KESALAHAN BERBAHASA INGGRIS DALAM FILM INDEPENDEN KARYA MAHASISWA CRIMSON BOOK OF PROMISES
Marliyana Fitriyah, Siti Nurul Muthmainnah,Nur Mukminatien Jurusan Sastra Inggris, Fak. Sastra Universitas Negeri Malang
Abstract: This article reports on a research project investigating the errors made by the characters in using English in the film Crimson Book of Promises, an independent film produced by a group of students of the English Department, State University of Malang. Using descriptive qualitative method, the findings show that the errors can be categorized into three main types, i.e. interlingual errors of interference from the native language, intralingual errors within the target language, and inaccuracies in measuring and appropriating to the sociolinguistic context of communication.
Key words: errors, interlingual, intralingual, sociolinguistic context Mengembangkan kompetensi ber-bahasa pembelajar bahasa kedua (B2) memerlukan latihan berinteraksi secara intensif dengan menggunakan B2 agar dapat mencapai hasil yang baik. Selain di dalam kelas, kegiatan belajar dapat juga dilakukan di luar kelas atau di luar jam pelajaran berupa tugas terstruktur atau tugas mandiri. Pembelajar yang bermotivasi tinggi dan kreatif akan melakukan kegiatan yang mendukung meskipun tidak ada tugas dari guru/dosen, misalnya, membentuk Speaking Club, koresponden, majalah dinding, drama, bahkan film independen. Kegiatan mandiri seperti ini menunjukkan kreativitas dan motivasi yang tinggi para pembelajar B2 dalam meningkatkan kompetensi bahasa baru nya. Banyaknya film independen ciptaan mahasiswa dewasa ini sebagai bentuk ekspresi diri telah menular kepada
mahasiswa Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, yang telah menghasilkan satu film independen berjudul Crimson Book of Promises. Film sebagai suatu bentuk karya seni lahir dari kreativitas orang-orang yang terlibat dalam proses penciptaannya. Film independen, yang juga disebut film underground, berbeda dengan film komersial yang ada pada umumnya. Renan (1967:17-21) menyebutkan: The Underground film is usually made for very little money and its exhibition is outside commercial film channels. .the making of them with such determination, freedom, a lifefulness that few commercial films have ever matched . primarily for reasons of personal or artistic expression with limited means.
Film Crimson Book of Promises (CBOP) merupakan salah satu dari sekian banyak film independen yang bermunculan. 17
18 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 1, Februari 2007
Film tersebut menggunakan bahasa Inggris dalam seluruh percakapan dalam ceritanya. Penggunaan bahasa Inggris dalam film itu menunjukkan bahwa pemainnya ingin mengekspresikan diri dalam bahasa baru nya (B2), sebagai bentuk kreativitas dalam karya mandiri. Kompetensi berbahasa pembelajar B2 berkembang dari tahap awal/pemula menuju ke tahap lanjut sehingga dalam kontinum perkembangan akan tampak adanya kesalahan berbahasa sebagai tanda perkembangan tersebut. Oleh Corder (1975), perkembangan itu disebut transisional competence (kompetensi transisional). Meskipun memiliki tingkat kompetensi B2 terbatas, para pembelajar B2 dapat dikategorikan sebagai penutur dwibahasawan (bilingual) IndonesiaInggris. Macnamara dalam Hamers & Blanc (1987:6) menyebutkan: A bilingual is anyone who possesses a minimal competence in one of the four language skills, i.e. listening comprehension, speaking, reading and writing in a language other than his mother tongue .
Titone dalam Hamers & Blanc (1987:7) menyatakan: Bilingualism is the individual s capacity to speak a second language while following the concepts and structure of that language rather than paraphrasing his or her mother tongue .
