eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2015, 3(4) 839-852 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2015
KEPENTINGAN CINA DALAM SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION (SCO) Erna Herawati1 NIM. 0802045077
Abstract Central Asia is a strategic region and has the potential to attract the attention of others, including China. This area is also not free from a number of security issues. China that geographically adjacent to the Central Asia have interests in this region, which is in an effort to achieve then build the Shanghai Cooperation Organization. China's interests in the Shanghai Cooperation Organization is not only national interests, but also international interests. China’s national interests related to security interests include national security to protect integrity of territorial and national unity of China; combating transnational crime; and stabilize the northwestern region of China, and economic security to increase domestic economy and to put influence in Central Asia. Then China’s international interests in the field of security is identical interests, where the interests of China is equal with the interests of the other SCO member states. China and the other SCO members together want to prevent the dissemination of three evil forces threat that increasingly, and creating regional security and stability in Central Asia. Keywords : China, Central Asia, Shanghai Cooperation Organization, Security Interests. Pendahuluan Asia Tengah merupakan wilayah yang sangat penting, terletak diantara dua benua dan menyimpan sejumlah kisah penting dalam sejarah dunia sebelum berada dalam kekuasaan Uni Soviet. Setelah kekuasaan Uni Soviet runtuh wilayah ini kembali menarik perhatian sejumlah negara termasuk Cina. Setelah disintegrasi dengan Uni Soviet, negara-negara di Asia Tengah harus menghadapi sejumlah permasalahan keamanan. Secara umum kondisi keamanan regional di wilayah ini dapat dikatakan berada dalam bahaya, karena harus menghadapi konflik internal di dalam negerinya sendiri maupun konflik antar negara. Ketika kelima negara Asia Tengah memutuskan untuk menjadi negara independen mereka juga berupaya untuk mengatasi konflik tersebut termasuk kelompok kriminal yang semakin tersebar luas yang tidak hanya bergerak antar-regional bahkan 1
Mahasiswi Program S1Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman (
[email protected], 2015 ).
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 839-852
transnasional. Kelompok kriminal termasuk terrorism, separatim dan ekstremism yang dikenal dengan three evils cukup meresahkan pemerintah negara-negara Asia Tengah, karena keterlibatan mereka pada perdagangan narkotika dan menjalin hubungan dengan kelompok di sejumlah negara seperti Afganistan. Perkembangan masalah keamanan ini tidak hanya meresahkan negara-negara di Asia Tengah, tetapi juga di negara sekitar termasuk Cina. Cina yang secara langsung berbatasan dengan Asia Tengah turut serta menaruh perhatiannya dan menjalin hubungan dengan negara-negara di wilayah ini. Keterlibatan Cina di wilayah ini pada awalnya terutama didorong oleh isu-isu yang berkaitan dengan keamanan perbatasan antara dirinya dan beberapa negara di wilayah ini, kemudian dengan munculnya three evil forces Cina berupaya melindungi wilayahnya dari ancaman tersebut, serta menginginkan stabilitas di wilayahnya. Untuk tetap menjaga stabilitas di wilayahnya dari pengaruh luar seperti three evil forces yang semakin berkembang, Cina kemudian menjalin hubungan kerjasama dengan sejumlah negara-negara Asia Tengah dan sekitarnya. Kerjasama ini bermula pada forum dialog Shanghai Five yang kemudian dikembangkan dengan mekanisme yang lebih baik dalam sebuah organisasi regional Shanghai Cooperation Organization (SCO). Keterlibatan Cina dalam organisasi regional ini tidak terlepas dari kepentingan-kepentingan yang ingin dicapai. Kerjasama dalam kerangka multilateral ini memungkinkan Cina berperan lebih aktif dan menghindari konflik dengan negara-negara Asia Tengah, serta tetap menjaga kepentingannya. Landasan Konseptual Konsep Kepentingan Dalam percaturan dunia internasional setiap negara memiliki tujuan atau kepentingan tertentu yang ingin dicapai. Menurut Plato kepentingan negara-kota (yaitu kepentingan umum) yang bisa dicapai oleh seorang raja yang pemikirannya bersifat filosofis dan dibantu oleh penasihat terpelajar, objektif dan berpikiran adil. Individuindividu tersebut bisa membuat keputusan-keputusan yang baik dan bijaksana yang menyangkut kepentingan umum tanpa mempertimbangkan hasrat atau sifat baik sifat pribadi serta ketahanan yang picik (Couloumbis dan Wolfe, 2009 : 108). Kepentingan suatu negara diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dari negara yang bersangkutan. Kepentingan negara diklasifikasikan menjadi dua meliputi kepentingan nasional dan kepentingan internasional. a. Konsep Kepentingan Nasional Kepentingan nasional merupakan salah satu esensi dari hubungan internasional, yang dianggap sebagai salah satu alasan paling kuat untuk sebuah negara melakukan interaksi dengan aktor-aktor lain dalam hubungan internasional. Konsep ini menjelaskan bahwa untuk kelangsungan hidup suatu negara, maka negara perlu memenuhi kebutuhan negaranya baik dari segi politik, ekonomi, sosial maupun pertahanan dan keamanan. Konsep kepentingan nasional seringkali digunakan sebagai alat untuk menganalisa tujuan kebijakan luar negeri suatu negara dan sebagai pengukur keberhasilan suatu politik luar negeri. Paul Seabury mendefinisikan konsep kepentingan nasional secara normatif dan deskriptif. Secara normatif kepentingan nasional berkaitan dengan kumpulan cita-cita
