RELEVANSI KURIKULUM DAN BAHAN AJAR FIQIH DENGAN KEBUTUHAN SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH MA’ARIF CANDEN KELURAHAN KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA
(KELAS IV-VI TAHUN 2009) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh FATCHUS SHOLICHAH NOFITASARI NIM : 121 07 009
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
RELEVANSI KURIKULUM DAN BAHAN AJAR FIQIH DENGAN KEBUTUHAN SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH MA’ARIF CANDEN KELURAHAN KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA
(KELAS IV-VI TAHUN 2009) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh FATCHUS SHOLICHAH NOFITASARI NIM : 121 07 009
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Fatchus sholichah nofitasari
NIM
: 12107009
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 20 Januari 2010 Yang menyatakan,
Fatchus Sholichah Nofitasari NIM : 121 07 009
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama
: FATCHUS SHOLICHAH NOFITASARI
NIM
: 121 07 009
Jurusan / Progdi : TARBIYAH / PAI Judul
: RELEVANSI
KURIKULUM
DAN
BAHAN
AJAR FIQIH DENGAN KEBUTUHAN SISWA DI MADRASAH CANDEN
IBTIDAIYAH
KELURAHAN
MA’ARIF
KUTOWINANGUN
KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA (Kelas IV-VI Tahun 2009) Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 23 Januari 2010 Pembimbing
Drs. Miftahuddin, M. Ag NIP. 19700922 199403 1 002
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PENGESAHAN Skripsi Saudari : FATCHUS SHOLICHAH NOFITASARI dengan Nomor Induk Mahasiswa : 121 07 009 yang berjudul : " RELEVANSI KURIKULUM DAN BAHAN AJAR FIQIH DENGAN KEBUTUHAN SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH MA’ARIF CANDEN KELURAHAN KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA (Kelas IV-VI Tahun 2009), telah dimunaqosahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Sabtu 13 Maret 2010 yang bertepatan dengan tanggal 27 Rabiul Awal 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah. 13
Maret
2010 M
Salatiga, 27 Rabiul Awal 1431 H Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag NIP. 19660215 199103 1 001
Penguji I
Penguji II
Dr. Adang Kuswaya, M. Ag. NIP. 19720531 199803 1 002
Dra. Siti Asdiqoh, M. Si. NIP. 19680812 199403 2 003 Pembimbing
Drs. Miftahuddin, M.Ag NIP. 19680812 199403 2 003
MOTTO
Tidak sepatutnya bagi orang-orangyang mukmin pergi semuanya(ke medan perang)mengapa tidak pergi dari tiap-tiap mereka beberapa orang untuikn memperdalam pengetahuan tentang agama untuk memberi peringatan kepada kaumn ya apabila mereka telah kembali kepadaNya supaya mereka dapat menyadari dirinya(QS. At Taubah : 122)
Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang melakukan suatu pekerjaan di lakukan secara istiqomah(tepat,terarah,jelas,dan tuntas) HR.Thabran
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan(QS. Alam Nasyrah : 5)
PERSEMBAHAN
1.
2.
3.
4.
5. 6.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: Ayahku (Munir Zainudin) dan ibundaku (Ariyani) tercinta yang telah mencurahkan segala usaha untuk membantu melancarkan studyku, mencurahkan kasih sayangnya dan selalu memberi dorongan semangat serta selalu mendo’akanku Suamiku tercinta (Endi Purnomo) yang selalu mendampingi dalam suka maupun duka senantiasa mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya tidak lupa buah cinta kami (Nala Syifa’an Nafidza) yang selalu menjadi penyemangat untuk menyelesaikan studyku Bpk Drs. Miftahudin M. Ag. yang saya hormati yang telah meluangkan waktu dan kesabaranya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan Adikku tercinta (Siti Zulaicha) yang selalu membantu dalam menyelesaikaan studyku sahabat-sahabatku (Ndary, Ayu, Tri, Nanik, Iin, Nur Hikmah) yang selalu berjuang bersama-sama dalam suka dan duka. Tanpa kalian semua hari-hariku tak kan indah. Ibu Musyayadah S. Ag dan dewan guru MI Canden yang telah memberikan ijin dan pelayanan yang baik selama penelitian Mas Yuli dan istri yang selalu membantu dalam menghadapi kesulitan pengetikan skripsi ini.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,
hidayah
dan
taufiqnya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkap syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah RELEVANSI KURIKULUM DAN BAHAN AJAR FIQIH DENGAN KEBUTUHAN SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH MA‟ARIF CANDEN KELURAHAN
KUTOWINANGUN
KECAMATAN
TINGKIR
KOTA
SALATIGA (Kelas IV-VI Tahun 2009) Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN 2. Fatchurrahman, M. Pd selaku Kaprogdi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. 3. Drs. Miftahudin, M.Ag selaku pembimbing yang telah dengan ikhlas dan sabar mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian penulisan skripsi ini.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai. 5. Ayahku
(Munir Zainudin) dan Ibundaku (Ariyani) tercinta yang selalu
memberikan dukungan baik moril maupun spiritual, serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita. 6. Suami (Endi Purnomo) dan anakku (Nala Syifa'an Nafidza) tercinta yang selalu menjadi motivator bagi penulis 7. Ibu Musyayadah dan dewan guru di Madrasah Ibtidaiyah Canden yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian dan dengan sabar membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangan bagi pengembangan dunia pendidikan khususnya pendidikan agama Islam. Amin – amin yarobbal 'alamin Salatiga, 20 Januari 2010
Penulis
ABSTRAK
Nofitasari, Fatchus, Sholichah. 2010. Relevansi Kurikulum dan Bahan Ajar Fiqih Dengan Kebutuhan Siswa di MI Canden Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, 2009 (Kelas IV-VI). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Drs. Miftahuddin M.Ag. Kata kunci : relevansi kurikulum dan bahan ajar Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui relevansi antara kurikulum dan bahan ajar dengan kebutuhan siswa terkait materi fiqih kelas IVVI. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Apakah muatan kurikulum fiqih kelas IV-VI (2) Apakah bahan ajar yang digunakan pada materi fiqih kelas IV-VI (3) Apakah kebutuhan siswa kelas IV-VI terhadap mata pelajaran fiqih (4) Adakah relevansi kurikulum dan bahan ajar terhadap kebutuhan siswa. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kurikulum yang digunakan pada materi fiqih kelas IV-VI adalah KTSP, bahan ajar adalah buku paket dan LKS, kebutuhan siswa terkait materi fiqih kelas IV-VI adalah guru yang kompeten, materi yang sesuai, serta suasana belajar yang mendukung. Setelah dianalisa disimpulkan bahwa kurikulum dan bahan ajar kurang relevan terhadap kebutuhan siswa hal ini dibuktikan kurang pahamnya guru tentang KTSP, kurangnya pemanfaatan bahan ajar, serta materi pembelajaran yang belum sesuai.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
KEABSAHAN TULISAN ........................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................
iii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................
iv
MOTTO ...................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .............................................................................
vii
ABSTRAK ..............................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...........................................................................................
x
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................
1
B. Fokus Penelitian ........................................................
3
C. Tujuan Penelitian ......................................................
4
D. Manfaat Penelitian .....................................................
4
E. Penegasan Istilah .......................................................
6
F. Metode Penelitian ......................................................
7
G. Sistematika Penulisan Skripsi .....................................
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kurikulum ................................................................
13
1. Pengertian Kurikulum .........................................
13
2. Fungsi Kurikulum ...............................................
14
3. Organisasi Kurikulum ........................................
16
B. Bahan Ajar ............................................................... .. .
20
1. Pengertian ............................................................
20
2. Jenis Bahan Ajar ..................................................
20
3. Fungsi Bahan Ajar ...............................................
21
4. Strategi Penyusunan, Pemilihan dan Penentuan Bahan Ajar ...........................................................
21
C. Kebutuhan Siswa .......................................................
22
D. Materi Fiqih di MI (Kelas 4-6) ...................................
28
1. Pengertian .............................................................
28
2. Obyek Fiqih ..........................................................
28
3. Pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah ...........
29
4. Tujuan pembelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah
30
5. Ruang lingkup .......................................................
31
6. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fiqih Kelas 4-6 ............................................................. BAB III
31
PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum .......................................................
33
1. Lokasi ...................................................................
33
2. Sejarah ..................................................................
33
B. Struktur Komite Sekolah dan Organisasi Sekolah .......
34
1. Struktur Komite Sekolah ......................................
34
2. Organisasi
sekolah
di
Madrasah
Ibtidaiyah
Canden Kutowinangun Salatiga ...........................
36
C. Kurikulum Fiqih Kelas IV – VI Madrasah Ibtidaiyah Canden Kutowinangun Salatiga .................................
37
1. Kurikulum yang Digunakan .................................
37
2. Muatan kurikulum fiqih kelas IV – VI Madrasah Ibtidaiyah Canden Kutowinangun Salatiga ..........
40
3. Standar kompetensi dan standar isi ......................
40
D. Bahan Ajar Mata Pelajaran Fiqih Kelas IV – VI MI Canden Kutowinangun Salatiga .................................
50
E. Kebutuhan Siswa Kelas IV-VI terhadap Materi Fiqih Kelas IV-VI ............................................................... BAB IV
55
PEMBAHASAN A. Kurikulum Fiqih Kelas IV – VI Madrasah Ibtidaiyah Canden .......................................................................
58
B. Bahan Ajar Fiqih Kelas IV – VI Madrasah Ibtidaiyah Canden........................................................................
63
C. Kebutuhan Siswa Kelas IV-VI Madrasah Ibtidaiyah Terhadap Materi Fiqih .....................................................
68
D. Kesesuasian Kurikulum dan Bahan Ajar Fiqih dengan Kebutuhan Siswa Kelas IV-VI Terhadap Materi Fiqih
74
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................
76
B. Saran...........................................................................
77
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Kelas IV ................................................................................
31
Tabel 2.2
Kelas V .................................................................................
32
Tabel 2.3
Kelas VI .................................................................................
32
Tabel 3.1
Peran dan fungsi komite sekolah ...........................................
34
Tabel 3.2
Cakupan kelompok mata pelajaran pada KTSP di Sekolah Dasar .....................................................................................
Tabel 3.3
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Materi Fiqih Kelas IV ............................................................
Tabel 3.4
43
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Materi Fiqih Kelas V .............................................................
Tabel 3.5
42
44
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Materi Fiqih Kelas VI ...........................................................
45
Tabel 3.6
Contoh Kolom RPH ..............................................................
50
Tabel 4.1
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Materi Fiqih Kelas IV ............................................................
Tabel 4.2
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Materi Fiqih Kelas V .............................................................
Tabel 4.3
Tabel 4.4
61
62
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Materi Fiqih Kelas VI ...........................................................
62
Bahan ajar Fiqih Kelas IV .....................................................
67
Tabel 4.5
Bahan ajar Fiqih Kelas V ......................................................
67
Tabel 4.6
Bahan ajar Fiqih Kelas VI ......................................................
68
Tabel 4.7
Kebutuhan Siswa Kelas IV-VI ..............................................
73
Tabel 4.8
Relevansi Kurikulum
dan Bahan
Ajar
Fiqih
dengan
Kebutuhan Siswa ..................................................................
74
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kurikulum dan bahan ajar adalah 2 hal pokok yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu proses pembelajaran. Kurikulum adalah serangkaian tujuan pendidikan yang menggambarkan berbagai macam pengetahuan dan ketrampilan, nilai dan sikap pendidikan yang harus dikuasai oleh peserta didik dari suatu satuan jenjang pendidikan (Soedijarto, 1993 : 10). Kurikulum mempunyai
peranan
dalam
menjalankan
roda
pembelajaran
untuk
mewujudkan visi pendidikan nasional yang tidak lain adalah terwujudnya masyarakat madani sebagai bangsa dan masyarakat Indonesia baru dengan tatanan kehidupan yang sesuai dengan amanat proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui proses pendidikan. (Muslih, 2007 : 9) Untuk memenuhi visi dari pendidikan Nasional di atas diperlukan suatu hubungan dari 2 hal yaitu kurikulum dan bahan ajar. Karena tanpa kedua hal pokok ini visi dari pendidikan nasional akan sulit dicapai. Karena untuk mencapai suatu tujuan pendidikan nasional dipengaruhi oleh berbagai aspek, yakni : kurikulum, bahan ajar, guru, siswa, masyarakat, dan lingkungan apabila semua unsur ini terpenuhi dengan baik, maka pendidikan akan mencapai puncak kejayaannya yakni menjadikan generasi-generasi Indonesia yang intelektual dan agamis. Tidak terkecuali juga pada pembelajaran Fiqih
untuk mencapai tujuan dari pembelajaran Fiqih tersebut diperlukan keterpaduan dari unsur-unsur pendidikan di atas. Kita telaah dari satu sisi dulu di mana perkembangan anak-anak pada zaman sekarang ini sudah berbeda dengan zaman dahulu. Pada zaman sekarang ini perkembangan kematangan fisik maupun psikologis lebih cepat dibanding dengan perkembangan anak pada zaman dahulu. Pada anak perempuan khususnya, banyak siswi kelas IV atau yang sudah mengalami menstruasi. Menstruasi merupakan tanda kedewasaan bagi anak perempuan sebagaimana pendapat Abdur Rahman (2005 : 177) beliau berkata pada usia yang menginjak dewasa ini mereka memiliki insting menuju ke arah perkembangan dan ingin membuktikan eksistensinya. Fiqih adalah suatu materi yang mengajarkan bagaimana anak menjalankan ibadah kepada Allah. Dalam kaitannya dengan hal ini apakah materi Fiqih sudah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak untuk saat ini. Fiqih sebagai pelajaran yang membekali siswa tentang pengetahuan untuk beribadah kepada Allah harus memberikan bekal pengetahuan yang cukup tentang masalah Baligh bagi siswanya karena Baligh adalah tanda bagi anak diwajibkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Pada masa baligh ini pula anak-anak sangat rentan dengan efek-efek negatif dari lingkungan, teman, maupun yang lainnya. Untuk itu Fiqih harus memberikan pengetahuan yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Namun untuk saat ini apakah kurikulum, bahan ajar, dan kebutuhan siswa sudah sesuai? Untuk mengetahui semua hal itu, maka penulis memutuskan
mengambil judul “RELEVANSI KURIKULUM DAN BAHAN AJAR FIQIH DENGAN
KEBUTUHAN
S1SWA
MI
CANDEN
KELURAHAN
KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR SALATIGA (KELAS IV – VI TAHUN 2009)”.
B. Fokus Penelitian Kurikulum dan bahan ajar haruslah sesuai dengan kebutuhan siswa, namun pada saat ini kurikulum dan bahan ajar yang dipakai oleh siswa MI kelas IV-VI apakah sudah sesuai dengan kebutuhan mereka. Berdasarkan problem pokok tersebut dapat dirumuskan beberapa fokus permasalahan. 1. Apakah isi kurikulum Fiqih kelas IV-VI Madrasah lbtidaiyah Canden, Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Salatiga tahun 2009 ? 2. Apa sajakah bahan ajar mata pelajaran Fiqih kelas IV-VI Madrasah lbtidaiyah Canden, Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Salatiga tahun 2009? 3. Apakah kebutuhan siswa terkait mata pelajaran Fiqih kelas IV-VI Madrasah lbtidaiyah Canden, Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Salatiga tahun 2009 ? 4. Adakah relevansi antara kurikulum dan bahan ajar terhadap kebutuhan siswa terhadap mata pelajaran Fiqih kelas IV-VI Madrasah lbtidaiyah Canden, Kelurahan Kutowinangun Kecamatan Tingkir Salatiga tahun 2009 ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui muatan kurikulum mata pelajaran Fiqih kelas IV-VI Madrasah Ibtidaiyah Canden Kelurahan Kutowinangun Kecamatan Tingkir, Salatiga tahun 2009. 2. Untuk mengetahui bahan ajar yang digunakan dalam mata pelajaran Fiqih kelas IV-VI Madrasah Ibtidaiyah Canden Kelurahan Kutowinangun Kecamatan Tingkir, Salatiga tahun 2009. 3. Untuk mengetahui kebutuhan siswa terkait mata pelajaran Fiqih kelas IVVI Madrasah Ibtidaiyah Canden Kelurahan Kutowinangun Kecamatan Tingkir, Salatiga tahun 2009? 4. Untuk mengetahui sudahkah relevan antara kurikulum dan bahan ajar terhadap kebutuhan siswa Madrasah lbtidaiyah Canden, Kelurahan Kutowinangun Kecamatan Tingkir Salatiga tahun 2009?
