sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XXVIII, Nomor 2, 2003 : 11-19
ISSN 0216-1877
KEPITING BERACUN, SUKU XANTHIDAE Oleh Ernawati Widyastuti 1) ABSTRACT POISONOUS CRABS, FAMILY XANTHIDAE. Most crabs (Crustacea : Decapoda : Brachyura) are delicacy among sea food. However, some crabs are poisonous and even lethal. The poisonous crabs are divided into 2 categories. First category includes crabs which are permanent highly toxic, second category includes crabs which are mildly toxic and/or occasionally toxic. Most of poisonous crabs belong to the family Xanthidae. kadang mereka dapat jatuh sakit. Hal tersebut karena reaksi alergi yang tidak berkaitan dengan kepiting yang beracun. Pada tulisan ini akan dibahas jenisjenis kepiting yang di dalam tubuhnya mengandung racun yang apabila dikonsumsi oleh manusia dapat mengakibatkan keracunan bahkan kematian.
PENDAHULUAN
Kepiting atau Brachyura adalah termasuk dalam bangsa Decapoda (hewan berkaki sepuluh) dari induk kelas Krustasea. Seperti halnya dalam kelompok ikan-ikan beracun, dalam kelompok kepiting juga terdapat jenis kepiting yang beracun atau lebih dikenal dengan istilah "poisonous crabs". Menurut NG et. al (1992) tidak semua kepiting beracun. Walaupun ada sekitar 10.000 jenis kepiting di seluruh dunia, tetapi hanya sedikit dari kepiting-kepiting tersebut yang beracun. Kepiting dapat beracun pada manusia dengan sebab yang beranekaragam. Kadangkadang karena kepiting memakan sesuatu yang beracun kemudian manusia memakan kepiting tersebut dengan tidak sengaja. Beberapa orang juga mengalami alergi apabila mengkonsumsi makanan biota laut (seafood), seperti daging kepiting, bahkan kadang-
PEMBAGIAN KEPITING BERACUN Menurut SERENE (1984) dan NG (1998), kepiting beracun dibedakan menjadi dua kategori, yaitu kategori I yang meliputi jenis-jenis kepiting yang mempunyai kandungan racun dengan tingkat toksisitas yang tinggi dan sifat racunnya tetap atau selalu beracun; dan kategori II yang meliputi jenis-jenis kepiting yang kadang-kadang dalam tubuhnya mengandung racun atau sifat racunnya tidak tetap. Jenis kepiting yang beracun dapat dilihat pada Tabel 1.
11
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
termasuk dalam kategori kedua ini, tidak selalu beracun dan tingkat toksisitasnya tergantung pada tempat dan waktu dimana kepiting tersebut hidup, kadang-kadang beracun pada daerah tertentu, akan tetapi mungkin sama sekali tidak berbahaya pada daerah yang lain atau sebaliknya. NG et al. (1988) mengungkapkan bahwa akan sangat berbahaya apabila kita menganggap suatu jenis kepiting yang aman di konsumsi di suatu tempat, aman pula untuk dikonsumsi di tempat lain. Hal ini mungkin berhubungan dengan faktor makanan dari kepiting-kepiting tersebut, seperti dengan adanya ledakan populasi Dinoflagellata atau "red-tide alga". Berdasarkan keterangan di atas, sebagian besar jenis yang termasuk kepiting beracun adalah berasal dari suku Xanthidae dan termasuk dalam kategori I atau kelompok yang mempunyai kandungan racun yang tinggi. Dari sejumlah jenis kepiting yang beracun tersebut hanya sebagian kecil yang termasuk suku yang lain.
Dari 3 jenis kepiting marga Demania yang beracun, adalah D. baccalipes, D. reynaudi dan D. scaberrima, namun jenis kepiting yang sangat beracun dan berakibat fatal adalah jenis D. reynaudi (NG & YANG, 1989). Jenis kepiting tersebut akan sangat berbahaya apabila dikonsumsi, meskipun telah dimasak sampai matang, misalnya dengan pemanasan pada suhu yang tinggi. Hal ini disebabkan karena racun yang terkandung dalam tubuh kepiting beracun tersebut bersifat tahan terhadap panas (NG et al., 1988). Selanjutnya disebutkan bahwa jenis kepiting yang termasuk kategori pertama ini telah terbukti menimbulkan kematian. ALCALA & HALSTEAD dan GARTH (dalam NG & YANG, 1989) juga melaporkan bahwa kepiting dari marga Demania telah menimbulkan keracunan yang sangat fatal bagi masyarakat yang mengkonsumsinya di Pilipina. Apabila mengkonsumsi jenis kepiting yang termasuk ke dalam kategori kedua, kita dapat menderita keracunan bahkan juga dapat menyebabkan kematian. Jenis kepiting yang
12
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
RACUN DALAM TUBUH KEPIT1NG BERACUN
kepiting adalah dari makroalga merah. Selain dari alga merah, diduga racun juga berasal dari bakteri penghasil neurotoksin dan anemonanemon beracun. Menurut NG (1998) pengujian mengenai kandungan racun dalam tubuh kepiting beracun, telah dilakukan pada Lophozozymus pictor. Hasil pengujian tersebut memperlihatkan bahwa meskipun tingkat kandungan racun bervariasi dari satu individu dengan individu lain, tetapi L. pictor mengandung racun yang berakibat fatal bagi manusia dewasa. Pada suatu analisa tunggal, 1 gram daging kepiting L pictor mengandung racun yang cukup untuk membunuh 42.000 tikus. Padahal seekor Lophozozymus pictor yang besar, dapat mencapai berat 100 gram. Keterangan di atas merupakan salah satu dari sebagian besar kepiting beracun yang telah diketahui (NG et al., 1992; NG, 1998).
