547
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013
KERAGAAN PERTUMBUHAN IKAN NILA SPESIFIK LAHAN GAMBUT F-2, F-1 DENGAN NILA LOKAL Gleni Hasan Huwoyon*), Rudhy Gustiano*), Endang Mudjiutami**), Wahyutomo**), Pudji Widodo**), Akmal**), Tulus**), dan Ishak Usman**) *)
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Jl. Sempur No. 1, Bogor E-mail:
[email protected];
[email protected] **) Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin
ABSTRAK Kondisi lahan gambut yang tidak optimal dalam pemanfaatannya, membuka peluang yang cukup besar dalam mengembangkan kawasan budidaya perikanan. Berkaitan dengan optimalisasi lahan gambut, maka diperlukan terobosan dalam pengembangan wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan pertumbuhan ikan nila unggul spesifik lahan gambut dengan generasi sebelumnya dan ikan lokal yang telah dikembangkan masyarakat. Pada penelitian ini pemeliharaan dilakukan dalam hapa berukuran 2 m x 2 m x 2 m dengan padat penebaran 25 ekor/m3. Ikan yang diuji adalah ikan nila spesifik lahan gambut F-2, F-1, dan nila lokal yang ada di masyarakat. Pemeliharaan dilakukan selama 2 bulan. Pemberian pakan sebesar 5% dari bobot badan, pengulangan sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pertambahan bobot menunjukkan bahwa populasi nila F-2 memiliki pertambahan bobot sebesar 7,6±1,01c g lebih tinggi 1,3 kali dibandingkan F-1 yaitu sebesar 5,6±0,67b g dan lebih tinggi 1,6 kali dari nila lokal sebesar 4,6±0,27a g. KATA KUNCI:
pertumbuhan, nila, spesifik lahan gambut, lokal
PENDAHULUAN Konsep industrialisasi perikanan yang menjadi target Kementerian Kelautan Perikanan bertujuan untuk menciptakan nilai tambah sehingga bisa mengakselerasi peningkatan kesejahteraan pelaku usaha perikanan termasuk pembudidaya ikan. Strategi industrialisasi perikanan budidaya KKP tidak hanya berpedoman pada peluang ekspor, tetapi lebih pada upaya untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan bagi masyarakat perikanan. Realita yang terjadi di masyarakat adalah terjadinya surplus tenaga kerja dan buka surplus modal, sehingga strategi industrialisasi perikanan budidaya pada tahap awal dititikberatkan pada upaya menyediakan ikan untuk konsumsi masyarakat luas di dalam negeri melalui pemilihan komoditas budidaya yang tidak membutuhkan modal besar tetapi melibatkan masyarakat perikanan dalam jumlah banyak. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis penting dan merupakan komoditas unggulan. Upaya-upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi ikan nila telah dilakukan sejak tahun 1995. Upaya perbaikan secara genetik nila terus dilakukan seperti halnya pembentukan nila BEST spesifik lahan gambut. Kegiatan domestikasinya telah dilakukan mulai tahun 2011 dan telah menghasilkan calon induk F-1 sebanyak 4.000 ekor. Kegiatan pembentukan nila BEST spesifik lahan gambut pada tahun 2012 terus dilanjutkan untuk memperoleh calon induk hasil seleksi F-2. Sehingga diharapkan pada tahun 2013 diperoleh calon induk hasil seleksi F-3 dan produksi massal dari ikan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi keragaan pertumbuhan ikan nila spesifik lahan gambut dibandingkan dengan ikan yang ada di masyarakat. BAHAN DAN METODE Seleksi ikan nila spesifik lahan gambut merupakan hasil kerja sama antara Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Bogor dengan Instalasi Budidaya Ikan Lahan Gambut, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah yang berada di bawah naungan Balai Budidaya Air Tawar (BBAT)
