PERSETUJIJAN PEⅣ IBIIⅦ BING KEⅣ hⅣIPUAN MEⅣ IPRODUKSITEKS
ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGER1l BONGOⅣ IEME
Dr,Hi`Asntt Ntelu,M.Hu盤 NIP。 1962100919880320112
NiF.197708172005011004
Ⅳlengetahui,
Ketua jurusan Bahasa dan SastFa lndOllesia
IV
KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME
Agung Gede Suputra Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo Anggota Asna Ntelu Muslimin
ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan memproduksi teks anekdot pada pembelajaran bahasa Indonesia. Adapun yang menjadi rumusan masalah yaitu bagaimanakah kemampuan memproduksi teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 1 Bongomeme?, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan memproduksi teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 1 Bongomeme?, dan bagaimana solusi yang dilakukan untuk memecahkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan memproduksi teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 1 Bongomeme?. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Adapun yang menjadi populasi dan sampel adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Bongomeme. Untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan tujuan di atas, dilakukan dengan cara teks kemampuan, observasi, dan wawancara. Data-data tersebut dianalisis dengan menggu nakan rubrik penilaian sesuai dengan buku guru. Hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan memproduksi teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 1 Bongomeme berada pada kategori baik dengan nilai rata-rata 63,73. Hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor guru dan faktor siswa.. Kata Kunci: kemampuan, memproduksi, teks anekdot.
PENDAHULUAN Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan sarana untuk mengembangkan kemampuan berbahasa siswa baik lisan maupun tulisan. Pada semua jenjang pendidikan, bahasa Indonesia dijadikan sebagai mata pelajaran wajib yang diperoleh siswa sejak Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), maupun di Perguruan Tinggi. Di Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA) menulis teks sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk diajarkan kepada siswa karena keterampilan menulis sudah menjadi kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari yang terkait dengan kegiatan tulis menulis. Dengan menulis diharapkan siswa mampu mengungkapkan gagasan atau ide secara jelas, logis, sistematis, sesuai dengan konteks dan keperluan komunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Lestari (2009:9) bahwa “menulis merupakan sebuah seni yaitu dalam menuangkan ide seorang pengarang ke dalam suatu tulisan bebas, sesuai dengan kreatifitas dan daya seni seseorang”. Menulis berarti menghasilkan atau memproduksi suatu karangan baik bersifat nyata maupun tidak. Kegiatan menulis dapat memupuk kreatifitas siswa dalam mengembangkan imajinasinya. Begitupun dalam memproduksi teks anekdot. Teks anekdot sebagai salah satu genre teks yang wajib dipelajari siswa SMA/MA dalam Kurikulum 2013 mengarah pada kemunculan berbagai efek positif bagi siswa. Penggunaan teks anekdot sebagai materi, sumber belajar, maupun sebagai sisipan dalam pengembangan strategi pembelajaran mengarah pada pencapaian keberhasilan belajar siswa. Dengan kata lain teks anekdot mampu menjadi salah satu sarana dalam pengembangan diri siswa, baik bagi perkembangan dan peningkatan kompetensi kebahasaan, berbahasa, bersastra, penguasaan kompetensi mata pelajaran lain, maupun pembentukan ahlak luhur dalam pembentukan karakter. Menurut Marahimin (1994:254) “teks anekdot adalah sebuah cerita kecil atau narasi yang dikatakan penelitinya sebagai yang dialami oleh orang lain”.
