KERAGAMA SERAGGA PEGUJUG BUGA JATA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
GAISA KUSUMAWARDHAI
DEPARTEME BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM ISTITUT PERTAIA BOGOR BOGOR 2011
ABSTRAK GANISA KUSUMAWARDHANI. Keragaman Serangga Pengunjung Bunga Jantan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan DJOKO PRIJONO. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa nonmigas di Indonesia. Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu atau monoecious, yang artinya dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pada umumnya, dalam satu pohon tidak ditemukan bunga jantan dan betina yang mekar bersamaan. Perbedaan waktu mekar bunga kelapa sawit menyebabkan bunga tersebut memerlukan penyerbukan silang dengan bantuan serangga. Kumbang Elaeidobius kamerunicus merupakan serangga penyerbuk kelapa sawit yang efektif karena bersifat spesifik dan beradaptasi baik pada musim basah dan kering. Penelitian ini bertujuan mempelajari keragaman serangga yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit, selain E.kamerunicus. Pengamatan dilakukan selama 10 menit dengan fix sample method. Pengamatan tersebut dilakukan selama 3 hari setiap bulannya, yaitu Mei, Juni, dan Juli 2011. Selama pengamatan dicatat nama spesies dan jumlah individu serangga yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit serta dilakukan pengukuran unsur cuaca, yaitu suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya. Identifikasi seranggga dilakukan di laboratorium. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa selain E. kamerunicus, serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit di PTPN VIII, AFD IV Toge, Kebun Cikasungka Bogor, yaitu Rhynchomyia, Scaptodrosophila (Diptera), Diplatys, Forficula (Dermaptera), Camponotus, Dolichoderus, Cerapachys, Crematogaster, dan Heteroponera (Hymenoptera). Serangga pengunjung dominan ialah Scaptodrosophila. Serangga anggota Hymenoptera dan Dermaptera yang ditemukan termasuk serangga predator. Serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit yang diamati memiliki keragaman dan kemerataan yang rendah (H’ = 0,59 dan E = 0,27). Kata kunci: kelapa sawit, Elaeidobius kamerunicus, serangga pengunjung bunga, keragaman.
ABSTRACT GANISA KUSUMAWARDHANI. The Diversity of Insects Visiting Male Flowers of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.). Supervised by TRI ATMOWIDI and DJOKO PRIJONO. Oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) is one of the plantation crops that became the source of non-oil foreign exchange earner in Indonesia. Oil palm is monoecious plant, in which the same tree bears male and female flowers. Generally a male and female flowers do not bloom simultaneously. Consequently, cross-pollination with weevils help is needed. A weevil species, Elaeidobius kamerunicus is an effective pollinating insect of oil palm because it is specific and well adapted either in wet or dry seasons. The objective of this research was to study the diversity of insects that visit male flowers of oil palm besides E. kamerunicus. The observations were conducted during three days in each month, ie May, June and July 2011 for 10 minutes using fix sample method. During the observation, the name and the number of individual species of insects visiting the male flowers of oil palm were recorded. Performance of weather elements, ie temperature, humidity, and light intensity were measured. Further, insects identification were conducted in the laboratory. Results showed that, besides E. kamerunicus, in PTPN VIII, AFD IV Toge, Garden Cikasungka Bogor were found Rhynchomyia, Scaptodrosophila (Diptera), Diplatys, Forficula (Dermaptera), Camponotus, Dolichoderus, Cerapachys, Crematogaster, and Heteroponera (Hymenoptera). Scaptodrosophila was the dominant visitor insect. Dermaptera and Hymenoptera were predatory insects. The diversity and evennes of insects visiting male flowers of oil palm were low (H’ = 0,59 and E = 0,27). Key words: oil palm, Elaeidobius kamerunicus, flower-visiting insects, diversity.
