KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR
CUCU SETIAWATI
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013 Cucu Setiawati NIM E24090061
ABSTRAK CUCU SETIAWATI. Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor. Dibimbing oleh ARINANA dan NOOR FARIKHAH HANEDA. Saat ini serangan rayap pada bangunan gedung merupakan masalah yang sangat penting karena intensitas serangannya yang tinggi dan luas sehingga nilai kerugian akibat serangan rayap cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Letak demografi Kota Bogor yang memiliki curah hujan dan kelembaban yang tinggi menjadi salah satu faktor timbulnya kerusakan bangunan yang dapat menjadi akses jalan masuknya rayap ke dalam bangunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan sebaran jenis rayap tanah, serta untuk mengetahui intensitas kerusakan bangunan rumah pada lokasi penelitian. Penelitian dilaksanakan di Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor dengan menyebarkan 280 kayu umpan Pinus merkusii berukuran 1.9 x 1.9 x 45.7 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan enam jenis rayap tanah yang menyerang kayu umpan, yaitu Coptotermes curvignathus, Schedorhinotermes sarawakensis, S. javanicus, Odontotermes javanicus, Macrotermes gilvus, dan Capritermes mohri. Sementara itu berdasarkan hasil survei bangunan dan wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar bangunan rumah termasuk dalam kondisi sedang (61.03%) dan ditemukan juga kerusakan akibat serangan rayap kayu kering. Kata kunci: Rayap tanah, kayu umpan, kerusakan bangunan, rayap kayu kering
ABSTRACT CUCU SETIAWATI. Termite Diversity and Damage Intensity of House Buildings in Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor. Supervised by ARINANA and NOOR FARIKHAH HANEDA Nowdays, termite attacks to buildings are very important issue with considering the intensity of their attacks which are high and extend, so that the value of losses due to termite attacks tend to increase from year to year. The demography of Kota Bogor which has high rain intensity and humidity can be one of factor causing building damages. Damage of buildings like decay and crack can be a access for termites to attack the buildings. The objective of this research is to know the species and distribution of subterranan species, along with to know damage intensity of house buildings in the location of research. Location of this research is Perumahan Alam Sinarsari with spread 280 stakes Pinus merkusii size 1.9 cm x 1.9 cm x 45.7 cm. The results showed that there found six species of subterranean termites at Perumahan Alam Sinarsari, which were Coptotermes curvignathus, Schedorhinotermes sarawakensis, S. javanicus, Odontotermes javanicus, Macrotermes gilvus, and Capritermes mohri. Meanwhile based on survey of damage and interview showed most of the houses buildings included in
medium condition (61.03%) and also founded damaged caused by dry wood termite attacks. Key words: Biodiversity, termite, damage of building, dry wood termite
Judul Skripsi : Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor Nama : Cucu Setiawati : E24090061 NIM
Disetujui oleh
~~
Arinana, SHut, MSi Pembimbing I
MSc Pembimbind II
MSc
Tanggal Lulus:
1 7 ocr
20n
Judul Skripsi : Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor Nama : Cucu Setiawati NIM : E24090061
Disetujui oleh
Arinana, SHut, MSi Pembimbing I
Dr Noor Farikhah Haneda, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala karunia dan kesempatan yang telah diberikan-Nya, sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2013 sampai Juni 2013, dengan judul Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Arinana, SHut, MSi dan Dr Noor Farikhah Haneda, MS selaku pembimbing. Selain itu penghargaan penulis sampaikan pula kepada pihak pengurus RW Perumahan Alam Sinarsari yang telah membantu memberikan izin dan waktu selama penelitian dilakukan. Tak lupa penulis berterimakasih kepada Oma Della, Tante Vi, Bu Oteng, dan seluruh warga Perumahan Alam Sinarsari yang telah bersedia meluangkan waktunya selama penelitian dilaksanakan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, bapak, adik-adik, seluruh keluarga, dan sahabat-sahabat THH 46, terutama Nindya Gita Utami, Febrina Dellarose Boer, Dwi Premadha Lestari, Novianti Sri Wahyuni, Sari Dewi Widi Lestari dan Pratika Aisyah Lestari atas segala do’a, semangat dan kasih sayangnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan tulisan ini selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Oktober 2013 Cucu Setiawati
KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR
CUCU SETIAWATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Identifikasi Jenis Rayap di Perumahan Alam Sinarsari
2
Pengambilan Sampel Tanah
3
Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Intensitas Cahaya
3
Intensitas Kerusakan Bangunan Rumah
4
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Perumahan Alam Sinarsari
6
Keragaman dan Sebaran Jenis Rayap Tanah
6
Frekuensi Kerusakan Bangunan Rumah
12
Jenis dan Bentuk Kerusakan Bangunan Rumah
13
Pengaruh Umur, Frekuensi Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Rumah
18
Sifat Kimia dan Fisik Tanah di Sekitar Perumahan
19
Suhu, Kelembaban, dan Intensitas Cahaya Matahari
20
SIMPULAN DAN SARAN
20
Simpulan
20
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
23
RIWAYAT HIDUP
38
DAFTAR TABEL 1 Skor nilai bangunan rumah 2 Teknik pembobotan pada tiap kelompok pekerjaan
4 5
3 Kategori nilai kondisi bangunan dan predikatnya 4 Keragaman jenis rayap tanah di Perumahan Alam Sinarsari 5 Bentuk dan frekuensi kerusakan komponen bangunan rumah di Perumahan Alam Sinarsari 6 Hasil analisis sifat kimia dan fisik tanah di Perumahan Alam Sinarsari 7 Hasil pengukuran suhu, kelembaban, dan intensitas matahari di Perumahan Alam Sinarsari
5 7 14 19 20
DAFTAR GAMBAR 1 Pemasangan kayu umpan 2 Titik lokasi pengamatan sampel tanah, suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya matahari 3 Kasta prajurit minor Coptotermes curvignathus perbesaran 10 kali 4 Kasta prajurit minor Schedorhinotermes javanicus perbesaran 10 kali 5 Kasta prajurit Schedorhinotermes sarawakensis perbesaran 10 kali, (a) prajurit mayor, (b) prajurit minor 6 Kasta prajurit Capritermes mohri perbesaran 10 kali 7 Kasta prajurit Odontotermes javanicus perbesaran 10 kali, (a) prajurit mayor, (b) prajurit minor 8 Kasta prajurit mayor Macrotermes gilvus perbesaran 10 kali 9 Frekuensi serangan keragaman famili rayap tanah yang menyerang perumahan 10 Sebaran jenis rayap tanah pada Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor 11 Keadaan bangunan rumah di perumahan 12 Frekuensi jenis kerusakan komponen bangunan perumahan 13 Kerusakan pada komponen atap, (a) penutup atap yang rusak, (b) serangan rayap pada lisplang 14 Kerusakan pada dinding bangunan, (a) perubahan warna, (b) retak 15 Kerusakan pada langit-langit, (a) pecahnya lempengan plafon, (b) perubahan warna 16 Serangan rayap pada kusen, (a) serangan rayap kayu kering, (b) serangan rayap tanah 17 Frekuensi jenis serangan akibat rayap
3 4 8 8 9 9 10 10 11 12 12 13 15 16 16 17 18
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Kuisioner studi kerusakan bangunan pada perumahan contoh Hasil analisis sampel tanah perumahan pada dua kedalaman Analisis hubungan antara kondisi bangunan rumah dengan umur bangunan, frekuensi pemeliharaan dan frekuensi bangunan rumah Hasil Identifikasi Jenis Rayap yang Menyerang Kayu Umpan di Perumahan Alam Sinarsari
23 25 27 29
PENDAHULUAN Pada dasarnya, rayap berperan sebagai dekomposer sehingga mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia. Namun rayap juga seringkali merusak kayu sebagai bagian dari konstruksi bangunan dan material berselulosa lainnya di dalam bangunan gedung. Saat ini serangan rayap pada bangunan gedung merupakan masalah yang sangat penting, karena intensitas serangan yang yang tinggi dan luas sehingga nilai kerugian akibat serangan rayap cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Berbagai bangunan seperti gedung perkantoran, gedung sekolah, dan rumah-rumah tinggal banyak mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh rayap. Rayap tanah merupakan hama bangunan yang paling penting (Tarumingkeng 2000). Rayap tanah yang sering menyerang bangunan kira-kira mewakili 10% dari keseluruhan jenis rayap pemakan kayu (Rudi 1999). Nandika et al (2003) menyatakan bahwa dalam sepuluh tahun mendatang berbagai jenis rayap perusak kayu masih tetap akan menjadi bagian dari ekosistem Indonesia. Dengan semakin meluasnya areal permukiman, maka interaksi antara koloni rayap dengan bangunan perumahan akan semakin meningkat. Oleh karena itu, diperkirakan ancaman serangan rayap pada bangunan perumahan akan tetap tinggi. Kota Bogor memiliki curah hujan dan kelembaban yang tinggi sehingga menjadi salah satu faktor tingginya kerusakan bangunan rumah. Kerusakan bangunan seperti retakan dan kebocoran dapat menjadi akses bagi faktor perusak biologis, khususnya rayap dan jamur untuk menyerang bangunan rumah. Rayap tidak hanya dapat menyerang komponen-komponen bangunan yang mengandung selulosa, seperti kusen, pintu, komponen atap, dan langit-langit, akan tetapi rayap juga menyerang isi bangunan. Hal ini tentunya menimbulkan kerugian ekonomis yang sangat tinggi. Perumahan Alam Sinarsari telah berdiri sejak tahun 1995 dan sampai saat ini belum pernah diketahui potensi keragaman rayap yang ada dan intensitas kerusakan bangunannya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai keragaman jenis rayap dan intensitas kerusakan bangunan di Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis dan sebaran jenis rayap tanah serta dapat diketahui intesitas kerusakan bangunan rumahnya. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan sebaran jenis rayap tanah, serta untuk mengetahui intensitas kerusakan bangunan rumah pada lokasi penelitian. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai jenis dan sebaran jenis rayap tanah yang ada di Perumahan Alam Sinarsari, serta intensitas kerusakan bangunan rumah pada perumahan tersebut sehingga dapat menduga potensi serangan rayap tanah sebagai hama bangunan pada bangunan perumahan.
