KENDALA-KENDALA DALAM PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SOSIOLOGI Oleh: Sugiran Abstrak: Kendala-kendala Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Sosiologi ,Pembuatan perangkat pembelajaran sebagai arahan ketika guru mengajar mutlak diperlukan sebagai arahan dalam pembelajaran, Sebagian guru dengan disiplin non Sosiologi juga mengandalkan MGMP dalam perumusan indikator. Guru menyesuaikan lagi dengan kondisi sekolah masing-masing. Alasan yang dikemukakan bahwa Sosiologi bukanlah disiplin ilmunya jadi kurang memahami secara mendalam. Pergantian kurikulum dengan waktu yang singkat juga menjadi kendala yang dirasakan guru dalam penyusunan indikator keberhasilan belajar. Di mana guru harus memahami dan menyesuaikan dengan kurikulum yang baru terkait dengan kejelasan rumusan, kesesuaian dengan kompetensi dasar, pengakomodasian kompetensi atau keahlian yang harus dimiliki siswa, dan lain-lainTujuan pembelajaran yang tertuang dalam indikator sesuai dengan kurikulum. idealnya tujuan pembelajaran dibuat oleh guru yang kemudian dibahas bersama dalam MGMP Sosiologi untuk menyamakan materi-materinya dan kemudian dikembangkan oleh masing-masing guru dengan menyesuaikan kondisi sekolah. Kata Kunci : Kendala, Pembelajaran, Sosiologi
A. Pendahuluan Sosiologi sebagai mata pelajaran telah diajarkan di SMA sejak tahun 1994. Guru yang berlatar belakang pendidikan Sosiologi masih sangat terbatas. Hal ini menyebabkan mata pelajaran Sosiologi diampu oleh disiplin Geografi, Sejarah, Kewarganegaraan, Biologi, Ekonomi, Pertanian, dan Bahasa Indonesia. Ketidak sesuaian latar belakang pendidikan ini tentunya akan berimbas pada kemampuan dan kendala bagi guru dalam pembelajaran. Dengan perangkat pembelajaran dan metode pembelajaran. Guru berlatar belakang pendidikan non sosiologi sebagian besar mengalami kendala dalam sumber belajar, media, dan sarana prasarana. Di samping itu guru yang bukan dari disiplin Sosiologi merasa bahwa Sosiologi adalah pelajaran yang mudah bahkan jika dibandingkan dengan mengampu mata pelajaran yang merupakan bidang keilmuannya. Guru justru lebih cenderung fokus pada pelajaran yang diampunya dan merupakan bidang keilmuannya. Hal ini disebabkan sebagian guru tersebut hanya mengandalkan buku paket Sosiologi SMA, sehingga tidak sampai membawa siswa memiliki kompetensi sesuai yang idharapkan. B. Kemampuan Guru 1.
Merencanakan Pembelajaran
Pembuatan perangkat pembelajaran sebagai arahan ketika guru mengajar mutlak diperlukan sebagai arahan dalam pembelajaran. Akan tetapi pembuatannya yang rumit dan kelengkapannya yang harus dipenuhi. Hal ini menyebabkan banyak guru mengeluh terkait dengan keterbatasan waktu guru memiliki banyak tugas yang harus dikerjakan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Adapun yang dikerjakan guru meliputi perencanaan, kegiatan pembelajaran, evaluasi. Jadi waktu yang dimiliki terbatas.
2.
Perumusan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. a) Guru Berlatar Belakang Pendidikan Sosiologi Dalam pembuatan indikator kejelasan rumusan umum dibuat bersama dalam MGMP. Dengan kelengkapan cakupan rumusannya dan tentunya sudah disesuaikan kompetensi dasar yang di dalamnya, juga mencakup kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik. Tujuan pembelajaran yang tertuang dalam indikator sesuai dengan kurikulum. idealnya tujuan pembelajaran dibuat oleh guru yang kemudian dibahas bersama dalam MGMP Sosiologi untuk menyamakan materi-materinya dan kemudian dikembangkan oleh masing-masing guru dengan menyesuaikan kondisi sekolah. Dalam prakteknya guru Sosiologi hanya mengikuti dari apa yang sudah ada di kurikulum dan yang telah dirumuskan di MGMP, karena bukan dari kependidikan sehingga untuk pembuatan indikator kurang dikuasai. b) Guru Berlatar Belakang Pendidikan Non Sosiolog Sebagian guru dengan disiplin non Sosiologi juga mengandalkan MGMP dalam perumusan indikator. Guru menyesuaikan lagi dengan kondisi sekolah masing-masing. Alasan yang dikemukakan bahwa Sosiologi bukanlah disiplin ilmunya jadi kurang memahami secara mendalam. Adapun untuk mata pelajaran yang merupakan disiplin ilmunya guru mampu membuatnya sendiri. Dalam pembuatan indikator kejelasan rumusan yang umum dibuat bersama. Dengan kelengkapan cakupan rumusannya dan kompetensi dasar yang di dalamnya juga sudah mencakup kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik, serupa dengan guru berlatar belakang pendidikan Sosiologi.