840
Kepentingan Cina dalam SCO (Erna Herawati)
suatu bangsa yang berusaha dicapai melalui interaksi ataupun hubungan dengan negara lain. Dalam hal ini cita-cita yang dimaksud bukan hanya mengejar power, melainkan ada juga cita-cita lainnya. Sedangkan secara deskriptif kepentingan nasional dianggap sebagai tujuan yang harus dicapai suatu bangsa atau negara secara tetap melalui kepemimpinan pemerintah. Dalam upaya pencapaian tujuan ini dapat diperoleh melalui foreign policy sebagai alat diplomasi dalam hubungan internasional yang akan dijalani sebuah negara. Selama negara masih merupakan aktor hubungan internasional yang dominan, maka kepentingan nasional akan menjadi faktor utama yang menggerakkan negara-negara untuk menjalankan hubungan internasional atau politik luar negeri (www.muhammad-ahalla-fisip12.web.unair.ac.id, diakses pada 20 Februari 2014). Kepentingan nasional berdasarkan isinya dibagi menjadi empat bagian meliputi (Tong, 2002 : 19) : 1. Kepentingan politik, kepentingan politik sebuah negara merupakan ungkapan yang dipusatkan dari semua kepentingan nasional, dengan kedaulatan negara sebagai intinya. 2. Kepentingan keamanan, merupakan dasar dari kepentingan nasional yang merupakan perlindungan atas negara dan rakyatnya dari ancaman eksternal. 3. Kepentingan ekonomi, merupakan kepentingan yang tetap. Ketika kelangsungan hidup sebuah negara layak untuk dijamin, politik luar negeri kemudian mengejar kepentingan ekonomi sebagai kepentingan paling penting. Dengan kata lain, kepentingan ekonomi diperlukan untuk tetap menjamin keberlangsungan hidup sebuah negara, dan untuk mencapainya dapat melakukan interaksi dengan negara lain. 4. Kepentingan budaya, merupakan aspek spiritual dari kepentingan nasional yang secara relatif sulit untuk dicapai, termasuk didalamnya propaganda budaya, perlindungan dari kemerosotan ide-ide asing, dan lain sebagainya. Kepentingan nasional bagaimanapun juga merupakan kebutuhan yang harus dicapai oleh suatu negara, yang dalam pencapaiannya negara dapat berinteraksi dengan negara lainnya. Salah satu bentuk interaksi dalam upaya pencapaian kepentingan nasional yakni dengan melakukan kerjasama dengan negara lain, baik itu kerjasama bilateral maupun multilateral. Berkaitan dengan hal tersebut Cina dalam upaya memenuhi kepentingan nasionalnya terutama yang berkaitan dengan kepentingan keamanan memerlukan SCO. Cina perlu melindungi negara dan warganya dari ancaman luar seperti terorisme, separatisme dan ekstremisme khususnya yang berada di sejumlah negara-negara Asia Tengah dan juga Afganistan dan Pakistan yang secara geografis berbatasan langsung dengan Cina. Melalui SCO Cina berupaya mempererat kerjasama dengan negara anggota SCO lainnya guna memberi kemudahan dalam meraih tujuannya. b. Konsep Kepentingan Internasional Kepentingan internasional dalam pengertian luas mengarah pada kepentingan umum semua negara atau kepentingan umum umat manusia. Kepentingan internasional juga dikenal sebagai kepentingan dunia (world interest) atau kepentingan internasional bersama (collective international interest). Kepentingan internasional merupakan kepentingan universal yang dilindungi tidak dengan cara menyebut kejahatan-
841
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 839-852
kejahatan internasional secara tertentu, melainkan dirumuskan secara umum atau terbuka agar dapat menampung perkembangan dari kesepakatan internasional. Kepentingan internasional diklasifikasikan menjadi tiga bagian meliputi (Robinson, 1969 : 185) : 1. Identical interests, merupakan kepentingan yang sama dimana negara-negara bersama-sama dalam menjaga kepentingan nasionalnya. 2. Complementary interests, merupakan kepentingan diantara negara-negara meskipun tidak serupa, setidaknya mampu untuk membentuk dasar perjanjian pada isu-isu spesifik. 