41670.pdf
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI STRATEGI MEAs
Disertasi
U
N IV ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pendidikan Matematika
Endang Wahyuningrum NIM. 0809535
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI
TA S
TE
R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
Ilmu yang dipelajari seseorang menentukan kemulyaannya, karena salah satu sifat mulia Allah SWT adalah Al Alim (yang Maha Berilmu).
TE
R
BU
KA
(Said Hawwa)
SI T
AS
Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.
U
N IV ER
(Al Mujadalah: 11 )
Persembahan Karya, bagi: Suamiku: Dedy Sumantri Ayah dan Ibuku: Soegiman Prawiroatmodjo (Alm) dan Soewarni (Almrh) Anandaku: Alya Naziihah, Ishmah Ariiqoh, Sariy Afiifah
”Terima kasih atas ketulusan kalian dalam memahamiku”
iii Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
KATA PENGANTAR Subhanallah.
Alhamdulillah.
Allah
yang
Maha
Berkuasa,
Maha
Berkehendak dan Maha Menetapkan, segala puja dan puji sejatinya hanya tertuju padaNYA Pemilik Kehidupan Seluruh Alam Semesta. Hanya karena kemudahan, rahmat dan hidayahNYA penulisan disertasi dengan judul”Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi dan Disposisi Matematik Siswa SMP
KA
melalui Strategi MEAs” dapat diselesaikan. Disertasi ini disusun sebagai salah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
BU
satu syarat memperoleh gelar doktor pendidikan matematika dari Sekolah
R
Penyelesaian penulisan disertasi ini terwujud atas bimbingan, bantuan,
TE
kritik, motivasi, nasihat, dan sumbang pemikiran dari berbagai pihak. Terima kasih dan penghargaan yang tulus peneliti sampaikan kepada pihak-pihak sebagai Bapak Prof. Dr. Didi Suryadi, M.Ed. sebagai promotor. Terima kasih yang
SI T
1.
AS
berikut.
tulus penulis sampaikan atas bimbingan, pemikiran, nasihat, dan motivasi
N IV ER
yang sangat berharga. Ilmu yang sangat berharga telah penulis terima dari beliau, baik yang terkait dengan keilmuan pendidikan matematika, maupun spirit untuk mendedikasikan ilmu secara profesional serta integritas dalam 2.
U
berkarya.
Ibu Prof. Dr. Utari Sumarmo sebagai ko-promotor. Penulis sampaikan terima kasih yang tulus atas bimbingan, pemikiran, nasihat, dan motivasi yang sangat berharga. Penulis telah belajar banyak dari beliau tentang integritas, spirit dan keyakinan untuk memberikan karya terbaik, serta ketulusan dan komitmen dalam mendedikasikan ilmu.
3.
Bapak Prof. H. Yaya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D. sebagai pembimbing. Dengan sangat tulus penulis sampaikan ucapan terima kasih atas bimbingan, pemikiran, nasihat, dan motivasi yang sangat berharga. Melalui beliau, penulis belajar tentang pentingnya spirit, komitmen, dan keteguhan dalam berkarya, serta konsistensi, efisiensi, efektivitas, ketegasan, kejernihan dan
v Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
keutuhan dalam menuangkan ide ke suatu karya tulis. Penulis juga belajar betapa berharganya kesempatan dan waktu. 4.
Prof. Dr. Budi Nurani Ruchjana, M.Si. sebagai penguji. Penulis sampaikan terima kasih atas sejumlah pertanyaan yang fokus, kritis dan cermat serta sangat membimbing, begitu pula dengan saran-saran beliau yang sangat berharga. Inspirasi dari beliau memotivasi penulis untuk terus belajar dengan sungguh-sungguh dan menyelesaikan setiap pekerjaan secara tuntas dan berkualitas.
5.
Prof. Jozua Sabandar, M.A., Ph.D. sebagai penguji. Penulis sampaikan terima
KA
kasih atas sejumlah pertanyaan yang fokus, kritis dan cermat serta sangat membimbing, begitu pula dengan saran-saran beliau yang sangat berharga.
BU
Beliau memotivasi penulis untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas Bapak/Ibu dosen pada Program Studi S3 Pendidikan Matematika Sekolah
TE
6.
R
keilmuan matematika.
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Terima kasih atas semua ilmu
AS
dan pengalaman berharga yang telah diberikan pada penulis, sehingga 7.
SI T
wawasan penulis menjadi lebih lengkap dan utuh. Bapak Dedi Supardi S.Pd.; Kepala SMP Negeri 7 Depok dan Bapak Komar
N IV ER
Suparman M.Pd.; Kepala SMP Negeri 15 Depok. Penulis menyampaikan terima kasih yang tulus atas izin dan fasilitas yang diberikan sehingga penelitian terlaksana sesuai rencana. 8.
Bapak Wiji Sunarto, S.Pd.; Kepala SMP Enam-Enam Depok. Penulis
U
menyampaikan terima kasih yang tulus atas izin dan fasilitas yang diberikan sehingga uji coba penelitian terlaksana sesuai rencana. 9.
Ibu Atik Widarsih; Ibu Asima Sihite, S.Pd.; Bapak Frans Hendrik, B.Sc. S.Th.,
dan
Bapak
Nampartin,
S.Pd.
sebagai
guru
mitra.
Penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus atas kesediaan bermitra dan berbagi pengalaman dengan peneliti. 10. Siswa kelas VIII-1, VIII-2 dan VIII-4 SMP Negeri 7 Depok; dan siswa kelas VIII-1 dan VIII-2 SMP Negeri 15 Depok; siswa kelas VIII SMP Enam-Enam Depok; dan siswa kelas IX-1 dan IX-5 SMP Negeri 10 Depok tahun ajaran
vi Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
2010-2011. Penulis menyampaikan terima kasih yang tulus atas kesediaan bekerja sama selama uji coba dan penelitian. 11. Teman mahasiswa S3 Prodi Pendidikan Matematika Angkatan 2008, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Penulis menyampaikan terima kasih yang tulus atas kesediaan berdiskusi dan berbagi pengalaman yang memperkaya wawasan penulis serta kesempatan bersama dalam suka dan duka. 12. Ibu Rektor dan Dekan FKIP Universitas Terbuka beserta jajarannya atas izin
KA
dan penugasan pada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Terbuka, penulis sampaikan terima kasih.
BU
13. Semua pihak baik secara individu maupun institusi yang secara langsung
R
maupun tidak langsung terlibat dengan penulis sehingga penulis mendapatkan
TE
kesempatan dan kemudahan dalam proses uji coba dan penelitian. Penulis sampaikan terima kasih.
AS
Dengan penuh keyakinan atas Kasih dan SayangNYA, penulis berharap agar
SI T
segala bantuan pemikiran, kesempatan dan kebaikan dari semua pihak menjadi amalan baik yang diridhoi oleh Allah SWT yang Maha Menghitung dan
N IV ER
Membalas Kebaikan.
Dengan segala kerendahan hati dan tidak tertutup kemungkinan adanya kekurangan dalam tulisan ini, penulis berharap semoga informasi yang menjadi
U
temuan dalam penelitian ini dapat berkontribusi pada perkembangan pendidikan matematika khususnya pada aspek strategi pembelajaran matematika, upaya mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematik, kemampuan komunikasi matematik, dan disposisi matematik.
Bandung, 14 Juni 2014 Penulis
Endang Wahyuningrum NIM. 0809535
vii Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
ABSTRAK Endang Wahyuningrum. (2014). Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi dan Disposisi Matematik Siswa SMP melalui Strategi MEAs
U
N IV ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
Penelitian ini mengkaji bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematik, kemampuan komunikasi matematik, dan disposisi matematik siswa setelah melalui proses pembelajaran dengan strategi Mathematical Eliciting Activities (MEAs). Penelitian kuasi dengan rancangan static group comparison ini melibatkan 122 siswa dari dua sekolah SMP Negeri di Depok yang berkategori atas dan menengah. Data penelitian ini dihimpun melalui instrumen-instrumen yang meliputi tes pengetahuan awal matematik, tes kemampuan pemecahan masalah matematik, tes kemampuan komunikasi matematik, dan skala disposisi matematik. Pelaksanaan penelitian dilakukan sejak bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan April 2011. Analisis data menggunakan uji beda Rerata, uji ChiKuadrat, dan ANOVA dua jalur. Hasil penelitian, baik dari data gabungan maupun di sekolah level atas, menginformasikan bahwa siswa yang terlibat dalam pembelajaran dengan strategi MEAs memiliki kemampuan pemecahan masalah, komunikasi maupun disposisi matematik yang lebih baik daripada siswa yang terlibat dalam pembelajaran konvensional. Siswa yang mendapat pendidikan di sekolah dengan level menengah, menunjukkan bahwa pembelajaran MEAs maupun konvensional dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi maupun disposisi matematik pada ketercapaian yang tidak berbeda secara signifikan. Di sekolah level menengah, ternyata kemampuan komunikasi matematik siswa dengan PAM rendah di kelas konvensional sedikit lebih tinggi (5,71 > 5,60) dari siswa yang mendapat pembelajaran MEAs. Hal ini menjelaskan bahwa pembelajaran MEAs kurang tepat dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematik jika diterapkan pada siswa dengan PAM rendah dari sekolah level menengah. Baik di sekolah level atas maupun menengah, pengaruh pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan masalah, komunikasi dan disposisi matematik tidak dipengaruhi oleh level sekolah dan pengetahuan awal matematik siswa. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya pengaruh interaksi yang signifikan antara level sekolah dengan kategori pembelajaran, antara kategori PAM dengan kategori pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan masalah, komunikasi maupun disposisi matematik siswa. Pada kelas dengan pembelajaran MEAs terdapat keterkaitan antara kemampuan pemecahan masalah matematik dengan kemampuan komunikasi matematik, antara kemampuan pemecahan masalah matematik dengan disposisi matematik dan antara kemampuan komunikasi matematik dengan disposisi matematik. Kata Kunci: Asosiasi, disposisi matematik, interaksi, kemampuan pemecahan masalah matematik, kemampuan komunikasi matematik, pembelajaran konvensional, perbedaan rerata, MEAs .
viii Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
ABSTRACT Endang Wahyuningrum. (2014). Mathematical Problem Solving Abilities, Mathematical Communication Abilities, and Mathematical Disposition Through Model Eliciting Activities
U
N IV ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
This research examines mathematical problem-solving abilities, mathematical communication abilities, and mathematical disposition of students after going through the learning process with a strategy of a Mathematical Eliciting Activities (MEAs). This Quasi-static research with comparison group design involves 122 eight-grade students. The students are from secondary school of high and middle category. The data was collected through instruments that include the tests of the prior knowledge of mathematics, problem-solving abilities, mathematical communication abilities, and mathematical disposition scale. The research was conducted from October 2010 until February 2011. The data are analyzed by using average differential test, Chi-Square test, and two-ways ANOVA. The results, both for the combined data at a high and middle category of Secondary School, are mathematical problem-solving abilities, mathematical communication abilities, and mathematical dispotition of students engaged in learning with MEAs strategy are better than those of the students engaged in conventional learning. At the school with middle category, it turns out that mathematical communication abilities of students with the low score of mathematical prior knowledge in conventional class approximately higher than students in MEAs class (5,71 > 5,60). It is clear that MEAs strategy does not support in developing mathematical communication abilities for students in middle category school with the low score of mathematical prior knowledge. The effect of learning on mathematical problem-solving abilities, mathematical communication abilities, and mathematical disposition is not affected by school category and a prior knowledge of mathematics. This is indicated by no significant interaction effect between the school category with learning category, between a prior knowledge of mathematics and learning category. In class with MEAs strategy, there are associations between mathematical problem-solving abilities and mathematical communication abilities, between mathematical problem-solving abilities and mathematical disposition, and between mathematical communication abilities and mathematical disposition. Keywords: Association, average differentiation, interaction, conventional learning, MEAs, mathematical problem-solving abilities, mathematical communication abilities, and mathematical disposition.
ix Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
DAFTAR ISI Hal i
HALAMAN PENGESAHAN DISERTASI................................................
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..............................................................
iii
PERNYATAAN .........................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ................................................................................
v
ABSTRAK .................................................................................................
vii
ABSTRACT ...............................................................................................
viii
KA
Halaman Judul ............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xiv
R
BU
DAFTAR ISI ..............................................................................................
TE
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. PENDAHULUAN ....................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Identifikasi Masalah.............................................................
9
SI T
AS
BAB I
10
D. Tujuan Penelitian..................................................................
11
E. Manfaat Penelitian................................................................
12
F. Struktur Organisasi Disertasi ...............................................
13
N IV ER
C. Rumusan Masalah................................................................
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS .............................................................................. A. Pemecahan Masalah Matematik ………………………..
U
BAB II
xv
14 15
B.
Komunikasi Matematik ....................................................
28
C.
Disposisi Matematik ........................................................
39
D.
Pembelajaran MEAs (Model Eliciting Activities)..............
41
E.
Teori Belajar yang Mendasari...........................................
56
F.
Kerangka Teori Penelitian………………………………
61
G.
Penelitian-penelitian yang Relevan………………….…
63
H.
Roadmap Penelitian…………….………………….…..
69
I.
Hipotesis Penelitian ……………………………………
72
x Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
METODE PENELITIAN …………………………………….
74
A. Desain Penelitian ...............................................................
74
B. Populasi dan Sampel Penelitian .........................................
74
C. Definisi Operasional ..........................................................
78
D. Pengembangan Instrumen Penelitian .................................
79
1. Tes Pengetahuan Awal Matematik................................
84
2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik........
85
KA
BAB III
87
4. Disposisi Matematik .....................................................
90
E. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...........................
934
R
BU
3. Tes Kemampuan Komunikasi Matematik.....................
95
G. Prosedur dan Tahapan Penelitian.........................................
99
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................
102
A. Hasil Penelitian...................................................................
102
SI T
BAB IV
AS
TE
F. Teknik Analisis Data ...........................................................
102
2. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi dan Disposisi Matematik .......................... 3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik...............
105
4. Kemampuan Komunikasi Matematik...........................
133
5. Disposisi Matematik......................................................
155
6. Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi dan Disposisi Matematik.......................... B. Pembahasan .......................................................................
174
SIMPULAN DAN SARAN.....................................................
197
A. Simpulan .......................................................................
197
B. Saran..............................................................................
199
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
200
LAMPIRAN-LAMPIRAN .........................................................................
211
U
N IV ER
1. Pengetahuan Awal Matematik ......................................
BAB V
xi Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
108
188
41670.pdf
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik..................................................................................
Hal 28 38
Tabel 3.1 Kriteria Kategori Pengetahuan Awal Matematik (PAM)...........
76
Tabel 3.2 Rancangan Faktorial Keterkaitan antar Variabel Penelitian untuk Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik..................................................................................
77
KA
Tabel 2.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
BU
Tabel 3.3 Kategori Koefisien Reliabilitas..................................................
82 83
Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda..............................................................
84
TE
R
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Kesukaran.........................................................
56
Tabel 3.7 Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ...................................................................
86
Tabel 3.8 Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik..................................................................................
86
Tabel 3.9 Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik............................
87
U
N IV ER
SI T
AS
Tabel 3.6 Pedoman Penskoran Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah .....................................................................................
Tabel 3.10 Pedoman Penskoran Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis...................................................................................
88
Tabel 3.11 Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ..................................................................................
88
Tabel 3.12 Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematik...................................................................................
89
Tabel 3.13 Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ........................................
89
Tabel 3.14 Distribusi Respon Siswa terhadap Skala Disposisi Matematik untuk Pernyataan Favorabel (+) dan Tidak Favorabel(-)..............
91
xii Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
Tabel 3.15 Penghitungan pada Prosedur Penskoran Skala Disposisi Matematik untuk Pernyataan Favorabel Nomor 42............................................
Tabel 3.16 Penghitungan pada Prosedur Penskoran Skala Disposisi Matematik untuk Pernyataan Tidak Favorabel Nomor 36...................................
92 92
Tabel 3.17 Ukuran Statistik dan Reliabilitas Instrumen Disposisi Matematik...................................................................................
93
Tabel 3.18 Keterkaitan antara Permasalahan, Hipotesis dan Kelompok Data ..........................................................................................
96
Ukuran Statistik Skor PAM berdasarkan Level Sekolah……..
Tabel 4.2
Kriteria Kategori PAM ............................................................
Tabel 4.3
Sebaran Data Banyaknya Siswa pada setiap Kategori Skor PAM ……………………………………….…………………
104 105 105
109
Beda Rerata Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa PAM Tinggi ………………………………………….…...……….
110
Tabel 4.7. Beda Rerata Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa PAM Sedang …………………………………………….………..
117
U
Tabel 4.6
SI T
Deskripsi Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik berdasarkan Kategori PAM, Strategi Pembelajaran dan Level Sekolah ………………………………………….……………
N IV ER
Tabel 4.5
Rerata Skor Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi dan Disposisi Matematik……..…………………
103
AS
Tabel 4.4
TE
R
BU
KA
Tabel 4.1
Tabel 4.8. Beda Rerata Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa PAM Rendah…………………………………………………….... Tabel 4.9
117
Uji Kenormalan Data Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ……………………………………………………
118
Tabel 4.10 Uji Kehomogenan Ragam Data Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik berdasarkan Level Sekolah ……………
119
Tabel 4.11 Uji Beda Rerata Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik antar Pembelajaran di setiap Level Sekolah….…..
120
Tabel 4.12 Uji Kenormalan Data Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik berdasarkan Pembelajaran pada Sekolah Level
xiii Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
Atas………………………………………………………….
121 121
Tabel 4.14 Uji Beda Rerata Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik antar Pembelajaran di Sekolah Level Atas….…..
121
Tabel 4.15 Uji Kenormalan Data Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik berdasarkan Pembelajaran pada Siswa Gabungan
122
Tabel 4.16 Uji Beda Rerata Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik antar Pembelajaran pada Siswa Gabungan …….....
123
KA
Tabel 4.13 Uji Kehomogenan Ragam Data Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik di Sekolah Level Atas …………………
124
Tabel 4.18 Uji Beda Rerata Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik antar Pembelajaran pada Siswa Gabungan …...…..
124
Tabel 4.19 Uji Kenormalan Data Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik setiap Level Sekolah …………………………..…
126
Tabel 4.20 Uji Kehomogenan Ragam Data Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik berdasarkan Interaksi Pembelajaran dan Level Sekolah …………………………………...……………
126
N IV ER
SI T
AS
TE
R
BU
Tabel 4.17 Uji Kenormalan Data Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik antar Pembelajaran pada Siswa Gabungan …….…
127
Tabel 4.22 Uji Kenormalan Data Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik setiap Kategori PAM………………… ………….
129
Tabel 4.23 Uji Kehomogenan Ragam Data Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik berdasarkan Interaksi Pembelajaran dan PAM…………………….. ..………………………………….
129
Tabel 4.24 Hasil ANOVA Uji Interaksi antara Pembelajaran dan PAM terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik …..…
130
Tabel 4.25 Hasil Tes Post Hoc untuk PAM pada Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik………………………………
131
U
Tabel 4.21 Hasil ANOVA Uji Interaksi Pembelajaran dan Level Sekolah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ……………………………………………………
Tabel 4.26 Deskripsi Skor Kemampuan Komunikasi Matematik berdasarkan Kategori PAM, Strategi Pembelajaran dan Level
xiv Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
Sekolah ………………………………………………………
134 143
Tabel 4.28. Beda Rerata Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa PAM Sedang………………………………………………….
144
Tabel 4.29. Beda Rerata Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa PAM Rendah………………………………………………….
144
Tabel 4.30 Uji Kenormalan Data Skor Kemampuan Komunikasi Matematik ………………………………………..……………
145
KA
Tabel 4.27 Beda Rerata Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa PAM Tinggi………………………………………………………….
146
Tabel 4.32 Uji Kenormalan Data Skor Kemampuan Komunikasi Matematik berdasarkan Pembelajaran pada Sekolah Level Atas…………………………………………..……………….
147
Tabel 4.33 Uji Beda Rerata Skor Kemampuan Komunikasi Matematik antar Pembelajaran di Sekolah Level Atas……………….…..
147
SI T
AS
TE
R
BU
Tabel 4.31 Uji Beda Rerata Skor Kemampuan Komunikasi Matematik antar Pembelajaran di setiap Level Sekolah…………………..
N IV ER
Tabel 4.34 Uji Kenormalan Data Skor Kemampuan Komunikasi Matematik berdasarkan Pembelajaran pada Siswa Gabungan..
148 149
Tabel 4.36 Uji Kenormalan Data Skor Kemampuan Komunikasi Matematik berdasarkan Pembelajaran pada Siswa Gabungan
150
Tabel 4.37 Uji Beda Rerata Skor Kemampuan Komunikasi Matematik berdasarkan Pembelajaran pada Siswa Gabungan ………..…..
150
Tabel 4.38 Uji Kenormalan Data Skor Kemampuan Komunikasi Matematik setiap Kategori Level Sekolah………..….......……
151
Tabel 4.39 Uji Kenormalan Data Skor Kemampuan Komunikasi Matematik setiap Kategori PAM…………………….......……
153
Tabel 4.40 Deskripsi Skor Disposisi Matematik berdasarkan Kategori PAM, Strategi Pembelajaran dan Level Sekolah …………..…
156
U
Tabel 4.35 Uji Beda Rerata Skor Kemampuan Komunikasi Matematik antar Pembelajaran pada Siswa Gabungan ……………….…..
Tabel 4.41. Uji Kenormalan Data Skor Disposisi Matematik xv Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
Per PAM ………………………………………….…..….………
161 161
Tabel 4.43. Uji Beda Rerata Skor Disposisi Matematik Siswa antar Pembelajaran di Kelompok PAM Tinggi dan Rendah…..…..
161
Tabel 4.44. Uji Beda Rerata Skor Disposisi Matematik Siswa antar Pembelajaran di Kelompok PAM Sedang…………….
162
Tabel 4.45 Uji Kenormalan Data Skor Kemampuan Disposisi Matematik…………………………….……………..…..……
163
KA
Tabel 4.42. Uji Kehomogenan Ragam Data Skor Disposisi Matematik Siswa berdasarkan Kelompok PAM………………..…..……
163
Tabel 4.47 Uji Beda Rerata Skor Disposisi Matematik antar Pembelajaran di setiap Level Sekolah…………………………………...…..
164
Tabel 4.48 Uji Kenormalan Data Skor Disposisi Matematik berdasarkan Pembelajaran pada Sekolah Level Atas………………………
165
Tabel 4.49 Uji Kehomogenan Ragam Data Skor Disposisi Matematik pada Level Sekolah Atas…………………………………….……..
165
SI T
AS
TE
R
BU
Tabel 4.46 Uji Kehomogenan Ragam Data Skor Disposisi Matematik berdasarkan Level Sekolah ……………………………….…..
N IV ER
Tabel 4.50 Uji Beda Rerata Skor Disposisi Matematik antar Pembelajaran di Sekolah Level Atas………………………………………..
166
U
Tabel 4.51 Uji Kenormalan Data Skor Disposisi Matematik antar Pembelajaran pada Siswa Gabungan…………………………
165
Tabel 4.52 Uji Kehomogenan Ragam Data Skor Disposisi Matematik berdasarkan Pembelajaran pada Siswa Gabungan ……..……..
167
Tabel 4.53 Uji Beda Rerata Skor Disposisi Matematik berdasarkan Pembelajaran pada Siswa Gabungan ……………………...…..
167
Tabel 4.54 Uji Kenormalan Data Skor Disposisi Matematik Siswa Gabungan Berdasarkan Level Sekolah……………………...…
169
Tabel 4.55 Uji Kehomogenan Ragam Data Skor Disposisi Matematik berdasarkan Interaksi Pembelajaran dan Level Sekolah….…..
169
Tabel 4.56 Hasil ANOVA untuk Uji Interaksi antara Pembelajaran dan Level Sekolah terhadap Disposisi Matematik Siswa……….…
170
xvi Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
172
Tabel 4.58 Uji Kehomogenan Ragam Data Skor Disposisi Matematik berdasarkan Interaksi Pembelajaran dan PAM………………..
173
Tabel 4.59 Hasil ANOVA untuk Uji Interaksi antara Pembelajaran dan PAM terhadap Disposisi Matematik Siswa……………...……
175
Tabel 4.60 Konversi Pengkategorian Data Hasil Tes PAM………………………………………………………….…..
175
Tabel 4.61 Konversi Pengkategorian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ….……………………………………………….…..
175
BU
KA
Tabel 4.57 Uji Kenormalan Data Skor Disposisi Matematik berdasarkan Kategori PAM………………………...……………………….
R
Tabel 4.62 Konversi Pengkategorian Kemampuan Komunikasi Matematik
175 175
Tabel 4.64 Banyaknya Siswa dengan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Komunikasi Matematik .......................……
176
AS
TE
Tabel 4.63 Konversi Pengkategorian Disposisi Matematik.………..….…..
177
Tabel 4.66 Koefisien Kontingensi untuk Asosiasi antar Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Komunikasi Matematik ………………………………………….........……
177
Tabel 4.67 Banyaknya Siswa dengan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik……………………………………..
178
Tabel 4.68 Uji Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik ………………………………………….
179
Tabel 4.69 Koefisien Kontingensi untuk Asosiasi antar Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik ………………
179
Tabel 4.70 Banyaknya Siswa dengan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematik………………………………………..…
180
Tabel 4.71 Uji Asosiasi antara Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematik……………………………………………….……
181
U
N IV ER
SI T
Tabel 4.65 Hasil Uji Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Komunikasi Matematik ………………..….
Tabel 4.72 Koefisien Kontingensi untuk Asosiasi antar Kemampuan
xvii Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
181
Tabel 4.73 Banyaknya Siswa dengan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Komunikasi Matematik pada Pembelajaran MEAs………………………………………………………..…..……
182
Tabel 4.74 Uji Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Komunikasi Matematik pada Siswa dengan Pembelajaran MEAs …………………………………….……
183
Tabel 4.75 Koefisien Kontingensi untuk Asosiasi antar Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Komunikasi Matematik pada Siswa dengan Pembelajaran MEAs……..……
183
KA
Komunikasi dan Disposisi Matematik ……………………….
184
Tabel 4.77 Uji Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik pada Siswa dengan Pembelajaran MEAs
185
Tabel 4.78 Koefisien Kontingensi untuk Asosiasi antar Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik pada Siswa dengan Pembelajaran MEAs…………………..………….………
185
SI T
AS
TE
R
BU
Tabel 4.76 Banyaknya Siswa dengan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik pada Pembelajaran MEAs…………
N IV ER
Tabel 4.79 Banyaknya Siswa dengan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematik pada Pembelajaran MEAs………..……… Tabel 4.80 Uji Asosiasi antara Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematik pada Siswa dengan Pembelajaran MEAs …………
U
Tabel 4.81 Koefisien Kontingensi untuk Asosiasi antar Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematik pada Siswa dengan Pembelajaran MEAs………………………………………….……
xviii Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
186 187
187
41670.pdf
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Model Komunikasi……………………………..…………….
30
Gambar 2.3 Model Standar Proses Pemodelan ……………………………
46
Gambar 2.4 Ilustrasi Penuangan Air ke dalam Tangki…………………….
48
Gambar 2.5 Kerangka Teori Penelitian……………………………………
63
Gambar 2.6 Roadmap Penelitian………………………………………….
70
Gambar 2.7 Skema Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi dan Disposisi Matematik dalam Penelitian……..
71
Gambar 3.1 Algoritma Analisis Statistik …………………………………
98
Gambar 3.2 Tahapan Penelitian ………………………………………….. Gambar 4.1 Pengetahuan Awal Matematik Siswa ……………….……….
101 103
Gambar 4.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik berdasarkan Pembelajaran…………………………………………..…...…
109
Gambar 4.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik berdasarkan Level Sekolah…………………………………………………
110
Gambar 4.4 Interaksi antara Pembelajaran dengan Level Sekolah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik…………………..
128
Gambar 4.5 Interaksi antara Pembelajaran dengan PAM terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik…………..……..
132
U
N IV ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
Gambar 2.1 Alur Proses Pemecahan Masalah…………….……………….
Hal 21
Gambar 4.6 Kemampuan Komunikasi Matematik berdasarkan Pembelajaran ………………………………….……………
134
Gambar 4.7 Kemampuan Komunikasi Masalah Matematik berdasarkan Level Sekolah…………………………………………..…….
135
Gambar 4.8 Interaksi antara Pembelajaran dengan Level Sekolah terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik……………………..…….
152
Gambar 4.9 Interaksi antara Pembelajaran dengan PAM terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik…………..……………….
154
Gambar 4.10 Disposisi Matematik berdasarkan Pembelajaran …………...
156
xix Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
156
Gambar 4.12 Interaksi antara Pembelajaran dengan Level Sekolah terhadap Disposisi Matematik…………………………………….………
170
Gambar 4.13 Interaksi antara Pembelajaran dengan PAM terhadap Disposisi Matematik…………………………..………………...
173
U
N IV ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
Gambar 4.11 Disposisi Matematik berdasarkan Level Sekolah………….
xx Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
DAFTAR LAMPIRAN Hal LAMPIRAN A. INSTRUMEN PENELITIAN DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN……………………………………..
212
Lampiran A.1.Instrumen Pengetahuan Awal Matematik...............................
212
Lampiran A.1.1 Kisi-Kisi Tes Pengetahuan Awal Matematik.............
212
Lampiran A.1.2 Tes Pengetahuan Awal Matematik............................. 213 220
Lampiran A.2.1 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik…………………………………………..
220
Lampiran A.2.2 Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik...
221
Lampiran A.3 Instrumen Kemampuan Komunikasi Matematik…………....
224
Lampiran A.3.1 Kisi-kisi Soal Kemampuan Komunikasi Matematik..
224
TE
R
BU
KA
Lampiran A.2 Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik…...
Lampiran A.3.2 Soal Kemampuan Komunikasi Matematik………….
AS
Lampiran A.4 Skala Disposisi Matematik
225
................................................ 228
Lampiran A.5 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran
230
SI T
LAMPIRAN B. CONTOH BAHAN AJAR................................................ 231
N IV ER
Lampiran B.1 Contoh Lembar Kerja Siswa.......................................... Lampiran B.2 Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran…………..
U
LAMPIRAN C. FORMAT, HASIL PENILAIAN DAN ANALISIS VALIDASI ISI ................................................................. Lampiran C.1 Format Penilaian Validasi Isi........................................ Lampiran C.2 Analisis Validasi Isi....................................………….. LAMPIRAN D. DATA DAN ANALISIS DATA HASIL UJI COBA PENELITIAN…………………………………………... Lampiran D.1. Data dan Analisisi Data Hasil Uji Coba Instrumen…… Lampiran D.1.1 Data Uji Coba Instrumen Tes Pengetahuan Awal Matematik………………………………………… Lampiran D.1.2 Analisis Data Uji Coba Instrumen Tes Pengetahuan Awal Matematik…………………………………… Lampiran D.2. Data Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik……………………………………...
xxi Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
231 244 256 256 259 269 269 269 271 275
41670.pdf
Lampiran D.2.1 Data Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ………………… Lampiran D.2.2 Analisis Data Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ………………… Lampiran D.3.
Data Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematik……………………………
Lampiran D.3.1 Data Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ……………………………
276 278 278 279 281
Lampiran D.4.1 Data Uji Coba Instrumen Disposisi Matematik……
281
BU
Data Uji Coba Instrumen Disposisi Matematik…....
R
Lampiran D. 4.
KA
Lampiran D.3.2 Analisis Data Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ……………………………
275
TE
Lampiran D.4.2 Analisis Data Uji Coba Instrumen Disposisi Matematik……………………………….…………
SI T
AS
LAMPIRAN E. DATA DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN………………………………………………………….… Lampiran E.1 Pengelompokan Sekolah SMP di Kota Depok berdasarkan Perolehan Akreditasi……...……….…….
283 286 286 287
Lampiran E.3 Data Hasil Penelitian………………..………..………
293
Lampiran E.4 Proporsi Rerata Data Hasil Penelitian (per kelas, per level sekolah, per pembelajaran, gabungan)…………
300
Lampiran E.5 Analisis Data Hasil Penelitian………………..……….
309
Lampiran E.5.1. Analisis Statistik Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik………….……………………...
309
Lampiran E.5.2. Analisis Statistik Data Kemampuan Komunikasi Matematik……………………………………….
317
Lampiran E.5.3. Analisis Statistik Data Disposisi Matematik…………………………………………
321
Lampiran E.5.4. Analisis Data untuk Asosiasi Antar Variabel…….
327
U
N IV ER
Lampiran E.2. Analisis Kesetaraan Kelompok Eksperimen dan Kontrol di setiap Level Sekolah….…………..………
xxii Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
Lampiran E.6 Analisis Asosiasi…………….……...…….…….
327
Lampiran E.6.1 Kriteria Pengkategorian Data untuk Analisis Asosiasi 327 328
Lampiran E.6.3 Uji Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi dan Disposisi Matematik Siswa pada Pembelajaran MEAs…………..………
329
Lampiran E.6.4 Uji Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi dan Disposisi Matematik Siswa pada Pembelajaran MEAs…………..…..……
332
KA
Lampiran E.6.2 Data Hasil Pengkategorian …………………………
U
N IV ER
SI T
AS
TE
R
BU
LAMPIRAN F. PERIJINAN DAN SURAT KETERANGAN..……….
xxiii Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
335
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika akan berdampak pada meningkatnya ilmu matematika dan kemampuan matematik jika siswa sedang pada kondisi berpikir matematik. Berpikir matematik adalah proses berpikir dalam kegiatan melaksanakan tugas-tugas matematik (Sumarmo, 2010) dan merupakan rekonseptualisasi berpikir yang disertai dengan belajar seseorang menjadi pemecah masalah (solver) yang baik.
KA
memunculkan karya kognitif terbaru. Berpikir matematik memungkinkan
BU
Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000)
TE R
kemampuan berpikir matematik akan menguat dalam atmosfir yang memuat: (i) tantangan (challenging) untuk membangun banyak konjektur, mencari berbagai argumen pembenaran atau penyalahan serta memeriksa, memodifikasi, dan
S
membuat beragam alternatif, (ii) pertanyaan (questioning) untuk
investigasi,
TA
mempertanyakan kebenaran (query) dan bernegosiasi dengan makna-makna dari
SI
istilah yang ada, serta (iii) refleksi (reflective) untuk mengkritisi argumen sendiri,
ER
memperkirakan dan menilai beragam pendekatan, mengangkat, merundingkan kembali, dan mengubah arah penyelesaian.
IV
Berpikir matematik (Wilson et al., 1993) memerlukan pengetahuan, strategi
U
N
pemecahan masalah, penggunaan sumber daya secara efektif, perspektif matematik, dan keterlibatan aktif dalam kegiatan berpikir matematik. Polya (1973) berpendapat bahwa untuk memahami matematika siswa memerlukan pengalaman
mengerjakan
matematika
secara
konsisten
sebagaimana
matematikawan bekerja dengan matematika. Pembiasaan berfikir matematik melatih siswa bekerja dalam matematika dan memungkinkan siswa memperoleh berbagai kemampuan matematik. Standar Kompetensi Kurikulum yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 (BSNP, 2006) menetapkan kemampuan atau kemahiran matematik yang harus dicapai siswa SD/MI hingga SMA/MA dari belajar matematik yaitu dapat: (i) menunjukkan pemahaman
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
15 41670.pdf
konsep matematik yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (ii) memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau diagram untuk memperjelas keadaan/masalah, (iii) menggunakan penalaran pada pola/sifat atau melakukan manipulasi matematik dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, serta menjelaskan gagasan/pernyataan matematik, (iv) menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan), menafsirkan, dan menyelesaikan model
KA
matematik dalam pemecahan masalah, (v) memiliki sikap menghargai kegunaan matematik dalam kehidupan.
BU
NCTM (2000) menganggap penting bahwa penetapan tujuan pembelajaran
TE R
matematika tidak lagi hanya menekankan pada peningkatan hasil belajar, namun juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan: (i) penalaran matematik (mathematical reasoning); (ii) pemecahan masalah matematik (mathematical
S
problem solving); (iii) komunikasi matematik (mathematical communication); (iv)
TA
mengaitkan ide-ide matematik (mathematical connections); dan (v) representasi
SI
matematik (mathematical representation).
Tujuan pembelajaran yang telah
ER
ditetapkan harus muncul pada diri siswa sebagai kompetensi hasil dari proses
IV
berpikir matematik.
U
N
A. Pemecahan Masalah Matematik Ketika seseorang berinteraksi dengan kata “matematik” maka terbayang dalam benaknya suatu kegiatan memecahkan masalah matematik. Masyarakat yang melek matematik memahami bahwa matematik identik dengan diantaranya memecahkan masalah, mengembangkan pola dan model, membuktikan teorema, atau menginterpretasikan suatu representasi matematik. Terkait dengan kegiatan pemecahan masalah, Wilson et al. (1993) mengungkapkan bahwa kegiatan memecahkan masalah matematik potensial memunculkan motivasi intrinsik dalam diri siswa sebagai solver. Sangatlah penting bagi setiap individu memiliki motivasi dan kemampuan untuk
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
16 41670.pdf
memecahkan suatu masalah, bahkan kemampuan pemecahan masalah merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa (Kirkley, 2003). Kroll dan Miller (1993) dalam NCTM (2000) menguraikan pemahamannya terkait dengan pemecahan masalah yaitu adanya perbedaan penting antara berhasil dan tidaknya siswa menyelesaikan masalah yaitu terletak pada keyakinan siswa tentang kebenaran proses dan solusi pemecahan masalah hasil pekerjaannya, tentang kemampuan diri mereka sebagai solver, dan tentang cara-cara pendekatan pemecahan masalah. Kebanyakan siswa memiliki kepercayaan yang keliru yaitu
KA
beranggapan bahwa semua permasalahan matematik dapat diselesaikan dengan cepat dan langsung, disamping itu siswa percaya bahwa hanya ada satu cara yang
BU
"benar" untuk memecahkan setiap masalah matematik.
TE R
Lambatnya siswa mengetahui tentang bagaimana memecahkan suatu masalah membuat siswa menyerah dan mendukung persepsi tentang diri sendiri sebagai solver yang tidak kompeten. Siswa menjadi tergantung pada guru atau
S
kunci jawaban untuk memverifikasi solusi mereka dan mereka gagal menghargai
TA
semangat dan wawasan untuk mengenali dan menemukan cara yang berbeda
SI
dalam memecahkan masalah. Untuk mengatasinya, siswa diberi kesempatan
ER
merenungkan dan menganalisis masalah sebelum mencoba solusi dan kemudian sungguh-sungguh mencari solusi. Siswa harus mengkondisikan dirinya sebagai
IV
solver yang reflektif melalui diskusi secara terbuka dan kritis dalam proses
U
N
pemecahan masalah, seperti memahami masalah dan "mencari kembali" untuk memikirkan proses dan solusi (Polya, 1973). Kebutuhan siswa untuk terampil memecahkan masalah menjadi tema yang mendominasi di dalam berbagai standar kurikulum pendidikan matematik. Pendidikan saat ini mengarah pada penyertaan pemecahan masalah sebagai komponen utama dalam kurikulum matematik. Mendukung hal tersebut, Kaur dan Har (2009) mengungkapkan bahwa mayoritas kurikulum pendidikan di dunia menyertakan pemecahan masalah matematik dalam kurikulum matematik. NCTM (1989) mengidentifikasi bahwa tujuan utama dari pendidikan matematik adalah untuk mengembangkan kekuatan matematik yang meliputi: kemampuan siswa dalam melakukan eksplorasi, konjektur, penalaran secara logis, dan kemampuan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
17 41670.pdf
untuk
menggunakan
berbagai
metode
matematik
secara
efektif
untuk
menyelesaikan masalah tidak rutin. Pemecahan masalah (NCTM, 1989) merupakan suatu proses yang melingkupi seluruh bagian program pembelajaran matematika serta menyediakan keterampilan berbentuk konteks berkonsep (Polya, 1973) yang dapat dipelajari dalam upaya mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat dicapai. Bersesuaian dengan Polya, Krulik & Rudnick (1989) dalam Yee (2012) juga menyatakan bahwa pemecahan masalah sebagai
KA
suatu upaya untuk menyelesaikan permasalahan baru dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman yang diperoleh sebelumnya.
BU
Melengkapi pernyataan Polya serta Krulik & Rudnick, Sumarmo (2008)
TE R
menyatakan ada dua makna pemecahan masalah matematik yaitu sebagai suatu pendekatan dan sebagai suatu kegiatan. Pemecahan masalah sebagai kegiatan meliputi: (i) mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah, (ii)
S
membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari, (iii)
TA
memilih dan menerapkan strategi untuk memecahkan masalah matematik dan atau
SI
di luar matematik, (iv) menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai
ER
permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban, dan (v) menerapkan matematik secara bermakna.
IV
Karakteristik pemecahan masalah (Sumarmo, 2010) yang bersifat tidak rutin
U
N
serta menyertakan kegiatan matematik dengan penalaran dan berpikir tingkat tinggi menjadikannya tergolong pada kemampuan matematik tingkat tinggi. Pemecahan masalah tidak memuat prosedur penyelesaian yang otomatis dan mudah. NCTM (2000) mensyaratkan adanya kebaruan sebagai komponen yang diperlukan dalam pemecahan masalah. Relevan dengan yang diungkapkan NCTM, Schoenfeld (1992) lebih memilih istilah non-routine untuk menggantikan istilah “baru” dengan makna bahwa pemecahan masalah menyertakan soal dengan penyelesaian yang tidak biasa. Perspektif lama yang dipahami English, et al. (2008) menjelaskan bahwa pemecahan masalah sebagai pengembangan kemampuan melalui pembelajaran yang awalnya merupakan konsep dan prosedur yang diikuti dengan praktek
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
18 41670.pdf
terhadap penyelesaian "soal cerita" (dengan menggunakan berbagai strategi, misalnya: membuat tabel/diagram, atau memeriksa kebenaran pekerjaan), dan diakhirnya mengarah pada memperkaya pengalaman melalui penerapan kompetensi dalam memecahkan masalah yang "baru" atau "tidak rutin." Senada dengan yang diungkapkan English (2008), Garofalo & Lester (1985) dalam (Kirkley, 2003) menyatakan bahwa pemecahan masalah melibatkan keterampilan berfikir matematik tingkat tinggi seperti visualisasi, asosiasi, penalaran, manipulasi, abstraksi, analisis, sintesis, dan generalisasi. pemecahan
masalah
akan
dimiliki
KA
Kemampuan
siswa
jika
pengembangannya terintegrasi dalam semua aktifitas pembelajaran matematika.
BU
Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika menstimulasi minat dan
TE R
antusias siswa untuk semakin terampil memecahkan masalah dan memiliki pemahaman serta apresiasi terhadap matematika.
Secara spesifik tujuan penyertaan pemecahan masalah dalam pembelajaran
S
matematika (NCTM, 1989) adalah untuk: (i) meningkatkan motivasi siswa dalam
TA
menyelesaikan masalah dan meningkatkan ketekunan siswa ketika menyelesaikan timbulnya
ER
menyebabkan
SI
masalah, (ii) meningkatkan kemandirian pemahaman konsep siswa yang keyakinan
siswa
akan
kemampuannya
dalam
menyelesaikan masalah, (iii) membuat siswa menyadari strategi dalam
IV
menyelesaikan masalah, (iv) membuat siswa sadar bahwa masalah memiliki nilai
U
N
melalui penyelesaian secara sistematis, (v) membuat siswa sadar bahwa banyak masalah yang dapat diselesaikan melalui berbagai cara, (vi) meningkatkan kemampuan siswa dalam memilih strategi penyelesaian yang tepat, (vii) meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan strategi penyelesaian secara akurat, dan (viii) meningkatkan kemampuan siswa untuk memperoleh lebih banyak cara dengan jawaban yang benar dalam menyelesaikan suatu masalah. Proses pemecahan masalah melibatkan kegiatan mental dengan bermacam keterampilan dan kegiatan kognitif. Terkait dengan upaya pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematik, pertimbangan psikologi kognitif (Mayer, 1982 dalam Yee, 2012) menjelaskan : (i) pertama, psikolog kognitif berpandangan bahwa belajar sebagai perolehan pengetahuan bukan akuisisi
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
19 41670.pdf
perilaku baru; (ii) kedua, psikolog kognitif berpandangan bahwa pemecahan masalah sebagai serangkaian operasi mental yang mengubah representasi pengetahuan bukan sekedar sebagai rangkaian perilaku belajar; (iii) ketiga, dan yang perlu diperhatikan oleh guru, psikolog kognitif meyakini bahwa instruksi harus fokus lebih pada proses daripada produk. English et al. (2008) menjelaskan interpretasinya terhadap ungkapan NCTM (2000) yang menyatakan bahwa kajian tentang pemecahan masalah setara dengan kajian pokok bahasan lain seperti: trigonometri, kalkulus dan sebagainya.
KA
Berdasarkan penjelasan NCTM, secara implisit English berasumsi bahwa kemampuan pemecahan masalah diperkirakan akan meningkat jika solver: (i)
BU
pertama, menguasai konsep yang relevan, (ii) kedua, menguasai heuristik masalah
TE R
yang relevan terkait pemecahan, strategi, kepercayaan, disposisi, atau proses, dan (iii) ketiga, belajar menggunakan konsep-konsep dan proses secara bersama untuk memecahkan masalah. Asumsi tersebut, dengan disertai keyakinan bahwa siswa
S
harus belajar konsep dan proses abstraksi terlebih dahulu sebelum menggunakan
TA
konsep dan proses bersamaan untuk memecahkan masalah "kehidupan nyata",
SI
cenderung berakhir pada kurangnya waktu untuk menerapkan pemecahan masalah
ER
(English, 2008; Wilson et al., 1993). Persepsi kurangnya waktu untuk menerapkan pemecahan masalah, tidak
IV
menyurutkan motivasi peneliti dan agen pembelajaran untuk terus mengkaji
U
N
keunggulan pemecahan masalah. Paling tidak ada lima alasan positif penyertaan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika (Wilson et al., 1993). Pertama, sebagian besar kajian kemampuan matematik adalah kemampuan pemecahan masalah; kedua, matematika memiliki banyak penerapan dan seringkali penerapan merupakan masalah penting dalam matematika; ketiga, dalam pemecahan masalah matematik memuat motivasi intrinsik yaitu menstimulasi ketertarikan dan semangat siswa; keempat, sangat mungkin pemecahan masalah matematik menjadi kegiatan yang menyenangkan sebagai rekreasi siswa; dan terakhir, kurikulum matematika yang menyertakan pemecahan masalah memungkinkan siswa mengembangkan seni memecahkan masalah
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
20 41670.pdf
sehingga dapat memahami dan menghargai matematika sebagai tujuan akhir pembelajaran. Pemecahan masalah matematik memberi kesempatan pada siswa untuk belajar memperdalam pemahaman mereka tentang konsep-konsep matematika melalui masalah dan akan lebih bermakna jika menyertakan pengalaman keseharian siswa yaitu dengan memilih masalah yang memungkinkan penerapan matematika pada konteks lain. Menurut Polya ada dua macam masalah, yaitu masalah untuk menemukan (problem to find) dan untuk membuktikan (problem to
KA
prove). Dalam pemecahan masalah menemukan, siswa dapat menganalisis masalah untuk mengetahui: ”apakah yang dicari? Bagaimana data yang diketahui?
BU
Bagaimana syaratnya? Sedangkan untuk masalah membuktikan, analisis terhadap
TE R
masalah dilakukan dengan menanyakan: ”bagaimana hipotesisnya? Dan, ”apa kesimpulannya?
Persoalan matematik (Polya, 1973) akan menjadi suatu masalah bagi siswa,
S
jika siswa tersebut: (i) mempunyai kemampuan untuk menyelesaikannya (ditinjau
TA
dari aspek kematangan mentalnya dan ilmunya), (ii) siswa belum mempunyai
SI
algoritma atau prosedur untuk menyelesaikannya, dan (iii) siswa berkeinginan
ER
untuk menyelesaikannya. Dengan demikian masalah bagi seorang siswa mungkin saja bukan masalah bagi siswa lain.
