KERANGKA PEMIKIRAN Sub DAS Manting yang luasnya 460 ha, seluruh arealnya merupakan kawasan hutan. Akibat proses degradasi maka luas hutan alamnya s a t ini berkurang menjadi 318.66 ha atau 69.26 %, selebihnya semak 18.53 % hasil suksesi alamiah sera hutan tanaman 5.54 % dan tumpangsari 6.67 % hasil reboisasi Perum Perhu-
tani Unit I1 Malang. Berhubung kondisi hidroorologis Sub DAS ini makin menurun maka diperlukan pengelolaan kawasan hutannya. Model pengelolaa~yadiarahkan untuk mengetahui luas kawasan lindung dan hutan produlrsi yang layak berdasarkan tolok ukur layak tata air serta layak erosi dan sedimentmi. Sebagian area1 di bagian hilir Sub DAS Manting dikeiola oleh Penrm Perhutani melalui program reboisasi dengan pola HTI yang melibatkan masyrrrakat setempat dalam sistim tumpangsari. Hasil pengamatan pendahuluan menunjukkan bahwa terdapat variasi pda tanam dan tindakan pengelotaan yang diterapkan okh pesanggem yang juga akan mempengaruhi kondisi hidrootologis Sub DAS ini. Sehingga untuk mendapatkan bentuk pola tanam serta tindakan pengelolerrn yang layak diterapkan, selain kelayakan hidroorologisnya perlu pula rnempertimbangkan aspek pendapatan pesanggem. Dengan demikian, rancangan pengeldaan kawasan hutan di wilayah ini seam umum rnempertimbangkan tiga tdok ukur, yaitu layak tata air, layak erosi dan sedimentasi serta layak pendapatan. Kompleksnya permasalahan yang dih;ladapi yang rnetibatkan sejumlah komponen ekosistem DAS maka model pengelolaan kawasan hutan di wilayah ini dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem dengan teknik skenario, menurut tahapan kerja pada Gambar 1. Rancangan modelnya terdiri dari tiga sub model, yaitu Sub Model Hidrologi, Sub Model Erosi-Sedimentllsi dan Sub Model Ekonomi yang berorientasi pada pendapatan pesanggem dalam pola tumpangsari. Struktur model secara hipotetik diskemakan pada Gambar 2.
/
Analisis Kebutuhan 1
i 1
Formulasi Masalah I
v Identifikasi sistem I
v
I
Validasi Model
I
I
I
I
Eksperimentasi
I
Implementasi Model
(
Pemantauan
I
Gambar 1. Bagan Alir Pendekatan Sistem Sebagai Metode Pemecahan Masalah (Soerianegara, 1977') Pemodelan sistmnya dikembangkan dari konsep hubungan antar komponen pada Gambar 3 clan rumusan diagram kotak hitamnya pgda Gambar 4. Struktur dasar Sub Model Hidroiogi dirmcang dengan memodifikasi Model Hidrologi Stanford 1V (Crawford dan Linsley, 1966) yang diskemakan pada Gambar 5 . M9sukan utama model ini adalah curah hujan dan unsur cuaca sebagai masukan situasional dan bentuk pemanfaatan hutan sebagai masukan kebijakan. Keiuaran model adalah perilaku debit aliran yang ditunjukkan oleh tampilan hidrografnya.
Skenario Pengelolaan Kawasan Hutan
SUB MODEL HIDROLOGI
-
SUB MODEL EROSI-SEDIMENTASI
-
SUB MODEL EKONOMI
Respon Hidroorologis dan Pendapatan Pesanggem
Garnbar 2. Struktur Model Peqplolaan Kawasan Hutan di Sub DAS Manting Melalui teknik simulasi (Gambar 6) dilakukan penyesuaian konstanta-konstanta aliran, formula atau model sistemnya, sampai tampilan hidrograf hasi! simula-
si secara statistik tidak berbeda dengan hidrograf aktual. Dengan demikian rancangan model hidrologi dinilai sah digunakan dalam analisis lebih Ianjut. Model hidrologi yang sah selanjutnya digunakan sebagai bagian model pengelolaan. Tolok ukur keluaran yang digullllkan adafah mfo debit aliran, yaitu bandingan debit maksimum terhdap minimum. Skewio pengelolaan yang memperlihatkan rasio debit atiran yang minimum mengimplikasikan proporsi luas lcawasan lindung dan hutan produksi terbat9s yang efektif di Sub DAS Manting. Sub Model Erosi-Sedimentasi dirancang menurut struktur model USLE (W ischmeier dan Smith, 1978) dan konsep Nisbah Limpah Sedimen (Robinson, 1979; Roehl dalam Dunne, 1977) (Gambar 7). Model ini bekerja untuk menduga
besarnya laju erosi dan hasil sedimen. Tolok ukur yang digunakan adalah laju
Intersepsi, Evapotranspirasi transpirasi
I
naman Usaha KTA
1
permuk
air bawah
.