Pada Kurikulum 2013 teks anekdot diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Sesuai dengan prinsip pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum tersebut yakni berbasis teks, maka teks anekdot menjadi salah satu teks yang wajib dipelajari siswa. Hanya saja teks anekdot tidak diperkenalkan sejak SMP, tetapi baru dikenalkan mulai SMA/MA. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kemendikbud (2013:vi) yang mengemukakan bahwa “tahapan pembelajaran yang harus ditempuh oleh seorang guru yaitu: (1) tahap pembangunan konteks; (2) tahap pemodelan teks; (3) tahap pembuatan teks secara bersama-sama; dan (4) tahap teks secara mandiri”. Namun demikian, tidaklah mudah memproduksi suatu teks anekdot. Menurut Christoper (2012:1) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memproduksi teks anekdot yaitu; (1) abstraksi atau bagian awal paragraf yang berfungsi memberi gambaran tentang isi teks; (2) orientasi atau bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau latar belakang bagaimna peristiwa terjadi; (3) krisis atau bagian dimana terjadi hal atau masalah yang unik atau tidak biasa yang terjadi pada sipenilis atau orang yang diceritakan; (4) reaksi atau bagian bagaimana cara menulis atau orang yang ditulis menyelasaikan masalah yang timbul di bagian krisis tadi; (5) koda atau bagian akhir dari cerita. Memproduksi teks anekdot berarti menghasilkan sebuah karangan yang bersifat menghibur atau lucu berdasarkan pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Melalui pembelajaran teks anekdot siswa diharapkan mampu memahami struktur teks anekdot sehingga siswa mampu memproduksi teks anekdot berdasarkan hal-hal berikut, yaitu abstraksi, orientasi, krisis, reaksi dan koda. Namun kenyataan yang diperoleh peneliti selama melakukan observasi pada saat proses pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Bongomeme kemampuan siswa dalam memproduksi teks anekdot masih rendah. Hal ini dikarenakan siswa kurang memahami konsep dan struktur teks anekdot. Hal tersebut terlihat ketika guru menyuruh siswa membuat teks anekdot, siswa kurang memahami cara menyusun atau memproduksi teks anekdot dengan baik dan benar. Selain itu, kurangnya pengetahuan guru terhadap pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 dan kurang motivasi yang diberikan oleh guru terhadap siswa
dalam menulis, sehingga berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memproduksi teks anekdot. Sehubungan dengan permasalahan ini, teori yang melandasi adalah Tarigan, (2013:22). berpendapat “Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa”. Baradja (dalam Pateda, (2004:78) mengemukakan bahwa tahap menulis dapat dibagi menjadi lima tahapan. 1) Mencontoh, siswa menulis sesuai contoh. 2) Reproduksi, siswa mulai menulis tanpa ada model. 3) Rekombinasi/transformasi, siswa mulai berlatih menggambungkan kalimatkalimat yang pada mulanya berdiri sendiri menjadi gabungan beberapa kalimat. 4) Menulis terpimpin, siswa mulai berkenalan dengan penelitian alinia. 5) Menulis, siswa mulai menulis bebas, mulai mengembangkan keterampilan menulis. Kelima tahapan di atas merupakan tahapan-tahapan menulis yang perlu diperhatikan oleh siswa dalam membuat sebuah tulisan. Tulisan yang baik antara lain jika idenya disampaikan dalam bentuk kata yang tepat, struktur kalimat yang efektif, paragraf yang koherensif, ejaan yang tepat, dan penalaran yang logis dan sistematis. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari tujuan menulis antara lain dengan menulis kita dapat menggali kemampuan dan potensi dalam menyusun kata perkata sehingga menjadi suatu bentuk tulisan yang utuh. Selain itu, melalui menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan seperti dapat memotivasi untuk banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. “Tetapi dalam kebanyakan tujuan menulis, ada satu tujuan yang menonjol atau dominan; dan yang dominan ialah yang memberi nama atas keseluruhan tujuan tersebut” (D’Angelo dalam Tarigan, 2013:25).
