5
TINJAUAN PUSTAKA Biologi
dan
siklus
hidupTrichogramma
spp.
(Hymenoptera
:
Trichogrammatidae) Famili
Trichogrammatidae
merupakan
parasitoid
telur
yang
bersifatgeneralis. Ciri khas Trichogrammatidae terletak pada tarsi yang beruas tiga(Doutt & Viggiani 1968; Grissell & Schauf 1990; Borror 1996). Strukturmetasoma yang menempel pada mesosoma lebar dan fragma yang keduamenonjol jauh ke dalamnya (Borror 1996). Antena pendek dengan tujuh ataulebih ruas, menggada pada bagian pedicel, flagellum khas dengan satu atau duasegmen. Sayap depan memiliki rambut-rambut yang tersusun dalam baris(Doutt & Viggiani 1968; Borror 1996). Venasi sayap sigmoid, terdapat pola RS1pada sayap depan, dan dorsal lamina berasosiasi dengan genitalia jantan. FamiliTrichogrammatidae termasuk serangga yang sangat kecil dengan ukuran panjangtubuh berkisar antara 0,2 - 1,5 mm (Pinto & Stouthamer 1994). Famili
Trichogrammatidae
mengalami
metamorfosis
sempurna
(holometabola). Fase larva terdiri dari tiga instar. Pupa berwarna kuning muda yang kemudian akan berubah menjadi berwarna coklat kehitaman. Lama perkembangan parasitoid berkisar antara 7 - 14 hari. Imago parasitoid keluar dengan cara membuat lubang pada korion telur inang. Imago parasitoid biasanya keluar dari inang pada pagi hari dan dapat melakukan oviposisi pada saat yang sama (Clausen, 1940). Penyebaran parasitoid ini sangat luas. Tiap negara memiliki jumlah spesies yang bervariasi. Pinto & Stouthamer (1994) melaporkan bahwa dari 145 spesies Trichogramma yang diakui, 114 spesies telah dideskripsikan. Beberapa spesies
Universitas Sumatera Utara
6
Trichogramma bahkan telah dibiakkan secara komersial, misalnya T. pretiosum Riley, T. platneri Nagakarti, T. minutum Riley, T’toidea armigera Nagaraja, T. ostriniae Pan & Chen, dan T. brassicae Bezd. (Losey & Calvin 1995;Vasquez et al. 1997). Siklus Hidup Trichogramma spp. Trichogramma japonicum merupakan parasitoid telur penggerek pucuk tebu (Scirpophaga nivella) sedangkan Trichogramma chilonis merupakan parasitoid
telur
penggerek
batang
tebu
(Chilo
sachariphagus).
Daur
hidupTrichogramma antara 7 - 9 hari. Larva Trichogramma sp. terdiri dari 3instar, saat larva memasuki instar ke-3, larva akan menempelkan zatmelanin pada dinding dalam telur sehingga dari luar telur akan terlihatmenghitam. Penempakan telur yang menghitam tersebut yang dijadikanpenanda bahwa telur tersebut telah diparasit oleh parasitoid Trichogrammasp. Setelah dinding dalam telur terlapisi oleh melanin maka larva siapberkembang menjadi pupa, setelah 7-8 hari pupa akan menjadi imago dankeluar dari inang dengan membuat lubang pada kulit telur (Knutson, 2002). Imago Trichogramma berukuran antara 0,3 - 1,0 mm. Tubuhnya berwarna coklat kehitaman.
Bagian antena dan koksa tungkai berwarna coklat muda.
Sayap bening transparan dan dikelilingi rambut-rambut halus. berukuran lebih besar dari sayap belakang.
Sayap depan
Antena imago parasitoid jantan
memiliki rambut-rambut yang agak panjang dan kasar, sedangkan antena imago betina memiliki rambut-rambut yang lebih sedikit dan pendek (Knutson, 2002). Tipe reproduksi Trichogramma adalah arrhenotoky. Imago parasitoid betina yang
Universitas Sumatera Utara
7
berkopulasi akan memiliki keturunan jantan dan betina. Nisbah kelamin antara jantan dan betina adalah 1:2 (Kalshoven, 1981). Imago betina dapat memarasit 1 - 10 telur per hari atau 190 telur selama siklus hidupnya (Agritech, 2012). Betina yang besar lebih banyak memarasit daripada betina yang kecil. Jumlah telur inangdari inang yang ada sekitar 1 sampai 20 sesuai dengan ukuran telur inang tersebut. Di pertanaman tebu, adapun telurtelur inang yang sangat kecil dapat di parasit oleh parasitoid 1 atau 2 per telur (Agritech, 2012). Parasitasi Trichogramma spp. Trichogramma merupakan parasitoid yang bersifat generalis. Parasitoid ini dapat memarasit 400 spesies serangga dalam 203 genera, 44 famili, dan 7 ordo (Li, 1994). Namun demikian, ada kecenderungan bahwa Trichogramma memiliki preferensi yang kuat pada inang, tanaman, dan kondisi tertentu (Orr et al, 2000). Trichogramma mungkin akan memiliki kisaran inang yang terbatas karena preferensi
tersebut,
sehingga
dapat
menurunkan
potensi
parasitisasi
Trichogramma pada serangga non target. Telur yang terparasit ditandai dengan berubahnya warna telur tersebut menjadi hitam, sekitar 3 hari setelah pemarasitan. Dimana adanya zat melanin yang ditempelkan oleh larva pada saat memarasit telur C.cephalonica yang menandakan aktifitas larva di dalam telur (Wuryanti, 2014). Pemanfaatan Trichogramma sp. di Cina untuk mengendalikan serangga hama Lepidoptera memiliki tingkat parasitisasi berkisar dari 6,5% - 98,9% (Li, 1994).Trichogramma dapat memarasit telur C.cephalonica hingga 97 % pada di Laboratorium (Knutson, 2002).
