INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DAN KEANEKARAGAMAN JENIS RAYAP DI PERUMAHAN NASIONAL BUMI BEKASI BARU, RAWALUMBU, BEKASI
WINDI AYU PRAWITASARI
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Intensitas Kerusakan Bangunan dan Keanekaragaman Jenis Rayap di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Windi Ayu Prawitasari NIM E24100027
ABSTRAK WINDI AYU PRAWITASARI. Intensitas Kerusakan Bangunan dan Keanekaragaman Jenis Rayap di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi. Dibimbing oleh ARINANA dan NOOR FARIKHAH HANEDA. Jumlah penduduk di Kota Bekasi semakin meningkat, akibatnya areal permukiman semakin bertambah. Permukiman merupakan ekosistem yang sangat rentan terhadap serangan rayap. Intensitas serangan rayap yang tinggi dan luas menyebabkan kerusakan pada bangunan perumahan. Kerusakan tersebut mengakibatkan kerugian ekonomis karena menyebabkan masa pakai bangunan menjadi lebih pendek. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji intensitas kerusakan bangunan, keanekaragaman jenis rayap dan sebaran rayap pada lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi dengan mensurvei kerusakan bangunan rumah, menyebar 200 kayu umpan Pinus merkusii berukuran 2 cm x 2 cm x 45.7 cm. Hasil survei kerusakan bangunan menunjukkan bahwa sebagian besar bangunan rumah termasuk dalam kondisi sedang (79.33%). Faktor biologis memiliki persentase tertinggi (39.96%) sebagai penyebab kerusakan bangunan. Selain itu ditemukan dua jenis rayap tanah yang menyerang kayu umpan, yaitu Schedorhinotermes sp. dan Coptotermes sp. Rayap Schedorhinotermes sp. menyerang kayu umpan di RW (Rukun Warga) 005, sedangkan rayap Coptotermes sp. menyerang kayu umpan di RW 028. Kata kunci: Bekasi, kerusakan bangunan, permukiman, rayap tanah
ABSTRACT WINDI AYU PRAWITASARI. Damage Intensity of House Building and Termite Diversity in Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi. Supervised by ARINANA and NOOR FARIKHAH HANEDA. Nowadays Bekasi population has been increasing, so that the needs of residential areas are high. Residential is a fragile ecosystem that vulnerable to termite attack. Buildings were damaged because of attacked by termite with high intensity. This damaged causing a number’s of economics disadvantages and decreasing service life of the building. The objective of this research is to review building damage intensity, diversity of termite species and distribution of termite based on the place of this research. This research held at Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi with survey of damage buildings and spread 200 Pinus merkusii stakes (2 cm x 2 cm x 45.7 cm). Damage survey results majority of building status in medium criteria (79.33%). Biologist factor showed high percentage (39.96%) as the main cause of the damage of the buildings. Stakes attacked by 2 kind species of termite, Schedorhinotermes sp. and Coptotermes sp. Schedorhinotermes sp. were found in RW 005 and Coptotermes sp. were found in RW 028. Keywords: Bekasi, damage of building, residential, subterranean termite
INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DAN KEANEKARAGAMAN JENIS RAYAP DI PERUMAHAN NASIONAL BUMI BEKASI BARU, RAWALUMBU, BEKASI
WINDI AYU PRAWITASARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Intensitas Kerusakan Bangunan dan Keanekaragaman Jenis Rayap di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi Nama : Windi Ayu Prawitasari NIM : E24100027
Disetujui oleh
Arinana, SHut MSi Pembimbing I
Dr Ir Noor Farikhah Haneda, MS Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Intensitas Kerusakan Bangunan dan Keanekaragaman Jenis Rayap di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Arinana, SHut MSi dan Dr Ir Noor Farikhah Haneda, MS, selaku pembimbing. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh warga RW 005 dan RW 028 Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru yang telah membantu dalam terlaksananya penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu, Bapak, Mbak April, Mas Gun, Mas Bowo, Mbak Nur, Abidan, Hanun, Ghifari dan seluruh keluarga atas doa serta dukungannya. Terima kasih kepada sahabat-sahabat THH 47, terutama Adhe, Ica, Dita, Wilda, Indah, Rifsi atas doa, semangat, dan dukungannya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan tulisan ini selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, September 2014 Windi Ayu Prawitasari
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur dan Analisis Data
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru
6
Frekuensi Kerusakan Bangunan Rumah
6
Jenis dan Bentuk Kerusakan Bangunan Rumah
7
Keragaman dan Sebaran Jenis Rayap Tanah
13
Pengaruh Umur, Frekuensi Pemeliharaan dan Renovasi Bangunan Rumah
16
Sifat Kimia dan Fisik Tanah di Sekitar Perumahan
16
Faktor Lingkungan Abiotik
17
SIMPULAN DAN SARAN
18
Simpulan
18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
20
RIWAYAT HIDUP
22
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Kriteria penilaian tingkat kerusakan bangunan Teknik pembobotan pada tiap kelompok pekerjaan Kategori nilai kondisi bangunan Persentase bentuk kerusakan komponen bangunan rumah di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi 5 Sifat Kimia dan fisik tanah di Perumahan Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu Bekasi
3 3 4 9 17
DAFTAR GAMBAR 1 Pemasangan kayu umpan, (a) sketsa pemasangan kayu umpan, (b) pemasangan kayu umpan di lapang 2 Titik lokasi pengukuran suhu, RH, intensitas cahaya matahari dan pengambilan sampel tanah 3 Frekuensi kondisi bangunan rumah di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi 4 Faktor penyebab kerusakan bangunan rumah di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi 5 Kerusakan pada komponen atap, (a) serangan rayap pada lisplang, (b) pelapukan, perubahan warna, retak, dan serangan rayap pada lisplang, (c) serangan rayap pada kuda-kuda, (d) pelapukan pada lisplang 6 Kerusakan pada dinding bangunan, (a) lumut, (b) pengelupasan cat 7 Kerusakan pada langit-langit, (a) perubahan warna danlapuk (b) retak dan perubahan warna 8 Kerusakan pada kusen, (a) serangan rayap kayu kering pada kusen jendela, (b) serangan rayap tanah pada kusen pintu 9 Frekuensi kerusakan akibat rayap dan bukan rayap pada bangunan rumah 10 Denah sebaran umpan rayap di RW 005 11 Denah sebaran umpan rayap di RW 028 12 Kayu umpan terserang rayap 13 Kasta prajurit Schedorhinotermes sp. perbesaran 30 kali 14 Kasta prajurit Coptotermes sp. perbesaran 30 kali
