KEHADIRAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN FUNGSI TEMPORER DI JAKARTA (The Presence of Temporary Public Open Space in Jakarta) Siti Sujatini Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Persada Indonesia YAI, Jakarta e-mail:
[email protected] Abstrak Perkembangan dan pertumbuhan penduduk telah memicu kebutuhan ruang terbuka publik, akan tetapi kenyataan yang ada keberadaan ruang terbuka publik semakin terabaikan. Keterbatasan lahan juga memicu masyarakat kota menggunakan ruang terbuka publik yang ada untuk berbagai macam kegiatan sesuai dengan kebutuhan pengguna dan digunakan secara bergantian, ruang terbuka seperti ini disebutnya ruang terbuka publik temporer.Fenomena kehadiran ruang terbuka publik temporer di Jakarta telah memberikan dampak negatif yang lebih besar daripada dampak positif yang ditimbulkan, akhirnya mengakibatkan kerusakan lingkungan yaitu ketidak-seimbangan antara aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah membangun kerangka konsep untuk mewujudkan ruang terbuka publik temporer berkelanjutan, sehingga tidak mengganggu keseimbangan dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi.Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif, memahami fenomena yang terjadi di lapangan secara komprehensif dengan cara observasi. dan wawancara dengan masyarakat setempat tentang kehadiran ruang terbuka publik temporer.Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah keberadaan ruang terbuka publik temporer sangat penting untuk memenuhi kebutuhan akibat adanya keterbatasan lahan, waktu dan perilaku manusia berpengaruh pada kehadiran ruang terbuka publik temporer. Kata kunci: Ruang terbuka publik, Konsep, Fungsi, Temporer Abstract Population development and growth have triggered the needs of public space. Unfortunately, the existence of public open space is increasingly neglected. Limited land also triggers the use of public open space for various activities depending on the users needs who occupy the space interchangeably, which is called temporary public open space. The existence of temporary public open space in Jakarta has created the negative impact, that damaging the environment in the form of imbalances in ecological, social, and economic aspects. The purpose of this research is to formulate conceptual frameworkof a sustainable temporary public open space considering the balance of ecological, social, and economic aspects.The research conducted qualitativelyin the form of field observation and interviewingthe local people in order to understand comprehensively the phenomenon of existing temporary public open space. The result of this research shows that the presence of temporary public open space is influenced by the temporal aspect and user’s behaviors. For that reason, community empowerment is needed. Keywords: Public open space, Concept, Function, Temporary
Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan EKO-ARSITEKTUR
173
Jurusan Arsitektur FTSP - Universitas Trisakti
LATAR BELAKANG Pertumbuhan dan perkembangan kota harus diikuti dengan kebutuhan akan ruang terbuka, karena ruang terbuka merupakan ba bagian integral dari kota. Ruang terbuka ada 2 jenis yaitu Ruang terbuka publik dan Ruang terbuka privat. Ruang terbuka publik merupakan ruang terbuka yang dapat diakses oleh masyarakat umum. Ruang publik mempunyai 3 sifat yaitu responsif, demokratis, dan bermakna. rmakna. Responsif dalam ruang publik artinya adalah ruang yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Demokratis artinya adalah ruang publik dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya a serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik manusia. Sedangkan bermakna artinya adalah ruang publik harus memiliki tautan antara manusia, ruang, dan dunia luas dengan konteks sosial. Keberadaan ruang publik