Humaltike, Kepentingan Indonesia Memprakarsai Code of Conduct (COC) of Parties di Laut Cina Selatan
1
Kepentingan Indonesia Memprakarsai Code of Conduct (COC) of Parties di Laut Cina Selatan Indonesia’s Interests to Initiate Code of Conduct (COC) of Parties in the South China Sea Humaltike Kristine Jurusan Ilmu Hubungan Internasional,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 E-mail:
[email protected]
Abstract South China Sea is semi-enclosed waters situated in the south of Continent of Asia. The position of South China Sea connecting Indian Ocean and Pacific Ocean provides strategic values and economic values to South China Sea. The strategic values and economic values owned by South China Sea are the reasons of the surrounding countries to have sovereignty over those waters. The countries involved in the claim dispute and becoming the claimant countries are China, the Philippines, Vietnam, Malaysia, and Brunei. The claim of the claimant countries is based on a historical basis and the International Convention on the Law of the Sea. The claim dispute gives affects the stability of South China Sea area and gives impacts to Indonesia. Indonesia is not one of the claimant countries, but Indonesia takes part in controlling the situation in South China Sea in order that this does not break into war. The Indonesian action started by holding Workshop on Managing Potential Conflicts in the South China Sea in 1990 which implicitly already initiated the idea of the Code of Conduct. Then, Indonesia confirmed the idea of Code of Conduct by releasing Zero Draft COC in 2012. Indonesia’s action cannot simply be seen as an attempt to control the South China Sea but also be understood as an Indonesia’s attempt to achieve economic and strategic interests for Indonesia itself. Thus, the purpose of this research is to determine the Indonesia’s to initiate the COC in the South China Sea. Keywords: kepentingan nasional, laut cina selatan, code of conduct melibatkan kelima negara tersebut hubungan
A. PENDAHULUAN Sengketa wilayah di Laut Cina Selatan melibatkan
banyak
negara
antar
negara-negara
tersebut
mengalami
disekitarnya.
ketegangan. Ketegangan hubungan antar
Negara-negara yang terlibat dalam sengketa
negara-negara yang bersengketa di Laut Cina
ini adalah Cina, Vietnam, Malaysia, Brunei,
Selatan
dan Filipina. Akibat sengketa wilayah yang
Berpotensinya sengketa wilayah ini menjadi
UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2014, I (1): 1-13
ini
berpotensi
menjadi
perang.
Humaltike, Kepentingan Indonesia Memprakarsai Code of Conduct (COC) of Parties di Laut Cina Selatan
2
perang menjadi sebuah ancaman bagi negara-
Selatan) pada tahun 1990 atas ide Hasjim
negara di sekitar Laut Cina Selatan walaupun
Djalal (Djalal,
beberapa negara yang berda disekitar Laut
mengundang negara-negara yang bersengketa
Cina Selatan tidak terlibat sengketa.
dan juga negara yang tidak bersengketa untuk
Penanganan penyelesaian sengketa di
berdialog
2012).
Lokakarya
bersama
ini
membicarakan
Laut Cina Selatan harus dilakukan dengan
kemungkinan-kemungkinan
penuh kecermatan dan kehati-hatian karena
sama dengan negara-negara sengketa dan
kerumitan sengketa wilayah ini. Kerumitan
non-sengketa
utama dari sengketa ini terletak pada jumlah
menerus merangsang negara-negara yang
negara yang terlibat dan klaim wilayah dari
bersengketa untuk selalu menggunakan cara
masing-masing
berdialog dalam mengelola konflik di Laut
negara
yang
bersengketa
saling bertumpang tindih antara yang satu dengan
yang
lain.
Persepsi
dan
untuk
sambil
bekerja
secara
terus
Cina Selatan(Djalal, 2012).
mengenai
Empat
negara
dari
lima
negara
penggunaan United Nations Convention on
penuntut adalah anggota ASEAN, maka
The Law of The Sea (UNCLOS), dan usaha-
keterlibatan ASEAN tidak dapat dihindarkan.
usaha penyelesaian sengketa yang dilakukan
Hadirnya ASEAN dalam sengketa ini tidak
oleh
dapat
masing-masing
negara
dengan
dilepaskan
dari
peran
Indonesia.
menggunakan kekerasan dan kekuatan militer
Kegiatan Workshop on Managing Potential
menambah kerumitan dari sengketa wilayah
Conflicts in The South China Sea yang
ini. Penyelesaian sengketa wilayah ini harus
diadakan
Indonesia
mampu mengurai kerumitan dari sengketa ini,
ASEAN
untuk
jika tidak sengketa wilayah ini dapat berubah
memperhatikan situasi politik di Laut Cina
menjadi perang terbuka.