Kegiatan menulis terdiri atas beberapa jenis. Menurut Kaplan (dalam Tarigan, 2013:297) menyatakan bahwa pada dasarnya ada empat jenis kegiatan menulis yaitu sebagai berikut. 1) Menulis tanpa menyusun (mengisi tempat yang kosong dalam teks, mengisi formulir, membuat transkripsi dari pembicaraan lisan atau membuat daftar kata); 2) Menulis untuk tujuan informasional (membuat catatan, membuat laporan, membuat ringkasan); 3) Menulis untuk tujuan pribadi (membuat buku harian, memo, catatan-catatan pribadi); 4) Menulis untuk tujuan imajinatif (membuat cerita, drama atau puisi). Dari keempat kegiatan menulis di atas, peneliti lebih fokus pada nomor empat yaitu menulis untuk tujuan imajinatif (membuat cerita, drama atau puisi) karena teks anekdot termasuk dalam kategori cerita imajinatif. “Teks
anekdot
adalah
semacam
cerita
pendek
yang
bertujuan
menyampaikan karakteristik yang menarik atau aneh mengenai seseorang atau sesuatu hal lain” (Keraf, 1986:142). Selain itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2013: 126) mengungkapkan “anekdot dapat merupakan cerita rekaan yang tidak harus didasarkan pada kenyataan yang terjadi di masyarakat. Partisipan atau pelaku di dalamnya pun tidak harus orang penting”. Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teks anekdot merupakan cerita pendek yang menarik atau aneh yang dialami diri sendiri atau orang lain namun juga dapat berupa sebuah cerita rekaan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memproduksi teks anekdot. Menurut Christoper (2012:1) struktur teks anekdot yaitu; (1) abstraksi atau bagian awal paragraf yang berfungsi memberi gambaran tentang isi teks; (2) orientasi atau bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau latar belakang bagaimna peristiwa terjadi; (3) krisis atau bagian dimana terjadi hal atau masalah yang unik atau tidak biasa yang terjadi pada sipenulis atau orang yang diceritakan; (4) reaksi atau bagian bagaimana cara penulis atau orang yang ditulis menyelasaikan
masalah
yang
timbul
dibagian
krisis
tadi;
(5)
koda
atau bagian akhir dari cerita. Jadi, dalam struktur teks anekdot, ada lima hal yang perlu diperhatikan yaitu abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Kelima struktur tersebut mengarahkan siswa untuk menulis teks anekdot. Teks anekdot dimaksud adalah teks anekdot yang memiliki awal paragraf atau gambaran isi, orientasi atau awal kejadian cerita, krisis atau munculnya permasalahan, reaksi atau penyelesaian dari masalah tersebut, dan koda atau akhir cerita. Hal tersebut dimaksudkan agar pesan penulis dapat tersampaikan dengan baik dan sistematis kepada pembaca. Memproduksi teks anekdot berarti menghasilkan sebuah teks. Dalam memproduksi teks anekdot, Rex berpendapat bahwa terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu (1) menentukan topik yang lucu; (2) mengumpulkan materi-materi yang bersesuaian dengan topik; (3) membuat subtopik; (4) menyusun kerangka teks anekdot berdasarkan subtopik yang telah tersedia; (5) mengembangkan kerangka yang telah dibuat menjadi teks anekdot yang lengkap. Memproduksi teks anekdot hampir sama dengan memproduksi teks yang lain. Hanya saja dalam memproduksi teks anekdot harus bersifat lucu dan menghibur. Teks anekdot yang baik adalah teks anekdot yang memiliki struktur teks secara runtun sehingga teks anekdot yang dihasilkan bisa dipahami oleh pembaca serta bisa mempengaruhi pembaca. Selain itu, dalam memproduksi teks anekdot, perlu memperhatikan topik yang dibahas, mengumpulkan materi dan menentukan subtopik yang tepat, menentukan kerangka teks dan menyusunnya sehingga menjadi teks anekdot yang utuh. Selain itu unsur kebahasaan perlu diperhatikan yaitu ejaan, kalimat, dan kosakata. Berdasarkan tujuan di atas, maka tujuan yang akan dicapai melalui kajian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan memproduksi teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 1 Bongomeme. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bongomeme. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan siswa
kels X SMA Negeri 1 Bongomeme secara apa adanya. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Bongomeme yang berjumlah 272 siswa yang tersebar pada 8 kelas. Sedangkan sampel dalam penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas X-B SMA Negeri 1 Bongomeme yang berjumlah 33 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes kemampuan, observasi, dan wawancara.“Tes kemampuan yaitu untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes” (Arikunto, 2010:266). Dalam hal ini tes kemampuan yang diberikan kepada siswa yaitu tes unjuk produk. Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang faktor penyebab rendahnya kemampuan siswa dalam memproduksi teks anekdot dan upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki rendahnya kemampuan siswa dalam memproduksi teks anekdot. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak berstruktur yang merupakan wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka dilakukan analisis data dengan menggunakan rubrik penilaian. Rubrik Penilaian Kemampuan Memproduksi Teks Anekdot Aspek Yang Dinilai
Isi
Skor
Kriteria
27-30
Sangat baik: Menguasai topik tulisan; substantif; abstraksi orientasi krisis reaksi koda; relevan dengan topik yang dibahas.