4 5 7 8
10 11 11 12 13 14 14 15 15 16
PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dalam lingkungan megapolitan Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek). Saat ini kota Bekasi menjadi tempat tinggal kaum urban dan sentra industri. Keberadaan kawasan industri di kota ini menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dengan menempatkan industri pengolahan sebagai yang utama. Hal tersebut mempengaruhi peningkatan jumlah penduduk di Kota Bekasi. Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bekasi (2013) jumlah penduduk Kota Bekasi pada tahun 2008 tercatat sebesar 1 793 924 jiwa dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 yaitu sebesar 2 801 758 jiwa. Semakin meningkatnya jumlah penduduk, areal permukiman akan semakin bertambah. Oleh karena itu banyak lahan-lahan di Kota Bekasi yang dikonversi menjadi areal permukiman atau perkotaan. Permukiman atau perkotaan merupakan ekosistem yang sangat rentan terhadap serangan rayap. Intensitas serangan dan kerusakan pada bangunan perumahan di kota-kota besar di Indonesia akibat serangan rayap mencapai lebih dari 70%. Kerusakan tersebut mengakibatkan kerugian ekonomis karena menyebabkan masa pakai bangunan menjadi lebih pendek. Menurut Rakhmawati (1996) kerugian yang ditimbulkan akibat serangan rayap pada bangunan perumahan di Indonesia mencapai Rp 1.67 triliun per tahun. Rayap merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan kerusakan berbagai ekosistem, mulai dari ekosistem hutan, pertanian, perkebunan hingga ekosistem permukiman atau perkotaan. Rayap merupakan serangga pemakan kayu (xylophagus) atau bahan-bahan yang mengandung lignoselulosa (Nandika et al. 2003). Kerusakan yang terjadi pada bangunan akibat serangan rayap tidak terbatas pada komponen kayu, melainkan pada semua komponen yang terbuat dari bahan organik atau bahan yang mengandung lignoselulosa. Kehidupan rayap sangat didukung oleh kondisi iklim, tanah, dan banyaknya ragam jenis tumbuhan di Indonesia. Di Indonesia tercatat kurang lebih terdapat 200 spesies rayap dan 20 diantaranya merupakan hama perusak kayu. Salah satu spesies rayap yang menimbulkan kerugian ekonomis yang paling besar di Indonesia adalah Coptotermes curvignathus Holmgren. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan semakin meluasnya areal permukiman di Kota Bekasi, maka memungkinkan interaksi antara koloni rayap dengan bangunan perumahan akan semakin meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi untuk mengkaji intensitas kerusakan bangunan, jenis rayap, dan sebaran rayap pada perumahan tersebut. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji intensitas kerusakan bangunan, keanekaragaman jenis rayap, dan sebaran rayap di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi.
2
Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui intensitas kerusakan bangunan sehingga dapat melakukan pencegahan kerusakan agar masa pakai menjadi lebih lama. Selain itu penelitian ini dapat dijadikan informasi mengenai jenis rayap yang menyerang perumahan di Kota Bekasi sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat untuk menekan jumlah serangan rayap pada bangunan.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juni 2014 di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi, Laboratorium Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu-Departemen Hasil Hutan (DHH)Fakultas Kehutanan-IPB, dan Laboratorium Pengaruh Hutan-Departemen Silvikulktur-Fakultas Kehutanan-IPB. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah botol koleksi, bor tanah, linggis, plastik bening, camera digital, computer, stereo mikroskop, alat pengukur intensitas cahaya matahari Krisbow (light meter) merek Krisbow KW 0600288, dan alat pengukur suhu dan kelembaban (multifunctional environment meter) merek Krisbow KW 0600291 4 in 1, kuisioner, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, spesimen rayap, sampel tanah, kayu pinus (Pinus merkusii) ukuran 2 cm x 2 cm x 45.7 cm, dan cat minyak warna merah. Prosedur dan Analisis Data Intensitas Kerusakan Bangunan Intensitas kerusakan bangunan dilakukan dengan wawancara dan inspeksi bangunan pada 150 rumah di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru. Pengamatan dilakukan pada bagian-bagian pokok bangunan rumah seperti atap, pondasi, rangka dinding, langit-langit, dinding, kusen, lantai, drainase halaman dan utilitas. Nilai tingkat kerusakan bangunan disajikan dalam Tabel 1.
3 Tabel 1 Kriteria penilaian tingkat kerusakan bangunan Tingkat kerusakan bangunan Baik
Skor
Keterangan
5
Komponen bangunan masih berfungsi dan ada pemeliharaan secara berkala Komponen bangunan masih berfungsi walaupun tidak ada pemeliharaan secara berkala Komponen bangunan masih berfungsi tetapi <10% bagian komponen tersebut mengalami gejala kerusakan (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll) Komponen bangunan masih berfungsi tetapi 10%-40% mengalami kerusakan fungsional (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll) Sebesar 40% komponen bangunan mengalami kerusakan fungsional (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll)
Sedang
4
Rusak Ringan
3
Rusak sedang
2
Rusak parah
1
Sumber: Suryadi (2005)
Diperlukan nilai pembobotan pekerjaan untuk dapat menghitung nilai kekokohan bangunan. Teknik pembobotan pada tiap kelompok pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Teknik pembobotan pada tiap kelompok pekerjaan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Objek yang diteliti Pekerjaan atap Pondasi Rangka dinding Langit-langit Dinding Kusen/daun pintu Lantai Sistem drainase Utilitas Total
Bobot kegiatan (%) 27 21 19 10 9 6 4 3 1 100
Sumber: Suryadi (2005)
Nilai kekokohan bangunan didapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
4 Keterangan : NK = Nilai kondisi bangunan (%) BB = Bobot kegiatan (%) Sn = Skor nilai Berdasarkan persamaan Nilai kekokohan, persentase akhir yang diperoleh kemudian dibagi ke dalam 5 kelas kondisi bangunan. Pengelompokan kondisi bangunan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kategori nilai kondisi bangunan No
Nilai Kondisi Bangunan (%)
Predikat kategori
1.
