Biologi dan Siklus Hidup Jamur Merang Biologi Jamur Merang Dalam taksonomi tumbuhan menurut
Widyastuti (2001) jamur merang
(Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) digolongkan kedalam kelas basidiomycetes, dengan subkelas homobasidiomycetes, ordo agaricales, dan famili plutaceae. .
Gambar 1. Bagian-bagian dari jamur merang (Sinaga, 2005). Tudung jamur merang mempunyai diameter 5 – 14 cm dengan betuk bundar telur yang kemudian menggenta atau cembung dan pada jamur yang sangat tua kadang-kadang mendekati rata, permukaan kering, warna coklat sampai coklat keabu-abuan, kadangkadang bergaris-garis. Bilah rapat-rapat, bebas, lebar, putih ketika masih muda dan menjadi merah jambu jika spora menjadi dewasa. Tangkai dengan panjang 3-8 cm, diameter 5-9 mm, biasanya menjadi gemuk dibagian dasar, licin, putih, kuat. Cadar umumnya berupa membran, membentuk volva seperti mangkuk tebal yang terdapat pada dasar tangkai; volva berwarna putih kekuningan atau cokelat kotor, sering kali
Universitas Sumatera Utara
bercuping. Jejak spora merah jambu. Ukuran spora 7-9 x 5-6 mikron, menjorong dan licin (Gunawan, 2004). Siklus Hidup Jamur Merang Menurut Suriawiria (1982) dalam http://himatansi.org (2009)., kehidupan jamur dapat menjadi jasad yang saprofit ataupun jasad yang parasit, kalau kemudian jamur ditelaah dari segi sifat mikroba secara umum, ternyata jamur termasuk jasad yang heterotrofik artinya untuk keperluan hidupnya ketergantungan sumber nutrien (sumber makanan) dari sumber yang lain yang sudah ada. Jamur Merang (Volvariella volvacea) sendiri memiliki bentuk tubuh yang lengkap yang menyerupai tanaman yang sudah memiliki akar (rhizoid), tangkai, dan tudung. Sebagai organisme yang tidak berklorofil Jamur Merang (Volvariella volvacea) memiliki warna agak ke coklatan yang umumnya terdiri dari zat aromatik yang tidak mengandung N. Jamur secara umum tidak dapat melakukan fotosintesis dengan demikian jamur tidak dapat menggunakan secara langsung sinar matahari. Jamur memperoleh makanan dalam bentuk jadi seperti selulosa, glukosa, lignin, dan protein. Tahap perkembangan jamur merang dibagi menjadi tiga yaitu tahap pertumbuhan miselium,
tahap pembentukan tubuh buah dan tahap pelepasan spora (Widiastuti,
2005). Kehidupan jamur merang berawal dari spora (basidiospora) yang kemudian akan berkecambah membentuk hifa yang berupa benang-benang halus. Hifa ini akan tumbuh keseluruh bagian media tumbuh,. Kemudian dari kumpulan hifa atau miselium akan terbentuk gumpalan kecil seperti simpul benang yang menandakan bahwa tubuh buah jamur mulai terbentuk. Simpul tersebut berbentuk bundar atau lonjong dan dikenal
Universitas Sumatera Utara
dengan stadia kepala jarum (pinhead) atau primordia. Simpul ini akan membesar dan disebut stadia kancing kecil (small button). Selanjutnya stadia kancing kecil akan terus membesar mencapai stadia kancing (button) dan stadia telur (egg). Pada stadia ini tangkai dan tudung yang tadinya tertutup selubung universal mulai membesar. Selubung tercabik, kemudian diikuti stadia perpanjangan (elongation). Cawan (volva) pada stadia ini terpisah dengan tudung (pileus) karena perpanjangan tangkai (stalk). Stadia terakhir adalah stadia dewasa tubuh buah (Sinaga, 2005). Pada stadia kancing yang telah membesar akan terbentuk bilah. Bilah yang matang akan memproduksi basidia dan basidiospora, kemudian tudung membesar. Pada waktu itu, selubung universal yang semula membungkus seluruh tubuh buah akan tercabik. Tudung akan terangkat keatas karena memanjangnya batang, sedangkan selubung universal yang sobek akan tertinggal dibawah dan disebut cawan (Sinaga, 2005).
Gambar 2. Siklus Hidup Jamur Merang
Syarat Tumbuh Jamur Merang
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan Setiap jenis jamur memerlukan syarat tumbuh yang berbeda-beda. Jamur merang merupakan jamur yang tumbuh didaerah tropika dan membutuhkan suhu dan kelembaban yang cukup tinggi berkisar antara 30-38 0C dalam krudung atau kumbung ( Agus dkk, 2002 dalam Ida, A.M., 2008). Kelembaban relatif yang diperlukan adalah berkisar antara 80% sampai dengan 85% serta kebutuhan pH media tumbuh akan berkisar antara pH 5,0 sd pH 8,0 (Sinaga, 2001). Secara alami, jamur dapat tumbuh pada pada musim tertentu dalam satu tahun. Hal ini terjadi karena ketergantungan
hidupnya pada suhu
tertentu.
Menurut
kemampuan pada suhu tertentu, jamur terbagi dalam tiga golongan, yaitu psikrofilik, mesofilik, dan termofilik. Jamur psikrofilik merupakan jamur yang tumbuh pada kisaran 00- 300 C dengan suhu optimum sekitar 150 C. Jamur mesofilik merupakan jamur yang tumbuh pada kisaran suhu 25-370 C dengan suhu optimum sekitar 300 C. Sementara jamur termofilik merupakan jamur yang tumbuh pada kisaran suhu tinggi, yaitu 40-750 C, dengan suhu optimum sekitar 550 C ( Sinaga, 2006). Selain suhu, kelembaban merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam pertumbuhan jamur. Umumnya jamur akan tumbuh dengan baik pada keadaan udara yang lembab. Hal ini erat hubungannya dengan kebutuhan jamur akan air, baik dalam bentuk air maupun uap air. Sekitar 88-90 % berat segar tubuh buah terdiri dari air (Quimio 1981 dalam Sinaga, 2006). Faktor lingkungan lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah senyawa beracun dan radiasi. Senyawa beracun terutama logam berat seperti raksa (Hg), Pb,
Cu, Ag, Zn, dan Li. Denga kadar rendah sekalipun senyawa ini dapat
mempengaruhi kegiatan sel. Radiasi seperti cahaya gelombang pendek (sinar
Universitas Sumatera Utara
ultraviolet/UV, sinar infa merah dan sinar gamma) mempunyai daya rusak yang tinggi bagi sel-sel jamur dan dapat menyebabkan kematian sel jamur, perubahan genetik, paling tidak akan menghambat pertumbuhan. Namun ada juga beberapa spesies menyukai habitat yang cukup cahaya, tetapi tetap dengan kelembaban yang tinggi (Sinaga, 2006). Media Tumbuh Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya (http://free.vlsm.org, 2000). Merang atau bahan-bahan lain sejenisnya seperti kardus bekas , gunanya sebagai substrat untuk menempel miselia dan sumber nutrisi terutama sumber C/ energi
(Suriawiria, 1995).
Untuk kehidupan dan perkembangannya, jamur merang memerlukan sumber nutrien atau makanan dalam bentuk unsur unsur seperti karbohidrat, nitrogen, fosfor, belerang, kalium, kapur (Ca), karbon serta beberapa unsur lainya. Mineral ini dapat kita tambahkan kedalam media dalam bentuk larutan garam atau senyawa-senyawa lainnya, seperti pupuk kandang, dedak, CaCO3, SP36, Urea (Suriawiria, 1995). Campuran media yang digunakan didalam penelitian ini berbagai macam, seperti TKKS, jerami, kardus, pupuk kandang, pupuk organik, kapur, urea, SP36, tepung beras ketan, kangkung, arang sekam serta dedak.
Universitas Sumatera Utara
Kandungan tandan kosong kelapa sawit adalah 45, 80 % selulosa, dan 26,00 % hemiselulosa (http://investorbio.com, 2009) Kandungan unsur hara yang terdapat dalam tandan kosong kelapa sawit sekitar 0, 4%N, 0,029 sampai 0,05 % P2O5 0,15 sampai 0,2% K2O (http://ditjenbun.deptan.go.id, 2009) Pupuk kandang terdiri dari dua komponen asli yaitu padat dan cair dengan perbandingan 3:1. unsur hara yang terdapat didalam pupuk kandang berkadar rata-rata 0,5% N, 0,25% P2O5, dan 0,5% K2O. Kadar unsur hara yang terdapat dalam kotoran ayam adalah: 55% H2O, 1% N, 0,8% P2O5, dan 0,4% K2O
(Hakim dkk,
1986). Dedak sebagai campuran media tanam berfungsi sebagai nutrisi dan sumber karbohidrat, karbon, dan nitrogen. Karbon digunakan sebagai sumber energi utama, sedangkan nitrogen berfungsi untuk membangun miselium dan membangun enzim– enzim yang disimpan dalam tubuhnya. Dedak yang disarankan adalah yang masih baru dan tidak berbau apek atau tengik (http://www.wisegeek.com, 2009). Dedak mengandung senyawa organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur merang seperti Nitogen 3,5%, Phospor 2.7 %, Kalium 0.8%, Magnesium 1%, lignin 19%, dan selulosa 29 % (Sukara 1981). Kapur
digunakan untuk menjaga keasaman media dan berfungsi sebagai
sumber mineral (http://www.wisegeek.com, 2009). Ada beberapa bahan yang harus ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi jamur
dan
menunjang
pertumbuhannya
diantaranya,
arang
sekam
berfungsi
menstabilkan suhu tempat tumbuhnya jamur dan kangkung berfungsi meningkatkan suhu dalam media (Suharjo, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Menurut seorang pakar jamur merang di Shanghai, China, jamur merang mengabsorpsi karbohidrat dan mineral dari rumput-rumputan yang melapuk. Rumputrumputan terutama jerami mengandung banyak zat gula dan mineral (N, P, K dan sebagainya). Selama proses fermentasi, bahan organik karbohidrat dan mineral dapat diambil dalam jumlah besar. Begitu terjadi pelapukan jerami, dengan cepat kandungan senyawa organiknya segera akan tersedia dan dapat digunakan jamur untuk pertumbuhannya (Sinaga, 2005). Kandungan air didalam substrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan miselia jamur. Terlalu sedikit air pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu atau terhenti sama sekali. Juga terlalu banyak air, miselia akan membusuk dan mati (Suriawiria, 1995) Ketebalan media rak yang biasa digunakan untuk budidaya jamur merang adalah 20 cm (Widiyastuti, 2001).
Universitas Sumatera Utara