KERAGAMA SERAGGA PEGUJUG BUGA JATA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
GAISA KUSUMAWARDHAI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi
DEPARTEME BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM ISTITUT PERTAIA BOGOR BOGOR 2011
Judul Nama NIM
: Keragaman Serangga Pengunjung Bunga Jantan Kelapa Sawit .. (Elaeis guineensis Jacq.) : Ganisa Kusumawardhani : G34070063
Menyetujui,
Ir. Djoko Prijono, MAgrSc. Pembimbing II
Dr. Tri Atmowidi, M.Si. Pembimbing I
Mengetahui,
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si. Ketua Departemen Biologi
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian dengan judul “Keragaman Serangga Pengunjung Bunga Jantan Kelapa Sawit” ini dilaksanakan mulai Februari sampai Juli 2011. Penelitian ini dilaksanakan atas izin dari perkebunan kelapa sawit Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Tri Atmowidi, M.Si. dan Ir. Djoko Prijono, MAgrSc. atas bimbingan dan arahan yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Machmud Natasaputra selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan yang telah bersedia menguji dan memberikan saran saat ujian dan penulisan karya ilmiah. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dodi, Bapak Heri, Bapak Firman, Bapak Awang, Bapak Adang, Bapak Jaya, serta seluruh pegawai PTPN VIII, AFD IV Toge, Kebun Cikasungka Bogor atas bantuannya selama pengamatan di lapangan, Ibu Tini, Ibu Ani, teman-teman dan dosen di Laboratorium Zoologi, atas bantuan dan saran selama penulis melakukan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang selalu memberi doa dan dukungan, serta teman-teman Departemen Biologi khususnya angkatan 44 yang telah memberi bantuan, doa, dan semangat. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Agustus 2011
Ganisa Kusumawardhani
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cianjur Provinsi Jawa Barat pada tanggal 31 Agustus 1989 dari pasangan Yayat Sudrajat dan Dedeh Juhaeti. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di SDN Nagrak pada tahun 2001, SMPN 1 Cianjur pada tahun 2004, dan SMAN 1 Cianjur pada tahun 2007. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan tinggi pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis mempunyai pengalaman sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Biologi Dasar pada tahun 2009 dan 2011, serta Fungsi Hayati Hewan pada tahun 2011. Penulis jug aktif dalam Himpunan Mahasiswa Biologi sebagai Anggota Pengembangan Sumber Daya Manusia tahun 2009 dan Badan Pengurus Harian tahun 2010 serta berpartisipasi dalam berbagai aktivitas keorganisasian di antaranya sebagai Ketua Pelaksana acara “Pelatihan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Mahasiswa Biologi” tahun 2009. Selama menempuh studi di Departemen Biologi, penulis melakukan penelitian dalam studi lapang mengenai ragam cendawan entomopatogen di Cangkuang Sukabumi pada tahun 2009 dan praktik lapang di Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Agribisnis Bunga Potong “Seruni Citra Resmi” Cianjur mengenai teknologi perbenihan bunga krisan pada tahun 2010.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................
vii
PENDAHULUAN Latar Belakang ....................................................................................................... Tujuan .................................................................................................................... Waktu dan Tempat ..................................................................................................
1 1 1
BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan ...................................................................................................... Metode ...................................................................................................................
1 1
HASIL .................................................................................................................................
2
PEMBAHASAN ................................................................................................................
5
SIMPULAN .......................................................................................................................
7
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
7
LAMPIRAN .........................................................................................................................
9
DAFTAR TABEL Halaman 1 Jumlah ordo, famili, genus, indeks keragaman, dan indeks kemerataan serangga . ..pengunjung bunga jantan kelapa sawit .......................................................................... 2 Jenis-jenis serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit ......................................... 3 Data unsur cuaca di lokasi pengamatan pada bulan Mei, Juni, dan Juli 2011 ...............
2 3 4
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Serangga-serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit ........................................... 2 Jumlah serangga dalam kaitannya dengan suhu udara, kelembapan nisbi, dan intensitas cahaya . ...........................................................................................................................
3 4
DAFTAR LAMPIRA Halaman 1 Peta perkebunan kelapa sawit PTPN VIII, AFD IV Toge, Kebun Cikasungka Bogor .........................................................................................................................
10
