KEGIATAN ADVIS TEKNIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR TAHUN 2012 Advis Teknis dan Pendampingan Mutu Perencanaan, Operasional dan Pemeliharaan Infrastruktur Sumber Daya Air NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS
1.
Advis Teknis Desain Bangunan Pengendali Sedimen Mangottong Lokasi : Kabupaten Sinjai Pengusul :
14 September 2011
Balai Sabo sudah menghubungi BBWS tetapi tidak jelas siapa yang meminta. Untuk itu advis ini tidak diproses lebih lanjut
2.
Pengkajian Sistem Tata Air Lokasi : Kec. Jejangkit, Kab. Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan Kab. Barito Kuala Pengusul : Pemkab. Barito Kuala
521.24/635/Distan TPH
Permohonan Pengkajian sistem tata air di Kecamatan Jejangkit dalam rangka pengembangan pertanian yang lebih optimal. Kecamatan Jejangkit merupakan salah satu sentra tanaman pangan di Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan. Tipe lahan berupa lahan rawa pasang surut di amna dalam pengembangan pertanian di Kecamatan Jejangkit salah satu kendalanya adalah keadaan air di mana pada musim hujan terjadi kebanjiran dan pada musim kemarau terjadi kekeringan.
Balai Rawa diminta melakukan ‘desktop simulation’ dan memberikan saran-saran yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. (oleh pak arie).
Pihak BWS Sulawesi II sudah datang ke Balai Sabo dan sudah diberi bahan-bahan.
Kesimpulan : Masalah Teknis : 1. In-site Danau Limboto Rencana penanggulangan dengan bangunan sediment trap, ambang pemisah, pengarahan/pengalihan alur, tanggul banjir, pengerukan danau dan pintu air Tapodu hendaknya dilengkapi dengan OP agar bangunan senantiasa dalam keadaan berfungsi dengan baik. Upaya pengerukan danau sebaiknya dilakukan dengan tuntas dan tidak setengah-setengah meski dipahami akan mengeluarkan anggaran yang sangat besar. Sebelum melakukan pengerukan danau, hendaknya dipersiapkan terlebih dahulu tempat pembuangan hasil pengerukan (disposal area). Perlu difikirkan pula pemanfaatan hasil pengerukan danau. Misalnya sedimen hasil pengerukan dimanfaatkan untuk reklamasi dan untuk membuat batu bata. Selain bisa dibuat batu bata, endapan dasar danau juga bisa dibuat barang kerajinan, dan perlengkapan rumah tangga lainnya. Sedangkan eceng gondok bisa dimanfaatkan untuk pupuk organic, barang kerajinan seperti tas, tikar, kursi dan
3.
Advis Teknis Permasalahan Sedimentasi Danau Limboto, Provinsi Gorontalo Lokasi : Gorontalo Pengusul : BWS Sulawesi II
30 Oktober 2011 06 Februari 2012 (disposisi kapus)
1. Ir. Chandra Hasan, Dipl, HE., M. Sc 2. Djudi, S. ST., MT 3. Santosa Sandi Putera, MT
PR.01.04/BWS-SUL. II/224 5 Desember 2011 16-18 April 2012
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS perlengkapan rumah tangga lainnya. 2.
3.
Pengoperasian pintu air Tapodu sebaiknya dilengkapi dengan SOP yang jelas baik sistem pengoperasiannya maupun sistem pemeliharaannya. Pada lereng bukit (kawasan hutan lindung) Sedimen yang memberikan kontribusi paling dominan pada sedimentasi Danau Limboto adalah sedimen hasil erosi permukaan lahan (surface erosion). Oleh sebab itu, upaya yang harus dilakukan tidak ada cara lain kecuali dengan menerapkan konsep hillside sabo works (seperti reforestation, afforestation, regreening, dan terracing) meskipun disadari bahwa upaya ini memerlukan waktu yang lama. Penghijauan di daerah hulu danau merupakan program utama sebab endapan lumpur di dasar danau terjadi akibat penggundulan hutan di wilayah hulu. Air yang mengalir menuju danau membawa tanah yang tererosi. Memulihkan lahan kritis di dalam wilayah hutan lindung. Mengembalikan wilayah konservasi hutan yang telah dialihfungsikan menjadi lahan pertanian. Perbaikan kualitas DAS Limboto harus dilakukan secara terus menerus. Pada alur sungai Pemulihan hutan riparian yang berfungsi untuk mencegah atau mengurangi aliran sedimen dari lahan kanan kiri sungai (kakisu) dan sekaligus dapat dimanfaatkan untuk menetapkan garis sempadan sungai. Rehabilitasi bangunan sabodam, bangunan bendung irigasi dan tanggul yang mengalami kerusakan. Misalnya Sabodam Sungai Alo, Bendung Irigasi di Sungai Alahu (yang saat ini sedang direhabilitasi) dan tanggul kanan Sungai Alahu. Beberapa bangunan Sabodam di Sungai Alo, Sungai Pohu, dan Sungai Bolangga yang direncanakan dibangun di daerah hulu sungai sebaiknya dibuat dari konstruksi pasangan batu kali karena sungai-sungai tersebut membawa sedimen dengan gradasi kasar, mempunyai kemiringan yang relatif terjal dibandingkan dengan sungai-sungai lainnya. Gaya impact aliran sedimen diperkirakan cukup besar, terbukti kerusakan Bendung Irigasi Alahu karena gaya impact aliran sedimen yang berasal dari Sungai Alo dan Sungai Pohu sangat besar. Rencana bangunan sabodam di Sungai Meluopo dan Sungai Marisa dapat dibuat dari konstruksi bronjong. Penetapan elevasi mercu bangunan harus ekstra hati-hati karena jangan sampai kenaikan muka air di hulu bangunan justru akan menimbulkan
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS persoalan baru berupa banjir kakisu (kanan kiri sungai). Catatan: Pada saat survei lapangan terlihat bahwa butiran sedimen pada dasar sungai relatif sangat kecil, sedangkan kecepatan aliran air di Sungai Meluopo maupun Sungai Marisa relatif kecil dan boleh dikatakan cenderung tenang. Kecepatan aliran yang kecil sejatinya menguntungkan untuk tujuan mengurangi angkutan sedimen ke Danau Limboto karena sedimen akan mudah mengendap di dasar sungai dan memperlambat terangkutnya sedimen ke hilir. Upaya menangkap sedimen dengan bangunan dam memang cukup menguntungkan, tetapi karena tebing sungai relatif rendah dikhawatirkan justru akan menimbulkan persoalan baru berupa banjir. Oleh sebab itu, jika di sungai-sungai tersebut akan dibangun sabodam (gabion dam) untuk mencegah atau mengurangi laju angkutan sedimen ke Danau imboto hendaknya dilakukan kajian dengan teliti dan hati-hati terutama dalam menetapkan elevasi mercu dam. Masalah Nonteknis: 1. Penetapan batas sempadan Danau Limboto secara definitif. Acuan yang bisa dipakai adalah Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah. Pasal 12 dari PP itu menegaskan bahwa tanah yang berasal dari tanah timbul atau hasil reklamasi di wilayah perairan pantai, pasang surut, rawa, danau, dan bekas sungai dikuasai langsung oleh Negara. 2. 3. 4. 5.
Penataan ulang tata ruang kawasan Danau Limboto dengan merelokasi pemukiman penduduk yang berada di dalam wilayah Danau Limboto setelah terlebih dahulu menyiapkan lahan pengganti. Dalam upaya penyelamatan Danau Limboto perlu dilakukan kajian lingkungan eksternal dan internal sehingga upaya yang dilakukan tersebut efektif dalam mencapai sasaran. Perlu dilakukan evaluasi mengenai data hidrologi. Penegakan aturan nonformal (yaitu aturan yang dibuat, disepakati dan dipatuhi sendiri oleh warga) yang memanfaatkan Danau Limboto, sedangkan pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator. Penyuluhan secara berkala kepada warga masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan yang tidak terpuji antara lain sebagai berikut:
Tidak melakukan illegal logging. Tidak melakukan kegiatan pertanian dengan cara ladang berpindah. Tidak menjadikan sungai dan danau sebagai TPA sampah. Tidak melakukan budidaya perikanan yang tidak ramah lingkungan.
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS 6.
7.
8.
9. 10.
11.
12. 13.
14.
15.
Tidak melakukan penangkapan ikan di dalam Danau Limboto dengan menggunakan strum, racun (potas), dsb. Pengelolaan danau harus dilakukan secara terpadu yang melibatkan semua pemangku kepentingan termasuk melibatkan semua pemilik persil lahan yang ada di dalam wilayah DAS Limboto karena setiap persil lahan tersebut merupakan produsen sedimen bagi danau. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya konflik dan rusaknya sumber daya hayati. Agar pengelolaan Danau Limboto seperti pemulihan, pemanfaatan dan pelestarian nantinya memenuhi harapan semua pihak kiranya perlu difikirkan kemungkinan membentuk semacam Badan Otoritas Pengelolaan Danau Limboto. Badan otoritas, Pemda, atau BWS Sulawesi II dapat menunjuk petugas sebagai polisi air yang akan memonitor perkembangan Danau Limboto dan sungai-sungai yang ada di kawasan Danau Limboto setiap saat sehingga dapat diambil tindakan cepat manakala terjadi hal-hal yang membahayakan. Perlu menyusun Perda tentang pengelolaan ekosistem Danau Limboto. Jika pemulihan Danau Limboto telah selesai dan berhasil dengan baik maka langkah selanjutnya adalah perlunya menyusun program pemberdayaan danau, membuat event-event atraktif dan mempromosikannya melalui berbagai media. Untuk menarik minat wisata ke Danau Limboto (setelah program pemulihan selesai) maka pada kawasan danau dapat dibagi dalam beberapa cluster. Misalnya cluster bumi perkemahan, wisata air, sarana olah raga (pedestrian/jogging track), museum ikan, kuliner dan souvenir. Sistem peringatan dini di kawasan Danau Limboto untuk memantau fluktuasi muka air danau. Sedangkan di wilayah sungai dimaksudkan untuk memantau kondisi permukaan air. Tingginya tingkat ketergantungan ekonomi pada kawasan danau dapat berakibat terjadinya rebutan kapling lahan pada tepian Danau Limboto. Oleh sebab itu, kondisi seperti ini hendaknya digunakan sebagai bahan dalam membuat kebijakan penataan ekonomi kawasan Danau Limboto. Perlu membentuk semacam Forum Komunitas Pecinta Danau Limboto yang beranggotakan warga di sekitar wilayah Danau Limboto. Secara berkala forum ini akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan penyelamatan dan pemanfaatan serta pengelolaan ekosistem Danau Limboto. Dalam upaya penyelamatan Danau Limboto perlu dilakukan kajian lingkungan eksternal dan internal sehingga upaya yang dilakukan tersebut efektif dalam mencapai sasaran.
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS Senantiasa melakukan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan sosialisasi.
4.
Advis Teknis Perencanaan Pelindung Tebing dan Pengarah Arus Sungai Saddang Lokasi : Makasar, Sulawesi Selatan Pengusul : BBWS Pompengan Jeneberang
1. Nuryanto Sasmito Slamet, ST., M.Eng 2. Mahdi Ibrahim, ST. MT 3. Dedi Junarsa, ST., MT
PW.03.02/AU/022 13 Desember 2011 28-31 Januari 2012 …………………….