81-100
Baik
2.
61-80
Sedang
3.
41-60
Rusak ringan
4.
21-40
Rusak sedang
5.
0-20
Rusak berat
Sumber: Sulaeman (2003)
Identifikasi Jenis Rayap di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru Kayu umpan berasal dari kayu pinus (P. merkusii) dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 45.7 cm, salah satu ujung kayu dicat dengan warna merah agar tidak terpengaruh oleh kondisi lingkungan. Kayu kemudian dikeringudarakan. Kayu umpan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada American Society for Testing and Materials (ASTM-D 1758-08 2008). Kayu umpan yang digunakan berjumlah 200 buah. Pemasangan kayu umpan pada halaman rumah dibenamkan secara vertikal ke dalam tanah dengan perkiraan ½ bagian berada di bawah permukaan tanah dan ½ bagian berada di atas permukaan tanah. Kayu dibiarkan selama ± 3 bulan. Gambar 1 menunjukkan sketsa kayu umpan dan kayu umpan di lapang.
(a)
(b)
Gambar 1 Pemasangan kayu umpan, (a) Sketsa pemasangan kayu umpan, (b) Pemasangan kayu umpan di lapangan Spesimen rayap yang diambil berasal dari kasta prajurit berjumlah ± 3 ekor. Spesimen rayap yang telah ditemukan dimasukkan dalam botol koleksi yang
5 berisi alkohol 70%, Spesimen rayap difoto menggunakan stereo mikroskop dengan perbesaran 30 kali. Identifikasi spesimen rayap berpedoman pada kunci determinasi Tho (1992). Pengukuran Faktor Lingkungan Abiotik Faktor lingkungan abiotik yang diukur yaitu meliputi suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya matahari. Dalam sehari dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali (Pukul 07.30 WIB, 12.30 WIB, dan 16.30 WIB) dan dilakukan selama 7 hari. Lokasi pengukuran pada 4 kuadran dan masing-masing kuadran dibagi menjadi 3 plot. Pembagian kuadran dapat dilihat pada Gambar 2.
merupakan lokasi pengukuran suhu, kelembaban, Gambar 2 Titik intensitas cahaya matahari dan pengambilan sampel tanah Pengambilan dan Identifikasi Sampel Tanah Plot pengambilan sampel tanah disesuaikan dengan Gambar 2. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada kedalaman 0-20 cm dan 21-40 cm dengan menggunakan bor tanah manual. Kemudian sampel tanah pada kedalaman 0-20 cm yang didapat pada masing-masing titik di keempat kuadran dicampur, begitu pula dengan kedalaman 21-40 cm, sehingga akan terdapat dua sampel tanah yaitu sampel tanah pada kedalaman 0-20 cm dan sampel tanah pada kedalaman 21-40 cm. Analisis Data Pengolahan data intensitas kerusakan bangunan dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2010. Adapun analisis data untuk menentukan hubungan antara umur, frekuensi pemeliharaan dan renovasi terhadap kondisi bangunan adalah Cross-tabulation Chi-square dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru didirikan pada tahun 1992, beralamat di Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat. Perumahan tersebut dibangun dalam 3 tahap, pembagiannya meliputi, Peumahan Nasional Bumi Bekasi Baru I (Kelurahan Pengasinan), Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru II (Kelurahan Bojong), dan Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru III (Kelurahan Bojongmenteng). Sebelum dibangun perumahan, kawasan ini merupakan areal persawahan dan sebagian berupa rawa. Perumahan ini memiliki ciri khas yaitu dengan adanya sebuah sungai selebar 10-15 meter yang secara memanjang memotong perumahan tersebut menjadi barat dan timur, oleh karena itu dibangun jembatan setiap 1.5-2.0 km sebanyak 25 jembatan. Nama jembatan tersebut digunakan sebagai nama blok. Selain itu terdapat fasilitas umum berupa sekolah, masjid, pasar, taman, dan sarana olahraga. Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian yaitu rukun warga (RW) 005 Kelurahan Pengasinan dan RW 028 Kelurahan Bojong. Masing-masing RW terdiri dari 300 unit rumah, sehingga total yaitu 600 unit. Wawancara dan inspeksi dilakukan pada 150 rumah di kedua RW tersebut. Kerusakan yang ditemukan pada lokasi penelitian cukup banyak dan beragam. Frekuensi Kerusakan Bangunan Rumah Kondisi bangunan rumah sangat ditentukan oleh bagaimana pemeliharaan dan perawatan terhadap seluruh komponen pada bangunan tersebut. Menurut Puspantoro (1996) bangunan sederhana dapat dipelajari dengan cara meninjau bagian-bagian yang merupakan bagian pokok dari bangunan dan fasilitas sanitasinya. Bagian-bagian tersebut terdiri dari atap, pondasi, rangka dinding, langit-langit, dinding, kusen/daun, lantai, drainase halaman, dan utilitas. Jika kondisi bangunan tidak dalam performa terbaik yang mengindikasikan adanya kerusakan atau cacat pada bangunan maka kerusakan tersebut harus segera dianalisis untuk segera diperbaiki. Gambar 3 menunjukkan bahwa sebagian besar rumah di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru termasuk dalam kondisi sedang (79.33%), sedangkan sisanya termasuk dalam kondisi baik (10.67%), rusak sedang (8.67%), dan rusak ringan (1.33%). Hal ini menunjukkan bahwa banyak rumah yang tidak melakukan pemeliharaan dan perawatan secara rutin. Kondisi bangunan rumah yang termasuk dalam keadaan baik pada umumnya dilakukan pemeliharaan dan perawatan yang rutin. Sedangkan bangunan rumah yang hanya melakukan pemeliharaan dan perawatan seperlunya saja termasuk dalam kondisi sedang dan rusak ringan, bahkan ada beberapa bangunan rumah yang tidak dipelihara dan dirawat sama sekali sehingga tergolong dalam kondisi rusak sedang. Pemeliharaan yang dilakukan biasanya berupa pengecatan dengan frekuensi satu sampai dua kali setahun. Sementara itu perawatan bangunan yang paling banyak dilakukan yaitu perawatan pada bagian rangka atap, kusen,daun pintu,dan jendela yang terserang oleh rayap maupun organisme perusak lainnya.
7 79.33 % 80 70 Frekuensi (%)
60 50 40 30 20
10.67 %
8.67 % 1.33 %
10 0 Baik
Sedang
Rusak Ringan
Rusak Sedang
Kondisi Bangunan
Gambar 3 Frekuensi kondisi bangunan rumah di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi. Jenis dan Bentuk Kerusakan Bangunan Rumah Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan bangunan rumah yaitu berupa faktor biotik dan faktor abiotik. Menurut Watt (1999) mekanisme proses kerusakan bangunan berkayu atau bahan lainnya dibagi menjadi 5 tahapan yaitu proses kerusakan mekanis (retak, patah, pecah) yang disebabkan oleh gaya baik statis maupun dinamis, proses kerusakan secara fisis yang disebabkan oleh faktor iklim, proses kerusakan secara kimiawi yang disebabkan oleh air baik air kapiler maupun air hujan, proses kerusakan secara biotis yang disebabkan oleh jamur atau lumut, dan kerusakan oleh faktor manusia. Kayu sebagai bahan bangunan perumahan dan gedung dapat rusak dan lapuk akibat serangan organisme perusak kayu berupa serangga dan jamur (Hariyanto et al. 2000). Gambar 4 menunjukkan bahwa jenis kerusakan yang diakibatkan oleh faktor biologis merupakan faktor dengan intensitas yang paling tinggi (39.96%). Namun persentasenya tidak berbeda jauh dengan faktor mekanis (31.21%) dan faktor fisis (28.83%). Faktor kimiawi merupakan faktor dengan intensitas paling rendah (2.53%).
8 39.96 % 40 31.21%
35
28.83%
Frekuensi (%)
30 25 20 15 10
2.53%
5 0 Biologis
Mekanis
Fisis
Kimiawi
Jenis Kerusakan
Gambar 4 Faktor penyebab kerusakan bangunan rumah di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi. Menurut Watt (1999) fenomena biologi yang berpengaruh terhadap bangunan adalah interaksi antara bangunan dengan lingkungan biotiknya berupa tumbuhan dan hewan. Faktor biologis yang paling banyak menyebabkan kerusakan bangunan diantaranya adalah rayap, kumbang, dan lumut. Kerusakan mekanis merupakan jenis kerusakan yang disebabkan oleh gaya, baik statis maupun dinamis. Bentuk kerusakan pada umumnya berupa retak dan pecah. Kerusakan fisis pada umumnya disebabkan oleh faktor iklim setempat, seperti suhu dan kelembaban. Kerusakan yang terjadi berupa perubahan warna asli kayu, pemudaran cat dan terkelupasnya lapisan cat. Sementara itu, kerusakan kimiawi merupakan kerusakan yang disebabkan oleh air baik air kapiler maupun air hujan. Kerusakan yang terjadi berupa pembusukan kayu yang terkena air hujan akibat genteng yang bocor. Faktor kerusakan oleh manusia tidak diteliti. Tabel 4 menunjukkan bentuk dan frekuensi kerusakan komponen bangunan rumah di lokasi penelitian.
9 Tabel 4 Bentuk dan frekuensi kerusakan komponen bangunan rumah di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi Komponen Bangunan Atap
Langit-langit
Rangka Dinding
Dinding
Lantai Pondasi Kusen
Kerusakan
50 47 105
Persentase (%) 9.05 5.89 0.74 6.63 2.53 24.84 8.53 9.05 6.74 1.68 26.00 0.32 5.16 5.47 6.53 12.42 1.89 20.84 5.26 4.95 11.05
5
0.53
9 1
0.95 0.11 12.63
Bentuk
Jumlah
Lapuk Retak/pecah Serangan rayap Perubahan warna Bocor Total Lapuk Perubahan warna Serangan rayap Retak/pecah Total Serangan rayap Retak/pecah total Retak Perubahan warna Lumut Total Retak/pecah Retak/pecah Serangan rayap serangan kumbang Retak Lapuk Total
86 56 7 63 24 81 86 64 16 3 49 62 118 18
Kerusakan pada tiap komponen bangunan rumah memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Kerusakan pada atap Atap memiliki peranan penting bagi bangunan yaitu berfungsi sebagai penahan air hujan serta melindungi dari panas matahari. Hal ini menyebabkan tingkat kerusakan yang terjadi pada atap lebih cepat jika dibandingkan dengan komponen bangunan rumah lainnya. Bentuk kerusakan yang terjadi pada bagian atap berupa retak, lapuk, bocor, serangan rayap, dan perubahan warna. Kerusakan yang paling banyak terjadi pada bagian atap di lokasi penelitian adalah lapuk yang disebabkan oleh jamur. Serangan jamur mengakibatkan sifat-sifat kayu seperti fisik,
10 kimia,dan mekanik akan mengalami perubahan yang cenderung merugikan. (Tambunan dan Nandika 1989). Bagian atap yang paling banyak ditemukan pelapukan adalah pada bagian lisplang. Hal ini diduga karena lisplang merupakan bagian atap yang sering terkena panas dan hujan secara terus-menerus sehingga menyebabkan pelapukan. Selain itu, pada komponen kuda-kuda juga ditemukan beberapa kerusakan seperti serangan rayap, lapuk, retak/pecah, dan perubahan warna, serta terjadi kebocoran pada penutup atap. Kebocoran yang tidak segera diperbaiki akan menyebabkan pelapukan pada struktur atap yang terbuat dari kayu. Bentuk kerusakan pda atap dapat dilihat pada Gambar 5
(a)
(b)
(c)
(d)
(d) (a)
Gambar 5 Kerusakan pada komponen atap, (a) serangan rayap pada lisplang, (b) pelapukan, perubahan warna, retak, dan serangan rayap pada lisplang, (c) serangan rayap pada kuda-kuda, (d) pelapukan pada lisplang 2. Kerusakan pada pondasi Kerusakan pada pondasi dapat disebabkan oleh kurang stabilnya lapisan tanah penyangga atau rendahnya kualitas pondasi. Penilaian pondasi bangunan rumah pada penelitian ini hanya didasarkan pada dampak yang ditimbulkan, misalnya keretakan pada dinding dan keretakan pada lantai. Hal ini dikarenakan penilaian pondasi secara umum tidak dapat diamati secara komprehensif. Di beberapa bangunan rumah pada lokasi penelitian ditemukan adanya keretakan dinding dan pecahnya keramik atau lantai, sehingga diduga kerusakan pondasi juga terjadi pada bangunan rumah tersebut.