Selatan.Melalui ASEAN, Indonesia mengajak
Indonesia berkontribusi dalam usaha
anggota
menjadi turut
ASEAN
lainnya
perangsang
serta
baik
dalam
negara
penyelesaian sengketa wilayah di Laut Cina
penuntut atau bukan untuk mengutamakan
Selatan.
terhadap
“jalan damai” sebagai usaha penyelesaian
sengketa wilayah di Laut Cina Selatan,
sengketa bukan menggunakan kekerasan atau
diawalinya
militer
Perhatian
Indonesia
dengan
menginisiasi
The
demi
stabilitas
kawasan
dan
Workshop on Managing Potential Conflicts
pembangunan regional sebagaimana norma
in
yang dipegang oleh ASEAN terutama pada
The
South
China
Sea
(Lokakarya
Penanganan Potensi Konflik di Laut Cina UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2014, I (1): 1-13
Humaltike, Kepentingan Indonesia Memprakarsai Code of Conduct (COC) of Parties di Laut Cina Selatan
saat
Indonesia
menduduki
kursi
kepemimpinan ASEAN.
3
pembahasan COC di Laut Cina Selatan. Akan tetapi, peran yanng dilakukan oleh Indonesia
Workshop on Managing Potential
bertolak belakang dengan peran-peran yang
Conflicts in The South China Sea diharapkan
dilakukan oleh negara-negara di kawasan
dapat menghasilkan sebuah formulasi yang
Asia Tenggara lainnya yang tidak terlibat
mengatur kegiatan di Laut Cina Selatan
dalam
(Djalal, 2012). Formulasi yang dimaksudkan
pertanyaan apakah yang hendak dicapai
untuk dapat mengendalikan situasi di Laut
Indonesia dari tindakannya ini.
Cina
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Selatan.
Indonesia
Walaupun
tidak
pada
secara
awalnya
sengketa.
Hal
ini
menimbulkan
langsung
Kepentingan nasional adalah wasit
menyampaikannya, kini Indonesia semakin
terakhir dalam menentukan kebijakan luar
jelas
dengan
negeri (Jackson, 1999:92). Kebijakan luar
Declaration on The Conduct of Parties in
negeri untuk memenuhi kepentingan nasional
The South China Sea (DOC) sebagai bukti
dengan jalan yang benar atau salah bukan hal
awal bahwa negara-negara ASEAN dan Cina
yang utama, tetapi terpenuhi atau tidak
mengikat diri secara politik kelak akan
kepentingan negara adalah hal yang utama.
membentuk sebuah COC yang berlaku di
Disaat yang bersamaan, negara juga bersiap-
Laut Cina Selatan. Kemudian, pada tahun
siap akan kemungkinan terjadi situasi untuk
2012 Indonesia mengeluarkan Zero Draft
memilih
COC (Ririhena, 2012) yang menjadi draft
kepentingan
dasar
sukarela akan memilih kepentingan nasional
menyampaikannya
pertama
yang
ditandai
diterima
untuk
pembahasan COC yang lebih kongkrit.
internasional Negara
secara
terhadap kepentingan nasional dikarenakan “negara
dalam
internasional
yang
datang
menyelesaikan sengketa wilayah di Laut Cina
kepentingan
nasional
mereka
Selatan. Pelaksanaan Workshop on Managing
internasional dan organisasi internasional
Potential Conflicts in The South China Sea
hanya pertimbangan dasar dalam menentukan
telah membuka tahap baru bagi usaha
kepentingan
penyelesaian sengketa di Laut Cina Selatan.
(Jackson,1999:92).
sangat
mengamati
atau
bahwa
Indonesia
penulis
nasional
daripada kepentingan internasional. Pilihan
Melalui latar belakang yang telah dijelaskan,
kepentingan
berperan
aktif
Pelaksanaan lokakarya telah merangsang UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2014, I (1): 1-13
tidak
memiliki
nasional
kewajiban sebelum :
hukum
negara”
4
Humaltike, Kepentingan Indonesia Memprakarsai Code of Conduct (COC) of Parties di Laut Cina Selatan
Ketidakpercayaan negara
atau
merupakan
negara
pemerintahan ancaman
bagi
terhadap
yang
menyangkut
lain
eksistensi
suatu
negara, dan harus segera dicapai;
kepentingan
2. kepentingan jangka menengah, yaitu
nasional negara dan negara harus berusaha
kepentingan
sendiri untuk menjamin kepentingannya. Oleh
menyangkut
karena itu, negara membutuhkan kekuatan
perekonomian dan perdagangan,
(power) untuk dapat menjamin kepentingan
prestise
nasional negaranya. Morgenthau memberikan
pengaruh terhadap negara lain juga
definisi kekuatan yaitu “kontrol manusia
termasuk dalam jenis kepentingan
terhadap pikiran dan tindakan manusia yang
ini.
