Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit. (sesuai dengan Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 49 ayat 1 UU No. 19 Tahun 2002)
Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Philip J. King Lawrence E. Stager
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Diterjemahkan oleh Robert Setio, Ph.D. Atdi Susanto
Jl. Kwitang 22-23, Jakarta 10420, Indonesia Telp. 021-3901208, Fax. 021-3901633 http://www.bpkgunungmulia.com
Katalog dalam terbitan (KDT) King, Philip J. Kehidupan orang Israel alkitabiah / oleh Philip J. King & Lawrence E. Stager ; diterjemahkan oleh Robert Setio. – Cet. 2. – Jakarta : Gunung Mulia, 2012. xxxii ; 490 hlm. ; 23 cm. Termasuk ilustrasi, kepustakaan dan daftar-daftar. Judul asli : Life in Biblical Israel (Library of ancient Israel) 1. Yahudi – Kehidupan sosial dan kebiasaan – hingga 70 sM. 2. Palestina – Kehidupan sosial dan kebiasaan – hingga 70 sM. 3. Alkitab – Purbakala. I. Stager, Lawrence E. II. Setio, Robert. III. Judul. 221.9’5-dc21 ISBN 978–979–687–797–3 Kehidupan orang Israel alkitabiah Judul asli: Life in Biblical Israel (Library of Ancient Israel) Copyright © 2001 Philip J. King and Lawrence E. Stager Published by Westminster John Knox Press Louisville, Kentucky All rights reserved Hak Cipta terjemahan Indonesia oleh PT BPK Gunung Mulia, Jl. Kwitang 22-23, Jakarta 10420 Email: publihing @bpkgm.com – http: //www.bpkgunungmulia.com Anggota IKAPI Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang Cetakan ke-1: 2010 Cetakan ke-2: 2012 Editor: Chrisostomus Sihotang Korektor Naskah: Willem H. Wakim Setter: Chrisostomus Sihotang, Mikhael Buhis Desain Sampul: Kristian Suryatna
Untuk Leon dan Shelby White atas persahabatan dan kemurahannya yang tahan uji
Daftar Isi
vii
Daftar Isi
Daftar Ilustrasi Sekapur Sirih Kata Pengantar Daftar Singkatan Kronologi Timur Tengah
xiii xxi xxv xxvii xxxi
Bab 1: Pendahuluan: Pentingnya Kehidupan Sehari-hari Persoalan dengan Teks-teks Struktur Masyarakat Israel Pekerjaan Para Arkheolog Irama Kehidupan Mikha dan Lewi Sehari dalam Rumah Tangga Mikha
1 3 4 7 9 11 14
Bab 2: Rumah dan Rumah Tangga Orang Israel Arsitektur Rumah Tangga Bahan Bangunan Rumah Berpilar Keluarga dan Kekerabatan Kerabat-Sang-Penebus Rumah Sang Bapa Anak Sunat Pendidikan Anak-anak
23 23 23 31 39 43 43 45 48 51
vii
viii
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Hak Anak Sulung Warisan Kaum Perempuan Kelahiran dan Bidan Para Janda Perkawinan Levirat Perceraian Usia Tua Kejahatan dan Hukuman di dalam Konteks Keluarga Dewan Tua-tua Jamuan Makan untuk Keluarga dan Para Tamu Hospitalitas atau Keramahtamahan Mebel Mengolah Makanan Pembuatan Roti Makanan Sehari-hari Sakit dan Penyembuhan Higiene (Kebersihan) Ancaman-ancaman terhadap Kesehatan Parasit Ketidaksuburan Konsultan Kesehatan Tabib Penasihat Kesehatan Resmi Penyembuhan di rumah Cara Pengobatan Operasi dan Cara Pengobatan Obat-obatan Alamiah Agama dan Penyembuhan Doa dan Penyembuhan Ibadat Penyembuhan
Bab 3: Sarana-sarana Kehidupan
Pertanian dan Hewan Ternak Kondisi Fisik Geografis dan Cuaca Tahun Agrikultural Alat Pertanian Penggarapan dan Pengolahan Bahan Pangan Padi-padian
` 53 54 55 59 59 60 63 65 65 67 68 69 69 71 73 74 76 78 79 81 81 86 86 86 88 89 90 90 91 93 93 94
97
98 98 100 105 106 107
Daftar Isi
Pohon Zaitun Tanaman Anggur Minuman Buah-buah Lainnya Rempah-rempah Tanaman Lain Penghutanan atau Penggundulan Hutan Hewan Pertanian Sumber Air Mata Air Sumur Bak Air, atau Perigi, atau Kolam Tandon Air Bawah Tanah Kesenian dan Kerajinan Tembikar Tungku Pembakaran Tembikar Zaman Besi Tekstil Wol Lenan atau Linen Katun Memintal dan Menenun Sulam-Menyulam Penatu Pewarnaan Penyamakan Metalurgi Tembaga/Perunggu Besi Emas Perak Perjalanan, Transpor, dan Perdagangan Rute-rute Daratan Pelayaran Pelayaran Kapal-kapal Yehezkiel dan Tirus Armada Salomo Kapal-kapal Fenisia Perjalanan (Travel) Transportasi
ix 109 112 116 119 121 123 128 129 140 141 141 144 146 147 152 158 160 168 169 170 174 174 181 181 182 186 188 188 191 194 197 201 201 203 203 207 208 211 212 213
x
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Perdagangan Ukuran-ukuran Berat Mata Uang dan Koin Ukuran Panjang Ukuran Isi
Bab 4: Kerajaan Patrimonial
Kota Raja Akropolis Istana Pengaruh Kekaisaran Asyur terhadap Arsitektur Israel Meja Sang Raja Sistem Pengairan Kota Sistem Pengairan Bawah Tanah Gibeon Hazor Gezer Megido Bet-Syemes, Kadesh-Barnea, dan Tel Sheva Yerusalem ”Air yang Mengalir dengan Lamban” Kolam Atas Terowongan Hizkia Peperangan, Tentara, dan Persenjataan Persenjataan Perang Perbentengan Tembok Pintu Gerbang Mesin-mesin Pengepung dan Alat Pelantak Ketentaraan Pasukan Berkereta Kavaleri Peperangan Neo-Asyur Kerajaan Neo-Asyur Operasi Militer Sanherib Melawan Lakhis Pengepungan Lakhis Peperangan Neo-Babel
217 223 227 229 229
230
230 230 231
238 240 241 241 241 242 242 243 243 244 248 249 251 255 256 263 264 267 270 273 277 280 281 281 283 285 287
Daftar Isi
xi
Bab 5: Kebudayaan dan Ekspresi Kehidupan
296
Bab 6: Lembaga-lembaga Keagamaan
364
Pakaian dan Perhiasan Pakaian Pakaian Laki-laki Pakaian Perempuan Alas Kaki Penutup Kepala Perhiasan dan Ornamen Parfum Ahli Parfum Kosmetik Wadah Kosmetik Bersolek Cermin Aromatik Musik, Nyanyian, dan Tarian Musik dan Fungsinya Musik dan Nubuat Daud Sang Musisi Musik dan Kesukariaan Musik dan Peperangan Alat-alat Musik Alat Musik Senar Alat Musik Tiup Alat-alat Musik Tabuh Tarian Aksara dan Sekolah Bukti-bukti Tulisan Bahan-bahan untuk Tulisan Melek Aksara Sekolah
Situs-situs Keramat ”Tempat-tempat Tinggi” Situs Lembu Wilayah Keramat di Dan Kuil dan Tempat-tempat Suci Tempat Ibadah di Arad
296 302 303 310 311 312 315 319 320 320 321 322 324 324 325 325 328 329 330 331 331 332 336 340 341 344 344 348 355 361
365 365 368 368 377 386
xii
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Benda-benda Ritual Altar Altar di Tel Sheva Penyangga Peribadatan Penyangga Peribadatan Taanakh Altar Dupa Dupa/Kemenyan Arca Peribadatan Nazar Praktik-praktik Keagamaan Perayaan Pesta Eskhatologis Marzēakh Korban dan Persembahan Buah Sulung Anak Sulung Pengorbanan Manusia ”Tahir” dan ”Tidak Tahir” Kematian, Pemakaman, dan Kehidupan Sesudah Kematian Jenis Kuburan dan Kebiasaan Penguburan Penguburan Utama dan Kedua Jenis Kuburan Kuburan Dothan Kuburan pada Zaman Besi II Kuburan Batu Galian di Yerusalem Peratapan Kepercayaan pada Kehidupan sesudah Kematian Syeol, Tempat Tinggal Orang Mati Ibadat Orang Mati Para pemimpin yang Korup, Rakyat yang Sesat Marzēakh dan Kispu Nekromansi (Pemanggilan Arwah)
386 386 387 388 390 393 395 397 402 403 403 404 405 408 409 409 410 413 414 414 415 417 419 420 423 426 427 428 429 431 434 435
Epilog
437
Peta-peta Kepustakaan Daftar Ayat Alkitab dan Sumber Kuno Daftar Nama Modern
447 451 477 487
Daftar Ilustrasi
xiii
Daftar Ilustrasi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Lakhis, Level III (rekonstruksi) Denah Raddana (Situs R) Denah Raddana (Situs S) Denah Raddana (Situs T) Denah Mizpeh (Tell en-Nasbeh) Denah Tell Beit Mirsim Denah Tel Sheva, abad ke-8 sM Denah Tell es-Sa‘idiyeh, paroan kedua abad ke-8 sM Kuk lembu dalam mangkuk kayu, Tell el-Far’ah (N) Keluarga Israel yang hidup bersama di dalam kelompok Pahatan singa, Hazor Pohon Aras Lebanon Prosesi budak-budak Asyur yang sedang membawa tanaman Operasi militer di Siria, Pelapis Perunggu, Pintu Gerbang Balawat Pilar rumah orang Israel (rekonstruksi) ”Perempuan di Jendela”, Nimrud Patung kepala (berbentuk Janus) Kunci pasak Relief penyunatan, Saqqara (sketsa) Patung terakota (Askelon) Kotak keramat terbuat dari gading, Nimrud Relief tembok (adegan pesta-pora), Niniwe Cetakan kue dari terakota Patung terakota, Achzib Rumah Ahiel (isometrik), Kota Daud
xiii
8 13 13 13 15 15 16 16 18 20 25 26 27 28 32 34 34 36 48 56 57 71 75 80 82
xiv
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
26. Area G, Yerusalem 27. Kutu 28. Toilet duduk batu gamping, Kota Daud 29a-b. Sisir gading, Askelon 30a-b. Lubang pada tengkorak, Lakhis 31. Labu 32. Jasad anjing, Askelon 33. Kalender Gezer 34. Papan pengirikan 35. Adegan penebahan gandum 36. Alat pertanian dari besi, Tel Miqne-Ekron 37. Alat pemeras minyak zaitun, Tel Miqne-Ekron 38. Alat pemeras minyak zaitun (rekonstruksi), Tel Miqne-Ekron 39. Makam Nakht, Thebes 40. Alat pemeras anggur terakota portable 41. Alat pemeras anggur, Askelon 42. Buyung penyimpan buah ara, Tel Miqne-Ekron 43. Buyung Besar, Lakhis 44. Operasi militer di Siria Utara; Pelapis Perunggu, Pintu Gerbang Balawat 45. Arca-arca kepala kuda terakota, Askelon 46. Patek as roda kereta, Askelon 47. Gurdi keledai perunggu, Tel Haror 48. Pengungsi dan unta, Relief Lakhis 49. Stempel segel pualam dan gambar segel, Tell en-Nasbeh 50. Kail perunggu, Askelon 51. Jarum pembuat jala yang terbuat dari tulang, Askelon 52. Sumur Zaman Besi, Lakhis 53. Tugu raja Moab, Raja Mesa, Dhiban 54. Nisan kuburan dari Neswy 55. Papan permainan dari gading, Megido 56. Sebuah penyumbat gading, Askelon 57. Kerajinan gading dari taring kuda nil, Askelon 58. Potongan mainan dari tulang, Askelon 59. Perajin tembikar Mesir, dinasti ke-5 atau ke-6 60. Perajin tembikar di bengkel 61. Kolam tanah liat yang terletak di luar bengkel perajin 62. Tanah liat merah, Askelon 63. Kendi Fenisia 64. Sekumpulan tembikar Bikrom orang Filistin, Asdod
83 83 84 85 90 92 94 100 102 103 106 111 111 113 114 114 121 125 130 132 133 133 135 137 138 139 142 148 149 151 151 151 151 154 155 156 156 157 161
Daftar Ilustrasi
xv
65. Sekumpulan tembikar Bikrom orang Filistin 161 66. Peta pemukiman Filistin dan Israel 162 67. Tembikar monokrom, Tel Miqne-Ekron 163 68. Sekumpulan tembikar Zaman Besi I, Silo 164 69. Tembikar Yunani Timur, Askelon 164 70a-b. Jenis-jenis tembikar (dengan nama Ibraninya) 165-166 71. ”Buyung Kanaan”, Askelon 167 72. Perempuan yang sedang memintal wol 175 73. Pemintalan benang (sketsa) 175 74. Lepek Yunani abad ke-5 sM 176 75 Pemberat tanah liat, Askelon 177 76. Sketsa pemberat tenun horizontal 177 77. Makam Khnumhotep, Beni Hasan 178 78. Kulit kerang 184 79. Artefak-artefak tembaga, Nahal Mishmar 189 80. Gergaji perunggu, Askelon 190 81. Operasi militer di Fenisia; Pelapis Perunggu, Pintu Gerbang Balawat 192 82. Pelaut Fenisia; Pelapis Perunggu, Pintu Gerbang Balawat 192 83. Timbunan Bet-Syemes 196 84. Anak lembu perak, Askelon 198 85. Timbunan perak, Hacksilber, dan permata; Tel Miqne-Ekron 199 86. Timbunan perak, Tel Miqne-Ekron 200 87. Timbunan perak (bening), Tel Miqne-Ekron 200 88. Hacksilber, Askelon 200 89a. Bangkai Kapal Fenisia yang pecah (Tanit) 205 89b. Bangkai kapal Fenisia yang pecah (Elissa) 206 90. Relief Raja Luli (sketsa), Niniwe 208 91a. Kandang kuda, Megido 214 91b. Palungan tempat makan, Megido 215 92. Denah Hazor, pada zaman Ahab 218 93. Operasi militer di Armenia; Pelapis Perunggu, Pintu Gerbang Balawat 219 94. Skala berat syikal (rekonstruksi) 223 95. Pemberat logam dan batu; lengan dan lepek timbangan, Askelon 224 96. Skala pemberat timbangan perunggu, Askelon 224 97. pemberat bq‘, Askelon 225 98. Kota Daud pada zaman Hizkia (rekonstruksi) 234 99. Langkan batu gamping, Ramat-Rahel 235 100. Pilar kota berbentuk pohon kurma, Ramat-Rahel 236 101. Denah Megido, Level III 239 102. Peta topografis Yerusalem, abad ke-8 atau ke-7 sM 245
xvi
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
103. Lukisan tembok, Mari 104. Taman di Niniwe 105. Taman di Dur-Sharrukin (Khorsabad) 106. Ujung tombak besi, Askelon 107. Ujung tombak perunggu, Askelon 108. Panah, Relief Lakhis 109. Ujung anak panah besi, Lakhis 110. Ujung anak panah perunggu, Askelon 111. Ujung anak panah perunggu, Askelon 112. Batu-batu pengumban, Lakhis 113. Mangkuk Filistin bergambar, Askelon 114. Sisik baju zirah, Lakhis 115. Pintu gerbang kota beruangan enam, Gezer 116. Operasi militer di Siria; Pelapis Perunggu, Pintu Gerbang Balawat 117. Denah Hazor, pada zaman Salomo 118. Bantalan tiang berbentuk pohon kurma, Khirbet el-Mudaybi‘ 119. Bantalan tiang berbentuk pohon kurma, Khirbet el-Mudaybi‘ 120. Operasi militer di Siria; Pelapis Perunggu, Pintu Gerbang Balawat 121. Relief alat pelantak Asyur, Lakhis 122. Lereng pengepungan Asyur, Lakhis 123. Operasi militer di Hamath; Pelapis Perunggu, Pintu Gerbang Balawat 124. Tembikar Level III, Lakhis 125. Cedok dari Lakhis 126. Sanherib, Relief Lakhis 127. Rantai besi, Lakhis 128. Pembawa barang rampasan, Relief Lakhis 129. Vas bunga perunggu dan gantungan perunggu, Askelon 130. Korban berjenis kelamin perempuan dari puing-puing Askelon 131. Bangsawan Kanaan, Hazor (sketsa) 132. Raja duduk di singgasana, Ramat Rahel 133. Relief batu bangsawan Kanaan/Fenisia 134a. ”Tugu Hitam”, Nimrud 134b-e. Baris kedua Tugu Hitam (sketsa) 135. Tawanan bersama dengan kedua anaknya, Lakhis 136. Piagam gading berukir, Megido 137. Arca Yerah‘azor yang terbuat dari batu gamping, Amman 138. Sebuah keluarga Yehuda, Lakhis 139. Ubin berlapis kaca dari Istana Ramses III, Tel el-Yehudiyeh 140. Ubin berlapis kaca dari Istana Ramses III, Tel el-Yehudiyeh 141. Ubin berlapis kaca dari Istana Ramses III, Tel el-Yehudiyeh
247 253 254 257 257 258 258 259 260 261 261 262 268 268 269 271 271 272 272 273 278 282 282 284 286 287 290 290 296 297 297 298 299 300 301 304 304 305 305 305
Daftar Ilustrasi
142a-b. Relief Merneptah 143. Operasi militer di Siria Utara; Pelapis Perunggu, Pintu Gerbang Balawat 144. Kepala raja atau dewa dari batu gamping, Amman 145. Manik-mata Fenisia, Askelon 146. Orang Siria yang sedang membawa upeti, Thebes 147. Kalung manik-manik dan jimat, Askelon 148. Manik batu kuarsa, Askelon 149. Jimat yang terbuat dari lapis lazuli, Askelon 150. Kalung, kulit kerang, tempat minyak berharga, dan pegangan, Askelon 151. Jimat perak, Ketel Hinnom 152. Arca tembikar, Askelon 153. Anting emas, Askelon 154. Perhiasan emas, Tell el-‘Ajjul 155. Anting emas Filistin, Askelon 156. Anting emas berbentuk tanaman, Askelon 157. Perhiasan dari kuburan, Ketef Hinnom 158. Cincin dengan hiasan kumbang, Askelon 159. Para buangan, Relief Lakhis 160. Cermin perunggu Mesir, Ako 161. Terakota tiang pemujaan yang berupa musisi, Asdod 162. Kecapi kerajaan, Ur 163. ”Kendi Orpheus”, Megido 164. Papirus yang bersifat satire, Kerajaan Baru Mesir 165. Terakota arca, berupa sesosok musisi, Tel Malhata 166. Parutan dari tulang, Askelon 167. Gambar segel silinder, Avaris 168. ”Penari dari Dan” 169. Adegan pesta-pora dari Nebamun, Thebes 170. ”Bagan-huruf ” 171. Inskripsi ”Rumah Daud”, Dan 172. Ujung panah perunggu 173. Inskripsi Kerajaan, Tel Miqne-Ekron 174a. Bulla tanah liat Raja Hizkia 174b. Bulla tanah liat Raja Hizkia 175. Salinan dari sebuah segel, Megido 176. Inskripsi, Kota Daud 177. Papan tulis kayu (sketsa), kapal pecah Uluburun 178. Relief para juru tulis, Niniwe 179. Segel pribadi, Lakhis
xvii 307 308 312 312 313 313 313 314 314 314 314 315 316 316 317 317 318 322 324 332 333 335 337 338 340 341 342 343 345 348 350 350 352 352 352 352 353 354 356
xviii 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194. 195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204. 205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. 213. 214. 215. 216. 217. 218. 219.
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Gentong-gentong lmlk, Lakhis Gentong lmlk, Lakhis Gentong lmlk, Lakhis Ostraka XXI, Lakhis bāmâ (”tempat tinggi”) di pintu gerbang kota di Betsaida Tugu Baal Hadad, Betsaida Wilayah suci di Tel Dan, pada zaman Yerobeam II Wilayah suci di Tel Dan, pada zaman Ahab Wilayah suci di Tel Dan, isometrik Dasar podium, Dan Altar dari batu gamping, Dan Sendok-sendok dupa, Dan Kepala tongkat kebesaran dari perunggu dan perak, Tel Dan Dadu beling, Dan Bait Salomo (rekonstruksi) Roda berjeruji delapan dan dudukannya, Tel Miqne-Ekron Piagam gading, Samaria Pohon kurma dari gading, Samaria Gading Fenisia, Salamis Singgasana Salamis Kuil di ‘Ain Dara‘ (rekonstruksi) Pemandangan atas kuil, ‘Ain Dara‘ Ostraka batu basal ‘Ain Dara‘ Jejak kaki ilah dibandingkan dengan tapak kaki manusia, ‘Ain Dara‘ Jejak-jejak kaki di ‘Ain Dara‘ Denah kompleks Kuil, Tel Miqne-Ekron Denah isometrik akropolis Tell Ta‘yinat Undakan menuju ke kuil ‘Ain Dara‘ Shpinx bersayap yang tak berwajah dan singa-singa, ‘Ain Dara‘ Tulang sambungan lutut domba atau kambing, Askelon Gudang tulang sambungan lutut, Askelon Penyangga kultus, Taanakh Penyangga perunggu empat, Gua Idaen (Kreta) Altar yang terbuat dari batu pasir, Askelon Altar yang terbuat dari batu pasir (in situ) Askelon Dewa-dewi dengan mangkuk-mangkuk persembahan, ‘En Haseva Arca terakota, Askelon Arca terakota, Askelon Arca-arca pilar terakota, Yehuda Medali perak, Tel Miqne-Ekron
356 356 357 357 365 366 370 370 371 373 374 375 375 376 378 379 379 380 380 380 381 382 383 383 383 384 384 385 385 388 389 391 392 394 394 398 399 399 400 400
Daftar Ilustrasi
xix
220. Arca terakota (pemusik perempuan) 221. Mangkuk perunggu, Dan 222. Mangkuk Salamis 223.a. ”Tofet” Kartago 223b. Jambangan-jambangan korban (dalam urutan), Kartago 223c. Jambangan korban, Kartago 223d. Jambangan korban, Kartago 224. Peti mati batu berbentuk manusia, Deir El-Balah 225. Makam Shebna 226. Situla (wadah berbentuk vas) perunggu, Askelon 227. Peta Timur Tengah Kuno 228. Peta Palestina
401 404 406 411 411 411 411 418 424 432 448 449
Sekapur Sirih
xxi
Sekapur Sirih
Pertanyaan-pertanyaan mengenai kesejarahan dan kesusastraan yang mengasyikkan para sarjana biblika sejak Abad Pencerahan memfokuskan diri terutama pada peristiwa-peristiwa dan para pemimpin Israel kuno, praktik-praktik dan kepercayaan agama Yahwistik, dan tahap-tahap lisan dan tulisan dari perkembangan kesusastraan rakyat. Dengan mengingat betapa sedikitnya hal-hal mengenai Israel kuno dan bahkan seluruh Timur Tengah kuno yang dapat diketahui tiga abad yang lalu, perolehan yang dicapai sejak saat itu sangatlah luar biasa, berkat sumbangsih yang tidak kecil dari penemuan para arkheolog yang tak terduga atas teks dan artefak-artefak yang tak terhitung jumlahnya. Tahun-tahun belakangan ini telah menyaksikan sebuah perputaran baru di dalam studi-studi biblika, yang sebagian besar disebabkan oleh makin memudarnya keyakinan pada ”hasil-hasil yang meyakinkan” dari generasi-generasi sarjana terdahulu. Pada saat yang sama, sebuah keterbukaan yang makin meluas terhadap metode dan isu-isu dari disiplin ilmu-ilmu lainnya, seperti antropologi, sosiologi, bahasa, dan kritik sastra telah mengizinkan pertanyaan-pertanyaan baru diajukan terhadap materi-materi yang lama. Sejarah sosial, area yang telah mantap di lapangan studi kesejarahan, telah membuktikan diri membuahkan hasil secara khusus sebagai sebuah alat analisis terhadap segmen-segmen tertentu dari masyarakat. Ketimbang berkonsentrasi pada peristiwa-peristiwa nasional, para pemimpin individual, lembaga-lembaga politik, dan ”kebudayaan adi-luhung”, para ahli sejarah sosial lebih mengurusi isu-isu yang lebih luas dan lebih mendasar, seperti organisasi sosial, kondisi di kota dan pedesaan, tahap kehidupan, konteks lingkungan, pendistribusian kekuasaan menurut kelas dan status, dan kestabilan atau ketidakstabilan sosial. Untuk mengamati hal-hal seperti itu, yang berkaitan dengan Israel kuno, berarti mengalihkan perhatian dari para penguasa dan
xxi
xxii
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
peristiwa-peristiwa yang ditimbulkan oleh mereka dan mengarahkan perhatian pada realitas sehari-hari dan kerumitan sosial yang dialami oleh mayoritas populasi yang luas. Eksplorasi seperti itu sekarang ini telah mendapatkan kekuatan baru dengan penerapan berbagai bentuk kritik ideologi dan metode lainnya yang dirancang untuk memburu kepentingan-kepentingan politis, ekonomis, dan sosial yang tersembunyi di dalam sumber-sumber. Serial ini mewakili sebuah upaya gotong royong untuk menyelidiki beberapa topik khusus – struktur kemasyarakatan, politik, ekonomi, agama, sastra, benda budaya, hukum, kepemimpinan intelektual, identitas etnis, marginalisasi sosial, konteks internasional, dan formasi kanon – masing-masing dalam hubungan atas dimensi dan proses sosialnya. Beberapa dari bahan ini belum pernah diekplorasi sampai sekarang; yang lain-lainnya adalah wilayah yang sudah akrab yang perlu diuji lagi. Sementara pendekatan kesejarahan sosial menyediakan perspektif umum bagi sebagian besar isi serial ini, tiap penulis mempunyai kebebasan untuk menentukan sarana yang paling cocok untuk menangani topik yang dihadapi. Secara individual maupun kolektif, isi serial ini bertujuan untuk memperluas visi kita tentang budaya dan masyarakat Israel kuno dan dengan demikian menghasilkan apresiasi baru atas pengaruhnya terhadap sejarah berikutnya. Isi serial ini digarap oleh Philip J. King dan Lawrence E. Stager, dipersembahkan untuk mengetahui tahapan keberadaan sosial yang jarang diketahui oleh para peneliti Alkitab sampai adanya ilmu arkheologi. Pada kenyataannya, hanya pada dekade-dekade baru-baru ini saja para arkheolog melatih pandangan-pandangannya terhadap aspek yang paling fundamental ini dalam sejarah kuno – kehidupan sehari-hari orang Israel, mulai dari rakyat biasa sampai pada raja, orang-orang pedesaan dan para urban, orang muda sampai orang tua. Bahkan, jika masih tersisa banyak kekosongan, kita sekarang ini memiliki sebuah simpanan detail-detail yang melimpah mengenai pola-pola pemukiman, pengelolaan kehidupan, struktur kekerabatan, kehidupan domestik, produksi pangan dan pengolahannya, kesehatan dan penyakit, pakaian, nyanyian dan tarian, dan materi-materi tertulis mereka. Informasi yang penting juga tersedia mengenai kota-kota, kehidupan kerajaan dan kaum elite, kemiliteran dan mesin-mesin perang, dan tempat-tempat, praktik-praktik dan perlengkapan pemujaan. Pada kenyataannya, bersyukur atas upaya-upaya yang tekun dari begitu banyak arkheolog, detail-detail dari sebagian besar poin-poin ini telah berkembang sampai mencapai titik di mana hanya para spesialis saja yang kini bisa menanganinya. Belajar dari pengalaman selama bertahun-tahun dalam pekerjaan arkheologis, King dan Stager telah mengkonstruksikan dengan piawai sebuah gambar multidimensional dari kehidupan sehari-hari di Israel kuno. Baik materi-materi artefak maupun teks-teks, alkitabiah maupun tulisan-tulisan kuno lainnya, berfungsi sebagai sumber-sumber bagi mereka, dirangkaikan sedemikian rupa hingga yang satu dapat menerangi yang lainnya. Seringnya penggunaan ilustrasi
Sekapur Sirih
xxiii
dan foto, banyak yang belum dipublikasikan sebelumnya, meningkatkan pemahaman kita atas detail-detail kehidupan ini. Hasilnya membawa kita makin dekat ke sebuah penyelaman budaya dan konteks Israel kuno daripada yang dimungkinkan sebelumnya. Douglas A. Knight General Editor
Kata Pengantar
xxv
Kata Pengantar
Dengan memakai suatu susunan teks dan artefak, para penulis telah berupaya untuk menguraikan segi-segi kehidupan yang penting di dalam dunia Alkitab. Sementara memfokuskan diri pada Zaman Besi, dalam rangka mengkontekstualisasikan sejumlah besar materi, kami juga menyinggahi lingkungan budaya-budaya Timur Tengah kuno. Orang Israel tidak hidup dalam isolasi, tetapi dipengaruhi secara mendalam oleh tetangganya, seperti yang diperlihatkan oleh Alkitab. Karena Alkitab mengambil begitu saja banyak aspek kehidupan sehari-hari, maka untuk membentangkannya, meminta pertolongan teks-teks dan arkheologi di luar Alkitab yang sezaman merupakan hal yang hakiki. Subjek dari buku ini sangatlah luas – meliputi banyak generasi – sehingga kami hanya dapat memberikan sebuah garis besar atas aspek-aspek utama dari kehidupan sehari-hari. Seperti diindikasikan oleh pemilihan bibliografi, tiap topik merupakan sebuah buku pada dirinya sendiri. Maka konsekuensinya, penelitian yang dilakukan membutuhkan lebih banyak waktu ketimbang menuliskannya. Proyek ini memakan waktu lebih lama daripada yang diperkirakan, tetapi ketika menyelesaikannya kami sadar bahwa kami baru saja mulai. Catatan kaki menunjukkan ketergantungan kami pada keahlian para kolega kami. Dengan mengalamatkan buku ini, baik kepada para spesialis maupun bukan spesialis, kami berharap bahwa di dalam prosesnya kami tidak kehilangan kedua sasaran kami itu. Meskipun proyek ini merupakan hasil karya dua orang, kami tetap saja sangat bergantung pada bantuan dari banyak pihak. Sebagai tambahan bagi kolega-kolega yang tertera pada catatan kaki, kami ingin menyatakan hutang kami kepada orangorang berikut ini: Douglas A. Knight dari Universitas Vanderbilt, editor dari seri-seri Library of Ancient Israel (Kepustakaan mengenai Israel Kuno), yang tanpanya buku
xxv
xxvi
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
ini tidak akan pernah muncul, dan sumbangan-sumbangan waktu dan bakatnya jauh melampaui apa yang biasanya dilakukan oleh para editor; dan Ephraim Stern dari Universitas Hebrew, Yerusalem, yang membaca manuskripnya dengan lengkap dengan ketelitian yang besar. Juga, kami ingin menyebutkan dengan rasa syukur empat orang anggota dari generasi yang lebih muda yang memberikan waktu dan bakat mereka dengan kemurahan hati: Christine Dungan, untuk pengorganisasian dan pemformatan bibliografi; Kevin McGuire, untuk bantuan keahliannya yang profesional di bidang komputer; Jeremy Hutton, untuk transliterasi teks-teks Ibrani yang dikerjakannya dengan hati-hati; dan khususnya Kristen Vagliardo, untuk penataan dan penanganan semua ilustrasi dan juga pelaksanaan seabreg tugas-tugas lainnya. Tanpa bantuan mereka proyek ini takkan pernah dapat selesai. Akhirnya, jika bukan karena Leon Levy dan Shelby White, yang kepadanya buku ini secara khusus dipersembahkan, proyek ini, seperti juga beberapa proyek lain yang dikerjakan oleh penulis selama beberapa tahun, tidak akan bisa menjadi sebuah kenyataan. Untuk menjaga agar buku ini tetap terjangkau oleh saku para pembaca yang potensial, mereka secara murah hati memberi subsidi bagi penerbitan Kehidupan Orang Israel Alkitabiah ini.
