Jurnal HPT Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015 ISSN: 2338-4336
KEMAPANAN PARASITOID Telenomus remus (HYMENOPTERA : SCELIONIDAE) PADA AGROEKOSISTEM SEDERHANA DAN KOMPLEKS Agus Wahyana Anggara1 , Damayanti Buchori2, Pudjianto2 1 Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya 9 Sukamandi Subang 41256 Jawa Barat. Telp. 08156071902, Fax.(0260) 520158 e-mail :
[email protected] 2 Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, IPB
ABSTRACT Parasitoid is relatively difficult to occupy and colonize in seasonal crop ecosystem due to drastically environmental changes and also disturbed by human efforts to get an optimum yield. Field experiment was conducted to study the establishment of parasitoid Telenomus remus on simple (monoculture) and complex (polyculture) agroecosystem. The establishment was monitored by indirect observation through parasitism level in both type of agroecosystem. The monoculture soybean was set as the simple agroecosystem. The complex agroecosystem was strip-cropping system of soybean and chili, and completed with flowering plants (Cardamine hirsuta, Portulaca oleacae, Lugwigia hyssopifolia, dan Jussiaea suffruticosa) on the outer field-margin. Both agroecosystem were treated by inundation released of adult parasitoids using spot release method. The results showed T. remus had a good survival and successfully occupied in both agroecosystem types. It indicated that the parasitoid was potential to develop as a biological control agent. Generally, the number of host egg cluster that parasitized by T. remus was higher in polyculture (111 egg clusters) than those in monoculture (93 egg clusters). The parasitism level on the complex agroecosystem (68.9%) was higher than in simple agroecosystem (51.9%). It indicated that habitat manipulation on complex agroecosystem provides more suitable environment for parasitoid to enhance their effectiveness. Based on the results of this study, there are two important things to reach success in biological control using parasitoid, i.e. using high fitness of parasitoid and availability of suitable environment for released parasitoid. Key words: establishment, parasitoid, parasitism, agroecosystem, Telenomus remus.
111
Anggara et al., Kemapanan Parasitoid Telenomus remus (Hymenoptera…
ABSTRAK Parasitoid relatif sulit menetap pada agroekosistem tanaman semusim karena drastisnya perubahan lingkungan dan tingginya faktor penghambat akibat campur tangan manusia dalam usahanya memaksimalkan panen. Penelitian lapangan dilakukan untuk mengetahui kemapanan parasitoid Telenomus remus pada agroekosistem sederhana dan kompleks.
Kemapanan
parasitoid
diamati
secara
tidak
langsung
dengan
membandingkan tingkat parasitisasi pada kedua tipe agroekosistem tersebut. Agroekosistem sederhana adalah monokultur kedelai, sedangkan kompleks adalah tumpangsari kedelai dan cabe merah, serta dilengkapi tanaman berbunga (Cardamine hirsuta, Portulaca oleacae, Lugwigia hyssopifolia, dan Jussiaea suffruticosa) pada setiap sisi luar petaknya. Pada kedua tipe pertanaman dilepas parasitoid T. remus secara inundatif dengan metode spot release. Hasil penelitian menunjukkan bahwa T. remus yang dilepas memiliki kemampuan bertahan hidup yang baik dan berhasil mapan pada kedua tipe agroekosistem sehingga berpotensi dikembangkan sebagai agens pengendali hayati. Secara keseluruhan, jumlah kelompok telur perangkap terparasit lebih banyak pada petak polikultur (111 kelompok) daripada monokultur (93 kelompok). Tingkat parasitisasi petak polikultur (68,9%) juga lebih tinggi daripada monokultur (51,9%). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa manipulasi habitat yang dilakukan pada petak polikultur lebih baik dalam mendukung unjuk kerja dan keefektifan parasitoid T. remus di lapangan. Implementasi dari hasil penelitian tersebut bahwa penggunaan parasitoid berkebugaran tinggi dan kualitas lingkungan agroekosistem sasaran pengendalian menentukan keberhasilan pengendalian hayati. Kata kunci : kemapanan, parasitoid, tingkat parasitisasi, agroekosistem, Telenomus remus.