lain”, dalam pengertian yang lebih kompleks
nasional
yang
kebutuhan
negara
dan
perluasan
3. kepentingan jangka panjang, yaitu
“kekuatan sebagai prestise yakni kemampuan
kepentingan
untuk mendapatkan apa yang diinginkan,
merupakan
bukan
ancaman
sehingga bersifat ideal, misalnya
penggunaan senjata tetapi melalui pengaruh
keinginan mewujudkan perdamaian
diplomasi dan otoritas” (Ebyhara, 2011;38).
dan ketertiban dunia.
dengan
senjata
atau
nasional visi
dari
yang negara
Berdasarkan definisi yang diberikan oleh
Klasifikasi kepentingan nasional yang
Morgenthau, kekuatan tidak hanya sesuatu
diberikan oleh Holsti tidak hanya memberikan
yang dapat dilihat, tetapi sesuatu yang hanya
tingkatan
dirasakan
negara, tetapi juga menggambarkan seberapa
atau
dipikirkan
tetapi
dapat
seberapa
besar
sesuai yang diinginkan atau tidak sesuai
sehingga negara harus segera mengambil
dengan yang ditakutkan dapat juga berperan
tindakan. Penentuan tindakan negara harus
sebagai kekuatan bagi negara untuk menjamin
ditentukan dengan baik dan benar supaya
kepentingan nasionalnya.
ancaman dapat dihadapi secara tepat sasaran
Holsti
mengidentifikasikan
(Ebyhara,2011:40-41) kepentingan
nasional
dalam 3 klasifikasi yaitu :
ancaman
kepentingan
menggerakkan negara lain untuk bertindak
K.J
urgensi
penting
yang
dihadapi
dan kepentingan yang ingin dicapai dapat terpenuhi dengan memaksimalkan kekuatan apapun yang dimiliki negara.
1. kepentingan inti, yaitu kepentingan
Sebagian wilayah Laut Cina Selatan
nasional dianggap sesuatu yang
merupakan bagian dari wilayah kedaulatan
dianggap paling vital bagi negara,
Indonesia. Laut Cina Selatan terdapat dua
UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2014, I (1): 1-13
5
Humaltike, Kepentingan Indonesia Memprakarsai Code of Conduct (COC) of Parties di Laut Cina Selatan
kepulauan besar yaitu Kepulauan Spratly dan
keberanian Indonesia mengeluarkan Zero
Kepulauan Paracel. Indonesia menikmati
Draft Code of Conduct of Parties in The
nilai-nilai
yang
South China Sea (Zero Draft COC) yang
dimiliki oleh Laut Cina Selatan yang berada
kemudian diterima secara resmi sebagai
dalam wilayah kedaulatan Indonesia. Maka,
rancangan dasar COC.
ekonomis
dan
strategis
setiap peristiwa yang terjadi di Laut Cina
Pembicaraan untuk membentuk sebuah
Selatan mengundang perhatian Indonesia
COC telah dimulai sejak Workshop on
karena nilai-nilai yang dimiliki oleh Laut Cina
Managing Conflict on The South Cina Sea
Selatan telah menjadi bagian dari kepentingan
diadakan.
Indonesia.
menyatakannya
Tetapi secara
Indonesia
tidak
langsung.
Hasjim
Tindakan Indonesia terkait sengketa
Djalal menyampaikannya secara tersirat dalam
wilayah ini berbeda jauh dari negara-negara
pidato pembukaan Workshop on Managing
yang terlibat dalam sengketa ini. Indonesia
Conflict on The South Cina Sea pada tahun
secara resmi menyatakan tidak terlibat.
1990. Hingga akhirnya pembicaraan COC
Indonesia secara resmi menyatakan bahwa
kembali hadir pada saat ASEAN Ministerial
Indonesia tidak memiliki permasalahan klaim
Meeting
dengan negara-negara lainnya. Perbedaan
Pernyataan dan tindakan Indonesia yang
sikap lainnya adalah Indonesia memberikan
diberikan terhadap sengketa wilayah di Laut
perhatian yang besar terhadap perkembangan
Cina
dan
sengketa
Bahkan, tujuan dibentuknya COC tidak dapat
wilayah. Indonesia memberikan perhatiannya
dipandang sebagai usaha menjaga situasi Laut
dengan
usaha-usaha mulai dari
penyelesaian
(AMM)
Selatan
Ke-29
saling
tahun
bertolak
1996.
belakang.
mengadakan
sebuah
Cina Selatan saja, nilai-nilai ekonomis dan
membahas
usaha
strategis yang dinikmati oleh Indonesia perlu
pengelolaan potensi-potensi konflik di Laut
dijadikan pertimbangan untuk memahami
Cina Selatan,
kepentingan Indonesia memprakarsai COC.