IV
Soal pertama tentang perkalian yaitu: 35,9 × 4,56 = ..., bukanlah masalah
U
N
bagi siswa kelas SMP kelas VIII, karena ada prosedur penyelesaian yang telah diketahui siswa. Sedangkan soal kedua (Haese, 1982) yaitu: ”6 ekor sapi mampu memakan rumput di lapangan berumput selama 3 hari, sedangkan 3 ekor sapi dapat menghabiskan rumput di halaman yang sama dalam 7 hari, dan dengan pertanyaan berapa hari seekor sapi menghabiskan rumput di halaman yang sama tersebut?” dapat merupakan masalah bagi siswa tertentu karena tidak ada prosedur khusus yang dimiliki siswa untuk menyelesaikannya. Diagram di bawah adalah alur proses pemecahan masalah dengan tahapan tidak linear namun bersiklus yang diperkenalkan Wilson et al. (1993).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
BU
KA
21 41670.pdf
TE R
Gambar 2.1. Alur proses pemecahan masalah (Wilson et al., 1993)
S
Setelah siswa diberi masalah, siswa akan mengalami proses pemecahan masalah
TA
dengan tahapan sebagaimana yang diperkenalkan oleh Polya (1973) yaitu (i) memahami masalah, (ii) merancang penyelesaian masalah, (iii) melaksanakan
SI
penyelesaian masalah, dan langkah terakhir (iv) melihat kembali apakah hasil
ER
penyelesaian sesuai dengan apa yang diketahui dan yang ditanyakan. Apabila
IV
siswa belum memperoleh penyelesaian yang benar maka siswa perlu melihat
N
kembali permasalahan yang diberikan, kemudian menyelesaikannya kembali
U
melalui ke 4 tahapan tersebut secara berurutan hingga penyelesaian yang diperoleh telah benar. Pemecahan masalah menjadi penting karena, dalam prosesnya, siswa mengerahkan semua kemampuan dan menerapkan beragam strategi termasuk mencari pola, mendaftar berbagai kemungkinan, mencoba kasus khusus, memperhatikan kembali kasus lama yang relevan, menebak dan memeriksa, serta mengkreasi masalah yang ekuivalen dan lebih simpel (NCTM, 2000). Siswa juga dapat menggunakan strategi lain dengan menemukan data yang dibutuhkan, mengabaikan data yang tidak dibutuhkan, menyusun data, membuat dan membaca diagram atau tabel, memodelkan permasalahan, menuliskan proses penyelesaian masalah secara bertahap, menggunakan penalaran logika, dan mengkombinasikan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
22 41670.pdf
berbagai strategi. Siswa juga dapat menyederhanakan permasalahan utama dengan memecahnya menjadi permasalahan-permasalahan kecil, menggunakan strategi penyelesaian masalah yang telah digunakan sebelumnya, menggunakan intuisi untuk menemukan alternatif pemecahannya, mencoba menyelesaikan dengan berbagai cara, bekerja secara sistematis, dan mengecek hasilnya dengan mengulang kembali langkah-langkahnya. Volkema dalam Dux & Salim (2009) menjelaskan bahwa di awal pemecahan masalah seringkali siswa harus merumuskan masalah, bahkan
KA
perumusan masalah berpotensi besar mengarahkan proses pemecahan masalah pada hasil yang tepat. Jika masalah gagal dirumuskan dengan baik, proses
BU
pemecahan masalah tidak menghasilkan solusi yang tepat dan lengkap bahkan
TE R
lebih buruk atau salah (Ogilvie & Niederhauser, 2008 dalam Dux & Salim, 2009). Sementara John Dewey (dalam Hall et al., 2008) merekomendasikan lima langkah metode memecahkan masalah yang berorientasi pada siswa yaitu
S
mencakup: (i) menghadapi masalah yang perlu diselesaikan, (ii) memperjelas
TA
masalah dengan mengajukan pertanyaan agar pemahaman terhadap masalah tepat,
SI
(iii) mengumpulkan data mencakup apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan
ER
oleh masalah, (iv) membuat dugaan-dugaan sementara dan mempertimbangkan rencana penyelesaian dan bagaimana menyelesaikannya, (v) menyelesaikan
IV
masalah berdasarkan dugaan yang paling tepat.
U
N
Dalam bukunya “How to Solve It!”, Polya (1973) merekomendasikan sebuah kerangka kerja untuk memecahkan masalah dengan prinsip-prinsip kerja secara umum sebagai berikut. (i) Pemahaman terhadap masalah Pada tahap ini siswa membaca soalnya dan meyakinkan diri bahwa sudah memahaminya secara benar; pada langkah ini siswa harus dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, salah satunya dengan mengajukan pertanyaan: apa yang tidak diketahui? Data apa yang ada pada soal? Apakah ada kekecualian? Sebagai ilustrasi digunakan langkah-langkah penyelesaian masalah untuk soal “sapi makan rumput” (Haese, 1982). Upaya siswa untuk memahami soal dilakukan dengan mengidentifikasi apa yang diketahui dan apa yang
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
23 41670.pdf
ditanyakan. Pada soal diketahui informasi bahwa 6 ekor sapi mampu memakan rumput dihalaman selama 3 hari, 3 ekor sapi dapat menghabiskan rumput dihalaman yang sama dalam 7 hari. Soal menanyakan banyaknya hari yang digunakan oleh seekor sapi untuk menghabiskan rumput di halaman yang sama tersebut. (ii) Membuat rencana pemecahan masalah Dalam upaya membuat rencana pemecahan masalah, siswa harus membuat model hubungan antara informasi yang diberikan dengan yang tidak diketahui
KA
yang memungkinkan untuk menghitung variabel yang tidak diketahui. Membuat satuan-satuan yang dapat dimisalkan untuk informasi yang diketahui. Ilustrasi
BU
berikut merupakan kelanjutan dari soal “sapi makan rumput” dengan membuat
TE R
model persamaan untuk setiap informasi. Model dibuat untuk informasi: (i) 6 ekor sapi mampu memakan rumput dihalaman selama 3 hari, (ii) 3 ekor sapi dapat menghabiskan rumput dihalaman yang sama dalam 7 hari., (iii) 1 ekor sapi dapat
S
menghabiskan rumput dihalaman yang sama dalam x hari.
TA
Siswa lebih mudah menyelesaikan masalah jika melakukan analisis terhadap
SI
masalah dengan memunculkan beberapa pertanyaan, misalnya: bagaimana cara
ER
menghubungkan hal yang diketahui untuk mencari hal yang tidak diketahui? Jika tidak terlihat hubungan secara langsung, dapat dengan membagi masalah ke sub
IV
masalah. Hubungkan masalah dengan masalah lain yang sebelumnya sudah
U
N
dikenali yaitu dengan mengingat masalah yang mirip atau memiliki prinsip yang sama dan memikirkan analogi dari masalah tersebut. Beberapa masalah dapat dipecahkan dengan cara mengenali polanya. Kadang-kadang kita harus memecah sebuah masalah menjadi beberapa kasus dan menyelesaikan setiap kasus satu persatu. Ilustrasi berikut menggambarkan alternatif rancangan penyelesaian yang dapat dikembangkan solver untuk menyelesaikan masalah. Perancangan dapat diawali dengan pemodelan yaitu dengan terlebih dahulu mencari nilai-nilai dari satuan-satuan yang telah ditetapkan. Satuan-satuan dimisalkan untuk informasi yang diketahui pada masalah “sapi makan rumput” yaitu: (i) dimisalkan banyaknya rumput dihalaman adalah R unit, (ii) rata-rata
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
24 41670.pdf
petumbuhan rumput perharinya adalah r unit/hari, dan (iii) kecepatan memakan rumput tiap seekor sapi adalah s unit/hari. Model persamaan: 6 ekor sapi mampu memakan rumput dihalaman selama 3 hari adalah R + 3r – 18s = 0 Model persamaan: 3 ekor sapi dapat menghabiskan rumput dihalaman yang sama dalam 7 hari adalah R + 7r – 21s = 0 sama dalam x hari adalah
BU
R+xr–xs=0
KA
Model persamaan: 1 ekor sapi dapat menghabiskan rumput dihalaman yang
TE R
(iii) Melaksanakan rencana
Dalam melaksanakan rencana yang dirancang pada langkah kedua, terlebih dahulu periksa tiap langkah dalam rencana dan menuliskannya secara detail untuk
S
memastikan bahwa tiap langkah sudah benar. Ilustrasi berikut menggambarkan
TA
salah satu penyelesaian sebagai pelaksanaan terhadap rancangan yang telah
SI
direncanakan pada langkah kedua.
ER
Mencari nilai-nilai dari satuan-satuan. R + 3r – 18s = 0 3r – 18s = -R | × 7
IV
R + 7r – 21s = 0 7r – 21s = -R | × (-3)
U
N
21r – 126s = -7R -21r + 63s = 3R + -63 s = -4 R s = dan
r=
Jika satu ekor sapi memerlukan waktu sebanyak x hari, maka R+xr–xs=0 xs– xr=R x (s – r) = R x(
–
x
=R
)=R
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
25 41670.pdf
x = 63 hari Pada langkah melaksanakan rencana, siswa terlatih selain mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan kemampuan melakukan koneksi matematik juga kemampuan komunikasi matematik seperti representasi matematik, terutama jika penyelesaian masalah dilakukan dalam diskusi kelompok. Siswa membutuhkan atau bahkan hingga menjadi terlatih memiliki kemampuan komunikasi matematik baik secara tertulis atau lisan. Sebagai fasilitator, guru dapat menggali kemampuan siswa melalui proses diskusi dengan
KA
mengajukan pertanyaan berikut. Apa yang kamu pikirkan tentang apa yang dikatakan temanmu? Apakah kamu setuju? Mengapa setuju atau mengapa tidak?
BU
Apakah ada yang memiliki jawaban yang sama untuk menjelaskan hal itu tapi
TE R
dengan cara yang berbeda? Apakah kamu memahami apa yang dikatakan teman kamu? Dapatkah kamu meyakinkan siswa semua bahwa jawaban kamu yang masuk akal?
S
(iv) Melihat kembali
TA
Langkah ke empat ini untuk mengkritisi hasilnya dan untuk melihat
SI
kemungkinan adanya kelemahan dari solusi yang didapatkan (seperti: ketidak
ER
konsistenan/ambiguitas atau langkah yang tidak benar). Untuk mengkritisi
IV
hasilnya dapat dilakukan dengan, salah satunya, memasukkan nilai yang diperoleh ,
r=
dan nilai x = 63 hari ke
N
ke persamaan semula, yaitu memasukkan s =
U
persamaan R + x r – x s = 0, sehingga diperoleh R + 63 ( ) – 63 ( ) = 0 R + 3R – 4R = 0 => benar Dalam proses pemecahan masalah matematik (NCTM, 2000) siswa mendapat tantangan untuk menganalisis dan menemukan jawaban-jawaban yang mungkin,
karena
siswa
tidak
dapat
langsung
tahu
bagaimana
cara
menyelesaikannya. Kolaborasi dan komunikasi siswa dengan siswa lain diperlukan untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah-masalah yang menantang. Hal ini menjelaskan bahwa dalam menyelesaikan masalah siswa
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
26 41670.pdf
perlu memiliki kemampuan berkomunikasi untuk mengekspresikan pemikiran matematiknya. Hasil penelitian Kroll dan Miller (1993) dalam NCTM (2000) menjelaskan perbedaan penting antara solver yang berhasil dan gagal adalah terletak pada keyakinan mereka tentang pemecahan masalah, tentang diri mereka sebagai solver, dan tentang cara-cara memecahkan masalah. Siswa kadang memiliki keyakinan yang salah bahwa semua masalah matematik dapat diselesaikan dengan cepat dan langsung, sehingga berdampak pada berkurangnya antusias siswa dalam
KA
menyelesaikan masalah.
Ketidakantusiasan siswa terjadi terutama ketika siswa tidak segera tahu cara
BU
memecahkan masalah, siswa akan menyerah sehingga memperkuat penilaian
TE R
terhadap diri mereka sendiri sebagai solver yang tidak kompeten. Seringkali siswa percaya bahwa hanya ada satu cara yang benar untuk memecahkan masalah matematik, sehingga verifikasi jawaban yang dilakukan siswa dependen,
S
tergantung pada guru atau kunci jawaban. Karenanya peluang memperoleh
TA
pengayaan wawasan penyelesaian masalah secara berbeda menjadi berkurang.
SI
Untuk membangun kepercayaan diri siswa, guru dapat membantu siswa
ER
melalui pertanyaan misalnya: meminta penjelasan siswa, mengapa suatu jawaban benar? Bagaimana kamu bisa mencapai kesimpulan itu? Apakah argumen ini
IV
masuk akal? Dapatkah kamu membuat sebuah model? Guru dapat juga melakukan
U
N
fungsi supervisi memeriksa kemajuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan mengajukan sejumlah pertanyaan. Dapatkah kamu jelaskan apa yang telah kamu lakukan sejauh ini? Apa lagi yang harus kamu lakukan? Mengapa kamu memutuskan untuk menggunakan metode ini? Dapatkah kamu memikirkan metode lain yang mungkin? Apakah ada strategi yang lebih efisien? Apa yang kamu perhatikan ketika ...? Mengapa kamu memutuskan untuk menyelesaikan seperti itu? Apakah kamu pikir ini akan sesuai dengan angka lain? Apakah kamu memikirkan semua kemungkinan? Bagaimana kamu bisa yakin? Polya (1973) menguraikan kemampuan pemecahan masalah matematik kedalam indikator-indikator pada setiap tahap pemecahan masalah, yaitu pada: (i) tahap memahami, siswa dapat menyebutkan informasi yang disediakan dan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
27 41670.pdf
pertanyaan yang diajukan dalam masalah; (ii) tahap merencanakan pemecahan, siswa memiliki rencana pemecahan masalah yang akan digunakan dan alasan penggunaannya; (iii) tahap melaksanakan rencana pemecahan, siswa dapat memecahkan masalah sesuai langkah-langkah pemecahan masalah yang direncanakan dengan hasil yang benar; (iv) tahap memeriksa kembali, siswa dapat memeriksa kembali pekerjaannya berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yang digunakan. Sumarmo (2008) menambahkan bahwa indikator kemampuan pemecahan
KA
masalah matematik meliputi: (i) siswa dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan dan kecukupan unsur yang diperlukan, (ii) siswa dapat
BU
merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik, (iii) siswa
TE R
dapat menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di luar matematik, (iv) siswa dapat menjelaskan dan menginterpretsaikan hasil sesuai permasalahan asal, dan (v) siswa dapat
S
menggunakan matematik secara bermakna.
TA
Penelitian ini menggunakan indikator kemampuan pemecahan masalah
SI
matematik sebagaimana yang diuraikan oleh Polya dan Sumarmo. Penskoran
ER
terhadap hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematik dalam penelitian ini menggunakan skala 10 yang merupakan modifikasi dari Scale for Problem
U
N
Rubric Scale.
IV
Solving (Szetela et al, 1992) dalam Mathematical Problem Solving Chicago
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
28 41670.pdf
Tabel 2.1 Pedoman Penskoran Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
0
Skala II Merencanakan
Tidak ada upaya
Tidak ada upaya
Sepenuhnya salah menginterpretasi masalah Salah menginterpretasi sebagian besar masalah
3 4 Maks
Sebagian prosedur benar dengan kesalahan besar Secara substansial Salah menginterpretasi prosedur benar dengan sebagian kecil masalah kesalahan kecil Rencana penyelesaian Pemahaman masalah benar tanpa kesalahan lengkap aritmatika 4 4
Penyelesaian benar, jawaban benar
BU
2
Rencana penyelesaian tidak sesuai
TE R
1
Skala III Menyelesaikan Tidak ada penyelesaian, atau jawaban salah Kesalahan komputasi, sebagian besar penyelesaian salah, jawabannya salah
KA
Skala I Memahami
Skor
2
Sumber: http://web.njit.edu/~ronkowit/teaching/rubrics/samples/math_probsolv_chicago.pdf
TA
S
Nilai sepuluh adalah nilai maksimal yang diberikan pada siswa yang dapat menjawab setiap permasalahan secara sempurna. Jawaban siswa dianggap
SI
sempurna jika menunjukkan pemahaman yang lengkap terhadap permasalahan
ER
yaitu dapat mengidentifikasi dengan tepat apa yang diketahui dan apa yang
IV
ditanyakan. Selain hal tersebut, siswa juga dapat membuat perencanaan penyelesaian yaitu dapat membangun model matematik yang menunjukkan
U
N
hubungan antara unsur yang diketahui dan yang ditanyakan, sehingga siswa dapat menguraikan proses penyelesaian tanpa kesalahan aritmatika. B. Komunikasi Matematik Kegiatan manusia di setiap aspek kehidupan tidak dapat terlepas dari komunikasi. Eksistensi manusia diekspresikan melalui komunikasi. Manusia memenuhi kebutuhannya melalui komunikasi. Dengan komunikasi, manusia memiliki kemampuan mewariskan pengetahuan dan keterampilan dari generasi ke generasi termasuk dari budaya ke budaya, sehingga manusia mampu mengubah dan mengendalikan lingkungan (Mulyana, 2007). Transfer pesan dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan. Penyebaran ilmu pengetahuan melalui berbagai
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
29 41670.pdf
media seringkali dikomunikasikan tidak saja dengan kata-kata tertulis dan lisan namun juga dengan grafik, tabel, diagram, lambang, persamaan matematik, peta atau demonstrasi visual lainnya. Setiap orang terutama yang sedang melalui proses menuntut ilmu, harus memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif, jelas, dan tepat dalam mengekspresikan pemikiran, perasaan dan kebutuhannya. Bahkan Jourdan dalam Yusuf (2010) menyatakan bahwa tidak ada perilaku-perilaku pendidikan yang tidak berkaitan dengan komunikasi. Pernyataan Jourdan mengungkapkan bahwa
KA
kualitas hasil belajar sangat dipengaruhi oleh kualitas komunikasi instruksional yang terjadi dalam proses pembelajaran.
BU
Dalam pandangan psikologi kognitif (Yusuf, 2010), proses belajar bisa
TE R
terjadi selain dikarenakan adanya kesinambungan informasi yang disampaikan oleh komunikator pendidikan kepada komunikan, juga efektif jika informasi yang dipelajari sesuai dengan informasi yang telah dimiliki oleh komunikan
S
sebelumnya. Informasi awal sebelum mengikuti pembelajaran yang telah dimiliki
TA
komunikan berada pada struktur kognitif awal dan selanjutnya setelah mengikuti
SI
pembelajaran berubah menjadi berada pada struktur yang ditargetkan guru. Proses
ER
perubahan yang terjadi pada struktur kognitif siswa menunjukkan bahwa siswa mengalami proses berpikir dan belajar.
IV
Komunikasi dapat digolongkan dalam dua bentuk yaitu komunikasi verbal
U
N
dan nonverbal. Komunikasi verbal terdiri dari komunikasi verbal lisan dan komunikasi verbal tulisan. Sedangkan berdasarkan fungsinya (Mulyana, 2007) komunikasi dibedakan atas: (i) komunikasi sosial berfungsi diantaranya untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, menghindari kesulitan dan untuk menjaga hubungan dengan orang lain; (ii) komunikasi ekspresif berfungsi diantaranya untuk menyampaikan perasaan; (iii) komunikasi ritual biasa dilakukan secara kolektif berfungsi diantaranya untuk mengekspresikan apresiasi terhadap peristiwa khusus yang diungkapkan dengan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku simbolik, (iv) komunikasi instrumental berfungsi diantaranya untuk memberitahukan secara
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
30 41670.pdf
persuasif agar pendengar mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikan adalah akurat dan layak. Komunikasi di dalam kelas oleh Nathan dan Kim (2007) diakui sebagai mediator kuat untuk perilaku kognitif yang kompleks, termasuk membangun makna, merefleksikan pemahaman seseorang, dan membangun ide-ide baru. Cotton (2008) merekomendasikan bahwa pemahaman konsep matematik siswa akan lebih mendalam ketika siswa tertantang untuk mengkomunikasikan penalarannya secara oral maupun tertulis.
KA
Interaksi dinamis antara guru dan siswa dalam pembelajaran muncul dalam tiga bentuk komunikasi (Fathurrohman dan Sutikno, 2007) yaitu: (i) komunikasi
BU
sebagai aksi atau komunikasi searah, (ii) komunikasi sebagai interaksi atau
TE R
komunikasi dua arah, dan (iii) komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai
Guru
Dua arah
Siswa Siswa
Siswa
Siswa
Siswa Multi arah
IV
Searah
Siswa
ER
Siswa
SI
TA
Guru
Siswa
Guru
S
transaksi.
U
N
Gambar. 2.2 Model Komunikasi (Fathurrohman dan Sutikno, 2007) Komunikasi searah menempatkan guru aktif sebagai pemberi aksi dan siswa pasif sebagai penerima aksi. Komunikasi ini kurang menghidupkan kegiatan siswa belajar. Komunikasi dua arah menempatkan guru dan siswa pada peran dengan porsi yang sama sebagai pemberi dan penerima informasi, namun tidak ada komunikasi antara siswa dan siswa. Sedangkan komunikasi banyak arah selain melibatkan interaksi dinamis antara guru dan siswa juga memberi kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dengan siswa lainnya. Komunikasi model ini berpotensi mengoptimalkan siswa mengeksplorasi kemampuan dirinya dalam forum diskusi maupun simulasi.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
31 41670.pdf
Sullivan & Mousley dalam Ansari (2003) memandang kemampuan komunikasi matematik bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih pada kemampuan siswa dalam bercakap, menjelaskan, menggambarkan, mendengarkan, menanyakan, mengklarifikasi, bekerja sama (sharing), menulis, dan akhirnya melaporkan apa yang telah dipelajari. Kemampuan siswa memahami keterkaitan berbagai materi matematik dapat dikembangkan melalui komunikasi. Melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasikan, mengkonsolidasikan dan mengeksploitasi pemikiran matematik mereka. Dengan komunikasi, guru dapat
KA
mengukur perkembangan kemampuan matematik siswa. Komunikasi antar siswa dalam pembelajaran matematika membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan
BU
matematik, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan penalaran
TE R
matematik, menumbuhkan disposisi matematik dalam meyakini akan kemampuan diri, serta memperkuat posisi dalam interaksi sosial.
Proses berpikir siswa tidak terlepas dari faktor yang mempengaruhi (Yusuf,
S
2010) yang bisa saling mengganggu atau bahkan saling memperkuat secara
TA
positif. Faktor-faktor pengaruh berasal dari aspek motivasi, kemampuan dan atau
SI
kapasitas kecerdasan, minat, bakat, perhatian, penginderaan, persepsi, ingatan,
ER
retensi, kemampuan mentransfer serta berpikir kognitif yang dapat saja muncul pada diri guru maupun siswa. Kualitas komunikasi dalam proses belajar dapat
IV
ditentukan dengan cara mengelola faktor-faktor pengaruh agar menjadi faktor
U
N
pendukung keberhasilan belajar. Ilmu
matematika
berkontribusi
pada
pengembangan
keterampilan
berkomunikasi karena menawarkan alternatif ekspresi ide dan argumen yang lebih tepat, ketat dan universal. Argumen diekspresikan dengan bahasa matematik secara numerik, grafis, logika simbolis, probabilitas dan statistik. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu lainnya (Mulyana, 2007) berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Matematika kaya dengan simbol sehingga seringkali matematika dianggap sebagai bahasa simbol. Simbol matematika disepakati dan digunakan sebagai bahasa universal oleh orang-orang yang berkecimpung dalam matematika. Bahasa matematik seringkali digunakan dalam pemberitaan, penyampaian opini, atau promosi iklan dengan sajian baik
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
32 41670.pdf
secara kuantitatif maupun kualitatif serta mencakup data, statistik, grafik, atau gambar dan sebagainya. Pentingnya kemampuan melakukan identifikasi dan interpretasi terhadap informasi yang berbentuk lisan maupun tertulis, terutama jika informasi memuat angka-angka, membuat penyertaan komunikasi matematik dalam pembelajaran matematika menjadi dibutuhkan. Membiasakan siswa berkomunikasi dengan menggunakan konsep-konsep dan simbol matematika menjadikan siswa mampu menafsirkan dan memecahkan masalah sehari-hari. Konsep-konsep matematika
KA
memperkaya perbendaharaan bahasa siswa dalam memahami fenomena, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh, salah satu bentuk komunikasi
BU
matematik berupa simbol (2,3) digunakan untuk menyampaikan ide tentang
TE R
tempat kedudukan suatu titik pada bidang koordinat yang berjarak 2 satuan dari sumbu Y dan 3 satuan dari sumbu X. Pengetahuan akan koordinat menjadikan siswa mampu memahami posisi kota atau negara di permukaan bumi melalui
S
pemahaman lintang dan bujur. Gambar berikut juga sebagai salah satu bentuk
TA
mengkomunikasikan secara matematik tempat kedudukan suatu titik yang
SI
berjarak 2 satuan dari sumbu Y dan 3 satuan dari sumbu X yaitu melalui
U
N
IV
ER
representasi grafik pada bidang koordinat.
Principles and Standards for School Mathematics (NCTM, 2000) menetapkan standar komunikasi pada pembelajaran matematika untuk siswa Amerika Serikat sejak tingkat awal sekolah hingga tingkat SMA yaitu dengan memberi kesempatan pada siswa untuk: (i) mengorganisasi dan mengkonsolidasi pemikiran dan ide matematik melalui komunikasi, (ii) mengkomunikasikan pemikiran matematiknya secara logis dan jelas pada teman, guru dan lainnya, (iii)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
33 41670.pdf
menganalisis
dan
mengevaluasi
pemikiran
matematik
orang
lain,
(iv)
menggunakan bahasa matematik dengan tepat dalam menyampaikan ide-ide. Kemampuan komunikasi matematik siswa dapat dikembangkan (NCTM, 2000) dengan mengajak siswa: (i) mengekspresikan pemikiran matematik secara lisan, tulisan, atau memodelkan situasi dengan gambar, grafis, dan aljabar; (ii) merenungkan dan menjelaskan pemikiran mereka sendiri tentang ide-ide dan situasi matematik; (iii) mengembangkan pemahaman terhadap definisi dan ide-ide matematik lain; (iv) menggunakan keterampilan membaca, mendengar, dan
KA
mempresentasikan untuk menafsirkan dan mengevaluasi ide-ide matematik; (v) mendiskusikan ide-ide matematik dengan membuat dugaan dan meyakinkan
BU
argumen-argumen; (vi) mengapresiasi pentingnya peran notasi matematik dalam
TE R
pengembangan ide-ide matematik.
Membaca, menulis, mendengarkan, berpikir kreatif, dan berkomunikasi tentang masalah matematik adalah kegiatan yang potensial mengembangkan dan
S
memperdalam pemahaman matematik siswa. Pembiasaan penggunaan bahasa
TA
matematik dalam mengkomunikasikan ide-ide dilakukan untuk mengakomodasi
SI
kebutuhan siswa mendapatkan kesempatan sebanyak mungkin mengekspresikan
ER
pemikiran matematiknya. Proses komunikasi diperlukan siswa untuk mengenali dan memahami pentingnya suatu definisi. Proses komunikasi memberi
IV
kesempatan siswa menjelaskan, menduga, dan membela ide-ide seseorang secara
U
N
lisan dan tertulis sehingga merangsang pemahaman yang lebih kuat akan suatu konsep dan prinsip. Kemampuan untuk berkomunikasi matematik dibutuhkan bersamaan dengan peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Perkembangan kemampuan ini tidak dapat terjadi tanpa disengaja untuk berbahasa matematik. Komunikasi melibatkan kemampuan membaca dan menulis matematik serta menafsirkan makna dan ide. Informasi tentang kemampuan siswa menulis dan berbicara dalam menjelaskan ide-ide atau pemikiran mereka pada siswa lain atau guru akan sangat bermanfaat bagi guru untuk membuat keputusan instruksional. Komunikasi matematik selalu menyertai proses pemecahan masalah matematik. Proses pemecahan masalah berpeluang memberi kesempatan pada
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
34 41670.pdf
siswa untuk memperoleh informasi tentang adanya keteraturan sehingga keterampilan komunikasi matematik bertambah. Bahasa matematik siswa berkembang seiring dengan kemampuan berpikir mereka dalam memecahkan masalah. Ilustrasi berikut menggambarkan proses komunikasi dalam kegiatan pemecahan masalah. Pada pertemuan kelas sebelumnya siswa telah membahas materi “pemfaktoran suku bentuk aljabar” yaitu dan (a – b)2 = a2 – 2ab + b2. Sebagai pengayaan Guru memberikan soal
KA
(a + b)2 = a2 + 2ab + b2 ; (a – b) (a + b) = a2 – b2 ;
BU
“Jika diketahui persamaan x4 + 36 = 13x2 , tentukanlah nilai x yang
TE R
memenuhi persamaan tersebut.”
Guru memberikan rambu penyelesaian dengan membangkitkan ingatan siswa tentang materi pelajaran sebelumnya agar siswa
TA
dengan soal tersebut.
S
memikirkan masalah pada pertemuan yang lalu yang relevan
SI
Kondisi ini potensial memancing siswa terlibat komunikasi
ER
matematik dalam menyelesaikan masalah tersebut. Ilustrasi berikut menggambarkan bagaimana siswa terlibat dalam
IV
komunikasi matematik dengan menyampaikan argumen dan menggunakan
N
berbagai pendekatan dalam memecahkan masalah. : “Bu guru, persamaan x4 − 13x2 + 36 = 0 ada hubungannya dengan
U
Bayu
persamaan pada soal x4 + 36 = 13x2. Tetapi saya tidak dapat menyelesaikannya. Sebentar ...Bu, bagaimana dengan x3 − 13x2 + 36 = 0? Sulit... juga, dan saya tidak melihat bahwa metode penyelesaian soal tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan x4 + 36 = 13x2. Oh … ya, bagaimana kalau x2 - 13x2 + 36 = 0. Dan saya bisa menyelesaikannya, yaitu (Bayu ke depan kelas menulis argumennya di papan tulis) x2 − 13x2 + 36 = 0
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
35 41670.pdf
−12x2 + 36 = 0 x2 = 3
sehingga diperoleh
x = ± √3
Tapi saya bingung jika x4 dan x2 ada pada satu persamaan seperti pada persamaan x4 − 13x2 + 36 = 0. Saya menyerah... Bu. Oh ... ya, mungkin grafik atau tabel nilai dapat membantu...Bu." Setelah membuat tabel nilai, Bayu menemukan jawabannya yaitu x = ± 3 atau x = ± 2. Guru
: “Benar jawaban kamu Bayu, nilai x yang memenuhi x4 + 36 = 13x2
KA
adalah x = ± 3 atau x = ± 2. Siapa lagi yang mempunyai jawaban yang sama dengan jawaban Bayu tetapi dengan cara yang berbeda.” : ”Bu guru, saya menemukan masalah lain yang berhubungan dengan
BU
Amir
TE R
soal tersebut, yaitu x2 + 36 = 13x, ini penyelesaiannya (Amir ke depan kelas menulis argumennya di papan tulis). x2 − 13x + 36 = 0 x = 9 atau x = 4 saya
menggunakan
cara
yang
sama
untuk
ER
menyelesaikan
dapat
SI
Sekarang,
TA
S
(x – 9) (x - 4) = 0
x4 + 36 = 13x2 ; yaitu
IV
x4 − 13x2 + 36 = 0
U
N
(x2 – 9) (x2 − 4) = 0 x2 = 9
atau x2 = 4
x = ± 3 atau x = ± 2 Dan setelah saya substitusikan nilai-nilai x tersebut ke dalam persaman x4 + 36 = 13x2 ternyata menghasilkan pernyataan yang benar ... Bu.” Guru
: “Baik sekali jawaban kamu Amir. Baik anak-anak, apakah ada cara lain untuk menyelesaikan soal tersebut”.
Komunikasi matematik yang terjadi di kelas memudahkan guru memahami proses berfikir dan pemahaman matematik siswa-siswanya. Siswa Amir telah secara efektif menggunakan informasi dari pelajaran yang lalu dengan mempertimbangkan masalah yang relevan, dan menerapkan metode
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
36 41670.pdf
pada masalah yang relevan dengan masalah aslinya. Siswa Bayu gagal menghubungkan masalah terkait sebelumnya dengan masalah utama meskipun dia berusaha mempertimbangkan masalah terkait secara matematik. Tono :
Saya juga mengkaitkan persamaan pada soal yang ditanyakan dengan persamaan x2 + 36 = 13x. Persamaan x2 + 36 = 13x dapat saya selesaikan dengan menggunakan rumus abc (Tono ke depan kelas menulis argumennya di papan tulis)
KA
√
TE R
BU
√
= 9 atau
=4
S
Sekarang bisa dimisalkan x2 = x, sehingga x2 = 9 atau x2 = 4
TA
Dan diperoleh x = ± 3 atau x = ± 2 Siswa Tono juga berhasil memperoleh solusi dengan menggunakan metode
SI
penyelesaian rumus abc namun gagal mengkaitkan dengan masalah utama.
ER
Komunikasi matematik secara inklusif terjadi dalam proses pembelajaran
IV
bahkan dalam proses pemecahan masalah matematik. Dalam proses pemecahan
N
masalah matematik guru dapat mengembangkan kemampuan komunikasi
U
matematik siswa dengan mengajukan pertanyaan, misalnya: (i) metode atau formula apa yang kamu butuhkan untuk memperoleh penyelesaian? (ii) informasi atau data apa yang sudah kamu miliki? (iii) strategi apa saja yang akan kamu gunakan? (iv) apakah kamu memperoleh hasil perhitungan secara mental atau melalui proses perhitungan di atas kertas? (v) jika kamu memerlukan garis bilangan, bagaimana kamu menggunakannya? Kondisi siswa yang terjebak dalam proses penyelesaian tanpa diketahui benar tidaknya atau bagaimana kelanjutannya sangat memerlukan bantuan guru, dan guru dapat membantu dengan mengajukan pertanyaan: (i) bagaimana kamu menjelaskan masalah dengan menggunakan kata-kata kamu sendiri? (ii) apakah informasi yang kamu pikir seharusnya ada tidak tercantum dalam masalah? (iii)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
37 41670.pdf
data apa saja yang sudah kamu miliki? (iv) dapatkah kamu menemukan masalah yang relevan dan bagaimana menyelesaikannya? (v) jika menggunakan angkaangka sederhana atau dengan sedikit angka, bagaimana kamu menyelesaikannya? (vi) jika menggunakan garis bilangan, bagaimana menyelesaikannya? (vii) jika data yang tersedia disusun secara berurutan, apakah bermanfaat untuk memudahkan penyelesaian masalah? (viii) bagaimana cara kamu menggunakan diagram/tabel untuk menyelesaikannya? Siswa dapat lebih mudah menyelesaikan masalah dengan membuat hubungan diantara ide-ide, dan bantuan guru dapat
KA
diberikan melalui pertanyaan “bagaimana hubungan hal ini dengan ide lain? Ideide apa saja yang dipelajari sebelumnya yang berguna dalam memecahkan
BU
masalah ini? Dapatkah kamu memberi contoh yang berkaitan dengan …?”
TE R
Bantuan guru terhadap kegiatan komunikasi siswa dalam membangun hubungan antar konsep, prosedur, dan pendekatan akan efektif jika menghindari pertanyaan dengan jawaban sederhana ya atau tidak, atau dengan jawaban
S
berprosedur menghafal. Pemberian masalah terbuka memberi kesempatan siswa
SI
pemahaman mereka.
TA
mengeksplorasi ide-ide mereka, mendiskusikan hasil interpretasi, dan memperluas
ER
Kemampuan komunikasi siswa dapat dikembangkan melalui kerja kelompok, diskusi, presentasi siswa secara perorangan, pembuatan laporan tertulis
IV
maupun lisan. Kelompok kerja atau diskusi menjadi forum bagi siswa untuk
U
N
secara bersama mengumpulkan data, membangun penalaran, hipotesis dan formula, mengajukan pertanyaan, menyampaikan argumen dan berbagi ide, mengetahui dan memperbaiki kesalahan, mendengarkan dan mengevaluasi argumen orang lain, memprediksi, mengkritik secara konstruktif, menemukan dan merangkum pekerjaan dalam tulisan. Penggunaan bahasa oleh siswa dalam komunikasi matematik di kelas mungkin saja menyimpang dari bahasa matematik. Penggunaan bahasa matematik dan bahasa keseharian siswa akan makin kaya ketika siswa membangun struktur logika dengan menghubungkan pengalaman dan bahasa siswa ke dunia matematik. Latihan berkomunikasi melalui diskusi memberi siswa kesempatan memperbaiki komunikasi mereka dan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
38 41670.pdf
memperoleh kepercayaan diri terhadap kemampuan membangun argumen matematik yang meyakinkan. Indikator yang menunjukkan adanya kemampuan komunikasi matematik (Sumarmo, 2010) adalah: (i) menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematik; (ii) menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, dan grafik; (iii) menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; (iv) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematik; (v) membaca dengan pemahaman
KA
suatu presentasi matematik tertulis; (vi) membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi; dan (vii) mengungkapkan kembali suatu
BU
uraian atau paragrap matematik dalam bahasa sendiri. Penskoran terhadap hasil
TE R
tes kemampuan komunikasi matematik dalam penelitian ini diberikan dalam skala nol sampai dengan empat yang merupakan modifikasi dari Maryland Math
S
Communication Rubric dari Maryland State Department of Education.
3 4
ER
U
N
2
Kemampuan Komunikasi Kosong, atau jawaban tidak cukup untuk mendapat skor Jawaban tidak benar, upaya yang dibuat tidak benar Penggunaan bahasa matematik (istilah, simbol, tanda dan / atau representasi) yang minimal efektif dan akurat, untuk menggambarkan operasi, konsep, dan proses Penggunaan bahasa matematik (istilah, simbol, tanda, dan / atau representasi) yang sebagian efektif, akurat, dan menyeluruh untuk menggambarkan operasi, konsep dan proses. Penggunaan bahasa matematik (istilah, simbol, tanda, dan / atau representasi) yang sangat efektif, akurat, dan menyeluruh, untuk menggambarkan operasi, konsep, dan proses.
IV
Skor 0 1
SI
TA
Tabel 2.2 Pedoman Penskoran Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
Sumber: http://web.njit.edu/~ronkowit/teaching/rubrics/samples/math_probsolv_chicago.pdf
Nilai 4 adalah nilai maksimal yang diberikan pada siswa yang dapat menjawab setiap permasalahan secara sempurna. Jawaban siswa terhadap permasalahan dianggap sempurna jika siswa dapat mendeskripsikan penyelesaian permasalahan yang mencakup operasi, konsep serta proses dengan menggunakan bahasa matematik secara tepat tanpa kesalahan aritmatika. Bahasa matematik
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
39 41670.pdf
yang digunakan oleh siswa untuk mengekpresikan pemikirannya dalam menyelesaikan permasalahan dapat berbentuk istilah, simbol, tanda atau representasi. C. Disposisi Matematik Persaingan global di era masa kini menuntut siswa memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi agar menjadi solver dan thinker yang baik bagi setiap permasalahan.
Solver
dan
thinker
yang
baik
memerlukan
pembiasaan
KA
menginterpretasi dan membuat disposisi terhadap suatu interpretasi yang didukung dengan keterampilan, strategi, atau pengetahuan tertentu (Resnick, 1989
BU
dalam NCTM, 2000). Kemampuan matematik siswa yang di dalamnya termasuk
TE R
kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematik akan tumbuh dengan baik jika didukung disposisi matematik siswa yang mencakup (Sumarmo, 2010) keinginan, kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang kuat pada diri siswa
S
untuk berpikir dan berbuat secara matematik dengan cara yang positif. termasuk
mengembangkan
SI
namun
TA
Belajar matematik tidak hanya mempelajari konsep, prosedur, dan aplikasi disposisi
terhadap
matematik
dan
ER
mengapresiasi matematik sebagai alat bantu yang ampuh untuk memahami situasi. Disposisi tidak hanya mencakup sikap namun termasuk berpikir dan bertindak
IV
secara positif. Disposisi matematik siswa diwujudkan dalam cara mereka
N
menghadapi tugas dengan keyakinan, kemauan untuk mengeksplorasi alternatif,
U
ketekunan, dan kecenderungan mereka untuk merefleksikan pemikiran mereka sendiri (NCTM, 1989). Menurut Sumarmo (2008) apabila kebiasaan tersebut berlangsung secara berkelanjutan, maka secara akumulatif akan tumbuh disposisi matematik (mathematical disposition). Kilpatrick et al. (2001) dalam Sumarmo (2008) mengungkapkan bahwa disposisi matematik disebut juga productive disposition (sikap produktif), yakni tumbuhnya sikap positif serta kebiasaan untuk melihat matematik sebagai sesuatu yang logis, berguna dan berfaedah. Mengingat disposisi matematik memiliki kekuatan kognitif dan afektif, pembelajaran matematika hendaknya menyertakan juga pengembangan kemampuan berfikir dan disposisi matematik.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40 41670.pdf
Polking (1998) dalam Sumarmo (2008) berpendapat bahwa seorang siswa memiliki disposisi matematik jika dalam dirinya terdapat: (i) rasa percaya diri dalam menggunakan matematik, memecahkan masalah, memberi alasan dan mengkomunikasikan gagasan, (ii) fleksibilitas dalam menyelidiki gagasan matematik dan berusaha mencari metoda alternatif dalam memecahkan masalah; (iii) tekun mengerjakan tugas matematik; (iv) minat, rasa ingin tahu (curiosity), dan dayatemu dalam melakukan tugas matematik; (v) cenderung memonitor, merefleksikan performance dan penalaran mereka sendiri; (vi) menilai aplikasi
KA
matematik ke situasi lain dalam matematik dan pengalaman sehari-hari; (vii) apresiasi (appreciation ) peran matematik dalam kultur dan nilai, matematik
BU
sebagai alat, dan sebagai bahasa.
TE R
Menurut NCTM (1989) ada indikator yang dapat digunakan untuk mengukur apakah seorang siswa memiliki disposisi matematik, yaitu jika siswa menunjukkan: (i) kepercayaan diri dalam menggunakan matematik untuk
S
memecahkan masalah, mengkomunikasikan ide, dan berargumen; (ii) fleksibilitas
TA
dalam mengeksplorasi ide-ide matematik dan mencoba metode alternatif dalam
SI
memecahkan masalah; (iii) kemauan untuk tekun mengerjakan tugas-tugas
ER
matematik; (iv) minat, rasa ingin tahu, dan keahlian dalam melakukan matematik; (v) kecenderungan untuk memantau dan merefleksikan pemikiran mereka sendiri
IV
atau hasil pekerjaan kelompok; (vi) kemampuan menerapkan matematik dalam
U
N
disiplin ilmu lain dan masalah sehari-hari; (vii) apresiasi peran matematik dalam kebudayaan serta menghargai matematik sebagai alat dan bahasa. Indikator disposisi matematik yang digunakan dalam penelitian (Sumarmo, 2010) mencakup: (i) rasa percaya diri dalam menggunakan matematik, memecahkan masalah, memberi alasan dan mengkomunikasikan pendapat, (ii) fleksibel dalam menyelidiki gagasan matematik dan berusaha mencari metoda alternatif dalam memecahkan masalah; (iii) gigih, tekun mengerjakan tugas matematik; (iv) minat, rasa ingin tahu, dan dayatemu dalam melakukan tugas matematik; (v) memonitor, merefleksikan performance dan penalaran sendiri; (vi) bergairah dan perhatian serius dalam belajar matematik, (vii) mengaplikasikan matematik ke situasi lain dalam matematik dan masalah sehari-hari, (viii)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41 41670.pdf
mengapresiasi peran matematik dalam kultur dan nilai, matematik sebagai alat, dan sebagai bahasa, (ix) berekspektasi dan metakognisi, dan (x) berbagi pendapat dengan orang lain. D. Pembelajaran MEAs Pendekatan
MEAs
awalnya
merupakan
rancangan
masalah
yang
menimbulkan proses berpikir secara sistematik dan berpotensi untuk analisis berbagai konsep matematik. MEAs adalah model pembelajaran yang menyertakan
KA
proses berfikir siswa melalui penyampaian pendapat dan argumennya secara terbuka dalam diskusi menyelesaikan masalah dengan pemecahan masalah
BU
sebagai fokus kegiatan dalam belajar matematik. Lesh, et al. (2000) merancang
TE R
dan menguji tahapan proses MEAs untuk menimbulkan pemahaman konsep matematik siswa berdasarkan prinsip MEAs (Shuman, 2008; Chamberlin dan Moon, 2005a, 2005b; Moore, et al., 2004) berikut.
S
Prinsip konstruksi model menekankan pada masalah yang harus didesain
TA
sehingga memungkinkan penciptaan model terkait dengan: unsur-unsur, hubungan
SI
dan operasi antara unsur-unsur, pola dan aturan yang mengatur hubungan ini.
ER
Kegiatan siswa dalam MEAs dapat berupa kegiatan: mengukur (misalnya, menunjukkan seberapa baik model bekerja), mengkoordinasikan informasi dan
IV
hubungan, membuat prediksi (menerapkan model untuk masalah baru atau data
U
N
set), mengidentifikasi pola atau trend. Produk akhir dari MEAs adalah sebuah model yang: mempunyai unsur, mendefinisikan hubungan di antara unsur-unsur, mendefinisikan operasi bagaimana unsur berinteraksi, mengidentifikasi pola-pola atau aturan-aturan yang berlaku untuk hubungan dan operasi. Prinsip reality menekankan pada masalah yang harus bermakna, relevan dan didasarkan keadaan nyata siswa atau data nyata yang sedikit diubah. Solusi harus "nyata" dan bermakna dalam kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena itu, konteks situasi harus masuk akal dari segi pengetahuan dan pengalaman kehidupan nyata. Prinsip self-assessment mengharuskan siswa untuk dapat menilai diri atau mengukur kegunaan dari solusi mereka. Pernyataan masalah harus memuat
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
42 41670.pdf
kriteria yang sesuai untuk menilai kegunaan suatu penyelesaian. Agar ada peningkatan, siswa harus mampu: mendeteksi kekurangan saat konseptualisasi, membandingkan alternatif solusi yang paling menjanjikan, mengintegrasikan kekuatan diantara alternatif, meminimalkan kelemahan, memperluas serta memperbaiki alternatif yang menjanjikan solusi, dan menilai solusi yang telah diperoleh. Salah satu mekanisme untuk menyampaikan kriteria tersebut dan sebagai motivasi untuk penilaian dan perbaikan adalah memunculkan argumen pembanding dari siswa lain.
KA
Prinsip dokumentasi model mengharuskan siswa dapat mengungkapkan dan mendokumentasikan proses berpikir mereka dalam solusi mereka. Tanggapan
BU
siswa harus menghasilkan jejak pemeriksaan kebenaran jawaban dengan
TE R
mengungkapkan: asumsi, tujuan, jalan penyelesaian yang diperhitungkan untuk menghasilkan sebuah solusi. Kegiatan pembelajaran harus mendorong siswa melakukan refleksi diri sehingga mendapatkan dirinya berpikir tentang pemikiran
S
mereka (metacognition). Oleh karena itu, kegiatan harus melibatkan kerja
TA
kelompok yang membutuhkan (mungkin setiap anggota kelompok berbeda tugas)
SI
perencanaan, monitoring dan penilaian terhadap kemajuan hasil pekerjaan. Hasil
ER
kerja tim harus mengungkapkan objek atau konstruksi yang digunakan, hubungan antara objek dan konstruksi, operasi atau interaksi antara objek dan konstruksi
IV
serta representasi yang digunakan.
U
N
Prinsip kemampuan berbagi (sharing) dan penggunaan ulang model memastikan bahwa solusi yang dibuat oleh siswa dapat digeneralisasikan atau mudah digunakan untuk masalah lainnya dengan situasi serupa. Model harus mewakili cara berpikir umum, bukan solusi yang spesifik untuk konteks tertentu. Prinsip ini juga memastikan bahwa model yang dihasilkan siswa dapat dikomunikasikan dengan cara yang jelas dipahami dan memungkinkan solusi mereka dapat digunakan oleh orang lain. Prinsip prototipe efektif memastikan bahwa model yang dihasilkan akan sesederhana mungkin, tapi masih signifikan secara matematik. Model, yang seharusnya mewakili ide-ide besar, harus memberikan prototipe atau metafora pembelajaran yang bermanfaat untuk menginterpretasikan masalah-masalah lain
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
43 41670.pdf
yang memiliki struktur dasar yang sama. Kegiatan ini harus dirancang untuk menghindari kebutuhan untuk berbagai prosedur, terutama prosedur komputasi yang dapat mengurangi pemahaman konseptual. Lesh, et al. (2000) telah menemukan bahwa MEAs dapat dirancang sedemikian rupa sehingga kegiatankegiatan yang dilakukan mengarah pada pembelajaran yang signifikan membangun kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematik. Peneliti lain juga menemukan hasil yang dramatis dan positif dari penggunaan MEAs pada pembelajaran mata kuliah matematika dan pendidikan teknik (Moore et al., 2004). penemuan
yang mewarnai
MEAs
menghendaki
KA
Belajar
rancangan
pembelajaran yang memungkinkan siswa menemukan metode dan model untuk
BU
menyelesaikan suatu masalah terbuka. Schwartz dan Martin (2004) dalam (Lesh,
TE R
et al., 2000) mendapatkan informasi dalam penelitiannya yaitu bahwa kegiatankegiatan dalam MEAs mendorong penemuan metode baru dan mempromosikan model pengembangan kerangka kerja mental untuk menghubungkan informasi ini
juga
menunjukkan
TA
Penelitian
S
serta efektif mempersiapkan siswa belajar solusi kanonik yang digunakan. bahwa
model
instruksional
yang
SI
mempromosikan penemuan ternyata tidak hanya membantu intuisi siswa
ER
berevolusi, tetapi juga menunjukkan peningkatan retensi dan transfer (Schwartz & Martin, 2004 dalam Lesh, et al., 2000). Peranan pengetahuan awal siswa
IV
memperkecil konflik pengetahuan dan intuisi siswa yang kadang muncul saat
U
N
mempelajari konsep baru (Bransford et al., 2000 dalam Lesh, et al., 2000). MEAs dirancang secara eksplisit untuk mengungkapkan dan menguji intuisi dan pengetahuan siswa sebelumnya, sementara pada saat yang sama memberikan perpanjangan, revisi, dan integrasi dari ide-ide ini untuk mengembangkan sebuah dasar pemahaman ke yang lebih abstrak, atau pemahaman cara-cara formal (Lesh et al., 2000). Prinsip pertama dapat dianggap aksiomatis bahwa masalah fokus pada skenario kasus nyata. Prinsip 2, 3 dan 4 sebagai kesempatan untuk refleksi terhadap
tindakan
yang
telah
dilakukan
individu
atau
kelompok
dalam proses berpikir mereka melalui refleksi (Hamilton, 2009). Prinsip 2, 3 dan 4 dapat juga digunakan sebagai scaffolding kognitif untuk menstimulasi
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
44 41670.pdf
pemikiran dalam proses pemodelan dan terbentuknya prototype model. Prinsip 5 dan 6 bertujuan untuk memperoleh wawasan perkiraan tentang kemampuan siswa menafsirkan masalah yang sama secara struktural untuk mentransfer elemen model, kumpulan model yang terintegrasi pada strategi situasi baru. MEAs berpotensi meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (Clark, et al., 2008). Pengembangan kemampuan pemecahan masalah tumbuh melalui kegiatan mengadopsi dan mensintesis beberapa kerangka kerja yang kompleks, untuk mengantisipasi situasi baru, untuk mengembangkan
KA
kemampuan melihat masalah dan sistem yang mendasari. MEAs meningkatkan kemampuan siswa membayangkan karakteristik masalah dan menerapkan skema
BU
metakognitif internal (model) terhadap masalah serupa dan untuk mentransfer
TE R
elemen model mereka pada situasi baru. MEAs juga menyediakan kesempatan pada siswa untuk berbagi ilmu dalam proses belajar, dan pemodelan yang telah dihasilkan dapat digunakan kembali untuk membangun, menggambarkan,
S
menjelaskan, memanipulasi, meramalkan atau menghasilkan sistem penyelesaian
TA
yang signifikan secara matematik (Lesh dan Doerr, 2003).
