey questions were directed to the mother or adult female of the household, as she is typically the primary person in her household responsible for preparing and storing drinking water, cooking meals, caring for children, etc. for all household members.
Dengan anggapan bahwa penduduk yang tinggal di rumahrumah IOM dapat mewakili sebagian besar masyarakat Aceh, maka hasil dari studi PSP ini secara umum dapat digunakan oleh petugas kesehatan di sejumlah wilayah Aceh yang tercakup dalam studi ini. Kami berbagi informasi ini dengan rekan-rekan petugas kesehatan di Aceh dengan harapan bahwa hal ini dapat membantu kita semua dalam menggunakan waktu dan sumber daya yang terbatas untuk mempromosikan perilaku hidup sehat yang berkaitan dengan air, sanitasi dan higiene secara lebih efektif.
Assuming that people living in IOM houses comprise a representative subset of the larger Acehnese communities in which they live, results from this KAP study may be used generally by health workers active in areas of Aceh covered by the study. We share this information with fellow health workers in Aceh with the hope that it helps us all utilize limited time and resources to promote healthy practices related to water, sanitation and hygiene more effectively.
Artikel ini merangkum hasil-hasil utama dari studi tersebut, menyoroti permasalahan yang ada terkait pengetahuan, sikap dan perilaku diantara masyarakat Aceh dan memberi saran cara-cara untuk mengarahkan usaha promosi higiene.
Tabel 1. Ukuran sampel per kabupaten/kota Table 1. Sample size per district No
Kabupaten/Kota District
# Lokasi # Sites
# Sampel Keluarga # Households Sampled
1
Banda Aceh
16
147
2
Aceh Besar
16
251
3
Pidie
6
65
4
Bireuen
9
108
5
Lhokseumawe
6
132
6
Aceh Utara
12
159
7
Aceh Timur
1
20
8
Aceh Jaya
2
101
9
Aceh Barat
5
84
10
Nagan Raya
1
15
11
Aceh Singkil
1
20
75
1102
TOTAL
The present article summaries key results from the study, highlights evident gaps in knowledge, attitudes and practices among Acehnese communities, and suggests ways to direct hygiene promotion efforts.
Drinking water Mothers in Aceh have variable standards for what constitutes usable household water, and they make clear distinctions between what they perceive as water quality suitable for drinking versus water quality suitable for washing or bathing. Some use washing and bathing water for drinking if they perceive the water quality to be clean, while others never use washing and bathing water for drinking, no matter how clean the water seems. Among households surveyed, the most common source of drinking water is refill water purchased from local vendors (35.7%). 29.2% of households consume water obtained from shallow wells or boreholes and 12.2% from the regional water utility or PDAM (Perusahaan Daerah Air Mandi). Good KAP on how to prepare and store safe drinking water are high among mothers surveyed. Almost all boil their water before drinking it (94.2%). A small percentage prepares safe drinking water by chlorination or UV disinfection (1.0%). Fewer than 5% of households consume unsafe water directly from its source. 88.6% of mothers understand that safe drinking water should be stored in closed containers to prevent
pembawa pesan kesehatan 57
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
Air Minum Para ibu di Aceh memiliki standar yang bervariasi terhadap definisi air yang dapat digunakan oleh keluarga dan mereka membuat perbedaan yang nyata antara apa yang mereka pahami tentang kualitas air yang cocok untuk diminum dengan kualitas air yang cocok untuk mencuci dan mandi. Beberapa dari mereka menggunakan air untuk mencuci dan mandi untuk air minum jika mereka menganggap bahwa air itu cukup bersih, sementara yang lainnya tidak pernah menggunakan air mencuci dan mandi untuk air minum walaupun air tersebut kelihatan bersih. Diantara keluarga yang disurvei, sumber air minum paling banyak berasal dari depot air minum isi ulang setempat (35,7%). 29,2% keluarga mengkonsumsi air yang diperoleh dari sumur dangkal atau sumur bor dan 12,2% dari penggunaan air daerah atau PDAM (Perusahaan Daerah Air Mandi).
recontamination. Observational data confirm that these households store their drinking water in various kinds of good containers with removable caps, such as teakettles or refill water dispensers (84.8%). However, practice on closing caps properly can be improved. Only 65.0% of households were observed to keep all of their water storage containers closed properly. Hygiene promotion should concentrate on the importance of keeping safe drinking water stored in closed containers and remind mothers to keep container caps properly closed. The vital practice of treating water to make it safe for drinking should be reinforced as well, with aims to reach those households that still consume unsafe water directly from its source.