lokakarya
untuk
Workshop
on
Managing
Conflict on The South Cina Sea, sejak tahun
Kepentingan Indonesia memprakarsai
1990. Workshop on Managing Conflict on
COC dapat ditelusuri dengan memperhatikan
The South Cina Sea ini diadakan bahkan
situasi yang dihadapi, langkah-langkah yang
sebelum ASEAN menyatakan perhatiannya
diambil oleh Indonesia, dan seberapa besar
terhadap sengketa di Laut Cina Selatan.
kontribusi
Kemudian,
tindakannya. Kemudian, menilai apakah yang
Indonesia
lainnya
adalah
UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2014, I (1): 1-13
Indonesia
dalam
setiap
Humaltike, Kepentingan Indonesia Memprakarsai Code of Conduct (COC) of Parties di Laut Cina Selatan
6
diharapkan oleh Indonesia melalui usahanya memprakarsai COC. Kepentingan nasional
D. HASIL PENELITIAN
pun akan terlihat melalui analisis ini, tetapi
Profil Laut Cina Selatan dan Klaim Negara
tidak hanya dalam bentuk tingkatan seberapa
Penuntut
penting tetapi secara spesifik dalam bidang ekonomi dan strategis.
Laut Cina Selatan yang mengandung dan memiliki kekayaan alam yang beragam dan besar seperti minyak bumi dan gas alam dan keragaman ikan-ikan yang berada di
C. METODE PENELITIAN Dalam karya tulis ini, teknik analisa
dalamnya memiliki wilayah seluas 800.000
yang digunakan adalah analisa deskriptif
km2 (Joyner,1999:55) merupakan wilayah
untuk membahas permasalahan dalam karya
semi-tertutup, dengan sembilan puluh persen
tulis ini. Teknik analisa deskriptif adalah suatu
dari wilayahnya terpiah dari darat. Negara-
metode untuk menggambarkan kenyataan dan
negara di Asia Tenggara yang berbatasan laut
situasi berdasarkan data yang satu dengan
dengan Laut Cina Selatan seperti Filipina,
data yang lain berdasarkan teori dan konsep-
Malaysia,
konsep yang digunakan (Bailey,1987:38).
Thailand, Vietnam dan Republik Rakyat Cina
Proses analisis data dimulai dengan
Brunei,
Indonesia,
Singapura,
(RRC, atau Cina).
menelaah sejarah perjalanan sengketa wilayah
Enam
negara
mengklaim
dan
di Laut Cina Selatan,peran Indonesia dalam
menggelar kepemilikan atas batas wilayah
menghadapi potensi konflik dan konflik yang
maritim pada Laut Cina Selatan. Cina dan
ada di Asia Tenggara. Kemudian, ditelaah
Vietnam melakukan saling klaim terhadap
kepentingan Indonesia dalam memprakarsai
kepemilikan batas wilayah maritim untuk
Code of Conduct. Peneliti membahas bentuk
kedaulatan
ketahanan regional yang telah terbentuk di
kedaulatan batas maritim atas pulau Spratly,
ASEAN
lima
berdasarkan
selama
konflik
ketahanan
berlangsung
nasional
terhadap
negara
Adapun
menegaskan
terhadap klaim
masing-
kepemilikannya : Cina, Vietnam, dan Filipina
maisng negara, tingkat interaksi antar negara
mengklaim hampir seluruh kedaulatan batas
di Asia Tenggara, tingkat komitmen anatr
maritim, sedangkan Brunei dan
negara di Asia Tenggara, dan kemampuan
mengklaim kedaulatan atas sebagian bagian
adaptif dari ASEAN dalam menghadapi
dari Spratly. Semua negara
berbagai permasalahan di dalam kawasannya.
mengklaim memiliki kedaulatan batas maritim
UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2014, I (1): 1-13
Malaysia lain yang
Humaltike, Kepentingan Indonesia Memprakarsai Code of Conduct (COC) of Parties di Laut Cina Selatan
atas kepulauan tersebut
mendirikan dan
7
membangun rig di sekitar perairan Laut Cina
menggelar kehadiran militer di Spratlys,
Selatan.
Pada
tahun
1995,
Cina
juga
kecuali Brunei.
memblokade kegiatan Filipina di perairan Laut Cina Selatan dengan berhasil menduduki
Ketegangan di Laut Cina Selatan
Mischief Reef yang merupakan telah diduduki
Pada periode 1980-1989, ketegangan
oleh Filipina (Joyner, 1999:53-54). Tetapi,
antar negara-negara penuntut didominasi
kemudian berhasil diambil kembali oleh
dengan
berupa
Filipina pada 25-26 Maret 1995, Filipina
Ketegangan
berhasil mengusir Cina dari Mischief Reef
militer juga terjadi dalam bentuk penempatan
(Alabastro, 1996). Konfrontasi senjata antara
pasukan
pembangunan
Filipina dan Cina tidak hanya melibatkan
fasilitas-fasilitas militer pada pulau-pulau
pasukan militer, konfrontasi militer mulai
yang diklaim. Ketegangan antara Cina dan
melibatkan kapal-kapal sipil, seperti kapal
Vietnam kembali menjadi konfrontasi militer
nelayan.