Keragaan pertumbuhan ikan nila spesifik lahan gambut ... (Glleni Hasan Huwoyon)
548
Mandiangin, Kalimantan Selatan. Seleksi dilakukan untuk ikan nila spesifik lahan gambut melalui seleksi individu pada ikan nila yang sudah dipelihara di lingkungan perairan lahan gambut. Induk yang akan digunakan dalam penelitian seleksi ini telah berumur di atas 8 bulan. Sebelum dipijahkan, induk dipisahkan antara jantan dan betina selama 1 bulan untuk pematangan gonad. Selama pemeliharaan ini induk diberi pakan pelet secara ad-satiation. Pada penelitian ini pemeliharaan dilakukan dalam hapa berukuran 2 m x 2 m x 2 m dengan padat penebaran 25 ekor/m3. Ikan yang diuji adalah ikan nila spesifik lahan gambut F-2, F-1, dan nila lokal yang ada di masyarakat. Pemeliharaan dilakukan selama 2 bulan. Pemberian pakan sebesar 5% dari bobot badan, pengulangan sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan terhadap parameter pertumbuhan dan sintasan. Sampling dilakukan setiap bulan untuk mengamati pertumbuhan dan sintasan. Pengukuran kualitas air dilakukan untuk melihat fluktuasi kualitas air media pemeliharaan selama proses kegiatan berlangsung. Perhitungan pertambahan biomassa dan laju pertambahan panjang bulanan menggunakan rumus sebagai berikut (Matricia et al., 1989): Pertumbuhan Mutlak W Wt - Wo
dimana: ÄW = ÄW = Wt = Wo =
Wt – Wo pertumbuhan mutlak rata-rata bobot mutlak pada hari kerata-rata bobot mutlak pada awal penelitian
Laju Pertumbuhan Spesifik SGR
dimana: SGR = SGR = Wt = Wo = t =
ln Wt - ln Wo x 100% t
(ln Wt – ln Wo)/t x 100% laju pertumbuhan spesifik (%bt/hari) bobot ikan pada akhir penelitian (g bobot ikan pada awal penelitian (g) waktu penelitian (hari)
Sintasan SR
dimana: SR = SR = Nt = No =
Nt x 100% No
Nt/No x 100% sintasan (%) jumlah populasi pada akhir penelitian (ekor) jumlah populasi pada awal penelitian (ekor)
Koefisien Keragaman Panjang
KVF
f x 100% X
549
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013
Koefisien keragaman menunjukkan seberapa besar variasi ukuran dalam satu populasi menyebar dari nilai rata-ratanya. Menurut Singh & Chaudary (1977), koefisien keragaman fenotip dirumuskan: dimana:
f
=
ragam fenotip
X
=
rata-rata umum
HASIL DAN BAHASAN Kegiatan pengujian pertumbuhan diawali dengan pemilihan induk jantan dan betina yang sudah berumur di atas delapan bulan. Kemudian dilakukan pemijahan secara serentak pada ikan nila F-2 dan F-1 spesifik lahan gambut dan ikan lokal di masyarakat. Pada tahap berikutnya kegiatan dilakukan dengan melakukan pemeliharaan pada waktu yang bersamaan untuk mengetahui rata-rata bobot, pertambahan bobot, laju pertumbuhan harian (SGR), dan keragaman dari F-2, F-1, dan ikan nila lokal yang dibudidayakan oleh masyarakat. Diharapkan dengan mengetahui perbedaan antar generasi maka diharapkan dapat diketahui seberapa besar peningkatan yang terjadi pada tiap generasi. Rata-rata bobot, panjang, SGR, dan koefisien keragaman F-2, F-1, dan lokal dilihat pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Rata-rata bobot badan, pertambahan bobot, SGR, dan koefisien keragaman F-2, F-1, dan lokal selama masa pemeliharaan Bobot (g) Awal
Akhir
Pertambahan bobot (g)
4 3,7 3,8
10,1 9,6 8,6
6,1 5,9 4,8
Generasi F-1 F-1 F-1
Rataan±SD 3,8±0,17a 9,4±0,73 b Lokal Lokal Lokal
3,6 3,2 3,4
7,9 8 8