3. Conflicting interests, adalah kepentingan yang tidak termasuk dalam identical interests dan complementary interests. Bagaimanapun perlu diingat bahwa conflicting interests saat ini dapat berubah esok hari melalui diplomasi, kejadian peristiwa, atau dengan berjalannya waktu kedalam kepentingan komplementer atau umum. Hal yang sama dapat terjadi pada kemungkinan perubahan identical atau complementary interests kedalam conflicting interests. Kepentingan internasional perlu diterapkan oleh suatu negara demi tercapainya kemakmuran bangsa dan negaranya di dalam sistem internasional. Cina sebagai salah satu negara kuat dan berpengaruh turut serta terlibat ataupun tergabung dalam sejumlah organisasi internasional, salah satunya yaitu dalam organisasi regional SCO. Cina sebagai salah satu anggota dan juga pendiri SCO bersama dengan negara anggota lainnya memiliki kepentingan yang sama yaitu menjaga stabilitas keamanan di kawasan Asia Tengah. Konsep Common Security Konsep ini pada dasarnya ditujukan untuk menangani masalah keamanan militer, bagaimana mengurangi kemungkinan perang dengan jalan pembuktian, membangun kepercayaan, komunikasi yang lebih baik dan semacamnya. Asumsi utama dari common security yaitu pertahanan suatu negara mengenai hak untuk mengamankan kedaulatannya harus mempertimbangkan kepentingan keamanan yang sama dengan lawannya (Wehr dan Pfoser, 1990). Common security tidak bermaksud untuk memindahkan perbedaan politik secara mendasar, melainkan membuat suatu proses dimana konflik itu dibuat dengan mengurangi kekuatan militer dan bahaya yang ditimbulkan. Dengan kata lain tujuannya ialah untuk mengurangi resiko militer dan tingkat kekuatan di berbagai sisi. Konsep ini menggambarkan fakta bahwa secara individu, negara atau bahkan kelompok tidak dapat terjamin tanpa semua negara, kelompok atau individu lainnya merasakan keamanan pada waktu yang sama. Konsep ini diterapkan di Eropa yang dibuat secara perlahan dalam Conference on Security and Cooperation in Europe (CSCE) untuk mengurangi konflik yang terjadi antara blok timur dan barat. Konflik antara timur dan barat terkait erat dengan pengembangan senjata nuklir di masing-masing pihak, yang kemudian hal ini menjadi ancaman bagi keduanya. Untuk mengatasi konflik ini sejumlah negara di Eropa mengadakan konferensi keamanan dan kerjasama di Eropa (CSCE), yang kemudian menghasilkan perjanjian CSCE yang disepakati di Helsinki pada tahun 1975. Hadirnya CSCE ternyata membawa keuntungan terutama dalam peningkatan hubungan damai antara timur dan barat, karena hal ini pula sejumlah negara
842
Kepentingan Cina dalam SCO (Erna Herawati)
kemudian tertarik untuk tergabung didalamnya. Ada empat hal ide CSCE terkait dengan bagaimana proses common security mengalami perluasan, yaitu : 1. Demiliterisasi dan regularisasi hubungan antar negara melalui pengaturan standar perlindungan hak asasi manusia dan pemantauan serta berupaya membangun kepercayaan. 2. Peningkatkan kerjasama ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi dan ekologi. 3. Menumbuhkan kontak warga negara antar bangsa, pertukaran dan komunikasi. 4. Melembagakan diplomasi Timur-Barat melalui konferensi dan komisi tetap. Common security didasarkan pada prinsip bahwa pada era nuklir, keamanan unilateral tidak lagi memungkinkan, karena negara-negara semakin saling bergantung secara ekonomi, politik, budaya dan militer, keamanan abadi tidak akan bisa dicapai melalui perlombaan senjata yang dimulai oleh rasa saling curiga antara satu sama lain. Keamanan perlu didasarkan pada komitmen bersama terhadap suatu kelangsungan hidup bersama dan pengakuan atas masalah keamanan legitimate pihak yang lain. Konsep ini berpusat pada menghindari perang pada era nuklir, yang mana hasil dari perang terpusat menjadi sebuah tindakan bunuh diri, bahkan tempat itu menjadi sangat berbahaya karena kemungkinannya yang meningkat. Rencana yang dicoba untuk menghindari perang dilakukan melalui serangkaian upaya, beberapa mengarah pada orientasi perlucutan senjata, mengontrol persenjataan, beberapa pada menjaga perdamaian, memperkuat organisasi internasional, mengurangi ketegangan, pemahaman yang lebih baik, membangun kepercayaan, dan tidak sedikit yang menghapus ketidakadilan yang menghasilkan perang. (www.peacemagazine.org, diakses pada 12 Agustus 2014). Fokus utama konsep ini ada pada prinsip pertahanan non-provokatif yang mengarah pada pengembangan kekuatan militer yang murni defensif dan bukan kekuatan ofensif. Pengembangan kekuatan militer ini dimaksudkan agar negara terus membentuk militer yang professional namun juga melengkapinya dengan persenjataan yang sepenuhnya defensif. Pertahanan non-provokatif dan common security pada umumnya memberikan sebuah situasi dimana negara-negara dapat melepaskan diri dari konsep realist mengenai dilema keamanan. Dimana tindakan yang diambil suatu negara untuk meningkatkan keamanannya sendiri tidak mempengaruhi tingkat keamanan yang dirasakan oleh negara lain dalam sistem tersebut. Dengan menghilangkan dilema keamanan, pertahanan non-provokatif menciptakan kondisi militer paling menjanjikan untuk penyelesaian keteganganketegangan politis. Munculnya Asia Tengah sebagai wilayah baru pasca runtuhnya Uni Soviet semakin membuat three evil forces bergerak bebas dan menjadi ancaman bagi stabilitas keamanan baik itu bagi negara anggota maupun di kawasan Asia Tengah. Cina yang notabene masih mengalami masalah keamanan domestik terutama di Xinjiang tidak ingin mendapatkan ancaman dari luar. Karena hal inilah SCO perlu dibentuk untuk menciptakan dan menjaga stabilitas keamanan di kawasan Asia Tengah. Kerjasama diantara negara anggota SCO bermula dari mengatasi masalah batas wilayah, pengurangan kekuatan militer di perbatasan serta membangun kepercayaan antar anggota, bahkan saat ini kerjasama telah berkembang ke berbagai bidang lainnya.