Defecation Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) yang baik tentang bagaimana cara menyiapkan dan menyimpan air minum terlihat cukup tinggi diantara para ibu yang disurvei. Hampir semua merebus air sebelum diminum (94.2%). Sebagian kecil menyiapkan air minum yang aman dengan klorinisasi atau disinfeksi UV (1.0%). Kurang dari 5% keluarga mengkonsumsi air yang tidak aman langsung dari sumbernya. 88,6% dari para ibu paham bahwa air minum yang aman harus disimpan di dalam wadah yang tertutup untuk mencegah rekontaminasi. Data observasi menegaskan bahwa keluarga menyimpan air minum mereka di dalam berbagai jenis wadah yang baik dengan tutup, seperti teko teh atau dispenser air isi ulang (84,8%).Namun demikian,perilaku dalam menutup wadah dengan cara yang benar harus ditingkatkan lagi. Hanya 65,0% dari keluarga yang diobservasi menutup wadah penyimpanan air dengan benar. Promosi higiene harus ditujukan pada pentingnya menyimpan air minum di dalam wadah yang tertutup dan mengingatkan para ibu untuk tetap menjaga supaya wadah ditutup dengan benar. Perilaku penting dalam menangani air yaitu membuat air aman untuk diminum harus ditekankan bagi para keluarga yang masih mengkonsumsi air yang tidak aman langsung dari sumbernya.
Buang air besar Diantara para ibu yang disurvei, pengetahuan dan sikap yang baik terhadap perilaku BAB yang sehat hasilnya cukup tinggi. Secara umum, para ibu paham bahwa mereka tidak boleh BAB di ruang terbuka dan bahwa ada resiko kesehatan yang dikaitkan dengan membiarkan tinja di ruang terbuka (>90%).
58 health messenger
Among mothers surveyed, good knowledge and attitudes on healthy defecation behavior are high. In general, mothers understand that they should not defecate outdoors and that there are health risks associated with leaving feces exposed to open air (>90%). Good practice, however, is lacking. Although all houses surveyed have private bathrooms and 93.7% of toilets were confirmed to be functional at the time of the survey, as many as 12.2% of households do not use the toilets in their own homes regularly. Instead, they use nearby public toilets or defecate outdoors (e.g. open fields, rivers, drainage ditches, forests, beaches). Children in particular are more inclined to defecate outdoors. Evidence of open defecation was observed in 17.1% of sites surveyed. Further qualitative study should look into reasons why people defecate outdoors despite having good knowledge and attitudes on healthy defecation and private indoor facilities available. For example, farmers may defecate in their fields during the day simply because there are no toilets available nearby and it is convenient, in which case safe alternatives to open defecation in this context should be considered and promoted. Hygiene promotion should reinforce negative attitudes towards open defecation and encourage mothers to teach their children good defecation habits.
Hand washing with soap Most mothers have decent knowledge on the health benefits of hand washing with soap. They generally
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
Akan tetapi perilaku yang baik masih kurang. Walaupun semua rumah yang disurvei memiliki kamar mandi pribadi dan 93,7% toilet dipastikan berfungsi dengan baik pada saat survei, ada sebanyak 12,2% keluarga tidak memakai toilet di rumah mereka sendiri secara teratur. Sebaliknya mereka menggunakan toilet umum atau BAB di sembarang tempat (contoh, lapangan terbuka, sungai, selokan pembuangan air, hutan, pantai).Terutama anak-anak, mereka lebih cenderung BAB di ruang terbuka. Bukti bahwa masyarakat masih BAB disembarang tempat di temukan di17,1% area yang disurvei. Studi kualitatif lebih lanjut harus menginvestigasi alasan mengapa masyarakat BAB di ruangan terbuka walaupun mereka memiliki pengetahuan dan sikap yang baik mengenai cara BAB yang sehat dan tersedia fasilitas di dalam ruangan. Sebagai contoh, petani mungkin BAB di sawah mereka hanya karena tidak tersedia jamban yang dekat dan nyaman, dalam hal ini maka alternatif yang aman untuk BAB di ruang terbuka dalam konteks ini harus dipertimbangkan dan dipromosikan. Promosi higiene harus menekankan sikap negatif terhadap BAB di tempat terbuka dan mendorong para ibu untuk mengajarkan pada anak mereka kebiasaan BAB yang baik.