Daftar Singkatan
xxvii
Daftar Singkatan
AASOR
Annual of the American Schools of Oriental Research
AB ABD
Anchor Bible The Anchor Bible Dictionary. Edited by D.N. Freedman. 6 vols. New York: Doubleday, 1992 Analecta Biblica Ancient Near East in Pictures Relating to the Old Testament. Edited by James B. Pritchard. Princeton: Princeton University Press, 1969 Ancient Near Eastern Texts in Pictures Relating to the Old Testament. Edited by James B. Pritchard. Princeton: Princeton University Press, 1969 American Journal of Archaeology Biblical Archaeologist Biblical Archaeology Review Bulletin of the American Schools of Oriental Research The Assyrian Dictionary of the Oriental Institute of the University of Chicago. Edited by Ignace J. Gelb et al. Chicago: The Oriental Institute of Chicago, 1956, dst. Civilization of the Ancient Near East. Edited by J.M. Sasson. 4 vols. New York: Simon & Schuster, 1995 Corpus des tablettes en cunéiformes alphabetiques à Ras Shamra-Ugarit de 1929 à 1939. Edited by A. Herdner. Mission de Ras Shamra 10. Paris, 1963 Catholic Biblical Quarterly English Translation
AnBib ANEP ANET AJA BA BAR BASOR CAD
CANE CTA CBQ E.T.
xxvii
xxviii HSM HTR HUCA IB ICC IDB IEJ JANES JBL JAOS JCS JNES JSOTSup JSS KAI KTU
LAI LXX MT NAB NEA NEAHL
NJPS NRSV OBO OEANE OIP OTL PEQ RB
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Harvard Semitic Monographs Harvard Theological Review Hebrew Union College Annual The Interpreter’s Bible International Critical Commentary The Interpreter’s Dictionary of the Bible. Edited by George A. Buttrick et al. 4 vols. New York: Abingdon Press, 1962 Israel Exploration Journal Journal of the Ancient Near Eastern Society of Columbia University Journal of Biblical Literature Journal of the American Oriental Society Journal of the Cuneiform Studies Journal of Near Eastern Studies Suplement to Journal for the Study of the Old Testament Journal of Semitic Studies Kanaanäische und aramäische Inschiften. H. Donner and W. Röllig. 2d ed. Wiesbaden, 1966–1969 Die Keilaphabetischen Texte aus Ugarit. Edited by M. Dietrich, O. Loretz, and J. Sanmartín. AOAT 24/1. Neukirchen-Vluyn, 1976. 2d enlarged ed. of KTU: The Cuneiform Alphabetic Texts from Ugarit, Ras Ibn Hani, and Other Places. Edited by. M. Dietrich, O. Loretz, and J. Sanmartín, Munster, 1995 (-CTU). Library of Ancient Israel Septuaginta Masoretic Text New American Bible Near Eastern Archaeology The New Encyclopedia of Archaeology Excavations in the Holy Land. Edited by E. Stern. Jerusalem: Israel Exploration Society & Carta; New York: Simon & Schuster, 1993 New Jewish Publication Society New Revised Standard Version Orbis Viblicus et Orientalis Oxford Encyclopedia of Archaeology in the Near East. Edited by E.M. Meyers. 5 vols. New York: Oxford University Press, 1997 Oriental Institute Publications, University of Chicago Old Testamnent Library Palestine Exploration Quarterly Revue Biblique
Daftar Singkatan
SBLWAW TA TB–LAI TDOT UF VT VTSup
xxix
Society of Biblical Literature Writings of the Ancient World Tel Aviv Terjemahan Baru – Lembaga Alkitab Indonesia Theological Dictionary of the Old Testament. Edited by G.J. Botterweck and H. Ringgren. Grand Rapids: Eerdmans, 1974, dst. Ugarit-Forschungen Vetus Testamentum Supplement to Vetus Testamentum
Kronologi Timur Tengah
xxxi
Kronologi Timur Tengah
Zaman Neolitik Pra-Tembikar Neolitik A (PTNA) Pra-Tembikar Neolitik B (PTNB) Tembikar Neolitik A (PNA) Tembikar Neolitik B (PNB)
8500–4500 sM 8500–7300 7300–6300 6300–5000 5000–4500
Zaman Khalkolitik
4500–3500 sM
Zaman Perunggu Awal PA I PA II PA III
3500–2250 sM 3500–3100 3100–2650 2650–1550
Zaman Perunggu Awal IV/ Perunggu Pertengahan I
2250–1925 sM
Zaman Perunggu Pertengahan II PP IIA PP IIB PP IIC
1925–1550 sM 1925–1700 1700–1600 1600–1550
Zaman Perunggu Lanjut PL I PL IIA PL IIB
1550–1200 sM 1550–1400 1400–1300 1300–1200
xxxi
xxxii
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Zaman Besi Besi I Besi IIA Besi IIB Besi IIC
1200–586 sM 1200–1000 1000–900 900–700 700–586
Neo-Babel
586–539 sM
Persia
539–332 sM
Helenistik
332–53 sM
Pendahuluan: Pentingnya Kehidupan Sehari-hari
1
Bab I
Pendahuluan:
Pentingnya Kehidupan Sehari-hari
Fokus utama buku ini adalah untuk menciptakan kembali cara-cara hidup dan sikap-sikap mental dari orang-orang Israel kuno, dari halaman rakyat jelata sampai pada istana-istana para raja. Ini bukanlah pekerjaan yang mudah karena kami tidak punya dokumen-dokumen siap pakai yang berkaitan secara langsung dengan isu-isu sosial, ekonomi, dan sejarah budaya. Untuk menciptakan diorama-diorama tentang kehidupan sehari-hari dari sebuah dunia yang telah punah lebih dari 2.500 tahun lalu memerlukan sebuah penelitian data dalam suatu sumber-sumber yang luar biasa banyaknya: teks-teks kuno dari bermacam-macam genre (termasuk Alkitab), inskripsiinskripsi, ”barang sehari-hari” yang tak terhitung jumlahnya yang terus-menerus digali oleh para arkheolog (pecahan gerabah, serpihan tulang, dan kepingan-kepingan pecah-belah lainnya), ikonografi (dari lukisan dinding dan relief-relief Mesopotamia dan Mesir sampai pada segel-segel yang diukir), dan etnografi. Dalam menambang berbagai sumber untuk memunculkan kembali nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, dan makna normatif yang membentuk budaya Israel, kami tidak mengabaikan hal-hal biasa, ”hal-hal kecil yang terlupakan”1 – arsitektur, peralatan makan-minum, mebel, perabotperabot, pakaian, dan perhiasan-perhiasan pribadi – yang juga mengekspresikan budaya bersangkutan.2 James Deetz, In Small Thing Forgotten: An Archaeology of Early American Life, Anchor Books (New York: Double day, 1996). 2 Perbincangan umum lainnya mengenai kehidupan Israel kuno termasuk Roland de Vaux, Ancient Israel (New York: McGraw-Hill, 1965; Victor H. Matthew dan Don C. Benjamin, Social World of Ancient Israel 1250–587 B.C.E. (Peabody, Mass.: Hendrickson, 1993); dan Daniel C. Snell, Life in the Ancient Near East 3100–332 B.C.E. (New Haven, Conn.: Yale University Press, 1997) atau Kehidupan di Timur Tengah Kuno (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009). 1
1
2
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Meskipun kami harus hati-hati agar tidak kehilangan pandangan atas kesatuan struktur dari cara-cara hidup mereka, berbagai aspek menjadi lebih siap untuk dipahami jika kami memandang budaya mereka melalui sebuah prisma judul-judul yang bersifat topikal.3 Untuk tiap topik berikut ini, rujukan dalam tanda kurung mengindikasikan halaman-halaman di mana hal itu diuraikan: Tata cara keluarga: struktur dan fungsi rumah tangga dan keluarga (hlm. 34-45) Aturan-aturan gender: kebiasaan yang mengatur hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan (hlm. 55-60) Tata cara perkawinan: masa pacaran/pertunangan, perkawinan, dan perceraian (hlm. 60-65) Tata cara pengasuhan Anak: hakikat dan pengasuhan anak-anak (hlm. 45-55) Tata cara seks: sikap dan aktivitas seksual yang konvensional, dan perlakuan terhadap penyimpangan seksual (hlm. 67-69) Tata cara umur: sikap terhadap orang tua dan hubungan antar-usia (hlm. 65-67) Tata cara kematian: praktik ratapan dan upacara persemayaman (hlm. 414-436) Tata cara pembangunan: bentuk dominan dari arsitektur rakyat dan elit dan pengorganisasiannya dalam pemukiman-pemukiman yang terencana dan tidak terencana (hlm. 23-39, 230-240, 364-386) Tata cara kemasyarakatan: pola perserikatan dan keterikatan (hlm. 39-96, 240) Aturan-aturan makanan: pola konsumsi, nutrisi, memasak, makan, pesta, dan puasa (hlm. 69-96, 106-123, 403-407) Tata cara berpakaian: kebiasaan berpakaian, tingkah laku, dan dandanan pribadi (hlm. 296-325) Aturan-aturan kerja: sifat dan sikap terhadap kerja (hlm. 85-140, 147-201) Tata cara waktu luang: sikap terhadap rekreasi dan waktu luang; permainan dan olahraga (hlm. 240, 325-344) Tata cara belajar: pola pendidikan; sikap-sikap terhadap bacaan dan pembelajaran (hlm. 344-363) Tata cara agama: arsitektur religius dan pola-pola pemujaan (hlm. 364-436) Tata cara keteraturan: ide tentang yang teratur dan yang tak teratur, dukungan terhadap keteraturan dan perlakuan terhadap tingkah laku yang tak teratur (hlm. 39-45, 67-69, 230-295) Tata cara kekuasaan: sikap terhadap otoritas dan kekuasaan (hlm. 39-60, 230-295)
3 Daftar ini dipetik dari karya David Hackett Fisher Albion’s Seed: Four British Folkway in America (New York: Oxford University Press, 1989), hlm. 8-9.
Pendahuluan: Pentingnya Kehidupan Sehari-hari
3
Persoalan Dengan Teks-teks Ketika kami berusaha untuk menciptakan kembali aspek-aspek kehidupan Israel di dalam Alkitab, kami segera berhadapan dengan dilema yang mendalam: periodeperiode apakah yang diwakili oleh dokumen-dokumen rumit yang dikenal sebagai Alkitab Ibrani itu? Puisi yang paling awal, seperti Hakim-hakim 5 dan Keluaran 15, dan kisah-kisah nenek moyang yang meliputi perjalanan Abraham, Isai, dan Yakub dan keluarga mereka di Kanaan dan tempat-tempat lain menurut pandangan kami harus dipertautkan dengan periode formatif dari agama Israel, ”periode hakim-hakim” alkitabiah, atau periode arkheologis yang dikenal sebagai Zaman Besi (1200 sM–1000 sM). Kami mene rima penanggalan awal atas sumber Yahwist, dikenal sebagai Y = Yahweh di dalam Kitab Pentateuk (Kitab Taurat) pada abad ke-10 sM; kombinasi epik dari sumber Y dan E (E = Elohis) pada abad ke-9 sM; sumber Imamat (P = Priest) disusun pada periode Pembuangan, namun berisi banyak tradisi yang lebih awal; Sejarawan Deuteronomis, yang menyunting Kitab Ulangan melalui 2 Raja-raja, pertama pada akhir abad ke-7 (Ul. 1), kemudian pada abad ke-6 (Ul. 2). Sebagian besar dari Tawarikh (1 dan 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia) adalah dari periode pasca-Pembuangan dan didasarkan pada catatan sejarah yang terdahulu (seperti Sejarah Ulangan), meskipun kitab ini juga bahkan berisi data terdahulu (seperti pembangunan yang dilakukan Hizkia di Yerusalem) yang tidak ada di dalam 1 dan 2 Raja-raja.4 Baik Sejarawan Deuteronomis maupun Tawarikh tertarik pada penafsiran kembali dan membentuk ulang sumbersumber yang lebih tua dan sumber-sumber kontemporer dalam rangka menciptakan sebuah masa lalu baru yang relevan dengan kekinian mereka dan bisa dimengerti oleh generasi-generasi baru. Dalam berbagai cara Alkitab mirip dengan kisah yang disusun secara canggih yang sedikit demi sedikit diakumulasikan, lapisan demi lapisan, tradisi demi tradisi, melewati abad-abad. Dalam beberapa kasus, materi-materi yang berasal dari strata yang lebih awal digunakan kembali dan dibentuk kembali menjadi konfigurasi-konfigurasi dan konteks-konteks baru dan berbeda. Ketika kami memeriksa bermacam-macam strata dari mite, legenda, sejarah, ode, dan suara kenabian yang tersimpan dalam timbunan banyak makna ini, menjadi jelas bahwa kami akan mensituasikan sebagian besar dari cara-cara hidup yang diungkapkan di dalam Alkitab dalam berbagai periode ke dalam Zaman Besi (1200 sM–586 sM). Di sana, di dalam kebudayaan wilayah tersebut, dalam suatu wilayah yang luasnya kira-kira sama dengan New Jersey, kami menemukan sejumlah korelasi dari adat-istiadat alkitabiah, inskripsi-inskripsi di luar Alkitab 4 Frank M. Cross, Canaanite Myth and Hebrew Epic (Cambridge: Harvard University Press, 1973); Richard E. Friedman, Who Wrote the Bible? (San Francisco: Harper, 1987); Theodore Hiebert, The Yahwist’s Landscape: Nature and Religion in Early Israel (New York: Oxford University Press, 1996).
4
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
yang sezaman, dan arkheologi yang secara kumulatif menuntun kita untuk menolak pandangan-pandangan yang sedang berlaku dari para kritikus yang menganggap ”Israel alkitabiah” merupakan sebuah fiksi yang belakangan diciptakan pada abad ke-4 sampai abad ke-2 sM, sebagai sebuah ungkapan dari pengalaman orang Yahudi pada era tersebut.5 Alkitab telah dipelihara dan dilindungi karena ia merupakan sebuah dokumen keimanan pada jantung Yudaisme dan Kekristenan. Sebagai ahli waris harta pening galan alkitabiah ini dan juga penafsirannya yang dilakukan oleh komunitas-komunitas orang beriman yang masih terus berlanjut, tugas kami untuk menceraiberaikan dan mencocokkan bagian-bagian dari Alkitab untuk tujuan kesejarahan – tujuan yang jelas tidak dimaksudkan oleh para penulis dan penyuntingnya – menjadi sulit dua kali lipat. Sebagai orang yang terbiasa dengan Alkitab, kita mungkin saja merasa sudah tahu semuanya. Keakraban mengenai Israel kuno semacam ini tidak seluruhnya menjamin dan kadang-kadang amat menyesatkan. Orang cuma butuh mengingat kembali potret-potret anakronistik (tidak sesuai dengan zamannya) dari dunia alkitabiah yang diajarkan di Sekolah Minggu atau pada seni elite dari Abad Pertengahan dan Renaisans, ketika tema-tema alkitabiah dilukiskan dengan pakaian, lingkungan, dan sikap dari sang seniman, bukan sebagai para protagonis dunia kuno. Keakraban kita yang mudah dengan tradisi-tradisi kuno sebagaimana dilihat melalui lensa Yudaisme dan Kekristenan ini sering kali mengaburkan perbedaan-perbedaan di antara mereka – orang-orang Israel – dan kita. Seperti yang ditekankan oleh David Lowenthal, ”masa lalu adalah sebuah negeri asing” di mana mereka melakukan hal-hal yang berbeda dengan kita.6 Masa lalu adalah eksotik dan asing, dengan pola-pola pikir dan perbuatan yang jauh jaraknya dari pola-pola kita.
Struktur Masyarakat Israel Seperti yang akan kita lihat, kehidupan orang Israel kuno tampaknya berfokus pada tatanan sosial yang tidak lagi dialami oleh orang modern. Bagi orang Israel, keluarga dan 5 Contohnya, Thomas L. Thompson, The Mythic Past: Biblical Archaeology and the Myth of Israel (New York: Basic Books, 1999); Niels Peter Lemche, ”Early Israel Revisited” Current in Research: Biblical Studies 4 (1996), hlm. 9-34; idem, Prelude to Israel Past: Background and Beginning of Israelite History and Identity (Peabody, Mass.: Hendrickson, 1998); Philip R. Davies, In Search of ”Ancient Israel”, JSOTSup 148 (Sheffield: Sheffield Academy Press, 1992). Untuk kritik yang bagus bagi posisi mereka, lihat Iain W. Provan, ”Ideologies, Literacy, and Critical Reflections on Resent Writing in the History of Israel”, JBL 114 (1995): hlm. 585-606; dan yang lebih baru dan secara menyeluruh, William G. Dever, What Did the Bibilical Writers Know and When Did They Know It?: What Archaeology Can Tell Us about Ancient Israel (Grand Rapids: Wim B. Eerdmans, 2001); juga, James Barr, History and Ideology in the Old Testament: Biblical Studies at the End of a Millennium (New York: Oxford University Press, 2000). 6 David Lowenthal, The Past Is a Foreign Country (Cambridge: Cambridge University Press, 1985).
Pendahuluan: Pentingnya Kehidupan Sehari-hari
5
kelompok kekerabatan yang diorganisasikan di seputar aktivitas pertanian memberikan elemen-elemen dasar bagi kehidupan sehari-hari dan melahirkan simbol-simbol yang dengannya tatanan yang lebih tinggi – ruang lingkup politik dan kosmologis – dimengerti dan dihadirkan.7 Teori Max Weber mengenai otoritas patrimonial, jika dikombinasikan dengan terminologi Israel untuk mengerti diri sendiri, menyediakan sebuah lensa yang kuat untuk melihat keselur uhan struktur masyarakat dan cara hidup orang Israel itu.8 Kita melihat sebuah struktur tiga tingkat yang didasarkan pada suatu seri gugusan rumah tangga. Pada tingkat dasar di dalam rumah tangga nenek moyang, atau rumah tangga patriarkhal, yang dikenal di dalam Alkitab sebagai bêt ’āb, yang secara harfiah berarti ”rumah tangga sang bapa”. Pada tingkat negara atau kerajaan kesukuan, di Israel kuno dan juga di politik negara tetangga, raja berfungsi sebagai bapa keluarga, rakyatnya bergantung pada hubungan-hubungan personal dan ketaatan padanya, sebagai gantinya mereka mengharapkan perlindungan dan pertolongan. Sebagai penguasa dan pemilik tanah, sang raja mengepalai rumahnya (bait), yang meliputi keluarga-keluarga dan rumah-rumah tangga di selur uh kerajaan. Demikianlah pada sebuah prasasti yang berasal dari abad ke-9 sM, yang ditemukan di Dan dan yang lainnya dari Moab, wilayah kerajaan Yehuda sebelah selatan ditunjuk sebagai ”rumah tangga Daud” (byt dwd), sebagaimana wilayah kerajaan Israel sebelah utara dikenal sebagai ”rumah tangga Omri” (bīt Humri) dalam tarikh Asyur. Namun, sang raja tidaklah mewakili puncak model kemasyarakatan ini; Yahweh-lah (dalam kasus Israel) yang lebih merupakan Sang Tuan patrimonial. Ia adalah otoritas patrimonial utama atas anak-anak Israel, yang terikat pada-Nya melalui perjanjian sebagai umat-Nya (’am) atau umat-dalam-ikatan hukum.9 Maka, kekuasaan raja manusia dan ilahi secara gampangnya merupakan bentuk-bentuk kekuasaan patrimonial yang lebih menyeluruh. Demikianlah kita menemukan rumah tangga bersarang dalam rumah tangga secara bertingkat-tingkat sesuai dengan hierarkhi sosial, tiap susunan menjadi lebih inklusif ketika seseorang bergerak dari tingkat domestik ke tingkat kerajaan kemu dian ke tingkat ilahi. Pada saat yang sama, keseluruhan struktur ini memperkuat dan melegitimasikan otoritas bapa keluarga pada tiap tingkat dari ketiga tingkatan itu. 7 Untuk sebuah perbincangan baru-baru ini mengenai elemen-elemen struktur sosial orang Israel dalam berbagai periode, demikian juga dengan kesulitan-kesulitan untuk menemukan dan menata lagi elemen-elemen tersebut, lihat Paula M. McNutt, Reconstructing the Society of Ancient Israel, LAI (Louisville, Ky.: Westminster John Knox; London: SPCK, 1999). 8 Lihat Lawrence E. Stager, ”The Archaeology of the Family in Ancient Israel”, BASOR 260 (1985): hlm. 2528; idem, ”Forging an Identity: The Emergence of Ancient Israel”, di dalam The Oxford History of the Biblical World, ed. M.D. Coogan (New York: Oxford University Press, 1998), hlm. 149-51, 171-172. Untuk perkembangan Model Rumah Tangga Patrimonial yang paling anggun dan penerapannya pada kebudayaan di seluruh dunia kuno, lihat J. David Schloen, The House of the Father as Fact and Symbol: Patrimonialism in Ugarit and the Ancient near East (Cambridge: Harvard Semitic Museum, 2001). 9 Frank M. Cross, From Epic to Canon: History and Literature in Ancient Israel (Baltimore: Johns Hopkins University Press, 1998), hlm. 3-21.
6
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Meskipun struktur ini terulang pada seluruh hierarkhi sosial, ketika berbagai tingkatan patrimonialisme dicapai, skala dan fungsinya mengalami perbedaan. Keluarga dan rumah tangga menyediakan simbol inti di mana berdasarkan simbol itu orang Israel kuno menciptakan dunia mereka, suatu dunia yang di dalamnya para anggota masyarakat tersebut mengekspresikan relasinya satu sama lain, relasinya dengan para pemimpin (entah ”hakim”, atau kemudian ”raja”), dan relasinya dengan yang ilahi. Melalui lensa ini kita melihat monarkhi Israel tidak sejenis dengan lembaga perkotaan ”orang asing” (baca: ”orang Kanaan”) yang ditempelkan di atas suatu egalitarian yang ogah-ogahan, masyarakat kesukuan yang didasarkan pada keke rabatan, yang melalui konflik dan kontradiksi internal menjadi suatu masyarakat penuh pertentangan kelas yang didominasi oleh elite perkotaan yang menindas. Khayalan ini, yang di dalamnya kekuasaan raja membatalkan kekuasaan keluarga dan membangkitkan kesadaran kelas, adalah sedikit melebihi dialektika Karl Marx dalam samaran modern, di mana masyarakat berkembang dari ”komunalisme primitif ” ke ”masyarakat budak” dengan tuan-tuan yang menguasai alat-alat produksi. Melalui model patrimonial tiga tingkat dari masyarakat Israel, kita dapat mengerti bagaimana kekuasaan raja di Israel, seperti juga di tempat lain, dapat menjadi sebuah lembaga yang cocok dengan bentuk-bentuk kekuasaan patriarkhal yang lain. Dipan dang dari perspektif ini, dikhotomi rural-urban kelihatan lebih seperti sebuah khayalan daripada sebuah realita di Israel kuno. Tentu saja terdapat ketidaksamaan hak, baik dalam pra-monarkhi maupun dalam monarkhi Israel, tetapi jenjang sosial berdasarkan garis kelas dan kesadaran kelas tidak ada. Hubungan-hubungan vertikal, hubungan dua pihak antara atasan dan bawahan adalah berbeda jenis dari dan jauh lebih beraneka ragam daripada yang diizinkan oleh kesadaran kelas. Istilah ‘ebed (hamba/budak) dapat ditujukan kepada siapa saja mulai dari seorang budak sampai seorang pejabat tinggi pemerintahan, seperti tertera dalam segel-segel tertentu yang menunjuk pada ‘ebed hammelek, ”pelayan raja”.10 Konteks sosial dari rujukan-rujukan ini haruslah diketahui untuk mengerti terminologinya. Dalam suatu masyarakat di mana variasi-variasi yang tak terhitung jumlahnya di dalam tatanan patrimonial dimungkinkan, tidaklah sulit untuk membayangkan bahwa seorang petani seperti Saul atau seorang gembala seperti Daud dapat menjadi raja. Karena kedudukan raja bukanlah merupakan sebuah lembaga yang asing, maka lembaga ini dapat diidealisasikan menjadi eskhatologi mesianik lama setelah punahnya monarkhi.
10 Sebagai contoh, segel no. 6-11, di dalam Nahman Avigad dan Benjamin Sass, Corpus of West Semitic Stamp Seals (Jerusalem: Israel Exploration Society, 1997).
Pendahuluan: Pentingnya Kehidupan Sehari-hari
7
Pekerjaan para Arkheolog Suatu ketika para arkheolog alkitabiah mendapati bahwa tak perlulah mengumpul kan tulang-belulang manusia dan binatang, sisa-sisa tanaman, atau contoh-contoh geologis. Penggalian, pengumpulan, dan penganalisisan benda-benda ini adalah cara yang mahal dan berlebihan untuk mempelajari apa yang oleh banyak arkheolog anggap sudah diketahui dari membaca Alkitab. Arkheologi – khususnya arkheologi alkitabiah – adalah untuk melayani tujuan yang lebih tinggi: ia tidak hanya harus menjelaskan manuskrip, tetapi juga mengabsahkan kesejarahan peristiwa-peristiwa dan tokoh-tokoh seperti yang dikisahkan di dalam Alkitab, dengan asumsi yang canggih (atau tidak begitu canggih) bahwa melakukan hal itu berarti mengakui kebenaran pesan-pesan dan klaim-klaim teologisnya. Arkheolog alkitabiah yang besar, G. Ernest Wright, pernah mendefinisikan disiplin ilmu ini dengan cara seperti ini: Arkheologi alkitabiah adalah sebuah variasi ”lengan kursi” yang khusus dari arkheologi umum. Arkheolog alkitabiah pada dirinya sendiri bisa jadi seorang arkheolog atau bukan, tetapi ia mempelajari penemuan hasil penggalian dalam rangka mengumpulkan sedikit demi sedikit dari penemuan-penemuan itu tiap fakta yang menerangi Alkitab secara langsung, atau tidak langsung atau bahkan agak samar-samar. Ia harus dengan cerdik menaruh minat pada stratigrafi dan tipologi, yang atasnya metodologi arkheologi mendasarkan diri …. Namun, minat utamanya bukanlah pada metode atau pot atau senjata-senjata itu sendiri. Pusat dan keasyikan minatnya adalah untuk mengerti dan menjelaskan Kitab Suci. Dengan demikian, penelitian yang intensif dari arkheolog alkitabiah adalah buah dari minat yang vital terhadap sejarah yang oleh Alkitab telah ditanamkan di dalam diri kita. Maka kita tidak dapat mengasumsikan bahwa pengetahuan atas sejarah alkitabiah tidaklah hakiki bagi iman. Teologi alkitabiah dan arkheologi alkitabiah harus berjalan beriringan, jika kita hendak mengerti makna Alkitab.11
Menurut pandangan ini, arkheologi alkitabiah ditujukan untuk menerangi tokoh-tokoh besar dan peristiwa-peristiwa yang membentuk sejarah orang-orang Israel. Tentu saja, tujuan semacam itu merupakan sebuah aktivitas yang sangat mahal – mencari ”lembu emas” di tengah-tengah semua benda yang semuanya merupakan reruntuhan – daripada membuat ”benda-benda yang biasa saja” yang merupakan temuan terbanyak dari arkheologi. Hanya, kadang-kadang saja peristiwa dan orang-orang besar dalam cerita sejarah dapat dikaitkan dengan arkheologi. Dan, itu biasanya peristiwa katastropik – arkheologi mengenai kehancuran – yang membuat hal itu mungkin: sebagai contoh, kehancuran yang mirip satu dengan lainnya dari Firaun Shishak (Sheshonq) pada tahun 925 sM; kehancuran Lakhis (Level III) oleh kaisar Asyur, Sanherib pada tahun 701, 11 G. Ernest Wright, Biblical Archaeology (Philadelphia: Westminster, 1957), hlm. 17. Untuk pandangannya yang paling mutakhir mengenai arkheologi alkitabiah, dimana ia menyajikan sebuah analisis yang sudah menyatakan terlebih dahulu hasil-hasil setelah proses, lihat ”The ’New’ Archaeology”, BA 38 (1975): hlm. 104-15.
