Jurnal Pesona Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 28-41
KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN METODE EKSTEMPORAN Amy Sabila Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Muhammadiyah Pringsewu email:
[email protected]
Abstract This research was aimed to describe speech ability through extemporan speech method as it is. This research used descriptive qualitative method. The data were collected through oral test and asking the students to do a speech which the title and the text of the speech has been prepared. The technique used in this research was stratified proporsional random sampling. The researcher used this technique because the population of the research was heterogeneous. The data collecting technique was supportive literature, observation, and interview. The result of the research shown speech ability through extemporan speech method as follows: 1) pronunciation aspect was very good; 2) intonation aspect was good; 3) vocabulary aspect was good; 4) student's view aspect was not good; 5) expression aspect was good; 6) loudness aspect was average; 7) fluency aspect was very good; 8) comprehension aspect was not good. According to the result of the research, it can be concluded that speech ability through extemporan speech method was good because only a few errors found in each aspect. Keywords: Speech Ability, Extemporant Method
Dalam kenyataannya, seseorang yang
1. PENDAHULUAN Menurut
kodratnya
manusia
ingin
menyampaikan
pendapat
atau
memiliki kecenderungan untuk belajar,
pikiran pada orang lain, apakah antara
berpikir,
pendapat,
anak dengan orang tuanya, guru dan
keinginan, perasaan dan pengalaman-
murid, pimpinan dan bawahan, sesama
pengalamannya. Selain itu, manusia juga
teman kerja, suami dan istri, atau
punya
mempengaruhi
pimpinan organisasi dengan anggotanya.
pikiran
dan
Cara berbicara memang memberikan
pendapatnya kepada orang lain atau
pengaruh dan dampak yang sangat besar
kelompok.
atas diri dan keberadaan setiap orang.
menyatakan
kecenderungan
bahkan
tersebut
memaksakan
Umumnya dilakukan
kecenderungan langsung
Besar atau kecil, disegani ataupun
melalui pembicara (proses komunikasi),
dihormati, dihina, ataupun dimuliakan,
baik
sangat
antara
pribadi
secara
maupun
dalam
kelompok (face to face communication).
ditentukan
oleh
cara
dan
kesanggupannya berbicara di hadapan
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
28
Jurnal Pesona Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 28-41
orang lain atupun kelompok. Tomi
pandang, dan intonasi suara, Arifin dan
Yuniawan
mengemukakan
Tasai (2008:228). Putri Pandan Wangi
bahwa berbicara sangat penting dimiliki
(2010:11) pidato adalah sebuah kegiatan
seseorang
berbicara di depan umum atau bisa
(2002:1)
agar
kesalahpahaman
tidak
antara
terjadi
penutur
dan
dikatakan sebagai public speaking.
lawan tutur dalam berkomunikasi. Bentuk
Pada jenjang SMA, berpidato sebagai
komuniskasi lisan ini paling banyak
pengajaran bahasa Indonesia yang dimuat
digunakan orang dalam kehidupan sehari-
dalam
hari karena bentuk komunikasi verbal
Pendidikan, khususnya kelas XI dalam
dianggap paling sempurna, efesien dan
Standar
efektif. Henry Guntur Tarigan (2008:16)
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
berpendapat
adalah
informasi dengan berpidato, melaporkan
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
isi buku, dan baca puisi. Kompetensi
artikulasi
untuk
Dasar juga menjelaskan bahwa berpidato
menyatakan,
atau presentasi untuk berbagai keperluan
menyampaikan pikiran, gagasan, dan
(acara perpisahan, sumpah pemuda, dll)
perasaan.