Kamaruddin (1989:27) mengelompokkan bilingualisme menurut cara terjadinya. Berdasarkan cara terjadinya, bilingualisme dapat dibagi menjadi dua, yaitu dwibahasawan alami atau natural bilingualism dan dwibahasawan sekunder atau secondary bilingualism. Natural bilingualism terjadi tanpa latihan khusus karena terjadi secara alami sedangkan secondary bilingualism terjadi melalui
pengajaran bahasa kedua yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematik. Dalam hal ini, pemain film dalam film CBOP termasuk dalam tipe yang kedua, yaitu secondary bilingualism karena mereka memelajari bahasa kedua dalam hal ini bahasa Inggris melalui pengajaran bahasa kedua dalam konteks pendidikan. Seorang bilingual dapat juga dibagi menurut kompetensinya dalam B2. Lambert dalam Hamers & Blanc (1987:8) membagi seorang bilingual menjadi dua, yaitu balanced bilingual, atau dwibahasawan seimbang dan dominant bilingual (dwibahasawan dominan). Balanced bilingual memunyai kompetensi yang seimbang dan ekuivalen pada kedua bahasa; yaitu B1 dan B2, sedangkan dominant bilingual memunyai kompetensi yang lebih superior pada B1 dari pada B2-nya. Cummins dalam Kamaruddin (1989:88) juga menyebutkan tiga tipe bilingualisme, yaitu limited bilingualism (dwibahasawan terbatas), partial bilingualism, (dwibahasawan parsial), dan proficient bilingualism (dwibahasawan mahir). Limited bilingualism ditandai oleh rendahnya kompetensi dalam kedua bahasa, baik B1 maupun B2. Partial bilingualism ditandai oleh penguasaan seperti penutur asli hanya dalam salah satu bahasa dan proficient bilingualism ditandai oleh penguasaan seperti penutur asli di dalam B1 dan B2. Kompetensi berbahasa seorang bilingual yang terbaik adalah yang diusulkan oleh McKintosh dan Strevens dalam Kamaruddin (1989:26), yaitu ambilingualism. Seorang bilingual yang memunyai tingkat kompetensi tersebut mampu memfungsikan kedua bahasanya secara sama baiknya pada semua kegiatan tanpa pengaruh atau turut campur bahasa yang satu terhadap bahasa lainnya. Fenomena bilingualisme erat hubungannya dengan pembelajaran bahasa kedua. Dalam hal ini, seseorang menjadi seorang bilingual jika mampu menguasai bahasa kedua melalui pembelajaran bahasa kedua. Teori pemerolehan bahasa kedua (second language acquisition) menyebutkan bahwa seseorang
Fitriyah, Muthmainnah dan Mukminatien, Kesalahan Berbahasa Inggris 19
yang belajar bahasa akan menguasai aturan-aturan sebuah bahasa dalam urutan yang dapat diprediksi; beberapa aturan dikuasai terlebih dahulu dan aturan-aturan lainnya dikuasai kemudian (Krashen, 1981; Ellis 1986; Dulay dkk. 1982). Dalam hal ini, seseorang yang belajar B2 dan kompetensinya dalam bahasa itu masih rendah akan cenderung membuat kesalahan (errors) dalam proses pembelajarannya. Brown (1987:164) mengungkapkan bahwa, human learning is fundamentally a process that involves the making of mistakes . Jadi, kesalahan berbahasa dalam proses menguasai sebuah bahasa baru merupakan sebuah proses yang alamiah. Subiyati (1989:48) mendefinisikan kesalahan berbahasa sebagai, suatu penampilan yang menyimpang dari kaidah yang berlaku . Sedangkan, Brown (1987:165) mendefinisikan kesalahan berbahasa sebagai, a noticeable deviation from the adult s grammar of a native speaker, reflecting the interlingual competence of the learner . Menurut Brown (1987:166), seorang bilingual yang melakukan kesalahan menggunakan B2 dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu (1) interlingual errors of interference from the native language, (2) intralingual errors within the target language, (3) the sociolingustic context of communication, dan (4) psycholinguistic or cognitive strategies serta beberapa variabel lain yang amat mungkin memengaruhi. Hamers dan Blanc (1987: 226) juga mengajukan penyebab seorang bilingual melakukan kesalahan, yaitu developmental processes (proses perkembangan), incomplete knowledge of L2 rules (penguasaan kaidah B2 yang terbatas) dan L1 transfer (transfer B1). Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mendiskripsikan kesalahan-kesalahan berbahasa Inggris para pemain film CBOP sebagai pembelajar