kota di Indonesia semakin lama semakin diabaika diabaikan oleh pembuat dan pelaksana kebijakan tata ruang wilayah, sehingga ruang yang sangat penting ini semakin berkurang. Ruang publik yang selama ini menjadi tempat warga melakukan interaksi, seperti lapangan olahraga, taman kota, arena wisata, arena kesenian, lamakelamaan menghilang digantikan oleh mal, pusat pusat-pusat perbelanjaan, dan ruko-ruko. (Buletin tata ruang ISSN 1978-1571, 1571, juli agustus 2010). Banyak ruang publik kota cenderung digunakan untuk parkir kendaraan, kegiatan pariwisata dan perdagangan. Lebih lanjut, sejumlah tempat di kota dibuka untuk publik dan dilihat sebagai milik publik, seperti restoran, museum, perpustakaan, dan bioskop. Tempat Tempat-tempat ini memegang peranan yang penting dan signifikan. Dengan cara yang sama seperti pusat perbelanjaan berf berfokus pada perdagangan dan restoran memiliki fungsi tertentu serta jam operasional yang dibatasi oleh aturan tersendiri. Ruang terbuka publik adalah suatu tempat umum dimana masyarakat melakukan aktivitas rutin dan fungsional yang mengikat sebuah komunitas, baik dalam rutinitas normal dari kehidupan sehari-hari hari maupun dalam perayaan yang periodik (Carr, 1992). Seiring dengan perkembangan zaman, ruang terbuka publik kemudian berfungsi sebagai tempat bagi masyarakat untuk bertemu, berkumpul dan berinteraksi, b baik untuk kepentingan keagamaan, perdagangan, maupun membangun pemerintahan. Keberadaan ruang terbuka publik pada suatu kawasan di pusat kota sangat penting artinya karena dapat meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan baik itu dari segi lingkungan, masya masyarakat maupun kota melalui fungsi pemanfaatan ruang di dalamnya yang memberikan banyak manfaat seperti fungsi olahraga, rekreasi dan ruang terbuka hijau. Dalam pengembangan ruang terbuka publik dalam konteks perkotaan perlu memperhatikan berbagai faktor yan yang berpengaruh di dalamnya. Sebagai suatu ruang terbuka publik perlu diketahui karakteristik pemanfaatan ruangnya agar tercipta ruang luar yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Jika dilihat dari fungsinya, ruang terbuka publik dapat dikategorikan m menjadi ruang sirkulasi kendaraan (jalan raya/freeway, jalan arteri, dll), ruang terbuka publik di pusat komersial (area parkir, plaza, dan mall), ruang terbuka publik kawasan industri, dan ruang terbuka publik peringatan (Carr, 1992). Ruang terbuka publik adalah ruang yang ditujukan untuk kepentingan publik. Ruang terbuka publik adalah salah satu jalan bagi anggota masyarakat menemukan kembali ruang kemanusiaannya. Namun pada kasus kasus-kasus tertentu ruang terbuka publik cenderung diabaikan sebagai hasil dari rrumitnya penataan ruang kota. Tidak seluruh kasus, strategi dan kenyataan dapat diurai penyebabnya. Hal ini terjadi bisa saja terjadi akibat dari penentuan faktor metode pendekatan yang keliru. Tingginya tingkat pertambahan penduduk akibat urbanisasi telah menimbulkan permasalahan kota-kota kota besar di Indonesia. Jumlah penduduk perkotaan yang tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu memberikan dampak tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota, akhirnya keberadaan ruang ruang-ruang terbuka terbatas, fenomena ini Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan EKO-ARSITEKTUR ARSITEKTUR
174