22-26
Cukup Baik: Cukup menguasai permasalahan; cukup memadai; pengembangan tesis terbatas; relevan dengan topik, tetapi kurang teroerinci.
17-21
Sedang cukup: Penguasaan permasalahan terbatas; substansi kurang; pengembangan topik tidak memadai.
13-16
18-20
14-17 Struktur (abstraksi, orientasi, krisis reaksi, koda)
10-13
7-9
Sangat kurang: tidak menguasai permasalahan; tidak ada substansi; tidak relevan; tidak layak dinilai . Sangat baik: gagasan terungkap padat, dengan jelas; tertata dengan baik; urutan logis (abstraksi orientasi krisis reak si koda); kohesif. Cukup baik: kurang terorganisasi, tetapi ide utama ternyatakan; pendukung terbatas; logis, tetapi tidak lengkap. Sedang cukup: gagasan kacau atau tidak terkait; urutan dan pengembangan kurang logis. Sangat kurang: tidak komunikatif; tidak terorganisasi; tidak layak dinilai
18-20
Sangat baik: penguasaan kata canggih, pilihan kata dan ungkapan efektif, menguasai pembentukan kata, penggunaan register tepat.
14-17
Cukup baik: penguasaan kata memadai, pilihan, bentuk, dan penggunaan kata/ungkapan kadangkadang salah, tetapi tidak mengganggu
10-13
Sedang cukup: penguasaan kata terbatas, sering terjadi kesalahan bentuk, pilihan, dan penggunaan kosakata/ungkapan makna atau tidak jelas.
7-9
Sangat kurang: pengetahuan tentang kosakata, ungkapan, dan pembentukan kata rendah, tidak layak dinilai
18-20
Sangat baik: konstruksi kompleks dan efektif terdapat hanya sedikit kesalahan penggunaan bahasa.
14-17
Cukup baik: konstruksi sederhana tetapi efektif, terdapat kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan penggunaan bahasa tetapi makna cukup jelas.
10-13
Sedang cukup: terjadi banyak kesalahan dalam konstruksi kalimat tunggal, kompleks, makna
Kosakata
membingungkan. 7-9
Sangat kurang: tidak menguasai tata kalimat, terdapat banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak dinilai.
9-10
Sangat baik: menguasai atauran penulisan, terdapat sedikit sekali kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf.
7-8
Cukup baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf, tetapi tidak mengaburkan makna.
4-6
Sedang cukup: Sering terjadi kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf, tetapi tidak mengaburkan makna.
1-3
Sangat kurang: tidak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf, tulisan tidak terbaca, tidak layak dinilai.
