BioWallacea Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi Januari 2016 Vol. 2 No. 1, p. 54ISSN: 2442-2622
KERAGAMAN GANODERMATACEAE DARI BEBERAPA KAWASAN HUTAN PULAU LOMBOK Aida Muspiah1, Sukiman1, Faturrahman1 1
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram, Jl.Majapahit No.62 Telp.(0370)646506 Fax, (0370)646506 Mataram-NTB Korespondensi :
[email protected] ABSTRAK
Ganoderma merupakan salah satu jenis jamur makroskopis yang menjadi kekayaan hutan Indonesia, sementara laju pengrusakan hutan yang tinggi dapat mengancam kelestarian biota ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis Ganodermataceae dari berbagai kawasan hutan Pulau Lombok. Pengambilan sample jamur dilakukan di enam kawasan hutan yaitu hutan Kerandangan, Pusuk, Nuraksa Sesaot, Lemor, Pergasingan Sembalun dan Gunung Tunak. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode jelajah, yaitu membagi daerah penjelajahan menjadi 2-3 jalur penjelajahan dan dilakukan dengan teknik visual sensus. Identifikasi Ganoderma didasarkan pada karakteristik makroskopik, lalu dicocokkan dengan buku-buku identifikasi(profile matching). Hasil penelitian diperoleh 9 spesies Ganoderma, yaitu G. applanatum, G. lucidum, G. adspersum, dan 6 isolat Ganoderma belum teridentifikasi. Ganoderma applanatum ditemukan tersebar dihampir semua kawasan hutan dipulau Lombok, terkecuali TWR Nuraksa Sesaot dan Bukit Pergasingan Sembalun. Kata kunci: makrofungi, Ganoderma, Pulau Lombok PENDAHULUAN Pulau Lombok merupakan salah satu pulau di kawasan Kepulauan Sunda kecil yang memiliki kawasan hutan hujan tropis dataran rendah serta kawasan hutan hujan semi-evergreen yang dapat ditemukan di Gunung Rinjani. Hutan di Pulau Lombok termasuk dalam kategori hutan hujan yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi termasuk didalamnya keanekaragaman jenis makrofungi, yang didukung oleh kondisi alam lantai hutan yang tetap lembab (Monk et al., 1997). Makrofungi merupakan jamur yang memiliki tubuh buah yang cukup mencolok. Tubuh buahnya berwarna menarik seperti merah cerah, coklat cerah, orange, putuh, kuning, krem bahkan berwarna hitam. Selain itu, jamur makroskopis dapat langsung dilihat dengan kasat mata (Gandjar, et al., 2006). Jumlah spesies jamur yang sudah diketahui hingga kini adalah kurang lebih 69.000 spesies jamur yang sudah teridentifikasi. Sejumlah 200.000 spesies dari 1,5 juta spesies jamur tersebut terdapat di Indonesia. Namun, hingga saat ini belum ada data pasti mengenai jumlah spesies jamur tersebut, yang telah berhasil diidentifikasi,
dimanfaatkan, ataupun yang telah punah akibat ulah manusia (Gandjar, et al., 2006). Selain itu, masih banyak spesies jamur makroskopis yang belum diketahui manfaatnya hingga saat ini, pemanfaatan langsung sebagai sumber makanan ataupun bahan obat belum maksimal dilakukan. Ganoderma, merupakan salah satu jenis makrofungi yang telah digunakan sejak abad keempat masehi sebagai salah satu komponen obat dalam obat-obatan tradisional Cina. Pemanfaatannya sebagai obat alternatif berbagai penyakit terus dikembangkan (Dunham, 2000). Meskipun Ganoderma spp. telah digunakan ratusan tahun di Cina dan Jepang sebagai obat tradisional untuk penyembuhan berbagai penyakit, penelitian secara sistematik baru berlangsung sekitar 25 tahun (Boh, et al., 2000). Pada tahun 1997 produksi Ganoderma dunia mencapai 4500 ton, 3000 ton diantaranya dihasilkanoleh Cina. Total perdagangan Ganoderma dunia mencapai 1,2 juta dolar Amerika(Dunham, 2000). Keberadaan Ganoderma pada hutan-hutan yang ada di Pulau Lombok, belum banyak diketahui. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui keberadaan dan keanekaragaman jenis jamur makrofungi sebagai upaya untuk mengeksplorasi, mengkonservasi,
dan memanfaatkan kekayaan alam yang kita miliki.