Berkaitan dengan rencana pekerjaan pengendalian daya rusak air di Balai Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang tahun anggaran 2012. Maka BBWS PJ meminta bantuan teknis perencanaan penanganan sungai untuk menanggulangi: 1. Penggerusan tebing seperti yang terjadi pada S. Saddang dan S. Pareman 2. Pendangkalan muara seperti yang terjadi di Muara Sungai Pareman Perpindahan Alur (membuat sungai baru) seperti pada Sungai Rongkong
Sungai Pareman Untuk menanggulangi gerusan tebing yang terjadi di lima titik tinjauan Sungai Pareman, maka disarankan : 1. Lokasi saluran pengelak, membuat tanggul penutup saluran pengelak menggunakan kombinasi pasangan batu, turap baja dengan panjang 6 m, dan krib pengarah aliran dengan panjang 5 – 10 m pada elevasi +40 m. 2. Lokasi saluran irigasi, memasang dinding penahan tanah di tebing sungai menggunakan bronjong dikombinasikan dengan krib pengarah aliran. Krib pengarah aliran di desain dengan panjang 7 m pada elevasi +33.65 m. 3. Lokasi rumah roboh, menggunakan turap dengan panjang 12 m dan mempunyai momen minimal 269 KNm dikombinasikan dengan krib pengarah aliran di depan turap. Krib pengarah aliran di desain dengan panjang 17.5 – 25 m pada elevasi +13.5 m. 4. Lokasi tanggul dekat muara, menggunakan turap dengan panjang 8 m dan mempunyai bending momen minimal 269 KNm dikombinasikan dengan krib pengarah aliran di depan turap. Krib pengarah aliran di desain dengan panjang 8.5 – 14 m pada elevasi +2.05 m. 5. Lokasi tanggul dekat muara yang longsor, menggunakan turap dengan panjang 12 m dan mempunyai bending momen minimal 269 KNm dikombinasikan dengan krib pengarah aliran di depan turap. Krib pengarah aliran di desain dengan panjang 7.5 m pada elevasi +1.93 m. Sungai Rongkong Untuk menanggulangi gerusan tebing yang terjadi di Sungai Rongkong, maka diusulkan penanggulangan longsoran dan gerusan tebing dengan dua tahap. Tahap pertama dilaksanakan penanggulangan menggunakan turap dengan panjang 8 m dan bending moment minimal sebesar 150 KNm yang dikombinasikan dengan krib pengarah aliran di depan turap. Krib pengarah aliran di depan turap didesain dengan panjang antara 13 – 30 m pada elevasi +19 m. Penanggulangan tahap kedua dilaksanakan setelah bangunan konstruksi tahap pertama telah bekerja dengan baik, dilakukan penambahan tanggul untuk bantaran sungai pada elevasi +19 m dengan jarak tertentu di depan krib pengarah aliran yang diusulkan.
NO. 5.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL Peninjauan Lapangan pada Rencana Pembangunan Waduk di Kabupaten Sikka, Maumere, Nusa Tenggara Timur Lokasi : NTT Pengusul : Pemkab. Sikka, NTT
PELAKSANA 1. Dr. Ir. Wanny Kristiyanti Adidarma, M. Sc 2. Ahmad Taufiq, ST., MT 3. Fransisca Silalahi, A. Md
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN 023/MMMK/DPRBanggar/XII/2011 14 Desember 2011 14-16 Mei 2012 ………………….
PERMASALAHAN Menindaklanjuti Usulan Masyarakat Daerah Untuk Pembangunan Waduk di Kabupaten Sikka, NTT
SARAN TEKNIS
Saran: Berdasarkan hasil pengkajian lapangan dan mempelajari keadaan hidrologi dan geologi di Sungai Napunggete maka untuk usulan Waduk Waiblama direkomendasikan : 1. Segera dilakukan kajian studi perencanaan secara bertahap yang meliputi kajian pra desain, kajian pra feasibility study dan kajian feasibility study. Kajian ini meliputi bidang topografi, geologi, hidrologi, sosial dan ekonomi. Setelah kajian feasibility study selesai dilanjutkan kajian detail desain, kajian AMDAL dan lain sebagainya mengikuti kaidah (NSPM) dan Peraturan yang berlaku. 2. Untuk bidang hidrologi segera dilakukan analisa hidrologi untuk memperkirakan besaran ketersediaan air dan banjir rencana serta tampungan waduk dan tinggi bendung yang memperhatikan keamanan bendungan. 3. Dari analisa geomorfologi dan geologi awal menunjukkan bahwa : a. Secara morfologi merupakan bentuk tampungan yang sangat baik. b. Dari batuan dasar di sekitar sungai, merupakan batuan lava yang sangat baik sebagai pondasi batuan. c. Di sekitar lokasi ini terdapat potensi bahan timbunan tanah yang cukup. d. Daerah tinggi, diperkirakan sebagai daerah sesar naik, namun tidak aktif, sehingga diperlukan kajian yang cukup mendetail bidang geologi dan kegempaan. 4. Mempertahankan kondisi tutupan lahan merupakan hal penting untuk menjamin keberlanjutan pasokan air. 5. Untuk melengkapi data hidrologi yang terbatas Pemasangan Pos Duga Air dan Pos Hujan perlu segera dilakukan. 6. Untuk meningkatkan kehandalan pasok air direkomendasikan pembangunan waduk skala kecil. 7. Beberapa standar atau pedoman yang berkaitan dengan perencanaan waduk/bendungan yang harus dijadikan acuan adalah sebagai berikut : Tata cara perhitungan debit banjir (SNI 03-2415-1991), untuk perhitungan banjir rencana. Metode perhitungan kapasitas tampungan pada waduk (Pt M03-2000-A) Tata cara pemilihan lokasi pos duga air di sungai (SNI 03-25261991), untuk pemasangan dan pemilihan pos duga air. Pedoman peramalan debit aliran sungai (Pd T-06-2004-A), untuk perhitungan ketersediaan air. Tata cara penentuan lokasi dan pembangunan pos klimatologi (Pd M-19-1995-03), untuk menentukan lokasi dan pembangunan
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS pos klimatologi. Tata cara pengolahan data klimatologi (Pd M-18-1995-03), untuk mengolah data klimatologi yang andal dan siap pakai. Penyelidikan geoteknik untuk pondasi bangunan air volume 1. Penyusunan program penyelidikan, metode pengeboran dan deskripsi log bor (Pd T-03.1-2005-A). Penyelidikan geoteknik untuk pondasi bangunan air volume 2. Pengujian lapangan dan laboratorium (Pd T-03.2-2005-A). Penyelidikan geoteknik untuk pondasi bangunan air volume 3. Interpretasi hasil uji dan penyusunan laporan penyelidikan geoteknik (Pd T-03.3-2005-A). Tata cara penggalian pada pekerjaan tanah (Pt T-39-2000-A). Tata cara deskripsi keadaan dan penyelidikan lapangan pada pekerjaan tanah (Pt T-40-2000-A). Tata cara penimbunan dan bahan urugan pada pekerjaan tanah (Pt T-41-2000-A) Tata cara pelaksanaan pekerjaan tanah bagian 1: Keselamatan dalam pekerjaan tanah (Pt T-43-2000-A). Tata cara pemadatan tanah pada pekerjaan tanah (Pt T-442000-A). Pengukuran dan pemetaan teritis sungai (Pd. T-10-2004-A).
6.
Permohonan Rekomendasi teknis untuk melakukan uji kualitas tubuh embung dan mutu beton embung Lambadeuk di Kabupaten Aceh Besar Lokasi : Kabupaten Aceh Besar Pengusul : Kepala SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air Sumatera I
1. Edi Sukandi, BE 2. Yogi Anjarkisuma, A. Md
PW.06.01/SNVT PJPA S1/193 27 januari 2012 14-16 Mei 2012
Permohonan Rekomendasi Teknis Untuk Melakukan Uji Kualitas Hasil Pemadatan Tubuh Embung dan Mutu Beton Embung Lambadeuk di Kabupaten Aceh Besar.
Berdasarkan hasil uji dan pembahasan yang sudah dilakukan pada tanggal 14 – 16 Mei 2012, tim advis teknis Puslitbang SDA dapat memberikan rekemondasi untuk kualitas hasil pemadatan tubuh Embung Lambadeuk. Untuk pelaksanaan tahun 2012, kualitas pemadatan tanah (Dvalue) di bagian inti tubuh embung elevasi +17.50 - +18.00 sudah memenuhi syarat, yaitu > 95%. Namun demikian, melihat kondisi lapangan, untuk kualitas kepadatan tanah (Dvalue) pada bagian random pekerjaan pelaksanaan TA. 2011, tim advis teknis Puslitbang SDA memberikan beberapa rekomendasi yaitu sebagai berikut : 1. Melakukan pengambilan sampel pada tiga titik lokasi dengan menggunakan bor tangan type Iwan Ø 10 cm dengan kedalaman pengeboran pada masing – masing titik bor maksimal 2,00 m dan dalam tiap lubang pengeboran, diambil 2 tabung contoh tanah. 2. Tabung sampel hasil pengambilan, selanjutnya diuji di laboratorium, untuk mengetahui parameter dari :
Berat isi kering tanah ( d )
Berat isi massa tanah ( m )
Kadar air tanah asli (w) Dengan demikian dapat diketahui nilai kepadatan tanah (Dvalue) hasil pelaksanaan pekerjaan TA 2011
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS 3. Agar didapatkan maksimum jumlah lintasan yang optimum pada saat pelaksanaan pemadatan tanah, diperlukan uji lintasan dengan ketebalan hamparan bahan timbunan di lapangan antara 25cm – 30cm dan nilai kadar air berkisar antara + 2% dari Optimum Moisture Content (OMC) sesuai hasil uji laboratorium. 4. Pada daerah bidang kontak antara inti tubuh embung dan dinding saluran beton, perlu dilakukan pemadatan tanah dengan memakai bahan timbunan yang mempunyai nilai kadar air optimum lebih besar, yaitu berkisar > 3% dari nilai kadar air optimum hasil uji proctor test di laboratorium. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi celah yang lolos air di bagian kontak tersebut. 5. Hendaknya dilakukan uji permeabilitas dilapangan. Untuk mendapatkan nilai koefisien permeabilitas (k), terutama di bagian inti tubuh embung. Uji permeabilitas dilapangan ini bisa dilakukan dengan metode Open-end test. 6. Mengingat tubuh embung cukup tinggi ( > 15m ), maka untuk mengetahui perilaku tubuh dan kondisi embung terutama pada saat impounding dan pada waktu embung dioperasikan, hendaknya dilakukan pemasangan instrumentasi geoteknik pada bagian tubuh dan pondasi embung minimal pada 3 profil paling dalam. 7. Pemasangan Instrumentsi geoteknik yang direkomendasikan oleh tim advis teknis Puslitbang SDA adalah sebagai berikut : Piezometer ; Pengukur besarnya tekanan air pori. Extensometer ; Pengukur besarnya pergerakan arah vertikal. Inclinometer ; Pengukur besarnya pergerakan arah horizontal. V-Notch ; Pengukur besarnya debit rembesan yang di pasang pada daerah lereng downstream pada bagian elevasi paling rendah. 8. Untuk mendapatkan hasil maksimal pada saat pemasangan Instrumentasi, sebaiknya pemasangan dilakukan dibawah pengawasan seorang ahli instrumentsi geoteknik.
7.
8.