843
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 839-852
Perspektif Realisme Realisme muncul dari kegagalan perspektif kaum idealis dalam membendung terjadinya Perang Dunia I dan II. Pandangan-pandangan yang menjadi dasar perspektif ini berseberangan dengan pandangan kaum idealisme. Para pemikir realis awal seperti Hans Morgenthau berpendapat bahwa untuk tujuan meningkatkan keamanan mereka, negara-negara adalah aktor-aktor rasional yang berusaha mencari kekuasaan dan tertarik pada kepentingan diri sendiri. Bagi Morgenthau dan para pemikir realis lainnya, manusia merupakan makhluk jahat yang hanya mementingkan diri sendiri dan itu juga berlaku dalam hubungan internasional. Pandangan lain dari para pemikir realis adalah sifat dari hubungan internasional itu sendiri. Dalam pandangan kaum realis, hubungan internasional merupakan wilayah dimana negara harus mencari kekuasaan agar dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang penuh persaingan dan wilayah kontinuitas sepanjang waktu. Politik internasional merupakan perjuangan demi kekuasaan, apapun tujuan akhir dari politik internasional, kekuasaan merupakan tujuan yang selalu diutamakan. Inti dari ajaran realisme ialah mengenai keamanan dan kelangsungan hidup negara dimana semua dirangkum dalam satu kata yang disebut “power” (www.academia.edu diakses pada 10 Oktober 2015). Pemikiran utama realisme bahwa negara adalah aktor utama, aktor tunggal dan aktor rasional. Hubungan internasional dalam pemikiran realisme merupakan hubungan antar negara atau bangsa dalam bentuk pertarungan kekuatan, setiap negara berusaha untuk meningkatkan powernya, dan keamanan nasional menjadi masalah utama (www.downloadportalgaruda.org diakses pada 10 Oktober 2015). Penganut realis memfokuskan perhatian pada konflik-konflik aktual dan potensial diantara aktoraktor negara, menguji bagaimana stabilitas internasional dapat diupayakan atau dipertahankan, bagaimana stabilitas internasional itu hancur dan pencegahan terhadap gangguan integritas teritorial. Munculnya three evil forces di Asia Tengah menjadi fokus perhatian bagi Cina. Kelompok ini dapat menjadi ancaman eksternal bagi Cina yang notabene memiliki kedekatan dengan kawasan Asia Tengah. Ancaman eksternal dapat menganggu keamanan Cina dan berdampak pada munculnya masalah-masalah domestik, terlebih lagi Cina juga memiliki sejumlah masalah internal terkait dengan wilayah Xinjiang. Keterlibatan Cina dalam SCO menjadi jalan untuk mencegah integritas teritorialnya dari ancaman ekternal dan mencegah penyebarluasan ancaman ini ke wilayah lain. Dibentuknya organisasi ini juga sebagai salah satu upaya Cina menjaga stabilitas di kawasan Asia Tengah Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif analitik yang menggambarkan dan menganalisis kepentingan Cina dalam Shanghai Cooperation Organization. Data yang disajikan ialah data sekunder yang diperoleh dari telaah pustaka (library research) dengan mengumpulkan buku-buku, laporan jurnal, artikel, data online (internet). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif.
844
Kepentingan Cina dalam SCO (Erna Herawati)
Hasil Penelitian Asia Tengah merupakan daerah yang rawan akan konflik, ketika negara-negara di wilayah ini masih tergabung dalam Uni Soviet konflik internal telah terjadi hingga Uni Soviet jatuh konflik tidak serta merta padam. Pada awal kemunculan Asia Tengah terjadi perang sipil pada tahun 1992 antara pemerintah Tajikistan dan United Tajik Opposition (UTO), sebuah kelompok milisi partai oposisi lokal. Dalam perang tersebut pemerintah Tajikistan mendapat dukungan oleh Rusia dan Uzbekistan, sementara pihak UTO mendapat bantuan dari milisi-milisi mujahidin Islam yang berbasis di Afganistan, Iran dan Pakistan (www.re-tawon.com, diakses pada 10 Mei 2015). Kelompok ini merupakan salah satu kelompok yang menjadi ancaman keamanan di wilayah Asia Tengah, ada juga kelompok Islamic Movement of Uzbekistan (IMU) yang bergerak untuk menggulingkan kekuasaan sekuler Islam Karimov di Uzbekistan. Munculnya kelompok-kelompok militan islam di Asia Tengah dengan ikatan lebih luas termasuk Afganistan dan Pakistan merupakan ancaman yang cukup serius bagi keamanan di wilayah ini. Serangan yang dilakukan kelompok-kelompok ini dilakukan secara sporadis dan sebagian besar didominasi oleh IMU sebagai aktor utama. Hadirnya kelompok ekstremis islam di wilayah ini tidak lepas dari dampak kondisi internal politik yang menyebabkan munculnya ketidakpuasan atas standar hidup, sehingga para militan memilih melakukan tindak kekerasan. Selain munculnya kelompok radikal atau three evil forces di wilayah ini, tindak kejahatan lain juga semakin berkembang termasuk perdagangan narkoba. Ancaman keamanan di Asia Tengah membuat pemerintah Cina lebih waspada, kondisi geografis yang berdekatan serta adanya kedekatan historis dan budaya antara bangsa Uyghur dan muslim Turki di Xinjiang dengan Asia Tengah menjadi perhatian pemerintah. Kondisi Xinjiang telah menjadi perhatian pemerintah Cina karena munculnya kelompok separatis East Turkistan Islamic Movement (ETIM) dan sejumlah bentrokan antar etnis di daerah ini membuat pemerintah perlu bekerjasama dengan Asia Tengah. Hal ini dikarenakan tidak menutup kemungkinan bahwa kelompok separatis di Xinjiang mendapat dukungan dan bantuan dari kelompok