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Juni-Agustus 2014. Pengambilan sampel dilakukan di sepanjang jalur hutan Taman Wisata Alam (TWA) Kerandangan Lombok Barat, Taman Hutan Raya Nuraksa Sesaot Lobar, Hutan Pusuk Lombok Utara, Hutan Bukit Pergasingan Lombok Timur, TWA Lemor Lombok Timur, dan TWA Gunung Tunak Kabupaten Lombok Tengah. Identifikasi makrofungi, pengolahan data dan analisis dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Mataram.
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel Ganodermataceae. Pengambilan Sampel danKoleksi Ganoderma Sampel makrofungi diambil dengan menggunakan metode jelajah (Cruise Method) (Rugayah et al., 2004) dengan membuat jalur penjelajahan untuk memaksimalkan hasil yang didapat. Jalur penjelajahan dibagi menjadi 2-3 jalur yakni mengikuti jalan setapak yang sudah ada di area hutan. Pengambilan sampel untuk masing-masing jalur dilakukan dengan melakukan penjelajahan pada tiap jalur. Setiap jalur ditentukan titik awal dan titik akhir penjelajahan yang dibuat dengan menggunakan GPS. Pada tiap awal perjalanan dimulai pada 10 meter, perjalanan berhenti, melihat ke kiri dan ke kanan guna melakukan visual sensus dan seterusnya sampai titik akhir dengan tujuan agar mewakili area penjelajahan. Makrofungi yang ditemukan didokumentasikan dengan kamera, lalu dimasukkan ke dalam zip lock atau plastik steril dan diberi label. Koleksi Ganoderma yang tumbuh
di kayu dapat dilakukan dengan mengambil Ganoderma bersama dengan kulit kayu yang ditumbuhinya menggunakan kapak atau kapak kayu. Identifikasi Makrofungi Karakterisasi Makroskopis. Pengamatan makroskopis isolat makrofungi meliputi bentuk dan warna tudung, permukaan tudung, tipe tudung, diameter tudung, bentuk tangkai, panjang dan diameter tangkai, ada atau tidaknya lamella atau porus dan cincin, tipe lamella, tipe volva. Apabila data atau informasi dari pengamatan secara makroskopis belum mencukupi untuk identifikasi maka akan dilakukan pengamatan secara mikroskopis. Pengamatan mikroskopis dilakukan untuk mengamati warna dan bentuk spora dengan membuat preparat spora hasil spore print makrofungi yang kemudian diamati menggunakan mikroskop. Identifikasi Ganoderma. Identifikasi dilakukan dengan mencocokkan data hasil pengamatan berupa ciri makroskopis dan mikroskopis dan kondisi lingkungan menggunakan buku acuan The Edible Mushroom Book (Anna Del Conte dan Susan Campbell, 2008), The Encyclopedia of Fungi of Britain and Europe (Michael Jordan, 2004), Mushroom of West Virginia and the Central Appalachians (William C. Roody, 2003) dan Mushrooms of the Pacific Northwest (Steve Trudell dan Joe Ammirati, 2009).