11 3. Kerusakan pada rangka dinding Kerusakan pada rangka dinding dapat dilihat dari retakan pada kolom dinding. Pada penelitian ini ditemukan retaknya kolom dinding pada beberapa bangunan rumah. Selain itu ditemukan juga adanya serangan rayap pada kolom dinding. 4. Kerusakan pada dinding Bentuk kerusakan pada dinding yang paling banyak ditemukan adalah retak, perubahan warna, dan lumut. Keretakan pada dinding dapat disebabkan oleh penurunan pondasi dan kualitas bahan bangunan yang digunakan pada masa prakonstruksi. Perubahan warna disebabkan oleh pengaruh lingkungan seperti terkena paparan sinar matahari dan hujan. Tumbuhnya lumut pada dinding menyebabkan dinding menjadi lapuk. Bentuk kerusakan pada dinding dapat dilihat pada Gambar 6.
(a)
(b)
Gambar 6 Kerusakan pada dinding bangunan, (a) lumut, (b) pengelupasan cat. 5. Kerusakan pada langit-langit Kerusakan pada bagian langit-langit merupakan kerusakan yang paling banyak ditemukan. Kerusakan yang terjadi yaitu berupa lapuk,perubahan warna, serangan rayap, dan retak. Perubahan warna pada langit-langit ini ditandai oleh timbulnya bercak-bercak berwarna kuning kecokelatan atau kuning kehitaman. Perubahan warna ini diduga disebabkan oleh atap yang bocor ataupun merembesnya air hujan ke langit-langit. Bentuk kerusakan pada langit-langit dapat dilihat pada Gambar 7.
(a)
(b)
Gambar 7 Kerusakan pada langit-langit, (a) perubahan warna dan lapuk, (b) retak dan perubahan warna.
12 6. Kerusakan pada lantai Sebagian besar lantai rumah di lokasi penelitian sudah menggunakan lantai keramik. Benuk kerusakan yang terjadi pada lantai umumnya berupa retak /pecah. Hal ini disebabkan oleh beton yang berada dibawahnya, lantai beton yang terkena beban yang melebihi kapasitasnya akan mengalami keretakan. Akibatnya lantai keramik yang berada diatasnya juga mengalami retak/pecah. 7. Kerusakan pada kusen, pintu, dan jendela Sebagian besar rumah dilokasi penelitian menggunakan kayu sebagai bahan kusen, daun pintu, dan jendela. Bentuk kerusakan yang terjadi berupa serangan rayap, serangan kumbang, lapuk, dan retak. Kerusakan yang paling sering ditemukan adalah serangan rayap tanah dan kayu kering. Menurut Tarumingkeng (2004) rayap kayu kering biasanya menyerang melalui dua cara yaitu penerbangan laron ke kayu, kemudian berkembang biak, dan serangan yang menyebar dari obyek lain yang telah diserang dan letaknya berdekatan. Pada bangunan rumah ditemukan banyak sekali kusen, daun pintu, dan jendela yang sudah mengeropos akibat rayap. Hal ini diakibatkan oleh pemakaian jenis kayu berkelas awet rendah sehingga mudah terserang rayap. Disamping itu kerusakan yang terjadi juga berupa serangan kumbang, lapuk, dan retak. Kerusakan ini dapat disebabkan kurang adanya perawatan secara berkala terhadap kusen, daun pintu, dan jendela. Bentuk kerusakam pada kusen pintu dan jendela dapat dilihat pada Gambar 8.
(a)
(b)
Gambar 8 Kerusakan pada kusen, (a) serangan rayap kayu kering pada kusen jendela (b) serangan rayap tanah pada kusen pintu 8. Kerusakan pada sistem drainase Hampir seluruh rumah pada lokasi penelitian memiliki sistem drainase yang cukup baik. Saluran pembuangan air hujan atau talang hujan yang dimiliki dalam kondisi cukup baik. Air hujan mengalir melalui selokan yang dibangun disepanjang jalan perumahan. Masing-masing rumah memiliki septic tank dan kamar mandi yang terawat dan bersih. 9. Kerusakan pada utilitas Komponen utilitas yaitu penerangan, air, pengatur udara atau suhu, dan telekomunikasi. Semua rumah memiliki utilitas yang baik terkecuali rumah yang tidak berpenghuni.