bahasa Inggris; tidak menganalisis isi dan alur ceritanya. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis-jenis kesalahan dalam penggunaan bahasa Inggris oleh pembelajar bahasa Inggris. Dengan demikian, pengajar dapat mengantisipasi tindakan yang dapat meminimalkan munculnya kesalahan tersebut dengan berbagai kegiatan pembelajaran yang relevan. Selain itu, pembelajar juga dapat mengambil manfaat dari hasil penelitian ini sebagai masukan tentang kesalahan berbahasanya agar mereka dapat memerbaiki dan menghindari kesalahan yang sama pada kemudian hari. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif untuk menemukan dan mendeskripsikan kesalahan-kesalahan yang muncul dalam film independen CBOP. Sumber data adalah ujaran-ujaran dalam dialog film CBOP yang juga ditunjukkan dalam teks yang menyertai gambar sebagai pembantu penonton dalam memahami ujaran yang diucapkan para pemain. Pemain film tersebut sebagian besar adalah mahasiswa Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Dengan demikian, mereka adalah pembelajar B2 yang sedang berada pada level kompetensi transisional. Penelitian ini dibatasi hanya pada penggunaan B2 oleh pemeran dalam film sebagai pembelajar B2. Dalam mengumpulkan data, peneliti sebagai human instrument mengamati film independen CBOP kemudian mendata dan mengidentifikasi kesalahankesalahan yang muncul dalam percakapan dan yang tertera dalam teks yang ditampilkan, kemudian mendiskripsikannya sesuai dengan kategori jenis kesalahan. Analisis data tidak untuk mendiskripsikan frekuensi kesalahan yang muncul, namun mendeskripsikan jenisjenis kesalahan tersebut dan menentukan kategori kesalahan-kesalahan tersebut sesuai dengan teori Brown (1987). Namun, analisis dibatasi pada tiga kategori utama kesalahan,
20 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 1, Februari 2007
yaitu, (1) interlingual errors of interference from the native language, (2) intralingual errors within the target language, dan (3) the sociolingustic context of communication. Kategori keempat yang menyangkut psycholinguistic and cognitive strategies tidak digunakan karena penelitian ini memang tidak sampai ke analisis psikologis dan strategi kognitif yang memerlukan analisis yang lebih kompleks. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh ditemukan kesalahan-kesalahan berbahasa Inggris yang dilakukan oleh pemain film CBOP. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga penyebab munculnya kesalahan menurut klasifikasi Brown (1987). Penyebab pertama adalah adanya interferensi B1 dalam B2. Interferensi itu bisa berupa tata bahasa, konsep penggunaan kata dan kalimat, dan konsep penerjemahan. Penyebab yang kedua adalah kurang terkuasainya aturan/kaidah dalam B2. Kesalahan dapat berupa penggunaan aturan yang salah dan ketidakpahaman si penutur atas suatu aturan bahasa sehingga ia menganalogikannya dengan aturan lain. Penyebab yang ketiga adalah perbedaan konteks sosiolinguistik antara B1 dan B2. Kesalahan tersebut dapat berupa penggunaan kata yang berkonteks sosiolinguistik bahasa Indonesia dalam sebuah kalimat bahasa Inggris dan aturan dalam penggunaan suatu kalimat. Kesalahan Interlingual Dalam film CBOP tersebut, kesalahan kategori interferensi dari B1 banyak terjadi, misalnya. Aah, I m sorry, can t join you , Still not brave enough to tell your love to Diana , Still don t have so far. Dalam contoh di atas, sebenarnya,
apabila ditinjau dari penggunaan bahasa lisan, penghilangan pokok kalimat bisa saja terjadi, namun pada contoh Aah, I m sorry, can t join you (Indonesia: Maaf, tidak bisa ikut ) menjadi tidak berterima karena yang lazim adalah (I m) Sorry, I can t join you Jadi, yang boleh hilang adalah (I m). Ujaran Still not brave .. (Masih belum berani) seharusnya Still, you are not brave enough Contoh ketiga Still don t have so far (Indonesia: Masih belum punya sampai saat ini). Bila dilihat dari kacamata terjemahan dari bahasa Indonesia tampaknya tidak salah, tetapi cara mengungkapkan bahasa Inggris yang berterima seharusnya Still don t have one (Pokok kalimat I dihilangkan karena sudah dimengerti). Jadi bila kata benda setelah have tidak disebutkan, harus diganti dengan one untuk mengganti kata benda yang tidak disebut ulang. Misalnya: I don t havet a girl friend So far, I still don t have one
Dalam contoh di atas kata a girlfriend diganti dengan one, karena dalam bahasa Inggris, kata benda a girl friend tidak bisa dihilangkan begitu saja tanpa diganti dengan one, sebagaimana halnya dalam bahasa Indonesia, Sampai sekarang belum punya (pacar). Dalam bahasa Indonesia kata pacar tidak perlu disebut lagi atau diganti karena sudah dipahami. Aturan kata benda jamak dalam bahasa Indonesia, yang berbeda dengan bahasa Inggris, juga banyak terbawa ke dalam penggunaan bahasa Inggris. Berbeda dengan konsep kata benda dalam bahasa Inggris, kata benda dalam bahasa Indonesia tidak perlu menggunakan morfem penanda jamak berapapun jumlah benda yang dimaksud. Struktur itu dapat terbawa ke dalam bahasa Inggris dalam kalimat He was looking for some material for Mr. Budi s assignment. Kata some menunjukkan bahwa kata benda material berbentuk jamak. Jadi, kata benda
Fitriyah, Muthmainnah dan Mukminatien, Kesalahan Berbahasa Inggris 21