Penyimpanan Sampel Ganoderma Ganoderma yang ditemukan dicuci dengan akuades kemudian dijemur di bawah sinar matahari langsung selama 1 minggu. Setelah kering, makrofungi dioleskan dengan lem putih yang berfungsi sebagai proteksi terhadap gangguan serangga (Kuo, 2003) HASIL DAN PEMBAHASAN
Spesies Makrofungi Berpotensi Obat Hasil identifikasi makrofungi atau jamur makroskopis yang berpotensi obat ditemukan di beberapa kawasan Hutan Pulau Lombok diperoleh
9 spesies makrofungi yang kesemuanya termasuk kedalam family Ganodermataceae.Hanya ada 3 spesies yang dapat diidentifikasi hingga tingkat spesies yaitu Ganoderma applanatum, G. adspersum dan G. Lucidum. Penyebab utama belum teridentifikasinya hingga tingkat spesies 6 koleksi yang lain adalah diduga karena keterbatasan literatur yang berkaitan dengan
identifikasi makrofungi. Tabel 1 berikut ini menampilkan rincian spesies makrofungi yang ditemukan terbagi ke dalam divisi Basidiomycota beserta klasifikasinya ke dalam ordo, famili, genus, spesies dan substrat tempat makrofungi ditemukan.
Tabel 1. Keanekaragaman makrofungi di kawasan hutan Pulau Lombok Lokasi Spesies Substrat 1 Fomes sp. 1 A G. applanatum 1,2 A,B,D,F G lucidum 1 E G adspersum 1 F Ganoderma sp1. 1 A Ganoderma sp2. 2 B Ganoderma sp3 1 C Ganoderma sp4 1 C Ganoderma sp5 1 C C Ganoderma sp6 1 * Lokasi : A) hutan Pusuk, B) Kerandangan, C) Nuraksa Sesaot, D) Lemor, E) Sembalun, F) Gunung Tunak ** Substrat : 1 Batang/ranting kayu mati, 2 pohon hidup, 3 tanah, 4 serasah, 5 kotoran hewan No
Divisi Basidiomycota Ordo Famili Polyporales Polyporaceae Ganodermataceae
Genus Fomes Ganoderma
Ganoderma applanatum ditemukan tersebar dihampir semua kawasan hutan dipulau Lombok, terkecuali TWR Nuraksa Sesaot dan Bukit Pergasingan Sembalun. Seperti diketahui bahwa G. applanatum bersifat kosmopolit memiliki kemampuan adaptasi yang sangat tinggi sehingga mampu hidup pada berbagai kondisi lingkungan.
Secara umum, kondisi pH tanah pada kawasan penelitian berkisar antara 5.4-6.8, sedangkan kelembaban berkisar antara 67-80 dan suhu lingkungan selama penelitian adalah 25°C-33°C. Kondisi lingkungan seluruh spesies makrofungi yang ditemukan di kawasan hutan P. Lombok pada dua jalur penjelajahan disajikan pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2: Parameter Lingkungan di Kawasan No
Lokasi
1 2
A B
3 4
C D
Parameter Lingkungan Suhu udara Kelembaban pH tanah (oC) (%) 26 - 30 42 – 66 4,2 - 5,8 20 - 26 65 – 79 3 - 6,9 27 - 32 22 - 31
40 – 54 76-90
3,4 – 4,7 5 - 6.6
Elevasi (ft) Suhu tanah (oC) 18,5 – 22,4 24,4 – 26,5
113 - 506 59 - 234
21,4 – 26,1 21.3 – 24.5
481 -734 382 - 474
5 E 23 - 28 42 – 66 4,2 - 5,8 18,5 – 22,4 3.715 - 3.800 6 F 26 - 32 40 – 59 3 - 7,9 24,4 – 26,5 259 - 634 * Lokasi : A) hutan Pusuk, B) Kerandangan, C) Nuraksa Sesaot, D) Lemor, E) Sembalun, F) Gunung Tunak
Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa kawasan hutan yang menjadi lokasi penelitian memiliki elevasi dan karakteristik lingkungan yang sangat berbeda, hal ini diduga akan berpengaruh terhadap keragaman makrofungi yang tumbuh. Pada kawasan hutan dengan kelembaban tinggi dan suhu udara yang rendah cenderung didominasi oleh makrofungi yang bedaging basah dan lunak seperti golongan Agaricus, sebaliknya pada kawasan hutan yang kelembaban rendah, elevasi rendah dan suhu tinggi cenderung didominasi oleh makrofungi berdaging keras dan berpori seperti golongan Polyporales. Hasil Identifikasi Jenis-Jenis Makrofungi Deskripsi masing-masing makrofungi yang ditemukan pada berbagai kawasan hutan dipulau Lombok sebagai berikut : 1. Ganoderma applanatum Pat (Roody, 2003; Jordan M., 2004) Spesies ini ditemukan tumbuh di kayu mati atau pohon hidup. Tumbuh soliter atau dalam grup kecil secara lateral disubstrat. Tubuh buah berukuran besar dengan bentuk buah seperti kipas atau setengah lingkaran dengan tepi yang beraturan. Tubuh buah keras tanpa stipe. Permukaan atas tubuh buah berwarna coklat kemerahan (Gambar 1a). Hymenopora berpori halus warna putih (Gambar 1b). Ukuran : diameter 82,475 119,225 mm, tinggi 123,4 mm dan tebal 25 - 26,35 mm.Bentuk spora secara mikroskopis bulat lonjong warna hitam kemerahan, halus. Ukuran 7,75-8,15 x 8,42-10,46 μm (Gambar 1b).
Gambar 1. Ganoderma applanatum, dari hutan pusuk.
2. Ganoerma lucidium (M.A. Curtis) P. Karst Tubuh buah Ganoderma lucidium secara keseluruhan berwarna cokelat, tekstur tebal, kering dan keras dengan ukuran yang besar (Gambar 3). Tudung berwarna cokelat, diameter 9,76 cm, bentuk tidak beraturan, tebal dan keras, permukaan bawah terdiri dari lubang poripori berwarna putih yang sangat kecil (Gambar 3a). Stipe tidak bisa dibedakan dengan jelas dengan tudung, biasanya lateral dan tebal. Hidup pada batang kayu baik yang sudah mati ataupun yang masih hidup.
Gambar 3. Ganoderma lucidium: (a) Tubuh buah (b) Tudung, (c) Pori-pori
3. Ganoderma adspersum (Schulzer) Donk
a
Gambar 4.
b
Ganoderma adspersum (a) permukaan pileus, (b) bagian bawah pileus
Tubuh buah berbentuk setengah lingkaran atau seperti ginjal, tebal dan keras dengan diameter 31 x 56 mm dan tebal 18 mm. Makrofungi tumbuh soliter dan saprofit dengan menempel pada pohon yang telah mati. Permukaan pileusberwarna abudan coklat, kasar karena terdapat bagian yang tidak rata dan terdapat bercak (cracked), sering ditutupi oleh serbuk spora berwarna coklat (Gambar 4a). Bagian bawah pileusberwarna abu, abu kehitaman dan coklat di bagian tepi, memiliki pori yang berukuran sangat kecil, terdapat beberapa lubang yang diakibatkan oleh serangga. Makrofungi ini tidak memiliki stipe.
Spesies ini ditemukan tumbuh menempel di batu. Substrat awalnya adalah di kayu. Tubuh buah tebal dan keras. Tumbuh secara lateral disubstrat. Permukaan atas tubuh buah berwarna hitam dengan margin putih bergelombang. Penampakan permukaan atas tubuh mengkilat dan licin (Gambar 5a). Hymenopora berpori sangat kecil halus warna putih (Gambar 5b). Ukuran : diameter 94,35 mm, tinggi 55 mm, diameter stipe 36 mm, panjang stipe 14,2 mm dan tebal tubuh buah 14,175 mm 5. Ganoderma sp2. Tubuh buah: berdiameter 4,7 x 6,4 cm dan tebal 1,6 cm, berbentuk setengah lingkaran atau mengipas, sangat keras, permukaan atas halus atau licin (Gambar 6a) , berwarna coklat tanah-coklat kehitaman dibagian ujung, permukaan bawah berwarna putih tulang saat masih segar (Gambar 6b), berwarna coklat setelah diawetkan/dikeringkan, dan berpori-pori kecil halus berbentuk bulat (Gambar 6c), bagian tepi halus. Tangkai : bertangkai pendek sepanjang 1cm. Habitat : tumbuh soliter pada permukaan tanah yang dibawahnya terdapat perakaran pohon mati.
4. Ganoderma sp1. (Trudell and Joe, 2009)
a
b
a
Gambar 5. Ganoderma sp1.(a) permukaan atas tubuh buah, (b) Hymenopora
b
Gambar 6. Ganoderma sp2. (a) permukaan atas pileus (b) permukaan bawah pileus saat masih segar,
6. Ganoderma sp3. Ganoderma sp3. memiliki tubuh buah (fruiting body)berbentuk bracket dengan tekstur yang keras. Permukaan atas tubuh buah makrofungi ini halus, berwarna kombinasi cokelat tua dan hitam serta terdapat pola garis-garis horizontal (Gambar 7). Permukaan bawahnya berpori rapat dan berwarna putih. Ganoderma sp3. memiliki tubuh buah (fruiting body) dengan panjang 92.1 mm,diameter 51.05 mm dan tebal 7.05 mm. Spesies ini tidak memiliki stipe dan ditemukan pada pohon Klokos mati.
Gambar 8. Ganoderma sp4.
Gambar 7. Ganoderma sp1. 7.Ganoderma sp4. Ganoderma sp4. memiliki tubuh buah (fruiting body)berbentuk bracket dan berukuran besar. Permukaan atas dari tubuh buah halus berwarna cokelat, terdapat pola garis-garis horizontal dan pada spesies yang telah tua biasanya ditumbuhi lumut. Permukaan bawah berpori rapat dan berwarna merah bata (Gambar 8). Tubuh buah (fruiting body) Ganoderma sp4. memiliki panjang 225 mm, diameter 165mm dan tebal 11mmGanoderma sp4. tidak memiliki stipe dan ditemukan pada pohon yang telah mati.
8. Ganoderma sp5. Ganoderma sp5. memiliki tubuh buah (fruiting body) berbentuk bracket, permukan atas dari spesies ini berwarna hitam dan tekstur keras dan permukaan atas halus (Gambar 9) serta terdapat pola garis-garis horizontal. Permukaan bawah berpori kecil, rapat dan berwarna hitam. Ukuran tubuh buah (fruiting body) Ganoderma sp5. 92.2 mm, diameter 74.05 mm dan tebal 7.05 mm. Stipe pada spesies ini pendek, melekat pada substrat kayu dan berwarna cokelat dengan panjang 21.05 mm dan diameter stipe 17.05 mm. Ganoderma sp5. ditemukan pada kayu mati.
Gambar 9. Ganoderma sp5. 9. Ganoderma sp6. Ganoderma sp6.memiliki tubuh buah (fruiting body) berbentuk bracket,
permukaan atas kasar dan keras, berwarna hitam-cokelat dan bagian tepinya berwarna putih (Gambar 10). Permukaan bawah berwarna putih, berpori kecil padat. Ukuran tubuh buah (fruiting body) 40 mm, diameter 45.1 mm dan tebal 4.05 mm. Ganoderma sp6.memiliki stipe yang sangat pendek dan hampir tidak ada. Panjang stipe 1.05 mm dan diameternya 2 mm. Ganoderma sp6.ditemukan pada pohon Klokos mati.
KESIMPULAN Hasil explorasi dibeberapa kawasan hutan di Pulau Lombok diperoleh 9 spesies Ganoderma, yaitu G. applanatum, G. lucidum, G. adspersum, dan 6 isolat Ganoderma belum teridentifikasi. Ganoderma applanatum ditemukan tersebar dihampir semua kawasan hutan dipulau Lombok, terkecuali TWR Nuraksa Sesaot dan Bukit Pergasingan Sembalun. DAFTAR PUSTAKA
Gambar 10. Ganoderma sp6. Makrofungi ini dapat hidup sepanjang tahun (perennial), saprofit (Ostry et al., 2010).Secara umum Famili Ganodermataceae mimiliki Tubuh buah berbentuk setengah lingkaran atau seperti kipas, tebal, berkayu dan sangat keras. Permukaan pileus mengkilatnamun sering ditutupi oleh serbuk spora berwarna coklat. Ganoderma adalah genus yang tersebar luas dan mencapai varietas yang terbesar di daerah tropis. Anggota famili Ganodermataceae tidak dapat dimakan (inedible) karena tubuh buahnya yang terlalu keras (Arora, 1986). Dapat menghasilkan 1,25 juta spora tiap satu semester dalam setahun. Karena tekstur tubuh buah yang terlalu keras, makrofungi ini tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi. Fungsi ekosistem dihutan, Ganoderma applanatum dapat menyebabkan pengakit white rot pada pohon (Ostry et al., 2010).Namun beberapa analisis pengetahuan menunjukkan bahwa spesies-spesies anggota famili ini memiliki fungsi dalam pengobatan penyakit (Watson dan Dallwitz, 2012).
Arora, D. 1986. Mushroom demystified : a comprehensive guide to the fleshy fungi. Berkeley, CA: Ten Speed Press. 959 p. Baxter A.P, I.H Rong, C. Roux, E.J van der Linde. 1999. Collecting and Preserving Fungi : A Manual for Mycology. SAFRINET, the Southern-African (SADC) LOOP of Bio-NET-INTERNATIONAL : SDC Switzerland. Boh, B., D.Hodžar, D. Dolničar, M. Berovič and F. Pohleven. 2000. Isolation and quantification of triterpenoid acids from Ganoderma applanatum of Istrian origin. Food Technol. Biotechnol. 38: 11–18. C.J. Alexopoulos, C.W. Mins and M. Blakwell, 1996. Introduction Mycology. New York : John Wiley and Sons. Dunham, M. 2000. Potential of fungi used in traditional Chinese medicine: II Ganoderma. http://www.oldkingdom/UGproject s/Mark-Dunham/MarkDunhamhtml. 02/04/2004. Dwidjoseputro. 1978. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni : Bandung
Boa, Eric. 2004. Wild Edible Mushroom : A global overview of their use and importance to people. Food and Agriculture Organization of The United Nation : Rome. Gandjar, I., Sjamsuridzal, W., dan Oetari, A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia : Jakarta. Jordan, Michael. 2004. The Encyclopedia of Fungi of Britain and Europe. London NW5 2RZ : London. Mcknight K.H and Vera B.M. 1987. A Field Guide to Mushroom North America. Houghton Mifflin Company; United States of America. Mishra, Shubhrata R. 2005. Morphology of Fungi. Discovery Publishing House : New Delhi. Ostry Michael E, Neil A. Anderson and Joseph G. O’Brien. 2010. Field Guide to Common Macrofungi in Eastern Forests and Their Ecosystem. Function.Forest Service, United State Departement of Agriculture: United States. Roody, William C. 2003. Mushroom of West Virginia and The Central Appalachians. The University Press of Kentucky : United State Of America. Rugayah, Elizabeth A.W., dan Pratiwi., 2004. Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora. Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor. Trudell, S. dan Joe A. 2009. Mushrooms of the Pacific Northwest. China: Timber Press, Inc.
Webster J and Roland Weber. 2007). Introduction to Fungi. Cambridge University Press: Cambridge, New York.