13 Serangan rayap dapat terjadi melalui hubungan langsung antara tanah dan kayu, melalui retakan-retakan atau rongga-rongga dalam tembok, dimana hal ini dapat menimbulkan efek langsung pada struktur balok dan konstruksi bangunan, dan dengan membuat saluran-saluran dan jalan-jalan tertutup berupa loronglorong diatas permukaan kayu, beton, pipa, dan sebagainya ( Nandika et al. 1991). Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa kerusakan yang diakibatkan oleh rayap (18.84%) memiliki frekuensi yang lebih rendah daripada kerusakan yang bukan disebabkan oleh rayap (81.16%). Kerusakan akibat rayap dapat disebabkan oleh jenis rayap tanah dan rayap kayu kering yang ditemukan pada beberapa komponen bangunan rumah. Kerusakan-kerusakan yang bukan diakibatkan oleh rayap yaitu lapuk, retak/pecah, cat mengelupas, serangan kumbang, lumut, bocor dan perubahan warna.
Frekuensi (%)
81.16% 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
18.84%
Rayap
Bukan Rayap Jenis Serangan
Gambar 9 Frekuensi kerusakan akibat rayap dan bukan rayap pada bangunan rumah Keragaman dan Sebaran Jenis Rayap Tanah Pengumpanan rayap dilakukan di dua RW di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru menggunakan 200 kayu pinus yang dikubur dan dibiarkan selama ± 3 bulan. Dari 200 kayu umpan, 30 diantaranya terserang oleh rayap. Namun hanya 8 kayu umpan yang berhasil diambil spesimen rayapnya. Menurut hasil identifikasi terdapat 2 jenis rayap yaitu Schedorhinotermes sp. dan Coptotermes sp. Kedua jenis rayap tersebut merupakan jenis rayap yang sering menyerang bangunan. Selain itu ditemukan bentuk kerusakan akibat serangan rayap kayu kering pada beberapa bangunan tetapi tidak ditemukan wujud fisik dari rayap kayu kering. Denah sebaran rayap di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11. Kayu umpan yang terserang rayap tanah dapat dilihat pada Gambar 12.
14
Gambar 10 Denah sebaran umpan rayap di RW 005 U Gambar 12 Denah sebaran umpan rayap di RW 028
Gambar 11 Denah sebaran umpan di RW 028
15
Gambar 12 Kayu umpan terserang rayap Spesies rayap yang menyerang kayu umpan di titik 3 RW 005 yaitu Schedorhinotermes sp. Spesies rayap yang ditemukan pada kayu umpan lainnya di RW 005 merupakan kasta pekerja, sehingga tidak dapat diidentifikasi. Schedorhinotermes sp. termasuk dalam subfamili Rhinotermitinae dan famili Rhinotermitidae. Rayap ini memiliki dua tipe kasta prajurit , yaitu kasta prajurit mayor yang berukuran besar dan kasta prajurit minor yang berukuran kecil. Menurut Krisna dan Weesner (1970) rayap ini dapat dijumpai hampir di semua daerah di Pulau Jawa terutama di daerah dengan ketinggian di bawah 1 000 meter dari permukaan laut. Oleh karena itu, jenis rayap ini dapat dengan mudah ditemukan hampir di semua daerah di Indonesia. Pada Gambar 13 dapat dilihat kasta prajurit minor pada lokasi penelitian.
Gambar 13 Kasta prajurit Schedorhinotermes sp. perbesaran 30 kali
Spesies rayap yang ditemukan di RW 028 berada di dua titik. Spesies rayap yang menyerang kayu umpan pada kedua titik tersebut yaitu Coptotermes sp. Rayap ini termasuk dalam subfamili Coptotermitinae dan famili Rhinotermitidae. Rayap ini memiliki kepala berwarna kuning dan bentuk mandible seperti arit dan melengkung diujungnya. Menurut Rayap Coptotermes sp. merupakan jenis rayap yang terganas dan sangat umum terdapat di Indonesia. Keberadaan rayap Coptotermes sp. patut diwaspadai, jenis tersebut mampu menyerang bangunan bertingkat, karena mempunyai kemampuan untuk membuat secondary nest. Pada Gambar 14 dapat dilihat Coptotermes sp. pada kedua titik di lokasi penelitian.
16
Gambar 14 Kasta prajurit Coptotermes sp. perbesaran 30 kali
Pengaruh Umur, Frekuensi Pemeliharaan dan Renovasi Bangunan Rumah Hasil analisis Cross-tabulation dan Chi-square Test menunjukkan bahwa adanya hubungan atau pengaruh antara umur, pemeliharaan, dan renovasi terhadap kondisi bangunan. Berdasarkan analisis terlihat bahwa frekuensi umur, pemeliharaan, dan renovasi memiliki pengaruh nyata ( P-value < 0.05) terhadap kondisi bangunan. Demikian juga pada hasil survey kerusakan bangunan, menunjukkan bahwa umur bangunan yang lebih tua memiliki kerusakan yang lebih berat dibandingkan dengan bangunan rumah yang relatif masih baru. Bangunan tersebut mengalami kerusakan pada komponen struktural maupun non struktural yang menyebabkan penurunan fungsi komponen bangunan. Selain itu pada bangunan rumah yang dilakukan pemeliharaan serta renovasi secara rutin juga memiliki kerusakan yang lebih ringan jika dibandingkan dengan bangunan rumah yang dilakukan pemeliharaan dan renovasi seperlunya saja atau bahkan tidak sama sekali. Pemberian cat merupakan salah satu cara pencegahan kayu dari serangan jamur pelapuk. Pemberian cat pada permukaan kayu dapat mengurangi daya serap kayu terhadap tetesan air, sehingga kayu tidak terlalu lembab (Allsop et al. 