1 PEDAHULUA Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa nonmigas di Indonesia. Tanaman tropis ini merupakan tanaman perkebunan dengan luas tanam terbesar, yaitu mencapai 4.520.600 ha dari total luas perkebunan Indonesia sebesar 7.511.063 ha (BPS 2009). Tanaman kelapa sawit ialah tanaman berumah satu atau monoecious, yang artinya dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pada umumnya dalam satu pohon tidak ditemukan bunga jantan dan betina yang mekar bersamaan. Perbedaan waktu mekar bunga kelapa sawit menyebabkan bunga tersebut memerlukan penyerbukan silang (Tandon et al. 2001). Penyerbukan silang kelapa sawit memerlukan perantara yang efektif, yaitu menggunakan serangga penyerbuk. Serangga yang diketahui efektif dalam penyerbukan kelapa sawit ialah kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae) (Syed et al. 1982). Kumbang E. kamerunicus merupakan serangga penyerbuk kelapa sawit yang efektif karena bersifat spesifik dan beradaptasi baik pada musim basah dan kering. Hutahuruk et al. (1982) melaporkan bahwa penyerbukan yang dilakukan oleh kumbang E. kamerunicus meningkatkan produksi buah kelapa sawit dari 44% menjadi 75%. Kumbang E. kamerunicus memiliki panjang tubuh ± 4 mm dan lebar tubuh ± 1,5 mm, serta memiliki pergerakan lincah, mampu terbang jauh, dan berkembang biak dengan cepat (Satyawibawa & Widyastuti 1992). Kumbang E. kamerunicus merupakan serangga yang bersifat monofag, sehingga hanya dapat makan dan berkembang biak dengan baik pada satu jenis tanaman inang, khususnya bunga jantan kelapa sawit (Hutahuruk et al. 1982). Serangga lainnya yang dapat berperan sebagai penyerbuk kelapa sawit antara lain ngengat Pyroderces sp. dan Thrips hawaiinensis Morgan. Kedua jenis serangga tersebut dilaporkan sebagai penyerbuk kelapa sawit di kebun Kertarahardja Lebak dan Kertajaya PIR-BUN V, Banten Selatan (Pardede 1990). Penyerbukan terjadi ketika kumbang berkunjung ke bunga jantan dan pada saat hinggap serbuk sari akan melekat di tubuhnya. Serbuk sari akan terlepas ketika kumbang berkunjung ke bunga betina yang mekar
(reseptif) dan menyerbuki bunga tersebut. Kumbang jantan mampu membawa sekitar 235 serbuk sari, sedangkan kumbang betina mampu membawa sekitar 56 serbuk sari. (Syed 1982). Warna dan bentuk bunga, serbuk sari, nektar, serta faktor lingkungan berpengaruh pada keragaman serangga yang berkunjung (Dafni 1992). Berdasarkan pengamatan Pereira (2002) yang dilakukan di perkebunan kelapa sawit Kosta Rika sebelah selatan, diperoleh 11 spesies serangga pengunjung bunga kelapa sawit, yaitu E. kamerunicus, 5 spesies lalat, 2 spesies lebah, 2 spesies tabuhan, dan 1 spesies semut. Di antara 11 spesies serangga tersebut, yang paling dominan ialah E. kamerunicus diikuti kelompok semut, lalat, dan tabuhan. Tidak semua serangga yang mengunjungi bunga berperan sebagai penyerbuk. Beberapa serangga mengunjungi bunga untuk mendapatkan sumber makanan (Kevan 1999). Tujuan Penelitian ini bertujuan mempelajari keragaman serangga yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit, selain E. kamerunicus. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari Februari sampai Juli 2011 di perkebunan kelapa sawit Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, Afdeling (AFD) IV Toge, Kebun Cikasungka Bogor. Identifikasi spesimen serangga dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas MIPA, IPB, dan di Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, Bogor.
BAHA DA METODE Alat dan Bahan Bahan utama yang digunakan ialah bunga jantan kelapa sawit dan etanol. Alat-alat yang digunakan, yaitu tabung koleksi, pinset, lup, kertas label, kamera, kotak serangga, jarum, kuas, cawan petri, luxmeter, termohigrometer, dan mikroskop stereo. Metode Pengamatan Komunitas Serangga. Pengamatan dilakukan selama 10 menit dengan fix sample method (Dafni 1992). Pengamatan dimulai pukul 08:30 sampai 10:30. Pengamatan tersebut dilakukan selama 3 hari setiap bulannya, yaitu Mei, Juni, dan
2 Juli 2011. Selama pengamatan dicatat nama spesies dan jumlah individu serangga yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit. Dilakukan juga pengukuran unsur cuaca, yaitu suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui jenis serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit, selain E. kamerunicus. Identifikasi Serangga. Identifikasi serangga dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas MIPA, IPB, dan di Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian (LIPI), Bogor. Identifikasi serangga berdasarkan Burr (1910), Foote et al. (1993), Kurahashi et al. (1997), Oosterbroek (1998), Shattuck (2000), serta Triplehorn dan Johnson (2005). Analisis Data. Data komunitas serangga ditampilkan dalam tabel. Hubungan antara komunitas serangga dengan unsur cuaca dianalisis dengan metode scatter plot, regresi, dan korelasi Pearson menggunakan program SigmaPlot versi 10.0. Indeks keragaman serangga dihitung berdasarkan indeks Shannon dan nilai kemerataan (evenness/ E) (Krebs 1999). H' = - Σ Pi ln Pi Pi = ni/N E = H'/ln S H’:..indeks keragaman Shannon ni’:..jumlah individu dalam takson ke-i N’:..jumlah total individu dalam semua takson E’:..indeks kemerataan S’:..jumlah genus
HASIL Serangga-Serangga Pengunjung Bunga Jantan Kelapa Sawit Serangga yang ditemukan berkunjung ke bunga jantan kelapa sawit tergolong dalam 3 ordo, 5 famili, dan 9 genus. Jumlah serangga pengunjung pada bulan Juni (1.344 individu) lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Juli (1180 individu) dan bulan Mei (1175 individu). Secara umum, keragaman serangga pengunjung paling tinggi terjadi pada bulan Juni (H’ = 0,71, E = 0,40), kemudian bulan Juli (H’ = 0,44, E = 0,23), dan bulan Mei (H’ = 0,38, E = 0,18) (Tabel 1). Serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit didominasi oleh Diptera (2 genus, 2 famili), kemudian Dermaptera (2 genus, 2 famili), dan Hymenoptera (5 genus, 1 famili) (Tabel 2). Ordo Diptera yang ditemukan termasuk anggota famili Calliphoridae dan Drosophilidae. Serangga yang ditemukan dari famili Calliphoridae ialah Rhynchomyia (Gambar 1a), sedangkan serangga yang ditemukan dari famili Drosophilidae ialah Scaptodrosophila (Gambar 1b). Serangga lain yang ditemukan sebagai pengunjung bunga jantan kelapa sawit berasal dari ordo Dermaptera, yaitu Diplatys (famili Pygidicranidae) (Gambar 1c) dan Forficula (famili Forficulidae) (Gambar 1d). Selain anggota Diptera dan Dermaptera, serangga lain yang ditemukan berkunjung ke bunga jantan kelapa sawit ialah semut yang berasal dari ordo Hymenoptera dan tergolong famili Formicidae. Keragaman semut pengunjung bunga jantan kelapa sawit, yaitu Camponotus (subfamili Formicinae) (Gambar 1e), Dolichoderus (subfamili Dolichoderinae) (Gambar 1f), Cerapachys (subfamili Cerapahynae) (Gambar 1g), Crematogaster (subfamili Myrmicinae) (Gambar 1h), dan Heteroponera (subfamilli Ponerinae) (Gambar 1i).
