Keragaan Fenotipik Klon-Klon Mawar Hasil Persilangan Tunggal Phenotypic Performance of Rose Clones From Single Hybridization Dedeh Kurniasih1 1
Balai Penelitian Tanaman Hias Jl. Raya Ciherang PO. Box 8 sdl. Pacet-Cianjur 43253 Telp : 0263512607/514138/517055/516684, Faximile : 0263-512607/514138 E-mail :
[email protected]
ABSTRACT The information regarding phenotypic performance is very important in rose hybridization and selection program. The aimed of the study was to revael out information on phenotypic performance in order to obtain superior clone from single crossed rose (Rosa hybrida L.). The thirty genotypes were arranged in a randomized complete block design with three replicates and three sub-sampling for individual genotypes. Observations were made on nine quantitative is panjang tangkai, diameter tangkai, neck length, sum of leaf, jumlah duri, diameter kuncup, diameter bunga mekar, jumlah petal, vase life of flower and one qualitative characters is colour of petal. The results of the study showed that phenotypic performance of thirty rose clones had significant difference on all observed characters and the clone number of clone 031-04 showed better performance componed to the others, following by clones number 104-05,026-13,104-03 and 100-31 as proporssing clones. Keywords : rose, phenotypic, performance, clone PENDAHULUAN Mawar (Rosa spp.) merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang cukup dikenal dan disukai masyarakat, baik sebagai bunga potong, penghias taman maupun sebagai bunga pot. Permintaan bunga potong mawar di pasar dalam negeri terus meningkat dibandingkan dengan bunga potong lain, terutama dikota-kota besar seperti Bandung dan Jakarta (Kartapradja 1997). Rata-rata produksi mawar tahun 2003 hanya 470.103 tangkai/ha/tahun, sedangkan kebutuhan terus meningkat. Keadaan ini mengakibatkan bunga potong mawar menduduki peringkat pertama dalam volume impor ( Satsijadi et al. 2004). Tingginya konsumsi bunga potong mawar, menjadikan komoditas ini sebagai komoditas penting sehingga usaha peningkatan kualitas maupun kuantitas harus dilakukan. Peningkatan kualitas dan kuantitas bunga potong mawar dilakukan dengan cara memperluas areal tanam, penggunaan klon-klon unggul yang berdaya hasil tinggi dan mempunyai fenotipe yang sesuai dengan selera pasar dan standar kualitas yang telah ditentukan. Dalam rangka mendapatkan klonklon baru yang unggul, dilakukan introduksi, mutasi dan hibridisasi. Frey (1964), mengemukakan bahwa kegiatan pemuliaan tanaman melalui tiga fase kegiatan yaitu : 1. Menciptakan variabilitas klon dalam suatu populasi tanaman. 2. Seleksi klon yang mempunyai gen-gen pengendali karakter yang diinginkan.
3. Melepas kultivar terbaik untuk produksi pertanian. Suatu kultivar adalah individu heterozygot karena merupakan hasil persilangan dari tetua sebelumnya. Persilangan antar individu yang heterozygot akan menghasilkan keturunan yang berklon heterozygot akibat segregasi alel-alel penyusunnya, sehingga populasi yang dihasilkan juga akan sangat beragam. Menurut Poehlman dan Sleper (1995), suatu populasi yang terdiri dari bermacam-macam klon jika ditumbuhkan pada lingkungan yang sama, maka fenotipik karakter-karakter seperti daya hasil, karakter pertumbuhan dan kualitas hasilnya akan bervariasi sebab penampilan fenotipik suatu karakter tergantung pada faktor klon dan lingkungan tumbuhnya. Penampilan fenotipik merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan (Crowder 1990). Lingkungan yang berbeda dengan daerah asal kemungkinan besar akan dihasilkan klonklon dengan penampilan fenotipik yang berbeda pula. Lingkungan yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap klon, dan respon klon terhadap lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotipik tanaman yang bersangkutan. Fenotipik yang berbeda mencerminkan adanya suatu keragaman yang terbentuk dalam populasi yang diamati. Di samping itu, keragaman karakter dari klon-klon yang diamati dapat diasumsikan bahwa karakter-karakter yang berbeda tersebut menggambarkan perbedaan susunan genetiknya, sehingga klon dengan penampikan fenotipik dapat
diasumsikan mempunyai susunan genetik yang terbaik pula pada populasi tersebut. Tujuan penelitian ini ialah untuk memperoleh informasi mengenai penampilan fenotipik klon-klon mawar hasil persilangan tunggal.
diameter bunga mekar, jumlah petal, lama kesegaran bunga (vase life) dan warna petal berdasarkan color chart dari Royal Horticulture Society London.