112
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 3
yang
PENDAHULUAN Agroekosistem
merupakan
ekosistem yang dibuat dan dipelihara oleh manusia
untuk
memenuhi
kebutuhan
Agustus 2015
diintegrasikan
dalam
kegiatan
budidaya terbukti mampu meningkatkan kemapanan parasitoid pada agroekosistem. Penyediaan
sumber
daya
pendukung
pangan, sandang, dan produk pertanian
seperti pakan untuk imago, inang, tempat
lainnya. Sebagian besar agroekosistem
berlindung sementara (shelter), wilayah
merupakan lingkungan yang kurang sesuai
pelarian (refugia area), dan lingkungan
untuk musuh alami karena tingginya
mikro yang sesuai, berpengaruh positif
campur tangan manusia dalam usahanya
terhadap lama hidup (longevity) dan
memaksimalkan panen (Landis et al.
keperidian (fecundity) parasitoid (Altieri
2000).
keanekaragaman
1993; Nicholls and Altieri 2003). Dengan
flora dan fauna pada agroekosistem
kelangsungan hidup yang lebih lama,
mengakibatkan terjadinya penyederhanan
imago parasitoid memiliki lebih banyak
proses fisikokimia (Conway and Remenyi
waktu untuk mencari dan menemukan
1985).
tersebut
inangnya,
kurang
keperidian
Berkurangnya
Penyederhanaan
menyebabkan mendukung
agroekosistem keefektifan
unjuk
kerja
musuh alami di lapangan, seperti predator
dalam
menekan
populasi
Parasitoid
sulit
menetap
memungkinkan
pada
parasitoid
1998). Telenomus remus (Hymenoptera: Scelionidae) merupakan parasitoid telur Lepidoptera
inangnya (Menalled et al. 1999).
peningkatan
memarasit lebih banyak inang (Phillips
dalam menekan populasi mangsanya dan parasitoid
sedangkan
Spodoptera
terutama
dari
(Lepidoptera:
genus
Noctuidae)
agroekosistem tanaman semusim akibat
(Cave 2000; CABI 2002). Ciri khas T.
relatif cepat dan drastisnya perubahan
remus adalah tubuh berwarna hitam
lingkungan (Tscharntke et al. 2001), serta
dengan kisaran panjang 0,5-0,6 mm,
tingginya
seperti
toraks menonjol lebih tinggi daripada
penggunaan pestisida, ketiadaan pakan
abdomen, dan ujung abdomen menyempit
untuk imago, dan kelangkaan inang
(Cave 2000; Yuliarti 2002). Di kawasan
alternatif (Landis et al. 2000). Meskipun
Amerika
demikian, penerapan prinsip konservasi
dikembangkan
faktor
penghambat
Latin,
pengendalian 113
T.
remus
sebagai hayati
karena
banyak agens memiliki
Anggara et al., Kemapanan Parasitoid Telenomus remus (Hymenoptera…
kemampuan reproduksi yang tinggi dan
ketebalan 2cm. Pupa yang terbentuk
mudah diperbanyak secara massal (Cave
direndam dalam larutan kloroks 2%
2000). Karakter lain yang membuatnya
selama 1 menit, dicuci dengan air steril,
dipilih sebagai agens pengendali hayati
dan ditempatkan dalam wadah plastik
adalah kapasitas pencarian inang yang
(diameter 9cm, tinggi 6cm) dengan alas
tinggi, serta memiliki kisaran inang dan
kertas merang. Imago
penyebaran yang luas (Kalshoven 1981;
dipindahkan ke stoples plastik (diameter
Cave 2000; CABI 2002; Yuliarti 2002).
15cm,
Pada
permukaan
penelitian
ini
akan
dipelajari
tinggi
yang muncul
20cm)
dalamnya
yang dilapisi
seluruh kertas
pengaruh perbedaan tipe agroekosistem
merang sebagai tempat peletakan telur.
terhadap kemapanan parasitoid T. remus.
Stoples dengan ukuran tersebut maksimal
Secara
pelepasan
berisi 30 imago (25 betina, 5 jantan). Ke
parasitoid T. remus pada agroekosistem
dalam stoples tersebut disediakan madu
kompleks
sederhana
10% yang diserapkan pada kapas sebagai
dilakukan
pakan tambahan untuk imago parasitoid.
pengamatan terhadap tingkat kemapanan
Pemanenan telur S. litura dilakukan setiap
parasitoid yang dilepas pada habitat
hari.
sasaran
Perbanyakan
spesifik,
dilakukan
(polikultur)
(monokultur),
dengan
dan
kemudian
menghitung
jumlah
kelompok telur perangkap yang terparasit
massal
parasitoid
T.
remus T. remus diperoleh dari inang S.
dan tingkat parasitisasinya. litura
MATERI DAN METODE
yang
dikoleksi
dari
daerah
Ciranjang Cianjur Jawa Barat. Kelompok Perbanyakan massal Spodoptera litura
telur S. litura di lapangan diambil,
Perbanyakan S. litura dilakukan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator, Departemen HPT IPB (Hama dan Penyakit Tanaman, Institut Pertanian Bogor).