2
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Juni 2013 bertempat di Perumahan Alam Sinarsari Cibeureum, Darmaga, Bogor, dan Laboratorium Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan (DHH), Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Selain itu penelitian juga bertempat di Laboratorium Tanah, Departemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah botol koleksi rayap, kuas, camera digital, mikroskop stereo, alat pengukur suhu dan kelembaban (multifungtional environtmental meter) merek Krisbow KW 0600291 4 in 1, alat pengukur intensitas cahaya matahari (light meter) merek Krisbow KW 0600288, plastik bening, alat bedah rayap, dan bor tanah. Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas Kayu Pinus (Pinus merkusii) berukuran 1.9 cm × 1.9 cm × 45.7 cm, cat minyak warna merah dan alkohol 70%. Prosedur Penelitian Identifikasi Jenis Rayap di Perumahan Alam Sinarsari Kayu umpan diperlukan untuk mengetahui jenis rayap yang ada di perumahan. Kayu umpan (stakes) yang digunakan terbuat dari kayu pinus yang berukuran 1.9 cm x 1.9 cm x 45.7 cm dalam keadaan kering udara. Bagian atas kayu umpan dicat dengan warna terang (merah) untuk membantu menandai lokasi kayu umpan selama pengamatan. Ukuran kayu umpan yang digunakan mengacu pada standar ASTM-D 1758-06 2008. Pemasangan kayu umpan dilakukan pada tapak bangunan rumah tinggal dan fasilitas umum yang tidak tertutup oleh lapisan beton atau lapisan artifisial lainnya. Kayu umpan yang dipasang yaitu sebanyak 280 buah yang disebar di seluruh perumahan. Setiap kayu umpan dibenamkan secara vertikal ke dalam tanah dengan perkiraan 1/2 bagian berada di bawah permukaan tanah, dan 1/2 bagian berada di atas permukaan tanah seperti pada Gambar 1. Kayu umpan ditanam selama dua hingga tiga bulan.
3
Gambar 1 Pemasangan kayu umpan Setiap bulan dilakukan pengamatan terhadap kayu umpan. Pengamatan dilakukan sampai dengan tiga bulan. Apabila kayu umpan telah terserang rayap, dilakukan pengambilan beberapa ekor rayap dari kasta prajurit yang kemudian dimasukan ke dalam botol koleksi rayap yang berisi alkohol 70%. Satu botol koleksi digunakan untuk rayap yang diambil dari satu kayu umpan yang terserang. Selanjutnya, rayap yang menyerang kayu umpan diidentifikasi jenisnya di laboratorium dengan berpedoman pada literatur atau kunci identifikasi Tho (1992). Sampel rayap yang terkumpul kemudian difoto menggunakan mikroskop stereo dengan perbesaran 10 kali dan 30 kali. Pengamatan jenis rayap yang menyerang kayu umpan meliputi pengamatan secara keseluruhan dari tubuh rayap dan juga pengamatan pada ukuran kepala rayap serta bagian-bagian yang terdapat pada kepala rayap. Pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 kali dilakukan untuk mengamati tubuh rayap secara keseluruhan. Pengamatan menggunakan miksroskop dengan perbesaran 30 kali dilakukan untuk mengamati tubuh rayap bagian kepala yang mencakup antena dan mandibula rayap. Pengambilan Sampel Tanah Pengambilan sampel tanah dilakukan pada empat kuadran. Setiap kuadran diambil pada tiga titik secara acak sehingga terdapat 12 titik pengambilan sampel tanah pada lokasi penelitian (Gambar 2). Masing-masing titik diambil pada dua kedalaman, yaitu kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm. Kemudian sampel tanah tersebut dianalisis sifat kimia dan fisiknya di laboratorium tanah. Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Intensitas Cahaya Pengukuran suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya dilakukan pada 12 titik lokasi pengamatan sebagaimana metode pengambilan sampel tanah (Gambar 2). Pengukuran dilakukan pada pagi hari (pukul 7.30), siang hari (pukul 12.30), dan sore hari (pukul 16.30) selama satu minggu.
4
Gambar 2 Titik lokasi pengamatan ( intensitas cahaya matahari
) sampel tanah, suhu, kelembaban dan
Intensitas Kerusakan Bangunan Perumahan Kegiatan survei dan wawancara dilakukan untuk mengetahui intensitas kerusakan bangunan rumah. Bangunan rumah yang disurvei sebanyak 213 rumah. Pada masing-masing rumah dilakukan pengamatan terhadap ada atau tidaknya kerusakan pada komponen bangunan rumah, yaitu komponen bangunan pada penutup atap, rangka atap/kuda-kuda, plafon, lisplang, rangka dinding, dinding, lantai, kusen, jendela, daun pintu, pondasi, sistem drainase, maupun utilitas. Selain itu dilakukan pengamatan terhadap penyebab kerusakan bangunan tersebut. Hasil pengamatan dicatat pada lembar kuisioner yang telah disediakan (Lampiran 1). Setiap komponen bangunan yang diamati diberi skor sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan (Tabel 1). Tabel 1 Skor nilai bangunan rumah Kondisi Baik Sedang Rusak Ringan
Rusak Sedang
Rusak Berat
Skor Keterangan 5 Komponen bangunan masih berfungsi dengan baik dan ada pemeliharaan secara berkala. 4 Komponen bangunan masih berfungsi dengan baik dan tidak ada pemeliharaan secara berkala. 3 Komponen bangunan masih berfungsi tetapi <10% bagian komponen tersebut mengalami gejala kerusakan (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna). 2 Komponen bangunan masih berfungsi tetapi 10%-40% mengalami kerusakan fungsional (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll) . 1 Sebesar 40% komponen bangunan mengalami kerusakan fungsional (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll).
Sumber: Suryadi (2005)
Pembobotan diperlukan guna menentukan skala prioritas dari komponen bangunan. Nilai pembobotan dipengaruhi oleh efek samping yang ditimbulkan dari kerusakan pada komponen bangunan ke komponen lain apabila komponen
5 tersebut tidak segera diperbaiki. Teknik pembobotan untuk tiap kelompok pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Teknik pembobotan pada tiap kelompok pekerjaan No A B C D E F G H I
Objek yang diteliti Pekerjaan atap Pondasi Rangka dinding Langit-langit Dinding Kusen/daun pintu Lantai Sistem drainase Utilitas Total
Bobot kegiatan (%) 27 21 19 10 9 6 4 3 1 100
Sumber: Suryadi (2005)
Untuk mendapatkan nilai kondisi bangunan didapat dengan rumus sebagai berikut: NK = Keterangan
x 100%
: NK= Nilai kondisi bangunan (%) BB = Bobot kegiatan (%) Sn = Skor nilai 500= Nilai konstanta yang diperoleh dari total BB dikalikan skor nilai terbaik
Selanjutnya kategori kondisi bangunan rumah dikelompokan kedalam lima kelas kondisi, bergantung pada presentase akhir yang diperoleh. Adapun kategori nilai kondisi bangunan dan predikatnya yang dimuat dalam Tabel 3: Tabel 3 Kategori nilai kondisi bangunan dan predikatnya No. 1 2 3 4 5
Nilai kondisi bangunan (%) 81 – 100 61 – 80 41 – 60 21 – 40 0 – 20
Predikat kategori Baik Sedang Rusak ringan Rusak sedang Rusak parah
Sumber: Sulaeman (2005)