Kalimat
Ejaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan memproduksi teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 1 Bongomeme di uraikan sebagai berikut. Kemampuan memproduksi teks anekdot dilihat dari struk teks bahwa siswa yang memperoleh kategori kemampuan sangat baik berjumlah 2 orang atau 6%, kategori kemampuan baik berjulah 7 orang atau 22%, kategori kemampuan cukup berjumlah 13 orang atau 39 %, dan kemampuan kurang sebanyak 11 orang atau 33 %. Kemampuan siswa memproduksi teks anekdot dilihat dari isi teks menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh kategori kemampuan sangat baik berjumlah 3 orang atau 9%, kategori kemampuan baik berjulah 5 orang atau 15%,
kategori kemampuan cukup berjumlah 13 orang atau 40%, dan kemampuan kurang sebanyak 12 orang atau 36 %. Kemampuan siswa memproduksi teks anekdot dilihat dari aspek kosakata bahwa siswa yang memperoleh kategori kemampuan sangat baik berjumlah 1 orang atau 3 %, kategori kemampuan baik berjulah 9 orang atau 27 %, kategori kemampuan cukup berjumlah 18 orang atau 55 %, dan kemampuan kurang sebanyak 5 orang atau 15 %. Kemampuan siswa memproduksi teks anekdot dilihat dari aspek kalimat menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh kategori kemampuan sangat baik tidak ada sama sekali atau 0 %, kategori kemampuan baik berjulah 10 orang atau 30 %, kategori kemampuan cukup berjumlah 19 orang atau 58 %, dan kemampuan kurang sebanyak 4 orang atau 12 %. Kemampuan siswa memproduksi teks anekdot dilihat dari aspek ejaan bahwa siswa yang memperoleh kategori kemampuan sangat baik tidak ada sama sekali atau 0 %, kategori kemampuan baik berjulah 16 orang atau 49 %, kategori kemampuan cukup berjumlah 13 orang atau 39 %, dan kemampuan kurang sebanyak 4 orang atau 12 %. Berdasarkan uraian di atas, maka diperoleh data memproduksi teks anekdot siswa secara keseluruhan menunjukkan perolehan skor dari 5 aspek yang menjadi indikator memproduksi teks anekdot. Secara keseluruhan perolehan skor yang diperoleh siswa dalam memproduksi teks anekdot berada pada kategori baik dengan nilai rata-rata 63,73. Dengan demikian, dari jumlah siswa yakni 33 orang siswa, yang memperoleh kategori sangat sempurna 90-100 tidak ada sama sekali atau 0 %, kategori sempurna 80-89 berjumlah 5 orang atau 15 %, kategori baik sekali 70-79 berjumlah 5 orang atau 15 %, kategori baik 60-69 berjumlah 9 orang atau 27 %, kategori kurang baik 50-59 berjumlah 10 orang atau 31 %, kategori cukup baik 40-49 berjumlah 4 orang atau 12 %, kategori cukup 30-39 tidak ada atau 0 %, kategori cukup sekali 20-29 tidak ada atau 0 %, kategori kurang baik 10-19 tidak ada atau 0 % dan kategori kurang 1-9 tidak ada atau 0 %.
Untuk memperoleh data yang objektif tentang faktor-faktor penghambat kemampuan siswa memproduksi teks anekdot, maka dilakukan wawancara. Wawancara ini ditujukan kepada guru dan siswa kelas X-B SMA Negeri 1 Bongomeme yang menjadi objek penelitian. Adapun wawancara yang dilakukan kepada guru dan siswa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan memproduksi teks anekdot siswa kelas X-B SMA Negeri 1 Bongomeme dapat diklasifikasikan sebagai berikut. a.
Faktor Guru Dalam proses belajar mengajar di kelas guru merupakan ujung tombak
dari keberhasilan siswa. Dari hasil wawancara peneliti pada guru kelas X-B SMA Negeri 1 Bongomeme, faktor-faktor yang menjadi hambatan siswa dalam memproduksi teks anekdot adalah sebagai berikut ini. 1) Masih kurang bimbingan guru terhadap siswa dalam memproduksi teks anekdot. 2) Dalam pembelajaran guru masih kurang menggunakan media pembelajaran. Masih banyak guru yang saat mengajar hanya menggunakan lembar kerja siswa (LKS) atau hanya membagikan contoh-contoh teks kepada siswa sesuai materi diajarkan. 3) Guru kurang memberikan perhatian terhadap pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar pada siswa sehingga pada saat menulis masih banyak siswa yang tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 4) RPP yang digunakan guru dalam pembelajaran, materinya masih kurang dan juga guru kurang memperhatikan urutan materi pembelajaran di kelas. 5) Kurangnya metode yang digunakan guru. Metode yang dominan digunakan guru yaitu metode ceramah. b. Faktor Siswa
Dari hasil wawancara peneliti dengan siswa kelas X-B SMA Negeri 1 Bongomeme banyak hal yang menjadi faktor penghambat siswa memproduksi teks anekdot antra lain sebagai berikut ini. 1)
Siswa kurang memahami struktur teks anekdot.