Larva S. litura diambil dari
pertanaman talas, dipelihara dalam kotak plastik (17cm x 12cm x 4cm) dengan pakan daun kedelai yang diganti setiap hari. Menjelang berpupa, serbuk gergaji
dimasukkan ke dalam tabung reaksi (diameter
1,5cm,
diinkubasi pada
tinggi
10cm), dan
suhu kamar hingga
parasitoid muncul. Selanjutnya parasitoid diperbanyak dengan inang S. litura hasil perbanyakan
laboratorium.
Kelompok
telur S. litura berumur kurang dari 24 jam dimasukkan ke tabung reaksi yang berisi T. remus dan diberi madu 10% sebagai
steril dimasukkan ke kotak plastik dengan 114
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 3
Agustus 2015
dipaparkan
kedelai dengan waktu tanam kedelai
selama 24 jam, kelompok telur inang
bersamaan dengan petak polikultur. Petak-
dipindahkan ke tabung reaksi lain. Pada
petak percobaan tersebut disusun menurut
hari ke-3 setelah pemaparan, kelompok
rancangan acak kelompok dengan 3
telur diperiksa dengan mikroskop, apabila
ulangan.
terdapat larva S. litura segera diambil dan
Survei pendahuluan parasitoid telur
pakan
parasitoid.
Setelah
Survei
telur yang terparasit dimasukkan tabung
pendahuluan
bertujuan
reaksi dan diinkubasi hingga parasitoid
untuk mengetahui jenis parasitoid telur S.
muncul.
litura yang secara alami terdapat di lokasi
Petak Percobaan
percobaan dan tingkat parasitisasinya.
Setiap petak percobaan berukuran
Saat kedelai berumur 3 MST (minggu
10m x 15m, ditanami kedelai varietas
setelah tanam), 10 kelompok telur S. litura
Wilis dengan jarak tanam 20cm x 25cm.
dipasang pada 10 tanaman kedelai yang
Lahan berukuran 10m x 10m di antara
dipilih acak pada setiap petak percobaan.
petak-petak percobaan ditanami jagung
Setiap kelompok telur dilekatkan pada sisi
manis dan difungsikan sebagai pembatas
bawah daun kedelai yang tangkai daunnya
antar petak percobaan. Cara budidaya
diolesi vaselin untuk mencegah serangan
seperti yang biasa dilakukan petani, gulma
predator. Setelah 24 jam dipaparkan di
dicabut secara manual dengan tangan, dan
lapangan,
tanpa
Petak
kembali dan diinkubasi di laboratorium
polikultur, sebagai tipe agroekosistem
pada suhu kamar. Pada hari ke-3 inkubasi,
kompleks,
secara
telur perangkap diperiksa dan apabila
tumpang sari (strip cropping) dengan cabe
terdapat larva S. litura segera diambil dan
merah varietas Prabu, dan pada sisi luar
dihitung
petak ditanam 4 jenis perdu berbunga
terparasit, telur rusak, dan telur yang
yaitu
dimakan predator juga dihitung. Telur
penggunaan
ditanami
Cardamine
oleacae,
pestisida.
kedelai
hirsuta,
Lugwigia
Portulaca
hyssopifolia,
telur
perangkap
jumlahnya.
diambil
Jumlah
telur
dan
terparasit
diinkubasi
kembali
Jussiaea suffruticosa (Gambar 1). Cabe
parasitoid
muncul.
Parasitoid
merah dan tumbuhan berbunga ditanam 2
muncul
minggu
sebelum
dihitung tingkat parasitisasinya dengan
Petak
monokultur,
penanaman sebagai
kedelai. tipe
diidentifikasi
hingga
jenisnya
yang dan
persamaan:
agroekosistem sederhana, hanya ditanami
115
Jumlah telur terparasit pada
x 100%
Anggara et al., Kemapanan Parasitoid Telenomus remus (Hymenoptera…
Tingkat parasitisasi kelompok (%)
sebuah kelompok telur Jumlah telur terparasit & menetas pada sebuah kelompok telur
=
Jumlah telur terparasit pada semua kelompok = telur Jumlah semua telur perangkap* yang dipaparkan
Tingkat parasitisasi total (%)
butir telur S. litura yang berumur kurang dari 24 jam. Kelompok-kelompok telur inang tersebut dilekatkan pada bagian permukaan bawah daun menggunakan selotip pada ketinggian 50-75cm di atas permukaan tanah. Selanjutnya, ± 5000 T. x 100%
remus berumur kurang dari 24 jam dilepas dengan ketinggian sejajar peletakan telur perangkap. Kegiatan pelepasan parasitoid
* adalah telur yang berkondisi baik yaitu yang terparasit atau menetas menjadi larva inangnya
dilakukan
pada
pagi
hari
(07:00-
08:00WIB). Setelah dipaparkan selama 24 Kemapanan
T.
remus
pada
jam, kelompok telur diambil kembali dan diproses seperti pada percobaan survei
agroekosistem Pelepasan
parasitoid
dilakukan
pendahuluan.