ketegangan
pernyataan-pernyataan milliter
politik resmi.
ataupun
juga terjadi pada 1988. Malaysia dan Filipina
Pada periode 2000-2012, konfrontasi
mulai terlibat dalam sengketa klaim. Malaysia
militer masih banyak terjadi pada periode ini,
menggunakan UNCLOS 1982 sebagai dasar
dan sikap saling respon terhadap pernyataan
klaimnya di Laut Cina Selatan. Sejak 27 Juni
resmi yang diberikan oleh negara-negara lain
1983 (Roach,2014:11), Malaysia menduduki
masih terjadi. Konfrontasi terbesar terjadi
Swallow
menduduki
pada tahun 2012 yaitu Scarborough Shoal
Ardasier Reef dan Mariveles Reef pada tahun
issues (Keyuan,1999). Pada 8 April 2012,
1986 (Joyner,1999:53-54). Filipina mulai
tentara Filipina mendapati delapan kapal
menduduki pulau-pulau
yang diklaimnya
nelayan Cina berlabuh di sekitar perairan
sejak tahun 1968 di Pulau Itu Aba dan
Scarborough Shoal. Kemudian, 10 April
kemudian diperkuat pada tahun 1988 seperti
2012, tentara Filipina melakukan inspeksi
halnya Malaysia.
terhadap
Reef
,
kemudian
Periode 1990 - 1999, Cina semakin
kapal
mendapati
bahwa
nelayan mereka
tersebut secara
dan ilegal
tegas dan keras dalam menyatakan klaimnya
mengumpulkan batu karang-batu karang,
di Laut Cina Selatan. Juli 1994, Vietnam
kerang besar, dan ikan hiu hidup di dalam
kembali terlibat konfrontasi senjata dengan
kapal
Cina memblokade kegiatan Vietnam untuk
menangkap,
UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2014, I (1): 1-13
itu.
Saat
tentara
tentara
Cina
Filipina
akan
menghalangi
Humaltike, Kepentingan Indonesia Memprakarsai Code of Conduct (COC) of Parties di Laut Cina Selatan
sehingga
akhirnya
tentara
Filipina
8
ekonomi tinggi. (EIA, 2014) Selat Malaka
membiarkan kapal nelayan tersebut. Peristiwa
merupakan
jalur
tercepat
yang
ini semakin membuat hubungan Cina dengan
menghubungkan kawsan Arab dengan kawsan
Filipina semakin panas (Hookway,2012).
Asia. Selat Malaka tidak boleh diblokir karena hampir setengah dari armada dunia
Kepentingan Indonesia di Laut Cina Selatan
dan pembuatan rute baru akan mengurangi
Kepentingan Ekonomi
kapasitas pengiriman global, menambah biaya
Laut Natuna adalah bagian Laut Cina
pengiriman dan berpotensi memiliki dampak
Selatan yang menjadi bagian dari wilayah
yang signifikan terhadap harga energi (EIA,
perairan Indonesia. Luas wilayah Laut Natuna
2014). Selain itu, Indonesia juga akan
(Pem.Kab.Natuna,2013) adalah 262.197,07
mengalami kerugian lainnya yaitu perairan
km² dari 3,685,000 km² luas Laut Cina
dalam Indonesia menjadi lebih terbuka bagi
Selatan
sebagai pelayaran internasional dan hal ini
(Pem.Kab.Natuna,2013).
Laut
Natuna berada dalam yuridiksi Propinsi
akan
menjadi
ancaman
Kepulauan Riau, Kabupaten Natuna. Laut
nasional Indonesia.
bagi
keamanan
Natuna memiliki kekayaan alam gas alam dan minyak bumi yang besar. Blok D-Alpha
Kepentingan Indonesia dalam Memprakarsai
Natuna adalah salah satu cadangan minyak
Code of Conduct (COC)
bumi dan gas alam terbesar di dunia. Blok
Sejak awal, Indonesia menginginkan
Natuna D-Alpha diperkirakan menyimpan
adanya sebuah COC (kode etik) yang berlaku
minyak bumi sekitar 500 juta barel dan total
khusus di Laut Cina Selatan. Akan tetapi,
potensi gas diperkirakan mencapai 222 triliun
Indonesia harus dengan hati-hati dalam
kaki kubik . Jumlah ini diperkirakan cukup
menyampaikan hal ini supaya situasi di Laut
untuk
Cina
dieksplorasi
selama
30
Selatan
tidak
semakin
memanas.
tahun(Tribunnews,2010).