Peribahasa
dengan lafal, intonasi, dan sikap yang
Mulutmu adalah harimaumu yang akan
tepat. Iniah pentingnya pengajaran bahasa
mengerkah kepalamu, oleh sebab itu
Indonesia pada aspek berpidato yang
dengan menggunakan bahasa seseorang
harus dikuasai siswa. Indikator berpidato
akan lancar mengorganisasikan ide-ide
dengan metode ekstemporan meliputi
yang akan dikemukakan dengan baik
faktor kebahasaan dan nonkebahasaan,
melalui
yakni ketepatan ucapan, intonasi, pilihan
bahwa
atau
berbicara
kata-kata
mengekspresikan,
Seperti
bicara.
pada
Salah
satu
contoh
keterampilan berbicara adalah berpidato. Berpidato
merupakan
salah
satu
wujud kegiatan berbahasa lisan. Oleh sebab itu, berpidato memerlukan dan mementingkan
ekspresi
gagasan
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Kompetensi
yaitu
kata, pandangan, gerak-gerik atau mimik, kenyaringan
suara,
kelancaran,
dan
penguasaan topik. Putra Bahar (2010:21) menjelaskan ada tujuh macam pidato yang dapat
penalaran dengan menggunakan bahasa
menentukan
lisan
berdasarkan dalam rangka apa pidato itu
yang
didukung
oleh
aspek
langkah
selanjutnya
nonbahasa, seperti ekspresi wajah, kontak
29
Jurnal Pesona Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 28-41
diadakan. Macam-macam tujuh pidato
7) Entertain
tersebut yaitu:
Bertujuan memberikan penyegaran
1) Informatif/instruktif
kepada audience yang sifatnya lebih
Pidato
informatif
memberikan
bertujuan
santai.
laporan/pengetahuan
atau sesuatu yang menarik untuk pendengar,
yakni
menyampaikan
informasi/keterangan
kepada
pendengar.
Terdapat berpidato.
empat
metode
Metode-metode
dalam
ini
dapat
menjadi salah satu pilihan kita dalam menyampaikan pidato sesuai dengan
2) Persuasif
kebutuhan. Ada tidaknya persiapan (cara
Pidato persuasif berisi tentang usaha untuk mendorong, meyakinkan dan mengajak audience untuk melakukan
melakukan persiapan) menurut Jalaluddin Rahmat (hal. 17) dalam Anwar (2003:34) menjelaskan empat jenis pidato yaitu
sesuatu hal.
impromtu, manuskrips, memoriter, dan
3) Argumentatif Pidato argumentatif bertujuan ingin
ekstemporan adalah sebagai berikut:
menyakinkan pendengar.
1.
Impromtu Pidato ini biasanya disampaikan pada
4) Deskriptif Pidato deskriptif bertujuan ingin
acara resmi (pesta dan lain-lain).
melukiskan/menggambarkan
suatu
Pidato impromtu disampaikan tanpa
keadaan. Tema yang tepat seperti
persiapan dan tidak menggunakan
suasana peringatan sumpah pemuda.
naskah.
5) Rekreatif Pidato
2.
rekreatif
menghibur terdapat
bertujuan
pendengar. dalam
untuk
Biasanya
jamuan-jamuan,
pesta-pesta, atau perayaan-perayaan.
Pidato ini biasanya menggunakan naskah. Juru pidato membacakan naskah dari awal sampai akhir. 3. Memoriter
6) Edukatif Berupaya menekan pada aspek-aspek pendidikan,
Manuskrip
misalnya
tentang
Pidato jenis ini biasanya juga ditulis kemudian
dalam
penyampaian
pentingya hidup sehat, ber-KB, hidup
diingat kata demi kata. Langkah-
rukun antar umat beragama dan lain-
langkah persiapan yang diperlukan
lain.
lebih banyak terarah kepada usaha
30
Jurnal Pesona Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 28-41
mengingat
4.
isi
pesan
pidato,
di
persiapan
pidato
meliputi
langkah-
samping persiapan naskah dengan
langkah persiapan yaitu meliputi 3 hal,
baik.
persiapan fisik, persiapan mental, dan
Ekstemporan
persiapan materi.
Pidato ini yang dikatakan pidato
1) Persiapan Fisik
paling
baik
kamunikasi). sering
(dari
sudut
Pidato
teori
ekstempore
digunakan
oleh
Yang
dimaksud
persiapan
fisik
adalah usaha-usaha yang dilakukan
juru
untuk menjaga kesehatan tubuh agar
pidato/pembicara yang mahir. Dalam
selalu berada dalam kondisi prima
penyampaian,
juru
pidato
tidak
menggunakan
naskah(teks).