Advis Teknis Pembahasan Desain Bendung Batang Asai Lokasi : Jakarta Pengusul : Ditjen SDA-Direktorat Irigasi dan Rawa
1. Ir. Sri Hetty Susantin, M. Eng 2. Slamet Lestari, ST., MT 3. Sukmana
Permintaan Narasumber untuk Pembahasan Alokasi Air di WS. Kaluku Karama dan WS. Jeneberang Lokasi : Makassar, Sulawesi Selatan Pengusul : BBWS Pompengan
1. Drs. Waluyo Hatmoko, M. Sc 2. Lyra Adiyani, ST 3. Fransisca Silalahi, A. Md
UM.02.03-A/11 30 Januari 2012
Menghadiri Rapat Pembahasan Desain Bendung Asai
31 Januari 2012 …………………. KP.01.08/AU/01 31 Januari 2012 3 Februari 2012 ………………….
Permintaan Narasumber (ahli alokasi air dan Ribasim) untuk pembahasan alokasi air di WS. Kaluku Karama dan WS. Jeneberang.
1. Untuk BBWS Pompengan-Jenebrang disarankan untuk tetap meningkatkan kompetensi para petugas alokasi air, terutama dalam bentuk on-the-job training, dimana para petugas akan dihadapkan pada permasalahan yang aktual di lapangan. 2. Perlu disusun adanya pedoman pengelolaan alokasi air, baik yang generik berlaku secara nasional, maupun yang secara khusus disusun
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
Jeneberang
untuk wilayah sungai tertentu dengan permasalahannya yang khusus
9.
Informasi tentang Revisi Desain Polder Banger Kota Semarang
10.
Pelaksanaan Konsultasi Permasalahan Bidang Sumber Daya Air (Home Doctor) - Bocoran Embung Lokasi : Pusair, Bandung Pengusul : BBWS Citanduy Cisanggarung
1. 2.
Pelaksanaan Konsultasi Permasalahan Bidang Sumber Daya Air (Home Doctor) - Sedimentasi Bendung Matakabo, Pulau Seram Lokasi : Pusair, Bandung Pengusul : BWS Maluku
1. 2.
11.
SARAN TEKNIS
9 Februari 2012
Sebagai data.
IP.12.01-La/48.1
Terjadinya bocoran tidak terkendali pada kaki lereng hilir embung.
1. Untuk mengendalikan rembesan tidak terjadi yang terjadi pada bidang kontak tubuh bendungan dengan ebatmen kanan, dan sekitar konduit bekas saluran pengelak, perlu dipasang pengendali rembesan dan pencegah piping pada kaki lereng hilir sampai disekitar ebatmen. 2. Pekerjaan pemasangan filter pada kaki lereng hilir sangat utama dibandingkan pemasangan lapisan kedap pada sekitar kaki lereng hulu, disamping pelaksanaannya yang sulit karena kondisi muka air sulit diturunkan, rembesan yang muncul pada kaki lereng hilir bisa saja dari bagian tengah dan atas lereng udik. 3. Untuk mengetahui kondisi tubuh embung, perlu dipasang instrumentasi agar interpetrasi kondisi tubuh embung bisa lebih akurat dan didukung data otentik.
Adanya sedimentasi Bendung Matakabo, Pulau Seram, sehingga bangunan intake tidak bekerja secara optimal.
1. Pola aliran sungai adalah aliran debris, kemiringan sungai terjal, sehingga angkutan sedimen sangat besar. Tinggi antara hilir dan hulu bendung hampir sejajar, apabila dilakukan pengerukan, tidak lama kemudian akan terisi kembali oleh sedimen. Alternatif penanggulangan adalah dengan membuat groundsill/check dam di hulu bendung untuk mengukur kemiringan sungai di hulu sehingga dapat mengurangi angkutan sedimen ke bendung. 2. Kajian mengenai morfologi sungai sangat diperlukan dalam penentuan desain penanggulangan yang tepat, sehingga sangat penting dilakukan kajian morfologi sungai, angkutan sedimen, dan debit anak-anak sungai yang masuk ke sungai tersebut. 3. Intake dipasang pada 2 sisi, sedangkan posisi bendung berada pada tikungan sungai, sehingga pintu kiri sulit dioperasikan karena tertutup sedimen. Alternatif penanggulangan adalah dengan meninggikan mercu agar didapat head yang besar atau pengambilan melalui tubuh bendung. 4. Untuk peninggian mercu perlu diperhatikan backwater pada hulu bendung. 5. Tidak terdapat jembatan yang menghubungkan sisi kiri dan kanan bendung, sehingga menyulitkan dalam pemeliharan dan pengoperasian.
2 Februari 2012 1 Mei 2012
IP.12.01-La/48.1 2 Februari 2012 1 Mei 2012
NO. 12.
13.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
Pelaksanaan Konsultasi Permasalahan Bidang Sumber Daya Air (Home Doctor) - Penurunan Konstruksi Pada Bangunan Penutup Terusan Randu Lokasi : Pusair, Bandung Pengusul : BBWS Sumatera VIII
1. 2.
Pelaksanaan Konsultasi Permasalahan Bidang Sumber Daya Air (Home Doctor) - BWS Sulawesi IV
1. 2.
Lokasi : Pusair, Bandung Pengusul : BWS Sulawesi IV
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN IP.12.01-La/48.1 2 Februari 2012
PERMASALAHAN Terjadinya penurunan konstruksi pada bangunan penutup terusan randu.
1. Penentuan alternatif pananggulangan akan lebih akurat setelah diketahui penyebab utama pergerakan bangunan penutup. 2. Alternatif sementara adalah dengan memasang sheet pile pada tubuh atau bagian hilir bangunan penutup, membuat tanggul baru dibelakang tripod sehingga memfungsikan bangunan penutup sebagai pengendali gerusan, atau menyelimuti bangunan penutup dengan beton selayaknya tubuh bendung. 3. Alternatif penanggulangan rembesan dengan grouting bisa jadi sangat mahal karena titik grouting pada pasir sangat rapat.
Pemanfaatan Irigasi Mikro dengan penerapan irigasi Teknis Desa Lawoila, Kec. Konda, Kab. Konawe Selatan Irigasi Sprinkler
IRIGASI MIKRO 1. Komponen irigasi tetes memang masih jarang ditemui di daerah, selama ini pembelian komponen irigasi mikro bisa didapat di Jakarta atau Surabaya. Sebelum melakukan pemesanan harus ada desain detail terlebih dahulu untuk mengetahui kebutuhan bahan. Desain akan dibantu oleh Balai Irigasi dengan mengirimkan surat permohonan advis teknik ke Balai Irigasi. 2. Pengenalan dan perawatan irigasi tetes kepada petani dapat dilakukan dengan melaksanakan sosialisasi irigasi tetes sebelum penerapan irigasi tetes di lahan petani 3. Pengamanan jaringan irigasi dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan ketua P3A setempat, setelah itu ketia P3A mengkoordinasikan anggota-anggotanya dalam pengamanan jaringan. 4. Sebaiknya ditanam tanaman bernilai ekonomis tinggi dengan nilai jual tinggi dan jenis tanaman tergantung dari lokasi setempat 5. Irigasi tetes membutuhkan tekanan yang rendah dengan debit < 200 liter/jam. Sehingga dibutuhkan tinggi reservoar minimal 5 meter dari lahan. Besarnya tampungan dapat disesuaikan dengan pola pemberian irigasi 6. Masalah budidaya sebaiknya dikomunikasikan dengan penyuluh atau dinas pertanian setempat 7. Irigasi tetes cocok diterapkan pada lahan dengan iklim hujan rendah
1 Mei 2012
IP.12.01-La/48.1 2 Februari 2012 1 Mei 2012
SARAN TEKNIS
IRIGASI SPRINKLER 1. Kondisi sprinkler yang tidak bisa berputar karena tekanan yang tidak memenuhi persyaratan untuk pengoperasian sprinkler. 2. Debit sumur minimal untuk satu sprinkler tipe BIR V.1 harus diatas 10 ltr/dtk. Karena debit yang dibutuhkan 1 sprinkler > 8 liter/dtk. 3. Bila debit sumur kecil, solusi sementara adalah dapat merubah dmensi nozzle menjadi lebih kecil (untuk lebih jelasnya dapat menghubungi Balai Irigas)
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS 4. Pembuatan nozzle dapat dilakukan di lokasi setempat atau minta bantuan Balai Irigasi 5. Dimensi pipa JIAT adalah 4 inch dengan ketebalan 4,4 mm atau tipe AW. 6. Bila jarak antar riser 60 m, maka perlu ditambah riser diantara riser yang ada, sehingga jarak riser 30 m (karena diameter pembasahan sprinkler 30 m)
14.
Pelaksanaan Konsultasi Permasalahan Bidang Sumber Daya Air (Home Doctor)
1.
IP.12.01-La/48.1 2 Februari 2012
Permasalahan Perpanjangan Runway Airport – Ambon.
1. Indikasi ada ketidakseimbangan pasokan sedimen dari up drift (hulu) ke arah down drift (hilir) 2. Antara Desa Hatu dan ujung runway terpisah oleh batu-batu karang ke arah laut sehingga perkiraan gangguan pasokan sedimen dari Desa Hatu yang sering dieksploitasi penduduk sementara diabaikan. 3. Perlu adanya simulasi numeric untuk mengetahui perubahan pola garis pantai 4. Perlu didukung kegiatan survey hidro-oceanografi : pasang surut 15 hari, kecepatan arus 25 jam, data angin selama 10 tahun
Permasalahan Erosi pantai yang disebabkan oleh energy gelombang yang merusak pemukiman sekitar pantai di Kabupaten Lingga
1. Berdasarkan karakteristik pantai yang ada pola rambatan gelombang dan pengalaman dari tim Balai Pantai, erosi pantai yang terjadi didominasi akibat pengaruh arus kemudian berikutnya adalah gelombang. 2. Bahan material alam dapat diganti oleh beton maupun bahan geosintetis tetapi tergantung dari kemampuan dana yang mendukung kegiatan konstruksi 3. Limpasan air laut pada breakwater lepas pantai dibolehkan karena fungsinya sebagai redaman gelombang bukan penahan langsung lahan yg ada dibelakangnya, erosi terjadi karena penanganan perlindungan erosi pantai masih parsial, seharusnya menyeluruh. 4. Untuk mendapatkan konstuksi pantai yang baik perlu didukung oleh kajian berupa analisa numerik untuk penempatan bangunan eksisting dan rencana yang didahului tahap pengukuran topografi,bathimetri, hidro-oceanografi hingga perencanaan/desain. 5. Perpanjangan breakwater dapat dilakukan, lebih baik lagi memanjang untuk daerah yang tererosi. 6. Penggunaan buis beton baiknya memiliki kualitas yang baik (min K225), pasir dapat digunakan sebagai pengisi dg syarat lapisan atas dan bawah buis ditutup oleh beton dg kualitas yang baik dan kedap air. Disarankan untuk menggunakan besi tulangan untuk mengikat antar buis beton (interkoneksi) untuk stabilitas di dukung oleh pelindung kaki yang cukup panjang penempatannya
1 Mei 2012
Lokasi : Pusair, Bandung Pengusul : BWS Maluku
15.
Pelaksanaan Konsultasi Permasalahan Bidang Sumber Daya Air (Home Doctor) Lokasi : Pusair, Bandung Pengusul : Dinas PU Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau
1. 2. 3.
IP.12.01-La/48.1 2 Februari 2012 1 Mei 2012
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS 7. Penggunaan pasir untuk bangunan pantai secara teori disarankan untuk mengambilnya diperairan dalam atau min 200 meter dari garis pantai ke arah laut. Sementara pemanfaatan pasir bekas galian tambang sebaiknya berkonsultasi lebih dahulu ke BPLH.