BAHAN DAN METODE
Hasil analisis ragam karakter kuantitatif yang disajikan pada Tabel 1., menunjukkan perbedaan yang nyata antar klon yang diuji. Tingkat keragaman ditentukan oleh nilai koefisien keragaman genetik (KVG). Hasil pengamatan terhadap 10 karakter kuantitatif, memperlihatkan perbedaan tingkat keragaman yang cukup tinggi khususnya keragaman genetik. Tingkat keragaman genetik paling tinggi terdapat pada karakter jumlah petal dan jumlah duri. Sementara itu, tingkat keragaman terkecil terdapat pada karakter lama kesegaran bunga Berdasarkan nilai koefisien keragaman genetik pada Tabel 1, karakter jumlah duri dan jumlah petal memiliki tingkat keragaman yang tinggi karena mempunyai nilai di atas 20%, sehingga peluang perbaikan terhadap ketiga karakter tersebut melalui pemuliaan akan lebih berhasil (Falcorner 1981). Sementara itu karakter yang lainnya termasuk dalam kriteria masih dapat diterima kecuali karakter diameter bunga mekar, dan lama kesegaran bunga yang mempunyai nilai KVG di bawah 6%. Analisis varian menunjukkan hasil terdapat empat karakter yang mempunyai keragaman sempit, yaitu karakter diameter tangkai, diamater kuncup, diameter bunga mekar dan lama kesegaran, sedangkan sisanya mempunyai keragaman yang luas (Tabel 1). Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Darliah et al. (2001), yang menyimpulkan bahwa karakter-karakter di atas mempunyai keragaman yang luas kecuali karakter diamater kuncup. Hal tersebut disebabkan oleh populasi yang berbeda dan cara pendugaan keragaman yang berbeda pula. Pada penelitian ini penyertaan komponen penarikan anak contoh cukup signifikan mengurangi besarnya galat percobaan, sehingga ragam lingkungan menjadi lebih kecil dan ragam genetik menjadi lebih besar karena nilai penyebut yang lebih kecil. Keragaman yang luas menunjukkan klon-klon dalam populasi tersebut relatif heterogen sehingga memiliki peluang yang besar dalam melakukan seleksi dan akan mempermudah memperoleh karakter yang diinginkan (Darliah 1993). Oleh karena itu suatu karakter pada populasi yang memiliki keragaman genetik yang luas akan memberikan harapan yang besar bahwa pekerjaan seleksi terhadap karakter yang diinginkan dapat berhasil dengan baik. Menurut Falconer (1981), keragaman yang sempit menunjukkan klon-klon yang diuji relatif seragam, sehingga perbaikan tanaman dengan cara seleksi hasilnya tidak efektif
Penelitian dilaksanakan mulai Maret 2004 sampai Juli 2005, di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas, yang berlokasi di ketinggian 1100 meter di atas permukaan laut (dpl.). Jenis tanah di lokasi penelitian adalah Andosol dengan pH 6.0 – 6.2 dan curah hujan bertipe tipe (sangat basah) (Schmidh and Ferguson 1951). Bahan tanaman yang digunakan berupa bibit yang terdiri atas 30 klon mawar (Rosa hybrida L.) hasil perbanyakan secara okulasi yang berumur dua bulan. Nomor-nomor klon yang digunakan adalah 031.04, 033-01, 062-03, 077-01, 090-04, 136-01, 016-01, 004-01, 008-03, 025-14, 026-13, 027-71, 028-15, 029-51, 029-82, 030-12, 032-09, 100-31, 100-36, 100-45, 100-61, 102-46, 104-03, 104-05, 105-66, 105-80, 106-42, 167-01, 170-01 dan 174-01. Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) penarikan anak contoh, terdiri atas 30 perlakuan, tiga ulangan dan tiga anak contoh. Jumlah populasi untuk masing-masing perlakuan pada setiap ulangan sebanyak lima tanaman, sehingga setiap ulangan terdapat 150 tanaman, jadi populasi seluruhnya adalah 450 tanaman. Keragaman antar klon diketahui dengan cara menganalisis masing-masing data berdasarkan model linier rancangan kelompok lengkap teracak penarikan anak contoh dengan model matematik sebagai berikut: Yijk = µ + τ i + βj + εij + δijk Keterangan : Yijk = Nilai pengamatan ke-k dalam ulangan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i µ = Rata-rata umum τi = Pengaruh perlakuan ke-i (i = 1, 2,3, … ,30) βj = Pengaruh ulangan ke-j ( j = 1, 2, 3 ) εij = Pengaruh galat pada ulangan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i δijk = Pengaruh galat pada pengamatan ke-k dalam ulangan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i.