terjadi di kampung-kota Jakarta. Jakarta sebagai ibukota negara dengan jumlah penduduk terpadat di Indonesia luas ruang terbuka publik yang ada kurang lebih hanya mencapai 10% dari luas wilayah atau seluas kurang lebih 6.874,06 ha yang berarti Jakarta mengalami defisit jumlah besaran ruang terbuka sebesar 20%. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dicantumkan bahwa setiap kota dalam rencana tata ruang wilayahnya diwajibkan untuk mengalokasikan sedikitnya 30% dari ruang atau wilayahnya untuk ruang terbuka. Minimnya ruang terbuka ini terlihat dari adanya aktivitas sosial di beberapa kota besar utama di Indonesia seperti di Jakarta. Defisit ruang publik yang berupa taman bermain dan lapangan olahraga terlihat dari gejala banyaknya anak-anak kita yang bermain sepak bola, bersepeda maupun layang-layang di median jalan, di bawah flyover atau di bantaran sungai. Hal ini dikarenakan kurangnya atau bahkan tidak tersedianya tempat bermain di lingkungan permukiman dimana mereka tinggal. Pergeseran fungsi lahan atau penghilangan fungsi ruang terbuka publik, disadari atau tidak menimbulkan permasalahan lain yang lebih serius. Telah banyak terjadi pemanfaatan ruang publik digunakan untuk kegiatan privat dengan alasan bahwa ruang publik adalah ruang bersama yang diperuntukkan bagi siapa saja tanpa dipungut biaya sehingga banyak ruang publik yang tidak dapat diakses oleh umum lagi. Pergeseran fungsi ruang publik ini telah mengakibatkan keberadaan ruang publik semakin berkurang. Demikian juga yang terjadi di kota, akhirnya masyarakat kota menggunakan ruang terbuka yang ada digunakan untuk berbagai macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini telah mengakibatkan kerusakan lingkungan baik dari segi ekonomi, ekologi dan sosial. KAJIAN PUSTAKA Ruang terbuka publik Menurut Simonds (1983), Shirvani (1985), Carr (1992), Hakim (2002), Dharmawan (2005) ruang terbuka publik adalah ruang terbuka yang dapat berupa area hijau maupun non hijau, dapat digunakan untuk siapa saja tanpa dipungut biaya, tanpa memandang waktu, dan terletak diluar bangunan. Fungsi dari ruang terbuka adalah untuk interaksi sosial, melepaskan kepenatan, hiburan, adapun lokasinya strategis. Ruang terbuka dapat berupa taman, plaza, jalan, area terbuka di pinggir jalan. Berkelanjutan Permasalahan lingkungan terjadi karena munculnya kesenjangan yang bersifat holistik dan kompleks antara fenomena yang terjadi di lapangan dengan yang diharapkan menurut teori yang berlaku. Masalah lingkungan yang terjadi disini adalah fenomena kehadiran ruang terbuka publik temporer telah mengakibatkan kerusakan lingkungan baik dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi, sehingga mengakibatkan keselarasan, keseimbangan, keserasian subsistem terganggu. Untuk itu diperlukan kehadiran ruang terbuka publik temporer yang berkelanjutan, yaitu baik pada masa sekarang dan mendatang hadirnya ruang terbuka publik temporer tersebut tidak mengganggu keseimbangan lingkungan. Miller 2004, 3 Pro (Gondokusumo, 2005), Undang-Undang no. 32 tahun 2009, Rogers, 2008, Brunckhorst et al. (2006), maka menurut pendapat peneliti definisi berkelanjutan disini adalah menyangkut 3 aspek yaitu ekonomi: menaikkan tingkat peningkatan pendapatan dan menjadikan orang msikin menjadi subyek bukan obyek, sosial: memberika kesempatan bekerja, ekologi: lingkungan sehat. Teori ruang ketiga (Soja) dan reproduksi ruang (Lefebvre) Ruang dan waktu tidak dapat dipisahkan, pergantian berjalannya waktu akan membentuk ruang arsitektur baru. Peneliti berpendapat bahwa place adalah suatu space Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan EKO-ARSITEKTUR
175
Jurusan Arsitektur FTSP - Universitas Trisakti yang sudah mempunyai makna terhadap seseorang, space tak terbatas, place terbatas, terbentuknya suatu place memerlukan waktu. Waktu dan perilaku manusia mempengaruhi fungsi dari suatu place. Kebutuhan manusia akan place berbeda-beda, tergantung pada aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, demografi, geografi, dan lain lain-lain (Teori ruang dan waktu dari Tuan, 1977, Heidegger, 1985, Einstein, 1998 1998, Scott, 2011). Ruang ketiga menurut Soja 1996, ruang ketiga adalah ruang yang terbentuk dari hasil reproduksi ruang (lived space), yaitu terjadi karena proses perpaduan antara perceived dan conceived space (pemaknaan ruang menjadi tempat). Ruang terbuka publik temporer Menurut Soja, 1996, Carmona et al., ., 2006 2006, ruang terbuka publik temporer adalah ruang terbuka yang hadir karena adanya interaksi sosial dan kebutuhan masyarakat setiap saat seiring dengan berjalannya waktu. Perilaku manusia Menurut Haryadi (2010), Halim (2005) Marcella (2004) dan Halim (2005), mereka mengatakan bahwa perilaku warga di kota terhadap ruang adalah mempunyai kecenderungan menjadikan fungsi ruang publik dan privat tidak jelas jelas. Selanjutnya pembagian teritori ruang terdiri dari tiga kelompok yaitu teritori primer, sekunder dan tertier. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan an dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari empowerment yang artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya/kekuatan (Merrian Webster dalam Oxford Dictionary). Pemberdayaan masyarakat diharapkan juga akan menjamin keberlanjutan penggunaan naan ruang terbuka publik temporer. Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Pemberdayaan Masyarakat dalam Kerjasam Kerjasama antara Pemerintah, Swasta dan Masyarakat (Public Privat Partnership) Sumodiningrat Gunawan 2002: Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan dua skema pendanaan yang mempunyai karakter berbeda tetapi memiliki tujuan yang selaras yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) merupakan salah satu skema pembiayaan yang banyak diandalkan baik oleh negara maju maupun negara berkembang. Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat, atau dengan kata lain adalah bagaimana menolong masyarakat untuk mampu menolong dirinya sendiri. METODOLOGI Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif,memahami fenomena yang terjadi di lapangan secara komprehensif dengan cara observasi. dan wawancara dengan masyarakat setempat tentang kehadiran ruang terbuka publik temporer. Selanjutnya kajian ajian telaah jurnal dan teori yang terkait denga dengan kehadiran topik ruang terbuka publik temporer, maka dapat dibuat kerangka konsep ruang terbuka publik temporer berkelanjutan, dengan mencari variabel-variabel variabel yang berpengaruh pada kehadiran Ruang terbuka publik dengan fungsi temporer.
Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan EKO-ARSITEKTUR ARSITEKTUR
176
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pemahaman teori yang mendukung dengan topik penelitian maka dapat disusun kerangka konsep. Konsep yang melatar-belakangi dalam penelitian ini adalah keberadaan ruang terbuka publik yang terabaikan akibat dari kepadatan penduduk kampungkota yang meningkat. Peningkatan urbanisasi di kota telah mengakibatkan kepadatan penduduk kampung-kota meningkat. Tingginya tingkat urbanisasi menimbulkan permasalahan lingkungan, sehingga tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana mengatasi permasalahan lingkungan baik dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Jumlah penduduk meningkat, sementara luasan lahan tetap, mengakibatkan keberadaan ruang terbuka publik terabaikan, akhirnya penghuni kampung-kota menggunakan ruang terbuka publik yang ada digunakan untuk berbagai macam kegiatan dan digunakan oleh penghuni/pengguna secara bergantian sesuai kebutuhan, sehingga hadirlah apa yang disebut sebagai ruang terbuka publik temporer. Ruang terbuka publik temporer adalah ruang terbuka publik yang digunakan untuk berbagai macam kegiatan dan digunakan oleh penghuni/pengguna secara bergantian sesuai kebutuhan secara bergantian dan temporer. Kehadiran ruang terbuka publik temporer ini telah banyak memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari kehadiran ruang terbuka publik temporer adalah dapat menampung semua kegiatan penghuni sesuai kebutuhan meskipun lahan yang ada terbatas. Dampak negatif dari kehadiran ruang terbuka publik temporer adalah kemacetan, polusi, banjir, kotor, konflik antar penghuni, lingkungan tidak sehat, dan lain-lain. Dampak negatif yang muncul ternyata lebih besar daripada dampak positifnya, karena dampak negatif ini akan terus memicu kerusakan lingkungan. Untuk menjaga agar kehadiran ruang terbuka publik temporer ini tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan maka perlu dikelola agar kehadiran ruang terbuka publik temporer dapat berkelanjutan. Berdasarkan tinjauan teori, state of the art dari penelitian ini adalah: a. Observasi terjadinya fenomena kehadiran ruang terbuka publik temporer lingkungan di Jakarta. b. Mengidentifikasi hadirnya ruang terbuka publik temporer berdasarkan perspektif ilmu lingkungan yaitu ekologi, sosial dan ekonomi c. Analisis untuk mewujudkan ruang terbuka publik temporer agar berkelanjutan
People
Temporary public open space
Time
Sustainable temporary public open space
Pemberdayaan Masyarakat (Public Privat Partnership)
Gambar 1. Konsep Model Ruang terbuka pulik temporer Berkelanjutan (Sumber: hasil olahan penulis)
Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan EKO-ARSITEKTUR
177
Jurusan Arsitektur FTSP - Universitas Trisakti Ruang terbuka publik temporer terjadi jadi akibat interaksi sosial (manusia) dengan melalui proses perceived space dan conceived space. (pemaknaan ruang menjadi tempat sesuai dengan kebutuhan ruang bagi kebutuhan manusia). Ruang tercipta akibat adanya kegiatan yang dibutuhkan, kegiatan ini be berujung pada penambahan fungsi ruang terbuka sehingga ramai banyak diminati pengunjung. Disini terlihat adanya makna ruang, produksi ruang dan hubungan yang terjadi antara manusia dan ruang. Waktu dan perilaku manusia sebagai penghuni atau pengguna ruang pu publik sangat berpengaruh pada kehadiran ruang terbuka publik temporer. Ruang Ruang-ruang yang tercipta pada ruang publik di kampung-kota kota atau ruang terbuka publik temporer adalah ruang untuk yang terjadi untuk memenuhi kebutuhan warga seperti untuk menambah pengh penghasilan, untuk berkumpul dengan komunitasnya, dan ruang untuk refreshing. Ruang terbuka publik temporer ini disebut juga ruang ketiga seperti teori Soja, 1997. Peningkatan penghasilan merupakan kebutuhan utama sehingga warga penghuni kampung membuka tempatt usaha di depan rumahnya, adanya tempat usaha tersebut akan memicu hadirnya ruang-ruang ruang lain seperti ruang untuk interaksi sosial dengan tetangga, ruang bermain anak, pedagang makanan yang datang dari luar kampung kampung-kota tersebut menjajakan makanan disitu. Ruang diproduksi secara sosial terhadap ruang yang terbentuk oleh pikiran manusia (“The Production of space” dari Lefebvre), diproduksi disini artinya adalah proses dari banyaknya keberagaman karya dan bentuk. Dalam hal ini produksi merupakan sebuah interaksi ksi sosial yang terjadi sehingga menciptakan ruang dengan subyek manusia sebagai pelakunya. Produksi ruang dimulai dari ketika manusia mengadakan interaksi sosial pada sebuah ruang yang sama kemudian zona tersebut digunakan juga untuk orang lain. Ruang yang g ada sekarang bukan merupakan kejadian masa lampau dan sekarang saja akan tetapi juga merupakan imajinasi masa yang akan datang. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan penduduk maka kebutuhan akan ruang untuk kegiatan manusia semakin kompleks, seme sementara keberadaan ruang terbuka publik semakin terbatas. Fenomena ruang terbuka publik temporer di Jakarta dapat dilihat sebagai penyimpangan dari fungsi yang sebenarnya dari tata ruang hunian pada ruang kota. Namun hal ini dapat menjadi kritikan dan masuk masukan bagi pengguna dan perencana. Untuk memaknai ruang terbuka publik sebagai tempat yang memang diperlukan bagi kita dan orang-orang di sekitar kita. Berdasarkan observasi di Jakarta didapatkan hasil bahwa masyarakat di Jakarta tetap membutuhkan ruang terbuka uka publik untuk olah raga, rekreasi, berkumpul, dan interaksi tanpa batasan sosial, ekonomi dan gender. Masyarakat marginal di Jakarta ini selalu meningkatkan kegiatan se-hari hari harinya yang dikaitkan dengan bisnis untuk menambah pendapatan. Hal ini memberi pemahaman baru dalam persoalan kampung kota yang merupakan bagian dari kota. Seiring berjalannya waktu maka kebutuhan masyarakat akan ruang akan bertambah juga, sehingga kehadiran ruang terbuka publik temporer ini lebih sering terjadi. Ruang ketiga atau ruang terbuka publik temporer banyak hadir di ruang publik sesuai dengan persepsi masyarakat bahwa ruang publik adalah milik semua orang dan dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dari hasil observasi di lapangan, kehadiran ruang terbuka publikk temporer ini telah banyak menghadirkan dampak negatif daripada dampak positifnya, sehingga perlu adanya pengendalian agar dampak negatif tidak semakin meluas. Selanjutnya dengan mempertimbangkan aspek berikut ini, a. Memahami proses terbentuknya ruang pra praktek (practice space) dari teori Lefebvre atau ruang ketiga dari teori Soja di wilayah penelitian. . b. Dengan konteks keberlanjutan dan kemitraan diantara para aktor pembangunan, yaitu sektor publik, swasta dan komunitas, merupakan suatu mekanisma yang tepat untuk dapat mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan EKO-ARSITEKTUR ARSITEKTUR
178
c.
Pola kemitraan antara pihak pemerintah, swasta dan masyarakat merupakan konsep pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan ruang terbuka publik temporer berkelanjutan seperti yang diterapkan di Bandar Lampung dalam pengelolaan sampah secara terpadu dan holistik, 2011. Maka seperti yang terlihat pada gambar 1, Variabel yang digunakan dalam konsep tersebut adalah manusia, waktu, ruang terbuka publik temporer, ruang terbuka publik temporer berkelanjutan, dan pemberdayaan masyarakat. Untuk mewujudkan ruang terbuka publik temporer berkelanjutan diperlukan pemberdayaan masyarakat dengan cara kerjasama antara pemerintah, swasta dan masyarakat.
KESIMPULAN Waktu dan perilaku manusia berpengaruh pada kehadiran ruang terbuka publik temporer. Untuk mewujudkan ruang terbuka publik temporer berkelanjutan diperlukan pemberdayaan masyarakat sehingga ruang tersebut dapat menampung kegiatan masyarakat pengguna dengan nyaman baik untuk sekarang maupun masa yang akan datang. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih ditujukan kepada Dirjen Dikti yang telah mendanai, juga kepada pihak-pihak terkait dengan data primer dan sekunder sehingga penelitian ini dapat selesai. Referensi Carr, S., Mark F., Leanne G. R., Andrew M. S. (1992). Public space. Cambridge University Press, New York, pp. 34 – 39. Carmona, M. Tim H., Taner Oc., Steve T. (2006). Public places, urban space, the dimension of urban design. Architectural Press, Oxford, pp. 112 – 115. Hayden F. et al. (2006). Temporary urban space: concept for the use of city spaces. Birkhauser, Berlin. pp. 72 – 76. Halim, D., (2005). Psikologi Arsitektur: Pengantar Kajian Lintas Disiplin, Jakarta. Grasindo. Heidgger, M. (1985). Being and time. The Camelot Press. Britain. Lefebvre, H.(1991). The production of space, Blackwell Publishing, Oxford. pp. 86 - 89. Madanipour, A. (2003). Public and privat space of the city. Routledge, London. pp. 63 – 69. Marcella, L.J. (2004). Arsitektur dan perilaku manusia, Grasindo, Jakarta. pp. 65 – 76. Scott, J. (2011). Sosiologi: The Key Concept. Penerbit PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Soja, E. W. (1996). Thirdspace: Journeys to Los Angeles and other real-and-imagined places. Blackwell Cambridge. UK. pp. 70 – 82. Tuan, Y. F. (1977). Space and place, the perspective of experience. Minneapolis. University of Minnesota Press.
Seminar Nasional Keberlanjutan Ruang Huni Masa Depan EKO-ARSITEKTUR
179