Analisis Data Pada penelitian ini pengolahan data intensitas kerusakan bangunan dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2010. Sedangkan analisis data yang digunakan untuk penentuan hubungan antara umur, frekuensi pemeliharaan dan perawatan (renovasi) terhadap kondisi bangunan adalah Cross-tabulation Chisquare dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perumahan Alam Sinarsari Perumahan Alam Sinarsari dibangun pada tahun 1995 dan mulai dihuni pada tahun 1996. Perumahan ini berada di daerah Cibeureum, Darmaga, Bogor. Sebelum dibangun menjadi perumahan, kawasan ini merupakan areal persawahan. Luas perumahan ini yaitu sebesar 119 936.94 m2. Rincian penggunaan lahannya yaitu untuk penggunaan lahan efektif sebesar 71 922.94 m2, penggunaan prasarana untuk jalan 31 297.84 m2, dan untuk fasilitas-fasilitas umum seluas 16 716.20 m2. Fasilitas-fasilitas umum terdiri atas jalur hijau, taman, tempat pembuangan sampah, sekolah TK, sekolah SD, dan sarana olahraga. Jumlah kavling pada perumahan ini yaitu sebanyak 355 unit yang terdiri dari lima tipe, yaitu tipe A (luas bangunan 70 m2 dan luas tanah 150 m2), tipe B (luas bangunan 57 m2 dan luas tanah 135 m2), tipe C (luas bangunan 45 m2 dan luas tanah 120 m2), tipe D (luas bangunan 36 m2 dan luas tanah 90 m2), dan tipe E (luas bangunan 21 m2 dan luas tanah 70 m2). Jumlah kavling pada tipe A yaitu sebanyak 52 unit, tipe B 51 unit, tipe C 66 unit, tipe D 62 unit, dan tipe E 124 unit. Masing-masing unit kavling terdiri dari satu sampai dengan dua lantai bangunan. Adapun bangunan-bangunan kosong yang tidak berpenghuni, yaitu sebanyak 50 unit. Umur masing-masing bangunan rumah pada perumahan ini berbeda-beda yaitu berkisar antara 10-17 tahun. Hal ini dikarenakan tidak semua bangunan rumah dibangun pada tahun yang sama. Seluruh bangunan rumah pada perumahan ini merupakan bangunan permanen. Sebagian besar bangunan rumah berlantai satu (91.55%) dan sisanya berlantai dua (8.45%). Lantai umumnya terbuat dari keramik (92.95%). Akan tetapi masih ada sebagian kecil rumah yang lantainya terbuat dari plesteran semen (7.04%). Seluruh bangunan di lokasi penelitian berdinding batu bata yang permukaannya diplester. Kusen pintu dan kusen jendela pada umumnya terbuat dari kayu (98.12%) dan sisanya terbuat dari aluminium (1.87%). Palfon bangunan rumah umumnya terbuat dari eternit. Kudakuda bangunan rumah biasanya terbuat dari kayu (99.06%), sementara yang menggunakan baja ringan sangat sedikit (0.09%). Disamping itu, hampir seluruh bangunan rumah menggunakan penutup atap yang terbuat dari genteng. Keragaman dan Sebaran Jenis Rayap Tanah Kayu umpan yang disebar di seluruh perumahan Alam Sinarsari Cibeureum, Darmaga, Bogor, yaitu sebanyak 280 kayu umpan. Setelah pengamatan sampai tiga bulan, kayu umpan yang terserang rayap sebanyak 41 kayu umpan yang terdiri dari 25 kayu umpan yang ditemukan rayap dan 16 kayu umpan tidak ditemukan rayap. Adapun dua lokasi yang bukan merupakan kayu umpan tetapi berhasil ditemukan rayap, yaitu pada satu pohon mati dan satu pagar bambu. Hasil identifikasi menurut Tho (1992) menunjukkan bahwa pada perumahan Alam Sinarsari ditemukan enam jenis rayap subteran yang merupakan anggota dari dua famili yaitu Rhinotermitidae dan Termitidae, dan empat subfamilia yaitu Coptotermitinae, Rhinotermitinae, Termitinae, dan Macrotermitinae. Spesies-spesies yang ditemukan pada lokasi pengamatan yaitu Coptotermes curvignathus Holmgren menyerang enam kayu umpan,
7 Schedorhinotermes javanicus Kemner menyerang tiga kayu umpan, S. sarawakensis Kemner menyerang enam kayu umpan, Capriternes mohri Kemner menyerang satu kayu umpan, Odontotermes javanicus Holmgren menyerang delapan kayu umpan, dan Macrotermes gilvus Hagen menyerang satu kayu umpan. Selain rayap S. sarawakensis juga ditemukan menyerang satu pohon mati dan O. javanicus ditemukan menyerang satu pagar bambu. Tabel 4 Keragaman jenis rayap subteran di Perumahan Alam Sinarsari No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Lokasi A6 A12 A24 A24a A31 A31 pohon A37 A55 A89 B14 B48 B48 pagar B67 C47 D40 D48 D53 D55 D55a E30 E55 E61 E61a E119 E176 D85 D74
Famili Rhinotermitidae Rhinotermitidae Rhinotermitidae Rhinotermitidae Termitidae Rhinotermitidae Rhinotermitidae Rhinotermitidae Termitidae Termitidae Termitidae Termitidae Termitidae Termitidae Rhinotermitidae Rhinotermitidae Rhinotermitidae Rhinotermitidae Termitidae Rhinotermitidae Rhinotermitidae Rhinotermitidae Rhinotermitidae Rhinotermitidae Termitidae Termitidae Termitidae
Subfamili Coptotermitinae Rhinotermitinae Rhinotermitinae Rhinotermitinae Macrotermitinae Rhinotermitinae Rhinotermitinae Coptotermitinae Macrotermitinae Macrotermitinae Termitinae Macrotermitinae Macrotermitinae Macrotermitinae Rhinotermitinae Rhinotermitinae Coptotermitinae Coptotermitinae Macrotermitinae Rhinotermitinae Rhinotermitinae Coptotermitinae Coptotermitinae Rhinotermitinae Macrotermitinae Macrotermitinae Macrotermitinae
Jenis Rayap Coptotermes curvignathus Schedorhinotermes javanicus Schedorhinotermes sarawakensis S. sarawakensis Odontotermes javanicus S. sarawakensis S. sarawakensis C. curvignathus O. javanicus O. javanicus Capritermes mohri O. javanicus Macrotermes gilvus O. javanicus S. sarawakensis S. sarawakensis C. curvignathus C. curvignathus O. javanicus S. javanicus S. sarawakensis C. curvignathus C. curvignathus S. javanicus O. javanicus O. javanicus O. javanicus
Rayap C. curvignathus termasuk dalam subfamili Coptotermitinae dan famili Rhinotermitidae. Rayap ini mempunyai kepala yang berwarna kuning, dengan panjang badan 3.17-4.91 mm, lebar maksimum kepala 0.72-1.01 mm, panjang kepala dengan mandibel 1.29-1.97 mm, panjang kepala tanpa mandibel 0.99-1.32 mm, dan antena sebanyak 15 ruas. Bentuk mandibel seperti arit dan melengkung diujungnya. Pada Gambar 3 dapat dilihat kasta prajurit C. curvignathus yang ditemukan pada lokasi penelitian. Menurut Harris (1971), ada 120 jenis rayap yang menyerang bangunan dan 64 jenis diantaranya merupakan nama yang sangat penting. Rayap C. curvignathus merupakan jenis rayap yang terganas dan sangat umum terdapat di Indonesia (Nandika et al 2003).
8
Gambar 3 Kasta prajurit C. curvignathus perbesaran 10 kali Rayap S. javanicus termasuk dalam subfamili Rhinotermitinae dan famili Rhinotermitidae. Rayap ini memiliki dua tipe kasta prajurit, yaitu kasta prajurit mayor yang berukuran besar dan kasta prajurit minor yang berukuran kecil. Pada lokasi penelitian hanya ditemukan kasta prajurit berukuran kecil dengan karakteristik morfologi sebagai berikut; kepala berwarna kuning muda; panjang kepala dengan mandibel 1.19-1.54 mm; panjang kepala tanpa mandibel 0.93-1.09 mm; lebar maksimum kepala 0.76-0.83 mm; panjang badan 3.17-3.97 mm; dan jumlah ruas antena sebanyak 15 ruas. Mandibel rayap ini memiliki gigi marginal. Menurut Krisna dan Weesner (1970) rayap ini dapat dijumpai hampir di semua daerah di Pulau Jawa terutama di daerah dengan ketinggian di bawah 1 000 meter dari permukaan laut. Oleh karena itu, jenis rayap ini dapat dengan mudah ditemukan hampir di semua daerah di Indonesia. Pada Gambar 4 dapat dilihat kasta prajurit minor yang ditemukan pada lokasi penelitian.
Gambar 4 Kasta prajurit minor S. javanicus perbesaran 10 kali Rayap S. sarawakensis termasuk dalam subfamili Rhinotermitinae dan famili Rhinotermitidae. Rayap ini memiliki dua tipe kasta prajurit, yaitu kasta prajurit mayor yang berukuran besar dan kasta prajurit minor yang berukuran kecil. Pada lokasi penelitian ditemukan kasta prajurit berukuran besar dan berukuran kecil. Kasta prajurit berukuran besar karakteristik morfologi sebagai berikut; kepala berwarna kuning muda; panjang kepala dengan mandibel 2.042.43 mm; panjang kepala tanpa mandibel 1.61-1.92 mm; lebar maksimum kepala 1.29-1.48 mm; dan jumlah ruas antena sebanyak 16 ruas. Sedangkan karakteristik morfologi kasta prajurit kecil memiliki kepala berwarna kuning muda; panjang kepala dengan mandibel 1.29-1.62 mm; panjang kepala tanpa mandibel 0.92-1.11 mm; lebar maksimum kepala 0.67-0.86 mm; dan jumlah ruas antena sebanyak 16 ruas. Pada Gambar 5 dapat dilihat kasta prajurit berukuran mayor dan minor yang ditemukan pada lokasi penelitian.
9
(a) (b) Gambar 5 Kasta prajurit S. sarawakensis perbesaran 10 kali, (a) prajurit mayor, (b) prajurit minor Rayap C. mohri termasuk dalam subfamili Termitinae dan famili Termitidae. Rayap ini mempunyai kepala yang berwarna kuning muda, dengan lebar maksimum kepala 0.82-0.85 mm, panjang kepala dengan mandibel 2.642.70 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1.71-1.78 mm, dan antena sebanyak 14 ruas. Bentuk mandibel rayap ini sangat tidak simetris, dengan mandibel sebelah kiri sangat melengkung di tengah berbentuk seperti kait. Mandibel berkembang dan berfungsi, digunakan untuk menggigit dan menggunting (Nandika et al 2003). Pada Gambar 6 dapat dilihat kasta prajurit C. mohri yang ditemukan pada lokasi penelitian.