material tersebut harus diubah menjadi bentuk jamak, yaitu dengan menambahkan s dibelakang kata tersebut menjadi . some materials. Kesalahan serupa juga timbul dalam kalimat You get many assigment yang seharusnya You get many assignments dan kalimat all the big favor yang seharusnya menjadi, all the big favors . Bahasa Indonesia juga tidak mengenal aturan tentang kata benda yang dapat dihitung dan kata benda yang tidak dapat dihitung. Mentransfer kaidah B1 dalam B2 tampak pada penggunaan kata advice . Kata itu merupakan kata benda yang tidak dapat dihitung dalam bahasa Inggris (Uncount Noun). Jadi, kata tersebut tidak dapat digabungkan dengan kata penunjuk satuan one namun dapat digabung dengan kata some . Kesalahan tersebut muncul dalam kalimat Let me give you one advice (Indonesia: Saya beri satu saran). Kalimat tersebut dapat diubah menjadi Let me give you some advice . Bahasa Indonesia tidak mengenal tenses sedangkan bahasa Inggris menganut aturan tenses. Dalam bahasa Indonesia, suatu aktivitas yang dilakukan pada masa lampau, masa sekarang ataupun masa yang akan datang, bentuk kata kerjanya tetap sama, dan tidak mengalami perubahan apapun. Struktur itu dapat memengaruhi ujaran dalam bahasa Inggris seperti dalam ujaran, She is in the next room yesterday. Kalimat tersebut seharusnya menggunakan kata kerja masa lampau karena terdapat penunjuk waktu yesterday , She was in the next room yesterday . Subiyati (1989:53) juga menyebutkan bahwa dalam bahasa Indonesia, orang biasa menggunakan kata kepada , misalnya Dia bertanya kepada saya . Struktur itu terbawa ke dalam bahasa Inggris dalam kalimat, Fulfill anything you ask to me (Indonesia:
Memenuhi permintaanmu). Kata ask tidak memerlukan kata depan to . Bila dilihat maksud dalam konteks cerita, kata fullfil merupakan terjemahan dari memenuhi (Memenuhi apa saja yang kau minta). Ungkapan yang berterima dalam bahasa Inggris untuk mengungkapkan gagasan tersebut adalah Do anything you ask me to do Contoh lain dari kesalahan itu adalah, (I) offered to you , yang seharusnya offered you . Kesalahan lain yang berhubungan dengan penggunaan kata depan ini juga muncul dalam kalimat, You re so angry to me, so I m always wrong to you . Penggunaan kata depan dalam bahasa Inggris sudah diatur sedemikian rupa, yaitu kata angry seharusnya diikuti kata with bila diikuti oleh orang atau diikuti to bila diikuti dengan kata benda bukan orang. Kata wrong seharusnya diikuti kata for . Jadi, kalimat yang benar adalah You re so angry with me, so I m always wrong for you . Kesalahan lain juga disebabkan adanya perbedaan konsep kata sandang atau article antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris, kata benda tertentu membutuhkan article sedangkan dalam bahasa Indonesia article tidak perlu. Kesalahan dalam memahami penggunaan article menjadi kesalahan yang muncul dalam film CBOP. Kalimat so, you re in group discussion, huh? seharusnya so, you re in a group discussion, huh? , dan kalimat means study of forms seharusnya means the study of forms . Kesalahan seperti itu wajar terjadi karena penutur mentransfer aturan B1 ke dalam B2. Misalnya kalimat Perempuan itu adalah pemimpin yang tangguh sudah cukup jelas tanpa harus melengkapinya Perempuan itu adalah seorang pemimpin yang tangguh . Jika kalimat tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, article harus dimasukkan dalam kalimat itu, She is a tough leader . Menerjemahkan kalimat bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris kata per kata juga tampak dalam teks film CBOP sehingga
22 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 1, Februari 2007
menjadi bahasa Inggris yang janggal karena tidak melihat makna kalimat secara keseluruhan. Contohnya, Lecture s finished yang dalam bahasa Indonesia berarti Kuliah selesai . Kuliah diterjemahkan menjadi lecture dan selesai diterjemahkan finished . Makna dari kalimat tersebut yang lebih terdengar bahasa Inggris adalah lecture is over atau Class is over . Frasa Diana the pretty yang artinya Diana si cantik seharusnya diganti dengan the pretty Diana . Jika menggunakan koma, frasa bisa juga menjadi, Diana, the pretty. Contoh yang terakhir adalah kalimat you deserve to get it (Indonesia: kamu berhak untuk mendapatkannya) seharusnya, you deserve it karena kata deserve sudah berarti berhak mendapatkan sesuatu, jadi kata to get tidak perlu digunakan. Ujaran-ujaran dalam dialog CBOP banyak yang seperti hasil terjemahan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Memang, menerjemahkan sebenarnya bertujuan mereproduksi pesan, namun bukan kesamaan kata per kata antara ungkapan dalam B1 ke dalam B2 (Nida & Taber dalam Taryadi: 2003). Penerjemahan tiap kata menyebabkan terbentuknya kalimat dalam bahasa Inggris yang amat terdengar bahasa Indonesia terjemahan yang berbau terjemahan, yang lazim disebut translationeese. Pada kenyataannya, tahap awal ketika seseorang belajar B2 ditandai oleh banyaknya interlingual errors atau interferensi dari B1. Interferensi didefinisikan oleh Spolsky (1998:49) sebagai, a feature of one language appearing when speaking or writing another (fitur suatu bahasa yang muncul saat seseorang berbicara dengan bahasa lain). Interferensi bisa terjadi karena adanya language contact, yaitu pertemuan dua bahasa pada seorang bilingual. Pada tahap
awal seseorang belajar B2, sistem atau aturan dari B2 belum terkuasai dengan baik, sehingga pembelajar cenderung menggunakan sistem atau aturan B1 yang sudah dikuasai dengan baik (Dulay et al., 1981). Yang melakukan kesalahan jenis itu adalah seorang dominant bilingual, yaitu seorang bilingual yang kemampuan B1-nya lebih dominan daripada B2-nya. Kesalahan Intralingual Dalam film CBOP, juga ditemukan kesalahan intralingual. Kesalahan intralingual tampak dalam kalimat Have you seen Robin lately? yang dijawab dengan, I haven t seen him . Konstruksi kalimat tanya dan jawaban yang diberikan dalam kalimat tersebut bila dilihat terpisah memang benar. Namun, jawaban yang diberikan tidak tepat jika dilihat dari sudut maknanya. Kalimat tersebut berarti Apakah kamu lihat Robin akhir-akhir ini? Aku belum bertemu dia . Jawaban pendek bisa No, I haven t. Jadi, kalimat I haven t seen him tidak tepat sebagai jawaban pertanyaan tersebut. Bahasa Inggris juga memunyai aturan parallel structure. Dua kata atau frasa digabungkan dengan menggunakan kata penghubung (conjuction). Azar (1999:348) menyebutkan bahwa, One use of conjuction is to connect words or phrases that have the same grammatical fuction in a sentence . Dua kata atau frasa yang dihubungkan dengan kata penghubung (conjuction) harus memunyai fungsi gramatikal dalam kedudukan yang sama. Kata benda harus dihubungkan juga dengan kata benda dan kata kerja harus dihubungkan dengan kata kerja. Aturan parallel structure yang tidak tepat penggunaannya adalah unsconcious and can t remember . Kata unconscious adalah kata sifat, sedangkan can t remember merupakan frasa verba. Dua kata atau dua frasa yang dihubungkan oleh kata penghubung and seharusnya sejenis, atau paralel. Jadi, ujaran yang berterima adalah became unsconcious
Fitriyah, Muthmainnah dan Mukminatien, Kesalahan Berbahasa Inggris 23
and remembered nothing karena keduanya adalah frasa verba. Kalimat yang tidak mengikuti aturan parallel structure lainnya adalah, When will you stop lying to your self and denied that yang seharusnya When will you stop lying to yourself and (stop) denying that agar keduanya sama-sama berbentuk gerund setelah kata kerja stop. Kesalahan intralingual lainnya adalah penggunaan aturan tenses. Waktu yang berbeda menggunakan tense yang berbeda pula. Kalimat yang seharusnya menggunakan present tense adalah he only wanted to , The wind blew not too hard , How dare you tried to yang menggambarkan situasi yang terjadi saat mereka berbicara, tapi semua kalimat diucapkan dalam past tense. Kesalahan lain yang berhubungan dengan aturan tense adalah penggunaan konstruksi future tense. Future tense biasanya diindikasikan dengan modal. Setelah modal kata kerja yang mengikutinya harus dalam bentuk dasar. Kesalahan terjadi pada, I m gonna seeing someone else , yang seharusnya I m gonna see someone else ... we ll made it seharusnya we ll make it . Selain itu, meskipun future tense juga bisa diekspresikan dengan menggunakan present progressive tense (Azar, 1999:57), penggunaan present progressive tense dalam kalimat I think you are getting out of here tomorrow tidak tepat jika dilihat dari maknanya. Kalimat tersebut bukan menunjukkan future tetapi bermaksud mengijinkan seseorang untuk meninggalkan tempat, jadi yang benar adalah I think you can get out of here tomorrow . Bahasa Inggris mengenal suatu aturan yang dinamakan subject-verb agreement. Aturan itu mengatur hubungan antara pokok kalimat (subject) dalam suatu kalimat dengan kata kerja yang mengikutinya. Jika pokok kalimatnya kata
benda tunggal, kata kerjanya harus sesuai dengan pokok kalimat tunggal. Jika pokok kalimatnya dalam bentuk jamak, kata kerjanya juga harus sesuai dengan pokok kalimat bentuk jamak. Dalam film CBOP terdapat kalimat Both means . Kalimat itu memunyai pokok kalimat berbentuk jamak yang ditunjukkan oleh kata both yang artinya keduanya . Namun pembelajar menganggap tunggal karena tidak ada penanda jamak s, kata kerja yang mengikuti pokok kalimat jamak tersebut salah, yaitu dalam bentuk tunggal. Kalimat tersebut seharusnya direvisi menjadi Both mean . Kalimat lain yang melanggar aturan ini adalah Another definitions of morphology is yang seharusnya tidak ada penanda jamak s setelah definition. Pemain film CBOP juga banyak membuat kesalahan dalam kalimat yang menggunakan phrasal verb. Hornby dalam Oxford Advanced Learner s Dictionary (2000) mendefinisikan phrasal verb sebagai, verbs that consist of two, or sometimes three words. The first word is a verb and it is followed by an adverb or a preposition or both. These adverbs or preposition are called particles . Phrasal verb menimbulkan kesulitan bagi yang memelajarinya karena pembelajar B2 harus bisa menggabungkan kata kerja dengan kata depan atau partikel yang tepat. Jika terjadi kesalahan dalam penggabungan dan penggunaan partikel atau kata depan, makna yang terkandung juga tidak sesuai dengan yang diinginkan, misalnya call dan up dalam salah satu ujaran pemain film CBOP, He was calling up her name like that . Dalam konteks cerita, makna yang diinginkan dari pembicara dalam menggunakan phrasal verb tersebut adalah memanggil-manggil namanya berulangkali . Kalimat tersebut seharusnya He was calling her name like that repeatedly . Penggunaan phrasal verb lain yang tidak tepat adalah work it out Makna sebenarnya dari work it out adalah to calculate something. Dalam konteks cerita
24 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 1, Februari 2007
makna yang dimaksudkan pembicara sebenarnya bekerja sama , jadi, mestinya work together. Phrasal verb running up bermakna to raise something digunakan secara salah untuk menunjukkan makna hampir atau telah habis dalam kalimat Time is running up . Phrasal verb yang seharusnya digunakan dalam kalimat itu adalah Time is up ., tidak perlu dengan kata kerja run . Kesalahan dalam kategori intralingual lainnya adalah penggunaan too dan either. Diana : Ehm, still don t have so far, And you? Johny : Me too.
Jawaban yang diberikan oleh Johny merupakan kesalahan pembentukan konsep aturan dalam paralelisme jawaban persamaan. Dalam kalimat positif, kata too digunakan untuk memberikan jawaban paralel persamaan. Kalimat negatif menggunakan kata either atau neither untuk memberikan jawaban paralel persamaan. Jadi, jawaban paralel persamaan untuk kalimat Ehm still don t have so far adalah Me either atau I don t either . Bahasa Inggris mengenal aturan khusus yang mengatur kata benda yang dapat menerangkan kata benda lainnya (noun as modifier). Azar (1999:105) menyebutkan bahwa, When a noun used as a modifier is combined with a number expression, the noun is singular . Gabungan kata 4 discs Independent Film menggunakan konstruksi yang salah. Kata 4 discs berfungsi menerangkan kata Independent Film , jadi kata discs seharusnya dalam bentuk tunggal walaupun menunjukkan kuantitas. Gabungan kata yang benar adalah 4disc Independent Film .
Bahasa Inggris juga memunyai aturan yang cukup rumit tentang konstruksi kalimat pengandaian (conditional sentences). Kalimat She ll be bored if she saw you again menggunakan konstruksi kalimat pengandaian yang salah. Seharusnya kalimat tersebut adalah She ll be bored if she sees you again . Kalimat lain yang tidak mengikuti aturan conditional sentence adalah If only there were no such a person like Joni, you can get Diana , yaitu menjadi if only there were no such a person like Joni, you could get Diana . Dalam bahasa Inggris, jika klausa pengandaiannya dalam bentuk present tense maka klausa yang mengikutinya menggunakan konstruksi simple future; jika klausa pengandaiannya dalam bentuk past tense maka klausa yang mengikutinya menggunakan modal dalam bentuk past, dan jika klausa pengandaiannya dalam bentuk past perfect, klausa yang mengikutinya menggunakan modal dalam bentuk past berkonstruksi future perfect tense (Azar, 1999:413). Rumitnya aturan gramatika bahasa Inggris menyebabkan kesalahan pembelajar dalam menggunakannya. Sujiyati (1995:23) menyebutkan, Once learners have begun to acquire part of the new system, more and more intralingual transfer generalization within the target language is manifested . Hal itu menyebabkan kesalahan terjadi dalam B2 yang tidak ada kaitannya dengan B1. Kesalahan seperti itu disebut juga developmental errors (Richards dalam Hamers & Blanc, 1987:225). Menurutnya, terjadinya developmental errors disebabkan oleh overgeneralization, ignorance of rule restriction, incomplete application of the rules, dan developing false concepts about L2. Namun untuk menentukan sebab-sebab terjadinya kesalahan tidaklah mudah karena menuntut penelitian yang lebih dalam tentang berbagai kesalahan, dengan pencarian data yang lebih dari satu kasus agar peneliti dapat membuat simpulan pasti tentang sebab yang menimbulkan kesalahan tersebut.