Tabel 1 .Jumlah ordo, famili, genus, indeks keragaman, dan indeks kemerataan serangga .pengunjung bunga jantan kelapa sawit Tingkat takson Ordo Famili Genus Individu H' E
Jumlah Mei 3 5 8 1175 0,38 0,18
Juni 3 5 6 1344 0,71 0,40
Juli 3 5 7 1180 0,44 0,23
Total 3 5 9 3699 0,59 0,27
3 Tabel 2 Jenis-jenis jenis serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit Ordo Famili Genus Diptera Calliphoridae Rhynchomyia Drosophilidae Scaptodrosophila Dermaptera Pygidicranidae Diplatys Forficulidae Forficula Hymenoptera Formicidae Camponotus Dolichoderus Cerapachys Crematogaster Heteroponera
(a)
Gambar..1
Jumlah individu Mei
Juni
Juli
Total
19
8
9
36
>1080
>1080
>1080
>3240
3
111
26
140
1
123
17
141
56 0 4 6 6
0 0 0 12 10
10 22 16 0 0
66 22 20 18 16
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
Serangga-serangga serangga pengunjungg bunga jantan kelapa sawit: Rhynchomyia (a), ..Scaptodrosophila Scaptodrosophila (b), Diplatys (c), Forficula (d), Camponotus (e), Dolichoderus (f), ..Cerapachys Cerapachys (g), Crematogaster (h), Heteroponera (i)
4 Peningkatan suhu lingkungan menyebabkan peningkatan yang nyata (p = 0,03) pada jumlah serangga yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit dengan koefisien korelasi sebesar 0,209. Namun berdasarkan pengamatan unsur cuaca lainnya, peningkatan kelembapan udara dan intensitas cahaya menyebabkan penurunan yang tidak nyata (p = 0,924 dan p = 0,364) pada jumlah serangga yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit dengan koefisien korelasi masing-masing -0,009 dan -0,088 (Gambar 2).
Hubungan Jumlah Serangga Pegunjung dan Unsur Cuaca Unsur cuaca yang diamati meliputi suhu udara, kelembapan nisbi udara, dan intensitas cahaya. Berdasarkan hasil pengamatan, suhu udara berkisar antara 25,8-32,3 °C, kelembapan udara berkisar antara 60,5%84,1%, sedangkan intensitas cahaya berkisar antara 1.050-5.730 lux (Tabel 3). Jumlah serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit paling banyak ditemukan pada kisaran suhu udara 29-30 °C, kelembapan nisbi udara 65%-75%, dan intensitas cahaya 3.000-4.000 lux.
Tabel 3 Data unsur cuaca di lokasi pengamatan pada bulan Mei, Juni, dan Juli 2011 Mei 2011 a
Juni 2011 a
Juli 2011 a
Suhu udara (˚C)
29,06 (26,30-32,30)
29,01 (26,00-31,40)
28,86 (25,80-31,20)
Kelembapan nisbi (%)
77,02 (68,60-84,10)
70,46 (64,20-74,30)
65,47 (60,50-76,00)
Intensitas cahaya (lux)
3.427 (1.700-5.730)
2.917 (1.470-4.240)
3.236 (1.050-5.080)
Unsur cuaca
25
Jumlah serangga (individu)
Nilai di dalam tabel merupakan nilai rata-rata setiap unsur cuaca dan angka di dalam kurung merupakan nilai minimum dan maksimum.
y = -13,5+0,614x r = 0,209 r2 = 0,043681 p = 0,03
20 15 10 5 0 25
26
27
28
29
30
31
32
25
y = 4,74-0,0070x r = -0,009 r2 = 0,000081 p = 0,924
20 15 10 5 0 55
33
60
65
70
75
80
85
90
Kelembapan udara (%)
Suhu (˚C) Jumlah serangga (individu)
Jumlah serangga (individu)
a
25
y = 5,55-0,000407x r = -0,088 r2 = 0,364 p = 0,364
20 15 10 5 0 0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Intensitas cahaya (lux) Gambar 2 Jumlah serangga dalam kaitannya dengan suhu udara (a), kelembapan nisbi (b), dan . intensitas cahaya (c). Data di atas tidak termasuk Scaptodrosophila.