3.
Kendala Guru Dalam Pembelajaran Sosiologi a) Kendala Guru Dalam Merencanakan Pembelajaran Guru dengan disiplin Sosiologi dalam perumusan indikator keberhasilan pembelajaran guru menghadapi Kendala. Hal ini karena wawasan kependidikan guru yang masih terbatas, sehingga masih kesulitan untuk merumuskan indikator dan harus banyak belajar. Di samping itu perubahan kurikulum yang berubah-ubah dari kurikulum 1999 ke 2004 sudah membuat guru gagap karena perubahannya yang drastis. Jadi guru membutuhkan waktu untuk memahaminya dan melakukan penyesuaian. Belum genap 5 tahun KBK berjalan dan saat guru mulai bisa mengikutinya, ternyata kurikulumnya sudah berganti lagi dengan kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Pada akhirnya guru membutuhkan waktu lagi untuk bisa beradaptasi. Hal ini merupakan salah satu kendala yang dirasakan oleh guru karena harus melakukan penyesuaian-penyesuaian terkait dengan tujuan, materi, dan lain-lain yang cukup membuat guru bingung. Pergantian kurikulum dengan waktu yang singkat juga menjadi kendala yang dirasakan guru dalam penyusunan indikator keberhasilan belajar. Di mana guru harus memahami dan menyesuaikan dengan kurikulum yang baru terkait dengan kejelasan rumusan, kesesuaian dengan kompetensi dasar, pengakomodasian kompetensi atau keahlian yang harus dimiliki siswa, dan lain-lain. b) Kendala Guru Dalam Pra dan Membuka Pelajaran Guru tidak mengalami kendala yang berarti dalam pra pembelajaran. Hal ini dikarenakan media pembelajaran yang digunakan tergolong sederhana, jadi tidak memerlukan
persiapan yang rinci. Guru juga jarang memeriksa kesiapan ruang kelas sebelum pembelajaran di mulai, Guru dengan disiplin Sosiologi melakukan apersepsi dalam membuka pembelajaran. Akan tetapi banyak siswa yang tidak ingat dengan pelajaran sebelumnya sehingga harus melihat catatan atau LKS yang dimiliki. Kendalanya bahwa sering tidak menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatannya.
biasanya diberikan pada mahasiswa semester akhir. Sudah materinya berat inputnya juga kurang, bahkan di Erlangga olah datanya sampai product moment, korelasi, akhirnya materinya tidak semua disampaikan.
Kendala dalam membuka pembelajaran yaitu siswa tidak tahu kompetensi yang akan dicapai dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Guru tidak memberitahukan terlebih dahulu. Jadi siswa hanya mengikuti apa yang diinstruksikan guru. Apersepsi yang dilakukan di kelas serupa dengan guru dengan disiplin Sosiologi. Siswa harus membuka catatannya terlebih dahulu, karena tidak mengingat pelajaran pada pertemuan sebelumnya.