Rataan±SD 3,4±0,22a 8,0±0,06 a F-2 F-2 F-2
3,4 4,3 4,2
11,9 10,8 12,1
Rataan±SD 4,0±0,46a 11,6±0,72 c
5,6±0,67 b 4,3 4,8 4,6 4,6±0,27 a 8,5 6,5 7,9 7,6±1,01 c
CV (%)
SGR (%)
Awal
Akhir
1,8 1,9 1,6
19,2 26,7 23,3
39,4 37,9 34
1,8±0,14 23,1±3,73 37,1±2,82 1,6 1,9 1,7
30,8 21,9 25,9
24,3 24,2 30,2
1,7±0,14 26,2±4,48 26,2±3,43 2,5 1,9 2,1
33 21,1 29,7
30,5 24,6 26,5
2,2±0,32 27,9±6,11 27,2±3,03
Keterangan: sampel masing-masing generasi 20 ekor
Koefisien variasi untuk bobot badan ikan pada F-1 sebagai induk untuk menghasilkan F-2 adalah sebesar pada pemeliharaan di perairan gambut menunjukkan kisaran 37,1±2,82% sedangkan untuk F-2 menunjukkan kisaran 27,2±3,03%. Melihat kondisi keragaman genetik yang dihasilkan cukup tinggi yaitu di atas 25%, maka untuk kegiatan pengujian pertumbuhan dapat diarahkan untuk seleksi yang dapat dilakukan dengan seleksi individu. Tave (1993) menyatakan bahwa “coefficient of variation”’ memberikan gambaran keragaman fenotif yang akan mendukung keberhasilan suatu program seleksi. Melihat kondisi keragaman genetik yang dihasilkan cukup tinggi yaitu di atas 25%, maka untuk kegiatan seleksi dapat dilakukan dengan seleksi individu. Pemijahan secara berpasangan dilakukan dengan melakukan pemijahan induk terseleksi maupun kontrol populasi. Untuk pertambahan bobot dengan menggunakan perlakuan yang sama menunjukkan bahwa populasi nila F-2 memiliki pertambahan bobot sebesar 7,6±1,01 c g lebih tinggi 1,3 kali dibandingkan
Keragaan pertumbuhan ikan nila spesifik lahan gambut ... (Glleni Hasan Huwoyon)
550
Tabel 2. Rata-rata panjang badan, pertambahan panjang, SGR, dan koefisien keragaman F-2, F-1, dan lokal selama masa pemeliharaan Generasi F-1 F-1 F-1
Panjang (cm) Awal
Akhir
Pertambahan panjang (cm)
4,8 4,7 4,7
6,8 6,5 6,2
2 1,8 1,5
Rataan±SD 4,7±0,03 a 6,5±0,29ab Lokal Lokal Lokal
4,6 4,4 4,4
6,3 6,4 6,2
Rataan±SD 4,5±0,14 a 6,3±0,09 a F-2 F-2 F-2
4,4 4,8 4,6
6,9 6,8 7
Rataan±SD 4,6±0,19 a 6,9±0,13 b
1,8±0,28 ab 1,7 2 1,8 1,8±0,16 a 2,6 2 2,4 2,3±0,29 b
SGR (%) 0,7 0,7 0,6
CV (%) Awal
Akhir
7,3 9,4 7,1
13,4 12,4 11,9
0,6±0,08 7,9±1,28 12,6±0,75 0,6 0,8 0,7
10,4 10,7 11
9,3 6,4 11,1
0,7±0,07 10,7±0,28 8,9±2,37 0,9 0,7 0,8
11,6 7,6 9,9
0,8±0,11 9,7±2,05
11,5 8,9 8,4 9,6±1,65
Keterangan: sampel masing-masing generasi 20 ekor
generasi sebelumnya F-1 dengan pertambahan bobot sebesar 5,6±0,67b g dan lebih tinggi 1,6 kali dari nila lokal sebesar 4,6±0,27 a g. Kondisi tersebut dinilai bahwa generasi kedua dari ikan nila spesifik lahan gambut memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap lingkungan perairan lahan gambut, sehingga tidak memengaruhi performanya untuk tetap tumbuh dan berkembang pada kondisi tersebut. Huet (1971) dalam Huwoyon & Kusmini (2010), menyatakan bahwa pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya faktor internal yang meliputi umur, genetis, kemampuan memanfaatkan pakan, dan kemampuan daya tahan tubuh terhadap penyakit, sedangkan faktor eksternal meliputi kualitas air, pakan, dan ruang gerak. Pada pertambahan panjang antar generasi menunjukkan peningkatan dibandingkan generasi sebelumnya, namun tidak berbeda nyata, tetapi bila dibandingkan dengan ikan nila lokal yang ada di masyarakat menunjukkan perbedaan yang nyata antara F-2 dengan pertambahan panjang sebesar 2,3±0,29 b cm; F-1 sebesar 1,8±0,28 ab cm dan ikan lokal dengan pertambahan panjang sebesar 1,8±0,16a cm. Dalam hal ini pertambahan panjang badan ikan nila memang tidak terlalu berperan, karena pada umumnya pertambahan bobot yang akan lebih dominan walaupun dengan kondisi panjang yang relatif tidak jauh berbeda. Dalam hal ini diketahui bahwa pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi genetik dan kondisi fisiologis ikan, serta faktor eksternal yang berhubungan dengan lingkungan dan faktor eksternal yaitu komposisi kualitas kimia dan fisika air, bahan buangan metabolik, ketersediaan pakan, dan penyakit (Herper & Prugnin, 1984). Peran serta dengan adanya data kualitas air dapat mendukung keberhasilan kegiatan pengujian pertumbuhan ikan nila F-2, F-1, dan Lokal yang dilakukan di lahan gambut. Kondisi perairan gambut yang cukup ekstrim mengharuskan dalam melakukan kegiatan pengukuran parameter kualitas air untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan pada saat kegiatan seleksi sedang berlangsung. Dari hasil pengamatan parameter kualitas air di media pemeliharaan diperoleh data kualitas air yang meliputi suhu, pH, DO, amoniak, alkalinitas, nitrit, nitrat, dan kecerahan yang diukur selama kegiatan pemeliharaan dalam kolam di lahan gambut (Tabel 3). Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya. Kualitas air didefinisikan sebagai faktor kelayakan dalam suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran tertentu (Boyd, 1982).
551
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 Tabel 3. Parameter kualitas di kolam lahan gambut Parameter Suhu pH DO Amoniak Alkalinitas Nitrit Nitrat Kecerahan
Satuan/Unit
Hasil analisis
Pustaka
°C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L M
27-32 4,4-5,8 4,5-6,5 0,12-0,32 99,4-109,89 0,048-0,321 0,521-0,876 < 0,1
24-30** 5,6-8,5* 4,0-6,0* < 0,52* / < 1*** < 100** < 0,1** < 0,5** > 0,02**
Keterangan: *) Popma & Masser (1999); **) Boyd (1982); ***) Wardoyo (1981)
Parameter kualitas air pada media pemeliharaan seleksi ikan di kolam lahan gambut tergolong kurang layak namun demikian kendala tersebut tidak menjadi patokan tidak dapat dilakukannya kegiatan seleksi. Dengan melakukan pengolahan lahan pada tahap awal, mampu memperbaiki kualitas air dalam menunjang kegiatan seleksi yang dilakukan. Dalam kondisi pH rendah (4,4-5,8) dan kandungan amoniak yang tinggi (0,12-0,32 mg/L) kegiatan seleksi tetap berlangsung, tingkat adaptasi dari ikan nila unggul yang digunakan mampu mengembangkan ikan tersebut hingga dapat beradaptasi walaupun kondisi perairan tersebut tidak optimal. Wardoyo (1981) menyatakan bahwa kandungan amoniak yang dapat menunjang kehidupan ikan dan organisme perairan lainnya adalah kurang dari 1 mg/L. Kandungan nitrit (N-NO2) dalam perairan dapat menghambat kemampuan darah biota air dalam mengikat oksigen, sehingga biota ini akan terserang methaemoglobin yang dapat menyebabkan kematian. Konsentrasi nitrit dalam air yang berkisar antara 0,048-0,321 mg/L berada dalam ambang batas bagi organisme akuatik yaitu < 0,1 mg/L; sehingga perlu diwaspadai dalam hal pemeliharaan ikan. Setelah nitrit terbentuk dan terakumulasi maka nitrobakter akan tumbuh dengan mengonsumsi nitrit tersebut dan kemudian menguraikannya menjadi nitrat (N-NO 3) (Purwakusuma, 2002). Konsentrasi nitrat dalam air yang berkisar antara 0,521-0,876 mg/L; nitrat umumnya tidak berbahaya/ beracun bagi ikan tetapi menurut EPA (1986), nitrat dapat berbahaya apabila pada kondisi tertentu nitrat tersebut berkurang dan berubah