5 PEMBAHASA Jenis-jenis serangga yang ditemukan mengunjungi bunga jantan kelapa sawit termasuk dalam tiga ordo, yaitu Diptera (famili: Drosophilidae dan Callliphoridae), Dermaptera (famili: Pygidicranidae dan Forficulidae), serta Hymenoptera (famili: Formicidae). Berdasarkan kriteria Krebs (1999), indeks keragaman jenis serangga pengunjung yang diamati tergolong kategori rendah dengan nilai H’<1 dan penyebaran yang cukup merata dengan nilai E = 0,210,40. Serangga umumnya mengunjungi bunga karena ada faktor penarik (atraktan), yaitu serbuk sari dan nektar (sebagai penarik primer) serta aroma (sebagai penarik sekunder). Bunga jantan menyediakan serbuk sari dan nektar, sedangkan bunga betina hanya menyediakan nektar sebagai sumber pakan. Oleh karena itu, serangga lebih banyak berkunjung ke bunga jantan daripada bunga betina (Raju & Ezradanam 2002). Beberapa jenis serangga mengonsumsi serbuk sari sebagai sumber protein untuk perkembangan tubuhnya dan pematangan organ reproduksi (Dobson 1994). Bunga kelapa sawit diketahui memiliki aroma khas yang mampu menarik kumbang E. kamerunicus. Menurut Lajis et al. (1985), senyawa volatil yang dihasilkan oleh bunga kelapa sawit selama antesis ialah 1-metoksi-4(2-propenil) benzena atau disebut juga estragol. Bunga jantan yang sedang antesis memiliki aroma yang lebih kuat dibandingkan dengan bunga betina karena bunga jantan menghasilkan senyawa volatil yang lebih banyak daripada bunga betina. Selain itu, bunga jantan kelapa sawit antesis mengandung 25 sampai 50 gram serbuk sari (Free 1993). Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor penarik serangga-serangga selain E. kamerunicus untuk mengunjungi bunga jantan kelapa sawit. Jumlah individu serangga yang paling banyak ditemukan berkunjung ke bunga jantan kelapa sawit berasal dari ordo Diptera, yaitu Scaptodrosophila yang termasuk famili Drosophilidae. Drosophilidae memiliki sayap berwarna hialin, rambut proclinate orbital terletak di depan rambut reclinate orbital dan arista berkembang dengan baik (Oosterbroek 1998). Menurut Dennis (1994), Drosophilidae merupakan anggota Diptera yang sering mengunjungi bunga. Pada pengamatan ini, Scaptodrosophila terdapat dalam jumlah banyak (>30 individu), sehingga untuk dapat
dihitung indeks keragamannya digunakan angka 30 individu. Scaptodrosophila memiliki ciri-ciri ukuran tubuh 1,5 mm, venasi sayapnya memiliki subcostal yang normal atau tidak membentuk lekukan, serta sel basal dan distal medial tidak dipisahkan oleh crossvein (Foote et al. 1993). Selama ini, Scaptodrosophila diketahui sebagai serangga pengunjung pada bunga Colocasia esculenta (Okada & Carson 1980). Anggota Diptera lain yang ditemukan sebagai serangga pengunjung ialah dari famili Calliphoridae. Calliphoridae memiliki ciri berupa vibrissa dan ampulla yang membesar, terdapat rambut-rambut pada bagian meron, serta tidak terdapat tonjolan di bawah subscutellum (Oosterbroek 1998). Genus yang ditemukan dari famili tersebut ialah Rhynchomyia yang memiliki venasi sayap dasar ditumbuhi rambut-rambut (Foote et al. 1993), arista berbentuk pubescent atau plumose, dan propleuron tidak ditumbuhi rambut-rambut (Kurahashi et al. 1997). Raju dan Ezradanam (2002) melaporkan famili Calliphoridae sebagai serangga pengunjung jarak pagar di India. Menurut Kalshoven (1981), beberapa spesies Calliphoridae merupakan predator serangga, pemakan bangkai, dan berperan sebagai serangga penyerbuk. Calliphoridae pemakan bangkai meletakkan telur pada tubuh hewan yang mati dan larvanya hidup di bangkai serta memakan jaringan hewan yang membusuk (Triplehorn & Johnson 2005). Berdasarkan hasil pengamatan, Rhynchomyia mengunjungi bunga jantan kelapa sawit dalam waktu singkat, akan tetapi berulang-ulang. Serangga lain yang ditemukan sebagai pengunjung bunga jantan kelapa sawit ialah dari ordo Dermaptera, yaitu Diplatys (famili Pygidicranidae) dan Forficula (famili Forficulidae). Serangga tersebut paling banyak ditemukan di tempat kering. Menurut Kalshoven (1981), salah satu habitat dari anggota Dermaptera ialah pada buah kelapa sawit yang padat. Selain itu, serangga tersebut dapat berperan sebagai predator yang memangsa larva serangga dan seranggaserangga kecil lainnya. Pygidicranidae memiliki ciri-ciri antena terdiri atas 20 ruas, ruas tarsus yang kedua meluas ke arah distal di bawah yang ketiga, dan arolium seperti bantalan yang besar di antara kuku-kuku tarsus (Triplehorn & Johnson 2005). Serangga yang ditemukan dari famili tersebut ialah Diplatys yang memiliki ciri-ciri antena terdiri atas 20 ruas, ruas kelima