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan Islam pads umumnya dan ilmu Fiqih pada khususnya agar dapat menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan anak didik.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Departemen Agama Apabila nanti dalam penelitian ini diketahui hasil relevansinya, maka hal ini berguna bagi Departemen Agama untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak didik agar tidak terjadi ketidaksesuaian kurikulum dengan kebutuhan anak yang nantinya dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi bekal keagamaan anak. b. Bagi Sekolah Sekolah akan berusaha untuk menyediakan bahan ajar yang terkait dengan kurikulum yang kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan siswa. c. Bagi Guru Guru akan mengtetahui sejauh mana relevansi antara kurikulum, bahan ajar, dengan kebutuhan siswa, sehingga guru akan lebih mudah dalam melaksanakan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa sehingga tujuan dari proses pembelajaran tersebut dapat dicapai. d. Bagi Siswa Siswa akan mendapatkan materi yang pas sesuai dengan porsinya apabila kurikulum dan bahan ajar tidak menyimpang dari kebutuhannya.
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari salah tafsir dalam memahami judul, maka perlu diberikan penegasan istilah sebagai berikut : 1. Relevansi Relevansi diartikan sebagai
hubungan kaitan
(Departemen
Pendidikan Nasional, 2002 : 943). Relevansi dalam judul diartikan adakah hubungan atau kaitan. 2. Kurikulum Ditinjau dari asal katanya kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang mula-mula digunakan dalam bidang olah raga yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari (Subandijah, 1993 : 1). Dari asal kata tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan/diprogramkan bagi peserta didik di bawah bimbingan Sekolah baik di dalam maupun di luar sekolah. (Subandijah, 1993 : 2) Sedangkan pendapat lain kurikulum diartikan sebagai niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan untuk dilaksanakan guru di sekolah. (Sudjana, 1991 : 3) Semua definisi yang ditunjuk sama-sama menyebut sebagai rencana kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan siswa. (Nurgiantoro, 1988 : 6) Dari pendapat para pakar kurikulum
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
kurikulum
adalah
seperangkat rencana dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala sesuatu yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat membantu mempercepat dan atau mempermudah transformasi pengetahuan dan ketrampilan dari guru kepada siswa untuk mencapai pembelajaran yang telah ditentukan. (Departemen Pendidikan Nasional, 2009 : 24) Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa bahan ajar adalah segala sesuatu baik itu berupa buku, gambar, cerita, dan yang lainnya yang dapat dijadikan sebagai alat untuk memperjelas terhadap apa yang telah dijelaskan oleh guru.
F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Sesuai dengan judul penelitian di atas maka penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang mempunyai pengertian penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (J. Moleong, 2008 : 5). Dan data-data yang dihasilkan adalah berupa paparan-paparan hasil penelitian. 2. Kehadiran peneliti Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, maka peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian sampai memperoleh data-data yang diperlukan.
3. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah lbtidaiyah Ma'arif Canden, Kutowinangun, Salatiga yang terletak di jalan Nusantara, V RT 5, RW 7, kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. 4. Sumber data Dalam penelitian skripsi ini, Sumber data yang digunakan dapat digunakan menjadi dua : a. Sumber data primer Sumber data primer diperoleh dari personal yang terkait dengan topik penelitian, antara lain : kepala sekolah, guru, orang tua dan siswa. b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder ini dimaksudkan adalah bahwa pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang dideskripsikan bukan penemu teori (Hajar, 1996 : 24). Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini antara lain adalah bukubuku yang berhubungan dengan kurikulum. 5. Prosedur pengumpulan data Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis melakukan :
a. Observasi Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 136) observasi adalah suatu kegiatan pengamatan. Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki dalam arti luas, observasi tidak terbatas hanya pada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, pengamatan tidak langsung melalui kuesioner maupun tes. Yang dimaksud observasi dalam penelitian ini adalah mengamati situasi
dan
kondisi
madrasah
Ibtidaiyah
Ma‟arif
Canden,
Kutowinangun, Salatiga. b. Wawancara Yaitu metode untuk mengumpulkan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan pendidikan. (Hadi : XXIV, 193) c. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal/variabel yang berupa catatan, transkrip dan sebagainya. Untuk menggali data meliputi perangkat pembelajaran yang digunakan untuk mata pelajaran fiqih kelas 4-6 MI Canden, Kutowinangun, Salatiga
6. Analisis data Dalam analisis data, penulis menggunakan teknis analisis data dengan menguraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar dapat menyajikan hasil penelitian 7. Pengecekan keabsahan data Untuk
menguji
keabsahan
data
yang
diperoleh
penulis
menggunakan cara perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang diperdalam analisis kasus negatif, dan lain-lain sampai data dapat diuji kredibilitasnya. 8. Tahap-tahap penelitian a. Penelitian pendahuluan Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan kurikulum dan bahan ajar fiqih untuk Madrasah lbtidaiyah khususnya kelas IV- VI. b. Pengembangan desain Setelah penulis mengetahui banyak hal tentang kurikulum, kemudian penulis melakukan observasi ke objek penelitian untuk melihat secara langsung kurikulum, bahan ajar dan kebutuhan siswa. c. Penelitian sebenarnya Dalam tahapan ini, penulis mengkaji ketiga hal yaitu kurikulum, bahan ajar, dan kebutuhan siswa kelas IV-VI terkait dengan mata pelajaran fiqih untuk kemudian menyusun hasil kajian yang diperoleh dalam bentuk laporan.
G. Sistematika Penulisan Skripsi BAB I :
PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan akan dibahas mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan metode penelitian.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA Akan mengkaji tentang kurikulum, bahan ajar, kebutuhan siswa dan materi Fiqih di MI (Kelas IV – VI). BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Dalam paparan data dan temuan data akan dijelaskan tentang gambaran umum, struktur komite dan organisasi sekolah, kurikulum Fiqih kelas IV-VI MI Canden Kutowinangun Salatiga, bahan ajar mata pelajaran Fiqih kelas IV-VI MI Canden Kutowinangun Salatiga, kebutuhan siswa kelas IV-VI terhadap materi Fiqih kelas IV-VI. BAB IV : PEMBAHASAN Dalam pembahasan penulis akan membahas kurikulum Fiqih kelas IV-VI di Madrasah Ibtidaiyah Ma'arif Canden, bahan ajar kelas IV-VI mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah Ma'arif Canden, kebutuhan mata pelajaran Fiqih siswa kelas IV-VI
Madrasah Ibtidaiyah Ma'arif Canden, kesesuaian antara kurikulum dan bahan ajar terhadap kebutuhan siswa kelas IV-VI Madrasah Ibtidaiyah Canden, kebutuhan siswa kelas IV-VI Madrasah Ibtidaiyah Canden terhadap materi Fiqih kelas IV-VI. BAB V : PENUTUP Penutup berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kurikulum 1. Pengertian kurikulum Kurikulum mempunyai banyak pengertian yang berasal dari pakarpakar pengembangan kurikulum. Istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin curriculae yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dan dalam dunia pendidikan jarak yang harus ditempuh tersebut dapat diartikan bahwa kurikulum adalah waktu yang harus ditempuh oleh peserta didik untuk menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu. Pengertian yang lebih luas tentang kurikulum adalah kurikulum merupakan sesuatu yang dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendidikan yang dilakukan, termasuk kegiatan belajar mengajar di kelas. (Nurgiyantoro, 1988 : 5) Pandangan baru mengatakan bahwa kurikulum adalah merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah untuk siswa. Melalui program yang direncanakan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan pendidikan yang telah ditentukan. (Wiryokusumo, 1991 : 5) Kurikulum terdiri atas 2 macam (Nasution, 1989 : 5) yang pertama adalah kurikulum formal meliputi :
a. Tujuan pelajaran umum dan spesifik b. Bahan pelajaran yang tersusun sistematis c. Strategi belajar mengajar serta kegiatannya d. Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga tujuan tercapai Yang kedua adalah kurikulum non formal yang terdiri atas kegiatan-kegiatan yang juga direncanakan akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademis dalam kelas tertentu. 2. Fungsi Kurikulum Fungsi kurikulum menurut Hendyat Soetopo, Wasty Soemanto (1986 : 17-28) adalah : a. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Kurikulum merupakan suatu alat atau jembatan untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu hasilnya harus dapat memenuhi tujuan yang dikehendaki. Jadi fungsi kurikulum di sini adalah sebagai alat atau jembatan untuk mencapai tujuan. b. Fungsi kurikulum bagi anak Kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun adalah disiapkan untuk anak-anak/murid sebagai salah satu konsumsi pendidikan mereka. Dengan ini maka diharapkan mereka akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak di kemudian hari dapat dikembangkan seirama dengan perkembangan anak guna melengkapi bekal hidupnya.
c. Fungsi kurikulum bagi guru Kurikulum bagi guru berfungsi sebagai : 1) Pedoman kerja dalam penyusunan dan mengorganisir pengalaman belajar anak didik 2) Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan. d. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah Bagi kepala sekolah dan para pembina sekolah kurikulum berfungsi sebagai : 1) Pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar 2) Pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak ke arah yang lebih baik. 3) Pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar 4) Pedoman untuk memperkembangkan kurikulum lebih lanjut 5) Pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar. e. Fungsi kurikulum bagi orang tua murid Bagi orang tua murid kurikulum juga mempunyai fungsi, yaitu agar orang tua dapat turut serta membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya.
f. Fungsi bagi sekolah pada tingkatan di atasnya Selain berfungsi bagi sekolah yang bersangkutan, kurikulum suatu sekolah berfungsi bagi sekolah pada tingkatan di atasnya, antara lain : 1) Pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan 2) Penyiapan tenaga baru Bila suatu sekolah berfungsi menyiapkan tenaga guru bagi sekolah yang berada di bawahnya, maka perlu sekali sekolah itu mengetahui kurikulum sekolah yang berada di bawahnya. 3. Organisasi Kurikulum Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid-murid. (Suryo Subroto, 1990: 1) Pola-pola pengorganisasian kurikulum ada banyak macamnya dan berbeda-beda dari pendapat satu dan lainnya pakar kurikulum. Namun dalam hal ini saya akan mengambil pengorganisasian kurikulum menurut Suryo Subroto (1990 : 1-7) yang membagi pengorganisasian kurikulum menjadi tiga, yaitu : a. Separated Subject Curriculum Dalam kurikulum ini disajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran (subjects) yang terpisah-pisah satu sama lain. Seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain juga antara satu kelas dengan kelas yang lain.
Contohnya adalah dulu pada Sekolah Rakyat (SR) yang sekarang menjadi Sekolah Dasar (SD) dahulu mata pelajaran IPA terpisah-pisah terdiri atas ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu hewan, ilmu tubuh manusia yang sekarang diringkas penyajiannya dalam satu mata pelajaran yaitu IPA. Separated subject curriculum memiliki banyak hal yang positif di dalam praktek pendidikan sekolah yakni : 1) Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis. 2) Organisasi kurikulum ini sangat sederhana, mudah disusun, ditambah, maupun dikurangi. 3) Penilaiannya lebih mudah. 4) Memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran karena bersifat “subject centered” guru hanya mengulang pelajaran tiap tahunnya. Disamping hal positif separated subject curiculum mendapat kritik sebagai berikut : 1) Mata pelajaran terlepas dari satu sama lain. Hal ini tidak sesuai dengan kenyataan kehidupan yang sebenarnya. 2) Tidak atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 3) Dari makna psykologis kurikulum ini mengandung kelemahan : tujuan pelajaran kurang dihayati oleh anak didik 4) Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan zaman.
b. Correlated Curriculum Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran itu satu sama lain ada hubungan bersangkut paut (corelated) walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain masih dipertahankan. Corelated curriculum mempunyai beberapa kebaikan : 1) Dengan korelasi pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepaslepas (terpadu) 2) Dengan melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang lain, minat murid bertambah 3) Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena memandang dari berbagai sudut 4) Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah pengertian dan prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid. Adapun di samping kebaikan yang ada tersebut, ada keberatan yang diajukan terhadap corelated curriculum yakni sebagai berikut : 1) Sulit menghubungkan dengan masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan sehari-hari sebab dasarnya subject centered 2) Brood fields tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam untuk sesuatu mata pelajaran sehingga hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal mengikuti pelajaran di perguruan tinggi.
c. Integrated curriculum Integrated curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran diharapkan mampu membentuk kepribadian murid yang integral selaras dengan kehidupan sekitarnya apa yang diajarkan di sekolah disesuaikan dengan kehidupan anak di luar sekolah. Beberapa manfaat kurikulum yang integrated ini dapat disebutkan sebagai berikut : 1) Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat, bukan fakta yang terlepas satu sama lain. 2) Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka. 3) Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dan masyarakat 4) Aktivitas anak meningkat karena dirangsang untuk berfikir sendiri dan bekerja sendiri, atau bekerja dengan kelompok 5) Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid. Selain manfaat integrated curriculum juga menuai kritik sebagai berikut : 1) Guru-guru kita belum disiapkan untuk melaksanakan kurikulum ini 2) Tidak mempunyai organisasi yang sistematis
3) Memberatkan tugas guru 4) Tidak memungkinkan ujian umum sebab tidak ada uniformitas di sekolah satu sama lain. 5) Anak-anak diragukan untuk bisa diajak menentukan kurikulum 6) Pada umumnya kondisi sekolah masih kekurangan alat-alat untuk melaksanakan kurikulum ini Demikianlah tiga pengorganisasian kurikulum yang sudah dipaparkan secara singkat dan dapat kita sebutkan lagi ialah kurikulum yang terpisah-pisah, kurikulum yang berkorelasi, dan kurikulum yang berintegrasi.
B. Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan ajar pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan oleh pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga dapat membantu,
mempercepat,
dan
atau
mempermudah
transformasi
pengetahuan dan ketrampilan dari pendidik kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan. 2. Jenis bahan ajar Bahan ajar dibedakan menjadi dua yaitu bahan ajar konvensional dan inkonvensional (Dinas Pendidikan Jawa Tengah, 2009 : 20) a. Bahan ajar konvensional Bahan ajar konvensional adalah bahan ajar yang sudah lazim atau biasa digunakan dalam proses pembelajaran baik dalam jalur
pendidikan formal maupun non formal. (Dinas Pendidikan Jawa Tengah, 2009 : 20) Contoh bahan ajar kovnensional adalah buku, modul, poster, pamflet, booklet, koran, majalah, buletin, kartu abjad, poster huruf, dan lain sebagainya. b. Bahan ajar inkonvensional Kebalikan dari pengertian bahan ajar konvensional, maka bahan ajar inkonvensional adalah bahan ajar yang secara umum belum atau tidak lazim digunakan dalam proses pembelajaran. (Dinas Pendidikan Jawa Tengah, 2009 : 21) 3. Fungsi bahan ajar Secara umum bahan ajar berfungsi sebagai : a. Alat bantu bagi guru untuk mentranformasikan materi pembelajaran b. Alat bantu untuk menyampaikan materi yang akan disampaikan c. Sebagai sumber/sarana belajar bagi anak secara mandiri 4. Strategi penyusunan, pemilihan dan penentuan bahan ajar Sumber atau bahan ajar dapat diperoleh dari yang melekat pada siswa maupun yang terdapat di lingkungan fisik sosial mereka. a. Memahami karakteristik dan kebutuhan siswa terhadap bahan ajar b. Memanfaatkan benda yang ada di sekitar lingkungan yang sangat erat dan dikenal oleh siswa c. Memilih bahan ajar yang sederhana namun memiliki banyak fungsi agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan bahan agar
tidaklah harus mahal. Karenanya akan memberatkan bagi siswa yang tidak mampu.