Oleh
karena itu langkah-langkah persiapan harus dilakukan dengan baik dan
(sehat). Persiapan ini memberikan pengaruh dan dampak yang sangat besar
pada
penampilan
pribadi
sewaktu berbicara di depan umum.
matang.
2) Persiapan Mental Ambarwati (2010:24) mengatakan
Yang dimaksud dengan persiapan
metode ekstemporan merupakan gaya
mental (kejiwaan) adalah usaha-
terbaik bagi sebagian besar presentasi
usaha
publik
menimbulkan
keberanian
kepercayaan
diri
karena
memanfaatkan
aspek
terbaik dari ketiga metode lainnya, dengan
menyeimbangkan
kelemahan
semuanya. Latihan adalah syarat untuk pidato ekstemporan. Setelah pidato diriset dan disusun, pembicara bisa melatih pidato,
pertama
kemudian
dengan
hanya
dengan
uraian
dan
kartu-kartu
yang
dilakukan
untuk dan
sehingga
melahirkan perasaan mampu untuk berbicara di hadapan forum (umum). Persiapan mental harus dilakukan, terutama bagi seorang komunikator yang
baru
memulai
pekerjaan
sebagai penceramah/pembicara atau
catatan. Langkah-langkah persiapan pidato
bagi
seseorang
yang
meliputi 3 hal, yaitu persiapan fisik,
menyampaikan
suatu
persiapan mental dan persiapan materi.
pembicaraan
Ketiga bentuk persiapan harus saling
permintaan panitian acara.
sesuai
ragu-ragu topik dngan
terkait satu sama lain secara sistematis. Anwar
(2003:36)
mengungkapkan
31
Jurnal Pesona Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 28-41
3) Persiapan Materi
ketepatan ucapan, penempatan tekanan,
Yang dimaksud dengan persiapan
nada, sendi dan durasi yang sesuai,
materi
pilihan kata (diksi), dan ketepatan sasaran
adalah
usaha-usaha
yang
dilakukan untuk menguasai materi
pembicaraan.
yang akan disampaikan di hadapan
a.
forum dengan sistematis, teratur,
Seorang pembicara harus membiasakan
luas, dan mendalam. Biasanya, setiap
diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa
orang yang akan berbicara pada suatu
secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa
forum pertemuan selalu melakukan
yang kurang tepat, dapat mengalihkan
persiapan materi yang dianggapnya
perhatian pendengar. Pola ucapan dan
cukup matang. Bila diamati secara
artikulasi yang kita gunakan tidak selalu
cermat, ternyata kebanyakan mereka
sama. Gaya berbicara dan gaya bahasa
hanya
seseorang berbeda-beda dan berubah-
melakukan
persiapan
apa
Ketepatan Ucapan
adanya, tanpa berusaha menguasai
ubah
sesuai
dengan
materi secara sistematis, luar dan
perasaan,
dan
dalam. Kadang-kadang materi yang
menjadi
masalah,
ada (walaupun sangat minim) tidak
penyimpangan
pula terkuasai sepenuhnya.
Misalnya saja dalam pengucapan ‘e’ yang
sasaran.
pembicaran, Inilah
karena
keefektifan
yang timbul
berbicara.
kurang tepat, bebas diucapkan bebas, Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat berbicara di depan umum. Arsyad dan Mukti (1988:17) memaparkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan berpidato. Faktor-faktor
itu
adalah
faktor
kabahasaan dan faktor nonkebahasaan. Faktor-faktor itu akan diuraikan sebagai berikut:
derap
diucapkan
derap.
Penyimpangan pengucapan bunyi-bunyi bahasa dapat menimbulkan perbedaan makna
yang
dimaksud
dan
membingungkan
pendengar.
Jika
pendengar bingung maka pendengar akan dengan mudah mengalihkan perhatian bahasa ke hal-hal yang kurang tepat yang akan menimbulkan perubahan konsonan,
1) Faktor Kebahasaan Faktor-faktor
sebaliknya
kebahasaan
menimbulkan sebagai
kebosanan,
dan
dapat
mengalihkan perhatian pendengar.
penunjang keefektifan berpidato meliputi
32
Jurnal Pesona Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 28-41
b.