2003). Sifat Kimia dan Fisik Tanah di Sekitar Perumahan Tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi lebih disukai oleh rayap. Hasil analisis sifat kimia tanah menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian memiliki kandungan C-Organik yang sangat rendah. Tanah pada lokasi penelitian memiliki pH tanah yang netral , hal ini menunjukkan bahwa tanah pada areal penelitian ini memiliki tingkat kesuburan yang cukup tinggi. Rayap tanah menyukai tipe tanah yang banyak mengandung liat. Serangga ini tidak menyukai tipe tanah berpasir karena memiliki bahan organic yang rendah (Nandika et al. 2003). Hasil analisis fisik tanah menunjukkan bahwa tekstur tanah pada lokasi penelitian termasuk pada tekstur berlempung halus (0-20 cm) dan lempung liat berdebu (21-40 cm). Setiawati (2013) menyatakan pada kondisi tanah dengan pH netral, tekstur lempung berpasir, dan kandungan C-organik sangat rendah dapat ditemukan 6
17 jenis rayap yang berasal dari dua famili berbeda yang menyebar di 27 titik di lokasi penelitian. Lestari (2013) menyatakan pada kondisi tanah dengan pH netral, tekstur lempung berliat, dan kandungan C-organik sangat rendah dapat ditemukan 5 jenis rayap dari dua famili yang berbeda yang menyebar di 16 titik pada lokasi penelitian. Pada penelitian ini hanya ditemukan 2 jenis rayap dari famili yang sama, menyebar di 3 titik pada lokasi penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa tekstur tanah dapat menentukan keberadaan aktivitas rayap. Namun masih terlalu dini untuk menyatakan bahwa parameter tekstur tanah merupakan indikator keberadaan aktivitas rayap. Hasil analisis Kimia dan Fisik Tanah dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil analisis sifat kimia dan fisik tanah di Perumahan Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu Bekasi
Sifat Kimia dan Fisis Tanah
Kedalaman 020 cm
pH
H2O
7
C-organik
(%)
0.64
Tekstur
Pasir (%)
47.47
Debu (%)
31.59
Liat (%)
20.94
Kriteria Netral Sangat Rendah
Kedalaman 2140 cm 6 0.32
Kriteria Netral Sangat Rendah
7.72 Berlempung halus
52.19
Lempung liat berdebu
40.09
Faktor Lingkungan Abiotik Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan serangga. Pengaruh suhu bagi serangga dibagi menjadi 3 kelompok, pertama adalah suhu maksimum dan minimum, yaitu kisaran suhu terendah atau tertinggi yang dapat menyebabkan kematian pada serangga. Kedua, suhu estivasi atau hibernasi yaitu kisaran suhu di atas atau dibawah suhu optimum yang dapat mengakibatkan serangga mengurangi aktivitasnya atau dalam keadaan dorman dan ketiga adalah kisaran suhu optimum (15-38 0C) (Nandika et al. 2003). Pada penelitian ini suhu di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru sesuai dengan suhu optimum rayap. Suhu rata-rata pada pagi hari (07.30 WIB) adalah 29.66 0C, pada siang hari (12.30 WIB) adalah 32.78 0 C, dan suhu pada sore hari (16.30 WIB) adalah 31.06 0C. Menurut Nandika et al. (2003) Aktivitas jelajah rayap dipengaruhi oleh perubahan kelembaban. Pada kelembaban yang rendah, rayap bergerak menuju daerah dengan suhu yang lebih rendah. Rayap juga memiliki kemampuan untuk menjaga kelembaban di dalam liang-liang kembaranya sehingga tetap memungkinkan bagi rayap untuk bergerak ke daerah yang lebih kering. Rayap tanah memerlukan kelembaban yang cukup tinggi. Perkembangan optimum atau aktivitasnya dicapai pada kelembaban 75-90%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kelembaban di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru cukup sesuai bagi perkembangan dan aktivitas rayap. Rata-rata kelembaban pada pagi
18 hari (07.30 WIB) adalah 79.11 %, pada siang hari (12.30 WIB) adalah 61.06 %, dan pada sore hari (16.30 WIB) adalah 75.23 %. Intensitas cahaya matahari tidak berpengaruh secara langsung terhadap aktivitas rayap, namun mempengaruhi suhu dan kelembaban lingkungan yang berpengaruh pada rayap. Intensitas cahaya matahari pada pagi hari (07.30 WIB) adalah 4 288 lux. Pada siang hari (12.30 WIB) adalah 49 458 lux, dan pada sore hari (16.30 WIB) adalah 4 613 lux.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil survei kerusakan bangunan rumah menunjukkan bahwa sebagian besar bangunan rumah termasuk dalam kondisi sedang (79.33%). Faktor biologis memiliki persentase tertinggi (39.96%) sebagai penyebab kerusakan bangunan. Pada lokasi penelitian ditemukan dua jenis rayap tanah, yaitu Schedorhinotermes sp. dan Coptotermes sp. Rayap Schedorhinotermes sp. menyerang kayu umpan di RW 005, sedangkan rayap Coptotermes sp. menyerang kayu umpan di RW 028. Selain itu ditemukan pula rayap kayu kering pada bangunan tetapi tidak ditemukan wujud fisik dari rayap kayu kering tersebut. Saran Perlu dilakukan tindakan pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah secara berkala karena di lokasi penelitian ditemukan jenis rayap Coptotermes sp. agar masa pakai bangunan menjadi lebih lama.