Universitas Sumatera Utara
8
Pemanfaatan Trichogramma yang luas dan dalam jumlah yang besar memiliki pengaruh potential terhadap serangga non sasaran di lahan pelepasannya. Dampak langsung dapat terlihat pada serangga ordo Lepidoptera. Hal ini terjadi pada pelepasan T. brassicae yang memarasit kupu-kupu Karner blue (Orr et al, 2000). Biologi Corcyra cephalonica Stainton (Lepidoptera :Pyralidae) Inang pengganti di lapangan tidak diserang oleh parasitoid.
Inang
pengganti yang umum digunakan untuk produksi masal parasitoid telur adalah serangga yang hidup di gudang, seperti ulat beras, Corcyra chepalonica (Stainton) (Lepidoptera: Pyralidae) (Alba, 1990; Herlinda, dkk. 1997; Djuwarso & Wikardi, 1999; Herlinda, 1999; Herlinda, dkk. 1999). Inang pengganti harus memenuhi syarat, yaitu mudah dipelihara dan disediakan di laboratorium.
Selain itu,
pembiakan inang pengganti harus relatif lebih cepat dan murah dibanding dengan pembiakan inang alami (Herlinda, 2002). Sebagai inang pengganti, C. cephalonica memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan spesies serangga gudang lainnya, seperti mudah didapatkan dari berbagai macam bahan simpanan lokal, seperti padi, beras, terigu, tepung jagung, dan dedak.
Serangga ini mudah dan murah dibiakkan di leaboratorium.
Ukurannya telurnya cukup besar sehingga nutrisi yang dibutuhkan parasitoid cukup untuk mendapatkan kebugaran cukup tinggi. Ngengat betina memiliki keperidian yang tinggi dengan produksi telur dapat mencapai 300 - 400 butir per betina (Alba, 1988; Alba, 1990). Telur C.cephalonica berbentuk oval dan berukuran 0,5 x 0,3 mm. Telurnya berwarna putih dan memiliki sedikit cekungan. Larva berwarna putih
Universitas Sumatera Utara
9
susu kecuali dibagian kapsul kepala dan bagian pertengahan badan larva yang berwarna kecokelatan. Dibagian segmen 3-6 dan 10 abdomen terdapat kaki-kaki yang lincah untuk bergerak. Larva yang berukuran sedang sekitar 12-15 mm. Instar terakhir dari larva C.cephalonica akan membentuk kokon yang akan membentuk pupa yang semakin keras dan berwarna cokelat kehitaman. Setelah beberapa hari akan keluar imago dimana ukuran imagonya relatif kecil (Agritech, 2012). Imago jantan lebih kecil daripada imago betina. Semakin dewasa aktifitas seksual imago akan semakin berkurang setelah 2-3 hari usia imago tersebut. Imago biasanya berkopulasi pada malam hari dan meletakkan telurnya pada tengah malam. Sex rasionya adalah 1 jantan : 1 betina. Hama ini juga disebut hama nokturnal yang aktif pada malam hari (Agritech, 2012). Pembiakan Parasitoid TrichogrammaDengan Menggunakan Telur Corcyra cephalonica Trichogramma spp telah digunakan sebagai pengendali hayati penggerek batang tebu di pabrik-pabrik gula sejak tahun 1970an di beberapa negara termasuk Indonesia. Untuk pemeliharaan Trichogramma spp secara masal di laboratorium, parasitoid telur ini dipelihara pada telur ngengat beras C. Cephalonica yang digunakan sebagai inang alternatif. (Suhartawan dan Boedijono, 1983; Setiawan, 1978; Medina & Cadapan, 1982). Pembiakan dengan menggunakan inang alternatif tidak mengubah keefektifan Trichogramma dalam memarasit inang utamanya telur Chilo spp (Agritech, 2012). Pembiakan massal parasitoid telur, seperti Trichogramma spp. telah banyak dilakukan di berbagai negara, seperti China (Tseng, 1990), Malaysia (Lim & Chong, 1987), dan Indonesia (Herlinda, dkk. 1997; Djuwarso & Wikardi,
Universitas Sumatera Utara
10
1999; Herlinda, 1999; Herlinda, dkk. 1999). Pembiakan massal parasitoid telur umumnya dilakukan di laboratorium dalam dua tahap, yaitu produksi massal inang pengganti (factitious host), lalu dilanjutkan dengan produksi massal parasitoid (Herlinda, 2002). Dalam pembiakan massalC. cephalonica tahap yang paling penting adalah mendapatkan kebugaran larva (ulat) yang nantinya setelah memasuki fase imago akan menghasilkan banyak telur (keperidian tinggi) yang merupakan tujuan yang diinginkan dalam pembiakan massal. Untuk mendapatkan ngengat dengan keperidian yang tinggi ini, maka fase larva harus mendapatkan nutrisi yang baik dan cukup (Alba, 1990; Herlinda, 2002)
Universitas Sumatera Utara