Keinginan ini disampaikan oleh Hasjim Djalal
Kepentingan Strategis
pada pembukaan Lokakarya tahun 1990 di
Dari segi strategis, Laut Cina Selatan,
Bali
(Song,1999:21).
Gagasan
yang
menjadi jalur yang menghubungkan arus
disampaikan oleh Hasjim Djalal mendapat
minyak bumi mentah dari Teluk Arab menuju
reaksi negatif dari Cina. Pada lokakarya tahun
negara-negara Asia, terutama ke Cina dan
1991,
Indonesia yang memiliki angka pertumbuhan
mengakui adanya kerjasama bila negara-
UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2014, I (1): 1-13
Cina
menyatakan
bahwa
Cina
Humaltike, Kepentingan Indonesia Memprakarsai Code of Conduct (COC) of Parties di Laut Cina Selatan
9
negara lainnya mengakui kedaulatan Cina atas
dasar untuk stabilitas jangka panjang di
Laut Cina Selatan (Song,1999:21). Secara
daerah dan mendorong pemahaman antara
tersirat, Cina menolak ada pembahasan
negara yang bersangkutan. Meskipun COC
mengenai sengketa wilayah di Laut Cina
telah dianggap sebagai tujuan utama, setelah
Selatan dan hanya menerima pembicaraan
hampir 5 tahun perundingan ASEAN dan
kerjasama secara multilateral. Oleh karena itu,
China hanya mencapai dokumen politik yaitu
Menlu Ali Alatas
mengisyaratkan pada
Declaration on The Conduct of parties in
lokakarya tahun 1991 di Bandung dalam
The South China Sea (DOC). Pada tanggal 4
pidato pembukaan lokakarya (Song,1999:21)
November 2002 di Pnom Penh, ASEAN dan
bahwa lokakarya berfungsi untuk menemukan
Republik Rakyat Cina menandatangani DOC.
kemungkinan-kemungkinan kerjasama di Laut
DOC adalah dokumen politik yang
Cina Selatan. Keinginan untuk menjadikan
dirancang untuk mengurangi ketegangan,
lokakarya sebagai wadah yang mencari
memajukan
kemungkinan kerjasama di Laut Cina Selatan
kepercayaan antara ASEAN dan Cina, dan
serta tempat membangun kepercayaan antar
menciptakan kondisi menguntungkan bagi
negara
dan
penyelesaian sengketa di Laut Cina Selatan
disepakati oleh setiap negara anggota yang
melalui konsultasi yang damai, kerjasama, dan
ikut dalam lokakarya. Kemudian, ASEAN
negosiasi
mengesahkannya
membangun kepecayaan diantara negara-
yang
bersengketa
sebagai
diterima
bagian
dari
perhatian ASEAN terhadap sengketa wilayah di Laut
kerja
lain
sama,
yang
membangun
bertujuan
untuk
negara yang bersengketa.
Cina Selatan melalui ASEAN
DOC ini terdiri dari tiga unsur utama,
Declaration on The South China atau yang
yaitu norma-norma dasar yang mengatur
dikenal dengan Deklarasi Manila.
hubungan antar negara yang bersengketa dan
Setelah
adanya
Deklarasi Manila,
penyelesaian
sengketa,
situasi di Laut Cina Selatan masih memanas.
membangun
kepercayaan,
Pada tahun 1995, ASEAN mengambil inisiatif
kerjasama. Hubungan antar negara diatur
setelah insiden Mischief Reef untuk mencegah
pada ayat keempat dan kelima, yaitu setiap
perselisihan yang ada meningkat menjadi
negara yang terkait untuk menyelesaikan
konflik. Gagasan tentang COC secara resmi
sengketa teritorial mereka dengan cara damai,
disahkan dalam AMM Ke-29 tahun 1996
tanpa
dengan harapan bahwa itu akan memberikan
penggunaan kekerasan, melalui diplomasi dan
UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2014, I (1): 1-13
menggunakan
langkah-langkah dan
ancaman
kegiatan
atau
Humaltike, Kepentingan Indonesia Memprakarsai Code of Conduct (COC) of Parties di Laut Cina Selatan
negosiasi
dengan
negara-negara
10
yang
Sejak lokakarya berjalan, situasi di
bersengketa sesuai dengan prinsip yang
kawasan Asia Tenggara masih tidak stabil,
tercantum dalam UNCLOS 1982.
terkadang
Selanjutnya pada ayat kelima, pihak
setiap
negara
yang
terkait
perselisihan yang meningkatkan ketegangan
yang bersangkutan berusaha untuk menahan
antar
diri dari segala usaha yang akan mempersulit
dimaksudkan supaya negara-negara yang
atau
dan
bersengketa melihat kemungkinan kerjasama
mempengaruhi perdamaian dan stabilitas
sehingga menambah pertimbangan negara
kawasan. Elemen penting kedua dari DOC
untuk tidak bertindak menggunakan militer.
yaitu
bahkan hingga lokakarya keduapuluh dua
meningkat
tindakan
perselisihan
membangun
kepercayaan
tersirat pada ayat kedua dan ketujuh , yaitu
negara.