C. Kebutuhan Siswa Dalam dunia pendidikan target pertama adalah hasil yang dapat dihasilkan dari peserta didik dengan maksimal sesuai dengna tujuan pendidikan yang ada. Dalam hal ini dunia pendidikan kita apakah sudah menyajikan materi pembelajarna yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan siswa ? Hal ini masih menjadi tanda tanya besar bagi kita semua. Dalam hal ini kita akan membahas kebutuhan siswa yang terkait dengan materi fiqih pada tingkat pendidikan dasar karena fokus dari penelitian ini adalah mencoba mengkaji apakah materi fiqih yang diajarkan pada Madrasah Ibtidaiyah sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa terhadap materi fiqih terkait dengan perkembangan jasmani maupun rohani peserta didik pada lembaga pendidikan Islam yang mengkaji lebih dalam terhadap materi-materi agama Islam. Ilmu fiqih adalah ilmu yang paling utama sebagai modal dalam kehidupan universal umat Islam. Untuk itu ilmu fiqih penyampaiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa agar tujuan dari adanya pendidikan fiqih itu dapat dicapai secara maksimal. Sebelum memahami kebutuhan anak didik akan saya jabarkan terlebih dahulu pengertian anak. Anak adalah seseorang atau sekelompok orang yang belum dewasa yang masih dalam taraf perkembangan dan memerlukan bimbingan dan pembinaan dari orang dewasa. (Daradjat, 1990 : 109)
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa anak adalah semua orang yang masih dalam taraf perkembangan dan belum dewasa yang meliputi masa bayi, kanak-kanak, usia sekolah dasar dan remaja. Pendapat lain anak adalah mereka yang berusia 6-12/13 tahun. Dimana dalam uisa tersebut anak tidak lagi hanya dikuasai oleh dorongan endogen/ impuls-impuls intern dalam perbuatan dan fikirannya, akan tetapi lebih banyak dirangsang oleh stimuli dari luar. (Suraji, Sofia, 2008 : 4) Setelah mengkaji tentang pengertian anak maka penulis selanjutnya akan menjabarkan tentang perkembangan anak. Masa sekolah dasar merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa remaja. Anak menginjak masa pubertas sudah tidak lagi memiliki ciri-ciri anak bahkan mereka sendiri tidak mau lagi disebut anak-anak. Sis Heyster seorang ahli ilmu pengetahuan jiwa, anak membagi masa anak menjadi 3 stadium yang mencerminkan ciri khas anak (Suraji, Sofia, 2008 : 5) 1. Stadium pertama (4-8 tahun) disebut sebagai stadium realis fantastis. Pada masa ini anak sudah mulai melepaskan diri dari lingkungan keluarga dan mulai mengenai orang lain mereka memenuhi pemikiran jiwanya ini dengan menggunakan permainan dan fantasinya, kemudian ia ceritakan hasil fantasinya itu sebagai suatu kenyataan. 2. Stadium II (8-10 tahun) disebut sebagai stadium realisme naif. Ciri stadium ini adalah keserasian bersekolah yang lebih besar lebih mudah dan lebih giat mengikuti pelajaran. Dia bekerja dengan analisis obyektif,
lapangan dunia realisme semakin sempit. Pengetahuannya tambah lebar meskipun masih dangkal dan bersifat naif pengetahuannya masih terpisahpisah, senang menyelidiki dan memproduksi tanggapannya dengan baikbaik terhadap sesuatu yang telah diamati. 3. Stadium III (10-12 tahun). Masa ini disebut masa ralisme reflektif. Cirinya adalah anak mulai berfikir terhadap realita dan reaksinya secara kritis dan berdasarkan pertimbangan lebih senang berada di alam bebas, senang menggambar pemandangan, bagi anak laki-laki senang pada permainan yang memungkinkan memberikan kesan jago-jagoan. Dengan demikian yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah anakanak yang berada dalam stadium II dan stadium III. Yang pada intinya anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar, berfikir realita, dan ingin diakui eksistensinya. Elizabeth B. Hurlock (1996:146) mengatakan bahwa usia yang berada dalam stadium II dan stadium III lebih dianggap pada usia akhir masa kanakkanak, tibanya akhir masa kanak-kanak dapat secara diketahui, tetapi orang tidak dapat mengetahui secara tepat kapan periode ini berakhir karena kematangan seksual yaitu kriteria yang digunakan untuk memisahkan masa kanak-kanak dengan masa remaja tidak selalu pada usia yang sama. Hal ini disebabkan perbedaan dalam kematangan seksual anak laki-laki dan anak perempuan. Dengan demikian, ada anak yang mengalami masa kanak-kanak yang lebih lama dan ada pula yang lebih singkat.
Kemudian Elizabeth B. Hurlock (1996 : 178) menyebutkan pokokpokok penting dalam usia akhir masa kanak-kanak : 1. Akhir masa kanak-kanak berlangsung dari enam tahun sampai anak mencapai kematangan seksual. 2. Pertumbuhan fisik yang lambat pada akhir masa kanak-kanak dipengaruhi oleh kesehatan, gizi, immunisasi, seks, dan intelegensi. 3. Ketrampilan pada akhir masa kanak-kanak secara kasar dapat digolongkan ke dalam empat kelompok besar yaitu ketrampilan menolong diri, ketrampilan menolong sosial, dan ketrampilanb ermain. 4. Semua bidang dalam berbicara ucapan, kosa kata dan struktur kalimat berkembang pesat seperti halnya pengertian, namun isi pembicaraan cenderung merosot. 5. Anak lebih suka berkelompok dan mengadakan kegiatan dengan temantemannya. 6. Penggolongan peran seks mempengaruhi penampilan perilaku cita-cita, prestasi, minat, sikap terhadap lawan jenis dan penilaian diri. 7. Bahaya fisik akhir masa kanak-kanak antara lain kegemukan, bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan seksnya. Kecenderungan mengalami kecelakaan, kecanggungan dan kesederhanaan. Bahaya psikologis yang baru terutama adalah
bahaya
yang
mempengaruhi
penyesuaian
sosial
karena
mengakibatkan penilaian diri dan penilaian sosial yang kurang baik. Dari penjabaran di atas tentang perkembangan anak usia kelas 4-5 SD maka dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa anak usia 8-12 tahun
membutuhkan suatu pendidikan yang sesuai dengan perkembangan fisik maupun mentalnya. Dimana pada perkembangan saat ini sudah banyak kita lihat anak-anak yang mengalami kematangan seks lebih awal dan ini adalah sebuah pertanyaan bagaimana ilmu fiqih dan kurikulumnya menjawab kebutuhan siswa terkait dengan hubungan vertikal dengan sang khalik yang mana kita ketahui fiqih adalah modal untuk menjadi hamba yang taat kepada sang Khalik. Sebagaimana tertuang dalam nadzom kitab Alala
الَ البر ًالتقٌٍ ًاعبل قاصد# تفقو فان الفقو افضل قائد ىٌ الحصه ينجر مه جميع# ٍىٌا لعلم اليالٍ الَ منه اليد الشدائد Yang arti dari nadhom tersebut adalah Pelajarilah ilmu fiqh karena ilmu fiqh menunjukkan kebaikan kepada Allah dan ilmu fiqih adalah ilmu yang menunjukkan jalan kebenaran dan menjadi benteng dari kemaksiatan. Kemudian terkait denga perkembangan emosi dan tingkah laku anak usia 8-12 tahun bagaimana kurikulum fiqih bisa mewajibkan pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi perkembangan emosi dan tingkah laku siswa. Selain hal tersebut ada suatu pokok permasalahan terkait kebutuhan siswa perempuan (siswi) kelas 4-6 yaitu haidh, karena dalam kitab Uyunul Masail Lin Nisa’ dikatakan bahwa haidh adalah darah yang keluar melalui alat kelamin wanita yang sudah mencapai usia minimal 9 tahun kurang dari 16 hari kurang sedikit (usia 8 tahun 11 bulan 14 hari lebih sedikit) dan keluar secara alami (tabiat) perempuan bulan disebabkan melahirkan atau penyakit dalam rahim.
Dengan
demikian
anak-anak
kelas
4-6
sudah
membutuhkan
pengetahuan yang cukup tentang tanda-tanda baligh bagi siswi. Karena setelah baligh anak sudah wajib menjalankan ibadah kepada sang Khalik tak terkecuali bagi anak laki-laki karena tanda baligh bagi seorang anak laki-laki adalah keluar sperma pada saat usia minimal usia 9 tahun hijriah bagi laki-laki atau perempuan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. An Nur ayat 59 (Al Qur'an dan Terjemahannya, 2000)
Artinya : Dan apabila anak-anakmu Telah sampai umur balig, Maka hendaklah mereka meminta izin Dan dalam hadits Nabi saw
)َرفع القلم مه ثالثة عه الصبَ حتَ يحتلم (رًاه البٌداًد ًالبيق Artinya : Tuntutan untuk mengamalkan syariat tidak diberlakukan bagi tiga orang (salah satunya) bagi anak kecil sampai ia keluar sperma.
Dari penjabaran di atas dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa anak usia 4-6 SD sudah membutuhkan pendidikan fiqih yang menjabarkan tentang pengertian baligh dan tanda-tanda seseorang dikatakan baligh.
D. Materi Fiqih di MI (Kelas 4-6) 1. Pengertian Fiqih Fiqih menurut bahasa bermakna tahu dan faham sedang para fuqoha mentakrifkan fiqih dengan “ilmu yang menerangkan hukumhukum syara‟ yang diperoleh dari dalil-dalil yang tafshil (dalil-dalil yang khusus). (Ash Shidieqy, 1997 : 15) 2. Obyek Fiqih Walaupun hukum syara‟ mengenai perbuatan manusia seperti : wajib, haram, sunat, makruh, mubah, sah, batal, ada atau lainnya. Namun dalam kenyataannya tersusun dari dua bagian : Pertama, hukum-hukum syara‟ amaliah dan kedua dalil-dalil tafsiliyah (yang jelas mengenai hukum itu). (Ash Shidieqy, 1997 : 17) Hukum fiqih diambil dari wahyu baik yang ditilawatkan (Al Qur'an) maupun wahyu yang tidak ditilawatkan (sunnatur Rasul). Fiqih Islam meliputi pembahasan yang mengenai individu, masyarakat, dan
negara,
yang
meliputi
bidang-bidang:
ibadat,
muamalah,
kekeluargaan, perikatan, kekayaan, warisan, kriminil, peradilan, acara, pembuktian, kenegaraan, dan hukum-hukum internasional seperti perang damai, traktat, dan sebagainya. Mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fiqih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta fiqih
yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara subtansial mata pelajaran fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya. 3. Pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah Dalam suatu pembelajaran materi bukanlah marupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Karena itu penentuan materi harus didasarkan pada tujuan, baik dari segi cakupan, tingkat kesulitan, maupun organisasi. Hal ini karena materi tersebut harus mampu mengantarkan peserta didik untuk bisa mewujudkan sosok individu sebagaimana digambarkan oleh tujuan. Pembelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu pelajaran PAI yang mempelajari tentang fiqih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta fiqih yang menyangkut pemahaman dan pembiasaan sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara
substansial mata pelajaran fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselaran, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri sendiri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya. 4. Tujuan pembelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah Sesuai dengan standar isi (SI) dan kompetensi dasar yang terbaru dari Departemen Agama tahun 2009 mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah (MI) bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat : a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya.
5. Ruang lingkup Ruang lingkup mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah meliputi : a. Fiqih ibadah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik seperti : tata cara taharah, salat, pausa, zakat, dan ibadah haji. b. Fiqih muamalah, yang menyangkut pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. 6. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fiqih Kelas 4-6 Tabel 2.1 Kelas IV Standar Kompetensi 1. Mengetahui
Kompetensi Dasar
ketentuan 1.1 Menjelaskan macam-macam zakat
zakat
1.2 Menjelaskan ketentuan zakat fitrah 1.3 Mempraktekkan tata cara zakat fitrah
2. Mengenal
ketentuan 2.1 Menjelaskan ketentuan infaq dan sadaqah
infaq dan sodaqah
2.2 Mempraktekkan tata
cara
infaq
sodaqoh 3. Mengenal shalad Id
ketentuan 3.1 Menjelaskan macam-macam shalat Id 3.2 Menjelaskan ketentuan shalat Id 3.3 Mendemonstrasikan tata cara shalat Id
dan
Tabel 2.2 Kelas V Standar Kompetensi 1. Mengenal
Kompetensi Dasar
ketentuan 1.1 Menjelaskan ketentuan
makanan dan minuman 1.2 Menjelaskan binatang yang halal dan yang halal dan haram
haram dagingnya 1.3 Menjelaskan
manfaat
makanan
dan
akibat
makanan
dan
minuman halal 1.4 Menjelaskan minuman haram 2. Mengenal
ketentuan 2.1 Menjelaskan ketentuan kurban
kurban
2.2 Mendemonstrasikan tata cara kurban
3. Mengenal
tata
cara 3.1 Menjelaskan tata cara haji
ibadah haji
3.2 Mendemonstrasikan tata cara haji
Tabel 2.3 Kelas VI Standar Kompetensi 1. Mengenal
tata
cara 1.1 Menjelaskan
mandi wajib 2. Mengenal
Kompetensi Dasar ketentuan
mandi
wajib
setelah haid ketentuan 2.1 Menjelaskan ketentuan khitan
khitan
2.2 Menjelaskan hikmah khitan
3. Mengenal ketentuan jual 3.1 Menjelaskan tata cara jual beli dan pinjam beli
dan
meminjam
pinjam
meminjam 3.2 Mempraktekkan tata cara jual beli dan pinjam meminjam
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Lokasi MI Ma‟arif Canden beralamat di Jalan Nusantara I Canden Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Salatiga Jawa Tengah. Lokasi sekolah ini berada di pinggiran Kota Salatiga. 2. Sejarah MI Ma‟arif Canden dapat dikatakan sebagai satu-satunya lembaga pendidikan yang berada di desa Canden Kutowinangun Tingkir Salatiga. Sekolah ini diresmikan pada tahun 1986 di bawah yayasan Al Ma‟arif NU, kepala sekolahnya yang pertama adalah Bapak Solikhin yang sekarang sudah kembali kepada Sang Khalik. Nama-nama Kepala Sekolah setelah bapak Sholikhin adalah : Nur Kholis alm. Nursiatun, dan yang memimpin sejak tahun 2005 sampai saat ini adalah Musayadah, S.Ag. Sekolah ini didirikan untuk menyediakan tempat belajar bagi masyarakat Canden khususnya dan masyarakat sekitar Canden pada umumnya. Namun pada kenyataannya sekolah ini dihadapkan pada fakta yang sangat disayangkan yakni masyarakat Canden sendiri banyak yang memandang sebelah mata dengan sekolah ini. Dan mereka memandang lebih baik menyekolahkan anak di SD daripada di MI sebagaimana hal yang sudah diungkapkan oleh bapak “M” yang seluruh anaknya bersekolah di SD “Saya lebih senang dan merasa lebih marem
menyekolahkan anak saya di SD. Karena selama ini yang saya lihat output dari siswa MI selalu kalah dengan siswa SD”. Namun, ada pula yang menyekolahkan semua anaknya di sekolah ini seperti ibu “R”, dia berpendapat “Saya menyekolahkan anak-anak saya di sini selain dekat, murah, juga agar mereka mendapatkan pendidikan agama dan umum”.
B. Struktur Komite Sekolah dan Organisasi Sekolah 1. Struktur komite sekolah Kepala Sekolah ………...…..… Ketua ………………….Wakil Ketua Imam Sadali, S. Ag Sekretaris M. Solikhin, M.Ag
Bendahara I Budiman, S. Pd
Sekretris II
Bendahara II
……….. : Garis konsultasi _______ : Garis Komando Gambar 3.1 Struktur Komite Sekoah MI Canden Peran dan fungsi komite sekolah Peran
Fungsi
1. Pemberi pertimbangan (cadvisory) Memberikan masukan, pertimbangan dan
rekomendasi
kepada
Kepala
Sekolah tentang : a. Kebijakan program pendidikan b. RAPBS
Peran
Fungsi c. Kriteria kinerja sekolah d. Kriteria tenaga pendidikan e. Kriteria fasilitas sekolah f. Hal-hal
yang
terkait
dengan
pendidikan 2. Pendukung (suporting)
a. Mendorong
orang
tua
dan
masyarakat untuk berpartisipasi b. Menggalang dalam
dana
masyarakat
rangka
pembinaan
penyelenggaraan pendidikan c. Mendorong tumbuhnya perhatian komite
masyarakat
terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu 3. Pengontrol (controling)
Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap
kebijakan,
penyelenggaraan,
program,
dan
keluaran
pendidikan
4. Mediator
a. Melakukan kerja sama dengan masyarakat b. Menampung
dan
menganalisis
aspirasi ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan
pendidikan
diajukan oleh masyarakat Tabel 3.1 Peran dan fungsi komite sekolah
yang
2. Organisasi sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Canden Kutowinangun Salatiga Kepala MI Musyayadah, S. Ag
Wakil Kepala Khurur Rosyad, S. Pdi
Sekretris Miskiyah, S. Pdi
Guru Kelas I Iswadi, S. Pdi
Guru Kelas II Sabariati, S. Pdi
Bendahara A. Munir, S. Pdi
Guru Kelas III Miskiah, S. Pdi
Guru Kelas IV Sulkhani Maemun, A. Ma
Guru Kelas V A. Muniri, S.Pdi
Guru Mapel
Bahasa Inggris Suparti, S. Pdi
Penjaskes Agung Sudaryanto, S. Pdi
Guru Kelas VI Khurur Rosyad, S. Pdi
C. Kurikulum Fiqih Kelas IV – VI Madrasah Ibtidaiyah Canden Kutowinangun Salatiga 1. Kurikulum yang digunakan Dalam pembelajaran fiqih kelas IV-VI di MI Canden kurikulum yang digunakan tentunya sama dengan kurikulum yang berlaku pada saat ini yaitu KTSP dimana kurikulum ini mengandalkan otonomi sekolah sepenuhnya. Sebagaimana disampaikan oleh Ibu Miskiyah salah satu guru yang mengajar di MI tersebut beliau berkata “Pada dasarnya KTSP merupakan pengembangan dari KBK namun KTSP lebih mengutamakan agar sekolah membuat kurikulumnya tersendiri dan ia sesuaikan dengan keadaan siswa di sekolah mereka”. Hal yang disampaikan oleh Ibu Miskiyah tadi memang benar adanya kalau KTSP merupakan penyempurnaan dari KBK sebagaimana menurut Muslih (2007 : 17) KTSP yang merupakan penyempurnaan kurikulum KBK (2004) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah. Terkait dengan pengertian di atas bahwasanya KTSP disusun oleh sekolah. Maka dalam benak saya mungkin pengembangan fiqih di MI dalam aplikasinya melihat perkembangan siswa. Hal ini saya tanyakan kepada Ibu Musayadah selaku pengampu fiqih kelas IV dan VI, beliau menjawab “Pada prakteknya kurikulum KTSP ini sejauh ini hanya sebuah teori dan dalam prakteknya masih sama dengan kurikulum sebelumnya”.