understand the germ theory of disease, that dirty hands may contain germs, and that they can become sick if they do not wash their hands (79.1%). Almost all are knowledgeable on the most critical times to wash their hands to prevent sickness, including before eating, before preparing food, and after defecating (>96%). The importance of using soap (rather than water alone) to wash hands properly is understood by 43.9% of mothers surveyed. Actual practice is comparably low or lower still, though almost all mothers use soap on a daily basis, either for washing or bathing (98.5%). “Lifebuoy” (40.4%) and “Lux” (19.3%) are the most popular brands of soap purchased for bathing, including hand washing. Interestingly, there is no statistically significant difference among the economic classes in hand washing practice (p>0.05). Hygiene promotion should emphasize the importance of using soap to wash hands properly in order to prevent sickness. Knowledge on critical times to use
pembawa pesan kesehatan 59
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
Cuci tangan dengan sabun Sebagian besar para ibu memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai keuntungan kesehatan dari mencuci tangan dengan sabun. Umumnya mereka memahami teori kuman penyakit yaitu tangan yang kotor mengandung kuman dan mereka dapat sakit jika tidak mencuci tangan mereka (79,1%). Hampir semua dari mereka memiliki pengetahuan mengenai saat-saat kritis untuk mencuci tangan guna mencegah penyakit seperti saat sebelum makan, sebelum mengolah makanan dan setelah buang air besar (>96%). Pentingnya mencuci tangan yang benar dengan sabun (daripada dengan air saja) dipahami oleh sebanyak 43,9% ibu yang disurvei. Namun pada kenyataannya perilaku mereka masih agak rendah, walaupun hampir semua ibu menggunakan sabun setiap harinya, baik untuk mencuci maupun mandi (98,5%).“Lifebuoy”(40,4%) dan “Lux”(19,3%) merupakan 2 merek sabun paling terkenal yang dibeli untuk mandi termasuk cuci tangan. Dan yang menarik, tidak ada perbedaan signifikan diantara kelas-kelas ekonomi masyarakat dalam hal perilaku mencuci tangan. Promosi higiene harus menekankan pentingnya menggunakan sabun saat mencuci tangan dengan benar guna mencegah penyakit. Pengetahuan mengenai saat-saat penting untuk menggunakan sabun di dalam rumah harus diperkuat lagi. Akses terhadap sabun tidak menjadi masalah karena hampir semua ibu menggunakan sabun setiap harinya (98,5%).Akses terhadap sabun di luar rumah mungkin menjadi masalah dan kesulitan lingkungan yang mungkin ada di luar rumah seharusnya dipertimbangkan.
Penyakit yang berkaitan dengan air, sanitasi dan higiene Penyakit yang paling umum berkaitan dengan air, sanitasi dan higiene yang diderita oleh keluarga yang disurvei selama 12 bulan terakhir adalah diare (24,2%), malaria dan demam berdarah (6,6%), dan tipus (2,6%). Prevalensi cacingan (cacing parasit) tidak tinggi, namun potensi keparahan cacingan pada anak yang terinfeksi harus diberi perhatian khusus. Kasus-kasus serius diantara beberapa keluarga mencatat bahwa cacing keluar dari mulut dan anus anakanak dan terdapat di muntahan mereka (n=12). Sekali lagi, sebagian besar ibu yang disurvei memahami bahwa mereka bisa jatuh sakit jika tidak mencuci tangan dengan sabun pada saat-saat penting (79,1%). Selanjutnya, mereka juga paham bahwa mencuci tangan dengan sabun pada saat-saat penting dapat mencegah penyakit khususnya diare (59,9%). Sebagian besar dari mereka juga tahu bahwa
60 health messenger
soap when washing hands should be reinforced. Access to soap inside the home is not an issue as almost all mothers use soap on a daily basis (98.5%). Access to soap outside the home may be an issue, and potential environmental barriers outside the home should be considered.