SI
Pengetahuan dapat ditimbulkan melalui masalah berdasarkan pada
ER
kebutuhan akan suatu solusi yang lebih bermakna, dalam konteks dan cara yang berbeda dari umumnya yang disajikan dalam model pembelajaran tradisional.
IV
MEAs didasarkan pada asumsi (Lesh dan Doerr, 2003) bahwa "pemecahan
U
N
masalah harus menjadi langkah penting dalam proses belajar, bukan sekedar kegiatan yang harus dilakukan siswa setelah mempelajari sebuah konsep". Pemecahan masalah membantu siswa membangun konsep ketika siswa terlibat dalam proses belajar. MEAs yang terstruktur memungkinkan guru dan siswa melacak perubahan skema konseptual siswa saat menghasilkan atau mencoba menyusun konsep kembali dari suatu model solusi atau masalah. Lesh et al. (2000) telah merancang dan menguji banyak iterasi dari MEAs untuk memperoleh konsep-konsep matematika. MEAs memiliki desain yang membangkitkan
kebutuhan
untuk
menganalisis
dan
mengkomunikasikan
pemecahan masalah, sehingga MEAs (Hamilton, 2009) potensial membangkitkan konsep yang mendalam. Melalui MEAs konsep-konsep lebih dipahami oleh siswa
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
45 41670.pdf
daripada jika konsep-konsep tersebut diajarkan sebagai suatu aturan, algoritma dan heuristik pada tugas konseptual. MEAs (Eric, 2008) berpotensi mengembangkan kemampuan siswa melakukan pemodelan terhadap masalah. Dalam pemodelan, siswa membangun, menjelaskan, menafsirkan dan mengevaluasi masalah-masalah atau situasi kehidupan nyata melalui kegiatan memunculkan model. Pemodelan adalah sebuah proses siklus yang mencakup penyederhanaan, transformasi, penafsiran, dan verifikasi. Hamilton, et al. (2008) mendeskripsikan pemodelan sebagai proses
KA
dinamis membuat kreasi dan memanipulasi model suatu konsep dalam pemecahan masalah. Siswa perlu dimotivasi dalam proses agar terlibat dan bertahan hingga
BU
memperoleh solusi.
TE R
Saat ini banyak penemuan penting di bidang-bidang ilmu diluar matematika yang tercipta melalui pemodelan beberapa sistem yang kompleks yang ada di alam atau yang diciptakan oleh manusia. Pemodelan dalam perspektif belajar
S
mengajar menekankan pentingnya membangun, mewakili, menafsirkan dan
TA
menilai masalah-masalah kehidupan nyata atau situasi dalam sebuah lingkungan
SI
yang kolaboratif.
ER
Dalam proses belajar mengajar, kegiatan pemodelan yang dilakukan siswa diharapkan berfungsi untuk menghasilkan model, mengekspresikan kemampuan
IV
berpikir serta penalaran matematik dengan mengasosiasikan ekspresi verbal dan dalam
proses
pemodelan.
Kegiatan
ini
bertujuan
untuk
U
N
matematik
mengembangkan keterampilan siswa dalam penyelidikan termasuk realisasi dari masalah,
perencanaan
tentang
bagaimana
untuk
memecahkan
masalah,
mengembangkan ide, membuat keputusan mengenai apakah hasil mereka memerlukan revisi atau perluasan bahasan, dan apakah mereka memenuhi syaratsyarat dan asumsi yang diberikan dalam masalah (Lesh & Doerr, 2003). Dalam pemodelan, model digunakan untuk merepresentasikan suatu sistem konseptual yang terdiri dari unsur, hubungan, operasional, serta aturan-aturan yang mengatur interaksi dan diekspresikan dengan menggunakan sistem notasi eksternal untuk membangun, menafsirkan atau menjelaskan perilaku sistem lain sehingga sistem
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
46 41670.pdf
lain dapat dimanipulasi atau diprediksi dengan cerdas (Lesh,et al., 2005, Lesh & Doerr, 2003). Pemodelan
matematik
dalam
MEAs,
diakhir
proses
pemodelan,
mengharapkan siswa membangun model matematik yang dapat di-share dan digunakan kembali. Meskipun demikian, proses pemodelan sangat mungkin bersiklus dan berulang, dan siswa membuat ekstensi, revisi, perbaikan atau penolakan terhadap model awal mereka (Zbiek & Conner, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa model matematik adalah proses non-linear, termasuk
KA
langkah-langkah yang saling terkait.
Ada lima langkah dasar dalam proses pemodelan matematik (NCTM, 1989),
BU
yaitu: (i) mengidentifikasi dan menyederhanakan masalah dunia nyata situasi, (ii)
TE R
membangun model matematik, (iii) mengubah dan memecahkan model, (iv) menafsirkan model, serta (v) memvalidasi dan menggunakan model. Tahapan– tahapan pemodelan pada gambar berikut merupakan salah satu kegiatan belajar
SI
TA
S
yang akan dimunculkan dalam pembelajaran dengan model MEAs.
Solusi berbentuk model
et as i in te rp r
IV N U
validasi
simplifikasi
perumusan masalah
matematisasi
transformasi
ER
masalah real
Model matematika (mis: grafik, persamaan)
Gambar 2.3. Model standar proses pemodelan (Zbiek & Conner, 2006). Pada langkah pertama, siswa mengidentifikasi masalah situasi dunia nyata yang harus diselesaikan dengan tepat. Identifikasi melalui pengamatan secara matematik dilakukan dengan mempertanyakan dan mendiskusikan. Siswa mempertimbangkan apakah informasi tersebut penting atau tidak. Dengan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
47 41670.pdf
demikian mereka menyederhanakan situasi dengan mengabaikan komponen kurang penting sejak awal. Proses ini juga mencakup "tindakan menentukan" karena siswa menentukan kondisi dan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan situasi dalam rangka untuk mempertimbangkan dan menggunakannya pada langkah berikutnya yaitu membangun model matematik (Zbiek & Conner, 2006). Pada langkah kedua, siswa membuat representasi matematik dari komponenkomponen masalah dan hubungan di antara mereka. Pada langkah ini, siswa menetapkan variabel, notasi, dan secara eksplisit mengidentifikasi beberapa
KA
bentuk hubungan dan struktur matematik, membuat grafik, dan menulis persamaan. Semua ini akhirnya mendorong upaya siswa melakukan kegiatan
BU
matematisasi untuk membangun model matematik. Dalam deskripsi proses
TE R
pemodelan, Zbiek dan Conner (2006) menjelaskan proses matematisasi ini sebagai menemukan “properti dan parameter matematik " yang terkait dengan "kondisi dan asumsi" yang telah diidentifikasi sebelumnya.
S
Pada langkah transformasi, siswa menganalisis dan memanipulasi model
TA
untuk menemukan solusi matematik secara signifikan dari masalah yang telah
SI
diidentifikasi. Langkah ini biasanya akrab bagi siswa. Model dari langkah kedua
ER
diselesaikan, dan jawabannya dipahami dalam konteks asli masalah. Pada langkah interpretasi (Hodgson, 1999 dalam Zbiek dan Conner, 2006),
IV
siswa membawa kembali solusi yang mereka peroleh kedalam konteks model
U
N
matematik dari situasi masalah dunia nyata yang telah dirumuskan. Kemudian, mereka menguji dan mengevaluasi apakah solusi yang diperoleh bermakna untuk masalah tersebut. Dengan kata lain, mereka menguji apakah solusi yang mereka ciptakan melalui model masuk akal dengan konteks masalah. Langkah ini mirip dengan proses matematisasi yaitu siswa ditantang untuk membangun hubungan antara dunia model matematik dan dunia nyata (Zbiek & Conner, 2006). Pada langkah terakhir (Hodgson, 1999 dalam Zbiek dan Conner, 2006), selain mengatasi masalah yang telah diidentifikasi siswa juga berpikir tentang validitas dan kegunaan model yang dibuat. Lesh dan Doerr (2003) mendeskripsikan bahwa proses "verifikasi" menuntut siswa menguji prediksi dan kesimpulan yang diperoleh melalui model bermakna dan valid, ke dalam situasi
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
48 41670.pdf
dunia nyata. Model dievaluasi mengenai konsistensinya terhadap tujuan tertentu yang telah ditentukan (Zbiek & Conner, 2006). Jika dalam proses validasi, model yang dibangun lulus uji, dapat dianggap sebagai model yang kuat (Lesh & Doerr, 2003). Pada contoh berikut ditunjukkan proses pemodelan pada topik persamaan linear. Penuangan air ke dalam tangki pada Gambar 2.4. di bawah memperlihatkan adanya relasi antara waktu (menit) dan volum air. Relasi yang terjadi membentuk suatu garis lurus yang kemiringannya menunjukkan kecepatan
BU
KA
dari aliran air 10 liter/menit.
Tangki air
S
ER
SI
TA
Waktu (menit)
TE R
Volum air (liter)
Gambar 2.4. Ilustrasi penuangan air ke dalam tangki
U
N
IV
http://www.ies.co.jp/math/java/geo/lin_line/lin_line.html)
Siswa dapat memformulasikan relasi antara waktu dan volum air dalam peristiwa penuangan air ke dalam tangki di atas, yaitu: Waktu (menit) 0 1 2 3 4 5 dan seterusnya x
Volum (liter) 31 41 51 61 71 81 dan seterusnya f(x)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
31 = 0 + 31 41 = 10 + 31 51 = 20 + 31 61 = 30 + 31 71 = 40 + 31 81 = 50 + 31
Relasi ↔ 31 = 10 (0) + 31 ↔ 41 = 10 (1) + 31 ↔ 51 = 10 (2) + 31 ↔ 61 = 10 (3) + 31 ↔ 71 = 10 (4) + 31 ↔ 81 = 10 (5) + 31 dan seterusnya f(x) = 10x + 31
49 41670.pdf
Relasi antara waktu dan volum air (pada Gambar 2.4) yang berbentuk garis lurus dapat diformulasikan sebagai fungsi linear f(x) = 10x + 31. Kadang-kadang solusi untuk masalah situasi dunia nyata sulit dijelaskan oleh model matematik. Jika hal ini terjadi, maka siswa kembali ke langkah sebelumnya dan ulangi seluruh proses atau bagian penyelesaian beberapa kali. Jika siswa tidak dapat membuat sebuah model (pada langkah kedua) yang signifikan secara matematik berarti siswa tidak mencapai solusi untuk masalah yang diidentifikasi dalam model (langkah ketiga), mereka harus kembali ke
KA
langkah pertama dan memperbaiki kondisi dan asumsi. Model yang diperoleh siswa harus "di-share dengan orang lain" dan "dapat digunakan kembali untuk
BU
keperluan lain" (Lesh & Doerr, 2003).
TE R
Zbiek dan Conner (2006) menggunakan istilah "menyelaraskan" untuk mengungkapkan mekanisme kontrol metakognitif siswa dan menekankan pentingnya berhasil dalam proses pemodelan. Proses pemodelan dapat dianggap
S
sebagai proses belajar yang signifikan (Lesh & Doerr, 2003). Saat melakukan
TA
pemodelan dalam siklus berulang, siswa memiliki berbagai kesempatan belajar
SI
matematik yang benar untuk setiap sub-proses pemodelan (Zbiek & Conner,
ER
2006). Dalam kegiatan pemodelan, siswa dihadapkan pada masalah situasi kehidupan nyata di mana beberapa konstruksi matematik yang penting sudah
IV
tertanam. Siswa didorong untuk berpartisipasi secara aktif dalam reorganisasi dan
U
N
mengembangkan sistem konseptual yang ada melalui siklus pemodelan. Selama proses pemodelan matematik siswa dapat mengeksplorasi potensinya pada aspekaspek afektif, kognitif, dan sosial. Ini sangat memotivasi siswa untuk belajar banyak hal. Ketika siswa menyadari bahwa mereka dapat menggunakan matematik untuk menghadapi situasi kehidupan sehari-hari, mereka dapat menjelaskan manfaat matematik kepada orang lain dan memotivasi diri untuk mempelajarinya (Hodgson, 1999 dalam Zbiek dan Conner, 2006). Chamberlin dan Moon (2005a) menguraikan beberapa langkah implementasi MEAs dengan penjelasan yaitu untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, pembelajaran diawali dengan penyajian masalah atau situasi yang kontekstual. Pada penyajian masalah siswa dengan bimbingan guru mempelajari
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
50 41670.pdf
konteks permasalahan melalui proses tanyajawab (pertanyaan dapat ajukan oleh guru dalam membimbing pemahaman siswa atau diajukan oleh siswa untuk memperjelas pemahamannya). Setelah guru mengetahui bahwa masing-masing kelompok sudah memahami permasalahan, kegiatan dilanjutkan dengan memecahkan masalah. Induksi dalam diskusi kelompok dengan bimbingan guru memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep/prinsip matematik. Setelah membuat beberapa iterasi dari solusi dan merevisi bila perlu, siswa mempresentasikan model mereka di depan kelas.
KA
Ada dua tujuan yang ingin dicapai dengan meminta siswa menyelesaikan kegiatan memunculkan model. Pertama, guru dapat menyelidiki bagaimana siswa
BU
mengembangkan model matematik atau ilmiah (Lesh, et al., 2000). Kedua, MEAs
TE R
memungkinkan adanya penilaian khusus untuk mengidentifikasi bakat matematik yang dimiliki siswa yang tidak teramati (Chamberlin & Moon, 2005a, 2005b; Lesh, et al., 2000). Sebagai contoh, Chamberlin & Moon, dalam penelitiannya
S
menginformasikan bahwa MEAs dapat digunakan untuk mengembangkan
TA
kreativitas matematik siswa berbakat dan juga dapat digunakan untuk
SI
mengidentifikasi kreativitas siswa layaknya sebagai matematikwan berbakat.
ER
MEAs (Chamberlin dan Moon, 2005a, 2005b) merupakan pembelajaran dengan kegiatan yang mendorong siswa menemukan dan menguji model-model
IV
matematik. MEAs menyertakan masalah kompleks dan kontekstual yang
U
N
dirancang menantang siswa membangun model-model untuk memecahkan masalah. MEAs memungkinkan siswa terlibat dalam penalaran dan menyediakan sarana bagi guru agar lebih memahami proses berpikir siswa. MEAs
memiliki
potensi
membantu
siswa
belajar
lebih
dalam,
mempertahankan apa yang mereka pelajari, dan mentransfer hasil belajar mereka ke masalah dengan konteks lain. MEAs biasanya diberikan kepada para siswa untuk bekerja pada kelompok dalam ruang kelas. Setelah siswa menghasilkan solusi dan menulis laporan mereka, mereka berbagi solusi dengan kelas. Presentasi ini dapat memunculkan diskusi kelas dan kelompok yang memungkinkan memeriksa kembali dan merevisi model mereka (Lesh, 2000). Kelompok menghasilkan solusi terhadap sebuah masalah dengan menuliskan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
51 41670.pdf
deskripsi, penjelasan serta konstruksi dan secara berulang mengungkapkan, menguji, dan memperbaiki atau memperluas cara berpikir mereka. Dengan cara ini, MEAs dianggap potensial mengungkapkan produk yang memberikan kesempatan siswa masuk ke dalam proses berpikir yang dapat mereka gunakan untuk mengembangkan solusi. Diskusi kelompok dan presentasi dalam MEAs (Garfield, 2009) menjadi proses refleksi dan pelaporan bagi siswa yang berfungsi untuk: (i) menangkap peristiwa metakognitif, meningkatkan proses belajar melalui pemberlakuan
KA
prinsip sharing dan prototype efektif secara pragmatis, (ii) menyediakan sebuah metode untuk memproduksi dan merepresentasi data, dan (iii) memperluas
BU
perbendaharaan siswa dan guru dalam domain pemecahan masalah yang
TE R
kompleks. Proses refleksi adalah menempatkan peristiwa metakognitif ke bahasa yang dapat diakses secara sadar dan diakses ulang oleh siswa untuk dimanfaatkan. Dengan demikian refleksi dapat sebagai alat belajar, evaluasi, dan pengembangan
S
kemampuan. Refleksi mempromosikan dan scaffold proses kognitif. Refleksi
TA
memantapkan skema, berdampak pada memori dan prediksi terhadap masalah-
SI
masalah baru.
ER
Dalam pelaksanaan pembelajaran MEAs, kegiatan yang cukup potensial memaksimalkan hasil belajar adalah komunikasi secara verbal yang dirancang
IV
berbentuk percakapan matematik selama proses belajar. Percakapan di kelas
U
N
NCTM (1991) merupakan cara untuk memotivasi munculnya pemikiran, membicarakan, mempertanyakan, dan menyetujui atau tidak menyetujui suatu konteks matematik. Percakapan yang didalamnya terjadi pertukaran ide-ide memuat informasi apakah ide-ide itu diperlukan, siapa yang sedang bicara, apa yang dibicarakan, bagaimana percakapan itu terjadi, siapa yang mengajukan pertanyaan, ide dan cara berfikir siapa yang memiliki nilai. Peran guru mengelola komunikasi lisan di kelas (NCTM, 1991) meliputi: (i) mengajukan pertanyaan dan tugas yang membangkitkan, melibatkan dan menantang setiap siswa untuk berfikir; (ii) mendengarkan dengan seksama ide-ide yang disampaikan siswa; (iii) meminta siswa untuk mengklarifikasi dan mempertahankan kebenaran pendapat siswa secara lisan dan tulisan; (iv)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
52 41670.pdf
memutuskan ide yang mana yang harus benar-benar diperjuangkan dalam diskusi; (v) memutuskan kapan dan bagaimana notasi dan bahasa matematik digunakan pada ide yang disampaikan siswa; (vi) memutuskan kapan memberikan informasi, kapan mengklarifikasi suatu isu, kapan membuat pemodelan, kapan membimbing, kapan saatnya membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan dalam percakapan; (vii) memonitor keikutsertaan siswa dalam diskusi dan memutuskan kapan dan begaimana memotivasi setiap siswa untuk berpartisipasi. Percakapan (discourse) dikelas (Megan, et al., 2007) memiliki tema yang
KA
mendorong seluruh komponen kelas untuk mengkreasi segala sesuatu yang memiliki arti. Guru mempunyai peran sentral dalam mengarahkan percakapan
BU
yang berkontribusi terhadap pemahaman matematik siswa. Percakapan matematik
TE R
yang efektif umumnya tidak akan terjadi secara spontan di kelas. Percakapan matematik yang efektif memerlukan suasana yang memungkinkan pikiran setiap orang dihargai dengan penalaran dan argumen tentang makna matematika sebagai
S
aturannya. Siswa, dimana guru paling banyak berperan sedangkan dirinya pasif,
TA
perlu dibimbing dan dimotivasi agar berpartisipasi secara aktif dalam percakapan
SI
suatu komunitas yang berkolaborasi. Beberapa siswa yang secara khusus berhasil
ER
dalam kelas matematik konvensional mungkin resisten untuk berbicara, menulis dan bernalar tentang matematika bersama temannya.
IV
Guru berperan memotivasi siswa untuk bernalar tentang matematika melalui
U
N
pemberian tugas yang telah disiapkan beserta pertanyaan-pertanyaan yang akan mereka tanyakan. Motivasi, berupa pertanyaan dengan kata tanya “mengapa” atau meminta siswa menjelaskan pemikiran matematiknya, yang dilakukan secara konsisten tanpa bergantung pada kebenaran pernyataan siswa menjadi bagian yang penting dalam mewujudkan sebuah percakapan yang fokus pada penalaran matematik.
Menanamkan perhatian dan ketertarikan dengan meminta siswa
menjelaskan atau mengembangkan suatu ide akan membantu mewujudkan normanorma kesopanan dan penghormatan dibandingkan kritikan dan perdebatan. Guru dapat juga menstimulus percakapan dengan meminta siswa menuliskan penjelasan tentang penyelesaian mereka dan memberikan keputusan terhadap ide mereka.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
53 41670.pdf
Aspek pertama (Kieran & Dreyfus, 1998 dalam Megan, et al., 2007) dari peran guru berupa pemberian tugas siswa yang fokus pada berfikir dan bernalar memberikan kesempatan guru memperoleh informasi sebagai penilaian terhadap proses yang sedang berlangsung. Pengajuan pertanyaan yang baik dapat membangkitkan dan memperluas pemikiran siswa secara simultan. Keterampilan guru memformulasikan pertanyaan dalam mengelola percakapan baik secara lisan maupun tulisan saat pengarahan penalaran matematik menjadi penting. Aspek kedua dari peran guru adalah aktif memotivasi dan menuntut siswa pemodelan
dan
penyampaian
argumen.
Guru
KA
melakukan
harus
lebih
mendengarkan, sedangkan siswa lebih banyak bernalar. Persiapan yang hati-hati
BU
dalam mengelola percakapan kelas berpotensi mempromosikan belajar siswa.
TE R
Banyaknya ide yang muncul mengharuskan guru menyaring dan mengarahkan eksplorasi siswa dalam berargumen melalui penetapan beberapa point penting yang dapat dijadikan bahan percakapan utama, dan meninggalkan point-point
S
lainnya yang kurang penting untuk dibicarakan. Dengan demikian siswa terhindar
TA
dari aktif dan berbicara yang tidak fokus. Kebijaksanaan dalam mengambil
SI
keputusan mencakup: kapan saatnya membiarkan siswa memperjuangkan idenya,
ER
apakah masalah yang diajukan adalah layak tanpa masukan bimbingan guru, atau kapan mengajukan pertanyaan yang terarah, menjadi penting dalam mengelola
IV
percakapan matematik yang produktif.
U
N
Aspek ketiga dari peran guru dalam mengelola percakapan di kelas adalah memonitor dan mengorganisir partisipasi siswa dengan memperhatikan dan mengatur lalu lintas percakapan agar mendukung belajar siswa. Siapa yang berkomentar secara sukarela dan siapa yang tidak? Bagaimana respon siswa terhadap argumen siswa lainnya? Apakah ada ciri khusus siswa yang dapat merekam atau merepresentasikan pemikiran mereka kedalam tulisan? Guru harus komitmen melibatkan setiap siswa berkontribusi dalam kegiatan berfikir melalui percakapan kelas.
Guru harus menetapkan kapan siswa harus bekerja dan
berbicara dalam kelompok kecil dan kapan dalam kelompok besar. Guru harus membuat keputusan yang sensitif tentang bagaimana percakapan beralih giliran.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
54 41670.pdf
Secara substansi, jika percakapan fokus pada belajar untuk bernalar secara matematik, guru harus menahan diri memanggil siswa yang kelihatannya memiliki jawaban yang benar agar pemikiran yang lebih bervariasi lainnya muncul dan tergali. Dengan menunjukkan perhatian pada pemikiran dan asumsi yang disampaikan siswa, guru dapat memotivasi siswa berpartisipasi dalam norma-norma diskusi saat menjastifikasi ide-ide mereka. Guru harus memikirkan banyak cara mengajak siswa berkontribusi dalam percakapan di kelas. Peran siswa dalam percakapan (NCTM, 1991) meliputi: (i) mendengarkan, membangun
penalaran,
memahami
dan
KA
merespon, bertanya pada guru atau lainnya; (ii) menggunakan berbagai cara untuk membuat
koneksi,
melakukan
BU
penyelesaian masalah dan mengkomunikasi; (iii) menginisiasi suatu masalah dan
TE R
pertanyaan; (iv) membuat dugaan dan menyampaikan solusi; (v) mengeksplorasi contoh dan bukan contoh untuk menginvestigasi suatu dugaan (a conjecture); (vi) berusaha untuk yakin pada diri mereka sendiri dan lainnya akan validitas suatu
S
representasi, solusi, dugaan, dan jawaban; (vii) bersandar pada bukti dan argumen
TA
secara matematik untuk menetapkan kebenaran.
SI
Percakapan memungkinkan keterlibatan siswa dalam membuat konjektur,
ER
mengusulkan suatu pendekatan dan solusi suatu masalah, dan berargumen tentang kebenaran suatu klaim tertentu. Mereka harus belajar memverifikasi dan merevisi
IV
bukti-bukti matematik dan menggunakan bervariasi alat-alat matematik. Siswa
U
N
harus menjadi pendengar bagi komentar teman lainnya, baik mereka bekerja dalam grup kecil atau grup besar. Siswa harus berbicara dengan yang lainnya dengan maksud untuk meyakinkan atau menanyakan. Percakapan harus fokus pada ide-ide matematik dan menggunakan ide-ide matematik dalam membuat atau menyelesaikan masalah. Percakapan merefleksikan pesan tentang makna mengetahui matematik, apa yang membuat sesuatu benar dan beralasan, serta
pekerjaan apa yang
memerlukan matemátika, dan ini adalah fokus siswa mempelajari matematika dan juga bagaimana mereka mempelajarinya. Aktivitas dan percakapan di kelas memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk belajar tentang topik tertentu serta mengembangkan kemampuan mereka dalam bernalar dan berkomunikasi
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
55 41670.pdf
tentang topik tersebut. Sikap siswa terhadap matematika secara mendasar dipengaruhi oleh pengalaman yang mereka peroleh saat beraktivitas matematik. Meskipun guru terlihat diam sesaat namun peran guru tetap berlangsung dalam komunitas kelas. Keterampilan guru dalam mengembangkan dan mengintegrasi tugas atau percakapan yang mempromosikan belajar siswa tergantung pada konstruksi
dan
pengelolaan
lingkungan
belajar
yang
mendukung
dan
menumbuhkan beragam aktivitas dan pemikiran. Penelitian ini dibangun berdasarkan rasional yang mendasari pemilihan berkomunikasi, kemampuan memecahkan masalah dan disposisi
KA
kemampuan
matematik sebagai masalah pokok penelitian ini yaitu diantaranya adalah: (i)
BU
termuatnya kemampuan berkomunikasi dalam standar kompetensi matematik
TE R
siswa SMP yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 (BSNP, 2006) tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; (ii) adanya kesesuaian antara kemampuan
S
berkomunikasi dan kemampuan memecahkan masalah dengan pandangan
TA
matematik sebagai proses dan produk; (iii) kemampuan berkomunikasi dan
SI
kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan yang sangat penting
ER
dalam proses belajar memahami konsep matematika; dan (iv) disposisi matematik merupakan aspek yang dibutuhkan saat berkomunikasi secara matematik dan
IV
memecahkan masalah matematik.
U
N
Selanjutnya berdasarkan pertimbangan rasional bahwa: (i) pemecahan masalah dan komunikasi matematik terkait dengan aspek kognitif dan materi matematik sedangkan disposisi matematik terkait dengan aspek afektif, (ii) tingkat sekolah dan tingkat kelas siswa sebagai subjek penelitian, dan (iii) implikasi dari karakteristik matematika sebagai ilmu yang terstruktur dan deduktif dimana kajiannya bersifat hierarkis, maka ruang lingkup alat ukur kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memecahkan masalah dibatasi agar memadai untuk digunakan dalam penelitian ini. Pembatasan terhadap aspek kognitif dan materi matematik perlu diterapkan sehingga penelitian ini hanya melibatkan siswa SMP kelas VIII.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
56 41670.pdf
E. Teori Belajar yang Mendasari Pembelajaran MEAs dalam penelitian ini diterapkan dengan landasan beberapa paham dan teori, yaitu: teori perkembangan Jean Piaget, paham konstruktivisme, teori Bruner, dan teori Vygotsky yang menekankan pada peran sosiokultural dalam pembelajaran. Landasan tersebut digunakan karena relevan dengan prinsip pembelajaran MEAs yang mencakup: konstruksi model ,penggunaan masalah reality untuk membangun pengetahuan dan konsep, selfassessment, sharing, dokumentasi, serta penemuan prototype model matematik
KA
yang dapat digunakan untuk masalah yang relevan lainnya.
Proses belajar selalui terkait dengan perkembangan kognitif siswa. Menurut
BU
Jean Piaget (Trianto, 2007) setiap siswa yang belajar selalu melalui empat tahap
TE R
perkembangan kognitif, yaitu: tahap sensorimotor, pra operasional, operasi konkret, dan operasi formal. Piaget menjelaskan bahwa setiap individu menunjukkan perkembangan kognitif dengan kecepatan melalui urutan tahapan
TA
melompati tahapan sebelumnya.
S
secara berbeda namun tidak ada individu mencapai tahapan tertentu dengan
SI
Menurut Piaget (Cole & Wertsch, 1999) perkembangan kognitif sangat
ER
dipengaruhi oleh aktifitas individu dalam memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Piaget menggunakan istilah skemata untuk pola perilaku dan berpikir
IV
yang digunakan individu saat berinteraksi dan memanipulasi suatu objek di
U
N
lingkungannya. Individu beradaptasi dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Slavin (1994) dalam Trianto (2007) menjelaskan bahwa yang dimaksud asimilasi adalah menginterpretasi pengalaman baru dalam hubungannya dengan skema-skema yang telah ada, sedangkan akomodasi adalah memodifikasi skema-skema yang telah ada untuk disesuaikan dengan pengalaman baru. Proses asimilasi dan akomodasi setiap induvidu pada akhirnya akan mencapai tahap keseimbangan antara pemahaman yang telah dimiliki dengan pengalaman baru yang disebut dengan tahap ekuilibrasi. Pada tahap keseimbangan terjadi pertumbuhan
dan
perkembangan
pengetahuan
pada
individu.
Situasi
ketidakseimbangan yang diciptakan guru berpotensi memunculkan keingintahuan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
57 41670.pdf
dan kreatifitas siswa hingga siswa memperoleh skemata pengetahuan baru saat telah berada pada tahap ekuilibrasi. Trianto (2007) mengungkapkan bahwa siswa kelas VIII (usia 11-15 tahun) berada pada tahap operasional konkret yaitu mampu memahami dunia secara objektif dan berorientasi secara konseptual, serta siswa mampu berpikir ilmiah. Situasi belajar melalui pengalaman fisik dan memanipulasi lingkungan, menurut Slavin (Trianto, 2007) memberi keuntungan: (i) proses berpikir siswa menjadi fokus pada apa yang sedang dipelajari, (ii) munculnya inisiatif dan keterlibatan
KA
aktif siswa lebih berperan dalam pembelajaran, (iii) perbedaan kemampuan siswa tetap memberikan kesempatan pada siswa untuk mendapatkan kemajuan
BU
perkembangan melalui urutan yang sama meski dengan kecepatan yang berbeda.
TE R
Prinsip reality dalam pembelajaran MEAs memberi konsekuensi penggunaan masalah bermakna dan relevan dengan pengalaman siswa yang digunakan sebagai sarana belajar siswa. Konteks masalah harus masuk akal dari segi pengetahuan
S
dan pengalaman kehidupan nyata. Hal ini sesuai dengan paham Piaget yang
TA
menyatakan bahwa pola perilaku dan berpikir siswa saat berinteraksi dan
SI
memanipulasi suatu objek di lingkungannya membuat siswa beradaptasi dengan
ER
lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Paham konstruktivisme (Gupta, 2008) juga menunjang hal tersebut bahwa pengetahuan dibentuk sendiri
IV
oleh siswa, dan pengalaman merupakan kunci utama agar belajar menjadi
U
N
bermakna (Trianto, 2007). Bransford et. al. (1999) dalam Innes (2007) merekomendasikan peran aktif siswa dalam membangun pengetahuan mereka sendiri. Pentingnya peran aktif siswa dalam membangun sendiri pemahaman terhadap pengetahuan yang dipelajarinya menjadi penekanan teori perkembangan kognitif konstruktivisme. Konstruktivisme (Hanley, 1994) mengundang peran aktif siswa dalam mengasimilasi pengetahuan ke kerangka mentalnya yang sudah ada. Kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan yang mereka pelajari di sekolah ke dunia nyata dihargai lebih dari sekedar menghafal pengetahuan secara terpisah-pisah yang mungkin saja tidak berhubungan dengan pengalaman mereka.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
58 41670.pdf
Pendekatan konstruktivis mengajak guru untuk melepaskan perannya sebagai satu-satunya penyampai informasi. Perspektif konstruktivis memandang bahwa proses belajar (Hall, 2008) hendaknya mengkondisikan siswa secara aktif menciptakan, menginterpretasikan, dan mengatur ulang informasi dalam cara-cara yang unik bagi setiap siswa. Belajar siswa tidak terlepas dari pengetahuan siswa sebelumnya. Konsep zona perkembangan proksimal (ZPD) rekomendasi Vygotsky menjelaskan bahwa belajar terbaik siswa adalah ketika menjangkau kemampuan di luar pengalaman
KA
mereka yang sudah ada dengan bantuan dari guru atau rekan lain untuk menjembatani jarak dari apa yang mereka ketahui atau dapat lakukan secara
BU
independen dan apa yang mereka bisa tahu atau lakukan dengan bantuan (Schunk,
TE R
1996 dalam Hammond, 2001). Goldin (1990) dalam Hall (2008) memandang peran guru lebih sebagai fasilitator pembelajaran dengan memfasilitasi siswa membangun pengetahuannya yang dengan perannya guru telah membantu siswa
S
berpikir kritis mengenai konsep-konsep.
TA
Jerome Bruner (Trianto, 2007) sebagai salah satu pendiri teori konstruktivis
SI
menjelaskan bahwa konstruktivisme adalah suatu kerangka kerja konseptual yang pemahaman
ER
luas dengan berbagai perspektif. Kerangka teori Bruner ini didasarkan pada bahwa siswa membangun ide-ide atau konsep baru berdasarkan
IV
pengetahuan yang ada. Belajar adalah proses aktif secara simultan yang menurut
U
N
Bruner (1999) meliputi tiga aspek yaitu perolehan informasi baru yang seringkali menggantikan informasi lama yang telah dimiliki, transformasi informasi, serta pengambilan keputusan terhadap informasi dan pengalaman. Seringkali teori Bruner disebut pembelajaran penemuan (Trianto, 2007) yaitu pembelajaran yang menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur konsep dan berpikir secara induktif dalam proses penemuan pribadi. Ada tiga tahap perkembangan intelektual yang ditetapkan Bruner (1999) yaitu: (i) tahap pertama disebut enactive yaitu tahap seseorang belajar tentang dunia melalui tindakan langsung terhadap objek fisik dan hasil dari tindakan ini, (ii) tahap kedua disebut iconic yang merupakan tahap perolehan belajar melalui penggunaan model dan gambar, (iii) tahap akhir
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
59 41670.pdf
adalah "simbolik" yang merupakan tahap mengembangkan kapasitas untuk berpikir secara abstrak. Diperlukan kreatifitas guru dalam mengembangkan masalah sebagai media belajar yang berpotensi mengeksplorasi kemampuan siswa menemukan model dan konsep dengan menemukan hubungan antar bagian dari struktur materi (Woolfolk, 1997 dalam Trianto, 2007). Teori konstruktivis (Trianto, 2007) juga menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan proses belajar siswa yang secara aktif membangun sistem pemahaman terhadap realita melalui pengalaman
KA
dan interaksi. Siswa secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru. Sepaham dengan
BU
teori konstruktivisme, Suparmo (1997) dalam Trianto (2007) mengemukakan
TE R
beberapa prinsip konstruktivisme, yaitu: (i) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif, (ii) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, (iii) mengajar adalah membantu siswa, (iv) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses
S
bukan pada hasil akhir, (v) kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan (vi) guru
TA
sebagai fasilitator.
SI
Salvin (1994) dalam Trianto (2007) mengungkapkan bahwa konstruktivisme
ER
diterapkan dalam pembelajaran di kelas dengan membentuk kelompok-kelompok siswa yang bermanfaat sebagai sarana berbagi dan saling membantu sesama
IV
selama proses pembelajaran. Pembentukan kelompok siswa dalam proses belajar
U
N
berdasarkan pemahaman bahwa siswa akan lebih mudah mempelajari konsep yang sulit jika memiliki kesempatan mendiskusikan masalah mereka dengan temannya. Sehubungan dengan hal tersebut, pembelajaran pada penelitian ini mengelompokkan siswa, sesuai prinsip sharing dalam MEAs, yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan kemampuan beragam yang meliputi siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Target kerja kelompok adalah bersama saling membantu mengerjakan tugas dan mempelajari konsep secara tuntas. Saat siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling memberikan motivasi
dan
membimbing
siswa
untuk
mencapai
ketuntasan.
Paham
konstruktivisme meyakini perlunya scaffolding dalam pembelajaran berupa
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
60 41670.pdf
bantuan kepada siswa di tahap awal hingga secara mandiri siswa mampu mengambil alih tanggungjawabnya. Vygotsky (Trianto, 2007) mengungkapkan bahwa pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar mengerjakan tugas yang belum pernah diketahuinya namun tugas tersebut masih berada dalam jangkauan kemampuan siswa atau berada pada zone of proximal development. Zone of proximal development merupakan perkembangan sedikit di atas perkembangan siswa saat itu. Teori Vygotsky (Cole & Wertsch, 1999) menekankan pada peran
KA
sosiokultural dalam pembelajaran. Relevan dengan teori konstruktivis, ada dua implikasi dari teori Vygotsky (Trianto, 2007) yaitu pertama terkait dengan
BU
susunan kelas yang bersifat kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat
TE R
berinteraksi saat mengerjakan tugas sulit dan dapat saling memunculkan strategi pemecahan masalah yang efektif didalam masing-masing zone of proximal development. Kedua adalah adanya scaffolding dalam pembelajaran sehingga
S
siswa semakin lama semakin bertanggungjawab terhadap pembelajarannya sendiri
TA
(Slavin, 1994 dalam Trianto, 2007).
SI
Sebuah prinsip dasar reformasi pendidikan yang terkait dengan perspektif
ER
konstruktivis dan sosial budaya adalah bahwa dialog, seperti komunikasi dialogis antara siswa dan scaffolding guru, berperan penting dalam pengembangan
IV
pengetahuan (NCTM, 2000). Scaffolding sebagai salah satu strategi konstruktivis
U
N
(Hall, 2008) memungkinkan siswa memahami tugas dan model kompleks melalui bimbingan guru yang menggali pemikiran siswa untuk menemukan konsep dan solusi. Terdapat keterkaitan antara reformasi ini dengan teori John Dewey. Menurut John Dewey (dalam Hall et. al., 2008) seharusnya sekolah tidak hanya mengajarkan apa yang harus siswa pikirkan, tetapi bagaimana seharusnya siswa berpikir melalui rekonstruksi pengalaman secara berkelanjutan.
Innes (2007)
beranggapan bahwa pengetahuan akan berkembang melalui proses penyelidikan, secara kooperatif dalam kelompok kerja, terhadap konteks otentik.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
61 41670.pdf
F. Kerangka Teori Penelitian Standar proses, isi dan kompetensi lulusan bidang matematika yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan Indonesia sebagai produk BSNP dan Standar Pendidikan Matematika Negara Amerika oleh NCTM menjadi rujukan penelitian ini dalam mengembangkan proses pembelajaran, menetapkan pokok bahasan matematik SMP yang akan digunakan, dan kompetensi yang akan dikembangkan. Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup diantaranya perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses
KA
pembelajaran. Standar isi matematika SMP/MTs dalam penelitian ini diambil dari aspek Aljabar yang mencakup: bentuk aljabar dan unsur-unsurnya, persamaan dan
BU
pertidaksamaan linear, dan sistem persamaan linear. Sedangkan standar
TE R
kompetensi lulusan matematik SMP yang menjadi kajian penelitian ini adalah: kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematik, menyelesaikan model dan menafsirkan
S
solusi yang diperoleh; kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan simbol,
TA
tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah secara memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
ER
dalam kehidupan,
SI
tertulis; serta disposisi matematik yaitu sikap menghargai kegunaan matematik mempelajari matematik, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
IV
masalah.
U
N
Menurut paham konstruktivisme dan NCTM Standards (NCTM, 1989) dalam Hallagan et al. (2006) siswa belajar Aljabar dengan mengkonstruksi model suatu ide matematika melalui penggunaan representasi untuk menguji ide-ide matematika.
Pengajaran
Aljabar
bertujuan
untuk
memanipulasi
matematika dan menyederhanakan ekspresi aljabar (NCTM, 2000).
simbol Konsep
Aljabar sebagai konteks pembelajaran implementasi MEAs dalam penelitian ini, berpotensi memuat kegiatan pemodelan. Strategi MEAs memiliki prinsip dan prosedur yang berpotensi melibatkan siswa secara aktif dalam proses membangun konsep dan model matematik, mendiskusikan
substansi
pelajaran,
dan
mengekspresikan
pemikiran
matematiknya secara terbuka baik dalam kerja kelompok dan kelas. Pembelajaran
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
62 41670.pdf
MEAs digunakan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, dan disposisi matematik yang dalam pelaksanaannya memperhatikan: teori perkembangan Jean Piaget, paham konstruktivisme, teori Bruner, dan teori Vygotsky (yang menekankan pada peran sosiokultural dalam pembelajaran). Prinsip mengkonstruksi model dari masalah reality dalam pembelajaran MEAs relevan dengan paham Piaget. Paham Piaget menyatakan bahwa pola perilaku dan berpikir siswa saat berinteraksi dan memanipulasi suatu objek di
KA
lingkungannya membuat siswa beradaptasi dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Paham konstruktivisme juga menunjang hal tersebut
TE R
kunci utama agar belajar menjadi bermakna.
BU
bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh siswa, dan pengalaman merupakan Teori Bruner yang seringkali disebut pembelajaran penemuan menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur konsep dan berpikir secara induktif
S
dalam proses penemuan pribadi yang juga menjadi prinsip dalam MEAs yaitu
TA
prinsip membangun model. Hasil kerja siswa dalam MEAs adalah prototype
SI
model matematik yang pada tahap akhir oleh Bruner disebut sebagai "simbolik"
ER
dan merupakan tahap mengembangkan kapasitas untuk berpikir secara abstrak. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran MEAs dikondisikan dalam kerja
IV
kelompok, dengan prinsip sharing dalam MEAs memungkinkan siswa berbagi
U
N
pemikiran matematiknya dengan siswa lain. Hal ini sesuai dengan paham Vygotsky yang menekankan pada peran sosiokultural dalam pembelajaran yaitu terkait dengan susunan kelas yang bersifat kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi saat mengerjakan tugas sulit dan dapat saling memunculkan strategi pemecahan masalah yang efektif didalam masing-masing zone of proximal development. Saat siswa memahami masalah kontekstual, mengkonstruksi model, memecahkan
masalah,
berargumen
dalam
proses
pemecahan
masalah,
mempresentasikan model dan penyelesaian yang diperoleh, sangat mungkin proses berpikir siswa akan membangun kemampuan kognitif dan afektifnya. Kemampuan yang akan terbangun adalah kemampuan komunikasi, kemampuan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
63 41670.pdf
pemecahan masalah dan disposisi matematik siswa. Gambar 2.5 berikut mengilustrasikan kerangka teori penelitian ini.
BSNP dan NCTM
Standar Proses
BU
Materi Matematika SMP
Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematik
TA
S
Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
TE R
MEAs
Polya, NCTM
ER
SI
Disposisi Matematik
Sullivan & Mousley, NCTM
NCTM, Polking, Sumarmo
U
N
IV
, M CT as N urn K
J. Ko Pia J.B ns get ru tru , ne kt r,V ivis yg me ot , sk y
Proses Pembelajaran
KA
Standar Isi
Gambar 2.5 Kerangka Teori Penelitian
G. Penelitian-penelitian yang relevan Beberapa peneliti (dalam Ahuja & Jahangiri, 2003) lebih mengorientasikan penelitian mereka pada bagaimana siswa berpikir, pembelajaran yang aktif, pembelajaran menemukan pemodelan, dan minat siswa dalam matematika. Pembelajaran matematika yang berpusat pada siswa dianggap lebih efektif daripada berpusat pada guru di kelas tradisional. Dominguez (2005) meneliti tentang gerak isyarat dan artikulasi dari pengetahuan matematik siswa bilingual selama kegiatan pemecahan masalah
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
64 41670.pdf
(Bilingual Students’Articulation and Gesticulation of Mathematical Knowledge During Problem Solving). Penelitian ini fokus untuk menggali dan memunculkan penalaran pemecahan masalah siswa bilingual melalui pemberian tugas-tugas matematika yang dirancang melibatkan siswa-siswa dalam kegiatan yang ada pada masalah serta terkait dengan konteks-konteks yang telah mereka kenal. Hasilnya
menunjukkan
bahwa
tugas-tugas
ini
memungkinkan
siswa
mengartikulasikan penalaran matematik mereka melalui gerakan tubuh dan ucapan. Penelitian ini mengarah pada dua pertanyaan yaitu: 1) bagaimana siswa
KA
kelas dua mengkomunikasikan penalaran matematik mereka dan 2) apa saja aturan tugas matematik yang dapat menggali dan memunculkan penalaran
BU
matematik siswa? Penelitian ini mengambil subjek tujuh siswa kelas dua yang
TE R
bilingual berbahasa Inggris dan Spanyol dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan.
Hasilnya menunjukkan bahwa siswa-siswa secara berurutan menggunakan
S
kata-kata dan gerak tubuh untuk mengkomunikasikan penalaran matematik
TA
mereka pada orang lain dan mengatur kegiatan kognitif mereka sendiri. Secara
SI
umum, siswa mendemonstrasikan bahwa bilingual mereka tidak menghalangi
ER
untuk menyelesaikan tugas-tugas matematik. Siswa-siswa menyampaikan pemahaman matematik mereka pada setiap tugas melalui unjuk kerja verbal dan
IV
nonverbal. Kajian ini juga menginformasikan keuntungan komunikasi verbal dan
U
N
non verbal siswa-siswa bilingual serta makna belajar bagi siswa di usia muda untuk mengetahui matematika secara bilingual. Penelitian di bidang pembelajaran matematika merekomendasikan bahwa upaya pengembangan pemahaman dan kemampuan siswa akan maksimal jika siswa mendapat kesempatan untuk terlibat secara aktif dengan ide-ide baru, menyelesaikan soal, mempertahankan penyelesaian soal, dan berpartisipasi aktif di dalam komunitas siswa matematika (Van de Walle, 2008). Keterlibatan aktif siswa juga berpotensi mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi dan disposisi matematik. Penggunaan berbagai metode pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi dan disposisi matematik telah menjadi kajian yang selalu menarik untuk diteliti.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
65 41670.pdf
Berikut adalah paparan hasil beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Wilson (2008) dalam penelitiannya di kelas matematik level lima menyelidiki bagaimana suasana belajar kelompok sehari-hari mempengaruhi kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan pemikiran matematik mereka secara lisan dan tertulis. Penelitian ini menemukan bahwa atmosfer kelompok kerja kecil memberikan kesempatan lebih banyak pada siswa untuk belajar langsung. Penelitian ini juga menemukan bahwa penekanan pada komunikasi
KA
membantu siswa mengartikulasikan pemikiran matematik mereka agar ketika mereka menulis dan berbicara tentang ide-ide matematika menjadi lebih jelas.
BU
Sebagian siswa lebih suka bekerja dalam kelompok kecil karena mereka
TE R
menghargai dukungan dari teman sebaya mereka. Siswa lebih terbuka meminta teman satu tim untuk membantu ketika mereka memiliki pertanyaan dibandingkan dengan pengaturan ruang kelas secara klasikal. Penelitian membuktikan bahwa
S
pengaturan di kelas matematik dengan kelompok kecil bermanfaat sebagai wadah
TA
bagi siswa untuk mengerjakan pekerjaan rumah bersama tim mereka, sedangkan
SI
presentasi berguna sebagai alat komunikasi bagi siswa untuk berbagi pemikiran
ER
mereka berkaitan dengan masalah spesifik yang ditentukan. Eric (2008) meneliti penggunaan MEAs dalam pembelajaran matematika di
IV
sekolah dasar. Pembelajaran matematika dipertimbangkan berlangsung secara
U
N
kontekstual dengan kegiatan pemodelan (mathematization) sebagai katalisator untuk memunculkan penalaran matematik dan menjadikan pelajaran bermakna. Dengan MEAs, pembelajaran memberi kesempatan pada siswa menyelesaikan masalah kontektual nyata. Selain hal tersebut, siswa memperoleh kesempatan mengembangkan proses berpikir matematiknya dalam proses pemodelan. Clark, et al. (2008) dalam penelitiannya menggunakan pendekatan MEAs untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa teknik industri tingkat atas. Penggunaan MEAs dilengkapi dengan masalah terbuka dimana kelompok mahasiswa mengembangkan prosedur terdokumentasi yang melibatkan model analitis untuk memecahkan masalah rekayasa dunia nyata. Materi yang dipelajari mencakup probabilitas dan statistik, riset operasi,
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
66 41670.pdf
pemodelan keputusan, etika rekayasa, dan pengambilan keputusan global. Wawasan tentang proses pemecahan masalah diperoleh melalui alat refleksi dan penilaian kerja sama kelompok, dan langkah-langkah analisis kerja sama kelompok secara berulang, keterlibatan siswa, dan strategi pemecahan masalah. Hasilnya menunjukkan bahwa hasil belajar mahasiswa selama satu semester terjadi peningkatan, meskipun tidak signifikan secara statistik. Secara keseluruhan, disimpulkan bahwa pendekatan MEAs dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah para mahasiswa calon insinyur.
KA
Hamilton (2009) mengkaji penggunaan MEAs dalam pembelajaran penerapan alat-alat pencerminan berdasarkan analisis dan bukti. Hamilton
BU
menyatakan bahwa MEAs dapat menggali/memunculkan konsep-konsep yang
TE R
mendalam dan dapat dipahami dengan baik dibandingkan jika siswa diajarkan dengan aturan-aturan, algoritma-algoritma dan heuristik yang diterapkan pada tugas-tugas nonkontekstual.