16.
Pelaksanaan Konsultasi Permasalahan Bidang Sumber Daya Air (Home Doctor) - Permasalahan Pengamanan Pantai di Propinsi Nusa Tenggara Barat Lokasi : Pusair, Bandung Pengusul : BWS Nusa Tenggara I
1. 2. 3.
IP.12.01-La/48.1 2 Februari 2012 1 Mei 2012
Permasalahan Pengamanan Pantai di Provinsi Nusa Tenggara Barat
1. Untuk desain perubahan dengan menggunakan pemecah gelombang ambang rendah dengan armor batu dapat digunakan untuk mengganti revetmen yang rencana semula akan dibangun sepanjang pura, namun yang harus diperhatikan ketinggian elevasi puncak struktur pemecah gelombang. Tinggi elevasi diambil + 0,5 – + 0,6 m, hal ini untuk menjaga agar tampungan air di sekitar pura dapat terisi. Jarak struktur sudah cukup yakni + 13 m dari tebing pura eksisting. 2. Untuk standar penempatan dan panjang breakwater yang digunakan disesuaikan dengan kondisi pantai/bangunan yang akan dilindungi . Dalam hal ini bangunan yang akan dilindungi adalah pura yang tidak dilindungi oleh revetmen. Untuk itu penempatan yang telah direncanakan oleh pihak BWS NT 1 sudah cukup baik, namun untuk panjangnya lebih baik diperpanjang untuk menjaga hantaman gelombang dari arah selatan yang akan dibelokan akibat adanya perubahan kontur dan karang sehingga dapat muncul dari arah barat. 3. Untuk peredaman yang lebih baik lagi maka struktur pemecah gelombang ambang rendah dan revetmen dapat disatukan. Namun untuk elevasi struktur pemecah gelombang ambang rendah sesuai dengan pertanyaan pertama di atas dan revetmen sesuai dengan desain. 4. Tiap layer harus berbeda. Hal tersebut sesuai dengan SPM. Untuk memudahkan pelaksanaan untuk layer sekunder, maka bisa menggunakan bronjong agar batu dapat disatukan. Namun penggunaan bronjong hanya untuk lapisan inti saja, karena penggunaan bronjong untuk lapisan luar sangat tidak direkomendasikan. Dan yang harus diperhatikan adalah jumlah lapisan dalam satu layer terutama layer primer atau yang terluar, minimal lapisan layer yang digunakan sebanyak 2 lapisan. 5. Penggunaan diameter batu bisa dilakukan dengan pendekatan perhitungan kubus dan bola. Mengingat bentuk batu tidak ada yang bulat seperti bola atau berbentuk kubus. Sehingga kedua pendekatan tersebut dapat digunakan. 6. Tabel porositas dapat dilihat Pedoman Perencanaan Pantai atau SPM 2000, contoh untuk batu alam kasar porositas diperoleh 37%, sedangkan untuk analisa yang digunakan adalah analisa per butir armour. 7. Untuk meratakan boulder batu biasanya pelaksanaan dilapangan menggunakan alat berat dan terakhir menggunakan kerikil/batu split
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS agar permukaan puncak struktur rata dan baru pemasangan cansteen beton. 8. Melihat kondisi bangunan secara visual foto dan hasil diskusi bahwa pada saat desain belum terdapat struktur pelindung kaki yang merupakan salah satu hal yang penting dalam mendesain suatu struktur bangunan pengamanan pantai, terutama bangunan revetmen (dibuat setelah gelombang pecah). Selain itu faktor lainnya juga pada saat mendesain struktur bangunan tidak memperhatikan faktor hidrooceanografi. Sehingga disarankan untuk lokasi Pantai Gatep harus dikaji lebih lanjut penyebab terjadinya kerusakan dan membuat desain yang lebih baik yang sesuai dengan karakteristik pantai yang ada di lokasi kajian
17.
Advis Teknis Pembangunan Bendung Way Lofin Lokasi : Maluku Pengusul : BWS Maluku
1. Prof (R) Drs. Erman Mawadi, Dipl. AIT 2. Mirza Helmidian K., ST
IK.01.02/BWSMAL/II/27 23 Februari 2012 8-15 April 2012 21 Mei 2012
18.
Advis Teknis Pekerjaan Pembangunan Bendung Alopohu dan Pohu Lokasi : Gorontalo Pengusul : BWS Sungai Sulawesi II
1. Ir. Prayogo Endarjo, Dipl. HE
PR.01.04/BWSSUL.II/242 5 Maret 2012 16-18 April 2012
Dalam rangka Pembangunan Bendung Way Lofin dan menindaklanjuti hasil Team Evaluasi dari Direktorat Irigasi dan Rawa pada Rencana Pembangunan Bendung Way Lofin maka BWS Maluku mengajukan permohonan advis teknis terkain saran teknis sebelum pelaksanaan pembangunan dimulai.
Berkaitan dengan pembangunan Bendung Lofin disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Lokasi bendung di palung sungai di udik bangunan intake bebas yang ada. 2. Bendung disarankan dengan tipe bendung tetap dengan kelengkapannya seperti yang disebut dalam rekomendasi teknis dengan bangunan peredam energi tipe cekung. 3. Sehubungan dengan pekerjaan dewatering dalam pelaksanaan bendung disarankan pekerjaan penutupan setengah sungai bagian kiri. Sehingga air sungai bagian kanan alur sungai masih tetap mengalir ke intake. Pengalihan alur sungai ke bagian lain untuk pelaksanaan akan mengakibatkan terhentinya aliran ke intake dan akan memberatkan kelak pembuatan tanggul penutup banjir.
Berkenaan dengan akan segera dimulainya kegiatan pembangunan kembali Bendung Alopohu dan Bendung Pohu, BWS Sulawesi II mengajukan permohonan advis teknis untuk implementasi kegiatan ini di lapangan.
…………………… 19.
Permohonan Bantuan Tenaga Ahli Air dan Geolistrik untuk proyek perkebunan Tebu dan Pabrik Gula Terpadu Lokasi : Kabupaten Dompu, NTB Pengusul : PT. Sukses Mantap Sejahtera
18/SMS/IV/2012 02 April 2012
Perkebunan Tebu dan Pabrik Gula PT. SMS di Kabupaten Dompu, NTB mengalami kekeringan pada musim kemarau ini. Untuk itu PT. SMS mengajukan Permohonan Bantuan Tenaga Ahli Air dan Geolistrik untuk dapat membantu menemukan aliran sungai di bawah tanah (yang diduga ada namun tertimbun akibat letusan Gunung Tambora) dan dapat mengetahui cadangan air serta pedoman/cara mengeksploras air tersebut.
Tidak ditindaklanjuti (swasta)
NO. 20.
21.
22.
23.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PELAKSANA
Advis Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Embung Tunggilis Lokasi : Banjar, Jawa Barat Pengusul : SNVT PJSA Citanduy BBWS Citanduy
IR.0101Ax.0902/SPJSA/153
Permintaan Staf Ahli untuk Pemeriksaan hasil/mutu pekerjaan Tanggul Sungai Belidak Lokasi : Pontianak Pengusul : Sekretaris Balitbang
Hk.03.01-Ls/296
Bantuan Advis Teknis Design dan Pendampingan Embung Soropadan Lokasi : Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung Pengusul : Badan Lingkungan Hidup Pemkab Temanggung
660.1/461/IV/2012
Advis Teknis Pengkajian Bangunan Sabo Lokasi : Gunung Kelud Pengusul : Direktorat Sungai dan Pantai
03 April 2012 1 Mei 2012 (HD) ……………………. 5 April 2012
21 April 2012
1. Dr. Ir. Untung Budi Santosa, M. Sc 2. Ir. Soeryono Haryadi, SU 3. Ardian Alfianto 4. Agus Subekti
S1.02.15-Ad/246 9 Mei 2012 14-16 Mei 2012 06 Juni 2012
PERMASALAHAN Sehubungan terjadinya rembesan air pada tubuh embung Tunggilis setelah di rehabilitasi oleh Penyedia Jasa (CV. Tri Sacita), SNVT PJSA Citanduy BBWS Citanduy mengajukan permohonan advis untuk masalah tersebut di atas.
SARAN TEKNIS Sudah masuk pada acara Home Doctor 2012
Permintaan Sekretaris Balitbang guna melakukan uji Advis Teknis terhadap hasil/mutu Pekerjaan Pembangunan Tanggul Penahan Banjir Sungai belidak Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya tahun 2009. Sehubungan dengan akan dilaksanakannya pembangunan Embung Soropadan Kabupaten Temanggung, maka Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Temanggung meminta bantuan advis teknis dan pendampingan sampai dengan pelaksanaan pembangunan embung dimaksud.
Tidak ditindaklanjuti.
Sehubungan dengan permasalahan galian pasir di sepanjang Sungai Brantas, dan dengan berfungsinya bangunan sabo mengakibatkan kurangnya pasokan pasir ke hilir sungai. Sehubungan dengan rencana untuk bias mengalirkan pasir yang tertahan pada bangunan sabo ke hilir, Direktorat Sungai dan Pantai mengajukan permohonan advis teknis terkait rencana tersebut di atas.
Kantong Lahar Kali Ngobo Pembahasan : 1. Untuk melepas sebagian endapan sedimen dari dalam kantong ke alur sungai di hilirnya dapat dilakukan dengan mengubah tipe bangunan pelimpah kantong dari tipe tertutup (seperti kondisi saat ini) menjadi pelimpah tipe terbuka, diusulkan tipe slit (celah). Keuntungan dari tipe slit pada kasus ini adalah : Dapat menurunkan elevasi permukaan endapan material sedimen yang ada di dalam kantong secara bertahap (berangsur-angsur) oleh aliran. Material sedimen yang dilepas secara bertahap dapat memberikan suplai sedimen pada alur sungai di hilirnya. Dapat meredam/mengurangi besarnya debit puncak saat melewati bangunan peluap. Volume sedimen yang dikendalikan lebih besar dari pada tipe konvensional. 2. Angkutan sedimen yang dilepas dari Kantong Lahar Ngobo akan mengalir di Kali Dermo dengan kondisi : Panjang sungai ± 25 km Kemiringan sungai landai Melewati daerah permukiman Kondisi sungai mengalami degradasi dasar sungai sehingga kemungkinan tidak dapat efektif mensuplai sedimen ke Sungai
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS
3.
4.
5.
6.