Diseases related to water, sanitation and hygiene The most common diseases related to water, sanitation and hygiene suffered over the previous 12 months by households surveyed were diarrhea (24.2%), malaria and dengue (6.6%), and typhoid (2.6%). Prevalence of helminthes (parasitic worms) is not high, but the potential severity of helminthes in infected children warrants it particular attention. Serious cases among a small number of households document worms coming out of their children’s mouths and bottoms and present in their children’s vomit (n=12).
Good to remember: Results of KAP study may be used by health workers to promote healthy practices related to water, hygiene and sanitation.
Penting untuk diingat: Hasil penelitian KAP mungkin dapat digunakan oleh petugas kesehatan untuk mempromosikan perilaku hidup sehat yang berhubungan dengan air, higiene dan sanitasi. Again, most mothers surveyed understand that they can become sick if they do not wash their hands with soap at critical times (79.1%). Moreover, they understand that hand washing with soap at critical times can prevent diarrhea specifically (59.9%). Most also know that they can become sick from drinking unsafe water (78.6%) and that diarrhea can be caused by drinking unsafe water (68.2%).
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
mereka dapat sakit karena minum air yang tidak aman (78,6%) dan diare dapat disebabkan karena minum air yang tidak aman (68,2%). 84,2% dari para ibu menyadari akan potensi bahaya diare bahwa diare dapat menyebabkan kematian pada anak disebabkan oleh dehidrasi jika tidak ditangani. Hal ini sesuai, karena mereka membawa anak mereka yang sakit ke fasilitas kesehatan setempat dalam waktu 24 jam pertama sejak diare diketahui (83,5%). Sekitar separuh dari para ibu yang disurvei menangani diare dengan “Oralit” atau ORT (Oral Rehydration Therapy; 49,9%). Beberapa dari mereka memakai larutan rehidrasi yang dibuat sendiri terdiri dari gula dan garam disebut Larutan Gula Garam (LGG) (21,2%). Pada saat survei, 14% keluarga memiliki paling sedikit satu anggota keluarga yang pernah menderita diare dalam dua minggu terakhir. Sama seperti perilaku mencuci tangan, tidak ada perbedaan signifikan akan prevalensi diare diantara kelas-kelas ekonomi masyarakat (p>0,05). Promosi higiene harus bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai penyebab, pencegahan dan penanganan khususnya diare, dengan penekanan bahwa pada kenyataannya diare dapat menjadi fatal terutama pada anak-anak dibawah lima tahun. Ibu harus didorong untuk segera mencari perawatan medis bagi bayi dan balita yang terkena diare begitu melihat gejala diare. Resep LGG dan penggunaannya sebagai suatu cara yang sederhana, tersedia, murah dan efektif untuk mencegah dehidrasi harus dipromosikan dengan lebih baik lagi. Peningkatan kesadaran terhadap prevalensi kasus cacingan yang parah di Aceh mungkin dapat digunakan untuk memberikan pelajaran kepada masyarakat sehingga mereka meningkatkan perilaku higiene yang baik secara umum. ■