Gambar 6 Kasta prajurit C. mohri perbesaran 10 kali Rayap O. javanicus termasuk dalam subfamili Macrotermitinae dan famili Termitidae. Rayap ini terdiri atas dua kasta prajurit, yaitu kasta prajurit mayor yang berukuran besar dan kasta prajurit minor yang berukuran kecil. Pada lokasi penelitian ditemukan kasta prajurit berukuran besar dan kasta prajurit berukuran kecil. Kasta prajurit besar mempunyai karakteristik morfologi sebagai berikut; kepala berwarna coklat tua atau coklat kemerahan; panjang kepala dengan mandibel 3.07-3.80 mm; panjang kepala tanpa mandibel 2.19-2.38 mm; lebar kepala 1.58-1.78 mm; panjang badan 6.30-6.82 mm; dan jumlah ruas antena sebanyak 17 ruas. Sedangkan kasta prajurit kecil mempunyai kepala yang berwarna coklat tua, dengan lebar kepala 0.74-0.95 mm, panjang kepala dengan mandibel 1.31-1.58 mm, panjang kepala tanpa mandibel 0.95-1.28 mm, panjang badan 3.19-4.53 mm, dan antena sebanyak 17 ruas. Pada mandibel rayap ini
10 terdapat gigi marginal dan bagian dalam dari gigi marginal pada mandibel sebelah kiri sangat cembung. Pada Gambar 7 dapat dilihat kasta prajurit berukuran besar dan kecil yang ditemukan pada lokasi penelitian.
(a) (b) Gambar 7 Kasta prajurit O. javanicus (perbesaran 10 kali), (a) prajurit mayor, (b) prajurit minor Rayap M. gilvus termasuk dalam subfamili Macrotermitinae dan famili Termitidae. Rayap ini merupakan jenis rayap yang ukuran badannya tergolong besar (Tarumingkeng 1971). Rayap ini terdiri atas dua kasta prajurit, yaitu kasta prajurit mayor yang berukuran besar dan kasta prajurit minor yang berukuran kecil. Pada lokasi penelitian hanya ditemukan kasta prajurit berukuran besar dengan karakteristik morfologi sebagai berikut; kepala berwarna coklat kemerahan; panjang kepala dengan mandibel 3.06 mm; panjang kepala tanpa mandibel 1.85 mm; lebar kepala 1.53 mm; panjang badan 5.22 mm; dan jumlah ruas antena sebanyak 17 ruas. Rayap ini mempun yai mandibel yang melengkung pada ujungnya, dan digunakan untuk menjepit. Menurut Sumarni dan Ismanto (1988) rayap M. gilvus memiliki tempat hidup yang luas, dapat hidup pada tipetipe tanah kompleks podsolik merah kuning, podzolik kuning, regosol dan asosiasi latosol merah, latosol coklat kemerahan, serta tipe tanah laterit. Pada Gambar 8 dapat dilihat kasta prajurit berukuran besar yang ditemukan pada lokasi penelitian.
Gambar 8 Kasta prajurit mayor M. gilvus perbesaran 10 kali Di Indonesia dua famili rayap perusak kayu yang masuk ke dalam golongan rayap tanah adalah Termitidae dan Rhinotermitidae (Tarumingkeng 2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa famili Rhinotermitidae (59.26 %) lebih banyak
11 ditemukan daripada famili Termitidae (40.74 %). Famili Rhinotermitidae ditemukan pada 16 titik pengamatan, sedangkan famili Termitidae ditemukan dalam 11 titik pengamatan.
Frekuensi Serangan (%)
59.26% 40.4%
60 50 40 30 20 10 0 Rhinotermitidae
Termitidae
Famili
Gambar 9 Frekuensi serangan keragaman famili rayap tanah yang menyerang perumahan Menurut Wang et al (2003) spesies-spesies anggota Rhinotermitidae memang lebih sering dijumpai di luar hutan alam atau di kawasan hutan alam yang telah dialihfungsikan menjadi areal perkebunan dan permukiman. Subfamili dari Rhinotermitidae yang ditemukan pada lokasi penelitian, yaitu Coptotermitinae dengan anggota C. curvignathus dan Rhinotermitinae dengan anggota S. javanicus dan S. sarawakensis. Famili Rhinotermitidae merupakan famili yang memiliki jumlah anggota yang banyak dan sering menyerang bangunan. Menurut Tarumingkeng (2000) anggota famili Rhinotermitidae yang paling banyak menyerang bangunan adalah jenis-jenis dari genus Coptotermes spp. Menurut Tambunan dan Nandika (1989) jenis-jenis rayap dari genus Coptotermes yang banyak merusak kayu di daerah tropis seperti Indonesia antara lain C. curvignathus, C. kalshoveni Kemner, dan C. ravians Haviland. Akan tetapi yang paling merugikan adalah C. curvignathus dan C. ravians. Jenis-jenis tersebut dapat merusak kayu dalam waktu yang singkat. Kemudian famili Termitidae ditemukan dalam jumlah yang lebih sedikit dari Famili Rhinotermitidae. Anggota-anggota famili ini merupakan kelompok rayap pemakan kayu, tanah dan serasah. Menurut Collins (1984), sebagian famili ini bersarang di dalam tanah dan membuat gundukan di atas tanah dan sebagian kecil membuat sarang arboreal dan anggota-anggota famili ini memiliki sebaran yang sangat luas di dunia (Tho 1992; Rahman & Tawatao 2003). Contoh-contoh Termitidae yang paling umum menyerang bangunan adalah Macrotermes spp., Odontotermes spp., dan Microtermes spp (Tarumingkeng 2000). Famili ini terdiri dari empat subfamili, namun dalam penelitian ini hanya ditemukan dua subfamili, yaitu subfamili Termitinae dengan anggota C. mohri dan subfamili Macrotermitinae dengan anggota M. gilvus dan O. javanicus. Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa wilayah perumahan bagian depan memiliki keragaman jenis rayap yang lebih tinggi dari wilayah perumahan bagian
12 belakang. Hal ini diduga karena perumahan bagian didepan dibangun terlebih dahulu dari perumahan bagian belakang. Spesies rayap yang memiliki sebaran paling luas adalah O. javanicus. Sedangkan spesies yang memiliki sebaran paling sempit adalah C. mohri dan M. gilvus.
U
Gambar 10
Sebaran jenis rayap tanah pada Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor Frekuensi Kerusakan Bangunan Rumah
Bangunan sederhana dapat dipelajari dengan cara meninjau bagian-bagian yang merupakan bagian pokok dari bangunan dan fasilitas sanitasinya. Bagianbagian tersebut terdiri dari atap, pondasi, rangka dinding, langit-langit, dinding, kusen/daun, lantai, drainase halaman, dan utilitas (Puspantoro 1996). Gambar 11 menunjukkan bahwa sebagian besar (61.03%) rumah di Perumahan Alam Sinarsari termasuk dalam kondisi sedang, sedangkan sisanya termasuk dalam keadaan baik (26.76%) dan kondisi rusak ringan (12.20%). Hal ini diduga karena frekuensi pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah yang relatif tinggi.
61.03%
Frekuensi (%)
80 60
26.76%
40
12.20%
20 0 Baik
Sedang
Rusak Ringan
Kondisi Bangunan
Gambar 11 Keadaan bangunan rumah di perumahan
13 Kondisi bangunan rumah yang termasuk dalam keadaan baik dan sedang pada umumnya dilakukan pemeliharaan dan perawatan yang rutin. Pemeliharaan yang dilakukan biasanya berupa pengecatan dengan frekuensi satu sampai tiga kali setahun. Sementara itu perawatan bangunan yang paling banyak dilakukan yaitu perawatan pada bagian kusen, daun pintu, dan jendela yang terserang oleh rayap maupun organisme perusak lainnya. Hal ini diduga karena kayu yang digunakan pada saat awal pembangunan adalah jenis kayu yang memiliki tingkat keawetan dan kekuatan yang rendah, sehingga banyak ditemukan kerusakan berupa serangan rayap, kumbang, jamur, maupun retak/pecah. Sedangkan bangunan rumah yang termasuk dalam kondisi rusak ringan pada umumnya tidak dilakukan pemeliharaan rutin dan perawatan. Jenis dan Bentuk Kerusakan Bangunan Rumah Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada bangunan rumah yaitu berupa faktor biologis, faktor mekanis, dan fisis. Fenomena biologi yang berpengaruh terhadap bangunan adalah interaksi antara bangunan dengan lingkungan biotiknya berupa tumbuhan dan hewan (Watt 1999). Kayu sebagai bahan bangunan perumahan dan gedung dapat rusak atau lapuk akibat serangan organisme perusak kayu berupa serangga dan jamur (Hariyanto et al 2000). Faktor perusak biologis yang paling banyak menyebabkan kerusakan bangunan diantaranya adalah rayap, kumbang, cendawan, dan lumut. Kerusakan biologis tidak hanya terbatas pada komponen yang terbuat dari kayu saja, melainkan pada semua komponen yang terbuat dari bahan organik atau bahan yang mengandung selulosa. Kerusakan mekanis merupakan jenis kerusakan yang disebabkan oleh gaya, baik statis maupun dinamis. Bentuk kerusakan pada umumnya berupa retak atau pecah. Kerusakan mekanis biasanya terjadi hampir di seluruh komponen bangunan. Sementara itu, jenis kerusakan fisis umumnya disebabkan oleh faktor iklim setempat, seperti suhu dan kelembaban. Kerusakan yang terjadi berupa perubahan warna, pemudaran cat dan terkelupasnya lapisan cat. Pada umumnya kerusakan bangunan secara fisis terjadi pada komponen rangka atap, plafon, lisplang, jendela, dan pintu.