Dalam penerapan KTSP di sekolah ini (MI Canden) khususnya pada materi fiqih masih jauh dari prinsip-prinsip KTSP dimana menurut Muslih (2007: 18) prinsip dan KTSP adalah sebagai berikut : a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya b. Beragam dan terpadu c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan seni d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan e. Menyeluruh dan berkesinambungan f. Belajar sepanjang hayat g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Mengacu pada prinsip KTSP di atas dimana pada poin kesatu disebutkan berpusat pada potensi, perkembangan kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya dan poin keempat yang menyebutkan relevan dengan kebutuhan hidup maka tentunya fiqih yang merupakan kebutuhan pokok bagi siswa untuk menjalankan kehidupan beragama mereka baik untuk saat ini maupun untuk saat yang akan dating tentunya harus lebih mementingkan prinsip-prinsip dasar pada kurikulum yang digunakan untuk saat ini yaitu KTSP. Namun satu hal yang sangat disayangkan dan membuat penulis heran adalah guru yang menjalankan roda kurikulum ternyata tidak faham dengan apa itu KTSP dan apa bedanya dengan kurikulum sebelumnya
sebagaimana hasil wawancara penulis dengan ibu Sabariyati yang mengampu mata pelajaran Fiqih kelas IV dan V belia berkata “Ntah ini kebodohan saya atau kurangnya wawasan saya, saya sendiri tidak paham dengan apa itu yang namanya KTSP. Jadi selama ini saya tetap mengajar dengan apa yang saya tahu dan hal itu tudak pernah berubah dari saya mengajar mulai kurikulum CBSA sampai KTSP saat ini”. KTSP yang kurang lebih dijalankan selama hamper 5 tahun ini ternyata
pada
faktanya
masih
sulit
untuk
diaplikasikan
dalam
pembelajaran. Mengapa hal ini biasa terjadi, penulis mencoba bertanya pada guru kelas VI yang juga mengampu fiqih. Beliau berkata “Sebenarnya pemerintah itu kurang memberikan pengertian kepada kami (para guru) tentang apa itu KTSP, dulu pernah ada pelatihan tentang KTSP ini namun tidak semua guru biasa ikut dalam pelatihan ini masing-masing sekolah hanya diwakilkan oleh dua orang guru padahal yang butuh tahu apa itu KTSP adalah semua guru dan bagi guru yang mengikuti pelatihan itu tidak mungkin membagi pengetahuan kepada guru lain satu persatu. Dalam aplikasinya KTSP menuntut guru untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi terkait dengan penggunaanmetode maupun media namun kesulitan yang dialami dalam penerapannya terkait pada mata pelajaran fiqih kelas IV sampai dengan kelas VI adalah dalam penggunaan metode sebagaimana hal yang diungkapkan oleh guru pengampu mata pelajaran fiqih kelas IV – VI. “Dalam pembelajaran fiqih kami bingung bagaimana caranya memilih metode atau media seperti pada waktu kita
menjelaskan materi makanan halal dan haram, khitan, penyembelihan kurban tentunya ketiga materi tersebut hanya bias kami sampaikan gambarannya saja dan itu sifatnya mungkin anak-anak hanya sekedar tahu saja. Ketika kita lihat hal seperti di atas maka akan sulit rasanya jika materi fiqih dapat diterima dengan baik oleh seluruh siswa dan dapat mereka aplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. 2. Muatan kurikulum fiqih kelas IV – VI Madrasah Ibtidaiyah Canden Kutowinangun Salatiga Muatan kurikulum di MI Canden Kutowinangun Salatiga termuat dalam standar kompetensi dan standar isi RPP dan RH (Rencana Harian). 3. Standar kompetensi dan standar isi Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar yang tertuang dalam standar isi meliputi lima kelompok mata pelajaran, sebagai berikut : a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan tekhnologi d. Kelompok mata pelajaran etestika e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan
Cakupan kelompok mata pelajaran sebagai berikut : Kelompok Mata Pelajaran 1. Agama
dan
mulia
Cakupan
akhlak Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan pendidikan agama.
2. Kewarganegaraan kepribadian
dan Kelompok mata pelajaran ini dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta
didik
kewajibannya
akan
status
dalam
hak,
dan
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. 3. Ilmu pengetahuan dan Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi
dan
teknologi
pada
pendidikan
dasar
dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi
serta
menanamkan
kebiasaan
berfikir dan perilaku ilmiah yang kritis,
Kelompok Mata Pelajaran
Cakupan kreatif dan mandiri.
4. Etestika
Kelompok
mata
dimaksudkan
pelajaran
untuk
etestika
meningkatkan
sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan
kemampuan
mengapresiasi
dan
mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan
individual
sehingga
mampu
menikmati dan mensyukuri hidup maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu
menciptakan
kebersamaan
yang
harmonis. 5. Jasmani, olah raga, dan Kelompok mata pelajaran jasmani olah rga kesehatan
dan
kesehatan
pada
pendidikan
dasar
dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat
Tabel 3.2 Cakupan kelompok mata pelajaran pada KTSP di Sekolah Dasar Kaitannya dengan data di atas fiqih merupakan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia yang pada madrasah ibtidaiyah materi agama dipecah menjadi bahasa Arab, Qur‟an hadits, aqidah akhlak, fiqih,
dan sejarah kebudayaan Islam. Hal inilah yang menjadi letak perbedaan materi agama di SD dan di MI. jika di MI materi agama dipecah dan diperinci satu persatu di SD. Kelima materi tersebut diringkas menjadi satu dalam pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam). Fokus penulis adalah materi fiqih kelas IV – VI Madrasah Ibtidaiyah yang standar kompetensi dan standar isinya dapat kita lihat lagi pada tabel di bawah ini yang dapat kita jumpai pula pada bab yang telah lalu. Kelas IV Standar Kompetensi 1. Mengetahui
Kompetensi Dasar
ketentuan 1.1 Menjelaskan macam-macam zakat
zakat
1.2 Menjelaskan ketentuan zakat fitrah 1.3 Mempraktekkan tata cara zakat fitrah
2. Mengenal
ketentuan 2.1 Menjelaskan ketentuan infaq dan sodakoh
infaq dan sodaqoh
2.2 Mempraktikkan
tat
acara
infaq
dan
sodaqoh 3. Mengenal salat id
ketentuan 3.1 Menjelaskan macam shalat Id 3.2 Menjelaskan ketentuan sholat Id 3.3 Mendemonstrasikan tata cara shalat Id
Tabel 3.3 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Materi Fiqih Kelas IV
Kelas V Standar Kompetensi 1. Mengenal makan
dan
Kompetensi Dasar
ketentuan 1.1 Menjelaskan ketentuan minuman
yang halal dan haram
makanan dan
minuman yang halal dan haram 1.2 Menjelaskan binatang yang halal dan haram dagingnya 1.3 Menjelaskan
manfaat
makanan
dan
akibat
makanan
dan
minuman halal 1.4 Menjelaskan minuman haram 2. Mengenal
ketentuan 2.1 Menjelaskan ketentuan kurban
kurban 3. Mengenal
2.2 Mendemonstrasikan tata cara kurban tata
cara 3.1 Menjelaskan cara haji
ibadah haji
3.2 Mendemonstrasikan tata cara haji
Tabel 3.4 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Materi Fiqih Kelas V
Kelas VI Standar Kompetensi 1. Mengenal mandi wajib 2. Mengenal khitan
tata
Kompetensi Dasar
cara 1.1 Menjelaskan
ketentuan
mandi
setelah haid ketentuan 2.1 Menjelaskan ketentuan khitan 2.2 Menjelaskan hikmah khitan
wajib
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
3. Mengenal ketentuan jual 3.1 Menjelaskan tata cara jual beli dan pinjam beli
dan
pinjam
meminjam
meminjam 3.2 Mempraktekkan tata cara jual beli dan pinjam meminjam
Tabel 3.5 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Materi Fiqih Kelas VI
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007 : 53) RPP biasanya disusun oleh masing-masing guru di tiap sekolah ataupun di buat secara bersama-sama dalam kelompok kerja guru sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Muniri guru kelas 5. “RPP biasanya kita buat secara bersama-sama dalam KKG dan RPP tersebut dapat kami gunakan selama satu tahun”. Dengan
adanya
RPP
guru
diharapkan
bisa
menerapkan
pembelajaran secara terprogram. Karena itu RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi lain melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. Secara teknis rencana pembelajaran minimal mencakup komponenkomponen berikut :
a. Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar b. Tujuan pembelajaran c. Materi pembelajaran d. Pendekatan dan metode pembelajaran e. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran f. Alat dan sumber belajar g. Evaluasi pembelajaran Selain harus memenuhi komponen di atas dalam penyusunan RPP kita perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut : a. Ambilah satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalam pembelajaran b. Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasarnya c. Tentukanlah indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut d. Tentukan alokasi waktu e. Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai f. Tentukan materi pelajaran yang akan diberikan g. Pilih metode pembelajaran h. Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penentuan.
i.
Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2 jam pelajarna bagi langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan.
j.
Sebutkan sumber/media yang digunakan
k. Tentukan tekhnik penilaian, bentuk dan contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dalam penggunaan RPP di Madrasah Ibtidaiyah (lokasi penelitian) selalu menjadi acuan termasuk dalam pembelajaran fiqih kelas IV – VI untuk menyusun rencana harian (RH) hal ini sebagaimana diungkapkan oleh ibu Sabanyati pengampu mata pelajaran fiqih kelas IV dan V. “RPP merupakan modal bagi saya dalam menyampaikan materi yang akan saya ajarkan. RPP ini saya gunakan sebagai acuan dalam penyusunan rencana harian”. Untuk lebih jelasnya kita bisa melihat contoh RPP mata pelajaran fiqih yang digunakan di MI Canden.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
MIS Kelas Kelas/Semester Mata Pelajaran Standar Kompetensi Indokator Materi Pelajaran Metode
: : IV/2 : Fiqih : Mengenal Ketentuan sholat ID : - Mempraktekkan gerakan sholat Idul Fitri - Mempraktekkan gerakan sholat Idul Adha : Sholat ID : Ceramah, diskusi, penugasan
Pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran : A. Pertemuan I 1. Kegiatan Pendahuluan Memperkenalkan bahan ajaran tentang sholat Idul Fitri Menyimak informasi tentang materi tersebut 2. Kegiatan inti Memperhatikan gambar Mendemonstrasikan gerakan sholat Idul Fitri secara kelompok Mendemonstrasikan gerakan sholat Idul Fitri secara individu 3. Kegiatan Penutup Tugas membuat kesimpulan tata cara sholat Id Penilaian : Sikap Alat/Sumber belajar a. Buku mata pelajaran Kelas IV Grafindo b. LKS c. Pengalaman guru ……………………. Guru mata pelajaran
Mengetahui Ketua MIS
(
)
(
)
Untuk RPP kelas V dan VI model susunannya sama dengan yang diatas. RPP tersebut diperoleh dari penyusun yang dikoordinasikan oleh Forum Silaturahmi Ilmiyah Peduli Kemajuan Madrasah Ibtidaiyah (FOSILPEKAMADIYAH) yang dicetak oleh PT Grafindo dan PT Aneka Ilmu sehingga diharapkan guru menggunakan reverensi dari buku-buku fiqih yang diterbitkan oleh kedua percetakan tersebut untuk mempermudah dalam pelaksanaan pembelajarannya. RPH (Rencana Pembelajaran Harian) RPH atau rencana pembelajaran harian adalah rencana yang disusun oleh guru, sebelum ia menyampaikan materi pembelajaran yang berguna sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran. Penyusunan RPH mengacu pada silabus dan RPP, RPH disusun setiap hari namun pada prakteknya tidak demikian bahkan ada guru yang jarang membuat RPH. Mereka mengemukakan berbagai alasan mereka tidak menyusun RPH sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu Sabanyati : “Saya jarang membuat RPH kalau saya sempat ya saya buat, tapi kalau tidak ya tidak saya buat. Karena saya lebih mengutamakan hasil anak didik saya daripada saya sibuk membuat RPH” Namun bagi guru yang tertib membuat RPH mereka merasa dipermudah ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Khurur Rosyad guru kelas VI yang juga mengampu mata pelajaran fiqih kelas VI.
“Saya selalu membuat RPH, dengan membuat RPH saya merasa dipermudah ketika mengajar di kelas saya menjadi PD dan tidak bingung dengan apa yang akan saya sampaikan”. Contoh Kolom RPH No
Mata Pelajaran
KD/ Indokator
Kegiatan Belajar Mengajar
Alat dan Sumber bahan
Evaluasi
Ket.
Tabel 3.6 Contoh Kolom RPH
D. Bahan Ajar Mata Pelajaran Fiqih Kelas IV – VI MI Canden Kutowinangun Salatiga Dalam pelaksanaan pembelajaran fiqih di sekolah tentunya guru tidak bisa lepas dari bahan ajar. Bahan ajar bagi guru berguna sebagai sumber dari ap ayang ingin ia ajarkan pada siswa. Terkait
dengan bahan ajar, di Madrasah Ibtidaiyah Canden
pemilihannya tergantung oleh guru. Guru mempunyai hak penuh dalam pemilihan bahan ajar yang paling penting adalah bahan ajar tersebut dapat memberikan informasi tentang pelajaran sebanyak mungkin. Bahan ajar fiqih kelas IV – VI di Madrasah Ibtidaiyah Canden berasla dari buku pelajaran fiqih, LKS dan buku-buku yang memuat tentang pelajaran fiqih. Sumber bahna ajar tidak hanya berasal dari buku saja namun juga berasal dari gambar, pengalaman guru, maupun lingkungan sekitar.
Bahan ajar yang berupa buku biasanya guru peroleh dari DEPAG, buku pegangan siswa (LKS), maupun buku paket yang mereka beli. Semua buku saling melengkapi dalam memberikan informasi. Sumber bahan ajar yang digunakan di MI Canden dari kelas IV-VI berasal dari percetakan yang sama yaitu tiga serangkai selain buku ini guru juga menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa). Selain dari kedua buku tersebut guru juga mencari buku dari sumber lain ketika dalam buku pegangan mereka kurang lengkap. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Khurur Rosyad “Dalam mengajar fiqih saya selalu menggunakan buku pengantar fiqih ini (cetakan tiga serangkai) dan LKS namun jika saya rasa isinya masih kurang saya mencari dari sumber lain seperti buku Bina Fikih ini (cetakan Erlangga) ataupun dari sumber manapun. Hal yang sama diungkapkan oleh guru fiqih kelas IV dan V yaitu bapak Maimun dan ibu Siti Sabariyati. Mereka juga mencari sumber dari manapun untuk memberikan informasi terkait pelajaran fiqih yang mereka ampu. Buku pegangan yang dipakai oleh guru di Madrasah Ibtidaiyah Canden adalah sebagai berikut : 1. Pengantar fiqih kelas IV, kelas V, dan kelas VI cetakan Tiga Serangkai. Buku pengantar fiqih untuk MI berdasarkan standar isi Madrasah Ibtidaiyah tahun 2007 disusun sebagai upaya menyiapkan anak didik untuk mengenal, memahami menghayati dan mengenal hukum Islam.