Selanjutnya
dilakukan
menurut metode spot release (Hernandez
pemasangan kembali telur perangkap pada
et al. 1988) saat kedelai berumur 6 MST.
posisi penempatan yang sama setiap 2 hari
Pelepasan
dan dilakukan
tersebut
dilakukan
secara
hingga hari ke-11 sejak
inundatif agar semua telur perangkap
saat pelepasan parasitoid.
memperoleh kesempatan dioviposisi oleh
HASIL
betina
parasitoid.
Pada
setiap
petak
Survei parasitoid
percobaan dipasang 18 kelompok telur S.
Sejumlah empat kelompok telur
litura sebagai inang perangkap untuk
perangkap yang dipaparkan selama 24 jam
parasitoid
dilepas.
di lokasi percobaan positif terparasit oleh
perangkap
parasitoid telur. Setelah diinkubasi dalam
tersebut dipasang secara sistematis pada
laboratorium, teridentifikasi dua spesies
jarak ½, 1, 2, 4, dan 7m dari titik
parasitoid telur S. litura yang secara alami
pelepasan
telur
terdapat di lokasi percobaan yaitu T.
perangkap dilakukan di sekeliling titik
remus dan Trichogramma sp. Tingkat
pelepasan pada semua arah (utara, timur,
parasitisasi dan kemunculan imago kedua
selatan, dan barat) (Gambar 2). Pada
jenis parasitoid telur S. litura tersebut
setiap
relatif rendah (Tabel 1).
T.
remus
Kelompok-kelompok
titik
parasitoid.
yang telur
Peletakan
penempatan,
dipasang
1
kelompok telur perangkap berisi ± 100
116
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 3
Agustus 2015
polikultur lebih banyak kelompok telur
Kemapanan parasitoid T. remus Pengamatan langsung pada jam-
perangkap yang terparasit (Gambar 3A)
jam awal setelah dilepaskan, parasitoid T.
dengan tingkat parasitisasi lebih tinggi
remus terlihat terbang berputar-putar di
daripada petak monokultur (Gambar 3B).
sekitar titik pelepasan dan selanjutnya
T. remus mampu bertahan hingga
terbang menjauh ke segala arah. Pada hari
hari ke-11 pada pertanaman di lapangan,
ke-1
parasitoid,
sedangkan di laboratorium hanya berumur
diperoleh kelompok telur perangkap yang
rata-rata 1 hingga 2 hari pada suhu 25oC
terparasit oleh parasitoid T. remus. Hal
tanpa
tersebut menunjukkan bahwa parasitoid
(Gambar
yang dilepas memiliki kapasitas pencarian
laboratorium menunjukkan bahwa tanpa
inang yang baik di lapangan. Telur
pemberian madu 10% sebagai pakan
perangkap yang terparasit juga ditemukan
tambahan, sebagian besar imago T. remus
pada hari ke-11 setelah pelepasan T.
akan mati setelah meletakkan telurnya. T.
remus
remus
setelah
yang
pelepasan
mengindikasikan
parasitoid
tersebut
menetap/mapan
pada
lokasi
bahwa
pemberian 4).
pakan
Pengamatan
dalam
tambahan di
laboratorium
dalam
langsung
berhasil
memarasit
sasaran
parasitisasi yang relatif tinggi (Gambar 4).
pengendalian (Gambar 3).
inangnya
dengan
tingkat
Pola parasitisasi tersebut berbeda dengan
Jumlah kelompok telur S. litura
parasitoid
yang terparasit dan tingkat parasitisasi
meskipun
oleh parasitoid T. remus menunjukkan
parasitoid dari induk dan generasi yang
pola yang mirip pada petak polikultur dan
sama dengan hasil perbanyakan massal
monokultur
hari
dalam laboratorium. Tingkat parasitisasi T.
pertama pengamatan atau 24 jam setelah
remus di lapangan pada pengamatan hari
pelepasan
pertama relatif rendah dan jauh di bawah
(Gambar
parasitoid,
3).