Padahal,
lokakarya
berjalan.
setiap negara yang terkait berkomitmen untuk mencari cara untuk membangun kepercayaan
E. KESIMPULAN
dan keyakinan atas dasar kesetaraan dan
Code of Conduct (COC) of Parties in
saling menghormati. Ayat keenam, DOC
The South China Sea adalah gagasan
menjelaskan mengenai kegiatan kerjasama.
Indonesia yang dikeluarkan terkait dengan
yaitu: (1) perlindungan lingkungan laut; (2)
sengketa wilayah di Laut Cina Selatan.
penelitian ilmiah kelautan; (3) keselamatan
Gagasan ini pada awalnya tidak dinyatakan
navigasi
secara jelas, akan tetapi sudah dinyatakan
dan
komunikasi
kelautan;
(4)
pencarian dan penyelamatan laut; dan (5)
secara
memerangi kejahatan transnasional melalui
Workshop on Managing Conflict on The
laut
obat-obatan
South Cina Sea tahun 1990 dalam pidato
perampokan
pembukaan
seperti
terlarang,
perdagangan
pembajakan
dan
tersirat
sejak
oleh
penyelenggaraan
Hasjim Djalal,
selaku
bersenjata di laut, dan lalu lintas ilegal di laut.
perwakilan Indonesia. Walaupun tidak segera
Kerjasama-kerjasama ini adalah bidang yang
mendapat respon positif dari negara-negara
dianggap kurang sensitif atau tidak berkaitan
yang
dengan wilayah kedaulatan dan yuridiksi Laut
mengikuti workshop, Workshop on Managing
Cina
dapat
Conflict on The South Cina Sea tetap
membantu negara-negara yang bersengketa
berjalan. Memang dalam perkembangannya,
membangun
workshop
Selatan
dengan saling
demikian kepercayaan
dan
keyakinan. UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2014, I (1): 1-13
terlibat
dan
lebih
negara-negara
banyak
yang
membicarakan
kemungkinan-kemungkinan kerjasama yang
Humaltike, Kepentingan Indonesia Memprakarsai Code of Conduct (COC) of Parties di Laut Cina Selatan
11
dapat dilakukan tetapi disaat yang bersamaan
Conflict on The South Cina Sea. Fakta bahwa
workshop juga membiasakan negara-negara
Indonesia telah lebih dahulu dari ASEAN
yang bersengketa untuk berdialog. Kebiasaan
dalam menanggapi situasi di Laut Cina
berdiaolog dan menemukan kemungkinan-
Selatan harus diperhatikan. Indonesia telah
kemungkinan untuk melakukan kerjasama
lebih dahulu dari ASEAN dalam menanggapi
diharapkan dapat menambah alasan bagi
situasi di Laut Cina Selatan tentu ada
negara-negara yang terlibat sengketa untuk
pertimbangan-pertimbangan
menghindari
mendorong
penggunaan
ancaman
dan
kekuatan militer dalam usaha penyelesaian sengketa wilayah di Laut Cina Selatan. Indonesia
secara
untuk
yang
mengambil
keputusan itu. Dari segi strategis, Laut Cina Selatan,
jelas
mulai
menjadi jalur yang menghubungkan arus
bahwa
COC
minyak bumi mentah dari Teluk Arab menuju
dibutuhkan di Laut Cina Selatan dibuktikan
negara-negara Asia, juga merupakan rute
dengan keberanian Indonesia mengeluarkan
transit penting bagi gas alam cair dari Teluk
Zero Draft Code of Conduct of Parties in
Persia dan pemasok Afrika, ke negara-negara
The South China Sea (Zero Draft COC) yang
Asia Timur yang permintaan LNG tumbuh
kemudian diterima secara resmi sebagai
pesat. Selat Malaka tidak boleh diblokir
rancangan dasar COC.
karena hampir setengah dari armada dunia
menyatakan
mulai
Indonesia
lain
dengan
jelas
Kepentingan Indonesia memprakarsai
harus mengubah rute ke sekitar kepulauan
COC semakin jelas supaya situasi di Laut
Indonesia karena pembuatan rute baru akan
Cina
dan
mengurangi kapasitas pengiriman global,
mengantisipasi potensi-potensi konflik yang
menambah biaya pengiriman dan berpotensi
akan terjadi. Tetapi, tindakan-tindakan yang
memiliki dampak yang signifikan terhadap
dilakukan oleh Indonesia terkait sengketa
harga energi, serta membuat perairan dalam
wilayah di Laut Cina Selatan tidak dapat
Indonesia menjadi lebih terbuka bagi sebagai
dipandang hanya sebagai usaha supaya situasi
pelayaran internasional dan hal ini akan
di Laut Cina Selatan dapat dikendalikan dan
menjadi ancaman bagi keamanan nasional
mengantisipasi potensi-potensi konflik. Jika
Indonesia. Maka situasi di Laut Cina Selatan
hanya untuk mengendalikan situasi, Indonesia
harus diusahakan untuk tetap stabil.