Keragaman antar genotipe diuji dengan menggunakan uji F pada taraf 5%. Bila hasil uji F berbeda nyata dilanjutkan dengan uji gugus rata-rata Duncan. Tingkat keragaman diduga berdasarkan nilai koefisien variasi genetik menurut Singh and Chaudhary (Singh and Chaudhary 1979). Peubah yang diamati terdiri dari panjang tangkai, diameter tangkai, panjang leher bunga (neck length), jumlah daun, jumlah duri, diameter kuncup,
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji F pada Tabel 1 menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan dengan probabilitas terendah 0.001, hal ini menunjukkan bahwa semua karakter yang diamati berbeda sangat nyata pada taraf 1%, sehingga uji gugus rata-rata Duncan dilakukan pada semua karakter kuantitatif yang diamati (Tabel 2). Panjang tangkai klon-klon yang diamati berkisar antara 50 cm sampai 78 cm. Panjang tangkai terpanjang terdapat pada klon 174-01 dan panjang tangkai terpendek terdapat pada klon 100-45. Berdasarkan kelas kualitas yang ditetapkan oleh Hartono dan Faisal (1995), maka 30% (9 klon) dari klon-klon yang diamati termasuk ke dalam kelas ekstra super, 43% (13 klon) termasuk ke dalam kelas super dan sisanya (8 klon) termasuk ke dalam kelas panjang. Kelas ekstra super terdiri atas klon 105-80, 174-01, 029-82, 077-01, 090-64, 030-12, 167-01, 016-01 dan 032-09. Kelas super terdiri atas klon 025-14, 100-61, 105-66, 026-13, 97.10403, 028-15, 100-31, 031-04, 027-71, 170-01, 004-01, 104-05 dan 136-01. Dengan demikian semua klon yang diamati mempunyai panjang tangkai yang memadai sebagai bunga potong, karena standar bunga potong mawar harus memiliki panjang tangkai tidak kurang dari 40 cm (Hartono dan Faisal 1995). Akan tetapi panjang tangkai kelas ekstra super lebih dikehendaki karena memiliki harga jual yang lebih tinggi (Darliah et al. 2001). Diameter tangkai bunga klon-klon yang diuji cukup besar yaitu antara 0.41 cm sampai 0.59 cm. Diameter tangkai merupakan komponen pendukung karakter kokohnya tangkai bunga, sehingga yang dikehendaki adalah bunga yang berdiameter tangkai besar karena dengan diameter tangkai yang lebih besar, tangkai bunga akan semakin kokoh, tegar dan tidak merunduk. Karakter panjang leher bunga sangat berbeda nyata untuk semua genotipe yang diuji dengan panjang antara 13.90 cm sampai 6.73 cm. Untuk karakter panjang leher bunga belum ada ketentuan yang menyatakan pada panjang leher bunga berapa karakter tersebut dikehendaki. Karakter ini diamati untuk melihat keseimbangan penampilan bunga secara keseluruhan, disamping itu karakter panjang leher bunga dapat dipakai sebagai salah satu karakter penanda pada suatu genotipe untuk membedakan dengan genotipe yang lain. Hasil pengamatan terhadap jumlah daun, menunjukkan klon 100-36, 062-03, 029-51, 102-46 dan 090-04 mempunyai jumlah daun yang paling sedikit daripada klon yang lain. Belum ada ketentuan mengenai banyak sedikitnya jumlah daun. Kualitas substansi daun seperti daun yang bersih, sehat dan mengkilat merupakan salah satu yang menentukan kualitas mawar (Morey 1969), dan dari segi penyimpanan produsen lebih menyukai bunga yang