Penelitian dalam bidang biokimia yang mempelajari tentang jumlah, jenis racun dan sifat racun yang terkandung dalam tubuh kepitingkepiting beracun telah banyak dilakukan. Menurut NG et al. (1992) dan NG (1998) racun dari jenis kepiting beracun biasanya terdapat di seluruh jaringan dan kulit luar (eksoskeleton), sebagian besar terkonsentrasi pada hati, usus dan gonad. Sehingga akan sangat berbahaya apabila kita makan kepiting ataupun minum air dalam masakan (kuah) kepiting di atas, karena racun dalam tubuh kepiting tersebut selain tahan terhadap panas juga dapat larut dalam air. Tetapi apabila kita digigit, dijepit atau sebaliknya dilukai oleh salah satu dari kepiting beracun tersebut, maka tidak akan mengalami keracunan. NG et al. (1988) dan NG (1998) menyebutkan bahwa jenis racun yang telah diidentifikasi dalam tubuh kepiting beracun adalah termasuk racun jenis palytoksin, saxitoksin, tetrotoksin, neosaxitoksin, gonyautoksin, pyrodinium bahamense toksin. Kepiting beracun biasanya tidak hanya mengandung satu macam racun, namun merupakan campuran dari jenis racun-racun tersebut. Apabila manusia mengkonsumsi kepiting yang memiliki jenis racun tersebut, maka racun sebagian besar akan menyerang pada sistem saraf atau termasuk dalam neurotoksin, Kepiting beracun tersebut akan kehilangan kandungan racunnya, apabila biota tersebut hidupnya terkurung dalam suatu tempat dan mendapatkan makanan secara normal (tidak
CIRI-CIRI MORPOLOGI Untuk mengetahui jenis kepiting yang termasuk dalam kelompok kepiting beracun, maka perlu diketahui ciri-ciri morfologi dari masing-masing jenis kepiting tersebut. Ciri-ciri morfologi, dalam hal ini diberikan gambaran secara umum untuk lebih mengenai dengan baik jenis-jenis yang termasuk kepiting beracun, khususnya dari suku Xanthidae. Berkaitan dengan hal tersebut diharapkan kita akan lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi suatu jenis kepiting. Kepiting beracun dari suku Xanthidae mempunyai ciri khas pada warna tubuhnya,
mengkonsumsi tumbuhan atau binatang beracun). Hal ini membuktikan bahwa kepiting beracun menghasilkan racun, baik secara langsung ataupun tidak langsung tergantung dari makanan yang dikonsumsi. Lebih lanjut dijelaskan oleh NG et al. (1988) bahwa sumber utama racun-racun pada tubuh
khususnya pada karapas dan capitnya. Karapas biasanya mempunyai warna-warna yang menyolok, sedangkan capit umumnya dengan jari-jari yang berwarna hitam atau coklat (HOLTHUIS, 1968). Hal ini kemungkinan untuk memperingatkan predatorpredator dan untuk memudahkan manusia dalam
mengenalinya. Contohnya Atergatis floridus,
13
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
biota ini mempunyai warna khas pada karapas yaitu berwarna hijau pudar kecoklat-coklatan.
dengan sebuah lekukan yang dalam. Bagian ujung atau jari-jari aktif (finger) pada kaki bercapit berbentuk lancip. Sedangkan kaki-kaki renangnya berbentuk pipih, lebar dengan sebuah tonjolan pada bagian tepi atas, merus dari kaki kelima umumnya lebih panjang daripada lebarnya. Karapas dari kepiting dewasa sangat khusus, yaitu dengan adanya susunan warna merah dan putih. Pada kepiting muda mempunyai bentuk seperti bercak-bercak kecil berwarna merah pada tengah karapas dan tanda-tanda merah dan putih di lain tempat.