19
DAFTAR PUSTAKA [ASTM] American Society for Testing and Materials. 2008. Standard Test Method of Evaluating Wood Preservatives by Field Test with Stakes. American Society for Testing and Material. United States: ASTM D 175808. Allsopp D, Kenneth JS, Christine C, Gaylarde. 2003. Introduction to Biodeterioration (Second edition). Inggris (GB): Cambridge University Press Effendi R. 2013. Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Kepala Daerah Kota Bekasi. Bekasi (ID): Pemerintah Kota Bekasi 2013 Hariyanto Y, Purba K, Hediana C. 2000. Manfaat Pengawetan Kayu Perumahan Kayu dan Gedung. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Khrisna K, Weesner FM. 1970. Biologi of Termites. Vol. II. New York and London(GB): Academy Press Lestari S. 2013. Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Taman Darmaga Permai I, Ciampen, Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kehutanan Nandika D, Raffiudin R, Husaeni EA. 1991. Biologi rayap perusak kayu. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati IPB. Bogor (ID) Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya. Surakarta (ID): Muhammadiyah University Press. Puspantoro B. 1996. Konstruksi Bangunan Tidak Bertingkat. Yogyakarta(ID): Universitas Atmajaya Yogyakarta. Rakhmawati D. 1996. Prakiraan kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan perumahan di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kehutanan. Setiawati C. 2013. Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kehutanan. Sulaiman. 2005. Keterandalan konstruksi bangunan pendidikan (studi kasus pada gedung Sekolah Dasar) [Tesis]. Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor(ID). Tidak dipublikasikan. Suryadi D. 2005. Kekokohan konstruksi bangunan Sekolah Dasar Negeri (studi kasus: Kec. Cibarusah Kab. Bekasi) [skripsi]. Bogor: Universitas Pakuan. Tambunan B, Nandika D. 1989. Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. Tarumingkeng RC. 2004. Biologi dan Pengendalian Rayap Hama Bangunan di Indonesia. [Internet]. [ diunduh pada 5 Mei 2014]. Tersedia pada: http://www.scribd.com/doc/109729487/Biologi-Dan-Pengendalian-RayapHama-Bangunan-Di Indonesia Tho YP.1992. Termites of Peninsular Malaysia. Kualalumpur: Forest Researcah Institute Malaysia, Kepong. Watt DS.1999. Building Pathology: Principle and Practice. Inggris (GB): Cambridge University Press.
20
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner studi kerusakan bangunan pada perumahan A.
B.
Lokasi 1. Kode Rumah 2. Desa/ Kelurahan 3. Kecamatan 4. Kota
: : : :
Kondisi Bangunan 1. Tahun dibangun : 2. Tipe Konstruksi : Permanen/Semi Permanen 3. Jumlah Lantai : 4. Luas Bangunan : 5. Luas Lahan : 6. Jumlah Ruang : : 7. Komponen Bangunan Komponen Bangunan Penutup Atap Rangka Atap/Kuda-kuda Plafon Lisplang Dindig Tiang/Kolom Jendela Pintu Lantai
Bahan
Keterangan Genteng/Seng/Besi Kayu/Baja Ringan/Aluminium Eternit/Kayu Lapis/Anyaman Bambu Papan Bata/Batako/Papan Beton/Kayu/Baja Alumunium/Kayu Alumunium/Kayu Tanah/Cor Semen/Teraso/Keramik
8. Tindakan Pemeliharaan 8.1. Adakah tindakan pemeliharaan yang secara berkala dilakukan? Ada/Tidak Ada 8.2. Bila ada, jelaskan jenis dan frekuensinya! 9. Tindakan Perawatan 9.1 Adakah tindakan perawatan yang dilakukan? Ada/Tidak Ada 9.2 Bila ada, sebutkan jenis dan tahun perawatannya!
21
C. Pengamatan Kerusakan Kode
Komponen Bangunan
Intensitas Kerusakan 1)
Faktor Penyebab2)
Keterangan
A(upper structure)
Penutup Atap Rangka Atap/Kudakuda Plafon Lisplang B(main structure) Dinding Tiang/Kolom C(sub structure) Lantai Pondasi D(non-structure) Jendela Pintu 1) Diisi dengan pernyataan kondisi komponen bangunan dimaksud dan skor sebagai berikut: Baik : Komponen bangunan masih berfungsi dan dirawat secara berkala (skor: 81-100) a. Rusak Ringan : Komponen bangunan masih berfungsi tetapi <10% bagian komponen tersebut mengalami gejala kerusakan (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll) (skor: 61-80) b. Rusak Sedang : Komponen bangunan masih berfungsi tetapi 10%40% mengalami kerusakan fungsional (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll) (skor:40-60) c. Rusak Berat : 40% Komponen bangunan mengalami kerusakan fungsional (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll) (skor: ≤40) 2) Penyebab/jenis kerusakan dapat dikelompokkan menjadi biologis (lumut, ganggang, tumbuhan jamur, rayap, kumbang, dll), fisis (cuaca, bocor, korosif, api), dan atau mekanis (retak, pecah, aus, dll). D. Lain-lain 1. Aksesibilitas : Baik/ Sedang/ Kurang 2. Drainase : Baik/ Sedang/ Kurang 3. Lingkungan Bangunan : Hutan/ Sawah/ Kebun/ Pemukiman/ Industri/ Tepi Jalan Raya/ Pantai/ Rel Kereta. 4. Potensi Gangguan terhadap Konstruksi Bangunan (contoh dekat dengan jalan raya yang dilintasi kendaraan bertonase tinggi, dekat rel kereta api, dekat bandara, ekspose terhadap serasah dibagian atap, dll).
22
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Batang pada tanggal 16 Maret 1992. Penulis merupakan anak ke delapan dari delapan bersaudara dari keluarga Bapak Sudari dan Ibu Sukartini. Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Batang dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa penulis telah mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang diantaranya yaitu Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2012 di Gunung Papandayan dan Sancang Timur, Garut. Pada tahun 2013 penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) dengan lokasi di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan PGT Sindangwangi. Kemudian pada tahun yang sama (2012) penulis juga mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di perusahaan Kayu lapis yaitu PT. Satya Raya Indah Woodbased Industries (SRIWI), Cilegon, Banten. Selain aktif mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga aktif dalam kepanitiaan dan kegiatan kampus. Penulis merupakan anggota Divisi Kelompok Minat Biokomposit pada tahun 2011 dan merupakan pengurus Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) Divisi Kelompok Minat Teknologi Peningkatan Mutu Kayu pada tahun 2012. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Intensitas Kerusakan Bangunan dan Keanekaragaman Jenis Rayap di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu, Bekasi” dibawah bimbingan Arinana, SHut MSi dan Dr Ir Noor Farikhah Haneda, MS.