Penempatan Tekanan, Nada, Sendi,
c.
Pilihan kata (diksi)
dan Durasi yang Sesuai.
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan
Kesusuaian tekanan, nada, sendi, dan
bervarisi. Jelas maksudnya adalah mudah
durasi
dimengerti oleh pendengar yang menjadi
akan
tersendiri
merupakan
dalam
kadang-kadang penentu.
tarik
berbicara.
Bahkan
merupakan
faktor
Walaupun
dibicarakan
daya
kurang
masalah menarik,
yang dengan
penempatan tekanan,nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalanya menjadi menarik. Sebaliknya
sasaran.
Pendengar
akan
lebih
terangasang dan akan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah dikenal oleh
pendengar,
misalnya
kata-kata
populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk dan katakata yang berasal dari bahasa asing. Katakata konkret yang menunjukkan aktivitas
jika penyampaiannya datar saja, hampir
akan lebih mudah dipahami pembicara.
dapat
menimbulkan
Kata-kata yang dipilih harus sesuai
kejemuan dan keefektifan berbicara tentu
dnegan pokok pembicaraan dan sasaran
berkurang. Pemberian tekanan pada kata
pembicaraan. Oleh karena itu pembicara
atau suku kata dapat diberikan dengan
harus mengetahui dan menyadari siapa
tekanan suara yang biasanya jatuh pada
pendengar, dari kalangan mana, dan
suku kata terakhir atau suku kata kedua
dalam situasi apa.
dipastikan
akan
kita
Pendengar akan lebih menarik dan
menempatkan pada suku kata pertama.
senang mendengarkan kalau pembicara
Misalnya kata penyanggah, pemberani,
berbicara dengan jelas dalam bahasa yang
kesempatan, dapat diberi tekanan pada
dikuasai, dalam arti yang betul-betul
pe-, pem-, ke-, tentu kedengarannya
menjadi
janggal.
perhatian
perorangan maupun sebagai pembicara.
pendengar dapat beralih kepada cara
Selain itu pilihan kata harus disesuaikan
berbicara pembicara, sehingga pokok
dengan pokok pembicaraan. Jika pokok
pembicaraan
atau
pembicaraan
disampaikan
kurang
dari
belakang,
Dalam
kemudian
hal
ini
pesan
yang
miliknya,
masalah
baik
ilmiah
sebagai
tentu
diperhatikan.
pemakaian istilah tidak dapat kita hindari
Akibatnya keefektifan komunikasi tentu
dan pendengarpun akan dapat memahami
terganggu.
karena pendnegar juga adalah orangorang tertentu.
33
Jurnal Pesona Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 28-41
amat majemuk. Ekspresi ditunjukkan d.
Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Ketepatan ini menyangkut pemakaian kalimat. Susunan penutur kalimat sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seseorang pembicara harus mampu
menyusun
kalimat
efektif,
kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu
menimbulkan
pengaruh,
meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. Kalimat yang efektif mempunyai ciri-ciri keutuhan, perpautan, pemusatan
kepada
pendengar
dengan
berbagai
macam,
misalnya
dengan
maksud
menggugah, menyakinkan, menggugat, mengkritik,
menginsafkan,
mengejek,
merayu, menghibur, dan sebagainya. 2) Faktor-faktor Nonkebahasaan Dalam
pembicaraan
formal,
faktor
nonkebahasaan ini sangat mempengaruhi keefektifan
berbicara.