1. Lophozozymus pictor (Gambar 1.) Lophozozymus pictor mempunyai ciriciri sebagai berikut: karapas berbentuk agak membulat (semicirculer); permukaan atas atau bagian dorsal dari karapas halus tidak ada rambut-rambut ataupun tonjolan-tonjolan; daerah-daerah karapas berareola dan tiap areola berbintik-bintik atau berambut; karapas mempunyai 5 gigi pada bagian tepi samping depan (anterolateral), gigi di bagian depan berbentuk bulat, gigi berikutnya berbentuk subtriangular; berikutnya 2 gigi berbentuk segitiga yang lebih menyolok dan yang terakhir sebuah gigi yang kecil. Gigi depan dari tepi samping karapas dipisahkan dari tepi orbital (lekukan tempat tangkai mata)
Lophozozymus pictor lebih suka mendiami daerah terumbu karang di perairan IndoPacific, dan seringkali ditemukan hidup di bawah batu-batu karang dan pada kolam-kolam air pada waktu air laut sedang surut (SAKAI 1976; NG et al., 1988; NG & CHIA, 1997).
Gambar 1. Lophozozymus pictor (NG & CHIA, 1997)
14
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
berwarna hijau pudar kecoklat-coklatan sampai coklat dengan bintik-bintik besar warna kuning yang tidak teratur. Habitat dari Atergatis floridus umumnya di batu-batu karang, berlindung di bawahnya atau di daerah pasang surut terendah (HOLTHUIS, 1968; SAKAI, 1976; SERENE 1984; NG et al., 1988 dan NG et al., 1992).
2. Atergatis floridus (Gambar 2.) Atergatis floridus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: karapas berbentuk elips secara melintang atau melebar, relatif sempit dengan bentuk yang lebih lebar daripada panjang; bagian permukaan atas dari karapas sangat cembung, dengan pembagian daerahnya yang jelas, tetapi tidak terdapat bintik-bintik; pada bagian tepi samping depan dilingkari dengan tonjolan yang sempit. Kaki bercapit (cheliped) mempunyai sebuah tonjolan yang tajam pada bagian tepi sebelah superior dari palm, sedangkan jarijarinya berwarna hitam. Kaki-kaki renang berbentuk pipih, pendek, tanpa karina atau semacam duri pada samping bawah dari propodus; pada kaki terakhir dilengkapi dengan suatu tonjolan pada bagian tepi depan dari carpus dan propodusnya. Karapas
3. Platypodia granulosa (Gambar 3.) Platypodia granulosa mempunyai ciriciri sebagai berikut: karapas berbentuk oval secara melintang atau melebar dan pipih; pembagian daerah-daerah pada karapas jelas, terpisah dengan adanya alur-alur yang luas dan dalam; permukaan atas dari karapas terdapat bintik-bintik yang berbentuk seperti mutiara; pada bagian tepi samping depan,
Gambar 2. Atergatis floridus (SERENE, 1984)
15
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
terdapat 4 "lobe" atau cuping yang bertakik atau bercabang dua dan dipisahkan dengan belahanbelahan; dan pada bagian tepi samping terdapat 3 garis pendek seperti pita yang berwarna putih pada tiap sisinya. Jari-jari pada kaki bercapit berwarna coklat, dengan satu tonjolan yang jelas pada bagian tepi atas dari ujung jari; ujung jari berbentuk runcing. Sedangkan kaki-kakinya berbentuk pipih seperti pisau. Karapas dan kakikakinya berwarna hijau pudar.
4. Demania scaberrima (Gambar 4.) Demania scaberrima mempunyai ciriciri sebagai berikut: karapas berbentuk oval secara melintang atau melebar; bagian permukaan atas karapas umumnya tertutup dengan tuberkel, sehingga permukaan tubuhnya kelihatan seperti bersisik; bagian samping depan terdapat 4 gigi. Pada kaki bercapit umumnya juga tertutup oleh tuberkel. Pada bagian samping dari kaki-kakinya bergerigi. Kepiting jenis ini, seperti jenis lainnya dalam marga Demania, mempunyai warna karapas yang indah dan menyala, dari oranye sampai oranye kemerahmerahan.
Habitat dari Platypodia granulosa adalah pada celah-celah batu dan di bagian dasar dari bongkahan-bongkahan karang di daerah pasang surut (SAKAI, 1976; SERENE, 1984; NG et al., 1988; NG et al., 1992).
Gambar 3. Platypodia granulosa (SERENE, 1984)
Gambar 4. Demania scaberrima (NG et al., 1992)
16
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Habitat dari D. scaberrima umumnya ditemukan hidup pada dasar-dasar laut yang berbatu ataupun berpasir, pada kedalaman 15 sampai 35 meter (SAKAI, 1976; NG & YANG, 1989; NG et al., 1992).