Disamping itu usaha untuk mengembangkan kompetensi guru dengan banyak membaca buku-buku umum Sosiologi ternyata juga tidak mudah Kendala lainnya adalah secara psikologis, karena bukan disiplin ilmunya guru khawatir jika ada salah persepsi dan kemudian itu disampaikan kepada anak, berarti guru telah menyampaikan konsep Sosiologi yang salah. Hal ini juga menjadi kendala bagi guru.
c) Kendala Guru Dalam Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran Penguasaan materi bagi guru dengan disiplin Sosiologi tidak terdapat kendala. Hal ini dikarenakan pengetahuan Sosiologi diperoleh selama di bangku kuliah. Jadi guru hanya mengembangkan materi dengan yang ada di kurikulum dan buku paket Sosiologi SMA, serta dalam kehidupan di masyarakat. Adapun kendala yang dihadapi guru terkait dengan materi pelajaran di mana penelitian Sosial dianggap terlalu sulit bagi siswa SMA dan dirasa belum saatnya siswa mendapat materi tersebut. Materi penelitian sosial biasanya diajarkan di bangku perkuliahan semester pertengahan dan mempraktekkannya ketika di semester akhir, terlalu berat metode pebelitian yang
Kendala lain adalah guru tidak terlalu memperhatikan hirarki belajar dalam menyampaikan materi. Hal ini dikarenakan kembali lagi kepada ketidak tahuan guru mengenai kependidikan secara mendalam.
d) Kendala Dalam Strategi Pembelajaran Sosiologi yang labotatoriumnya adalah masyarakat, tentunya akan lebih ideal jika siswa diajak terjun ke masyarakat. Hal ini dilakukan supaya siswa dapat mengalami langsung sehingga belajar akan lebih bermakna. Siswa pun akan lebih senang karena tidak selalu berada di dalam kelas. Sayangnya guru tidak dapat menerapkannya dalam pembelajaran Sosiologi, karena terbentur kendala waktu yang minim, pengaturan siswa, serta medannya. Guru belum dapat menerapkan variasi metode dalam pembelajaran. Hal ini merupakan salah satu kendala bagi guru, karena guru belum banyak megetahui mengenai metode-metode pembelajaran yang lebih bervariatif untuk digunakan di kelas. Jadi guru harus banyak belajar guna
meningkatkan kemampuannya dalam mengatur pembelajaran yang kondusif untuk siswa. Guru merasakan kendala yang dihadapi dalam strategi pembelajaran adalah guru berusaha melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif pada siswa. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua siswa dapat mengamalkan apa yang sudah diperoleh di pembelajaran ke dalam dunia riil di sekitarnaya. Alokasi waktu yang terbatas juga merupakan kendala yang kerap dialami guru, karena tidak sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran. Di samping itu sebagian siswa yang kerap kali tidak dapat mengikuti jalannya pelajaran. Hal ini membuat guru harus mengulangi lagi materi yang sudah diberikan yang tentunya akan semakin memakan waktu. Pada akhirnya menyebabkan kemunduran waktu yang telah dialokasikan, yang nantinya juga akan membuat mundur alokasi waktu yang telah dirancang untuk tahapan selanjutnya. Minimnya buku seperti yang telah disebutkan di atas menjadi kendala dalam metode karena pada akhirnya guru akan kembali menggunakan metode konvensional ceramah Guru yang berusaha menumbuhkan kebiasaan positif pada siswa. Akan tetapi mengalami kendala di mana siswa menunjukkan hasil yang baik saat di dalam kelas. Ketika di luar ruangan sering kali siswa tidak dapat menerapkan kebiasaan positif yang didapatnya dalam pembelajaran. Serupa dengan guru berlatar belakang pendidikan Sosiologi bahwa pembelajaran terkadang tidak sesuai dengan alokasi waktu. Hal ini dikarenakan siswa yang belum paham, dan waktu yang terbatas dengan materi yang cukup banyak. Ini menjadi kendala yang kerap dialami guru.
4.
Kendala Dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran Kendala utama yang dihadapi guru dalam pembelajaran adalah terkait dengan media pembelajaran. Di mana guru masih mencari media apa yang cocok untuk mata pelajaran Sosiologi. Media tersebut diharapkan dapat menyampaikan pesan pembelajaran dengan kompetensi yang akan dicapai. Pencarian informasi dengan pemanfaatan internet belum bisa dilakukan oleh siswa karena belum tersedia di sekolah dan untuk internet di luar siswa belum bisa menjangkaunya.Disamping karena minimnya media pembelajaran yang tersedia di sekolah guru juga belum terlalu terampil dalam penggunaan media seperti computer, maupun LCD. Akan tetapi untuk media konvensional seperti artikel guru sering menggunakannya, sehingga sudah terampil untuk digunakan di kelas. Minimnya media yang tersedia di sekolah yang dirasakan oleh guru sebagai kendala, ternyata tidak demikian menurut pihak sekolah. Kepala sekolah merasa bahwa media untuk mata pelajaran Sosiologi dapat memanfaatkan apa yang ada di sekitar seperti artikel dari Koran atau majalah, dan sebagainya, Jadi bagaimana guru yang kreatif dan inovatif dalam penggunaan media untuk pembelajaran Sosiologi, Keterampilan sebagian besar guru dalam penggunaan media serupa dengan guru disiplin Sosiologi, meskipun demikian harapan pada penyediaan media pembelajaran elektronik di sekolah tetap ada. Dengan penggunaan LCD, notebook, dan CD pembelajaran diharapkan dapat mengemas pesan yang menarik untuk siswa.
5.
Kendala Dalam Menciptakan Pembelajaran Yang Memicu Dan Memelihara Keterlibatan Siswa. Karakteristik siswa dengan kemampuan rata-rata menengah ke bawah menjadi kendala bagi guru. Hal ini nantinya akan berpengaruh dalam menciptakan situasi belajar yang mengaktifkan siswa. Dimana siswa sulit mengikuti pelajaran sesuai dengan target waktu yang ada misalnya, motivasi untuk belajar yang kurang, ketidak mampuan membeli buku pegangan,dan lain-lain. Hal tersebut menjadi faktor yang kurang menunjang dalam pembelajaran Sosiologi di kelas. Pada akhirnya guru harus berpikir ekstra dalam strategi pembelajaran yang dipersiapkan. Di samping itu mata pelajaran IPS ternyata masih menjadi second class hampir di semua sekolah. Disaat siswa kelas XI penjurusan, maka siswa yang memiliki prestasi di bidang akademik akan lebih memilih bidang IPA. Jadi kemampuan siswa IPA lebih baik jika dibandingkan dengan siswa IPS. Bidang IPS memiliki image sebagai buangan bagi anak-anak yang kurang pintar dan anak-anak nakal. Kurikulum menuntut keaktifan siswa di kelas. Dimana siswa belajar dengan menemukan dan mengalami sendiri sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Kendala yang dihadapi guru juga berawal dari kemampuan siswa yang masuk ke sekolah, sehingga untuk dapat menumbuhkan partisipasi aktif dan antusiasme belajar siswa terasa sulit untuk diwujudkan, Tidak hanya itu, ternyata siswa IPS sendiri ada kecenderungan lebih fokus terhadap mata pelajaran yang di UANkan yaitu Ekonomi, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Alasannya sudah jelas, karena kekhawatiran jika tiga mata pelajaran itu tidak memenuhi nilai standar nasional tidak dapat lulus.
Bukan hanya siswanya pihak sekolah pun lebih memperhatikan mata pelajaran yang di UANkan dibandingkan dengan yang tidak di UANkan, karena gengsi sekolah jika dapat meluluskan banyak siswanya. Hal ini menjadi kendala bagi Sosiologi yang kurang mendapat perhatian serius baik oleh siswa maupun pihak sekolah. Motivasi dan minat baca siswa yang rendah juga salah satu kendala dalam mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Guru mencoba mensiasati dengan memberikan banyak tugas yang akhirnya membuat peserta didik mau tidak mau harus harus membaca dan berpikir. Selain itu Guru juga harus lebih sabar dan telaten dalam menghadapi siswa terutama dengan input yang kurang. a) Kendala Dalam Penilain Proses Dan Hasil Belajar Guru berlatar belakang pendidikan Sosiologi dalam pembelajaran kurang memperhatikan penilaian yang harus dilakukan pada awal pembelajaran. Pengetahuan yang dimiliki guru bahwa penilaian yang wajib dilakukan adalah pada saat proses dan akhir kegiatan pembelajaran saja. Input siswa yang kurang menurut penilaian guu mempengaruhi hasil belajar kognitif siswa yang juga kurang. Ini terlihat dari banyaknya siswa yang belum tuntas dibandingkan yang sudah tuntas, sehingga banyak siswa yang harus mengikuti remidi. Kendala tersebut dirasakan guru kaitannya dengan penilaian proses dan hasil belajar. Guru berharap supaya tujuan pembelajaran yang dirumuskan dapat tercapai. Jika belum tercapai maka guru akan berusaha mengulangi kembali materi yang mungkin dirasa sulit bagi siswa, setidaknya sampai siswa ada
gambaran mengenai materi tersebut sehingga tujuan dapat tercapai.
dari masing-masing siswa yang belum tuntas. Ini dapat mengganggu pembelajaran siswa yang sudah tuntas.
Banyaknya siswa yang remidi tentunya akan menambah pekerjaan yang membuat guru menjadi semakin repot dalam penilaian. Soal-soal remidi yang dibuat harus disesuaikan dengan kompetensi dasar yang belum tuntas dari masing-masing siswa.
Guru tidak mengalami kendala berarti dalam pembelajaran. Akan tetapi ada salah seorang guru memiliki kebiasaan berbicara cepat. Dalam menyampaikan materi siswa kurang bisa mengikuti karena terlau cepat. Pada akhirnya guru mengulang kembali materinya, meskipun demikian untuk menghilangkan kebiasaan tidaklah mudah. Jadi hal tersebut bisa terulang pada beberapa kali pertemuan.
Kendalanya lainnya adalah menilai siswa dalam mempraktekkan konsep-konsep Sosiologi yang telah diperolehnya di dalam kehidupan bermasyarakat. Guru menilai hanya sebatas pada penguasaan konsepnya saja, sehingga penilaiannya menjadi tidak menyeluruh. Penilaian di awal juga merupakan kendala dalam pembelajaran. Akan tetapi guru berlatar belakang pendidikan non Sosiologi telah mengetahui adanya penilaian yang harus dilakukan di awal, namun prakteknya sebagian besar guru melakukan penilaian ketika proses dan akhir kegiatan pembelajaran. Jadi penilaian diawal belum menjadi prioritas yang harus dilakukan guru dalam evaluasi. Idealnya tujuan pembelajaran sering kali tidak sesuai dengan riilnya keadaan yang terjadi di kelas. Hal tersebut diantaranya disebabkan oleh input siswa terutama yang berada di SMA, Disamping itu idealnya tujuan yang ada hanya dipahami siswa secara teori saja tetapi untuk prakteknya dalam masyarakat sulit diterapkan. Demikian juga dengan penilaiannya yang hanya bisa diukur teori tetapi prakteknya sulit, Soal yang dibuat untuk remidi harus disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) yang belum dikuasai siswa atau belum tuntas. Hal ini merupakan salah satu kendala yang dialami oleh guru terkait dengan Evaluasi karena guru harus lebih telaten dalam mengidentifikasi KD
C. Pengembangan Kompetensi Guru Sosiologi Keberadaan mata pelajaran Sosiologi sejak tahun 1994 ternyata tidak diimbangi dengan ketersedian guru yang berkompeten dibidangnya yang berlatar belakang dari kependidikan Sosiologi. Posisi guru Sosiologi akhirnya diisi oleh guru seadanya yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Diyakini Robotham (1996:27), kompetensi yang diperlukan oleh seseorang tersebut dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman. Syah (2000:229) mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Usman (1994:1) mengemukakan kompentensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. McAhsan (1981:45), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengemukakan bahwa kompetensi: “…is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he or
she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”. Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu Finch & Crunkilton (1979:222 Pengetahuan guru yang berlatar belakang pendidikan non Sosiologi mengenai Sosiologi diperoleh dari buku paket pelajaran yang tersedia di sekolah. Buku yang digunakan guru seperti Erlangga, Yudistira, LKS, buku umum mengenai Sosiologi (Sosiologi Pengantar karangan Soerjono Soekanto), dan berita-berita aktual yang terjadi di masyarakat seperti artikel Koran atau majalah, serta televisi. Ditambah lagi dengan mata kuliah dasar Sosiologi yang diterima ketika kuliah minimal 2 SKS. Akan tetapi guru merasa kesulitan untuk memperoleh buku-buku Sosiologi umum yang akan digunakan sebagai bahan belajar guru tentang Sosiologi. Guru yang berlatar belakang Sosiologi tentunya lebih mendalami yang telah mempelajari selama kuliahnya. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bagian penjelasan dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Hal ini menandakan dalam peranannya sebagai seorang pendidik, guru harus memiliki pengetahuan dan kecakapan dalam suatu tindakan pengelolaan kelas yang maksimal sehingga diharapkan terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Pengelolaan disini dapat dimulai dari perencanaan, proses dan ditutup dengan evaluasi pembelajaran. Perencanaan dapat berupa sebuah rangkaian acara yang telah di set sedemikian rupa demi terlaksananya tujuan. Contohnya : seorang guru memiliki tujuan yang dibuatnya dalam suatu standar
kompetensi. Otomatis apabila ia ingin mencapai tujuannya tersebut maka ia harus membuat suatu rencana yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pengetahuan mengenai keguruan menjadi satu kendala yang dialami guru berlatar belakang Sosiologi, karena bukan berasal dari kependidikan. Akta empat yang diambil untuk mendapatkan izin mengajar rupanya belum merupakan bekal yang cukup guna memasuk dunia kependidikan di sekolah. Disamping waktu pendidikan yang ditempuh sangat singkat 1-2 semester, perkuliahanpun dirasa kurang menekankan kualitas dan hanya sebagai syarat saja guna mendapatkan izin mengajar. Sebagian besar guru belum pernah melakukan pelatihan, seminar, maupun wokshop mengenai pembelajaran Sosiologi. Guru hanya sebatas mengadakan pertemuan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Sosiologi MGMP sebagai wadah guru-guru Sosiologi untuk berdiskusi dan bertukar pikiran guna meningkatkan kualitas pembelajaran Sosiologi di sekolah. Jika ada guru yang mengikuti seminar ataupun workshop pembelajaran Sosiologi maka akan ditularkan kepada guru-guru lainnya melalui MGMP. Disamping itu MGMP juga untuk menyamakan materi Sosiologi terkait dengan kurikulum, buku pegangan yang digunakan, sampai pembuatan soal. Jadi, MGMP Sosiologi ini dirasakan kebermanfaatannya guna memperoleh hasil pembelajaran Sosiologi yang optimal.Hal ini dikarenakan prosesnya yang memang agak lama harus melewati beberapa siklus, sehingga harus betul-betul meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk dapat melakukannya. Adapun waktu yang dimiliki telah banyak tersita untuk melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang guru baik di sekolah maupun di luar sekolah. Terlebih lagi administrasi pembelajaran dalam kurikulum 2004 dan 2006 yang lebih rumit dan membutuhkan ketelatenan ekstra untuk dapat memenuhinya.
problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.
D. Kemampuan Guru Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak sedangkan Pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Sedangkan menurut PP tentang Guru, bahwasanya kompetensi pedagogik Guru merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: a.
d.
perancangan pembelajaran. Guru memiliki kemampuan merencanakan sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada. Perencanaan tersebut meliputi memahmi landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan.
e.
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Guru menciptakan situasi belajar yang meliputi menata latar ( setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif ( kreatif, aktif dan menyenangkan). Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.
pemahaman terhadap peserta didik. Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-
pengembangan kurikulum/silabus. Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan yang diakreditasi pemerintah.
b.
c.
f.
pemanfaatan teknologi pembelajaran.
Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi. g.
evaluasi hasil belajar. Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat.
h.
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan ini adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas, berbasis pada perencanaan dan solusi atas masalah yang dihadapi anak dalam belajar. Sehingga hasil belajar anak dapat meningkat dan target perencanaan guru dapat tercapai. Pada prinsipnya, Kesemua aspek kompetensi paedagogik di atas senantiasa dapat ditingkatkan melalui pengembangan kajian masalah dan alternatife solusi.
E. Kesimpulan Simpulan adalah dalam pembelajaran Sosiologi guru mengalami banyak kendala baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Saran bagi guru untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya dengan terus belajar. Baik dari buku, seminar atau pelatihan, maupun dengan guru lain yang lebih berpengalaman. Pihak sekolah mulai membenahi formasi guru Sosiologi, dengan tidak menempatkan guru pengampu Sosiologi yang semata-mata kekurangan jam mengajar. Sekolah secepatnya melengkapi media dan sarana prasarana yang dibutuhkan guna menunjang keberhasilan pembelajaran. Bagi Dinas Pendidikan untuk memfasilitasi keterbatasan guru dari latar belakang pendidikan Sosiologi. Oleh sebab itu diperlukan kerja sama dari berbagai pihak yang berhubungan dengan pembelajaran Sosiologi, yaitu guru Sosiologi, kepala sekolah dan dinas pendidikan. Hal ini dilakukan supaya dapat diciptakan lingkungan pembelajaran Sosiologi yang kondusif dan dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Daftar pustaka