Selatan
dapat
dikendalikan
tidak perlu menjadi negara pertama yang
Dari segi ekonomis, Laut Natuna
menyelenggarakan Workshop on Managing
memiliki kekayaan alam gas alam dan minyak
UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2014, I (1): 1-13
Humaltike, Kepentingan Indonesia Memprakarsai Code of Conduct (COC) of Parties di Laut Cina Selatan
bumi yang besar. Blok D-Alpha Natuna adalah salah satu cadangan minyak bumi dan gas alam terbesar di dunia, diperkirakan menyimpan minyak bumi sekitar 500 juta barel dan gas alam mencapai 222 triliun kaki kubik. Jumlah ini diperkirakan cukup untuk dieksplorasi selama 30 tahun. Kegiatan pengeboran minyak bumi dan gas alam banyak dilakukan di daerah lepas pantai, maka kebutuhan akan situasi laut yang stabil
12
Asia-Pacifc Region. Washington. D.C. : The Henry L. Stimson Center. May 1999:53-108 Roach. J. Ashley. 2014. “A CNA Occasional Paper Malaysia and Brunei: An Analysis of their Claims in the South China Sea”. Washington DC : The Center for Naval Analysis. Song. Yann-Huei.1999. “Managing Potential Conflicts in The South Cina Sea : Taiwan Perspective”. Singapura : World Scientific Publishing Co.Pte.Ltd dan Singapore University Press.
tanpa peperangan adalah syarat utama supaya kegiatan pengeboran minyak dapat berjalan
Media Elektronik :
dan menghasilkan bagi Indonesia.
Alabastro, Ruben. 1996. “Philippine Forces Report Clash With Chinese Ship”. diakses dari
F. DAFTAR PUSTAKA Buku : Bailey. Kenneth D. 1987. Methods of Social Research. New York : MacMillan Publishing Co.Inc. Ebyhara. Abubakar. 2011. “Analisis Politik Luar Negeri : Dari Realisme sampai Konstruktivisme”. Bandung : Penerbit Nuansa. Jackson. Robert. & Georg Sorensen. 1999. Pengantar Studi Hubungan Internsional. New York : Oxford University Press. Jurnal/Working Paper : Joyner. Christopher C. 1999. “The Spratly Islands Dispute in the South China Sea: Problems. Policies. and Prospects for Diplomatic Accommodation." Dalam Ranjeet K. Singh (ed.). Investigating Building Measures in the UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2014, I (1): 1-13
http://www.themoscowtimes.com/news/articl e/philippine-forces-report- clash-withchinese-ship/329277.html pada tanggal
14 Desember 2014. Djalal, Hasjim. 2 Februari 2012. “The South China Sea: Cooperation for Regional Security and Development”. diakses melalui http://nghiencuubiendong.vn/en/confer ences-and-seminars-/the-thirdinternational-workshop-on-southchina-sea/665-the-south-china-seacooperation-for-regional-security-anddevelopment-by-hasjim-djalal pada tanggal 20 Maret 2013 Hookway, James. 2012.“Philippine Warship in Standoff With China Vessels”. 2011. http://www.wsj.com/articles/SB10001 424052702303815404577336550439 399694 pada tanggal 10 Desember 2014.
Humaltike, Kepentingan Indonesia Memprakarsai Code of Conduct (COC) of Parties di Laut Cina Selatan
Keyuan, Zou. 1999. “Scarborough Reef: a new flashpoint in Sino-Philippine relations?”. Boundary & Security Bulletin. Vol.7.No.2. Pemerintah Kabupaten Natuna. 2013. “Kondisi Geografis-Kabupaten Natuna”. diakses dari http://www.natunakab.go.id/kondisigeografis.html pada tanggal 20 Januari 2014. Ririhena, Yohanna. 2012. “RI circulates draft code of conduct on South China Sea”. diakses dari http://www.thejakartapost.com/news/2012/09 /29/ri-circulates-draft-code-conduct-southchina-sea.html#sthash.LdlIrhG1.dpuf pada
tanggal 20 Juni 2013. Tim Redaksi. 2010. “Profile Blok Natuna Cadangan Gas Terbesar di Dunia”. diakses dari http://www.tribunnews.com/tribunners/2010/ 11/20/profile-blok-natuna-cadangan-gasterbesar-di-dunia pada tanggal 20
Januari 2014
UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2014, I (1): 1-13
13