8
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Ilustrasi 1: Rekonstruksi Lakhis, Level III (Kepala Expedition to Lachish, David Ussishkin, Direktur; Gambar: Judith Dekel).
dan kebijakan bumi hangus oleh Raja Nebukadnezar dari Babel di seluruh Palestina pada tahun 604 sM, dan di Yehuda dan Yerusalem pada tahun 586 sM. Relatif, sampai saat ini dalam sejarah dari arkheologi modern, para leluhur, penguasa militer, raja, tentara dan musuh-musuh mereka, masyarakat Israel dalam hubungan langsung dan khusus dengan ilah, dan karir mereka yang menempati pusat panggung. Orang-orang besar, peristiwa-peristiwa kosmis, dan kelompokkelompok khusus telah menjadi pusat perhatian dan analisis. Tentu saja, sejarah politik, militer, dan agama tidak boleh disangkal, apa yang dilecehkan oleh Fernand Braudel sebagai ”l’histoire evenementielle”, peristiwa-peristiwa sejarah yang singkat, cepat berubah – ”gemuruh di permukaan, puncak-puncak buih yang dibawa di atas punggung yang kuat dari gelombang sejarah”.12 Meskipun demikian, perhatian kami di dalam buku ini akan lebih berkaitan dengan ”conjoncture”-nya (gabungan peristiwa penting) – peristiwa yang keberlangsungannya cukup lumayan lamanya, yang meliputi sejarah demografi, sosial, dan ekonomi – dan ”la longue duree” – peristiwa sejarah yang berlangsung lama, yang meliputi kondisi-kondisi geografi, cuaca, dan lingkungan, juga hubungan kita dengan kondisi-kondisi tersebut yang tak mengalami perubahan atau yang perubahannya lambat. Tentu saja, ada saat-saat yang disebut kairotic ketika hal-hal yang mempunyai perbedaan durasi atau perbedaan rentang waktu ini saling berpapasan, ketika peristiwa yang berlangsung lama menimbulkan peristiwa-peristiwa dan tokoh-tokoh yang berdurasi singkat yang mempunyai akibatakibat yang berlangsung lama. Maka, bagi maksud-maksud kita, tidak menjadi soal apakah kisah-kisah alkitabiah adalah ”benar” dalam arti positivistik seperti yang dimaksud oleh beberapa ahli sejarah dan beberapa sarjana alkitabiah. Cukuplah untuk sekadar tahu bahwa orang-orang 12 Fernand Braudel, The Mediterranean and the Mediterranean World in the Age of Philip II, 2 volume, diterjemahkan dan disunting oleh Sean Reynold (London: Collins, 1972), hlm. 21.
Pendahuluan: Pentingnya Kehidupan Sehari-hari
9
Israel kuno percaya bahwa kisah-kisah itu memang benar. Cerita-cerita harus melalui beberapa pengujian apakah itu ada kemungkinan untuk terjadi, yaitu mempunyai penampilan memang terjadi atau riil. Dalam arti ini, kesaksian alkitabiah dan banyak lagi kesaksian kuno lainnya, meskipun mencukupi diri sendiri dan sangat tendensius, menjadi benih saja bagi pabrik penggilingan sejarawan budaya. Sebagai seorang ahli sejarah budaya besar yang pertama, Jacob Burckhardt, yang menulis tentang Yunani pada abad ke-19, mengingatkan kita: ”Material yang disajikan tanpa tujuan, dengan cara yang tidak punya pamrih atau bahkan dengan suka rela oleh sum ber-sumber dan monumen-monumen …. menyingkapkan rahasia sumber-sumber dan monumen-monumen itu tanpa sadar dan bahkan, secara paradoksal, melalui perluasan-perluasan yang bersifat khayalan, terlepas dari detail-detail material yang dilaporkan dan diagungkan oleh sumber-sumber dan monumen-monumen itu, dan dengan demikian bersifat instruktif ganda bagi sejarawan budaya”.13 Dalam penda huluan untuk karya Burckhardt, sarjana klasik Oswyn Murray, dengan menyadur Burckhardt, mengatakan: Tidaklah menjadi masalah apakah kisah-kisah yang dipakainya benar, selama kisah-kisah itu dipercayai sebagai benar. Dan, bahkan sebuah pemalsuan merupakan sebuah potongan bukti yang penting untuk suatu periode yang melakukan hal itu, karena pemalsuan itu menyingkapkan konsepsi-konsepsi dan kepercayaan-kepercayaan tentang masa lalu zaman tersebut secara lebih jelas ketimbang sebuah artikel yang asli. Prinsip penyingkapan tanpa sadar melalui representasi ini … adalah salah satu dari alat-alat yang paling kuat dalam studi ahli sejarah modern mengenai mentalitas-mentalitas. Seperti yang dilihat oleh Burckhardt dengan sangat jelas, hal ini memberikan sebuah solusi bagi perdebatan-perdebatan steril dari positivisme mengenai apakah sebuah fakta itu benar atau tidak, dan bagaimana sebuah ungkapan seperti itu dapat dipastikan; sejarah budaya terutama tertarik pada kepercayaan dan sikap-sikap, ketimbang pada peristiwa-peristiwa – dan oleh sebab itu, kesalahan-kesalah an sering kali lebih berharga ketimbang kebenaran-kebenaran.14
Irama Kehidupan
Jurang di antara kita dan orang-orang kuno terus melebar sejauh kita bergerak terus menjauhi akar-akar agraris kita. Sekarang ini kurang dari 2% penduduk Amerika Serikat adalah kaum tani. Di Israel kuno, kebalikannyalah yang terjadi. Hampir tiap orang, bahkan mereka yang hidup di kota-kota kerajaan, seperti Yerusalem dan Samaria, terlibat dengan pertanian dalam beberapa seginya dan selalu berjumpa dengan ternak, ke mana pun mereka pergi. Dua dari pintu gerbang utama yang menuju Yerusalem Jacob Burckhardt, The Greek and Greek Civilization, diterjemahkan dan disunting oleh Sheila Stern, dengan sebuah pendahuluan oleh Oswyn Murray (New York: St. Marrtin’s Press, 1998), hlm. 5. 14 Oswyn Murray, dalam Burckhardt, The Greek and Greek Civilization, hlm. xxxi. 13
10
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
pada Zaman Besi, diberi nama dari binatang-binatang yang diperjualbelikan di sana: Pintu Gerbang Domba (Neh. 3:1, 32; 12:39) dan Pintu Gerbang Ikan (2 Taw. 33:14; Neh. 3:3; 12:39; Zef. 1:10). Kehidupan agrikultural diatur oleh sebuah ”kalender” yang sangat berbeda dengan kalender kita. Buku-buku agenda (perjanjian) dan perencanaan kita me nandai hari, bulan, tahun, dan bahkan pukul berapa sesuatu harus dilakukan. Ada banyak durasi dalam masa-masa pra-modern: harian yang di dalamnya sese orang bangun bersama terbitnya matahari dan tidur ketika matahari terbenam; atau aktivitas-aktivitas musiman yang bergerak di seputar bercocok tanam dan menggembalakan ternak. Mereka tidak terbiasa menggunakan jam yang meng atur waktu menjadi jam dan menit. Masa kuno merupakan sejenis ”tekstur yang berbeda”.15 Sebagaimana akan kita lihat di dalam Bab 3, kalender Gezer menekankan polapola musim tahunan agrikultural, agaknya ketika perayaan-perayaan seperti perayaan anggur (lihat contoh di Silo di dalam Hak. 21), minggu-minggu (šābu’ôt), Tabernakel (sukkôt), Paskah (pesakh-masysyôt), atau pencukuran domba dirayakan. Salah satu dari pesta jamuan yang paling penting adalah pengorbanan tahunan, yang dikenal sebagai zebakh hayyāmîm, yang didesain untuk memperkuat solidaritas suku atau puak (mîšpākhâ). Peristiwa pengorbanan dan pesta jamuan ini ”digunakan untuk melegitimasi dan mempertahankan sebuah tatanan sosial yang didasarkan pada keturunan berdasarkan garis patrilineal; untuk memberikan verifikasi publik yang dapat diobservasi mengenai keanggotaan suku; dan untuk menandaskan status hierarkhis dalam kelompok dengan cara sebuah pembagian porsi atau ”potongan” binatang korban sesuai dengan kedudukan seseorang”.16 Dalam hal ini, dihayati bahwa nenek moyang yang sudah meninggal juga ikut berpartisipasi. Pentingnya jamuan suku ini dapat dilihat dari kisah Daud, yang tidak memenuhi undangan Raja Saul dan kembali pada klannya sendiri di Betlehem untuk merayakan di sana pesta selama dua hari pada bulan baru (1 Sam. 20:5-6, 28-29). Kehidupan petani, hubungan kekerabatan, barang-barang domestik, rutinitas hari-hari dan tahun-tahun, dan detail-detail keduniawian lain seperti itu memainkan peranan yang jauh lebih besar pada halaman-halaman Alkitab Ibrani ketimbang yang mungkin biasanya kita sadari. Semua hal itu dituangkan dalam cerita, hukum, catatan sejarah, nyanyian, kritik kenabian, dan ucapan kebijaksanaan kadang-kadang sebagai segi-segi yang menonjol, tetapi juga sering kali merupakan detail yang berupa latar belakang saja. Secara khusus, para pembaca akan jarang memperhatikan hal-hal 15 Jacques Barzun dan Henry F. Graff, ”A Medley of Mysteries: A Number of Dogs That Didn’t Bark”, di dalam Robin W. Winks, peny., The Historian as Detective: Essay on Evidence (New York: Harper, 1970), hlm. 213-31, lihat khususnya hlm. 229. 16 Joseph Blenkinsopp, ”The Family in First Temple Israel”, di dalam L.G. Perdue, dkk., peny.: Families in Ancient Israel (Louisville, Ky.: Westminster John Knox, 1997), hlm. 79.
Pendahuluan: Pentingnya Kehidupan Sehari-hari
11
tersebut pada awalnya, mungkin karena itu asing bagi konteks kita sendiri atau karena hal-hal itu cocok dengan pandangan atau stereotipe kita mengenai karakter kehidupan kuno. Di dalam Bab 2–6 kami akan menguraikan detail kehidupan sehari-hari dan mengorganisasikan mereka secara skematis untuk memudahkan diskusi. Namun, pada titik ini, kami akan mengambil satu cerita khusus sebagai contoh bagi elemen-elemen yang lebih luas dari dunia sosial, ekonomi, politis, agama, dan lingkungan yang dapat dirangkai dalam satu cerita tunggal. Dengan mengikuti diskusi awal ini, maka kami akan menuruti penggambaran fiktif tentang hari ”khusus” dalam kehidupan keluarga ini, dalam rangka menyampaikan suatu makna dari hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan yang dihadapi oleh banyak orang Israel kuno. Untuk melakukan hal itu, kami akan mendekati sumber-sumber yang bertipe sama yang pokok bagi semua sejarah sosial tentang zaman kuno – teks-teks sastra dari periode yang pada garisnya sama, temuan-temuan material oleh para arkheolog, pengetahuan tentang lingkungan, informasi tentang sarana-sarana kehidupan yang lebih mutakhir dalam konteks yang sama, dan sebuah imajinasi yang diinformasikan.
Mikha dan Lewi Sebuah narasi yang subur untuk keluarga pra-monarkhi dan kondisi sosialnya, dan bahkan juga bagi beberapa elemen dari kehidupan domestik dari periode yang berbeda, adalah Hakim-hakim 17–18, di mana adegannya berfokus pada rumah tangga Mikha, seorang tuan tanah kaya di Pegunungan Efraim. Rumah tangganya yang besar terdiri dari ibunya yang menjanda, putra-putranya, istri-istri dan anak-anaknya, dan seorang imam muda, yang merupakan seorang Lewi yang berkeliling (yang dirujuk sebagai na’ar, mungkin sebagai bujangan) dari Betlehem, yang diadopsi oleh Mikha dan diangkat sebagai imam kuil rumah tangga (bêt ’ĕlōhîm). Kuil ini dilengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan kultis, seperti sebuah efod dan terafim, juga dengan suatu patung kultis yang dilapisi dengan perak. Mikha menggaji petugas ritual ini secara tahunan dengan gaji, sebesar 10 keping perak, memberinya seperangkat pakaian, dan memenuhi kebutuhan nafkahnya. Petunjuk bagi sebuah efod dan terafim adalah kabur. Efod mungkin adalah sehelai pakaian suci atau sebuah benda ritual, seperti sebuah kotak. Di dalam sumber-sumber belakangan, efod sepertinya adalah sehelai jubah panjang yang dipakai oleh imam besar (Kel. 28:6). Sebuah penutup dada yang berisi Urim dan Tumim dilekatkan pada efod, mungkin dadu suci yang digunakan sebagai petunjuk ilahi. Para imam mungkin menggunakan peralatan ini untuk meramal masa depan. Terafim atau ”peralatan para dewa” berfungsi sebagai benda-benda kultis. Kadang-kadang benda-benda ini seukuran dengan manusia: ”Mikhal mengambil terafim dan menaruhnya di tempat tidur; ditaruhnya sehelai tenunan bulu kambing di bagian kepala dan ditutupinya dengan
12
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
selimut” (1 Sam. 19:13, 16). Pada lain kesempatan, terafim tampaknya berukuran kecil saja dan mudah dibawa-bawa: ”Adapun Laban telah pergi menggunting bulu dombadombanya. Ketika itulah Rahel mencuri terafim ayahnya … dan memasukkannya ke dalam pelana untanya, dan duduk di atasnya” (Kej. 31:19, 34). Tujuan utama dari kisah mengenai Mikha adalah untuk menceritakan bagaimana seorang iman dari Betlehem di daerah Yehuda, tempat kelahiran Raja Daud dan ru mah bapa leluhurnya, datang untuk memimpin pusat keagamaan di wilayah utara, di Dan. Kisah ini adalah sebuah etiologi untuk mengabsahkan pusat kesucian ini dan memberinya sesosok keimaman Lewi yang tidak hanya mengklaim adanya hubungan dengan wilayah kekuasaan Daud di selatan, tetapi juga berhubungan dengan Mushite. Bahwa kisah ini berfungsi untuk kepentingan wilayah Kerajaan Utara setelah terjadinya pepecahan kerajaan adalah sudah jelas; meskipun demikian, yang melekat pada kisah itu adalah hubungan dan pengaturan keluarga yang secara tepat merefleksikan realitasrealitas tanah pegunungan pada abad ke-12 sampai abad ke-10. Menurut kisahnya, bani Dan mencuri peralatan kuil Mikha dan membawa si Lewi ke tempat yang baru dirampasnya di wilayah Lais sebelah utara, di mana mereka menetapkan ibadat bagi Yahweh. Wilayah bani Dan yang asli adalah terletak di sebelah barat daya, dibatasi oleh Efraim di sebelah utara, Benyamin di sebelah timur, Yehuda di sebelah selatan, dan daratan pantai di sebelah barat. Bani Dan bermigrasi dari barat daya ke ujung timur laut dari Tanah Kanaan di wilayah pegunungan. Lapisan VI kehancuran di Tell Dan diidentifikasikan dengan penaklukan bani Dan atas Lais, yang diubah namanya menjadi Dan, pada awal abad ke-12. Lempengan gerabah yang pinggirannya diberi ukiran ornamen tampak pertama kali pada Lapisan VI di Dan. Lempengan gerabah ini, buyung gerabah untuk mewadahi air, anggur, minyak, dan biji-bijian, merupakan ciri khas benda-benda peradaban Israel Zaman Besi. William F. Albright, yang diikuti oleh Yohanan Aharoni (lihat Bab 3), mengaitkan jenis buyung ini sebagai eksklusif barang orang Israel, tetapi lempengan gerabah yang sama juga ditemukan di Lembah Yordan, di wilayah orang Ammon, demikian juga di Utara. Situssitus Yordan Timur, di mana lempengan gerabah yang pinggirannya berornamen ditemukan termasuk di Sahab, Tell Deir’Alla, Tell ell-Mazar, dan benteng Amman. Sejumlah besar lempengan gerabah ini juga ditemukan di Megido orang Kanaan. Mikha sebagai bapa keluarga mengepalai keluarga-keluarga lain dalam rumpun keluarga yang tinggal di halaman yang sama, termasuk anak-anaknya (dan keluarga mereka) yang menempati rumah-rumah dalam kumpulan keluarga itu dan berada di bawah otoritas Mikha, yaitu ”orang-orang yang hidup di rumah-rumah yang berada di dalam (atau di bawah otoritas) rumah tangga Mikha” (babbāttîm ’ăser ’im-bêt mîkâ, Hak. 18:22).17 Seperti yang akan didiskusikan lebih detail pada Bab 2, kelompok ini terdiri 17 Untuk ’im yang berarti ”otoritas”, lihat Ephraim a. Speiser, Genesis, AB 1 (Garden City, N.Y.: Doubleday, 1964), hlm. 170, 247.
Pendahuluan: Pentingnya Kehidupan Sehari-hari
Khirbet Raddana
13
Situs R Il. 2: Raddana (Situs R): Rancangan blok yang terdiri dari dua rumah berpilar dengan tembok yang dipakai bersama: ruang belakang menjadi bagian dari sebuah konstruksi yang mungkin berfungsi sebagai sebuah tembok luar untuk tempat itu: Zaman Besi I (seizin dari Z. Lederman: ”An Early Iron Age Village at Khirbet Raddana: The Excavations of J.A. Callaway” (disertasi doktoral, 1999).
Il. 3: Raddana (Situs S). Rancangan blok dari gabungan rumpun keluarga, terdiri dari rumah-rumah yang mempunyai 2-3 ruang dengan pilar-pilar; tertangal Zaman Besi I (seizin dari Z. Lederman: ”An Early Iron Age Village at Khirbet Raddana: The Excavations of J.A. Callaway” (disertasi doktoral, 1999).
Khirbet Raddana Situs S
Il. 4: Raddana (Situs T): Rancangan blok dengan tiga atau lebih rumah-rumah berpilar; tertanggal akhir abad ke-12 atau awal abad ke-11 sM (saduran dari Z. Lederman: ”An Early Iron Age Village at Khirbet Raddana: The Excavations of J.A. Callaway” (disertasi doktoral, 1999).
Raddana Situs T
92
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Il. 31: Labu liar (Citrullus colocynthis). Sejenis labu di mana beberapa desain arsitektur bagian dalam dari Bait Salomo dipolakan menurut buah ini; juga kolom penyangga langit-langit pada pintu gerbang di Tel Dan (Seizin D. Darom).
puteri bangsaku?” (Yer. 8:22). Ini tampaknya merupakan pertanyaan sarkastik atau retorik. Di dalam sebuah penghakiman terhadap Mesir, Yahweh mencela: ”Pergilah ke Gilead mengambil balsam (syŏrî), hai anak dara, puteri Mesir! Sia-sia engkau memakai banyak obat, kesembuhan tidak akan kaudapat!” (Yer. 46:11). Dalam sebuah ucapan ilahi terhadap keruntuhan Babel, Yahweh berkata: ”Tiba-tiba Babel jatuh dan pecah, ratapilah dia! Ambillah balsam (sori) untuk lukanya, mungkin ia menjadi sembuh!” (Yer. 51:8). Ayat-ayat ini, digabungkan dengan julukan yang dilontarkan oleh Ayub, ”tabib tak berguna” (rōp’ê ’ĕlil) (Ayb. 13:4), dengan kuat menyiratkan bahwa di dalam dunia Alkitab para tabib dan pengobatan mereka dipandang sebagai tak berguna dan bahwa Yahweh adalah satu-satunya tabib (rōpē’).81 Minyak sayuran (lĕbōnâ, ”yang putih”) dan mur (mōr) digunakan untuk pemeliharaan kesehatan di dunia kuno; namun yang lebih sering, keduanya diolah di pabrik kosmetik dan parfum, dan kebanyakan dalam konteks religius (Kel. 30:34). Minyak sayuran (Frankincense yang berasal dari bahasa Prancis kuno, franc encens, ”wewangian murni”) adalah suatu wewangian yang terbuat dari getah damar yang ditiriskan dari pohon Boswelia yang tumbuh di selatan Arab, India, dan di tempat-tempat lain. Diimpor ke Yehuda dari Syeba (Yes. 60:6; Yer. 6:20), minyak sayuran dicampurkan dengan terpentin pohon dan rempah-rempah menghasilkan balsem dan mur. Mur diperoleh dengan meniris kulit kayu dari berbagai pohon yang termasuk ke dalam genus Commiphora. Di samping sebagai kosmetik, mur dipakai sebagai bahan kandungan obat. 81
Avalos, Illness and Health Care, hlm. 287-90.
Sarana-sarana Kehidupan
97
Bab 3
Sarana-sarana Kehidupan
Alkitab menggambarkan tanah Kanaan sebagai ”suatu negeri dengan gandum dan jelainya, dengan pohon anggur, pohon ara dan pohon delimanya; suatu negeri dengan pohon zaitun dan madunya; suatu negeri, di mana engkau akan makan roti dengan tdak usah berhemat, di mana engkau tidak akan kekurangan apa pun” (Ul. 8:8-9). Menurut Yehezkiel 27:17, Yehuda dan ”tanah Israel” mengekspor gandum, buah ara, buah madu,1 minyak zaitun, dan şŏrĭ (”getah terpentin” atau ”terpentin”). Kejadian 43:11 melaporkan bahwa produk terbaik dari tanah itu dibawa oleh saudara-saudara Yusuf ke Mesir sebagai hadiah: şŏrĭ, dĕbaš (”madu”), nĕkō’t (”tanaman obat”), lōt (”larutan opium”), boţnîm (”buah kenari”), dan šĕqēdîm (”buah badam” atau almond).2 Gambaran tentang buah-buahan yang berasal dari Tanah yang Dijanjikan ini mem punyai kesejajaran yang mencolok dengan kisah mengenai Sinuhe dan buah-buahan dari tanah Yaa. Sinuhe, seorang pejabat Mesir di istana Amenemhet I, meninggalkan negerinya dengan suka rela untuk tinggal di tanah Yaa yang subur (mungkin Kanaan). Ia memberikan informasi tentang keadaan politik dan sosial pada tahun sekitar 20001900 sM: ”Tanah ini adalah tanah yang baik, bernama Yaa. Pohon-pohon ara ada di sini, dan anggur. Tanah ini memiliki lebih banyak anggur daripada air. Madu sangat berlimpah ruah, pohon-pohon zaitunnya sangat lebat. Tiap (jenis) buah bergelantungan di pohonnya masing-masing. Jelai ada di sana, dan gandum” (ANET, hlm. 19). Alkitab menegaskan bahwa tanah Israel adalah milik Allah tetapi dipercayakan kepada para raja dan rakyatnya. Sebagai wakil dari raja surgawi, raja duniawi dipandang sebagai pemilik tanah agrikultural. Agrikultur, sebagai basis ekonomi di Israel kuno, Jacob Milgrom, Leviticus 1-16, AB 3 (New York: Doubleday, 1991), hlm. 189-90. Harold N. Moldenke dan Alma L. Modenke, Plants of the Bible (New York: Ronald Press, 1952), hlm. 51-52, 77; F. Nigel Hepper, Baker Encyclopedia of Bible Plants (Grand Rapids: Baker Book House, 1992), hlm. 147-48. 1 2
97
98
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
secara praktis mempengaruhi tiap segi kehidupan sehari-hari, khususnya keagamaan, ekonomi, hukum, dan wilayah sosial. Untuk menggambarkan berbagai aspek dari kehidupan sehari-hari, teks-teks alkitabiah merujuk secara terus-menerus pada agrikul tur dalam arti harfiah, dan hampir sama seringnya merujuk pada agrikultur dalam arti figuratif, alegoris, atau simbolik. Amos menggambarkan zaman baru dalam istilah tentang kesuburan tanah ketika tanaman begitu berlimpah ruah sehingga aktivitasaktivitas agrikultur pada satu musim tidak kunjung selesai sampai tiba waktu agrikultur berikutnya. ”Saatnya pasti tiba, kata Yahweh, ketika orang yang membajak akan me nyusul orang yang menuai, dan pemanen buah anggur akan menyusul orang yang menaburkan benih. Sari anggur (‘āsîs) akan meleleh turun dari gunung-gunung, dan bukit-bukit akan dialiri olehnya (Am. 9:13). Kalender kultis Israel tampak di dalam Pentateukh dengan banyak variasi, tetapi pada dasarnya kalender perayaan-perayaan tradisional dikaitkan dengan kehidupan agrikultural. Kalender liturgis yang direvisi di dalam Kitab Ulangan (16:16-17) mencer minkan perayaan-perayaan yang berkarakter pengembaraan. Paskah (pesakh) dan perayaan Roti Tak Beragi, aslinya adalah dua ritus yang terpisah, untuk merayakan panen jelai. Perayaan Mingguan atau Pentakosta (šābu‘ôt) menandai selesainya panen gandum. Tabernakel (sukkôt), sebuah festival musim gugur, merayakan berakhirnya pekerjaan agrikultural; nama pesta ini sebelumnya adalah Pengumpulan Hasil (Kel. 23:16). Rujukan-rujukan pada ”Tabernakel” atau ”Pondok” berasal dari praktik kehi dupan dalam tenda-tenda portabel selama tujuh hari festival. Sebagai tambahan dari ibadat-ibadat tahunan ini, banyak persembahan korban dan persembahan lainnya yang dikaitkan dengan peribadatan, yang pada hakikatnya bersifat agrikultural (Bil. 18:8-32).
Pertanian dan Hewan Ternak Kondisi Fisik Geografis dan Cuaca Cuaca mempunyai pengaruh penting terhadap aktivitas-aktivitas kehidupan sehari-hari, khususnya pada agrikultur. Iklim tanah Palestina adalah iklim subtropis dan tidak berubah secara berarti sejak zaman Alkitab. Angin di Palestina umumnya datang dari arah barat, angin barat Timur Tengah. Sebagai aturan umum, curah hujan makin berkurang dari utara ke selatan, dan dari barat ke timur. Namun, sementara curah hujan pada umumnya menurun pada wilayah yang makin menjauh dari laut, ada zona Timur Tengah di sebelah timur Lembah Yordan, seperti wilayah-wilayah bagian Gilead, Amnon, dan Moab, yang mempunyai curah hujan seperti wilayah sebelah barat Yordan. Dalam suatu masyarakat agrikultural yang bergantung pada tingkah laku curah hujan, kapan hujan turun sama pentingnya dengan jumlah curah hujannya. Bahwa
Sarana-sarana Kehidupan
99
hujan datang tepat pada waktunya dari sudut pandang kaum tani adalah sangat penting, seperti yang diindikasikan oleh kecaman Yeremia: ”Mereka (kaum pemberontak) tidak berkata dalam hatinya: Baiklah kita takut akan Tuhan, Allah kita, yang memberi hujan pada waktunya, hujan pada awal musim maupun hujan pada akhir musim, dan yang menjamin bagi kita minggu-minggu yang tetap untuk panen” (Yer. 5:24). Palestina hanya punya dua musim – musim kering pada musim kemarau, dari bulan Mei-Juni sampai bulan September, yang pada umumnya tidak ada hujan; dan musim penghujan mulai pertengahan bulan Oktober sampai Maret, dengan hujan merata hampir di selu ruh Palestina pada bulan antara November dan Februari. Petunjuk betapa pentingnya curah hujan bagi agrikultur ditunjukkan oleh kenyataan bahwa bahasa Ibrani mempunyai beberapa kata untuk hujan, māţār merujuk pada hujan secara umum, yôreh dan malqôs adalah kata-kata untuk awal dan akhir musim penghujan. ”Maka Ia (Yahweh) akan memberikan hujan (mĕţar) untuk tanahmu pada masanya, hujan awal (yôreh) dan hujan akhir (malqôš), sehingga engkau dapat mengumpulkan gandummu, anggurmu dan minyakmu” (Ul. 11:14). yôreh, hujan awal yang datang pada musim gugur, memperlunak tanah, sehingga siap untuk dibajak dan ditaburi. gesĕm, hujan lebat musim dingin, menggenangi tanah dan mengisi kembali bak-bak air. malqôš, hujan akhir musim semi, membantu pertumbuhan gandum dan jelai. Embun (ţal), uap kelembaban udara, memberikan tambahan yang berharga selain curah hujan, khususnya ketika tidak ada hujan atau di mana curah hujan tidak tepat. Teks-teks alkitabiah dan eksperimen-eksperimen ilmiah yang dilakukan di Negev menunjukkan bahwa tanaman-tanaman mendapat keuntungan dari embun. Ulangan 33:28 menyatakan pentingnya embun: ”Maka Israel diam dengan tenteram dan sumber Yakub diam tidak terganggu di dalam suatu negeri yang ada gandum dan anggur; bah kan langitnya menitikkan embun”. Meskipun curah hujan cukup, tanaman bisa saja mengalami kegagalan karena kekeringan, penyakit, atau hama belalang, seperti yang sering disebutkan oleh para nabi. Belalang memakan hampir semua jenis tanaman di sepanjang perjalanan mereka, dan bangkai-bangkainya menutupi sumur-sumur dan saluran air.3 Baik Amos (7:1) dan Yoel (1:4; 2:5) berkata tentang akibat kehancuran yang disebabkan oleh wabah belalang; inilah peristiwa yang diramalkan oleh Yoel: ”Apa yang ditinggalkan belalang pengerip (gāzām) telah dimakan belalang pindahan (‘arbeh), apa yang ditinggalkan be lalang pindahan telah dimakan belalang pelompat (yāleg), dan apa yang ditinggalkan belalang pelompat telah dimakan belalang pelahap (khāsil)” (1:4). Alkitab mempunyai selusin istilah untuk ”belalang”, ‘arbeh adalah istilah generik; tetapi pengidentifikasian belalang ini secara spesifik hanyalah merupakan rekaan. Sebagai contoh, para penafsir tidak setuju tentang apakah empat kata di dalam Kitab Yoel (di atas) merujuk pada 3 Beberapa spesies belalang dapat dimakan, dan bahkan dianggap gurih untuk dimakan mentah-mentah atau dibakar.
