Kemampuan Berbahasa Indoensia Mahasiswa Asing
KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA MAHASISWA ASING DI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Binti Robbi Atu Salim The analysis of Indonesia speakers for foreign students in Airlangga University, is aimed to describe skills of the foreign students who speak bahasa based on speaking, listening, reading, and writing. The results of analysis is classified based on misunderstanding of the content, concentration, the meaning of text, structure, EYD (Enhanced Spelling), paragraphs, intonation, pronunciation, understanding of the topic, spelling, voice filter, oral language, content of the conversation, and performance. Keywords: foreign students, language learning factor. Pendahuluan Bahasa tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi masyarakat Indonesia dan merupakan bahasa nasional. Bahasa muncul dalam setiap komunikasi manusia. Bahasa Indonesia merupakan salah satu dari berbagai ragam bahasa Melayu. Pada tanggal 28 Oktober bahasa Melayu dijadikan bahasa persatuan Indonesia. Secara resmi bahasa Indonesia mulai ada pada 18 Agustus 1945. Fungsi bahasa secara umum yaitu untuk alat intraksi sosial, sebagai alat untuk menyampaikan ide, konsep atau juga perasaan. Manusia menggunakanbahasa interaksi, sesuai dengan yang dibutuhkan manusia tersebut. Pengertian kemampuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 522) adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Ahmad Sudrajat, menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu itu (KBBI, 1993: 522) . Selain digunakan untuk berkomunikasi dan berbagi informasi antarsesama, bahasa juga dapat memiliki fungsi sosial dan budaya, seperti untuk menandakan identitas suatu kelompok, stratifikasi sosial dan hiburan. Bahasa-bahasa yang ada selalu berubah-ubah dan selalu bervariasi setiap waktu sesuai dengan kondisi yang ada pada saat itu. Berbahasa merupakan suatu kegiatan dalam proses untuk memahami dan mengerti. Pada umumnya manusia menggunakan dua cara untuk berkomunikasi, yaitu secara verbal dan nonverbal. Komunkasi secara verbal menggunakan alat atau media bahasa, lisan ataupun tulisan. Sedangkan komunikasi nonverbal menggunakan media selain bahasa yang dapat berupa isyarat atau kode. Isyarat tersebut tidak dapat digunakan, sebelum tanda berubah dan akan bermakna, jika sudah diterjemahkan menjadi bahasa yang digunakan dalam masyarakat. Bahasa hanya dapat digunakan untuk berkomunikasi secara umum jika bahasa tersebut merupakan hasil dari yang di ucapkan oleh manusia. Bahasa terus mengalami perkembangan, pada saat ini bahasa Indonesia bukan hanya dipelajari oleh masyarakat Indonesia saja, tetapi orang asing juga banyak yang tertarik untuk mempelajari bahasa Indonesia. Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan negara-negara lain untuk mengenalkan bahasa dan kebudayaan Indonesia dan untuk menjalin kerjasama yang baik. Pemerintah menyediakan beasiswa untuk mahasiswa asing, mempelajari bahasa sekaligus budaya Indonesia. Bahasa Indonesia Skriptorium, Vol. 1, No. 3
49
Kemampuan Berbahasa Indoensia Mahasiswa Asing
sebagai salah satu faktor yang berpengaruh dalam menyebarkan dan mengenalkan kebudayaan kepada orang asing. Pada umumnya kemampuan berbahasa Indonesia, meliputi empat kemampuan, yaitu kemampuan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Empat komponen kemampuan tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya kerena saling berhubungan. Kemampuan menyimak dan berbicara merupakan kemampuan lisan. Sedangkan menulis dan membaca adalah proses dari kemampuan tulisan. Mahasiswa asing Darmasiswa dan KNB (Kerjasama Negara Berkembang) harus menguasai materi tentang empat komponen berbahasa tersebut. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kemampuan berbahasa Indonesia, teori Perilaku, teori monitoring, teori behaviorism, serta teori pembelajaran dan pengajaran bahasa. Teori kemampuan berbahasa Indonesia. Tarigan (1985) Kemampuan berbicara adalah kesanggupan untuk mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tarigan (1981:118-123) menyebutkan ada beberapa faktor yang menentukkan dalam penilaian berbicara, antara lain: lafal, struktur, kosa kata, isi pembicaraan dan kefasihan. Arsjad dan Mukti U.S (1993:17-20), mengemukakan ada beberapa faktor keefektifan dalam berbicara, yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Faktor kebahasaan, sebagai berikut: (1) Ketepatan ucapan. Dalam berbicara seseorang harus bisa mengucapkan kata dan kalimat yang sesuai dengan konteksnya. Mengucapakan kalimat yang tepat, agar ketika berbicara orang dapat mengerti tentang apa yang sedang dibicarakan. Penutur bahasa selalu beda, dan dari latar belakang budaya yang berbeda, maka cara pengucapannya juga berbeda. Setiap penutur selalu dipengaruhi oleh bahasa pertamanya, yaitu bahasa ibu yang merupakan bahasa yang dibawa sejak lahir dan digunakan dalam kehidupan sehari-harinya. Pengaruh tersebut bisa saja berasal dari bahasa daerahnya ataupun bahasa negaranya yang merupakan bahasa asli penutur tersebut. (2) Penempatan nada, durasi, dan tekanan yang sesuai. Mampu menempatkan nada, durasi, dan tekanan yang sesuai dengan kontek kalimat yang di ucapkannya. (3) Pilihan kata atau diksi. Pilihan kata atau diksi, harus jelas dan bervariasi. Sehingga lawan berbicara akan mengerti tentang yang di maksud jika kata dan diksi yang di ucapkan jelas dan pilihan katanya lebih umum, sehingga mudah dipahami. (4) Ketepatan sasaran pembicaraan. Susunan kalimat yang efektif akan lebih dimengerti oleh lawan bicara. Kalimatnya harus mengenai sasaran agar mampu memberikan pengaruh, kesan atau akibat dari pembicaraan tersebut. Faktor nonkebahasaan meliputi sikap yang tenang dan wajar, pandangan yang diarahkan pada lawan bicara, agar lawan berbicara merasa diperhatikan, kenyaringan suara, kelancaran berbicara, gerak dan mimik yang tepat serta penguasaan topik yang baik. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang bersifat produktif, karena mengubah pikiran yang ada menjadi sebuah bunyi yang bermakna dan dapat dimengerti oleh orang lain. Menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan ( Tarigan, 1980 : 19). Jenis-jenis menyimak sebagai berikut: (1) Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan atau mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap bahasa, tidak perlu dibawah bimbingan langsung seorang guru. (2) Menyimak intensif. Menyimak intensif lebih diarahkan pada sesuatu yang diawasi, terhadap hal tertentu. (3) Menyimak sosial. Menyimak Skriptorium, Vol. 1, No. 3
50
Kemampuan Berbahasa Indoensia Mahasiswa Asing
sosial ada dalam situasi-situasi sosial, ketika sedang berbicara dangan orang lain, maka akan terjadi saling mendengarkan satu dengan yang lainnya untuk menanggapi atau merespon pembicaraan tersebut. (4) Menyimak sekunder (secondary listening) Menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif (casual listening dan extensive listening). (5) Menyimak konsentratif (consentrative listening), sering disebut a studytype listening atau menyimak yang merupakan sejenis telaah. Kegiatan yang ada didalam menyimak konsentratif sebagai berikut: menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk, merasakan hubungan seperti kelas, tempat, waktu, urutan, serta sebab dan akibat; menyimak demi suatu maksud tertentu untuk memperoleh informasi; memperoleh pengertian melalui penyimakan yang sungguh-sungguh; menghayati ide-ide utama seseorang pembicara baik sasaran atau kelompok; mencatat fakta-fakta penting. (Anderson, 1972:70; Dawson, et al:163-153). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak : (1) Faktor fisik. Faktor fisik faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak. Faktor fisik berkaitan dengan keadaan fisik seseorang, seperti sangat lelah, ukuran gizi yang kurang, atau sedang sakit fisiknya. Lingkungan fisik juga berperan dalam kemmapuan mneyimak. Ruangan yang panas, dingin, atau suara-suara yang berisik, dapat mengganggu konsentrasi orang yang sedang menyimak. (2) Faktor psikologis. Faktor psikologis yang berkaitan dengan sikap-sikap dan sifat-sifat individu. Faktor-faktor tersebut antara lain: kurangnya simpati terhadap pembicara, keegosentrisan terhadap masalahmasalah pribadi, pandanganya kurang luas, kebosanan pada pembicara, sikap yang tidak layak, seperti pada sekolah, guru atau pembicara. (3) Faktor pengalaman. Kurang berminat karena pengalamannya kurang pada hal yang disimaknya. Kosakata menyimak mempengaruihi kualitas menyimak. Kosa kata yang asing membuat siswa mengurangi perhatian pada apa yang disimaknya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:83), membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati ). Tujuan membaca yaitu untuk mengerti bacaan, memahaminya untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan dari apa yang telah dibaca. Djago Tarigan dan Henry Guntur Tarigan dalam bukunya yang berjudul Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa (1986:135) mengungkapkan bahwa posisi membaca menduduki urutan ketiga, merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting. Kemampuan membaca ditentukan oleh pengalamannya dalam membaca dan mengerti tentang aspek-aspek dalam bahasa Indonesia misalnya kosakata dan tatabahasa. Membaca mempunyai beberapa jenis teknik untuk menentukan kecepatan membaca yang sesuai pada diri seseorang, di antaranya: (1) Membaca layang (skimming). Membaca yaitu membaca secara sekilas dan cepat. Membaca sekilas biasanya dilakukan karena untuk menemukan gambaran secara umum dari bacaan tersebut. (2) Membaca sepintas (scanning). Membaca yang dilakukan secara cepat, tetapi dengan cermat untuk mendapatkan informasi tertentu yang cepat dan akurat. Tidak membaca keseluruhan dari bacaan atau teks. (3) Membaca teliti (close reading), yaitu cara untuk mendapatkan suatu pemahaman yang utuh dari suatu bacaan tersebut. Membaca merupakan aktivitas untuk memahami bacaan. Bacaan tersebut memiliki tipe-tipe teks. Tipe-tipe teks bacaan menurut Puji Santoso, dkk. sebagai berikut: (1) Paragraf naratif. Paragraf naratif berisi tentang cerita yang berurutan, memiliki unsur latar (setting), tema, sifat-sifat tokoh atau karakter. Kelebihan dari teks ini adalah mahasiswa tidak hanya memahami teks bacaanya tetapi juga mengerti tentang jenis teks tersebut. (2) Paragraf ekspositori. Dalam paragraf ini berisikan penjelasan yang
Skriptorium, Vol. 1, No. 3
51
Kemampuan Berbahasa Indoensia Mahasiswa Asing
terdiri dari banyak paragraf. Paragraf ini di awali dengan paragraf pengantar kemudian paragraf topik dan diakhiri dengan kesimpulan. (3) Paragraf ringkasan Berisi paragraf-paragraf pokok secara ringkas. Paragraf ini memudahkan untuk mendapatkan gambaran secara singkat tentang bacaan. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang yang merupakan gambaran suatu bahasa, yang dipahami oleh seseorang , sehingga orang lain dapat mengerti lambang-lambang yang dimaksudkan tersebut (Tarigan, 19986:21). Fungsi utama menulis yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis dapat menjelaskan apa yang tidak dapat di ujarkan melalui tulisan. Weaver dan Warren mengklasifikasikan tulisan dalam (Tarigan: 1986). Jenis-jenis tulisan di antaranya: (1) Eksposisi. Tulisan eksposisi bertujuan untuk memberitahukan atau memberikan informasi kepada umum. Jenis-jenis dari tulisan eksposisi yaitu klasifikasi, definisi, eksemplifikasi, sebab dan akibat, komparasi dan kontras, serta proses. (2) Argumentasi, bertujuan untuk memberikan keyakinan atau meyakinkan pembaca menerima atau mengambil suatu keputusan, sikap dan aturan tertentu. Berdasarkan ragam tulisan argumentasi memiliki dua jenis yaitu argumen formal (deduksi dan induksi) dan argumen informal. (3) Deskripsi. Tulisan deskripsi adalah tulisan yang menggambarkan tentang suatu keadaan, benda hidup ataupun benda mati lainnya seperi keadaan yang sebenarnya. (4) Narasi. Narasi adalah tulisan yang menceritakan tentang sebuah peristiwa secara berurutan. (5) Persuasif Tulisan yang bertujuan untuk membujuk atau meyakinkan pembaca tentang suatu pendapat atau dapat berupa fakta. Fungsi dalam kehidupan sehari- hari: tindakan, informasi, dan hiburan. Perbedaan-perbedaan tujuan penggunaan bahasa bukan hanya pada struktur teks, melainkan juga pada tataran struktur kalimat. Harmer (1991) mengemukakan bahwa ada beberapa perbedaan mendasar antara bahasa lisan dengan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan penutur memiliki kemungkinan bentuk pengungkapan yang luas. Selain kata-kata yang digunakan, bisa memanfaatkan intonasi dan tekanan suara, yang membantu mereka menunjukkan bagian mana yang perlu diperhatikan, juga bisa menunjukkan sikapnya apa yang sedang dikatakannya. Tulisan dengan kesalahan, kalimat yang setengah selesai, dan sebagainya akan dianggap jelek oleh penutur asli. Tekanan untuk selalu akurat dalm menulis lebih besar daripada dalam berbicara. B.F Skinner dalam teorinya tentang teori stimulus dan respons menyatakan bahwa berbahasa yaitu proses karena adanya stimulus atau rangsangan dari dalam diri seseorang. Dalam stimulus respons ada urutan bunyi dalam kalimat. Respons yang dihasilkan adalah hasil ujaran manusia. Dalam teori monitoring (Parera, 1986:42), proses perolehan bahasa dalam lingkungan belajar atau ketika belajar yang digunakan. Kesadaran pelajar untuk belajar merupakan hal yang penting di teori ini. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam teori monitoring yaitu: (1) kondisi waktu yang ada pada pembelajar, agar dapat mencermati bahasanya sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dalam bahasa Indonesia. (2) Individu pelajar, setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda yang berpengaruh pada proses saat mereka belajar. (3) Aptitude dan attitude, aptitude adalah mengukur kemampuan siswa yang belajar bahasa kedua, kemampuan yang berkaitan dengan bahasa seperti sintaksis, semantik, dan fonologi. Sedangkan attitude berkaitan dengan sosio-afektif, adanya kemauan untuk belajar bahasa dalam diri individu. (4) Lingkungan formal dan non formal. Urutan kalimat merupakan urutan kata yang satu, menjadi stimulus dan respons bagi yang berikutnya. Urutan bunyi dalam kata merupakan rantaian stimulus dan respons” (Skinner, 1957 dalam Daneil Parera). Skinner membagi kategori respons verbal menjadi lima kategori, yaitu: mand adalah respons yang terjadi karena hasil Skriptorium, Vol. 1, No. 3
52
Kemampuan Berbahasa Indoensia Mahasiswa Asing
perintah stimulus penghilangan, tact merupakan respon penamaan disekitar lingkungannya, ekhoik respon peniruan karena hasil stimulus orang, tekstual berhubungan dengan operan respons, dan interverbal adalah respons karena adanya stimulus verbal. Teori Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa Richards (1990:35 dalam Ghazali) menyebutkan bahwa metode pengajaran mencakup kegiatan, tugas, dan pengalaman belajar yang digunakan oleh guru dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Finocchiaro dan Brumfit 1993 dalam Syukur Ghazali, membagi pola-pola pembelajaran dan pengajaran bahasa sebagai berikut: metode tatabahasa terjemahan, metode langsung, metode membaca, pendekatan struktural atau pendekatan lisan, metode audio lingual, metode situasional, pendekatan functional-notional. Hasil dan Pembahasan Kebahasaan Mahasiswa Asing dalam Unsur Berbicara Mahasiswa kurang bisa melafalkan bunyi bahasa Indonesia dengan jelas seperti fonem /e/ dan /əә. 1. Mereka suka membantu saya di luar kelas. Bunyi mereka dilafalkan [m [e] r [e] k a] bunyi itu kurang tepat seharusnya dilafalkan menjadi [m [əә] r [e] k a], bunyi [m [e] m b a n t u] seharusnya di lafalkan [m [əә] m b a n t u], dan bunyi [k [e] l a s] seharusnya dilafalkan menjadi [k [əә] l a s]. 2. Perlu waktu lama untuk belajar bahasa Indonesia di Pinlab. Bunyi perlu dilafalalkan [p [e] r l u], lafal tersebut kurang tepat seharusnya dilafalkan [ p [əә] r l u], dan bunyi belajar dilafalkan [b [e] l a j a r], seharusnya dilafalkan menjadi [b [əә] l a j a r]. 3. Mahasiswa bosan, jika belajar di dalam kelas setiap hari. Bunyi kelas dilafalkan [k [e] l a s], seharusnya dilafalkan menjadi [k [əә] l a s]. Bunyi setiap dilafalkan [s [e] t i a p], seharusnya dilafalkan menjadi [s [əә] t i a p]. Tata bahasa yang tepat akan membuat orang lain mudah memahami bahasa yang di ucapkan. Mahasiswa asing kurang bisa membuat tata bahasa yang tepat. Seperti pada kalimat berikut ini: 1. Banyak teman membantu ikut tugas mengerjakan di kelas besok pagi. 2. Di Pusat Bahasa tentang bahasa Indonesia saya belajar 3. Ke Thailand bulan depan saya ingin pulang. Kalimat tersebut sangat rancu penempatan subjek, predikat, objek, dan keterangan yang kurang tepat. Data Kebahasaan Pada Mahasiswa Asing dalam Unsur Menyimak Mahasiswa yang mendapatkan nilai bagus, yaitu Marius dan ponlawat. Mereka dapat menjawab semua soal yang di berikan serta mampu memahami apa yang telah disimaknya. Haja mendapatkan nilai yang kurang baik, karena ia hanya menjawab sepuluh soal yang benar, dan meminta untuk mengulang apa yang telah disimaknya. Nilai terendah dari empat mahasiwa tersebut adalah Tantely. Ia hanya mampu menjawab lima soal yang benar dari lima belas soal yang diberikan. Tantely kurang konsentrasi dalam menyimak, hal ini terbukti ia meminta untuk mengulang bacaan dan kurang memahami isi bacaan tersebut, sehingga ia hanya mampu menjawab lima soal. Mahasiswa yang mendapatkan nilau kurang bagus pada kemampuan menyimak, karena mereka kurang memiliki pengalaman-pengalaman dalam menyimak. Data Kebahasaan Pada Mahasiswa Asing Dalam Unsur Berbicara Mahasiswa Sulit melafalkan fonem /e/ dengan /əә/. Kata tersebut antara lain: Skriptorium, Vol. 1, No. 3
53
Kemampuan Berbahasa Indoensia Mahasiswa Asing
1. Selamat malam teman. Bunyi selamat dilafalkan [s [e] l a m a t], seharusnya pelafalan yang tepat adalah [s [əә] l a m a t]. 2. Saya berasal dari Madagaskar. Bunyi berasal dilafalkan kurang tepat [b [e] r a s a l], agar lebih tepat seharusnya bunyi itu dilafalkan menjadi [b [əә] r a s a l]. 3. Jurusan saya di Madagaskar adalah Kedokteran. Bunyi kedokteran dilafalkan kurang tepat [k [e] d o k t [e] r a n], bunyi kedokteran seharusnya dilfalkan menjadi [ k [əә] d o k t [əә] r a n]. Intonasi cukup jelas, bisa membedakan penggunaan tanda baca, seperti tanda seru, tanda baca, dan tanda tanya. 1. Kuliah S2 di sini sangat menyenangkan! 2. Belajar bahasa Indonesia tentu mudah! 3. Cuaca di sini sama dengan di tempat saya! B. Kosakata Sonia hanya mampu mengucapkan 20 kosakata yang benar dalam bahasa Indonesia. Seperti pada kata: pesan, kesan, banyak dosen, yang mengajar, belum selesai belajar. Kata-kata tersebut sudah sesuai dengan kalimat yang diucapkan. Tatabahasa Tatabahasa Sonia kurang bagus, seperti pada kalimat berikut ini: 1. Kami menyanyikan lagu Indonesia raya bisa dengan baik dan benar. Kalimat itu kurang tepat tatabahasanya, agar tepat kalimat tersebut dapat berubah menjadi kalimat: 2. Saya kuliah melanjutkan di Unair bangga dan senang sangat. Kalimat itu kurang tepat, maka agar menjadi kalimat yang tepat dan tidak rancu. Kalimat tersebut harus berubah menjadi. 3. Belajar bahasa Indonesia kakak saya mengajari di kos. Kalimat tersebut tidak tepat. Data Kebahasaan Pada Mahasiswa Asing Dalam Unsur Menulis Mahasiswa Banyak mahasiswa yang masih belum memahami tentang penggunaan huruf kapital, penggunaan istilah asing yang kurang tepat, imbuhan –mem, akhiran –i, dan imbuhan –per, dan akhiran –an, dan penggunaan kosa kata yang kurang tepat didalam kalimat. 1. Penggunaaan huruf kapital “Tentang manfaatnya, Daunnya bisa menjadi minyak untuk pijat”. “Menghemat Pemanasan global”. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa asing belum mampu untuk memahami tentang penggunaan uruf kapital atau huruf besar, yang seharusnya kata daun tidak ditulis dengan huruf kapital, sedangkan kata Pemanasan menjadi pemanasan. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kalimat, huruf kapital sebagai huruf pertama petikan langsung, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan nama orang. 2. Penggunaan istilah asing yang kurang tepat. Zaitun juga berkontribusi terhadap kualitas air. Kata berkontribusi kurang tepat jika dalam kalimat, sehingga kata tersebut diganti menjadi berperan agar menjadi kalimat yang efektif. 3. Imbuhan –mem, akhiran –i, dan imbuhan –per, dan akhiran –an. “Zaitun juga memperbaikan cuaca”. Mahasiswa belum memahami tentang imbuhan dan akhiran. Kalimat tersebut salah, akan benar jika “Zaitun juga memperbaiki cuaca”. 4. Penggunaan kosakata yang kurang tepat didalam kalimat “Tentang perananannya, pohon itu mencegah lingkungan, menghemat polusi dari emisi pabrik dan mobil, jadi Skriptorium, Vol. 1, No. 3
54
Kemampuan Berbahasa Indoensia Mahasiswa Asing
bisa memurnikan udar”, “Menghemat pemanasan global”, “Untuk menyimpulkan kita harus melindungi lingkungan”. Kata menghemat tidak tepat jika ada dalam konteks kalimat tersebut, karena kata menghemat memiliki makna melakukan penghematan bukan makna mengurangi dampak, serta kata menyimpulkan seharusnya kesimpulan agar sesuai dengan konteks kalimat. Simpulan Kemampuan berbicara mahasiswa asing sangat bagus. Kemampuan menguasai kosakata dan memahaminya, mahasiswa dapat mengucapkan kata-kata yang sesuai dengan konteks kalimat. Kalimat yang di ucapkan, sudah sesuai dengan tatabahasa Indonesia. Tidak menimbulkan makna yang ganda. Dalam intonasi, mahasiswa sudah bisa membedakan intonasi yang tepat sesuai dengan kalimat. Mahasiswa sudah fasih menggunakan bahasa Indonesia, ketika berkomunikasi dengan dosen atau mahasiswa Indonesia lainnya. Mahasiswa jarang menggunakan bahasa inggris, selalu berusaha menggunakan bahasa Indonesia. Mahasiswa asing, memahami tentang topik yang dibicarakan ketika berkomunikasi. Aspek pelafalan mahasiswa asing kurang bagus. Mahasiswa masih mengalami kesulitan membedakan penggunaan fonem /e/ dengan /əә/ ketika berbicara. Kemampuan mahasiswa asing dalam unsur menyimak, bagus. Rata-rata mahasiswa sudah mengerti tentang materi yang telah disimaknya. Tetapi ada dua mahasiswa yang kurang bagus nilai menyimaknya. Dalam aspek kemampuan untuk memahami isi ketika menyimak dan konsentrasi. Mahasiswa