Sedangkan kaki-kaki renang berbentuk pipih dan terdapat tonjolan sepanjang tepi depan dan belakang. Karapas berwarna putih dengan semacam bercak-bercak berwarna coklat yang bentuknya tidak teratur, yang menutupi permukaan karapas. Zosimus aeneus umumnya ditemukan hidup di batu-batu karang di perairan yang dangkal (SAKAI, 1976; SERENE, 1984; GOSLlNER et al., 1996).
5. Zosimus aeneus (Gambar 5.) Zosimus aeneus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: karapas berbentuk agak membulat (semicirculer), yang seluruh permukaan atasnya tertutup dengan rapat oleh tuberkel; bagian tepi samping depan dari karapas dilengkapi dengan 3 lobe atau cuping yang membulat dengan pinggiran yang halus; sedangkan pada bagian tepi samping belakang dari karapas dilengkapi dengan 1 gigi yang berbentuk segitiga. Jari-jari pada kaki bercapit mempunyai ujung-ujung jari yang bentuknya agak cekung.
6. Etisus splendidus (Gambar 6.) Etisus splendidus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: karapas berbentuk oval dan sangat cembung, baik secara memanjang ataupun melintang; bagian permukaan atas halus; bagian depan atau dahi terbagi menjadi 2 cuping yang dipisahkan dari sudut-sudut supraorbital dengan satu sinus cekung yang
Gambar 5. Zosimus aeneus (SERENE, 1984)
17
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
besar, dengan bentuk seperti huruf "V"; bagian tepi samping depan dilengkapi dengan 8 gigi besar yang berbentuk kait, seringkali dengan gigi-gigi yang berukuran lebih kecil diantaranya. Pada kaki bercapit, bagian carpusnya dilengkapi dengan 2 duri yang ukurannya hampir sama pada tepi sebelah dalam; bagian
propodusnya di bagian tepi atas dilengkapi dengan dua baris duri; sedangkan pada ujung-ujung jarinya berbentuk cekung. Etisus splendidus umumnya ditemukan hidup di batu-batu karang di perairan yang dangkal atau di daerah pasang surut (SAKAI, 1976; SERENE, 1986; NG, 1998).
Gambar 6. Etisus splendidus (SERENE, 1984)
cation Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of The Western Central Pacific. Volume I. Food & Agriculture Organization, Rome. 1046 - 1155.
DAFTAR PUSTAKA HOLTHUIS, 1968. Are There Poisonous Crabs? CRUSTACEANA 15 (2): 215222. GOSLINER, T.M., D.W. BEHRENS and G.C. WILLIAMS. 1996. Coral Reef Animals of Indo - Pacific : Animal life from Africa to Hawaii ’I exclusive of the vertebrata. California 314 pp.
NG. P.K.L and C.M. YANG. 1989. On Some Species of Demania Laurie, 1906 (Crustacea: Decapoda: Brachyura: Xanthidae) From Malaysia, Singapore and The Philippines, with a Key for The Genus. The Raffles Bulletin of Zoology 37 (l & 2):37-50.
NGP.K.L, 1998. Crabs. In : K.E. Carpenter &
N. Volker (Eds.), FAO Species Identifi-
18
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
NG
NG. P.K.L., D.G.B. CHIA, E.G.L. KOH and L.W.H. TAN. 1992. Poisonous Malaysian Crabs. Nature Malaysiana 17(1): 4-9.
P.K.L. and D.G.B. CHIA, 1997. Lophozozymus erinnyes, A New Species of Poisonous Crab From Australia, With Notes on Pictor (Fabricius, 1798), Z. incisus (H. Milne Edwards, 1834) and L. edwardsi (Odhner, 1925) (Crustacea: Decapoda: Brachyura : Xanthidae). The Raffles Bulletin of Zoology 45 (2): 419 443.
SAKAI, T. 1976. Crabs of Japan and The Adjacent Seas. In Three Volumes; English text, Tokyo, Kodansha Ltd. 773 p. SERENE, R. 1984. Crustacés Décapodes Brachyoures de l'Océan Indien Occidental et de la Mer Rouge. Xanthoidea : Xanthidae et Trapeziidae. Addendum Carpiliidae et Menippidae. A.Crosnier. Faune Tropicale XXlV. ORSTOM : 1 400.
NG P.K.L, L.W.H. TAN, NG C.S. and P. GOPALAKRISHNAKONE. 1988. Poisonous Crabs. Venom and Toxin Research Group, National University of Singapore, Publication no. 7 (Poster).
19
Oseana, Volume XXVIII no. 2, 2003