Pada
telah
terdapat
yang dilepas
di
menggunakan
lapangan populasi
kelompok telur yang terparasit dengan
populasi
tingkat
rendah,
mengindikasikan bahwa parasitoid yang
selanjutnya meningkat hingga puncaknya
dilepas memerlukan tambahan waktu
pada
untuk beradaptasi dengan lingkungan
parasitisasi
hari
menurun
ke-5, perlahan
yang
kemudian hingga
kembali akhir
laboratorium.
Hasil
tersebut
barunya di lokasi sasaran pengendalian.
pengamatan pada hari ke-11. Meskipun
Tingkat parasitisasi T. remus pada
demikian, terlihat bahwa pada petak
petak polikultur lebih tinggi daripada
117
Anggara et al., Kemapanan Parasitoid Telenomus remus (Hymenoptera…
monokultur dan populasi laboratorium
bahwa
(Gambar 4). Hasil tersebut memperjelas
kemunculan imago parasitoid telur S.
bahwa
pada
litura relatif rendah (Tabel 1). Hal
agroekosistem kompleks (polikultur) lebih
tersebut menunjukkan bahwa populasi
mendukung lama hidup dan kemampuan
alami parasitoid telur S. litura di lokasi
parasitisasi parasitoid T. remus. Juga
percobaan
terindikasi bahwa T. remus yang dilepas
percobaan dengan pelepasan parasitoid
memiliki kemampuan bertahan hidup
layak
yang baik dan mampu mapan pada
(komunikasi pribadi), percobaan dengan
agroekosistem kompleks (polikultur) dan
pelepasan parasitoid di lapangan hanya
sederhana
layak
kualitas
lingkungan
(monokultur)
sehingga
tingkat
parasitisasi
relatif
rendah,
dilanjutkan.
sehingga
Menurut
dilakukan
dan
Buchori
apabila
tingkat
potensial dikembangkan sebagai agens
parasitisasi oleh parasitoid populasi alami
pengendali hayati.
kurang dari 50%. Jumlah kelompok telur inang yang
Kemunculan imago baru Munculnya parasitoid baru yang
terparasit dan tingkat parasitisasi yang
merupakan keturunan dari parasitoid yang
lebih
dilepas sebelumnya merupakan salah satu
mengindikasikan
indikator bahwa parasitoid yang dilepas
habitat
telah berhasil mapan di lokasi sasaran
pertanaman kompleks diduga kuat lebih
pengendalian. Hal tersebut penting karena
baik dalam mendukung unjuk kerja dan
sebagai agens pengendali, parasitoid harus
kemapanan
selalu hadir dan mapan lebih dahulu pada
lapangan. Keberadaan tanaman berbunga
pertanaman
C. hirsuta, P. oleacae, L. hyssopifolia, dan
populasi
sebagai
hama
faktor
sasaran
penekan
pengendalian.
J.
tinggi
pada
yang
petak
bahwa
dilakukan
parasitoid
suffruticosa
di
polikultur manipulasi
pada
T.
sistem
remus
sekeliling
di
petak
Hasil percobaan diperoleh bahwa proporsi
percobaan tipe polikultur kemungkinan
kemunculan imago baru pada petak
berfungsi optimal menyediakan pakan
pertanaman
tambahan berupa nektar untuk imago
polikultur
lebih
tinggi
daripada petak monokultur (Gambar 5).
parasitoid T. remus yang dilepas. Pada saat
PEMBAHASAN Hasil survei pendahuluan terhadap
percobaan
dilakukan,
pelepasan
keempat
parasitoid
tanaman
non-
jenis parasitoid telur yang secara alami
budidaya tersebut sedang berbunga dan
terdapat di lokasi percobaan menunjukkan
terlihat
118
banyak
serangga
yang
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 3
Agustus 2015
mendatanginya. Hasil di atas serupa
daripada frekuensi dan kuantitas T. remus
dengan yang dilaporkan Cave (2000)
yang dilepas di lapangan.
bahwa
tingkat
parasitisasi
T.
T.
remus
remus
dalam
laboratorium
berkisar 65-92% pada petak tanaman yang
langsung memarasit inangnya dengan
di sekitarnya terdapat gulma berbunga,
tingkat parasitisasi yang relatif tinggi,
sedangkan
pada
sedangkan
parasitoid yang dilepas di
berbunga
hanya
lapangan
relatif
Sejumlah
petak
berkisar
penelitian
menyatakan
tanpa
yang
bahwa
gulma 20-60%.