menjadi nitrit. Sedangkan kandungan oksigen terlarut pada media pemeliharaan ikan seleksi menunjukkan kisaran normal untuk DO 4,5-6,5 mg/L dan suhu perairan 27R”C-32R”C. Popma & Masser (1999) menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut yang optimal dalam suatu perairan agar ikan nila dapat tumbuh dan berkembang adalah 4-6 mg/L. Boyd (1990) menyatakan bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan ikan nila adalah 24R”C-30R”C. KESIMPULAN Populasi nila F-2 spesifik lahan gambut memiliki pertambahan bobot yang lebih baik sebesar 7,6±1,01c g atau 1,3 kali dibandingkan generasi sebelumnya F-1 dengan pertambahan bobot sebesar 5,6±0,67b g dan lebih tinggi 1,6 kali dari nila lokal sebesar 4,6±0,27 a g. DAFTAR ACUAN Boyd, C.E. 1982. Water quality management in pond fish culture. Elsevier Scientific Company. Amsterdam-Oxford-New York, p. 301. Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. Auburn University, Alabama. Herper, B. & Prugnin, Y. 1984. Commercial fish farming, with the special reference to fish culture in Israel. Jhon Wiley and sons. New York. Huet, M. 1971. Textbook of fish culture, breeding and cultivation of fish. Fishing News (Book) Ltd. London.
Keragaan pertumbuhan ikan nila spesifik lahan gambut ... (Glleni Hasan Huwoyon)
552
Huwoyon, G.H. & Kusmini, I.I. 2010. Pertumbuhan ikan tengadak albino dan hitam (Barbonymus schwanenfeldii) dalam kolam. Seminar Nasional Ikan VI dan Kongres Masyarakat Iktiologi Indonesia III. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Cibinong, 12 hlm. Matricia, T., Talbot, A.J., & Doyle, R.W. 1989. Instantaneous growth rate of tilapia genotypes in undisturbed aquaculture systems I. “Red” and “Grey” morphs in Indonesia. Aquaculture, 77: 295302. Popma, T. & Masser, M. 1999. Tilapia life history and biology. SRAC Publication. No. 283. Purwakusuma, W. 2002. Parameter air, pH (Kemasaman). O-Fish (Ornamental Fish Information Service Highlight). http://www.o-fish.com/. Singh, R.K. & Chaudary, B.D. 1977. Biometrical methods in quantitative genetics analysis. Kalyani Publishers. Indiana New Delhi, 304 pp. Tave, D. 1993. Genetics for fish managers. The AVI Publ. Comp. Inc. NY, USA, 418 pp. Wardoyo, S.T.H. 1981. Kriteria kualitas air untuk keperluan pertanian dan perikanan. Makalah Training Analisa Dampak Lingkungan. Kerjasama PPLH-UNDP-PSL IPB Bogor, 19-31 Januari 1981.
553
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 DISKUSI
Nama Penanya: Pertanyaan:
Sularto DO 8,5-10,8 kapan dilakukannya pengukuran, apakah alatnya sudah dikalibrasi? Pengambilan datanya diharapkan pada kondisi kritis,sebaiknya pada pukul 05.00.
Tanggapan Pengukuran dilakukan setelah pengapuran dan pemupukan dan tumbuh plankton pukul 08.00-16.00 Nama Penanya: Pertanyaan:
Otong Zaenal Arifin Lahan gambut dengan pH 3-3, tetapi pH 4,4-5,8 (normal), sehingga persepsi lahan gambutnya susah, mungkin lahan gambut dengan pH normal konsepsinya bagaimana? Tidak bisa diaplikasikan di lahan gambut secara keseluruhan.
Tanggapan Kondisi pH tergantung tebal tipisnya lahan gambut pengukuran pH setelah pengolahan memang ada peningkatan pH dari 3-4 menjadi 4,4 – 5,8 Nama Penanya: Pertanyaan:
Didik Ariyanto Apakah dari F1-F2 ada proses seleksinya?apakah bahan bakunya dari nila local?
Tanggapan: Seleksi yang dilakukan adalah seleksi individu ikan awal yang didatangkan adalah BEST dan dari LIDO yang digunakan sebagai uji tantang