6 berbentuk silinder dan lebih panjang dari ruas lainnya (Burr 1910). Forficulidae memiliki ciri-ciri warna tubuh cokelat kekuningan, antena terdiri atas 12 ruas, ruas tarsus kedua membesar, lebih lebar daripada ruas yang ketiga, dan tanpa sikat rambut di bawahnya (Triplehorn & Johnson 2005). Serangga yang ditemukan dari famili tersebut ialah Forficula. Forficula memiliki ciri-ciri meso- dan metasternum tidak menyempit, berbentuk menyerupai kotak, dan ramping. Bagian tengah abdomen lebih besar dibandingkan dengan bagian apeks (Burr 1910). Menurut Setiawan (2010), Forficula auricularia merupakan predator larva Brontispa longissima yang termasuk dalam ordo Coleoptera dan berperan sebagai hama tanaman kelapa. Semut (Hymenoptera: Formicidae) merupakan serangga yang paling dominan di perkebunan kelapa sawit (Pfeiffer et al. 2008). Formicidae memiliki ciri-ciri terdapat penggentingan (pengecilan) ruas kedua atau ketiga berupa petiol dan postpetiol, bentuk mandibula segitiga atau memanjang, dan antena terdiri atas 4-12 ruas (Triplehorn & Johnson 2005). Terdapat 53 spesies semut yang ditemukan di perkebunan kelapa sawit di Malaysia (Pfeiffer et al. 2008). Sebagian besar jenis semut adalah predator utama pada serangga lain. Semut memakan telur, larva, pupa maupun serangga dewasa (Mele & Cuc 2004). Rianti (2008) melaporkan bahwa semut tidak efektif sebagai serangga penyerbuk pada penyerbukan silang karena kemampuannya yang hanya dapat memindahkan serbuk sari dari satu bunga ke bunga lain dalam satu tanaman. Semut mengunjungi bunga untuk mencari pakan berupa nektar kemudian membawanya ke dalam sarang (Triplehorn & Johnson 2005). Berdasarkan hasil pengamatan, jenis semut yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit ialah Camponotus (subfamili Formicinae), Dolichoderus (subfamili Dolichoderinae), Cerapachys (subfamili Cerapachynae), Crematogaster (subfamili Myrmicinae), dan Heteroponera (subfamili Ponerinae). Formicinae merupakan subfamili semut yang dapat dijumpai di berbagai lokasi dunia (Triplehorn & Johnson 2005). Formicinae memiliki petiol, tidak memiliki sengat, dan memiliki asidopor dengan duri-duri pendek pada ujung hipopigium (Shattuck 2000). Genus yang ditemukan ialah Camponotus yang memiliki ciri-ciri antena terdiri atas 12 ruas, kantung antena terletak jauh dari klipeus, dan tergit pada ruas pertama gaster kecil
(Shattuck 2000). Almeida dan Figueiredo (2003) melaporkan bahwa Camponotus mencari pakan nektar pada bunga anggrek tetapi tidak berpengaruh terhadap penyerbukan bunga tersebut. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Camponotus berperan sebagai predator kumbang E. kamerunicus. Subfamili Dolichoderinae memiliki anggota yang dapat ditemukan di berbagai tipe ekosistem (Shattuck 2000). Subfamili Dolichoderinae memiliki petiol, tidak memiliki sengat, dan pada ujung hipopigium tidak ditumbuhi duri-duri pendek (Shattuck 2000). Semut yang berhasil dikoleksi dari subfamili tersebut ialah Dolichoderus yang memiliki ciri-ciri bentuk petiol seperti bulatan atau tonjolan yang mengarah ke anterior, memiliki palpus yang pendek, dan bagian belakang propodeum rata (Shattuck 2000). Semut ini biasanya membuat sarang di tanah dan pohon. Aktivitas Dolichoderus mencari pakan sebagai predator, scavenger, dan pengumpul embun madu dari Homoptera (Shattuck 2000). Subfamili Cerapachynae umumnya tersebar di wilayah tropis dan subtropis di dunia sebagai spesialis pemakan semut lainnya (Shattuck 2000). Cerapachynae memiliki petiol, pigidium dan hipopigium