berdaun sedikit karena tidak memerlukan tempat yang besar dan pengemasan lebih mudah. Jumlah duri berkisar antara 24.5-89.6 buah, jumlah duri besar paling banyak terdapat pada klon 174-01. Jumlah duri merupakan karakter yang tidak diinginkan karena akan menyulitkan dalam penanganan pascapanen dan pembuatan rangkaian bunga, sehingga seleksi terhadap klon yang mempunyai jumlah duri relatif sedikit lebih diutamakan. Klon-klon dengan jumlah duri paling sedikit adalah 077-01, 030-02, 100-61, 105-66 dan 016-01. Diameter kuncup yang dikehendaki tidak kurang dari 2.5 cm, sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan oleh Asbindo (Darliah et al. 2001). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa diameter kuncup berkisar antara 2.27 cm sampai 3.02 cm dan hanya 43% dari klon yang diamati memiliki diameter kuncup kurang dari 2.5 cm. Klon-klon tersebut adalah 170-01, 174-01, 167-01, 062-03, 02951, 105-80, 136-01, 077-01, 025-14, 033-01, 027-71, 100-61 dan 008-03, maka sebagian besar klon yang diamati mempunyai diameter kuncup yang memenuhi kriteria kelas kualitas yang ditentukan. Diamater kuncup terbesar diperoleh dari klon 028-15 dan terkecil diperoleh dari klon 008-01. Diameter bunga mekar berkisar antara 7.5 cm sampai 11.8 cm, diameter bunga mekar terbesar diperoleh dari klon 032-09 dan terkecil adalah klon 136-01. Umumnya diameter bunga mekar di atas 8 cm dikelompokan ke dalam bunga yang mempunyai diameter cukup besar. Belum ada ketentuan yang menyatakan besar kecilnya diameter bunga bunga mekar, tetapi menurut (Darliah et al. 2001). diameter bunga dibagi menjadi tiga kelompok yaitu diameter bunga besar dengan ukuran lebih besar dari 9.5 cm, diameter bunga sedang dengan ukuran 8.0 cm sampai 9.5 cm dan diameter bunga kecil dengan ukuran lebih kecil dari 8.0 cm. Berdasarkan hasil pengamatan terdapat dua klon yang berdiameter bunga mekar di bawah 8 cm yaitu 033-01 dan 136-04. Klon 030-12, 026-13, 02815, 028-15, 029-82, 029-51, 032-09, 025-14, 170-01 dan 027-71 berdiameter bunga mekar di atas 10 cm dan yang lainnya mempunyai diameter bunga mekar antara 8.44 cm sampai 9.98 cm. Oleh sebab itu, 97% klon yang diuji mempunyai diameter bunga mekar yang cukup besar. Dengan demikian klon-klon yang diamati mempunyai diameter bunga mekar di atas 8 cm kecuali klon 033-01 dan 136-01. Jumlah petal berkisar antara 20-93, dengan jumlah terbesar terdapat pada klon 016-01, 029-01 dan 028-15 yang masing-masing mempunyai 83, 75 dan 62 helai. Sementara itu, jumlah petal paling sedikit terdapat pada klon 033-01 dan 136-01 dengan 21 helai petal. Jumlah petal bunga potong mawar yang ideal adalah 25-35 helai. Pada kisaran jumlah tersebut, kuntum bunga akan berbentuk tipe ganda,
artinya setiap kuntum bunga mempunyai lebih dari 20 helai petal yang tersusun dalam beberapa lapis atau lingkaran (Darliah et al. 2001). Jumlah petal tersebut memadai untuk membentuk kuntum bunga
yang baik sebagai bunga potong, yaitu cukup padat dan penuh dengan susunan petal tidak terlalu terbuka pada saat mekar penuh.