Selanjutnya hukum tersebut menjadi dasar pandangan hidupnya sehingga mampu mendorong kesadaran siswa untuk bersyukur dan beribadah kepada Allah, membentuk kebiasaan disiplin dan rasa tanggung jawab sosial, serta membentuk kebiasaan berperilaku yang sesuai dengan peraturan di sekolah dan di masyarakat. Selain itu, buku ini juga dilengkapi beberapa suplemen siswa yang variatif untuk meningkatkan imajinasi dan kreativitas sehingga dapat melatih aspek afektif dan psikomotorik siswa. a. Kosakata sebagai sarana perbendaharaan siswa b. Cerita bermakna sebagai gambaran bagi siswa supaya dapat mengambil pelajaran yang baik. c. Mutiara hikmah sebagai bahan renungan atau zikir bagi siswa d. Permainan sebagai bahan penyegaran bagi siswa. 2. Bina Fikih, untuk buku ini dipakai oleh guru fiqih kelas VI dan guru kelas IV dan V tidak menggunakannya. Buku ini disusun sebagai buku teks pelajaran fikih untuk siswa-siswi madrasah ataupun sekolah dasar Islam terpadu. Secara umum buku ini berupaya menampilkan „semangat dan jiwa‟ yang sesuai dengan tuntutan kurikulum berbasis kompetensi. Salah satu diantaranya adalah siswa siswilah yang lebih aktif mengalami proses pembelajaran. Dalam menanggapi ideal itu, buku ini dikembangkan dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Disajikan dengan bahasa yang sesuai tingkat perkembangan psikologi siswa siswi di Madrasah/SD Islam b. Disertai dengan fitur-fitur ayo! Yang mengajak siswa-siswi untuk mengalami sendiri proses pembelajaran materi terkait rangkuman yang memudahkan siswa dalam mereview materi yang telah dipelajari, dan uji kompetensi di setiap akhir bab yang menantang siswa siswi untuk menguji dirinya sendiri terhadap pemahaman dan penyerapan materi terkait yang telah dipelajarinya. c. Dilengkapi dengan alokasi waktu program pembelajaran dan latihan ulangan semester yang memudahkan guru dalam melangsungkan proses pembelajaran di kelas. d. Disertai dengan ilustrasi yang menarik dan dikenal secara maksimal guna memenuhi standar grafika dan dasar buku yang layak disajikan kepada pembacanya. Terkait dengan bahan ajar yang berupa buku, selain dengan buku-buku di atas guru juga menggunakan buku-buku lain yang penulis tidak dapat menyajikan rangkumannya karnea buku tersebut tidak dimiliki oleh guru. Selain dengan buku bahan ajar dapat berupa pengalaman langsung yang diberikan oleh guru maupun masyarakat. Pengalaman tersebut antara lain :
Kelas IV a. Materi Zakat : mempraktekkan tata cara zakat b. Materi infaq dan sodaqoh : memberikan pengalaman langsung bagi siswa dengan cara mengadakan infak setiap satu minggu satu kali c. Shalat Id : Mendemonstrasikan tata cara shalat Id Mereview pengalaman siswa tentang shalat Id Kelas V a. Makanan
dan : Terkait dengan materi ini guru merasa
minuman yang halal
kesulitan dalam memberikan pengalaman
dan haram
langsung
sebagaimana
ketika
menunjukkan makanan dan minuman yang haram b. Mengenal kurban
ketentuan : Terkait dengan materi ini guru kelas V juga merasa kesulitan dalam memberikan pengalaman langsung
c. Ibadah haji
: Dalam
kompetensi
dasar
disebutkan
mendemonstrasikan tata car ahaji namun pada kenyataannya hal tersebut belum dapat dilaksanakan
Kelas VI a. Mengenal tata cara : Materi ini juga mengalami kesulitan dalam
mandi wajib b. Mengenal
pemberian pengalaman langsung
ketentuan : Materi ini sama dengan materi mandi
khitan
wajib
yaitu
sulit
dalam
pemberian
pengalaman langsung c. Jual beli dan pinjam : Untuk meminjam
materi
pengalaman
ini
guru
memberikan
langsung
dengan
mempraktekkan jual beli dan pinjam meminjam
E. Kebutuhan Siswa Kelas IV-VI terhadap Materi Fiqih Kelas IV-VI Terkait dengan materi fiqih kelas IV-VI dan pertumbuhan rohani maupun jasmani siswa dapat penulis simpulkan berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas IV-VI . Hal yang dibutuhkan pertama adalah guru yang kompeten dibidangnya dalam hal ini fiqih khususnya namun, pada kenyataannya banyak siswa yang menjawab guru mereka belum seperti yang mereka inginkan. Hal ini tampak pada jawaban yang mereka berikan ketika kami menanyakan kepada mereka persoalan tersebut, seperti pertanyaan ini : “Apakah menurut anda guru anda menguasai materi fiqih”. Sebagian siswa menjawab “tidak” dan di kelas V malah banyak yang menjawab “menguasai namun tidak dipraktekkan semua, kata mereka hukum merokok haram tapi mengapa mereka merokok, saya benci ketika mengajar mereka sering sambil merokok”.
Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa siswa siswi membutuhkan suasana belajar yang tenang dan nyaman. Selain suasana belajar yang mendukung siswa juga butuh guru yang disiplin. Hal ini terbukti ketika penulis menanyakan “Apakah anda senang jika guru anda terlambat masuk ke kelas” sebagian dari mereka menjawab “kadang-kadang” namun sebagian besar menjawab “saya tidak senang karena mereka telah menyianyiakan waktu. Dalam penyampaian materi pun siswa butuh metode yang bervariatif jangan guru hanya duduk di depan dan membaca materi namun dari hasil pengamatan saya mereka jarang sekali mengajar dengan berkeliling mereka lebih senang duduk di kursi guru. Hal yang banyak dikeluhkan siswa adalah mereka sering bertanya pada guru mereka namun guru mereka selalu memberikan jawaban yang tidak memuaskan. Selain dari komponen utama (guru) hal lain yang dibutuhkan siswa adalah materi pelajaran yang mereka pelajari sudahkah pas dengan porsi mereka. Penulis melihat adanya suatu kebutuhan tentang materi haid di kelas V mengapa demikian ? Hasil survei ternyata di siswi kelas V sudah ada yang mengalami menstruasi dan hal ini tidaklah mengherankan karena batas minimum usia anak haid adalah 9 tahun. Kebutuhan tersebut haruslah dipenuhi karena kebanyakan dari mereka tidak tahu bagaimana tata cara bersuci dari haid. Melihat fakta ini penulis merasa bingung mengapa materi
haid disampaikan di kelas VI bukan kelas V, akan tetapi guru fiqih kelas V menjawab “Saya rasa sudah pas ya karena yang mens itu kan tidak semuanya Cuma satu atau dua” tapi menurut pemikiran penulis akan lebih baiknya jika materi haid tersebut disampaikan di kelas V walaupun kebanyakan dari mereka belum haid namun setidaknya mereka memiliki gambaran tentang haid dan sudah tahu apa yang harus mereka lakukan ketika mereka mengalami haid.
BAB IV PEMBAHASAN
Kurikulum Fiqih Kelas IV – VI Madrasah Ibtidaiyah Canden Kurikulum fiqih kelas IV – VI di MI Canden sama dengan kurikulum mata pelajaran yang lain yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dimana kurikulum ini merupakan penyesuaian dari kurikulum yang lama taitu KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). KTSP adalah kurikulum yang dibuat oleh sekolah dan bisa dikatakan kurikulum tersebut disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang disesuaikan dengan kondisi sekolah, siswa maupun karakteristik daerah. Dalam pelaksanaannya KTSP memiliki banyak kendala, tidak terkecuali di MI Canden tempat penelitian penulis. Kendala tersebut berasal dari guru, sisiwa, lingkungan dan faktor lain yang mendukung dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Pada bab yang lebih dahulu sudah penulis paparkan hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran fiqih kelas IV– VI dan dapat kita simpulkan bahwa guru mengalami kekurang fahaman terhadap maksud dari kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini padahal guru adalah pelaksana kurikulum namun bagaimana bisa dilaksanakan kalau guru sendiri tidak faham maksud dari kurikulum tersebut. Dalam pelaksanaannya guru di lokasi penelitian juga mengungkapkan kalau mereka masih menggunakan cara atau metode yang lama dalam mengajar dan mereka memegang KTSP hanya bersifat simbolis dan tidak
dapat dipraktekkan sepenuhnya sebagaimana yang telah di ungkapkan oleh ibu Sabariyati pada bab sebelumnya. Terkait dengan kurikulum ini (KTSP) guru masih memerlukan informasi yang lebih banyak tentang apa maksud dari KTSP dan bagaimana cara pelaksanaannya. Mungkin sebagai departemen yang mengawasi jalannya kegiatan belajar mengajar (KBM) di Madrasah Depag dapat menyelenggarakan diklat bagi para guru walaupun dulu diklat tersebut sudah dilaksanakan namun pada kenyataannya mereka masih asing dengan KTSP. Selain guru pelaksana kurikulum KTSP ini adalah siswa yang didukung oleh orang tua, Komite sekolah, Sarana Prasarana, dan lingkungan belajar yang menyenangkan. Beberapa komponen tersebut masih kurang maksimal di MI Canden faktor utamanya adalah kualitas SDM nya. Latar belakang ekonomi dan lingkungan keluargalah yang menjadi penghambat utama jalannya kurikulum KTSP di MI Canden bagi siswa. Kurang maksimalnya komponen pendukung tersebut mempunyai pengaruh yang besar dalam suksesnya tujuan yang diinginkan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan. Di depan sudah disebutkan tugas Komite Sekolah sebagai pengontrol, maupun pemberi kritik dan saran mereka namun pada kenyataannya menurut Ibu Sabariyati “Komite hanya sebagai simbolik mereka datang atau ada jika sekolah ini mendapatkan bantuan dari Dinas Pendidikan maupun Departemen Agama. Selain pada kesempatan ini mereka tidak pernah menengok bahkan menanyakan bagaimana perkembangan maupun kemajuan MI Canden”.
Disamping hal tersebut komponen lain yang kurang mendukung adalah orang tua. Guru di MI Canden sebagian besar mengeluarkan kurangnya dukungan orang tua terhadap perkembangan fisik maupun mental peserta didik. Mereka hanya menyerahkan sepenuhnya tanpa mereka mau membantu mendidik anak mereka ketika mereka berada di luar sekolah. Padahal kita tahun tanggung jawab pendidikan bagi anak merupakan tanggung jawab orang tua dan waktu yang dihabiskan oleh anak lebih banyak di rumah dari pada di sekolah. Hal lain yang diungkapkan oleh Kepala Sekolah ibu Musayadah, S.Ag. yang merupakan kendala dari faktor orang tua adalah kehidupan beragama orang tua yang bisa dikatakan sebagian besar masih kurang bahkan dari orang tua wali murid ada yang jauh dari perintah Allah dan menjalankan maksiat. Latar belakang kehidupan beragama orang tua menjadi penting dalam mewujudkan suksesnya KTSP dalam mata pelajaran Fiqih bagaimana guru bisa menyampaikan materi Fiqih yang lain apabila masih banyak siswa mereka yang nol dalam pengetahuan agama. Di sekolah mereka mendapatkan pendidikan fiqih namun akan sulit bagi siswa tersebut untuk mengaplikasikan apa yang mereka dapatkan di sekolah tanpa dukungan dari keluarga dan lingkungan. Bekal agama yang minim ini adalah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan kurikulum Fiqih di sekolah bagaimana mereka akan mengajarkan dalil-dalil Al- Qur‟an kalau banyak di antara siswa mereka yang tidak dapat atau belum dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik atau bahkan sama sekali tidak dapat membaca Al-Qur‟an. Hal ini seagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Maimun guru fiqih kelas IV “Saya merasa sulit menunjukkan dalil
naqli pada materi fiqih karena banyak diantara murid saya yang belum dapat membaca Al Qur'an”. Cakupan materi Fiqih kelas IV-VI dalam Kurikulum KTSP akan penulis jabarkan dalam bentuk tabel di bawah ini. Kelas IV Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 4. Mengetahui ketentuan 4.1 Menjelaskan macam-macam zakat zakat
4.2 Menjelaskan ketentuan zakat fitrah 4.3 Mempraktekkan tata cara zakat fitrah
5. Mengenal ketentuan infaq 5.1 Menjelaskan ketentuan infaq dan sodakoh dan sodaqoh
5.2 Mempraktikkan
tat
acara
infaq
dan
sodaqoh 6. Mengenal ketentuan salat 6.1 Menjelaskan macam shalat Id id
6.2 Menjelaskan ketentuan sholat Id 6.3 Mendemonstrasikan tata cara shalat Id
Tabel 4.1 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Materi Fiqih Kelas IV
Kelas V Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 4. Mengenal ketentuan makan 4.1 Menjelaskan ketentuan makanan dan dan minuman yang halal dan haram
minuman yang halal dan haram 4.2 Menjelaskan binatang yang halal dan haram dagingnya
Standar Kompetensi 4.3 Menjelaskan
Kompetensi Dasar manfaat makanan
dan
minuman halal 4.4 Menjelaskan
akibat
makanan
dan
minuman haram 5. Mengenal ketentuan kurban 5.1 Menjelaskan ketentuan kurban 5.2 Mendemonstrasikan tata cara kurban 6. Mengenal tata cara ibadah 6.1 Menjelaskan cara haji haji
6.2 Mendemonstrasikan tata cara haji
Tabel 4.2 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Materi Fiqih Kelas V
Kelas VI Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 4. Mengenal tata cara mandi 4.1 Menjelaskan ketentuan mandi wajib 5. Mengenal ketentuan khitan
wajib
setelah haid 5.1 Menjelaskan ketentuan khitan 5.2 Menjelaskan hikmah khitan
6. Mengenal ketentuan jual 6.1 Menjelaskan tata cara jual beli dan pinjam beli dan pinjam meminjam
meminjam 6.2 Mempraktekkan tata cara jual beli dan pinjam meminjam
Tabel 4.3 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Materi Fiqih Kelas VI
Bahan Ajar Fiqih Kelas IV – VI Madrasah Ibtidaiyah Canden Bahan ajar Fiqih dapat berupa buku, kaset, CD, pengalaman guru, maupun lingkungan sekitar. Dalam pemanfaatan bahan ajar MI Canden bisa penulis katakan kurang maksimal karena guru tidak pernah menggunakan sumber bahan ajar selain buku. Buku pegangan bagi mereka adalah satusatunya sumber tanpa mereka memanfaatkan sumber lain dan perkembangan teknologi seperti LCD maupun CD. Kenapa bisa penulis katakan LCD sebagai bahan ajar karena Cabang Dinas Pendidikan telah menfasilitasi sekolah dengan LCD walaupun LCD tersebut bukan merupakan hak individual bagi masing-masing sekolah namun pintu Cabang Dinas selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin meminjam LCD sebagai sumber bahan ajar agar siswa tidak merasa jenuh. Hal ini sudah diungkapkan oleh Bapak Sriyono selaku Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tingkir. Bapak-Ibu di kantor kami terdapat beberapa LCD yang bisa kami pinjamkan ke sekolah TK maupun SD di Kecamatan Tingkir ini tanpa terkecuali, pintu kami selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin meminjam fasilitas ini karena ini bukan milik kantor, bukan milik Pak Sri tapi milik kita semua. (Sambutan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tingkir pada Rapat IGTKI di TK Permata Kalioso tanggal 14 Oktober tahun 2009). Dengan penggunaan LCD ini tentunya siswa lebih tertarik dalam mengikuti pelajaran dan semangat mereka tentunya akan lebih besar jika di bandingkan dengan mereka ketika harus mendengarkan penjelasan guru dimana siswa duduk pasif di tempat mendengarkan ceramah guru.
Sebagaimana diungkapkan oleh Bagus siswa kelas IV ketika penulis mencoba menanyakan pakah anda bosan mendenarkan ceramah guru saat mengajar fiqih “ya saya bosan, saya lebih senang jika saya belajar dengan melihat gambar atau praktek langsung”. Selain LCD guru juga bisa menggunakan VCD player dalam menjelaskan materi pelajaran yang tidak dapat di terangkan guru atau guru merasa kesulitasn dalam memberokan penjelasan materinya. Seperti halnya ketika guru menjelaskan materi makanan dan minuman yang halal
dan haram, guru beralasan “Saya tidak mungkin
menunjukkan makan yang haram bagi mereka kalau yang halal mungkin mudah tapi untuk yang haram saya tidak mungkin menunjukkan secara langsung”. Alasan tersebut mungkin bisa masuk akal tetapi mengapa guru tidak menggunakan metode atau cara lain dalam menyampaikan materi ini seperti dengan memutarkan kaser CD yang di dalamnya terdapat gambar makanan maupun minuman yang haram. Dengsan melihat kaset tersebut kita suruh mereka mencatat makanan atau minuman apa saja yang terdapat dalam kaset CD tersebut, Setelah itu kita jelaskan mana makanan yang haram, halal maupun yang masih subhat. Selain LCD dan VCD / CD pengalaman langsung juga merupakan media yang jitu dalam penyampaian mata pelajaran dengan pengalaman langusng apa yang di dapatkan oleh siswa dapat terekam baik di ingatan mereka. Pemberian pengalaman langsung ini dapat kita terapkan dalam materi zakat, infaq, maupun shodaqoh. Dalam zakat misalnya kita dapat mengajak siswa aktif dalam memahami zakat salah satunya dengan menyuruh mereka
berzakat di sekolah setelah itu kita libatkan mereka langsung dalam penyaluran zakat tersebut bukan seperti yang dipraktekkan sebelumnya mereka berzakat di sekolah tetapi mereka juga mendapatkan beras hasil dari zakat yang mereka kumpulkan. Dengan praktek semacam ini tentunya ,akan membuat siswa bingung tentang siapa yang wajin berzakat, siapa yang berhak menerima zakat, dan untuk apa mereka berzakat kalau beras yang mereka bawa yang katanya untuk berzakat mereka bawa pulang lagi. Pemberian pengalaman langsung dalam infaq dan sodaqoh dengan mengadakan tarikan yang berupa kaleng keliling untuk di isi siswa deng an uang jajan yang ia sisihkan sedikit pada tiap minggunya. Dengan pembiasaan ini siswa akan terbiasa untuk menyisihkan sebagian dari apa yang ia miliki bagi orang lain. Selain dalam materi zakat, infaq, dan sodaqoh bahan ajar yang berupa pengalaman langsung sangat berperan ketika mereka belajar tentang haji karena akan sangat sulit mereka fahami ketika mereka mendapatkan materi tentang haji seperti tahalul, wukuf, sa‟i melontar jumrah, dan yang lain yang disampaikan dengan ceramah guru. Guru disekolah tempat penelitian beralasan tidak memungkinkan untuk memberikan pengalaman langsung dengan alasan biaya dan tempat. Namun hal ini, dapat di atasi apabila mereka mengadakan praktek ibadah haji ini dengan bekerja sama dengan sekolah lain dengan kerja sama ini tentunya akan memperingan biaya, waktu dan tenaga. Dalam menyiapkan fasilitas bagi ssiwa untuk melaksanakan ibadah haji.
Bahan ajar lain yang tidak asing lagi adalah menggunakan media gambar. Karena dengan media ini kita dapat memberikan gambaran yang jelas terhadap materi yang disampaikan. Bahan ajar yang berupa gambar ini dapat kita manfaatkan ketika kita tidak memungkinkan untuk menunjukkan dengan jelas apa yang ingin kita sampaikan. Dari yang penulis sebutkan diatas mungkin masih banyak lagi bahan ajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran agar dapat diterima dengan baik oleh siswa namun, pada kenyataanya pemanfaatan bahan akar ini kurang maksimal mereka beralasan tidak punya waktu, dan masih banyak hal lain yang harus mereka kerjakan sehingga tidak sempat untuk menyiapkan bahan ajar tersebut. Penggunaan bahan ajar adalah jurus jitu untuk mempermudah siswa menerima materi yang disampaikan namun pada kenyataannya guru namun penggunaan bahan ajar ini belum maksimal dikarenakan guru kurang kreatif dalam menyampaikan pelajaran mereka lebih senang menggunakan metode yang lama dan cenderung kuno yaitu ceramah daripada mereka harus pusing-pusing dan sibuk mempersiapkan bahan ajar. Untuk lebih jelas mengenai bahan ajar yang digunakan dalam materi Fiqih kelas IV-VI dapat kita lihat pada tabel berikut ini. Kelas IV Materi 1. Zakat
-
Dalam
Bahan Ajar materi ini bahan
ajar
yang
digunakan adalah pengalaman langsung
Materi
Bahan Ajar agar siswa dapat tahu dengan jelas kepada siapa zakat harus diserahkan, ukurannya, serta manfaatnya.
2. Infaq dan sodaqoh
-
Bahan ajar yang sesuai dengan materi ini adalah pembiasaan dan praktek Infaq dan sodaqoh di sekolah misal diadakan infaq lewat kaleng satu minggu satu kali.
3. Salat id
-
Bahan ajar berupa peralatan shalat yang digunakan
untuk
mendemonstrasikan
gerakan dan bacaan dalam shalat id.
Tabel 4.4 Bahan Ajar Fiqih Kelas IV Kelas V Materi 1. Makan dan minuman yang
-
halal dan haram
Bahan Ajar Dalam materi ini guru bisa menggunakan media berupa gambar, VCD yang berisi tentang makanan yang halal dan haram.
2. Hewan kurban
-
Bahan ajar berupa pisau dari kardus dan patung binatang atau boneka .
3. Ibadah haji
-
Ka'bah buatan, pakaian ihram, dan lainlain sebagai alat untuk mendemonstrasikan ibadah haji.
Tabel 4.5 Bahan Ajar Fiqih Kelas V
Kelas VI Materi 1. Mandi wajib
-
Bahan Ajar Buku dan serta pengalaman langsung melaksanakan mandi wajib.
2. Khitan 3. Jual
beli
meminjam
dan
pinjam
-
Buku paket dan LKS.
-
Alat-alat
yang
digunakan
untuk
mendemonstrasikan jual beli dan pinjam meminjam seperti uang, dan barang seperti buah atau buku yang ada di dalam kelas. Tabel 4.6 Bahan Ajar Fiqih Kelas VI
Kebutuhan Siswa Kelas IV-VI Madrasah Ibtidaiyah Terhadap Materi Fiqih Kebutuhan siswa terhadap pendidikan Fiqih adalah semua hal yang bisa membuat siswa tersebut beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Kebutuhan akan bekal beribadah untuk menjalankan kewajiban kepada Allah merupakan hal pokok yang menjadi sasaran mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah. Sasaran tersebut sangat sulit diwujudkan jika tidak ada dukungan dari kurikulum, guru, bahan ajar, siswa, orang tua, lingkungan maupun komite sekolah. Untuk mendapatkan pemahaman yang pas terhadap ilmu fiqih adalah kurikulum yang sesuai dengan kondisi mereka, KTSP sebagai kurikulum yang berlaku pada saat ini secara teori memiliki tujuan yang sangat positif bagi kebutuhan siswa termasuk dalam mata pelajaran fiqih namun pada kenyataannya kurikulum tersebut sangat sulit di aplikasikan sehingga tujuan
yang ingin dicapai kadang terasa sangat jauh. KTSP bagi siswa sebenarnya mementingkan aspek kebutuhan siswa yang disesuaikan dengan kondisi siswa namun pada kenyataan siswa sendiri tidak faham apa itu KTSP dan apa bedanya KTSP dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh penulis kepada siswa kelas VI sebagian besar dari mereka menjawab tidak tahu, terhadap kurikulum yang digunakan saat ini, bahkan banyak dari mereka yang tidak tahu kepanjangan dari KTSP itu sendiri. Kurikulum yang tepat tentunya akan menjadi faktor utama suksesnya tujuan dari proses pembelajaran namun pada kenyataannya kurikulum yang berlaku pada saat ini (KTSP) yang sudah berlaku kurang lebih lima tahun belum dapat di terapkan dengan baik sehingga tidak ada perubahan yang signifikan terhadap prestasi mata pelajaran fiqih dari kurikulum yang sebelumnya sampai kurikulum yang berlaku pada saat ini. Kebutuhan siswa tehadap materi fiqih sangatlah banyak, kebutuhan tersebut ia peroleh dari pengalaman kehidupan beragama mereka. Pemenuhan kebutuhan fiqih di lokasi penelitian penulis katakan masih sangat kurang karena bagi kelas VI sendiri pelajaran-pelajaran yang di tekankan adalah pelajaran yang nantinya di jadikan sebagai syarat kelulusan. Dengan adanya hal ini kebutuhan siswa kelas VI terhadap materi fiqih di kesampingkan padahal mereka sangat membutuhkan bekal tersebut untuk mereka gunakan bekal beragama dalam memasuki usia puberitas.
Selain dari faktor kurikulum, siswa tentunya juga membutuhkan tenaga pendidik yang potensial dalam bidang fiqih khususnya. Sejauh ini penilaian siswa terhadap potensi guru mereka cukup baik namun potensi tersebut tidak mereka gunakan dengan baik, guru cenderung kurang kreatif dalam mengajar, mereka tidak dapat memanfaatkan berbagai metode dan bahan ajar dalam menyampaikan materi pelajaran. Padahal di depan sudah penulis paparkan manfaat bahan ajar dengan pemanfaatan bahan ajar secara maksimal secara otomatis guru bisa menggunakan juga variasi dalam metode pembelajaran, Kedua ha ini sangat menjadi pendukung siswa dapat menerima materi pelajaran dengan baik. Selain faktor pendukung di atas kebutuhan materi fiqih yang disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan siswa untuk saat ini. Menurut penulis pemberiannya kurang pas walaupun menurut guru-guru di Madrasah Ibtidaiyah yang mengampu mata pelajaran Fiqih sudah pas. Hal ini disebabkan karena penulis merasa tidak setuju kalau materi haidh misalnya disampaikan di kelas VI karena Islam sendiri menyampaikan bawasanya usia haidh itu dimulai pada usia 9 tahun namun kenapa diberikan di kelas VI yang sebagian dari mereka berusia 12 tahun. Menurut penulis materi haidh tepatnya disampaikan di kelas V karena pada usia ini mereka bisa dikatakan sudah pantas menerima materi tersebut mereka sudah bisa mengerti arti haidh dan penulis temui ada beberapa siswi yang sudah mendapat menstrulasi. Akan lebih bijak kiranya jika meteri tersebut diberikan di Kelas V karena dengan hal tersebut siswa memiliki bekal untuk mengatasi permasalahan haid bagi mereka yang belum haid dan menjadi solusi bagi mereka yang sudah haid.
Untuk lebih jelas mengenai kebutuhan siswa terhadap materi Fiqih penulis akan menyajikan dalam bentuk tabel kebutuhan siswa per kelas. Kelas Kelas IV
-
Kebutuhan Pengalaman langsung tentang zakat.
-
Faham manfaat Infaq sodaqoh.
-
Praktek langsung shalat Id.
-
Guru yang profesional.
-
Guru yang berwibawa.
-
Guru yang menggunakan metode yang variatif dalam mengajar.
-
Suasana pembelajaran yang menyenangkan.
-
Bahan ajar yang sesuai.
-
Sumber
materi pelajaran
yang
lebih
banyak. Kelas V
-
Melihat dengan jelas walaupun melalui gambar tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, jelas manfaat dan akibat dari makanan yang halal dan haram.
-
Pengalaman langsung menyembelih hewan Qurban walaupun menggunakan media yang tidak sebenarnya.
-
Praktek pelaksanaan haji.
Kelas -
Kebutuhan Pemahaman yang jelas tentang baligh.
-
Mengetahui pelaksanaan tata cara mandi wajib karena banyak siswi yang sudah haidh.
-
Guru yang profesional, berwibawa dan variatif dalam mengajar.
-
Suasana belajar yang menyenangkan.
-
Bahan ajar yang sesuai.
-
Sumber/materi
pelajaran
yang
lebih
lengkap. Kelas VI
-
Pemahaman yang jelas tentang baligh.
-
Mengetahui pelaksanaan tata cara mandi wajib karena banyak siswi yang sudah haidh.
-
Guru yang profesional, berwibawa dan variatif dalam mengajar.
-
Suasana belajar yang menyenangkan.
-
Bahan ajar yang sesuai.
-
Sumber/materi lengkap.
pelajaran
yang
lebih
Kelas -
Waktu
Kebutuhan yang lebih banyak
pembelajaran pelajaran
Fiqih
Fiqih sering
(waktu
dalam dalam
diganti untuk
pelajaran yang di-UAN-kan).
Tabel 4.7 Kebutuhan Siswa Kelas IV-VI Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :
Kelas Kelas IV
Materi Kurikulum dan Bahan Ajar Fiqih dengan Kebutuhan Siswa Kelas IV-VI - Kurikulum sudah sesuai dengan kebutuhan namun yang belum relevan adalah bahan ajar yang digunakan dalam penyampaian materi Fiqih kelas IV
Kelas V
-
Kurikulum dan bahan ajar masih ada yang belum relevan dengan kebutuhan siswa dikarenakan pada usia ini siswa sudah membutuhkan materi yang jelas tentang tanda baligh dan mandi wajib namun materi tersebut baru mereka peroleh di kelas VI
Kelas Kelas VI
Materi Kurikulum dan Bahan Ajar Fiqih dengan Kebutuhan Siswa Kelas IV-VI - Kurikulum dan bahan ajar belum sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk materi mandi wajib sebaiknya mereka peroleh di kelas
V
karena
kebanyakan
siswi
memperoleh haid di kelas V
Tabel 4.8 Kesesuaian Materi Kurikulum dan Bahan Ajar Fiqih dengan Kebutuhan Siswa Kelas IV-VI
D. Kesesuaian Kurikulum dan Bahan Ajar Fiqih dengan Kebutuhan Siswa Kelas IV-VI Terhadap Materi Fiqih Pada bagian awal sudah penulis jabarkan tentang kurikulum, bahan ajar, dan kebutuhan siswa. Ketiga hal ini harus relevan agar dapat mewujudkan pendidikan nasional yakni mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Namun setelah kita telaah pada bab sebelumnya apakah ketiganya sudah relevan ? Mungkin bagi sebagian orang termasuk guru berpendapat sudah relevan sebagaimana yang telah diungkapkan oleh guru pengampu mata pelajaran Fiqih kelas V yaitu Ibu Sabariyati beliau berpendapat bahwa “Saya rasa kurikulum saat ini sudah relevan dan pas dengan kebutuhan saya, tapi ini menurut saya pribadi”. Namun setelah melihat langsung ke lokasi penelitian penulis merasa ada yang belum relevan antara kurikulum, bahan-bahan ajar dan kebutuhan siswa. Bukti ketidak sesuaian ketiga komponen tersebut adalah materi fiqih sulit diterima oleh semua siswa banyak dari mereka yang hanya
tahu tulisannya tetapi tidak tahu dan bahkan tidak bisa memprakteknya sebagaimana dalam hal materi haji. Ketidak fahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru memang bukan sepenuhnya masalah guru karena masih banyak faktor lain yang menjadi penghambat dalam proses pembelajaran seperti kondisi lingkungan, latar belakang keluarga (sosial ekonomi), suasana pembelajaran, dan lain-lain. Namun guru sebagai pelaksana mempunyai kewajiban agar semua materi yang mereka sampaikan dapat diterima dengan baik. Agar dapat melaksanakan KTSP dengan baik tentunya guru harus faham terlebih dahulu terhadap maksud dari KTSP itu sendiri. Selain kurikulum yang menjadi pendukung suksesnya proses pembelajaran faktor lain adalah metode guru dalam mengajar. Namun berdasarkan hasil pengamatan tersebut adalah ketika guru mengajar tentang shalat Id guru hanya menggunakan metode ceramah padahal dalam kompetensi dasar sudah disebutkan untuk mendemonstrasikan tata cara shalat. Dengan tidak sesuainya antara kurikulum dan bahan ajar secara otomatis kebutuhan siswa belum dapat dipenuhi dengan baik. Kurangnya keterbukaan guru dalam menerima hal yang mungkin menjadi kendala kurang relevannya kurikulum, bahan ajar dan kebutuhan siswa. Pemberian materi fiqih di MI sendiri penulis rasa kurang relevan, ada kalanya materi tersebut sudah wajib disampaikan sebagai bekal siswa namun masih dianggap tabu dan di rasa siswa belum pantas
mendapatkannya.
Dengan
kekurangan
dari
tiga
komponen yang disebutkan di atas penulis rasa ketiganya
kurang relevan sehingga tujuan kurikulum Fiqih belum dapat di capai secara maksimal.
E. Kesesuasian Kurikulum dan Bahan Ajar Fiqih dengan Kebutuhan Siswa Kelas IV-VI Terhadap Materi Fiqih Pada bagian awal sudah penulis jabarkan tentang kurikulum, bahan ajar, dan kebutuhan siswa. Ketiga hal ini harus relevan agar dapat mewujudkan pendidikan nasional yakni mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Namun setelah kita telaah pada bab sebelumnya apakah ketiganya sudah relevan ? Mungkin bagi sebagian orang termasuk guru berpendapat sudah relevan sebagaimana yang etlah diungkapkan oleh guru pengampu mata pelajaran Fiqih kelas V yaitu Ibu Sabariyati beliau berpendapat bahwa “Saya rasa kurikulum saat ini sudah releva dan pasa dengan kebutuhan saya, tapi ini menurut saya pribadi”. Namun setelah melihat langsung ke lokasi penelitian penulis merasa ada yang belum relevan antara kurikulum, bahan-bahan ajar dan kebutuhan siswa. Bukti ketidak sesuaian ketiga komponen tersebut adalah materi fiqih sulit diterima oleh semua siswa banyak dari mereka yang hanya tahu tulisannya tetapi tidak tahu dan bahkan tidak bisa memprakteknya sebagaimana dalam hal materi haji. Ketidak fahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru memang bukan sepenuhnya masalah guru karena masih banyak faktor lain yang menjadi penghambat dalam proses pembelajaran sepserti kondisi lingkungan, latar belakang keluarga (sosial ekonomi) suasana pembelajaran, dan lain-lain. Namun guru sebagai pelaksana mempunyai kewajiban agar semua materi yang mereka sampaikan dapat diterima dengan baik. Agar dapat
melaksanakan KTSP dengan baik tentunya guru harus faham terlebih dahulu terhadap maksud dari KTSP itu sendiri. Selain kurikulum menjadi pendukung suksesnya proses pembelajaran. Namun berdasarkan hasil pengamatan tersebut adalah ketika guru mengajar tentang shalat Id guru hanya menggunakan metode ceramah padahal dalam kompetensi dasar sudah disebutkan untuk mendemonstrasikan tata cara shalat. Dengan tidak sesuainya antara kurikulum dan bahan ajar secara otomatis kebutuhan siswa belum dapat dipenuhi dengan baik. Kurangnya keterbukaan guru dalam menerima hal yang mungkin menjadi kendala kurang relevannya kurikulum, bahan ajar dan kebutuhan siswa.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan Setelah melakukan penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat penulis simpulkan : 1. Kurikulum fiqih kelas IV – VI di Madrasah Ibtidaiyah adalah KTSP dimana di dalamnya KTSP tersebut memiliki lima kelompok mata pelajaran pada tingkat pendidikan dasar. Fiqih merupakan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. Di mana kurikulum fiqih di MI Canden tersebut memuat tentang muamalah dan fiqih ibadah. Fiqih kelas IV-VI mencakup pembahasan tentang ketentuan zakat, ketentuan infaq dan sadaqoh, mengenal ketentuan makanan dan minuman yang haram dan halal, mengenal ketentuan shalat, mengenal ketentuan kurban, haji, mandi wajib, khitan, dan jual beli serta pinjam meminjam. 2. Bahan ajar materi Fiqih kelas IV-VI adalah buku paket pelajaran Fiqih Bina Fiqih, Pengantar Fiqih, Pengantar Fiqih selain buku paket guru juga menggunakan LKS sebagai sarana belajar di rumah dan lembar kerja di sekolah maupun di rumah. guru tidak hanya terpacu pada kedua jenis buku tersebut, namun juga mencari buku lain jika merasa buku tersebut kurang memberikan informasi tentag materi yang mereka sampaikan. Selain buku pengalaman guru juga manjadi bahan ajar guru bagi siswa.
3. Berdasarkan analisa dapat disimpulkan bahwa kebutuhan siswa kelas IV-VI terhadap materi Fiqih kelas IV-VI adalah guru yang kompeten, materi yang sesuai dengan perkembangan usia mereka. Suasana belajar yang mendukung, pengalaman langsung, serta media yang pas agar mereka lebih mudah memahami materi fiqih yang disampaikan. 4. Setelah dianalisa disimpulkan bahwa bahan ajar dari kurikulum kurang relevan dengan kebutuhan siswa, hal ini dibuktikan dengan kurang fahamnya guru tentang kurikulum yang saat ini (KTSP), kurangnya pemanfaatan bahan ajar dalam proses pembelajaran. Serta materi pembelajaran yang harusnya sudah wajib disampaikan di kelas V seperti haid disampaikan di kelas VI padahal banyak siswi yang sudah mendapatkan haid.
Saran-saran 1. Bagi Sekolah a. Sebaiknya sekolah lebih menekankan pendidikan-pendidikan Islam di banding yang umum karena penulis lihat belum tercermin sekolah yang Islami dimana Islam sendiri menjunjung tinggi nilai-nilai kebersihan namun yang penulis lihat masih banyak sampah yang berserakan di lingkungan sekolah serta kurang sadarnya siswa terhadap kebersihan badan. Dengan terciptanya lingkungan yang bersih maka akan menimbulkan semangat dan suasana belajar yang menyenangkan
bagi siswa sehingga mereka dapat menerima proses pembelajaran dengan baik. b. Sekolah sebaiknya sering mengadakan supervisi dimana dalam supervisi tersebut dibahas kesulitan-kesulitan guru dalam mengajar maupun mengaplikasikan kurikulum. 2. Bagi guru mata pelajaran Fiqih Kelas IV – VI a. Adakan variasi dalam mengajar sehingga siswa tidak jenuh agar siswa dapat menerima materi yang guru sampaikan. b. Manfaatkan bahan ajar apaun di lingkungan sekitar jangan malas menyediakan bahan ajar karena dengan pemilihan bahan ajar yang tepat siswa akan lebih semangat dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar (KBM) c. Fahamilah kurikulum yang dilaksanakan/yang berlaku agar tujuan dari kurikulum tersebut dapat dicapai. 3. Bagi Komite Sekolah dan Masyarakat Komite dan masyarakat diharapkan lebih aktif dalam membantu sekolah untuk menjalankan kurikulum dan menyediakan bahan ajar bagi siswa. 4. Bagi Orang Tua / Wali Murid Orang tua hendaknya lebih memahami dan memperhatikan aspek bahan ajar yang digunakan oleh anak. Sehingga orang tua dapat berperan untuk membantu anak memahami bahan ajar khususnya dalam mata pelajaran fiqih.
5. Bagi Siswa a. Fahamilah kurikulum yang digunakan di sekolah agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. b. Manfaatkanlah bahan ajar sebaik mungkin agar anda lebih mudah memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA Abdur Rahmad, Jamal, Tahapan Mendidik Anak, Irsyad Baitus Salam. Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 2002. B. Hurlock, Elizabeth, Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta, 1996. Daradjat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1990. Departemen Agama, Al Qur'an dan Terjemahnya. Departemen Pendidikan Nasional, Buku Pedoman Tutor Pendidikan Keaksaraan KKN, Semarang, 2009. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2002 Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Andi Offset, Yogyakarta, 1989. Hajar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, Raja Grafindo, Jakarta. J. Maleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008. LBM-PPL, Uyunul Masailin Nisa’ Lajnah Batsul Masail Madrasah Hidayatul Mabtadi’in, Kediri, 2002. Muslih, Mansur, KTSP, Bumi Aksara, Jakarta, 2007. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Bina Aksara, Bandung, 1989. Nurgiantoro, Burhan, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum di Sekolah, BPFE, Yogyakarta, 1988. Soetopo, Hendyat dan Wasti Soemanto,Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Bina Aksara, Bandung, 1986. Sofia Rahmawati, Suraji, Pendidikan Seks Bagi Anak, Pustaka Fatima, Pustaka Fatima, Yogyakarta, 2008. Subandijah, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Bandung, 1993. Subroto, Tata Laksana Kurikulum, Rineka Cipta, Jakarta, 1990.
Sudijarto, Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional, Gramedia, Jakarta. Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Bandung, 1991. Wiryo Kusumo, Iskandar dan Usaman Mulyadi, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bina Aksara, Bandung, 1991.
Pedoman Wawancara
Untuk Kepala Sekolah 1. Sejarah berdirinya sekolah 2. Struktur Komite dan Organisasi Sekolah 3. Kondisi sekolah, siswa, serta wali murid 4. Kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran di sekolah. 5. Kurikulum yang digunakan serta sejauh mana pengetahuan terhadap kurikulum tersebut 6. Ketersediaan bahan ajar 7. Kebutuhan siswa 8. Penilaian yang digunakan serta kapan waktunya
Untuk Guru 1. Seberapa jauh pengetahuan atau pemahaman terhadap kurikulum yang digunakan 2. Apa beda kurikulum saat ini dengan kurikulum sebelumnya 3. Bahan ajar yang digunakan dan bagaimana cara mendapatkannya 4. Aakah materi dapat diterima dengan baik oleh siswa 5. Metode apa yang digunakan 6. Kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran Fiqih
Untuk Orang Tua Murid 1. Alasan menyekolahkan anak di MI 2. Kepuasan terhadap pelayanan pendidikan terhadap anak 3. Pendapat Wali Murid tentang guru 4. Kepuasan terhadap nilai Fiqih yang diperoleh anak 5. Harapan untuk anak dengan adanya pembelajaran Fiqih di sekolah
Untuk Siswa 1. Keadaan orang tua/latar belakang ekonomi 2. Senang/tidak bersekolah di lokasi penelitian? 3. Mata Pelajaran dan guru yang disukai? 4. Senangkah dengan Fiqih? 5. Mudah atau sulit? 6. Senang atau tidak dengan mata pelajaran Fiqih? 7. Apa yang diketahui tentang kurikulum yang digunakan (KTSP) 8. Buku pegangan apa yang dimiliki untuk mata pelajaran Fiqih
Catatan Lapangan
Hari/Tanggal
: Kamis, 12 November 2009
Waktu
: Pukul 10.00 WIB
Tempat
: Ruang Kelas IV (Jawaban salah satu siswa bernama Bagus Kelas IV )
Penulis
: Selamat pagi anak-anak…
Saya ingin bertanya beberapa hal
terkait dengan mata pelajaran, tolong jawab dengan baik ya… Nara Sumber : Ya… Penulis
: Apa yang kalian ketahui tentang mata pelajaran Fiqih?
Nara Sumber : Pelajaran Agama Islam. Penulis
: Apakah kalian senang dengan Mata Pelajaran Fiqih?
Nara Sumber : Tidak senang tapi juga tidak benci. Penulis
: Apakah Anda senang dengan guru Fiqih yang mengajar Anda? Kenapa?
Nara Sumber : Tidak, kalau mengajar duduk sambil merokok. Penulis
: Guru yang bagaimana yang kalian inginkan?
Nara Sumber : Baik, tidak merokok. Penulis
: Apa yang kalian ketahui tentang kurikulum Fiqih yang kalian pelajari dan KTSP?
Nara Sumber : Saya tidak tahu, tahunya Cuma KTSP saja. Penulis
: Buku Fiqih apa yang kalian miliki?
Nara Sumber : LKS
Penulis
: Apakah sering di pelajari pada malam hari sebelum esoknya ada pelajaran Fiqih?
Nara Sumber : Kadang (kalau ada PR). Penulis
: Sejauh ini apa manfaat pelajaran Fiqih yang kalian peroleh?
Nara Sumber : Jadi tahu bacaan shalat. Penulis
: Baik, itu saja yang mau Ibu tanyakan, terima kasih ya…..
Nara Sumber : Ya.. sama-sama……
Komentar Penulis
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswa yang jawabannya sebagian besar sama dari mereka yang mereka tidak jelas tentang apa kurikulum yang mereka laksanakan.
Catatan Lapangan
Hari/Tanggal
: Sabtu, 14 November 2009
Waktu
: Pukul 08.30 WIB
Tempat
: Ruang Kelas VI (Jawaban salah satu siswi kelas VI bernama Ulfa)
Penulis
: Apa yang Anda ketahui tentang Fiqih ?
Nara Sumber : Pelajaran Agama Islam Penulis
: Apakah Anda senang dengan pelajaran Fiqih? Sebutkan Alasannya!
Nara Sumber : Senang, karena mudah. Penulis
: Siapa Guru Fiqih Anda?
Nara Sumber : Bapak Khurur Rosyad. Penulis
: Berapa kali pelajaran Fiqih di Kelas VI selama 1 Minggu?
Nara Sumber : Satu kali seminggu. Penulis
: Apakah Anda tahu kurikulum apa yang digunakan untuk saat ini?
Nara Sumber : KTSP. Penulis
: Anda tahu maksud dari kurikulum tersebut?
Nara Sumber : Saya tidak tahu. Penulis
: Apakah Anda memiliki buku pendamping Fiqih yang dapat Anda pelajari di rumah? Sebutkan!
Nara Sumber : Ada, LKS. Penulis
: Apakah Anda senang dengan cara mengajar guru Fiqih Anda?
Nara Sumber : Senang, karena mudah.
Penulis
: Apakah Anda bisa menerima semua materi Fiqih yang diajarkan saat KBM?
Nara Sumber : Ya, kadang-kadang. Penulis
: Apakah Anda sudah "mens"? Kapan "mens" partama kali?
Nara Sumber : Ya sudah, kelas V semester II. Penulis
: Apakah Anda sudah jelas dengan materi tata cara mandi wajib?
Nara Sumber : Ya agak, tapi saya masih belum jelas tata cara mandinya. Penulis
: Mungkin cukup, terima kasih.
Nara Sumber : Sama-sama.
Komentar Penulis
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswi kelas VI penulis menyimpulkan bahwa siswi belum dapat menerima materi Fiqih yang ia peroleh dengan baik.
Catatan Lapangan
Hari/Tanggal
: Jum'at, 13 November 2009
Waktu
: Pukul 08.30 WIB
Tempat
: Ruang Kelas V (Jawaban salah satu siswa kelas V bernama Siti)
Penulis
: Selamat pagi anak-anak, saya mau meminta waktu kalian untuk mewawancarai tentang Pembelajaran Fiqih di Kelas V.
Nara Sumber : Selamat pagi, ya…… Penulis
: Apakah yang kalian ketahui tentang mata pelajaran Fiqih?
Narasumber : Pelajaran Agama Islam. Penulis
: Siapakah guru yang mengajar Anda mata pelajaran Fiqih? Apakah Anda suka?
Narasumber : Ibu Sabariyati, ya suka? Penulis
: Baik, selain itu Ibu mau bertanya sedikit mengenai hal pribadi Anda tolong jawab dengan jujur dan jangan malu ya… Apakah Anda sudah haid?
Narasumber : Sudah… Penulis
: Lebih jelasnya kapan Anda pertama kali haid?
Narasumber : Awal masuk Kelas V. Penulis
: Apakah Anda tahu kalau Anda sudah haid Anda itu sudah baligh?
Narasumber : Ya….. Penulis
: Apakah Anda tahu tata cara mandi wajib setelah haid dan menjaga kebersihan selama haid?
Narasumber : Ya, saya kurang tahu, biasanya mandi saja, saya tidak tahu niatnya. Penulis
: Apakah Anda pernah menanyakan hal itu kepada guru Fiqih Anda?
Narasumber : Belum, saya malu. Penulis
: Materi Fiqih di kelas V yang telah Anda dapat apakah menurut Anda sulit?
Narasumber : Tidak terlalu sulit, tetapi juga tidak terlalu mudah. Penulis
: Buku Fiqih apa yang Anda miliki?
Narasumber : LKS. Penulis
: Apakah anda selalu mempelajarinya?
Narasumber : Kadang-kadang. Penulis
: Apakah Anda ingin mendapatkan pengetahuan yang lebih detail tentang haid dan cara bersucinya?
Narasumber : Ya….. Penulis
: Baik, mungkin itu saja cukup, terima kasih.
Komentar Penulis
Komentar Penulis : Dari hasil wawancara dengan narasumber, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan Fiqih Kelas V harus sudah mengajar mengajarkan tentang tanda-tanda baligh dan mandi wajib.
Catatan Lapangan Hari/Tangal Waktu Tempat
: Selasa, 3 November 2009 : 09.00 WIB : Kepala Sekolah MI Canden (Ibu Musyayadah)
Kutowinangun
Salatiga
Hasil wawancara Penulis
Nara sumber
Penulis Nara sumber
Penulis
Nara sumber
Penulis Nara sumber
Penulis Nara sumber
Penulis
: Assalamu‟alaikum Ibu … anda adalah orang pertama yang menjadi nara sumber dalam penelitian ini. Ibu saya mau bertanya bagaimana kondisi sosial ekonomi siswa di sini? : Wa‟alaikum salam mbak … sebaiknya langsung saya jawab saja pertanyaan mbak tadi ya. Kondisi masyarakat Canden disini bisa dikatakan berada di lingkungan yang agamis. Namun siswa di MI sini ada juga yang berasal dari luar Canden yang lingkungan sosialnya kurang agamis. Untuk kondisi ekonomi juga bisa dikatakan sebagian besar berada digolongan menengah ke bawah. : Ibu dengan kondisi ekonomi sosial yang demikian apakah itu merupakan kendala bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran? : Tentunya itu kendala yang utama bagi kami ya … yang menjadi penghalang suksesnya proses pembelajaran. Namun itu semua menjadi kewajiban kami untuk menjadiakn kendala tersebut dalam mewujudkan suksesnya pembelajaran. : Oh ya Ibu di sini yang menjadi topik penelitian saya adalah kurikulum. Sejauh mana pengetahuan anda tentang kurikulum yang berlaku untuk saat ini? : Kurikulum yang berlaku saat ini adalah KTSP yaitu kurikulum tingkat siswa pendidikan di mana sekolah mempunyai hak otonom untuk menjalankan segala sesuatunya yang berkaitan dengan sekolah. : Menurut anda apakah kurukulum tersebut sudah terlaksana dengan baik? : Ya bagaimana ya. Kalau menurut saya mungkin masih ada kekurangan dalam pelaksanaannya namun kami dari pihak selalu melakukan supervisi untuk membicarakan hal tersebut. : Dari mana ya Bu buku-buku paket atau panduan fiqih guru peroleh? : Kalau masalah buku paket itu tergantung guru ya. Namun biasanya diperoleh dengan cara membeli sendiri kemudian uangnya diganti oleh guru. : Menurut anda sejauh ini apakah pembelajaran fiqih di sekolah ini sudah berhasil sesuai harapan?
Nara sumber
Penulis Nara sumber
Penulis Nara sumber Penulis Nara sumber
: ya mungkin ada beberapa dalam materi tersebut yang bisa dikatakan berhasil namun pastinya ada yang kurang atau belum berhasil. : Untuk mengetahui tingkat keberhasilan materi fiqih anda menggunakan cara apa? : Tentunya dengan penilaian yang berupa penialian tertulis dan praktek dimana untuk penilaian tertulis diadakan setelah bab/materi selesai, kemudian ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. : Sejauh ini setelah melakukan penilaian apakah pihak sekolah sudah puas dengan hasil yang dicapai siswa? : Belum, saya katakan belum karena kami selalu ingin peningkatan hasil prestasi belajar anak. : Terima kasih mungkin cukup sekian wawancara saya. Terima kasih sudah mel;uangkan waktu untuk saya. : Sama-sama. Komentar Penulis
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah MI Canden Kutowinangun Salatiga penulis berpendapat bahwa kepala sekolah di MI Canden adalah sosok yang berwibawa dan ingin membawa sekolah mencapai beberapa prestasi baik akdemik maupun non akademik terkait dengan pembelajaran fiqih beliau ingin selalu meningkatkan pretasi belajar yang dicapai anak.
Catatan Lapangan Hari/tanggal Waktu Tempat Nara Sumber
Penulis
Nara sumber Penulis
Nara sumber
Penulis Nara sumber Penulis Nara sumber Penulis Nara sumber Penulis Nara sumber
Penulis Narasumber Penulis Narasumber
: Rabu, 11 November 2009 : 11.00 WIB : Meja Bapak Ahmad Maemun : Bapak Maemun (Guru Fiqh kelas IV) Hasil Wawancara : Assalmu‟alaikum Bapak minta maaf mengganggu, Bapak langsung saja saya ingin bertanya pada anda tentang pembelajaran fiqh di kelas IV yang Bapak ampu. : Wa‟alaikum salam oh ya tidak apa-apa. Apa yang ingin anda tanyakan duhulu? : Bapak apakah yang anda ketahui tentang KTSP? Dan apakah anda sudah menerapkan kurikulum tersebut dalam pembelajaran fiqh? : KTSP adalah kurikulum yang dibuat oleh sekolah yang disesuaikan dengan kondisi sekolah. Ya sejauh ini KTSP saya terapkan sejauh yang saya tahu. : Apa sih Pak beda KTSP dengan kurikulum sebelumnya? : Kalau kurikulum sebelumnya itu diitentukan oleh pemerintah dan kalau KTSP itu dibuat oleh sekolah. : dalam mengajar fiqh anda mendapatkan sumber/bahan mengajar dai mana saja? : Tentunya dari buku paket, LKS, dan buku lainnya. : Apakah buku yang menjadai pegangan anda tersebut sudah lengkap isinya menurut anda? : Setiap buku pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Untuk itu buku-buku tersebut saling melengkapi satu sama lain. : Menurut anda apakah materi yang anda sampaikan sudah dapat diterima dengan baik oleh siswa anda? : Ya mungkin ada yang bisa menerima dengan baik tetapi ada pula yang tidak, semua itu tergantung dari daya tangkap masingmasing siswa. : Apakah anda selalu menggunakan metode yang bervariatif saat mengajar : Kadang sesuai dengan temannya : Apakah kesulitan yang ada alami ketika mengajar fiqih ? : Tentunya ada kadang ada siswa yang bermain sendiri, melamun, dan masih banyak lagi. Komentar Penulis
Bapak Maemun adalah nara sumber bagi penulis khususnya untuk fiqih kelas IV. Sejauh pengamatan penulis ketika mengamati beliau sedang mengajar
beliau kurang serius ketika mengajar dan kadang beliau mengajar sambil merokok.
Catatan Lapangan Hari/tanggal Waktu Tempat Nara Sumber
: Kamis, 12 November 2009 : 08.00 WIB : Kantor MI Canden Kutowinangun Salatiga : Bapak Khusus Rosyad (Guru Kelas/Guru Fiqih Kelas VI)
Penulis
:
Nara sumber
:
Penulis
:
Nara sumber Penulis Nara Sumber
: : :
Penulis
:
Nara Sumber
:
Penulis
:
Nara Sumber
:
Hasil Wawancara Assalmu‟alaikum Bapak maaf mengganggu… saya ingin bertanya tentang pembelajaran fiqih di kelas VI Wa‟alaikum salam… oh ya silakan apa yang ingin anda tanyakan. Pak… kurikulum apakah yang digunakan pada materi fiqih kelas VI Sama seperti materi yang lain yaitu KTSP Apakah anda sudah faham dengan maksud dari KTSP tersebut ? Ya sedikit banyak saya tahu tentang KTSP tersebut dan sudah saya terapkan dalam pembelajaran fiqih Kelas VI itukan kelas dimana anaknya menginjak usia remaja apakah hal tersebut menjadi penghambat berjalannya pembelajaran fiqh ? Ya kadang-kadang ketika mengajar haidh seperti itu dimana anak laki-laki justru ingin lebih tahu dan anak perempuan cenderung malu. Kelas VI itukan siswanya sudah dipersiapkan untuk menghadapi UAN, apakah hal ini menjadi penghambat dalam pembelajaran fiqih ? Untuk semester I tidak ya fiqih bisa kami sampaikan secara penuh namun untuk semester II kadang-kadang waktu pelajaran fiqih kami ganti dengan pelajaran yang di UANkan.
Komentar Penulis Bapak Khurur Rosyad tentunya memiliki alasan khusus mengganti materi fiqih dengan materi pelajaran yang di Uankan mungkin agar tidak kalah bersaing dengan sekolah umum yang lain. Namun kelas VI adalah usia dimana anak memasuki usia remaja sehingga mereka membutuhkan fiqih sebagai bekal untuk ibadah setelah dia baligh. Catatan Lapangan Hari/Tanggal Waktu Tempat Nara Sumber
: Kamis/12 November 2009 : Pukul 13.00 WIB : Rumah Ibu Romdiyah : Ibu Romdiyah Hasil Wawancara
Penulis
Nara Sumber Penulis Nara Sumber Penulis Nara Sumber Penulis Nara Sumber Penulis Nara Sumber Penulis Nara Sumber
: Selamat siang ibu, mohon maaf mengganggu saya ingin meminta pendapat anda tentang sekolah dimana tempat kedua anak anda bersekolah yaitu MI Canden Kutowinangun Salatiga. : Oh ya silahkan duduk. : Terima kasih, ibu apakah anda mempunyai alasan khusus mengapa anak anda keduanya bersekolah di MI Canden ? : Kalau alasan khusus tidak ada hanya saya senang karena dekat dan anak saya dapat memeproleh pengetahuan agama juga. : Menurut anda selama ini apakah anda sudah merasa puas dengan pelayanan sekolah terhadap kebutuhan anak anda ? : Ya… saya rasa sudah cukup. : Menurut anda apakah guru-guru di sekolah ini sudah memiliki keahlian yang cukup ? : Saya rasa cukup ya kan mereka semua sudah kuliah tentunya mereka memiliki bekal untuk mendidik anak saya. : Apakah anda sudah puas dengan nilai fiqih yang anak anda peroleh ? : Belum mungkin nilai harian dan ulangan bagus namun sampai saat itu saya masih harus juga mengajari bacaan-bacaan shalat. : Apa sih harapan ibu terkait dengan pelajaran fiqih di MI ini : Saya berharap anak saya itu diajari shalat yang benar terus juga diajar tentang pelajaran fiqih yang lain agar bisa dijadikan bekal untuk kehidupannya. Komentar Penulis
Ibu Romdiyah adalah wali murid dari dua orang anak yang bersekolah di MI Canden ibu Romdiyah percaya bahwa sekolah dapat memberikan bekal agama yang cukup bagi kedua anaknya.
Catatan Lapangan Hari/Tanggal Waktu Tempat Nara Sumber
: Rabu/11 November 2009 : Pukul 09.45 WIB : Ruang tamu MI Canden Kutowinangun Salatiga : Ibu Sabariyati (guru fiqih kelas V) Hasil Wawancara
Penulis Nara Sumber Penulis Nara Sumber Penulis Nara Sumber Penulis Nara Sumber Penulis Nara Sumber
Penulis Nara Sumber Penulis Nara Sumber
Penulis
Nara Sumber
Penulis
: Assalamu‟alaikum ibu, maaf mengganggu bolehkah saya bertanya tentang kurikulum fiqih, dan lainnya ? : Wa‟alaikum salam, oh ya boleh… silahkan duduk apa dulu yang ingin anda tanyakan ? : Sejak kapan anda mengajar di sekolah ini ? : Sejak tahun 1991 : Anda mengajar fiqih kelas V sejak kapan ? adakah kendala yang anda hadapi ? : Untuk fiqih kelas V mungkin sejak 2005, dan kendala mungkin ada tetapi tidak begitu berarti bagi saya. : Terkait materi fiqih yang anda ampu apakah sejauh ini apakah anda rasa sudah diterima dengan baik oleh siswa ? : Saya rasa belum ya… kadang saya ajarkan minggu kemarin minggu ini saya tanyakan kembali mereka lupa. : Kalau anda rasa belum adakah usaha yang anda lakukan agar semua bisa diterima dengan baik oleh siswa. : Usaha pasti ada dan saya selalu ingin memberikan yang terbaik namun faktor siswa tidak dapat menerima pelajaran dengan baik itukan banyak ya tidak hanya dari sekolah tapi dari lingkungan dan keluarga juga mempengaruhi. : Untuk kurikulum fiqih yang berlaku saat ini apa ya bu ? : Sama seperti mata pelajaran lain yaitu KTSP : Apa yang anak ketahui tentang KTSP tersebut dan apa bedanya dengan kurikulum yang sebelumnya ? : KTSP itu kurikulum tingkat satuan pendidikan namun ntah ini karena kebodohan saya pribadi ya… saya sendiri kurang faham dengan KTSP dan dalam prakteknya saya sendiri tidak memiliki perbedaan cara mengajar dengan kurikulum sebelumnya. : Bagaimana anda melaksanakan kurikulum tersebut jika anda tidak memahaminya ? apakah sebelumnya anda pernah mendapatkan pelatihan tentang KTSP tersebut ? : Ya untuk pelaksanaannya ya sama seperti dulu KTSP hanya sebagai simbolik. Untuk pelatihan dulu pernah ada dan yang berangkat 1 sekolah 1 orang guru dan guru itu bukan saya. : Apakah anda mempunyai keinginan atau harapan untuk mendapatkan pelatihan KTSP lagi ?
Nara Sumber Penulis Nara Sumber Penulis Nara Sumber Penulis Nara Sumber Penulis Nara Sumber Penulis
Nara Sumber Penulis Nara Sumber
: Tentunya ya… karena saya belum faham tentang KTSP. : Apakah menurut anda KTSP sudah pas/tepat bila dilaksanakan di sekolah ini ? : Sebenarnya belum karena minimnya fasilitas di sekolah ini juga menjadi kendala. : Oh ya bu… untuk RPP, SKH, SKM, dan silabus apakah anda membuatnya sendiri : Tidak yang saya buat sendiri adalah SKH sedang yang lain kami susun bersama dalam KKG : Kemudian ibu… untuk pemilihan bahan ajar apakah anda menggunakan sumber lain selain buku ? : Ya itu tergantung materi namun jarang juga saya menggunakan bahan ajar lain seperti buku : Bu menurut anda apakah kurikulum, dan bahan ajar yang dipakai saat ini sudah pas dengan kebutuhan siswa anda. : Saya rasa sudah pas… : Mengapa anda katakan sudah pas bagaimana dengan kondisi siswa kelas V yang sudah haidh namun baru mendapatkan pelajaran tersebut di kelas VI. : Saya rasa tidak apa-apa ya kan tidak semua siswi kelas V yang mendapatkan haidh tersebut. : Terimakasih bu… atas informasi : Ya sama-sama Komentar Penulis
Ibu Sabariyati sebenarnya sudah menyampaikan materi fiqih di kelas V dengan baik namun, apa yang ia sampaikan kadang tidak dapat diterima oleh siswa. Hal ini mungkin disebabkan ibu Sabariyati kurang kreatif dan kurang memanfaatkan bahan ajar dalam menyampaikan pelajaran.
Catatan Lapangan Hari/Tanggal Waktu Tempat Nara Sumber
: Selasa/3 November 2009 : Pukul 09.30 WIB : MI Canden Kutowinangun Salatiga : Kepala sekolah MI Canden Kutowinangun Salatiga (Ibu Musayadah, S.Ag) Hasil Wawancara
Penulis
: Asalamu‟alaikum ibu… anda adalah orang yang pertama yang menjadi nara sumber dalam penelitian ini. Ibu saya mau bertanya bagaimana kondisi sosial maupun ekonomi siswa di sini ? : Wa‟alaikum salam mbak… sebaliknya langsung saya jawab saja pertanyaan mbak Fadi ya kondisi sosial masyarakat Canden di sini bisa dikatakan berada di lingkungan yang agamis namun siswa di MI sini ada juga yang berasal dari luar Canden yang lingkungan sosialnya kurang agamis. Untuk kondisi ekonomi bisa dikatakan sebagian besar berada di golongan menengah ke bawah. : Ibu dengan kondisi sosial dan ekonomi yang demikian apakah itu merupakan kendala bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran ? : Tentunya itu kendala yang utama bagi kami ya… yang menjadi penghalang suksesnya proses pembelajaran namun itu semua sudah menjadi kewajiban kami untuk tidak menjadikan kendala tersebut dalam mewujudkan suksesnya proses pembelajaran : Oh ya ibu di sini yang menjadi topik penelitian saya adalah kurikulum, sejauh mana pengetahuan anda tentang kurikulum yang berlaku untuk saat ini ? : Kurikulum yang berlaku untuk saat ini adalah KTSP yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan dimana sekolah mempunyai hak otonom untuk menjalankan segala sesuatunya yang berkaitan dengan sekolah. : Menurut anda apakah kurikulum tersebut sudah terlaksana dengan baik ? : Ya bagaimana ya kalau menurut saya mungkin tidak masih ada kekurangan dalam pelaksanaannya namun kami dari pihak sekolah selalu melakukan supervisi untuk membicarakan hal tersebut. : Darimana ya buk buku-buku paket atau buku panduan fiqih guru peroleh ?
Nara Sumber
Penulis
Nara Sumber
Penulis
Nara Sumber
Penulis
Nara Sumber
Penulis
Nara Sumber
Penulis Nara Sumber
Penulis Nara Sumber
Penulis Nara Sumber Penulis Nara Sumber
: Kalau masalah buku paket itu tergantung dari guru ya namun biasanya diperoleh dengan cara membeli sendiri kemudian uangnya diganti oleh sekolah. : Menurut anda sejauh ini apakah pembelajaran fiqih di sekolah ini sudah berhasil sesuai harapan ? : Ya mungkin ada beberapa dalam materi tersebut yang bisa dikatakan berhasil namun pastinya ada yang kurang atau belum berhasil. : Untuk mengetahui tingkat keberhasilan materi fiqih anda menggunakan cara apa ? : tentunya dengan penilaian yang berupa penilaian tertulis dan praktek dimana untuk penilaian tertulis diadakan setelah bab/1 materi selesai kemudian ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. : Sejauh ini setelah melakukan penilaian apakah pihak sekolah sudah puas dengan hasil yang dicapai siswa. : Belum, saya katakan belum karena kami selalu ingin meningkatkan hasil prestasi belajar anak : Terima kasih ibu mungkin cukup sekian wawancara saya terima kasih sudah meluangkan waktu untuk saya : Sama-sama Komentar penulis
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah MI Canden Kutowinangun Salatiga penulis berpendapat bahwa kepada sekolah di MI Canden adalah sosok yang berwibawa dan ingin membawa sekolah mencapai beberapa prestasi baik akademik maupun ono akademik terkait dengan pembelajaran fiqih beliau ingin selalu meningkatkan prestasi belajar yang dicapai anak.