S
Garfield, J., et al. (2009) mengkaji penggunaan MEAs dan mendapatkan
TA
bahwa kegiatan MEAs serta produk-produk yang siswa hasilkan lebih dari sekedar
SI
jawaban pendek atas pertanyaan singkat, siswa memanipulasi konsep-konsep
ER
terdahulu yang bisa di akses kembali untuk membangun, menggambarkan, menjelaskan, menduga atau mengontrol sistem matematik. MEAs diterapkan
IV
untuk memunculkan kebutuhan siswa dalam proses analisis dan komunikasi
U
N
ketika menyelesaikan masalah. Yildirim et al. (2010) mengajukan hipotesis dalam penelitiannya yang mengungkapkan bahwa penerapan MEAs yang tepat dapat menawarkan keunggulan yang potensial bagi pendidikan teknik yaitu dapat meningkatkan pemahaman konsep dan dapat digunakan untuk menilai proses pemecahan masalah. Penelitian memperoleh temuan bahwa manfaat penerapan MEAs akan maksimal jika menyertakan pembimbingan oleh instruktur dalam proses belajar. Pembimbingan yang cenderung mengarahkan siswa untuk memperbaiki dan menyempurnakan pekerjaan dapat meyakinkan siswa bahwa mereka sedang dan telah bekerja sesuai dengan masalah serta konsep yang harus dipelajari. Hasil
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
67 41670.pdf
penelitian ini juga sangat merekomendasikan penggunaan MEAs dalam membantu pengajar mengevaluasi proses pemecahan masalah yang dilakukan siswa. Terkait dengan penelitian tentang penggunaan pembelajaran MEAs, ada beberapa penelitian yang dapat dijadikan pembanding. Carnes et al. (2010) mengkaji penggunaan MEAs untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa di jurusan teknik pada tahun pertama melalui pemodelan pada pelajaran matematika dan statistik. Penelitian ini bukan untuk menilai kualitas pekerjaan mahasiswa, tetapi untuk memeriksa pola perubahan di tiga versi model
KA
yang dikembangkan mahasiswa selama proses pembelajaran MEAs. Mahasiswa (solver) umumnya menunjukkan kecenderungan terpaku pada solusi tertentu
BU
sedemikian rupa sehingga sulit bagi mereka untuk mengenali solusi potensial
TE R
lainnya. Salah satu cara yang dilakukan untuk membantu mahasiswa adalah dengan memberikan umpan balik yang mengajak mahasiswa mempertimbangkan solusi lainnya. Umpan balik dapat membantu mahasiswa menyadari potensi
S
kelemahan dalam pekerjaan atau pemahaman mereka, dan bekerja untuk
TA
meningkatkan pekerjaan (atau pemahaman) mereka. Dalam banyak kasus, terlihat
SI
mahasiswa membuat perubahan pada solusi yang awalnya terbatas, namun
ER
ditemukan juga beberapa mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan solusi awal mahasiswa.
IV
mereka. Hal ini menunjukkan bahwa jenis umpan balik harus disesuaikan dengan
U
N
Shafridla (2012) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematik siswa melalui pendekatan matematik realistik menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematik siswa yang diberi pendekatan matematik realistik lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang diberi pendekatan konvensional. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pembelajaran dengan pendekatan matematik realistik berpotensi membangun kemampuan komunikasi
dan
disposisi
matematik
siswa.
Sedangkan
Kadir
(2010)
menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa siswa yang mendapat pendekatan kontekstual berbasis potensi pesisir memperoleh kemampuan pemecahan masalah
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
68 41670.pdf
matematik, kemampuan komunikasi matematik, dan keterampilan sosial yang lebih besar daripada siswa yang mendapat pendekatan konvensional. Saija (2012) dalam penelitiannya yang bertujuan menganalisis disposisi matematik dan hubungannya dengan hasil belajar matematik siswa-siswa SMA di Bandung menyimpulkan bahwa secara rata-rata disposisi matematik siswa SMA di Bandung dikategorikan rendah. Selanjutnya, terdapat korelasi positif dan signifikan antara disposisi matematik dan hasil belajar matematik siswa tersebut, walaupun nilai korelasinya tidak tinggi. Temuan lain menunjukkan bahwa
KA
meskipun beberapa siswa menunjukkan disposisi matematik yang tinggi namun tidak selalu diimbangi dengan hasil belajar matematik yang memadai.
BU
Kesenjangan ini dipengaruhi oleh faktor padatnya kurikulum dan aktifitas siswa.
TE R
Beyers (2012) menguji hubungan antara disposisi mahasiswa calon guru dengan ketercapaian mereka pada matakuliah matematika dasar. Analisis hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan disposisi matematik mahasiswa calon
S
guru yang signifikan jika dikaitkan dengan perbedaan ketercapaian dalam
TA
matakuliah matematika khususnya pada kategori fungsi disposisi afektif dan
SI
konaktif, tetapi tidak pada kategori fungsi disposisi kognitif. Terutama disposisi
ER
matematik yang mencakup keyakinan tentang manfaat matematika, keyakinan tentang aturan yang berlaku ketat dalam matematika. Sementara Mahmudi (2010)
IV
menjelaskan hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa disposisi matematik
U
N
pada aspek kepercayaan diri dari siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi MHM berbasis masalah jauh lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional. Feldhaus (2012) meneliti bagaimana pengaruh partisipasi mahasiswa dalam perkuliahan Mathematics for Elementary School Teachers (MEST) terhadap pengetahuan matematika dalam mengajar terkait dengan konteks (a) disposisi matematik dan (ii) pengembangan intelektual mereka. Awal pengamatan ketika mahasiswa berpandangan bahwa matematika sebagai sesuatu yang bisa dimengerti memperlihatkan disposisi yang relatif tidak produktif, dan ketika mereka melihat bahwa ternyata matematika lebih rumit dari yang mereka pikir sebelumnya disposisi matematik mahasiswa menurun. Feldhaus mengungkapkan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
69 41670.pdf
dalam disertasinya bahwa setelah perkuliahan MEST terjadi peningkatan pemahaman mereka tentang algoritma yang mereka gunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika, penalaran mereka tentang prinsip-prinsip matematika yang mereka gunakan ketika menerapkan algoritma, dan menjadi lebih fleksibel dalam menggunakan strategi pemecahan masalah. Mahasiswa memahami bahwa matematika sebagai suatu disiplin logis dan dapat dimengerti. Kesadaran secara signifikan meningkatkan disposisi matematik mahasiswa. Dzulfikar, et al. (2012) dari Universitas Negeri Semarang dalam
KA
penelitiannya yang mengkaji keefektifan Problem Based Learning (PBL) dan MEAs terhadap pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa
BU
SMP kelas VIII pada pengembangan konsep lingkaran.
Kesimpulan yang
TE R
diperoleh Dzulfikar adalah bahwa pembelajaran matematika dengan MEAs ternyata dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematik
TA
H. Roadmap Penelitian
S
siswa yang lebih baik dari pembelajaran PBL.
SI
Hasil analisis penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa kajian penelitian
ER
tentang pengembangan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi dan disposisi matematik telah banyak dilakukan oleh peneliti pendidikan
IV
matematik dari Indonesia dan luar negeri dengan menggunakan ragam
U
N
pendekatan, strategi dan metode pembelajaran. Roadmap berikut memberi gambaran pemetaan hasil analisis penelitian-penelitian terdahulu terkait dengan strategi MEAs.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
70 41670.pdf
KA
BU
TE R S
TA
Hamilton (2009) MEAs untuk pemecahan masalah, mahasiswa pendidikan teknik mesin
Permana, Y. (2010). MEAs untuk pemahaman, komunikasi, dan disposisi matematis SMA
Yildirim et al. (2010), MEAs untuk pemahaman konsep
Shafridla (2012) RME untuk mengembangka n kemampuan komunikasi dan disposisi Matematik
Dzulfikar, et al. (2012) PBL dan MEAs untuk kemampuan pemecahan masalah lingkaran siswa SMP kelas VIII
ER
SI
Gambar 2.6 Roadmap Penelitian
Penelitian di luar negeri tentang penggunaan strategi MEAs, mayoritas
IV
diterapkan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa Penelitian oleh Dzulfikar, et al. (2012)
potensi
U
N
matematik dan teknik.
penggunaan Problem Based Learning (PBL) dan MEAs dalam pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa SMP kelas VIII pada konsep lingkaran serta berbagai artikel hasil penelitian tentang manfaat MEAs dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, menginspirasi peneliti menggunakan pembelajaran MEAs. Penelitian ini menggunakan MEAs untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi dan disposisi matematik seperti yang terlihat pada skema treatment penelitian dalam Gambar 2.7.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
TA
S
TE R
BU
KA
71 41670.pdf
ER
SI
Gambar 2.7 Skema Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi dan Disposisi Matematik dalam Penelitian
IV
Kemampuan pemecahan masalah, komunikasi dan disposisi matematik
N
penting bagi siswa dalam belajar matematika. Pemecahan masalah matematik
U
sebagai inti belajar matematika akan maksimal dipahami jika siswa mampu berkomunikasi secara matematik selama proses pemecahan masalah dan secara tidak langsung dapat menumbuhkan disposisi matematiknya. Kemampuan pemecahan masalah, komunikasi dan disposisi matematik saling terkait, sehingga ketiga kemampuan matematik tersebut tumbuh bersamaan dan saling menguatkan dalam proses pembelajaran MEAs seperti pada Gambar 2.7. Dari aspek pembelajaran yang digunakan serta kemampuan matematik yang akan dikembangkan, menurut peneliti, penelitian ini memiliki kemiripan dengan penelitian terdahulu, namun tidak sama. Peneliti belum menemukan penelitian yang
mengkaji
penggunaan
MEAs
untuk
mengembangkan
kemampuan
komunikasi dan disposisi matematik. Karena penelitian ini menggunakan MEAs
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
72 41670.pdf
yang selain untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah juga untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematik, maka penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu. Penelitian ini berkontribusi melengkapi penelitian terdahulu tentang MEAs yang lebih banyak digunakan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. I. Hipotesis Dugaan jawaban sementara peneliti terhadap permasalahan yang telah 1.
KA
ditetapkan pada penelitian ini dirumuskan dalam hipotesis berikut. Berdasarkan gabungan sekolah level atas dan menengah, kemampuan
BU
pemecahan masalah matematik siswa yang mendapat pembelajaran dengan strategi MEAs lebih tinggi daripada yang mendapat pembelajaran 2.
TE R
konvensional.
Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa di sekolah level atas
S
yang mendapat pembelajaran dengan strategi MEAs lebih tinggi daripada Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa di sekolah level
SI
3.
TA
yang mendapat pembelajaran konvensional.
ER
menengah yang mendapat pembelajaran dengan strategi MEAs lebih tinggi daripada yang mendapat pembelajaran konvensional. Berdasarkan gabungan sekolah level atas dan menengah, kemampuan
IV
4.
N
komunikasi matematik siswa yang mendapat pembelajaran dengan strategi 5.
U
MEAs lebih tinggi daripada yang mendapat pembelajaran konvensional. Kemampuan komunikasi matematik siswa di sekolah level atas yang mendapat pembelajaran dengan strategi MEAs lebih tinggi daripada yang mendapat pembelajaran konvensional. 6.
Kemampuan komunikasi matematik siswa di sekolah level menengah yang mendapat pembelajaran dengan strategi MEAs lebih tinggi daripada yang mendapat pembelajaran konvensional.
7.
Berdasarkan gabungan sekolah level atas dan menengah, disposisi matematik siswa yang mendapat pembelajaran dengan strategi MEAs lebih
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
73 41670.pdf
tinggi daripada disposisi matematik siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. 8.
Disposisi matematik siswa di sekolah level atas yang mendapat pembelajaran dengan strategi MEAs lebih tinggi daripada disposisi matematik siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
9.
Disposisi matematik siswa di sekolah level menengah yang mendapat pembelajaran dengan strategi MEAs lebih tinggi daripada disposisi matematik siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Tidak ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan level sekolah
KA
10.
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
Tidak ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan
BU
11.
TE R
awal matematik siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. 12.
Tidak ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan level sekolah Tidak ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan
TA
13.
S
terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa.
Tidak ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan level sekolah
ER
14.
SI
awal matematik siswa terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa. terhadap disposisi matematik siswa. Tidak ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan
IV
15. 16.
U
N
awal matematik siswa terhadap disposisi matematik siswa. Ada asosiasi antara kemampuan pemecahan masalah matematik dan kemampuan komunikasi matematik siswa dalam kelompok pembelajaran dengan strategi MEAs. 17. Ada asosiasi antara kemampuan pemecahan masalah matematik dan disposisi matematik siswa dalam kelompok pembelajaran dengan strategi MEAs. 18.
Ada asosiasi antara kemampuan komunikasi matematik dan disposisi matematik siswa dalam kelompok pembelajaran dengan strategi MEAs.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan eksperimen kuasi (Quasi-Experimental Design). Terkait dengan eksperimen kuasi, Stanley dan Campbell (dalam Setyosari, 2012) merekomendasikan penetapan sampel dilakukan tidak secara random. Penelitian ini mendapatkan penetapan sekolah sebagai kelompok subjek penelitian berdasarkan rekomendasi Dinas Pendidikan kota Depok. Penetapan kelas
KA
eksperimen dan kontrol berdasarkan hasil kesepakatan bersama Kepala Sekolah
BU
yang disesuaikan dengan kepentingan sekolah, dan karakteristik penelitian. Karenanya pemilihan sampel dilakukan dengan purposive sampling.
TE R
Penelitian kuasi memiliki dua rancangan penelitian (Setyosari, 2012) yaitu: (1) kelompok berhubungan (intact group comparison) dan (2) rancangan
S
kelompok kontrol yang tak sama (non-equivalent control group design). Peneliti
TA
menggunakan rancangan penelitian intact group comparison yang disebut juga
SI
static group comparison dengan ilustrasi rancangan berikut.
IV
Penjelasan:
ER
X O kelompok eksperimen dengan strategi pembelajaran MEAs (E). --------O kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional (V).
U
N
O adalah tes kemampuan pemecahan masalah, komunikasi dan skala disposisi matematik.
X adalah model pembelajaran MEAs. B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi target penelitian ini adalah siswa SMP di dua sekolah yang dipilih secara purposive sampling dan yang mewakili kelompok sekolah atas dan sekolah menengah yang ditentukan berdasarkan rekomendasi Kantor Diknas Kota Depok. Ketersediaan populasi berbentuk unit-unit tidak memungkinkan pemilihan sampel secara acak (Setyosari, 2012). Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu sebanyak 122 siswa yang berasal dari 4 kelas dari dua sekolah.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
75 41670.pdf
Penetapan dua kelas terpilih sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol dilakukan oleh Kepala dan Wakil Kepala Sekolah bersama peneliti dengan mempertimbangkan jadwal di kedua sekolah. Pelaksanaan penelitian di kedua sekolah dilakukan langsung oleh peneliti, sehingga penetapan kelas penelitian disesuaikan dengan pengaturan jadwal pelajaran yang tidak saling berbenturan antara kelas penelitian dan kontrol di dua sekolah. Sampel penelitian mendapat perlakuan dan uji dengan memperhatikan variabel penelitian. Ada tiga variabel yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu
KA
variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Variabel bebas penelitian mencakup pembelajaran MEAs (E) untuk kelas eksperimen. Sedangkan variable
BU
kontrol adalah pembelajaran konvensional (V) untuk kelas kontrol. Variabel
TE R
terikat adalah kemampuan pemecahan masalah (P), komunikasi (K) yang akan dikembangkan dalam proses dan diukur diakhir proses pembelajaran bersamaan dengan disposisi (D) matematik. Penelitian ini juga menyertakan variabel antara
S
untuk memperoleh analisis hasil penelitian yang lebih luas dan dalam. Variabel
TA
antara mencakup pengetahuan awal matematika siswa dan level sekolah.
SI
Peringkat/level sekolah adalah peringkat suatu sekolah SMP diantara
ER
sekolah-sekolah SMP lainnya sesuai pemeringkatan akreditasi yang ditetapkan oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah. Sekolah dengan akreditasi A
IV
berada pada peringkat atas, sekolah dengan akreditasi B di peringkat menengah,
U
N
dan sekolah dengan akreditasi C di peringkat bawah. Salah satu kriteria BAN-S/M dalam menilai sekolah adalah standar kompetensi siswa (BAN-S/M, 2009) dan sudah selayaknya sekolah dengan akreditasi A dan B menerima siswa dengan nilai Ujian Nasional (yang salah satunya menguji mata pelajaran matematik) di atas passing grade yang ditetapkan oleh sekolah berakreditasi C. Dengan demikian kemampuan matematik siswa disekolah dengan akreditasi A dan B diasumsikan lebih memadai bila dibandingkan siswa di sekolah dengan akreditasi C. Pertimbangan tersebut sebagai alasan bagi penelitian ini untuk hanya melibatkan sekolah berakreditasi A yang dikategorikan sebagai sekolah level atas dan sekolah berakreditasi B dikategorikan sebagai sekolah level menengah.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
76 41670.pdf
Proses pembelajaran di kelas eksperimen dirancang untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa yang menurut Sumarmo (2008) dikategorikan sebagai kemampuan matematik berfikir tingkat tinggi (high-order mathematical thinking). Siswa dilibatkan dalam kegiatan berfikir matematik dengan kedalaman atau kekompleksan yang memerlukan kemampuan
matematik
memadai.
Oleh
karenanya
penelitian
ini
akan
menganalisis kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi dan disposisi matematik siswa dengan memperhatikan pengelompokkan siswa
KA
berdasarkan pengetahuan awal matematiknya.
Pengetahuan awal matematik (PAM) siswa adalah pengetahuan matematika
BU
siswa yang diukur melalui tes, dan hasil ukurnya digunakan sebagai kriteria dalam
TE R
menentukan dimana posisi pengetahuan awal matematika seorang siswa dikelas yaitu apakah termasuk dalam kelompok siswa berpengetahuan matematika tinggi, sedang atau rendah. Peranan pengetahuan awal siswa memperkecil konflik
S
pengetahuan dan intuisi siswa yang kadang muncul saat mempelajari konsep baru
TA
(Bransford, et al., 2000 dalam Lesh, et al., 2000). Siswa-siswa dalam kelas
SI
eksperimen dan kontrol masing-masing dikelompokkan berdasarkan hasil tes
ER
PAM dengan kriteria sebagai berikut.
IV
Tabel 3.1. Kriteria Kategori Pengetahuan Awal Matematik
U
N
Skor Pengetahuan Awal Matematik Siswa (PAM) PAM ≥ 75% dari skor maks 55% dari skor maks < PAM < 75% dari skor maks PAM ≤ 55% dari skor maks
Kategori Siswa Tinggi (T) Sedang (S) Rendah (R)
Setelah pembelajaran berakhir, kedua kelompok diberikan tes yang sama yaitu tes kemampuan pemecahan masalah, tes kemampuan komunikasi, dan disposisi matematik.
Mengingat kemampuan pemecahan masalah dan
komunikasi matematik adalah kemampuan yang baru akan dapat dikuasai siswa setelah melalui suatu proses pembelajaran, maka dalam penelitian ini, peneliti mempertimbangkan bahwa pemberian tes di awal pembelajaran (pre-test) tidak diperlukan.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
77 41670.pdf
Asosiasi antara variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol dipresentasikan dalam Tabel 3.2. Tabel 3.2. Rancangan Faktorial Asosiasi antar Variabel Penelitian
KA
BU
TE R
T (tinggi) S (sedang) Atas R (rendah) Sub Total T (tinggi) Meneng S (sedang) ah R (rendah) Sub Total T (tinggi) Total S (sedang) R (rendah) Total
MEAS Konvensional Pemecahan Komunikasi Disposisi Pemecahan Komunikasi Disposisi Masalah (P) (K) (D) Masalah (P) (K) (D) PATE KATE PATV KATV DATE DAT PASE KASE PASV KASV DASE DAS PARE KARE PARV KARV DARE DAR PAE KAE PAV KAV DAE DA PMTE KMTE PMTV KMTV DMTE DMT PMSE KMSE PMSV KMSV DMSE DMS PMRE KMRE PMRV KMRV DMRE DMR PME KMAE PMV KMV DME DM PET KET PVT KVT DET DT PES KES PVS KVS DES DS PER KER PVR KVR DER DR PE KE DE PV KV DV
S
PAM
SI
Penjelasan tabel (contoh):
TA
Level Sekolah
ER
KONV : Pembelajaran Konvensional. PATE : Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dengan kategori
IV
PAM tinggi dari sekolah level atas yang memperoleh pembelajaran
N
MEAs.
U
PATV : Kemampuan pemecahan masalah matematik dengan kategori PAM
tinggi dari sekolah level atas yang memperoleh pembelajaran konvensional. KMSE : Kemampuan komunikasi matematik siswa kategori PAM sedang dari
sekolah level menengah yang memperoleh pembelajaran MEAs. PMR : Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dengan kategori PAM rendah pada level sekolah menengah. KMR : Kemampuan komunikasi matematik siswa kategori PAM rendah dari sekolah level menengah. KONV : Pembelajaran Konvensional.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
78 41670.pdf
DATE : Disposisi matematik siswa dengan kategori PAM tinggi dari sekolah
level atas yang memperoleh pembelajaran MEAs. DATV : Disposisi matematik dengan kategori PAM tinggi dari sekolah level atas
yang memperoleh pembelajaran konvensional. DMSE : Disposisi matematik siswa kategori PAM sedang dari sekolah level
menengah yang memperoleh pembelajaran MEAs. DMR : Disposisi matematik siswa dengan kategori PAM rendah pada level
KA
sekolah menengah. C. Definisi Operasional
BU
Penelitian ini akan melibatkan variabel bebas yaitu pembelajaran yang akan dicobakan pada siswa SMP; variabel terikat yaitu kemampuan pemecahan
TE R
masalah, komunikasi dan disposisi matematik siswa; dan variabel antara yaitu pengetahuan awal matematik dan peringkat/level sekolah (atas dan menengah).
S
Agar istilah-istilah yang terdapat pada rumusan masalah memiliki penafsiran yang
TA
sama maka perlu dijelaskan definisi operasional dari setiap variabel.
SI
Variabel bebas: Strategi pembelajaran MEAs
ER
Strategi pembelajaran MEAs adalah strategi pembelajaran yang memuat enam prinsip pembelajaran (yaitu: reality, modeling, prototype-model, self-
IV
assessment, sharing, documentation) dan dengan kegiatan memunculkan dan
N
menguji model matematika.
U
Variabel terikat 1: Kemampuan komunikasi matematik Kemampuan komunikasi matematik siswa secara tertulis yang mencakup kemampuan: menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika; menghasilkan dan menggunakan representasi untuk merekam dan mengkomunikasikan ide-ide matematika; memilih, menterjemahkan representasirepresentasi
matematika
untuk
menyelesaikan
masalah;
menggunakan
representasi matematika untuk memodelkan dan menginterpretasikan fenomenafenomena matematika dan bidang lainnya.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
79 41670.pdf
Variabel terikat 2: Kemampuan pemecahan masalah matematik Kemampuan dalam memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami permasalahan matematik, kemampuan merencanakan pemecahan masalah dengan menyajikan permasalahan kedalam model matematik dan menentukan konsep lain yang dipakai dalam memecahkan masalah, kemampuan memecahkan masalah. Variabel terikat 3: Disposisi matematik Disposisi matematik siswa terhadap dirinya saat berinteraksi dengan
KA
matematika yang meliputi: rasa percaya diri, ekspektasi dan metakognisi, gairah dan perhatian serius dalam belajar matematika, kegigihan dalam menghadapi dan
BU
menyelesaikan masalah, rasa ingin tahu yang tinggi, serta kemampuan berbagi
TE R
pendapat dengan orang lain.
Variabel antara (intervening): Pengetahuan awal siswa dan level sekolah Pengetahuan awal matematik (PAM) siswa adalah pengetahuan matematik
S
yang harus telah dipelajari siswa SMP kelas VIII, meliputi konsep: bilangan,
TA
geometri, fungsi, bentuk Aljabar, statistika, persamaan linear, dan perbandingan.
SI
Peringkat/level sekolah adalah peringkat suatu sekolah SMP sesuai
ER
pemeringkatan akreditasi yang ditetapkan oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah. Sekolah dengan akreditasi A berada pada peringkat atas,
IV
sekolah dengan akreditasi B di peringkat menengah, dan sekolah dengan
U
N
akreditasi C di peringkat bawah. D. Pengembangan Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Perolehan data dalam penelitian ini menggunakan empat instrumen yaitu; (1) tes pengetahuan awal matematik, (2) tes kemampuan pemecahan masalah matematik, (3) tes kemampuan komunikasi matematik, dan (4) disposisi matematik. Instrumen 1 diujikan di awal penelitian, sedangkan instrumen 2, 3 dan 4 diujikan setelah proses pembelajaran. Setelah instrumen disetujui oleh tim pembimbing disertasi, untuk mengetahui kesahihan instrumen dengan materi yang akan ditanyakan, sebelum diujicoba dan diujikan diakhir proses penelitian, penelitian ini melakukan uji validitas isi.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
80 41670.pdf
Validasi isi terhadap RPP dilakukan untuk melihat kesesuaian materi RPP dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan pokok bahasan persamaan linier dua variabel, kesesuaian prosedur pembelajaran dalam RPP dengan materi dan waktu, kesesuaian muatan materi pembelajaran dalam RPP dengan
tingkat
perkembangan
siswa,
kesesuaian
prosedur
dan
materi
pembelajaran dalam RPP dengan strategi MEAs, dan kesesuaian prosedur dan materi pembelajaran dalam RPP dengan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik.
KA
Validasi isi terhadap LKS dilakukan untuk melihat kesesuaian materi LKS dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan pokok bahasan
BU
persamaan linier dua variabel, kesesuaian prosedur dalam LKS dengan materi
TE R
dan waktu, kesesuaian muatan materi dalam LKS dengan tingkat perkembangan siswa, kesesuaian prosedur dan materi LKS dengan strategi MEAs, kesesuaian prosedur dan materi LKS dengan kemampuan pemecahan masalah dan
S
komunikasi matematik.
TA
Validasi isi terhadap Instrumen Tes dilakukan untuk melihat kesesuaian
SI
materi soal dengan kisi-kisi, kesesuaian konstruksi soal dengan kemampuan yang
ER
ingin diukur, kesesuaian tata bahasa dengan pemahaman siswa, kesesuaian data/gambar pada soal dengan pertanyaan, tingkat kesukaran soal, dan kesesuaian
IV
waktu dengan bobot soal.
U
N
Uji validitas isi terhadap instrumen dilakukan oleh dosen pendidikan matematika yang sedang menempuh pendidikan doktor pendidikan matematika di UPI dan guru matematika SMP dengan hasil pada Lampiran C. Setiap validator memberikan penilaian terhadap instrumen dan bahan ajar dengan criteria penilaian: nilai 4 (empat) untuk penilain sangat baik, nilai 3 (tiga) untuk penilaian baik, nilai 2 (dua) untuk penilaian cukup dan nilai 1 (satu) untuk penilaian kurang. Keterlibatan guru matematika SMP untuk memvalidasi isi diperlukan berdasarkan pertimbangan bahwa guru-guru matematika (Ruseffendi, 2005) adalah penilai yang paling menguasai pelajaran matematika sekolah.
Saran perbaikan dari
validator menjadi pedoman perbaikan terhadap instrument penelitian. Instrumen penelitian hasil perbaikan selanjutnya digunakan dalam uji coba. Hasil yang
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
81 41670.pdf
diperoleh dari uji coba digunakan memperbaiki instrumen penelitian, sehingga pelaksanaan penelitian menggunakan instrumen yang telah diperbaiki berdasarkan hasil validasi dan uji coba. Uji coba instrumen dilakukan, selain untuk menggali informasi tentang karakteristik instrumen yang mencakup reliabilitas instrumen, validitas butir instrumen, tingkat kesukaran dan daya pembeda,. Reliabilitas tes bermanfaat untuk mengetahui tingkat keterandalan dari sebuah perangkat tes sehingga dapat dipercaya atau menghasilkan suatu hasil peniliaian yang bersifat tetap/ajeg. Tes
KA
kemampuan pemecahan masalah dan tes kemampuan komunikasi matematik berbentuk tes uraian, reliabilitasnya diukur dengan menggunakan rumus yang
memiliki
jawaban
bervariasi
seperti
skala
sikap,
TE R
pembelajaran,
BU
Cronbach Alpha. Begitu pula instrumen disposisi matematik terhadap penghitungannya juga menggunakan rumus Cronbach Alpha (Ruseffendi, 2005)
∑
)( r
(Uyanto, 2009)
= koefisien reliabilitas
SI
dengan keterangan:
)
TA
(
S
yaitu
= jumlah butir item,
∑
= jumlah varians skor tiap-tiap item, dan
IV
ER
n
N
= varians total.
U
Tes pengetahuan awal matematik memiliki soal dengan jawaban berbentuk pilihan ganda dan reliabilitasnya (Ruseffendi, 2005) diukur dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR20).
* Keterangan:
∑
+
r
= koefisien reliabilitas,
k
= jumlah butir soal,
∑pq = jumlah varian butir, dan = varian skor tes total.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
(Ruseffendi, 2005)
82 41670.pdf
Guilford (Ruseffendi, 2005) menetapkan kriteria kategori koefisien reliabilitas seperti pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Kategori Koefisien Reliabilitas
KA
Koefisien Reliabilitas (r) Kategori r ≤ 0,20 Sangat Rendah Rendah 0,20 < r ≤ 0,40 Sedang 0,40 < r ≤ 0,70 Tinggi 0,70 < r ≤ 0,90 Sangat Tinggi 0,90 < r ≤ 1,00 Validitas per butir soal ditunjukkan oleh besarnya koefisien korelasi (Azwar,
BU
2008) antara skor per butir soal dengan skor total secara keseluruhan. Koefisien
TE R
korelasi Pearson Product Moment (Uyanto, 2009) dapat digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan linier skor per butir soal dan skor total, yaitu konsistensi antara skor per butir soal dan skor total secara keseluruhan. Masing-
S
masing butir soal dikategorikan valid (Uyanto, 2009) jika koefisien Pearson
TA
Product Moment hasil perhitungan atau dilambangkan rhitung lebih besar dari
SI
rtabel = r(0,05;n-2).
ER
Analisis statistik korelasi antara skor setiap butir soal dengan skor total berpedoman pada hipotesis (Uyanto, 2009) dengan rumusan: , ada korelasi antara skor setiap butir soal dengan total
U
N
H1 :
, tidak ada korelasi antara skor setiap butir soal dengan total
IV
Ho :
𝝆 adalah parameter korelasi Pearson Product Moment antara skor setiap butir soal dan skor total secara keseluruhan yang diperoleh dari rumus: ∑ √, ∑
∑ (∑
∑
(Uyanto, 2009)
) -, ∑
(∑
) -
Pengujian hipotesis untuk mengetahui signifikansi korelasi Pearson Product Moment (Uyanto, 2009) menggunakan uji statistik: √( √(
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
) )
83 41670.pdf
dengan derajat kebebasan = n - 2. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan SPSS dan pengujian hipotesis berdasarkan taraf signifikansi α = 0,05 dan kriteria sebagai berikut: Jika P-value < α, maka Ho ditolak. Jika P-value ≥ α, maka Ho tidak dapat ditolak. Karakteristik lain yang diperoleh dari hasil uji coba adalah tingkat kesukaran dan daya pembeda. Tingkat kesukaran didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah peserta yang menjawab benar dengan jumlah peserta tes (Arikunto, 2005),
TE R
BU
KA
dan dinyatakan oleh rumus:
(Karnoto, 1996)
dengan IK adalah indeks tingkat kesukaran butir soal bentuk uraian; jumlah skor kelompok atas;
adalah adalah jumlah skor kelompok bawah; dan
S
adalah jumlah skor ideal kelompok atas dan
adalah jumlah skor ideal
TA
kelompok bawah.
adalah
SI
Bilangan yang menunjukkan sukar mudahnya suatu soal (Arikunto, 2005)
ER
dan berada pada rentang antara 0 dan 1 disebut indeks kesukaran. Kriteria
IV
penetapan tingkat kesukaran selengkapnya terlihat pada Tabel 3.4.
U
N
Tabel 3.4. Kriteria Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran (𝝆) Kategori 𝝆 < 0,30 Sukar 0,30 ≤ 𝝆 ≤ 0,70 Sedang 0,70 < 𝝆 Mudah
Karakteristik daya pembeda suatu butir soal adalah kemampuan butir soal dalam membedakan antara kelompok siswa yang pandai dan yang lemah atau dapat juga dimaknai sebagai kesesuaian soal dengan keseluruhan soal (satu set tes) dalam membedakan antara siswa yang kemampuannya tinggi dan yang rendah (Sudijono, 2005). Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai berikut.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
84 41670.pdf
(Karnoto, 1996) dengan DP adalah indeks daya pembeda butir soal bentuk uraian; jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah; kelompok bawah pada butir soal yang diolah dan
adalah
adalah jumlah skor
adalah jumlah skor ideal
salah satu kelompok (atas/bawah) pada butir soal yang sedang diolah. Interval nilai daya pembeda berada diantara -1 dan +1. Nilai daya pembeda suatu soal bertanda positif menjelaskan bahwa butir soal tersebut berfungsi
KA
dengan baik dalam membedakan siswa yang pandai dan lemah, sedangkan yang bertanda negatif memberi makna sebaliknya. Kriteria penetapan daya pembeda
TE R
BU
selengkapnya terlihat pada Tabel 3.5. (Sudijono, 2005).
Tabel 3.5. Kriteria Daya Pembeda 0,20 0,40 0,70 1,00
Klasifikasi Interpretasi rendah Daya pembeda rendah sedang Memiliki daya pembeda sedang tinggi Memiliki daya pembeda tinggi Sangat tinggi Memiliki daya pembeda sangat tinggi
S
≤ ≤ ≤ ≤
SI
b 0,21 ≤ b 0,41 ≤ b 0,71 ≤ b
TA
Daya pembeda (b)
ER
1. Tes Pengetahuan Awal Matematik
IV
Tes pengetahuan awal matematik menguji pengetahuan awal matematik
N
siswa yang meliputi materi: bilangan, geometri, fungsi, bentuk aljabar, statistika,
U
persamaan linear, dan perbandingan dengan kisi-kisi yang dapat dilihat pada Lampiran A.1.1. Konstruksi soal tes pengetahuan awal matematik dirancang sesuai dengan materi dan kemampuan matematik untuk siswa SMP kelas VIII dengan bentuk tes pilihan ganda. Karakteristik instrumen tes pengetahuan awal matematik yang mencakup reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda terinci dalam tabel pada Lampiran D. Data menjelaskan bahwa reliabilitas pengetahuan awal matematik berkategori tinggi dengan koefisien reliabilitas 0,709. Tingkat kesukaran dan daya pembeda butir soal menjelaskan tujuh soal memiliki tingkat kesukaran tinggi, 12 soal dengan tingkat kesukaran sedang dan satu soal dengan tingkat kesukaran rendah. Karakteristik daya pembeda yaitu sembilan14 soal dengan daya pembeda
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
85 41670.pdf
tinggi, enam soal dengan daya pembeda sedang. Dengan demikian tes pengetahuan awal matematik andal dalam membedakan antara siswa yang memiliki pengetahuan awal matematik yang memadai dengan yang kurang. 2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Tes kemampuan pemecahan masalah matematik pada Lampiran A.2.2 dirancang berbentuk lima soal uraian yang menguji kemampuan siswa dalam memahami masalah, merancang penyelesaian masalah dan menyelesaikan
KA
masalah. Kisi-kisi tes kemampuan pemecahan masalah matematik dapat dilihat pada Lampiran A 2.1. Materi pada kisi-kisi yang diimplementasikan dalam soal
BU
disesuaikan mata pelajaran matematik SMP kelas VIII pada kurikulum KTSP. Penskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematik diberikan dalam
TE R
skala 10 yang merupakan modifikasi dari Scale for Problem Solving (Szetela etc., 1992) dalam Mathematical Problem Solving Chicago Rubric Scale seperti pada
TA
S
Tabel 3.6.
SI
Tabel 3.6. Pedoman Penskoran Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Skala I Memahami 0 Tidak ada upaya Sepenuhnya salah 1 menginterpretasi masalah Salah menginterpretasi 2 sebagian besar masalah Salah menginterpretasi 3 sebagian kecil masalah Pemahaman masalah 4 lengkap Maks 4
U
N
IV
ER
Skor
Skala II Merencanakan Tidak ada upaya Rencana penyelesaian tidak sesuai Sebagian prosedur benar dengan kesalahan besar Secara substansial prosedur benar dengan kesalahan kecil Rencana penyelesaian benar tanpa kesalahan aritmatika 4
Skala III Menyelesaikan Tidak ada penyelesaian Komputasi, sebagian besar penyelesaian dan jawabannya salah Penyelesaian benar, jawaban benar
2
Sumber: http://web.njit.edu/~ronkowit/teaching/rubrics/samples/math_probsolv_chicago.pdf
a. Hasil Analisis Karakteristik Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematik hasil validasi isi diujicobakan pada siswa kelas IX dan dilakukan penskoran untuk analisis
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
86 41670.pdf
reliabilitas. Reliabilitas instrumen tes pemecahan masalah matematik memberikan nilai Cronbach's Alpha seperti pada Tabel 3.7. Tabel 3.7. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items 0,501 0,595 5
Nilai Cronbach's Alpha yang sebesar 0,501 menjelaskan bahwa tes kemampuan
KA
pemecahan masalah matematik memiliki koefisien reliabilitas untuk kategori
BU
sedang. Kesimpulannya adalah instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematik yang digunakan dalam penelitian ini merupakan alat evaluasi yang
TE R
cukup andal atau memiliki ketetapan dalam mengukur kemampuan pemecahan masalah matematik siswa SMP kelas VIII.
Analisis validitas butir soal instrumen tes kemampuan pemecahan
SI
terangkum dalam Tabel 3.8.
TA
S
matematik dilakukan dengan uji korelasi Pearson Product Moment yang
IV
ER
Tabel 3.8 Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
U
N
Soal 1 2 3 4 5
Validitas Butir Koefisien Korelasi Sig. Ho
0,492 0,546 0,790 0,544 0,687
0,002 0,000 0,000 0,000 0,000
tolak tolak tolak tolak tolak
Kategori Valid Valid Valid Valid Valid
Pada Tabel 3.8 terlihat bahwa nilai Sig. dari lima soal tes kemampuan pemecahan masalah matematik menunjukkan nilai yang lebih kecil dari α = 0,05 sehingga memenuhi persyaratan statistik untuk menolak Ho dengan makna ada korelasi atau hubungan linier yang signifikan antara skor setiap butir soal dengan skor total. Dengan demikian kelima butir soal memiliki konsistensi antara skor per butir soal dan skor total secara keseluruhan atau disebut juga valid.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
87 41670.pdf
Hasil analisis tingkat kesukaran dan daya pembeda untuk instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematik memberikan hasil sebagai berikut. Tabel 3.9. Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Daya Pembeda Nilai Kategori 0,100 rendah tinggi 0,410 0,230 sedang 0,250 sedang 0,240 sedang
BU
1 2 3 4 5
Tingkat Kesukaran Nilai Kategori mudah 0,920 sedang 0,700 sukar 0,115 sedang 0,635 mudah 0,840
KA
Soal
Pada Tabel 3.9 terlihat bahwa tes kemampuan pemecahan masalah matematik
TE R
memiliki dua soal mudah, dua soal cukup sukar dan satu soal sukar. Sedangkan daya pembeda masing-masing soal adalah satu soal berdaya pembeda tinggi, satu
TA
S
soal berdaya pembeda sedang dan tiga soal berdaya pembeda rendah. 3. Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
SI
Tes kemampuan komunikasi matematik pada Lampiran A.3.2 memuat lima
ER
soal uraian yang menguji kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa
IV
matematik secara tertulis yang mencakup: istilah, simbol, tanda dan/atau representasi untuk menggambarkan operasi, konsep, dan proses penyelesaian
U
N
masalah matematik. Tes kemampuan komunikasi matematik dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang dapat dilihat pada Lampiran A.3.1. Penskoran tes kemampuan komunikasi matematik diberikan dalam skala nol sampai dengan empat yang merupakan modifikasi dari Maryland Math Communication Rubric dari Maryland State Department of Education seperti pada Tabel 3.10.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
88 41670.pdf
Tabel 3.10. Pedoman Penskoran Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Skor 0 1
Kemampuan Komunikasi Kosong, atau jawaban tidak cukup untuk mendapat skor Jawaban tidak benar, upaya yang dibuat tidak benar Penggunaan bahasa matematik (istilah, simbol, tanda dan / atau representasi) yang minimal efektif dan akurat, untuk menggambarkan operasi, konsep, dan proses Penggunaan bahasa matematik (istilah, simbol, tanda, dan / atau representasi) yang sebagian efektif, akurat, dan menyeluruh untuk menggambarkan operasi, konsep dan proses. Penggunaan bahasa matematik (istilah, simbol, tanda, dan / atau representasi) yang sangat efektif, akurat, dan menyeluruh, untuk menggambarkan operasi, konsep, dan proses.
2
KA
3
BU
4
a. Hasil Analisis Matematik
Karakteristik
TE R
Sumber: http://web.njit.edu/~ronkowit/teaching/rubrics/samples/math_probsolv_chicago.pdf
Soal
Tes
Kemampuan
Komunikasi
S
Hasil uji reliabilitas tes kemampuan komunikasi matematik dengan
SI
bahwa reliabilitasnya sedang.
TA
Cronbach Alpha direpresentasikan oleh koefisien sebesar 0,410 yang menjelaskan
N
IV
ER
Tabel 3.11. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items 0,410 0,468 6
U
Dengan demikian, tes kemampuan komunikasi matematik yang digunakan dalam penelitian ini merupakan alat evaluasi yang cukup andal atau memiliki ketetapan dalam mengukur kemampuan komunikasi matematik siswa SMP kelas VIII. Analisis validitas butir soal instrumen tes kemampuan komunikasi matematik dilakukan dengan uji korelasi Pearson Product Moment tersaji dalam Tabel 3.12.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
89 41670.pdf
Tabel 3.12. Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Validitas Butir
Soal
Koefisien Korelasi Sig. Ho Kategori 0,416 0,010 tolak Valid 0,617 0,000 tolak Valid 0,396 0,015 tolak Valid
1 2 3 4 5
0,000 tolak 0,000 tolak
0,601 0,692
Valid Valid
KA
Pada Tabel 3.12 terlihat bahwa nilai Sig. dari lima soal tes kemampuan komunikasi matematik menunjukkan nilai yang lebih kecil dari α = 0,05. Nilai
BU
Sig. dari kelima soal memenuhi persyaratan statistik untuk menolak Ho dengan makna ada korelasi atau hubungan linier yang signifikan antara skor setiap butir
TE R
soal tes kemampuan komunikasi matematik dengan skor total. Dengan demikian dan skor total secara keseluruhan.
S
kelima butir soal adalah valid yaitu memiliki konsistensi antara skor per butir soal
TA
Hasil analisis tingkat kesukaran dan daya pembeda untuk instrumen tes
SI
kemampuan komunikasi matematik memberikan hasil sebagai berikut.
U
N
IV
ER
Tabel 3.13. Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Soal 1 2 3 4 5
Tingkat Kesukaran Nilai Kategori 0,875 mudah 0,413 sedang 0,188 sukar 0,588 sedang 0,325 sukar
Daya Pembeda Nilai Kategori 0,200 rendah 0,675 tinggi 0,125 rendah 0,375 sedang 0,650 tinggi
Pada Tabel 3.13 terlihat bahwa tes kemampuan komunikasi matematik memiliki satu soal mudah, dua soal cukup sukar dan dua soal sukar. Sedangkan daya pembeda masing-masing soal adalah dua soal berdaya pembeda tinggi, satu soal berdaya pembeda sedang dan dua soal berdaya pembeda rendah. .
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
90 41670.pdf
4. Disposisi Matematik Instrumen disposisi matematik (pada Lampiran A.4) dalam penelitian ini merupakan modifikasi skala disposisi matematik dari Utari Sumarmo (Sumarmo, 2008) yang memuat indikator: rasa percaya diri, ekspektasi dan metakognisi, gairah dan perhatian serius dalam belajar matematik, kegigihan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah, rasa ingin tahu yang tinggi, serta kemampuan berbagi pendapat dengan orang lain. Reliabilitas instrumen tes disposisi matematik, yang pengukurannya
KA
menggunakan skala sikap (Ruseffendi, 2005), dianalisis dengan uji Cronbach Alpha. Karena respon siswa terhadap disposisi matematik menggunakan skala
BU
Likert (Azwar, 2008) dengan empat kategori yaitu sangat sering (SS), sering (R),
TE R
jarang (J) dan sangat jarang (TP), maka data hasil uji coba tidak dapat langsung dianalisis namun terlebih dahulu harus menentukan nilai skala bagi setiap respon dari setiap butir pernyataan.
S
Penskalaan atau penentuan nilai skala didasarkan pada distribusi frekuensi
TA
respon siswa uji coba. Penentuan nilai skala dalam penelitian ini menggunakan
SI
deviasi normal (Azwar, 2008) untuk memberikan bobot tertinggi bagi kategori
ER
jawaban yang paling favorabel dan memberikan bobot rendah bagi kategori jawaban yang tidak favorabel. Nilai skala menjadi bobot atau skor bagi jawaban
IV
siswa yang akan diukur sikapnya. (2008)
U
N
Prosedur penskalaan menggunakan rumus yang digunakan oleh Azwar dengan tahapan: (i) memberikan tanda (+) untuk pernyataan yang
favorabel dengan implikasi bahwa jawaban TP diletakkan di sisi paling kiri karena akan diberi bobot paling rendah, dan SS di sisi paling kanan karena harus mendapat bobot paling tinggi; (ii) untuk setiap pernyataan, frekuensi seluruh jawaban siswa didistribusikan bagi setiap kategori respon; (iii) menghitung proporsi setiap kategori respon dengan rumus
yaitu membagi
frekuensinya dengan banyaknya seluruh siswa; (iv) menghitung proporsi kumulatif setiap kategori respon dengan menambah proporsi setiap kategori respon dengan semua proporsi kategori respon di sebelah kirinya; (v) menentukan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
91 41670.pdf
titik tengah proporsi kumulatif (pk-tengah) dengan rumus yaitu menambahkan setengah proporsi dari kategori respon yang bersangkutan (p) dengan proporsi kumulatif dari kategori respon di sebelah kirinya (
) ;
(vi) menentukan nilai z setiap kategori respon dengan melihat harga z bagi setiap pk-tengah pada tabel deviasi normal; (vii) mentransformasi nilai z sehingga kategori respon yang nilainya paling kecil menjadi bernilai satu dengan transformer (
) yaitu menambahkan harga mutlak z pada nilai z dari
kategori respon yang nilainya paling kecil dan semua harga z dari kategori respon
KA
lainnya; (viii) melakukan pembulatan terhadap semua harga z, dan pembulatan
BU
bersifat optional dengan tujuan penyederhanaan perhitungan, namun dalam penelitian ini tidak dilakukan pembulatan untuk keakuratan data. Proses
TE R
penghitungan dalam prosedur penskalaan menggunakan excel yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.
S
Prosedur penghitungan penentuan skala untuk pernyataan yang favorabel
TA
dan yang tidak favorabel diawali dengan memperhatikan sebaran respon siswa
SI
dari setiap pernyataan.
ER
Tabel 3.14. Distribusi Respon Siswa terhadap Skala Disposisi Matematik untuk Pernyataan Favorabel (+) dan Tidak Favorabel (-)
U
N
IV
Pernyataan Banyak Siswa yang Memilih Kategori (f) Jumlah (N) Nomor Favorabel TP J R SS 36 (-) 39 22 12 4 1 42 (+) 0 7 12 20 39
Pada Tabel 3.16 terlihat bahwa respon siswa pada pernyataan yang favorabel yaitu pernyataan nomor 42 (+) tersebar dengan pola sebanyak nol siswa menjawab sangat jarang (TP) dan 20 siswa menjawab sangat sering (SS). Tahapan berikutnya adalah penskalaan seperti pada Tabel 3.15.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
92 41670.pdf
Tabel 3.15. Penghitungan pada Prosedur Penskoran Skala Disposisi Matematik untuk Pernyataan (+)/Favorabel Nomor 42 Respon Siswa pada Kategori TP J R SS Frekuensi (f) 0 7 12 20 0 0,179 0,308 0,513 Proporsi : ( ) Proporsi Kumulatif (pk) 0,000 0,179 0,487 1,000 pk-tengah (pk-t) 0 0.09 0,333 0,744 z tabel -3,09 -1,34 -0,43 0,656 ) 0 1,749 2,658 3,746 z tertransformasi ( z tertransformasi + 1 1 2,749 3,658 4,746 Skor Skala Respon 1 3 4 5
KA
Hasil Penghitungan
TE R
BU
Tabel 3.16. Penghitungan pada Prosedur Penskoran Skala Disposisi Matematik untuk Pernyataan (-)/ Tidak Favorabel Nomor 36 Respon Siswa pada Kategori SS R J TP 1 4 12 22
Hasil Penghitungan Frekuensi (f) Proporsi : ( )
0,026 0,128 0,436 1,000 0.0128 0,077 0,2821 0,718 -2,226 -1,43 -0,577 0,577 0 0,8 1,649 2,803 ) 1 1,8 2,649 3,803 1 2 3 4
IV
ER
SI
TA
Proporsi Kumulatif (pk) pk-tengah (pk-t) z tabel z tertransformasi ( z tertransformasi + 1 Skor Skala Respon
S
0,0256 0,103 0,3077 0,564
N
Hasil transformasi terhadap z memberikan nol untuk skala respon terkecil dan
U
bilangan berbentuk decimal untuk skala respon lainnya. Namun dalam penelitian ini menggunakan skala renspon terkecil dengan bilangan satu, oleh karenanya setiap z tertransformasi ditambahkan dengan satu. Sedangkan skala respon lainnya menggunakan bilangan bulat disesuaikan dengan hasil perhitungan penskalaan. Penskalaan pada pernyataan nomor 42 memberikan skor untuk kategori respon sangat jarang (TP) dengan bilangan 1 (satu) dan untuk kategori respon sangat sering (SS) dengan bilangan 5 (lima). Penskalaan pada pernyataan nomor 36 memberikan skor untuk kategori respon sangat sering (SS) dengan bilangan 1 (satu) dan untuk kategori respon sangat jarang (TP) dengan bilangan 4 (empat).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
93 41670.pdf
Secara keseluruhan penskalaan memberikan hasil nilai skala pada kategori respon disposisi matematik yang berada pada rentang antara 1 (satu) sampai dengan 6 (enam). Nilai skala bagi setiap respon digunakan untuk analisis reliabilitas instrumen dan validitas setiap butir pernyataan. Rangkuman hasil perhitungan reliabilitas instrumen disposisi matematik tersaji pada Tabel 3.17. Tabel 3.17. Ukuran Statistik dan Reliabilitas Instrumen Disposisi Matematik Siswa Keterangan
Ukuran Statistik 39 158,2238 (skor tertinggi hasil uji coba adalah 242) 15,71409 0,899 (reliabilitas tinggi)
KA
Banyak Siswa
BU
Rerata Simpangan baku
TE R
Koefisien Reliabilitas
Analisis reliabilitas instrumen tes disposisi matematik siswa berdasarkan
TA
S
hasil uji coba memberikan koefisien reliabilitas diatas 0,70. Hal ini menjelaskan bahwa instrumen memiliki kategori reliabilitas yang tinggi sehingga andal untuk
SI
mengukur disposisi matematik
siswa. Perhitungan nilai skala sikap dan
ER
reliabilitas untuk instrumen disposisi matematik selengkapnya dapat dilihat pada
IV
Lampiran D.