Frekuensi (%)
50
45.36%
40 27.64%
30
24.55%
20 10 0 Biologis
Mekanis
Fisis
Jenis Kerusakan
Gambar 12 Frekuensi jenis kerusakan komponen bangunan perumahan Gambar 12 menunjukkan bahwa jenis kerusakan karena faktor biologis merupakan faktor dengan intensitas yang paling tinggi (64.88%). Selanjutnya
14 disusul oleh jenis kerusakan akibat faktor mekanis (27.64%) dan faktor fisis (24.55%). Kerusakan secara biologis yang paling banyak terjadi yaitu pelapukan pada kuda-kuda dan lisplang. Menurut Priadi (2011), Kota Bogor termasuk ke dalam Kelas Kerawanan Pelapukan Bangunan sangat tinggi. Oleh karena itu, diduga hal ini merupakan salah satu faktor pendukung berkembangnya organisme perusak kayu pada bangunan rumah. Selain pelapukan, kerusakan biologis lain yang terjadi yaitu berupa serangan rayap tanah, rayap kayu kering, kumbang, jamur, dan lumut. Kerusakan secara mekanis yang ditemukan pada lokasi penelitian yaitu retak atau pecah. Sedangkan kerusakan secara fisis berupa cat yang mengelupas dan terjadinya perubahan warna. Tabel 5
Bentuk dan frekuensi kerusakan komponen bangunan rumah di Perumahan Alam Sinarsari
Komponen Bangunan Atap
Langit-Langit
Rangka Dinding
Dinding
Lantai Pondasi Kusen
Bentuk Lapuk Retak/Pecah Serangan Rayap Cat Mengelupas Perubahan Warna Total Lapuk Perubahan Warna Serangan Rayap Retak/Pecah Total Retak/Pecah Serangan Rayap Total Retak Perubahan Warna Lumut Total Retak/Pecah Retak/Pecah Serangan Rayap Serangan Kumbang Retak Lapuk Total
Kerusakan Jumlah 112 57 33 7 4 32 112 4 9 29 4 36 25 2 13 15 87 2 31 1
Persentase 18.21% 9.26% 5.36% 1.14% 0.65% 34.62% 5.20% 18.21% 0.65% 1.46% 25.52% 4.,71% 0.65% 5.36% 5.85% 4.06% 0.32% 10.23% 2.11% 2.44% 14.14% 0.32% 5.04% 0.16% 19.66%
Berdasarkan data dari Tabel 5 menunjukkan bahwa komponen atap dan langit-langit merupakan komponen yang paling rawan terhadap kerusakan dengan persentasi kerusakan sebesar 34.62% dan 25.52%. Sementara itu, lantai dan pondasi merupakan komponen yang frekuensi kerusakannya paling rendah dengan masing-masing persentase kerusakan sebesar 2.11% dan 2.44%. Bentuk kerusakan yang sering terjadi pada bagian atap rumah pada lokasi penelitian yaitu pelapukan dan keretakan. Sedangkan bentuk kerusakan yang terjadi pada lantai yaitu berupa retak atau pecahnya keramik.
15 Kerusakan pada tiap komponen bangunan rumah memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Kerusakan pada atap Selain berfungsi untuk menutup bangunan dari sinar matahari, atap juga berfungsi sebagai penahan air hujan. Oleh karena itu atap mempunyai peranan yang sangat besar dalam bangunan perumahan. Kerusakan yang sering terjadi pada bagian atap rumah pada lokasi penelitian yaitu kebocoran. Kebocoran yang tidak segera diperbaiki akan menyebabkan pelapukan pada struktur atap yang terbuat dari kayu. Bagian atap yang paling banyak ditemukan pelapukan adalah pada bagian lisplang. Hal ini diduga karena lisplang yang terbuat dari kayu terkena air hujan secara terus menerus sehingga menyebabkan pelapukan. Selain itu, pada komponen kuda-kuda juga ditemukan beberapa kerusakan seperti serangan rayap, lapuk, retak/pecah, dan perubahan warna.
(a)
(b)
Gambar 13 Kerusakan pada komponen atap, (a) penutup atap yang rusak, (b) serangan rayap pada lisplang 2.
3.
4.
Kerusakan pada pondasi Pada penelitian ini, penilaian pondasi bangunan rumah hanya didasarkan pada dampak yang ditimbulkannya, misalnya keretakan pada dinding dan keretakan pada lantai. Hal ini dikarenakan pondasi bangunan yang pada umumnya tidak dapat diamati secara komprehensif. Di beberapa bangunan rumah pada lokasi penelitian ditemukan adanya keretakan dinding dan pecahnya keramik atau lantai bangunan rumah. Sehingga diduga kerusakan pondasi juga terjadi pada beberapa bangunan rumah tersebut. Kerusakan pada pondasi dapat disebabkan oleh kurang stabilnya lapisan tanah penyangga atau rendahnya kualitas pondasi yang menyebabkan penurunan sebagian pondasi bangunan. Kerusakan pada rangka dinding Kerusakan pada rangka dinding yang paling banyak ditemukan yaitu berupa retaknya kolom dan terkelupasnya plesteran pada permukaan kolom. Selain itu ditemukan juga adanya serangan rayap pada kolom dinding. Kerusakan pada dinding Kerusakan yang paling banyak ditemukan yaitu berupa retakan. Selain itu terdapat juga kerusakan-kerusakan lain seperti terkelupasnya plesteran dinding, perubahan warna, dan terkelupasnya cat serta timbulnya tumbuhan liar atau lumut pada dinding sehingga dinding menjadi lapuk. Keretakan
16 yang terjadi diduga diakibatkan oleh penurunan pondasi, sedangkan terkelupasnya plesteran diduga diakibatkan oleh komposisi adukan yang kurang tepat (Suryadi 2005). Sementara itu, kerusakan lain seperti perubahan warna diduga disebabkan oleh pengaruh lingkungan seperti terkena paparan sinar matahari dan hujan.
(a)
(b)
Gambar 14 Kerusakan pada dinding bangunan, (a) perubahan warna, (b) retak 5.
Kerusakan pada langit-langit Kerusakan pada bagian ini merupakan kerusakan yang paling banyak ditemukan. Kerusakan umumnya berupa lapuk dan perubahan warna. Hal ini diakibatkan oleh kebocoran air hujan yang tidak segera ditangani. Selain itu ditemukan juga kerusakan berupa adanya serangan rayap dan pecahnya lempengan plafon.
(a)
(b)
Gambar 15 Kerusakan pada langit-langit, (a) pecahnya lempengan plafon, (b) perubahan warna 6.
Kerusakan pada lantai Sebagian besar lantai rumah di perumahan sudah menggunakan lantai keramik. Dan kerusakan yang terjadi umumnya berupa retak/pecah keramik. Pecahnya keramik lantai bisa disebabkan oleh beton yang berada dibawahnya. Lantai beton yang terkena beban yang melebihi kapasitasnya akan mengalami keretakan. Akibatnya lantai keramik yang berada diatasnya turut mengalami retak/pecah.
17 7.
Kerusakan pada kusen, pintu dan jendela Hampir semua rumah di perumahan ini menggunakan kayu sebagai bahan kusen, daun pintu dan jendela. Kerusakan yang paling sering ditemukan adalah serangan rayap tanah dan kayu kering. Tarumingkeng (2004) menyatakan bahwa rayap kayu kering biasanya menyerang melalui dua cara yaitu penerbangan laron ke kayu, kemudian berkembang biak, dan serangan yang menyebar dari obyek lain yang telah diserang dan letaknya berdekatan. Pada bangunan rumah ditemukan banyak sekali kusen, daun pintu dan jendela yang sudah mengeropos akibat rayap. Hal ini diduga diakibatkan oleh pemakaian jenis kayu berkelas awet rendah sehingga mudah terserang rayap. Selain serangan rayap, ditemukan juga serangan kumbang bubuk kering dan jamur. Disamping itu kerusakan yang terjadi juga berupa retak dan lapuk, terkelupasnya cat pada daun pintu maupun kusen, kaca jendela yang retak/pecah, dan engsel yang sudah rusak. Kerusakan ini dapat disebabkan karena pemasangan yang kurang baik dan tidak adanya perawatan pada komponen kusen, pintu maupun jendela.
(a) (b) Gambar 16 Kerusakan pada kusen, (a) serangan rayap kayu kering, (b) serangan rayap tanah 8.
9.
Kerusakan pada sistem drainase Hampir seluruh rumah pada perumahan ini memiliki sistem drainase yang cukup baik. Sebagian besar saluran pembuangan air hujan yang dimiliki dalam kondisi cukup baik. Air hujan mengalir melalui selokan yang dibangun disepanjang jalan perumahan. Selain itu masing-masing rumah memiliki septic tank dan kamar mandi yang terawat sehingga tergolong dalam kondisi yang bersih. Kerusakan pada utilitas Yang termasuk kategori utilitas yaitu penerangan, air, pengatur udara atau suhu, dan telekomunikasi. Hampir semua rumah di perumahan ini memiliki utilitas yang baik, terkecuali rumah yang tidak berpenghuni atau rumah kosong.
18 78.9 %
Frekuensi (%)
80 60 40
21.1 %
20 0 Rayap
Bukan Rayap
Jenis Kerusakan
Gambar 17 Frekuensi kerusakan akibat rayap dan bukan rayap pada bangunan rumah Pada Gambar 17 dapat dilihat bahwa kerusakan yang diakibatkan oleh rayap (21.10%) ditemukan pada frekuensi yang lebih rendah daripada kerusakan yang bukan disebabkan oleh rayap (78.90%). Kerusakan akibat rayap dapat disebabkan oleh jenis rayap tanah dan rayap kayu kering yang ditemukan baik pada komponen atap, langit-langit, rangka dinding, maupun kusen bangunan rumah. Sementara itu kerusakan-kerusakan yang bukan diakibatkan oleh rayap yaitu lapuk, retak/pecah, cat mengelupas, perubahan warna, serangan kumbang, dan lumut. Pengaruh Umur, Frekuensi Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Rumah Hasil analisis Cross-tabulation (Lampiran 3) menunjukkan bahwa tidak terlihat adanya hubungan antara umur bangunan dengan kondisi bangunan rumah (P-value >0.05). Demikian juga hasil studi lapang, menunjukkan bahwa umur bangunan relatif tidak mempengaruhi kondisi bangunan rumah. Sebagai contoh pada bangunan rumah A40 yang berumur 10 tahun termasuk dalam kategori kondisi rusak ringan. Bangunan ini memiliki kerusakan ringan pada komponen struktural dan non struktural. Sementara itu bangunan rumah A3 yang berumur 15 tahun termasuk dalam kategori kondisi yang baik. Komponen struktural maupun non struktural bangunan rumah masih berfungsi dengan baik dan tidak ditemukan adanya kerusakan yang menyebabkan penurunan fungsi komponen bangunan. Kemudian berdasarkan hasil analisis Cross-tabulation (Lampiran 3) terlihat bahwa frekuensi pemeliharaan dan perawatan memiliki pengaruh yang nyata (Pvalue <0.05) terhadap kondisi bangunan rumah. Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa 50.70% bangunan rumah mengalami pemeliharaan dan 72.30% bangunan rumah mengalami perawatan bangunan. Pemeliharaan bangunan yang dilakukan pada umumnya berupa pengecatan rutin. Sedangkan perawatan bangunan yang dilakukan yaitu berupa pergantian komponen yang mulai rusak, baik komponen struktural maupun non struktural. Menurut Allsop et al (2003), pemberian cat merupakan salah satu cara pencegahan kayu dari serangan jamur pelapuk. Pemberian cat pada permukaan kayu dapat mengurangi daya serap kayu terhadap tetesan air, sehingga kayu tidak terlalu lembab.
19 Sifat Kimia dan Fisik Tanah di Sekitar Perumahan Tabel 6 Hasil analisis sifat kimia dan fisik tanah di Perumahan Alam Sinarsari Sifat Kimia dan Fisis Tanah pH
H2O KCL
C-Organik N-Total P
(%) Bray I HCL 25%
Ca Mg K Na KTK KB Tekstur
(ppm)
(me/100g)
Pasir Debu Liat
(%)
Kedalaman 0 – 20 cm 6.65 6.00 0.158 0.028 13.3
Kedalaman 20 – 40 cm 6.575 5.975 0.335 0.03 12.2
Netral Netral Sangat rendah Sangat rendah Tinggi
130.8
119.175
Sangat tinggi
21.63 7.723 0.468 0.595 12.738 100 68.835 11.990 19.175
21.407 5.143 0.338 0.53 13.13 100 65.80 11.643 22.557
Sangat tinggi Tinggi Sedang Sedang Sangat tinggi Sangat tinggi
Kriteria
Lempung berpasir
Menurut Lee and Wood (1971), tanah yang didalamnya terdapat aktivitas rayap memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Akan tetapi hasil analisis sifat kimia tanah menunjukkan bahwa tanah pada lokasi penelitian memiliki kandungan C-Organik dan N-Total yang sangat rendah. Sementara itu, tanah pada kedua kedalaman memiliki kandungan P, Ca, Mg, K, dan Na yang relatif tinggi. Tingginya kandungan mineral tersebut diduga karena adanya aktivitas koloni rayap di dalam tanah. Menurut Lee and Wood (1971), peningkatan kandungan P, Ca, Mg, K, dan Na ditemukan pada sekitar tumpukan tanah yang didalamnya terdapat aktivitas rayap. Nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa (KB) pada kedua kedalaman termasuk dalam kriteria sangat tinggi serta memiliki pH tanah yang netral. Hal ini menunjukkan bahwa tanah pada areal perumahan ini memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Secara umum rayap tanah menyukai tipe tanah yang banyak mengandung liat. Serangga ini tidak menyukai tipe tanah berpasir karena memiliki bahan organik yang rendah (Nandika et al 2003). Meskipun begitu berdasarkan hasil analisis sifat fisik tanah, tekstur tanah pada lokasi penelitian termasuk pada tekstur lempung berpasir.
20 Suhu, Kelembaban, dan Intensitas Cahaya Matahari pada Perumahan Tabel 7
Hasil pengukuran suhu, kelembaban, dan intensitas matahari di Perumahan Alam Sinarsari Kuadran 1 2 3 4 Rata-rata
Suhu (°C) 32.74 32.64 31.55 31.72 32.1625
RH (%)
Intensitas (Lux)
55.01 55.79 58.23 57.51 56.635
43927.63 39832.27 36668.47 37442.9 39467.82
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa perumahan ini mempunyai suhu, kelembaban dan intensitas cahaya matahari rata-rata yang cukup sedang, yaitu 32.16 °C, 56.63%, dan 39467.82 Lux. Menurut Nandika et al ( 2003), kisaran suhu optimum pada sebagian serangga yaitu pada suhu 15-38 °C.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada Perumahan Alam Sinarsari terdapat enam jenis rayap tanah, yaitu C. curvignathus, S. sarawakensis, S. javanicus, O. javanicus, M. gilvus, dan C. mohri. Spesies rayap yang memiliki sebaran paling luas adalah O. javanicus. Sedangkan spesies yang memiliki sebaran paling sempit adalah C. mohri dan M. gilvus. Kemudian hasil survey kerusakan bangunan rumah menunjukkan bahwa sebagian besar bangunan rumah termasuk dalam kondisi sedang (61.03%). Selain itu ditemukan juga kerusakan akibat serangan rayap kayu kering, akan tetapi tidak ditemukan contoh rayapnya. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan daya jelajahn populasi masing-masing jenis rayap tanah di Perumahan Alam Sinarsari. Kemudian sebaiknya tindakan pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah dilakukan secara berkala agar kondisi rumah dapat tetap dalam keadaan baik.
21
DAFTAR PUSTAKA [ASTM] American Society for Testing and Materials. 2008. Standard Test Method of Evaluating Wood Preservatives by Field Test with Stakes. American Society for Testing and Material. United States: ASTM D 1758-08. Allsopp D, Kenneth JS and Christine C, Gaylarde. 2003. Introduction to Biodeterioration (Second edition). Inggris (GB): Cambridge University Press. Collins NM. 1984. The termite (Isoptera) of the Gunung Mulu National Park, with a key to the genera now from Sarawak. Sarawak Museum Journal. 30:65-87. Hariyanto Y, Purba K, dan Hediana C. 2000. Manfaat Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Harris WV. 1971. Termites: Their Recognition and Control. Ed ke-2. London: Longman Group Limited. Khrisna K, Weesner FM. 1970. Biologi of Termites. Vol. II. New York and London: Academy Press. Nandika D. 2001. Dampak ekonomis serangan rayap. Didalam: Teknologi Pengendalian Rayap Ramah Lingkungan. Makalah Pelatihan dan Workshop; Bogor, 19-21 Juli 2001. Bogor: Pusat Studi Ilmu Hayati, IPB dan Rentokil Pest Control. Nandika D, Tarumingkeng RC, Surjokusumo S, Diba F, Rismayadi Y, dan Husni H. 2000. Pengujian lapang keampuhan umpan rayap Recruit II terhadap koloni rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae) [Laporan Percobaan]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Nandika D, Raffiudin R, Husaeni EA. 1991. Biologi Rayap Perusak Kayu. Bogor: Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati IPB. Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya. Surakarta: Muhamadiyah University Press. Priadi T. 2011. Analisis bahaya pelapukan kayu pada bangunan perumahan di Pulau Jawa [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kehutanan. Puspantoro B. 1996. Konstruksi Bangunan Tidak Bertingkat. Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta. Rahman H, Tawatao N. 2003. Isoptera (Termite) Adapted from Inventory and Collection. Thailand: Introductory Course to Entomology. Rakhmawati D. 1996. Prakiraan kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan perumahan di Indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kehutanan. Rudi. 1999. Preferensi makan rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae) terhadap delapan jenis kayu bangunan [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sulaiman. 2005. Keterandalan konstruksi bangunan pendidikan (studi kasus pada gedung Sekolah Dasar) [Tesis]. Departen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Sumarni G, Ismanto A. 1988. Intensitas serangan dan komunitas rayap tanah di Kecamatan Cikampek. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 5 Nomor 4.
22 Suryadi D. 2005. Kekokohan konstruksi bangunan Sekolah Dasar Negeri (studi kasus: Kec. Cibarusah Kab. Bekasi) [Skripsi]. Bogor: Universitas Pakuan. Tambunan B, Nandika D. 1989. Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. Tarumingkeng RC. 1971. Biologi dan pengendalian rayap perusak kayu Indonesia. LPPK 138. Tarumingkeng RC. 2000. Manajemen Deteriorasi Hasil Hutan. Topik-topik Terpilih. Jakarta: Ukrida Press. Tarumingkeng RC. 2004. Biologi dan pengendalian rayap hama bangunan di Indonesia. [Internet]. [diunduh pada 2 Agustus 2013]. Tersedia pada: http://www.scribd.com/doc/109729487/Biologi-Dan-Pengendalian-RayapHama-Bangunan-Di Indonesia. Tho YP. 1992. Termites of Peninsular Malaysia. Kualalumpur: Forest Research Institute Malaysia, Kepong. Wang C, Powell JE, Scheffrahn RH. 2003. Abundance and distribution of subtetrranean termites in Southern Mississippi Forests (Isoptera: Rhinotermitidae). Sociobiology. 42: 2. Watt DS. 1999. Building Pathology: Principle and Practice. Inggris (GB): Cambridge University Press. Yulinasari M. 2008. Sebaran jenis rayap tanah di Apartemen Rasuna Kuningan Jakarta dan potensinya sebagai hama pada bangunan tinggi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
23 Lampiran 1 Kuisioner studi kerusakan bangunan pada perumahan contoh A.
B.