Brantas, karena sementara akan mengendap sepanjang palung dan akan ditambang masyarakat sekitar. Meskipun diperkirakan tidak efektif dalam mensuplai sedimen, upaya pengosongan kantong lahar layak dilakukan untuk antisipasi dan kesiapsiagaan aliran lahar dan memelihara morfologi sungai bagian hilir. Pelimpah terbuka/ tipe celah (slit Sabo Dam) memiliki tampungan volume kontrol lebih besar dibandingkan pelimpah tipe tertutup. Besarnya volume sedimen yang dapat release (dilepas) dari bangunan pelimpah ke hilir dapat dihitung menggunakan formula sebagai berikut: Pengaman Bangunan Pelimpah Drempel Usaha yang harus dilakukan untuk mengantisipasi stabilitas bangunan pelimpah drempel dari terjadinya degradasi dasar alur, maka perlu diamankan dengan membuat Sub-sub Dam di hilir Sub Dam yang telah ada. Bilamana material yang ditampung di hulu drempel juga rencanakan di alirkan ke hilir maka dilakukan dengan cara seperti tersebut di atas (gambar 2) dengan membuat celah (slit) pada bangunan pelimpah kantong. Pengaman Bangunan Penahan Tebing Tanggul Untuk mengantisipasi turunnya elevasi dasar endapan material di dalam kantong maupun drempel yang dapat mempengaruhi stabilitas tanggul maupun drempel maka perlu di buat bangunan pengaman berupa bangunan penahan tebing. Bangunan Pengaman Untuk Peluap Kantong Berdasarkan pengamatan lapangan seperti terlihat pada foto bahwa pondasi Sub Dam bangunan peluap kantong terlihat akibat terjadinya degradasi dasar sungai. Untuk mengamankan bangunan pelimpah kantong dari kehancuran akibat tergerusnya pondasi yang dapat mengakibatkan tergulingnya bangunan pelimpah, maka perlu diperkuat dengan membangun Sub-sub Dam di hilir nya
Bangunan Pelimpah Kantong Kali Serinjing : Untuk menjawab tantangan yang ada, maka : Pada Main Dam Bangunan Pelimpah dibuat slit/celah selebar sekitar 1,50 m sebanyak minimal 3 buah dengan kedalaman mencapai dasar drip hole terendah yang ada. Penentuan lebar slit didasarkan pada adanya batu yang ada di hilir bangunan pelimpah sebesar 0,75 m yang dijadikan patokan, seperti pada gambar 6. Besarnya volume material yang memungkinkan terangkut ke hilir dapat dihitung menggunakan formula no 1. Demikian juga untuk bangunan pengaman tebing tanggul dan pengaman bangunan Sabo Dam yang ada di hulunya dilaksanakan seperti pada kantong Kali Ngobo. Untuk melindungi tubuh Sub Dam 1 dari pukulan aliran saat banjir
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS
24.
AT.04.01/BWS.SIV/1175
Advis Teknis Pengembangan Demplot Irigasi Mikro Lokasi : Kendari Pengusul : BWS Sulawesi IV
10 Mei 212 4-5 Juni 2012 06 Agustus 2012
25.
26.
KP.0108-Ai/22
Advis Teknis Irigasi Mikro Lokasi : PAT Citarum, PAT Bali, PAT Sulawesi Tenggara, PAT Sulawesi Utara, PATNusa Tenggara Timur. Pengusul : Direktorat Irigasi dan Rawa, Ditjen SDA
Pelaksanaan Konsultasi Permasalahan Bidang Irigasi (Home Doctor Irigasi) BWS Sulawesi I (Manado) Lokasi : Hotel Panorama Lembang Pengusul : Direktorat Irigasi dan Rawa, Ditjen SDA
15 Mei 2012 4-5 Juni 2012 06 Agustus 2012
1. Dadang Ridwan, ST 2. Marasi Deon Joubert, ST, MT
KP.01.08-AI/22 15 Mei 2012 5-6 Juni 2012
(terlihat pada foto no 15 ) perlu dilapisi beton dengan ketebalan 0,50 m. Penambangan bahan galian C yang ada perlu disosialisasikan agar dilakukan pada tempat dan jumlah yang sesuai dengan rencana agar kondisi kantong tetap terjaga kelestariannya.
Sehubungan dengan rencana pengembangan Demplot Irigasi Mikro (Pembuatan Jaringan Irigasi Tetes), maka PPK PAT(Pendayagunaan Air Tanah) memohon bantuan dalam mendesain Irigasi Mikro pada lahan petani.
Rencananya akan diberikan advis teknis pada acara home doctor irigasi untuk pemberian saran teknis pada tahap perencanaan
Seubungan telah dimulainya kegiatan pemanfaatan teknologi tepat guna berupa sumur bor yang akan dijadikan demplot untuk penerapan irigasi tetes pada PAT Citarum, PAT Bali, PAT Sulawesi Tenggara, PAT Sulawesi Utara, PAT Nusa Tenggara Timur maka Direktorat Irigasi dan Rawa mengajukan permohonan advis teknis terkait perencanaan dan pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan.
Rencananya akan diberikan advis teknis pada acara home doctor irigasi untuk pemberian saran teknis pada tahap perencanaan
Permohonan Advis Teknis terkait perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pemanfaatan teknologi tepat guna berupa sumur bor yang akan dijadikan demplot untuk penerapan irigasi tetes di lapangan.
Kesimpulan : Data untuk perencanaan baru sebatas gambaran lahan, serta letak sumber air, sehingga yang bisa direncanakan adalah jaringan irigasi tetes, belum termasuk pola operasinya. Sumber air yang dipakai adalah pompa air tanah dengan tenaga surya dan dialirkan ke dalam tampungan, sehingga sistem irigasi nantinya dapat menggunakan tenaga gravitasi. Demplot direncanakan seluas 0,05 ha dikarenakan masih dalam tahap percobaan, dan untuk pengembangan lahan potensial sekitar 15 ha. Dari hasil konsultasi teknis telah didapat skema layout jaringan dan HPS nya. Jaringan direncanakan dengan menggunakan kontrol otomatis, sehingga akan mempermudah dalam pengoperasiannya.
27.
Pelaksanaan Konsultasi Permasalahan Bidang Irigasi (Home Doctor Irigasi) BWS Sulawesi IV (Kendari) Lokasi : Hotel Panorama Lembang Pengusul : Direktorat Irigasi dan
1. Dadang Ridwan, ST 2. Marasi Deon Joubert, ST, MT
KP.01.08-AI/22 15 Mei 2012 5-6 Juni 2012
Permohonan Advis Teknis terkait perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pemanfaatan teknologi tepat guna berupa sumur bor yang akan dijadikan demplot untuk penerapan irigasi tetes di lapangan.
Kesimpulan : Data untuk perencanaan baru sebatas gambaran lahan, serta letak sumber air, sehingga yang bisa direncanakan adalah jaringan irigasi tetes, belum termasuk pola operasinya. Sumber air yang dipakai adalah pompa air tanah , dan untuk irigasi
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
Rawa, Ditjen SDA
SARAN TEKNIS tetes akan digunakan sistem pompa dalam pengaliran air irigasinya. Demplot direncanakan seluas 1 ha, dan untuk pengembangan lahan potensial sekitar 15 ha. Dari hasil konsultasi teknis telah didapat skema layout jaringan dan HPS nya. Jaringan direncanakan dengan menggunakan kontrol otomatis, sehingga akan mempermudah dalam pengoperasiannya.
28.
29.
Pelaksanaan Konsultasi Permasalahan Bidang Irigasi (Home Doctor Irigasi) BBWS Citarum Lokasi : Hotel Panorama Lembang Pengusul : Direktorat Irigasi dan Rawa, Ditjen SDA
1. Dadan Rahmandani, ST 2. Indri Swatini, ST
Pelaksanaan Konsultasi Permasalahan Bidang Irigasi (Home Doctor Irigasi) BWS Nusatenggara II Lokasi : Hotel Panorama Lembang Pengusul : Direktorat Irigasi dan Rawa, Ditjen SDA
1. Dadan Rahmandani, ST 2. Indri Swatini, ST
KP.01.08-AI/22 15 Mei 2012 5-6 Juni 2012
KP.01.08-AI/22 15 Mei 2012 5-6 Juni 2012
Permohonan Advis Teknis terkait perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pemanfaatan teknologi tepat guna berupa sumur bor yang akan dijadikan demplot untuk penerapan irigasi tetes di lapangan.
Kesimpulan :
Permohonan Advis Teknis terkait perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pemanfaatan teknologi tepat guna berupa sumur bor yang akan dijadikan demplot untuk penerapan irigasi tetes di lapangan.
Kesimpulan :
BBWS Citarum untuk tahun ini masih mencari lokasi yang ideal untuk penerapan irigasi tetes. Rencana penerapan irigasi tetes akan dilakukan tahun berikutnya.
Data untuk perencanaan baru sebatas gambaran lahan, serta letak sumber air, sehingga yang bisa direncanakan adalah jaringan irigasi tetes, belum termasuk pola operasinya. Sumber air yang dipakai adalah pompa air tanah , dan untuk irigasi tetes akan digunakan sistem pompa dalam pengaliran air irigasinya. Demplot direncanakan seluas 2 ha, dan untuk pengembangan lahan potensial sekitar 200 ha. Dari hasil konsultasi teknis telah didapat skema layout jaringan dan HPS nya. Jaringan direncanakan dengan menggunakan kontrol manual, dan tangki nutrisi diletakan setelah pompa.
30.
31.
Pelaksanaan Konsultasi Permasalahan Bidang Irigasi (Home Doctor Irigasi) BWS Bali Penida Lokasi : Hotel Panorama Lembang Pengusul : Direktorat Irigasi dan Rawa, Ditjen SDA
1. Guntur, ST 2. Adithya, ST
Pelaksanaan Konsultasi Permasalahan Bidang Irigasi (Home Doctor Irigasi) BBWS Bengawan Solo Lokasi : Hotel Panorama Lembang Pengusul : Direktorat Irigasi dan Rawa, Ditjen SDA
1. Guntur, ST 2. Adithya, ST
KP.01.08-AI/22 15 Mei 2012 5-6 Juni 2012
KP.01.08-AI/22 15 Mei 2012 5-6 Juni 2012
Permohonan Advis Teknis terkait perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pemanfaatan teknologi tepat guna berupa sumur bor yang akan dijadikan demplot untuk penerapan irigasi tetes di lapangan.
Kesimpulan :
Permohonan Advis Teknis terkait perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pemanfaatan teknologi tepat guna berupa sumur bor yang akan dijadikan demplot untuk penerapan irigasi tetes di lapangan.
Kesimpulan :
Data untuk perencanaan baru sebatas gambaran lahan, sedangkan untuk data kontur, batas kepemilikan lahan, dan lokasi sumber air belum ada, sehingga belum dapat digunakan dalam perencanaan teknis irigasi tetes.
Data untuk perencanaan baru sebatas gambaran lahan, serta letak sumber air, sehingga yang bisa direncanakan adalah jaringan irigasi tetes, belum termasuk pola operasinya. Sumber air yang dipakai adalah pompa air tanah , dan untuk irigasi tetes akan digunakan sistem pompa dalam pengaliran air irigasinya.
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS Demplot direncanakan seluas 0,3 ha. Dari hasil konsultasi teknis telah didapat skema layout jaringan dan HPS nya. Jaringan direncanakan dengan menggunakan kontrol manual, dan tangki nutrisi diletakan setelah pompa. Jenis emitter yang digunakan adalah drip tape.
32.
33.
Advis Teknis Kajian Kondisi Geoteknik Pada Lokasi Pembangunan P3SON Hambalang Lokasi : Hambalang, Jakarta Pengusul : Kementerian Pemuda dan Olahraga, Balitbang PU
1. Ahmad Taufiq, ST, MT. 2. WulanSeizarwati, S. SI 3. Lira Adiyani, S. Si 4. Udi Setiabudi, BE 5. Purnawan 6. Mirza Helmidian Khairot, ST 6. Erman Suanto, ST
0917.A/SESKEMENPO RA/06/2012 ; 06/KPTS/KL/2012
Advis Teknis Pengkajian Pembangunan
1.