Dalam
proses
belajar mengajar, faktor nonkebahasaan
perhatian, dan kehematan. Ciri keutuhan
ditanamkan lebih dulu, sehingga kalau
akan terlihat jika setiap kata betul-betul
faktor nonkebahasaan sudah dikuasai
merupakan bagian yang padu dari sebuah
akan
kalimat. Keutuhan kalimat akan rusak
kebahasaan.
karena ketiadaan subyek atau adanya
a.
kerancuan. Perpautan pertalian dengan
memudahkan
penerapan
faktor
Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku
hubungan antara unsur-unsur kalimat
Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan
misalnya antara kata dengan frase dalam
kaku tentulah akan memberikan kesan
sebuah kalimat. Hubungan itu harus jelas
yang pertama yang kurang menarik.
dan logis pemusatan perhatian pada bagian yang terpenting dalam kalimat dapat
dicapai
dengan
menempatkan
bagian tersebut pada awal atau akhir kalimat. Dalam peristiwa komunikasi, kalimat mempunyai beban yang betul-betul tidak ringan. Kalimat tidak hanya berfungsi
Padahal kesan pertama sangat penting untuk menjamin adanya kesinambungan perhatian pihak pendengar. Dari sikap yang wajar sebenarnya pembicara sudah menunjukkan otoritas dan integritas. Hal ini tentu juga sangat ditentukan oleh situasi.
sebagai penyampaian dan penerimaan informasi belaka, tetapi mencakup semua aspek ekspresi kejiwaan manusia yang
34
Jurnal Pesona Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 28-41
b.
Di
Pandangan Harus Diarahkan Kepada
akan mengganggu keefektifan berbicara.
Lawan Bicara
Mungkin
dalam
pembicara
berbicara
pendengar
betul-betul
terlibat
dan dalam
kegiatan berbicara, pandangan berbicara sangat
membantu.
Hal
ini
sering
diabaikan oleh pembicara. Pandangan harus tertuju kepada semua pendengar, bukan tertuju pada satu arah saja atau menunduk, mungkin
melihat
kesamping
mengalihkan
hal-hal
perhatian
pendengar
akan
terarah pada gerak-gerik dan mimik yang berlebihan,
sehingga
pesan
kurang
dipahami. Tidak jarang kita lihat orang berbicara dengan selalu menggerakkan kedua tangannya, sehingga pendengar tidak dapat lagi menentukan mana yang ditekankan (yang dipentingkan) oleh pembicara.
atau lain
sehingga perhatian pendengar berkurang.
e.
Kenyaringan Suara
Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar
c.
Kesediaan Menghargai Orang Lain
Dalam
meyampaikan
isi,
dan akustik. Tetapi perlu diperhatikan
seseorang
jangan berteriak. Aturlah kenyaringan
pembicara hendaknya memiliki sikap
suara supaya dapat didengar oleh semua
terbuka dalam menerima pendapat pihak
pendengar dengan jelas, dengan juga
lain, bersedia menerima kritik, bersedia
mengingat kemungkinan gangguan dari
mengubah pendapatnya kalau ternyata
luar.
memang salah. Tetapi pembicara tidak harus mengikuti pendapat orang lain, melainkan harus bisa mempertahankan pendapatnya, jika pendapatnya benar. d.
Gerak-gerik dan Mimik yang Tepat
f.
Kelancaran
Kelancaran dalam berbicara akan lebih memudahkan menangkap sedikit
isi
pendengar
dalam
pembicaraan.
Tidak
pembicara
yang
Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat
terputus-putus,
menunjang keefektifan berbicara. Hal-hal
bagian-bagian yang terputus dan tidak
yang penting, selain mendapat mendapat
selesai, terkadang juga terdengar selipan-
tekanan, biasanya juga dibantu denga
selipan
gerak tangan atau mimik. Hal ini dapat
mengganggu
menghidupkan komunikasi, artinya tidak
terhadap pembicaraan, misalnya bunyi ee,
kaku. Tetapi gerak-gerik yang berlebihan
oo atau bunyi yang lain. Tidak jarang
bunyi
bahkan
berbicara
mungkin
tertentu penangkapan
yang
ada
dapat
pendengar
35
Jurnal Pesona Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 28-41
juga ada pembaca yang berbicara yang terlalu
cepat,
hal
ini
juga
akan
1) Mengucapkan salam pembuka dan menyapa hadirin.
mengganggu pendengar untuk menagkap
Ucapan salam pembuka sangat perlu
pokok pembicaraan.