ditumbuhi duri-duri pendek, serta terdapat pemisah yang tipis antara ruas pertama dan kedua gaster (Shattuck 2000). Genus yang ditemukan ialah Cerapachys, yang merupakan spesies berukuran kecil dengan koloni tersebar di permukaan tanah membentuk satu sarang dengan beberapa pekerja (Shattuck 2000). Ciri utama Cerapachys ialah empat ruas terakhir gaster membentuk sambungan lekukan yang terlihat halus (Shattuck 2000). Myrmicinae merupakan subfamili terbesar dan tersebar luas di seluruh dunia (kecuali daerah kutub utara dan kutub selatan) (Wilson 1971). Myrmicinae memiliki petiol dan postpetiol, mandibula berbentuk segitiga, mata kecil dan bulat, serta pronotum menyatu dengan mesonotum (Shattuck 2000). Genus yang terkoleksi ialah Crematogaster, yang biasanya memakan nektar dan embun madu yang diproduksi Homoptera (Kalshoven 1981). Crematogaster memiliki ciri-ciri antena terdiri atas 11 ruas dan terletak di atas mata, postpetiol bersentuhan dengan permukaan atas gaster, serta tidak terdapat duri pada bagian petiol (Shattuck 2000). Raju dan Ezradanam (2002) melaporkan bahwa Crematogaster berperan sebagai serangga
7 pengunjung bunga jarak pagar dan membawa serbuk sari yang menempel pada bagian ventral dan dorsal tubuhnya. Selain itu, serangga ini juga diketahui mencari pakan berupa nektar bunga jarak pagar. Ponerinae merupakan subfamili semut yang terspesialisasi sebagai predator (Triplehorn & Johnson 2005). Beberapa anggota subfamili ini bersarang di tanah (Hashimoto 2003). Ponerinae memiliki petiol, pigidium dan hipopigium tidak ditumbuhi duri-duri pendek, serta terdapat pemisah yang tipis antara ruas pertama dan kedua gaster (Shattuck 2000). Genus yang ditemukan ialah Heteroponera yang memiliki ciri-ciri mata besar, terdapat pemisah antara mesosoma dan petiol serta antara petiol dan gaster, tibia pada kaki belakang memiliki dua taji, serta memiliki cakar yang sederhana (Shattuck 2000). Menurut Krebs (1978), derajat naik turunnya keragaman jenis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, di antaranya suhu udara, kelembapan, dan intensitas cahaya. Berdasarkan pengamatan, suhu udara berpengaruh terhadap jumlah serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit. Serangga termasuk organisme poikilotermik sehingga suhu tubuh dipengaruhi dan mengikuti perubahan suhu udara (Triplehorn & Johnson 2005). Menurut Speight et al. (1999), suhu udara mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitas serangga. Suhu diatas 44 ˚C dapat menyebabkan serangga mati (Chapman 1982). Kelembapan merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, aktivitas, dan perkembangan serangga. Hampir semua serangga dapat hidup di setiap kisaran kelembapan karena serangga dapat mengatur keseimbangan air dalam tubuh mereka. Akan tetapi, kenaikan atau penurunan kelembapan yang ekstrim dapat menyebabkan serangga mati (Chapman 1982). Unsur cuaca lain yang berpengaruh terhadap aktivitas serangga ialah cahaya. Cahaya mempengaruhi aktivitas serangga untuk membantu mendapatkan makanan dan menentukan tempat tinggal. Setiap serangga memerlukan intensitas cahaya yang berbeda untuk aktivitasnya (Triplehorn & Johnson 2005). Berdasarkan hasil pengamatan, kelembapan dan intensitas cahaya tidak berpengaruh terhadap jumlah serangga yang berkunjung ke bunga jantan kelapa sawit. Hal tersebut terjadi karena pengamatan hanya dilakukan pada pagi hari, sehingga fluktuasi
kelembapan dan intensitas cahaya tidak terlalu besar. SIMPULA Serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit yang diamati di PTPN VIII, AFD IV Toge, Kebun Cikasungka Bogor, memiliki keragaman dan kemerataan yang rendah. Selain E. kamerunicus, serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit yang ditemukan, yaitu Rhynchomyia, Scaptodrosophila (Diptera), Diplatys, Forficula (Dermaptera), Camponotus, Dolichoderus, Cerapachys, Crematogaster, dan Heteroponera (Hymenoptera). Serangga pengunjung dominan ialah Scaptodrosophila. Serangga anggota Hymenoptera dan Dermaptera yang ditemukan termasuk serangga predator.