lainnya di Asia Tengah. Untuk mengatasi sejumlah permasalahan yang muncul pemerintah Cina kemudian menerapkan kebijakan luar negeri yang lebih terbuka, serta mempromosikan hubungan keamanan yang stabil dengan negara tetangga. Cina kemudian mengembangkan hubungan kerjasama dengan Asia Tengah melalui Shanghai Cooperation Organization (SCO). SCO merupakan organisasi regional yang dibentuk berdasarkan mekanisme Shanghai Five pada tahun 2001. Organisasi yang beranggotakan enam negara temasuk Cina sebagai salah satu penggagas terbentuknya SCO memiliki tujuan utama untuk memperkuat rasa saling percaya antar anggota, persahabatan dan kehidupan bertetangga yang baik antar negara anggota, mengembangkan kerjasama yang efektif dalam politik, keamanan, ekonomi dan perdagangan, ilmu pengetahuan, sosial, energi dan bidang lainnya. Selain itu tujuan SCO juga untuk menjaga pedamaian keamanan dan stabilitas kawasan, serta mendorong terciptanya tata ekonomi dan politik internasional baru yang rasional berlandaskan pada prinsip demokrasi dan keadilan (www.secsco.org, diakses pada 20
845
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 839-852
Mei 2014). SCO sebagai salah satu forum kerjasama keamanan regional mendukung rekonsiliasi dan memelihara stabilitas keamanan, hadirnya organisasi ini mampu menahan konflik seperti perang sipil di Afganistan dari penyebaran luas ke Asia Tengah. Cina mengharapkan kehadiran SCO dapat terus melawan three evil forces di Asia Tengah. Hal ini dikarenakan Cina memiliki kepentingan di dalam organisasi ini baik dalam kepentingan nasional maupun kepentingan internasional yang berkaitan dengan kepentingan keamanan. Bagi Cina ancaman three evil forces dianggap sebagai gangguan yang dapat mengancam keamanan nasionalnya. Keamanan nasional menjadi hal mutlak yang perlu dijaga oleh pemerintah agar stabilitas keamanannya tetap terjaga. Karena hal inilah kemudian Cina menjalin kerjasama dengan negara-negara Asia Tengah dan terlibat langsung dalam SCO. Keterlibatan Cina dalam organisasi ini diperlukan untuk mencapai kepentingannya, dalam hal ini kepentingan Cina terdiri dari dua kepentingan. Kepentingan yang pertama yaitu kepentingan nasional yang mencakup keamanan nasional dan keamanan ekonomi, kemudian yang kedua adalah kepentingan internasional yang mana Cina memiliki kepentingan identical dengan negara anggota SCO lainnya. Kepentingan Nasional Cina dalam Shanghai Cooperation Organization 1. Keamanan Nasional Keamanan nasional menjadi salah satu kepentingan nasional Cina. Keamanan nasional diartikan sebagai kemampuan negara dalam melindungi integritas wilayahnya dari gangguan dalam dan luar negeri (www.kompasiana.com, diakses pada 1 Agustus 2015). Dalam upaya mencapai keamanan nasionalnya Cina kemudian berpartisipasi dalam SCO. Dalam partisipasinya Cina dapat melindungi integritas wilayah dan kesatuan nasional Cina, memerangi kejahatan transnasional dan menstabilkan daerah barat laut Cina, dan menjaga keamanan perbatasan Cina (www. src-h.slav.hokudai.ac.jp, diakses pada 10 Mei 2015). Melindungi integritas wilayah dan kesatuan nasional menjadi perhatian utama pemerintah Cina. Gelombang kerusuhan kekerasan mengguncang Urumqi, ibukota daerah otonomi Xinjiang yang menyebabkan 184 orang meninggal dan lebih dari seribu orang mengalami luka pada awal Juli 2009. Peristiwa ini muncul seminggu setelah insiden di sebuah pabrik mainan di Shaoguan, provinsi Guangdong, dimana terjadi bentrokan antara etnis Han dan Uyghur. Para demonstran Uyghur menuntut keadilan atas insiden di Shaoguan, aksi mereka kemudian semakin tidak terkendali dimana dilaporkan Uyghur melakukan penyerangan terhadap bisnis bangsa Han dan individu Han Cina di jalanan pada tanggal 5 Juli (Clarke, 2011 : 1). Kerusuhan Uyghur di provinsi Xinjiang menjadi kekhawatiran pemerintah Cina akan stabilitas keamanan negaranya. Ketidakpuasan etnis Uyghur atas kebijakan pemerintah yang dinilai tidak adil dan memihak etnis Han menjadi pemicu kerusuhan di Xinjiang, hingga kemudian mereka membentuk kelompok yang menginginkan Xinjiang terbebas dari Cina. Kelompok-kelompok pejuang Xinjiang dianggap pemerintah Cina sebagai teroris. Teroris, separatis dan ekstremis agama dianggap sebagai ancaman keamanan utama yang dikenal di Cina sebagai three evils. Eastern Turkestan Islamic Movement (ETIM) yang ada di Xinjiang merupakan salah satu
846
Kepentingan Cina dalam SCO (Erna Herawati)
kelompok pejuang Xinjiang gerakan nasionalis Uyghur terbesar dan paling aktif, dianggap pemerintah Cina sebagai kelompok pembebasan yang terus berupaya mendirikan negara East Turkistan Republic. Pemerintah Cina hingga kini masih terus mengontrol aktifitas pergerakan kelompok tersebut dan menahan pengaruh dari luar yang dapat mengganggu keamanan nasional dengan menempatkan beberapa pasukan angkatan darat di wilayah Xinjiang. Dengan adanya SCO dapat membantu Cina menangani pergerakan kelompok radikal tersebut. SCO melengkapi Cina dengan relatif aktif dan membuka jalan untuk menyerang aktifitas separatis nasional di Xinjiang. Aktifitas separatis ETIM telah menjadi fenomena internasional dan telah terintegrasi dengan kekuatan teroris lainnya di wilayah tersebut. Cara-cara tradisional dalam menangani masalah ini melalui kebijakan pintu tertutup tidak akan cukup, oleh karena itu diperlukan