bwh.pmk
>
I
tasi
*--b
b
usaha tum-
tas lahan
1
Pendapatan pesanggem
Gambar 3. Diagram Lingkar Sebab Akibat Komponen Sistem Sub DAS Manting
Kondisi ekologis Peraturan pemerintah
MASUKAN TAK TERKONTROL
Curah hujan Unsur cuaca Sifat tanah Pasar
I
Pemanfaatan hutan Tindakan konservasi tanah dan air
IOglUIARAN
b-
--
I
DIIl9GIHKAN
Rasio debit rendah Erosi-sedimentasi rendah Pendapatan pesanggem tinggi
Aliran permukaan tinggi Infiltrasi rendah Erosi melebihi TSL
I
Perum Perhutani Unit I1 Pemda Tkt 11 Malang BRLKT Wilayah VI Malang
Gambar 4. Diagram Kotak Hitam Model Pengelolaan Kawasan Hutan di Sub DAS Manting
........................................................ -cn-u
,
I
DDX
.
DDD ISI I D
1
*
I
cn
-em-
ZECP
.
cn-.-.
v,
m z x LO--,w cnmx. -zmT I U I
8
*
MU)
-mwv
=E lW-0
L
1 vv 5s
I I
vvv
I I
d
L
i
B -0
m
-
UJ
zoo%-.
=== EEZ
cr-0
L
--
z z
i Cn I
-
rncn w-
zs XZ1
Lf
3z
==
cr w
t-' t-'
+
M e ~ p e l a j a r i peri 1 a k u si stem DAS aktual
* I
P e n y u r u n a n program k o ~ p u t e r
I Pendusaan p a r a ~ e t e r l
I
v S imul as i
i n g a n hasjl simulasi I dPeenwsbaan n dper1 l a k u slstcm aktual I
Model d i t e r i m a I
I
I).
+
flodcl d a p a t dipakai untuk memecahkan m a s a l a h
S e l e s a i
Gambar 6. Diagram Alir Proses Simulasi
I
P1 Sifat tanah Kapasitas infiltrasi Pengelolaan lahan
Aliran permukaan Kemiringan lereng Panjang lereng
Daya dukung tanah Tanaman penutup Nilai penggunaan (Teknik pemakaian) Pengelolaan lahan
Energi
I
NLS
Perlindungan
I
Resistensi
v I
Gambar 7. Struktur Dasar Model Erwi-Sedimentasi (dikembangkan dari Morgan, 1979 dan Robinson, 1979) kehilangan tanah ymg masih dapat dibiatkan (tokrcrble soil loss, TSL) menurut konsep Harner (1982) dengan mempertimbangkan hasil penelitian Hardjowigeno (1987) wrta h a i l sedimen yang diperkenankan memasuki Waduk Seiorejo sesuai
dead storage sediment waduk. Skenario pengelolaan yang memberikan laju kehi-
langan tanah yang lebih kecil atau sama dengan TSL serta laju sedimentasi lebih kecil atau sama dengan laju sedimen disain Wduk Selorejo dinilai la sedimentasi.
Sub Model Ekonomi dirancang untuk mengetahui besarnya pendapatan pesanggem pada setiap pola tanam dalam sistem tumpangsari serta kontribusinya terhadap total pendapatan keluarga. Tipe-tipe kegiatan ekonomi sebagai hasil interaksi masyarakat dengan ekosistem hutan ditelusuri menurut konsep Rambo (1981) dan Vayda (1983) melalui pendekatan konseptual dan Kontekstual Progresif. Melalui pendekatan ini, kegiatan ekonomi (khususnya) sebagai hasil interaksi sistem sosial masyarakat dengan ekosistem hutan dalam mempertukarkan energi, materi dan informasi, dapat diidentifikasi. Pendapatan pesanggem d ihitung berdasarkan selisih nilai penerimaan dengan pengeluaran pada setiap pola tanam selama setahun. Tolok ukur yang digunakan adalah tingkat pendapatan. Pola tanam yang memberikan pendapatan yang tinggi dinilai layak ekonomi dan sesuai diterapkan oleh pesanggem di lafaan tumpangsari. Dalam menetapkan skenario pengelolaan yang layak diterapkan digunakan analisis keputusan dengan teknik comparativepelformance index, CPI (Eriyatno, 1990). Pada analisis ini, sejumlah skenario merupakan masukan model yang masing-masing akan memberikan nilai kriteria berdasarkan tolok ukur yang digunakan. Dengan teknik ini, ditetaplcan bentuk skemio pengelolaan yang layak berdasarkan kriteria rasio debit minimum, laju erosi dan sedimentasi minimum dan tingkat pendapatan maksimum. Agar komunikasi timbal balik antara model dan pengguna model lebih efektif, maka rancangan model dirakit menurut teknik Sistem Penunjang Keputusan
(decision support system) yang struktur dasarnya disajikan pada Gambar 8. Basis datanya menggunakan bahasa pemrograman d'Base Three Plus dan basis modelnya dengan Microsoft Quick Basic.
Basis Mode 1
Sistem Manajemen
Sistem Manajemen
Sistem Pengolahan
Sistem Manajemen
I
T
A
I
I
PENGGUNA
I
Gambar 8. Struktur Dasar Sistem Penunjang Keputusan (Eriyatno, 1990)