KEPEMIMPINAN BUPATI, PRINSIP ASTA BRATA, SIKAP KENEGARAWANAN KEPEMIMPINAN MODERN
Iswachidah Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang E-mail: Batik_atmawijaya @yahoo.com
Abstrak : Kepemimpinan tradisional yang bersumber pada nilai-nilai budaya dimungkinkan dapat digunakan untuk meningkatkan praktek kepemimpinan modern. Asta brata sebagai bagian sosiokultural bangsa Indonesia adalah salah satu prinsip dari mutiara-mutiara prinsip kepemimpinan ibu pertiwi Indonesia.mencermati budaya sendiri, bangga, menghargai dan menjadikannya “action” merupakan bagian penting upaya menegakkan kepribadian bangsa sendiri, tidak silau pada budaya luar yang kadangkala hanya baik pada sisi luarnya (kulit), substansinya jauh dari kepribadian bangsa sendiri. Penelitian ini mempunyai tujuan upaya menemukan kebenaran empirik dan konseptual mengenai pola kepemimpinan Bupati Kabupaten Malang yang mencerminkan Prinsip asta brata dalam upaya meningkatkan sikap kenegarawanan kepemimpinan modern di Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu berusaha mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai pola kepemimpinan Bupati yang mencerminkan prinsip asta brata dalam upaya meningkatkan sikap kenegarawanan kepemimpinan modern Kabupaten Malang . Informasi yang digali lewat observasi dan wawancara dilengkapi dengan dokumentasi terhadap informan yaitu Bupati dan staf yang berada di bawahnya. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih berharga sebagai implementasi paradigma amal ilmiah, ilmu amaliah. Kata kunci: Pola kepemimpinan, prinsip asta brata, kepemimpinan modern. Sejarah peradaban manusia juga peradaban suatu bangsa pada hakikatnya merupakan continuity atau kesinambungan ide gagasan manusia dari waktu-kewaktu. Kebudayaan peradaban ada selama manusia setia berfikir. “Cogito ergo sum” kata Rene Descartes”, semua bangsa memiliki peradaban seperti itu, demikian pula gagasan luhur jawa (kejawen) seperti memayu hayuning bawono, bawa leksana, ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, asta brata, dari sekian banyak prinsip hidup yang prinsip
kepemimpinannya berserak-serak dalam khasanah budaya jawa, maka Astha bratha dianggap memiliki arti penting, bernilai tinggi bagi seorang raja (pemimpin). Nilai-nilai lain harus dikesampingkan jika terjadi benturan nilai-nilai lain, karena astha bratha di yakini sebagai payung pemimpin dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Mustahil suatu masyarakat atau kaum tanpa pemimpin.Pemimpin besar pastilah memiliki prinsip-prinsip kepemimpinan besar,tidak ada bangsa besar tanpa pemimpin yang besar,dan seorang pemimpin besar pastilah memiliki karakter kokoh,kepribadian kuat,kukuh pendirian,serta mempunyai jiwa “sepi ing pamrih rame ing gawe”, mengabdi untuk kepentingan orang banyak mengesampingkan kepentingan pribadi dan menurunkan” ego “ personal jujur dan ikhlas dalam pengabdian serta memiliki watak kenegarawanan. Negarawan yang memusatkan pengabdiannya demi kemaslahatan masyarakat, bangsa dan negara. Menggali kearifan masa lalu tentang kepemimpinan Astha bratha, tidak lalu tenggelam kontra produktif dengan romantisme historis. Membanggakan masa lalu yang sudah lewat melemahkan spirit perjuangan membangun masa depan, tentu tidak di maknai seperti itu. Menggali kearifan kultural bangsa sendiri, untuk memilah dan memilih secara analisis, kritis dan rasional bahwa sangat banyak warisan budaya yang masih relevan dengan perkembangan bangsa ini hingga sekarang. Perbuatan utama yang harus menjadi sikap bangsa dalam menghargai leluhurnya bahwa kearifan bukanlah perbuatan modern atau kuno melainkan perbuatan baik, tidak baik, sekaligus relevansinya dengan tantangan kedepan yang makin kompleks bahkan sering kali tidak terduga. Pancasila sebagai ideologi negara dan ideologi bangsa yang digali dari sosiokultural budaya bangsa, bukan gagasan asing, gagasan yang bersumber pada cara hidup dan berkehidupan bangsa Indonesia. Astha bratha sebagai bagian sosiokultural bangsa Indonesia adalah salah satu prinsip dari mutiara-mutiara prinsip kepemimpinan ibu pertiwi Indonesia.mencermati budaya sendiri, bangga, menghargai dan menjadikannya “action” merupakan bagian penting upaya menegakkan kepribadian bangsa sendiri, tidak silau pada budaya luar yang kadangkala hanya baik pada sisi luarnya (kulit), substansinya jauh dari kepribadian bangsa sendiri. Astha bratha dalam upaya menggali dan menumbuh kembangkan kepemimpinan bangsa sangat tinggi relevansinya, pada dimensi masa lalu, sekarang maupun kedepan. Astha bratha merupakan salah satu prinsip kepemimpinan utama dalam realita historis bangsa Indonesia, dipegang teguh oleh para pemimpin bangsa Indonesia dari jaman ke jaman,