Fitriyah, Muthmainnah dan Mukminatien, Kesalahan Berbahasa Inggris 25
Kesalahahan Konteks Sosiolingustik Kesalahan yang timbul akibat kekurangpahaman konteks sosiolinguistik dalam berkomunikasi menimbulkan kesalahpahaman makna yang dalam berkomunikasi (Hamers & Blanc. 1987: 230). Dalam film CBOP, ditemukan percakapan You don t have any girl friend any more, do you? dan jawaban yang diberikan adalah Yes, I don t yang bermaksud mengiyakan (setuju dengan) kalimat tanya negatif tersebut. Seharusnya, jawaban yang diberikan adalah No, I don t jika ingin menyetujui kalimat tanya negatif tersebut. Kesalahan dalam contoh di atas adalah tidaksesuainya cara mitra tutur dalam menjawab menurut aturan menjawab sebuah pertanyaan negatif dalam B2. Gunarwan (1994) menggolongkan fenomena itu dalam area sosiopragmatik. Dari sudut pandang sosiolinguistik, bahasa mengandung berbagai macam variasi sosial yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan teori struktural sedangkan pragmatik lebih berkaitan dengan cara-cara menafsirkan tuturan sebuah ujaran pada berbagai situasi tutur. Kesalahan pada contoh tersebut mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa bahasa Indonesia tidak mempertimbangkan kalimat tanya yang mendahului, jika seseorang ingin merespon. Jika setuju, digunakan jawaban ya , jika tidak setuju, dijawab dengan tidak tanpa melihat kalimat tanya sebelumnya negatif atau positif. Misalnya, ada pertanyaan Kamu tidak masuk ya kemarin? , maka jawaban yang diberikan bila menyetujui pertanyaan itu adalah Ya, (saya tidak masuk kemarin karena .. Jika ingin menolak, jawaban yang diberikan adalah Tidak, saya masuk kok kemarin . Jawaban yang diberikan seperti bertentangan, Ya, saya tidak masuk kemarin , Tidak, saya
masuk kemarin . Dalam konteks yang sama, bentuk jawaban yang diberikan dalam bahasa Indonesia berbeda dengan jawaban dalam bahasa Inggris. Dalam kalimat tanya negatif di atas, jika ingin menyetujui, jawaban yang diberikan adalah tidak dan jika ingin menolak, jawaban yang diberikan adalah ya . Misalnya, dalam kalimat tanya You didn t go to school yesterday, did you? . Jika orang yang diajak bicara memang tidak masuk sekolah, jawaban menyetujui yang diberikan adalah No, I didn t (go to school yesterday ), namun jika menolak, jawaban yang diberikan adalah Yes, I did (go school yesterday ). Jawaban yang diberikan tidak boleh bertentangan seperti dalam bahasa Indonesia. Jadi tidak mungkin jawabannya No, I went to school yesterday untuk menolak, Yes, I didn t go to school yesterday untuk menyetujui. Kesalahan lain tampak dalam penggunaan kata right pada Don t tell Wina, right? Makna yang diinginkan dalam kalimat tersebut sebenarnya Jangan bilang pada Wina ya! atau jangan bilang pada Diana, OK? . Penutur menyamakan konsep makna right dan okay dalam bahasa Inggris, karena kedua kata tersebut memunyai makna yang hampir sama jika tidak digabung dengan kata lain. Jadi, kalimat tersebut seharusnya diubah menjadi Don t tell Wina, okay! Dalam bahasa Inggris, kata right yang digunakan dalam kalimat tersebut mungkin dianggap sama seperti dalam kalimat, You should be there, right? , yang artinya, Kamu seharusnya di sana, bukan? . Kesalahan-kesalahan penggunaan bahasa Inggris oleh mahasiswa Jurusan Sastra Inggris dalam dialog CBOP merupakan bukti proses perkembangan B2. Brown (1987:164) menyatakan bahwa human learning is fundamentally a process that involves the making of mistakes. Jadi, munculnya kesalahan dalam proses menguasai suatu bahasa merupakan sebuah hal yang alami. Kadang-kadang kesalahan terjadi pada pemilihan kosakata. Seperti yang diungkapkan
26 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 1, Februari 2007
Webster dalam Hook (1975:253) tentang pembentukan kosakata baru yang berbeda dengan kosakata dalam bahasa aslinya, his countrymen were obliged to modify the language to suit the novelty of the circumstances, geographical and political, in which they are placed . Jadi, sangat mungkin kosakata B2 diadopsi atau dipahami secara kurang tepat seperti dalam penggunaan right? yang mungkin maksudnya allright yang maknanya sama dengan OK yang bisa digunakan sebagai ganti ya dalam kalimat Jangan bilang Diana, ya! SIMPULAN Dalam film CBOP, kesalahan yang muncul menunjukkan interferensi B1 yang disebut interlingual errorrs dan kesalahan intralingual yang tidak terkait dengan B1 melainkan memang proses perkembangan yang terkait dengan karakteristik B2. Kesalahan yang ketiga, yaitu konteks sosiolinguistik dalam komunikasi juga muncul dalam dialog film. Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajar B2 tersebut berada pada kompetensi transisional yang ditandai dengan adanya kesalahankesalahan yang menunjukkan perkembangan (developmental errors). Ditinjau dari tingkat kompetensi B2nya, mereka belum menunjukkan bukti sebagai balanced bilingual atau proficient bilingual karena masih banyaknya kesalahan pada B2-nya. Akan tetapi, untuk menentukan mereka sebagai bilingual tingkat yang mana juga tidak mudah. Di satu sisi, mereka belum bisa dikelompokkan dalam proficient bilingual, namun di sisi lain, mereka juga tidak tepat jika dikategorikan sebagai dominant bilingual karena dominant bilingual menunjukkan keterbatasan kompetensi B2 yang ditandai dengan dominannya B1. Dalam hal ini, kom-
petensi B2 mereka juga tidak dapat dikategorikan terbatas, karena dari segi gramatika kesalahan-kesalahan yang muncul tidak menyebabkan makna yang disampaikan menjadi banyak terganggu. Singkatnya, dalam kontinum kompetensi berbahasa, mereka berada pada level menuju proficient bilingual atau di antara partial bilingual dan proficient bilingual. Berdasarkan temuan dan simpulan tersebut, disarankan bahwa pembelajaran B2 di Jurusan Sastra Inggris memberikan banyak latihan menggunakan bahasa dalam peristiwa komunikasi yang nyata agar dapat diketahui tingkat kompetensi mereka dalam struktur bahasa maupun sosiopragmatiknya. Dengan demikian, dapat diantisipasi fitur mana yang perlu ditambahkan dalam kelas keterampilan berbahasa terutama kelas Speaking. Selain itu, tugas-tugas mandiri perlu dioptimalkan agar pembelajar mendapat kesempatan untuk mencari cara yang sesuai untuk meningkatkan kompetensi mereka. Dalam hal analisis kesalahan (error analysis), masih perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan data yang lebih banyak, subjek yang lebih luas, fokus yang berbeda, dan waktu yang lebih lama, dan mencakup variabel yang tidak hanya terkait dengan kompetensi berbahasa penutur. Kompetensi pragmatik perlu diteliti sebagai fokus utama dalam penelitian lain. Penggunaan pendekatan sosiopragmatik dalam analisis wacana akan memberikan masukan yang sangat membantu pengajar dalam mempertimbangkan aspekaspek penting dalam berkomunikasi dengan B2 yang perlu dikembangkan.
Fitriyah, Muthmainnah dan Mukminatien, Kesalahan Berbahasa Inggris 27
DAFTAR RUJUKAN Azar, B. S. 1999. Understanding and Using English Grammar (edisi ketiga). United States of America: Mary Jane Peluso. Brown, H. D. 1987. Principles of Language Learning and Teaching. Engle Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc. Corder, S P. 1975. The Significance of Learner s Error . Errors Analysis. Ed. Jack Richards. London: Longman Group Limited. Dulay, H; Burt, M; and Krashen, S.D. 1982. Language Two. Oxford: Oxford University Press. Ellis, R. 1986. Understanding Second Language Acquisition. Oxford: Oxford University Press. Gunarwan, A. 1994. Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan IndonesiaJawa di jakarta. Kajian Sosiopragmatik. Dalam Purwo, Kaswanti (Ed). PELLBA 7, 1994 : 81121. Hamers, F. J. & Blanc, H. A. M. 1987. Bilinguality and Bilingualism. Cambridge: Cambridge University Press. Hook, J. N. 1975. History of the English Language. New York: The Ronald Press Company.
Hornby, A. S. 2000. Oxford Advanced Learner s Dictionary (edisi keenam). New York: Oxford University Press. Krashen, S.D. 1981. Second Language Acquisition and Second Language Learning. Oxford: Oxford University Press. Kamaruddin, 1989. Kedwibahasaan dan Pendidikan Dwibahasa (Pengantar). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Renan, S. 1967. An Introduction to The American Underground Film. New York: E. P. Dutton & Co., Inc. Spolsky, B. 1998. Sociolinguistics. Hongkong: Oxford University Press. Subiyati, M. 1989. Analisis beberapa Temuan Kesalahan Struktural Bahasa Inggris. Jurnal Bahasa dan Seni. 19(2): hal 47-56. Sujiyati. 1995. Errors Analysis of Diction in Compisitions of English Speaking Learners of Indonesian Language at IKIP Malang in 1994- 1995. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP MALANG. Taryadi, A. 2003. Kritik Terjemahan di Indonesia, (Online), (http://www.kompas .com/kompascetak/0311/05/Bentara/65719 7.htm, diakses 12 Mei 2005).