UM.01.02-Ar/2012
Kesimpulan : a. Jangka Pendek Dalam mengatasi permasalahan jangka pendek terutama adalah dalam mengamankan bangunan yang sudah ada, maka perlu ditempuh prosedur sebagai berikut: Pembenahan sistem tata salir, dilakukan dengan membuat sudetan yang mengalirkan langsung air yang tergenang ke arah Barat dan ke arah Selatan, dimulai dari sumber air yang terdeteksi. Kedalaman saluran air/sudetan tersebut menurut hasil investigasi harus dibuat dengan kedalaman 3 – 5 meter atau disesuaikan ketebalan lapisan vulkanik (tidak termasuk timbunan). Longsoran timbunan yang sebagian terjadi termasuk yang diperkuat geosintetik, harus dibongkar dan dibuat dengan kemiringan lereng yang aman. Untuk lereng yang berpotensi longsor dangkal, walaupun sudut lereng sudah aman, perlu diperkuat dengan soil-nailling atau pengangkeran tanah. Untuk mengatasi longsoran jalan, perlu dibuat konstruksi pile slab yang menembus lapisan batuan fresh clay shale. Untuk itu perlu didesain agar fungsi pile slab ini selain sebagai jalan juga dapat menahan longsoran. Harus dilakukan revisi tata letak bangunan (site plan) di bagian selatan bila perlu dengan menerapkan prinsip Zero Building. Untuk bangunan yang sudah ada dan terimbas longsor perlu dilakukan redesain dan perkuatan. b. Jangka Panjang Penanganan jangka panjang harus didukung dengan pemasangan dan pengamatan instrumen pergerakan tanah (inclinometer dan patok geser). Pada sisi barat, inclinometer ini untuk mengetahui dugaan adanya longsoran translasi, sedangkan di sisi timur untuk mengetahui kecepatan pergerakan longsoran translasi yang diduga sudah terjadi. Jika pembacaan inclinometer terdapat perubahan yang mengindikasikan longsoran, perlu dipasang konstruksi bore pile yang didesain guna menghentikan pergerakan tanah.
1 Juni 2012 ; 02-06 Juli 2012 Proses kegiatan berjalan (sudah 2 kali laporan masuk)
Terkait pengkajian Pembangunan Sabo
Sebagai Data. Advis Teknis dilaksanakan dan dibiayai oleh Balai Sabo.
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
14 Juni 212
Sabo dalam upaya penanggulangan bencana lahar dingin Gunung Gamalama Lokasi : Ternate Pengusul : BWS Maluku Utara 34.
Advis Teknis Bendungan Orong Gerisak Lokasi : Kabupaten Lombok Timur Pengusul : Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
1. Ahmad Taufiq, ST, MT 2. Erwin Mardianto, A. Md
UM0206-Ab3/267; Kj 0203-Ab3/279 5 Juli 2012 ; 16 Juli 2012 06-08 Agustus 2012 ………………………
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS
dalam upaya penanggulangan bencana lahar dingin Gunung Gamalama maka BWS Maluku Utara mengajukan permohonan advis teknis.
Adanya permintaan kajian dan rekomendasi terhadap Bendungan Orong Gerisak oleh Kepala DInas Pekerjaan Umum Pemkab Lombok Timur kepada Direktorat Jenderal SDA. Maka Direktorat Bina Penatagunaan SDA membentuk Tim Kajian dan Rekomendasi Teknis terhadap konstruksi Bendungan Orong Gerisak yang terdiri dari Puslitbang SDA, Balitbang PU, Direktorat Sungai dan Pantai, Ditjen SDA serta Tim Unit Perencanaan BWS Nusa Tenggara I.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil pengkajian lapangan dan mempelajari data-data sekunder yang ada maka alternatif perbaikan dari Bendungan Orong Gerisak ini direkomendasikan sebagai berikut : A. Tubuh/Tanggul Bendungan Untuk menambah stabilitas lereng pada tanggul, disarankan dengan menambah perkuatan berupa counterweight baik pada lereng udik maupun pada lereng hilir. counterweight di desain juga sebagai lapisan filter timbunan. Bahwa timbunan mempunyai orde permeabilitas 10-3, maka timbunan tidak bisa berfungsi sebagai inti/core kedap air sebuah tanggul. Jika difungsikan sebagai jalan raya roda 4, maka hendaknya di desain perkuatan untuk jalan. Untuk saat ini dibatasi untuk kendaraan tanpa beban (diportal). Analisis stabilitas lereng untuk lainnya termasuk analisa rembesan (seepage analisis) ditinjau pada kondisi muka air normal dan kondisi rapid drawdown, serta memasukkan faktor gempa. Untuk memantau perilaku tubuh bendungan, dapat dilengkapi instrumentasi berupa piezometer, inklinometer dan patok geser secukupnya. B. Bangunan Spillway Dengan mempertimbangkan kondisi timbunan dan kelak aliran kririsnya berada pada lereng/kaki timbunan, maka disarankan spillway dipindah. Lokasi spillway dipindahkan pada tanah asli sisi kiri. Spillway di desain dengan menurunkan ketinggiannya menjadi sekitar +12 m. Dengan menurunkan ketinggian ini, diharapakan tampungan embung ini kurang dari 500.000 m³, sehingga tidak lagi dikategorikan bendungan besar. Pemindahan dan pembangunan spillway ini menjadi pekerjaan yang sangat mendesak sebelum musim hujan (keterangan : morfologi tanah asli pada sisi kiri terlihat lebih stabil terhadap longsoran lereng). Dimensi dan tipe bangunan spillway dihitung kembali berikut desain bangunan peluncur dan kolam olaknya C. Lereng Hilir dan Lereng Hulu
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS Gejala yang ada baik pada lereng hilir dan hulu memperlihatkan telah terjadi deformasi secara vertikal maupun horisontal. Kondisi ini menunjukkan bahwa stabilitas lereng pada arah hulu dan arah hilir, nilai keamanannya sangat minimum (FK mendekati 1). Jika ada beban tambahan akibat pengisian genangan air, maka nilai keamanan stabilitas lereng akan berkurang (FK<1;longsor), sehingga sebelum ada perkuatan lereng tidak diijinkan pengisian waduk. Analisis stabilitas lereng untuk mendesain counterweight dan perkuatan lainnya termasuk analisa rembesan (seepage analisis) ditinjau pada kondisi muka air normal dan kondisi rapid drawdown, serta faktor gempa. D. Bangunan Intake Posisi ketinggian intake mengikuti perubahan ketinggian spillway (perhatikan rekomendasi spillway point 2) Dengan mempertimbangkan kondisi timbunan dan side seepage/contact seepage, maka disarankan intake dipindah pada tanah asli. E. Pondasi Untuk mengurangi potensi rembesan melalui bawah pondasi, maka dapat dilakukan dengan grouting tirai atau lapisan blanket pada sisi hulu sampai lapisan kedap air F. Kolam Tampungan Sebelum dilakukan pengisian genangan air, supaya dilakukan perbaikan dengan pembangunan bangunan sayap.
35.
Advis Teknis Perkuatan Tebing Sungai Barito Lokasi : Marabahan Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan Pengusul : BWS Kalimantan II
1. Ahmad Taufiq, ST, MT 2. Dessi Rosliani, ST., MT 3. Mirza Helmidian K., ST
PR0404/BWS.KALII/914 11 Juli 2012 24 Juli 2012 04 Agustus 2012
Sehubuungan dengan terjadinya kerusakan /penurunan bangunan pada pekerjaan perkuatan tebing Sungai Barito di Marabahan Kabupaten Barito Kuala (pelaksanaan pekerjaan tahun anggaran 2011) serta terjadinya amblasan tanah di lokasi permukiman sekitarnya, maka BWS Kalimantan II mengajukan permohonan advis teknis untuk penanganannya dan mengantisipasi pelaksanaan pekerjaan lanjutan pada tahun anggaran 2012.
Kesimpulan : A. Lokasi Eksisting Maka disarankan dilengkapi dengan counter weight/bottom panel (sisi luar). Perlu dianalisis lebih lanjut mengenai potensi berkembangnya longsoran B. Lokasi Longsoran Perbaikan dengan bored pile (kedalaman mencapai lebih dari 40 m atau sesuai hasil penyelidikan geoteknik) dengan kofigurasi triangular (zig-zag) 2 sampai 3 baris. Selain itu dilakukan relokasi atau pemindahan area. Perlu dikaji data muka air normal, muka air banjir, muka air surut, dan muka air tanah. Perlu adanya penyelidikan tanah di lokasi longsoran. Pengambilan contoh tanah dari hasil pemboran kemudian dilakukan pengujian di laboratorium. Hasil pengujian di laboratorium berupa parameter index
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS properties dan engineering properties diperlukan dalam perhitungan analisa penanggulangan secara rinci. Perlu pengkajian tekanan tanah aktif dan pasif, serta beban lateral akibat tambatan kapal untuk desain penanggulangan longsoran C. Lokasi Lanjutan Posisi pedestrian ditempatkan pada jalan kota (jalan kota tidak perlu) dan perubahan konfigurasi tiang sebagai berikut: a. Kedalaman spun pile > 42 m b. Konfigurasi spun pile menggnakan bentuk triangular (zig zag) c. Dilengkapi dengan counter weight/bottom panel (sisi luar) d. Perlu dikaji data muka air normal, muka air banjir, muka air surut, dan muka air tanah. Posisi pedestrian ditempatkan pada jalan kota (jalan kota tidak perlu) dan perubahan konfigurasi tiang sebagai berikut: a. Menggunakan panjang spun pile yang sudah ada = 36 m b. Konfigurasi spun pile menggnakan bentuk triangular (zig zag) c. Perlu dikaji data muka air normal, muka air banjir, muka air surut, dan muka air tanah. d. Dilengkapi dengan counter weight/bottom panel (sisi luar) e. Catatan untuk alternatif ini tidak dianjurkan spun pile dijadikan sebagai tambatan kapal. Jika jalan kota dipertahankan maka posisi pedestrian berdampingan (menempel) dengan posisi jalan kota. Dengan mempertimbangkan potensi differensial settlement yang diakibatkan desain pondasi jalan kota dan pedestrian yang berbeda seta perbedaan beban jalan (beban lajur) maka disarankan dilakukan desain pondasi di jalan kota sama seperti desain pondasi pedestrian. Perlu adanya penyelidikan tanah di lokasi longsoran. Pengambilan contoh tanah dari hasil pemboran kemudian dilakukan pengujian di laboratorium. Hasil pengujian di laboratorium berupa parameter index properties dan engineering properties diperlukan dalam perhitungan analisa penanggulangan secara rinci. D. Lokasi Depan BRI Turap didesain dengan kedalaman menjadi 36 m (sebelumnya 18 m). Desain krib dipertahankan atau dengan counter weight/bottom panel.
36.
Advis Teknis Penanganan Bencana Tanah Longsor di Sungai Way Ela Ambon Lokasi : Way Ela, Maluku
1. Dr. Ir. Budi Santosa, M. Sc 2. Ahmad Taufiq, ST, MT
U.03.04/BWSMAL/VIII/98.a 1 Agustus 2012
Sehubungan dengan adanya bencana alam Gunung Ula Hatu yang longsor pada tanggal 13 Juli 2012 sehingga membentuk natural dam di Sungai Way Ela, Desa Negeri Lima,
Perlu adanya penyelidikan tanah untuk mengetahui kondisi lapisan tanah guna analisa stabilitas tebing sungai terutama jika hendak dipasang turap atau mini pile pada tebing sungai.