DAFTAR PUSTAKA Almeida AM, Figueiredo RA. 2003. Ants visit nectaries of Epidendrum denticulatum (Orchidaceae) in a Brazilian rainforest: effects on herbivory and pollination.. Braz J Biol 63: 551-558. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Luas tanaman perkebunan besar menurut jenis tanaman.[Internet]..http://www.bps.go.id/t absub/view.php?tabel=1&daftar=1&id subyek¬ab=1 [21 Juli 2011]. Burr M. 1910. The Fauna of British India: Dermaptera. London: Fleet Street. Chapman RF. 1982. The Insects: Structure and Function. 3rd ed. Cambridge: Harvard Univ Pr. Dafni A. 1992. Pollination Ecology: A Practical Approach. Oxford: Oxford Univ Pr. Dennis SH. 1994. Agricultural Entomology. Oregon: Timber Pr. Dobson HEM. 1994. Floral volatiles in insect biology. Di dalam: Bernays E, editor. Insect-Plant Interactions. Vol 5. Boca Raton: CRC Pr. hlm 63-87. Foote RH et al.. 1993. Manual of /earctic Diptera. Vol II. Ottawa: Canada Communication Group Pub. Free JB. 1993. Insect Pollination of Crops. London: Academic Press. Hashimoto Y. 2003. Manual for Bornean Ant (Formicidae) Identification. Kinabalu: Darwin Initiative. Hutahuruk CH, Sipayung A, Soedharto PS. 1982. Elaeidobius kamerunicus F. hasil uji
8 kekhususan inang dan peranannya sebagai penyerbuk kelapa sawit. Bul PPM 3:7-21. Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie. Kevan PG. 1999. Pollinators as bioindicators of the state of the environment: species, activity and diversity. Agric Ecosyst Environ 74:373-393. Krebs. 1978. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. 3rd ed. New York: Harper and Row. Krebs. 1999. Ecological Methodology. New York: Harper and Row. Kurahashi H, Benjaphong N, Omar B. 1997. Blow Flies (Insecta: Diptera: Calliphoridae) of Malaysia and Singapore. Raffles Bull Zool Supl 5: 1-88. Lajis NH, Hussein MY, Toia RF. 1985. Extraction and identification of the main compound present in Elaeis guineensis flower volatiles. Pertanika 8:105-108. Mele PV, Cuc NTT. 2004. Semut Sahabat Petani: Meningkatkan Hasil Buah-Buahan dan Menjaga Kelestarian Lingkungan Bersama Semut Rangrang. Rahayu S, penerjemah. Jakarta: World Agroforestry Centre. Terjemahan dari: Ants as Friends: Improving Your Tree Crops with Weaver Ants. Okada T, Carson HL. 1980. Drosophilidae associated with flowers in Papua New Guinea II Alocasia. Pac Insects 22:217236. Oosterbroek P. 1998. The Families of Diptera of the Malay Archipelago. Boston: Brill. Pardede D. 1990. Indigenous pollinator insects of oil palm at Kertarahardja Lebak and Kertajaya estates nucleus estate smallholder project V South Banten. Bul Perkeb 21:213-223. Pereira H. 2002. Pollination in a green desert: Oil palm pollination in Southern Costa Rica. Bull Center Conserv Biol 4:6-9.
Pfeiffer M, Tuck CH, Lay TC. 2008. Exploring arboreal ant community composition and co-occurrence patterns in plantations of oil palm Elaeis guineensis in Borneo and Peninsular Malaysia. Ecography 31:21-32. Raju AJS, Ezradanam V. 2002. Pollination ecology and fruiting behavior in a monoecious species, Jatropha curcas L. (Euphorbiaceae). Curr Sci 83:1395-1398. Rianti P. 2008. Keragaman, perilaku kunjungan, dan efektivitas serangga penyerbuk tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae). [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Satyawibawa I, Widyastuti YE. 1992. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya. Setiawan A. 2010. Uji predasi cecopet (Forficula auricularia) (Dermaptera: Forficulidae) terhadap larva dan imago Brontispa longissima Gestro. (Coleoptera: Chrysomelidae) di laboratorium. [skripsi]. Medan: Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Shattuck SO. 2000. Australian Ants: Their Biology and Identification. Melbourne: CSIRO Pub. Speight MR, Hunter MD, Watt AD. 1999. Ecology of Insects: Concepts and Applications. London: Blackwell Science. Syed RA, Law IH, Corley RHV. 1982. Insect pollination of oil palm introduction, establishment, and pollinating efficiency of Elaeidobius kamerunicus in Malaysia. Planter 58: 547-561. Tandon R, Manohara TN, Nijalingappa BHM, Shivanna KR. 2001. Pollination and pollen-pistil interaction in oil palm, Elaeis guineensis. Ann Bot 87:831-838. Triplehorn CA, Johnson NF. 2005. Borror and Delong’s Introduction to the Study of Insects. 7th ed. Pacific Grove: Thomson Brook/Cole. Wilson EO. 1971. The Insects Societies. Cambridge: Belknap Pr.
9
LAMPIRAN
10
Lampiran 1 Peta perkebunan kelapa sawit PTPN VIII, AFD IV Toge, Kebun Cikasungka Bogor.
Keterangan:
Bagian yang berwarna merah ialah lokasi pengamatan serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit.