HUBUNGAN PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PERILAKU PLAGIARISME DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Mesovelia Prima Guna 071211632056 Abstrak Sebagian besar mahasiswa masih merasa kesulitan dalam memanajemen waktunya dengan baik. Ketidakmampuan dalam mengatur waktu ini menyebabkan mahasiswa melakukan penundaan dalam mengerjakan ataupun menyelesaikan tugas yang ada. Kecenderungan untuk tidak segera memulai mengerjakan sebuah tugas akademis merupakan indikasi dari prokrastinasi akademik. Seseorang yang melakukan prokrastinasi akademis akan mengakibatkan berbagai konsekuensi negatif, diantaranya adalah perilaku plagiarisme. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif dengan lokasi penelitian di Universitas Airlangga Surabaya. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan prokrastinasi akademik sesuai teori prokrastinasi dari Ferrari, Johnson & McCown dengan perilaku plagiarisme sesuai teori plagiarisme yang diungkapkan oleh Clough . Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik multistage random sampling dengan jumlah sampel sebesar 100 responden. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, maka data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan uji korelasi pearson product moment. Penelitian ini menemukan adanya hubungan yang kuat dan signifikan antara prokrastinasi akademik dengan perilaku plagiarisme di kalangan mahasiswa Universitas Airlangga. Hal ini dibuktikan dengan hasil r analisis > r tabel pada α 5%, yaitu 0,638 > 0,195. Karena r analisis > r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat dan signifikan antara prokrastinasi akademik dengan perilaku plagiarisme, pada taraf kesalahan sebesar 5%. Penelitian ini juga menemukan hasil koefisien determinan sebesar 40,7%, artinya prokrastinasi akademik memberikan kontribusi terhadap plagiarisme mahasiswa sebesar 40,7% dan sisanya 59,3% ditentukan oleh variabel lain yang tidak dicantumkan dalam penelitian ini. Kata kunci : Prokrastinasi Akademik, Plagiarisme Abstract Most students still find it difficult to manage his time well.Inability to manage this time causes most students to delay in doing or completing tasks. The tendency not to immediately start working on a academic task is an indication of academic procrastination. Someone who does academic procrastination will lead to a variety of negative consequences, including the behavior of plagiarism. 1
The method used in this research is quantitative method, the type of research is an explanatory research with Airlangga University as the location of this research. The focus of this research was determine the relationship of academic procrastination according to the theory of procrastination from Ferrari, Johnson and McCown with the behavior of plagiarism according to theory expressed by Clough. The sampling technique in this study using a multistage random sampling technique with a sample size of 100 respondents. Having tested the validity and reliability, the data obtained in this study treated with Pearson product moment correlation test. This study found a strong correlation and significant correlation between academic procrastination and plagiarism among students of Airlangga University. This is evidenced by the results of calculations performed product moment, in which the results obtained r analysis > r tab le on α 5 %, namely 0 .638 > 0.195. Because the r analysis > r table, it can be concluded that there is a strong positive relationship and significant correlation between academic procrastination and plagiarism at the 5% error level. This study also found results determinant coefficient 40,7% meaning that academic procrastination contributes to student plagiarism by 40,7% and the 59,3% is determined by other variables that not included in this study Keywords: Academic Procrastination, Plagiarism PENDAHULUAN Fenomena plagiarisme yang terjadi di kalangan akademis terutama mahasiswa sudah seringkali kita dengar baik dari media cetak, elektronik, maupun media online. Berbagai penelitian yang mengangkat tema plagiarisme di kalangan mahasiwa sudah banyak kita temukan baik di dalam maupun di luar negeri. Ada beberapa penyebab mengapa mahasiswa melakukan tindakan kecurangan akademis
termasuk
plagiarisme,
salah
satunya
adalah
ketidakmampuan
mahasiswa untuk memanfaatkan waktu sebaik – baiknya. Djamarah (2002) menyatakan bahwa sebagian besar mahasiswa mengeluh dikarenakan tidak bisa membagi waktu terkait kapan harus memulai dan mengerjakan tugas sehingga waktu yang seharusnya dapat dimaksimalkan terbuang dengan sia – sia. Kecenderungan mahasiswa untuk menunda – nunda dalam mengerjakan tugas perkuliahan merupakan salah satu ciri prokrastinasi akademik. Kecurangan akademik termasuk plagiarisme merupakan salah satu dampak negatif yang ditimbulkan akibat perilaku prokrastinasi akademik di kalangan mahasiswa. Fenomena inilah yang menarik peneliti untuk melihat apakah terdapat hubungan antara perilaku prokrastinasi dengan perilaku plagiarisme di kalangan mahasiswa. 2
Lebih jauh penelitian ini ingin mengkaji hubungan antara prokrastinasi akademik dengan perilaku plagiarisme. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang banyak mengkaji mengenai perilaku plagiarisme di kalangan pelajar dan mahasiswa secara deskriptif. Studi ini mencoba untuk melihat korelasi faktor – faktor
yang mempengaruhi perilaku plagiarisme, salah satunya adalah
prokrastinasi akademik di kalangan mahasiswa. Perilaku plagiarisme saat ini sudah menjadi budaya instan bagi mahasiswa untuk mencapai tujuannya secara cepat dan praktis, tujuan dalam hal ini bisa berarti pengerjaan tugas – tugas kuliah ataupun karya ilmiah/skripsi. Berbagai penelitian pun menunjukkan perilaku plagiarisme banyak terjadi di kalangan mahasiswa, seperti penelitian yang dilakukan oleh Sierles (1998), Jendrek (1992), Pavela (1993) dan McCabe & Bowers (1994) pada pendidikan di Amerika Serikat, mereka mengungkapkan bahwa 30% responden penelitian yang terdiri dari kalangan mahasiswa telah melakukan tindakan plagiarisme dalam membuat tugas – tugas perkuliahan mereka, sedangkan 70% sisanya pernah melakukan berbagai tindakan plagiarisme seperti, mengambil karya orang lain tanpa menuliskan
sumber,
mengambil
ide
pokok
pikiran
orang
lain
lalu
memasukkannya ke dalam hasil pemikiran sendiri dan mengambil tulisan orang tanpa mencantumkan sumbernya. Perilaku plagiarisme apabila dilihat dari data yang sudah disebutkan sebelumnya masih tergolong tinggi. Hal tersebut sebenarnya perlu dicari apa yang menjadi penyebabnya. Salah satu penyebab tingginya angka kecurangan akademis termasuk plagiarisme di kalangan mahasiswa adalah prokrastinasi akademik. Menurut Clark & Hill (dalam Wolters,2003) menyatakan bahwa prokrastinasi akademik sering terjadi pada pelajar dan mahasiswa, hal ini memiliki efek yang negatif terhadap proses belajar dan prestasi. Bentuk dari prokrastinasi akademik dapat berupa penundaan mengerjakan tugas, penundaan belajar menghadapi ujian, penundaan tugas membaca, penundaan menghadiri pertemuan, penundaan kinerja tugas administratif serta penundaan kinerja akademis secara keseluruhan. Berbagai konsekuensi negatif harus diterima oleh mahasiswa yang melakukan perilaku prokrastinasi akademis. Para prokrastinator atau sebutan
3
untuk individu yang melakukan prokrastinasi biasanya mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen pada menit – menit terakhir pengumpulan. Hal ini akan membuat mereka merasa panik serta kebingungan, perasaan panik ini yang dapat menimbulkan kecurangan akademis di kalangan mahasiswa. Salah satu bentuk kecurangan akademis yang dapat terjadi adalah perilaku plagiarisme. Penn (2007) menyatakan bahwa tindakan plagiarisme yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan cara untuk menyelesaikan tugasnya dengan cepat dan mudah, hal ini dikarenakan terbatasnya waktu yang tersedia sebagai akibat penunda – nundaan dalam pengerjaannya. Pernyataan dari Penn didukung oleh Westpal (2004) yang mengungkapkan perilaku plagiat menjadi salah satu cara yang mudah dilakukan dalam pengerjaan tugas – tugas kuliah ketika menghadapi batas waktu pengumpulan yang semakin dekat. Dampak negatif dari prokrastinasi juga disampaikan oleh Roig dan DeTomasso (1995) yang menjelaskan bahwa prokrastinasi memberikan pengaruh terhadap munculnya kecurangan akademis yaitu plagiat sampai munculnya ketidakjujuran akademis seperti adanya jasa pembuatan skripsi hingga jasa jual beli gelar akademik. Berbagai
temuan
menunjukkan
adanya
hubungan
antara
perilaku
prokrastinasi akademik dengan perilaku plagiarisme mahasiswa. Penelitian – penelitian yang mengkaji hubungan antara perilaku prokrastinasi akademik sudah dilakukan oleh Miguel Roig dan Lauren De Tommaso (1995) yang berjudul Are College Cheating and Plagiarism Related to Academic Procrastination? Penelitian tersebut ditujukan kepada 115 mahasiswa yang hasilnya menunjukkan hubungan positif diantara keduanya,
yakni
mahasiswa dengan tingkat
prokrastinasi yang tinggi memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat plagiarisme daripada mahasiswa yang memiliki tingkat prokrastinasi yang rendah. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat prokrastinasi maka semakin tinggi juga tingkat plagiarisme. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara perilaku prokrastinasi akademik dengan perilaku plagiarisme di kalangan mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya?
4
TINJAUAN PUSTAKA Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinaire yang memiliki dua suku kata yaitu pro dan crastinus. Pro memiliki arti mendorong maju atau bergerak maju, sedangkan crastinus berarti keputusan hari esok. Jadi dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi adalah kegiatan menunda pekerjaan sampai hari berikutnya. Ferrari, Johnson dan McCown membagi prokrastinasi menjadi dua jenis, antara lain : 1.
Functional Procrastination Adalah perilaku menunda – nunda pengerjaan tugas untuk mendapatkan informasi yang lengkap serta akurat. Mereka beranggapan bahwa sebuah tugas harus dikerjakan secara sempurna untuk mendapatkan hasil yang maksimal, walaupun harus
melewati batas waktu optimal dalam
menyelesaikan tugas. 2.
Disfunctional Procrastination Adalah perilaku menunda – nunda pekerjaan tanpa memiliki tujuan yang jelas, perilaku ini jelas akan menimbulkan masalah bagi pelakunya. Perilaku prokrastinasi disfungsional dibagi lagi menjadi decisional procrastination dan avoidance procrastination. Decisional procrastination adalah perilaku menunda dalam hal pengambilan keputusan, prokrastinasi ini terjadi karena kegagalan dalam mengidentifikasi tugas yang menyebabkan konflik dalam diri individu. Sedangkan avoidance procrastination adalah perilaku menunda yang dilakukan dalam perilaku yang tampak, penundaan ini disebabkan karena tugas yang diberikan dirasa kurang menyenangkan dan sulit untuk dilakukan.
Ciri – ciri prokrastinasi akademis Prokrastinasi sebagai perilaku menunda – nunda pekerjaan memiliki beberapa indikator. Ferrari, Johnson dan McCown (dalam Gufron, 2003) menjelaskan beberapa ciri-ciri prokrastinasi akademik yang tergambar melalui indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati, antara lain :
5
1.
Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas – tugas yang diberikan kepadanya. Individu yang melakukan prokrastinasi sadar betapa pentingnya tugas tersebut dan harus segera diselesaikan, akan tetapi individu memilih untuk menunda mengerjakan tugas tersebut.
2.
Adanya keterlambatan dalam pengerjaan tugas. Individu yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama dalam mengerjakan tugas dibanding waktu yang dibutuhkan individu pada umumnya. Seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimiliki untuk mempersiapkan diri secara berlebihan bahkan melakukan kegiatan yang tidak terlalu penting dalam hal pengerjaan sebuah tugas tanpa mempertimbangkan waktu yang dimiliki semakin terbatas.
3.
Terdapat kesenjangan waktu antara rencana dengan kinerja optimal dalam mengerjakan tugas. Kesulitan yang dihadapi prokrastinator adalah sulitnya melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Individu kemungkinan telah merencanakan untuk memulai mengerjakan tugas sesuai waktu yang ia tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba ia tidak juga merealisasikannya sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.
4.
Seorang Prokrastinator memiliki kecenderungan untuk melakukan kegiatan lain yang dirasa lebih menyenangkan lebih besar. Individu tersebut secara sengaja tidak mengerjakan tugasnya, akan tetapi mengunakan waktu yang dimiliki untuk kegiatan – kegiatan yang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan seperti menonton, jalan – jalan, mendengarkan musik dan lain –lain. Akibatnya waktu yang ia miliki habis untuk kegiatan menyenangkan tersebut.
Perilaku Plagiarisme Plagiarisme berasal dari kata plagiarus yang memiliki arti merampok, membajak. menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia plagiarisme merupakan penjiplakan yang melanggar hak cipta, yakni hasil penemuan seseorang yang dilindungi oleh undang-undang. Beberapa ahli juga memiliki pendapatnya sendiri mengenai plagiarisme. Hexam (1999) berpendapat bahwa seseorang dianggap 6
sudah melakukan plagiarisme jika dalam tulisannya ia telah menggunakan lebih dari empat kata yang diambilnya dari suatu tulisan orang lain, padahal dalam tulisannya tersebut ia tidak menyertakan tanda kutip, sebagai bentuk dari pengutipan langsung. Perilaku plagiarisme memiliki beberapa bentuk yang bisa diidentifikasi. Plagiarisme tidak hanya sebagai bentuk meminjam atau meniru hasil karya orang lain, tetapi juga termasuk suatu masalah yang serius. Adapun bentuk – bentuk plagiarisme yang sering terjadi di dunia akademis menurut Clough (2003) antara lain : 1.
Plagiarisme kata per kata Merupakan tindakan menyalin langsung sebagian besar teks dari sebuah sumber tanpa adanya kutipan, perizinan serta pencantuman darimana teks tersebut berasal
2.
Plagiarisme parafrase Merupakan penulisan ulang dengan mengubah menggunakan kata – kata sendiri tetapi teks aslinya masih dapat dikenali
3.
Plagiarisme sumber sekunder Merupakan kegiatan mengutip sumber aslinya yang didapat dari sumber sekunder dengan menghiraukan teks asli dari sumber yang sebenarnya.
4.
Plagiarisme struktur sumber Merupakan kegiatan penjiplakan struktur suatu argumen dari sebuah sumber
5.
Plagiarisme Ide Merupakan penggunaan ulang suatu gagasan/ pemikiran asli dari sebuah sumber teks tanpa bergantung bentuk teks sumber
6.
Plagiarisme authorship Merupakan kegiatan pecantuman nama sendiri pada hasil karya orang lain
Hubungan Prokrastinasi dan Perilaku Plagiarisme Menimba ilmu di sebuah universitas pasti akan selalu berhubungan dengan berbabagai tugas akademis yang menyangkut perkuliahan. Kemampuan mengatur waktu yang tepat selama masa studi tidak semua dimiliki oleh mahasiswa. Djamarah (2002) mengungkapkan bahwa sebagian besar mahasiswa mengeluh 7
karena tidak memiliki kemampuan mengatur waktu yang dimilikinya dengan baik. Mahasiswa cenderung untuk menunda – nunda tugas yang diberikan, mereka tidak tahu kapan harus memulai mengerjakan tugas tersebut. Hal ini akan mengakibatkan waktu yang dimiliki oleh seorang mahasiswa akan terbuang dengan sia – sia. Kecenderungan untuk menunda – nunda tugas/ tidak segera memulai pekerjaan disebut dengan prokrastinasi. Konsekuensi dari perilaku prokrastinasi akademik ini akan berdampak negatif bagi mahasiswa. Roig & DeTommaso (dalam Hendricks, 2004) berpendapat bahwa salah satu konsekuensi yang harus ditanggung mahasiswa adalah kecurangan akademis dalam hal ini adalah perilaku plagiarisme. Perilaku prokrastinasi sering memulai mengerjakan tugas – tugasnya pada menit terakhir menjelang batas waktu pengumpulan. Perilaku ini akan membuat perasaan panik pada diri mahasiswa. Perasaan panik tersebut akan menghasilkan perilaku yang bertentangan seperti melakukan berbagai perilaku curang. Westpal berpendapat prokrastinasi akademik menjadi penyebab timbulnya tindakan plagiat dikarenakan perasaan panik dalam menghadapi batas waktu yang semakin sempit. Pernyataan ini didukung oleh Davis (2002) yang mengungkapkan bahwa prokrastinasi menjadi salah satu penyebab kecurangan akademis ketika mendekati deadline. Pada menit – menit terakhir itulah mahasiswa akan tergoda untuk mengambil ide serta jawaban dari mahasiswa lain tanpa mencantumkan sumber yang memadai. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menitik beratkan pada pengujian hipotesis dan menghasilakan kesimpulan. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif. Tipe penelitian ini dipilih karena penulis ingin mengukur pengaruh antara satu variabel dengan variabel lain. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey Adapun pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik acak sistematis (systematic random sampling) dengan populasi sebesar 1014 mahasiswa. Sehingga dihasilkan sampel sebesar 91 responden dan dibulatkan menjadi 100 responden.
8
Penelitian eksplanasi menggunakan sampel dan hipotesis (Bungin, 2005:38). Eksplanasi digunakan untuk mengembangkan dan menyempurnakan teori serta memiliki kredibilitas untuk mengukur, menguji pengaruh sebab akibat dari dua atau beberapa variabel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi pearson product moment. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data – data yang diperoleh dari hasil observasi dan penyebaran kueisoner yang sudah dijelaskan pada bab tiga, selanjutnya dalam bab ini akan dilakukan analisa terhadap data yang sudah diperoleh dan dihubungkan dengan teori yang sudah ada, penelitian terdahulu serta pendapat dari para ahli yang akan disesuaikan dengan interpretasi dari peneliti. Dalam bab empat ini juga akan dibahas secara umum mengenai hubungan prokrastinasi akademik dengan perilaku plagiarisme di kalangan mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya. Dari hasil penelitian ini, nantinya akan diketahui apakah temuan data yang ditemukan di lapangan dapat mendukung atau bertentangan dengan teori dan penelitian yang sudah ada, maka hasil penelitian ini dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Prokrastinasi Akademik Di Kalangan Mahasiswa Universitas Airlangga Salah satu indikator perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa dapat dilihat dari tabel III.5 yaitu mengenai penundaan dalam memulai dan menyelesaikan tugas. Jawaban responden pada item perasaan nyaman dalam melakukan penundaan didominasi oleh jawaban setuju, hal tersebut membuktikan bahwa sebagian besar responden merasa nyaman ketika melakukan penundaan. Hasil temuan data di lapangan senada dengan apa yang diungkapkan oleh Rothblum, Beswick dan Mann (dalam Larson, 1991) yang menyatakan seorang prokrastinator akan memiliki kecenderungan untuk melakukan penundaan terhadap setiap tugas yang ia terima serta kecenderungan mengalami kecemasasan akibat penundaan yang ia lakukan. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Solomon dan Rothblum (1984) yang menyatakan bahwa prokrastinasi sebagai penundaan yang dilakukan seseorang terhadap tugas yang dianggap penting,
9
dilakukan berulang – ulang dan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman bagi para pelakunya. Penundaan ini juga dapat disebabkan oleh manajemen waktu yang buruk, sehingga waktu yang seharusnya digunakan untuk mengerjakan tugas malah habis terbuang untuk hal – hal yang tidak berguna. Seperti yang diungkapkan oleh Djamarah (2002) yang menyatakan bahwa sebagian besar mahasiswa mengeluh dikarenakan tidak bisa membagi waktu terkait kapan harus memulai dan mengerjakan tugas sehingga waktu yang seharusnya dapat dimaksimalkan terbuang dengan sia – sia. Indikator lain dari perilaku prokrastinasi akademik dapat dilihat pada tabel III.7 yaitu keterlambatan dalam pengerjaan tugas. Jawaban responden pada item membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam pengerjaan tugas didominasi oleh jawaban setuju, hal tersebut mengindikasikan bahwa mayoritas responden dalam mengerjakan tugas membutuhkan waktu yang lebih banyak dikarenakan tidak segera mengerjakannya sedangkan tenggat waktu pengumpulan semakin dekat. Hasil temuan tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh Johnson dan McCown (1995) yang menjelaskan bahwa perilaku menunda mengerjakan tugas bertujuan untuk memperoleh informasi yang lengkap dan akurat, mahasiswa yang melakukan penundaan ini memandang sebuah tugas harus dikerjakan secara sempurna dengan tujuan mendapatkan hasil yang maksimal, meskipun mereka harus melewati waktu yang optimal untuk memulai mengerjakan tugas tersebut. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Burka dan Yuen (1983) yang menyebutkan adanya aspek irasional yang dipunyai prokrastinator. Seorang prokrastinator bisa memiliki pandangan bahwa tugas yang diselesaikan haruslah sempurna, sehingga ia cenderung menunda pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Prokrastinasi akademik mahasiswa juga dapat dilihat pada indikator pada tabel III.9 yaitu mengenai kesulitan merealisasikan antara rencana dengan waktu pengerjaan tugas. Temuan data melalui kuesioner menunjukkan bahwa jawaban responden pada item melanggar rencana yang sudah dibuat didominasi oleh jawaban setuju, hal ini mengindikasikan mayoritas responden sudah membuat jadwal untuk mengerjakan tugas, akan tetapi jadwal yang sudah dibuat cenderung
10
dilanggar akibatnya tugas menjadi terbengkalai. Berdasarkan hasil temuan data di lapangan tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Wolter ( dalam Nugrasanti, 2006:29) yang menyatakan bahwa prokrastinasi akademik merupakan kegagalan dalam menjalankan tugas dalam kerangka waktu yang diinginkan atau menunda mengerjakan tugas sampai saat-saat terakhir. Apa yang diungkapkan oleh Wolter juga didukung oleh Gufron (2003) yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kesulitan melakukan sesuatu sesuai batas waktu yang diharapkan akan lebih sering mengalami keterlambatan, mengalami kegagalan dalam menyelesaikan tugas sesuai batas waktu yang ditentukan serta melakukan sesuatu tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Seseorang
yang
mengalami prokrastinasi akademik
juga memiliki
kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang dirasa lebih menyenangkan daripada harus mengerjakan tugas. Seperti temuan data yang tertera pada tabel III.11 pada item lebih suka kumpul dengan teman daripada mengerjakan tugas didominasi oleh jawaban setuju, temuan tersebut juga didukung jawaban responden pada item porsi bermain lebih banyak daripada mengerjakan tugas yang didominasi oleh jawaban setuju. Berdasarkan hasil temuan dari kuesioner di lapangan menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengalami prokrastinasi memiliki kecenderungan untuk melakukan kegiatan lain yang dirasa lebih menyenangkan lebih besar daripada mengerjakan tugas. Dari hasil kuesioner yang sudah dijawab oleh responden di lapangan sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Retno S, et al (2000:83) yang mengatakan seseorang yang mengalami prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama dari orang pada umumnya. Mereka cenderung menggunakan waktu yang dimiliki untuk aktifitas yang bersifat hiburan seperti membaca (Koran,
majalah, atau buku cerita lainnya), jalan, ngobrol,
mendengarkan musik, menonton film, minum atau makan makanan kecil. Pendapat tersebut juga didukung dengan apa yang dipaparkan oleh Noran ( dalam Akinsola, Tella & Tella, 2007) yang mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai bentuk menghindari tugas yang seharusnya diselesaikan oleh masing – masing individu. Prokrastinasi yang dilakukan oleh individu akan lebih memilih menghabiskan waktu dengan teman ataupun kesibukan lain yang sebetulnya tidak
11
terlalu bermanfaat daripada menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan dengan segera. Perilaku Plagiarisme di Kalangan Mahasiswa Universitas Airlangga Salah satu indikator perilaku plagiarisme mahasiswa dapat dilihat dari tabel III.14 yaitu mengenai plagiarisme kata per kata. Tidak semua responden menjawab tidak setuju pada item menyalin informasi yang didapat secara keseluruhan,beberapa responden menjawab setuju pada pernyataan tersebut.Hal tersebut membuktikan bahwa beberapa mahasiswa melakukan penjiplakan pada sebuah sumber informasi pada saat pengerjaan sebuah tugas. Temuan data di lapangan didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Don McCabe(1994) dari The Center of Academic Integrity yang menemukan bahwa beberapa mahasiswa melakukan tindakan menyalin langsung dengan cara meng copy paste kalimat
yang
berasal dari
halaman
website
tanpa
memberikan
sitasi
sumber.Penelitian tersebut juga didukung dengan apa yang pernah diungkapkan oleh Harris(2009) dalam jurnalnya yang menyatakan bahwa salah satu bentuk plagiarisme yang sering dilakukan oleh mahasiswa adalah dengan mengcopy paste materi dari beberapa sumber. Indikator lain dari perilaku plagiarisme mahasiswa dapat dilihat pada tabel III.16 yaitu mengenai plagiarisme parafrase. Jawaban responden pada item memprafrase kalimat tanpa mencantumkan kutipan yang benar didominasi oleh jawaban setuju, hal tersebut mengindikasikan bahwa mayoritas responden belum memberikan kutipan yang benar saat memparafrase sebuah kalimat. Hasil temuan tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Hale ( dalam Lampert, 2004) telah menemukan bahwa sebagian besar responden salah menjiplak versi asli untuk diparafrasekan, hal tersebut menunjukkan bahwa responden kebingungan sejauh mana teks asli harus dimodifikasi, dan aturan – aturan dimana rujukan diperlukan. Pendapat lain yang juga mendukung hal tersebut juga disampaikan oleh Julio G. Soto, Sulekha Anand dan Elizabeth McGee (dalam Jackson, 2006) yang menyimpulkan bahwa semua mahasiswa yang menjiplak atau plagiat mempunyai masalah dengan cara parafase yang tepat.
12
Perilaku plagiarisme yang dilakukan mahasiswa juga dapat dilihat pada indikator pada tabel III.18 yaitu mengenai plagiarisme sumber sekunder. Temuan data melalui kuesioner menunjukkan bahwa jawaban responden pada item cenderung menghiraukan sumber asli pada saat pengerjaan tugas didominasi oleh jawaban setuju, hal ini mengindikasikan mayoritas responden dalam mengerjakan tugas tidak mencari sumber aslinya untuk dijadikan sumber referensi karya tulisnya. Berdasarkan hasil temuan data di lapangan tersebut sejalan dengan apa yang dituliskan oleh Clough (2003) dalam artikelnya yang berjudul “Old and New Challenges in Automatic Plagiarism Detection” mengatakan bahwa bentuk – bentuk plagiarisme yang sering terjadi di dunia akademis salah satunya adalah melakukan kutipan dari sumber asli yang didapat dari sebuah sumber sekunder tanpa melihat isi teks dari sumber yang sebenarnya. Bentuk plagiarisme lain yang juga dilakukan oleh mahasiswa dapat dilihat pada tabel III.20 yaitu mengenai plagiarisme struktur sumber. Berdasarkan hasil yang didapatkan di lapangan, plagiarisme struktur sumber berada pada kategori yang tinggi. Hasil temuan data yang ada di lapangan dapat di indikasikan bahwa sebagian besar responden masih melakukan penjiplakan struktur suatu argumen dari sebuah sumber. Bentuk plagiarisme ini juga sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Clough P (2003) dalam artikelnya, dimana bentuk – bentuk plagiarisme yang sering terjadi di dunia akademis salah satunya adalah melakukan tindakan peniruan terhadap pola/kerangka tulisan yang sudah ada dari sebuah sumber. Temuan data yang tertera pada tabel III.22 pada item tugas yang dibuat merupakan hasil pemikiran orang lain yang ditulis kembali, dimana jawaban responden didominasi oleh jawaban setuju. Meskipun hanya idenya saja yang diambil, akan tetapi perbuatan tersebut termasuk dalam tindakan plagiarisme apabila tidak mencantumkan sumber darimana ide/ gagasan tersebut berasal. Plagiarisme ide ini sesuai dengan salah satu bentuk plagiarisme menurut Hefferman dan Lincoln (1986), yakni salah satu tindakan yang bisa disebut sebagai tindakan plagiat yaitu mengambil ide pengarang lain tanpa mencantumkan sumber yang memadai. Selain itu, Kurniawati (2008) juga mengungkapkan bahwa
13
plagiarisme merupakan tindakan pencurian, penyalahgunaan, penerbitan sebuah ide atau tulisan yang diklaim sebagai milik pribadi tetapi sebenarnya adalah milik orang lain. Plagiarisme authorship juga merupakan salah satu bentuk plagiarisme yang sering terjadi di dunia akademik. Jawaban responden mengenai plagiarisme authorship dapat dilihat pada tabel III.24 pada item mengumpulkan karya orang lain dan mengganti menjadi milik pribadi, dimana jawaban responden didominasi oleh jawaban setuju. hasil temuan data kuesioner di lapangan sejalan dengan artikel yang ditulis oleh Hongyan, et al (2008), yang mengungkapkan bahwa plagiat merupakan tindakan mengambil hasil karya orang lain baik dari sumber tercetak maupun elektronik (intenet) dengan cara menyalin kemudian diakui sebagai milik pribadi. Sependapat dengan hal tersebut, Utorodewo dkk (2007) menggolongkan salah satu tindakan yang bisa disebut sebagai tindakan plagiarisme yakni mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri tanpa mencantumkan sumbernya. Hubungan Prokrastinasi Akademik dengan Perilaku Plagiarisme Berdasarkan penghitungan yang dilakukan, dihasilkan r hitung 0.638 sedangkan r tabel sebesar 0.195 dapat disimpulkan bahwa rhitung > rtabel ( 0.638 > 0.195 ) maka H0 ditolak, sehingga ada hubungan secara signifikan antara prokrastinasi akademik dengan perilaku plagiarisme. Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Roig & de Tommaso (dalam Hendrik, 2004) yang menyatakan bahwa prokrastinasi akademik yang dialami seseorang akan mengakibatkan berbagai dampak negatif dan salah satunya adalah kecurangan akademis yakni plagiarisme. Selain itu hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Westhpal (2004) yang mengatakan prokrastinasi akademik dapat menimbulkan kecurangan akademis. Seseorang yang mengalami prokrastinasi dapat membuat orang tersebut mengerjakan tugas pada menit terakhir batas pengumpulan serta dapat menyebabkan perasaan panik yang berlebihan. Perasaan panik tersebut dapat memicu mahasiswa untuk melakukan keputusan instan yang sarat dengan kecurangan. Salah satu bentuk perilaku curang yang dapat dilakukan oleh mahasiswa akibat kurang siapnya menghadapi batas 14
waktu tersebut adalah tindakan plagiat. Selain itu dalam penelitian ini ditemukan koefisien determinan sebesar sebesar 40,7%, artinya prokrastinasi akademik memberikan kontribusi terhadap plagiarisme mahasiswa sebesar 40,7% dan sisanya 59,3% ditentukan oleh variabel lain yang tidak dicantumkan dalam penelitian ini. Kristin Voekl Finn et al (dalam Dody Hartanto, 2012) menyatakan bahwa faktor lain yang menyebabkan perilaku plagiat antara lain karena adanya tekanan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tidak mau mengalami kegagalan, adanya persepsi bahwa sekolah melakukan sesuatu yang tidak adil, kurangnya manajemen waktu dan terbatasnya waktu pengumpulan tugas, terakhir adalah kurangnya kontrol dan sanksi terhadap pelaku plagiat. PENUTUP Kesimpulan Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan r hitung sebesar 0.638 yang membuktikan adanya hubungan yang kuat dan signifikan antara prokrastinasi akademik terhadap perilaku plagiarisme mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya. Selain itu penggunaan product moment juga dapat menentukan besaran koefisien penentu dengan menggunakan rumusnya sebesar 40,7%, artinya prokrastinasi akademik memberikan kontribusi terhadap plagiarisme mahasiswa sebanyak 40,7% dan sisanya 59,3% ditentukan oleh variabel lain yang tidak dicantumkan dalam penelitian ini. Saran 1. Bagi Mahasiswa Mahasiswa sebaiknya mulai menyadari bahwa perilaku menunda – nunda tugas dan perilaku plagiarisme sebagai permasalahan yang serius. Mahasiswa harus mengurangi atau bahkan menghilangkan kebiasaan buruk tersebut. Salah satunya mengembangkan cara berpikir yang positif dengan menyadari keunggulan dirinya serta memperbanyak komunikasi dengan orang – orang terdekat seperti sahabat, orang tua dan tenaga pengajar.
15
2. Bagi Perguruan Tinggi Penelitian ini menemukan bahwa prokrastinasi akademik dan perilaku plagiarisme memiliki hubungan yang positif. Kedua perilaku ini seharusnya dihindari karena akan menghambat serta menghalangi tujuan perguruan tinggi dalam membentuk sikap dan perilaku mahasiswa, apalagi ditambah moto Universitas Airlangga “Excellence With Morality” seharusnya membuat mahasiswa tetap menjaga moralnya dengan menghindari praktik – praktik plagiarisme. Dalam menghadapi hal ini pihak universitas maupun fakultas dapat lebih gencar untuk mensosialisasikan peraturan – peraturan serta sanksi yang diterima mahasiswa terkait tindakan plagiat. Sehingga mahasiswa akan berpikir ulang untuk melakukan tindakan plagiarisme dan praktik – praktik plagiarisme dapat ditekan seminimal mungkin. 3. Saran untuk peneliti lain Sebagai saran untuk penelitian selanjutnya, peneliti merekomendasikan untuk mengangkat permasalahan terkait faktor – faktor lain yang menyebabkan terjadinya tindakan plagiat, sehingga dengan demikian akan diketahui beberapa alasan mahasiswa melakukan plagiat selain prokrastinasi akademik.
DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu-ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana. Burka, J.B. & Yuen, L. M. (1983). Procrastination: Why you do it, what to do about it. Reading. MA: Addison- Wesley. Clough,P. 2003. Old and New Challenges in Automatic Plagiarism Detection. Sheffield, UK : Department of Information Studies, University of Sheffield Davis, James. 2002. The Rowman & littlefield guide to writing with sources. Third Addition. Rowman and Littlefield Publisher, Inc Djamarah, S.B.2002. Bahasa Sukses Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
16
Dody Hartanto. 2012. Menyontek: Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya. Jakarta : Indeks Gufron. 2003. Hubungan Prokrastinasi dan Kontrol diri. Tersedia di http://www.damandiri.or.id/file/mnurgufronugmbab1.pdf Hendricks, B. 2004. Academic Dishonesty: A study in the magnitude of and justification for Academic Dishonesty among College Undergraduate and graduate Students. Journal of College Student Development. Hexam, I. 1999. Academic Plagiarism Defined. [Online]. Available at http://www. ucalgary.ca/~hexham/study/plag.html Jackson,
Pamela
A.
2006.
Plagiarism
Instruction
Online
:
Assesing
Undergraduate Students Ability to Avoid Plagiarism. Diakses dari http://staging.ala.org/ala/mgrps/divs/acrl/acrlpubs/crljournal/backissues200 6a/septembera/jackson06.pdf Johnson,J.L., & McCown, W.G. 1995. Procrastination and task avoidance: Theory, research and treatment.Springer Science & Business Media Kurniawati, Ana & I wayan Simri Wicaksana.2008. Perbandingan Pendekatan Deteksi
Plagiarisme
Dokumen
dalam
Bahasa
Inggris.
http://repository.gunadarma.ac.id:8000/OSSOC_26_663.pdf Lampert, Lynn D. 2004. Integrating Disciplinebased Anti-plagiarism Instruction into
the
Information
Literacy
Curriculum.
Diakses
dari
http://www.howtowriteessay.net/pdf/disciplinebased.pdf Larson, C.C. 1991. The effect of a cognitive-behavioral education program on academic procrastination. Tersedia di www.proquest.com McCabe, D. L., & Bowers, W. J. (1994). Academic honesty among males in college: A 30-year perspective. Journal of College Student Development, 35, 5-10. Nugrasanti,R. Locus of Control dan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Provitae Vol. 2 No. 1, Mei 2006, hal. 25-33
17
Penn, Student.2007. Researching with The Web: How to Avoid Internet Plagiarism.
Diambil
dari
http://www.vpul.upenn.edu/lrc/lr/PDF/plagiarism%20(W).Pdf Retno,S E., Prihastuti, Mastuti, E. & Sudaryono. (2000, Agustus). Profil Perilaku Prokrastinasi Dosen Muda Universitas Airlangga yang Diwakili oleh Tujuh Fakultas. Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol.1,2. Roig,M., & DeTommaso, L. (1995). Are college cheating and plagiarism related to academic procrastination?. Psychological Reports, 77(2), 691-698 Westphal.
2004.
Plagiarism.
Tersedia
di
http://leo.stcloudstate.edu/research/plagiarism.html Wolters, C.A. 2003. Understanding Procrastination From a Self- Regulated Learning Perspektive. Journal Of Education Psychology. Vol 95 No. 1
18