Lokasi 1. Kode Rumah 2. Desa/ Kelurahan 3. Kecamatan 4. Kota
: : : :
Kondisi Bangunan 1. Tahun dibangun : 2. Tipe Konstruksi : Permanen/Semi Permanen 3. Jumlah Lantai : 4. Luas Bangunan : : 5. Luas Lahan 6. Jumlah Ruang : 7. Komponen Bangunan : Komponen Bangunan Bahan Keterangan Penutup Atap Genteng/Seng/Besi Rangka Atap/KudaKayu/Baja Ringan/Aluminium kuda Plafon Eternit/Kayu Lapis/Anyaman Bambu Lisplang Papan Dinding Bata/Batako/Papan Tiang/Kolom Beton/Kayu/Baja Jendela Alumunium/Kayu Pintu Alumunium/Kayu Lantai Tanah/Cor Semen/Teraso/Keramik 8. Tindakan Pemeliharaan 8.1. Adakah tindakan pemeliharaan yang secara berkala dilakukan? Ada/Tidak Ada 8.2. Bila ada, jelaskan jenis dan frekuensinya! 9. Tindakan Perawatan 9.1 Adakah tindakan perawatan yang dilakukan? Ada/Tidak Ada 9.2 Bila ada, sebutkan jenis dan tahun perawatannya! C. Pengamatan Kerusakan Kode A (upper structure)
Komponen Bangunan Penutup Atap Rangka Atap/Kudakuda Plafon Lisplang
Intensitas Kerusakan 1)
Faktor Penyebab2)
Keterangan
24 Kode
Komponen Intensitas Faktor Keterangan Bangunan Kerusakan 1) Penyebab2) B (main Dinding structure) Tiang/Kolom C (sub Lantai structure) Pondasi D (nonJendela structure) Pintu 1) Diisi dengan pernyataan kondisi komponen bangunan dimaksud dan skor sebagai berikut: a. Baik : Komponen bangunan masih berfungsi dengan baik dan ada pemeliharaan secara berkala (skor nilai = 5). b. Sedang : Komponen bangunan masih berfungsi dengan baik tetapi tidak ada pemeliharaan secara berkala (skor nilai = 4). c. Rusak Ringan : Komponen bangunan masih berfungsi tetapi <10% bagian komponen tersebut mengalami gejala kerusakan (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll) (skor nilai = 3). d. Rusak Sedang : Komponen bangunan masih berfungsi tetapi 10%-40% mengalami kerusakan fungsional (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll) (skor nilai = 2). E. Rusak Berat : Sebesar 40% komponen bangunan mengalami kerusakan fungsional (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll) (skor nilai = 1). 2)
Penyebab/jenis kerusakan dapat dikelompokkan menjadi biologis (lumut, ganggang, tumbuhan jamur, rayap, kumbang, dll), fisis (cuaca, bocor, korosif, api), dan atau mekanis (retak, pecah, aus, dll).
D. Lain-lain 1. Aksesibilitas : Baik/ Sedang/ Kurang 2. Drainase : Baik/ Sedang/ Kurang 3. Lingkungan : Hutan/ Sawah/ Kebun/ Pemukiman/ Industri/ Bangunan Tepi Jalan Raya/ Pantai/ Rel Kereta. 4. Potensi Gangguan terhadap Konstruksi Bangunan (contoh dekat dengan jalan raya yang dilintasi kendaraan bertonase tinggi, dekat rel kereta api, dekat bandara, ekspose terhadap serasah dibagian atap, dll).
25 Lampiran 2 Hasil analisis sampel tanah perumahan pada dua kedalaman 2.1 Hasil analisis tanah perumahan pada kedalaman 0-20 cm Rata range pH 1:1
H2O KCL
Walkley and Black Kjeldhal Bray I HCl 25% N NH4OAc pH 7,0
C-Org
(%)
N-Total P
(%) (ppm)
Ca Mg K Na KTK
(me/100g)
KB N KCl 0,05 N HCl
Tekstur
Al H Fe Cu Zn Mn Pasir Debu Liat
(%) (me/100g) (ppm)
(%)
Rata-rata 6.650 6.000 0.158
Range 6.6-6.8 5.9-6.1 0.08-0.31
Kriteria Netral Netral Sangat rendah
0.028 13.300 130.800 21.630 7.723 0.468 0.595 12.738 100 Tr 0.070 0.278 0.580 6.795 17.505 68.835 11.990 19.175
0.02-0.04 12.2-14.7 121.8-142.8 18.05-26.92 3.83-17.79 0.24-0.59 0.41-0.67 11.37-13.72 100 tr 0.04-0.08 0.03-0.50 0.35-0.77 4.99-8.38 11.43-21.78 64.60-71.55 8.54-19.42 15.98-21.45
Sangat rendah Tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Tinggi Sedang Sedang Sangat tinggi Sangat tinggi
Lempung berpasir
2.2 Hasil analisis tanah perumahan pada kedalaman 20-40 cm Rata range H2O KCL
pH 1:1
Rata-rata 6.575 5.975
Range 6.5-6.7 5.9-6.1
Kriteria Netral Netral
Walkley and Black Kjeldhal Bray I HCl 25%
C-Org
(%)
0.335
0.08-0.55
Sangat rendah
N-Total
(%)
P
(ppm)
N NH4OAc pH 7,0
Ca Mg K Na KTK
(me/100g)
0.03 12.2 119.175 21.4075 5.1425 0.3375 0.53 13.13 100 Tr 0.05 0.425 0.7425 6.4075 17.1725 65.8
0.02-0.04 9.3-16.3 93.1-156.3 18.77-28.88 3.74-6.85 0.17-0.53 0.33-0.65 11.37-15.29 100
Sangat rendah Tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Tinggi Sedang Sedang Sangat tinggi Sangat tinggi
11.6425 22.5575
11.13-12.29 19.91-25.58
KB N KCl
0,05 N HCl
Tekstur
(%) Al H Fe Cu Zn Mn Pasir
Debu Liat
(me/100g)
(ppm)
(%)
0,04-0,08 0.13-0,77 0.40-0.88 6.30-7.40 12.21-20.22 62.9-68.96
Lempung berpasir
26 2.3 Hasil pengukuran suhu, kelembaban dan intensitas cahaya matahari Kuadran 1 2 3 4 Rata-rata
Suhu (°C) 32.74 32.64 31.55 31.72 32.1625
RH (%)
Intensitas (Lux)
55.01 55.79 58.23 57.51 56.635
43927.63 39832.27 36668.47 37442.9 39467.82
27 Lampiran 3 Analisis hubungan antara kondisi bangunan rumah dengan umur bangunan, frekuensi pemeliharaan dan frekuensi bangunan rumah 3.1 Hubungan antara kondisi bangunan dengan umur bangunan rumah Kondisi * Umur Crosstabulation Kondisi Rusak Ringan Sedang Baik Total
10 – 12 thn 2 5 3 10
Umur 13 – 15 thn 23 123 53 199
>15 thn 0 3 1 4
Total 25 131 57 213
Chi-Square Tests
a.
Tests
Value
df
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
1.438a 1.811 0.161
4 4 1
Asymp.Sig.(2sided) 0.838 0.770 0.688
213
5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum ecpected count is 0.47
3.2 Hubungan antara kondisi bangunan dengan frekuensi pemeliharaan bangunan Kondisi * Pemeliharaan Crosstabulation Kondisi Rusak Ringan Sedang Baik Total
Pemeliharaan Tidak Ada 24 1 63 68 18 39 105 108
Total 25 131 57 213
Chi-Square Tests
a.
Tests
Value
df
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
29.051a 34.331 24.458
2 2 1
Asymp.Sig.(2sided) 0.000 0.000 0.000
213
0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum ecpected count is 12.32
28 3.3 Hubungan antara kondisi bangunan dengan frekuensi perawatan bangunan rumah Kondisi * Renovasi Crosstabulation Kondisi Rusak Ringan Sedang Baik Total
Pemeliharaan Tidak Ada 19 6 38 93 2 55 59 154
Total 25 131 57 213
Chi-Square Tests
a.
Tests
Value
df
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
45.890a 48.715 43.068
2 2 1
Asymp.Sig.(2sided) 0.000 0.000 0.000
213
0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum ecpected count is 6.92
29 Lampiran 4 Hasil Identifikasi Jenis Rayap yang Menyerang Kayu Umpan di Perumahan Alam Sinarsari Morfologi Kayu Umpan A6 Coptotermes curvignathus Ciri-ciri prajurit minor: Panjang kepala dengan mandibel 1,40 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,00 mm, lebar kepala 0,80 mm, panjang badan 3,80 mm. Antena terdiri atas 15 segmen. Kepala berwarna kuning. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya
Kayu Umpan A12 Scedorhinotermes javanicus Ciri-ciri prajurit minor: Panjang kepala dengan mandibel 1,53-1,54 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,05-1,09 mm, lebar kepala 0,80-0,83 mm, panjang badan 3,51-3,88 mm. Antena terdiri atas 15 segmen. Kepala berwarna kuning muda.