kerjasama dengan pihak lain. Kerjasama antara Cina dan anggota SCO lainnya berkaitan dengan memerangi three evil forces, termasuk memerangi separatisme dan melindungi provinsi Xinjiang serta integritas wilayah dan kesatuan nasional Cina. Memerangi kejahatan transnasional dan menstabilkan daerah barat laut Cina juga menjadi bagian dari upaya pemerintah menjaga keamanan nasional. Hal ini menunjukkan pada serangan gabungan pada perdagangan illegal narkoba, penyelundupan, penjualan senjata, imigrasi illegal, dan lain sebagainya di wilayah yang terhubung dengan daerah barat laut Cina. Aktifitas illegal ini ditandai dengan sifat transnasional dan menimbulkan ancaman keras bagi perdamaian sosial dan keamanan di wilayah barat laut Cina. Serangan gabungan dari SCO dalam kejahatan transnasional yang mana seringkali berasal dari luar negeri, dapat memerangi aktifitas tersebut. Situasi di daerah barat laut Cina, Xinjiang yang populasi penduduknya merupakan etnis Uyghur, Muslim Turki berupaya untuk memperjuangkan kemerdekaan dibawah negara East Turkestan. Setelah melihat kemajuan yang dibuat oleh rekan-rekan mereka di Asia Tengah, etnis Uyghur kemudian mencari kebebasan yang sama untuk diri mereka sendiri. Pada tahun 2014 kekerasan muncul saat muslim Uyghur melakukan aksi protes damai untuk memprotes tindakan keras terhadap muslim sepanjang bulan Ramadhan. Kerusuhan dan kekerasan yang terjadi di Xinjiang cukup mengkhawatirkan pemerintah pusat. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan berdampak pada ketidakstabilan keamananan domestik di Xinjiang, hal ini dapat mengancam integritas wilayah Cina di masa mendatang. Diperlukan penanganan ekstra dan bantuan dari pihak lain untuk menjaga stabilitas di wilayah ini, terutama dalam menangani kelompok separatis di Xinjiang. Untuk mengontrol kelompok separatis Uyghur, Cina memerlukan bantuan dari para negara tetangga untuk mengamankan perbatasan mereka dan menindak kelompok ekstremis serupa lainnya yang menaruh simpati pada Uyghur. Bagaimanapun juga Cina memerlukan komitmen bersama dari semua negara di kawasan Asia Tengah untuk menjamin stabilitas pemerintah dan keamanan di perbatasan, kehadiran SCO dibutuhkan untuk melawan kelompok-kelompok tersebut (Snyder, 2008). Menjaga keamanan perbatasan Cina juga merupakan bagian dari keamanan nasional. Masalah perbatasan biasanya permasalahan yang sulit untuk diselesaikan dalam hubungan internasional. Kegagalan dalam menyelesaikan masalah perbatasan sering
847
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 839-852
mengarah pada konfrontasi militer bahkan perang antar negara. Cina memiliki perbatasan bersama yang membentang lebih dari 7.000 km dengan anggota SCO lainnya. Melalui SCO Cina dapat melindungi daerah perbatasannya dari sejumlah hal yang dapat mengancam keamanan perbatasan seperti yang pernah terjadi antara Cina dan Uni Soviet. Menjaga perbatasan dan keamanan regional merupakan fungsi paling mendasar dari SCO. Perjanjian membangun kepercayaan dalam bidang militer di daerah perbatasan ditandatangani pada tahun 1996 dan Perjanjian Bersama Pengurangan Angkatan Bersenjata di daerah perbatasan ditandatangani pada tahun 1997 merupakan dasar dari keamanan perbatasan yang telah disediakan SCO. Saat ini menjaga keamanan perbatasan Cina lebih mengarah pada meningkatkan keamanan di wilayah tersebut dari kelompok teroris, perdagangan illegal dan kejahatan transnasional lainnya. Pada tahun 2013 laporan dari media di Cina mengungkapkan bahwa pasukan keamanan Cina telah membunuh 12 orang Uyghur dan menyerang sebuah lokasi yang dikatakan sebagai “fasilitas teroris” di daerah dekat perbatasan Cina dengan Pakistan, Tajikistan dan Afganistan (www.kompasiana.com, diakses pada 28 Agustus 2015). Tindakan ini dilakukan sebagai upaya untuk menjaga keamanan perbatasan dari kelompok teroris maupun ekstremis muslim yang melintasi batas wilayah secara illegal. Kelompok-kelompok kejahatan transnasional seperti halnya three evil forces, serta pengedar illegal obatobat terlarang yang tersebar di Asia Tengah maupun Afganistan menjadi ancaman bagi Cina. Cina khawatir bila kelompok-kelompok ini akan mempengaruhi ke Xinjiang dan mendorong gerakan separatis Uyghur. Oleh karena itu itu menjaga keamanan perbatasan sangat diperlukan guna mencegah penyebarluasan dari kelompok three evil forces dan kelompok kejahatan transnasional lainnya. 2. Keamanan Ekonomi Selain keamanan nasional, keamanan ekonomi juga menjadi kepentingan nasional Cina dalam SCO. Keamanan ekonomi mengarah pada aspek untuk mendapatkan sumber daya, finansial maupun pasar yang merupakan elemen penting dalam kelangsungan tingkat kesejahteraan dan kekuatan negara. Kesejahteraan suatu negara terkait dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di negara tersebut, oleh karena itu diperlukan kerjasama dengan negara/pihak lain untuk mewujudkannya. Keterlibatan Cina dalam SCO merupakan salah satu cara untuk meningkatkan perekonomiannya. Disamping itu, dalam ranah internasional yang saat ini penuh persaingan kekuatan antar negara-negara, Cina juga menanamkan pengaruhnya di Asia Tengah sebagai upaya mencegah munculnya kekuatan luar untuk mendominasi di kawasan ini. Salah satu usaha Cina dalam meningkatkan perekonomiannya yaitu dengan menjalin kerjasama ekonomi dalam hal mengamankan pasokan energi ke Cina. Energi diperlukan guna meningkatkan industri dalam negeri serta memenuhi kebutuhan energi Cina yang semakin meningkat. Cina kemudian bekerjasama dengan Asia Tengah, seperti Kazakhstan untuk membangun jalur pipa migas yang dibangun dari Atasu (Kazakhstan) ke Alataw Pas (Xinjiang, Cina), diselesaikan pada November 2005 (www.migas-indonesia.com diakses pada 27 Agustus 2015). Upaya ini memudahkan Cina untuk mengakses sumber energi di Kazakhstan, yang menjadi