sering meminta untuk mengulangi apa yang telah disimaknya, dan konsentrasinya kurang. Sehingga tidak dapat mengerjakan semua soal yang diberikan dengan benar. Mahasiswa sudah menguasi tentang penggunaan tanda baca, seperti tanda koma, tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru. Intonasinya sudah tepat dengan isi bacaan. Memahami isi bacaan serta suaranya sangat jelas ketika membaca. Ejaannya sudah cukup jelas dalam unsur membaca. Tetapi pelafalannya belum bagus, mahasiswa belum bisa menggunakan fonem /e/ dengan /əә/ dengan tepat. Kesulitan mengucapkan kata’’ng’’pada kata bunga dan mengangkat. Serta gabungan huruf konsonan /ny/ pada kata ‘’menyorongkan’’dan ‘’menyuapkan’’. Gabungan huruf konsonan /ng/ pada kata mengangkat, dan menghempaskan. Serta sering menggunakan Penambahan konsonan /s/ pada setiap kata yang berakhiran konsonan /t/, misalnya kata Kuat dan melihat. Mahasiswa cukup mampu menulis yang baik. Paragraf yang satu dengan yang lainnya, saling terkait. Tidak menyimpang dari tema tulisan. Penggunaan tanda baca, cukup bagus. Mahasiwa bisa mengunakan tanda baca yang sesuai. Misalnya tanda baca, seperti tanda titik, tanda koma, tanda seru, dan tanda tanya. Pemakaian penulisan penggunaan istilah asing yang kurang tepat , penulisan cetak miring atau garis miring yang tidak tepat, tata bahasa mereka yang masih salah , pemahaman tentang awalan didalam kalimat yang kurang mereka pahami, penggunaan imbuhan yang tidak tepat, penggunaan kata penghubung (konjungsi) yang kurang tepat , penggunaan huruf kapital atau huruf besar yang salah, kosa kata yang salah dan penggunaan huruf dan kata yang berlebihan. Hasil analisis data menunjukkan, bahwa kemampuan berbahasa mahasiswa asing yang meliputi kemampuan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis dapat dikatakan bagus, karena hanya satu kemampuan yang nilainya kurang, yaitu kemampuan menulis. Mahasiswa banyak melakukan kesalahan dalam penulisan. Referensi Skriptorium, Vol. 1, No. 3
55
Kemampuan Berbahasa Indoensia Mahasiswa Asing
Santoso, Puji dkk. 2007. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Furganul Aziez, Chaedar Alwasih. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Warida, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasaa Indonesiaan. Bandung: Kawan Pustaka. Suhendar, Pien Supinah . 1992. Pengajaran dan Ujian Keterampilan Menyimak & Keterampilan Berbicara. Bandung: Pionir Jaya. Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Bogor: Carasvatibooks. Sugiri, Eddy, dkk.2011. “Metode Problem Based Learning sebagai Salah Satu Cara untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia Akademik.” Surabaya: Universitas Airlangga. Oka, I Gusti Ngurah. 1974. Problematika Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Surabaya : Usaha Nasional. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. _____________
. 1986. Membaca Ekspresif sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
_____________
. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Parera, Daniel. 1986. Linguistik Edukasional. Jakarta: Erlangga. Finoza, Lamudin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi. Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Refika Aditama. Mustakim.1994. Membina Kemampuan Berbahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yusuf, Husni dkk. 1981. Kemampuan Berbahasa indonesia Murid Kelas VI Sekolah Dasar yang Berbahasa Ibu Bahasa Aceh: Mendengarkan dan Berbicara. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangn Bahasa Departermen Pendidikan dan Kebudayaan. Parera, Daniel. 1986. Linguistik Edukasional. Jakarta: Erlangga. http://karya-ilmiah.um.ac.id http://google.com
Skriptorium, Vol. 1, No. 3
56