Analisis butir pernyataan pada instrumen disposisi matematik memberikan
U
N
hasil bahwa ada sembilan butir yang tidak valid karena memberikan rhitung yang lebih kecil dari r(0,05;37) = 0,304 (Uyanto, 2009), sedangkan sisanya sebanyak 40 butir adalah valid. Butir-butir pernyataan yang tidak valid tidak digunakan untuk mengukur skala sikap siswa dalam penelitian. E. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pembelajaran
dalam
penelitian
ini
menggunakan
dua
perangkat
pembelajaran yaitu: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dirancang untuk melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik dengan strategi MEAs dan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
94 41670.pdf
konvensional pada pokok bahasan persamaan linier dua variabel dan teorema pythagoras. 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa Perangkat pembelajaran RPP pada penelitian ini digunakan sebagai pedoman guru yang diperankan sendiri oleh peneliti untuk melaksanakan pembelajaran. Urutan kegiatan pembelajaran dalam RPP mengikuti prosedur pembelajaran MEAs yang mengaktifkan siswa mengembangkan kemampuannya
KA
dalam memodelkan permasalahan matematik. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran membuat model matematik dari permasalahan yang diberikan
BU
dengan menggunakan sumber belajar LKS. Sebagai sumber belajar siswa dalam penelitian ini, LKS memuat masalah kontekstual yang dilengkapi dengan
TE R
pertanyaan-pertanyaan yang mengantarkan siswa melatih kemampuannya dalam mengembangkan model matematik.
S
RPP dan LKS sebelum digunakan dalam penelitian, keduanya terlebih
TA
dahulu divalidasi isinya dan diujicobakan di sekolah lain. Validasi isi mencakup
SI
aspek: (i) kesesuaian materi dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
ER
pada kurikulum matematika SMP kelas VIII; (ii) kesesuaian prosedur pembelajaran dengan materi dan waktu; (iii) kesesuaian muatan materi
IV
pembelajaran dengan tingkat perkembangan siswa; (iv) kesesuaian prosedur dan
N
materi pembelajaran dengan strategi MEAs; (v) kesesuaian prosedur dan materi
U
pembelajaran dengan
kemampuan pemecahan masalah
dan komunikasi
matematik.
2. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Penelitian ini melibatkan guru matematika untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan berpedoman pada Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran seperti pada Lampiran A.5. dengan tujuan untuk melihat kesesuaian pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti sebagai guru dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
95 41670.pdf
F. Teknik Analisis Data Penelitian ini menghasilkan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif mencakup jawaban siswa terhadap tes kemampuan pemecahan masalah matematik, tes kemampuan komunikasi matematik dan respon siswa terhadap skala disposisi matematik. Data kualitatif meliputi hasil observasi terhadap aktifitas guru yang dihimpun oleh guru pemantau. Data kuantitatif dianalisis secara statistik dengan bantuan program MS Excel for Windows 2003 dan SPSS 16.0. Data kuantitatif respon terhadap instrumen
KA
dianalisis melalui tahapan berikut.
BU
1. Analisis data uji coba
Tahap pertama, memberi skor pada pekerjaan siswa. Menghitung skor yang
TE R
diperoleh setiap siswa berdasarkan respon siswa terhadap instrumen. Tahap kedua, menguji persyaratan yang diperlukan sebagai syarat pengujian hipotesis
S
untuk data yang di analisis secara statistik parametrik, yaitu persyaratan
TA
kenormalan data dan kehomogenan ragam data. Tahap ketiga, menguji hipotesis
SI
yang akan diuji dalam penelitian ini. Secara umum, analisis statistik yang
ER
digunakan dalam penelitian ini meliputi uji beda rerata yaitu dengan uji-t sampel independen, uji Anova satu jalur, uji Kruskal-Wallis, uji Mann-Whitney, dan
IV
analisis korelasi. Kelengkapan analisis data kuantitatif dan jawaban atas
N
permasalahan yang diharapkan terjawab melalui penelitian ini didukung oleh
U
analisis data kualitatif secara deskriptif. 2. Analisis Data Hasil Penelitian Analisis data hasil penelitian memperhatikan asosiasi antara permasalahan, hipotesis, kelompok data dan penggunaan uji hipotesis yang terangkum pada Tabel 3.18.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
96 41670.pdf
Tabel 3.18. Keterkaitan antara Permasalahan, Hipotesis dan Kelompok Data
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
1
Uji beda rerata
PAE,PAV, PME, PMV
2
Uji beda rerata
PAE, PAV
3
Uji beda rerata
PE, PV
KA
Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa Apakah kemampuan pemecahan masalah matematik antara siswa dengan pembelajaran MEAs lebih tinggi dari konvensional pada data gabungan Apakah kemampuan pemecahan masalah matematik antara siswa dengan pembelajaran MEAs lebih tinggi dari konvensional di sekolah level atas Apakah kemampuan pemecahan masalah matematik antara siswa dengan pembelajaran MEAs lebih tinggi dari konvensional di sekolah level menengah Adakah pengaruh interaksi antara pembelajaran dan level sekolah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa Adakah pengaruh interaksi antara pembelajaran dan pengetahuan awal matematik terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa Kemampuan komunikasi matematik siswa Apakah kemampuan komunikasi matematik antara siswa dengan pembelajaran MEAs lebih tinggi dari konvensional pada data gabungan Apakah kemampuan komunikasi matematik antara siswa dengan pembelajaran MEAs lebih tinggi dari konvensional di sekolah level atas Apakah kemampuan komunikasi matematik antara siswa dengan pembelajaran MEAs lebih tinggi dari konvensional di sekolah level menengah Adakah pengaruh interaksi antara pembelajaran dan level sekolah terhadap kemampuan komunikasi matematiksiswa Adakah pengaruh interaksi antara pembelajaran dan pengetahuan awal matematik terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa Disposisi matematik siswa Apakah disposisi matematik antara siswa dengan pembelajaran MEAs lebih tinggi dari konvensional pada data gabungan Apakah diposisi matematik antara siswa dengan pembelajaran MEAs lebih tinggi dari konvensional di sekolah level atas Apakah disposisi matematik antara siswa dengan pembelajaran MEAs lebih tinggi dari konvensional di sekolah level menengah Adakah pengaruh simultan antara pembelajaran
Hipotesis Kelompok Analisis Nomor Data Deskriptif P
BU
Masalah
4 5 -
Uji ANOVA Dua Jalur Uji ANOVA Dua Jalur Deskriptif
PAE, PME, PAV,PMV PTE, PTV, PSE,PSV, PRE,PRV K
6
Uji beda rerata
KAE,KAV, KME,KMV
7
Uji beda rerata
KAE, KAV
8
Uji beda rerata
KE,KV
Uji ANOVA Dua Jalur Uji ANOVA Dua Jalur Deskriptif
KAE, KME, KAV,KMV KTE,KTV KSE,KSV, KRE,KRV D
11
Uji beda rerata
DAE,DAV, DME,DMV
12
Uji beda rerata
DAE, DAV
13
Uji beda rerata
DE, DV
14
Uji
DAE,
9 10 -
97 41670.pdf
Hipotesis Nomor
Masalah
Analisis
Kelompok Data DME, DAV,DMV DTE, DTV, DSE,DSV, DRE, RV
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
dan level sekolah terhadap disposisi matematik Pengaruh siswa Simultan Adakah pengaruh simultan antara pembelajaran Uji dan pengetahuan awal matematik terhadap 15 Pengaruh disposisi matematik siswa Simultan Adakah asosiasi antara kemampuan pemecahan Uji masalah matematik dengan kemampuan 16 P,K Asosiasi komunikasi matematik pada data gabungan Adakah asosiasi antara kemampuan pemecahan Uji masalah matematik dengan disposisi matematik 17 P,D Asosiasi pada data gabungan Adakah asosiasi antara kemampuan komunikasi Uji matematik dengan disposisi matematik pada data 18 K,D Asosiasi gabungan Adakah asosiasi antara kemampuan pemecahan Uji masalah matematik dan komunikasi matematik 19 PE, KE Asosiasi siswa dengan pembelajaran MEAs Adakah asosiasi antara kemampuan pemecahan Uji masalah matematik dan disposisi matematik siswa 20 PE, DE Asosiasi dengan pembelajaran MEAs Ad kah asosiasi antara kemampuan komunikasi Uji matematik dan disposisi matematik siswa dengan 21 KE, DE Asosiasi pembelajaran MEAs Uji beda rerata dengan uji Kruskal-Wallis, uji-t independen, uji Mann-Whitney. Uji pengaruh simultan (interaksi) dengan uji ANOVA dua jalur. Uji asosiasi (asosiasi) dengan Pearson Chi-Square dan koefisien kontingensi. Semua uji statistik diolah dengan SPSS versi 16.0 (Kadir, 2010 dan Uyanto, 2009)
Diagram algoritma berikut menggambarkan alur analisis uji beda
U
algoritma.
N
Analisis statistik untuk data kuantitatif dilakukan secara bertahap sesuai rerata data.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
98 41670.pdf
Uji-t independent Ya Normal
Tidak
Uji MannWhitney
Ya Ada Peubah Kontrol
Dua
Sampel
Sampel Independen
Tidak
KA
Lebih dari 2
BU
Sampel Independen
Normal
Tidak
Ya
TA
Ya
Uji Levene
SI
Homogenitas
ER
Uji One Way Anova
Uji Kruskal Wallis
S
Uji Shapiro-Wilk /Lilliefors
TE R
Ya
N
IV
Gambar 3.1. Algoritma Analisis Statistik Uji Beda Rerata
U
Analisis data uji asosiasi dilakukan dengan rumus:
∑
∑
(
)
(Kadir, 2010; Uyanto, 2009; Sugiyono, 2002)
dengan derajat kebebasan = banyaknya kategori – 1 Keterangan: = frekuensi data hasil penelitian pada baris ke-i dan kolom ke - j = frekuensi harapan pada baris ke-i dan kolom ke - j
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
99 41670.pdf
= jumlah frekuensi pada baris ke- i = jumlah frekuensi pada kolom ke- j = jumlah total seluruh seluruh frekuensi r = jumlah baris c = jumlah kolom Kekuatan atau kelemahan asosiasi antara kedua kemampuan diketahui melalui besar kecilnya angka koefisien kontingensi yang diperoleh dengan rumus berikut. √
= nilai khi-kuadrat (yang diperoleh)
TE R
= banyaknya sampel
BU
KA
(Sudijono, 2011; Sugiyono, 2002)
G. Prosedur dan Tahapan Penelitian
TA
S
Penelitian ini melalui tahapan sebagai berikut. a. Studi pendahuluan yaitu studi kepustakaan tentang kemampuan pemecahan
SI
masalah matematik, kemampuan komunikasi matematik, disposisi matematik,
ER
pembelajaran MEAs, dan pembelajaran konvensional. b. Pengembangan model.
IV
(i) Penyusunan produk awal atau draft produk awal dengan arahan tim
U
N
pembimbing yang mencakup rancangan perencanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS, tes pengetahuan awal matematik, tes kemampuan pemecahan masalah matematik dan tes kemampuan komunikasi matematik.
(ii) Selanjutnya produk awal tersebut divalidasi oleh para ahli untuk selanjutnya disempurnakan berdasarkan masukan-masukan dari para ahli. Hasil dari tahap studi pendahuluan adalah model yang siap untuk diujicoba.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
100 41670.pdf
c. Uji coba lapangan terbatas Uji lapangan terbatas terhadap RPP dan LKS dilakukan pada satu kelas VIII dari satu sekolah SMP. Kegiatan ini merupakan kegiatan evaluasi proses secara kualitatif. Uji coba tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik diuji cobakan pada siswa kelas IX, dan tidak mungkin diujikan pada siswa SMP kelas VIII yang belum mempelajari SPLDV, karena jadwal pelaksanaan pembelajaran penelitian dengan pokok bahasan persamaan
KA
linier dua variabel disesuaikan dengan silabus mata pelajaran matematik SMP kelas VIII. Hasil evaluasi pada tahap ini digunakan untuk
BU
memantapkan proses pelaksanaan penelitian.
TE R
d. Penelitian
Penelitian membandingkan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi dan disposisi matematik antara siswa yang belajar dengan rancangan
S
pembelajaran MEAs dan siswa dengan pembelajaran konvensional. Tahap
TA
ini dilakukan untuk mengidentifikasi keunggulan relatif dari rancangan
SI
pembelajaran yang dikembangkan dibandingkan dengan pembelajaran
ER
yang biasa diterapkan terhadap kemampuan yang ditargetkan. Rancangan pembelajaran
dianggap
baik
apabila
rancangan
tersebut
dapat
IV
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi dan
U
N
disposisi matematik.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
101 41670.pdf
Tahapan penelitian ini dapat digambarkan yang seperti terlihat pada gambar berikut.
PENGEMBANGAN Rancangan Pembelajaran
STUDI PENDAHULUAN
Pengembangan Rancangan Pembelajaran
Studi Lapangan
Uji Lapangan Terbatas
KA
Studi Pustaka
perbaikan
BU
Perencanaan Rancangan Pembelajaran dengan Strategi MEAs
IMPLEMENTASI
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
Perlakuan Konvensional
Perlakuan dengan Strategi MEAs
Tes Kemampuan
Tes Kemampuan
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
Rancangan Pembelajaran Teruji dan Hasil Perbaikan
Gambar 3.2. Tahapan Penelitian
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan dan berdasarkan analisis data hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pembelajaran MEAs lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional baik dilihat dari gabungan sekolah (level atas dan PAM
untuk
setiap
level
PAM
uji
signifikansi
juga
BU
berdasarkan
KA
menengah), sekolah level atas maupun sekolah level menengah. Jika menginformasikan hasil yang berbeda dan siswa dengan pembelajaran MEAs
TE R
lebih tinggi daripada siswa konvensional.
2. Kemampuan komunikasi matematik siswa yang memperoleh pembelajaran
S
dengan strategi MEAs lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh
TA
pembelajaran konvensional baik dilihat dari gabungan sekolah (level atas dan menengah), di sekolah level atas maupun di sekolah level menengah. Jika
SI
berdasarkan PAM untuk setiap level PAM secara umum uji signifikansi juga
ER
menginformasikan hasil yang berbeda dan siswa dengan pembelajaran MEAs
IV
lebih tinggi daripada siswa konvensional pada siswa PAM sedang dan rendah,
N
namun hasil yang sama pada siswa PAM tinggi.
U
3. Disposisi matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi MEAs lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional baik dilihat dari gabungan sekolah (level atas dan menengah) maupun di sekolah level atas. Jika berdasarkan PAM untuk setiap level PAM uji signifikansi juga menginformasikan hasil yang berbeda dan siswa dengan pembelajaran MEAs lebih tinggi daripada siswa konvensional. 4. Tidak ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan level sekolah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. 5. Tidak ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan awal matematik siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
198 41670.pdf
6. Tidak ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan level sekolah terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa. 7. Tidak ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan awal matematik siswa terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa. 8. Tidak ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan level sekolah terhadap disposisi matematik siswa. 9. Tidak ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan awal matematik siswa terhadap disposisi matematik siswa.
KA
10. Tidak adanya pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan level sekolah, strategi pembelajaran dan pengetahuan awal matematik terhadap
BU
kemampuan pemecahan masalah, komunikasi dan disposisi matematik
TE R
menjelaskan bahwa pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah, komunikasi dan disposisi matematik daripada pengetahuan awal matematik dan level sekolah.
S
11. Ada asosiasi antara kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
SI
pembelajaran MEAs.
TA
matematik siswa di sekolah level atas dan menengah yang mendapat
ER
12. Ada asosiasi antara kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematik siswa di sekolah level atas dan menengah yang mendapat pembelajaran MEAs.
IV
13. Ada asosiasi antara kemampuan komunikasi dan disposisi matematik siswa di
U
N
sekolah level atas dan menengah yang mendapat pembelajaran MEAs. 14. Jika memperhatikan rerata hasil kemampuan pemecahan masalah perbutir soal terlihat bahwa rerata terendah terlihat pada soal nomor 5 dengan indikator siswa dapat membuat model matematik dan memecahkan masalah Pythagoras yang tidak rutin. Sedangkan hasil kemampuan komunikasi matematik perbutir soal terlihat bahwa rerata terendah pada soal nomor 3 dengan indikator membuat model matematika SPLDV dalam bentuk model grafik dan membuat soal cerita dari SPLDV yang diberikan serta menyelesaikannya.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
199 41670.pdf
B. Saran Pembahasan dalam kesimpulan merekomendasikan beberapa hal yang relevan sebagai berikut. 1. Potensi pembelajaran MEAs perlu diperluas penerapannya sebagai alternatif bentuk pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematik, komunikasi matematik dan disposisi matematik pada berbagai level pendidikan dan siswa dengan beragam kemampuan matematik. 2. Pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematik, komunikasi
KA
matematik, dan disposisi matematik, jika dilakukan dengan menggunakan pendekatan lain, hendaknya dikembangkan secara bersamaan.
BU
3. Penerapan pembelajaran MEAs perlu diperluas penerapannya dalam
TE R
mengembangkan kemampuan matematik lainnya dan pada berbagai level pendidikan.
4. Rancangan pembelajaran MEAs perlu memperhatikan pengetahuan awal yang terstruktur sehingga membimbing siswa secara bertahap
TA
ajar
S
matematik siswa dan level sekolah. Untuk siswa lemah perlu dilengkapi bahan
SI
membangun pengetahuan dan kemampuan matematiknya. Untuk siswa memperkaya
ER
berkemampuan tinggi perlu dilengkapi bahan ajar yang memperkuat dan pengetahuan
dan
kemampuan
matematik
siswa
tanpa
IV
membuatnya terhambat mengeksplorasi kemampuannya secara maksimal oleh
U
N
bahan ajar yang terlalu terstruktur. 5. Secara umum, hasil belajar siswa pada penelitian ini belum pada taraf memuaskan. Untuk memperoleh kemanfaatan penerapan pembelajaran MEAs yang lebih tereksplorasi untuk mengembangkan kemampuan matematik perlu kajian lebih lanjut dengan rancangan dan pelaksanaan pada pokok bahasan, inovasi bahan ajar dan level lain. 6. Siswa perlu diberi latihan yang lebih memadai dalam membuat pemodelan dan memecahkan masalah pythagoras yang tidak rutin dan membuat soal cerita dari SPLDV yang diberikan serta menyelesaikannya.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
DAFTAR PUSTAKA Ahuja, O. P. & Jahangiri, J.M. (2003). An Integrated Approach to Teaching and Learning College Mathematics. Journal of the Korea Society of Mathematical Education Series D: Research in Mathematical Education. Vol. 7, No. 1, March 2003, 11–24. [Online]. Tersedia: http://www.mathnet.or.kr/mathnet/kms_tex/980827.pdf (18 Juni 2011)
KA
Ansari, B. I. (2003). Menumbuh Kembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Siswa SMU melalui Strategi Think-Talk-Write. Disertasi doktor, tidak diterbitkan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
BU
Arikunto, S. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
TA
S
TE R
Aziz, Z. & Hossain, M.A. (2010). A Comparison of Cooperative Learning and Convensional Teaching on Students’ Achievement in Secondary Mathematics. Procedia Social and Behavioral Sciences 9 (2010) 53-62. ELSEVIER Ltd, WCLTA 2010. [Online]. Tersedia: www.sciencedirect.com (12 Desember 2012)
SI
Azwar, S. (2008). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Edisi kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
U
N
IV
ER
Beyers, J.E.R. (2012). An Examination of the Relationship Between Prospective Teachers’ Dispositions and Achievement in a Mathematics Content Course for Elementary Education Majors. New Jersey: SAGE Open. [Online]. Tersedia: http://sgo.sagepub.com/content/2/4/2158244012462589(11 Pebruari 2013) Bruner, J. (1999). The Process of Education. USA: The President and Fellow of Harvard College, 25th Printing, 1999. [Online]. Tersedia: http://judzrun-children.googlecode.com (13 Juni 2011) BSNP, (2006). Permen Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=61 (22 Juni 2012) BSNP, (2006). Permen Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=61 (22 Juni 2012)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
201 41670.pdf
Bybee, R.W. & Sund, R.B. (1982). Piaget For Educators. Second Edition. Charles E. Merrill Publishing Co. Columbus, Ohio 43216: Bell and Howell Company. Carnes, M.T., Cardella, M.E. & Dux, H.A.D. (2010). Progression of Student Solutions over the Course of A Model Eliciting Activity (MEA). Purdue University. Washington, DC: 40th ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference, Oktober 2010. [Online]. Tersedia: http://fie-conference.org/fie2010/papers/1597.pdf (11 Oktober 2012)
BU
KA
Chamberlin S.A., & Moon S.M. (2005a). Model-Eliciting Activities as aTool to Develop and Identify Creatively Gifted Mathematicians. The Journal of Secondary Gifted Education. (Vol. XVII, No. I, Fall 2005, pp. 37-47). Copyright © 2005 Prufrock Press P.O. Box 8813, Waco,TX 76714.
TE R
Chamberlin S.A., dan Moon S.M. (2005b). How Does the Problem Based Learning Approach Compare to the Model-Eliciting Activity Approach in Mathematics. [Online]. Tersedia: www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/chamberlain.pdf (10 November 2012)
IV
ER
SI
TA
S
Clark. R. M., Shuman, L.J., Sacre, M.B., & Yildirim, T.P. (2008). Use of Model Eliciting Activities to Improve Problem Solving by Industrial Engineering Students. Proceedings of the 2008 Industrial Engineering Research Conference. J. Fowler and S. Mason, eds. Pittsburgh, USA: Department of Industrial Engineering, University of Pittsburgh. [Online]. Tersedia: http://modelsandmodeling.net/Publications_files/Use%20of%20Model%2 0Eliciting%20Activities%20to%20Improve%20Problem%20Solving%20b y%20Industrial%20Engineering%20Students.pdf (1 Juni 2013)
U
N
Cole, M. & Wertsch, J. (1996). Beyond the individual-social antimony in discussions of Piaget and Vygotsky. Human Development, 1996:39:250256. [Online]. Tersedia: http://people.ucsc.edu/~gwells/Files/Courses_Folder/ED%20261%20Pape rs/Cole%20%26%20Wertsch.pdf (1 Juni 2012) Cotton, K. H. (2008). Mathematical Communication, Conceptual Understanding, and Students' Attitudes Toward Mathematics. Oshkosh: Department of Mathematics,University of Nebraska-Lincoln. [Online]. Tersedia: http://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1011&context= mathmidactionresearch (4 Pebruari 2012) Darhim, (2004). Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual terhadap Hasil Belajar dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Kelas Awal dalam Matematika. Disertasi Doktor pada FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
202 41670.pdf
Depdiknas (2004). Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. [Online]. Tersedia: http://sunardi.blog.unej.ac.id/files/2009/03/ kbkmatemati kasmp2.pdf. (5 Pebruari 2011) Domínguez, H., (2005). Bilingual Students’Articulation and Gesticulation of Mathematical KnowledgeDuring Problem Solving. University of Texas at Austin. Bilingual Research Journal, 29: 2 Summer 2005. [Online]. Tersedia: http://citeseerx.ist.psu.edu (12 Mei 2012)
TE R
BU
KA
Dux, H.A.D.& Salim, A. (2009). Problem Formulation during Model-Eliciting Activities: Characterization of First-Year Students’ Responses. Proceedings of the Research in Engineering Education Symposium 2009, Palm Cove, QLD. [Online]. Tersedia: http://rees2009.pbworks.com/f/rees2009_submission_15.pdf (9 Maret 2011)
TA
S
Dzulfikar, A., Asikin, M., & Hendikawati, P. (2012). Keefektifan Problem Based Learning dan Model Eliciting Activities terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. Unnes Journal of Mathematics Education. UJMEI(1)(2012). Semarang: UNNES. ISSN 2252-6927. [Online]. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id (21 Maret 2013)
IV
ER
SI
Ekmekci, A. & Krause, G. (2011). Model Eliciting Activities (MEAs). 5thAnnual UTeach Institute-NMSI Conference, May 26, 2011. [Online]. Tersedia: http://www.uteach-institute.org/images/uploads/2011_ekmekci_ model_eliciting_activities (11 Maret 2013).
U
N
Elida, N. (2012). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Infinity, Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung,Vol 1, No, 2, September 2012. Bandung: STKIP Siliwangi Bandung. English, L., Lesh, R., & Fennewald, T. (2008). Future directions and perspectives for problem solving research and curriculum development. In: 11st International Congress on Mathematical Education, 6-13 July 2008. Monterrey: International Congress on Mathematical Education. [Online]. Tersedia: http://eprints.qut.edu.au/28450/1/c28450.pdf(16April 2011) Eric, C.C.M. (2008). Using Model Eliciting Activities for Primary Mathematics Classrooms. The Mathematics Educator, Vol. 11No. 1/2, 47-66. Singapore: Association of Mathematics Educators. [Online]. Tersedia: http://repository.nie.edu.sg/jspui/bitstream/10497/135/1/ME-11-1-47.pdf (11 Agustus 2011)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
203 41670.pdf
Fathurrohman, P. dan Sutikno, M.S. (2007). Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: P.T. Refika Aditama. Fauziah, A. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP melalui REACT. Forum Kependidikan, Volume 30, Nomor 1, Juni 2010. Jakarta: Forum Kependidikan. [Online]. Tersedia: http://forumkependidikan.unsri.ac.id/userfiles/ANA%20FAUZIAH.pdf (13 Maret 2013)
TE R
BU
KA
Feldhaus, C.A. (2012). How Mathematical Disposition and Intellectual Development Influence Teacher Candidates’ Mathematical Knowledge for Teaching in a Mathematics Course for Elementary School Teachers. A dissertation presented to the faculty of The Patton College of Education of Ohio University. Ohio: The Patton College of Education of Ohio University. [Online]. Tersedia: http://rave.ohiolink.edu/etdc/view.cgi?acc_num=ohiou1343753975(7 Mei 2013)
ER
SI
TA
S
Garfield, J., delMas, R., & Zieffler, A. (2009). Inventing and Testing Models: Using Model-Eliciting Activities . Pedagogy in Action, the Serc portal for Educators. University of Minnesota. Minnesota: University of Minnesota. [Online]. Tersedia: http://serc.carleton.edu/sp/library/mea/index.html [23 Agustus 2011]
U
N
IV
Gilat, T.& Amit, M. Exploring young students creativity: the effect of modeleliciting activities. PNA,8(2), 51-59. [Online]. Tersedia: http://digibug.ugr.es/bitstream/10481/25578/1/1_Exploring.pdf (8April 2014) Gupta, A. (2008). Constructivism and Peer Collaboration in Elementary Mathematics Education: The Connection to Epistimology. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 4(4), 381-386. Copyright©2008by EURASIA. [Online]. Tersedia: http://www.ejmste.com/v4n4/EURASIA_v4n4_Gupta.pdf Haese, R. C. & Haese, S. H.. (1982). Competition Mathematics. Adelaide: Haese Publications. Hall, G.E. Quinn, L.F., Gollnick, D.M. (2008). Mengajar dengan Senang. Menciptakan Perbedaan dalam Pembelajaran Siswa. Jakarta: PT Indeks. Hallagan, J.E., Finnegan, B.Sochia, S.,Carlson, L.F., & Nylen, D. (2006). The Influence of Learning Theories on the Teaching and Learning of Algebra.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
204 41670.pdf
Journal of Authentic Learning, Volume 3, Number 1, Pages 60-70. Oswego, New York: the Departement of Curriculum and Instruction at the State University. [Online]. Tersedia: http://www.dscape.sunyconnect.suny.edu/bitstream/handle/1951/35267/ha llagan _et_al.pdf (19 April 2012) Hamilton, E. (2009). Modeling and Model-Eliciting Activities (MEAs) as Foundational to Future Engineering Curricula. 20th Australasian Association for Engineering Education Conference University of Adelaide, 6-9 December 2009. Adelaide: University of Adelaide. [Online]. Tersedia:
KA
http://aaee.com.au/conferences/AAEE2009/PDF/AUTHOR/AE090130.PD F (11 September 2011)
TA
S
TE R
BU
Hamilton, E. ,Lesh, R., Lester, F., & Brilleslyper, M. (2008). Model-Eliciting Activities (MEAs) as a Bridge Between Engineering Education Research And Mathematics Education Research. Advances in Engineering Education, Vol 01 (ISSN 2224-7491). Academy Society of Engineering Education (ASEE) : The International Association for College and http://advances University Education (IACUE). [Online]. Tersedia: .asee.org/vol01/issue02/papers/aee-vol01-issue02-p06.pdf (25 Juni 2012)
ER
SI
Hammond, L.D., Austin, K., Orcutt, S., & Rosso, J. (2001). How People Learn: Introduction to Learning Theories. California: Stanford University. [Online]. Tersedia: http://www.stanford.edu/class/ed269/hplintrochapter.pdf (2 Juni 2011)
U
N
IV
Hanley, S. (1994). On constructivism. Maryland Collaborative for Teacher Preparationm. Maryland: The University of Maryland. [Online]. Tersedia: http://www.inform.umd.edu/UMS+State/UMDProjects/MCTP/Essays/Constructivism.txt.inf (30 Juli 2011) Herman, T. (2005). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi pada PPs UPI Bandung.Tidak Diterbitkan. Herman, T. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Educationist, No. 1 Vol. 1 Januari 2007. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/Jurnal/EDUCATIONIST/Vol._1Januari_2007/6._Tatang_Herman.pdf Hong N. S., (1998). The Relationship Between well-Structured And Ill-Structured Problem Solving In Multimedia Simulation. A Thesis in Instructional
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
205 41670.pdf
Systems. College of Education - Pennsylvania State University. [Online]. Tersedia: http://www.cet.edu/pdf/structure.pdf (3 September 2011) Innes, R. B.(2007). Dialogic Communication in Collaborative Problem Solving Groups . International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. Vol. 1, No. 1 (January 2007). ISSN 1931-4744 © Georgia Southern University. Nashville, Tennessee, USA: Vanderbilt University. [Online]. Tersedia: http://www.georgiasouthern.edu/ijsotl (11 Juni 2011)
KA
Kadir, (2010). Statistika untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit Rosemata Sampurna.
TE R
BU
Kadir, (2010). Penerapan Pembelajaran Kontekstual berbasis Potensi Pesisir Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuanpemecahan Masalah Matematik, Komunikasi Matematik, Dan Keterampilan Sosial Siswa SMP. Disertasi doktor, tidak diterbitkan. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
S
Karnoto. (1996). Mengenal Analisis Tes. Pengantar ke program komputer ANATES. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Bandung.
IV
ER
SI
TA
Kaur B., & Har Y. B. (2009). Mathematical Problem Solving In Singapore School. Dalam Kaur B., Har, B.H, Kapur, M. (2009). Mathematical Problem Solving. Yearbook 2009. Association of Mathematics Educator. Singapore: National Institute of Education. [Online]. Tersedia: http://www.worldscientific.com/doi/pdf/10.1142/9789814277228_fmatter (3 Agustus 2011)
U
N
Kirkley, J. (2003). Principles for Teaching Problem Solving. Technical Paper #4. Indiana University.Copyright. PLATO Learning, Inc. [Online]. Tersedia: http://cimm.ucr.ac.cr/resoluciondeproblemas/PDFs/Kirkley,%20Jamie.%2 02003.pdf (28 Juni 2011) Lesh, R. & Doerr, H. (2003). Beyond Constructivism: A Models & Modeling Perspective on Mathematics Teaching, Learning, and Problems Solving. Lawrence Erlbaum. Mahwah, NJ. Book Reviews. ZDM 2003 Vol. 35 (6). Ernst von Glasersfeld, Amherst, MA (USA) [Online]. Tersedia: http://subs.emis.de/journals/ZDM/zdm036r3.pdf (27 Juli 2010) Lesh, R., Hoover, M., Hole, B., Kelly, A., & Post, T. (2000). Principles for developing thought-revealing activities for students and teachers. Dalam A. Kelly & R. Lesh (Eds.), Handbook of research design in mathematics and science education (pp.591-645). Mahwah, N.J.: Lawrence Erlbaum and Associates, Inc. [Online]. Tersedia: http://www.cehd.umn.edu/ci/rationalnumberproject/00_2.html
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
206 41670.pdf
(19 Mei 2011) Lesh, R., Carmona, G., & Post, T. (2005). Models and Modeling. Proceedings of the 27th annual meeting of the North American Chapter of the International Group for the Psychology of Mathematics Education (PMENA), October 2005. [Online]. Tersedia: http://www.pmena.org/2004/pdfs/groups/models.pdf (30 Juli 2011)
KA
Mahmudi, A (2010). Pengaruh Pembelajaran Dengan Strategi MHM Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, Kemampuan Pemecahan Masalah, Dan Disposisi Matematis, Serta Persepsi Terhadap Kreativitas. Disertasi doktor, tidak diterbitkan. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
TE R
BU
Megan, L.F., Webb, N.M., Chan, A., Battey, D., Ing,M., Freund, D., & De, T. (2007). Eliciting Student Thinking In Elementary School Mathematics Classroom. National Center for Research on Evaluation, Standars, and Student Testing (CRESST) Report 725. Los Angeles: UCLA. [Online]. Tersedia: www.cse.ucla.edu/products/reports/r725.pdf (09 Oktober 2012)
ER
SI
TA
S
Moore, T., & Dux, H.D., (2004). Developing Model-Eliciting Activities For Undergraduate Students Based On Advanced Engineering Context. Proceedings of the 34th Annual ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference, Savannah, GA, October 20-23, 2004. [Online]. Tersedia: http://www.icee.usm.edu/ICEE/.../FIEC2004/.../172... - (22 Pebruari 2012)
U
N
IV
Mousoulides, N.G., Chrysostomou, C., Pittalis, M., & Christon, C., (2009). Modeling with Technology in Elementary Classroom. Proceedings of CERME 6, Januari 28th-February 1st 2009, Lion France©INRP2010. [Online]. Tersedia: http://www.ife.ens-lyon.fr/editionelectronique/cerme6/wg11. (13 Januari 2012) Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Foy, P. & Arora, A. (2012). TIMSS 2011 International Result in Mathematics. Chestnut Hill, USA: International Association for the Evaluation of Educational Achievement. [Online]. Tersedia: http://timssandpirls.bc.edu/timss2011/downloads/T11_IR_Mathematics_F ullBook.pdf (18 Januari 2012) Mulyana, D. (2007). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mutia (2013). Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Eliciting Activities (MEAs) dan Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) ditinjau dari Disposisi Matematis Siswa KelasVII SMP Negeri
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
207 41670.pdf
Sekota Bengkulu pada Materi Bangun Datar. Tesis, tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta. [Online]. Tersedia: http://pasca.uns.ac.id/?p=3742 (10 Mei 2014) Nathan, M. J., & Kim, S. (2007). Regulation of teacher elicitations and the impact on student participation and cognition (WCER Working Paper No. 20074). Madison: University of Wisconsin–Madison, Wisconsin Center for Education Research. [Online]. Tersedia: http://www.wcer.wisc.edu/publications/workingPapers/Working_Paper_N o_2007_04.pdf (25 Maret 2011)
BU
KA
National Council of Teachers of Mathematics, (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM. [Online]. Tersedia: http://www.fayar.net/east/teacher.web/Math/Standards/index.htm (13 Des 2010)
S
TE R
National Council of Teachers of Mathematics, (1991). Principles and Standards for School Mathematics. Professional Standards . Reston, VA: Author. [Online]. Tersedia: http://www.fayar.net/east/teacher.web/Math/Standards/index.htm (25 Desember 2010)
ER
SI
TA
National Council of Teachers of Mathematics, (1989). Principles and Standards for School Mathematics. Curriculum and evaluation standards for school mathematics . Reston, VA: Author. [on line]. Diunduh dari: http://www.fayar.net/east/teacher.web/Math/Standards/index.htm (15 Januari 2011)
U
N
IV
Permana, Y. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi, dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas melalui ModelEliciting Activities. Disertasi. PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan. Polya G. (1973). How to Solve It. A New Aspect of Mathematical Method. Second Edition. New Jersey: Princeton Press University. Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta lainnya. Bandung: Tarsito. Saija, L.M. (2012). Analyzing The Mathematical Disposition And Its Correlation With Mathematics Achievement Of Senior High School Students. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol I, No. 2, September 2012. [Online]. Tersedia: http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/…/48/23 (15 April 2013)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
208 41670.pdf
Schoenfeld, A. H. (1992). Learning to think mathematically: Problem solving, metacognition, and sense making in mathematics. In D. Grouws (Ed.), Handbook of research on mathematics teaching and learning (pp. 334370). New York: McMillan. [Online]. Tersedia: http://gse.berkeley.edu/faculty/ahschoenfeld/Schoenfeld_MathThinking.pd f (14 Maret 2011) Setyosari, P. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangannya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
TE R
BU
KA
Shadiq, F. (2007). Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting. Pusat Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Yogyakarta: Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Matematika. [Online]. Tersedia: http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2008/07/matematikamengapapenting. pdf (24 September 2012)
TA
S
Shafridla (2012). Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa melalui Pendekatan Matematik Realistik. Tesis, Universitas Negeri Medan. [Online]. Tersedia: http://digilib.unimed.ac.id/peningkatankemampuan-komunikasi-dan-disposisi-matematis-siswa-melaluipendekatan-matematik- realistic-22886.html (28 Maret 2013)
U
N
IV
ER
SI
Shuman, L.J., Clark, R., Sacre, M.B., & Yildirim, T.B.(2008). The Model Eliciting Activity (MEA) Construct: Moving Engineering Education Research Into The Classroom. Proceedings of the 9th Biennial ASME Conference on Engineering Systems Design and Analysis ESDA08 July 79, 2008. Haifa, Israel :ASME. [Online].Tersedia: http://modelsandmodeling.net/Publications_files/The%20Model%20Eliciti ng%20Activity%20%28MEA%29%20%20Construct%20Moving%20Eng ineering%20Research%20into%20the%20Classroom.pdf (20 September 2012) Sudijono, A. (2011). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sudijono, A. (2005). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sugiyono, (2002). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Sumantri, B. (1997). Model Linier Terapan, Buku III: Analisis Ragam. Jurusan Statistika FMIPA-IPB. Diterjemahkan dari: Neter, J., Wasserman, W., Kutner, M. (1990). Applied Linier Statistial Model, Third Edition, Richard D. Irwin, Inc,. Homeewood, Illinois.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
209 41670.pdf
Sumarmo, U. (2010). Berpikir dan Disposisi matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: tidak diterbitkan. Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalamRangka Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLP. Disertasi pada PPs UPIBandung: Tidak Diterbitkan.
BU
KA
Susanti, E.A., Syafmen, W., & Ramalisa, Y. (2011). Studi Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Learning Cell dan Tipe Artikulasi di Kelas VII SMPN 7 MA Jambi. Edumatika (Volume 01 Nomor 02, Oktober 2011). [Online]. Tersedia: http://online –journal.unja.ac.id
TE R
Szetela, W., & Nicol, C. (1992). Evaluating Problem Solving in Mathematics. Educational Leadership., May 1992, pp. 42-45. [Online]. Tersedia: http://web.njit.edu/~ronkowit/teaching/rubrics/samples/math_probsolv_chi cago.pdf (18 Juni 2012)
SI
TA
S
Trianto, (2011). Model Pembelajaran Terpadu. Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
ER
Uyanto, S.S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Edisi ketiga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
U
N
IV
Van de Walle, J.A. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah. Judul asli: Elementary and Middle School Mathematics, Sixth Edition. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Wahyuningrum, E. (2013). Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematik dengan MEAs. Jurnal Pendidikan. Vol. 14. No. 1, Maret 2013. ISSN 1411-1942. Tangerang Selatan: LPPM-Universitas Terbuka. Wilson, A. L. (2008). Mathematical Communication Within a Daily Small-Group Learning Environment. Summative Projects for MA Degree. Paper 31. [Online]. Tersedia: http://digitalcommons.unl.edu/mathmidsummative/31 (24 Juni 2012) Wilson, J.W., Fernandez, M.L., & Hadaway, N. (1993). Mathematical Problem Solving. Department of Mathematics Education EMAT 4600/6600. University of Georgia. [Online]. Tersedia: http://jwilson.coe.uga.edu/emt725/PSsyn.html (29 September 2010)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
210 41670.pdf
Yee, S. P. (2012). Students’ Metaphors For Mathematical Problem Solving. A dissertation submitted to the Kent State University College of Education, Health, and Human Services. Ohio: Kent State University. [Online]. Tersedia: http://etd.ohiolink.edu/view.cgi?acc_num=kent1340197978 (22 Januari 2013)
KA
Yildirim, T.P., Shuman, L., Sacre, M.B. (2010). Model Eliciting Activities: Assessing Engineering Student Problem Solving and Skill Integration Processes. Int.J. Engng Ed. Vol. 26, No.4, pp.831-845. Great Britain: TEMPUS Publications. [Online]. Tersedia: http://www.modelsandmodeling.pitt.edu/Publications_files/MEA_Ijee233 2_1.pdf (24 Maret 2012)
BU
Yusuf, P.M., (2010). Komunikasi Instruksional: teori dan praktik. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
Zbiek, RM & Conner. A.(2006). Beyond motivation: exploring mathematical modeling as a context for deepening students' understandings of curricular mathematics. Educational Studies in Mathematics, 63,89–112. [Online]. Tersedia: http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs10649-005-90024?LI=true#page-1 (15 Juni 2012)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
TA
S
TE R
BU
KA
41670.pdf
U
N
IV
ER
SI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
212 41670.pdf
Lampiran A. Instrumen Penelitian Dan Perangkat Pembelajaran Lampiran A.1.Instrumen Pengetahuan Awal Matematik Lampiran A.1.1 Kisi-Kisi Tes Pengetahuan Awal Matematik Keterangan Pokok Bahasan: [A] Bilangan ; [B]Geometri; [C]Fungsi; [D]Bentuk Aljabar; [E]Statistika; [F]Persamaan linear; [G] perbandingan Menyederhanakan bentuk akar Menyederhanakan bentuk pecahan Menginterperetasi gambar berdimensi dua dari suatu bangun ruang Menentukan n suatu himpunan pasangan terurut sebagai suatu fungsi Menentukan suatu himpunan pasangan terurut sebagai fungsi dengan domain yang diketahui Menentukan suatu himpunan sebagai suatu fungsi Menentukan kebenaran suatu penyelesaian masalah aljabar Menentukan luas bangun datar Menentukan bentuk persamaan linear dari suatu masalah Menerapkan konsep luas Menerapkan konsep luas daerah juring lingkaran Menggunakan pasangan konsep fungsi untuk menyelesaiakan masalah Menentukan nilai fungsi dari suatu grafik yang diberikan Menyelesaikan masalah yang terkait konsep rata-rata Menyelesaikan masalah dengan menggunakankonsep persen Menggunakan konsep persamaan linear untuk menyelesaikan masalah Menggunakan konsep perbandingan untuk menyelesaiakan masalah Menggunakan konsep perbandingan untuk menyelesaiakan masalah Meneyelesaikan masalah yang terkait dengan konsep persamaan garis Menyelesaikan masalah yang terkait konsep rata-rata Jumlah
15
V
17
V
20 V
6
4
TA
V V
5 6 V
SI
ER
14
11
V
12 V
19
V
6
2
V
N
IV
V
U
Pemec ahan masala h
10 13
V
S
Penera pan
No. soal 1 3
V
KA
Pemah aman
Materi pokok ∑ [A] [B] [C] [D] [E] [F] [G] V 8 V V
BU
Indikator
TE R
Aspek
7 V
A.
V V V
3
8
4
5
1
9 16 18
2 3 2
Keterangan Pokok Bahasan: [A] Bilangan ; [B]Geometri; [C]Fungsi; [D]Bentuk Aljabar; [E]Statistika; [F]Persamaan linear; [G] perbandingan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
213 41670.pdf
Lampiran A.1.2 Tes Pengetahuan Awal Matematik Tes Pengetahuan Awal Matematik KELAS VIII SMP (waktu: 60 menit) Nama : No Absen :
Sekolah Kelas
: :
TA
S
TE R
BU
KA
Petunjuk: a. Jumlah soal sebanyak 20 soal pilihan ganda. b. Waktu yang diberikan 60 menit. c. Bacalah dengan cermat setiap soal sebelum kalian menjawabnya! d. Kerjakan soal dengan cara berikut! (1) Tuliskan cara memperoleh jawaban dengan singkat dan jelas pada tempat yang disediakan! (2) Jawab langsung di tempat yang telah disediakan pada kertas soal! (3) Silang huruf A, B, C, atau D pada pilihan jawaban yang sesuai dengan jawaban Anda! e. Periksa pekerjaan kalian sebelum diserahkan kepada guru/pengawas! f. Apabila kalian menjawab salah dan ingin memperbaikinya, lingkarilah jawaban yang salah tersebut, kemudian berilah tanda silang pada pilihan jawaban lainnya yang kalian anggap benar! A
B
C
D
Diperbaiki menjadi
A
B
C
D
ER
SI
Perhatikan contoh berikut! Pilihan semula :
1
Cara memperoleh jawaban
Dibawah ini yang nilainya tidak sama dengan √ adalah …. A. √ C. √
2
Soal
U
No
N
IV
:
√ √
B. √
√
D. √
√
Dimisalkan x = 5a + 2b dan y = a – 2b. Jika diketahui x = y maka nilai a dan b berikut yang benar adalah… A. a = 0 , b = 1 C. a = 1 , b = -1
B. a = 1 , b = 0 D. a = 4 , b = 1
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
214 41670.pdf
No
Jika adalah anggota himpunan bilangan bulat positif, maka pecahan berikut yang nilainya sama dengan adalah …. A.
B.
D.
B.
C.
Q
S
M
TA
KRL
N
SI
C.
B.
ER
PNL
KLM
D. SKM
A. B. C. D.
4 6 8 10
cm
Pada diagram di samping, panjang x adalah ….cm.
10
6
U
N
IV
A.
R
L
S
̅̅̅̅̅ , ̅̅̅̅, ̅̅̅, dan ̅̅̅̅ adalah diagonal-diagonal ruang dari P balok di samping. Sudut berikut yang merupakan sudut yang K dibentuk oleh masingmasing diagonal ruang dengan sisi-sisi balok adalah sudut ….
D.
KA
Saat ini, seorang anak laki-laki usianya adalah x dan usia ayahnya adalah 3x. Jumlah usia mereka pada 10 tahun ke depan adalah…. A.
5
C.
BU
4
Cara memperoleh jawaban
TE R
3
Soal
16 cm
10 cm
x cm
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
215 41670.pdf
No 7
Soal
Cara memperoleh jawaban
Perhatikan diagram bidang segi delapan beraturan PQRSTUVW di bawah ini. Luas segitiga PQR adalah x sedangkan luas segitiga PRV adalah y (dalam satuan luas). U V
T
S
R
BU
P
KA
W
Q
(
)
)
D. (
)
Diketahui dalam 75 hari, Pak Budi telah menjual 1000 pensil yang dibeli oleh 200 siswa. Jika banyaknya pensil yang dibeli setiap siswa sama, maka banyaknya pensil yang terjual pada 250 siswa selama 75 hari adalah…. C. 1200
D. 1250
N
Pada diagram di bawah, luas daerah yang diarsir adalah ….cm2.
b cm
U
9
B. 800
IV
A. 250
ER
SI
8
B. (
TA
C. (
)
S
A.
TE R
Luas segi delapan beraturan PQRSTUVW di atas (dalam satuan luas) adalah ….
a cm
B. C.
(
)
B. ( D.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
)
216 41670.pdf
No
Soal
10
Cara memperoleh jawaban
P
a cm
Q
T
S
R
KA
X b cm
C.
D.
TA
S
B.
) ( ) dan ( Koordinat ( berurutan dari fungsi ( ) Nilai – ….
ER
SI
11
A.
B. -4
C. -1
)merupakan pasangan .
D. 4
IV
A. -7
N
*( )( )( )( ) ( )+. Diketahui Jika adalah suatu fungsi, maka nilai berikut ini yang menyebabkan F bukan fungsi adalah ….