2)
Teks
anekdot dianggap sulit oleh siswa sehingga minat mereka untuk
menyusun teks anekdot sangat berkurang. 3)
Siswa kurang mampu membuat teks anekdot yang terstruktur.
4)
Masih banyak siswa yang tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar saat memproduksi teks anekdot. Untuk dapat memaksimalkan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas,
perlu adanya pemecahan masalah
yang berkaitan dengan kemampuan
memproduksi siswa kelas X SMA Negeri 1 Bongomeme. Pemecahan masalah ini ditinjau dari guru guru dan siswa yang menjadi objek penelitian. Adapun pmecahan masaalah ditinjau dari dari guru dan siswa dapat diklasifikasikan sebagai berikut. a.
Pemecahan Masalah Ditinjau dari Guru Adapun upaya yang dilakukan untuk pemecahan masalah dari siswa yaitu
sebagai berikut. 1)
Perlu bimbingan guru terhadap minat belajar siswa memproduksi teks anekdot.
2)
Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran, seperti media leptop dan LCD.
3)
Guru memberikan bimbingan khusus kepada siswa yang pintar di kelas untuk memberitahukan kepada siswa yang belum mampu untuk lebih giat belajar atau tutur sebaya.
4)
Perlunya perhatian guru terhadap pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar pada siswa.
5)
Mengurangi penggunaan metode ceramah dan lebih meningkatkan penerapan metode yang bervariasi agar lebih mempermudah pemahaman siswa memproduksi teks anekdot, karena penggunaan metode yang
bervariasi dapat merangsang siswa untuk tertarik ikut serta dalam pembelajaran. b. Pemecahan Masalah Ditinjau dari Siswa Adapun upaya yang dilakukan untuk pemecahan masalah dari siswa yaitu sebagai berikut. 1)
Siwa lebih memfokuskan perhatian terhadap materi yang diajarkan oleh guru.
2)
Siswa hendaknya sering berlatih dalam memproduksi teks anekdot.
3)
Siswa yang kurang paham pada materi pembelajaran bisa bertanya kepada guru atau teman sebaya.
4)
Dalam pembelajaran di kelas, siswa harus mengunakan bahasa yang baik dan benar.
PENUTUP Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Kemampuan memproduksi teks anekdot siswa secara keseluruhan berada pada kategori baik dengan nilai rata-rata 63,73. Hal
ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu 1)
kurangnya pemahaman siswa terhadap struktur teks anekdot. 2) Unsur kebahasaan (kosakata, kalimat, dan ejaan ) berada pada kategori cukup. Hal ini dikarenakan penggunaan kata dan ungkapan kurang tepat, konstruksi kalimat kalimat terjadi kesalahan dan banyak kesalahan pada penulisan ejaan. 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan memproduksi teks anekdot siswa yaitu faktor guru dan faktor siswa. Untuk memaksimalkan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas, perlu adanya pemecahan masalah
yang berkaitan dengan kemampuan
memproduksi teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 1 Bongomeme. Pemecahan masalah ini ditinjau dari guru dan siswa yang menjadi objek penelitian. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kualitas belajar mengajar baik dari guru maupun siswa. Dengan adanya solusi ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Christoper, Boby.2012. Pengertian, Ciri, Contoh dan Soal Teks Anekdot. http://materi1sma.blogspot.com/2013/08/pengertian-dan-ciri-teksanekdot.html. 25 april 2014 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif. Keraf, Gorys. 1986. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia. Lestari, Sri. 2009. Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa dengan Pendekatan Kontekstual. http://eprints.uns.ac.id/4718/1/101841409200908181 .pdf. 27 April 2014. Marahimin, Ismail. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. Rex, 2014. Bagaimana Langkah-Langkah Menulis Teks http://brainly.co.id/tugas/31064. 30 September 2014 (15:00).
Anekdot.
Tarigan, Henry Guntur. 2013. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Pateda, Mansoer. 2004. Kosakata dan Pengajarannya. Nusa Indah.Flores NTT.