Tabel 1 Keragaman, Koefisien Variasi Genetik dan Dua Kali Standar Deviasi Genetik Karakter Kuantitatif yang Diamati Karakter
Genetik (σ2g ) 62.106 0.002 5.379 2.567 244.996 0.027 0.002 265.200 0.068
Panjang Tangkai Diameter Tangkai Jumlah Daun Panjang Leher Bunga Jumlah Duri Diameter Kuncup Diameter Bunga Mekar Jumlah Petal Lama Kesegaran Bunga
Keragaman (σ2) Fenotipe Lingkungan (σ2e ) (σ2p ) 76.691 14.5853 0.004 0.0014 6.354 0.9752 2.649 0.0820 298.474 53.4780 0.029 0.0021 0.002 0.0002 272.783 7.5828 0.126 0.0582
KVG 12.928 8.632 16.204 17.610 29.520 6.453 4.129 40.773 3.415
2σ2g
Kriteria
15.761 0.091 4.638 3.204 31.305 0.330 0.082 32.570 0.520
Luas Sempit Luas Sempit Luas Sempit Sempit Luas Sempit
Pr > F 0.0001 0.0002 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0010
Tabel 2. Hasil Uji Duncan pada Berbagai Karakter Tangkai 30 Klon Mawar yang Diuji. No.
Nomor Klon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
031.04 033-01 062-03 077-01 090-04 136-01 016-01 004-01 008-03 025-14 026-13 027-71 028-15 029-51 029-82 030-12 032-09 100-31 100-36 100-45 100-61 102-46 104-03 104-05 105-66 105-80 106-42 167-01 170-01 174-01
Panjang Tangkai (cm) 71.44 b 53.94 efghi 54.95 efghi 49.73 i 51.48 ghi 62.94 c 62.87 c 57.36 defgh 60.70 cde 58.22 cdefg 69.92 b 54.20 efghi 58.91 cdef 58.01 cdefg 54.66 efghi 53.33 fghi 54.07 efghi 58.79 cdef 52.36 fghi 49.47 i 55.63 defgh 53.20 fghi 61.82 cd 73.05 ab 51.08 ih 51.42 ghi 54.94 efghi 53.88 fghi 51.51 ghi 77.56 a
Diameter Tangkai (cm) 0.487 bcdefghi 0.558 abcd 0.418 ghi 0.510 abcdefghi 0.474 cdefghi 0.587 a 0.558 abcd 0.496 abcdefghi 0.527 abcdef 0.476 cdefghi 0.424 ghi 0.429 fghi 0.537 abcde 0.458 defghi 0.555 abcd 0.460 defghi 0.477 bcdefghi 0.450 efghi 0.410 i 0.566 abc 0.459 defghi 0.467 cdefghi 0.518 abcdefg 0.415 hi 0.485 bcdefghi 0.510 abcdefghi 0.506 abcdefghi 0.525 abcdef 0.512 abcdefgh 0.577 ab
Karakter Tangkai yang Diamati Panjang Leher Bunga Jumlah Daun (helai) (cm) 8.80 ijklm 7.19 no 10.13 cdefgh 11.03 bc 10.31 cdefg 8.12 lmn 9.58 efghij 9.90 defghi 9.77 efghi 9.66 efghij 11.41 b 8.20 klmn 10.96 bcd 10.38 bcdef 9.04 hijklm 8.01 mn 9.51 efghij 8.03 mn 8.04 mn 5.68 p 9.22 ghijkl 9.32 fghijk 10.60 bcde 13.90 a 8.59 jklm 7.29 no 6.73 o 8.95 ijklm 7.18 no 7.90 mn
16.15 bc 14.30 def 10.23 lm 11.58 ijklm 11.51 ijklm 16.43 bc 15.45 bcd 11.45 ijklm 17.22 b 12.54 fghijk 16.58 bc 13.67 efg 13.55 efgh 10.95 klm 13.32 fghi 15.10 cde 10.71 klm 12.99 fghij 10.10 m 14.20 def 13.17 fghij 11.41 jklm 16.31 bc 12.99 fghij 12.87 fghij 13.01 fghij 15.89 bcd 12.03 ghijkl 11.69 hijklm 19.35 a
Jumlah Duri (buah) 54.53 cdef 49.75 defgh 46.59 defghi 24.48 m 42.69 fghijk 58.45 cde 31.65 jklm 41.55 fghijk 42.72 fghijk 54.25 cdef 54.60 cdef 37.67 hijklm 44.60 efghijk 55.58 cdef 51.31 cdefgh 25.67 lm 39.26 ghijkl 61.62 cd 37.48 hijklm 45.92 efghij 25.63 lm 41.26 fghijk 37.08 hijklm 53.30 cdefg 30.70 klm 74.54 b 36.91 hijklm 34.34 ijklm 65.32 bc 89.55 a
Keterangan : Nilai kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata (P>0.05) menurut uji Duncan multiple range test.
Lama kesegaran bunga berkisar antara 7.1-8.2 hari sehingga karakter tersebut mempunyai tingkat keragaman yang paling kecil. Klon 016-01dan 02815 mempunyai lama kesegaran bunga yang paling lama, sedangkan yang paling cepat diperoleh dari klon 077-01. Namun demikian semua klon yang diuji digolongkan mempunyai lama kesegaran yang memenuhi standar, karena bunga potong mawar yang baik harus mempunyai lama kesegaran selama lima sampai enam hari (Hartono dan Faisal 1995). Pertimbangan yang mendasari ketentuan tersebut adalah waktu yang dibutuhkan saat pengiriman dan lamanya wakt kesegaran bunga yang bisa dinikmati konsumen. Oleh sebab itu, konsumen lebih menyukai bunga yang lama kesegarannya lebih lama, sehingga bunga dengan lama kesegaran lebih lama akan lebih disukai Disamping karakter kuantitatif, karakter kualitatif warna petal juga diamati. Warna petal merupakan salah satu karakter penting pada bunga mawar. Warna petal yang paling disukai oleh konsumen dalam negeri saat ini adalah warna merah, walaupun demikian warna-warna lain masih tetap
disukai konsumen. Hasil pengamatan terhadap warna petal menunjukkan nomor-nomor warna yang berbeda, kecuali klon 16-01 dengan 062-03, 027-71 dengan 028-15 dan 025-14 dengan 026-13, hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 3. Warna-warna klon tersebut menunjukkan nomor warna yang sama. Akan tetapi bila dilihat dari tekstur warna dan kecerahan, tidak ada warna bunga yang sama bahkan pada persilangan dengan tetua yang sama. Tingkat perbedaan tekstur warna dan kecerahan tersebut tidak dapat ditentukan dengan menggunakan color chart yang digunakan dalam penelitian ini. Warna-warna bunga klon yang digunakan dalam penelitian ini sangat beragam mulai dari warna merah gelap, merah, merah-orange, orange, merah jambu, kuning sampai putih. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Klon-klon mawar yang diuji mempunyai penampilan fenotipik yang beragam dan (2) Klon terbaik pada populasi ini adalah klon nomor 031-04, sedangkan klon 104-05, 026-13, 016-01, 104-03 dan 100-31 merupakan klon-klon harapan.
Tabel 3. Hasil Uji Duncan pada Karakter-Karakter Bunga 30 Klon Mawar yang Diuji. No.
Nomor Klon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
031.04 033-01 062-03 077-01 090-04 136-01 016-01 004-01 008-03 025-14 026-13 027-71 028-15 029-51 029-82 030-12 032-09 100-31 100-36 100-45 100-61 102-46 104-03 104-05 105-66 105-80 106-42 167-01 170-01 174-01
Diameter Bunga Diameter Kuncup Mekar (cm) (cm) 2.57 cd 9.00 fghij 2.39 efg 7.98 kl 2.46 cdef 9.67 defghi 2.41 ef 9.47 defghij 2.51 cde 8.44 jkl 2.44 def 7.56 l 2.79 ab 10.24 cde 2.74 b 11.39 a 2.25 h 9.28 efghij 2.41 ef 10.22 cde 2.53 cde 11.42 a 2.32 fgh 11.18 ab 2.89 a 10.90 abc 2.45 cdef 9.66 defghi 0.84 ab 9.31 efghij 2.52 cde 10.39 bcd 2.76 b 11.79 a 2.51 cde 9.61 defghi 2.57 cd 8.94 ghijk 2.60 c 8.67 hijk 2.27gh 8.64 ijk 2.53 cde 8.92 ghijk 2.58 cd 9.84 defg 2.51 cde 8.79 hijk 2.52 cde 9.98 cdef 2.44 def 9.70 defgh 2.58 cd 8.82 ghijk 2.46 cdef 8.46 jkl 2.48 cde 9.03 fghij 2.47 cde 8.70 hijk
Karakter Bunga dan Daun yang Diamati Lama Kesegaran Jumlah Petal Bunga (helai) (hari) 8.11 a 8.11 a 7.37 cdef 7.37 cdef 7.24 ef 7.24 ef 7.09 f 7.09 f 7.50 bcdef 7.50 bcdef 8.09 a 8.09 a 8.15 a 8.15 a 7.72 abcd 7.72 abcd 7.48 bcdef 7.48 bcdef 7.54 bcdef 7.54 bcdef 7.36 cdef 7.36 cdef 7.29 def 7.29 def 8.13 a 8.13 a 7.49 bcdef 7.49 bcdef 7.56 bcde 7.56 bcde 7.54 bcdef 7.54 bcdef 7.79 abc 7.79 abc 7.73 abcd 7.73 abcd 7.63 bcde 7.63 bcde 8.09 a 8.09 a 7.47 bcdef 7.47 bcdef 7.28 def 7.28 def 7.50 bcdef 7.50 bcdef 7.33 cdef 7.33 cdef 7.59 bcde 7.59 bcde 7.56 bcde 7.56 bcde 7.91 ab 7.91 ab 7.85 ab 7.85 ab 7.62 bcde 7.62 bcde 7.83 ab 7.83 ab
Warna Petal (group) Red 46A Grayed purple 187A Red purple 66A Red purple 65C Red 53A Orange red 38A White 155C Green white 157D Red 53A Green white 157C White 155C Green white 157B Green white 157A Green white 157D Red purple N57A Yellow 7B Green white 157C Red purple N57B Red 48B Red 43B Red 46B Red 45B Red 50A Red 45A Orange 27C Red purple 62A Red 52B Red 44A Red purple 63C Orange 25A
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata (P>0.05) menurut uji Duncan multiple range test. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Mr. De Vries (instansi.........) atas kerjasamanya dan Ir. Darliah, MS (instansi....) yang telah mengijinkan klon-klonnya untuk saya gunakan dalam penelitian ini dan Nina Rosana serta Nanang yang telah banyak membantu di lapangan. DAFTAR PUSTAKA Allard RW. 1960. Principle of Plant Breeding. John Wiley and Sons, New York. Crowder LV. 1990. Genetika Tumbuhan. Lilik Kusdiarti, penterjemah; Gadjah Mada University Press, Jogyakarta. Terjemahan dari: Plant Genetics. Darliah. 1993. Penampilan SIfat-Sifat Kuantitatif Beberapa Kultivar Mawar (Rosa hybrida L.) Warna Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 40(4):1-2. Darliah I, Suprihatin DP, Handayani W, Herawati T dan Sutater T. 2001. Keragaman Genetik, Heritabilitas dan Penampilan Fenotipik 18 Klon Mawar di Cipanas. J. Hort. 11(3): 148154. Falconer DS. 1981. Introduction to Quantitative Genetics. Ed ke-2. Longman, New York. Frey KJ. 1964. Adaptation Reaction of Oat Strains Selected Under Stress and Non Stress Environment. Crop Sci. 4:55-58. Gaspersz V. 1991. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Tarsito, Bandung Kartapradja R. 1997. Perbaikan Varietas dan Teknologi Produksi Bunga Mawar. Monograf Mawar. Balai Penelitian Tanaman Hias, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang Pertanian, Jakarta. Gomez KA. and Gomez AA. 1984. Statistical Procedures for Agricultural Research. A Wiley-Interscience Publ., New York. Hartono SH. dan Faisal H. 1995. Perlakuan segar bunga potong. Bul. Asbindo no. 17:4. Morey D. 1969. Selection Criteria for Breeding. Dalam Mastalerz, JW. and RW. Langhans (ed.). Roses, A Manual on The Culture, Management, Diseases, Insects, Economics, and Breeding of Greenhouse Roses. Pennsylvania Flower Grower Publ.. New York.: Poehlman JM. and Sleper DA. 1995. Breeding Field Crops. ed ke-4. Iowa State University Press, Ames AVIPbl. Company. Satsijati, Nurmalinda, Ridwan H, Herlina D, Supriadi H, Rahardjo IB, Effendie K dan Marwoto B.
2004. Profil Komoditas Tanaman Hias Menunjang Strategi Penelitian untuk Pengembangan Agribisnis Florikultura: Laporan Akhir. Balai Penelitian Tanaman Hias, T. A. 2004. Schmidt FH. and Fergusson JAH. 1951. Rainfall Types on Wet and Dry Periods Ratio for Indonesia with New Guinea. Kementerian Perhubungan Jawatan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta. Singh RK. and Chaudhary BD. 1979. Biometrical Methods In Quantitative Genetic Analysis. Kalyanai Publ, New Delhi.