Kayu Umpan A24 Scedorhinotermes sarawakensis Ciri-ciri prajurit mayor: Panjang kepala dengan mandibel 2,09 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,67 mm, lebar kepala 1,29 mm, panjang badan 4,63 mm. Antena 16 segmen. Kepala berwarna kuning muda. Ciri-ciri prajurit minor: Panjang kepala dengan mandibel 1,29 mm, panjang kepala tanpa mandibel 0,92 mm, lebar kepala 0,67 mm, panjang badan 3,49 mm. Antena 16 segmen. Kepala berwarna kuning muda.
30 Morfologi Kayu Umpan A24a Scedorhinotermes sarawakensis Ciri-ciri prajurit mayor: Panjang kepala dengan mandibel 2,04-2,08 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,61-1,72 mm, lebar kepala 1,29-1,34 mm, panjang badan 4,38-4,72 mm. Antena terdiri 16 atas segmen.
Kayu Umpan A31 Odontotermes javanicus Ciri-ciri prajurit minor: Panjang kepala dengan mandibel 1,33 mm, panjang kepala tanpa mandibel 0,95-1,00 mm, lebar kepala 0,77-0,78 mm, panjang badan 3,663,89 mm. Antena terdiri 17 atas segmen.
Kayu Umpan A31 Pohon Scedorhinotermes sarawakensis Ciri-ciri prajurit mayor: Panjang kepala dengan mandibel 2,18 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,65 mm, lebar kepala 1,35 mm, panjang badan 4,42 mm. Antena terdiri atas 16 segmen. Ciri-ciri prajurit minor: Panjang kepala dengan mandibel 1,42 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,02 mm, lebar kepala 0,73 mm, panjang badan 3,93 mm. Antena terdiri atas 16 segmen.
31 Morfologi Kayu Umpan A37 Scedorhinotermes sarawakensis Ciri-ciri prajurit mayor: Panjang kepala dengan mandibel 2,22-2,30 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,73-1,87 mm, lebar kepala 1,34-1,44 mm, panjang badan 4,79-5,37 mm. Antena terdiri atas 16 segmen.
Kayu Umpan A55 Coptotermes curvignathus Ciri-ciri prajurit: Panjang kepala dengan mandibel 1,37-1,41 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,04-1,15 mm, lebar kepala 0,72-0,83 mm, panjang badan 3,334,17 mm. Antena terdiri atas 15 segmen.
Kayu Umpan A89 Odontotermes javanicus Ciri-ciri prajurit minor: Panjang kepala dengan mandibel 1,31-1,36 mm, panjang kepala tanpa mandibel 0,95-1,01 mm, lebar kepala 0,74-0,84 mm, panjang badan 3,51-3,52 mm. Antena terdiri atas 17 segmen.
32 Morfologi Kayu Umpan B14 Odontotermes javanicus Ciri-ciri prajurit minor: Panjang kepala dengan mandibel 1,58-1,63 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,20-1,21 mm, lebar kepala 0,94-0,95 mm, panjang badan 4,46-4,53 mm. Antena terdiri atas 17 segmen.
Kayu Umpan B48 Capritermes mohri Ciri-ciri prajurit: Panjang kepala dengan mandibel 2,64-2,70 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,71-1,78 mm, lebar kepala 0,82-0,85 mm, panjang badan 4,044,12 mm. Antena terdiri atas 14 segmen.
Kayu Umpan B48 Pagar Odontotermes javanicus Ciri-ciri prajurit mayor: Panjang kepala dengan mandibel 3,07-3,30 mm, panjang kepala tanpa mandibel 2,19-2,38 mm, lebar kepala 1,58-1,78 mm, panjang badan 6,30-6,82 mm. Antena terdiri atas 17 segmen. Ciri-ciri prajurit minor: Panjang kepala dengan mandibel 1,57 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,20 mm, lebar kepala 0,92 mm, panjang badan 3,59 mm. Antena terdiri atas 17 segmen.
33 Morfologi Kayu Umpan B67 Macrotermes gilvus Ciri-ciri prajurit mayor: Panjang kepala dengan mandibel 3,06 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,85 mm, lebar kepala 1,53 mm, panjang badan 5,22 mm. Antena terdiri atas 17 segmen.
Kayu Umpan C47 Odontotermes javanicus Ciri-ciri prajurit minor: Panjang kepala dengan mandibel 1,32-1,46 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,02-1,08 mm, lebar kepala 0,80-0,81 mm, panjang badan 3,19-4,15 mm. Antena terdiri atas 17 segmen.
Kayu Umpan D40 Scedorhinotermes sarawakensis Ciri-ciri prajurit mayor: Panjang kepala dengan mandibel 2,05-2,24 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,66-1,77 mm, lebar kepala 1,38-1,40 mm, panjang badan 4,63-5,34 mm. Antena terdiri atas 16 segmen.
34 Morfologi Kayu Umpan D48 Scedorhinotermes sarawakensis Ciri-ciri prajurit mayor: Panjang kepala dengan mandibel 2,05-2,32 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,63-1,69 mm, lebar kepala 1,34-1,47 mm, panjang badan 4,30-5,03 mm. Antena terdiri atas 16 segmen.
Kayu Umpan D53 Coptotermes curvignathus Ciri-ciri prajurit: Panjang kepala dengan mandibel 1,51-1,56 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,16-1,32 mm, lebar kepala 0,92-0,99 mm, panjang badan 4,915,17 mm. Antena terdiri atas 15 segmen.
Kayu Umpan D55 Coptotermes curvignathus Ciri-ciri prajurit: Panjang kepala dengan mandibel 1,29 mm, panjang kepala tanpa mandibel 0,99 mm, lebar kepala 0,82 mm, panjang badan 3,71 mm. Antena terdiri atas 15 segmen.
35 Morfologi Kayu Umpan D55a Odontotermes javanicus Ciri-ciri prajurit minor: Panjang kepala dengan mandibel 1,36 mm, panjang kepala tanpa mandi bel 1,03 mm, lebar kepala 0,83 mm, panjang badan 3,92 mm. Antena terdiri atas 17 segmen.
Kayu Umpan E30 Scedorhinotermes javanicus Ciri-ciri prajurit minor: Panjang kepala dengan mandibel 1,33-1,46 mm, panjang kepala tanpa mandibel 0,97-1,08 mm, lebar kepala 0,76-0,79 mm, panjang badan 3,17-3,97 mm. Antena terdiri atas 15 segmen.
Kayu Umpan E55 Scedorhinotermes sarawakensis Ciri-ciri prajurit mayor: Panjang kepala dengan mandibel 2,21-2,43 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,76-1,92 mm, lebar kepala 1,43-1,48 mm, panjang badan 4,52-5,74 mm. Antena terdiri atas 16 segmen. Ciri-ciri prajurit minor: Panjang kepala dengan mandibel 1,56-1,62 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,07-1,11 mm, lebar kepala 0,83-0,86 mm, panjang badan 4,50-4,51 mm. Antena terdiri atas 16 segmen.
36 Morfologi Kayu Umpan E61 Coptotermes curvignathus Ciri-ciri prajurit: Panjang kepala dengan mandibel 1,43-1,55 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,04-1,18 mm, lebar kepala 0,84-0,92 mm, panjang badan 4,284,81 nn. Antena terdiri atas 15 segmen.
Kayu Umpan E61a Coptotermes curvignathus Ciri-ciri prajurit: Panjang kepala dengan mandibel 1,49-1,97 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,020-1,22 mm, lebar kepala 0,99-1,01 mm, panjang badan 4,234,43 mm. Antena terdiri atas 15 segmen
Kayu Umpan E119 Scedorhinotermes javanicus1 Ciri-ciri prajurit minor: Panjang kepala dengan mandibel 1,19-1,41 mm, panjang kepala tanpa mandibel 0,93-1,01 mm, lebar kepala 0,76-0,78 mm, panjang badan 3,18-3,66 mm. Antena terdiri atas 15 segmen.
37 Morfologi Kayu Umpan E176 Odontotermes javanicus Ciri-ciri prajurit minor: Panjang kepala dengan mandibel 1,33-1,48 mm, panjang kepala tanpa mandibel 0,94-1,28 mm, lebar kepala 0,74-0,85 mm, panjang badan 3,71-4,30 mm. Antena terdiri atas 17 segmen.
Kayu Umpan D85 Odontotermes javanicus Ciri-ciri prajurit minor: Panjang kepala dengan mandibel 1,33 mm, panjang kepala tanpa mandibel 0,96 mm, lebar kepala 0,75 mm, panjang badan 3,38 mm. Antena terdiri atas 17 segmen.
Kayu Umpan D74 Odontotermes javanicus Ciri-ciri prajurit minor: Panjang kepala dengan mandibel 1, 39 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,04 mm, lebar kepala 0,83 mm, panjang badan 3,83 mm. Antena terdiri atas 17 segmen.
38
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 24 November 1991. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Dana dan Ibu Iin. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Bogor dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa penulis telah mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang diantaranya yaitu Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2011 di Gunung Papandayan dan Sancang Timur, Garut. Pada tahun 2012 penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) dengan lokasi di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan PGT Sindangwangi. Kemudian pada tahun 2013, penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Perusahaan Raisa House of Excellence, Jepara, Jawa Tengah. Selain aktif mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam kepanitiaan kegiatan kampus. Penulis merupakan anggota Divisi Kelompok Minat Teknologi Peningkatan Mutu Kayu pada tahun 2010 dan merupakan pengurus Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) Divisi Kewirausahaan pada tahun 2011. Kemudian penulis juga pernah menjadi anggota kesenian sunda Gentra Kaheman IPB pada tahun 2009. Selain itu, penulis berhasil mendapatkan prestasi di bidang olahraga, yaitu Juara 3 cabang basket putri pada FORCUP 2011. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor” dibawah bimbingan Arinana, SHut, MSi dan Dr Noor Farikhah Haneda, MS.