lain
juga
peningkatan
rendah
tingkat
parasitisasinya meskipun menggunakan populasi
parasitoid
dari
induk
dan
keanekaragaman tumbuhan berbunga di
generasi yang sama hasil perbanyakan
agroekosistem
massal di laboratorium (Gambar 4). Hasil
peran,
mampu
aktifitas,
meningkatkan
kelangsungan
hidup
tersebut
mengindikasikan
(survival), kemapanan (establisment), dan
parasitoid
lama hidup (longevity) parasitoid karena
tambahan waktu untuk beradaptasi dengan
memungkinkan
pakan
lingkungan barunya di lokasi sasaran
tambahan untuk imago parasitoid (nektar
pengendalian. Menurut van Driesche and
dan
Bellows (1996), parasitoid menempuh
polen),
tersedianya
inang
alternatif,
tempat
yang
dilepas
bahwa
berlindung (shelter), dan daerah pelarian
beberapa
(refugia area) saat kondisi lingkungan
inangnya di lapangan. Tahapan tersebut
buruk (Idris & Grafius 1995; van Driesche
adalah menemukan habitat serangga inang
& Bellows 1996; Baggen & Gurr 1998;
(host habitat finding), melokalisasi dan
Lewis et al. 1998; Landis et al. 2000;
menemukan
Tscharntke et al. 2001). Lebih lanjut Cave
penerimaan inang (host acceptance), dan
(2000)
kecocokan
menyatakan
bahwa
pelepasan
tahapan
memerlukan
untuk
inang
memarasit
(host
terhadap
inangnya
(host
waktu
untuk
parasitoid T. remus pada kerapatan tinggi
suitability).
(75.000-105.000 individu per hektar per
menyelesaikan
minggu)
bervariasi pada setiap individu parasitoid.
tidak
berbeda
tingkat
Periode
finding),
Menurut
kerapatan rendah (35.000-50.000 individu
ketersediaan pakan dan inang sangat
per hektar per minggu). Hasil tersebut
mempengaruhi strategi pencarian imago
semakin menunjukkan bahwa peningkatan
parasitoid. Parasitoid yang lapar lebih
kualitas
memilih mencari pakan daripada berusaha
lebih
penting
119
and
Gurr
tersebut
parasitisasinya dengan pelepasan pada
agroekosistem
Baggen
tahap-tahap
(1998),
Anggara et al., Kemapanan Parasitoid Telenomus remus (Hymenoptera…
menemukan inangnya (Takasu and Lewis
Microplitis croceipes yang lapar akan
1993; Lewis et al. 1998). Oleh karena itu,
cepat menemukan pakan tersebut dan
ketersediaan sumber pakan tambahan di
secepatnya kembali mencari inang. Juga
sekitar tanaman budidaya diperlukan agar
diketahui bahwa parasitoid yang dilepas
waktu pencarian pakan tidak lebih banyak
dalam keadaan lapar, tetapi disediakan
daripada waktu pencarian inang sehingga
pakan
parasitisasi lebih efektif. Seperti parasitoid
kemampuan pencarian inang yang sama
telur
remus
baiknya (dalam beberapa kasus bahkan
membutuhkan pakan tambahan dan inang.
lebih baik) dengan parasitoid yang dilepas
lainnya,
imago
Kemampuan
T.
parasitoid
untuk
di
Kelangsungan hidup pradewasa
pengendalian mencerminkan keefektifan
parasitoid
dan
peningkatan
pengendalian
hayati.
penggunaan
parasitoid
sebagai Selain
agens dengan
berkebugaran
memiliki
dalam keadaan kenyang.
mapan dan menetap pada daerah sasaran
keberhasilannya
pertanaman,
oviposisi
telur umur
(CABI
kemunculan
menurun telur
inang
2002).
imago
seiring saat
Rendahnya
baru
dari
telur
tinggi, kualitas lingkungan agroekosistem
perangkap yang dipasang di lapangan
sasaran pengendalian juga menentukan
diduga kuat bukan akibat kualitas telur
keberhasilan pengendalian hayati. Secara
perangkap yang buruk karena telur yang
keseluruhan, tingkat parasitisasi pada
dipakai
petak polikultur lebih tinggi daripada
berkualitas baik dan berumur kurang dari
monokultur.
Hasil
tersebut
24 jam. Faktor lingkungan yaitu fluktuasi
mengindikasikan
bahwa
manipulasi
suhu dan kelembaban udara akibat hujan
menyediakan
yang sering turun diduga menyebabkan
lingkungan lebih sesuai untuk mendukung
penurunan kemunculan imago. Menurut
unjuk kerja dan keefektifan T. remus.
Sosromarsono (2002), parasitoid bersifat
Ketersediaan pakan tambahan bagi imago
poikilotermal sehingga suhu lingkungan
T. remus yang dilepas di lapangan diduga
dan kelembaban nisbi berpengaruh kuat
merupakan salah satu kunci lebih baiknya
terhadap
kualitas lingkungan tersebut. Seperti yang
perkembangannya.
dilaporkan Takasu and Lewis (1993)
berlangsung,
bahwa ketika disediakan pakan tambahan
perangkap dalam kondisi basah ketika
di petak pertanaman, imago parasitoid
dikoleksi kembali dari lapangan.
habitat
pada
polikultur
120
benar-benar
dipilih
metabolisme Selama
sebagian
yang
dan percobaan
besar
telur
Hal
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 3
tersebut diduga merusak telur yang telah terparasit
sehingga
tidak
Agustus 2015
Baggen, L.R, and G.M. Gurr. 1998. The
mampu
influence of food on Copidosoma
berkembang sempurna dan gagal muncul
koehleri
sebagai
Encyrtidae),
imago.
Hasil
tersebut
(Hymenoptera
:
and
the
use
of
plants
as
habitat
tool
to
enhance
menunjukkan bahwa T. remus mampu
flowering
memarasit saat musim hujan meskipun
management
tingkat kemunculan imagonya rendah.
biological control of potato moth,
KESIMPULAN
Phthrimaea
operculella
Manipulasi habitat dengan penanaman
(Lepidoptera
tumbuhan berbunga C. hirsuta, P. oleacae,
Biological Control 11: 9-17.
L. hyssopifolia, dan J. suffruticosa di
Buchori, D. 2002. Optimalisasi peran agen
:
Gelechiidae).
sekeliling petak polikultur terbukti mampu
pengendalian
menyediakan pakan tambahan bagi imago
melestarikan lingkungan: model
parasitoid
Lingkungan
pengembangan
pertanaman yang lebih kompleks tersebut
agroekosistem
menyebabkan parasitoid T. remus yang
Seminar Nasional Perkembangan
dilepas
memiliki
Terkini Pengendalian Hayati di
kelangsungan hidup lebih lama. Oleh
Bidang Pertanian dan Kesehatan :
karena
Bogor, 5 September 2002. hlm 1-
yang
lebih
itu,
dilepas.
mapan
jumlah
dan
kelompok
telur
perangkap yang terparasit dan tingkat
hayati
dalam
konservasi di
Indonesia.
6
parasitisasi T. remus pada petak polikultur
[CABI] CAB International. 2002. Crop
(68,9%) lebih tinggi daripada monokultur
Protection Compendium 2002 ed.
(51,9%).
[CD-ROM]. London: CABI. Cave, R.D. 2000. Biology, ecology and
DAFTAR PUSTAKA
use
Altieri, M.A., J.R. Cure, and M. Garcia.
in
pest
management
1993. The role and enhancement
Telenomus remus.
of
21(1):21-26
parasitic
hymenoptera
biodiversity in agroecosystems. In
of
Biocontrol
Conway, G.R, and J.V. Remenyi. 1985.
Biodiversity,
Agricultural ecology and farming
Edited by LaSalle and F Gauld.
systems research. In Agricultural
CAB International, Wallingtord,
systems research for developing
UK 257-275
countries.
Hymenoptera
and
121
Proceedings
of
an
Anggara et al., Kemapanan Parasitoid Telenomus remus (Hymenoptera…
International Workshop Held at
Lewis, W.J., J.O. Stapel, A.M. Cortesero,
Hawkesbury Agricultural College
and
Richmond; NSW Australia, 12-15
Understading
May 1985. pp 43-59
balance food and host needs:
Hernandez, D., and F. Ferrer, Linares B.
Nixon
(Hymenoptera
:
Takasu.
1998.
how
parasitoids
importance to biological control.
1988. Introduction de Telenomus remus
K.
Biological Control 11:175-183 Mattjik, A.A., dan I.M. Sumertajaya.
Scelionidae) to control Spodoptera
2002.
frugiperda
dengan Aplikasi SAS dan Minitab.
(Lepidoptera
Noctuidae) Venezuela.
in
:
Yaritagua
Tropical Agronomy
Perancangan
Jilid 1 Ed. 2.IPB Press Bogor. Menalled, F.D., P.C. Marino, S.H. Cage,
39:199-205
and D.A. Landis.
Idriss, A.B., and E. Grafius.
Percobaan
1995.
agricultural
1999.
landscape
Does
structure
Wildflowers as nectar sources for
affect parasitism and parasitoid
Diadegma insulare (Hymenoptera
diversity?
: Ichneumonidae), a parasitoid of
9(2):634-641
diamondback moth (Lepidoptera : Yponometidae).
Ecology
Application
Nicholls, C.I., and M.A. Altieri. 2003.
Environmental
Designing
Entomology 24(6):1727-1735
spesies-rich,
pest-
suppresive agroecosystem through
Kalshoven, L.G.E. 1981 The Pests of
habitat
management.
[online].
Crops in Indonesia. Laan PA van
http://agroeco.org
der, penerjemah.
Jakarta: Ichtiar
/brasil/material/designing_
Terjemahan
spesies.htm. [29 Okt 2003]
Baru-van Hoeve. dari:
De
Plagen
van
de
Takasu, K., and W.J. Lewis. 1993. Host
Cultuurgewassen in Indonesie.
and food foraging of the parasitoid
Landis, D.A., S.D. Wratten, and G.M.
Microplitis croceipes: learning and
Gurr. 2000. Habitat management
physiological
to conserve natural enemies of
Biological Control 3:70-74
arthropod pests in agriculture.
Takasu, K, and W.J. Lewis. 1995.
Annual Rev. Entomology 45:175-
Importance of adult food sources
201
to host searching of the larval
122
state
effects.
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 3
Agustus 2015
parasitoid Microplitis croceipes.
diversity to enhance parasitoid
Biological Control 5:25-30
fitness and efficacy. [online]. 1st
Tscharntke, T., M.E. Hochberg, and A.R.
International
Symposium
on
Ives. 2001. Parasitoid Population
Biological Control of Arthropods:
Biology. Princeton Univ Press,
211-214. [29 Oktober 2003]
Princeton.
Yuliarti, N. 2002. Karakter morfologi dan
Van Driesche, R.G., and T.S. Bellows Jr. 1996.
Biological
Control.
Chapman and Hall, New York
Tylianakis, P. Fernando, and R. 2003.
Adding
Telenomus
parasitoid spp.
telur
(Hymenoptera:
Scelionidae) dari beberapa daerah
Wratten, S., L. Berndt, G.M. Gurr, J.
Didham.
molekuler
floral
123
di
Jawa.
[tesis].
Pascasarjana IPB Bogor
Program
Anggara et al., Kemapanan Parasitoid Telenomus remus (Hymenoptera…
10m
15m
15m
Polikultu
Monokultur 10m
Kedelai Cabe merah Jagung manis Tanaman berbunga
Kedelai
Gambar 1. Denah skematis susunan petak-petak percobaan di lapangan. 4m posisi titik pelepasan parasitoid
2m
10 m
1m 7m
4m
2m
1m ½m posisi pemasangan telur perangkap
15 m
Gambar 2. Skematis tata letak pemasangan telur perangkap dan titik pelepasan parasitoid menurut metode release spot.
A )
jml klp telur terparasit
54
Polikultur
36
18
tk. parasitisasi total (%)
0 70
B
Monokultur
Polikultur
Monokultur
60 50 40 30 20 10 0 hari ke-1
hari ke-3
hari ke-5
hari ke-7
hari ke-9
hari ke-11
Gambar 3. Jumlah kelompok telur S. litura terparasit (A) dan tingkat parasitisasi (B) oleh parasitoid T. remus di petak-petak percobaan. 124
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 3
Agustus 2015
80
Polikultur
70
Monokultur
tk. parasitisasi total (%)
Populasi laboratorium 60 50 40 30 20 10 0 hari ke-1
hari ke-3
hari ke-5
hari ke-7
hari ke-9
hari ke-11
[Sumber data populasi laboratorium: Adhasari, HPT-IPB 2004]
Gambar 4. Tingkat parasitisasi parasitoid T. remus yang dilepas di lapangan dan populasi laboratorium terhadap kelompok telur S. litura. imago muncul imago tidak muncul
18%
25%
75%
82% Polikultur
Monokultur
Gambar 5. Proporsi kemunculan imago dari kelompok telur perangkap yang terparasit di lapangan.
Tabel 1. Jenis parasitoid telur yang muncul dari telur S. litura yang terparasit. Tipe pertanaman
Tingkat parasitisasi kelompok (%) ± SE T. remus Trichogram ma sp
Tingkat parasitisasi total (%) ± SE T. remus Trichogram ma sp
Kemunculan imago (%) ± SE T. remus Trichogram ma sp
Polikultur
24,7 ± 6,9 (n = 3)
3,8 ± 0,0 (n = 1)
2,5 ± 2,3 (n = 3)
0,7 ± 0,0 (n = 1)
0
10,4 ± 0,0
Monokultur
38,6 ± 6,3 (n = 3)
8,6 ± 0,0 (n = 1)
8,4 ± 1,1 (n = 3)
0,9 ± 0,0 (n = 1)
57,1± 12,7
3,9 ± 0,0
125