disamping prinsip yang lain seperti norma adigang, adigung, adiguno, sabdo pandito ratu, legowo, berbudi bowo leksono,dll. Penerapannya dari waktu ke waktu mengalami dinamika internal, mengoreksi diri secara kritis dari waktu ke waktu terbuka. Substansinya tetap tidak berubah relevan dan dapat di komunikasikan, tidak menyimpang dari hakikat diri bangsa Indonesia pengembangan makna tidak bersifat “revisionis” apalagi mengganti, sebab jika terjadi revisionisme, maka suatu gagasan akan kehilangan substansi, maka yang terjadi mungkin formal ada tapi tanpa adanya suatu makna, tanpa roh, kehilangan spirit jaman, menjadi makna yang hilang dan hanya akan tinggal sebuah nama. Wayang purwa yang memakai acuan utama epos Mahabaratha, buah pena pujangga besar Wiyata dan Ramayana karya besar pujangga Walmiki sangat kental dengan nilai-nilai kejawaan atau kejawen, kejawan atau kejawen bukanlah suatu kategori keagamaan, tetapi menunjuk kepada suatu etika dan gaya hidup yang di ilhami oleh cara pemikiran jawanisme, sekalipun beberapa orang dapat menyatakan kejawaan mereka dalam praktek keagamaan seperti misalnya dalam mistik, kejawaan itu pada dasarnya merupakan suatu sifat khas terhadap kehidupan yang mengatasi perbedaan agama (Suyanto,mengutip Neils Murder 1991,116). Suyanto (1991:118) menegaskan “sifat-sifat dasar budaya jawa menurut pernyataannya adalah religius, non doktriner (non dogmatis), toleran (rukun), akomodatif (momot) konvergen, optimistis”, jika lima sifat dasar itu di peras tercakup dalam sesanti Empu Tantular dalam Mangruo Kawin Sutasoma yaitu Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma. Tidak hanya dalam konteks sosiopolitik atau sosiokultural, melainkan juga dalam konteks sosiosansekerta bhin = pecah; eka = itu, tunggal = satu, jadi bhina tunggal eka = terpecah itu satu. Ki Siswoharsojo di dalam ramayana versi Indonesia atau Jawa (1979:108), menceritakan “pada waktu Sri Rama memwisuda Raden Barata mewakili Sri Rama menduduki singgasana Ayudya, juga pada waktu mewisuda Raden Gunawan Wibisono kesatria Paranggelung menjadi Raja Alengkapura yang kemudian nama kerajaan di ubah menjadi Singgelopura menyampaikan ajaran astabrata dengan mengacu pada watak delapan dewa yaitu Bathara Kuwera, Bathara Brahma, Bathara Bayu, Bathara Baruna, Bathara Indra, Bathara Candra, Bathara Surya dan Bathara Rodra, didalam kisah Mahabarata asthabratha diterima Arjuna dari begawan Kesawasidhi yang tidak lain adalah Sri Kresna, titisan Sri Rama. Kresna dan Rama sama-sama titusan Sanghyang Wisnu pada waktu dan tempat yang
berbeda, adapun astha yang memiliki arti delapan dan brata yang memiliki arti laku,perbuatan atau tindakan. Berbicara tentang kepemimpinan terdapat definisi yang beraneka ragam, hampir atau sama banyaknya dengan sebanyak orang mendefinisikannya. Kepemimpinan jawa dan kepemimpinan modern selalu di sandingkan sebagai bentuk pola kepemimpinan yang menjadi dasar untuk menilai dan mengetahui pola kepemimpinan seorang pemimpin. Dalam kepemimpinan modern Kepemimpinan merupakan proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas yang berkaitan dengan tugas dari anggota kelompok, jika kita menggunakan batasan tersebut maka implikasinya ada empat hal penting. Pertama kepemimpinan melibatkan orang lain sebagai pengikut, tanpa orang yang di pimpin kepemimpinan menjadi tidak relevan. Kedua, kepemimpinan melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak merata antara pemimpin dan pengikut. Pemimpin biasanya memilki kekuasaan dalam porsi yang besar. Aspek