84.2% of mothers are aware of the potential severity of diarrhea, that it can cause death in children from dehydration if left untreated. Appropriately, they bring their sick children to a local health facility within the first 24 hours diarrhea is observed (83.5%). About half of mothers surveyed treat diarrhea with “Oralit” or ORT (Oral Rehydration Therapy; 49.9%). Some use a homemade rehydration solution comprised of sugar and salt called Larutan Gula Garam (LGG) (21.2%). At the time of the survey, 14.0% of households had at least one member in the house suffer from diarrhea in the previous two weeks. Like hand washing practice, there is no statistically significant difference in prevalence of diarrhea among the economic classes (p>0.05). Hygiene promotion should aim to improve knowledge on causes, prevention and treatment of diarrhea specifically, stressing the reality that diarrhea can be fatal particularly in children under five. Mothers should be encouraged to seek medical care for infants and toddlers with diarrhea immediately upon onset of symptoms. The recipe for LGG and its use as a simple, readily available, cheap and effective means to prevent dehydration should be better promoted. Increasing awareness on prevalence of severe helminthes cases in Aceh may be used to shock communities in improving good hygiene practices generally. ■
pembawa pesan kesehatan 61
TAKARIR Akut: Penyakit yang terjadi mendadak dan berkelanjutan singkat serta gawat. Angioedema: Penyakit alergi pada kulit yang ditandai dengan urtika yang mengenai lapisan kulit lebih dalam daripada kulit jangat, dapat terjadi di lapisan mukosa dan bisa juga saluran cerna. Anti motility drugs: Obat untuk menghambat peristaltik usus. Antraks: Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Bacillus anthracis yang terutama menyerang hewan ternak tetapi dapat juga menyerang manusia yang mengakibatkan kelainan di kulit, saluran cerna dan paru. Arthralgia: Nyeri sendi. Ada banyak sebab pada nyeri sendi. Bacterial Vaginosis: Kondisi pada wanita dimana keseimbangan normal bakteri vagina terganggu dan diganti oleh bakteri lain yang dapat menyebabkan infeksi pada vagina, umumnya Gardnerella vaginalis. Kadang kala disertai dengan timbulnya gejala pada vagina berupa: lendir, bau, nyeri, gatal dan rasa terbakar. Booster vaksinasi: Dosis tambahan vaksin yang diberikan secara periodik untuk mempertahankan sistem imun. Sebagai contoh, tambahan dosis vaksin tetanus dan difteri direkomendasikan untuk diberikan setiap 10 tahun sekali untuk orang dewasa. CHAST: Pelatihan hygiene dan sanitasi untuk anak-anak. Delirium: Keadaan status mental, kebingungan yang diakibatkan oleh demam tinggi, intoksikasi, syok atau sebab lain yang ditandai dengan cemas, disorientasi, gangguan ingatan, halusinasi, tremor dan bicara ngawur. Dermatofitosis: infeksi pada kulit, kuku dan rambut yang disebabkan oleh dermatofita (jamur) dan ditandai oleh kulit yang merah, papula, vesikel dan skuama. Disability Adjusted Life Years (DALY): Jumlah tahun yang hilang dari kehidupan potensial yang disebabkan oleh kematian dini atau jumlah tahun yang hilang dari kehidupan produktif karena kecacatan. Disentri: Radang pada selaput lendir usus yang ditandai dengan diare dan tinja bercampur lendir dan darah. Disinfeksi: Membersihkan serta membunuh atau menghambat pertumbuhan mikro organisme penyebab penyakit. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC): Kelainan perdarahan yang terjadi akibat aktivitas yang tidak terkontrol dari faktor pembeku darah dan enzim fibrinolitik diseluruh pembuluh darah kecil, sehingga mengakibatkan nekrosis dan perdarahan. Erisipelas: Infeksi akut pada kulit oleh bakteri streptokokus, yang menyebabkan terjadinya inflamasi dikulit yang menyebar ke lapisan lemak dibawah kulit. Eritema: Perubahan warna kulit menjadi kemerah-merahan karena kongesti kapiler. Fissura: Kulit yang pecah-pecah, biasanya terjadi pada membran mukosa yang membentuk luka seperti kulit yang retak. HBV: Hepatitis B Virus.