Kesimpulan : 1. Longsoran yang terjadi di Bukit Ula Hatu pada curah hujan yang tinggi 360 mm (Stasiun Patimura, Ambon) dan pada satuan geologi Endapan Gunungapi Tua/Tersier (Tpav) berupa pelapukan dari
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL Pengusul : BWS Maluku
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN 11-14 Agustus 2012 ……………………..
PERMASALAHAN Kabupaten Maluku Tengah. Terkait hal tersebut di atas maka BWS Maluku mengajukan permintaan advis teknis untuk penanganan selanjutnya.
SARAN TEKNIS
2.
3.
4.
5.
6.
7.
breksi, tufa dan andesit dengan volume longsoran diperkirakan mencapai sekitar 10 juta m3). Dengan memperhatikan faktor ketidakstabilan lereng dan bukit sebelah kiri (sumber longsoran) bahwa kegiatan demolise adalah kegiatan yang dapat memicu terjadinya longsoran susulan. Oleh sebab itu upaya konservasi merupakan upaya secara teknis yang paling baik. Dari data survey geologi/geoteknik telah didapatkan hasil sebagai berikut : - Tebal timbunan tanggul alam mencapai 120 m. - Material timbunan terlihat sangat heterogen (dari bongkah – pasir). - Nilai permeabilitas dari uji dan analisa rembesan didapatkan K dalam orde 10-3 cm/s. Dari hasil simulasi dambreak didapatkan hasil sebagai berikut : - Waktu tempuh dari bendungan ke hilir (laut) ± 2 jam 40 menit, dengan jarak ke penduduk ± 2,4 km. - Kecepatan aliran mencapai sebesar 11 m/s. - Ketinggian air yang melimpas 20 m (dari badan sungai). Dari hasil analisis stabilitas didapatkan bahwa: - Saat ini lereng bendungan (alam) mempunyai angka keamanan (FK) hanya 1,09. - Faktor keamanan akan turun dengan beban tambahan seperti akibat gempa dan ganguan stabiltitas. - Terdapat bidang kritis lereng pada segmen tengah (diatas rembesan). Dari hasil analisis rembesan dimana saat ini terdapat rembesan sebesar 600 l/detik maka : - Terdapat nilai gradient kritis, Ix= 0.55 sehingga angka keamanan, FK = 1/0,55 = 1,82 (tidak memenuhi persyaratan < 4). - Bendungan alam saat ini kritis terhadap rembesan, sehingga perlu dibuatkan konstruksi toedrain agar besar rembesan dapat ditanggulangi. Untuk mengurangi Muka Air Waduk (MAW), disarankan segera membangun kontruksi spillway yang berada pada daerah kiri timbunan. Spillway didesain dengan konsep sebagai berikut : - Elevasi mercu spillway + 197 m, sehingga kapasitas volume = 15.36 jt m3. - Dimensi spillway didesain untuk kapasitas Q100 tahun = 18 m3/s dengan modifikasi pelebaran bagian inlet. - Bahan bangunan yang diusulkan adalah : Berupa matras concrete dan beton. Perkuatan dengan cerucuk dan Geosynthentic Clay Liner (GCL).
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS 8.
Dalam rangka upaya meningkatkan angka keamanan, lereng harus ditata dengan upaya cut and fill. Kegiatan cut dilakukan pada daerah lereng atas kemudian dipindahkan (fill) pada daerah hilir sebagai berm. 9. Dalam upaya memantau kondisi tanggul serta mengetahui stabilitas baik terhadap deformasi maupun terhadap rembesan maka disarankan agar dipasang dan dimonitor alat - alat instrumentasi. Instumentasi ini sekaligus dalam rangka mengikuti prosedur dalam pembangunan bendungan. Dalam upaya konservasi bendungan hendaknya mengikuti peraturan yang ada terkait dengan dokumen dan perijinan antara lain : AMDAL, ijin desain dan ijin operasi. Selain itu dikaji juga upaya pemanfaatan lain. 37.
Advis Teknis Permohonan Advis Teknis Pengkajian Banjir Bandang (Galodo) Lokasi : Kota Padang dan Kab. Pariaman, Sumatera Barat Pengusul : BWS Sumatera V
1. Djudi, S. ST., MT
UM.03.04/753/BWS.S. V/VIII/2012 08 Agustus 2012 11-14 September 2012 ……………………….
Sehubungan dengan bencana alam banjir bandang pada 24 Juli 2012 di Kota Padang dan Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat, maka BWS Sumatera V mengajukan pernohonan advis teknis terkait pengkajian bencana banjir bandang tersebut.
Kesimpulan : Pengendalian banjir bandang (galodo) di Kota Padang perlu dilakukan secara komprehensif dari hulu ke hilir, baik struktur dan non struktur. 1. Skala prioritas untuk pengendalian banjir bandang diutamakan untuk DAS yang frekuensi dan debit banjirnya tinggi dan mengarah ke daerah berpenduduk padat, yaitu: 1. DAS Batang Kuranji 2 .DAS Batang Arau 2. Pengendalian banjir bandang secara struktur berupa pembuatan sabo plan, dengan kriteria: Daerah produksi sedimen dengan kemiringan alur sungai lebih 6%, tipe sabodam yang cocok adalah checkdam tipe celah (slit type). Daerah transportasi sedimen dengan kemiringan alur sungai antara 3-6%, jenis sabodam yang cocok diimplementasikan adalah checkdam atau konsolidasi dam Daerah sedimentasi/ pengendapan sedimen dengan kemiringan alur sungai kurang dari 3%, sebaiknya dibuat kanalisasi (channelworks) dan krib untuk menjaga stabilitas alur sungai. 3. Pengendalian banjir bandang secara non struktur berupa penyempurnaan sistem peringatan dini, penegakan regulasi penataan ruang di daerah aliran sungai dan standar konstruksi bangunan di atas sungai contohnya jembatan. 4. Penyempurnaan sistem peringatan dini dilakukan dengan pembuatan peta rawan bencana dan jalur evakuasi, pembuatan sistem peringatan dini berbasis masyarakat dengan sistem pengiriman radio di DAS Kuranji dan DAS Arau, kemudian melakukan koordinasi pembangunan dan pengelolaan sistem peringatan dini antar instansi (UNAND BWS Sumatera V, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Propinsi Jambi, BP DAS) dan sosialisasi kesiapsiagaan masyarakat dan aparat dalam menghadapi bencana.
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS 5. Inisiasi sistem peringatan dini untuk DAS Batang Kuranji dan DAS Batang Arau membutuhkan pembangunan 1 Stasiun Induk dan Stasiun Warning System, 4 Rainfall Gauge Station (2 stasiun per DAS), dan 4 Water Level Gauging Station (2 stasium per DAS). 6. Penegakan regulasi penataan ruang di daerah aliran sungai (DAS) dengan penetapan kawasan rawan bencana galodo, pengawasan perijinan untuk penggunaan lahan, melakukan koordinasi dengan PLN dan PAM untuk tidak memasang jaringan di kawasan yang tidak diperuntukkan sebagai hunian. 7. Penegakan standar konstruksi bangunan jembatan dengan mensyaratkan struktur jembatan dengan satu span pada sungai rawan bencana galodo, yaitu struktur jembatan tidak menggunakan pilar di tengah alur sungai. 8. Untuk detail perencanaan pengendalian banjir bandang di Kota Padang perlu dilakukan survei lanjutan dan pengukuran detail alur sungai.
38.
39.
Advis Teknis Pembangunan DI Kawasan Sawah Laeh Batang Tarusan Lokasi : Kabupaten Pesisir Selatan, Padang Pengusul : BWS Sumatera V
1. Ir. Dwi Kristianto, M.Eng. 2. Wildan Herwindo, ST, S.IP, MT 3. Marasi Deon Joubert, ST, MPSDA 4. Subari, ME
UM.01.11/844/BWS.SV/IX/2012
Advis Teknis Pada Rencana Desain Bendungan Pelosika Lokasi : Sulawesi Tenggara Pengusul : BWS Sulawesi IV
1. Slamet Lestari, ST., MT 2. 3.
UM.02.06/BWS.S-IV/
03 September 2012
Adanya permintaan advis teknis terhadap rencana pembangunan DI di kawasan Sawah Laweh Batang Tarusan.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil diskusi dan hasil analisis disimpulkan bahwa : DED yang telah dikerjakan oleh konsultan masih belum dapat memberikan keyakinan terhadap kehandalan baik secara struktural maupun fungsional sehingga DED perlu diperbaiki dan belum dapat digunakan untuk pembangunan. Beberapa hal yang direkomendasikan untuk diperbaiki adalah : 1. Survey topografi perlu ditambah dengan topografi untuk keseluruhan lahan. 2. Analisis hidrologi perlu diperbaiki dengan memeriksa data yang digunakan (data hujan, dll) serta metode perhitungan yang digunakan (hujan efektif, evapotranspirasi, kebutuhan air, ketersediaan air, dan water balance). 3. Perencanaan sistem jaringan perlu diperbaiki karena terdapat perbedaan dalam menentukan tinggi bendung serta belum jelasnya dimensi saluran. Dalam pedoman operasi & pemeliharaan terdapat ketidakjelasan dalam prosedur.
Adanya permintaan advis teknis terhadap rencana Desain Bendungan Pelosika di Sulawesi Tenggara
Kesimpulan : • Dilakukan survey tambahan yaitu survey geolistrik (baik 1D maupun 2D) sepanjang alternatif 1 sampai 3 dengan untuk mengetahui gambaran secara melintang dan pemanjang tebal alluvial dan batas lapisan tersebut dengan baik, akurat dan secara lebih cepat. • Hasil analisis geolistrik ini yang dijadikan acuan dalam penempatan alternatif as bendungan dan penentuan pemboran selanjutnya . • Untuk material batuan sebagai borrow area disarankan mencari alternatif lokasi yang lain yang lebih dekat. Potensi adanya singkapan batuan malihan disekitar lokasi bendungan perlu dikaji dengan
28 September 2012 05 Oktober 2012
26 September 2012 .. ..
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS
•
40.
Advis Teknis Pada Longsoran Sungai Batanghari, Lokasi : Desa Pulo Aro, Kecamatan Sekernana, Kabupaten Muaro Jambi Pengusul : BWS Sumatera VI
1. Dr. Ir. Isdiyana, CES 2. Iwan Joko Sulomo, ST 3. Ir. Edwin Ruswandi, MT
PR.01.04/BWS/SUMVI/571/2012 27 September 2012 8-10 Oktober 2012 ………………………….
Sehubungan denga terjadinya longsoran pada tebing Sungai Batanghari, Desa Pulau Aro Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi, yang terjadi sebanyak 5 (lima) kali dan memakan korban jiwa serta harta benda maka BWS Sumatera VI mengajukan permohonan advis teknis terkait permasalahn di atas.
Kesimpulan :
41.
Advis Teknis Pada Pekerjaan Pembangunan Daerah Irigasi Randangan Lokasi : Gorontalo Pengusul : BWS Sulawesi II
1. Ahmad Taufiq, ST, MT 2.
UM.01.03/BWS.Sul II/393 4 Oktober 2012 .. ..
Berkenaan akan dimulainya kegiatan konstruksi pembangunan Daerah Irigasi Randangan pada tahun anggaran 2013 nanti, maka BWS Sulawesi II mengajukan permohonan advis teknis terkait implementasi pembangunan tersebut di lapangan.
pengujian laboratoriumnya. Untuk percepatan pekerjaan di lapangan maka pekerjaan survey geolistrik disarankan dengan 2 tim agar dapat diketahui dengan lebih cepat dan penetuan titik pemboran selanjutnya juga dapat segera dilakukan. Perlu dilakukan penanggulangan dengan segera karena muka air semakin tinggi, untuk mengamankan segera dilakukan untuk menjaga agar kerusakan dan longsoran tebing sungai tidak semakin besar dan melebar ke arah permukiman dan prasarana lainnya. Penanggulangan sementara untuk perbaikan dan perkuatan tanah pondasi dapat dilakukan menggunakan cerucuk. Penanggulangan permanen pada bagian tebing sungai dengan menggunakan sangkar beton diisi batu kosong (batu bersangkar) sebagai pengganti batu bronjong. Pemasangan batu bersangkar agar memperhatikan alinemen alur sungai guna mendapatkan arah arus aliran yang kontiniu (tidak menimbulkan pusaran air). Perlu dilakukan pengukuran bathymetri ke arah hulu dan hilir baik melintang maupun memanjang sungai di sekitar longsoran tebing untuk mengetahui kondisi morfologi dasar sungai dan untuk mengetahui kondisi awal (initial) morfologi sungai sehingga kemungkinan longsoran tebing selanjutnya dapat dihindari.
Kesimpulan : 1. Lebar bendung maksimal yaitu 1.2 dari lebar rata-rata sungai. Jika terlalu lebar pasti akan terjadi pengendapan di udik mercu. Namun demikian penentuan lebar ini karena terkait debit desain sebesar Q100 : 2100 m3/s. Oleh karena itu debit desainnya harus di cek dan di evaluasi analisis hidrologinya. Debit desain di cek dan di evaluasi dari hidrologinya. Jika hidrologinya meragukan maka dapat dibantu dengan model numerik ataupun model fisik (melalui hidrodinamik), asalkan memiliki cross section yang cukup panjang. 2. Alternatif lainnya adalah dengan model fisik, dengan mengalirkan air pada alur sungai eksisting, dihitung berapa kapasitas sungai sampai daerah yang dikatakan sering banjir (ladang jagung). Dari nilai kapasitas yang didapat, dapat dibandingkan antara hasil model numerik atau model fisik dengan hasil hidrologinya. 3. Pemodelan numerik menjadi sangat penting karena lokasi bendung berada di udik lokasi jembatan dengan tebing batu (tanpa bendung saja sudah terjadi banjir akibat backwater dari pemyempitan tersebut). Untuk itu perlu di identifikasi pengaruh penyempitan tebing terhadap peninggian muka air di udik jembatan. Melalui model numerik dapat dipantau minimal Q 2 tahun dan profil muka air di udik dan di hilir penyempitan tebing yang dapat digunakan sebagai
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS
4. 5.
6. 7.
8.
9. 42
Advis Teknis Kerusakan Jalan Gajah Mada Provinsi Kalimantan Timur/ Samarinda/ Dirjen Bina Marga, Balitbang
1. Nuryanto Sasmito Slamet, ST 2.
Pw04.01-Db/488; UM02.06.Ls/861 23 Oktober 2012 ; 8 November 2012 20 November 2012 ………………………….
Sehubungan penurunan (amblas) di Jalan Gajah Mada Samarinda Kalimantan Timur, maka Direktur Jenderal Bina Marga melalui Balitbang mengajukan permintaan advis teknis untuk masalah tersebut.
kalibrasi. Jika sudah memiliki Q alur penuh maka lebar bendung ditentukan tidak lebih dari 1.5 Q alur penuh. Penurunan elevasi mercu bendung akan berdampak pada daerah layanan, sehingga kemungkinan 8900 ha akan sangat sulit tercapai. Namun jika teknisnya 8900 ha harus tercapai apakah tidak ada kemungkinan untuk membangun lagi bendung yang lebih kecil di daerah hilir lokasi bendung yang sekarang? Dengan demikian tidak harus membangun satu bendung yang besar tetapi jika memungkinkan dapat dibangun beberapa bendung dengan ukuran yang lebih kecil. Dari pengalaman, membangun di luar jawa seperti trial dan eror karena sangat sulit untuk langsung mengembangkan pertanian 8900 ha secara langsung dan sulit mencari petani penggarapnya. Budaya bertani di Provinsi Gorontalo belum seperti di Pulau Jawa. Untuk itu direkomendasikan elevasi mercu desain Bendung Randangan diturunkan dan perlu dilihat perkembangannya. Selain itu memelihara bendung kecil tentu lebih murah dan mudah dibandingkan memelihara bendung besar. Dalam penurunan mercu bendung perlu dibuat skenario (dalam bentuk matriks), untuk mendapatkan tinggi mercu bendung, luas dan lokasi daerah yang bisa dilayani. Dari pengalaman selama ini, penggunaan bendung karet banyak bermasalah. Disarankan untuk menggunakan bendung tetap yang dikombinasikan dengan bendung gergaji atau bendung tetap yang dikombinasikan dengan bendung gerak. Namun bendung gerak juga akan sulit mengingat perlunya pasokan listrik untuk menggerakkan pintu-pintunya. Untuk kayu gelondongan yang lewat dapat diarahkan ke bagian bendung tetapnya untuk dibilas. Perlu dilakukan penelitian sosial ekonomi untuk melihat kemungkinan masyarakat beralih menjadi petani. Perlu dipetakan daerah mana saja yang menjadi prioritas pengairan. Kajian geoteknik merupakan awal dan perlu dicek juga.
Kesimpulan : Berdasarkan pengamatan lapangan dan analisa data yang ada, tim advis teknis Pusat Litbang Sumber Daya Air memberikan beberapa rekomendasi yaitu sebagai berikut : 1. Perlunya struktur pelindung di kaki struktur perkuatan tebing sungai yang ada. Pelindung tersebut dapat dibuat dari perletakan rip – rap maupun struktur bottom panel, sehingga dapat mengurangi efek dari gerusan lokal di depan kaki turap yang ada. Beberapa opsi struktur rip – rap maupun bottom panel dapat dibuat dari batu boulder, geobag, blok beton terkunci maupun bronjong. 2. Untuk mendapatkan struktur pelindung kaki turap yang paling optimal pada lokasi turap desain maka perlu dilakukan studi secara mendalam
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PELAKSANA
PERMASALAHAN
SARAN TEKNIS pada tikungan Sungai Mahakam yang mengalami longsoran. Studi yang dilaksanakan harus dapat menjawab karakteristik material dasar sungai di sekitar lokasi longsoran, kecepatan aliran yang diperlukan untuk menggerus dasar sungai yang ada, laju perubahan dasar sungai, serta struktur pelindung kaki turap desain yang paling optimal. 3. Perlunya monitoring laju gerusan lokal/degradasi dasar sungai di sekitar lokasi studi secara periodik untuk dapat memperkirakan tindakan preventif dalam menanggulanginya. Monitoring ini perlu dilakukan untuk dapat melihat laju perubahan dasar sungai serta akselerasi dari perubahan dasar sungai. 4. Analisa stabilitas dalam perhitungan perkuatan tebing sungai perlu memasukkan faktor gerusan lokal di depan turap yang dapat mengurangi tekanan tanah pasif. Analisa yang dilakukan harus memperkirakan kedalaman maksimal gerusan lokal di depan perkuatan tebing sungai yang dapat mengakibatkan kegagalan struktur perkuatan tebing desain sehingga tindakan preventif dapat dilaksanakan. Namun demikian perlu koordinasi secara intensif dengan pihak Balai Wilayah Sungai Kalimantan III dalam mendiskusikan pemilihan struktur perkuatan yang paling optimal di depan kaki turap yang ada.
43
44
Advis Teknis Untuk Rencana Pembangunan Bendung Pice Besar pada DI. Selingsing (4500 Ha) di Kabupaten Belitong Timur/Pulau Belitung BWS Sumatera VIII (Biaya BWS)
1. Guntur Safei, ST
UM.01.03/Ah/780.1
2.
1 November 2012
Advis Teknis Tinjauan Desain Timbunan Batu Kosong Pada Pembangunan Jaringan Drainase Kota Sofifi Provinsi Maluku Utara
1. Wildan Herwindo, ST., MT
KP 0808-15/2052
2. Marasi Deon Joubert, ST, MPSDA
14 November 2012
Bendung Pice kecil tidak dapat menampung air karena Bendung Pice besar tidak dapat dioperasikan.
………………………….
20 November 2012 26 Desember 2012
Dalam rangka melindungi stabilitas dinding/tanggul saluran yang disebabkan oleh erosi dasar saluran (local scouring) pada jaringan drainase Kota Sofifi, SNVT Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) Maluku Utara melakukan penghamparan batu kosong yang ditempatkan pada dasar saluran drainase yang berupa sungai di depan tanggul pasangan batu kosong. Selanjutnya berdasarkan Laporan Hasil Audit Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Nomor 1/4/1/4/2012/644 tanggal 9 Oktober 2012 desain timbunan/hamparan batu kosong yang digunakan terkesan tidak tepat fungsi dan dalam pelaksanaannya volume batu yang dihampar tidak sesuai dengan Rencana
Kesimpulan : 1. Desain timbunan/hamparan batu kosong tidak tepat fungsi jika digunakan sebagai perlindungan stabilitas tanggul saluran dari local scouring karena tidak dapat menahan daya rusak air dan hanyut terbawa banjir. 2. Pasangan batu kali yang sudah dibangun di saluran drainase Kota Sofifi jika sudah dilakukan perhitungan desain secara tepat sudah mencukupi sebagai pelindung tebing dan tidak diperlukan bangunan tambahan. 3. Jika ternyata pasangan batu kali tersebut kurang kuat dalam menanggulangi gerusan dapat dilakukan beberapa alternatif berikut : a. Memperbaiki trase saluran dengan konsekuensi desain ulang saluran beserta tanggul, alternatif ini merupakan alternatif terbaik tetapi harus melakukan review desain keseluruhan. b. Memperkuat koperan/pondasi tanggul dengan cara menambah koperan menjadi lebih dalam daripada gerusan yang terjadi (koperan/pondasi diletakkan di bawah dasar terdalam dari
NO.
JUDUL KEGIATAN / LOKASI / PENGUSUL
PELAKSANA
NO. & TGL SURAT/ TGL PELAKSANAAN/ TGL PELAPORAN
PERMASALAHAN Anggaran Biaya (RAB). Sekretaris Inspektorat Jenderal meminta Pusat Litbang Sumber Daya Air untuk memberikan rekomendasi teknis terhadap desain Timbunan Batu Kosong Pada Pembangunan Jaringan Irigasi Kota Sofifi.
SARAN TEKNIS gerusan lokal atau degradasi yang mungkin terjadi). c. Membuat bangunan krib yang dibangun pada tikungan sungai yang berpotensi terjadi gerusan lokal, hanya perlu dipertimbangkan perhitungan bangunan krib yang tepat agar tidak mempersempit alur sungai karena biasanya krib diaplikasikan pada sungai yang lebar. Desain krib dapat mengikuti SNI 03-2400-1991 Tata Cara Perencanaan Umum Krib di Sungai dan SNI 03-2829-1992 Tata Cara Perhitungan Krib Tiang Pancang Beton di Sungai (dapat dilihat pada lampiran). Krib pada jaringan drainase Kota Sofifi dibangun pada setiap tikungan sungai pengganti timbunan batu kosong antara STA 400 s/d STA 250, pada STA 275 selain dibangun krib diperlukan juga perubahan trase saluran/sungai sehingga tidak membentuk sudut 900 yang membahayakan terhadap konstruksi tanggul.