100
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
tahap-tahap perkembangan yang berbeda dari si serangga atau merujuk pada jenisjenis serangga yang berbeda. Ketika membagi-bagi tanah Kanaan di antara suku-suku Israel, Yosua menetapkan ”wilayah perbukitan” (har) sebagai ”rumah Yusuf ” (Yos. 17:18). Penandaan topografis ini merujuk pada punggung bukit tengah atau tulang punggung Palestina, yang terletak antara Dataran Pantai dan Lembah Yordan. Ketika orang Israel menetap di wilayah perbukitan, mereka harus membabat hutan di lereng-lereng dan mengganti pohonpohon dengan petak-petak buatan supaya dapat membuat tanah yang cukup baik untuk ditanami. Jika digarap dan dipelihara secara intensif, petak-petak tanah berfungsi untuk memelihara tanah dan pada saat yang sama dapat menyimpan air hujan. Pohon-pohon dan anggur adalah lebih cocok bagi lereng-lereng sempit berpetak ini; padi-padian lebih cocok untuk dataran dan lembah-lembah yang lebih lebar. Tahun Agrikultural Arkheologi dan paleobotani bersama-sama memberikan informasi yang berharga tentang kehidupan agrikultural di Israel kuno. Selama penggaliannya di Gezer, R.A.S. Macalister menemukan sebuah tanda peringatan kecil yang terbuat dari batu kapur, yang dikenal sebagai Kalender Gezer (Il. 33). Bertanggal paroan kedua abad ke-10 (pemerintahan Salomo), benda ini merupakan inskripsi Ibrani yang tertua. Lempengan dengan tujuh baris tulisan ini menggambarkan kegiatan-kegiatan agrikultural selama rentang waktu dua belas bulan, dengan waktu yang dibagi-bagi menurut aktivitas musim pertanian. Merujuk bulan-bulan tidak dengan namanya, tetapi dengan musim panen yang berkaitan dengan bulan-bulan tersebut, Kalender Gezer didasarkan pada siklus dua belas bulan yang dimulai dengan musim gugur. Delapan periode disebutkan satu per satu, mulai dari pengumpulan buah-buah musim gugur. Empat musim merentang meliputi periode dua bulan, empat musim lainnya merentang meliputi periode satu bulan. Sebagai tambahan untuk persoalan kebahasaan, para sarjana terus berdebat mengenai tujuan dari Kalender Gezer ini. Il. 33: Kalender Gezer. Batu kapur bertulis dalam bahasa Ibrani ditemukan di Gezer, abad ke-10 sM Berdasarkan kesejajaran dengan kalender (Seizin Z. Radovan). Mesir dan Mesopotamia, William Albright
Sarana-sarana Kehidupan
101
menggambarkan Kalender Gezer sebagai sebuah ”ujian sekolah”, dengan berargumen tasi bahwa lempengan kalender tersebut cukup besar sehingga pas untuk dibawa oleh tangan seorang remaja. Ia juga menduga bahwa tepi kalender yang bulat itu diakibatkan oleh karena seringnya dipakai dan tangan si penulisnya lamban dan kaku.4 Terjemahan Albright atas teks lempengan itu berbunyi: Dua bulan gilirannya adalah panen (minyak), Dua bulan gilirannya adalah menanam (gandum), Dua bulan gilirannya adalah akhir penanaman; Bulan gilirannya adalah mencangkuli jerami, Bulan gilirannya adalah memanen jelai, Bulan gilirannya adalah panen raya dan perayaan; Dua bulan gilirannya adalah perawatan anggur, Bulan gilirannya adalah buah musim panas (ANET, 320).
Penggunaan kata ”bulan gilirannya” untuk merujuk bulan ketika seseorang bekerja pada pekerjaan khusus adalah gaya bahasa khas di dalam bahasa Ibrani, menurut Albright. Sebagai contoh: ”Dan para kepala daerah itu menjamin makanan raja Salomo serta semua orang yang ikut makan dari meja raja Salomo. Mereka membawanya masingmasing dalam bulan gilirannya (khodšô) dengan tidak mengurangi sesuatu apa pun” (1 Raj. 4:27 [BT 5:7]). Perhatikan bahwa kalender tersebut mulai dengan musim gugur dengan panenan buah zaitun (bnd. perayaan Tahun Baru). Ketika hujan pertama turun pada bulan Oktober-November dan tanah sudah cukup memadai untuk dilunakkan, petani mulai menggarap tanah dengan memakai bajak penggaruk. Pada saat yang sama ia akan menaburkan benih dari sebuah keranjang, yang kemudian diikuti oleh pembajakan kedua untuk menutupi biji benih itu. Pada saat panen, si petani akan memegang batang gandum dengan tangan dan memotongnya dengan sabit melengkung yang dipasangi dengan beberapa mata pisau batu. Kemudian hari, sabit logam dengan pegangan terbuat dari kayu digunakan. Kiasan atas proses tersebut disebutkan dalam berbagai teks: ”Tujuh minggu harus kauhitung: pada waktu orang mulai menyabit (khermēš) gandum yang belum dituai, har uslah engkau mulai menghitung tujuh minggu itu” (Ul. 16:9). ”Lenyapkanlah orang penabur dari Babel dan orang penyabit (maggāl) pada musim menuai” (Yer. 50:16). Pada saat panen, batang-batang gandum (‘ŏmārîm) ditumpuk dalam berkas-berkas ikatan (‘ălummîm) dan diangkut dengan gerobak ke tempat menebah. Sambil menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya, Yusuf berkata, ”Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas (‘ălummîm) gandum” (Kej. 37:7). Si pemazmur menyanyikan: ”Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya (‘ălummōtâw)” (Mzm. 126:6). 4
William F. Albright, ”The Gezer Calendar”, BASOR 92 (1943), hlm. 16-26.
102
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Il. 34: Papan pengirikan dengan gigi-gigi batu kali dalam papan kayu, masih dipakai di Tell el-Far’ah (N) (Seizin L.E. Stager).
Lantai pengirikan biji gandum berada di tempat terbuka, pada permukaan tanah yang rata, sering ditinggikan supaya dapat memperoleh hembusan angin untuk penampian. Kadang-kadang lantai penebah (gōren) diletakkan dekat pintu gerbang kota: ”Sementara raja Israel dan Yosafat, raja Yehuda, duduk masing-masing di atas takhtanya dengan pakaian kebesaran, di suatu tempat pengirikan (goren) di depan pintu gerbang Samaria, sedang semua nabi itu bernubuat di depan mereka” (1 Raj. 22:10). Alat pengirik yang dipasangi dengan taburan batu-batu api atau batu kali yang ditanamkan ke dalam papan kayu dan ditarik oleh lembu atau keledai digunakan untuk merontokkan biji gandum dari tangkai-tangkainya (Ul. 25:4). Jerami dan sekam dipisahkan dari biji gandum dengan penampian, yaitu melambung-lambungkan biji gandum yang sudah ditebah ke udara sehingga angin akan menerbangkan sekamnya. Yesaya menggambarkan bagaimana Israel secara figuratif akan mengirik musuh-musuhnya: ”Aku [Yahweh] membuat engkau menjadi papan pengirik yang tajam dan baru, dengan gigi dua jajar; engkau akan mengirik gunung-gunung dan menghancurkannya, dan bukit-bukit pun akan kaubuat seperti sekam” (41:15). Menurut tradisi, Daud membeli sebuah lantai pengirikan di Gunung Moria dari orang Yebus Arauna untuk digunakan sebagai tempat bagi altar (2 Sam. 24:16-25), dan kemudian hari Salomo membangun Bait di sana (2 Taw. 3:1) Lumbung dan gudang dipakai untuk menyimpan gandum. Dibangun di bawah atau di atas tanah, beberapa bangunan tersebut merupakan milik umum dan beberapa lainnya milik pribadi. Ruang penyimpanan, yang terbuat dari deretan batu atau semen, adalah umum pada Zaman Perunggu Akhir dan Zaman Besi. Makanan, baik yang
Il. 35: Adegan penebahan gandum dengan lembu yang sedang menarik papan penebah; desa pada puncak bukit di latar belakang (Rekonstruksi: © L.E. Stager; Ilustrasi: C.S. Alexander).
Sarana-sarana Kehidupan
103
104
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
berupa komoditas cair maupun kering, pada Zaman Besi I juga disimpan di dalam gentong berleher atau gentong besar lainnya. Lumbung bersemen bawah yang kecil ditemukan di Gezer dari Zaman Perunggu dan Zaman Besi. Gudang besar bawah tanah dengan sepasang tangga melingkar ditemukan di Megido pada Str III (± tahun 725 sM), sewaktu kota tersebut berada di bawah pemerintahan Asyur. John Holladay memperkirakan bahwa ruang penyimpanan ini (No. 1414) berisi 346 metrik ton gandum, mampu menghidupi 1.178 orang selama setahun.5 Gudang besar di Megido seperti itu mungkin mencerminkan gudang penyimpanan pemerintah ”Asyur”, bukan praktik orang Israel lokal. Untuk gudang yang ada di Tell Beit Mirsim, Holladay memperkirakan kapasitasnya adalah satu metrik ton tiap gudang. Jika rumah tangga yang terletak di SE 12-22-13-33 atau 23 mengontrol 34 gudang bawah tanah ini, dan semua gudang itu dipakai pada waktu yang bersamaan, maka rumah tangga itu akan mempunyai kapasitas penyimpanan sejumlah 34 metrik ton gandum. Ruang besar, berdinding batu bata dengan diameter mencapai 2 m dan kedalamannya mencapai 2 m yang berisi sisa-sisa gandum ditemukan pada lapisan periode Persia (Str VA) di Tell el-Hesi. Di Tell Jemmel, sebuah gudang penyimpanan gandum yang luas yang berasal dari periode Helenistik ditemukan. Ada lebih dari sepuluh lumbung besar di Jemmel, dengan dinding bata melingkar yang terbuat dari lumpur, kapasitasnya diperkirakan 132 metrik ton tiap lumbungnya. Bangunan berpilar tiga baris yang berasal dari Zaman Besi II telah ditemukan pada beberapa situs, termasuk Tell el-Hesi, Megido, Hazor, Beth-Shemesh, dan Tel Sheva. Bangunan-bangunan itu telah ditafsirkan secara berlain-lainan sebagai gudang penyimpanan, kandang, pasar, atau barak. Menurut pendapat Stager, alasan mengapa begitu banyaknya penafsiran yang berbeda-beda atas fungsi bangunan-bangunan terse but adalah karena mungkin tafsiran-tafsiran tersebut benar semuanya. Dua baris pilar dibutuhkan untuk tujuan struktural. Untuk memperbesar lebar ruang yang terdapat pada gang-gang antara pilar-pilar akan dibutuhkan kayu-kayu yang sangat tinggi. Maka, fungsi dari bangunan-bangunan dengan tiga jajar gang ini hanya bisa ditentukan kasus per kasus. Penemuan baru-baru ini, yang mendukung pendapat bahwa bangunan-ba ngunan berpilar berfungsi sebagai pasar jual-beli, menurut si penggali, Moshe Kochavi, dibuat di Tel Hadar (”bukit yang besar”) di tepi Laut Galilea sebelah timur, di tanah Gesyur kalau di dalam Alkitab.6 Kochavi menggali dua bangunan publik (abad ke-11 sM) yang berbagi satu dinding: sebuah struktur berjajar tiga, struktur berpilar dengan sebuah tembok yang solid, bangunan berjajar tiga yang berisi biji-biji gandum yang 5 John S. Holladay, ”The Kingdoms of Israel dan Judah: Political and Economic Centralization in the Iron IIA-B (ca. 1000-750 B.C.E.), di dalam T.E. Levy, peny., The Archaeology of Society in the Holy Land (New York: Facts on File, 1995), hlm. 377-78, 398. 6 Larry G. Herr, ”Tripartite Pillared Buildings and the Market Place in Iron Age Palestine”, BASOR 272 (1988), hlm. 47-67; Moshe Kochavi, ”Divided Structures Divide Scholars”, BAR 23 (1999), hlm. 44-50. Bnd. Moshe Kochavi, ”The Eleventh Century B.C.E. Tripartite Pillar Building at Tel Hadar”, di dalam S. Gitin, A. Mazar, dan E. Stern, peny., Mediterranean Peoples in Transition (Yerusalem: Israel Exploration Society, 1998), hlm. 468-78.
Sarana-sarana Kehidupan
105
sudah jadi arang, bisa dianggap merupakan sebuah lumbung. Pintu masuk bersama melayani dua bangunan yang berdekatan. Bangunan berjajar tiga yang kedua dengan dinding-dinding internal yang solid, bukan pilar-pilar, juga ditemukan, bisa dianggap sebagai sebuah gudang. Kochavi memperkirakan ada 35 bangunan berpilar jajar tiga di dua belas situs dan menduga bahwa bangunan-bangunan itu adalah ”mal-mal shop ping zaman kuno”.
Alat Pertanian Peralatan yang paling penting bagi seorang petani adalah bajak (makhăreša atau makhărešet), yang diciptakan lebih dari 5.000 tahun lalu. Gaya konstruksinya, yang terkenal di Palestina pada pergantian abad ke-20 M, mungkin hanya mengalami perubahan yang sangat kecil dari ketika bajak itu diciptakan sampai waktu-waktu kemudian. Bajak kuno terdiri dari sebuah galah yang terbuat dari kayu keras seperti kayu oak, sebuah tongkat untuk pegangan, sebilah mata pisau atau mata bajak dengan ujung dari logam (’ēt), dan sebuah kuk horizontal. Dirujuk sebagai ”bajak penggaruk” (dari akar kata khāraš, ”menggores”), bajak ini ideal sekali untuk lingkungan dan tanah Timur Dekat atau Timur Tengah, khususnya di mana tanah adalah dangkal di wilayah perbukitan. Pembajakan dilakukan untuk mempersiapkan tanah agar dapat ditaburi benih dilakukan pada akhir bulan Oktober-November, setelah hujan pertama (yôreh) menggemburkan tanah. Suatu ladang dibajak dua kali, yang pertama untuk melepaskan kerak tanah sebelum benih ditaburkan, dan yang kedua pada sisi yang tepat atas bajakan yang pertama tadi, untuk menutup benih. Ujung bajak penggaruk yang terbuat dari logam tidak berputar di atas tanah seperti bajak bilah-bilah papan, tetapi hanya sekadar menggaruk untuk membuat sebuah alur yang dangkal dengan cara memecahkan dan mengelupas tanah. Mata bajak dari besi yang berasal dari abad ke-11 telah ditemukan di Gibea (Tell el-Ful), dan pisau bajak dari besi yang berasal dari abad ke-10 ditemukan di Tell Jemmeh, Beth-Shemesh, dan Tell en-Nasbeh.7 Lembu, binatang beban yang biasa di zaman Alkitab, dihubungkan dengan sebuah kuk (môţâ; ‘ōl), sebuah palang kayu yang diikatkan ke leher lembu dengan tali. Dua lembu merupakan pasangan yang umum di wilayah Timur Tengah, meskipun beberapa pasangan jumlahnya lebih banyak. Kita membaca bahwa Elia datang mengunjungi Elisa ketika ia sedang membajak ”dengan dua belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas” (1 Raj. 19:19). Hukum Musa melarang memasang kuk pada seekor lembu (šôr) dan seekor keledai (khamôr) (Ul. 22:10); tampaknya 7 Jane C. Waldbaum, From Bronze to Iron (Göteborg: Paul Åströms Förlag, 1978), hlm. 27; Lebih dari 290 contoh yang terbuat dari besi datang dari Zaman Besi I di Palestina. Dari benda-benda ini, lebih dari 20 buah berasal dari abad ke-12, 78 buah dari abad ke-11, dan lebih dari 192 buah berasal dari abad ke-10. Ini menunjukkan perlipatan sampai empat kali lipat dari abad ke-11 sampai abad ke-12, dan lebih dari dua kali lipatnya lagi pada abad ke-10.
106
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Il. 36: Simpanan 6 buah alat pertanian yang terbuat dari besi, termasuk sepasang mata bajak bergigi dua, di sebelah kiri dan belakang tengah. Mata bajak bergigi satu, di kanan belakang, sebuah pisau dengan paku-paku pemancang bersandar pada mata bajak bergigi satu, sebuah pisau sabit, kanan, tepat di depan pisau; pisau sabit kedua berada di belakang tongkat pengukur. Dari puing-puing Tel Miqne-Ekron, tahun 604 sM, Str IB (Seizin Tel Miqne-Ekron Excavation/Publication Project; Foto: I. Sztulman).
menggabungkan dua hal yang tidak sama dianggap bertentangan dengan tatanan ciptaan. Sebuah tongkat penghalau lembu dibuat dari kayu, kadang-kadang dengan taji logam di satu ujung dan pembersih bajak di ujung lainnya, yang berfungsi sebagai sodokan pengejut bagi si hewan. Lembu dicucuk hidungnya untuk membuatnya lebih jinak sebagai binatang beban. Membajak merupakan sumber metafora di dalam Alkitab. Yang terkenal adalah berkaitan dengan diubahnya pedang menjadi ”mata bajak” sebagai tanda kedamaian (Yes. 2:4); dan yang kebalikannya sebagai tanda perang (Yl. 4:10). Perhatikan juga respons Simson yang penuh dengan singgungan-singgungan seksual: ”Kalau kamu tidak membajak dengan lembu betinaku, pasti kamu tidak menebak teka-tekiku” (Hak. 14:18).
Penggarapan dan Pengolahan Bahan Pangan Makanan orang Israel terutama terdiri dari padi-padian, sayur-sayuran, buah-buahan, dan rempah-rempah. Tanaman yang penting adalah gandum (khiţţa), jelai (śĕ‘ōrâ), buah zaitun (zêtîm), dan anggur (‘ănābîm). Penggarapan padi-padian mendahului penggarapan pohon buah-buahan; padi-padian, bagian yang penting dari makanan, adalah salah
Sarana-sarana Kehidupan
107
satu tanaman yang paling awal dikembangbiakkan. Bulir-bulir gandum dapat dimakan dengan dibakar atau dimakan mentah, kebanyakan dalam bentuk roti atau bubur (yaitu bubur gandum). ”Janganlah kamu makan roti (lekhem), atau bertih gandum (qālî) atau gandum baru (karmel), sampai kamu telah membawa persembahan Allahmu” (Im. 23:14; juga 2 Raj. 4:42). qālî terbuat dari gandum atau jelai yang dibakar dalam wajan dan dimakan tanpa tambahan apa-apa. ”Isai berkata kepada Daud, anaknya: ’Ambillah untuk kakak-kakakmu bertih gandum (qālî) ini seefa dan roti (lekhem) yang sepuluh ini; bawalah cepat-cepat ke perkemahan, kepada kakak-kakakmu’” (1 Sam. 17:17). Kacang polong terutama terdiri dari kacang merah kecil (‘ădāšîm), kacang merah besar (pôl), dan kacang panjang (khimmĕsyîm [Arab, khummusy]). Sayur-sayuran termasuk mentimun (qiššu’îm), semangka (‘ăbaţţîhîm), bawang merah (bĕsyalîm), bawang prei (khāsyîr), dan bawang putih (šûmîm). Pohon buah-buahan yang penting adalah pohon zaitun (zayit) dan anggur (gepen), keduanya memainkan peranan kunci dalam perekonomian. Pohon-pohon buah yang lainnya termasuk kurma (tamar), delima (rimmôn), ara (tĕ’ēnâ), dan ara hitam (šigmâ – Inggris: sycamore – termasuk famili pohon ara – penerj.).
Padi-padian Beberapa spesies gandum, bahan pokok makanan, dikembangkan: gandum berbiji tunggal (Triticum monococcum); gandum berbiji belah (Triticum dicoccum sama dengan kussemet di dalam Alkitab); gandum terigu (Triticum aestivum); dan gandum keras (Triticum durum). Gandum terigu, suatu hibrida yang diturunkan dari gandum berbiji belah, merupakan tanaman umum yang tumbuh pada Zaman Besi II. Gandum keras merupakan gandum utama di Semenanjung Timur Tengah. Bermacam-macam istilah untuk gandum dan arti khususnya sulit untuk ditentukan, karena Alkitab memberikan sedikit sekali rinciannya, dibandingkan dengan masakan Mesopotamia dengan resepresepnya yang sekarang masih ada. Jelai (Hordeum vulgare), lebih kasar daripada gandum dan kalah kelas dibanding dengan gandum, dianggap tepung untuk makanan orang miskin; jelai juga digunakan untuk makanan hewan (1 Raj. 4:28 [MT 5:8]). Jelai yang berlimpah ini dipanen dua minggu sebelum panen gandum, pada akhir bulan April dan awal bulan Mei. Jelai lebih tahan terhadap garam dan dapat tumbuh di daerah pinggiran, tanah setengah gersang; juga jelai masak lebih cepat dan lebih bisa beradaptasi di lingkungannya yang berfluktuasi. Gandum membutuhkan lebih banyak air dan tanah yang kadar garamnya lebih rendah ketimbang yang dibutuhkan oleh jelai. Mengolah gandum adalah suatu tugas yang dijalankan oleh kaum perempuan, para pelayan, atau budak. ”Ambillah batu kilangan dan gilinglah (ţākhan) tepung, bukalah kerdungmu; angkatlah sarungmu, singkapkanlah paha” (Yes. 47:2). ”Maka tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir akan mati, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya
108
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
sampai kepada anak sulung budak perempuan yang menghadapi batu kilangan (rēkhāyim)” (Kel. 11:5). Setelah orang Filistin menangkap Simson dan mencungkil matanya, mereka membawanya ke Gaza dan membelenggunya, ”dan pekerjaannya di penjara ialah menggiling (ţākhan)” (Hak. 16:21). Adalah suatu praktik umum untuk menghina tawanan perang dengan memaksanya untuk menggiling dengan gilingan tangan. Ratapan 5:13 menggambarkan bagaimana orang Babel memperlakukan tawanan dari Yerusalem dengan cara yang sama setelah penaklukan tahun 586 sM: ”Pemuda-pemuda harus memikul batu kilangan (ţĕkhôn), anak-anak terjatuh karena beratnya pikulan kayu”. Di dalam rumah-rumah Zaman Besi, sebuah area pada lantai dasar disiapkan untuk pengolahan dan penyimpanan makanan. Gandum tiap hari digiling menjadi tepung supaya siap untuk dimasak dan dibakar. Menggiling gandum untuk roti adalah hal yang hakiki bagi kehidupan sehari-hari sehingga hukum alkitabiah menetapkan batu gilingan tidak boleh digadaikan: ”Janganlah mengambil kilangan (rēkhāyim) atau batu kilangan atas (rākeb) sebagai gadai, karena yang demikian itu mengambil nyawa orang sebagai gadai” (Ul. 24:6). Telah diramalkan bahwa selama pembuangan Babel tidak akan ada lagi ”bunyi batu kilangan (qôl rēkhāyim) dan cahaya pelita” (Yer. 25:10). Dengan kata lain, roti dan pelita – kebutuhan dasar hidup – tidak akan ada. Gilingan tangan atau sadel cekung (rēkhāyim [berujung ganda]) terdiri dari dua lempeng batu; pelakh takhtit adalah bagian dasar, batu yang lebih besar; pelakh rekeb adalah bagian atas, lebih kecil, batu penggilas, yang pas dengan tangan si penggiling dan kadang-kadang dikenal dengan nama ”si penunggang”. Batu bagian bawah berbentuk persegi empat dan sedikit cekung (itulah sebabnya diberi nama ”sadel cekung”). Gan dum diletakkan di atas batu bagian bawah, dan si penggiling sambil berlutut di depan sadel cekung menggerakkan batu bagian atas ke depan dan ke belakang melewati batu horizontal yang tidak bergerak. Batu penggiling biasanya dibuat dari potongan batu kali. Batu gerinda juga bisa dijadikan senjata mematikan; seorang perempuan dengan sengaja menjatuhkan batu gilingan bagian atas (pelakh rekeh) ke atas kepala Abimelek, meremukkan tengkoraknya (Hak. 9:53). qemakh merupakan tepung biasa yang dihasilkan dari penggilingan bulir-bulir ta naman padi-padian. Tepung ini normalnya dibuat dari gandum, tetapi kadang-kadang terbuat dari jelai. solet, menurut para penafsir, merupakan tepung halus yang lebih mahal yang dibuat dari mata beras gandum dan digunakan untuk persembahan korban dan acara-acara khusus. Namun, Milgrom membuat sebuah argumentasi yang masuk akal ketika ia mengidentifikasikan solet sebagai tepung kasar atau menir, partikel-partikel gandum yang kasar yang merupakan sisa-sisa proses penampian.8 Sara menggunakan qemakh sōlet (sōlet ditaburkan di atas qemakh) untuk membuat kue (‘ugôt) untuk ketiga orang asing yang mengunjungi Abraham di bawah pohon tarbantin Mamre di Hebron 8
Milgrom, Leviticus, hlm. 3, 179.
230
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Bab 4
Kerajaan Patrimonial
KOTA RAJA Akropolis Sedikit sekali jejak-jejak arsitektur monumental yang telah ditemukan di Israel.1 Dan ini adalah hal yang paling dapat diharapkan dari masyarakat yang berdasarkan kesukuan, dengan sedikit sekali penumpukan kekayaan. Komunitas agropastoralis Israel terdiri dari keluarga-keluarga yang kebanyakan darinya masih punya hubungan dekat. Mereka hidup di dalam rumah yang sangat sederhana, meskipun memadai, yang mempunyai bilik atau ruangan sekitar dua sampai empat di lantai dasar. Rumah-rumah tersebut disekat dengan satu atau dua deret pilar-pilar paralel dengan garis lintang memanjang, dengan demikian membagi rumah menjadi dua atau tiga ruangan panjang dengan sebuah ruang melintang di bagian belakang rumah. Kebanyakan arkheolog menganggap bahwa ruang utama yang panjang (ruang tengah di dalam rumah yang dirancang memiliki empat ruangan) merupakan ruang terbuka berupa halaman, sama seperti rumah dengan dua ruang paralel dalam rancangan rumah berbilik tiga. Namun,
1 Kuil Benteng dari El-berith di Sikhem mungkin merupakan sebuah pengecualian. Usia dari bangunan megah ini (Kuil 1) kini dapat dikenali mulai dari Pertengahan Zaman Perunggu IIC sampai kira-kira tahun 1100 sM. Kuil tersebut mungkin merupakan pusat dari episode Abimelekh, seperti di dalam Hakim-hakim 9; lihat Stager, ”The Fortress-Temple at Shechem and the ’House of El, Lord of the Covenant’”, di dalam Prescott H. Williams Jr. dan Theodore Hiebert, peny., Realia Dei: Essay in Archaeology and Biblical Interpretation in Honor of Edward F. Campbell Jr. at His Retirement (Atlanta: Scholars Press, 1999), hlm. 228-49.
230
231
Kerajaan Patrimonial
kini menjadi jelas bahwa rumah-rumah ini mempunyai lantai kedua yang menutupi seluruh lantai dasar.2 Rumah berpilar sangat sesuai dengan kehidupan orang Israel sehingga tetap menjadi tempat tinggal domestik yang umum di sepanjang Zaman Besi. Pada kenyataannya, bangunan-bangunan berpilar, dengan tiga ruang paralel, yang dibangun dalam skala besar menjadi bentuk yang paling umum dari arsitektur publik selama masa monarkhi. Para arkheolog masih berdebat mengenai fungsi rumah-rumah publik tersebut – apakah sebagai gudang penyimpanan, kandang, pasar, atau barak – tanpa adanya penyelesaian. Hal ini tidak mengherankan karena tata letak bangunan hanya sedikit berbicara kepada kita tentang kegunaannya, tetapi berbicara banyak tentang pro blema bentuk struktural yang dirancang untuk diatasi, yaitu bagaimana menciptakan bangunan-bangunan yang cukup besar dengan bahan-bahan yang terbatas – entah itu kayu, batu, atau batu bata – supaya dapat memperoleh ruangan yang luas. Dalam hal struktur-struktur tiga bagian, seseorang harus melihat bentuk dan artefak-artefak lainnya pada tiap bangunan yang ditentukan sesuai fungsinya. Di Israel, arsitektur monumental berbentuk istana, kuil, dan bangunan-bangunan publik lainnya muncul bersamaan dengan kehadiran kerajaan. Contoh pertama adalah benteng atau istana pedesaan yang dibangun oleh Saul di Gibea, ibu kota pertama, kemungkinan besar terletak di situs Tell el-Ful, sebelah utara Yerusalem.3 Bangunan ini diikuti oleh konstruksi monumental sezaman dari abad ke-10 sM, khususnya selama pemerintahan Raja Salomo. Bukti dari kota-kota kerajaannya telah ditemukan di Bet-Shemesh, Gezer, Megido, Taanakh, Bet-Shean, Yokneam, dan Hazor (lihat 1 Raj. 4; 9:15).
Istana Bahasa Ibrani tidak mempunyai istilah khusus untuk ”istana”, tetapi beberapa istilah diterjemahkan sebagai ”istana” – hêkâl (biasanya diterjemahkan dengan ”kuil”, tetapi sering kali dengan ”istana”), ’armôn (mungkin bagian bertembok dari istana raja), bêt hammelek (”rumah sang raja”), dan bait (”rumah”). Penjelasan tiadanya kosa-kata khusus ini terletak pada kenyataan bahwa ”rumah tangga” merupakan puncak dari tingkatan-tingkatan simbolisme di dalam keluarga, kerajaan, dan keilahian. 2 Lihat Stager, ”The Archaeology of the Family in Ancient Israel”, BASOR 260 (1985), hlm. 15-16; John S. Holladay, ”House, Israelite”, ABD, 3: 308-18; Ehud Netzer, ”Domestic Architecture in the Iron Age”, di dalam A. Kempinski dan R. Reich, peny., The Architecture of Ancient Israel (Yerusalem: Israel Exploration Society, 1992), hlm. 193-99. Bukti dari lantai dua di atas, apa yang dinamakan halaman terbuka dari rumah-rumah ini telah ditemukan pada Rumah 1727 di Sikhem dan, yang lebih belakangan, di dalam sebuah rumah berpilar dari Zaman Besi I di Tell el-‘Umeiri. Larry G. Herr dan Douglas R. Clark, ”Excavating the Tribe of Reuben”, BAR 27 (2001), hlm. 36-47, 64-66. 3 Untuk ringkasan yang meyakinkan lengkap dengan bibliografi, lihat Nancy Lapp, ”Ful, Tell el-”, NEAEHL, 2:445-48.
232
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Menurut 2 Samuel 5:11-12, dan 7:1-2, rumah Daud (bait) di Yerusalem adalah sebuah istana raja. Ketika Yerusalem menjadi ibu kota dari kerajaan kesatuan, ”Hiram, raja negeri Tirus, mengirim utusan kepada Daud dan kayu alas, tukang-tukang kayu dan tukang-tukang batu; mereka mendirikan istana (bait) bagi Daud” (2 Sam. 5:11; juga 7:2). Alkitab (1 Raj. 7:2-8) menggambarkan istana Raja Salomo yang besar dan megah (yaitu, kompleks bangunan) secara selektif dan dangkal: Ia mendirikan gedung ”Hutan Libanon”, seratus hasta panjangnya dan lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya, disangga oleh tiga jajar tiang kayu aras dengan ganja kayu aras di atas tiang itu. 3Gedung itu ditutup dari atas dengan langitlangit kayu aras, di atas balok-balok melintang yang disangga oleh tiang-tiang itu, empat puluh lima jumlahnya, yakni lima belas sejajar. 4Ada pula tiga jajar jendela berbidai, jendela berhadapan dengan jendela, tiga kali. 5Dan semua pintu dan jendela segi empat bangunnya; jendela berhadapan dengan jendela, tiga kali. 6Ia membuat juga Balai Saka, lima puluh hasta panjangnya dan tiga puluh hasta lebarnya, dengan di sebelah depannya sebuah balai lagi yang bertiang dan bertangga di sebelah depannya. 7Dibuatnya juga Balai Singgasana, tempat ia memutuskan hukum, balai pengadilan, yang ditutupi dengan kayu aras dari lantai sampai ke balok langit-langit. 8Dan gedung kediamannya (bait) sendiri, di pelataran yang lain, lebih ke sebelah dalam lagi dari balai itu, adalah sama buatannya. Dan bagi anak Firaun, yang diambil Salomo menjadi isterinya, dibuatnya juga sebuah gedung sama dengan balai itu. 2
Sama dengan Bait, tidak terdapat reruntuhan arkheologis yang masih ada dari istana tersebut. Menurut laporan Alkitab, dibutuhkan waktu tujuh tahun untuk membangun Bait, tetapi tiga belas tahun untuk menyelesaikan istana Salomo, yang jauh lebih besar (1 Raj. 7:1). Istana tampaknya dibangun sepanjang Bait, di sisi selatannya, di dalam akropolis. Gabungan antara istana dengan kuil telah ditentukan oleh orang-orang Kanaan sejak awal milenium kedua sM, mungkin pada tahun 2000 di Siria Utara (misalnya, Alalakh, sebuah negara kota Siria). Sebagai tambahan untuk tempat kediaman kerajaannya, Salomo membangun, sebagai bagian dari kompleks istana, Gedung Hutan Libanon, Balai Saka, Balai Singgasana, dan sebuah gedung bagi anak Firaun. Gedung Hutan Libanon (25 x 50 m) (1 Raj. 7:2-5) adalah bangunan yang besar. Bangunan terpisah, yang mungkin berfungsi sebagai sebuah gedung pertemuan kerajaan. Namanya, Gedung Hutan Libanon, berasal dari kenyatan bahwa pilar kayu arasnya (‘amûdîm) (MT: empat jajar, masing-masing terdiri dari lima belas pilar kayu aras; LXX: tiga jajar, masing-masing terdiri dari lima belas pilar kayu aras) diimpor dari Libanon, menyerupai hutan kayu aras (1 Raj. 7:2-3). Tiap pilar dimahkotai dengan sebuah bantalan (kĕrutôt) kayu aras yang besar tempat balok atap atau balok langit-langit (syĕlâ‘ôt) ditopangkan. (Pada Bait, syĕlâ‘ôt merujuk pada ”balkon-balkon” atau ”balkon samping”). Sebuah bangunan yang hampir sejajar dengan Gedung Hutan Libanon tampaknya adalah kuil orang Fenisia dari Zaman Besi
Kerajaan Patrimonial
233
II (22 x 35 m) yang ditemukan di Kition, Siprus. (Ruang-ruang pemujaan [kuil satu sampai kuil lima] yang ada di Kition berasal dari Zaman Perunggu Akhir; orang-orang Fenisia membangun kembali kuil satu dan empat pada abad ke-9). Keempat jajar pilar lantai dasarnya yang terbuat dari batu, tujuh pilar tiap jajar, masih terpelihara. Namun, perbandingan tersebut walau bagaimanapun adalah problematik, karena tidak ada sedikit pun sisa dari istana Salomo. Balai Saka dengan serambinya kadang-kadang digambarkan dengan istilah bīt hilāni, sejenis istana yang aslinya berasal dari Siria Utara pada milenium kedua dan berkembang pada abad ke-9 sampai ke-7, yang contohnya seperti yang ada di Tell Halaf, Zincirli, dan Tell Ta‘-yinat. Sementara asal-usul struktur arsitekturnya jelas, etimologi namanya tidaklah jelas. Kata hilāni tidak pernah dipergunakan sendirian, selalu dengan imbuhan bīt. Orang-orang Asyur mengira bīt hilāni berarti ”rumah berjendela banyak” (Ibrani: bêt khallônîm), dan mungkin orang-orang Asyur itu benar. bīt hilāni adalah ”sebuah struktur yang lengkap” yang tidak dapat diperluas lagi.4 Bangunan ini terdiri dari dua ruang yang panjang dan sempit – sebuah serambi berpilar (yang merupakan ciri utama) masuk ke dalam sisi yang lebar, dan sebuah ruang singgasana yang dekat masuk ke dalam sisi yang panjang. Pilar-pilar sangatlah penting dan ketika ditemukan di Mesopotamia, di mana pilar-pilar sangatlah tidak umum, jelaslah bahwa pilar-pilar itu terinspirasikan oleh tradisi arsitektur orang Siria. Ruang singgasana adalah ruang yang paling penting di istana, sementara serambi merupakan ruang depan. Sebuah tangga yang mengarah ke lantai dua diletakkan di salah satu sisi serambi. Balai Saka dari istana Salomo adalah serambi itu. Istana 6000 di Megido merupakan contoh yang paling relevan. Sambil berupaya untuk menguak misteri pembunuhan Eglon, raja Moab, di tangan Ehud, Baruch Halpern menduga bahwa istana Eglon merupakan sebuah istana yang khas dari Timur Tengah, yang dirancang berdasarkan tipe dari rancangan bīt hilāni. Ruang pertemuan terdiri dari serambi ruang depan, sebuah ruang publik, dan merupakan bagian dari lantai dua (‘ăliyyâ) sang raja. Menurut Halpern, rancangan arsitektur ini membantu menjelaskan bagaiman Ehud dapat melarikan diri tanpa ketahuan setelah melakukan pembunuhan, jika pembaca dapat diyakinkan bahwa Ehud keluar dari ruang atas melalui toilet.5 Beberapa istana yang lain telah dibangun selama perpecahan kerajaan. Yang paling megah terletak di puncak Bukit Samaria, ibu kota Kerajaan Utara, yang dibangun oleh Omri pada awal abad ke-9 (1 Raj. 16:24). Pusat kerajaan di dalam akropolis dikelilingi oleh tembok benteng batu bergaya bangunan orang Fenisia, yang terdapat sejak awal pemerintahan Raja Ahab. Arkheologi membuktikan kemakmuran kota ini pada periode Henri Frankfort, ”The Origin of the Bît Hilâni”, Iraq 14 (1952), hlm. 120-31. Baruch Halpern, ”The Assassination of Eglob – The First Locked Room Murder Mystery”, Bible Reciewn 4 (1988), hlm. 32-41, 44. Artikel ini telah diadaptasi dari Baruch Halpern, The First Historians: The Hebrew Bible and History (San Francisco: Harper & Row, 1988), hlm. 39-75. 4 5
Il. 98: Penafsiran atas Yerusalem, Kota Daud pada zaman Hizkia, berdasarkan teks-teks Alkitab dan penggalian modern (Rekonstruksi: © L.E. Stager; Ilustrasi: C.S. Alexander).
234 Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Kerajaan Patrimonial
235
Bait Pertama, demikian juga dengan peninggalannya yang luar biasa itu. Rancangan istana tersebut, yang dimulai oleh Omri dan diselesaikan oleh putranya, Ahab, terdiri dari ruangan-ruangan yang dikelompokkan di sekitar sebuah halaman tengah. Istana mewah yang terbuat dari bata cetakan ini dihiasai dengan gading yang diukir. Para ahli arkheologi telah menemukan lebih dari 500 pecahan gading yang berasal dari abad ke-8, termasuk 200 potongan yang didekorasi, yang berasal dari reruntuhan istana (Il. 196, 197). Penatahan gading yang muncul pada abad ke-9 dan ke-8 adalah hasil kerajinan tangan seniman-seniman Fenisia. Gading-gading orang Samaria bergaya Fenisia digambarkan dengan motif-motif dari Mesir. Ahab dikenang karena ”istana gading” (bêt haššēn) yang didirikannya (1 Raj. 22:39). Pertalian Omri–Ahab merupakan sebuah kiasan literer yang ditujukan pada istana-istana gading dan tidak terbuktikan secara langsung oleh gading-gading Samaria yang berasal dari abad ke-8. Bagi Nabi Amos, gading yang diukir kebanyakan merupakan simbol dari apa yang jahat mengenai kecintaan masyarakat Israel pada kemewahan pada abad ke-8: ”yang berbaring di tempat tidur dari gading (mittôt šēn), dan duduk berjuntai di ranjang” (Am. 6:4; juga 3:15). Amos hidup pada abad ke-8, tetapi gading berukir sudah menjadi bagian dari penghias istana sejak zaman Omri dan Ahab. Megido yang terletak di barat laut Palestina, mempunyai dua istana pada periode Salomo (Str VA-IVB, abad ke-10), yang dikonstruksi memanjang mirip dengan istana Salomo di Yerusalem. Menurut Ussishkin, Istana 6000 (istana bagian utara) dan Istana 1723 (istana bagian selatan) dibangun dengan cara bīt hilāni, dan kebanyakan sarjana menyetujuinya. Hanya bagian-bagian fondasi yang terbuat dari batu cetakan yang masih terpelihara di Megido; bangunan bagian atas juga dibuat dari tembok bata cetakan. Tambang yang menghasilkan batu-batu cetakan terletak di lereng sebelah timur Megido. Istana 6000, yang dikelompokkan ke dalam pinggiran rancangan ber benteng (suatu tembok kota yang terbuat dari batu cetakan) adalah bangunan yang berbentuk empat persegi panjang (28 x 21 m), Istana 1723, yang dibangun dalam
Il. 99: Langkan batu gamping dengan hiasan pohon korma dan daun bunga di Ramat Rahel, berasal dari abad ke-8 atau ke-7 sM (Seizin Israel Museum).
236
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
rancangan empat persegi (23 x 23 m), berdiri di tengah-te ngah lapangan tertutup dan bersebelahan dengan sebuah gedung adminitrasi yang besar. Dalam analogi dengan istana yang ada di Siria Utara, istana sebelah utara (6000) merupakan sebuah tempat dilakukannya upacara kerajaan, sementara istana bagian selatan (1723) ter Il. 100: Pilar kota berbentuk pohon kurma (timōrōt) terbuat dari batu diri dari rumah-rumah tempat gamping berasal dari istana di Ramat Rahel, abad ke-8 atau ke-7 sM. Pilar kota ini salah dinamai dengan ”Proto-Aeolic” (Seiizin Israel kediaman. Bantalan batu, yang secara Museum; Foto: D. Harris). salah dikenakan pada ”ProtoAeolik”, menghiasi istana-istana. Sebuah istilah yang lebih tepat untuk bantalan-bantalan ini, yang dihiasi dengan sebuah segitiga di tengah yang memisahkan dua lekukan yang mencuat, adalah ”bantalan kurma” (Il. 100). Sebuah bentuk kurma merupakan tiruan dari pohon kurma, yang berasal dari seni yang bermotifkan pohon kurma dari Timur Tengah kuno. Di dalam Alkitab, timōra (korma) merujuk pada pohon korma.6 ”Ia (Salomo) mengukir gambar kerub, pohon korma (timōrōt) dan bunga mengembang (peţûrê syisysyîm), baik di ruang sebelah dalam maupun di ruang sebelah luar” (1 Raj. 6:29).7 Dipotong dari nari, bantalan-bantalan ini dapat dibedakan dengan tonjolan-tonjolan spiralnya. Mulai dari abad ke-10 dan seterusnya, bantalan-bantalan merupakan unsur yang penting dari konstruksi batu cetakan. Bantalan-bantalan tersebut ditemukan di Hazor, Dan, Megido, Samaria, Ramat Rahel, dan Yerusalem. Ramat Rahel, yang terletak di atas sebuah bukit di pertengahan jalan antara Yerusalem dan Betlehem, merupakan situs di mana, untuk pertama kalinya, sebuah istana seorang raja Yehuda digali. Istana kerajaan yang sangat besar ini (57 x 72 m) yang terbuat dari batu gamping cetakan, yang mirip dengan istana di wilayah Samaria, diba ngun oleh salah satu raja Yehuda terakhir, mungkin Yoyakim (609-598 sM): ”Celakalah dia (Yoyakim) yang membangun istananya berdasarkan ketidakadilan dan anjungnya (‘ăliyyôtâw) berdasarkan kelaliman, yang mempekerjakan sesamanya dengan cuma-cuma dan tidak memberikan upahnya kepadanya; yang berkata: ’Aku mau mendirikan istana yang besar lebar (bêt middôt) dan anjung yang lapang luas!’, lalu menetas dinding istana 6 Yigal Shiloh, The Proto-Aeolic Capital and Israel Ashlar Masonry, Qedem 11 (Yerusalem: Institute of Archaeology, Hebrew University, 1979), hlm. 90. 7 Lawrence E. Stager, ”Jerusalem and the Garden of Eden”, di dalam Levine, dkk., peny., Eretz-Israel 26 [Volume Frank Moore Cross] (Yerusalem: Israel Exploration Society, 1999), halaman 189*; David N. Freedman dan M.P. O’Connor, ”Kerub”, TDOT, 7: 307-19.
Kerajaan Patrimonial
237
membuat jendela (khallônāy), memapani istana itu dengan kayu aras dan mencatnya merah” (Yer. 22:13-14). Istana tersebut dikelilingi oleh sebuah tembok yang terbuat dari batu cetakan. Langkan-langkan batu gamping berbentuk deretan tiang-tiang penopang atap yang dihiasi dengan daun bunga dan bantalan berhiaskan tonjolan spiral berfungsi sebagai palang pada jendela istana di Ramat Rahel (Il. 99). Langkanlangkan ini juga ditemukan di Kota Daud (Yerusalem). Di Lakhis, kota terpenting kedua di Yehuda setelah Yerusalem, panggung dari istana monumental yang berasal dari Zaman Besi masih tetap terpelihara dengan baik. Struktur fondasi yang besar dan lebih tinggi ini, membuat istana lebih tinggi daripada tanah di sekitarnya. Pembangunan istana ini terdiri dari tiga tahap: Istana A (Level V, abad ke-10) merupakan tahap pertama dari istana; Istana B (Level IV, abad ke-9), tempat tinggal gubernur Yehuda, merupakan sebuah istana berbenteng yang ditempatkan secara mencolok di jantung kota; Istana C (Level III, abad ke-8), yang merupakan perluasan sebelah timur dari kombinasi istana A dan B, adalah bangunan terbesar pada periode Bait Pertama, yang ukurannya 36 x76 m. Dengan menghadap ke arah sebuah halaman yang luas, istana ini dibatasi di kedua sisinya oleh dua deret bangunan berbilik tiga, yang diduga sebagai gudang penyimpanan oleh beberapa orang, oleh Ussishkin dianggap sebagai kandang. Tidak seperti kebanyakan struktur di Israel kuno, istana yang ditambahi dengan beberapa tambahan ini masih berdiri sebagian; tentu saja, bangunan atas sudah tidak ada. Bangunan ini dihancurkan oleh orang Asyur, dan dibangun lagi pada periode Persia. Contoh terbaik dari penggalian sebuah kuil kerajaan adalah yang ada di Tel Dan. Sebuah panggung besar yang terbuat dari batu cetakan, yang berasal dari Zaman Besi II, telah ditemukan di dekat pinggiran urukan tanah sebelah utara, demikian juga dengan tangga monumental yang mengarah ke panggung tersebut (Il. 186, 187). Sebuah bangunan peribadatan penting dulunya pernah berdiri di atas panggung besar ini. Pada mulanya Avraham Biran, sang penggali, mengasumsikan bahwa panggung ini tidak menopang sebuah bangunan atas, tetapi kini ia menyatakan adanya sebuah ruang pemujaan di atas panggung ini. Yang lebih mungkin adalah sebuah kuil pernah berdiri di atas panggung di Dan. Tanah suci di Dan dipagari dengan sebuah ruang tambahan di sisi sebelah barat yang oleh si penggali dinamai liškâ (”kamar”). Struktur yang berbentuk empat persegi ini, panjangnya 20 m, ditambahkan pada abad ke-8. Artefak-artefak (altar, sendok dupa dari besi [Il. 191], wadah abu, meja persembahan) yang berkaitan dengan liškâ ini membuktikan bahwa bangunan ini merupakan sebuah ruang pemujaan religius. liškâ yang merupakan bagian dari sebuah bangunan, seperti sebuah kamar atau kapel, muncul hampir 50 kali di dalam Alkitab.8
8
Avaraham Biran, Biblical Dan (Yerusalem: Israel Exploration Society, 1994), hlm. 159-234.
238
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Pengaruh Kekaisaran Asyur terhadap Arsitektur Israel Sebuah sumber yang sangat bermanfaat untuk mempelajari arsitektur Kerajaan Asyur adalah situs Khorsabad (Dur Sharrukin kuno) di Irak sebelah utara, yang didirikan oleh Sargon II, raja Asyur, yang menjadi ibu kota baru baginya. Salah satu penggalinya, Gordon Loud, mengamati arsitektur Asyur berdasarkan penggalian-penggalian atas istana kerajaan, kuil-kuil, dan tempat kediaman di Khorsabad.9 Invasi yang dilakukan oleh orang-orang Neo-Asyur terhadap para tetangganya di sebelah barat pada abad ke-8 dan ke-7 diikuti oleh penguasaan mereka atas tanah-tanah bersangkutan. Area-area tersebut, yang diubah menjadi provinsi-provinsi Asyur yang sesungguhnya, seperti Samerina (Samaria) dan Magidu (Megido), memperlihatkan artefak-artefak Asyur yang paling banyak, misalnya. Istana Barang Asyur (buatan lokal), prasasti huruf paku, dan peti mati. Arsitektur Asyur ditemukan di Hazor, Megido, Tell Jemmeh, dan di lain-lain tempat. Ciri dari arsitektur Asyur atau pengaruhnya adalah bangunan bergaya ”lapangan terbuka” yang mempunyai sebuah halaman luas yang dikelilingi oleh bilik atau ruangan-ruangan di semua sisinya. Di sebelah timur laut Hazor, dekat dengan Ayelet ha-Shahar, dibangunlah sebuah bangunan monumental (Hazor Str III, abad ke-7), yang merupakan bagian dari sebuah pusat administrasi Asyur, termasuk tempat kediaman bagi gubernur setempat. Gedung pertemuan utama berpintu masuk sebuah gerbang dengan dua pintu. Sebuah relung untuk mimbar sang penguasa berada di sebelah kiri pintu masuk. Di sebelah kanan terdapat serambi yang lebih kecil yang mengarah ke sebuah ruangan dengan kolamkolam air yang dalamnya tiga meter dan disaluri pipa-pipa saluran air yang terbuat dari terakota. Ini adalah bak mandi atau kamar mandi sang gubernur. Tembok-tembok tebal menopang kubah lengkung bangunan tingkat atas. Teknik rancangan dan konstruksinya adalah sama dengan yang ada di istana-istana Asyur di tanah asal. Medigo III kelihatannya dirancang menurut bentuk awal dari kota empat persegi panjang, yang oleh Kathleen Kenyon dianggap berasal dari orang Asyur (Il. 101).10 Di Megido (Str III, abad ke-8 sampai abad ke-7), Bangunan 1052 dan 1369 mengilustrasikan gaya arsitektur orang Asyur dengan pusatnya adalah halamanhalaman yang berbentuk empat persegi panjang. Bangunan 1052 mempunyai sebuah lapangan yang dikelilingi oleh sederetan kamar. Bangunan 1369 didirikan di atas sebuah panggung (ciri khas arsitektur orang Asyur) dan mempunyai sebuah halaman tengah yang dikelilingi oleh kamar di semua sisinya. Terdapat juga sebuah kamar mandi, yang terhubung dengan sistem saluran air. 9 Gordon Loud, ”An Architectural Formula for Asyurn Planning Based on the Results of Excavations at Khorsabad”, Revue d’Assyriologie 33 (1936), hlm. 156: ”Hal yang umum untuk semua bangunan, entah itu istana, kuil, atau tempat kediaman pribadi, adalah adanya dua halaman utama di mana dikelompokkan halaman-halaman yang lebih kecil dan banyak ruangan besar dan kecil”. 10 Kathleen Kenyon, Archaeology in the Holy Land (New York: Praeger, 1960), hlm. 286.
Kerajaan Patrimonial
239
Il. 101: Denah Megido, Level III, periode Asyur (abad ke-8 – ke-7 sM) (Gambar: C.S. Alexander, setelah Z. Herzog, Archaeology of the City, gambar 5.35, hlm. 269).
240
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Di Tell Jemmeh (Yurza/Arsa), bangunan yang berasal dari abad ke-7 dengan setidaknya enam bilik atau ruang yang saling berhubungan jelas merupakan gaya Asyur. Lengkung kubahnya, yang dibuat dari batu bata dengan gaya yang mirip dengan yang ada di Dur Sharrukin (Khorsabad), menyiratkan bahwa bangunan ini merupakan pusat adminitrasi dari seorang pejabat tinggi Asyur.11
Meja Sang Raja Merupakan sebuah kehormatan besar jika seseorang diundang duduk di meja sang raja. Perayaan Bulan Baru (khōdeš, berasal dari kata kerja khādaš, ”membuat baru”), hari pertama suatu bulan berdasarkan perhitungan bulan adalah waktu untuk beristirahat dan berpesta (Am. 8:5). Daud menghina Saul dengan kembali ke Betlehem untuk melakukan pengorbanan tahunan bersama keluarganya sendiri (harfiah: ”untuk mengorbankan hari-hari”, zebakh hayyāmîm, 1 Sam. 20:6), daripada berpartisipasi bersama keluarga Saul di dalam pengorbanan di Gibea, yang berlangsung selama dua atau tiga hari (1 Sam. 20:5, 18, 24-27). Aturan mengenai pengorbanan di Bulan Baru ditulis secara detail di dalam Bilangan 18:11-15. Untuk mengumpulkan rakyat bagi perayaan tersebut, si pemazmur berkata, ”Tiuplah sangkakala (šôpār) pada bulan baru (khōdeš), pada bulan purnama, pada hari raya kita” (Mzm. 81:4). Daud memperbesar kebaikannya kepada Mefiboset, anak Yonatan, dengan mengundangnya untuk duduk di meja sang raja (2 Sam. 9:1-13). Meskipun hal itu merupakan hak istimewa untuk makan di meja raja, para tamu harus menyediakan makanannya sendiri (1 Raj. 2:7; 18:19; 2 Raj. 25:27-29; Yer. 52:31). Sebagai seorang pemilik kebun, Mefiboset diharapkan mempersiapkan makanan sendiri dari hasil kebunnya (2 Sam. 9:10). Daud berkata kepada hamba Saul, Ziba, ”’Engkau harus mengerjakan tanah baginya, engkau, anak-anakmu dan hamba-hambamu, dan harus membawa masuk tuaiannya, supaya cucu tuanmu itu ada makanannya. Mefiboset, cucu tuanmu itu, akan tetap makan sehidangan dengan aku.’ Ziba mempunyai lima belas orang anak laki-laki dan dua puluh orang hamba” (2 Sam. 9:10).
11 Ronny Reich, ”Palaces and Residences in the Iron Age”, di dalam A. Kempinski dan R. Reich, peny., The Architecture of Ancient Israel (Yerusalem: Israel Exploration Society, 1992), hlm. 214-22.
241
Kerajaan Patrimonial
SISTEM PENGAIRAN KOTA Sistem Pengairan Bawah Tanah Pada Zaman Besi, para perancang kota Israel yang mempunyai keahlian insinyur yang canggih, juga mempunyai pengetahuan tentang hidrologi dan geologi, memampukan mereka untuk membangun sistem pengairan bawah tanah.12 Ada dua jenis sistem pengairan air yang utama: sistem utara dan sistem selatan. Kelompok utara meliputi Gibeon, Hazor, Gezer, dan Megido. Mereka menggali lubang melalui lapisan-lapisan tanah untuk mencapai permukaan air bawah tanah dan memperoleh air. Kelompok selatan meliputi Arad, Bet Shemes, Kadesh Barnea, dan Tel Sheva, di mana wadukwaduk atau penampungan air yang besar menampung air untuk penduduk kota.
Gibeon Dua saluran air dibangun di Gibeon, yang satu menggantikan yang lainnya.13 Para insinyur Gibeon menemukan sebuah sumber air tawar di dalam tembok-tembok kota mereka, yang terletak di bawah desa modern el-Jib, 8 km sebelah barat laut Yerusalem, yang mempunyai dua sistem pengairan yang terpisah secara berdekatan, di mana airnya berasal dari mata air yang sama. Sistem pengairan yang pertama berupa sebuah lubang berbentuk silinder, sebuah tangga terowongan, dan sebuah ruangan sumber air bawah tanah. Sistem pengairan ini, yang terbuat dari batu keras sebelum abad ke-10, terletak di atas lereng. Lubang yang besar itu (berdiameter 11,8 m dan kedalamannya 10,8 m) mungkin aslinya memiliki bak penampungan besar untuk menampung air hujan. Sebuah tangga melingkar dengan pegangan ditancapkan di sekeliling dindingnya. Kira-kira seabad kemudian, tangganya diperpanjang sampai ke bawah lantai sumur menuju sebuah ruangan yang mencapai permukaan air bawah tanah. Untuk memperbanyak persediaan air, sistem pengairan yang kedua dibangun, yang terdiri dari sebuah tangga terowongan, ruangan air, dan sebuah pipa penyalur. Terowongan tersebut berada di sebelah dalam dinding mengarah ke ruangan air yang berada di bawah tanah di luar kota. Ruangan air ini berisi air tawar yang berasal dari suatu sumber. Menurut si penggalinya, James Pritchard, dasar tong-tong dan bak-bak penampungan harus diplester untuk mewadahi air. Pritchard memperkirakan bahwa seluruh pekerjanya akan membutuhkan waktu 23.000 jam untuk membersihkan puingpuing dari sistem pengairan tersebut. Tentu saja waktu yang jauh lebih lama akan
Dan P. Cole, ”How Water Tunnels Worked”, BAR 6 (1980), hlm. 8-29. James B. Pritchard, The Water System of Gibeon (Philadelhia: University Museum, University of Pennsylvania, 1961), hlm. 82-83. 12 13
296
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Bab 5
Kebudayaan dan Ekspresi Kehidupan
Pakaian dan Perhiasan Mengenakan pakaian, yang berasal dari sejak awal periode Paleolitik, tidak hanya perlu untuk kesehatan dan perta hanan hidup, tetapi juga mengemban makna sosial dalam kehidupan tiap peradaban. Gaya pakaian sering kali merupakan ciri kesukuan seseorang. Kualitas dan manufaktur pakaian adalah ukuran bagi posisi tingkatan sosial dan ekonomi seseorang. Jubah yang penuh hiasan dan pakaian yang berwarna yang berkualitas tinggi men jadi simbol sebuah status. Pakaian sering kali menandakan identitas pemakainya – kita adalah apa yang kita pakai – seperti dalam hal jubah bagi imam-imam dan seragam bagi tentara. Pakaian atau apa yang dilakukan seseorang dengan pakaian bisa membawa makna simbolik. Pada zaman Alkitab, untuk membuka atau merobek pakaian di depan umum merupakan sebuah tanda, entah perkabungan atau keputusasaan; misalnya: ”Dan berkatalah Daud kepada Yoab dan kepada segala rakyat yang bersama-sama dengan dia: ’Koyakkanlah pakaianmu dan lilitkanlah pada tubuhmu kain kabung dan merataplah di depan mayat Abner’” (2 Sam. 3:31; juga Yer. 41:5). Pakaian juga mengkonotasikan peralihan kekuasaan,
296
Il. 131: Bangsawan Kanaan yang mengenakan penutup kepala, mantel berlengan dengan rok berpinggiran yang melingkar, dengan tangan terangkat. Sebuah piagam perunggu dari Hazor, dari abad ke-15 sM (Gambar oleh C.S. Alexander berdasarkan Y. Yadin, Hazor: The Rediscovery of a Great Citadel of the Bible).
Kebudayaan dan Ekspresi Kehidupan
Il. 132: Raja duduk di singgasana, dari dua pecahan tembikar bergambar di Ramat Rahel, berasal dari abad ke-8 hingga ke-7 sM (Berdasarkan Y. Aharoni, Excavations at Ramat Rahel).
297
Il. 133: Relief batu bergambar bangsawan Kanaan/ Phoenisia, berasal dari Zaman Besi II (Seizin E. Stern, Tel Dor Excavations).
seperti di dalam kisah Elia, yang hak kenabiannya diserahkan kepada Elisa melalui jubah Elia: ”Ia mengambil jubah Elia yang telah terjatuh itu, dipukulkannya ke atas air itu sambil berseru: ’Di manakah Tuhan, Allah Elia?’” (2 Raj. 2:14). Pelepasan Raja Yoyakhin dari penjara diwujudkan dengan mengganti pakaian: ketika Ewil-Merodakh (Amel-Marduk dalam bahasa Akad), raja Babel, melepaskan Yoyakhin dari penjara, Yoyakhin melepaskan pakaian penjaranya dan makan tiap hari di hadapan sang raja (2 Raj. 25:27-29). Terlepas dari banyaknya rujukan terhadap pakaian di dalam Alkitab, kita tidak punya pengetahuan yang detail mengenai pakaian orang Israel. Jarang sekali tekstil dapat bertahan dalam cuaca Laut Tengah di Palestina, meskipun mungkin bisa bertahan di daerah stepa atau lingkungan yang kering seperti Negev, Sinai, dan Padang Gurun Yudea. Dari catatan Alkitab dan catatan-catatan tertulis lainnya muncullah nama-nama dari berbagai pakaian, tetapi tidak penggambarannya. Nama-nama tersebut sangat sulit untuk diidentifikasikan secara detail, seperti terbukti di dalam terjemahan modern Alkitab. Juga, karena adanya larangan atas ikon, penggambaran pakaian orang Israel bergantung pada seni budaya para tetangga. Namun, meskipun agama resmi Israel
298
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Il. 134a: ”Tugu Hitam” dari Salmaneser III (858-824 sM), ditemukan di Nimrud pada tahun 1846; tingginya 2,02 m. Lima meter gambar panel terdapat pada keempat sisi tugu. Berbagai penguasa yang mencerminkan keagungan nege rinya masing-masing mempersembahkan upeti kepada raja Asyur (Seizin Trustees of the British Museum).
Kebudayaan dan Ekspresi Kehidupan
299 Il. 134b-e: ”Tugu Hitam” dari Salmaneser III (858-824 sM). Baris kedua dari atas adalah em pat baris gambar panel di mana Salmaneser menerima upeti dari ”Yehu, anak Omri”, yang sujud menyembah di hadapan sang raja Asyur. Di belakang sang raja terdapat dua orang pelayan, salah satunya memayungi sang raja dengan sebuah payung. Di belakang Yehu berdiri empat orang Asyur yang menuntun prosesi tiga belas pengantar ba rang dari Israel. Tiap pengantar barang mempunyai jenggot dan mengenakan topi berujung lancip dan sepatu lancip. Me reka memakai jubah panjang (kuttōnet), yang ditutupi de ngan jaket berpinggiran (śimlâ) dengan jumbai berkibar. Tu lisan dengan bahasa Asyur berbunyi:
ma-da-tu šá ia-ú-a DUMU huum-ri-i KÙ.BABBAR.MEŠ. KÙ.GI.MEŠ sap-lu KÙ.GI zuq-u-ut KÙ-GI qa-bu-a-te mes KÙ.GI da-la-ni mes KÙ.GI. AN.NA.MEŠ gishu-tar-tú ša-qât sarri gispu-aš-hati am-hur-šu dan dapat diterjemahkan sebagai berikut:1 Upeti dari Yehu, anak Omri: pe rak, emas, dan mangkuk emas,2 vas bunga emas,3 cawan emas, ember emas, 4 timah putih, 5 sebuah tongkat di tangan raja,6 (dan) lembing, 7 aku terima darinya. (Ilustrasi: K. Vagliardo; berda sarkan Sir Austen Henry Layard, The Monuments of Nineweh [1849]).
300
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Catatan-catatan untuk Ilustrasi 134 1 Lihat A.Kirk Grayson, Assyrian Rulers of the Early First Millenium BC. II (850-745 B.C.), The Royal Inscription of Mesopotamia, Assyrian Period vol. 3; (Toronto: University of Toronto Press, 1996), hlm. 149: No. 88, untuk edisi standar bagi teks ini. Kami sangat berterima kasih kepada Peter Machinist yang membantu terjemahan ini. 2 Mungkin dibawa oleh Pengangkut barang #2; saplu Akad, bnd. istilah Ibrani sēpel (misalnya, Hak. 5:25; 6:38). 3 Mungkin dibawa oleh Pengangkut barang #3 atau #6. 4 Dibawa oleh para Pengangkut barang #4, 5 atau #11, 12; dālu/dālāni (jamak) Neo-Asyur, bnd. istilah Ibrani dĕlî (misalnya, Bil. 24:7; Yes. 40:15). 5 Pengangkut barang #9 dan #10 tampaknya membawa batangan-batangan logam di bahu mereka. Timah putih juga tembaga dan timah hitam dikirim berupa logam batangan; tetapi hanya istilah timah putih yang disebutkan di sini, tidak logam batangan. 6 Atau mungkin: ”sebuah tongkat yang dipergunakan oleh raja”. Dibawa oleh Pengangkut barang #5. Ini adalah tongkat kayu. 7 Membaca pu-aš-ha-ti dengan kata imbuhan kayu berarti ”tombak” atau ”lembing”. Dibawa oleh Pengangkut barang #7 dan #8.
Il. 135: Relief Lakhis dari Niniwe: Seorang Lakhis yang menjadi tawanan bersama dengan kedua anaknya yang masih kecil (Seizin Expedition to Lakhis, D. Ussishkin, Direktur; Foto: A. Hay).
melarang gambar-gambar, la rangan terhadap lukisan tidak begitu ketat sebelum masa Pembuangan. Sumber-sumber informasi yang paling berguna tentang pakaian adalah gambar-gambar pada monumen-monumen Timur Tengah, termasuk seni pahat, gambar-gambar din ding, dan relief-relief. Gambar dari Tugu Hitam (Il. 134a-e) memotret gambar dari bangsabangsa kalah, termasuk Raja Yehu dari Israel, yang sedang mempersembahkan upeti kepa da Raja Asyur, Salmaneser III, di Nimrod (Irak), dan Relief Lakhis pada dinding istana di Niniwe yang memperingati keme nangan Raja Asyur, Sanherib, pada tahun 701 sM atas Yehuda di Lakhis. Meskipun berasal dari satu milenium lebih awal (kirakira tahun 1890 sM), gambar dinding Mesir pada kuburan Khnumhotep III di Beni Hasan,
Il. 136: Piagam gading berukir, yang menggambarkan sang penguasa Megido, berasal dari akhir abad ke-13 atau awal abad ke-12 sM (Seizin Israel Museum; Foto: D. Harris).
Kebudayaan dan Ekspresi Kehidupan
301
302
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
yang menggambarkan para utusan dari Kanaan atau Amor yang menghadap kepada Khnumhotep, seorang pejabat tinggi Mesir, dapat memberikan petunjuk. Sebuah sumber yang secara khusus sangat bermanfaat adalah piagam gading yang terkenal dari Megido yang menggambarkan sebuah kemenangan dari seorang raja atau pangeran Kanaan dengan gambar berseri (ANEP, 332). Sambil duduk di atas singgasana dan minum dari sebuah mangkuk, sang raja berpakaian jubah gemerlapan, mirip dengan jubah orang Kanaan yang terdapat di dalam kuburan Ramses III. Ia memakai jubah panjang semata kaki, jaket panjang selutut, sebuah toga yang disampirkan di pundak, dan tutup kepala atau helm yang kencang di atas kepalanya yang gundul (Il. 136). Para pelayannya memakai jubah panjang semata kaki. Seorang tentara mengenakan rok pendek yang menggiring dua tahanan bersunat dengan penutup kepala kain berbentuk seperti kantong dalam prosesi di hadapan sang raja. Ketelanjangan mereka, dalam konteks ini, adalah tanda penghinaan. Para tawanan ini tentunya adalah Shasu dan bukan para Pelaut, seperti yang diduga oleh beberapa orang. Seorang perempuan, mungkin adalah sang ratu, mengenakan pakaian Siria sepanjang mata kaki dan mengenakan tiara atau mahkota, berdiri di hadapan sang raja yang duduk di singgasana, sementara si perempuan mempersembahkan air berbunga bakung kepadanya. Di belakang si perempuan, seorang pemusik perempuan memainkan kecapi bersenar sembilan yang bentuknya tidak simetris.
Pakaian Istilah Ibrani yang paling umum untuk pakaian, yang digunakan lebih 200 kali di dalam Alkitab Ibrani, adalah beged. Istilah tersebut dapat dikenakan baik pada pakaian perempuan maupun laki-laki, baik pakaian orang kaya maupun pakaian orang miskin. Pakaian yang longgar terutama dibuat dari bahan wol, lenan atau linen, dan katun. Wol adalah bahan utama industri tekstil Babel dan Asyur. Di Israel, wol merupakan bahan umum untuk pakaian, karena lenan jauh lebih mahal. Karena wol sangat sulit untuk dicuci, maka pakaian wol tidak terlalu sering dibersihkan. Berganti pakaian merupakan peristiwa yang jarang terjadi, sebuah kemewahan yang tidak lazim dilakukan rakyat biasa. Tetapi, terdapat beberapa contoh Alkitab mengenai kaum elite yang mengganti pakaiannya. Yusuf memberikan kepada saudara-saudaranya perbekalan untuk melakukan perjalanan pulang ke Kanaan: ”Kepada mereka masing-masing diberikannya sepotong pesalin (hălipōt śĕmālōt) dan kepada Benyamin diberikannya tiga ratus uang perak dan lima potong pesalin (hălipōt śĕmālōt)” (Kej. 45:22). Samson menjanjikan 30 jubah lenan dan 30 pesalin (hălipōt bĕgādîm) kepada 30 tamu pada pesta perkawinannya (Hak. 14:12). Kemudian ia membunuh 30 laki-laki Askelon, mengambil pakaian mereka, dan memberikan pakaian pesta kepada mereka yang hadir dalam pesta pernikahan yang dapat memecahkan teka-tekinya (Hak. 14:19). Ketika
Kebudayaan dan Ekspresi Kehidupan
303
Allah menyuruh Yakub untuk pergi ke Betel, berdiam di sana, dan membuat sebuah mezbah, Yakub berkata kepada seisi rumahnya: ”Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu” (Kej. 35:2). Ketika Saul berkonsultasi dengan arwah di Endor, ”Lalu menyamarlah Saul, ia mengenakan pakaian lain dan pergilah ia” (1 Sam. 28:8). Ketika Daud mendapai kematian anak pertamanya yang ia peroleh dari Betsyeba, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian (2 Sam. 12:20). Di dalam perjalanan ke Israel, untuk mencari kesembuhan, Naaman membawa bersamanya ”sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas dan sepuluh potong kain (hălipōt begādîm)”, yang ia persembahkan kepada Elisa sebagai tanda terima kasih (2 Raj. 5:5). Kain kadang-kadang digunakan untuk tujuan-tujuan lain. Pada masa Keluaran, kita baca, ”bangsa itu [Israel] mengangkat adonannya, sebelum diragi, dengan tempat adonan mereka terbungkus dalam kainnya (śimlōtâm) di atas bahunya” (Kel. 12:34). Atas permintaan Gideon, lalu ”dihamparkan sehelai kain (śimlâ), maka masing-masing melemparkan anting-anting dari jarahannya” (Hak. 8:25).1 Undang-undang Alkitab melarang merajut pakaian yang terbuat dari bahan campuran wol dan lenan: ”Janganlah engkau memakai pakaian yang dua jenis bahannya, yakni bulu domba dan lenan bersama-sama (Ul. 22:11). Para imam biasanya dituntut untuk memakai pakaian lenan: ”Maka kalau mereka hendak masuk dari pintu-pintu gerbang pelataran dalam, mereka (kaum Lewi) harus mengenakan pakaian lenan; mereka tidak boleh memakai pakaian bulu domba waktu mereka bertugas di pintupintu gerbang pelataran dalam atau waktu menyelenggarakan kebaktian dalam Bait Suci” (Yeh. 44:17). Para imam Israel mengenakan celana dalam lenan (miknĕsê-bād), ”sejenis rok kerja ganda untuk menutupi selangkangan”,2 sebagai bagian dari pakaian upacara mereka (Kel. 28:42). Di antara barang jarahan yang diangkut oleh Tiglat-pileser III dari Asyur dalam operasi militernya melawan Siria dan Palestina terdapatlah: ”pakaian-pakaian lenan dengan garis-garis hiasan berwarna-warni, pakaian-pakaian (industri) tradisional mereka (yang terbuat dari) wol berwarna ungu tua” (ANET, 282). Pakaian-pakaian berwarna ini sangat mahal harganya.
Pakaian Laki-laki Pakaian dalam yang langsung bersentuhan dengan kulit yang dipakai oleh kaum laki-laki adalah ’ēzôr dari bahan lenan atau kulit, suatu penutup di sekeliling rok yang dapat dibandingkan dengan rok pendek atau cawat, yang ditahan oleh sebuah sabuk Edward Neufeld, ”Hygiene Conditions in Ancient Israel”, BA 34 (1971), hlm. 53. Willian L. Holladay, A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament (Grand Rapid: Wm.B. Eerdmans Pub. Co., 1971), hlm. 194. 1 2
304
Il. 137: Arca Yerah‘azor yang terbuat dari batu gamping yang berasal dari kota benteng Amman, berasal dari akhir abad ke-8 sM (Seizin Amman Archaeological Museum dan P. Bienkowski).
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
(khăgôr/khăgôrâ). Ini adalah pakaian dasar bagi tentara dan buruh Israel. Salah satu tindakan simbolis dari Yeremia adalah meli batkan sepotong cawat: ”Beginilah firman Tuhan kepadaku: ’Pergilah membeli ikat pinggang lenan (’ēzôr pištîm – cawat lenan), ikatkanlah itu pada pinggangmu, tetapi jangan kaucelupkan ke dalam air’” (Yer. 13:1). Elia digambarkan sebagai ”seorang yang memakai pakaian bulu, dan ikat pinggang kulit (’ēzôr ‘ôr – cawat kulit) terikat pada pinggangnya” (2 Raj. 1:8). kuttōnet (Yunani: khiton), yang dikenakan menutupi ’ēzôr, adalah sama seperti jubah. Dipakai oleh laki-laki dan perempuan, yang membungkus mulai dari pundak sampai mata kaki, dengan lengan pendek atau panjang, dan biasanya terbuat dari wol. Orang Israel biasanya memakai kuttōnet ketika bekerja, menyingsingkannya pada
Il. 138: Relief Lakhis dari Niniwe: Satu keluarga Yehuda sedang meninggalkan Lakhis dalam Pembuangan (Seizin Expedition to Lachish, D. Ussishkin, Direktur; Foto: A. Hay).
Kebudayaan dan Ekspresi Kehidupan
Il. 139: Ubin berlapis kaca dari Istana Ramses III, Tel el-Yehudiyeh, yang menggambarkan seorang Siria yang terikat, mengenakan kostum dan gaya rambut khas Kanaan dari abad ke-12 sM (Seizin Trustees of the British Museum).
Il. 140: Ubin berlapir kaca dari Istana Ramses III, Tel elYehudiyeh, yang menggambar kan seorang Libya yang terikat (Seizin Trustees of the British Museum).
305
Il. 141: Ubin berlapis kaca dari Istana Ramses III, Tel el-Yehudiyeh, yang menggambarkan seorang Nubia (Seizin Trustees of the British Museum).
pinggang dengan sebuah sabuk atau selendang. Pada Tugu Hitam dari Salmaneser III, Yehu dan para pelayannya mengenakan pinggiran, jubah yang panjangnya semata kaki dengan lengan pendek, yang dikencangkan dengan ikat pinggang (Il. 134b). Di luar jubah panjang ini masih ada mantel berpinggiran dengan jumbai-jumbai di ujungnya. Pada Relief Lakhis dari Sanherib, para pemimpin Yehuda dilukiskan dalam dua jenis pakaian yang berbeda. Yang satu mengenakan baju tak berlengan, dengan sebuah jumbai berpinggiran yang tergantung di antara dua kaki; yang lainnya mengenakan pakaian yang dikenakan orang Yehuda ketika sedang menghadap raja Asyur, yaitu jubah berlengan pendek yang mencapai mata kaki, tanpa sabuk. Ketika para tawanan Yehuda kemudian hari bekerja untuk membangun istana Sanherib di Niniwe, mereka digambarkan mengenakan pakaian pendek dengan jumbai-jumbai berpinggiran, dikencangkan dengan sabuk.3 Sebagai sebuah tanda perasaan khususnya terhadap Yusuf, Yakub, ayahnya, menghadiahinya dengan ”jubah berwarna-warni” (berdasarkan rujukan tradisional pada Septuaginta). Arti dari istilah Ibrani kuttōnet passîm, yang sekarang ini diterjemahkan dengan ”jubah panjang berlengan” (”jubah yang maha indah”, menurut TB-LAI – Kej. 37:3), tidaklah pasti. Satu-satunya penggunaan lain atas istilah kuttônet passîm muncul di dalam kisah pemerkosaan Tamar oleh Amnon, di mana Tamar digambarkan sedang 3 David Ussishkin, The Conquest of Lachish by Sennacherib (Tel Aviv: Institute of Archaeology, Tel Aviv University, 1982), hlm. 128.
306
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
memakai ”jubah panjang berlengan” (”baju kurung yang maha indah”, menurut TBLAI – 2 Sam. 13:18). Mungkin ”jubah panjang berlengan panjang” merupakan upaya terjemahan terbaik untuk kĕtōnet passîm. Jubah Yusuf yang mahal, yang membuatnya berbeda dari teman sepemainannya, adalah salah satu contoh terbaik dari fungsi pakai an yang diketahui di dalam kisah-kisah Alkitab. khăgôrâ adalah kain panjang yang terbuat dari wol atau lenan, yang dililitkan di sekitar pinggang di luar jubah, sama dengan angkin atau selendang. Lipatannya dapat diselipi senjata atau benda-benda lain; sebagai misal, ”Adapun Yoab mengenakan pakaian perang (middô) dan di luarnya ada ikat pinggang (khăgôr) dengan pedang bersarung terpaut pada pinggangnya” (2 Sam. 20:8). Seperti yang telah dicatat, untuk membebaskan kaki ketika sedang bekerja atau dalam perjalanan, kuttōnet kadangkadang diselipkan pada khăgôrâ. Istilah tersebut pertama kalinya muncul di dalam kisah Penciptaan, ketika Adam dan Hawa ”menyematkan daun pohon ara dan membuat cawat (khăgōrōt)” (Kej. 3:7). Ketika Sebna digantikan oleh Elyakim, Yahweh berkata kepada Sebna, ”Aku akan mengenakan jubahmu (kuttontekā) kepadanya dan ikat pinggangmu (’abnēţĕkā) akan Kuikatkan kepadanya, dan kekuasaanmu akan Kuberikan ke tangannya” (Yes. 22:21). Para imam mengenakan ’abnēţ pada saat ditahbiskan: ”Kau ikatkanlah ikat pinggang (’abnēţ) kepada mereka [Harun dan anak-anaknya]” (Kel. 29:9). ’abnēţ terbuat dari ”lenan halus yang dipintal benangnya, kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi dan tenunan yang berwarna-warna” (Kel. 39:29). Sebuah istilah umum untuk pakaian luar laki-laki dan perempuan, yang mirip dengan jubah, adalah kĕsût (dari kata kerja kāsâ, ”menutupi”). ”Haruslah engkau membuat tali yang terpilin pada keempat punca kain penutup (tĕkasseh) tubuhmu” (Ul. 22:12). Sebuah istilah yang lebih khusus adalah śimlâ/śalmâ (Yunani: himation). Panjangnya mencapai bawah lutut, terkadang dililitkan begitu saja di sekujur tubuh; pada saat yang lain pakaian ini dikenakan seperti toga menutupi tubuh dan diikat dengan sebuah sabuk. Dalam kedua hal tersebut, pakaian ini melindungi pemakainya dari hawa dingin dan hujan. Pakaian ini dibuat dari sepotong kain empat persegi dan dapat didekorasi dengan suatu keliman dan banyak hiasannya bagi orang-orang yang berkedudukan tinggi. Tugu Hitam (Il. 134b) menggambarkan Raja Yehu dari Israel sedang sujud dengan jubah luar yang berpinggiran yang disampirkan di atas pundak kiri. Biasanya śimlâ/śalmâ dilepaskan ketika sedang bekerja. Pakaian ini juga berfungsi ganda sebagai sebuah selimut pada malam hari. Seorang Israel dapat membayar hutang dengan menggadaikan śimlâ/śalmâ yang dimilikinya. Kitab Perjanjian (Kel. 20–23) menetapkan bahwa sebuah jubah dari orang miskin yang digunakan untuk membayar hutang tidak boleh ditahan melewati malam hari oleh pemberi hutang, karena jubah tersebut merupakan satu-satunya pelindung bagi orang miskin itu terhadap dinginnya malam: ”Jika engkau sampai mengambil jubah (śalmâ) temanmu sebagai gadai, maka haruslah engkau mengembalikannya kepadanya sebelum matahari terbenam, sebab
Kebudayaan dan Ekspresi Kehidupan
307
Il. 142a-b: Relief Merneptah, dari akhir abad ke-13 di Karnak. Pada kedua gambar bagian bawah di sebelah kiri, tidak diidentifikasikan secara khusus, adalah Gezer dan Yano‘am, seperti dise butkan di dalam tugu ke menangan Merneptah. Relief dinding ini dulunya dianggap karya Ramses II, tetapi kini diberi tarikh pada zaman Merneptah. Perhatikan bahwa orang Israel pada gambar atas mengenakan jenis pakaian dan tata rias rambut yang sama seperti orang Kanaan dari Askelon (kedua dari atas), yang diidentifikasikan di dalam inskripsi yang terdapat di sebelah kanan benteng mereka (Gambar dan rekonstruksi: © L.E. Stager, dengan F. Yurco).
364
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Bab 6
Lembaga-lembaga Keagamaan
Ibadat atau kultus sekarang ini secara luas diterima sebagai kelompok-kelompok pinggiran atau gerakan-gerakan keagamaan baru. Definisi-definisi mengenai ”ibadat” di dalam kamus-kamus sering kali merujuk pada sekte-sekte keagamaan, kaum ekstremis, dan ajaran-ajaran sinkretisme; dengan kata lain, istilah ibadat atau kultus sering kali dipakai dalam konotasi pejoratif. Dalam konteks Alkitab, ibadat merupakan sebuah istilah yang lebih luas daripada peribadatan dan meliputi ritual-ritual, doa-doa, ziarahziarah, dan korban-korban.1 Roland de Vaux mendefinisikan ibadat sebagai ”semua aktivitas yang dilakukan oleh komunitas atau individu untuk mewujudkan kehidupan keagamaan mereka, yang dengannya mereka mencari dan menerima hubungan dengan Allah”.2 Singkatnya, ibadat atau kultus boleh didefinisikan sebagai sarana formal untuk mengekspresikan ketakziman religius. Bahasa Ibrani mempunyai dua istilah mendasar yang menunjukkan tindakan peribadatan: ‘ābad, ”melayani” (demikian juga dengan kata benda ‘ăbōdâ, ”pelayanan”), dan hištakhăwâ (akar kata, khwh), ”merebahkan diri”. Seperti seseorang melayani sang raja, adalah kewajiban bagi seseorang untuk menghormati sang ilahi. Gerakan-gerakan eksternal harus dihubungkan dengan sikap bagian dalam, keduanya layak untuk diguna kan melayani Allah dengan benar. Di dalam sebuah penghakiman mengenai puasa, Deutero-Yesaya mendefinisikan ibadah yang sejati dalam istilah-istilah doktrin Alkitab mengenai kebenaran: ”Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau 1 Dua sumber yang sangat membantu adalah Rainer Albertz, A History of Israelite Religion in the Old Testament Period London: SCM Press, 1994), dan Patrick D. Miller, The Religion of Ancient Israel, LAI (Louisville: Westminster John Knox, 2000). 2 Roland de Vaux, Ancient Israel (New York: McGraw Hill, 1961), hlm. 271.
364
Lembaga-lembaga Keagamaan
365
membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!” (Yes. 58:6-7). Yang menyatu dengan kegiatan keagamaan orang Israel adalah tempat-tempat peribadatan lokal dalam berbagai bentuk, termasuk gunung-gunung, barang-barang keramat yang berpindah-pindah seperti Tabut Perjanjian atau kemah suci, bait-bait pedesaan, dan bāmôt (tunggal, bāmâ), yang secara kovensional merujuk pada ”tempattempat tinggi”.
SITUS-SITUS KERAMAT ”Tempat-tempat Tinggi” bāmôt disebutkan lebih dari 100 di dalam Alkitab. Sifat, bentuk, dan arsitekturnya masih diperdebatkan, dan para sarjana tidak sepakat tentang definisi dan terjemahan dari bāmâ. Di Israel dan Yehuda kuno, banyak tempat kudus, terletak baik di perkotaan maupun di pedesaan, yang diidentifikasikan sebagai bāmôt. Bangunan peribadatan
Il. 184: Rekonstruksi sebuah bāmâ (”tempat tinggi”) di pintu gerbang kota di Betsaida, dengan tugu Baal Hadad di atas podium. Berasal dari Zaman Besi II (Gambar: C.S. Alexander, berdasarkan Rami Arav, dkk., ”Bethsaida Rediscovered”, BAR 26/1 (2000), hlm. 48-49, dan O. Keel, Goddesses and Tress, New Moon and Yahweh, 1998, gambar 106).
366
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
ini secara tradisional dibayangkan sebagai undakan yang naik ke atas, dibangun di udara terbuka, di mana ritual keagamaan dilaksanakan. bāmâ sebuah istilah kultis dapat merujuk pada sebuah situs keramat yang secara alamiah ditinggikan (seperti pada puncak bukit) atau ditinggikan secara buatan (seperti pada puncak undakan) (Il. 184). Ide mengenai undakan yang meninggi mungkin berasal dari rujukan kepada Samuel dan Saul yang naik-turun bāmâ, di mana Samuel mempersembahkan suatu persembahan korban sehari sebe lum ia mengurapi Saul menjadi raja: ”Jawab Samuel kepada Saul, katanya: ’Akulah pelihat itu. Naiklah mendahului aku ke bukit (‘ălēh lĕpānay habbāmâ). Hari ini kamu makan bersa ma-sama dengan daku’” (1 Sam. 9:19). ”Sesudah itu turunlah mereka dari bukit (wayyērdû mēhabbāmâ) ke kota. Dan Samuel bercakap-cakap dengan Saul di atas sotoh” [kali mat terakhir dalam bahasa Inggris tertulis: a bed was spread for Saul on the Il. 185: Tampilan jarak dekat dari tugu Baal Hadad, dengan roof, dan he lay down to sleep, yang terje kepala banteng, dipersenjatai pedang atau belati (Gambar: C.S. Alexander, berdasarkan ”Bethsaida Rediscovered”, hlm. 50). mahannya adalah: ”sebuah tempat tidur dihamparkan di atas sotoh bagi Saul, dan kemudian ia berbaring tidur”] (1 Sam. 9:25). Penggambaran paling detail dari Alkitab mengenai bāmâ tampak dalam konteks Samuel yang mengurapi Saul (1 Sam. 9:1–10:16), di mana korban persembahan disantap bersama. Berhubungan dengan bāmâ adalah liškâ, ruangan yang digunakan untuk makan (1 Sam. 9:22), tempat korban makanan disantap. Di tempat lain di dalam Alkitab, lĕšākôt (jamak) merujuk pada ruangan-ruangan yang digunakan untuk berbagai macam fungsi di dalam Bait Suci Kedua Yerusalem. bāmôt dihiasi dengan benda-benda peribadatan, termasuk altar mizbĕkhôt), tiang-tiang batu (masysyēbôt), dan deretan pepohonan (’ăšērîm).
Lembaga-lembaga Keagamaan
367
Sebuah bêt bāmâ adalah sejenis bangunan kuil di mana seorang imam dituntut untuk melayani. ”Ia [Yerobeam I] membuat juga kuil-kuil di atas bukit-bukit pengorbanan, dan mengangkat imam-imam dari kalangan rakyat yang bukan dari bani Lewi” (1 Raj. 12:31). Pada masa pemerintahan Daud dan Salomo, bâmôt merupakan tempat-tempat kultis yang resmi di wilayah pedesaan Israel. Baik Daud maupun Salomo berlangganan bāmâ di Gibeon yang ada di bawah pengayoman Daud: ”Tetapi Zadok, imam itu, dan saudara-saudara sepuaknya, para imam, ditinggalkannya [Daud] di hadapan Kemah Suci Tuhan di bukit pengorbanan (bāmâ) yang di Gibeon, supaya pagi dan petang tetap dipersembahkan korban bakaran kepada Tuhan di atas mezbah korban bakaran, dan supaya dikerjakan segala yang tertulis dalam Taurat Tuhan yang diperintahkanNya kepada orang Israel” (1 Taw. 16:39-40). Salomo juga mempersembahkan korban persembahan pada bāmâ di Gibeon: ”Dan Salomo menunjukkan kasihnya kepada Tuhan dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya; hanya, ia masih mempersembahkan korban sembelihan dan ukupan di bukit-bukit pengorbanan (habbāmâ hagĕdôlâ)” (1 Raj. 3:3). Yesaya menyinggung peribadatan di bāmôt di Moab: ”Puteri Dibon [Dhiban modern] naik ke bukit-bukit pengorbanan (bāmôt) untuk menangis; Moab meratap karena Nebo dan karena Medeba” (Yes. 15:2; juga 16:12). Baru pada akhir abad ke-8, pada zaman pemerintahan Hizkia, terjadi penghancuran tempat-tempat tinggi: ”Dialah (Hizkia) yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang (habbāmôt) meremukkan tugu-tugu berhala (hammasysyēbōt) dan yang menebang tiang-tiang berhala (hā’ăšērâ)” (2 Raj. 18:4). Sebagai akibat dari reformasi yang dilakukan oleh Yosia (tahun 622/621 sM), peribadatan religius dipusatkan di Yerusalem. Ia menghancurkan kuil-kuil lokal, memurnikan peribadatan di Yerusalem, dan melenyapkan bāmôt di seluruh negeri: ”Ia [Yosia] menajiskan bukit-bukit pengorbanan (habbāmôt), tempat para imam itu membakar korban, dari Geba [sebelah utara Laut Mati] sampai Bersyeba” (2 Raj. 23:8). Para penulis Deuteronomis (kitab-kitab di dalam Alkitab, mulai dari Yosua sampai Raja-raja, yang dipengaruhi oleh Ulangan) memberi komentar negatif pada bāmôt. Di dalam teologi Ulangan, tempat-tempat tinggi (TB-LAI: ”bukit-bukit pengorbanan”) dianggap kuil-kuil yang haram setelah terbangunnya Bait Suci, karena sejak saat itu peribadatan harus dilakukan hanya di kuil pusat yang ada di Yerusalem. Amos menubuatkan, ”Bukit-bukit pengorbanan (bāmôt) daripada Ishak akan dilicintandaskan” (Am. 7:9). Hosea meramalkan bahwa Allah akan menghukum kesesatan Israel dengan menghancurkan tempat-tempat peribadatan dan mengubah tempat-tempat itu menjadi padang gurun: ”Bukit-bukit pengorbanan (bāmôt) Awen [Betel], yakni dosa Israel, akan dimusnahkan. Semak duri dan rumput duri akan tumbuh di atas mezbah-mezbahnya” (Hos. 10:8). Pada tahun-tahun belakangan ini para arkheolog telah menemukan beberapa situs kultik yang boleh dikualifikasikan sebagai bâmôt. Yang merupakan bagian yang integral dengan bāmôt atau kuil-kuil lokal ini, di mana peribadatan sinkretistik dipraktikkan,
368
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
adalah ’ăšērîm (tiang-tiang berhala), masysyēbôt (”tugu-tugu berhala”), dan mezbahmezbah.
Situs Lembu Situs kultik paling tua yang bisa dianggap milik orang Israel yang dapat diketahui terletak di ujung wilayah dekat Dothan di sebelah utara Samaria. Meskipun konteks arkheologisnya secara persis tidak dapat diketahui, hewan yang dibuat dengan bagus tetapi tampak lamban ini tampaknya berkaitan dengan situs kultik di udara terbuka, yang digambarkan oleh penggalinya, Amihai Mazar,3 sebagai wilayah yang berbentuk lingkaran elips yang dilapisi dengan batu-batu rata dan terdiri dari sebuah batu besar yang berdiri tegak, mungkin sebuah masysyēbâ, demikian juga dengan potonganpotongan dari tempat pembakaran dupa dan tulang-belulang hewan. Beberapa sarjana mempertanyakan apakah situs kultik ini memang milik orang Israel, karena memang sulit untuk membedakan antara materi-materi kebudayaan orang Kanaan dan orang Israel pada Zaman Besi Awal. Bukti untuk menentukan bahwa ”situs lembu” adalah tempat kultik tidaklah meyakinkan, menurut Michael Coogan.4 Lembu, yang merupakan unsur penting di dalam tradisi kultik orang Kanaan, diidentifikasikan dengan dewa orang Kanaan, El; anak lembu, dengan Baal. Penemuan ini mengingatkan pada Yerobeam I, yang meletakkan anak lembu emas di dalam kuil di Dan dan Betel supaya orang-orang dari wilayah kerajaan Israel Utara tidak melakukan perjalanan ke Selatan untuk melakukan peribadatan di Yerusalem (1 Raj. 12:26-33). Catatan mengenai ”anak lembu emas” yang punya nama buruk itu (Kel. 32), yang dibentuk oleh Harun untuk disembah orang Israel, mungkin dimaksudkan sebagai serangan halus terhadap Yerobeam I karena telah membangun kultik lembu di kerajaan Israel Utara.
Wilayah Keramat di Dan Setelah pemerintahan Salomo, kesatuan kerajaan pecah menjadi dua. Wilayah yang lebih besar dan lebih makmur adalah wilayah kerajaan Israel Utara, sementara yang lebih kecil, negeri terpencil, adalah kerajaan Yehuda di selatan. Kota ritual yang resmi, Yerusalem, tetap menjadi ibu kota Yehuda, sementara di Israel Utara ibu kota politis dipisahkan dari dua pusat keagamaan: Dan di sebelah utara, dan Betel di sebelah selatan. Raja yang memisahkan diri, Raja Yerobeam I, yang bukan dari dinasti Daud, memba Amihai Mazar, ”The ’Bull Site’: An Iron Age I Open Cult Place”, BASOR 247 (1982), hlm. 27-42. Michael D. Coogan, ”Of Cults and Cultures: Reflections on the Interpretation of Archaeological Evidence”, PEQ 119 (1987), hlm. 1-8. 3 4
Lembaga-lembaga Keagamaan
369
ngun pusat-pusat peribadatan dan peziarahan tambahan pada batas-batas terjauh dari wilayah kerajaannya, untuk melenyapkan daya tarik Yerusalem bagi rakyatnya. Menurut sejarawan Deuteronomi, Yerobeam I telah bersalah karena mendirikan ibadat-ibadat haram yang melibatkan anak-anak lembu emas sebagai pusat berhala mereka: Sesudah menimbang-nimbang, maka raja [Yerobeam] membuat dua anak lembu jantan dari emas dan ia berkata kepada mereka: ”Sudah cukup lamanya kamu pergi ke Yerusa lem. Hai Israel, lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.” Lalu ia menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan. Maka hal itu menyebabkan orang berdosa .… Ia membuat juga kuil-kuil di atas bukit-bukit pengorbanan [baca: bāttê habbāmôt],5 dan mengangkat imam-imam dari kalangan rakyat yang bukan dari bani Lewi (1 Raj. 12:28-31).
Seperti apa yang kita baca mengenai ikonografi tiang kultik dari Taanakh (Il. 211), pusat provinsi Salomo dan sebuah kota kaum Lewi, lambang sapi adalah sebuah ikon atau emblem yang dapat diterima sepenuhnya untuk diasosiasikan dengan Yahweh sebelum perpecahan antara kerajaan Utara dan Selatan terjadi. Hanya, kemudian hari ikonografi kerubim dari Bait Suci Yerusalem menjadi dominan dan ikonografi anak lembu dari Dan dan Betel dikutuk sebagai berhala. Dalam memilih kuil-kuil nasional ganda tersebut, Yerobeam tidak hanya membuat ziarah ke situs-situs itu lebih mudah bagi rakyatnya, tetapi ia juga menyediakan imam-imam dari dua keluarga besar imam: imam yang berasal dari keturunan Harun dan imam yang menganggap Musa sebagai nenek moyangnya. Di dalam hal ini, ia mengikuti teladan Daud, yang sebelumnya telah mengangkat imam-imam dari kedua klan ini (dan yang pada waktu itu saling bersaing) untuk mengurusi perkara-perkara suci di Yerusalem. Asal-muasal etiologi dari kuil orang Dan jelaslah menandakan suatu gerakan Musais, atau orang-orang Musa. Ketika orang-orang Dan bergerak ke Utara di rumah baru di Lais (dinamai kembali Dan setelah penaklukannya), mereka membawa bersamanya seorang imam ketur unan Lewi (bnd. 1 Raj. 12:31 di atas) dari Betlehem di Yehuda, kemudian melayani rumah tangga Mikha, di wilayah perbukitan Efraim. Pemuda Lewi itu menyertai mereka dan membawa besertanya perlengkapan kultik, termasuk sebuah baju efod, terafim, dan sebuah pesel perak (mungkin berbentuk anak lembu). Namun, sebelum mereka menuju Utara, mereka meminta sang imam, ”Tanyakanlah kiranya kepada Allah, supaya kami ketahui apakah perjalanan yang kami tempuh ini akan berhasil” (Hak. 18:5). Spesialis kultik bertanya kepada suatu media, mungkin pasangan Urim dan Tumim keramat yang disimpan di dalam baju efod6 yang dengannya Lihat 1 Raja-raja 13:32 untuk bāttê habbāmôt; LXX dan Vulgata untuk bentuk jamak di dalam 1 Raj. 12:31. Dalam materi Alkitab yang lebih kuno, efod bukanlah pakaian terbuat dari kain lenan yang dipakai oleh imam besar, melainkan sebuah kotak untuk menyimpan Urim dan Tumim (lihat 1 Sam. 14:1-3, 41-42). Perhatikan juga bahwa di dalam perikop ini orang-orang Silo-Musa yang diberi baju efod. Lihat juga Cornelis Van Dam, The Urim and Thummim: A Means of Revelation in Ancient Israel (Winona Lake, Ind.: Eisenbrauns, 1997). 5 6
370
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Il. 186: Wilayah suci di Tel Dan dengan undakan, berasal dari zaman Yerobeam II (Seizin Tel Dan Excavations, Hebrew Union College, Jerusalem; Foto: A. Biran).
Il. 187: Wilayah suci di Tel Dan, berasal dari zaman Ahab (Seizin Tel Dan Excavations, Hebrew Union College, Jerusalem; Foto: A. Biran).
388
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
untuk tembok gedung, bertentangan dengan gambaran dari Alkitab bahwa altar harus terbuat dari batu yang tidak dipahat (’ăbānîm šĕlēmôt) (Ul. 27:6; Yos. 8:31). Altar ini mungkin digunakan untuk korban bakaran. Pembongkar an dan penggunaan kembali atas batu-batunya tampak sesuai dengan reformasi religius yang dilakukan oleh Hizkia yang menghendaki agar peribadatan dipusatkan di Yerusalem.
Penyangga Peribadatan ”Penyangga peribadatan” adalah kategori umum yang meliputi berbagai penyangga persembahan kecil yang bisa dibawa-bawa. Penyangga ini khas berasal dari Zaman Besi I dan II di Palestina. Penyangga yang berasal dari Zaman Besi II Akhir ditemukan di kuil tepi jalan orang Il. 209: Tulang sambungan lutut Edom di Horvat Qitmit, di Negev, dan ‘En Haseva yang digosok halus dari domba (Tamar Alkitab) pada jalan menuju Edom. Pirhiya Beck atau kambing, mungkin digunakan membagi penyangga-penyangga yang ada di Qitmit ke untuk mainan atau untuk tujuan ramal-meramal. Dari reruntuhan dalam dua kategori: penyangga silinder, yang terbuka Askelon pada tahun 604 sM (Seizin pada kedua ujungnya, dengan tempelan bentuk-bentuk Leon Levy Expedition to Ashkelon; binatang atau manusia, dan penyangga silinder tanpa Foto: I. Sztulman). tempelan. Semua penyangga tersebut terbuat dari roda, dengan tempelan-tempelan buatan tangan. Bagian atas dari penyangga itu terdiri dari leher dan pundak sebuah gentong penyimpan, dan bagian bawahnya berbentuk silinder yang lebar, cekung.21 Di ‘Ein Haseva, 45 km di sebelah selatan Qitmit, kuil orang Edom yang berasal dari periode Bait Suci Pertama diletakkan di luar temboktembok benteng. Penyangga berbentuk manusia dan silinder mirip dengan yang ada di Qitmit.22 Penyangga peribadatan yang terdapat di pesisir dan di lembah-lembah bagian utara diberi gambar-gambar; di wilayah perbukitan, penyangga mempunyai relief dan torehan dekorasi.23 Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat penyangga ini terdiri dari perunggu, tanah liat, gamping, dan batu basal. Penyangga peribadatan digunakan untuk mewadahi berbagai persembahan bagi ilah, seperti dupa, minyak, tanaman, dan roti tak beragi. 21 Pirhiya Beck, ”Catalogue of Cult Objects and Study of the Iconography”, di dalam I. Beit-Arieh, peny., Horvat Qirmit: An Edomite in the Biblical Negev (Tel Aviv: Institute of Archaeology, Tel Aviv University, 1995), hlm. 28-43. 22 Rudolph Cohen dan Yigal Yisrael, ”The Iron Age Fortress at ‘Ein Haseva”, BA 58 (1995), hlm. 223-35. 23 Pirhiya Beck, ”The Cult Stands from Ta‘anach: Aspects of the Iconographic Tradition of Early Iron Age Cult Objects in Palestine”, di dalam Finkelstein dan N. Na’aman, peny., From Nomadism to Monarchy (Yerusalem: Isarel Exploration Society, 1994), hlm. 352.
Lembaga-lembaga Keagamaan
389
Il. 210: Gudang tulang sambungan lutut domba atau kambing yang ditemukan di reruntuhan tahun 604 sM, Askelon (Seizin Leon Levy Exapedition to Ashkelon; Foto: C. Andrews).
Dua buah penyangga peribadatan yang berasal dari Zaman Besi II telah ditemukan di Taanakh, yang satu ditemukan oleh Ernst Sellin pada tahun 1902 dan yang lainnya ditemukan oleh Paul Lapp pada tahun 1968. Sellin mengidentifikasikan temuannya sebagai sebuah ”altar dupa”, dan Lapp menyebut temuannya sebagai sebuah ”penyangga peribadatan”. Kedua penyangga peribadatan dari Taanakh ini adalah satu-satunya yang ada di Palestina yang mempunyai singa-singa dan sphinx bersayap secara bersamaan. Kedua penyangga Taanakh ini, keduanya berasal dari abad ke-10, sangat mirip satu sama lain, tetapi keduanya juga berbeda dari penyangga peribadatan lainnya. Penyangga Sellin terdiri dari lima pasang sphinx bersayap dan singa yang bersusun ke atas. Penyangga peribadatan tersebut ditemukan di sebuah tandon air di dekat Bangunan Kultik, yang dihancurkan oleh Shishak pada tahun 925, yang merupakan bagian dari kota kaum Lewi dan wilayah ibu kota kerajaan Salomo (1 Raj. 4). Kelihatannya keduanya adalah benda peribadatan yang resmi dengan ikonografi yang resmi pula – baik anak lembu (yang kemudian hari menjadi simbol dari Yahweh di kerajaan Utara) maupun sphinx bersayap, yang merupakan sebuah simbol dari Yahweh di kerajaan Selatan. Kemiripan antara Bangunan Kultik Taanakh dan kuil umum di Megido, di dalam Bangunan 2081, Str VA, telah mendapatkan perhatian. Yigal Shiloh adalah salah seorang di antara lainnya yang mengaitkan ”sudut-sudut peribadatan” (kapel) Megido dengan Taanakh.24 Mangkuk-mangkuk yang berisi sambungan tulang lutut domba 24 Yigal Shiloh, ”Iron Age Sanctuaries and Cult Elements in Palestine”, di dalam Cross, Symposia Celebrating the Seventy-Fifth Anniversary, hlm. 149-52. Di sini Shiloh membicarakan ”sudut-sudut peribadatan” (kapel) kecil dari periode orang Israel. Di Megido, di dalam Bangunan 2081 dari Str VA, dekat pintu gerbang kota di sudut depan sebuah alun-alun, para penggali menemukan sekelompok benda peribadatan, termasuk penyangga-penyangga peribadatan yang terbuat dari batu gamping dan tembikar, mangkuk dan buyung-buyung pilihan, dan dua buah altar bertanduk yang terbuat dari batu gamping. Di Lakhis Israel, tempat-tempat peribadatan yang setara dengan itu juga telah ditemukan. Komponen utama dari ”sudut-sudut peribadatan” abad ke-10 ini adalah altar-altar bertanduk yang terbuat dari batu gamping.
390
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
atau kambing ditemukan baik ”sudut-sudut peribadatan” Megido maupun Taanakh. Sambungan tulang lutut ini, yang mirip dadu di Dan, mungkin berfungsi sebagai alat meramal (Il. 209, 210).
Penyangga Peribadatan Taanakh Penyangga peribadatan Israel dari Lapp terbuat dari tanah liat, digosok dan dipelitur, dengan tujuan meniru perunggu yang berkilau (Il. 211). Penyangga bersisi empat itu, dengan pahatan dekorasi, adalah versi yang lebih murah daripada penyangga tembaga yang begitu terkenal dari Siprus pada Zaman Perunggu Akhir (dan kini, untuk sebagian, dari Ekron Zaman Besi I, yaitu penyangga berbentuk roda). Jika di atas roda-roda, penyangga tembaga dengan tepat dapat dibandingkan dengan mĕkônôt yang ada di halaman Bait Suci Salomo.25 Bahwa penyangga peribadatan bersisi empat yang terbuat dari perunggu masih terus digunakan sepanjang Zaman Besi (dan di wilayah Timur Tengah) dapat dilihat dari contoh-contoh yang tampak di Kreta pada abad ke-9 hingga ke-8. mĕkônôt dari Bait Suci Yerusalem memberi inspirasi pada penglihatan Yehezkiel 1 dan 10, bukan markābôt yang oleh tradisi belakangan diperuntukkan sebagai takhta Allah.26 Jika orang ”membaca” Penyangga Peribadatan Taanakh dari bawah ke atas, orang akan bergerak menuju ruang yang lebih suci, sampai orang mencapai gambar paling atas, di mana piringan matahari bersayap (simbol Yahweh) menunggang di atas punggung anak lembu. Anak lembu adalah binatang Yahweh, bukan Yahweh sendiri. Dengan membaca penyangga dari bawah ke atas,27 kita temukan ”Sang Ratu Binatang” yang sedang berdiri dengan telanjang dan menghadap ke depan di antara dua singa. Beberapa orang telah mengidentifikasikan dia sebagai Asyera tetapi ini tidaklah pasti. Pada tingkat berikutnya, berdiri dua ekor sphinx bersayap, yang pada umumnya diidentifikasikan sebagai kerubim di dalam Alkitab. Mereka menjaga pintu masuk istana dan kuil-kuil di sepanjang Timur Tengah kuno. Banyak perkiraan telah dibuat mengenai ruang kosong yang ada di antara sphinx bersayap itu. Ruang itu mung kin merupakan pintu masuk bagian luar dari pintu gerbang atau merupakan bagian dari teknik pahatan yang meniru cetakan tanah liat dan logam tempaan. Di bagian 25 Perbandingan yang paling menyeluruh dapat dilihat pada Helga Weippert, ”Die Kesselwagen Salomos”, ZDPV 108 (1992), hlm. 8-41. 26 Lawrence E. Stager, ”Jerusalem and the Garden of Eden”, di dalam B.A. Levine, dkk., peny., Eretz-Israel 26 [Frank Moore Cross Volume] (Yerusalem: Israel Exploration Society, 1999), hlm. 83-88. 27 Beck, ”The Cult-Stands from Taanach”, hlm. 375: ”Lempengan paling atas mewujudkan ruang suci dari kuil, seperti lempengan atas dalam Mari, sementara lempengan-lempengan yang lebih bawah (pohon dan kambing-kambing, penakluk singa-singa), seperti lempengan bawah dalam Mari, mewujudkan patung atau relief-relief yang ada pada pintu masuk. Singa-singa dan sphinx adalah para penjaga bagian muka kuil”. Demikianlah maka anak lembu diletakkan dalam ruangan di dalam Ruang Mahakudus.
Epilog
437
Epilog
Setelah kejatuhan Yehuda dan kehancuran Yerusalem pada tahun 586 sM, kosmion Israel kuno – analogi kreatif dari kosmos yang menjadi perantara antara yang terbatas dengan yang tak terbatas – berantakan.1 Semua tingkatan dari tatanan hierarkhi lapis tiga mereka – otoritas rumpun rumah tangga patrimonial dari bapa keluarga ke raja, ke yang ilahi – hancur sama sekali. Di dasar hierarkhi tersebut adalah kehidupan agropastoralis (pertanian + peternak an) di kota-kota kecil dan di desa-desa wilayah pedesaan, yang diorganisasikan menjadi keluarga-keluarga bersama, garis keturunan, dan suku-suku, yang kalau tidak binasa selama serangan yang dilakukan oleh orang Babel, maka menjadi pengungsi ke negerinegeri lain, atau dibuang ke Babel. Kerajaan Yehuda yang diperintah oleh dinasti Daud telah menjadi kenangan atau, paling bagus, menjadi harapan eskhatologis. Kompleks istana yang berdiri di atas Gunung Sion di samping Bait Suci telah luluh-lantak, tidak pernah dibangun kembali. ”Rumah Yahweh”, sebuah simbol ketakterjamahan Yerusalem, juga hancur berantakan, ditinggalkan oleh Sang Ilahi, menurut Yehezkiel; tetapi, nabi yang sama ini juga memperoleh penglihatan mengenai restorasi dan kembalinya ”kejayaan” Allah di atas gunung kudus. 1 Filsuf-politisi, Eric Voegelin, mengembangkan ide bahwa masyarakat manusia ”adalah seperti sebuah semesta kecil, sebuah kosmion, yang diterangi dengan makna dari dalam oleh makhluk manusia yang terus-menerus mencip takan dan memikul makna tersebut sebagai cara dan kondisi dari realisasi diri mereka. Dunia itu diterangi melalui suatu simbolisme yang canggih … dari ritus, melalui mitos, ke teori …. Pencerahan diri masyarakat melalui simbolsimbol adalah suatu bagian integral dari kenyataan masyarakat … karena melalui simbolisme semacam itu para anggota masyarakat mengalami kenyataan tersebut sebagai lebih daripada kebetulan atau keyakinan semata; mereka mengalami kenyataan itu sebagai esensi dari manusia” (Eric Voegelin, The New Society of Politics [Chicago: University of Chicago Press, 1952], hlm. 27).
437
438
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Tanpa seorang raja, tanpa sebuah tempat pemujaan permanen bagi Yahweh, dan tanpa patrimoni yang memiliki tanah, kondisi orang-orang buangan dari Yehuda mirip, setidaknya secara sepintas, nenek moyang kuno mereka di Mesir, seperti terkait dengan dongeng-dongeng epik dari zaman kuno. Kondisi-kondisi pragmatis di Pembuangan membutuhkan penggunaan sumber yang berupa simpanan simbol-simbol, yang kebanyakan berasal dari periode formatif di dalam sejarah orang Israel, sebelum Yahweh tinggal di dalam sebuah rumah permanen di Yerusalem. Hal-hal yang tidak abadi di dalam sejarah, demikian juga dengan struktur masyarakat patrimonial yang lentur di mana kerajaan bukanlah hal yang hakiki, memberikan ruang bagi orang-orang Yahudi buangan untuk menciptakan kosmion baru. Visi baru dibangun sedapat mungkin di atas masa lalu tetapi memunculkan simbolisasi tatanan hubungan dengan cara-cara baru yang memperhitungkan situasi-situasi dan realitas baru di mana mereka mendapati diri mereka sendiri. Hubungan antara pemerintah dan yang diperintah harus ditata ulang, dan dua perbedaan penting dalam kebijaksaan imperial yang ada antara imperium Asyur dan Babel membuka peluang-peluang untuk ditata ulang. Pertama, Yehuda tidak mengalami nasib seperti Samaria, dalam hal Nebukadnezar tidak mencoba untuk mengubah Yehuda menjadi sebuah provinsi, seperti yang dilakukan oleh Asyur terhadap Kerajaan Utara. Di sana, sebagian populasi dibuang ke bagian-bagian lain dari kerajaan, dan orang-orang buangan yang asing dipindahkan ke Samaria di samping penduduk yang masih tertinggal. Orang Asyur mencanangkan rencana berskala besar atas akulturasi dan asimilasi paksaan terhadap orang-orang taklukan, yang memporak-porandakan keluarga, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan. Kebijakasaan orang Asyur adalah untuk menghomogenkan dan ”meng-Asyur-kan” penduduk buangan.2 Kedua, ketimbang membentuk sebuah birokrasi imperial pada kerajaan kecil di Barat, Nebukadnezar menerapkan sebuah kebijaksanaan ”bumi hangus” di sana, me ninggalkan wilayah tersebut hampir tak berpenghuni. Banyak orang buangan dibawa ke Babel untuk memperkuat pusat kerajaannya, yang menderita kehilangan banyak sumber daya manusia akibat dari peperangan sebelumnya dengan Asyur.3 Hal ini meninggalkan beberapa wilayah, seperti Yehuda dan Filistia, menjadi tanah terlantar. Setelah pemaparan menyeluruh dari hampir semua bukti arkheologis di Palestina antara tahun 604 dan 539 sM, Ephraim Stern menyimpulkan bahwa ”secara faktual tidak ada periode yang namanya periode ’Babilonian’ yang dapat didefinisikan secara jelas, karena periode tersebut adalah suatu masa yang darinya tidak ada satu pun
2 Israel Eph‘al, ”The Western Minorities of Babylonia in the 6th-5th Centuries B.C.E.: Maintenance and Cohe sion”, Orientalia 47 (1978), hlm. 83. 3 Lawrence E. Stager, ”Ashkelon and the Archaeology of Destruction: Kislev 604 B.C.E.”, di dalam A Biran, dkk., peny., Eretz-Israel 25 [Joseph Aviram Volume] (Yerusalem: Israel Exploration Society), hlm. 61*-74*.
Peta-peta
Il. 227: Peta Timur Tengah dan bagian timur Laut Tengah dengan tempat-tempat penting dalam buku ini (Ilustrasi: © J. Monson; www.bibback.com).
Il. 228: Peta Palestina dengan tempat-tempat penting dalam buku ini (Ilustrasi: C. Haberl setelah G.E. Wright dan F.V. Wilson).
Kepustakaan
451
Kepustakaan
Ackerman, Susan. Under Every Green Tree. Atlanta: Scholars Press, 1992. Aharoni, Miriam. ”Arad: The Israelite Citadels”. NEAEHL, 1: 82-85. Aharoni, Yohanan. The Land of the Bible. Rev. ed. Philadelphia: Westminster Press, 1979. –––––. ”Megiddo”. NEAEHL, 3: 1003-12. Aharoni, Yohanan, peny. Arad Inscriptions. Yerusalem: Israel Exploration Society, 1981. Albertz, Rainer. A History of Israelite Religion in the Old Testament Period. London: SCM Press, 1994. Albright, William F. ”The Date of Sennacherib’s Second Campaign against Hezekiah”. BASOR 130 (1953): 8-11. –––––. ”The Gezer Calendar”. BASOR 92 (1943): 16-26. –––––. The Proto-Sinaitic Inscriptions and Their Decipherment. Cambridge: Harvard Uni versity Press, 1966. –––––. ”The Role of the Canaanites in the History of Civilization”. Dalam The Bible and the Ancient Near East, disunting oleh G.E. Wright, 328-62. Garden City, N.Y.: Doubleday, 1961. –––––. Yahweh and the Gods of Canaan. Garden City, N.Y.: Doubleday, 1968. Amiran, Ruth, and Omit Ilan. ”Arad”. NEAEHL, 1: 75-82. Andersen, Francis I., dan David N. Freedman. Amos: A New Translation with Notes and Commentary. AB 24A. New York: Doubleday, 1989. Anderson, Gary A. Sacrifices and Offerings in Ancient Israel. HSM 41. Atlanta: Scholars Press, 1987.
451
452
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
Anderson, William P. ”The Kilns and Workshops of Sarepta (Sarafand, Libanon): Remnants of a Phoenician Ceramic Industry”. Berytus 35 (1987): 41-66. André, G., dan Helmer Ringgren. ”ţame’”. TDOT, 5: 330-42. Aries, Philippe. Centuries of Childhood: A Social History of Family Life. Terjemahan Robert Baldick. New York: Vintage Books, 1962. Avalos, Hector. Illness and Health Care in the Ancient Near East. HSM 54. Atlanta: Scholars Press, 1995. Avigad, Nahman. Discovering Jerusalem: Recent Archaeological Excavations in the Upper City. Nashville: Thomas Nelson, 1983. –––––. ”The Epitaph of a Royal Steward from Siloam Village”. IEJ 3 (1953): 13752. –––––. ”A Hebrew Seal Depicting a Sailing Ship”. BASOR 246 (1982): 59-62. –––––. ”The King’s Daughter and the Lyre,” IEJ 28 (1978): 146-51. ”Two Hebrew ‘Fiscal’ Bullae”. IEJ 40 (1990): 263-66. –––––. ”Two Hebrew Inscriptions on Wine-Jars”. IEJ 22 (1972): 1-9. Avigad, Nahman, dan Jonas C. Greenfield. ”A Bronze phiale with a Phoenician Dedicatory Inscription”. IEJ 32 (1982): 118-28. Avigad, Nahman, dan Benjamin Sass. Corpus of West Semitic Stamp Seals. Yerusalem: Israel Exploration Society, 1997. Bahat, Dan. ”The Fuller’s Field and the ’Conduit of the Upper Pool’”. Dalam EretzIsrael 20 [Yigael Yadin Volume], disunting oleh A. Ben-Tor, J.C. Greenfield, dan A. Malamat, 253-56. Yerusalem: Israel Exploration Society, 1989. Baines, John, dan O.J. Eyre. ”Four Notes on Literacy”. Göttinger Miszellen 61(1983): 65-72. Ballard, Robert D., dan Lawrence E. Stager, et al. ”Iron Age Shipwrecks in Deep Water off Ashkelon, Israel”. AJA. Dalam pencetakan. Bar-Adon, Pessah. ”The Nahal Mishmar Caves”. NEAEHL, 4: 822-827. –––––. The Cave of the Treasure. Yerusalem: Israel Exploration Society, 1980. Barber, Elizabeth W. Prehistoric Textiles: The Development of Cloth in the Neolithic and Bronze Ages with Special Reference to the Aegean. Princeton, N.J.: Princeton University Press, 1991. –––––. Women’s Work: The First 20,000 Years. New York: W.W. Norton, 1994. Barkay, Gabriel. Ketef Hinnom: A Treasure Facing Jerusalem. Catalogue No. 274. Yerusalem: Israel Museum, 1986. –––––. ”News from the Field: The Divine Name Found in Jerusalem,” BAR 9/2 (1983): 14-19. Barkay, Gabriel, dan Amos Kloner. ”Jerusalem Tombs from the Days of the First Temple”. BAR 12/2 (1986): 22-39. Barrnett, Richard D. ”Early Shipping in the Near East”. Antiquity 32 (1958): 22030.
Kepustakaan
453
–––––. ”Lachish, Ashkelon, and the Camel: A Discussion of Its Use in Southern Palestine”. Dalam Palestine in the Bronze and Iron Ages [OLGA Tufnell Festschrift], disunting oleh J.N. Tubb, 15-30. London: Institute of Archaeology, 1985. Barr, James. History and Ideology in the Old Testament: Biblical Studies at the End of a Mil lennium. New York: Oxford University Press, 2000. Barstad, Hans M. The Myth of the Empty Land. Oslo: Scandinavian University Press, 1996. Bar-Yosef, Ofer, Tamar Schick, dan David Alon. ”Nahal Hemar Cave”. NEAEHL, 3: 1082-84. Barzun, Jacques, dan Henry E. Graff. ”A Medley of Mysteries: A Number of Dogs That Didn’t Bark”. Dalam The Historian as Detective: Essays on Evidence, disunting oleh R.W. Winks, 213-31. New York: Harper, 1970. Beck, Pirhiya. ”Catalogue of Cult Objects and Study of the Iconography”. Dalam Horvat Qitmit: An Edomite Shrine in the Biblical Negev, disunting oleh I. Beit-Arieh, 28-43. Tel Aviv: Institute of Archaeology, Tel Aviv University, 1995. –––––. ”The Cult-Stands from Taanach: Aspects of the Iconographic Tradition of Early Iron Age Cult Objects in Palestine”. Dalam From Nomadism to Monarchy, disunting oleh Israel Finkelstein dan Nadav Na’aman, 352-81. Yerusalem: Israel Exploration Society, 1994. –––––. ”The Drawings from Horvat Teiman (Kuntillet ‘Ajrud)”. TA 9 (1982): 3536. Beek, Gus W. Van. ”Frankincense and Myrrh”. BA 23 (1960): 69-95. –––––. ”Jemmeh, Tell”. NEAEHL, 2: 667-674. Beit-Arieh, Itzhaq. ”Edomites Advance into Judah – Israelite Defensive Fortresses Inadequate”. BAR 22/6 (1996): 28-36. –––––. ”New Light on the Edomites”. BAR 14/2 (1988): 28-41. –––––. ”The Ostracon of Ahiqam from Horvat ‘Uza”. TA 13 (1986): 32-38. –––––. ”Uza, Horvat”. NEAEHL, 4: 1496. Beit-Arieh, Itzhaq, dan Bruce Cresson. ”An Edomite Ostracon from Horvat ‘Uza”. TA 12 (1985): 96-101. Ben-Tor, Amnon. ”Hazor”. NEAEHL, 2: 604-605. Ben-Tor, Daphna. ”The Relations between Egypt and Palestine in the Middle Kingdom as Reflected by Contemporary Canaanite Scarabs”. IEJ 47 (1997): 162-89. Berlyon, John W. ”Coinage”. ABD, 1: 1076-89. Bier, Carol. ”Textile Arts in Ancient Western Asia”. CANE, 3: 1567-88. Bietak, Manfred. Avaris: the Capital of the Hyksos: Recent Excavations at Tell el-Dab’a. London: British Museum Press, 1996. Biran, Avraham. Biblical Dan. Yerusalem: Israel Exploration Society, 1994. –––––. ”Dan”. NEAEHL, 1: 323-32.
477
Daftar Ayat Alkitab dan Sumber Kuno
Daftar Ayat Alkitab dan Sumber Kuno Alkitab Ibrani Kejadian 1:27 1:28 2:9 2:10-13 2:11 2:11-12 2:20 2:23 2:24 3 3:7 4:21 4:22 5:2 8:2 9:20 10 10:4 10:29 13:2 13:18 14:17-20 15:2 15:9 15:9-19 16 16:1 17:10-14 17:21 18 18:1-22 18:4 18:5 18:6
55 45, 64 119 248 195 195 55 56 61 379 306 325 150 55 147 112 210 210 195 136 30, 125 71 53 131 49 53 86 49 49 70 125 80 80 74
18:8 18:8-9 18:11-12 19:2 19:1-11 20:17 21:4 21:10 21:14 21:21 21:31 22:1-9 23 23:1-20 23:15-16 24 24:1-67 24:11 24:15 24:24 24:32 24:38 24:47 24:65 24:67 25:8 25:18 25:21 25:29-34 26:26-33 27 27:1-2 27:11-17 27:29 28:2 28:5 28:6-9
118 77 67 80 67 86 49 56 187 62 143 412 54 417 223 62 143, 317 57 62, 166 62 80 44 62 61, 310 63 66 195 86 77 78 53 66 56 40 62 62 62
477
28:12 29:1-14 29:9 29:9-10 29:10 29:21-23 29:22 30:1 31:19 31:27 31:34 31:43-54 33:19 34 34:12 34:25 35:2 35:4 35:8 35:17 35:19 35:22 37:3 37:7 37:25 38:6-26 38:8-10 38:9 38:11 38:14 38:14-15 38:19 41:42 43:11 45:22 47:30 48:16
381 143 52, 57 61 143 63 63 86 12 330 12 78 417 68 61 49 303 126 30 59 417 53 305 101 91 64 45 64 64 64, 310 58 59, 310 172, 318 91, 97, 120, 126 302 66 47
478
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah
49:1-28 50:1-4 50:4-14 50:5 50:10 50:25
53 47 417 417 426 417
Keluaran 1:15-16 2:15-22 2:16 2:20 3:5 3:22 4:24-26 4:25 4:26 5:6-7 5:7 7:28 9:3-7 9:31 10:2 11:2 11:5 12:7 12:8 12:22-23 12:34 12:35 12:39 12:48-49 13:2 13:8 13:17 13:19 15 15:3 15:20 15:20-21 15:26 17:2-7 18:12 20 20–23 20:4 20:8-11 20:12 20:14 20:17 20:24 20:25 21:15 21:17 21:22-25 21:32 22:15-17 22:24
59 143 57 71 311 197 49 49 49 153 31 21 78 170 51 197 108 34 73 34 303 197 75 50 53 51 201 417, 429 3 255 58, 340, 341 331 87 376 78 39 306 148 403 47, 416 68 40 387 387 47 47 46 223 61 228
22:25-26 22:26-27 22:29 23:12 23:14-17 23:16 24:9-11 25:4 26:1 26:2 26:14 26:19 27:1-8 27:20 28:4 28:4-5 28:6 28:15 28:15-21 28:31 28:31-33 28:33-34 28:38-42 28:39 28:42 29:9 29:40 30:6 30:7-8 30:23 30:23-25 30:24 30:34 30:34-35 31:1-11 32 32:1-6 32:2 32:19 34:18-23 34:21 35:25 35:25-26 35:30-35 35:35 36:24 37:29 38:23 39:3 39:8-14 39:29
360 308 409, 412 403 403 98 78 172 181, 184 184 186 197 385 110 308 184 11, 173, 183, 194 183 316 183, 308 184 119 375 173, 181 303 306 117, 229 395 395, 396 122, 397 320 122, 229 92 320, 396 150 368, 372 194 318 342 404 403 172 174 150 181, 183 197 320 181 194 316 306
Imamat 1–7 1:3-9 1–16 2:1 2:1-3
408 375 89, 97, 408 387 396
2:4-7 2:5 2:13 6:10 (6:3) 11–15 11:1-47 12:3 13–14 13:1–14:47 13:45-46 16:12-13 16:23 16:32 16:24 18:9 18:11 18:22 18:23 19:3 19:19 19:27 19:31 19:32 19:33-34 19:35-36 20:10 20:13 20:15-16 21:5 23:14 24:2 25:25-33 25:35-37 25:48-49 26:26 26:41 Bilangan 1–20 1:3 3:12 3:11-13 4:6 4:10 4:12 4:14 6:1-8 6:24-26 8:15-16 10:2-10 10:8 11:5 11:5-6 18:8-32 18:11-15 20:17 21:4-9 22–24
21 76 121 173 413 413 49 88 414 88 395 172 172 79 67 67 67 67 47 75, 168, 173 323, 426 430 65 69 223 68 67 67 323 107 110 43 228 43 76 50 183 275 12 410 186 186 186 186 116 197, 351, 425 410 338 338 138 121 98 240 202 95 349
479
Daftar Ayat Alkitab dan Sumber Kuno 24:7 25 26 27:1-11 27:8-11 28:3-8 28:11 28:11-15 35:19-27 36:1-12
300 425 275 54 54 375 403 403 43 54
Ulangan 1 2 5 5:8 5:12-15 5:18 5:21 6:9 6:11 8:8-9 8:9 10:17-19 10:16 10:18 11:14 12:12 14:1 14:29 16:1-17 16:9 16:10-11 16:11 16:14 16:16-17 16:21 17:16 18:4 18:10-11 20:1-9 21:17 21:18-21 21:23 22:5 22:8 22:9 22:9-11 22:10 22:11 22:12 22:22 22:29 23:3-4 23:13-14 23:19 23:20 24:1-4
3 3 39 148 403 68 55 34 145 97 191 60 50 60 99 57 426 60 403 101 57 404 404 98 402 131, 213 169 430 276 40 42, 47 415 310 38 75 168 105 173, 303 306 68 68 71 79 95 228 65
24:5 24:6 24:10-13 24:17-22 24:20 25:4 25:5-10 25:9 25:13 26:5 -10 26:13 -14 27:3 27:6 27:19 28:22 28:30 29:10-13 31:12 32:7 32:14 33:8 33:8-11 33:28 34:3
41, 276 108 308, 360 60 110 102 64 312 225 409 430 348 388 60 86 61 57 57 65 116, 118 376 17 99 119
Yosua 2:6 2:14-16 2:15 4:21-22 5 5:2-3 5:2-9 5:15 6:4 7:14 7:21 8:31 17:16 17:16-18 17:18 24:26 24:30 24:32
171 58 33 51 50 49 50 311 339 42 223, 309 388 192 129 100 126 416 66, 417
Hakim-hakim 1:7 1:18-19 3:12-30 3:15-30 3:24-25 3:25 3:27 4-5 4:19 5 5:1 5:3
73 216 256 36 36 34 339 58 118 3, 328 328 330
5:17 5:25 5:30 6:11 6:15 6:34 6:38 8:20 8:21 8:25 8:26 8:27 8:31 8:32 9 9:8-9 9:53 11:34 14:1-10 14:3 14:8 14:12 14:18 14:19 15:18 16:13 16:13-14 16:21 16:31 17–18 17:3 17:11 18:5 l8:6 18:22 18:30-31 19:27 20:16 21 21:19 21:20-21 21:21 1 Samuel 1:12 1:20 1:21 1:22-24 1:22-28 1:28 2:13-14 2:15 2:19 3:1 6:7 8:11-13 9:1–10:16 9:11
204 118, 300 181 29 275 339 300 52 318 303 318 148 63 66, 416 230 109 108 330, 341 62 48 122 63, 302 106 302 48 179 323 108 416 11, 14, 44 148 14 369 371 12 371 37 260 10, 115 202 330 58, 115, 342 86 46 409 46 51 86 74 73 309, 435 51 216 51 366 143
Daftar Nama Modern
487
Daftar Nama Modern
Ackerman, Susan, 431 Aharoni, Miriam, 386 Aharoni, Yohanan, 12, 203, 244, 265, 276, 297, 386-7 Albertz, Raines, 364 Albright, William F., 81, 87, 100-1, 134, 209-10, 251, 276, 284, 344, 346, 362, 436 Alexander, Catherine S., 20, 103, 175, 234, 294, 365-6, 378 Alon, David, 170, 180 Amiran, Ruth, 91, 146, 158 Andersen, Francis I., 311 Anderson, Gary, 408 Anderson, William, 159 André, G., 413 Andrews, Carl, 85, 131, 138, 147, 157, 177, 198, 225, 257, 259, 260, 290, 312, 314, 349, 389, 394, 399, 432 Appa, A.M., 27, 48, 218, 253-4, 269, 381 Arav, Rami, 365 Aries, Philippe, 45 Avalos, Hector, 87, 92 Avigad, Nahman, 6, 187-8, 211-2, 250, 321, 334, 336, 407, 424-5, 443-4
Bahat, Dan, 182 Baines, John, 344 Ballard, Robert, 204, 211 Bar-Adon, Pessah, 176, 180, 190 Barber, Elizabeth W., 168 Barber, E.J., 177 Barkay, Gabriel, 197, 223, 351, 420, 423, 425 Barnett, Richard D., 135, 204, 207-8, 210 Barr, James, 4 Barstad, Hans, 293 Bar-Yosef, Ofer, 170, 180 Barzun, Jacques, 10 Baumgartner, Walter, 76 Beck, Pirhiya, 336, 388, 390 Beit-Arieh, Itzhaq, 338, 360, 388 Benjamin, Don C., 1 Benjamin, Kedar-Kopfstein, 194 Benjamin, Mazar, 288, 325, 335, 440 Benjamin, Sass, 6, 199 Ben-Tor, A.,182, 218, 242, 250, 269, 393 Ben-Tor, Daphna, 418 Bier, Carol, 168
487
Bietak, Manfred, 124, 341 Biger, Gideon, 127 Biran, Avraham, 25, 202, 218, 237, 267, 275, 343-4, 349, 370-6, 394-5, 407, 434, 438 Bird, Phyllis, 55 Bird, S., 406 Black, Jeremy, 195 Blenkinsopp, Joseph, 10, 45 Bloch-Smith, Elizabeth, 39, 417-8, 422 Boessneck, Joachim, 134, 138 Borowski, Oded, 217 Botta, P.E., 254 Braudel, Fernand, 8 Brichto, Herbert, 47-8, 63, 65, 416, 427-8 Brown, John Pairman, 186 Bullard, Reuben J., Jr., 271 Bunimovitz, Shlomo, 146 Burckhardt, Jacob, 9 Cahill, Jane, 81 Campbell, Edward F., 32, 39, 230, 373 Cancik, Hubert, 150 Childs, Brevard, 47 Clifford, Richard J., 405 Clutton-Brock, Juliet, 134
488 Cogan, Mordechai, 145, 281-4 Cohen, E., 111 Cohen, Rudolph, 388 Cole, Dan P., 241 Contrell, Deborah, 215 Coogan, Michael D., 5, 39, 52, 160, 260-1, 368, 439 Cooke, G.A., 187 Cooley, Robert, 419 Coote, Robert B., 352 Coughenour, Robert, 192 Craven, Toni, 57 Crenshaw, James L., 361 Cross, Frank M., 345-7, 350-2, 358, 360, 362, 371-3, 376, 389, 390, 415 Crouwel, J.H., 277 Crowfoot, Elizabeh, 180 Crowfoot, Grace M., 168 Currid, John D., 128 Dahood, Mitchell, 70 Dalley, Stephanie, 27, 121, 253 Dalman, Gustaf Hermann, 14 Darom, D., 92 Dauphin, Claudine, 88 Davies, Graham, 362 Davies, Philip R., 4, 252 Davies, David, 441 Dayagi-Mendels, M., 84-5 Deetz, James, 1 Dekel, Judith, 8 Deimsky, A., 445 de Vaux, Roland, 1, 275, 342, 364, 396, 403, 408, 410, 430 Dever, William G., 4, 25, 242, 268, 270 Diakonoff, Igor M., 126, 207-8, 211, 217, 325 Dorsey, David A., 201, 216 Dothan, Trude, 161, 199, 336, 385 Douglas, Mary, 39, 57, 204, 231, 327, 413 Driesch, Angela von Den, 134, 138 Eissfeldt, Otto, 410 Elat, Moshe, 209 Eph‘al, Israel, 226
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah Epstein, Claire, 26 Eran, Abraham, 226 Eras, Vincent J.M., 36 Eyre, O.J., 344 Finkelstein, Israel, 46, 164, 270, 293-4, 388 Finkelstein, Louis, 441 Fischer, David Hackett, 2 Fisher, Clarence, 143 Flandin, E., 254 Fox, Nili, 363 Frankfort, Henri, 233 Freedman, David Noel, 41, 236, 326, 347 Friedman, Richard E., 3 Galili, Ehud, 109 Gardiner, Alan, 344 Garfinkel, Yosef, 152, 341 Gibson, John C.L., 147, 251 Gitin, Seymour, 25, 104, 110, 199, 385, 393-5 Golani, Amir, 199 Goldwasser, Orly, 357 Gopher, Avi, 195 Gophna, Ram, 91, 124 Grace, Virginia R., 167 Graff, Henry F., 10 Gray, John, 342 Grayson, A.K., 289, 291, 300 Greenberg, Moshe, 74-6, 430 Greenfield, Jonas, 407, 436 Gressmann, H., 48 Grigson, Caroline, 169 Groom, Nigel, 396 Gruber, Mayer I., 46 Gunkel, Hermann, 327 Guthrie, D., 111 Gutmann, Joseph, 148-9 Guy, P.L.O., 421 Haberl, C., 208, 245, 384 Hackett, Jo Ann, 252, 349 Hadley, Judith M., 401-2 Haines, Richard C., 383-4 Hallo, William W., 428, 435 Halpern, Baruch, 36, 42, 233, 270, 445
Haran, Menahem, 168, 362, 394-5, 404, 409 Harbottle, Garman, 167 Hareuveni, Hogah, 120 Harrington, Spencer P., 196 Harris, D., 25, 189, 236, 301, 332, 335 Harris, J. Gordon, 41 Harris, J.R., 182 Harris, Marvin, 137 Hauptmann, Andreas, 189 Hausmann, J., 397 Hay, A., 258, 284, 287, 300, 304, 316, 322, 398 Hecker, Mordechai, 244 Heeres, Johanna, 171 Heider, George, 410 Hendel, Ronald S., 252 Hepper F. Nigel, 30, 93, 97 Herr, Larry G., 39, 104, 131, 214, 231 Hershkovitz, Israel, 90 Herzog, Ze’ev, 15-6, 24, 265, 267, 387 Hesse, Brian, 138, 169, 279, 374 Hestrin, Ruth, 124 Hiebert, Theodore, 3, 32, 230 Hillers, Delbert, 341, 400 Hoffner, Harry, 235 Holladay, John S., 68, 104, 131, 214, 219-20, 231 Holladay, William L., 138, 303, 399 Horn, Siegfried, H., 214, 284 Huehnergard, John, 347 Hulse, E.V., 89 Hurvitz, Avi, 172 Ilan, Ornit, 146 Ilan, Sharon, 24, 185 Iwry, Samuel, 351 Jackson, Kent P., 147 Jacobsen, Thorkild, 69, 85 James, Frances, 278 James, Peter, 36 Japhet, Sara, 250
Daftar Nama Modern Johnston, Robert,152-3 Jones, Richard N., 79 Karageorghis, Vassos, 75, 380, 399, 406-7 Karmon, Nira, 185 Kaufman, Ivan, 358, 430 Kaufmann, Yehezkel, 430 Keegan, John, 280 Keel, Othmar, 95, 138, 318, 349, 365, 398, 400-1, 420 Kellermann, D., 396 Kelso, James L., 166 Kenyon, Kathleen, 127, 179, 180, 238, 278, 444 King, Philip J., 188, 399, 412 Kloner, Amos, 420, 423 Koch, Klaus, 203 Kochavi, Moshe, 91, 104-5 Koehler, Ludwig, 76 Kugel, James L., 55, 221, 228 Lamon, Robert S., 243 Landsberger, Benno, 119, 183-4 Lapp, Nancy L., 152, 231 Lapp, Paul W., 179, 389-90 Lawergren, Bo, 336 Layard, Austen H., 285, 299 Lederman, Zvi, 13, 146 Leith, Mary Joan, 439, 441-2, 444 Lemaire, André, 191, 209, 255, 361-3 Lemche, Niels Peter, 4, 132 Lernau, H., 139 Lernau, O., 139 Levenson, Jon D., 42, 96, 412-3 Levine, Baruch A., 29, 41, 183, 218, 236, 351, 390 Lev-Tov, Justin, 420 Lev-Yadun, Simcha, 124 Lewis, M., 441 Lewis, Theodore J., 430-1, 433 Lewy, Hildegard, 109 Liphschitz, Nili, 124 Lipinski, Edward, 363 Lipschits, Oded, 293
489 Littauer, Mary A., 277 Lloyd, Seton, 134 Lorimer H.L., 191 Loud, Gordon, 180, 238 Lowenthal, David, 4 Lucas, Alfred, 182 Lutfiyya, A.M., 14, 40 Lyon, David G., 143 Macalister, R.A.S., 100, 242, 422 MacDonald, John, 52, MacDonald, M.C.A., 136 Mackenzie, Duncan, 422 Magen, Yitzhak, 262, 442 Markoe, Glenn, 407 Martin-Achard, Robert, 427 Marx, Karl, 6 Matthews, Victor H., 1 Maxwell-Hyslop, K.R., 317 Mazar, Amihai, 104, 199, 270, 282, 286, 368, 417 Mazar, Benjamin Maisler, 194, 288, 325, 335, 440 McCarter, P. Kyle, 51, 66, 73, 138, 146, 252, 255, 261, 308, 318-9, 323, 329, 347-9, 351-2, 355, 362, 402 McGovern, Patrick E., 112, 167 McNutt, Paula M., 5, 188 Mendenhall, George E., 275 Meshel, Ze’ev, 137, 399, 400, 402 Mettinger, Tryggve, 150 Meyers, Carol L., 37, 55, 346, 399, 400, 405 Milgrom, Jacob, 88-9, 97, 108, 408 Millard, Alan R., 196, 211, 353, 361 Miller, Patrick D., 364, 402, 415 Misch-Brandl, Osnat, 196 Moldenke, Alma L., 97 Moldenke, Harold N., 97 Montgomery, James A., 191, 195 Moorey, P. Roger., 188, 195-8, 278 Moran, William L., 69, 91
Mosca, Paul, 410, 412 Mowinckel, Sigmund, 327 Muhly, James D., 188, 193, 198-9 Mumcuoglu, Kostas, 84 Murray, Oswyn, 9 Na’aman, Nadav, 276, 358, 363, 388 Nakhai, Beth Alpert, 39 Naveh, Joseph, 226, 344 Neufeld, Edward, 80, 303 Niditch, Susan, 356-7 Nielsen, Kjeld, 387, 395 North, Robert, 79 Noth, Martin, 168 Novick, R., 404 O’Connor, M.P., 236, 346, 405 Oppenheim, A.Leo, 43, 173, 194 Oren, Eliezer D., 25, 49, 50, 53 Ozbal, Hadi, 191 Parr, Peter J., 167, 197, 278 Parrot, A., 247 Patai, Raphael, 42 Paul, Shalom M., 308 Payton, Robert, 354 Peckham, Brian, 415, 429 Petrie, W.M. Flinders, 81, 182, 344 Pierre, Marie-Joseph, 250 Platt, Elizabeth E., 310 Polanyi, Karl, 218-9 Pope, Marvin H., 221, 339, 431, 434 Porada, Edith, 343 Post, George, 126 Powell, Marvin A., 112, 118 Prag, Kay, 197 Price, Ira M., 209 Pritchard, James B., 159, 185, 241 Propp, William H.C., 202 Provan, Iain W., 4 Puech, Emile, 255, 346-7
490 Raban, Avner, 207 Radovan, Z., 83-4, 100, 137, 148, 214-5, 342, 348, 350, 375-6, 424 Rainey, Anson F., 347, 358 Rast, Walter, 58, 399 Rawlinson, George, 284 Reich, Ronny, 24, 231, 240, 244-5, 248, 252, 264, 267, 284, 350 Reisner, George A., 143 Rimmer, Joan, 334, 336 Ringgren, Helmer, 413 Robinson, Edward, 74, 202-3 Rogers, Everett M., 355 Rogerson, John, 252 Rosen, Baruch, 358 Rosenberg, J., 384 Rothenberg, Beno, 189 Sakenfeld, Katharine D., 65 Sass, Benjamin, 6, 187, 199 Sasson, Jack, 50 Sauer, James, 195 Säve-Söderbergh, Torgny, 203 Schick, Tamar, 170, 180 Schloen, J. David, 5, 219, 359, 445 Schmidt, Brian, 431, 433 Schniedewind, William M., 349 Scott, Robert B.Y., 225 Scurlock, Jo Ann, 280 Seger, Joe D., 346 Selbie, John A., 125 Sellin, Ernst, 389 Seow, Choon-Leong, 228 Shanks, Hershel, 264, 270 Sharon, Ilan, 24, 185 Shea, William H., 251, 284 Shepard, Anna O., 152-3 Shiloh, Yigal, 26, 31, 119, 236, 243, 248, 353, 389, 444 Shukron, Eli, 244-5, 252, 264, 284, 350 Silberman, Neil A., 293-4 Simons, Jan Jozef, 248-9, 251-3 Slapak, N., 418
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah Smith, Elizabeth B., 39, 41-8, 422 Smith, George Adam, 278-9 Smith, Morton, 412 Smith, Patricia, 91 Smith, Richard R., 279 Snell, Daniel C., 1 Spanier, Ehud, 185 Speiser, Ephraim A., 12 Stager, Lawrence E., 5, 20, 30-1, 37, 39, 44, 46, 58, 94-5, 102-4, 117, 140, 152, 155, 158, 160, 162, 173, 175, 179, 179, 192-4, 211, 218-9, 221, 225, 230-1, 234, 236, 245, 248, 261, 265-6, 270, 288, 290, 307, 359, 376, 378, 380-1, 387, 390, 399, 402, 411-2, 418, 422, 438-9, 442 Stern, Ephraim, 199, 201, 221, 288, 293, 294, 297, 395, 398, 438-9, 441-2, 444 Stewart, James R., 279, 425 Stieglitz, Robent R., 207 Stronach, David, 112 Sweet, Louise E., 14 Sztulman, I., 56, 106, 114, 121, 132-3, 139, 151, 156, 163-4, 167, 190, 199, 200, 224, 257, 261, 313-8, 340, 379, 388, 399, 400 Tadmor, Hayim, 145, 184, 281-3 Tadmor, Miriam, 196 Talmon, Shemaryahu, 224, 428 Taylor, J. Glen, 392 Temin, Peter, 219 Thompson, Henry O., 146 Thompson, Thomas L., 4 Thorpe, Nick, 36 Torr, Cecil, 210 Trible, Phyllis, 55 Tsuk, Tsvika, 140, 195 Tufnell, Olga, 154, 362
Uehlinger, Christoph, 138, 349, 398, 401 Ussishkin, David, 270, 273, 282, 284-7, 300, 304-5, 322, 346, 356-7, 362, 421, 424 Vagliardo, C., 36 Vagliardo, K., 162, 299 Van Beck, Gus W., 288, 396 Van Dam, Cornelis, 369 Vanderhooft, David S., 294, 445 van Soldt, Wilfred, 347 van Zeist, Willem, 171 Vincent, Louis-Hugues, 36, 244 Voegelin, Eric, 437 Vogt, Ernest, 70 Vostral, M., 177 Wachsmann, Shelley, 203-4, 207 Waldbaum, Jane C., 105, 191 Wapnish, Paula, 169, 186, 279, 374 Warner, Sean, 355-6 Warren, Charles, 244 Weber, Max, 5 Weill, Raymond, 248 Weinfeld, Moshe, 148, 191, 412 Weippert, Helga M., 249, 390 Wellhausen, Julius, 371-2 Wheeler Margaret, 179, 277 White, Lynn, 279 Whitred, J., 411 Wolff, Hans Walter, 41 Wolff, Samuel R., 155, 173, 179, 204, 376, 412 Woodhead, John, 25, 421 Woolley, C. Leonard, 195 Wright, Christopher J.H., 55, Wright, David P., 413 Wright, G. Ernest, 7, 210, 430 Yadin, Yigael, 143, 155, 176, 182, 242-3, 256, 261, 265, 270, 286, 296, 358, 393 Yardeni, Ada, 252 Yeivin, Ze’ev, 201 Yener K. Aslihan, 191
Daftar Nama Modern Yisrael, Yigal, 388 Young, G.D., 280, 431 Young, Ian M., 361 Yurco, F, 307
491 Zayadine, Fawzi, 146 Zias, Joseph, 83-4, 91 Zimmerli, Walther, 169
Zohary, Michael, 29, 30, 124, 126, 168, 325 Zorn, Jeffrey R., 421