62 health messenger
HCV: Hepatitis C Virus. Hipovolemia: Volume sirkulasi darah yang rendah. HIV: Virus imunodefisiensi pada manusia (Human Immunodeficiency Virus). Infeksi nosokomial: Infeksi yang terjadi atau berasal dari rumah sakit, umumnya terjadi 72 jam setelah masuk rumah sakit yang bisa terjadi pada pasien atau petugas rumah sakit. Insiden: Frekuensi kejadian misalnya penyakit tertentu pada daerah atau populasi tertentu. Pada epidemiologi, insiden adalah jumlah kasus baru dalam periode waktu tertentu. Kronik: Menahun dan berlangsung dalam waktu yang lama. Leukopenia: Jumlah sel darah putih (leukosit) yang rendah dari jumlah normal Makula: Bercak berupa perubahan kulit semata-mata yang biasanya tidak meninggi diatas permukaan kulit. Mialgia: Nyeri pada satu otot; atau nyeri pada beberapa otot. Nosokomial: Yang berasal dan terjadi di rumah sakit, khususnya ditujukan kepada infeksi. Papula: Tonjolan kulit yang kecil, berbatas jelas dan padat yang berdiameter kurang dari 1 cm. Papula dapat terinfeksi karena garukan. Patch test (tes tempel): Tes sensitivitas alergi pada kulit yang dilakukan dengan memasukkan bahan allergen yang diduga kedalam kulit dengan alat bedah kecil dalam jangka waktu tertentu untuk mengetahui ada tidaknya reaksi alergi yang timbul. Pengobatan topical: Pengobatan setempat pada kulit. PHAST: Pelatihan hygiene dan sanitasi yang berbasis partisipasi masyarakat. Psoriasis: Penyakit kulit menahun dengan kelainan berupa kulit kemerahan, disertai pembentukan sisik-sisik berwarna perak yang tertumpuk berlapis-lapis, bisa diseluruh badan, tetapi terbanyak di lengan dan tungkai. Penyakit ini tidak menular dan belum jelas sebabnya. Pustule: Gelembung dikulit yang berisi nanah dilapisan epidermis atau dibawahnya yaitu di dermis dengan diameter < 1 cm. Skuama: Serpih lapisan tanduk kulit ari yang terlepas. Sporozoit: Bentuk plasmodium yang dilepaskan dari ookista dalam nyamuk untuk berkumpul dalam kelenjar ludah nyamuk dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Tenesmus: Sasme dan rasa nyeri pada lubang anus yang diikuti rasa ingin BAB tetapi tidak disertai dengan keluarnya tinja. Trombositopenia: Berkurangnya jumlah sel-sel yang berfungsi untuk pembekuan darah (trombosit) dalam darah tepi. Sel-sel ini disebut juga platelet (trombosit). Ulserasi: Terjadinya tukak. Vesikel: Gelembung kecil dikulit (seperti bisul kecil), biasanya berisi cairan dengan diameter < 1 cm.
GLOSSARY Acute: An illness that is of short duration, rapidly progressive, and in need of urgent care. Angioedema: An allergic skin disease characterized by patches of confined swelling involving the skin, the layers beneath the skin, the mucous membranes and sometimes the viscera. Anthrax: Infection caused by the bacterium Bacillus anthracis that primarily affects livestock but that can occasionally spread to humans, affecting either the skin, intestines or lungs. Anti motility drugs: Medicines that prevent the intestinal peristaltic. Arthralgias: Pain in the joints. There are many possible causes of pain in a joint. Bacterial Vaginosis: A vaginal condition where the normal balance of bacteria in the vagina is disrupted and replaced by an overgrowth of certain bacteria, generally Gardnerella vaginalis. It is sometimes accompanied by discharge, odor, pain, itching or burning. Booster vaccination: An additional dose of a vaccine needed periodically to "boost" the immune system. For example, a booster shot of the tetanus and diphtheria (Td) vaccine is recommended for adults every 10 years. CHAST: Children’s Hygiene and Sanitation Training. Chronic: Persisting over a long period of time. Delirium: A temporary state of mental confusion resulting from high fever, intoxication, shock, or other causes, and characterized by anxiety, disorientation, memory impairment, hallucinations, trembling, and incoherent speech. Dermatophytosis: Infection of the skin, hair, or nails caused by a dermatophyte (fungus) and characterized by redness of the skin, small papulae, vesicles, fissures, and scaling. Disability Adjusted Life Years (DALY): The sum of years of potential life lost due to premature mortality and the years of productive life lost due to disability. Disinfection: To cleanse so as to destroy or prevent the growth of diseasecarrying micro organisms. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC): Hemorrhagic disorder that occurs following the uncontrolled activation of clotting factors and fibrinolytic enzymes throughout small blood vessels, resulting in tissue necrosis and bleeding. Dysentery: Inflammation of the intestine characterized by the frequent passage of feces, usually with blood and mucus. Erysipelas: An acute streptococcus bacterial infection of the dermis, resulting in inflammation and characteristically extending into underlying fat tissue. Erythema: Redness of skin resulting from congestion of capillaries. Fissure: a break in the skin, usually where it joins a mucous membrane, producing a crack like a sore or an ulcer.