diucapkan oleh pembicara. Salam yang diucapkan harus disesuaikan
g.
dengan pendengar. Salam pembuka
Relevensi/Penalaran
Gagasan
demi
berhubungan berfikir
gagasan
dengan
untuk
haruslah
yan besifat umum, misalnya selamat
Proses
pagi (disesuaikan dengan waktu).
logis.
sampai
pada
suatu
kesimpulan haruslah logis. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat, hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan. h.
pendengar
berasal
dari
kelompok muslim, salam pembuka yang diucapkan Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. 2) Menyampaikan pendahuluan yang biasanya dilahirkan dalam bentuk ucapan terima kasih, atau ungkapan
Penguasaan Topik
Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan
Jika
topik
menumbuhkan
yang
baik
keberanian
akan dan
kegembiraan, atau rasa syukur. Seseorang pembicara yang baik tidak langsung tergesa-gesa untuk masuk ke materi pembicaran. Ucapan terima kasih kepada pembawa acara atau panitia
memberikan
penghargaan
kelancaran. Jadi, penguasaan topik ini
kepada pendengar yang hadir. Dan
sangat penting, bahkan merupakan faktor
tak lupa ucapan rasa syukur kepada
utama dalam berbicara.
Tuhan yang membuktikan bahwa kita
Sebelum kita berpidato di depan masa
kita
harus
memperhatikan
sistematika berpidato, Arsjad dan Mukti (1988:55)
mengemukakan
berpidato sebagai berikut:
makhluk terbatas.
sistematika
3) Menyampaikan isi pidato. Penyampaian isi pidato merupakan penyampaian
topik
tujuan
pembicaraan yang diucapkan dengan jelas menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan dengan gaya
36
Jurnal Pesona Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 28-41
bahasa yang menarik. Sehubungan
Berdasarkan pemaparan, penelitian
dengan itu topik pembicaraan dalam
bertujuan untuk mendeskripsikan pidato
penelitian ini terdiri dari lima tema
berdasarkan
yaitu Anti Narkoba, HUT Rl, Hari
nonkebahasaan seperti ketepatan ucapan,
Sumpah Pemuda, Pengaruh Internet
intonasi, pilihan kata, pandangan, gerak-
terhadap Remaja, Reuni Sekolah. 4) Menyampaikan kesimpulan dari isi pidato, supaya mudah diingat oleh
faktor
kebahasaan
dan
gerik, kenyaringan suara, kelancaran, dan penguasaan topik di SMA Negeri 3 Bandar Lampung.
pendengar. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode
5) Menyampaikan harapan yang berisi anjuran
atau
ajakan
kepada
deskriptif kualitatif. Arikunto (2006:11)
pendengar untuk melaksanakan isi
memaparkan
pidato. Anjuran dan ajakan sangat
kualitatif adalah penelitian yang sifatnya
diperlukan untuk pendengar. Saran
menggambarkan,
yang
menguraikan
dapat
jangan
diberikan pernah
misalnya, sekali-kali
menggunakan narkoba, karena akan membuat masa depan suram. Jauhi narkoba! 6) Menyampaikan salam penutup. Salam penutup harus diucapkan oleh
Penelitian
harus
sesuai
dengan
pendengar
(analisis pendengar). Salam penutup yang digunakan misalnya, selamat siang (sesuai dengan waktu dan bersifat umum). Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh
(bersiafat khusus untuk kelomopok
memaparkan,
objek ini
deskriptif
yang
bermaksud
dan diteliti.
membuat
gambaran, untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan,dan lain-lain. Untuk mengetahui dan mendapatkan
pembicara sebelum ia mengakhiri pidatonya. Salam yang diucapkan
penelitian
data penelitian kemampuan berpidato dengan ekstemporan
menggunakan rencana
metode pengukuran
variabel menggunakan tes yaitu unjuk kerja yang berupa berpidato dengan menugaskan siswa berpidato selama ± 5 Menit dengan memilih judul di bawah ini:
pendengar muslim).
37
Jurnal Pesona Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 28-41
1) Anti Narkoba.
Presentase
Tingkat Kemampuan
Kemampuan
2) Sumpah Pemuda 28 Oktober.
>78
Sangat Baik
66-77
Baik
Cara mengukur atau menilainya:
54-65
Sedang
1.
42-53
Kurang Baik
<42
Sangat Kurang
3) Pengaruh Internet terhadap Remaja.
Merekam pidato siswa menggunakan video
recorder
dan
melakukan
penilaian yang dilakukan penulis, teman PPL, dan guru bidang studi, terhadap pandangan, mimik atau gerak-gerik. 2.
Membuat kesimpulan akhir yang mempresentasikan
tingkat
kemampuan siswa yang berdasarkan data yang diperoleh
Mendengarkan
ulangan
rekaman melakukan
Penelitian dilakukan di SMA Negeri
penilaian yang dilakukan penulis,
3 Bandar Lampung dengan populasi
teman PPL, dan guru bidang studi,
penelitian yaitu seluruh siswa kelas XI
terhadap ketepatan ucapan, intonasi,
semester ganjil SMA Negeri 3 Bandar
pilihan
Lampung Tahun Ajaran 2011-2012 yang
pidato
3.
7.
siswa
kata,
dan
penguasaan
topik,
kelancaran, dan kenyaringan suara.
berjumlah
290.
Penulis
menetapkan
Mendengarkan dan mentransfer hasil
sampel di dalam penelitian ini sebanyak
rekaman ke dalam bahasa tulis sesuai
10% dari 290 siswa yaitu 29 sampel.
isi pidato yang disampaikan siswa. 4.
Menentukan
tingkat
kemampuan
siswa dalam berpidato berdasarkan faktor
5.
disimpulkan bahwa tingkat kemampuan
tolak
ukur
berpidato dengan metode ekstemporan
penelitian tabel.
siswa kelas XI semester ganjil SMA
Untuk menentukan nilai per individu
Negeri
digunakan rumus sebagai berikut :
Pelajaran
3
Bandar 2011-2012
Lampung tergolong
Tahun baik
Skor yang didapat 100 Skor Maksimal
(69%). Hal ini membuktikan bahwa
Menentukan tingkat kemampuan
keterampilan yang dapat dipelajari dan
siswa dengan tolak ukur di bawah
dikembangkan.
ini:
berpidato diperoleh bukan malalui bakat
P= 6.
pada
Hasil penelitian dan pembahasan
dan
kebahasaan
nonkebahasaan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
berpidato
merupakan
Artinya
sebuah
kepandaian
38
Jurnal Pesona Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 28-41
alami, tetapi bisa pula didapat melalui
Keterangan :
keseriusan
(I) (II) (III) (IV) (V) (VI) (VII) (VIII)
proses
pembelajaran
latihan
yang
paktek
intensif.
dan Pada
diagram berikut dapat dilihat persentase yang diperoleh dari semua aspek. Aspek ketepatan ucapan memiliki nilai rata-rata 96,5%, aspek intonasi memiliki nilai rata-rata 69%, aspek
1.
: Ketepatan Ucapan : Intonasi : Pilihan Kata (Diksi) : Pandangan : Gerak-gerik atau Mimik : Kenyaringan Suara : Kelancaran : Penguasaan Topik
Diagram
(I) menjelaskan bahwa
pilihan kata (diksi) memiliki nilai rata-
kemampuan
rata 96,5%, aspek pandangan memiliki
metode ekstemporan siswa kelas XI
nilai rata-rata 51,7%, aspek gerak-gerik
SMA Negeri 3 Bandar Lampung
atau mimik memiliki nilai rata-rata 69%,
dalam aspek ketepatan ucapan berada
62,1%,
aspek
dari persentase siswa yang memiliki
kelancaran
memiliki nilai rata-rata 86,2%, dan aspek
dengan
dalam kategori sangat baik dilihat
aspek kenyaringan suara memiliki nilai rata-rata
berpidato
nilai rata-rata 96,5%. 2.
penguasaan topik memiliki nilai rata-rata
Diagram (II) menjelaskan bahwa kemampuan
51,7%. Berikut diagram persentase dari
berpidato
dengan
metode ekstemporan siswa kelas XI
semua aspek.
SMA Negeri 3 Bandar Lampung dalam aspek intonasi berada dalam
96,5% 69%
kategori baik dilihat dari persentase
96,5%
86,2%
siswa yang memiliki nilai rata-rata
69% 51,7%
62,1%
51,7%
69%. 3.
Diagram (III) menjelaskan bahwa kemampuan
berpidato
dengan
metode ekstemporan siswa kelas XI SMA Negeri 3 Bandar Lampung dalam aspek pilihan kata berada Gambar 1. Digram Persentase Kemampuan Berpidato dengan Metode Ekstemporan
dalam kategori sangat baik dilihat dari persentase siswa yang memiliki nilai rata-rata 96,5%.
39
Jurnal Pesona Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 28-41
4.
Diagram (IV) menjelaskan bahwa kemampuan
berpidato
dengan
berpidato
dengan
SMA Negeri 3 Bandar Lampung
SMA Negeri 3 Bandar Lampung
dalam
dalam
aspek
pandangan
berada
nilai rata-rata 51,7%. Diagram (V) menjelaskan bahwa kemampuan
berpidato
dengan
metode ekstemporan siswa kelas XI SMA Negeri 3 Bandar Lampung dalam aspek gerak-gerik atau mimik berada dalam kategori baik dilihat dari persentase siswa yang memiliki
aspek
penguasaan
topik
berada dalam kategori kurang baik dilihat dari persentase siswa yang memiliki nilai rata-rata 51,7%. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan
bahwa
kemampuan
berpidato dengan metode ekstemporan siswa berkategori baik. Hal ini terlihat dari tingkat kemampuan sebesar 69%
nilai rata-rata 69%.
7.
kemampuan
metode ekstemporan siswa kelas XI
dari persentase siswa yang memiliki
6.
Diagram (VIII) menjelaskan bahwa
metode ekstemporan siswa kelas XI
dalam kategori kurang baik dilihat
5.
8.
Diagram (VI) menjelaskan bahwa
siswa yang mampu berpidato dengan
kemampuan
dengan
metode ekstemporan dan tema pidato
metode ekstemporan siswa kelas XI
yang telah ditentukan. Diketahui terdapat
SMA Negeri 3 Bandar Lampung
3 siswa yang berkemampuan sangat baik
dalam
dari sampel 29 siswa,
aspek
berpidato
kenyaringan
suara
10 siswa yang
berada dalam kategori sedang dilihat
berkemampuan baik dari sampel 29
dari persentase siswa yang memiliki
siswa, 7 siswa yang berkemampuan
nilai rata-rata 62,1%.
sedang dari sampel 29 siswa, 6 siswa
Diagram (VII) menjelaskan bahwa
yang berkemampuan kurang baik dari
kemampuan
sampel 29 siswa, dan 3 siswa yang
berpidato
dengan
metode ekstemporan siswa kelas XI
berkemampuan
SMA Negeri 3 Bandar Lampung
sampel 29 siswa.
dalam
aspek
kelancaran
sangat
kurang
dari
berada
dalam kategori sangat baik dilihat dari persentase siswa yang memiliki nilai rata-rata 86,2%.
40
Jurnal Pesona Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 28-41
5. DAFTAR PUSTAKA Anwar Gentasri. (2003). Teknik dan Seni Berpidato. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto Suharsini. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. E.Z. Arifin, Tasai, S.A. (2008). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademi Pressindo. Henry Guntur Tarigan. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. M.G. Arsjad, Mukti U.S. (1988). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Aksara. Putra Bahar. (2010). Seni Pidato 7 Langkah Sukses Membawakan Pidato. Tanggerang: Sunshine Book. Putri Pandan Wangi. (2010). Bukan Pidato Biasa. Klaten: One Books. Tomi Yuniawan. (2002). Paparan Perkuliahan Retorika. Semarang: FBS Unnes. V.D. Ambarwati. (2010). Pidato Luar Biasa. Yogyakarta: Genius Publisher.
41