ketiga dalam kepemimpinan adalah kemampuan menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi tingkah laku pengikut melalui berbagai cara. Kekuasaan mempengaruhi membawa implikasi langsung. Keempat yakni menggabungkan tiga aspek terdahulu dengan nilai-nilai moral, etis. Berdasarkan pola kepemimpinan yang mempunyai definisi berbeda-beda, maka permasalahan yang tampak adalah a) Bagaimana pemahaman bupati Kabupaten Malang perihal asal usul prinsip astha bratha? b) Bagaimana pemahaman bupati Kabupaten Malang perihal makna hakiki prinsip astha bratha? c) Bagaimana penerapan prinsip astha bratha dalam pola kepemimpinan bupati Kabupaten Malang? d) Bagaimanakah prospektif prinsip astha bratha dalam pola kepemimpinan modern? Dengan demikian dinamika internal bersifat memperkokoh dan menjadikan lebih mantap dan mapan. Beresonansi dengan cara berfikir, cara bersikap dan cara bertindak sang pemimpin. Astha bratha tetap ada, hidup dan diacukan menjadi pegangan prinsipil kepemimpinan yang sudah teruji melalui kurun waktu yag panjang, berbagai faktor yang menjadikan suatu prinsip tetap eksis, relevan dan aktual antara lain, pertama kualitas nilainilai dasar yang membentuk prinsip kepemimpinan asta brata, kedua persepsi sikap dan tingkah laku masyarakat (nation) terhadap eksistensi dan aplikasi prinsip kepemimpinan Asta brata, ketiga adalah kemampuan masyarakat mengembangkan prinsip-prinsip kepemimpinan astha bratha dalam kehidupan konkrit, realistis dan empirik, keempat adalah seberapa jauh nilai-nilai prinsip kepemimpinan astha bratha membudaya dan diaplikasikan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan berbagai ragam perbedaan dan dimensinya. METODE Secara khusus penelitian ini difokuskan untuk mengkaji lebih mendalam tentang pola kepemimpinana Bupati yang mencerminkan prinsip astabrata dalam upaya meningkatkan sikap kenegarawanan kepemimpinan modern Kabupaten Malang dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif sendiri merupakan pendekatan yang menafsirkan dan menjelaskan suatu fenomena atau peristiwa sosial di masyarakat secara ilmiah. Sesuai dengan definisi diatas penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu berusaha mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai pola kepemimpinana Bupati yang mencerminkan prinsip asthabratha dalam upaya meningkatkan sikap kenegarawanan kepemimpinan modern di Kabupaten Malang . Informasi yang digali lewat observasi dan wawancara serta dokumentasi terhadap informan yaitu Bupati dan staf yang berada di bawahnya. Data utama yang di perlukan adalah wawancara dan hasil observasi di lapangan, oleh karena itu perlu data tambahan yang di sebut sebagai sumberdata sekunder. Sumberdata sekunder bisa berupa dokumentasi dan sumber buku serta sumber tertulis dari arsip yang ada. Data diperlukan untuk mendapatkan informasi tentang jawaban dalam sebuah penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dengan mengamati dan mencatat semua tindakan informan pada penelitian. Dokumentasi berupa pengambilan foto dan wawancara terstruktur berdasarkan panduan wawancara. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan induktif. Sugiyono (2010: 89) menyebutkan bahwa analisis data kualitatif adalah bersifat induktif selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Selanjutnya, Moleong (2007: 297) menyebutkan bahwa dalam analisis secara induktif peneliti memulai pengkodean dengan pembacaan teliti terhadap seluruh transkrip hasil wawancara maupun observasi kemudian mengidentifikasikan transkrip tersebut berdasarkan tema atau satuan makna, selanjutnya mengembangkan deskripsi makna awal dari setiap kategori dan merekam catatan tentang kategori (misalya mencakup kaitan, asosiasi, dan implikasi). Melalui analisis secara induktif, peneliti mengelompokkan data-data yang isinya sejenis atau merupakan masalah yang sama kemudian menarik kesimpulan. Data yang dianalisis secara kualitatif pada penelitian ini adalah data tentang proses pola kepemimpinana Bupati yang mencerminkan prinsip asthabratha dalam upaya meningkatkan sikap kenegarawanan kepemimpinan modern di Kabupaten Malang.
Analisis data di lakukan di mulai pada tahap pra penelitian dengan mengirimkan panduan wawancara secara langsung dan wawancara terstruktur dengan staf yang berada di bawah Bupati. Ada wawancara secara tidak langsung karena kesibukan Bupati tetapi wawancara langsung di lakukan dengan stafnya seperti ketua Bapeda dan kepala badan kesatuan bangsa dan politik (kesbangpol), serta dengan lurah desa sapto renggo. Dari wawancara dan dokumentasi tersebut analisis data di lakukan untuk mengetahui pemahaman, penerapan serta pola kepemimpinan Bupati yang mencerminkan prinsip astha bratha dalam meningkatkan sikap kenegarawanan kepemimpinan modern di Kabupaten Malang. Pengecekan keabsahan data untuk memperoleh hasil penelitian kualitatif yang dapat dipercaya semua pihak dan disetujui kebenarannya oleh informan yang diteliti. Adapun teknik yang digunakan peneliti dalam pengecekan keabsahan data adalah sebagai berikut: a) kehadiran peneliti b) ketekunan pengamatan c) tehnik trianggulasi. Tahap penelitian di lakukan mulai dari persiapan, pelaksanaan, serta pelaporan penelitian. Tahap persiapan di mulai dari pengurusan surat, dilanjutkan dengan pelaksanaaan penelitian dengan metode wawancara, dokumentasi, serta observasi. Tahap pelaporan merupakan tahap terakhir dalam penelitian ini. Setiap peneliti melakukan pengumpulan data, penyusunan laporan penelitian, serta analisis data selalu peneliti berkonsultasi dengan dosen pembimbing. Dari hasil konsultasi inilah peneliti dapat memperbaiki data-data yang dirasakan masih kurang dan untuk selanjutnya dianalisis lagi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada temuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola kepemimpinan Bupati yang mencerminkan prinsip astha bratha dalam upaya meningkatkan sikap kenegarawanan kepemimpinan modern di Kabupaten Malang. A. Pemahaman Bupati Kabupaten Malang perihal asal usul prinsip astha bratha Pemahaman Bupati kabupaten Malang mengenai asal usul prinsip kepemimpinan jawa astha bratha tampak pada pengetahuan beliau mengenai cerita wayang yaitu lakon wahyu makuta rama yang ada pada kisah wayang Ramayana dan Mahabaratha. KisahRama dalam memberikan pesan saat Raden Gunawan Wibisana akan di angkat menjadi raja di Kerajaan Alengka menggantikan kakandanya, yaitu Prabu Rahwana. Kata astha bratha “delapan kebajikan”(Prawiraatmaja, 1992:19). Dalam pesan yang di berikan oleh Sri rama
kepada Raden Gunawan Wibisana adalah di suruh melindungi dan memulihkan (mengembalikan) kesejahteraan kerajaan Alengka yang telah hancur karena perbuatan Prabu Rahwana. Dalam menjalankan pemerintahan di kerajaan Alengka tersebut Wibisana di nasehatkan agar mencontoh kebajikan delapan dewa yaitu, Dewa Indra, Dewa Surya, Dewa Bayu, Dewa Kuwera, Dewa Baruna, Dewa Yama, Dewa Candra, dan Dewa Brama. Kesemuanya ajaran tersebut tidaklah boleh di tinggalkan tetapi harus di pegang secara teguh. Sifat dari delapan dewa tersebut di jadikan sebagai ajaran astha bratha sebagai seorang pemimpin yang mampu menjadikan rakyatnya damai tenteram, makmur dan sejahtera. Sifat- sifat yang ada pada konsep kepemimpinan jawa masih terus di jalankan dan di pegang teguh oleh para pemimpin yang sekarang ada di Indonesia. Pendekatan yang di lakukan saat akan terjadinya pemilihan merupakan bentuk dari usaha seorang pemimpin untuk menunjukkan kelebihan yang ada pada setiap individunya. Dalam hal ini mengenai visi dan misi yang di jadikan semboyan oleh Bupati Malang yang di sebut madep mantep yaitu usaha untuk mewujudkan masyarakat kabupaten Malang yang mandiri, agamis, demokratis, produktif, maju, aman, tertib, dan mampu berdaya saing. Berdasarkan cerita yang di paparkan pada temuan penelitian maka ada hubungan antara visi dan misi Kabupaten Malang yang di cetuskan oleh Bupati Kabupaten Malang dengan delapan prinsip kepemimpinan jawa yaitu astha bratha. Pemahaman Bupati Malang dalam asal usul prinsip astha bratha cukup dapat di pahami sebagai salah satu unsur ciri dan pola kepemimpinan bupati. Dalam hal ini di perkuat dengan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan bapak Budianto Hermawan,SH.Msi selaku kepala badan kesatuan bangsa dan politik Kabupaten Malang,yaitu
“ kepemimpinana asta brata yang bupati maksudkan adalah kepemimpinan yang di wujudkan dalam penerapan serta pelaksanaan pada visi dan misi Madep Mantep yang di jadikan sebagai harapan akan terciptanya masyarakat yang sejahtera dan makmur, kepemimpinan beliau bisa di nilai dari visi dan misinya yang menggunakan bahasa jawa
yaitu Madep Manteb yang berarti tidak ragu-ragu”(wawancara pada tanggal 19 oktober 2012) Makna dari delapan kunci Madep Mantep tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:
Mandiri; yang dimaknai dengan pertama: kemandirian pengelolaan daerah berupa kebijakan Pemerintah Daerah yang mengutamakan kemampuan daerah dalam rangka mengelola potensi sumber daya alam dan buatan yang didukung oleh kemampuan sumber daya manusia, energi, infrastruktur dan pelayanan publik. Kedua: kemandirian masyarakat berupa sikap dan kondisi masyarakat yang memiliki semangat entrepreneurship untuk semakin mampu memenuhi kebutuhan dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri. Inti dari pengertian kemandirian adalah semakin berkembangnya jiwa leadership dikalangan pemerintahan dan semangat enterpreneurship di kalangan masyarakat luas. Agamis; yang dimaknai dengan kondisi masyarakat yang senantiasa menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari dan senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia yang diharapkan berdampak terhadap keamanan, ketertiban dan produktivitas tinggi . Demokratis; yang dimaknai dengan kondisi penyelenggaraan pemerintahan yang senantiasa melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan hukum dan keadilan; sedangkan dari sisi masyarakat terwujudnya suatu kondisi masyarakat yang modern dan majemuk, menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan falsafah Negara Pancasila, ditandai dengan perilaku bijaksana, dan melaksanakan prinsip-prinsip musyawarah untuk mufakat. Produktif; yang dimaknai dengan semakin meningkatnya kualitas kinerja masyarakat sebagai pilar utama peningkatan perekonomian daerah. Maju; yang dimaknai dengan semakin meningkatnya kualitas sumber daya manusia dan hasil-hasil pembangunan yang ditandai dengan semakin meningkatnya indeks pembangunan manusia.
Aman; yang dimaknai dengan semakin meningkatnya keamanan masyarakat dan terlaksananya penegakan hukum yang berkeadilan tanpa memandang kedudukan, pangkat, jabatan seseorang serta terciptanya penghormatan pada hak-hak asasi manusia. Tertib; yang dimaknai dengan semakin meningkatnya kepatuhan masyarakat terhadap berbagai peraturan hukum yang berlaku. Berdaya Saing; yang dimaknai dengan semakin meningkatnya kualitas produk usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi untuk bersaing di pasar lokal maupun nasional serta semakin meningkatnya daya saing daerah dalam rangka menarik minat investor.
Berdasarkan temuan penelitian dari wawancara maka peneliti berpendapat berdasarkan analisis bahwa pemahaman Bupati Malang mengenai prinsip kepemimpinan jawa astha bratha ada hubungan dengan adanya visi misi Kabupaten Malang yang di jadikan semboyan oleh Bupati untuk mewuudkan masyarakat Kabupaten Malang yang madep manteb. B. Pemahaman Bupati Kabupaten Malang perihal Makna hakiki prinsip astha bratha Pemahaman makna hakiki prinsip astha bratha oleh bupati malang cukup memadai, dalam hal ini terbukti dengan pemahaman makna hakiki prinsip astha bratha berdasarkan temuan penelitian adalah ciri dan gaya pemimpin dalam mengelola suatu kelompok yang di gunakan oleh seorang pemimpin yang mengetahui makna kepemimpinan yang baik dan mau, mampu serta memahami kondisi masyarakatnya. Dalam hal ini tercermin pada sikap yang mampu mewadahi aspirasi rakyat serta menjadi seorang pemimpin yang sesuai dengan harapan dan konsisten terhadap visi dan misi yang di buatnya. Berwatak kisma ,bantala,bumi selaku murah hati,selalu memberi apapun yang meminta di kabulkan. Dalam hal ini adalah murah hati ,lapang dan mau di kritik apabila ada kesalahan yang terjadi dan mau di ingatkan apabila ada yang salah. Berwatak tirta air,banyu,warih,selalu rendah hati (asorraga) pantang sombong,tidak merasa di atas tidak menyakiti sesama,karena air selalu memberikan kesejukan, mendinginkan suasana menjadi pemimpin yang tidak mudah terpancing pada situasi dan kondisi yang sedang bermasalah. Berwatak samirona, bayu, angin selalu mencermati keadaan dan suasana cermat mengawati
rakyat, (kawula) kesulitan hidup, sakit, susah teramati dengan teliti dan cermat. Dalam hal ini bisa masuk pada lapisan rakyat manapun, bersifat tidak pilih kasih. Berwatak samudera, jaladri, laut. Lapang dada luas wawasan sabar dan menerima apasaja kamot momot apapun yang terjadi suka duka di terima dengan tawakal ikhlas (legawa). Mempunyai makna bahwa bisa menjadi wadah dalam keadaan apapun, lapang dada dalam situasi apapun serta luas berpandangan secara politik, ekonomi juga pada setiap permasalahan, tidak sempit dalam memberikan pandangan kepada rakyatnya juga pada anak buahnya. Berwatak candra, citra resmi, bulan, selalu menerangi seluruh jagad raya, pemimpin harus mencerahkan, mencerdaskan, selalu harus kawruh pangawikan (ilmu pengetahuan) mendidik kawula dasih (rakyat) dimanapun bertempat tinggal dan bagaimapun status sosialekonomidan kedudukannya. Desa,kota,lembah,gunung semua harus di cerdaskan, dididik supaya selalu di beri pencerahan.begitulah watak seorang pemi mpin yang selalu berusaha untuk menerangi setiap permasalahan dan kegelapan yang ada pada masyrakatnya juga pada aparaturnya. Berwatak baskara, surya, dewangkara memberi energi daya kekuatan . Pemimpin harus memberi energi positif, memotivasi, mendorong optimisme, pantang menyerah, kerja keras, memberi makan yang kelaparan,memberi tempat bagi yang terlantar. Sifat ini ada pada perlindungan dan motivasi. Berwatak dahana, agni, api, menyelesaikan masalah tidak ada yang bisa menahan kekuatan api, terbakar habis. Sifat ini pada cara menyelesaiakn masalah bukan menjadi pemimpin masalah tetapi memberantas semua permasalahan yang ada dengan di maknai menyelesaikan. Berdasarkan delapan sifat kepemimpinan yang di sebut astha bratha tersebut maka peneliti mencoba merelevansikan dengan delpan visi dan misi Kabupaten Malang yaitu Madep manteb. Hubungan Madep manteb yang menjadi semboyan ini adalah usaha seorang pemimpin yang menginginkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang agamis, mandiri, demokratis, produktif, aman, maju, tertib dan mampu berdaya saing . Makna sifat kepemimpinan bisa di lihat dari bagaimana pemimpin melakukan pendekatan kepada anak buahnya juga pada rakyatnya. Sifat kepemimpinan yang ada tidaklah utuh semua di lakukan tetapi juga tidak meninggalkan semua, tetapi di ambil mana yang di anggap sesuai untuk menghadapi situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Makna hakiki kepemimpinan jawa astha bratha dapat peneliti lihat dari tujuan yang ada pada visi dan misi Kabupaten Malang yang tercantum pada rencana pembangunan jarak menengah (RPJMD).
C. Penerapan prinsip astha bratha dalam pola kepemimpinan modern Penerapan prinsip astha bratha dalam kepemimpinan modern berdasarkan temuan penelitian adalah penerapan sikap yang di lakukan oleh Bupati Malang dalam mewujudkan masyarakat Kabupaten Malang yang madep manteb. Penerapan tersebut terlihat pada bagaimana gaya dan perilaku pemimpin dalam menjalankan posisinya sebagai bupati. Pendekatan yang peneliti lihat adalah pada pada pendekatan sifat yang berkelanjutan melalui program yang sudah tertata oleh badan penyelenggaraan perencanaan daerah Kabupaten Malang. Dalam pandangan ke depan prinsip kepemimpinan astha bratha tercermin pada gaya perilaku dan sikap Bupati Malang dalam pendekatannya kepada semua lapisan yang ada, seperti pada aparaturnya di lingkungan pemerintah daerah, juga pada lapisan masyarakat kecil dengan kepedulian Bupati untuk lebih memperhatikan masyarakat kecil serta pada kebijakan yang di lahirkan berkenaan dengan hubungan pada para pengusaha yang ada di Kabupaten Malang juga pada para investor asing yang akan mendirikan perusahaan di Kabupaten Malang. Sifat kepedulian yang tinggi dari seorang pemimpin juga terlihat pada upaya pembangunan dengan memperbaiki infra struktur yang ada di desa juga di perkotaan. Berikut wawancara peneliti dengan bapak Susmono selaku ketua badan perencanaan daerah Kabupaten Malang adalah mengenai penerapan prinsip kepemimpinan asthabrata yang dilaksanakan oleh bupati kabupaten malang “Adanya hubungan dengan astha bratha antara madep manteb dengan astha bratha yang sama mempunyai delapan point, dari namanya yang Rendra Kresna yaitu nama yang di ambil dari nama wayang yang mengajarkan ajaran astha bratha yang beliau jadikan sebagai semboyan ketika beliau menjadi pemimpin,hubungan dengan adanya visi dan misi terhadap sikap dan gaya yang Bupati lakukan dengan aplikasi di lapangan banyak sekali,seperti contoh surya yang berarti menerangi dengan slogan beliau yang bertindak maju berfikir kreatif dan bertindak nyata dengan bercermin pada setiap tindakan yang di lakukan Bupati. Adanya pendekatan yang luar biasa yang di lakukan oleh Bupati dari lapisan bawah, atas bahkan menengah,contohnya seperti tindakan beliau ke desa Sri gading laewang yang beliau datangi dengan menggerakkan semua dinas yang terkait untuk langsung melihat kondisi yang ada, hingga semua instansi yang terkait mau ikut untuk mau peduli dengan masyarakat bawah. Aplikasinya juga terdapat pada program yang terjadi pada jaring asmara,yaitu aspirasi masyarakat. kepemimpinan asta brata bupati malang tidaklah berbeda dengan harapan semua masyarakat kabupaten malang yang menginginkan pemimpin yang mempunyai watak seperti air,api, bulan,matahari,bintang, bumi,samudera,angin. Penerapan kepemimpinan beliau itu meskipun belum semua terlaksana tetapi dengan adanya visi dan misi yang jelas maka menjadi bukti bahwa beliau adalah pemimpin
yang mempunyai sifat dari delapan kepemimpinan asta brata yang ada pada kisah pewayangan wahyu makuta rama”(wawancara tanggal 6 november 2012). Wawancara dengan bapak Suhartono selaku lurah desa Saptorenggo Kecamatan Pakis “kegiatan sehari hari di kelurahan dan kepala desa sudah ada tugas masing masing sesuai dengan peraturan peraturan daerah. Mengenai visi dan misi kabupaten malang programnya mengikuti dari program kabupaten seluruhnya,harapan kami sebagai kepaladesa seandainya bisa terwujud untuk di sidak dalam arti di sambangi oleh bapak bupati ,menurut saya visi dan misi di sebut madep manteb mengambil dari kepemimpinan yang tidak dari asal usul, menurut kata jawa memantabkan apa saja program yang sudah terencana dalam perencanaan pembangunan daerah. Madep manteb itu suatu singkatan yang di anggap pantas dan pas untuk di jadikan ikon untuk memajukan kesejahteraan masyarakat kabupaten malang. Bapak Bupati tidak mengikuti ras dan suku dalam memilih visi dan misi ,semua elemen di laksanakan dengan pemberdayaan seutuhnya.kegiatan apapun tanpa ada komunikasi yang berkelanjutan biar tidak hanya pada program saja,paparan visi madep manteb ini perlu untuk di komunikasikan.memantapkan ayo podo saling mendukung”(wawancara tanggal 14 November 2012) Dalam kepemimpinan modern pendekatan kontinguensi ini ada empat faktor yang yang penting yaitu, tuntutan tugas, harapan dan tingkah laku pengikut, karakteristik harapan dan tingkah laku budaya dan kebijaksanaan yang di ambil dalam menghadapi situasi yang sedang terjadi. Pendekatan ini juga sering di sebut sebagai pendekatan situasional. Penerapan prinsip astha bratha dalam kepemimpinan modern sulit di bedakan karena dalam kepemimpinan modern ada beberapa macam kepemimpinan yaitu kepemimpinan kharismatik,transformasional,transaksional. Astha bratha masuk pada segala macam bentuk kepemimpinan modern, tetapi terpaut pada bagaimana proses kepemimpinan tersebut di laksanakan. Kepemimpinan jawa lebih menggambarkan pada sifat dan karakter seorang pemimpin dalam melakukan pendekatan kepada rakyat dan aparaturnya guna pencapaian sebuah visi dan misi yang di harapkan. Peneliti melihat adanya penerapan yang di lakukan oleh Bupati Kabupaten Malang dengan harapan untuk menjadikan masyarakat Kabupaten Malang yang mandiri, agamis, demokratis, produktif, maju, aman, tertib dan berdaya saing. Penerapan ini mempunyai tujuan antara lain, Membentuk masyarakat yang berakhlak mulia dan berkesholehan sosial serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan budaya luhur dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan. Membentuk birokrasi yang professional, efektif dan efisien dalam melayani masyarakat yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Menciptakan iklim yang kondusif bagi pelaksanaan
pemerintahan dan pembangunan serta memenuhi hak-hak asasi masyarakat. Membentuk lingkungan masyarakat yang saling melindungi dan mengayomi; serta aparat keamanan yang mampu mencegah tindak kejahatan dan menuntaskan tindak kriminalitas melalui penegakan hukum secara adil. Menyediakan infrastruktur yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya. Membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas dalam kesehatan, pendidikan, dan kompetensi kerja. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, terutama melalui pengembangan agroindustri, pariwisata dan ekonomi perdesaan. Mewujudkan keseimbangan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dengan pemeliharaan kualitas dan fungsi lingkungan hidup.
D. Prospektif kedepan prinsip astha bratha dalam pola kepemimpinan modern Dalam prospektif ke depan prinsip astha bratha dalam kepemimpinan modern peneliti mendapatkan hasil dari temuan penelitian yaitu tetap menjaga dan melestarikan nilai nilai luhur bangsa yang ada pada prinsip kepemimpinan jawa astha bratha. Peneliti berasumsi bahwa kepemimpinan modern ada pada teori mengenai sifat bukan pada pembentukan watak, sedangkan kepemimpinan jawa mempunyai cakupan lebih luas mengenai bagaimana pembentukan watak sebagai seorang pemimpin yang baik dan menjadi harapan besar bagi rakyatnya. Kepemimpinan Bupati malang lebih pada kepemimpinan kharismatik, transformasional mengedepankan visi dan misi serta gaya kepemimpinan beliau yang mengetahui dengan baik bagaimana cara pengelolaan yang baik sikap seorang pemimpin. Pendekatan dan cara dalam mengelola sebuah kelompok seperti halnya Kabupaten yang luas dan berpenduduk padat maka di perlukan pendekatan yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan karakter dari setiap masyarakat yang bermacam macam. Prinsip jawa astha bratha di jadikan Bupati malang sebagai sistem pendekatan yang tepat dengan melestarikan kebudayaan seperti wayang sebagai media informasi, pendidikan, juga hiburan untuk menarik simpati dan mengembangkan tercapainya sebuah visi dan misi yang di lahirkan. Suyanto (1991:118) menegaskan “sifat-sifat dasar budaya jawa menurut pernyataannya adalah religius, non doktriner (non dogmatis), toleran (rukun), akomodatif (momot) konvergen, optimistis”. Kepemimpinan modern lebih pada kebijakan dan
bagaimana menunjukkan identitas diri bahwa seorang pemimpin tidak ketinggalan jaman dengan mengetahui setiap perkembangan yang ada di dunia, tetapi juga tidak melupakan sejarah dari mana dan sedang berada di mana posisi seorang pemimpin dalam hal ini Bupati Kabupaten Malang. Prospektif kepemimpinan astha bratha dalam kepemimpinan modern dapat peneliti lihat sebagi keseimbangan yang terjadi pada program dan visi misi Kabupaten Malang yang mewujudkan masyarakat yang aman, tenteram dan sejahtera.
PENUTUP Pemahaman bupati Malang mengenai perihal asal usul prinsip astha bratha dapat terlihat pada bagaimana beliau dapat menceritakan kisah kisah pewayangan dengan cukup memadai.hal ini tampak pada bagaimana beliau menceritakan mengenai nama –nama dari lakon wayang yang ada pada kisah asal usul prinsip astha bratha seperti lakon Sri Rama, Rahwana, juga Lakon tentang Raden Gunawan Wibisono. Kisah wayang yang sangat komplit juga dapat beliau uraikan dengan baik dalam kisah wayang wahyu makuta rama. Peneliti memberikan kesimpulan bahwa makna hakiki astha bratha ada pada pengertian Bupati Malang dalam menjalankan fungsi sebagi pemimpin terkait delapan prinsip yang ada pada astha bratha kemudian di jadikan sebagai semboyan harapan masyarakat Malang dalam berfikir kritis, bertindak nyata dan bersikap arif dan bijaksana. Dengan menjelaskan dan mengetahui makna dari asal usul prinsip astha bratha ini maka proses penerapan sebagi pemimpin dapat di lihat dari program yang bupati canangkan sebagi wujud pemahaman makna hakiki prinsip astha bratha. Penerapan dalam prinsip astha bratha dalam pola kepemimpinan modern dapat peneliti simpulkan sebagai bentuk cara pendekatan dan penyelesaian masalah yang di lakukan oleh Bupati Malang kepada masyarakat kabupaten Malang serta kepada aparat pemerintah daerah Kabupaten Malang. Dalam hal ini tampak pada upaya yang di lakukan oleh Bupati dalam melakukan pendekatan yang multi dimensi, yaitu dari kalangan masyarakat bawah, menengah bahkan masyarakat kalangan atas atau biasa di sebut pengusaha. Pemikiran beliau yang lebih mengedepankan kesejahteraan masyarakatnya
tampak pada bagaimana beliau menjawab para investor asing yang akan menanamkan sekaligus membuat perusahaan di daerah kabupaten Malang. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa prospektif kedepan prinsip kepemimpinan astha bratha dalam pandangan bupati Kabupaten Malang adalah tetap di jalankan sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada. Karena untuk memahami masyarakat yang multi kultur seperti di kabupaten malang maka butuh banyak macam pola kepemimpinan untuk menjawab tantangan yang ada sebagai pemimpin yang bisa membawahi anak buahnya dengan baik, serta dapat membawa rakyatnya sesuai dengan visi dan misi madep manteb. Menciptakan masyarakat yang mandiri, agamis, demokratis, produktif, maju, aman, tertib dan mampu berdaya saing di dalam menghadapi dunia yang semakin maju dengan arus globalisasi yang tidak terkendali.
DAFTAR RUJUKAN Amrih, Pitoyo.2008. The 7 Habits of highly effective people versi Semar dan Pandawa Pionis Book Publisher,Yogyakarta Amir, Dr.Hazim, MA.1994. nilai-nilai etis dalam wayang Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Endraswara, Suwardi. 2011. Kebatinan Jawa ,laku hidup utama meraih derajat sempurna. Lembu jawa (lembaga budaya jawa), Yogyakarta. Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rajagopalachari.C.2008.Mahabaratha Ramayana,edisi koleksi asli India. Yogyakarta:IRCiSoD Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta. Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. Siswoharsoyo,K.1979.Makuta Rama.Yogyakarta:Toko Buku SG Soekatno.1992.Wayang Kulit Purwa.Semarang:Aneka Ilmu Sindhunata.1999.Anak Bajang Menggiring Angin.Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Edisi Kelima. Malang: UM PRESS Yukl, Gary. 2007.Kepemimpinan Dalam Organisasi.Edisi kelima. Jakarta:PT.INDEKS