HIV: Human Immunodeficiency Virus. Hypovolaemia: A blood disorder consisting of a decrease in the volume of circulating blood. Incidence: The frequency with which something, such as a disease, appears in a particular population or area. In disease epidemiology, the incidence is the number of newly diagnosed cases during a specific time period. Leukopenia: Lower than the normal amount of white blood cells (leukocytes). Macula: Small flat and discoloured spot on the skin. Myalgia: Pain in a muscle; or pain in multiple muscles. Nosocomial: Originating or taking place in a hospital, acquired in a hospital, especially in reference to an infection. Nosocomial infection: Infection present or originating in the hospital, generally occurring 72 hours after admittance which can affect patients as well as hospital personnel. Papulae: A small solid rounded bump rising from the skin that is usually less than 1 centimeter in diameter. Papulae may open when scratched and become infected. Patch test: Allergic sensitivity test in which a suspected allergen is applied on a small surgical pad on the skin for a certain period of time in order to determine if an allergic response is present. PHAST: Participatory Hygiene and Sanitation Transformation. Psoriasis: Chronic dermatitis with erythematous scaling patches covered by silvery white scales.that can be found on all the body but mostly on arms and legs. It is non-infectious and causes are unknown. Pustule: A visible collection of pus in the epidermis layer of the skin or beneath it, in the dermis with a diameter < 1 cm. Sporozoite: form of plasmodium which is produced by oocysts in the mosquito, accumulate in the vector’s saliva glands and are transferred to the definitive host by the bite of the infected mosquito. Squama: Scaly or platelike structure on the epidermis layer of the skin. Tenesmus: Painful spasm of the anal sphincter along with an urgent desire to defecate without the significant production of faeces. Thrombocytopenia: Abnormal drop in the number of blood cells involved in forming blood clots. These cells are called platelets (thrombocytes). Topical therapy: Local treatment on certain areas of skin. Ulceration: An ulcer or an ulcerous condition. Vesicle: A small circumscribed epidermal elevation (like a blister), usually containing a clear fluid with diameter < 1 cm.
HBV: Hepatitis B Virus. HCV: Hepatitis C Virus.
pembawa pesan kesehatan 63
GAME PERMAINAN
1
2 3
4
5
6 8
10
11
9
12
14 16
7
13
15
17
18
19
20
21 22
23 24
25
26 27 28
29
30 31 32
33 34
36
37
39
40
41
43 45
46
42
44
47
48
MENDATAR 4. Demam 10. Pengambilan jaringan tubuh secara bedah untuk pemeriksaan mikroskopik 11. Radang pada gusi 13. Laju Endap Darah 17. Jerawat 19. Luka baring, luka karena tekanan terus-menerus 21. Masa setelah melahirkan 22. Salah satu contoh water-borne disease 24. Alat yang diletakkan dalam rahim untuk mencegah terjadinya kehamilan 25. Campak 26. Radang telinga 28. Sel darah putih 30. Tulang hasta 31. Hilangnya daya untuk bergerak/lumpuh 32. Pembuluh darah balik 34. Vektor malaria
64 health messenger
35
38
49
39. Magnetic Resonance Imaging 40. Selaput lendir 44. Radang saluran cerna yang disebabkan oleh Vibrio cholerae 45. Kesulitan kencing/sakit sewaktu kencing 47. Inflamasi 48. Tungkai atas/paha 49. Perubahan warna pada kulit tanpa adanya penonjolan
MENURUN: 1. Lapisan keras yang meliputi permukaan mahkota dan leher gigi 2.Gerakan yang tidak disadari 3. Tidak bisa / susah tidur 5. Vaksin untuk mencegah TBC 6. Cairan yang diberikan kepada penderita diare 7. Gerakan anggota badan menjauhi sumbu tengah tubuh
8. Sakit kepala sebelah 9. Sunat/khitan 12. Intensive Care Unit 14. Rahang bawah 15. Infeksi yang terjadi di rumah sakit 16. Zat hijau daun 18. Tajam penglihatan 20. Borok/luka terinfeksi 23. Ayan/sawan 27. Rahim/kandungan ibu 29. Dengue Syok Syndrome 31. Penyebab malaria 33. Keguguran 35. Kulit ari 36. Pemakan segala 37. Lemak 38. Cacing gelang 41. Rabun dekat 42. Patah tulang 43. Epidemi 46. Intra Muscular
INFORMATION INFORMASI
1. EMAIL - 2. REFLEKS - 3. INSOMNIA - 5. BCG - 6. ORALIT - 7. ABDUKSI - 8. MIGREN - 9. SIRKUMSISI - 12. ICU - 14. MANDIBULA - 15. NOSOKOMIAL 16. KLOROFIL - 18. VISUS - 20. ULKUS - 23. EPILEPSI - 27. UTERUS - 29. DSS - 31. PLASMODIUM - 33. ABORTUS - 35. EPIDERMIS - 36. OMNIVORA 37. LIPID - 38. ASKARIS - 41. MIOPIA - 42. FRAKTUR - 43. WABAH - 46. IM
MENURUN: 4. FEBRIS - 10. BIOPSI - 11. GINGIVITIS - 13. LED - 17. ACNE - 19. DEKUBITUS - 21. NIFAS - 22. DIARE - 24. IUD - 25. MORBILI - 26. OTITIS - 28. LEUKOSIT 30. ULNA - 31. PARALISIS - 32. VENA - 34. ANOPELES - 39. MRI - 40. MUKOSA - 44. KOLERA - 45. DISURIA - 47. RADANG - 48. FEMUR - 49. MAKULA
MENDATAR
SUBSCRIPTIONBERLANGGANAN Organisasi anda dapat berlangganan majalah Pembawa Pesan Kesehatan:
Your organisation can take out subscription to the Health Messenger Magazine as:
LSM Internasional
International NGO <300 copies - Rp 50.000 >300 copies - Rp 44.500
<300 eksemplar - Rp 50.000 >300 eksemplar - Rp 44.500 Institusi Lokal <300 eksemplar - Rp 38.000 >300 eksemplar - Rp 30.000 LSM Lokal <300 eksemplar - Rp 20.000 >300 eksemplar - Rp 15.000
Local Institution <300 copies - Rp 38.000 >300 copies - Rp 30.000 Local NGO <300 copies - Rp 20.000 >300 copies - Rp 15.000
ADVERTISING PARIWARA Organisasi anda dapat menerbitkan pariwara di majalah Pembawa Pesan Kesehatan. Untuk informasi, silakan menghubungi kami. Your organisation can publish an advertising in the Health Messenger Magazine. For more information, please contact us.
CONTACTKONTAK Aide Médicale Internationale Lr. Tgk. Meunara VII, no.6 Desa. Garot Geuceu Kec. Darul Imarah Aceh Besar, NAD
[email protected]
Aide Médicale Internationale (AMI) is a nongovernmental, non-profit organization (NGO). It is apolitical and secular. The goal of Aide Médicale Internationale is to implement or re-establish access to health care for deprived and isolated populations. AMI was founded in 1979 by a group of twenty volunteer doctors and nurses. Since its creation, Aide Médicale Internationale has developed programs in more than thirty countries. Now present in 9 countries, AMI teams provide primary health care, prevent infections, and implement health education programs. They also equip, rehabilitate and supply health care structures and train health care personnel. AMI has been working in Indonesia since March 2005 to provide Indonesian health workers, in the province of Aceh, with a continuous training tool appropriate to improve their knowledge and skills.
Aide Médicale Internationale (AMI) adalah suatu organisasi nirlaba non-pemerintah.AMI tidak berpolitik dan bersifat sekuler. Aide Médicale Internationale bertujuan untuk mewujudkan atau membangun kembali akses layanan kesehatan bagi masyarakat yang tersisihkan dan terisolasi. AMI didirikan pada tahun 1979 oleh dua puluh orang dokter dan perawat relawan. Sejak pendiriannya, Aide Médicale Internationale telah mengembangkan program di lebih dari tiga puluh negara. Saat ini AMI bekerja di sembilan negara. Tim AMI memberikan layanan kesehatan primer, pencegahan infeksi, dan melakukan program pendidikan kesehatan. AMI juga melengkapi, merehabilitasi dan mensuplai pusat layanan kesehatan serta melatih petugas kesehatan. AMI telah bekerja di Indonesia sejak Maret 2005 untuk membantu para pekerja kesehatan Indonesia di Provinsi Aceh dengan sejumlah perangkat pelatihan yang tepat guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka.
Funded by /Didanai oleh:
Contributors / Kontributor:
www.amifrance.org