U
13
TE R
BU
PQRS adalah persegipanjang dengan panjang b cm dan lebar a cm. T adalah titik tengah ̅̅̅̅ dan X adalah titik tengah ̅̅̅̅ . Luas daerah yang diarsir adalah …. cm2.
A. 2 14
B. 3
C. 4
D. 5
Himpunan pasangan berurutan berikut yang merupakan + adalah fungsi dengan domain * A. B. C. D.
*( *( *( *(
) ) ) )
( ( ( (
) ) ) )
( ( ( (
) ) ) )
( ( ( (
)+ )+ )+ )+
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
217 41670.pdf
No
Diketahui x dan y adalah anggota himpunan bilangan real. Himpunan berikut yang bukan merupakan fungsi adalah …. *( *( *( *(
) ) ) )
+ + + +
Sebuah garis dibuat dari titik K ke titik M. Sebuah titik R ditempatkan pada ̅̅̅̅̅ sehingga koordinat-y dari titik R adalah -2.
D. 2
S
C. 3
K
TA
B. 0
SI
Berikut ini adalah penyelesaian yang salah dari persamaan ( ) .
IV
ER
7
A. -2
TE R
Koordinat-x dari R adalah ….
KA
A. B. C. D. 16
Cara memperoleh jawaban
BU
15
Soal
(
) (
)
(
U
N
Penyelesaian:
)
… (i) ... (ii) … (iii) … (iv)
Dari penyelesaian di atas, pertama kali terjadi kesalahan ada pada baris ke …. A. (i)
B. (ii)
C. (iii)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
D. (iv)
218 41670.pdf
No 18
Soal
Cara memperoleh jawaban
Perhatikan diagram di bawah ini.
Q 15 cm 18 cm T
18 cm
S
15 cm
12 cm
BU
P
KA
12 cm
A. C.
PQR PRQ
B. D.
PST dan TQS dan
PRQ QSR
S
Perhatikan diagram di samping.. PQRS adalah persegi didalam lingkaran dengan pusat O dan jari-jarinya k cm. Luas daerah yang diarsir adalah ….
S
U
N
IV
ER
SI
TA
19
QSR dan PTS dan
TE R
Pasangan sudut berikut yang sama adalah….
P
k cm
R
O
Q
A. ( C.
)
B. ( D.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
)
219 41670.pdf
No
Soal
Cara memperoleh jawaban
20
Gambar berikut yang memiliki luas wilayah terarsir tidak sama dengan luas wilayah tidak terarsir adalah ,.,. x cm
x cm
C.
KA
B.
A.
BU
D.
45 0
TE R
x cm
U
N
IV
ER
SI
TA
S
2x cm
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
220 41670.pdf
Lampiran A.2 Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Lampiran A.2.1 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kisi-kisi Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Mata Pelajaran Jenjang/Kelas Semester
: Matematika : SMP /VIII
: Ganjil : 5 Soal / 80 menit
ER
SI
TA
2. Merencanakan penyelesaian masalah. 3. Melaksanakan penyelesaian masalah.
KA
(a) Siswa dapat mengidentifikasi kecukupan data untuk memecahkan masalah. (b) Siswa dapat membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari. Siswa dapat memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan model atau masalah matematika. (a) Siswa dapat menjelaskan proses penyelesaian. (b) Siswa dapat menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal. (a) Siswa dapat mengidentifikasi kecukupan data untuk memecahkan masalah. (b) Siswa dapat membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari. Siswa dapat memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan model atau masalah matematika (a) Siswa dapat menjelaskan proses penyelesaian masalah. (b) Siswa dapat menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal.
Nomor Soal 1,2,3
TE R
SPLDV
Indikator
S
Materi
Aspek Pemecahan Masalah yang diukur 1. Memahami masalah.
BU
Jumlah Soal / Alokasi Waktu
U
N
IV
1. Memahami masalah. Teorema Pythagoras
2. Merencanakan penyelesaian masalah. 3. Melaksanakan penyelesaian masalah.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
4,5
221 41670.pdf
Lampiran A.2.2 Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Jenjang/Kelas Waktu Pokok Bahasan
: SMP/ VIII : 80 menit : SPLDV dan Pythagoras
Nama No Absen Kelas
: : :
TE R
BU
KA
Petunjuk Kerjakan semua soal berikut pada lembar jawab yang telah disediakan. Tuliskan semua data atau informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap soal secara lengkap. Tuliskan semua langkah-langkah pengerjaan secara lengkap, runtut, dan jelas. Periksalah apakah jawabanmu sudah sesuai atau benar.
Soal 1 (SPLDV)
U
N
IV
ER
SI
TA
S
Ranti sedang mengamati suatu wilayah tempat parkir, dan setelah dihitung ternyata banyaknya becak dan motor di tempat parkir ada 70 buah. Jika diketahui jumlah roda-rodanya ada 170 buah, maka tentukan banyaknya becak dan banyaknya motor di wilayah tempat parkir tersebut.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
222 41670.pdf
Soal 2 (SPLDV)
S
TE R
BU
KA
Sebuah titik A terletak pada garis g yang persamaannya dibentuk dengan ketentuan dua kali nilai absis ditambah nilai ordinatnya sama dengan 2. Titik A tersebut juga terletak pada garis h yang persamaannya dibentuk dengan ketentuan dua kali nilai ordinat ditambah 6 sama dengan nilai absisnyanya. a. Tentukan persamaan garis g dan garis h. b. Jika garis g dan h berpotongan di titik A, tentukan koordinat titik A.
U
N
IV
ER
SI
TA
Soal 3 (SPLDV) Bayu dan Doni masing-masing mempunyai sejumlah uang. Apabila Bayu memberi Rp3.000 kepada Doni, maka banyaknya uang Doni menjadi 2 kali sisa uang Bayu (setelah Bayu memberikan uangnya Rp3.000 pada Doni). Tetapi, apabila Bayu menerima Rp1.000 dari Doni, maka uang Bayu akan menjadi 3 kali sisa uang Doni (setelah Doni memberikan uangnya Rp1.000 pada Bayu). Berapa banyaknya uang Bayu dan Doni?
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
223 41670.pdf
Soal 4 (Teorema Pythagoras)
TE R
BU
KA
Sebuah pesawat terbang menuju Bandara B yang berada di arah timur dari tempat awal keberangkatan dengan jarak 150 km. Selanjutnya pesawat tersebut bergerak ke arah Utara menuju Bandara C sejauh 200 km. Jika penerbangan pesawat tersebut berikutnya ke arah Barat sejauh 300 km untuk mengakhiri penerbangannya di Bandara D, maka tentukan jarak tempuh terpendek pesawat tersebut.
Soal 5 (Teorema Pythagoras)
U
N
IV
ER
SI
TA
S
Amir melakukan perjalanan ke sekolah dengan sepeda dan dapat memilih rute perjalanan sebagai berikut: (i) Rute pertama, melalui dua lintasan dengan kondisi jalan yang bagus yang membentuk sudut siku-siku dengan panjang lintasannya 6 km dan 8 km. (ii) Rute kedua, melalui jalan sepanjang hipotenusa dari rute (i) yang kondisi jalannya rusak. Jika kecepatan rata-rata pada jalan yang bagus adalah 20 km/jam dan pada jalan yang rusak 15 km/jam, maka tentukan lamanya perjalanan Amir ke sekolah untuk masing-masing rute tersebut dan rute mana yang paling cepat sampai ke sekolah.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
224 41670.pdf
Lampiran A.3. Instrumen Kemampuan Komunikasi Matematik Lampiran A.3.1 Kisi-kisi Soal Kemampuan Komunikasi Matematik Mata Pelajaran Jenjang/Kelas Semester
: Matematika : SMP /VIII
: Ganjil : 5 Soal / 80 menit
Jumlah Soal / Alokasi Waktu
Aspek Komunikasi yang diukur Menyatakan dan mengilustrasikan ide matematika ke dalam bentuk model matematika
Nomor Soal SPLDV a. Siswa dapat menyatakan 1a permasalahan dalam soal cerita ke dalam bentuk model matematika b. Siswa dapat menjelaskan 1b penyelesaian permasalahan dalam soal cerita SPLDV Menyatakan dan Siswa dapat menyatakan mengilustrasikan ide permasalahan yang muncul dari matematika ke dalam gambar ke dalam bentuk soal cerita 2 bentuk model dan model matematika yang matematika berkaitan dengan SPLDV dan menyelesaikannya SPLDV Menyatakan dan Siswa dapat menyatakan model 3.a mengilustrasikan ide matematika SPLDV dalam bentuk matematika ke dalam model Grafik bentuk model Siswa dapat menyatakan SPLDV matematika yang diberikan ke dalam 3.b permasalahan bentuk soal cerita dan menyelesaikannya. Dalil Menyatakan dan Siswa dapat menyatakan model Pythagoras mengilustrasikan suatu matematika dari masalah yang 4 model matematika berkaitan dengan Dalil Pythagoras menjadi bentuk ide dalam bentuk gambar dan matematika. menyelesaikannya Dalil Menyatakan dan Siswa dapat menyatakan suatu Pythagoras mengilustrasikan suatu gambar menjadi ide atau masalah 5 model matematika matematika yang berkaitan dengan menjadi bentuk ide Dalil Pythagoras dan matematika. menyelesaikannya.
BU
KA
Indikator
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
Materi
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
225 41670.pdf
Lampiran A.3.2 Soal Kemampuan Komunikasi Matematik
Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Jenjang/Kelas Waktu Pokok Bahasan
: SMP/ VIII : 80 menit : SPLDV dan Pythagoras
Nama No Absen Kelas
: : :
KA
Petunjuk Kerjakan semua soal berikut pada lembar jawab yang telah disediakan. Tuliskan semua data atau informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap soal secara lengkap. Tuliskan semua langkah-langkah pengerjaan secara lengkap, runtut, dan jelas. Periksalah apakah jawabanmu sudah sesuai atau benar.
BU
Soal nomor 1
ER
SI
TA
S
TE R
Bona menjual dua jenis kerupuk kulit dengan tingkat kekeringan masing-masing 40 % dan 60 %. Misalkan Pak Tono menjual kerupuk kulit miliknya pada agen yang menetapkan harga sebagai berikut: a. Total harga 1 kg kerupuk kulit dengan kekeringan 40 % dan 1 kg kerupuk kulit dengan tingkat kekeringan 60 % adalah Rp30.000. b. Total harga 2 kg kerupuk kulit dengan tingkat kekeringan 40 % dan 3 kg kerupuk kulit dengan tingkat kekeringan 60 % adalah Rp. 80.000,00. Bagaimanakah model matematika SPLDV dari harga kerupuk kulit di atas? Dapatkah Bona memperoleh harga jual kerupuk kulit sebesar Rp. 500.000,00 jika kerupuk kulit yang dimilikinya sebanyak 15 kg yang kering 40 % dan 20 kg yang kering 60 %? Jelaskan jawabanmu?
U
N
IV
Soal nomor 2 Toko Sporty menjual dua jenis Topi dengan harga sebagai berikut:
Rp. 22.000
Rp. 23.000
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
226 41670.pdf
a. Buatlah model matematika SPLDV dari situasi gambar di atas! b. Ceritakan gambar di atas secara tertulis dengan kalimatmu sendiri sehingga menjadi sebuah permasalahan SPLDV! Buatkan sebuah pertanyaan terkait cerita yang kamu buat, sehingga menjadi pertanyaan yang dapat dijawab dengan metode penyelesaian SPLDV! c. Selesaikan masalah yang telah kamu buat!
Soal nomor 3 Misalnya diketahui SPLDV:
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
a. Gambarlah kedua garis yang menyusun SPLDV tersebut pada diagram Cartesius! b. Buatlah soal cerita masalah sehari-hari yang sesuai dengan SPLDV tersebut! Lengkapi soal cerita tersebut dengan sebuah pertanyaan yang terkait dan selesaikan soal tersebut!
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
O
227 41670.pdf
Soal Nomor 4 Sebuah tangga disandarkan pada dinding dengan ujung atas tangga terletak 8 meter di atas lantai, sedangkan ujung bawah tangga berjarak 6 meter dari dinding. a. Ilustrasikan masalah tersebut ke dalam bentuk gambar! b. Jika panjang tangga dimisalkan dengan variable , buatkan model matematika yang sesuai dengan masalah tersebut! Dan selesaikan masalah tersebut! Soal nomor 5 Perhatikan gambar berikut. C
KA
B
TE R
BU
Sungai
A
U
N
IV
ER
SI
TA
S
Buatkan soal matematika berbentuk cerita terkait dengan gambar di atas dan selesaikan soal yang telah kalian buat!
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
228 41670.pdf
Lampiran A.4 Skala Disposisi Matematik DISPOSISI MATEMATIK Petunjuk:Tabel berikut ini berisi tentang penilaian kalian terhadap diri kalian sendiri. Mohon kalian menilai diri kalian dengan cara membubuhkan tanda silang V pada kolom yang sesuai dengan pendapat kalian. Apapun jawaban kalian tidak akan mempengaruhi nilai kalian. Oleh karena itu, isilah kolom-kolom dengan sungguh-sungguh sesuai dengan pendapat kalian tentang diri kalian sendiri. Terima kasih, karena kalian telah bersedia menjawab pertanyaan. Keterangan SS : Sering sekali
JR : Jarang
SR : Sering
TP : Sangat Jarang
: ................................................................................................
No Absen Sekolah
:................................................................................................ : ................................................................................................
10 11. 12 13. 14. 15. 16 17. 8. 19. 20. 21. 22.
BU
TE R
S
TA
SI
ER
8. 9.
IV
7.
N
2. 3. 4. 5.
Kegiatan dan pendapat Saya merasa yakin mampu menyelesaikan tugas matematik yang tidak sederhana Saya merasa ragu-ragu lulus dalam tes matematika Saya merasa takut mengemukakan alasan atau penjelasan Saya berani mengemukakan gagasan di depan teman lain Saya merasa mampu menggunakan matematika dalam masalah sehari-hari Saya berpendapat bahwa dengan belajar matematika dapat meningkatkan rasa percaya diri Saya merasa cemas ketika mengerjakan soal ujian matematika Saya berusaha mencari cara lain untuk menyelesaikan masalah matematika (selain yang sudah dihasilkan) Saya memberikan berbagai pilihan cara untuk menyelesaikan masalah Saya merasa lebih aman menggunakan cara yang sudah dikenal Saya beranggapan bahwa cara menyelesaikan masalah hanya satu Saya dapat bertahan mengerjakan tugas matematik dalam waktu yang lama Saya mudah frustasi menghadapi tugas matematik yang sulit Saya berusaha mencoba beberapa cara yang berbeda untuk memperoleh penyelesaian yang terbaik.
U
No. 1.
KA
Nama siswa
Saya memilih soal yang sudah sering diberikan Saya cepat menyerah jika mengerjakan tugas matematik yang sulit Saya mempelajari matematika dari berbagai sumber atau buku Saya menganggap belajar matematika dari beberapa buku/sumber sebagai pemborosan waktu Saya malas mencoba cara lain untuk memecahkan masalah yang baru Saya mencoba menemukan penyelesaian baru dari masalah yang ada Saya mengindari mengerjakan tugas yang kompleks
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
SS SR JR TP
229 41670.pdf
Saya suka bertanya pada diri sendiri: Apakah tugas yang dikerjakan sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan?
24.
Saya terus menyelesaikan soal tanpa mencocokkan dengan penyelesaian yang saya rencanakan semula Saya suka bertanya pada diri sendiri: Seberapa jauh perbedaan tugas yang saya kerjakan dibandingkan dengan yang telah saya rencanakan semula? Saya bersemangat menyelesaikan masalah matematika apapun Saya berusaha menyisihkan waktu untuk belajar matematika Saya manfaatkan waktu senggang untuk belajar matematika Saya berasa bosan belajar matematika Saya cepat merasa jenuh mempelajari topik matematika Saya merasa tertantang mengerjakan tugas matematik yang kompleks. Saya menerapkan konsep/prinsip matematika dalam masalah pengetahuan lain dan masalah sehari-hari Saya menghubungkan konsep matematika tertentu dengan konsepkonsep matematika lainnya. Saya merasa sukar menerapkan matematika dalam masalah seharihari Saya memandang matematika bersifat teoritik dan sukar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari Saya berpendapat bahwa matematika tidak untuk semua orang Saya berpandangan bahwa matematika membantu manusia berfikir rasional Saya memandang matematika sebagai bahasa simbol yang rumit Saya memandang matematika sebagai alat bantu menyelesaikan masalah dalam sains dan masalah sehari-hari Saya berpendapat bahwa cara berfikir matematik perlu dibudayakan Saya memandang soal pemecahan masalah matematik sebagai tugas untuk siswa pandai Saya bertanya pada diri sendiri: Benarkah pekerjaan yang saya kerjakan? Saya menghindar memikirkan tugas yang harus dikerjakan Saya bertanya pada diri sendiri: Sudahkah saya berusaha maksimal dalam belajar matematika? Saya tidak terfikir untuk memikirkan bagaimana seharusnya belajar matematika yang baik. Saya memahami perasaan teman lain yang mengalami kesulitan belajar Saya senang bekerja dan belajar dalam kelompok kecil Saya bersedia memberi kepada teman dan menerima pendapat dari teman Saya bekerja dan belajar menyendiri Saya merasa terganggu belajar bersama teman
38. 39. 40 41 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49 50
BU
TE R
S
36. 37.
TA
35.
SI
34.
ER
33.
IV
32
N
26. 27. 28. 29. 30. 31.
U
25.
KA
23.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
230 41670.pdf
Lampiran A.5 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran ke ...... Petunjuk a. Berilah tanda () pada sel yang sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu. b. Berdasarkan hasil pengamatan, tuliskan pendapat Bapak/Ibu tentang kegiatan pembelajaran ini. Hasil pengamatan No
Apek pengamatan
Ad a
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
A. Kegiatan Pendahuluan 1 Memotivasi dan memeriksa kesiapan siswa untuk belajar 2 Menjelaskankan tujuan pembelajaran 3 Memberikan apersepsi Menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan 4 dilaksanakan B. Kegiatan Inti 5 Menggunakan konteks atau masalah yang relevan Memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan 6 pembelajaran dan diskusi kelompok 7 Mengarahkan dan membimbing diskusi siswa Memotivasi siswa mengemukakan pemikirannya atau 8 menanggapi pemikiran siswa lain 9 Memotivasi dan membimbing siswa untuk bertanya Memotivasi dan membimbing siswa untuk 10 mengeksplorasi pemikiran matematiknya 11 Membimbing siswa menemukan konsep atau model Memotivasi atau membimbing siswa untuk membuat dan 12 mengemukakan contoh suatu konsep Memotivasi siswa berani mempresentasikan hasil 13 pekerjaannya pada kelas 14 Membimbing siswa memeriksa kebenaran jawabannya C. Kegiatan Penutup 15 Membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran 16 Membimbing siswa melakukan refleksi 17 Memberikan tindak lanjut Pengamat
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Kuran g
Td k
231 41670.pdf
Lampiran B. Contoh Bahan Ajar Lampiran B.1 Contoh Lembar Kerja Siswa
LKS 1
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
Kegiatan 1. Persamaan Linier Satu Variabel
KA
Masalah A. Saputangan Ani berbentuk persegi. Setelah diukur, keliling saputangan tersebut adalah 32 cm. Berapa panjang sisi saputangan Ani?
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut! 1. Pada masalah A, data yang diketahui adalah …………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………… Yang ditanyakan adalah………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………..……………………………………………………………… …………………………………. Apakah data yang diberikan sudah cukup untuk menjawab pertanyaan? Jika kurang, jelaskan jawaban kalian. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………
U
2. Tuliskan persamaan linear yang sesuai untuk masalah A.
3. Selesaikan persamaan linear yang kalian temukan.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
232 41670.pdf
Coba perhatikan persamaan yang kalian peroleh. Banyaknya variabel dalam persamaan tersebut adalah ……… Ternyata persamaan tersebut memuat hanya satu variabel dan variabelnya berpangkat satu. Persamaan tersebut namanya persamaan linear satu variabel.
TE R
BU
KA
4. Periksa kembali, apakah jawaban kalian benar pada soal nomor 3? Tuliskan cara kalian memeriksa kebenaran jawaban.
S
II. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
ER
SI
TA
Masalah B. Di toko A, Sari membeli tiga buku dan dua pulpen dengan harga Rp11.000. Di toko yang sama, Monik membeli 2 buku dan satu pulpen dengan harga Rp7.000. Berapakah harga masing-masing satu buku dan satu pulpen?
U
N
IV
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut! 1. Pada masalah B, data yang diketahui adalah…………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………… Yang ditanyakan adalah……………………………………………….. ……………………………………………………………………..…………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………… Apakah data yang diberikan sudah cukup untuk menjawab pertanyaan? Jika kurang, jelaskan jawaban kalian. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………… Apakah harga satu buku yang dibeli Sari sama dengan harga satu buku yang dibeli Monik?
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
233 41670.pdf
Harga satu buku yang dibeli Sari sama dengan harga satu buku yang dibeli Monik, begitu pula dengan harga satu pulpen. Mengapa sama?jelaskan
Harga yang dibayar oleh Sari Monik
KA
Variable harga satu Buku Pulpen
BU
Jumlah
TA
S
TE R
2. Jika harga masing-masing satu buku dan satu pulpen yang dibeli Sari sama dengan harga satu buku dan satu pulpen yang dibeli Monik, coba harga satu buku kalian lambangkan dengan huruf …......... dan harga satu pulpen kalian lambangkan dengan huruf………………….
ER
SI
Lambang-lambang yang kalian gunakan untuk menyatakan harga satu buku dan satu pulpen dalam matematika disebut variabel.
U
N
IV
Lengkapi tabel berikut yang menyatakan hubungan antara banyaknya buku dan pulpen, dan jumlah harga yang dibayar oleh Sari dan Monik. (Cantumkan variabel harga buku dan pulpen dengan lambang yang kalian gunakan pada pertanyaan a) Persamaan yang menyatakan hubungan antara jumlah harga buku dan pulpen yang dibayar Sari (pada tabel) dengan jumlah rupiah yang dibayar Sari pada masalah B adalah ………………………………………………,
persamaan pertama
Persamaan yang menyatakan hubungan antara jumlah harga buku dan pulpen yang dibayar Monik (pada tabel) dengan jumlah rupiah yang dibayar Monik pada masalah B adalah ………………………………………………,
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
persamaan kedua
234 41670.pdf
Dalam matematika umumnya persamaan-persamaan dalam SPLDV menggunakan variable x dan y. Kalian dapat misalkan harga buku dilambangkan dengan variabel x dan harga pulpen dilambangkan dengan variabel y.
BU
KA
Tuliskan kembali kedua persamaan tersebut dengan menggunakan variabel x dan y.
TA
S
TE R
Menurut kalian apakah nilai x dan nilai y pada kedua persamaan tersebut juga sama? Mengapa?
IV
ER
SI
Karena nilai x dan nilai y pada kedua persamaan tersebut sama, maka kedua persamaan tersebut membentuk sistem persamaan linear dua variabel.
U
N
Disebut dua variabel karena ……………………………………………………………. Disebut linier karena ………………………………………………………………………… 3. Misalkan harga satu buku adalah Rp3000 sedangkan harga satu pulpen adalah Rp1000. Dengan harga satu buku Rp3000 dan harga satu pulpen Rp1000, periksa apakah benar jumlah uang yang dibayar oleh Sari Rp11.000?
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
235 41670.pdf
Periksa, apakah benar yang dibayar oleh Monik Rp7000?
Jika benar, ini menunjukkan bahwa pasangan bilangan untuk (x,y) yaitu (3000, 1000) adalah penyelesaian/solusi dari masalah B.
KA
Berikutnya, kalian dapat periksa apakah harga satu buku Rp800 dan harga satu pulpen Rp1500 bukan penyelesaian dari sistem persamaan linear tersebut. Mengapa? Uraikan jawaban kalian.
TA
S
TE R
BU
4. Apa yang dimaksud dengan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variable?
U
N
IV
ER
SI
Bagaimana kalian dapat mengetahui bahwa suatu pasangan bilangan adalah penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variable? Jelaskan jawaban kalian.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
236 41670.pdf
Soal latihan 1. Susunlah sistem persamaan linear dari permasalahan berikut! a. Harga satu topi dan satu kaca mata adalah Rp20.000 dan harga dua topi dan satu kaca mata adalah Rp35.000. b. Jumlah dua bilangan adalah 11 dan selisih kedua bilangan tiga. 2. Selidiki apakah pasangan bilangan berikut adalah solusi dari sistem persamaan linear dua variabel pada soal nomor 1 di atas! Uraikan jawaban kalian!
BU
b. Pasangan bilangan untuk (bilangan pertama, bilangan kedua) adalah (7,4).
KA
a. Pasangan bilangan untuk (harga satu topi, harga satu kaca mata) adalah (15000,5000).
TE R
3. Suatu sistem persamaan liniear dua variabel (SPLDV) dibentuk oleh dua persamaan berikut.
S
2x + y = 20 x + y = 14
U
N
IV
ER
SI
TA
Buatkan cerita yang sesuai dengan SPLDV di atas!
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
237 41670.pdf
LKS 2
Menyelesaikan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) dengan Metode Grafik
Pada bidang koordinat, komponen-x dinamakan absis dan komponen-y dinamakan ordinat. Dengan demikian absis dilambangkan dengan variabel x dan ordinat dilambangkan dengan variabel y.
TE R
BU
KA
Masalah A. Garis g dan garis k adalah grafik dari persamaan yang menggambarkan hubungan antara absis dan ordinat. Hubungan yang digambarkan oleh persamaan garis g adalah jumlah absis dan ordinat sama dengan lima. Hubungan yang digambarkan oleh persamaan garis k adalah dua kali absis dikurangi dengan ordinat sama dengan negatif dua. Jika persamaan garis g dan garis k membentuk sistem persamaan linier tentukan penyelesaiannya.
g:
…………………………………..
ER
SI
Persamaan garis
TA
S
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut! 1. Tuliskan SPLDV sesuai dengan masalah A!
k:
…………………………………..
U
N
IV
Persamaan garis
2. Tentukan koordinat titik perpotongan garis g dan garis k . Cara menentukan titik perpotongan garis g dan garis k adalah dengan menggambarkan grafik garis setiap persamaan pada bidang koordinat. Menggambar garis akan mudah jika memperhatikan titik potong garis terhadap sumbu X dan sumbu Y, yaitu dengan ketentuan: Suatu garis memotong sumbu X, jika y = 0. Suatu garis memotong sumbu Y, jika x = 0.
Persamaan garis g adalah ………………………………………………… Titik potong garis g pada sumbu Y, maka x = 0, sehingga diperoleh nilai y = …... .
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
238 41670.pdf
Titik potongnya adalah (……,……) Titik potong garis g pada sumbu X, maka y = 0, sehingga diperoleh nilai y = …... . Titik potongnya adalah (……,……) Lengkapi tabel berikut x 0
y 0
(x , y) (0,……) (……,0)
KA
Persamaan garis k adalah ……………………………………………… Titik potong garis g pada sumbu Y, maka x = 0, sehingga diperoleh nilai y = …... . Titik potongnya adalah (……,……)
TE R
BU
Titik potong garis g pada sumbu X, maka y = 0, sehingga diperoleh nilai y = …... Titik potongnya adalah (……,……) Lengkapi tabel berikut. Jika y = 0, maka nilai x = ……... x y (x , y) Tuliskan koordinatnya. 0 (0,……) 0 (……,0)
TA
S
Kalian bisa menambahkan koordinat titik selain untuk x = 0 atau y = 0. Gambarkan garis g dan garis k pada bidang koordinat di bawah.
U
N
IV
ER
SI
.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
O
239 41670.pdf
3. Garis g dan garis k berpotongan pada satu titik. Tuliskan koordinat titik potong kedua garis tersebut!
g
k
Titik perpotongan garis dan garis pada bidang koordinat yaitu (x,y) adalah penyelesaian dari SPLDV yang dibentuk oleh persamaan
KA
g dan persamaan garis k .
BU
garis
TE R
4. Gantilah variabel x dan variabel y pada SPLDV yang kalian peroleh pada pertanyaan nomor 2 masing-masing dengan absis (nilai x) dan ordinat (nilai y) dari koordinat titik potong yang kalian peroleh pada pertanyaan nomor 3!
U
N
IV
ER
SI
TA
S
Periksalah, apakah penggantian variabel x dan y dengan nilai absis dan ordinat koordinat titik potong menyebabkan kedua persamaan bernilai benar?
Jika penggantian variabel x dan y dengan nilai absis dan ordinat koordinat titik potong menyebabkan kedua persamaan bernilai benar maka koordinat
g
k
titik potong garis dan garis yang dinyatakan dengan pasangan terurut (x,y) merupakan penyelsaian SPLDV yang kalian peroleh pada pertanyaan nomor 2. Titik potong kedua garis disebut juga titik persekutuan dari titik-titik kedua garis yang berpotongan.
Metode yang digunakan untuk menentukan penyelesaian SPLDV dengan mencari titik potong grafik-grafik persamaan linear pembentuknya disebut metode grafik. Himpunan solusi sistem persamaan *( )+. linier pada masalah A dapat ditulis dalam bentuk
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
240 41670.pdf
Masalah B Sistem persamaan linier dua variabel dibentuk oleh dua persamaan berikut.
TE R
BU
KA
1. Buatlah grafik sistem persamaan linier di atas.
ER
SI
TA
S
O
U
N
IV
2. Perhatikan grafik yang kalian peroleh. Bagaimana kedudukan kedua garis tersebut? Adakah titik persekutuan dari kedua garis tersebut? Ada berapa banyak titik persekutuannya? Apakah sistem persamaan linier tersebut mempunyai penyelesaian? Jelaskan. Petunjuk: Ingat kembali bahwa koordinat titik potong atau titik persekutuan garis-garis dari sistem persamaan linier merupakan penyelesaian sistem persamaan linier tersebut.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
241 41670.pdf
Persamaan-persamaan pembentuk sistem persamaan linier dengan solusi atau penyelesaian yang banyaknya tak hingga disebut persamaanpersamaan yang saling bergantung. Oleh karena itu penyelesaiannya adalah semua titik pada grafik garis persamaan tersebut, dan himpunan penyelesaian sistem persamaan linier pada masalah B dapat ditulis *(
)
+ atau *(
)
+
3. Dengan hanya memperhatikan grafik-grafiknya, bagaimana kalian mengetahui bahwa suatu sistem persamaan linier mempunyai penyelesaian yang tak
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
hingga banyaknya?
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
242 41670.pdf
Masalah C Sistem persamaan linier dua variabel
dibentuk oleh dua persamaan berikut.
BU
SI
TA
S
TE R
O
KA
1. Buatlah grafik sistem persamaan linier tersebut.
U
N
IV
ER
2. Perhatikan grafik garisyang kalian peroleh. Bagaimana kedudukan kedua garis tersebut? Adakah titik persekutuan dari kedua garis tersebut? Apakah sistem persamaan linier tersebut mempunyai penyelesaian? Jelaskan.
3. Perhatikan bahwa grafik garis dari sistem persamaan linier di atas tak mempunyai titik persekutuan atau tidak mempunyai penyelesaian. Dengan memperhatikan grafik-grafiknya, bagaimana kalian dapat mengetahui bahwa suatu sistem persamaan linier tidak mempunyai penyelesaian? Jelaskan.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
243 41670.pdf
Sistem persamaan linier yang tidak mempunyai penyelesaian disebut sistem persamaan linier yang tidak konsisten. Himpunan penyelesaian sistem persamaan linier yang demikian adalah himpunan kosong dan dinotasikan dengan { } atau . Sedangkan sistem persamaan linier yang mempunyai tepat satu penyelesaian atau mempunyai takhingga penyelesaian disebut sebagai sistem persamaan linier yang konsisten.
Latihan
TE R
BU
KA
1. Dengan memperhatikan kedudukan grafik garis kedua persamaan pembentuk SPLDV, bagaimana kalian mengetahui bahwa SPLDV mempunyai penyelesaian: a. hanya satu b. tidak terhingga banyaknya, dan c. tidak ada.
U
N
IV
ER
SI
TA
S
2. Garis h dan garis f adalah grafik dari persamaan yang menggambarkan hubungan antara absis dan ordinat. Hubungan yang digambarkan oleh persamaan garis h adalah jumlah absis dan dua kali ordinat sama dengan lima. Hubungan yang digambarkan oleh persamaan garis f adalah dua kali absis ditambah dengan empat kali ordinat sama dengan sepuluh. Jika persamaan garis h dan garis f membentuk sistem persamaan linier, a. gambarkan grafik garisnya pada bidang koordinat, b. tentukan penyelesaiannya.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
244 41670.pdf
Lampiran B.2 Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 1)
:
Matematika
Kelas
:
VIII (SMP)
Alokasi Waktu
:
4 × 40 menit
Topik
:
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
KA
Mata Pelajaran
BU
A. Standar Kompetensi
TE R
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar
S
1. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel.
SI
C. Tujuan Pembelajaran
TA
2. Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan SPLDV.
ER
Untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematik siswa yaitu:
IV
1. memodelkan masalah kontekstual persamaan linear;
U
N
2. memecahkan masalah kontekstual persamaan linear; 3. menjelaskan pengertian SPLDV, 4. membedakan antara SPLDV dan bukan SPLDV; 5. memodelkan masalah kontekstual SPLDV; 6. memecahkan masalah kontekstual SPLDV; 7. menginterpretasikan suatu penyelesaian system persamaan linear dua variable; 8. membuat cerita dari suatu SPLDV yang diberikan. D. Strategi Pembelajaran Pembelajaran ini adalah pembelajaran kontekstual yang dilaksanakan dengan strategi MEAs (Model Eliciting Activities).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
245 41670.pdf
E. Media Pembelajaran Media yang digunakan siswa dalam pembelajaran ini adalah Lembar Kerja Siswa (LKS 1) untuk mengarahkan aktivitas siswa. F. Materi Pembelajaran Pengantar sistem persamaan linear dua variable G. Kegiatan Pembelajaran Garis besar kegiatan pembelajaran terdiri atas tiga bagian secara berurutan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Penjelasan rinci dari
KA
setiap tahapan kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut. Kegiatan Awal
BU
a. Apersepsi: Siswa diberikan beberapa masalah kontekstual yang dapat
TE R
dimodelkan dengan persamaan satu variable. Melalui tanya jawab, siswa menentukan model dan menyelesaikannya dengan menggunakan prinsipprinsip yang berlaku. tujuan
pembelajaran
TA
tentang
S
b. Penyampaian tujuan pembelajaran: Siswa mendengarkan penjelasan guru
yaitu
mengembangkan
kemampuan
SI
komunikasi matematik dan kemampuan pemecahan masalah matematik.
ER
Kemampuan dikembangkan melalui kegiatan yang terkait dengan konsep permasalahan SPLDV yaitu melatih kemampuan memecahkan masalah,
IV
memodelkan,
menginterpretasikan,
memberikan
argument,
dan
U
N
mengembangkan soal cerita dengan mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.. Kegiatan untuk mengembangkan kemampuan tersebut dilakukan melalui kegiatan mengeksplorasi dan memecahkan masalah kontekstual yang dituangkan di dalam LKS. c. Penjelasan tentang pembelajaran kontekstual yang akan dilaksanakan
dengan strategi pembelajaran Model Eliciting Activities (MEAs). Siswa bertanya, menjawab dan berargumen untuk merespon penjelasan Guru tentang strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu pembelajaran kontekstual dengan strategi pembelajaran MEAs. d. Persiapan. Guru mempersiapkan kelompok siswa (setiap kelompok terdiri
dari 3-4 siswa) dan mendistribusikan LKS untuk setiap siswa. Siswa
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
246 41670.pdf
sekilas mempelajari LKS yang diberikan dan mempersiapkan diri, alat tulis untuk bekerja/berdiskusi dalam kelompok 2. Kegiatan Inti Dalam diskusi kelas siswa bertanya, menjawab dan berargumen untuk merespon masalah yang disampaikan Guru terkait dengan konsep persamaan linear satu variabel, persamaan linear dua variabel dan persamaan satu atau dua variabel yang tidak linear. Tujuan agar siswa dapat membedakan ketiga bentuk persamaan tersebut.
KA
a. Siswa bertanya, menjawab dan berargumen untuk merespon yang disampaikan Guru tentang materi LKS. Dengan demikian, dapat diketahui
BU
apakah sebagian besar siswa telah memahami tugasnya mempelajari
TE R
masalah yang ada di LKS.
Siswa secara mandiri dengan bimbingan guru mempelajari dan mencoba menyelesaikan LKS. Siswa mempelajari LKS dengan menggali informasi
S
yang ada pada masalah tersebut terutama mengidentifikasi data (apa yang
TA
diketahui, diperlukan dan tidak diperlukan), apa yang ditanyakan,
SI
bagaimana menyelesaikannya dan konsep terkait apa saja yang diperlukan.
ER
Siswa mengkaitkan pengetahuan yang telah dimiliki, konsep persamaan garis dan penyelesaian persamaan garis. Kegiatan mandiri siswa ini
IV
merupakan tahapan awal pembelajaran dengan strategi Model Eliciting
U
N
Activities (MEAs). b. Siswa berdiskusi dalam kelompok mempelajari masalah yang ada di LKS. Dalam diskusi kelompok (dengan berbekal pengetahuan yang diperoleh saat kerja mandiri) siswa mempelajari LKS dengan menggali informasi yang ada pada masalah tersebut terutama mengidentifikasi data (apa yang diketahui, diperlukan dan tidak diperlukan), apa yang ditanyakan, bagaimana memodelkan permasalahan, bagaimana menyelesaikannya dan konsep terkait apa saja yang diperlukan. Siswa menyelesaikan tugas di LKS
yang
menggiring
pada
penyelesaiannya.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
pemahaman
konsep
SPLDV
dan
247 41670.pdf
Di awal, siswa (dengan bimbingan guru) mengidentifikasi data (apa yang diketahui, diperlukan dan tidak diperlukan), apa yang ditanyakan, bagaimana memodelkan permasalahan, bagaimana menyelesaikannya, konsep terkait apa saja yang diperlukan, dan menginterpretasikan hasil penyelesaian masalah A. Masalah A digunakan untuk melatih kemampuan
komunikasi matematik dan kemampuan pemecahan
masalah matematik yang terkait dengan persamaan linear satu variable. Hasil pekerjaan siswa terhadap masalah A akan bermanfaat bagi siswa
KA
untuk mengetahui perbedaan antara masalah persamaan linear satu dengan dua variable.
Kegiatan selanjutnya siswa mengidentifikasi data (apa yang diketahui,
BU
TE R
diperlukan dan tidak diperlukan), apa yang ditanyakan, bagaimana memodelkan permasalahan, konsep terkait apa saja yang diperlukan, memecahkan masalah, dan menginterpretasi penyelesaian pada
S
masalah B. Masalah B terkait dengan konsep persamaan linear dua
TA
variabel. Akhir dari pekerjaan siswa terhadap masalah B akan
SI
bermuara pada kegiatan siswa untuk memahami apa yang dimaksud
ER
dengan SPLDV. Melalui masalah B siswa bertahap membangun konsep SPLDV.
Siswa dimotivasi oleh Guru untuk menyampaikan mengajukan dan
IV
U
N
menjawab pertanyaan yang disertai dengan argumennya. Keterlibatan siswa dalam diskusi bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematik dan pemecahan masalah matematik siswa.
c. Hasil pekerjaan kelompok selanjutnya dipresentasikan (dalam diskusi kelas untuk memperoleh tanggapan, masukan bagi perbaikan hasil kerja kelompok, Secara bergantian kelompok (bagi kelompok yang memiliki jawaban bervariasi) mempresentasikan hasil kerja mereka. Materi yang dipresentasikan didiskusikan oleh kelas. Sebagai fasilitator, guru memotivasi siswa untuk bertanya, menjawab dan berargumen sehingga diskusi dapat terjadi secara kondusif.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
248 41670.pdf
Setelah mempresentasikan dan mendapat masukan perbaikan siswa kembali berdiskusi dalam kelompok untuk: memperbaiki pekerjaan kelompok, mengecek kembali kebenaran pekerjaannya (kebenaran representasi dan pemecahan masalahnya), membuat dokumen pekerjaan kelompok untuk di kumpulkan/ diposterkan. 3. Kegiatan Penutup
KA
Siswa dengan bimbingan guru berdiskusi kelas menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
BU
a. Siswa dengan bimbingan guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran
TE R
yang telah dilakukan, terkait dengan pemahaman konsep siswa dan aspek pembelajaran sebagai bahan masukan perbaikan pembelajaran berikutnya. Siswa merefleksi dengan menyampaikan pemahaman konsepnya serta
S
keunggulan dan kelemahan pembelajaran.
TA
b. Siswa dihadapkan pada soal yang berfungsi untuk memperkuat
SI
pemahaman. Hal ini berguna juga bagi guru untuk memeriksa kemampuan
ER
komunikasi dan memecahkan masalah matematik siswa. c. Setiap siswa memastikan dirinya telah mendokumentasikan hasil
IV
pekerjaan (pekerjaan individu yang dikerjakan secara kelompok) untuk
U
N
dirinya.
H. Evaluasi Pembelajaran Kemajuan kemampuan siswa dievaluasi selama proses pembelajaran. Saat siswa berdiskusi dan mempresentasikan hasil, adalah kesempatan siswa menunjukkan kemampuannya, dan evaluasi yang dilakukan saat kegiatan tersebut akan memberikan informasi tentang kemajuan siswa. Evaluasi juga dilakukan melalui penyelesaian soal seperti yang diberikan pada kegiatan penutup.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
249 41670.pdf
Sumber: Adinawan, M.C. dan Sugijono, (2006). Matematika untuk SMPKelas VIII, jilid 2A, semester 1. Jakarta: Erlangga Sabandar, J., (2009). Matematika untuk SMP/MTsN Kelas VIII. Jakarta: Bumi Aksara. Sukino dan Mangunsong, W., (2006). Matematika untuk SMPKelas VIII, jilid 2. Jakarta: Erlangga
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
Ulep, S.A, dkk, (2000). Sourcebook on Practical Work for Teacher Trainers. High School. Mathematics I & II. Volume 1. Philippines, Quezon: Science and Mathematics Education Manpower Development Project (SMEMDP).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
250 41670.pdf
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 2) Mata Pelajaran Kelas Alokasi Waktu Topik
: : : :
Matematika VIII (SMP) 4 × 40 menit Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dengan metode grafik
A. Standar Kompetensi
KA
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.
BU
B. Kompetensi Dasar
TE R
1. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel. 2. Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan SPLDV. C. Tujuan Pembelajaran
TA
matematik siswa yaitu:
S
Untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah
SI
1. memodelkan masalah kontekstual SPLDV; SPLDV;
ER
2. menggambarkan grafik garis dari persamaan-persamaan linier pembentuk
IV
3. menentukan penyelesaian masalah kontekstual dengan metode grafik;
U
N
4. menginterpretasi banyaknya penyelesaian suatu SPLDV berdasarkan grafiknya;
5. menginterpretasi banyaknya penyelesaian suatu SPLDV berdasarkan gradien dan intercep persamaan garisnya. D. Strategi Pembelajaran Pembelajaran ini adalah pembelajaran kontekstual yang dilaksanakan dengan strategi MEAs (Model Eliciting Activities). E. Media Pembelajaran Media yang digunakan siswa dalam pembelajaran ini adalah Lembar Kerja Siswa (LKS 2 dan 3) untuk mengarahkan aktivitas siswa. F. Materi Pembelajaran
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
251 41670.pdf
Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode grafik. G. Kegiatan Pembelajaran Garis besar kegiatan pembelajaran terdiri atas tiga bagian secara berurutan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Penjelasan rinci dari setiap tahapan kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut. Kegiatan Awal a. Apersepsi: Siswa mengingat kembali tentang: persamaan garis, gradient
dan intercept melalui kegiatan mengubah suatu persamaan garis kebentuk menentukan
gradient
dan
intercept
KA
;
dengan
memperhatikan nilai m dan c suatu persamaan garis; cara menempatkan
BU
koordinat suatu titik pada bidang koordinat; menentukan absis dan ordinat
TE R
suatu titik pada bidang koordinat; dan cara menggambar grafik garis suatu persamaan linier pada bidang koordinat.
b. Penyampaian tujuan pembelajaran: Siswa mendengarkan penjelasan guru
pembelajaran
S
tujuan
yaitu
mengembangkan
kemampuan
TA
tentang
komunikasi matematik dan kemampuan pemecahan masalah matematik.
SI
Kemampuan dikembangkan melalui kegiatan yang terkait dengan konsep
ER
permasalahan SPLDV yaitu melatih kemampuan memecahkan masalah, memodelkan,
menginterpretasikan,
memberikan
argument,
dan
IV
mengembangkan soal cerita dengan mengaitkan pengetahuan yang telah
U
N
dimiliki siswa.. Kegiatan untuk mengembangkan kemampuan tersebut dilakukan melalui kegiatan mengeksplorasi dan memecahkan masalah kontekstual yang dituangkan di dalam LKS 2. Siswa diberikan beberapa masalah kontekstual SPLDV yang dapat dimodelkan dan diselesaikan dengan metode grafik. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menentukan model dan menyelesaikannya dengan menggunakan prinsipprinsip yang terkait dengan grafik garis pada bidang koordinat. c. Persiapan. Siswa bergabung dalam kelompoknya dan sekilas mempelajari
LKS yang diberikan. 2. Kegiatan Inti
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
252 41670.pdf
Dalam diskusi kelas siswa bertanya, menjawab dan berargumen untuk merespon masalah yang disampaikan Guru terkait dengan penyelesaian SPLDV dengan metode grafik. Tujuan agar siswa dapat menentukan penyelesaian SPLDV dengan metode grafik.
d. Siswa bertanya, menjawab dan memberikan pendapat untuk merespon penjelasan Guru tentang materi LKS. Dengan demikian, dapat diketahui apakah sebagian besar siswa telah memahami tugasnya mempelajari masalah yang ada di
LKS.
KA
Siswa secara mandiri dengan bimbingan guru mempelajari dan mencoba menyelesaikan LKS. Siswa mempelajari LKS dengan menggali informasi
BU
yang ada pada masalah tersebut terutama mengidentifikasi data (apa yang
TE R
diketahui, diperlukan dan tidak diperlukan), apa yang ditanyakan, bagaimana menyelesaikannya dan konsep terkait apa saja yang diperlukan. Siswa mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki yaitu cara menggambar
S
grafik persamaan garis pada bidang koordinat dengan masalah yang akan
TA
diselesaikan. Kegiatan mandiri siswa ini merupakan tahapan awal
SI
pembelajaran dengan strategi Model Eliciting Activities (MEAs).
ER
e. Siswa berdiskusi dalam kelompok mempelajari masalah yang ada di LKS 2. Dalam diskusi kelompok (dengan berbekal pengetahuan yang diperoleh
IV
saat kerja mandiri) siswa mempelajari LKS dengan menggali informasi
N
yang ada pada masalah tersebut terutama mengidentifikasi data (apa yang
U
diketahui, diperlukan dan tidak diperlukan), apa yang ditanyakan, bagaimana memodelkan permasalahan, bagaimana menyelesaikannya dan konsep terkait apa saja yang diperlukan. Siswa menyelesaikan tugas di LKS yang menggiringnya pada pemahaman bagaimana menyelesaikan masalah SPLDV dengan metode grafik.
Masalah A digunakan untuk melatih kemampuan:
komunikasi
matematik yaitu menjelaskan apa yang dipahami terkait dengan masalah A dan membuat model matematika untuk masalah A; dan kemampuan pemecahan masalah matematik. Hasil pekerjaan siswa terhadap masalah A akan bermanfaat bagi siswa untuk mengetahui
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
253 41670.pdf
bagaimana menentukan penyelesaian masalah SPLDV dengan metode grafik.
Kegiatan selanjutnya siswa mengeksplorasi masalah B. Masalah B terkait dengan SPLDV yang memiliki penyelesaian tak terhingga banyaknya. Akhir dari pekerjaan siswa terhadap masalah B akan bermuara pada pemahaman siswa tentang Asosiasi kedudukan grafik garis dari kedua persamaan pembentuk SPLDV yang saling berhimpit dengan banyaknya penyelesaian SPLDV tersebut yang tak
KA
terhingga banyaknya.
Kegiatan selanjutnya siswa mengeksplorasi masalah C. Masalah C
BU
terkait dengan SPLDV yang tidak memiliki penyelesaian. Akhir dari
TE R
pekerjaan siswa terhadap masalah C akan bermuara pada pemahaman siswa tentang Asosiasi kedudukan grafik garis dari kedua persamaan pembentuk SPLDV yang sejajar dengan tidak
S
adanya penyelesaian dari SPLDV tersebut.
TA
Setelah siswa dapat menentukan penyelesaian dari beberapa macam
SI
SPLDV dengan metode grafik, siswa bekerja pada LKS 3 untuk
ER
memahami Asosiasi antara gradien dan intercep setiap persamaan garis pembentuk SPLDV dengan banyaknya penyelesaian SPLDV
IV
tersebut. Melalui kegiatan ini, siswa diharapkan dapat mengetahui
U
N
banyaknya penyelesaian SPLDV dengan hanya memperhatikan
gradien dan intercep setiap persamaan garisnya. Selama proses pembelajaran siswa dimotivasi oleh Guru untuk menyampaikan mengajukan dan menjawab pertanyaan yang disertai dengan penyampaian pendapatnya. Keterlibatan siswa dalam diskusi bermanfaat
untuk
mengembangkan
kemampuan
komunikasi
matematik dan pemecahan masalah matematik siswa. f. Hasil pekerjaan kelompok selanjutnya dipresentasikan (dalam diskusi kelas untuk memperoleh tanggapan, masukan bagi perbaikan hasil kerja kelompok, Secara bergantian kelompok (bagi kelompok yang memiliki jawaban bervariasi) mempresentasikan hasil kerja mereka. Materi yang
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
254 41670.pdf
dipresentasikan didiskusikan oleh kelas. Sebagai fasilitator, guru memotivasi siswa untuk bertanya, menjawab dan berargumen sehingga diskusi dapat terjadi secara kondusif. Setelah mempresentasikan dan mendapat masukan perbaikan siswa kembali berdiskusi dalam kelompok untuk: memperbaiki pekerjaan kelompok, mengecek kembali kebenaran pekerjaannya (kebenaran representasi dan pemecahan masalahnya),
KA
membuat dokumen pekerjaan kelompok untuk di kumpulkan. 3. Kegiatan Penutup
BU
Siswa dengan bimbingan guru berdiskusi kelas menyimpulkan materi yang telah
TE R
dipelajari.
d. Siswa dengan bimbingan guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan, terkait dengan pemahaman konsep siswa dan aspek
S
pembelajaran sebagai bahan masukan perbaikan pembelajaran berikutnya.