848
Kepentingan Cina dalam SCO (Erna Herawati)
alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi Cina dan dapat mengurangi ketergantungan pasokan energi Cina di Timur Tengah. Xinjiang yang menjadi bagian jalur pipa migas Cina-Kazakhstan pada dasarnya juga memiliki kekayaan alam, baik dari hasil pertambangan, energi, maupun pertanian. Meski merupakan wilayah penghasil minyak kedua terbesar di Cina, namun tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang cukup besar bagi penduduk Cina. Oleh karena itu pembangunan pipa migas dari Asia Tengah sangat penting untuk membantu memenuhi kebutuhan energi Cina. Bila kebutuhan energi terpenuhi maka industri-industri di Cina akan terus beroperasi, hingga pada akhirnya perekonomian Cina turut meningkat. Kondisi internal Xinjiang yang terus berubah karena adanya kecemburuan sosial antar etnis, menjadikan wilayah ini tidak stabil baik dalam keamanan domestik maupun dari sektor ekonomi. Jika situasi ini terus berlanjut dapat berakibat pada renggangnya kerjasama dengan negara-negara Asia Tengah serta mengancam keamanan ekonomi Cina. Oleh karena itu kehadiran SCO diharapkan dapat membantu agar kerjasama antara Xinjiang dan Asia Tengah tetap terjalin. Bila jalinan kerjasama ini terus berlanjut, kondisi perekonomian di Xinjiang dapat menjadi lebih baik dan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah ini. Selain itu, seperti yang telah dipaparkan dalam pembahasan sebelumnya Cina juga memberikan bantuan kepada negara-negara anggota SCO. Bantuan yang dimaksud ialah dengan memberikan pinjaman dana dan juga investasi untuk membantu meningkatkan perekonomian dan infrastruktur di negara-negara anggota. Cina memberikan bantuan senilai 30 miliar dollar di Kazakhstan, termasuk menanamkan saham senilai 5 miliar dollar pada proyek minyak lepas di Kashagan. Kemudian di Uzbekistan, Cina menginvestasikan 15 miliar dollar untuk sektor migas dan uranium (www.kompasiana.com diakses pada 28 Agustus 2015). Usaha yang dilakukan pemerintah Cina ini merupakan bagian dari upaya menanamkan pengaruhnya di Asia Tengah, agar negara-negara di kawasan ini tidak tergantung pada kekuatan luar. Selain itu hal ini juga ditujukan untuk mencegah kekuatan luar mendominasi kawasan ini, seperti halnya Amerika Serikat dan Uni Eropa. Kepentingan Internasional Cina dalam Shanghai Cooperation Organization Selain pada pemenuhan kepentingan nasional, keterlibatan Cina dalam SCO juga untuk meraih kepentingan internasional Cina yang merupakan kepentingan identical diantara Cina dan negara anggota SCO lainnya terutama dalam bidang keamanan. Cina, Rusia dan negara - negara yang tergabung dalam SCO memiliki kepentingan yang sama untuk menjaga stabilitas keamanan di kawasan Asia Tengah. Munculnya sejumlah kelompok radikal di Asia Tengah menjadi ancaman bagi negara-negara anggota SCO. Hadirnya IMU di Uzbekistan, UTO di Tajikistan yang keduanya sama-sama melawan pemerintah, ETIM di Cina yang berupaya membentuk negara merdeka, kelompokkelompok ini merupakan bagian dari three evil forces yang dapat mengancam stabilitas keamanan regional maupun domestik negara yang bersangkutan terlebih lagi mereka mendapat dukungan dari luar seperti Al-Qaeda yang berbasis di
849
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 839-852
Afganistan. Permasalahan di kawasan ini tidak dapat diatasi secara individu melainkan melalui sebuah kerjasama dalam bentuk sebuah organisasi. Negara-negara Asia Tengah memerlukan kekuatan Cina dan Rusia untuk mengatasi permasalahan keamanan di wilayahnya, demikian halnya dengan Cina dan Rusia memerlukan bantuan dari negara-negara Asia Tengah untuk mencegah perkembangan ancaman keamanan di wilayah tersebut meluas dan menciptakan stabilitas keamanan regional. Bagi Cina potensi ancaman dari Asia Tengah lebih disebabkan oleh populasi etnis Turki yang menempati wilayah Xinjiang (Matveeva dan Gistuozzi, 2008). Adanya kedekatan antara etnis Turki maupun Uyghur di Xinjiang dengan etnis di Asia Tengah memungkinkan kelompok ETIM mendapat dukungan dari mereka. Untuk menjaga keamanan regional wilayahnya Cina memerlukan SCO guna membantu menjaga wilayah Xinjiang dari kelompok terrorism, separatism, dan ektremism yang ada di Asia Tengah. Terbentuknya SCO mencerminkan bahwa masing-masing negara anggota sepakat untuk menangani kelompok three evil forces yang muncul di Asia Tengah, dan berupaya mencegah pernyebarluasannya. Kesepakatan yang terjalin diantara negara anggota SCO melalui Deklarasi Shanghai, dalam memerangi terrorism, separatism, dan ekstremism melalui mekanisme pembentukan struktur anti-teroris regional yaitu RATS. Melalui RATS, SCO dapat berperan aktif dalam memerangi three evil forces di Asia Tengah dan bergerak secara multilateral dalam mengatasi peredaran dan penyelundupan narkoba, senjata, migrasi illegal maupun kejahatan transnasional lainnya. Upaya-upaya untuk mencapai stabilitas keamanan di Asia Tengah mutlak diperlukan agar keamanan nasional masing-masing negara anggota tidak terganggu. Kesimpulan Munculnya kelompok-kelompok terorisme, separatisme dan ekstremisme yang dikenal dengan three evil forces menjadi ancaman bagi negara-negara Asia Tengah maupun negara-negara di sekitar kawasan. Untuk mengatasi permasalahan ini, kemudian Cina menjalin bekerjasama dengan Rusia dan negara-negara Asia Tengah. Kerjasama ini semakin kuat dengan terbentuknya SCO sebagai organisasi regional di kawasan Asia Tengah. Sebagai salah satu inisiator dari terbentuknya SCO, Cina memiliki kepentingan yang berkaitan erat dengan kepentingan keamanan yang mencakup kepentingan nasional dan internasional. Dalam keterlibatannya di SCO kepentingan nasional Cina meliputi keamanan nasional dan keamanan ekonomi. Keamanan nasional Cina yang dapat diraih dalam partisipasinya di SCO yaitu dapat melindungi integritas wilayah dan kesatuan nasional Cina, memerangi kejahatan transnasional dan menstabilkan daerah barat laut Cina, dan menjaga keamanan perbatasan Cina. Kemudian keamanan ekonomi Cina dalam organisasi ini ialah untuk meningkatkan perekonomian dalam negerinya serta menanamkan pengaruhnya di Asia Tengah. Selain itu kepentingan internasional Cina merupakan kepentingan Identical diantara negara anggota SCO lainnya. Cina dan negara anggota SCO lainnya bersama-sama ingin mencegah penyebarluasan ancaman three evil forces dan menciptakan stabilitas keamanan regional di Asia Tengah. Keinginan negara-negara anggota SCO kemudian
850
Kepentingan Cina dalam SCO (Erna Herawati)
dapat terwujud dengan dibentuknya badan khusus untuk memerangi terrorism, separatism dan ekstremism yaitu RATS (Regional Anti-Terrorism Structure). Referensi Buku Clarke, Michael E. 2011. Xinjiang and China’s Rise In Central Asia-A History: China and the integration of Xinjiang. New York : Routledge. Couloumbis, Theodore A & james H. Wolfe, 2009. Pengantar Hubungan Internasional: Keadilan dan Power. Bandung : Abardin. Robinson, Thomas W. 1969. “National Interest”. In James N. Rosenau (Ed.). International Politics And Foreign Policy : A Reader In Research And Theory. United State of America : The Free Press. Xue-Tong, Yan. 2002. Analysis Of China’s National Interest. United State of America : Center for Nonproliferation Studies. Media Internet Charter of The Shanghai Cooperation Organization, terdapat di http://www.sectsco.org/EN123/show.asp?id=69 diakses pada 20 Mei 2014. Elizabeth Van Wie Davis, Uyghur Muslim Ethnic Separatism in Xinjiang, China terdapat di http://www.apcss.org/college/publications/uyghur-muslim-ethnicseparatism-in-xinjiang-china, diakses pada tanggal 12 Agustus 2014. Hanna Newcombe, What is Common Security? A Conceptual Comparison, terdapat di http://www.peacemagazine.org/archieve/v06n4p08.htm diakses pada tanggal 12 Agustus 2014. Jalan China Mendominasi Asia Tengah, terdapat di http://www.kompasiana.com/isharyanto/jalan-china-mendominasi-asiatengah_5520ba018133116b7419fb19 diakses pada 28 Agustus 2015. Jia Qingguo, The Success of The Shanghai Five: Interest, Norms and Pragmatism terdapat di http://www.comw.org/cmp/fulltext/0110jia.htm diakses pada 7 Juni 2014. Keamanan Nasional dan UU Intelijen, terdapat di http://www.kompasiana.com/walid/keamanan-nasional-dan-uuintelijen_55006d8b813311491afa77c3 diakses pada 1 Agustus 2015. Muhammad Ahalla, Peranan Kepentingan Nasional dalam Hubungan Internasional terdapat di http://muhammad-ahalla-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail70107-UmumPeranan%20Kepentingan%20Nasional%20dalam%20Hubungan%20Internasio nal.html diakses pada tanggal 20 Februari 2014. Perang Sipil Tajikistan, Ketika Negeri Pegunungan di Asia Tengah Membara, terdapat di http://www.re-tawon.com/2011/10/perang-sipil-tajikistan-ketikanegeri.html diakses pada 10 Mei 2015. Pipa Minyak Kazakhstan-China Terbuka untuk Operasi Komersial, terdapat di http://migas-indonesia.com/2006/07/pipa-minyak-kazakhstan-china-terbukauntuk-operasi-komersial.html diakses pada 27 Agustus 2015. Teori Hubungan Internasional, terdapat di https://www.academia.edu/4929433/Teori_Hubungan_Internasional_ diakses pada 10 Oktober 2015.
851
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 839-852
Teori Hubungan Internasional Sebuah Pendekatan Paradigmatik, terdapat di http://download.portalgaruda.org/article.php?article=31725&val=2274 diakses pada 10 Oktober. Zhao Huasheng, Security Building in Central Asia and The Shanghai Cooperation Organization, terdapat di http://srch.slav.hokudai.ac.jp/coe21/publish/no2_ses/4-2_Zhao.pdf diakses pada 10 Mei 2015. Jurnal Ilmiah Haas, Marcel de, 2007. The Shanghai Cooperation Organization: Toward A FullGrown Security Alliance. Den Haag: Nederlaands Instituut voor Internationale Betrekkingen. Matveeva, Anna dan Antonio Gistuozzi, 2008. The SCO: A Regional Organization on The Making, Crisis Stte Research Centre. Snyder, Michael, 2008. The Shanghai Cooperation Organization, A New Order in Central Asia, Stanford University. Wehr, Paul and Klaus Pfoser, 1990.“Toward Common Security In Central America”. Paper presented at the Twenty-fifth Conferrence of the International Peace Research Association, Groningen, The Netherlands.
852