TA
Siswa merefleksi dengan menyampaikan pemahaman konsepnya melalui
SI
diskusi uantuk menyimpulkan materi pelajaran.
ER
e. Siswa dihadapkan pada soal yang berfungsi untuk memperkuat pemahaman. Hal ini berguna juga bagi guru untuk memeriksa kemampuan
IV
komunikasi dan memecahkan masalah matematik siswa.
U
N
f. Setiap siswa memastikan dirinya telah mendokumentasikan hasil pekerjaan (pekerjaan individu yang dikerjakan secara kelompok) untuk dirinya. H. Evaluasi Pembelajaran Kemajuan kemampuan siswa dievaluasi selama proses pembelajaran. Saat siswa berdiskusi dan mempresentasikan hasil, adalah kesempatan siswa menunjukkan kemampuannya, dan evaluasi yang dilakukan saat kegiatan tersebut akan memberikan informasi tentang kemajuan siswa. Evaluasi juga dilakukan melalui penyelesaian soal seperti yang diberikan pada kegiatan penutup.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
255 41670.pdf
Sumber: Adinawan, M.C. dan Sugijono, (2006). Matematika untuk SMPKelas VIII, jilid 2A, semester 1. Jakarta: Erlangga Sabandar, J., (2009). Matematika untuk SMP/MTsN Kelas VIII. Jakarta: Bumi Aksara. Sukino dan Mangunsong, W., (2006). Matematika untuk SMPKelas VIII, jilid 2. Jakarta: Erlangga
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
Ulep, S.A, dkk, (2000). Sourcebook on Practical Work for Teacher Trainers. High School. Mathematics I & II. Volume 1. Philippines, Quezon: Science and Mathematics Education Manpower Development Project (SMEMDP).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
256 41670.pdf
Lampiran C. Format, Hasil Penilaian dan Analisis Validasi Isi Lampiran C.1. Format Penilaian Validasi Isi Format Penilaian Validitas Isi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
KA
Bapak/Ibu yang terhormat mohon kiranya kesediaannya untuk memberikan penilaian terhadap validitas isi dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini dengan memberikan tanda silang (X) pada tabel berikut. Saran perbaikan Bapak/Ibu terhadap RPP mohon kiranya dapat dituliskan pada lembar RPP. Atas kesediaan Bapak / Ibu saya sampaikan terima kasih.
No
Aspek yang dinilai
1
Kesesuaian materi RPP dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan pokok bahasan persamaan linier dua variabel Kesesuaian prosedur pembelajaran dalam RPP dengan materi dan waktu Kesesuaian muatan materi pembelajaran dalam RPP dengan tingkat pemahamansiswa Kesesuaian prosedur dan materi pembelajaran dalam RPP dengan strategi MEAs Kesesuaian prosedur dan materi pembelajaran dalam RPP dengan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik.
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
TE R
S
U
N
5
4
Kurang
IV
4
ER
SI
3
Cukup
Sangat Baik Baik
TA
2
BU
Kriteria
Penilaian umum Bapak/Ibu terhadap instrumen mohon diberikan dengan menetapkan bahwa RPP ini (tidak dapat/dapat digunakan) dengan (tanpa revisi/revisi kecil/revisi besar).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
257 41670.pdf
Format Penilaian Validitas Isi Lembar Kerja Siswa Bapak/Ibu yang terhormat mohon kiranya kesediaannya untuk memberikan penilaian terhadap validitas isi dari Lembar Kerja Siswa ini dengan memberikan tanda silang (X) pada tabel berikut. Saran perbaikan Bapak/Ibu terhadap Lembar Kerja Siswa mohon kiranya dapat dituliskan pada lembar LKS. Atas kesediaan Bapak / Ibu saya sampaikan terima kasih.
Kriteria No
Aspek yang dinilai
1
Kesesuaian materi LKS dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan pokok bahasan persamaan linier dua variabel Kesesuaian prosedur dalam LKS dengan materi dan waktu Kesesuaian muatan materi dalam LKS dengan tingkat pemahaman siswa Kesesuaian prosedur dan materi LKS dengan strategi MEAs Kesesuaian prosedur dan materi LKS dengan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik.
Kurang
BU
KA Cukup
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
TE R
4
IV
ER
5
S
4
TA
3
SI
2
Sangat Baik Baik
U
N
Penilaian umum Bapak/Ibu terhadap instrumen mohon diberikan dengan menetapkan bahwa LKS ini (tidak dapat/dapat digunakan) dengan (tanpa revisi/revisi kecil/revisi besar).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
258 41670.pdf
Format Penilaian Validitas Isi Perangkat Tes Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Bapak/Ibu yang terhormat, mohon kiranya kesediaannya untuk memberikan penilaian terhadap validitas isi dari Tes Pemecahan Masalah Matematik ini dengan memberikan tanda silang (X) pada tabel berikut. Saran perbaikan Bapak/Ibu terhadap butir-butir soal mohon dituliskan pada lembar soal. Atas kesediaan Bapak / Ibu saya sampaikan terima kasih.
4
S
5 6
KA
3
BU
1 2
Kriteria Sangat Baik Cukup Kesesuaian isi dengan kompetensi dasar 4 3 2 Kesesuaian konstruksi soal dengan 4 3 2 kemampuan yang ingin diukur Kesesuaian tata bahasa dengan 4 3 2 pemahaman siswa Kesesuaian data pada soal dengan 4 3 2 pertanyaan Tingkat kesukaran soal 4 3 2 Kesesuaian waktu dengan bobot soal 4 3 2 Aspek yang dinilai
TE R
No
Kurang 1 1 1 1 1 1
U
N
IV
ER
SI
TA
Penilaian umum Bapak/Ibu terhadap instrumen mohon diberikan dengan menetapkan apakah Perangkat Tes Pemecahan Masalah Matematik ini (tidak dapat/dapat digunakan) dengan (tanpa revisi/revisi kecil/revisi besar).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
259 41670.pdf
Lampiran C.2. Analisis Validasi Isi Hasil validasi isi dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji statistik yaitu uji beda rerata yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil penilaian validitas isi yang diberikan para penilai. Penggunaan uji statistik disesuaikan dengan karakteristik data yang mencakup kenormalan dan kehomogenan ragam data. Beberapa uji statistik untuk uji beda rerata penggunaannya mensyaratkan kenormalan. Oleh karena itu sebelum uji beda
KA
rerata, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas (Tests of Normality) yaitu menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk.
BU
Analisis perbandingan rerata untuk data berdistribusi normal dan
TE R
keragamannya homogen menggunakan Analisis Ragam Satu Arah (Uyanto, 2009) yang berpedoman pada rumusan hipotesis: Ho : dengan
TA
S
H1 : minimal ada dua rerata yang tidak sama = rerata skor dari penilai i, i = 1, 2, 3, dan 4
SI
Analisis perbandingan rerata untuk data berdistribusi tidak normal
ER
menggunakan uji Kruskal Wallis (Uyanto, 2009) dengan hipotesis: Ho:
sama besar,
N
= median skor penilai i, i = 1, 2, 3, 4.
U
dengan
IV
H1: tidak semua
Penghitungan dilakukan dengan menggunakan SPSS dan pengujian hipotesis berdasarkan P-value atau dalam SPSS diistilahkan Significance (Sig.) dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan kriteria sebagai berikut. Jika P-value < α, maka Ho ditolak. Jika P-value ≥ α, maka Ho tidak dapat ditolak. Hasil validitas isi dan rekomendasi penilai digunakan sebagai bahan pertimbangan perbaikan instrumen sebelum diujicobakan.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
260 41670.pdf
1. Tes Pengetahuan Awal Matematik (PAM) (i) Hasil Penilaian No
Penilai II III 3 4
IV 3
3
3
3
3
3 4 3 3
3 3 2 2
2 3 3 3
3 3 2 2
KA
3 4 5 6
Kesesuaian isi dengan kisi-kisi Kesesuaian konstruksi soal dengan kemampuan yang ingin diukur Kesesuaian tata bahasa dengan pemahaman siswa Kesesuaian data pada soal dengan pertanyaan Tingkat kesukaran soal Kesesuaian waktu dengan bobot soal
I 4
BU
1 2
Aspek yang dinilai
TE R
(ii) Hasil Analisis dengan SPSS
Tests of Normality
S
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic
Sig.
Statistic df Sig.
0,407 6
0,002
0,640 6 0,001
Penilai II
0,407 6
0,002
0,640 6 0,001
Penilai III
0,333 6
0,036
0,827 6 0,101
Penilai IV
0,407 6
0,002
0,640 6 0,001
IV
SI
skor Penilai I
df
ER
TA
penilai
U
N
a. Lilliefors Significance Correction Test Statisticsa,b Skor PAM Chi-Square df Asymp. Sig.
5,284 3 0,152
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: penilai
Analisis statistik uji kenormalan dan kehomogenan ragam data hasil validasi isi tes pengetahuan awal matematik menunjukkan bahwa pada uji kenormalan data Shapiro-Wilk memberikan nilai P-value yang lebih kecil dari α =
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
261 41670.pdf
0,05 sehingga disimpulkan bahwa data skor dari keempat penilai berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu, uji lanjut yaitu uji beda rerata dilakukan dengan menggunakan uji Kruskal Wallis dan memberikan hasil sebagai berikut. Hasil analisis uji beda rerata Kruskal Wallis melalui SPSS menunjukkan nilai Asymp. Sig. yang lebih besar dari α = 0,05 yaitu 0,152 dan memberi kesimpulan bahwa penilai memberikan penilaian yang seragam terhadap validitas isi instrumen tes pengetahuan awal matematik.
KA
2. Pengetahuan Pemecahan Masalah Matematik
4
IV
3
2
3
4
3
3
4
3
3
2
3
3
3
3
3
4
2
3
3
3
3
3
3
3
S
N
IV
5 6
TA
3
SI
2
Penilai II III
I
Kesesuaian isi dengan kompetensi dasar Kesesuaian konstruksi soal dengan kemampuan yang ingin diukur Kesesuaian tata bahasa dengan pemahaman siswa Kesesuaian data pada soal dengan pertanyaan Tingkat kesukaran soal Kesesuaian waktu dengan bobot soal
ER
1
Aspek yang dinilai
TE R
No
BU
(i) Hasil Penilaian
U
(ii) Hasil Analisis dengan SPSS Tests of Normality Penilai
Skor
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
Penilai I
0,492
6
0,000
0,496 6 0,000
Penilai II
0,407
6
0,002
0,640 6 0,001
Penilai III
0,492
6
0,000
0,496 6 0,000
Penilai IV
0,407
6
0,002
0,640 6 0,001
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Statistic df Sig.
262 41670.pdf
Test Statisticsa,b SkorProbSolv Chi-Square df Asymp. Sig.
6,389 3 0,094
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: penilai
Uji kenormalan data hasil validasi isi tes kemampuan pemecahan masalah
KA
menunjukkan bahwa uji Shapiro-Wilk memberikan nilai P-value yang lebih kecil dari α = 0,05 dengan pemahaman bahwa data skor dari para penilai berdistribusi
BU
tidak normal. Karena distribusi data yang tidak normal maka uji lanjut beda rerata
TE R
dilakukan dengan menggunakan uji Kruskal Wallis dan memberikan hasil sebagai berikut.
Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan nilai Asymp. Sig. sebesar 0,094.
S
yang lebih besar dari α = 0,05 menyimpulkan bahwa para penilai memberikan
TA
penilaian yang sama terhadap validitas isi instrumen tes kemampuan pemecahan
SI
masalah matematik. Hasil analisis menjelaskan bahwa rata-rata penilaian para
ER
penilai terhadap instrumen tes pemecahan masalah matematik adalah baik dan
U
N
IV
direkomendasikan dapat digunakan.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
263 41670.pdf
3. Kemampuan Komunikasi Matematis
No
3 4 5 6 (ii)
Kesesuaian isi dengan kompetensi dasar Kesesuaian konstruksi soal dengan kemampuan yang ingin diukur Kesesuaian tata bahasa dengan pemahaman siswa Kesesuaian data pada soal dengan pertanyaan Tingkat kesukaran soal Kesesuaian waktu dengan bobot soal Hasil Analisis dengan SPSS
I 3 2
Penilai II III 3 4 3 3
IV 3 4
3
2
3
3
3
3
3
3
3 3
3 3
2 3
3 3
BU
1 2
Aspek yang dinilai
KA
Hasil Penilaian
TE R
(i)
Tests of Normality
S
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Penilai
df
Sig.
Penilai I
0,407
6
0,002
0,640 6 0,001
Penilai II
0,492
6
0,000
0,496 6 0,000
Penilai III
0,492
6
0,000
0,496 6 0,000
Penilai IV
0,492
6
0,000
0,496 6 0,000
IV
ER
SkorKom
SI
TA
Statistic
Statistic df Sig.
U
N
a. Lilliefors Significance Correction Test Statisticsa,b SkorKom Chi-Square
5,241
df Asymp. Sig.
3 0,155
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Penilai
Uji kenormalan data validitas isi tes kemampuan komunikasi matematik dengan Shapiro-Wilk yang memberikan nilai P-value yang lebih kecil dari
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
α=
264 41670.pdf
0,05 menghasilkan keputusan menolak Ho sehingga disimpulkan bahwa data skor penilai tidak berdistribusi normal. Karena data berdistribusi tidak normal maka analisis perbandingan rerata hasil penilaian menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hasil analisis uji beda rerata terhadap penilaian validitas isi instrumen tes kemampuan komunikasi matematik menghasilkan P-value lebih besar dari α = 0,05. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan nilai Asymp. Sig. sebesar 0,155 yang lebih besar dari α = 0,05 memberikan keputusan statistik Ho:
diterima dan menyimpulkan bahwa para penilai
KA
memberikan penilaian yang sama terhadap validitas isi instrumen tes kemampuan
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
komunikasi matematik.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
265 41670.pdf
4. Lembar Kerja Siswa (i) Hasil Penilaian No
2 3 4
Penilai II III
IV
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
TE R
BU
5
Kesesuaian materi LKS dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan pokok bahasan Kesesuaian prosedur dalam LKS dengan materi dan waktu Kesesuaian muatan materi dalam LKS dengan tingkat perkembangan siswa Kesesuaian prosedur dan materi LKS dengan strategi MEAs Kesesuaian prosedur dan materi LKS dengan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik.
I
KA
1
Aspek yang dinilai
(ii) Hasil Analisis SPSS
S
Tests of Normality Penilai
TA
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df
Statistic df Sig.
0,473 5
0,001
0,552 5 0,000
Penilai 2
0,231 5
*
0,881 5 0,314
Penilai 3
0,300 5
0,161
0,883 5 0,325
Penilai 4
0,473 5
0,001
0,552 5 0,000
0,200
Test Statisticsa,b
U
N
IV
ER
SI
Skor Penilai 1
Sig.
Skor Chi-Square 0,398 df 3 Asymp. Sig. 0,941 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Penilai
Uji kenormalan data terhadap hasil validasi isi LKS, dengan uji Shapiro-Wilk dua penilai diantaranya menunjukkan hasil nilai Sig. atau P-value yang lebih kecil dari
α = 0,05, sehingga disimpulkan bahwa data hasil validasi isi terhadap LKS berdistribusi tidak normal.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
266 41670.pdf
Data hasil penilaian validasi isi LKS yang terdistribusi tidak normal mendukung uji beda rerata dengan uji statistik Kruskal Wallis. Hasil analisis uji beda rerata Kruskal Wallis melalui SPSS menunjukkan nilai Asymp. Sig. yang lebih besar dari α = 0,05
yaitu 0,941 dan memberi kesimpulan bahwa penilai
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
memberikan penilaian yang seragam terhadap validitas isi LKS.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
267 41670.pdf
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (i) Hasil Penilaian No
4 5
I
IV
4
4
3
4
3
4
3
3
3
3
2
3
3
2
3
2
3
3
3
KA
2 3
Kesesuaian materi RPP dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar Kesesuaian prosedur dalam RPP dengan materi dan waktu Kesesuaian muatan materi dalam RPP dengan tingkat perkembangan siswa Kesesuaian prosedur dan materi RPP dengan strategi MEAs Kesesuaian prosedur dan materi RPP dengan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik.
Penilai II III
3
BU
1
Aspek yang dinilai
TE R
(ii) Hasil Analisis SPSS
S
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova
Penilai
TA
Statistic df 0,473 5 0,231 5
SI
Skor Penilai I Penilai II
Shapiro-Wilk
Sig. Statistic df Sig. 0,001 0,552 5 0,000 * 0,200 0,881 5 0,314
0,473 5
0,001
0,552 5 0,000
Penilai IV
0,300 5
0,161
0,883 5 0,325
ER
Penilai III
U
N
IV
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Test Statisticsa,b Skor Chi-Square 1,537 df 3 Asymp. Sig. 0,674 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Penilai
Uji kenormalan data hasil validasi isi terhadap RPP dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk. Hasil uji menunjukkan nilai Sig. atau P-value yang lebih kecil dari
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
268 41670.pdf
α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil validasi isi terhadap RPP berdistribusi tidak normal. Karena data terdistribusi tidak normal maka uji beda purata dilakukan dengan uji Kruskal Wallis. Hasil analisis uji beda purata Kruskal Wallis melalui SPSS menunjukkan nilai Asymp. Sig. yang lebih besar dari α = 0,05 yaitu 0,674
dan memberi kesimpulan bahwa penilai memberikan penilaian yang seragam terhadap validitas isi RPP. Para penilai secara umum merekomendasikan bahwa
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
RPP adalah baik dan dapat digunakan dengan revisi kecil.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
Lampiran D. Data dan Analisis Data Hasil Uji Coba, Reliabilitas, dan Validitas Instrumen Lampiran D.1. Data dan Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Tes Pengetahuan Awal Matematik Lampiran D.1. 1. Data Hasil Uji Coba Instrumen Tes Pengetahuan Awal Matematik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
SUO1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
SUO2
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
SUO3
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
SUO4
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
SUO5
1
1
1
1
1
1
1
1
0
SUO6
1
0
1
1
0
1
1
1
1
SUO7
0
1
0
0
0
1
1
1
SUO8
0
0
0
1
0
1
1
SUO9
1
1
1
1
0
0
0
SUO10
1
0
0
0
0
1
SUO11
0
0
1
0
0
0
SUO12
1
0
0
0
1
SUO13
0
0
1
0
0
SUO14
1
0
1
0
0
SUO15
1
0
0
1
SUO16
0
0
0
0
SUO17
1
1
0
SUO18
0
0
SUO19
1
1
13
14
15
16
17
18
19
20
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
BU
TE
1
SI
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
N
IV ER
1
U
TA S
KA
12
R
No
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
SUO20
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
SUO21
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
SUO22
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
SUO23
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1 0
0
SUO24
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
1
0
SUO25
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
SUO26
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
KA
SUO27
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
SUO28
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
SUO29
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
R
SUO30
0
0
0
0
0
1
0
1
0
SUO31
0
0
0
1
0
0
1
0
0
SUO32
0
0
0
0
0
0
0
1
SUO33
0
0
0
0
1
0
0
SUO34
1
0
0
1
0
0
0
SUO35
0
0
0
1
0
0
SI
270 41670.pdf
SUO36
0
0
0
0
0
SUO37
0
0
0
0
0
SUO38
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1 0
0 0
0 1
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
TA S
TE
BU
0
IV ER
N U
SUO39
1
271 41670.pdf
Lampiran D.1.2 Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Tes Pengetahuan Awal Matematik
Correlations
.207
Sig. (2-tailed)
.206
.057
.044
.305 -.231
.206
.336
.017
.727
.076
.683
.729
.791
.059
39
39
39
39
39
39
39
39
39
1
No03 Pearson Correlation
.158
.076
Sig. (2-tailed)
.336
.646
No04 Pearson Correlation
.381
.076
.023
.198
.006
.006
.091 .323
.646
.887
.228
.971
.971
.580
1
.224 -.112 -.141 -.102 -.010 .325*
.076
.465
.227
.237
.171
.498
.393
.536
.952
.044
39
39
39
39
38
39
39
39
39
39
39
*
.407*
.015
.010
.288
.054
.282 -.081
.246
.023 .387
.294
.719
.449
.827
.075
.748
.082
.626
.131
.887
*
*
.080
.074
.122
.021
.236
.118 -.064 -.264
.074 .346*
.030
.628
.654
.461
.900
.149
.475
.701
.104
.654
.083 -.042
.138
.059
.138 .331*
.615
.402
.723
.402
.000 .325*
.236
.023 .383*
.044
.148
.889
**
.173
.017 .350*
.009
.293
.918
.080 -.036
.138
.037 .348
.476
.854
.628
.403
.823
.829
.198 -.197
.125 -.036
.030
.030
.348
*
.023
.117
1 -.043
.295
.173
.043 -.010
.227 -.132
.050 .429
.795
.068
.293
.797
.953
.166
.424
.761
.006
.941
.247
1 -.029
.224
.113
.030
.162
.038 .351*
.023
.038
.126 .387*
.170
.492
.854
.325
.818
.889
.818
.449
Sig. (2-tailed)
.017
.887
.476
-.058
.198
.030 -.043
Sig. (2-tailed)
.727
.228
.854
.795
.860
No06 Pearson Correlation
.287
.006
.080
.295 -.029
Sig. (2-tailed)
.076
.971
.628
.068
.068
.006 -.036
.173
Sig. (2-tailed)
.683
.971
.293
No08 Pearson Correlation
.057
.091
.138
Sig. (2-tailed)
.729
.580
.403
.224
.109
.170
.511
.149 -.081
.088
.038
.038 .414
.511
.165
.866
.407
.364
.600
.819
.819
.829
.488
.625
.039 .016 .029
.196
.245
.137
.220
.282
.028
.216
.151
.151
.149 .417
.037
.232
.132
.407
.178
.082
.866
.193
.358
.358
.364
.008
.364
*
**
*
.073
.190
.279
.190 .544**
.085
.246
1 .334
**
.031
*
.149 .523** .001
*
1 -.086
.102
.208
.011 .319 .418
.037
.602
.535
.205
.947
.048
.008
.127
.011
.658
.246
1
.122
.009
.196 -.064
.235
.287
.236
.118
.074 .372*
.212 .406*
.461
.958
.232
.151
.080
.149
.475
.654
.196
.797
.492
.165
.037 -.010
.030 -.036
.196 -.086
.791
.823
.854
.232
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
.015 1.000
.137 -.114
.227 .334
.829
.802
.028
.113
.953
-.012 -.192
.227 -.036
.044 .323* .045
.028
**
.109
.043
U
.829
1
.860
N
No07 Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
.045
.120
.172 -.059
.117
No05 Pearson Correlation
No09 Pearson Correlation
*
.158
.287
BU
No02 Pearson Correlation
.068
R
39
.287
SI
N
.158 .381* -.058
TE
Sig. (2-tailed)
.207
TA S
1
IV ER
No01 Pearson Correlation
KA
No01 No02 No03 No04 No05 No06 No07 No08 No09 No10 No11 No12 No13 No14 No15 No16 No17 No18 No19 No20 No21
.602
.701
.252 .402
.020
.000 .010
272 41670.pdf
No10 Pearson Correlation
.305
.172 .348*
.227
.162
.028
.245
.102
.122
1 -.060
.137
.093
.046 -.099
.295
.074 -.166 -.012 -.036 .386*
Sig. (2-tailed)
.059
.294
.166
.325
.866
.132
.535
.461
.718
.407
.575
.780
.068
.656
-.132
.038
.137
.137
.208
.009 -.060
.030
.424
.818
.407
.407
.205
.958
.158
.719
Sig. (2-tailed)
.149
.050 -.115 .364*
.232
.407
.407
-.064
.093
.093
.048
.701
.575
.575
**
.235
.046 -.060
.028
.222
1 -.070
.008
.151
.780
.866
.175
.676
.149
.282 .319
.006
.889
.364
.082
No14 Pearson Correlation
.198
.288
.122 -.012
.038 -.081
.028 .418
Sig. (2-tailed)
.227
.075
.461
.818
.866
.941
.151 -.189
*
.023
.654
.827
.166
.947
**
.465
.029
.178
.761
.074 .429
.068
.488
.628
.625
.718
1
.918
.866
.018
.358
.249
.364
.761
.484
1
.222
.168
.045
.314
.214
.283
.214 .475**
.175
.314
.786
.051
.191
.080
.191
.184 -.037 -.036
.227
.222 .372*
.261
.824
.826
.166
.175
1 -.010
.120
.320
.272
.168 .380*
.951
.472
.050
.098
.314
1
.077
.045
.083
.045 .494**
.642
.786
.615
.786
.001
*
.045
.303
.274
.039
.786
.060
1
.283
.214 .458**
.080
.191
.003
**
.521**
.006
.001
.918
.021 -.192
.126
.088
.216
.252
.287 -.099
.310 .381
Sig. (2-tailed)
.237
.748
.900
.449
.600
.193
.127
.080
.554
.058
.018
.314
.676
*
.236
.295 -.037
.151
.045
.184 -.010
.068
.358
.786
.261
.151 .402
.015
.819
.358
.282
.236
.083 .387
Sig. (2-tailed)
.171
.082
.149
.615
-.141
Sig. (2-tailed)
.393
No19 Pearson Correlation
-.102
Sig. (2-tailed)
.536
No20 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) No21 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.951
.073
.118
.074
.295 -.189
.314 -.037
.120
.077
.475
.802 1.000
.819
.358
.658
.475
.656
.068
.249
.051
.824
.472
.642
.246 -.064
*
.138 .325 .414
**
*
.149
.214 -.036
.320
.045
.180
.131
.402
.044
.009
.029
.364
.191
.050
.786
.274
.626
.701
.023 -.264
.059
.887
.723
.104 .074
.138
.952
.015
.654
.402
*
*
*
-.010 .387
.044
.824
.151
*
.325
.149
.038
.407
.010
.346
.031
.331
*
.039
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
SI
No18 Pearson Correlation
.011
.168 -.070
.000
.149
.190
.074 -.166 .351
.364
.246
.654
IV ER
.498
.118 -.042
.236
.173 .417
.148
.293
**
.008
.826
*
-.012
.227
.050
.283
.227
.272
.083 .332
.020
.941
.166
.761
.080
.166
.098
.615
.279 .372 .085
.314
1
.180 .332
*
.283
.039
.080
1 .429 **
.023
.017
.149
.190
.212 -.036
.093 -.115
.214
.222
.168
.045
.045
.214 .429
.889
.918
.364
.246
.196
.826
.575
.484
.191
.175
.314
.786
.786
.191
.006
*
*
**
**
*
*
*
*
**
*
*
**
**
**
.029
.001
.023
.002
.019
.001
N
Sig. (2-tailed)
-.112 -.081
U
No17 Pearson Correlation
TA S
.038
.224
TE
.054
No16 Pearson Correlation
.383
.016
.350 .523
.544
.000
.406
.010
.386
.015
.344
.032
.032
.028 .381
-.197
*
.824
.017
.017
*
*
No15 Pearson Correlation
.247
.575
.058
.718
.028
.449
.093 .344*
.575
.137
.076
.227
.407
.137
Sig. (2-tailed)
.015
.295 .351
.196
.050 .351
.826
.310 -.037
.011
.080
.941
*
.093 -.060
.220
.125
.314
.137
-.114
.287
.120 -.036
.718
.554
*
No12 Pearson Correlation No13 Pearson Correlation
1
KA
-.231 -.059 .348
BU
Sig. (2-tailed)
*
R
No11 Pearson Correlation
.030
.364 .475
.372
.020
.380 .494
.303 .458 .060
.003
.521
.001
.023 .002 .020 .019
1 .406* .010 .406
*
.010
1
273 41670.pdf
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
N of Items 21
U
N
IV ER
SI
TA S
TE
R
BU
KA
Cronbach's Alpha .709
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .789
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
274 41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Reliabilitas
R
BU
KA
0,709
SI
TA S
TE
Validitas Koefisien Ket 0.32 Valid 0.41 Valid 0.35 Valid 0.33 Valid 0.38 Valid 0.35 Valid 0.52 Valid 0.54 Valid 0.41 Valid 0.39 Valid 0.34 Valid 0.36 Valid 0.48 Valid 0.37 Valid 0.38 Valid 0.49 Valid 0.30 Valid 0.46 Valid 0.52 Valid 0.41 Valid
IV ER
Tingkat Kesukaran Koefisien Ket 0.35 sedang 0.3 sedang 0.25 sukar 0.45 sedang 0.25 sukar 0.45 sedang 0.5 sedang 0.7 mudah 0.25 sukar 0.45 sedang 0.25 sukar 0.3 sedang 0.35 sedang 0.35 sedang 0.25 sukar 0.4 sedang 0.3 sedang 0.25 sukar 0.3 sedang 0.25 sukar
N
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Daya Pembeda Koefisien Ket 0.5 tinggi 0.6 tinggi 0.5 tinggi 0.3 sedang 0.3 sedang 0.5 tinggi 0.6 tinggi 0.6 tinggi 0.5 tinggi 0.5 tinggi 0.5 tinggi 0.4 sedang 0.5 tinggi 0.5 tinggi 0.3 sedang 0.4 sedang 0.4 sedang 0.5 tinggi 0.6 tinggi 0.5 tinggi
U
Soal No
41670.pdf
Lampiran D.2. Data dan Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Lampiran D.2.1 Data Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
U
N
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
NO 5 8 10 8 8 8 9 10 10 10 8 10 10 8 10 6 10 10 7 10 10 10 5 10 7 10 8 7 10 10 8 6 8 10 8 10 6 10 7
KA
NO 4 4 10 2 3 7 6 8 6 10 4 10 3 3 5 5 4 9 6 7 6 5 10 3 7 7 6 7 6 10 7 8 6 10 5 10 6 8 8
BU
NO 3 0 2 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 0 2 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 2 0 3 3 0 0 0 3 0 3 0 5 0
TE R
S
NO 2 4 4 7 4 10 7 7 10 4 4 4 10 10 10 4 10 4 4 6 7 7 7 7 7 9 10 7 10 7 10 5 7 8 5 7 6 10 7
TA
SI
NO 1 10 10 9 8 10 10 9 9 10 10 10 10 9 10 3 9 10 10 9 10 10 8 10 8 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 8 7
ER
IV
NO SISWA SUO 1 SUO 2 SUO 3 SUO 4 SUO 5 SUO 6 SUO 7 SUO 8 SUO 9 SUO 10 SUO 11 SUO 12 SUO 13 SUO 14 SUO 15 SUO 16 SUO 17 SUO 18 SUO 19 SUO 20 SUO 21 SUO 22 SUO 23 SUO 24 SUO 25 SUO 26 SUO 27 SUO 28 SUO 29 SUO 30 SUO 31 SUO 32 SUO 33 SUO 34 SUO 35 SUO 36 SUO 37 SUO 38
∑ 26 36 26 23 37 32 36 37 36 26 34 33 30 37 18 34 34 27 33 34 33 30 30 29 36 36 31 39 40 35 29 31 41 28 40 28 41 29
276 41670.pdf
Lampiran D.2.2 Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Reliabilitas Instrumen Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .501
.595
5
Validitas Butir Soal
KA
Correlations
1
Sig. (2-tailed) N
38
SOAL02 Pearson Correlation
.479 38
Sig. (2-tailed)
ER
N
SOAL04 Pearson Correlation
IV
Sig. (2-tailed)
U
N
SOAL05 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TOTAL
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.108
.096
.398*
.492**
.479
.518
.565
.013
.002
38
38
38
38
38
1
*
-.170
.248
.546**
.026
.306
.134
.000
38
38
38
38
**
**
.790**
.005
.000
.000
38
38
38
38
**
1
.115
.544**
.491
.000
38
.360
.026
38
38
.096
.360
*
.518
SI
SOAL03 Pearson Correlation
TA
N
N
.108
S
Sig. (2-tailed)
.118
.118
BU
SOAL01 Pearson Correlation
TOTAL
TE R
SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL 01 02 03 04 05
1 .446
-.170 .446
.554
.565
.306
.005
38
38
38
38
38
38
**
.115 .491
1
.687** .000
*
.398 .013
.248 .554 .134 .000
38
38
38
38
38
38
**
**
**
**
**
1
.492
.002
.546
.544
.687
.000
.000
.000
N 38 38 38 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
38
38
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
.000
.790
38
277 41670.pdf
UPPER 3
4
5
8 10 10 10 10 10 9 10 10 10
10 8 7 7 10 10 10 10 9 10
5 3 3 3 3 2 2 2 0 2
8 10 10 10 6 7 6 5 7 6
10 10 10 10 10 8 10 10 10 8
LOWER
SI
TA
S
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4
TE R
3
7 8 5 6 6 4 4 2 3 5
5
∑
7 7 8 6 7 8 8 8 8 6
29 29 28 28 27 26 26 26 23 18
U
N
IV
SUO 29 SUO 30 SUO 31 SUO 32 SUO 33 SUO 34 SUO 35 SUO 36 SUO 37 SUO 38
2 7 7 5 6 4 4 4 7 4 4
ER
1 8 7 10 10 10 10 10 9 8 3
∑ 41 41 40 40 39 37 37 37 36 36
KA
2
BU
SUO 1 SUO 2 SUO 3 SUO 4 SUO 5 SUO 6 SUO 7 SUO 8 SUO 9 SUO 10
1
Daya Pembeda
0.12
0.39
0.25
0.25
0.23
Tingkat Kesukaran
0.91
0.715
0.125
0.625
0.845
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
278 41670.pdf
Lampiran D.3. Data Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Lampiran D.3.1 Data Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematik NO 2
NO 3
NO 4
NO 5
∑
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 4 4 1 4 4 3 4 4 4 2 4 2 2 2
4 4 4 4 2 1 2 4 4 1 4 4 0 4 4 2 0 1 2 4 0 2 0 2 0 4 1 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 0 3 3 3 0 3 3 3 0 3 3 2 3 3 3 3 1 2 0 1 0 0
4 3 3 2 4 4 3 0 0 3 2 0 3 0 0 4 2 2 2 0 3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 15 15 14 13 13 13 12 12 12 12 11 11 10 10 10 10 10 10 9 9 9 9 8 8 8 8 8 7 7 7 7 5 4 4 3 3
BU
TE R
S TA
SI ER
IV
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
KA
NO 1
N
U
NO SISWA SUO 1 SUO 2 SUO 3 SUO 4 SUO 5 SUO 6 SUO 7 SUO 8 SUO 9 SUO 10 SUO 11 SUO 12 SUO 13 SUO 14 SUO 15 SUO 16 SUO 17 SUO 18 SUO 19 SUO 20 SUO 21 SUO 22 SUO 23 SUO 24 SUO 25 SUO 26 SUO 27 SUO 28 SUO 29 SUO 30 SUO 31 SUO 32 SUO 33 SUO 34 SUO 35 SUO 36 SUO 37
279 41670.pdf
Lampiran D.3.2 Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Reliabilitas Instrumen Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .410
.468
5
KA
Validitas Butir Soal Correlations
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.624
.599
.217
.010
37
37
37
37
37
1
.237
.066
.105
.617**
.158
.699
.537
.000
.806
37
37
37
Pearson Correlation
.083
.237
1
.233
.092
.396*
Sig. (2-tailed)
.624
.158
.166
.587
.015
N Pearson Correlation
37 .089
37 .066
37 .233
37 1
37 .340*
37 .601**
Sig. (2-tailed)
.599
.699
.166
.040
.000
37
37
37
37
37
37
*
1
.692**
ER
U
N
SOAL05
.806
37
N
SOAL04
.416*
37
IV
SOAL03
.208
37
SI
N
.042
TA
SOAL02
37
.089
S
N
TOTAL
.083
.042
TE R
SOAL01
BU
SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL 01 02 03 04 05
Pearson Correlation
.208
.105
.092
Sig. (2-tailed)
.217
.537
.587
.040
37
37
37
37
37
37
*
**
*
**
**
1
N VAR00006 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.416
.010
.617
.000
.396
.340
.601
.000 .692
.015
.000
.000
N 37 37 37 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
37
37
Lampiran A.4.2 Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
37
280 41670.pdf
UPPER 4
5
∑
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
4 4 4 4 2 1 2 4 4 1 30
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31
4 3 3 2 4 4 3 0 0 3 26
17 15 15 14 13 13 13 12 12 12 136
1
2
3
4 3 4 4 4 2 4 2 2 2 31
0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 3
LOWER
∑
5
∑
1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 5
3 3 3 3 1 2 0 1 0 0 16
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 7 7 7 7 5 4 4 3 3 55
Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
0.675 0.4125
0.125 0.1875
0.375 0.5875
0.65 0.325
TA
S
4
SI
ER
IV N
U
SUO 29 SUO 30 SUO 31 SUO 32 SUO 33 SUO 34 SUO 35 SUO 36 SUO 37 SUO 38
KA
3
TE R
∑
2
BU
SUO 1 SUO 2 SUO 3 SUO 4 SUO 5 SUO 6 SUO 7 SUO 8 SUO 9 SUO 10
1
0.2 0.875
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
Lampiran D.4.1 Data dan Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Skala Disposisi Matematik Lampiran D.4.1 Data Hasil Uji Coba Instrumen Skala Disposisi Matematik
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
10 R J J R J J J J J J J J R J J J T J R R J J J J R
11 R R R R R R R R R R R J J J R R R R R R R R R R R
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
42 R R J J S S S S R S R S S J J R S S S S J S R S J
KA
9 J J J J J J J J J J R J S R S J J J S J J J J J S
BU
8 J R R J R J T J R R J S R J J R R R J J J J S J R
R
7 S J J R J J S R J J R J S J S R T S S S J R J R S
TE
5 S J J J J J R J R R R J J R S J T J R J R R R R S
TA S
4 R J J J T J J J T T S J J J J J J J J J J J J J J
SI
3 J J J J J R J J J J J R R J J J R R J J J J J J T
IV ER
2 T J R J R J J J J J J J R J J J J R J J R J J J J
N
1 R J J J J J J J J J R J J R T J J J J J J J J J J
U
No Siswa SUO 01 SUO 02 SUO 03 SUO 04 SUO 05 SUO 06 SUO 07 SUO 08 SUO 09 SUO 10 SUO 11 SUO 12 SUO 13 SUO 14 SUO 15 SUO 16 SUO 17 SUO 18 SUO 19 SUO 20 SUO 21 SUO 22 SUO 23 SUO 24 SUO 25
43 J J R J J T J R J T T R J J S J T J T T J J J J J
44 R R J J R J S S R J R J S J J J S J S S J S T R J
45 T J R J J J R T J R T J J J R J J J T T J J J J T
46 J R J J J R S S J S R J S R R J J R J J R J J R R
47 S R J J J J S S J R S R S R J R S S S S J R J J R
48 R J J R J J S S J J S J R R S R R S R R R R R J R
49 T J R J J T T T J J J R S J T T T J J J J J J J T
50 T J R J J T T T J T T J J T T T T T T T J J T T T
282 41670.pdf
8 J R J J J J T R J J J R J R 3 13 21 2 39
N U Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
9 R J J J J J J J J J J J J R 4 4 30 1 39
10 J R J J J J J J J J J J J R 1 8 29 1 39
11 R J R R R R R J R R R R R R 11 20 6 2 39
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
42 S S R R S R S R J R R J S S 20 12 7 0 39
KA
7 J R J S S J R T J J R S J R 8 12 16 3 39
BU
5 R J R R R R J J J R J R J J 3 17 17 2 39
R
4 J J J J R J J J J J J J J R 1 3 31 4 39
TE
3 R R J R T R T J J J J R R J 0 11 25 3 39
TA S
2 R J J J T J T J J J J J J R 0 6 31 2 39
SI
S R J T Jml
1 J J J J J R J T J J J J J J 0 4 34 1 39
IV ER
No Siswa SUO 26 SUO 27 SUO 28 SUO 29 SUO 30 SUO 31 SUO 32 SUO 33 SUO 34 SUO 35 SUO 36 SUO 37 SUO 38 SUO 39 Distribusi Respon Tiap Kategori
43 J T J J T J J T J J J J J J 2 2 28 7 39
44 S R J R S R S J J J R R S R 11 12 14 2 39
45 T R J R T J T J J J T J J J 0 4 26 9 39
46 J R R J R J R R J R R R R J 5 21 13 0 39
47 J R S S S J J R J J J R R R 9 12 18 0 39
48 J R J R R J J R J J J R R R 7 16 16 0 39
49 J J J J J T J T J T R J J J 1 2 24 12 39
50 T T T J T T J J J J J J T J 0 0 16 23 39
283 41670.pdf
Lampiran D.4. 2 Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Skala Disposisi Matematik 5
7
8
9
10
11
SUO 01 SUO 02 SUO 03 SUO 04 SUO 05 SUO 06 SUO 07 SUO 08 SUO 09 SUO 10 SUO 11 SUO 12 SUO 13 SUO 14 SUO 15 SUO 16 SUO 17 SUO 18 SUO 19 SUO 20 SUO 21
4.86
6.03
4.35
4.16
4.72
4.04
3.24
3.00
4.36
2.17
3.13
4.22
4.35
2.64
2.33
2.20
2.08
3.00
2.97
2.17
3.13
2.66
4.35
2.64
2.33
2.20
2.08
3.00
2.97
2.17
3.13
4.22
4.35
2.64
2.33
3.14
3.24
3.00
4.36
2.17
3.13
2.66
4.35
1.00
2.33
2.20
2.08
3.00
2.97
2.17
3.13
4.22
3.01
2.64
2.33
2.20
3.24
3.00
2.97
2.17
3.13
4.22
4.35
2.64
3.48
4.04
4.72
3.00
2.97
2.17
3.13
4.22
4.35
2.64
2.33
3.14
3.24
3.00
2.97
2.17
3.13
4.22
4.35
1.00
3.48
2.20
2.08
3.00
2.97
2.17
3.13
4.22
4.35
1.00
3.48
2.20
2.08
3.00
2.97
2.17
4.86
4.22
4.35
4.86
3.48
3.14
3.24
4.25
2.97
3.13
4.22
3.01
2.64
2.33
2.20
1.00
3.00
2.97
3.13
2.66
3.01
2.64
2.33
4.04
2.08
4.86
4.36
4.86
4.22
4.35
2.64
3.48
2.20
3.24
4.25
1.00
4.22
4.35
2.64
4.72
4.04
3.24
4.86
2.97
2.17
3.13
4.22
4.35
2.64
2.33
3.14
2.08
3.00
2.97
2.17
3.13
4.22
3.01
2.64
1.00
1.00
2.08
3.00
1.00
2.17
3.13
2.66
3.01
2.64
2.33
3.00
2.97
2.17
3.13
4.22
4.35
2.64
3.13
4.22
4.35
3.13
2.66
4.35
2.17 3.21
SI
3.21 3.21
N
IV ER
2.97
2.08
3.48
4.04
3.24
4.86
4.36
2.17
2.64
2.33
4.04
3.24
3.00
4.36
2.17
2.64
3.48
2.20
3.24
3.00
2.97
2.17
U
4.04
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
42
43
44
45
46
47
48
49
50
∑
3.66
2.85
3.10
5.29
3.12
5.29
4.38
4.25
4.63
189.11
3.66
2.85
3.10
3.93
4.35
4.38
3.27
2.93
3.27
143.08
2.75
1.52
2.21
2.46
3.12
3.35
3.27
1.59
1.00
122.17
2.75
2.85
2.21
3.93
3.12
3.35
4.38
2.93
3.27
154.12
4.75
2.85
3.10
3.93
3.12
3.35
3.27
2.93
3.27
134.56
4.75
4.28
2.21
3.93
4.35
3.35
3.27
4.25
4.63
154.26
4.75
2.85
4.02
2.46
5.61
5.29
5.43
4.25
4.63
178.87
4.75
1.52
4.02
5.29
5.61
5.29
5.43
4.25
4.63
152.15
3.66
2.85
3.10
3.93
3.12
3.35
3.27
2.93
3.27
142.98
4.75
4.28
2.21
2.46
5.61
4.38
3.27
2.93
4.63
151.56
3.66
4.28
3.10
5.29
4.35
5.29
5.43
2.93
4.63
185.20
4.75
1.52
2.21
3.93
3.12
4.38
3.27
1.59
3.27
140.10
4.75
2.85
4.02
3.93
5.61
5.29
4.38
1.00
3.27
166.54
2.75
2.85
2.21
3.93
4.35
4.38
4.38
2.93
4.63
158.75
2.75
1.00
2.21
2.46
4.35
3.35
5.43
4.25
4.63
167.30
3.66
2.85
2.21
3.93
3.12
4.38
4.38
4.25
4.63
148.99
4.75
4.28
4.02
3.93
3.12
5.29
4.38
4.25
4.63
145.64
4.75
2.85
2.21
3.93
4.35
5.29
5.43
2.93
4.63
147.68
4.75
4.28
4.02
5.29
3.12
5.29
4.38
2.93
4.63
192.77
4.75
4.28
4.02
5.29
3.12
5.29
4.38
2.93
4.63
194.00
2.75
2.85
2.21
3.93
4.35
3.35
4.38
2.93
3.27
146.93
KA
4
BU
3
R
2
TE
1
TA S
No Siswa
284 41670.pdf
4.35
2.64
3.48
3.14
3.24
3.00
2.97
2.17
3.13
4.22
4.35
2.64
3.48
2.20
1.00
3.00
2.97
2.17
3.13
4.22
4.35
2.64
3.48
3.14
3.24
3.00
2.97
2.17
3.13
4.22
5.86
2.64
4.72
4.04
2.08
4.86
4.36
2.17
3.13
2.66
3.01
2.64
3.48
2.20
3.24
4.25
2.97
2.17
3.13
4.22
3.01
2.64
2.33
3.14
2.08
3.00
4.36
3.21
3.13
4.22
4.35
2.64
3.48
2.20
3.24
3.00
2.97
2.17
3.13
4.22
3.01
2.64
3.48
4.04
3.24
3.00
2.97
2.17
3.13
6.03
5.86
4.16
3.48
4.04
3.24
3.00
2.97
2.17
4.86
4.22
3.01
2.64
3.48
2.20
3.24
3.00
2.97
2.17
3.13
6.03
5.86
2.64
2.33
3.14
4.72
3.00
2.97
2.17
1.00
4.22
4.35
2.64
2.33
1.00
2.08
3.00
2.97
3.13
4.22
4.35
2.64
2.33
2.20
3.24
3.00
2.97
3.13
4.22
4.35
2.64
3.48
2.20
3.24
3.00
2.97
3.13
4.22
4.35
2.64
2.33
3.14
3.24
3.00
3.13
4.22
3.01
2.64
3.48
4.04
2.08
3.00
3.13
4.22
3.01
2.64
2.33
2.20
3.24
SUO 39 Validitas Butir
3.13
2.66
4.35
4.16
2.33
3.14
0.18
0.43
0.25
0.50
0.37
0.60
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
2.97
2.17
3.00
2.97
2.17
2.08
4.25
4.36
2.17
0.51
0.44
0.50
-0.04
Tidak Valid
SI 2.17
N
IV ER
2.97
Valid
U
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
2.17
Valid
0.889
2.17
Valid
Relabilitas
Valid
Keterangan
3.21
42
43
44
45
46
47
48
49
50
∑
4.75
2.85
4.02
3.93
3.12
4.38
4.38
2.93
3.27
156.92
3.66
2.85
1.00
3.93
3.12
3.35
4.38
2.93
4.63
142.20
4.75
2.85
3.10
3.93
4.35
3.35
3.27
2.93
4.63
155.55
2.75
2.85
2.21
5.29
4.35
4.38
4.38
4.25
4.63
170.72
4.75
2.85
4.02
5.29
3.12
3.35
3.27
2.93
4.63
166.32
4.75
4.28
3.10
2.46
4.35
4.38
4.38
2.93
4.63
160.96
… … …
KA
4.22
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
BU
3.13
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
3.66
2.85
2.21
3.93
4.35
5.29
3.27
2.93
4.63
152.90
3.66
2.85
3.10
2.46
3.12
5.29
4.38
2.93
3.27
147.72
4.75
4.28
4.02
5.29
4.35
5.29
4.38
2.93
4.63
176.96
3.66
2.85
3.10
3.93
3.12
3.35
3.27
4.25
4.63
154.81
4.75
2.85
4.02
5.29
4.35
3.35
3.27
2.93
3.27
173.91
3.66
4.28
2.21
3.93
4.35
4.38
4.38
4.25
3.27
155.67
2.75
2.85
2.21
3.93
3.12
3.35
3.27
2.93
3.27
149.22
3.66
2.85
2.21
3.93
4.35
3.35
3.27
4.25
3.27
152.39
3.66
2.85
3.10
5.29
4.35
3.35
3.27
1.59
3.27
154.82
2.75
2.85
3.10
3.93
4.35
4.38
4.38
2.93
3.27
159.27
4.75
2.85
4.02
3.93
4.35
4.38
4.38
2.93
4.63
160.96
4.75
2.85
3.10
3.93
3.12
4.38
4.38
2.93
3.27
162.70
0.22
0.40
0.49
0.50
0.16
0.46
0.41
0.20
0.51
R
SUO 22 SUO 23 SUO 24 SUO 25 SUO 26 SUO 27 SUO 28 SUO 29 SUO 30 SUO 31 SUO 32 SUO 33 SUO 34 SUO 35 SUO 36 SUO 37 SUO 38
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
TE
11
TA S
10
Valid
9
Tidak Valid
8
Valid
7
Valid
5
Tidak Valid
4
Valid
3
Valid
2
Valid
1
Tidak Valid
No Siswa
285 41670.pdf
S R J T
7.69
20.51
7.69
10.26
2.56
28.21
10.26
15.38
28.21
7.69
43.59
30.77
33.33
10.26
20.51
51.28
87.18
79.49
64.10
79.49
43.59
41.03
53.85
76.92
74.36
15.38
2.56
5.13
7.69
10.26
5.13
7.69
5.13
2.56
2.56
5.13
100.
100.
100.
100.
1000
100.
100.
100.
100.
100.
6.32
1.00
1.00
4.86
4.72
4.04
1.00
4.86
5.45
1.00
4.86
2.66
3.01
4.16
3.48
3.14
2.08
4.25
4.36
2.17
3.13
4.22
4.35
2.64
2.33
2.20
3.24
3.00
2.97
3.21
1.00
6.03
5.86
1.00
1.00
1.00
4.72
1.00
1.00
4.02
6.32
6.03
5.86
4.86
4.72
4.04
4.72
4.86
5.45
4.02
… … … … …
… … … … …
… … … … …
… … … … …
… … … … …
… … … … …
KA
2.56
BU
0.00
R
0.00
51.28
5.13
28.21
0.00
12.82
23.08
17.95
2.56
0.00
30.77
5.13
30.77
10.26
53.85
30.77
41.03
5.13
0.00
17.95
71.79
35.90
66.67
33.33
46.15
41.03
61.54
41.03
0.00
17.95
5.13
23.08
0.00
0.00
0.00
30.77
58.97
100.
100.
100.
100.
100.
100.
100.
100.
100.
4.75
1.00
4.02
1.00
5.61
5.29
5.43
1.00
1.00
3.66
1.52
3.10
2.46
4.35
4.38
4.38
1.59
1.00
2.75
2.85
2.21
3.93
3.12
3.35
3.27
2.93
3.27
1.00
4.28
1.00
5.29
1.00
1.00
1.00
4.25
4.63
4.75
4.28
4.02
5.29
5.61
5.29
5.43
4.25
4.63
IV ER
SI
Skor Maks
0.00
TE
Skor Tiap Kategori Respon
S R J T Jml
TA S
Persentase Respon Tiap Kategori
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
.899
.900
49
U
N
Cronbach's Alpha
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
Lampiran E. Data dan Analisis Hasil Penelitian Lampiran E.1 Pengelompokan Sekolah SMP di Kota Depok berdasarkan Perolehan Akreditasi Peringkat akreditasi
Level Sekolah dalam Penelitian
A (Sangat Baik) B (Baik)
Banyak SMP
Atas (A)
66
Menengah (M)
76
Bawah (B)
9
C (Cukup Baik)
Jumlah SMP di Depok
151
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
Sumber: http://ban-sm.or.id/provinsi/jawa-barat/akreditasi
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
287 41670.pdf
Lampiran E.2. Analisis Kesetaraan Kelompok Eksperimen dan Kontrol di setiap Level Sekolah a. Analisis Beda Rerata Skor Pengetahuan Awal Matematik Siswa berdasarkan Level Sekolah Uji beda rerata hasil tes pengetahuan awal matematik dilakukan dalam dua buah analisis, yaitu: (i) analisis uji beda rerata antara sekolah level atas dan menengah, dan (ii) analisis uji beda rerata antara kelas eksperimen dan kontrol pada setiap level sekolah. Analisis uji beda rerata antara sekolah level atas dan
KA
menengah bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan awal matematika siswa di sekolah level atas dan di sekolah level menengah. Analisis uji beda rerata
BU
antara kelas eksperimen dan kontrol pada setiap level sekolah bertujuan untuk
TE R
mengetahui adakah perbedaan pengetahuan awal matematika siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol.
Uji beda rerata antara sekolah level atas dan menengah menguji hipotesis
S
bahwa rerata skor PAM siswa dari sekolah level atas lebih tinggi dari sekolah
,
ER
Ho :
IV
H1 :
= rerata skor PAM siswa dari sekolah level atas
N
dengan
SI
TA
level menengah dengan rumusan hipotesis sebagai berikut.
U
= rerata skor PAM siswa dari sekolah level menengah
Penerimaan dan penolakan H0 berdasarkan P-value yang diperoleh dan dengan kaidah keputusan: Jika P-value < α, maka Ho ditolak. Jika P-value ≥ α, maka Ho tidak dapat ditolak. Beberapa uji beda rerata mensyaratkan karakteristik data yang mencakup kenormalan dan kehomogenan ragam data. Agar penggunaan alat uji beda rerata terpilih sesuai dengan karakteristik data, sebelum melakukan uji beda rerata
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
288 41670.pdf
terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan data. Uji kenormalan data hasil tes pengetahuan awal matematik memberikan hasil seperti pada Tabel E.2.1. Tabel E.2.1. Uji Kenormalan Data Skor PAM berdasarkan Level Sekolah Level Sekolah Atas Menengah
Shapiro-Wilk Statistic df Sig. 0,978 69 0,263 0,925 53 0,003
KA
Hasil uji kenormalan data dengan uji Shapiro-Wilk memberikan nilai Sig. yang lebih besar dari α = 0,05 hanya pada data sekolah level atas. Nilai Sig. yang
BU
demikian memberikan keputusan bahwa data terdistribusi tidak normal. Dengan
TE R
demikian maka uji beda rerata yang digunakan adalah uji beda rerata MannWhitney (Uyanto, 2009) seperti yang terlihat pada Tabel E.2.2.
S
Tabel E.2.2. Uji Beda Rerata Skor PAM antara Sekolah Level Atas dan Menengah
TA
Test Statistics
N
IV
ER
SI
Skor PAM Mann-Whitney U 14130,000 Wilcoxon W 28440,000 Z -2,161 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,031
U
Uji Mann-Whitney untuk hipotesis Ho
:
terhadap H1:
memberikan nilai Z = -2,161 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,031. Karena tampilan Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,031 dari SPSS adalah untuk uji dua sisi (two tail), maka untuk uji hipotesis satu sisi (sisi atas) nilai Asymp. Sig. menjadi = 0,0165 yang lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan memberi konklusi bahwa rerata nilai pengetahuan awal matematika siswa subjek penelitian dari sekolah level atas lebih tinggi dari siswa sekolah level menengah. Hasil uji ini memperkuat dan membenarkan hasil pengkategorian sekolah yaitu bahwa pengetahuan awal matematika siswa di sekolah level atas adalah lebih tinggi dari pengetahuan awal matematika siswa di sekolah level menengah. Berikutnya
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
289 41670.pdf
dilakukan uji beda rerata pengetahuan awal matematika antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol di setiap level sekolah. b. Analisis Beda Rerata Skor Pengetahuan Awal Matematik Siswa berdasarkan Kelompok Penelitian di Sekolah Level Atas Analisis uji beda rerata antara kelas eksperimen dan kontrol pada sekolah level atas bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan awal matematika siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. Uji beda rerata menguji hipotesis
KA
bahwa rerata PAM siswa kelompok eksperimen sama dengan rerata PAM siswa
Ho :
BU
kelompok kontrol dengan rumusan hipotesis sebagai berikut. ,
dengan
TE R
H1 :
= rerata PAM siswa kelompok eksperimen
TA
S
= rerata PAM siswa kelompok control
SI
Uji kenormalan data hasil tes pengetahuan awal matematik siswa sekolah level
ER
atas memberikan hasil seperti pada Tabel E.2.3.
U
N
IV
Tabel E.2.3. Uji Kenormalan Data Skor PAM berdasarkan Pembelajaran di Sekolah Level Atas Pembelajaran MEAs Konvensional
Shapiro-Wilk Statistic df 0,974 34 0,974 35
Sig. 0,580 0,565
Hasil uji kenormalan data dengan uji Shapiro-Wilk memberikan nilai Sig. yang lebih besar dari α = 0,05. Nilai Sig. yang lebih besar dari 0,05 memberikan keputusan bahwa data terdistribusi normal. Data yang terdistribusi normal memungkinkan uji beda rerata dengan uji-t dua sampel independen dua sisi. Uji-t mensyaratkan terpenuhinya syarat kehomogenan ragam data. Uji kehomogenan ragam data Levene’ tes memberikan hasil pada Tabel E.2.4.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
290 41670.pdf
Tabel E.2.4. Uji Kehomogenan Ragam Data Skor Pengetahuan Awal Matematik Siswa pada Sekolah Level Atas Level Sekolah df Levene’s Test Sig. Atas 67 0,071 0,791
Tabel E.2.4 memperlihatkan nilai hasil Levene’s Test untuk siswa di sekolah level atas sebesar 0,071 dengan nilai Sig. yang lebih besar dari 0,05. Nilai Sig. yang lebih besar dari α = 0,05 memberikan kesimpulan bahwa data hasil tes pengetahuan awal matematik siswa dengan pembelajaran MEAs dan konvensional
KA
memiliki ragam yang homogen.
BU
Uji-t dua sampel independen dua sisi untuk menguji hipotesis H0 terlihat
TE R
pada Tabel E.2.5.
Tabel E.2.5. Uji Beda Rerata Skor Pengetahuan Awal Matematik Siswa antar Pembelajaran di Sekolah Level Atas
TA
S
Level Sekolah df t-test for Equality of Means Sig. (2-tailed) Ho Atas 67 0,836 0,406 diterima
SI
Hasil uji-t dua sampel independen dua sisi seperti yang terlihat pada Tabel E.2.5
ER
menunjukkan bahwa siswa di sekolah level atas yang mendapat pembelajaran MEAs memiliki pengetahuan awal matematika yang sama dengan siswa yang
N
IV
mendapat pembelajaran konvensional.
U
c. Analisis Beda Rerata Skor Pengetahuan Awal Matematik Siswa berdasarkan Kelompok Penelitian di Sekolah Level Menengah Analisis uji beda rerata terhadap PAM siswa di sekolah level menengah bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan awal matematika siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. Uji beda rerata menguji Ho yang menyatakan bahwa rerata PAM siswa kelompok eksperimen sama dengan rerata PAM siswa kelompok kontrol. Uji kenormalan data hasil tes pengetahuan awal matematik siswa sekolah level menengah memberikan hasil seperti pada Tabel E.2.6.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
291 41670.pdf
Tabel E.2.6. Uji Kenormalan Data Skor PAM berdasarkan Pembelajaran di Sekolah Level Menengah Pembelajaran MEAs Konvensional
Shapiro-Wilk Statistic df 0,929 26 0,890 27
Sig. 0,072 0,008
Hasil uji kenormalan data dengan uji Shapiro-Wilk memberikan nilai Sig. yang lebih besar dari α = 0,05 hanya pada data siswa di kelompok pembelajaran MEAs. Nilai Sig. yang demikian memberikan keputusan bahwa data terdistribusi tidak
KA
normal.
BU
Karena data terdistribusi tidak normal maka uji beda rerata dilakukan dengan uji Mann-Whitney yaitu untuk menguji hipotesis H0 yang menyatakan
TE R
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan hasil tes pengetahuan awal matematik antara siswa yang mendapat pembelajaran MEAs dengan siswa yang mendapat
S
pembelajaran konvensional. Tabel E.2.7. menunjukkan hasil uji Mann-Whitney
TA
oleh SPSS dengan hasil sebagai berikut.
U
N
IV
ER
SI
Tabel E.2.7. Uji Beda Rerata Skor Pengetahuan Awal Matematik Siswa antar Pembelajaran di Sekolah Level Menengah Skor PAM Mann-Whitney U 329,500 Wilcoxon W 680,500 Z -0,385 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,700 a. Grouping Variable: LevelMenengah
Hasil uji Mann-Whitney seperti yang terlihat pada Tabel E.2.7. memberikan nilai Z = -0,385 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,700. Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,700 yang lebih besar dari α = 0,05 menyebabkan H0 diterima dan memberi konklusi bahwa rerata pengetahuan awal matematika siswa sekolah level menengah yang mendapat pembelajaran MEAs sama dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Uji beda rerata pengetahuan awal matematika antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol baik di sekolah berlevel atas maupun di sekolah level menengah
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
292 41670.pdf
menunjukkan tidak adanya perbedaan. Tidak adanya perbedaan antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menjelaskan bahwa penelitian ini berpijak pada kondisi PAM siswa yang seimbang yaitu dengan start pengetahuan awal
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
matematika yang setara.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41670.pdf
Lampiran E.3. Data Hasil Penelitian No 2
No 3
No 4
No 5
MEAs
Konv
MEAs
Konv
MEAs
Konv
MEAs
Konv
MEAs
Konv
Atas
9.5
8.46
5.86
5.2
6.94
5.66
6.21
2.69
1.82
3.26
Menengah
7.73
7.33
4
5.33
Atas
2.80
2.03
1.71
1.4
Menengah
1.62
2.60
1.31
0.67
U
N
IV ER
SI
TA S
TE
R
Komunikasi
No 1
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
KA
Pemecahan Masalah
Level Sekolah
3.12
3.78
5.77
5.07
2.62
0.93
2.15
1.71
3
2.4
2.71
2,00
0.65
0.33
2.35
1.85
1,00
0.44
BU
Kemampuan Matematik
294 41670.pdf
Lampiran E.4. Proporsi Rerata Data Hasil Penelitian (Per Kelas, Per Sekolah, Per Pembelajaran, Gabungan) Per Kelas 1. Pemecahan Masalah Matematik (Per Kelas) MEAs
13 16 5 34 6 10 10 26
37,54 25,87 25,83 30,32 27,67 23,5 20,3 23,23
7,05 7,88 8,98 9,45 12,75 8,86 10,13 10,29
2. Komunikasi Matematik (Per Kelas)
13 16 5 34 6 10 10 26
15,15 10,67 10,67 12,35 9,83 6,20 5,60 6,81
sd
IV ER
̅
N
Tinggi Sedang Atas Rendah Sub Total Tinggi Sedang Menengah Rendah Sub Total
∑
SI
MEAs PAM
U
Level Sekolah
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Rerata per Kelas (%) atas bawah 35.29 2.94 8.82 38.24 5.88 8.82 50.00 50.00 11.54 11.54 23.08 15.38 15.38 23.08 50.00 50.00
2,79 3,72 3,56 3,95 6,85 2,90 2,76 4,25
∑
Rerata per Kelas (%) atas bawah 29.41 8.82 8.82 38.24 5.88 8.82 44.12 55.88 11.54 11.54 15.38 23.08 15.38 23.08 42.31 57.69
̅
KA
sd
12 15 8 35 9 11 7 27
BU
̅
R
Tinggi Sedang Atas Rendah Sub Total Tinggi Sedang Menengah Rendah Sub Total
∑
TE
PAM
TA S
Level Sekolah
30,67 21 21,88 24,29 26,22 19,64 19,14 21,44
∑
̅
12 15 8 35 9 11 7 27
12,75 8,33 6,88 9,51 6,22 5,73 5,71 5,89
Konvensional Rerata per Kelas (%) sd atas bawah 8,68 22.86 11.43 8,31 14.29 28.57 8,74 5.71 17.14 9,51 42.86 57.14 10,11 25.93 7.41 5,66 18.52 22.22 4,67 14.81 11.11 7,81 59.26 40.74
Konvensional Rerata per Kelas (%) sd atas bawah 5,51 22.86 11.43 4,08 8.57 34.29 2,59 2.86 20.00 4,90 34.29 65.71 2,68 18.52 14.81 1,56 25.93 14.81 2,29 14.81 11.11 2,10 59.26 40.74
295 41670.pdf
3. Disposisi Matematik (Per Kelas) MEAs
13 16 5 34 6 10 10 26
145,54 126,69 128,20 134,12 128,67 124,60 127,20 126,54
15,00 14,43 8,58 16,40 18,96 12,89 14,46 14,48
Rerata per Kelas (%) atas bawah 26.47 11.76 8.82 38.24 2.94 11.76 38.24 61.76 11.54 11.54 15.38 23.08 19.23 19.23 46.15 53.85
SI IV ER N U Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
∑
̅
12 15 8 35 9 11 7 27
132,00 124,93 121,88 126,66 129,67 121,64 115,86 122,81
Konvensional Rerata per Kelas (%) sd atas bawah 13,18 20.00 14.29 10,04 14.29 28.57 13,73 8.57 14.29 12,38 42.86 57.14 12,22 22.22 11.11 10,82 14.81 25.93 9,04 7.41 18.52 11,82 44.44 55.56
KA
sd
BU
̅
TA S
Tinggi Sedang Atas Rendah Sub Total Tinggi Sedang Menengah Rendah Sub Total
∑
R
PAM
TE
Level Sekolah
296 41670.pdf
Per Sekolah
Gabungan per level Sekolah
MEAS
Komunikasi Matematik
69
10,91
4,65
Disposisi Matematik
69
129,69
14,8 7
37,54 25,87 25,83 30,32 15,15 10,67 10,67 12,38 145,54 126,69 128,20 134,12
7,05 7,88 8,98 9,45 2,79 3,72 3,56 3,98 15,00 14,43 8,58 16,40
U Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
BU
9,75
13 16 5 34 13 16 5 34 13 16 5 34
% di atas rerata Gabungan 17.39 8.70 4.35 30.43 18.84 13.04 4.35 36.23 15.94 11.59 2.90 30.43
TE
27,75
̅
sd
TA S
69
Tinggi Sedang Rendah Sub Total Tinggi Sedang Rendah Sub Total Tinggi Sedang Rendah Sub Total
N
Pemecahan Masalah Matematik
∑
IV ER
̅
sd
R
PAM ∑
SI
Kemampuan
KA
4. Sekolah Level Atas
% di bawah rerata Gabungan 1.45 14.49 2.90 18.84 0.00 10.14 2.90 13.04 2.90 11.59 4.35 18.84
Konvensional ∑
̅
sd
12 15 8 35 12 15 8 35 12 15 8 35
30,67 21 21,88 24,29 12,75 8,33 6,88 9,51 132,00 124,93 121,88 126,66
8,68 8,31 8,74 9,51 5,51 4,08 2,59 4,90 13,18 10,04 13,73 12,38
% di atas rerata Gabungan 10.14 5.80 2.90 18.84 11.59 2.90 1.45 15.94 8.70 4.35 4.35 17.39
% di bawah rerata Gabungan 7.25 15.94 8.70 31.88 5.80 18.84 10.14 34.78 8.70 17.39 7.25 31.88
297 41670.pdf
5. Sekolah Level Menengah Gabungan per level Sekolah
MEAS
53
6,34
Disposisi Matematik
53
124,64
6 10 10 26 6 10 10 26 6 10 10 26
27,67 23,5 20,3 23,23 9,83 6,20 5,60 6,81 128,67 124,60 127,20 126,54
12,75 8,86 10,13 10,29 6,85 2,90 2,76 4,25 18,96 12,89 14,46 14,48
N U Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
% di atas rerata Gabungan 5.66 11.32 9.43 26.42 5.66 7.55 7.55 20.75 5.66 7.55 9.43 22.64
% di bawah rerata Gabungan 5.66 7.55 9.43 22.64 5.66 11.32 11.32 28.30 5.66 11.32 9.43 26.42
KA
Komunikasi Matematik
sd
BU
22,83
̅
TE
53
Tinggi Sedang 9,03 Rendah Sub Total Tinggi Sedang 3,33 Rendah Sub Total Tinggi Sedang 13,20 Rendah Sub Total
∑
IV ER
Pemecahan Masalah Matematik
sd
TA S
̅
R
PAM ∑
SI
Kemampuan
Konvensional ∑
̅
sd
9 11 7 27 9 11 7 27 9 11 7 27
26,22 19,64 19,14 21,44 6,22 5,73 5,71 5,89 129,67 121,64 115,86 122,81
10,11 5,66 4,67 7,81 2,68 1,56 2,29 2,10 12,22 10,82 9,04 11,82
% di atas rerata Gabungan 13.21 9.43 3.77 26.42 9.43 3.77 5.66 18.87 11.32 7.55 1.89 20.75
% di bawah rerata Gabungan 3.77 11.32 9.43 24.53 7.55 16.98 7.55 32.08 5.66 13.21 11.32 30.19
298 41670.pdf
Per Pembelajaran 6. Pemecahan Masalah Matematik (Per Pembelajaran) MEAS
U Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
̅
sd
12 15 8 35 9 11 7 27 21 26 15 62
30,67 21 21,88 24,29 26,22 19,64 19,14 21,44 28,76 20,42 19,60 23,05
8,68 8,31 8,74 9,51 10,11 5,66 4,67 7,81 9,35 7,21 7,04 8,85
KA
7,05 7,88 8,98 9,45 12,75 8,86 10,13 10,29 10,03 7,88 9,87 10,36
∑
BU
37,54 25,87 25,83 30,32 27,67 23,5 20,3 23,23 34,42 24,88 22,27 27,25
R
13 16 5 34 6 10 10 26 19 26 15 60
Rerata per Pembelajaran (%) atas bawah 20.00 1.67 11.67 15.00 5.00 3.33 36.67 20.00 5.00 5.00 8.33 8.33 3.33 13.33 16.67 26.67 25.00 6.67 20.00 23.33 8.33 16.67 53.33 46.67
TE
sd
TA S
̅
N
Tinggi Sedang Atas Rendah Sub Total Tinggi Sedang Menengah Rendah Sub Total Tinggi Sedang Total Rendah Total
∑
SI
PAM
IV ER
Level Sekolah
Konvensional Rerata per Pembelajaran (%) atas bawah 14.52 4.84 9.68 14.52 3.23 9.68 27.42 29.03 9.68 4.84 9.68 8.06 0.00 11.29 16.13 27.42 24.19 9.68 16.13 25.81 3.23 20.97 43.55 56.45
299 41670.pdf
7. Komunikasi Matematik (Per Pembelajaran) MEAs
2,79 3,72 3,56 3,98 6,85 2,90 2,76 4,25 4,97 3,72 4,08 4,93
N U Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
sd
12,75 8,33 6,88 9,51 6,22 5,73 5,71 5,89 9,95 7,23 6,33 7,94
5,51 4,08 2,59 4,90 2,68 1,56 2,29 2,10 5,53 4,08 2,44 4,31
KA
15,15 10,67 10,67 12,38 9,83 6,20 5,60 6,81 13,47 8,73 7,67 9,97
̅
∑ 12 15 8 35 9 11 7 27 21 26 15 62
BU
13 16 5 34 6 10 10 26 19 26 15 60
R
sd
TE
̅
IV ER
Tinggi Sedang Atas Rendah Sub Total Tinggi Sedang Menengah Rendah Sub Total Tinggi Sedang Total Rendah Total
∑
TA S
PAM
Konvensional Rerata per Pembelajaran (%) atas bawah 21.67 0.00 18.33 8.33 5.00 3.33 45.00 11.67 3.33 6.67 1.67 15.00 1.67 15.00 6.67 36.67 25.00 8.33 20.00 23.33 6.67 18.33 51.67 48.33
SI
Level Sekolah
Rerata per Pembelajaran (%) atas bawah 14.52 4.84 14.52 9.68 3.23 9.68 32.26 24.19 4.84 9.68 1.61 16.13 1.61 9.68 8.06 35.48 19.35 14.52 16.13 25.81 4.84 19.35 40.32 59.68
300 41670.pdf
8. Disposisi Matematik (Per Pembelajaran) MEAs
U Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
̅
sd
12 15 8 35 9 11 7 27 21 26 15 62
132,00 124,93 121,88 126,66 129,67 121,64 115,86 122,81 131,00 123,54 119,07 124,98
13,18 10,04 13,73 12,38 12,22 10,82 9,04 11,82 12,51 10,30 11,79 12,19
KA
15,00 14,43 8,58 16,40 18,96 12,89 14,46 14,48 17,74 13,63 12,48 15,93
∑
BU
145,54 126,69 128,20 134,12 128,67 124,60 127,20 126,54 140,21 125,88 127,53 130,83
R
13 16 5 34 6 10 10 26 19 26 15 60
Rerata per Pembelajaran (%) atas bawah 20.00 1.67 13.33 13.33 3.33 5.00 36.67 20.00 5.00 5.00 5.00 11.67 6.67 10.00 16.67 26.67 25.00 6.67 18.33 25.00 10.00 15.00 53.33 46.67
TE
sd
TA S
̅
N
Tinggi Sedang Atas Rendah Sub Total Tinggi Sedang Menengah Rendah Sub Total Tinggi Sedang Total Rendah Total
∑
SI
PAM
IV ER
Level Sekolah
Konvensional Rerata per Pembelajaran (%) atas bawah 11.29 8.06 8.06 16.13 4.84 8.06 19.35 37.10 9.68 4.84 6.45 11.29 1.61 9.68 12.90 30.65 16.13 17.74 9.68 32.26 6.45 17.74 32.26 67.74
301 41670.pdf
Gabungan 9. Pemecahan Masalah Matematik (Gabungan)
U Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
∑
̅
12 15 8 35 9 11 7 27 21 26 15 62
30,67 21 21,88 24,29 26,22 19,64 19,14 21,44 28,76 20,42 19,60 23,05
BU
7,05 7,88 8,98 9,45 12,75 8,86 10,13 10,29 10,03 7,88 9,87 10,36 9.72
R
37,54 25,87 25,83 30,32 27,67 23,5 20,3 23,23 34,42 24,88 22,27 27,25 25.61
TE
13 16 5 34 6 10 10 26 19 26 15 60 122
Rerata Gabungan (%) atas bawah 10.66 0.00 5.74 7.38 2.46 1.64 18.85 9.02 2.46 2.46 4.10 4.10 3.28 4.92 9.84 11.48 13.11 2.46 9.84 11.48 5.74 6.56 28.69 20.49
TA S
sd
SI
̅
N
Tinggi Sedang Atas Rendah Sub Total Tinggi Sedang Menengah Rendah Sub Total Tinggi Sedang Total Rendah Total Gabungan
∑
KA
MEAS PAM
IV ER
Level Sekolah
Konvensional Rerata Gabungan (%) sd atas bawah 8,68 6.56 3.28 8,31 3.28 9.02 8,74 1.64 4.92 9,51 11.48 17.21 10,11 3.28 4.10 5,66 1.64 7.38 4,67 0.00 5.74 7,81 4.92 17.21 9,35 9.84 7.38 7,21 4.92 16.39 7,04 1.64 10.66 8,85 16.39 34.43
302 41670.pdf
10. Komunikasi Matematik (Gabungan) MEAs
2,79 3,72 3,56 3,98 6,85 2,90 2,76 4,25 4,97 3,72 4,08 4,93 4.70
N U Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
̅
12 15 8 35 9 11 7 27 21 26 15 62
12,75 8,33 6,88 9,51 6,22 5,73 5,71 5,89 9,95 7,23 6,33 7,94
KA
15,15 10,67 10,67 12,38 9,83 6,20 5,60 6,81 13,47 8,73 7,67 9,97 8.93
∑
BU
13 16 5 34 6 10 10 26 19 26 15 60 122
R
sd
TE
̅
IV ER
Tinggi Sedang Atas Rendah Sub Total Tinggi Sedang Menengah Rendah Sub Total Tinggi Sedang Total Rendah Total Gabungan
∑
Rerata Gabungan (%) atas bawah 10.66 0.00 12.30 0.82 4.10 0.00 27.05 0.82 1.64 3.28 0.82 7.38 1.64 6.56 4.10 17.21 12.30 3.28 13.11 8.20 5.74 6.56 31.15 18.03
TA S
PAM
SI
Level Sekolah
Konvensional Rerata Gabungan (%) sd atas bawah 5,51 6.56 3.28 4,08 4.92 7.38 2,59 1.64 4.92 4,90 13.11 15.57 2,68 1.64 5.74 1,56 0.82 8.20 2,29 0.82 4.92 2,10 3.28 18.85 5,53 8.20 9.02 4,08 5.74 15.57 2,44 2.46 9.84 4,31 16.39 34.43
41670.pdf
Lampiran E.5. Analisis Statistik Data Hasil Penelitian Lampiran E.5.1 Analisis Statistik Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik a. Uji Beda Rerata Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Berdasarkan Level Sekolah a.1 Uji Kenormalan Data Shapiro-Wilk Kelas MEAs Sekolah Level Atas Kelas Konv Sekolah Level Atas
0,983 34 0,858
BU
Skor Prob Solv
Statistic df Sig.
KA
Kelas
0,957 35 0,185 0,988 26 0,986
Kelas Konv Sekolah Level Menengah
0,922 27 0,043
S
TE R
Kelas MEAs Sekolah Level Menengah
TA
a.2 Uji Kehomogenan Ragam Dan Uji Beda Rerata
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
N
IV
ER
SI
a.2.1 Sekolah Level Atas
U
Skor Prob Equal variances Solv assumed
F
Sig.
0,019
0,890
t-test for Equality of Means Sig. t df (2-tailed) 2,219
67
0,030
a.2.2 Sekolah Level Menengah Levene's Test for Equality of Variances
Skor Prob Equal Solv variances assumed
F
Sig.
3,084
0,085
Independent Samples Test
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
t-test for Equality of Means Sig. t df (2-tailed) 0,314
51
0,755
304 41670.pdf
a.3 Rangkuman
Level Sekolah Atas Menengah
Levene’s Test 0,019 3,084
Sig. 0,890 0,085
KA
Level Sekolah t-test for Equality of Means Sig. (2-tailed) Ho Atas 2,219 0,03 Ditolak Menengah 0,314 0,755 Diterima
BU
b. Uji beda Rerata Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sekolah Level Atas
TE R
b.1 Uji Normalitas
Tests of Normality Shapiro-Wilk
S
TA
Skor
Pembelajaran Statistic df Sig. MEAs 0,983 34 0,858 0,958 35 0,200
SI
Konvensional
U
N
IV
ER
b.2 Uji Kehomogenan Ragam Data Dan Beda Rerata
Skor Equal variances Prob Solv assumed
Levene's Test for Equality of Variances F 0,014
t-test for Equality of Means Sig. Sig. t df (2-tailed) 0,905 2,645 67 0,010
b.3 Rangkuman Level Sekolah df Levene’s Test Sig. Atas 0,014 0,905 67
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
305 41670.pdf
Level df t-test for Equality of Means Sig. (2-tailed) Ho Sekolah Atas 2,645 0,010 ditolak 67 c. Uji Beda Rerata Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Berdasarkan Pembelajaran Pada Data Gabungan c.1 Uji Kenormalan Data Tests of Normality
KA
Shapiro-Wilk
Pembelajaran Statistic df Sig.
BU
0,991 60 0,928 0,951 62 0,015
TE R
Skor Prob MEAS Solv Konvensional
TA
S
c.2 Uji Beda Rerata Pada Data Gabungan
SI
Test Statisticsa SkorProbSolvMath
U
N
IV
ER
Mann-Whitney U 1468,500 Wilcoxon W 3421,500 Z -2,007 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,045 a. Grouping Variable: Pembelajaran
d. Interaksi Pembelajaran dan Level Sekolah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa d.1 Uji Normalitas Level Sekolah df Shapiro-Wilk ’s Test Sig. Atas 69 0,974 0,167 Menengah 53 0,978 0,437
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
306 41670.pdf
d.2 Uji Homogenitas Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable: Skor Prob Solv F
df1 1,384
df2 3
Sig.
118
0,251
d.3 ANOVA Dua
Jalur
Source
KA
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Skor Prob Solv
Type III Sum of Squares df Mean Square 1402,527a 3 73848,313 1 458,618 1 739,314 1 135,413 1 10255,866 118 88610,000 122 11658,393 121
TE R
S TA SI
ER IV N U Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Sig.
467,509 5,379 0,002 73848,313 849,670 0,000 458,618 5,277 0,023 739,314 8,506 0,004 135,413 1,558 0,214 86,914
BU
Corrected Model Intercept Pembelajaran Level Pembelajaran * Level Error Total Corrected Total
F
307 41670.pdf
TE R
BU
KA
d.4 Diagram Garis Pengaruh Interaksi Pembelajaran dan Level Sekolah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
S
e. Interaksi Pembelajaran Dan PAM Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
U
N
SI
IV
ER
e.1 Uji Normalitas
TA
Matematik Siswa
Shapiro-Wilk PAM
Statistic df Sig.
Skor Tinggi
0,976 40 0,549
Sedang
0,972 52 0,268
Rendah
0,974 30 0,641
e.2 Uji Homogenitas Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:Skor Prob Solv F
df1
1,055
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
df2 5
116
Sig. 0,389
308 41670.pdf
d.3 ANOVA Dua Jalur Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Skor Prob Solv Type III Sum of Squares df Mean Square
Corrected Model
3076,419a
5
Intercept
72807,762
1
526,611
1
2512,962
2
38,393
2
Pembelajaran PAM Pembelajaran * PAM
8581,974 116
Total
88610,000 122
Corrected Total
11658,393 121
TE R
F
8,317 0,000
526,611
7,118 0,009
1256,481 16,983 0,000 19,197
0,259 0,772
73,983
U
N
IV
ER
SI
TA
S
e.4 Diagram Garis Pengaruh Interaksi Pembelajaran dan PAM Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Sig.
72807,762 984,121 0,000
BU
Error
615,284
KA
Source
309 41670.pdf
Multiple Comparisons Dependent Variable: Skor Prob Solv
(I) PAM
8,7962*
Tinggi Sedang
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
1,80895 0,000 4,3105
13,2818
*
2,07741 0,000 5,3653
15,6680
*
1,80895 0,000 -13,2818
-4,3105
1,97201 0,684 -3,1695
6,6105
2,07741 0,000 -15,6680
-5,3653
Sedang -1,7205 1,97201 0,684 -6,6105 * Bonferroni Tinggi Sedang 8,7962 1,80895 0,000 4,4019 * Rendah 10,5167 2,07741 0,000 5,4702 * Sedang Tinggi -8,7962 1,80895 0,000 -13,1904 Rendah 1,7205 1,97201 1,000 -3,0699 * Rendah Tinggi -10,5167 2,07741 0,000 -15,5631 Sedang -1,7205 1,97201 1,000 -6,5109 Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 73,983. *. The mean difference is significant at the 0,05 level.
3,1695 13,1904 15,5631 -4,4019 6,5109 -5,4702 3,0699
Rendah
10,5167
Sedang Tinggi
-8,7962
Rendah
1,7205 -10,5167
ER
SI
TA
S
TE R
BU
Rendah Tinggi
*
KA
Scheffe
(J) PAM
Mean Difference (IJ)
95% Confidence Interval
IV
f. Interaksi Pembelajaran Level Sekolah Dan PAM Terhadap Kemampuan
U
N
Pemecahan Masalah Matematik Siswa f.1 Uji Homogenitas Ragam Data Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:Skor Prob Solv F
df1 1,024
11
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
df2 110
Sig. 0,431
310 41670.pdf
f.2 Uji ANOVA Dua Jalur Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Skor df
3764,930a 11 66747,661 1 532,095 1 449,443 1 1797,117 2 67,800 1 151,426 2 1,461 2 27,376 2
TE R
U
N
IV
ER
SI
TA
S
7893,464 110 88610,000 122 11658,393 121
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
F
Sig.
342,266 4,770 0,000 66747,661 930,167 0,000 532,095 7,415 0,008 449,443 6,263 0,014 898,558 12,522 0,000 67,800 0,945 0,333 75,713 1,055 0,352 0,730 0,010 0,990 13,688 0,191 0,827
BU
Corrected Model Intercept Level Pembelajaran PAM Level * Pembelajaran Level * PAM Pembelajaran * PAM Level * Pembelajaran * PAM Error Total Corrected Total
Mean Square
KA
Type III Sum of Squares
Source
71,759
311 41670.pdf
Lampiran E.5. 2. Analisis Statistik Data Kemampuan Komunikasi Matematik a. Analisis Beda Rerata Skor Kemampuan Komunikasi Matematik Berdasarkan Pembelajaran Pada Setiap Level Sekolah a.1 Uji Normalitas Tests of Normality Shapiro-Wilk Statistic df Sig. 0,975 34 0,621
KA
Kelas Skor Kelas MEAs Sekolah Level Atas
0,895 35 0,003
BU
Kelas Konv Sekolah Level Atas
0,844 26 0,001
Kelas Konv Sekolah Level Menengah
0,964 27 0,450
TE R
Kelas MEAs Sekolah Level Menengah
TA
S
a.2. Uji Beda Rerata Mann-Whitney Siswa Di Sekolah Level Atas
SI
Test Statisticsa
U
N
IV
ER
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Pembelajaran
Skor 364,000 994,000 -2,780 0,005
a.3 Uji Beda Rerata Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Berdasarkan Pembelajaran Pada Sekolah Level Menengah Test Statisticsa Skor Mann-Whitney U 333,500 Wilcoxon W 711,500 Z -0,314 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,753 a. Grouping Variable: Pembelajaran
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
312 41670.pdf
b. Analisis Beda Rerata Skor Kemampuan Komunikasi Matematik Berdasarkan Pembelajaran Pada Data Gabungan Uji Kenormalan Data Tests of Normality Shapiro-Wilk Pembelajaran Statistic df Sig. Skor MEAs 0,967 60 0,107 Konvensional 0,864 62 0,000
KA
Test Statisticsa
TA
S
TE R
BU
Skor Mann-Whitney U 1390,000 Wilcoxon W 3343,000 Z -2,415 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,016 a. Grouping Variable: Pembelajaran
c. Analisis Interaksi Pembelajaran Dan Level Sekolah Terhadap Kemampuan
ER
SI
Komunikasi Matematik
Tests of Normality Shapiro-Wilk
U
N
IV
c.1 Uji Kenormalan Data Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Setiap Level Sekolah
Kelas Skor Kelas MEAs Sekolah Level Komunikasi Atas Kelas Konv Sekolah Level Atas
Statistic df Sig. 0,960 69 0,028 0,845 53 0,000
Level Sekolah df Shapiro-Wilk ’s Test Sig. Atas 0,960 0,028 69 Menengah 0,845 0,000 53
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
313 41670.pdf
c.2 Diagram Plot Interaksi Pengaruh Interaksi Pembelajaran dan Level Sekolah
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik
IV
d. Analisis Interaksi Pembelajaran Dan Pengetahuan Awal Matematik Terhadap
U
N
Kemampuan Komunikasi Matematik d.1 Uji Normalitas Tests of Normality Shapiro-Wilk PAM Statistic df Sig. Skor Tinggi 0,946 40 0,055 Sedang
0,935 52 0,007
Rendah
0,938 30 0,079
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
314 41670.pdf
d.2 Diagram Plot Interaksi Pengaruh Interaksi Pembelajaran dan PAM
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
Sekolah Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
315 41670.pdf
Lampiran E.5.3. Analisis Statistik Data Disposisi Matematik
a. Uji Beda Rerata Skor Disposisi Matematik Siswa Antar Pembelajaran Di Setiap Level Sekolah a.1 Uji Kenormalan Data Skor Disposisi Matematik Level Sekolah
Shapiro-Wilk
Pembelajaran
Statistic df Konvensional
0,961
MEAs
0,967
Konvensional
0,942
34 0,811
KA
0,981
35 0,237 26 0,538 27 0,138
TE R
Menengah
MEAs
BU
Atas
Sig.
SI
TA
Berdasarkan Level Sekolah
S
a.2 Uji Kehomogenan Ragam Data Skor Disposisi Matematik Siswa
ER
Level Sekolah Levene’s Test df1 df2
Sig.
1,762
1
67
0,189
Menengah
0,452
1
51
0,504
N
IV
Atas
U
a.3 Uji Beda Rerata Hasil Tes Disposisi Matematik Siswa Berdasarkan Pembelajaran Pada Sekolah Level Menengah Level Sekolah df t-test for Equality of Means Sig. (2-tailed) Ho Atas 2,137 0,036 Ditolak 67 Menengah 1,027 0,309 Diterima 51
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
316 41670.pdf
b. Analisis Beda Rerata Skor Disposisi Matematik Berdasarkan Pembelajaran Pada Data Gabungan b.1 Uji Kehomogenan Ragam Data Skor Disposisi Matematik Berdasarkan Pembelajaran Pada Siswa Gabungan
Shapiro-Wilk Statistic df Sig. 60 0,259 62 0,050
KA
Pembelajaran MEAs 0,975 Konvensional 0,962
BU
b.2 Uji Kehomogenan Ragam Data Skor Disposisi Matematik Berdasarkan Pembelajaran Pada Siswa Gabungan
TE R
Test of Homogeneity of Variances Disposisi
df1
df2
Sig.
2,440
1
120
0,121
TA
S
Levene Statistic
ER
SI
b.3 Uji Beda Rerata Skor Disposisi Matematik Siswa Berdasarkan Pembelajaran Pada Siswa Gabungan
N
IV
Level Sekolah df t-test for Equality of Means Sig. (2-tailed) Ho Gabungan 2,282 0,024 ditolak 120
U
c. Analisis Pengaruh Simultan (Interaksi) Pembelajaran Dan Level Sekolah Terhadap Disposisi Matematik c.1 Uji Kenormalan Data Skor Disposisi Matematik Setiap Level Sekolah
Level Sekolah Atas Menengah
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Shapiro-Wilk Statistic df Sig. 0,972 69 0,129 0,969 53 0,180
317 41670.pdf
c.2 Uji Kehomogenan Ragam Data Gabungan Skor Disposisi Matematik Levene's Test of Equality of Error Variancesa F
df1
df2
Sig.
0,901
3
118
0,443
c.3 Hasil ANOVA Uji Pengaruh Simultan Antara Pembelajaran Dan Level
KA
Sekolah Terhadap Disposisi Matematik Siswa Tests of Between-Subjects Effects
Source
2114,680a
Corrected Model
1949559,452
Sekolah
Total
Sig.
3,623
0,015
1949559,452 10019,534
0,000
977,294
5,023
0,027
937,096
1
937,096
4,816
0,030
104,614
1
104,614
,538
0,465
22959,951
118
194,576
2019573,000
122
25074,631
121
SI
U
N
Corrected Total
1
704,893
F
1
ER
IV
Error
3
Mean Square
977,294
Pembelajaran Sekolah * Pembelajaran
df
TA
S
Intercept
TE R
Type III Sum of Squares
BU
Dependent Variable:Disposisi
a. R Squared = .084 (Adjusted R Squared = .061)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
TA
S
TE R
BU
KA
318 41670.pdf
SI
d. Analisis Pengaruh Simultan (Interaksi) Pembelajaran Dan Pengetahuan Awal
ER
Matematik Terhadap Disposisi Matematik
U
N
IV
d.1 Uji Kenormalan Data Skor Disposisi Matematik Setiap PAM
PAM
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
*
Disposisi Tinggi
0,095
40
0,200
0,984
40
0,839
Sedang
0,114
52
0,087
0,961
52
0,083
Rendah
0,118
30
0,200*
0,961
30
0,330
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
319 41670.pdf
d.2 Uji Kehomogenan Ragam Data Gabungan Skor Disposisi Matematik Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:Disposisi F
df1
df2
Sig.
1,641
5
116
,155
KA
d.3 Uji ANOVA untuk melihat pengaruh Interaksi Pembelajaran Dan PAM terhadap Disposisi Matematik Tests of Between-Subjects Effects Type III Sum of Squares
Corrected Model
Mean Square
4853.691a 5
970.738
1895761.874 1291.225
PAM
N
Corrected Total
1895761.874 10875.280
.000
7.407
.007
3532.244
2
1766.122
10.132
.000
321.708
2
160.854
.923
.400
20220.940
116
174.318
2019573.000
122
25074.631
121
SI
IV
Total
.000
1291.225
ER
Error
Sig.
1
TA
Pembelajaran Pembelajaran * PAM
1
F 5.569
S
Intercept
df
TE R
Source
BU
Dependent Variable:Disposisi
U
a. R Squared = .194 (Adjusted R Squared = .159)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
320 41670.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
321 41670.pdf
Lampiran E.6. Analisis Asosiasi Lampiran E.6.1. Kriteria Pengkategorian Data untuk Analisis Asosiasi
Tinggi (T) Sedang (S) Rendah (R)
KA
Kategori
Ketentuan Konversi Pemecahan Masalah Komunikasi Disposisi Matematik Matematik Matematik (Skor Maks = (Skor Maks = 50) (Skor Maks = 20) 162,493) x ≥ 37,5 x ≥ 15 x ≥ 121,87 27,5 < x < 37,5 11 < x < 15 89,37 < x < 121,87 x ≤ 27,5 x ≤ 11 x ≤ 89,37
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
x adalah skor yang diperoleh siswa
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
322 41670.pdf
Lampiran E.6. 2. Data Hasil Pengkategorian
KONV T T T R R S R R R T T S S T S R R R S T S R R R R R R S T S S S S T T R R
R
S
R
S
R
R
R
R
S
R
R
R
R
T
R
R
S
T
S
R
R
S
R
R
R
S
R
R
R
R
R
R
T
S
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
S
T
S
R
R
R
R
R
T
S
R
S
S
S
S
S
R
S
R
S
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
S
S
S
S
S
S
S
S
S
R
R
R
S
R
S
S
R
R
R
R
R
S
T
S
R
R
R
R
T
R
R
R
R
S
R
S
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
S
IV N
T
T
R
S
T
T
S
S
R
R
S
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
S
R
R
R
S
R
S
R R
R S
S R
R R
R R
S R
S
R
R S
BU
R
TE R
R
T
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
S
R
S
R
R
S
S
R
R
R
R
R
S
R
R
R
R
S
R
R
R
R
R
R
R
R
S
R
R
R
S
R
R
R
R
R
R
R
S
R
R
R
S
R
R
R
R
S
R
S
S
S
TA
T
T
R
ER
T
KONV
MEAs
SI
MEAs T T T S S T S R S S T S T S T S S T T S R R T S
U
T T T T R S S S S S S S
SEKOLAH LEVEL MENENGAH
KA
SEKOLAH LEVEL ATAS
R
R
R
R
S
R
S
S
R
R
S
R
R
R
R
R
R
R
S
S
R
R
R
R
R
R
R
S
R
R
S
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
S
R
R
R
R
R
R
323 41670.pdf
Lampiran E.6. 3. Uji Asosiasi Antara Kemampuan Pemecahan Masalah, Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematik Pada Data Gabungan a. Uji Chi-Square Antara Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Pada Data Gabungan Uji Chi-Square Antara Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik
Asymp. Sig. (2-sided) 0,000 0,000 0,000
KA
Chi-Square Tests Value df a 42,383 4 41,600 4 41,160 1
S
TE R
BU
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 122 a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.18.
ER
SI
TA
Koefisien Kontingensi Untuk Asosiasi Antara Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Pada Data Gabungan
U
N
IV
Contingency Coefficient N of Valid Cases
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Value Approx. Sig. 0,508 0,000 122
324 41670.pdf
b. Uji Asosiasi Antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Dengan Disposisi Matematik Pada Data Gabungan Uji Chi-Square Antara Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square
0,000
Likelihood Ratio
20,246 4
0,000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
15,604 1
0,000
KA
25,176a 4
TE R
BU
122 a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .59.
TA
S
Koefisien Kontingensi Untuk Asosiasi Antara Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik
U
N
IV
ER
SI
Contingency Coefficient (C) N of Valid Cases
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Value Approx. Sig. 0,414 122
0,000
325 41670.pdf
c. Uji Chi-Square Antara Kemampuan Komunikasi Matematik Dengan Disposisi Matematik Pada Data Gabungan Uji Asosiasi Antara Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematik Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
20,599a 4
0,000
Likelihood Ratio
26,443 4
0,000
Linear-by-Linear Association
18,229 1
0,000
N of Valid Cases
BU
KA
122 a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .59.
Value
Approx. Sig.
Contingency Coefficient (C) N of Valid Cases
0,380
0,000
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
Koefisien Kontingensi Untuk Asosiasi Antara Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematik
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
122
326 41670.pdf
Lampiran E.6.4. Uji Asosiasi Antara Kemampuan Pemecahan Masala, Komunikasi dan Disposisi Matematik Siswa Dalam Pembelajaran MEAs a. Uji Asosiasi Antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Dengan Komunikasi Matematik Siswa Dalam Pembelajaran MEAs Uji Chi-Square Antara Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Chi-Square Tests Value df a 14.433 4 15.349 4 13.553 1
Asymp. Sig. (2-sided) 0,006 0,004 0,000
TA
S
TE R
BU
KA
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 60 a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.20.
ER
SI
Koefisien Kontingensi Untuk Asosiasi Antara Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Symmetric Measures
U
N
IV
Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient 0,440 N of Valid Cases 60
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Approx. Sig. 0,006
327 41670.pdf
b. Uji Asosiasi Antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Dengan Disposisi Matematik Siswa Dalam Pembelajaran MEAs
TE R
BU
KA
Uji Chi-Square Antara Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value df sided) a Pearson Chi-Square 8,185 4 0,085 Likelihood Ratio 6,717 4 0,152 Linear-by-Linear 4,181 1 0,041 Association N of Valid Cases 60 a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .67.
U
N
IV
ER
SI
TA
S
Koefisien Kontingensi Untuk Asosiasi Antara Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik Siswa dengan Pembelajaran MEAs Symmetric Measures Approx. Value Sig. Nominal by Contingency 0,346 0,085 Nominal Coefficient N of Valid Cases 60
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
328 41670.pdf
c. Uji Asosiasi Antara Kemampuan Komunikasi Matematik Dengan Disposisi Matematik Siswa Dalam Pembelajaran MEAs Uji Chi-Square Antara Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematik Siswa dengan Pembelajaran MEAs
BU
KA
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) a Pearson Chi-Square 9,689 4 0,046 Likelihood Ratio 13,041 4 0,011 Linear-by-Linear Association 8,053 1 0,005 N of Valid Cases 60 a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .75.
TE R
Koefisien Kontingensi Untuk Asosiasi Antara Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematik
SI
Contingency Coefficient
U
N
IV
ER
Nominal by Nominal N of Valid Cases
TA
S
Symmetric Measures
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Value 0,373 60
Approx. Sig. 0,046
BU
KA
329 41670.pdf
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
Lampiran F. Perizinan dan Surat Keterangan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka